BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Terdahulu Beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang sejenis dan relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam upaya menyusun skripsi adalah sebagai berikut. Asim Gunarwan (1997) dengan judul The Speech Act of Critizing among Speakers of Javanese dalam bentuk makalah. Penelitian ini mengkaji tindak tutur mengkritik dalam bahasa Jawa. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasannya itu ialah melihat bagaimana tindak tutur mengkritik direalisasikan dalam masyarakat Jawa, strategi-strategi seperti apa yang pada umumnya digunakan, apakah variabel umur, pendidikan, dan dialek memberikan warna terhadap pemilihan strategi mengkritik. Metode yang digunakan oleh Asim Gunarwan adalah metode kuantitatif dengan mengambil responden dari Jawa Timur dan Jawa Tengan sebanyak 142 responden. Parameter yang digunakan ada tiga hal, yaitu (a) ± power (kekuasaan), (b) ± solidaritas, dan c) ± formalitas. Berdasarkan kajiannya itu, Asim Gunarwan memperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, strategi mengkritik yang paling tinggi skornya di antara kelima strategi yang ada berarti strategi yang paling banyak digunakan di kalangan masyarakat Jawa adalah strategi terus terang plus kesantunan negatif. Skor di bawahnya adalah strategi terus terang dengan kesantunan positif. Skor di bawahnya lagi secara berturut-turut adalah strategi terus terang tanpa upaya penyelamatan muka, strategi samar-samar, dan dan yang paling rendah skornya adalah strategi bertutur dalam hati. commit Skor to yang user dimaksud adalah skor rata-rata 11

2 digilib.uns.ac.id 12 untuk semua situasi. Kedua, dari segi usia, ada kecenderungan kelompok usia muda lebih suka menggunakan strategi mengkritik yang langsung atau strategi terus terang, tanpa upaya penyelamatan muka (bald on record) daripada kelompok usia tua. Ketiga, dari segi pendidikan, ada kecenderungan di kalangan masyarakat Jawa semakin tinggi pendidikan, semakin jarang menggunakan strategi terus terang tanpa upaya penyelamatan muka. Hal ini terlihat jelas dari perbandingan kelompok pendidikan SMA dan kelompok pendidikan S2 atau S3. Kelompok pendidikan SMA cenderung menggunakan strategi terus terang tanpa upaya penyelamatan muka, sedangkan kelompok pendidikan S2/S3 cenderung menghindari strategi tersebut.keempat, dari segi dialek, Asim Gunarwan memperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok penutur dari Jawa Timur dan kelompok penutur dari Jawa Tengah dalam hal pemilihan strategi. Perbedaannya hanyalah terletak pada skor penggunaan strategi terus terang dengan kesantunan negatif dan strategi terus terang dengan kesantunan positif, penutur dari Jawa Tengah skornya lebih tinggi daripada penutur dari Jawa Timur. Implikasinya adalah penutur dari Jawa Tengah cenderung lebih santun daripada penutur dari Jawa Timur. Hoang Thi Xuang Hoa (2007)dari Universitas Nasional Vietnam dengan judul Critizing Behaviors by the Vietnamese and the America: Topicd, Social, Fatirs, and Frequency. Penelitian ini mengkaji dan membandingkan perilaku mengkritik dalam masyarakat Vietnam dan Amerika. Kajian ditekankan pada berbagai faktor sosial yang memengaruhi strategi mengkritik, topik mengkritik, dan frekuensi mengkritik. Berdasarkan kajiannya itu, ditemukan bahwa dalam masyarakat Vietnam, faktor yang sangat penting dan menjadi pertimbangan utama

3 digilib.uns.ac.id 13 dalam melakukan mengkritik adalah faktor tujuan mengkritik. Mereka tidak raguragu melakukan mengkritik kepada siapa pun. Mereka juga tidak perduli dengan efek buruk yang timbul akibat mengkritik. Yang penting bagi mereka adalah mengkritik itu dilakukan dengan tujuan yang baik, yaitu memperbaiki kesalahan. Urutan kedua yang menjadi pertimbangan penting dalam melakukan mengkritik adalah umur atau usia. Menurut kepercayaan masyarakat tradisional Vietnam, umur diyakini memiliki kaitan dengan pengalaman, kebijaksanaan, dan pengetahuan. Oleh karena itu, umur harus ditempatkan pada derajat kehormatan tertentu. Faktor ketiga yang menjadi pertimbangan penting adalah bobot pelanggaran (severity of offence). Bagaimana orang Vietnam melakukan mengkritik bergantung pada bobot pelanggarannya. Urutan keempat yang menjadi pertimbangan adalah faktor tempat (setting). Bagi orang Vietnam, faktor tempat ini tampaknya tidak terlalu menjadi pertimbangan penting karena hanya menempati urutan keempat. Orang Vietnam tidak terlalu menaruh perhatian di mana mengkritik itu dikemukakan. Yang menarik adalah faktor power dan social distance hanya menempati urutan kelima dan keenam. Hal ini berarti bahwa orang Vietnam tidak begitu memiliki beban untuk melakukan mengkritik kepada orang yang power-nya lebih tinggi atau kepada orang yang tidak dikenal. Faktor terakhir yang menjadi pertimbangan adalah faktor efek mengkritik. Faktor efek ini menempati urutan terendah sehingga orang Vietnam tidak merasa khawatir akan efek buruk yang timbul akibat mengkritik. Sebaliknya, dalam masyarakat Amerika, faktor yang justru menjadi pertimbangan sangat penting ketika melakukan mengkritik adalah faktor tempat mengkritik (setting of criticism). Privasi diyakini memiliki nilai yang sangat

4 digilib.uns.ac.id 14 penting. Oleh karena itu, ketika mereka melakukan mengkritik, mereka lebih suka menyampaikannya secara pribadi dan tidak di tempat publik. Bagi orang Amerika, mengkritik di tempat publik sangat mengancam muka penerima mengkritik. Urutan kedua yang menjadi pertimbangan adalah faktor distance. Bagaimana orang Amerika melakukan mengkritik sangat dipengaruhi oleh social distance antara pelaku mengkritik dan penerima mengkritik. Sementara itu, efek mengkritik dan bobot mengkritik menempati urutan ketiga dan keempat. Urutan berikutnya yang menjadi pertimbangan adalah umur, di bawahnya lagi adalah status petutur, dan pertimbangan yang paling rendah adalah gender. Sementara itu, berkenaan dengan topik mengkritik diperoleh perbandingan sebagai berikut. Berkenaan dengan frekuensi mengkritik, terdapat kesamaan antara orang Vietnam dan orang Amerika. Pertama, dalam kedua kelompok tersebut yang paling sering menjadi sasaran mengkritik adalah teman dekat dan anggota keluarga, menyangkut berbagai topik yang disebutkan di atas. Sementara itu kenalan, kolega di kantor, bos dan superordinat frekuensinya lebih rendah. Hal ini dapat dipahami, mengkritik orang yang memiliki hubungan yang tidak terlalu dekat risikonya lebih besar, karena itu harus dilakukan dengan hati-hati. Kedua, dalam kedua kelompok masyarakat tersebut, mengkritik orang yang posisinya lebih tinggi relatif jarang dilakukan. Di samping kesamaan, terdapat juga perbedaan. Pertama, perbedaan itu menyangkut frekuensi secara umum. Orang Vietnam secara umum lebih sering melakukan kritik daripada orang Amerika. Kedua, orang Vietnam lebih sering mengkritik istri atau suami daripada mengkritik saudara kandung. Sementara orang Amerika, lebih sering mengkritik saudara kandung daripada mengkritik istri atau suami.

5 digilib.uns.ac.id 15 MIN Shang-chao (2008) dari Universitas Zhejiang China dengan judul Study on the Differences of Speech Act of Criticism in Chinese and English. Penelitian ini mengkaji perbedaan tindak tutur mengkritik dalam masyarakat Cina dan masyarakat penutur bahasa Inggris. Dalam kajiannya itu dijelaskan bahwa tindak tutur mengkritik dapat mengandung berbagai macam tipe tindakan seperti deklarasi, representatif, dan ekspresif. Hal ini menyiratkan bahwa tindak tutur mengkritik juga dipandang sebagai tindak tutur kompleks. Dia membedakan tindak tutur mengkritik menjadi dua kategori, yaitu mengkritik langsung dan mengkritik tidak langsung. Mengkritik langsung disebutnya sebagai ekspresi langsung tentang evaluasi negatif tanpa reservasi. Penutur langsung menunjukkan kesalahan petutur dan langsung menuntut perbaikan. Mengkritik langsung bersifat sangat eksplisit, maksud kritik terlihat jelas sehingga tidak menimbulkan salah pengertian. Mengkritik langsung sangat mencoreng muka positif petutur. Mengkritik langsung ini disebutnya on record criticism. Sementara itu, mengkritik tidak langsung berarti daya ilokusi mengkritik itu diungkapkan melalui performansi tindak tutur yang lain. Maksud mengkritik yang sebenarnya disembunyikan sehingga muka petutur dapat diselamatkan beberapa derajat. Mengkritik tidak langsung ini dipandang sebagai kritik yang efektif dan berterima dengan hasil yang positif. Akan tetapi, tidak berarti bahwa mengkritik tidak lansung daya ilokusinya lebih rendah dibandingkan dengan mengkritik langsung. Kadang-kadang mengkritik tidak langsung justru lebih tinggi daya ilokusinya daripada mengkritik langsung. Dari hasil penelitian, MIN Chang-chao mengambil kesimpulan bahwa masyarakat Cina cenderung menggunakan strategi

6 digilib.uns.ac.id 16 mengkritiktidak langsung, sedangkan orang Barat cenderung menggunakan strategi mengkritik langsung. Edy Jauhari (2013) dari Universitas Airlangga Surabaya dengan judul Strategi Kesantunan Kritik dalam Masyarakat Budaya Jawa Mataram: Sebuah Kajian Pemberdayaan Fungsi Bahasa Sebagai Sarana Kontrol Sosial dalam bentuk makalah. Data dalam makalah ini dikumpulkan melalui Discourse Completion Task (DCT). Dalam hal ini DCT disebarkan kepada 43 informan di wilayah setral budaya Jawa Mataraman di Jawa Tengah. Penggunaan DTC ini digunakan sebagai alat untuk memahami berbagai macam penggunaan strategi kesantunan kritik, yaitu strategi Melakukan Kritik secara Verbal (MKV), Melakukan Kritik dalam Hati (MKH), Strategi Kritik Langsung dan Kritik Tidak Langsung. Makalah ini menggunakan parameter relative power atau kekuasaan (P), Social Distance atau jarak sosial (D), dan parameter publik (Pu). Berdasarkan makalah ini, strategi kritik yang sering digunakan dalam masyarakat budaya Jawa Mataraman adalah strategi MKV, sedangkan strategi MKH tidak banyak digunakan. Penggunaan strategi MKV pada umumnya diwujudkan dengan strategi dengan strategi kritik tidak langsung, bukan kritik langsung. Dalam penelitian ini strategi kritik tidak langsung dipandang lebih santun digunakan daripada strategi kritik langsung. Penjelasan di atas merupakan kajian studi terdahulu, penelitian-penelitian tersebut membahas mengenai masalah tindak tutur dan kesantunan berbahasa dalam objek kajian penelitiannya. Untuk itu, dengan menggunakan analisis yang sama, yakni kajian pragmatik, penulis mencoba meneliti dari segi yang berbeda. Dalam penelitian ini, penulis mencoba memfokuskan penelitian mengenai tindak

7 digilib.uns.ac.id 17 tutur mengkritik dan strategi kesantunan dalam acara Sentilan Sentilun di Metro TV. B. Landasan Teori 1. Pragmatik Menurut Asim Gunarwan (dalam PELLBA 7, 1994: 83-84), bidang linguistik yang mempelajari maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan disebut pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu tentang tanda yang sebenarnya telah dikemukakan sebelumnya oleh seorang filsuf bernama Charles Morris. Menurut Moriss, dalam kaitannya dengan ilmu bahasa, semiotika (semiotics) memiliki tiga cabang, yakni sintaktika 'studi relasi formal tandatanda', semantika 'studi relasi tanda dengan penafsirannya' (Levinson, 1985:9). Pragmatik mempelajari maksud ujaran atau daya (force) ujaran. Pragmatik juga mempelajari fungsi ujaran, yakni untuk apa suatu ujaran itu dibuat atau diujarkan. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah pragmatik secara berbedabeda. Pragmatik sangat erat kaitannya dengan tindak ujar. Menurut Leech (dalam terjemahan M.D.D. Oka, 1993:8) mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Leech melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang berkaitan dengan semantik. Pada kesempatan lain, menurut Jenny Thomas dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction : an Introduction to Pragmatics juga memberikan batasan dalam ilmu pragmatik. Menurut Thomas (1995:22), pragmatik adalah bidang commit ilmu to yang user mengkaji makna dalam interaksi.

8 digilib.uns.ac.id 18 Pengertian tersebut dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negoisasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran. Pragmatik mengungkapkan maksud suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi. Oleh karena itu, analisis pragmatik berupaya menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat dibalik tuturan. Yule dalam bukunya yang berjudul Pragmatics menyebutkan beberapa batas ilmu pragmatik. Menurut Yule (2006:4) ilmu pragmatik mempunyai empat batasan. Keempat batasan itu, yakni: a. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang maksud penutur. b. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang makna kontekstual. c. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. d. Pragmatik adalah studi yang mempelajari tentang ungkapan jarak hubungan. Dari pendapat-pendapat para ahli di atas, secara umum pragmatik mempelajari tentang maksud yang terkandung dalam sebuah ujaran. Pragmatik adalah ilmu yang mempelajari maksud dalam ujaran yang diucapkan oleh seseorang dan bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi agar tuturannya tersebut dapat dimengerti oleh mitra tuturnya. Dasar dalam ilmu pragmatik, yaitu hubungan antara bahasa dengan konteks yang melatarbelakangi bahasa tersebut.dengan sederhana dapat dikatakan bahwa dalam kajian pragmatik, bentuk bahasa yang muncul dalam peristiwa komunikasi merupakan

9 digilib.uns.ac.id 19 hasil perpaduan antara maksud, pesan, atau makna komunikasi dengan situasi atau konteks yang melatarinya. 2. Situasi Tutur Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan (Rustono, 1999:25). Memperhitungkan situasi tutur amat penting di dalam pragmatik. Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi tutur yang mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung menggambarkan makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya. Leech (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993: 19-20) menjelaskan mengenai aspek-aspek situasi ujar untuk mengetahui apakah suatu percakapan tersebut merupakan fenomena atau sistematis. Aspek situasi ujar tersebut adalah sebagai berikut: a. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa) Penyapa adalah orang yang menyapa. Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyampaikan fungsi pragmatis tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Mitra tutur adalah orang yang menjadi sasaran dalm bertutur. Orang yang menyapa akan diberi simbol n penutur orang yang disapa dengan simbol t petutur. Simbol-simbol ini merupakan singkatan untuk penutur/penulis dan petutur/pembaca. Jadi penggunaan penutur dan petutur tidak membatasi pragmatik pada bahasa lisan saja. b. Konteks sebuah tuturan

10 digilib.uns.ac.id 20 Konteks diartikan sebagai aspek-aspek yang bergantung dengan lingkungan fisik dan sosial sebagai tuturan. Konteks dapat diartikan juga sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan membantu petutur menafsirkan makna tuturan. c. Tujuan sebuah tuturan Bentuk-bentuk tuturan yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang ingin disampaikan melalui makna yang dimaksud atau maksud penutur mengucapkan sesuatu. Istilah tujuan dianggap lebih netral daripada maksud, karena tidak membebani pemakaiannya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-kegiatan yang berorientasi tujuan. d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan tindak ujar Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performasi-performasi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan demikian pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret daripada tata bahasa. e. Tuturan sebagai produk tindakan verbal Selain sebagai tindak ujar atau tindak verbal itu sendiri, dalam pragmatik kata tuturan dapat digunakan dalam arti yang lain, yaitu sebagai produk suatu tindak verbal (sentence-instance) atau tanda kalimat (sentencetoken), tetapi bukanlah sebuah kalimat. Maksud yang kedua ini tuturantuturan merupakan unsur-unsur yang maknanya dikaji dalam pragmatik, sehingga dengan tepat pragmatik dapat digambarkan sebagai suatu ilmu yang

11 digilib.uns.ac.id 21 mengkaji makna tuturan. Tindakan verbal adalam tindakan mengekspresikan kata-kata atau bahasa. 3. Tindak Tutur Tindak tutur (speech act) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan penutur dan mitra tutur. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Istilah Tindak tutursendiri mulai diperkenalkan oleh seorang filosof Inggris J.L Austin pada pidato kuliahnya yang dikumpulkan dalam sebuah buku berjudul How to do things with words (1962). Melalui bukunya tersebut, Austin mengemukakan pandangan bahwa bahasa tidak hanya berfungsi untuk mengatakan sesuatu, bahasa juga dapat digunakan untuk sesuatu. Berkaitan dengan tindak tutur, Austin mengemukakan dua terminologi yang berkaitan dengan teori tindak tutur, yaitu tuturan konstatif (constative) dan tuturan performatif (performative). Tuturan konstatif adalah tuturan yang pengutaraannya hanya dipergunakan untuk menyatakan sesuatu. Tuturan performatif adalah tuturan yang pengutaraanya dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Tindak tutur yang menggunakan kalimat performatif oleh Austin (1968: ) digolongkan dalam tiga peristiwa tindakan, yaitu: a. Tindak Lokusi (locutionary act) Tindak lokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dalam arti berkata atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami. Tindak tutur ini disebut sebagai The Act of Saying commit Something. to user Searle (1969) menyebut tindak tutur

12 digilib.uns.ac.id 22 lokusi ini dengan istilah tindak bahasa preposisi (prepositional act) karena tindak tutur ini hanya berkaitan dengan makna. b. Tindak Ilokusi (illocutionary act) Tindak ilokusi merupakan tindak melakukan sesuatu (the act of to do something). Berbeda dari lokusi, tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan. c. Tindak Perlokusi (perlocutionary act) Sebuah tuturan yang diucapkan seseorang sering memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force). Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah yang oleh Austin (1962:101) dinamakan tindak perlokusi. Efek atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja, dapat pula secara tidak sengaja. Tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur inilah yang merupakan tindak perlokusi. Leech (dalam M. D. D. Oka, 1993: ) mengklasifikasikan tindak tutur menjadi lima macam, yaitu: 1. Asertif, merupakan tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang dituturkan. Misalnya, menceritakan, melaporkan, mengemukakan, menyatakan, mengumumkan, mendesak. 2. Direktif, merupakan tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan sesuatu tindakan. Misalnya, memohon, meminta, memberi perintah, menuntut, melarang.

13 digilib.uns.ac.id Komisif, merupakan tindak tutur yang menyatakan janji atau penawaran. Misalnya, menawarkan, menawarkan diri, menjanjikan, berkaul, bersumpah. 4. Ekspresif, merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami oleh mitra tutur. Misalnya, mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati, meminta maaf. 5. Deklaratif, merupakan tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataan. Misalnya, memecat, membabtis, menikahkan, mengangkat, menghukum, memutuskan. 6. Rogatif, merupakan tindak tutur yang dinyatakan oleh penutur untuk menanyakan jika bermotif langsung atau mempertanyakan jika bermotif ragu-ragu, misalnya menanyakan, mempertanyakan, dan menyangsikan. Sehubungan dengan pengertian tindak tutur atau tindak ujar, maka tindak tutur dikategorikan oleh Searle menjadi lima jenis (1996: ), yaitu: a. Asertif (Assertives) Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya. Tuturan-tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya, tindak tutur menyatakan, melaporkan, memprediksi, menunjukkan, dan menyebutkan. b. Direktif (Directives) Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu atau berharap mitra tutur melakukan sesuatu.

14 digilib.uns.ac.id 24 Tuturan-tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya, tindak tutur menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, memerintah, meminta, dan menantang. c. Komisif (Commisives) Tindak tutur komisif adalah tindak tutur untuk mengikat penuturnya pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan. Tuturan-tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya, tindak tutur berjanji, bersumpah, berkaul, menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan mengancam. d. Ekspresif (Expressives) Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan-tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya, tindak tutur memuji, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, mengucapkan selamat, mengkritik, dan mengeluh. e. Deklarasi (Declarations) Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dilakukan penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru. Tuturan-tuturan yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini misalnya, tindak tutur memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan mengangkat.

15 digilib.uns.ac.id 25 Adapun jenis-jenis tindak tutur yang lain adalah tindak tutur langsung dan tidak langsung, serta tindak tutur literal dan tidak literal. George Yule (1996:54-56) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan tindak tutur langsung dan tidak langsung adalah sebagai berikut: a. Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung 1) Tindak Tutur Langsung Menurut George Yule (1996:54-55), tindak tutur langsung terjadi apabila ada hubungan antara struktur dengan fungsi. Jadi tindak tutur langsung adalah bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu pernyataan. Sebuah tuturan dapat diungkapkan secara langsung maupun tidak langsung, seperti dalam I Dewa Putu Wijana (1996: 29) yang mengatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengandung arti yang sebenarnya dan berfungsi untuk menyatakan informasi secara langsung karena modusnya adalah kalimat berita (deklaratif). Sebuah tuturan juga mungkin saja merupakan pengungkapan secara tidak langsung karena maksud memerintah yang diutarakan dengan kalimat berita. Berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interogatif), dan kalimat perintah (imperatif) (I Dewa Putu Wijana, 1996:30). Secara konvensional kalimat berita digunakan untuk memberitakan sesuatu (informasi), kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Apabila kalimat berita, kalimat

16 digilib.uns.ac.id 26 Tanya, dan kalimat perintah difungsikan secara konvensional maka akan membentuk tindak tutur langsung (direct speech act). 2) Tindak Tutur Tidak Langsung Tindak tutur tidak langsung terjadi apabila ada hubungan tidak langsung dengan fungsi. Jadi tindak tutur tidak langsung adalah bentuk deklaratif yang digunakan untuk membuat suatu permohonan (George Yule, 1996:55). I Dewa Putu Wijana (1996: 30) mengatakan bahwa tindak tutur tidak langsung dapat digunakan untuk berbicara secara sopan, seperti halnya kalimat perintah dapat diutarakan dengan kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. b. Tindak Tutur Literal dan Tidak Literal 1) Tindak Tutur Literal Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. 2) Tindak Tutur Tidak Literal Tindak tutur tidak lateral (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya (I Dewa Putu Wijana, 1996:32). 4. Tindak Tutur Mengkritik Hoang Thi Xuan Hoa (2007: 144) menyatakan bahwa criticizing is sometimes performed to vent the speaker s negative feeling or attitude to the hearer or the hearer s work,choice, behaviour, etc.(kritik diungkapkan untuk

17 digilib.uns.ac.id 27 menyatakan perasaan negatif atau sikap negatif penutur terhadap petutur atau terhadap kinerja, pilihan perilaku petutur, dan sebagainya). Menurutnya, mengkritik mempunyai dua fungsi utama, yaitu menunjukkan perilaku yang dianggap negatif yang dilakukan petutur dan meminta supaya petutur melakukan perbaikan. Menurut Rustono (1999: 39) dan Brown dan Levinson (1987:66), tindak tutur mengkritik termasuk dalam tindak tutur ekspresif. Sebagaimana dijelaskan Searle, tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang mengekspresikan sikap atau keadaan psikologis penutur. Karena termasuk kategori tindak tutur ekspresif, maka Brown dan Levinson (1987:66) memasukkan mengkritik sebagai tindak tutur yang mengancam muka positif. Tindak tutur mengkritik tampaknya tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu kategori atau taksonomi yang dikemukakan oleh Austin, Searle atau yang lain. Ini dikarenakan tindak tutur mengkritik merupakan kompilasi dari berbagai ekspresi, seperti ketidaksetujuan, evaluasi negatif, statemen tentang tindakan yang salah, dan saran untuk perubahan. Dengan kata lain, tindak tutur mengkritik cenderung merupakan tindak tutur kompleks (complex speech act). Pandangan ini sesuai dengan pandangan yang dikemukakan Nguyen (2005:14), bahwa tindak tutur mengkritik tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu klasifikasi yang dibuat siapapun, termasuk klasifikasi Searle. Menurut Nguyen, tindak tutur mengkritik dapat terbentuk dari berbagai tindak tutur yang berbeda-beda yang masing-masing membawa daya ilokusi yang berbeda pula dan tidak ada satupun yang merupakan tindak utama (inti). Sebagai contoh, mengkritik dapat merupakan kompilasi dari

18 digilib.uns.ac.id 28 ekspresi ketidaksetujuan, evaluasi negatif, statemen tentang tindakan salah, dan saran untuk perbaikan. Tindak tutur mengkritik merupakan tindakan ilokusi yang titik ilokusinya adalah untuk memberikan evaluasi negatif atas tindakan, pilihan, kata-kata, dan produk yang menjadi bertanggung jawab petutur. Tindakan ini dilakukan dengan harapan mempengaruhi tindakan petutur di masa depan untuk perbaikan mitra tutur (H), dilihat oleh penutur (S) sebagai alat berkomunikasi. Ketidakpuasan penutur (S) dengan atau tidak menyukai mengenai apa yang telah dilakukan mitra tutur (H), akan membawa konsekuensi yang tidak diinginkan untuk penutur (S) (Nguyen, 2008: 45). Nguyen bertolak pada pandangan mengkritik yang dikemukakan oleh Wierzbicka. Dijelaskan bahwa tindak tutur mengkritik adalah tindak ilokusi yang ilokusi poinnya adalah untuk memberikan evaluasi negatif terhadap tindakan, pilihan, kata-kata dan produk-produk yang menjadi tanggung jawab penutur. Mengkritik dalam konteks ini berarti memberikan komentar, baik berupa pendapat, saran, masukan maupun sanggahan kepada seseorang. Kritik dilakukan dengan harapan dapat mempengaruhi tindakan petutur pada masa yang akan datang agar menjadi lebih baik dan manfaatnya ada pada petutur sendiri. Kritik juga dilakukan untuk menyampaikan ketidakpuasan atau ketidaksukaan penutur mengenai apa yang dilakukan petutur tetapi tanpa menyiratkan bahwa apa yang dilakukan petutur memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan bagi penutur. Nguyen (2005:7) berpendapat mengenai pengertian tindak tutur mengkritik yang diadaptasi dari Wierzbicka (1987) dan Olshatai dan Weinbach:

19 digilib.uns.ac.id 29 A criticsm is defined as an illocutionary act whose illocutionary point is to give negative evaluation on H s actons, choice, word, and prodects for which he or she may be held responsible. This act is performed in hope of influencing H s future actions for the better for his or her own benefids as viewed by S or to communicate S s dissatidfaction/ discontent with or dislike regarding what H has done but without the implicature that H has done brings undesirable qonsequences for S. Tindak tutur mengkritik sendiri dibagi menjadi dua, yaitu tindak tutur mengkritik langsung dan tidak langsung. 1) Mengkritik Langsung adalah kritik yang secara eksplisitmenunjukkan masalah denganpilihan, tindakan, dan kinerja dari H. No. Tipe Karakteristik a. Penilaian Negatif Pada umumnya diekspresikan melalui evaluasi baik evaluasi negatif maupun positif. b. Pencelaan Menggambarkansikappenuturterhadappilihan H (mitra tutur). c. EkspresiPertentangan Umumnya diekpresikan dengan kata negasi Tidak, performatif Saya tidak setuju atau tanpa performatif tersebut atau dengan melalui argumen terhadap H (mitra tutur). d. Pernyataan Masalah Kesalahan ataumasalah yang ditemukan menyatakan pilihan H (mitra tutur). e. Pernyataan Kesulitan Biasanya dinyatakan dengan struktur seperti Saya merasasulit mengerti, Sulituntuk

20 digilib.uns.ac.id 30 memahami.... f. Konsekuensi Peringatan tentang konsekuensi negatif atau efek negatif pilihanh, untuk H (mitra tutur)dirinya sendiri atau untuk publik. Sumber: Nguyen, 2008: ) Mengkritik tidak langsung adalah kritik yang menyiratkanmasalah denganpilihan, tindakan, kinerja, atauproduk dari H (mitra tutur)., dengan memperbaikih, menunjukkanaturan danstandar, memberikan nasihat, menunjukkan atau bahkan meminta dan menuntut perubahan kerja atau pilihan H, dan dengan cara jenis yang berbeda dari petunjuk untuk meningkatkan kesadaran H dari ketidaktepatan pilihan H (mitra tutur). No. Tipe Karakteristik a. Koreksi Termasuk semua ujaran yang memiliki tujuan memperbaiki kesalahan dengan menegaskan alternatif khusus untuk pilihanh (mitra tutur). b. MenunjukkanStandar Biasanya dinyatakan sebagai kewajiban kolektif dan bukan suatu kewajiban bagi pribadi H atau sebagai aturan S (penutur) yang berpikir umumnya disepakati dan diterapkan untuk semua. c. Tuntutan Perubahan Biasanya diekspresikan melalui struktur seperti Anda harus, itu adalah wajib bahwa atau Anda diminta atau Anda perlu. d. Permintaan Perubahan commit Biasanya to user diekspresikan melalui

21 digilib.uns.ac.id 31 struktur seperti Ya...?, Bisa...?, Kan...?, atau imperatif (dengan atau tanpa penanda kesantunan), atau inginpernyataan, atau tanpa adanya struktur tersebut melainkan menggunakan permintaan perubahan. e. Nasihat Perubahan Biasanya diungkapkan melalui ujaran Saya menyarankan Anda.., Atau struktur dengan Seharusnya, dengan atau tanpa ujaran tersebut. f. Saran Perubahan Biasanya dinyatakan melalui performatif Saya menyarankan agar..., seperti Anda bisa, itu akan lebih baik jika atau kenapa tidak Anda, atau tanpa ujaran tersebut. g. EkspresiKetidakpastian Ungkapan untuk mengekspresikan ketidakpastian S dan untuk meningkatkan kesadaran H dari ketidaktepatan pilihanh (mitra tutur). h. Mengajukan/Mengandaik an Pertanyaan retorik untuk meningkatkan kesadaran H dari dalam kesesuaian pilihan H (mitra tutur). i. Petunjuklain Termasuk jenis lain dari petunjuk yang bukan milik kedua-duanya. Mungkin termasuk sarkasme. Sumber: Nguyen, 2008: Strategi Kesantunan Brown Levinson

22 digilib.uns.ac.id 32 Kesantunan berbahasa merupakan kesantunan yang digunakan penutur untuk mengurangi derajat perasaan tidak senang atau sakit hati sebagai akibat tuturan yang diungkapkan oleh penutur. Strategi kesantunan berbahasa adalah cara atau strategi yang secara sadar maupun tidak sadar dipergunakan oleh seorang penutur dalam rangka mengurangi akibat tidak menyenangkan dari tuturannya terhadap mitra tuturnya (Nadar, F.X. 2009:251). Brown dan Levinson dalam bukunya yang berjudul Politeness Some Universal in Language Usage, menjelaskan tentang konsep muka face penting dalam kajian penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Brown dan Levinson memberikan batasan tentang konsep muka. Muka adalah face atau citra diri yang dimiliki oleh setiap warga masyarakat yang senantiasa dijaga, dihormati, dan tidak dilanggar dalam proses pertuturan antarpeserta tutur. Tindakan pengancaman muka adalah tindak tutur yang secara alamiah berpotensi untuk melukai citra atau muka face lawan tutur dan oleh karena itu dalam pengutaraannya harus digunakan strategi-strategi tertentu. Kata strategi dalam strategi kesantunan berbahasa tidak selalu mengandung arti usaha sadar untuk berperilaku sopan melainkan juga merujuk pada ungkapan-ungkapan berbahasa yang bersifat rutin serta mengacu pada upaya berbicara secara sopan. Oleh karena itu, seorang penutur menghadapi sejumlah plihan sebelum membuat tuturan yang melanggar muka negatif ataupun muka positif lawan tutur. Menurut Brown dan Levinson, sebuah tindak tutur dapat mengancam muka mitra tuturnya. Tindak tutur tersebut disebut sebagai face-threatening

23 digilib.uns.ac.id 33 act (FTA). Untuk mengurangi ancaman terhadap muka mitra tutur, muka penutur hendaknya menggunakan strategi kesantunan. Muka citra diri yang bersifat umum yang ingin dimiliki oleh setiap warga masyarakat, meliputi dua aspek yang saling berkaitan dengan muka negatif dan muka positif. a. Muka positif, yaitu muka yang mengacu pada citra diri orang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang dimilikinya, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakininya diakui orang sebagai suatu hal yang baik, menyenangkan, patut dihargai, dan seterusnya. Contoh: (1) Saya senang dengan kejujuran Anda. (2) Sekarang kejujuran itu tidak menjamin kesuksesan. Tuturan (1) merupakan tuturan yang santun karena menghargai apa yang dilakukan mitra tuturnya, sedangkan tuturan (2) kurang santun karena tidak menghargai apa yang dilakukan mitra tuturnya. b. Muka negatif, yaitu muka yang mengacu pada citra diri orang yang berkeinginan agar ia dihargai dengan jalan penutur membiarkannya bebas melakukan tindakannya atau membiarkannya bebas dari keharusan mengerjakan sesuatu. Contoh: - Jangan tidur terlalu malam, nanti bangunnya kesiangan! Tuturan tersebut merupakan tuturan yang tidak santun karena penutur tidak membiarkan mitra tuturnya bebas melakukan apa yang sedang dikerjakannya. Ketidaksantunan tuturan itu menyangkut muka negatif.

24 digilib.uns.ac.id 34 Kesantunan yang berkenaan dengan muka negatif dinamakan kesantunan negatif. FTA (Face Threatening Act) yang mengancam muka negatif lawan tutur, menurut Brown dan Levinson (1987:66), antara lain meliputi: a. Tindakan yang mengakibatkan lawan tutur menyetujui atau menolak melakukan sesuatu, seperti ungkapan mengenai: orders and requestsm suggestions, advice, remindings threats, warnings, deres (memerintah, meminta, memberi saran, memberi nasihat, mengingatkan, mengancam, memperingatkan, dan menentang): b. Tindakan yang mengungkapkan upaya penutur melakukan sesuatu terhadap lawan tutur dan memaksa lawan tutur untuk menerima atau menolak tindak tersebut, seperti ungkapan mengenai offers, promises (menawarkan dan berjanji); c. Tindakan yang mengungkapkan keinginan penutur untuk melakukan sesuatu terhadap lawan tutur atau apa yang dimiliki oleh lawan tutur, seperti ungkapan mengenai compliments, espressions of strong (negative) emotions toward H-e.g. hatred, anger (pujian atau memberi ucapan selamat, mengagumi, membenci dan marah). Brown dan Levinson (1987:67-68) menyatakan bahwa FTA yang berpotensi mengancam muka negatif penutur antara lain meliputi tindak mengungkap dan menerima ucapan terima kasih, melakukan pembelaan, menerima tawaran, merespon perbuatan lawan tutur yang memalukan, dan melakukan janji atau tawaran yang tidak diinginkan penutur. Sementara itu, tindakan yang mengancam muka positif penutur, menurut Brown dan

25 digilib.uns.ac.id 35 Levinson (1987:68) antara lain terdiri atas tindakan meminta maaf, menerima ucapan selamat, melakukan tindakan fisik yang memalukan merendahkan diri dan mengakui kesalahan. Di samping itu, strategi kesantunan Brown dan Levinson tidak berkenaan dengan kaidah-kaidah, tetapi menyangkut strategi-strategi. Brown dan Levinson (1987:69) menyatakan bahwa dalam melakukan FTA, seorang dapat menggunakan salah satu atau lebih dari lima strategi yang ditawarkan, yaitu: melakukan FTA secara langsung (on record), menggunakan strategi kesantunan positif, menggunakan strategi kesantunan negatif, melakukan FTA secara tidak langsung (off record), dan tidak melakukan FTA (diam saja). a. Melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa basa basi (baldonrecord) Seorang pelaku dapat dikatakan bertanggung jawab terhadap tindakan A yang dilakukannya, seandainya jelas bagi semua peserta tujuan tuturan apa yang menyebabkan pelaku melakukan tindakan A, yaitu hanya ada satu tujuan tuturan yang pada situasi pertuturan tersebut dipahami oleh peserta pertuturan. Misalnya saya mengatakan Saya dengan ini berjanji bahwa saya akan datang besok dan seandainya para peserta tutur samasama memahami bahwa dengan mengatakan itu jelas-jelas saya mengatakan keinginan saya bertanggung jawab untuk melakukan hal tersebut, maka saya gunakan istilah, saya secara on record melakukan janji tersebut. Seandainya penutur memutuskan memilih membuat tuturannya secara on record maka penutur commit masih to user harus menentukan apakah penutur

26 digilib.uns.ac.id 36 harus membuat tuturan secara lugas tanpa usaha menyelamatkan muka lawan baldly without redress. Definisi mengenai baldly without redress adalah melakukan tindakan secara lugas, tanpa usaha penyelamatan muka berarti melakukan tindakan tersebut dengan cara yang paling langsung, jelas, tegas dan ringkas (misalnya untuk meminta seseorang, cukup mengatakan Kerjakan X ). Tindakan semaacam ini biasanya dilakukan manakala penutur tidak mempedulikan akan adanya sanksi pembalasan dari mitra tutur, misalnya dalam situasi di mana (a) penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa karena hal-hal yang bersifat mendesak maka hal-hal yang terkait dengan muka dapat ditangguhkan terlebih dahulu (b) bilamana ancaman terhadap muka mitra tutur sangatlah kecil, misalnya untuk tindakan terkait dengan penawaran, permintaan, saran dan lain sebagainya yang jelas-jelas mengacu pada kepentingan lawan dan tidak memerlukan pengorbanan yang besar pada pihak penutur, dan (c) dimana penutur mempunyai kekuasaan yang jauh lebih tinggi dibandingkan mitra tutur, atau penutur memperoleh dukungan luas untuk melakukan tindakan yang mengancam muka mitra tutur tanpa harus kehilangan mukanya sendiri. Seandainya penutur memutuskan bahwa dirinya menghendaki perlunya mengurangi perasaan kurang senang mitra tuturnya maka penutur tersebut harus melakukan redressive action tindakan penyelamatan muka. Tindakan penyelamatan muka mitra tutur ini diperlukan karena penutur biasanya berkeinginan untuk menjaga kelangsungan hubungan yang harmonis dengan mitra tuturnya.

27 digilib.uns.ac.id 37 Tindakan penyelamatan muka adalah tindakan yang memberikan muka kepada mitra tutur, yang berusaha untuk menangkal rasa kurang senang mitra tutur akibat dari tindakan yang kurang menyenangkan dengan cara melakukan penambahan dan perubahan tuturan sedemikian rupa yang dapat menunjukkan secara jelas kepada mitra tutur bahwa keinginan untuk melakukan tindakan yang kurang menyenangkan tersebut sebenarnya tidak dikehendaki atau tidak dimaksudkan sama sekali oleh penutur, dan bahwa penutur sebenarnya memahami keinginan mitra tutur dan penutur sendiri menginginkan keinginan mitra tutur tersebut dapat tercapai. Tindakan penyelamatan muka tersebut terwujud dalam dua bentuk tergantung aspek muka (negatif atau positif) yang diberi tekanan S=Penutur, H=Mitra tutur. b. Kesantunan Positif Brown dan Levinson (1987) dalam bukunya yang berjudul Politeness Some Universals in Language Usage memberikan batasan mengenai kesantunan positif. Kesantunan positif adalah kesantunan yang diasosiasikan dengan muka positif mitra tutur, yaitu keinginan agar penutur dihargai dan dipahami keinginannya. Pada hakikatnya kesantunan positif ditujukan terhadap muka positif mitra tutur, yaitu citra positif yang dianggap dimiliki oleh mitra tutur, yaitu citra positif yang dimiliki oleh mitra tutur. Kesantunan positif berupa pendekatan yang menorehkan kesan pada muka mitra tutur bahwa pada hal-hal tertentu penutur juga mempunyai keinginan yang sama dengan mitra tutur (yaitu dengan memperlakukannya sebagai anggota kelompok, sahabat, sebagai seseorang yang keinginannya maupun

28 digilib.uns.ac.id 38 seleranya dikenal dan disukai). Untuk mengurangi kekecewaan mitra tutur, Brown dan Levinson (1987: ) strategi-strategi sebagai berikut : 1) Strategi 1: Notice attend to H (his interest, wants, deeds, goods (Memperhatikan minat, keinginan, kelakuan, barang-barang mitra tutur). Penggunaan strategi ini misalnya penutur memperhatikan kondisi mitra tutur yang meliputi segala perubahan secara fisik, kepemilikan barangbarang tertentu dan lain-lain. Contoh : Wah, baru saja potong rambut ya..omong-omong saya datang untuk meminjam sedikit tepung terigu. 2) Strategi 2: Exaggerate (interest, approval, sympathy with H) ( Melebihlebihkan rasa ketertatikan, persetujuan, simpati terhadap mitra tutur ) Contoh : Kebun Anda betul-betul luar biasa. 3) Strategi 3: Intensify interest to H ( Meningkatkan rasa tertarik terhadap mitra tutur )Misalnya pada suatu interaksi, penutur suka menyelipkan sisipan ungkapan dan juga pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya hanya untuk membuat mitra tutur lebih terlihat pada interaksi tersebut. Contoh : Anda tahu kan. 4) Strategi 4: Use in group identity markers ( Menggunakan penanda yang menunjukkan kesamaan jati diri atau kelompok ) Contoh : Bantu saya membawa tas ini ya nak? 5) Strategi 5: Seek agreement ( Mencari dan mengusahakan persetujuan dengan mitra tutur ) Contoh :

29 digilib.uns.ac.id 39 A : Dalam perjalanan pulang ban saya kempes B : Masa Allah, bannya kempes 6) Strategi 6: Avoid disagreement ( Menghindari pertentangan dengan mitra tutur ) Contoh : A : B : Bagaimanakah dia, badannya kecil? Ya, memang kecil, tapi sebenarnya tidak terlalu kecil dan tidak juga terlalu besar. 7) Strategi 7: Presuppose/raise/assert common ground ( Mempresuposisikan atau menimbulkan persepsi sejumlah persamaan penutur dan mitra tutur ) Contoh : A : B : Oh, this cut hurts owfully, Mum ( Oh luka ini sakit sekali, ma ) Yes dear, it hurts terribly, I know ( Ya sayang, memang sakit sekali, saya tahu ) 8) Strategi 8: Joke ( Membuat lelucon ) Contoh : Tidak masalah kan, kalau kue itu saya habisi saja? 9) Strategi 9: Assert or presuppose S`s knowledge of and concern for H`s wants ( Mempresuposisikan atau membuat persepsi bahwa penutur memahami keinginan mitra tuturnya ) Contoh : Ya, saya tahu kamu tidak suka pesta, tetapi pesta ini betulbetul baik. Datanglah! 10) Strategi 10: Offer, promise ( Membuat penawaran dan janji ) Contoh : Saya akan singgah kapan-kapan minggu depan.

30 digilib.uns.ac.id 40 11) Strategi 11: Be optimistic ( Menunjukkan rasa optimisme ) Contoh : Anda pasti dapat meminjamkan mesin pemotong rumput akhir pekan ini, saya yakin. 12) Strategi 12: Include both S and H in the activity ( Berusaha melibatkan mitra tutur dan penutur dalam suatu kegiatan tertenti. Bisa kan? ) Contoh : Kami perlu istirahat. 13) Strategi 13: Give (or ask for) reasons ( Memberikan dan meminta alasan ) Contoh : Bagaimana kalu saya bantu membawa koper Anda 14) Strategi 14: Assume or assert reciprocity ( Menawarkan suatu tindakan timbal balik, yaitu kalau mitra tutur melakukan X maka penutur akan melakukan Y ) Contoh : Saya akan meminjamkan buku novel saya kalau Anda meminjami saya artikel Anda. 15) Strategi 15: Give sympathy to H ( Memberikan rasa simpati kepada mitra tutur ) Contoh : Kalau ada yang dapat saya lakukan untuk Anda, mohon saya diberitahu. c. Kesantunan Negatif Kesantunan negatif adalah keinginan yang diasosiasikan dengan muka negatif mitra tutur, yaitu keinginan agar penutur tidak dilanggar hakhaknya oleh mitra tutur. Kesantunan negatif pada hakikatnya ditujukan terhadap bagaimana memenuhi atau menyelamatkan sebagian muka negatif mitra tutur, yaitu keinginan dasar mitra tutur untuk mempertahankan apa

31 digilib.uns.ac.id 41 yang dianggap sebagai wilayah dan keyakinan dirinya. Jadi, pada dasarnya, strategi kesantunan negatif mengandung jaminan dari mitra tutur bahwa penutur mengakui, menghormati dan seandainya terpaksa melakukan pelanggaran, maka akan berusaha untuk sedikit mungkin melakukan pelanggaran tersebut (keinginan muka negatif mitra tutur dan tidak akan mencampuri atau pun melanggar kebebasan bertindak mitra tutur). Untuk mengurangi pelanggaran terhadap muka negatif mitra tutur, Brown dan Levinson (1987: ) menawarkan sepuluh strategi-strategi sebagai berikut: 1) Strategi 1:Be conventionally indirect ( Mengurangi Ungkapan secara tidak langsung sesuai konvensional masyarakat yang bersangkutan ) Contoh : Tolong ambilkan garamnya! 2) Strategi 2: hedge ( Gunakan bentuk pertanyaan dengan partikel tertentu ) Contoh : Saya minta tolong, bisakan? 3) Strategi 3:Be pessimistic ( Lakukan secara hati-hati dan jangan terlalu optimistik ) Contoh : Mungkin Anda dapat membantu saya. 4) Strategi 4: Minimise the imposition ( Kurangilah kekuatan atau daya ancaman terhadap muka mitra tutur ) Contoh : Bolehkah saya mencicipi kue itu sedikit saja? 5) Strategi 5: Give deference ( Beri penghormatan ) Contoh : Maaf pak, apakah Bapak keberatan kalau saya menutup jendela?

32 digilib.uns.ac.id 42 6) Strategi 6: Apologize ( Gunakan permohonan maaf ) Contoh : Maaf mengganggu Anda, tetapi 7) Strategi 7: Impersonalize S and H ( Jangan menyebutkan penutur dan mitra tutur ) Contoh : Keluarkan bawang itu 8) Strategi 8: State the FTA as a general rule ( Nyatakan tindakan mengancam muka sebagai suatu ketentuan sosial yang umum berlaku ) Contoh : Johnny, kita tidak duduk di meja, kita duduk di kursi. 9) Strategi 9: Nominalize ( Nominalkan pernyataan ) Contoh : Prestasi Anda dalam ujian sangat mengesankan kami. 10) Strategi 10: Go on records as incurring a debt, or as not indebting H ( Nyatakan secara jelas bahwa penutur telah memberikan kebaikanm (hutang) atau tidak kepada mitra tutur ) Contoh : Saya dapat mengerjakan hal ini dengan mudah untuk Anda. d. Melakukan tindak tutur secara tidak langsung (offrecord) Realisasi linguistik dari tindakan off record antara lain meliputi penggunaan metafora dan ironi, pertanyaan retoris, penyederhanaan masalah, tautologi, dan semua ungkapan yang dikemukakan secara tidak langsung oleh penutur sehingga membuka peluang untuk diinterpretasikan secara berbeda-beda. Brown dan Levinson (1987: ) menawarkan lima belas strategi-strategi secara tidak langsung (offrecord) sebagai berikut : 1) Strategi 1: givehints (memberi isyarat). Contoh : Wah, saya haus sekali. (=Berikan saya minum)

33 digilib.uns.ac.id 43 2) Strategi 2: give association clues (memberi petunjuk asosiasi). Cntoh : Kamu pulang lewat pasar Minggu, nggak? (=Kamu bawa mobil. Aku mau numpang sampai Pasar Minggu) 3) Strategi 3: presuppose (menggunakan prasuposisi). Contoh : Aku traktir lagi, nih? (Sebelumnya sudah mentraktir temannya). 4) Strategi 4: understate (menggunakan ungkapan yang lebih halus) Contoh : Dia kurang pandai di sekolah. (=Dia bodoh, tidak pandai) 5) Strategi 5: overstate (menggunakan ungkapan yang berebihan) Contoh : Aku telepon ratusan kali,kok nggak jawab! 6) Strategi 6: usetautologies (menggunakan tautologi). Contoh : Kamu kemarin kok nggak datang, sih.janji tinggal janji. 7) Strategi 7: use contradictions (menggunakan kontradiksi). Contoh : Ah, saya nggak apa-apa. Kecewa, tidak. Nggak kecewa, juga tidak. 8) Strategi 8: use ironic (menggunakan ironi). Contoh : Kamu selalu datang tepat waktu, ya. (=Kamu selalu datang terlambat) 9) Strategi 9: use metaphors (menggunakan metafora). Contoh : Wah, kamu ini kuda, ya? (=Kamu tidak mengenal lelah) 10) Strategi 10: use rethorical questions (menggunakan pertanyaan retorik). Contoh : Aku harus ngomong apa lagi? (=Sudah aku jelaskan panjang lebar, kamu tetap tidak mengerti) 11) Strategi 11: be ambiguous (menggunakan ungkapan yang ambigu).

34 digilib.uns.ac.id 44 Contoh : Wah, ada yang baru menang lotere, nih! (=Tak jelas maknanya, tergantung konteks). 12) Strategi 12: be vague (meggunakan ungkapan yang samar-samar). Contoh : Kamu tahu kan, aku pergi kemana? 13) Strategi 13: over generalize (menggunakan generalisasi yang berlebihan). Contoh : Kamu itu gampang sekali nangis. Orang dewasa kan nggak begitu! 14) Srategi 14: displace H (tidak mengacu ke mitra tutur secara langsung). Contoh : Tito, bawakan koper Ayah, ya! (=Tito masih balita, istrinya yang datang, membawakan koper). 15) Strategi 15: be incomplete, use ellipsis (menggunakan ungkapan yang tidak lengkap). Contoh : Aduh panasnya... (=Aduh panasnya ruangan ini. Tolong AC nya dinyalakan). e. Strategi diam Strategi diam ini dilakukan oleh penutur untuk menanggapi ujaran laim yang kurang pantas jika dijawab, sehingga dengan diam penutur menunjukkan kesantunan daripada menjawab atau melakukan tindak tutur tertentu. Untuk kepentingan analisis dan sebagai keefektifan dalam mempergunakan teori, maka di dalam penelitian ini penulis hanya meneliti jenis tindak tutur mengkritik dan strategi kesantunan menurut Brown Levinson. 6. Acara Sentilan Sentilun

35 digilib.uns.ac.id 45 Acara Sentilan Sentilun adalah sebuah acara yang ditayangkan Metro TV setiap senin pukul WIB. Tokoh dalam acara ini adalah tokoh rekaan yang dimainkan secara apik oleh aktor Butet Kartaredjasa dan Slamet Rahardjo. Acara Sentilan Sentilun membahas gonjang-ganjing suasana perpolitikan di indonesia dari sudut pandang tersendiri. Acara ini dibuat sedemikian rupa sehingga tema politik yang berat sekalipun akan dibawakan dengan gaya yang kocak dan ringan mudah untuk dicerna oleh orang awam sekalipun. Celetukan-celetukan yang panas, mungkin dapat memerahkan telinga para politisi di Indonesiapun tidak terlalu kentara tetapi cukup telak mengenai sasaran. Acara Sentilan Sentilun bersetting di sebuah kediaman seorang yang kaya raya dan ningrat dari Jawa, seorang Ndoro atau majikan bernama Sentilan yang diperankan oleh Slamet Raharjo dan seorang batur atau pembantunya bernama Sentilun yang diperankan oleh Butet Jogja atau Butet Kertaradjasa. Celetukan-celetukan Sentilun yang polos dan sok tahu cukup membantu untuk melihat gambaran perpolitikan ala rakyat indonesia pada umumnya. Sentilun disini digambarkan sebagai wong cilik, seorang batur atau pembantu yang ceriwis kritis dan selalu ingin tahu. Dia menyentil lawan bicaranya dengan gayanya yang ceplas-ceplos dan sok tahu. Sentilun adalah gambaran seorang rakyat jelata yang sadar akan politik. Celetukan dan kritik pedas Sentilun bisa menjadi obat kesumpekan karena morat-maritnya keadaan di dalam negeri serta sebagai pendidikan politik yang murah meriah bagi rakyat Indonesia. Sehingga rakyat tidak hanya disuguhi sinetron yang ceritanya itu-itu saja, acara-acara komedi yang

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV

Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa memiliki peran yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Penelitian mengenai tindak tutur dan penerapan strategi kesantunan sudah banyak dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY

DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY 1 DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY Eli Mandari 1, Charlina 2, M.Nur Mustafa 3 fidearly@gmail.com. No. HP. 085263570873 charlinahadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. penelitian yang bersumber dari acara infotainment talkshow baru pertama kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai prinsip kesantunan dan implikatur yang menggunakan pendekatan pragmatik sudah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang biasa disapa Ahok adalah seorang politisi yang memiliki fungsi dan kedudukan khusus di DKI Jakarta. Ahok dikenal sebagai seorang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini, diuraikan segala hal mengenai pendekatan penelitian yang digunakan, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, dan teknik pengolahan data.

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang

UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA. Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang UNGKAPAN PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Nur Anisa Ikawati Universitas Negeri Malang Abstrak: Ungkapan penerimaan dan penolakan merupakan bagian dari ungkapan persembahan dalam suatu tindak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR MENYURUH

TINDAK TUTUR MENYURUH digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR MENYURUH DAN KESANTUNAN BERBAHASA PENGAJAR TAMAN PENDIDIKAN AL-QURAN DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DAN NEGATIF PADA KALIMATDEKLARATIF DALAM DRAMA RICH MAN POOR WOMAN ARTIKEL ILMIAH OLEH: DIAH IKA MEIRINA NIM 0911120090 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows

Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows Strategi Kesopanan dalam Tindak Tutur Tak Langsung pada Film Harry Potter and the Deathly Hallows Oleh Adrian Kurniawan Zahar * ABSTRAK Jurnal ini menjelaskan tentang strategi kesopanan dalam tindak tutur

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA

TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA digilib.uns.ac.id TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN KESANTUNAN NEGATIF DALAM REALITY SHOW MINTA TOLONG DI RAJAWALI CITRA TELEVISI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan berkomunikasi antar manusia terbagi menjadi dua bentuk komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua bentuk yaitu lisan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT Kesantunan berbahasa merujuk pada keaadaan yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dalam masyarakat selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesamanya yang disebut komunikasi. Berkomunikasi di dalam masyarakat menggunakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan

Lebih terperinci

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT ANALISIS KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENGANCAM MUKA NEGATIF MITRA TUTUR PADA TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK THE ADVENTURES OF SHERLOCK HOLMES Maftuchah Dwi Agustina uwiequw@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Tindak Tutur Direktif Guru dalam Komunikasi Proses Belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang bahasa khususnya tindak tutur direktif (kajian pragmatik) sebelumnya pernah dilakukan oleh Yuda Eka Setyaningsih (2004) dengan judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak diteliti dan diamati orang. Namun, sejauh yang peneliti ketahui dalam konteks proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Studi Terdahulu Penelitian yang pernah dilakukan oleh penulis-penulis sebelumnya yang sejenis dan relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam upaya

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG Nensi Yuferi 1), Hasnul Fikri 2), Gusnetti 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berinteraksi dengan yang lain, manusia memiliki emosi yang dapat diekspresikan melalui banyak hal. Salah satu contoh emosi tersebut ialah perasaan kebencian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan sosial dalam masyarakat. Kesantunan berbahasa sendiri merupakan pengungkapan gagasan, ide atau pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal lain(kbbi, 2003:58). 2.1.1Implikatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen penelitian, data dan sumber data penelitian, dan teknik analisis data. 3.1 Metode Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL

KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL Edy Jauhari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya Mahasiswa Pascasarjana UNS Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak akan saling terhubung. Berkomunikasi pada umumnya melibatkan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Levinson (dalam Manaf 2009:6) Bahasa dapat dikaji, berdasarkan pragmatik, pragmatik adalah cabang linguistik yang membahas pemakaian bentuk bahasa untuk fungsi komunikasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How to do things with word pada tahun 1965. Austin (1962)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, semua aspek kehidupan di dunia baik itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

REPRESENTASI KERAGAMAN DIREKTIF DALAM WACANA PERKULIAHAN PADA PROGRAM MAGISTER BAHASA INDONESIA PASCASARJANA BUMI TADULAKO PALU

REPRESENTASI KERAGAMAN DIREKTIF DALAM WACANA PERKULIAHAN PADA PROGRAM MAGISTER BAHASA INDONESIA PASCASARJANA BUMI TADULAKO PALU REPRESENTASI KERAGAMAN DIREKTIF DALAM WACANA PERKULIAHAN PADA PROGRAM MAGISTER BAHASA INDONESIA PASCASARJANA BUMI TADULAKO PALU Fatma Mahasiswa S3 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS kasimfatma24@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur merupakan gejala individual, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan berbahasa si penutur

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK Evi Chamalah dan Turahmat Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Sultan Agung chamalah@unissula.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula merusak hubungan diantaranya adalah hubungan sosial dapat terlihat dalam aktifitas jual beli dipasar. Keharmonisan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG Oleh: Winda Elmita 1, Ermanto 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas

Lebih terperinci