PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MUTIARA SANI A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RINGKASAN MUTIARA SANI. Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Dibimbing oleh NURHAYATI H.S. ARIFIN. Kompleks Candi Gedong Songo yang berlokasi di Kabupaten Semarang, merupakan salah satu karya arsitektur awal pada masa perkembangan agama Hindu, dibuktikan dengan ditemukannya arca-arca Hindu yang terletak di dalam candi. Kompleks Candi Gedong Songo memiliki nilai sejarah dan sumberdaya budaya yang dapat menjadi sumber pengetahuan dan dapat menumbuhkan apresiasi terhadap warisan budaya. Pada saat ini pengembangan kawasan obyek wisata Candi Gedong Songo kurang memanfaatkan sumberdaya budaya dan sejarah kawasan secara optimal, dan cenderung merupakan tempat tujuan wisata yang hanya bersifat rekreatif. Untuk memanfaatkan sumberdaya peninggalan sejarah secara optimal sebagai obyek wisata, perlu disusun suatu pengembangan wisata sejarah, termasuk di dalamnya yaitu perencanaan lanskapnya. Perencanaan lanskap Kompleks Candi Gedong Songo yang dilakukan dalam studi ini merupakan perencanaan yang dapat mengintegrasikan upaya untuk melindungi kawasan sebagai kawasan sejarah dengan upaya pengembangannya sebagai kawasan wisata, agar tetap saling mendukung. Metode yang digunakan dalam studi ini yaitu metode perencanaan kawasan menurut Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya lanskap sejarah dan budaya. Data yang diambil meliputi data aspek sejarah, aspek biofisik, aspek sosial, budaya dan ekonomi, aspek wisata, serta aspek pengelolaan lanskap Kompleks Candi Gedong Songo. Kemudian data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan spasial. Dari hasil analisis, dilakukan sintesis dengan menentukan konsep pengembangan kemudian dibuat suatu rencana lanskap. Berdasarkan pengelolaannya saat ini, pada Kompleks Candi Gedong Songo terdapat tiga jenis area yaitu area rekreasi (dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Budaya), area candi (dikelola Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala), dan area hutan (milik Perum PERHUTANI). Sesuai dengan namanya Candi Gedong Songo yang berarti sembilan rumah dewa, di kawasan ini terdapat sembilan candi, tetapi hanya tujuh candi yang dapat dikunjungi; sedangkan dua candi yang lainnya masih dalam tahap penelitian. Permasalahan utama yang ditemukan adalah ancaman terhadap eksistensi candi akibat aktivitas wisata dan pengembangan fasilitas wisata yang tidak terkontrol, belum adanya fasilitas atau sarana interpretasi yang memadai, kondisi fisik lanskap yang rawan erosi atau longsor, serta masalah ekonomi masyarakat disekitar kompleks candi. Untuk melindungi kawasan benda cagar budaya, berdasarkan PP No. 10/1993 maka perlu dilakukan pemintakan atau zonasi ruang yang terdiri dari mintakat inti, mintakat penyangga, dan mintakat pengembangan. Sedangkan untuk pengembangan sebagai kawasan wisata, penerapan zonasi ruang dalam konsep wisata mencakup ruang obyek wisata utama, ruang transisi, ruang fasilitas pelayanan wisata, dan ruang penerima (welcome area). Kedua kepentingan tersebut perlu diintegrasikan sesuai dengan kondisi lanskap yang ada.

4 Dari hasil integerasi dua kepentingan, yaitu kepentingan pelestarian dan pengembangan wisata maka pembagian ruang yang diterapkan meliputi mintakat inti yang merupakan juga ruang obyek wisata utama, mintakat penyangga yang didalamnya terdapat ruang transisi dan obyek wisata pendukung, dan mintakat pengembangan yang didalamnya terdapat ruang fasilitas pelayanan dan ruang penerima, sedangkan untuk dua candi yang masih dalam tahap penelitian merupakan zona tertutup (restricted area) dan tidak dapat dikunjungi. Dengan zonasi tersebut diharapkan dapat dilakukan pengelolaan pelestarian atau perlindungan candi-candi Gedong Songo sebagai benda cagar budaya, dan pengendalian aktivitas wisata maupun pembangunan fasilitas wisata serta konservasi tanah dan air. Konsep dasar pengembangan lanskap wisata sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo yaitu menciptakan lanskap wisata sejarah dan budaya untuk mendukung interpretasi tatanan Candi Gedong Songo dan memberikan kenyamanan wisata secara optimal. Untuk mewujudkan konsep dasar tersebut dikembangkan konsep ruang wisata, konsep sirkulasi, konsep interpretasi, konsep fasilitas dan konsep tata hijau. Secara spasial, konsep tersebut diterjemahkan dalam rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana interpretasi, rencana fasilitas dan rencana tata hijau. Ruang wisata yang direncanakan terdiri dari ruang obyek wisata utama, mintakat penyangga, ruang fasilitas pelayanan wisata dan ruang penerima (welcome area). Ruang obyek wisata utama (terletak pada mintakat inti) merupakan area candi yang dapat dikunjungi tetapi harus dilindungi secara ketat. Ruang obyek wisata utama meliputi kelompok Candi Gedong I sampai kelompok Candi Gedong VII. Mintakat penyangga berupa ruang terbuka hijau yang mengelilingi mintakat inti yang berfungsi sebagai pembatas atau pelindung mintakat inti, serta konservasi tanah dan air. Untuk aktivitas wisata pada mintakat penyangga terdapat ruang transisi, ruang obyek wisata pendukung dan ruang terbuka hijau. Ruang fasilitas pelayanan wisata (terletak pada mintakat pengembangan), pada ruang ini terdapat fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan wisata. Ruang penerima (terletak pada mintakat pengembangan), merupakan ruang yang menyambut kedatangan wisatawan, dan menghubungkan jalur akses dengan kawasan wisata. Rencana sirkulasi berfungsi sebagai penghubung antar ruang wisata dan sebagai jalur interpretasi. Sirkulasi ini terdiri dari tiga rute sesuai jarak atau waktu tempuh dengan pola loop (memutar). Rencana interpretasi ditujukan untuk interpretasi tatanan Candi Gedong Songo, dan lanskapnya, serta kebudayaan setempat yang berkaitan dengan Candi Gedong Songo. Rencana fasilitas bertujuan untuk mendukung interpretasi dan apresiasi obyek sejarah dan budaya serta meningkatkan kenyamanan pengunjung. Rencana tata hijau disesuaikan dengan karakter kawasan, fungsi dan aktivitas pada ruang-ruang yang akan diterapkan. Fungsi tanaman yaitu sebagai penguat identitas, estetika, konservasi tanah dan air, pembatas, peneduh, penyerap polusi dan menambah kesejahteraan penduduk. Untuk menambah kesejahteraan penduduk sekitar, maka pada ruang penyangga ditanam tanaman produksi yaitu gandapura (Gaultheria fragrantissima). Sebagai produk akhir studi ini, komponen-komponen rencana tersebut di atas diintegrasikan dalam bentuk rencana lanskap (lanscape plan).

5 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 LEMBAR PENGESAHAN JUDUL : PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG NAMA : MUTIARA SANI NRP : A PROGRAM STUDI : ARSITEKTUR LANSKAP Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, MSc. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP Tanggal Lulus:

6 i RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 17 Februari 1986, sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Marjito dan Ibu Yuliani. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN Wonorejo II pada tahun Pada tahun 2000 penulis lulus dari SLTP N 1 Klepu, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan dari SMU N 1 Ungaran. Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Pada tahun menjadi pengurus organisasi Lembaga Sruktural BEM-A LENSA sebagai bendahara. Pada tahun menjadi pengurus organisasi Himaskap sebagai anggota divisi humas dan pada tahun sebagai anggota divisi keprofesian. Pada tahun ajaran dipercaya sebagai Asisten Dosen pada mata kuliah Pelestarian Lanskap Sejarah dan Budaya (semester ganjil) dan pada mata kuliah Teknik Penulisan Ilmiah (semester genap).

7 ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis panjatkan pada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah mengajarkan dan mengajak umatnya ke jalan yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Judul studi ini adalah Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada : 1. Dr. Ir Nurhayati H.S. Arifin, MSc. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh kesabaran. 2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 3. Dr. Alinda F.M. Zain, MSc. dan Ir. Qodarian Pramukanto, MSi. sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. 4. Staf Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Jawa Tengah; dan seluruh staf UPTD Kompleks Candi Gedong Songo; Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Semarang; LINMAS kabupaten Semarang serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan atas bantuannya dalam pengambilan data. 5. Bapak Sumarno dan Bapak Supeno atas bimbingan dan bantuannya dalam pengambilan data. 6. Yang tersayang Bapak, Ibu, Kak Neng dan Mas Ik atas dukungan, semangat, doa, cinta dan materi yang telah diberikan kepada penulis. Begitu pula dengan keluarga besar Ali Sumarna atas doa dan dukungan yang telah diberikan.

8 iii 7. Seluruh staf pengajar khususnya Departemen Arsitektur Lanskap yang telah memberikan ilmu serta bimbingan kepada mahasiswa Arsitektur Lanskap. 8. Sahabatku Indah, Opeh, Puji terima kasih atas keceriaan dan persahabatannya; Uci, Allin, Hendry, Sano, Rahmi, Shasa, Icut, Tari, Efita atas kerjasama dan saran-sarannya; dan keluarga besar LA 40 yang tak bisa disebutkan satu demi satu, terima kasih atas segala semangat, keceriaan, bantuan dan masukannya. 9. Keluarga Saung Ivon yang bersedia hidup bersamaku dan menerimaku apa adanya Reren, Bayu, Desi, Yuyun, Umah, Dewi, Yasmin, Ika, Eka, Susi, dan Indah terima kasih atas persahabatan dan bantuannya. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu demi satu. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca yang memerlukan. Terima kasih. Bogor, 18 Januari 2008 Penulis

9 iv DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Studi Manfaat Studi... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Candi Wisata Sejarah dan Budaya Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya... 7 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Batasan Studi Metode Studi Tahap Inventarisasi Tahap Analisis Tahap Sintesis Tahap Penentuan Konsep Tahap Pembuatan Rencana Lanskap BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1. Aspek Sejarah Sejarah Kompleks Candi Gedong Songo Makna dan Fungsi Kompleks Candi Gedong Songo Elemen Candi Aspek Fisik Letak Geografis dan Aksesibilitas Topografi dan Jenis Tanah Hidrologi Iklim... 32

10 v Vegetasi dan Satwa Utilitas Kualitas Visual Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Keadaan Sosial, Ekonomi dan Pendidikan Kepercayaan, Budaya dan Kesenian Aspek Wisata Pengunjung Obyek Wisata dan Atraksi Wisata Fasilitas Pendukung Wisata Aspek Pengelolaan Lanskap Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo Sumber Dana Rencana dan Kebijakan Pengembangan BAB V KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Kebutuhan Ruang Konservasi dan Wisata Kebutuhan Ruang Konservasi Kebutuhan Ruang Wisata Upaya Pelestarian Upaya Pelestarian BCB Upaya Pelestarian Lanskap Alami Konsep Pengembangan Lanskap Konsep Ruang Wisata Konsep Sirkulasi Konsep Interpretasi Konsep Fasilitas Konsep Tata Hijau BAB VI PERENCANAAN LANSKAP 6.1. Rencana Ruang Wisata Rencana Sirkulasi Rencana Interpretasi... 96

11 vi 6.4. Rencana Fasilitas Rencana Tata Hijau Rencana Lanskap BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 vii DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Peta Lokasi Studi Bagan Proses Perencanaan Pembagian Tingkatan Candi Candi Gedong I Yoni pada Candi Gedong I Candi Gedong II Candi Gedong III Dhurga Mahisasuramardhini Agastya Ganeca Nandiswara dan Mahakala Gajah Njerum Candi Gedong IV Candi Gedong V Pemandangan dari Candi Gedong V Candi Gedong VI Candi Gedong VII Candi Gedong VIII Candi Gedong IX Peta Akses Menuju Candi Peta Topografi Grafik Suhu Udara Rata-Rata per Tahun Grafik Kelembaban Udara Rata-Rata per Tahun Grafik Curah Hujan Rata-Rata per Tahun Peta Kualitas Visual Uap Belerang Mata Air Panas Pemandian Air Panas Belerang Air Suci Kali Bening... 51

13 viii 30. Panggung Pagelaran Kesenian Daerah Panjat Tebing buatan Menara Pandang Area Parkir Bis Pariwisata Area Parkir Mobil Area Parkir Kendaraan Roda Dua Pendopo Aula dan Tempat Penyimpanan Gamelan Papan Informasi Pemugaran Candi Gedong Songo Kondisi Jalan di dalam Kompleks Kios Makanan Kios-kios Liar di Sekitar Candi Taman Bermain Area Perkemahan Peta Tapak Saat Ini Peta Analisis Pembagian Ruang Saat Ini Kebutuhan Ruang Perlindungan BCB Kebutuhan Ruang Wisata Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Pola Loop Tingkatan Keutamaan Kedewaan Candi Gedong Songo Tatanan Lanskap Candi Gedong Songo Rencana Ruang Rencana Jalur Wisata Ilustrasi Pintu Masuk Ilustrasi Papan Informasi Ilustrasi Papan Interpretasi Ilustrasi Museum dan Gedung Audio Visual Ilustrasi Suasana Aula Gamelan Ilustrasi Pendopo Ilustrasi Suasana Kios Makan

14 ix 62. Ilustrasi Musholla Toilet atau Kamar Mandi Ilustrasi Pemandian Air Panas dan Pancuran Ilustrasi Menara Pandang Rencana Lanskap Perbesaran Gambar

15 x DAFTAR TABEL Halaman 1. Data yang Dikumpulkan Vegetasi pada Kompleks Candi Gedong Songo Jumlah Keluarga Menurut Status Pekerjaan Jumlah Keluarga Menurut Status Pendidikan Peningkatan Jumlah Pengunjung Dari Tahun Jumlah Pengunjung Pada Tahun Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Saat Ini Fungsi Kawasan, Potensi, Kendala, dan Solusi Matriks Hubungan Ruang Pelestarian dan Ruang Wisata Hubungan Antara Fungsi Tanaman dan Ruang Rencana Fasilitas Bagi Pengunjung Kompleks Candi Gedong Songo Fungsi dan Alternatif Jenis Tanaman

16 xi DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kuisioner Pendapat Pengunjung

17 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan yang beragam, salah satu faktor pembentuk keragaman kebudayaan di Indonesia adalah adanya interaksi antara penduduk asli dengan pendatang yang masuk ke Indonesia, diantaranya yaitu kebudayaan India (Hindu-Budha). Aspek-aspek kebudayaan dari India kemudian berkembang serta menghasilkan bentuk-bentuk baru kebudayaan Indonesia kuno yang pada akhirnya pencapaian tersebut diakui sebagai hasil kreativitas penduduk Indonesia sendiri (Munandar, 2006). Kebudayaan yang berkembang tersebut kemudian diwujudkan dalam bentuk fisik terutama yang berhubungan dengan agama Hindu dan Buddha yaitu seni arca dan seni bangun. Bangunan yang didirikan yaitu bangunan-bangunan suci yang dibuat sesuai dengan ajaran agama Hindu atau Buddha sebagai bentuk dari pemujaan terhadap dewa dan dewi yang disebut candi. Pembangunan tempattempat suci ini merupakan suatu karya komunal atau masyarakat yang didedikasikan bagi kehidupan agama yang berkembang di wilayah tersebut. Dengan demikian tempat-tempat suci atau candi ini menunjukkan suatu bentuk kebudayaan masyarakat yang berkembang saat itu. Perkembangan arsitektural candi baik yang berlatar belakang agama Hindu maupun Buddha terus mengalami perkembangan dari akhir abad ke-7 sampai abad ke-10. Karya arsitektur awal candi yang masih dapat bertahan hingga saat ini dari masa perkembangan Hindu- Buddha di Jawa hanya beberapa bangunan, misalnya: Candi Gunung Wukir di Magelang, beberapa candi di dataran tinggi Dieng, candi-candi Gedong Songo di Ambarawa (Jawa Tengah), dan Candi Badut di Malang (Jawa Timur) (Munandar, 2006). Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu karya arsitektur awal pada masa perkembangan agama Hindu, dibuktikan dengan ditemukannya arca-arca Hindu yang terletak di dalam candi. Kompleks Candi Gedong Songo ini ditemukan pada tahun 1740 oleh Raffles, kemudian dilakukan pemugaran oleh Dinas Peninggalan sejarah dan purbakala secara bertahap dari tahun dan tahun dan menjadi salah satu obyek wisata di Kabupaten

18 2 Semarang. Kompleks Candi Gedong Songo memiliki nilai sejarah dan sumberdaya budaya yang dapat menjadi sumber pengetahuan dan dapat menumbuhkan apresiasi terhadap warisan budaya, sehingga perlu dijaga dan dilestarikan agar masyarakat memiliki apresiasi terhadap kebudayaan dan sejarah masa lampau serta dapat menjadi salah satu obyek wisata sejarah dan budaya yang bernilai ekonomi bagi warga setempat maupun pemerintah daerah. Pada saat ini pengembangan kawasan obyek wisata Candi Gedong Songo kurang memanfaatkan sumberdaya budaya dan sejarah kawasan secara optimal dan cenderung merupakan tempat tujuan wisata yang hanya bersifat rekreatif. Untuk memanfaatkan sumberdaya peninggalan sejarah secara optimal sebagai obyek wisata, perlu disusun suatu pengembangan wisata sejarah, termasuk di dalamnya yaitu perencanaan lanskapnya Tujuan Studi Tujuan studi ini adalah membuat perencanaan lanskap wisata sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo, Kabupaten Semarang untuk mendukung interpretasi tatanan Candi Gedong Songo dan memberikan kenyamanan wisata secara optimal. Melalui perencanaan lanskap ini diharapkan selain dapat melindungi lanskap sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo juga dapat mengoptimalkan aktivitas wisata sejarah dan budaya, sehingga dapat memberikan interpretasi yang dapat meningkatkan apresiasi sejarah dan budaya pada kompleks candi Manfaat Studi Perencanaan lanskap kawasan Candi Gedong Songo diharapkan bermanfaat sebagai: 1. Bahan masukan bagi Pengelola Kompleks Candi Gedong Songo yaitu Balai Peninggalan dan Pelesterian Purbakala Propinsi Jawa Tengah dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Pemda Kabupaten Semarang, serta dinas-dinas yang terkait lainnya dalam usaha pelestarian dan pengembangan kawasan tersebut.

19 3 2. Bahan masukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya wilayah Desa Candi dan umumnya wilayah Kabupaten Semarang, melalui pengembangan wisata sejarah dan budaya di Kompleks Candi Gedong songo. 3. Memberikan informasi bagi pihak mana saja yang ingin mengetahui hasil penelitian tentang perencanaan lanskap sejarah dan budaya Kompleks Candi Gedong Songo.

20 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan kesatuan antara seluruh elemen-elemennya, makin kuat karakter lanskap tersebut (Simonds, 1983). Sedangkan Eckbo dalam Laurie (1985) mendefinisikan lanskap merupakan bagian dari kawasan lahan yang dibangun ataupun dibentuk oleh manusia, di luar bangunan jalan, utilitas dan sampai alam bebas yang dirancang terutama sebagai ruang tempat tinggal manusia. Menurut Harris dan Dines (1988) lanskap sejarah merupakan lanskap pada masa lalu yang terdiri dari bukti-bukti fisik atas kehadiran manusia di bumi, dimana peninggalan-peninggalannya dimasa sekarang menghadirkan kesinambungan antara masa lalu dengan masa sekarang. Kemudian Goodchild (1990) menyatakan suatu lanskap dikatakan bernilai sejarah bila mengandung satu atau lebih alasan berikut: 1. Lanskap tersebut merupakan suatu contoh penting dan harus dihargai dari suatu tipe lanskap atau taman. 2. Mengandung bukti-bukti penting (baik tampak di atas permukaan tanah maupun yang tersembunyi di bawah tanah) yang menarik untuk dikaji dan dipelajari. 3. Terdapat kaitan dengan masyarakat dan peristiwa mas lalu yang penting. 4. Mengandung nilai-nilai yang terkait dengan bangunan-bangunan bersejarah, monumen-monumen atau tapak-tapak bersejarah lainnya. Kawasan bersejarah merupakan lokasi bagi peristiwa bersejarah yang penting dilestarikan untuk memberikan suatu makna bagi peristiwa terdahulu. lingkungan fisiknya, melalui penataan, dapat merupakan suatu yang membantu menghubungkan peristiwa masa lalu tersebut dengan bentukan atau karakter lanskap sekarang, serta menentukan masa depan lanskap bagi generasi yang akan datang (Nurisjah dan Pramukanto, 1995).

21 5 Menurut Tisler dalam Nurisjah dan Pramukanto (1995) mendefinisikan lanskap budaya sebagai suatu kawasan geografis yang menampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu pola kebudayaan tertentu. Lanskap ini memiliki hubungan erat dengan aktivitas manusia, performa budaya dan juga nilai dan tingkat estetika, termasuk kesejarahan yang dimiliki kelompok tersebut. Dinyatakan bahwa kebudayaan merupakan agen atau perantara dalam proses pembentukan lanskap tersebut, kawasan alami atau asli merupakan medium atau wadah pembentukannya, dan lanskap budaya merupakan hasil atau produknya yang dapat dilihat dan dinikmati keberadaannya baik secara fisik maupun psikis. Menurut Shlunger (2001) bahwa lanskap tidak diciptakan melainkan hasil dari aktivitas manusia pada lahan, memanipulasi lingkungan fisik disekitarnya bermukim. Lanskap tersebut merupakan mosaik yang merefleksikan sumber daya alam, budaya, habitat manusia dan interaksi diantaranya. Konservasi nilai budaya menurut Goodchild (1990) yaitu melindungi, memelihara, dan mendayakan sumberdaya kultural sehingga dapat tetap dipertahankan karakter budayanya dan tetap menjadi bagian positif dalam kehidupan budaya masa kini. Menurut Goodchild (1990) lanskap sejarah harus dikonservasi karena : 1. Merupakan bagian integral dan penting dari warisan budaya, berguna untuk menjelaskan/ menentukan keutuhan/ kondisi warisan. 2. Merupakan bukti fisik/ arkeologi dari aspek sejarah dan warisan budaya. 3. Memberikan kontribusi dalam kesinambungan perkembangan kebudayaa dan sebagai bahan edukatif untuk masyarakat umum. 4. Memberi kontribusi pada pengalaman yang ada. 5. Merupakan public amenity yang memiliki nilai sejarah. 6. Sebagai public ameniy yang mempunyai nilai ekonomi, jika diberdayakan untuk wisata Candi Antara abad ke-7 dan abad ke-15 dibangun ratusan bangunan suci yang disebut candi dan berbagai bangunan lainnya. Kata candi secara umum berasal dari kata candikagrha yang berarti tempat candika yaitu dewi kematian dan istri dari Dewa Siwa. Candi berkaitan dengan kematian, pembangunan candi bertujuan

22 6 untuk mengagungkan kematian raja atau ratu. Secara harfiah dapat diinterpretasikan bahwa candi merupakan bangunan yang digunakan untuk tujuan upacara pemakaman atau bahkan sebuah makam (Miksic, 1999). Menurut Gericka dan Roorda Krom dalam Soekmono (2005), candi pada mulanya berarti suatu tanda peringatan dari batu, baik berupa tumpukan batu-batu belaka maupun berupa sebuah bangunan kecil, yang didirikan di atas tempat penanaman abu jenazah. Namun pada perkembangannya ditemukan adanya patung dewa. Dewa yang diwujudkan sebagai patung ini sekaligus melambangkan raja yang telah mencapai moksa (pencerahan/ bodhi). Sehingga candi memiliki dua fungsi yaitu sebagai bangunan pemakaman sekaligus sebagai kuil tempat pemujaan dewa. Maka pada candi terdapat penggabungan antara penyembahan dewa dan pemujaan roh nenek moyang telah dan menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sebelum masuknya agama Hindu maupun Buddha (Soekmono, 2005). Pada awalnya bangunan suci dalam masyarakat Jawa Kuna (candi) tidak didirikan dalam bentuk lengkap, melainkan hanya berupa bangunan batur (soubasement) yang di permukaannya diletakkan objek-objek sakral (Lingga-Yoni dan arca-arca), jadi candi-candi bersifat terbuka dan arca utama kelihatan dari luar (Dumarcay, 1999 dalam Munandar, 2006). Objek sakral itu kemudian dinaungi oleh atap dari bahan yang mudah rusak, seperti ijuk, jalinan rumput ilalang kering, kayu dan bambu. Oleh karena itu bagian atap tidak dapat dijumpai lagi hingga sekarang. Pada sekitar awal abad ke-9 terjadi perombakan besar-besaran terhadap bangunan-bangunan suci demikian, dengan ditambahi dengan dinding, relungrelung, serta struktur atap yang terbuat dari bahan yang tahan lama (batu). Candi dibangun sebagai tempat suci untuk mengagungkan kematian raja yang dipercaya merupakan titisan dewa, dan dianggap sebagai dewa bumi yang mengatur rakyat untuk melindungi kosmik dibawah perintah dewata. Dalam kematian raja telah disatukan kembali dengan dewa pelindung dan menjadi abadi. ketika penobatan ruangan candi, patungnya menjadi objek untuk beribadah (Miksic, 1999). Salah satu fungsi utama dari candi adalah untuk melindungi patung dewa dari gangguan cuaca dan dari orang awam. Dewa dipercaya tidak tinggal dan menempati patung setiap saat. Para Dewa turun melalui panjatan doa dan secara

23 7 teratur menempatinya. Pada saat ini patung-patung tersebut dapat dilihat oleh orang awam tetapi yang diperbolehkan untuk masuk ruangan candi adalah pendeta-pendeta Wisata Sejarah dan Budaya Wisata merupakan kumpulan aktivitas, layanan, industri yang menyediakan pengalaman dalam perjalanan/ travel yaitu transportasi, akomodasi, makanan-minuman, toko-toko, hiburan, fasilitas kegiatan dan layanan ramah lain yang tersedia bagi perorangan maupun kelompok yang melakukan perjalanan jauh dari tempat tinggalnya. Menurut Suwantoro (2004), definisi luas pariwisata adalah perjalanan ke suatu tempat lain, bersifat sementara, dilakukan dengan berbagai kepentingan antara lain ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain. Wisata sejarah adalah wisata ke kawasan dan atau bangunan-bangunan yang memiliki nilai sejarah dan nilai-nilai lain yang dianggap penting untuk dilindungi, dikembangkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dokumentasi dan kepariwisataan (Anonymous, 2001). Wisata budaya merupakan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau luar negeri untuk mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Wisata budaya merupakan wisata yang daya tariknya bersumber dari obyek kebudayaan, seperti peninggalan sejarah/ purbakala, museum, atraksi kesenian, peristiwa khusus, obyek lain yang berkaitan dengan obyek wisata budaya. Sedangkan menurut Yoeti (1991) wisata budaya adalah jenis pariwisata dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan dikarenakan adanya daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah Perencanaan Lanskap Wisata Sejarah dan Budaya Perencanaan tapak adalah suatu proses dimana analisis tapak dan persyaratan-persyaratan program untuk maksud kegunaan tapak dibahas bersama didalam proses sintesis yang kreatif. Elemen-elemen dan fasilitas-fasilitas ditempatkan pada tapak sesuai dengan keterkaitan fungsionalnya dan dalam suatu

24 8 cara yang benar-benar tanggap terhadap karakteristik-karakteristik tapak dan wilayahnya (Laurie, 1985). Selanjutnya Laurie (1985) menyatakan bahwa perencanaan tapak merupakan suatu proses menyediakan atau mengalokasikan kebutuhan manusia dan menghubungkan satu sama lain di dalam maupun di luar tapak. Kegiatan perencanaan ini diawali dengan pemahaman terhadap keadaan awal tapak, manusia sebagai pengguna tapak dengan aktivitasnya, aturan atau kebiasaan dan tujuan yang diinginkan. Perencanaan memegang peranan penting dalam pengembangan kepariwisataan. Tanpa perencanaan, dapat timbul masalah-masalah sosial budaya, terutama di daerah atau tempat dimana terdapat perbedaan tingkat sosialnya antara pendatang dan penduduk setempat (Yoeti, 1991). Menurut Gold (1980) perencanaan laskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain: 1. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya. 2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang. 3. Pendekatan ekonomi yaitu penentuan jumlah, tipe dan lokasi kemungkinan-kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi. 4. Pendekatan perilaku yaitu penentuan kemungkinan-kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia. Dalam perencanaan lanskap tahap yang dilakukan setelah penetapan tapak/ lanskap yaitu inventarisasi, analisis, sintesis, pembuatan konsep, lalu perencanaan tapak. Inventarisasi merupakan tahap penumpulan data dan keadaan awal dari tapak melalui survei lapang, wawancara, pengamatan, dan lain-lain. Data yang dikumpulkan meliputi keadaan eksisting iklim, topografi, fisiografi dan hidrologi, tanah, vegetasi, survei kualitas visual dan lain-lain, data sosial seperti kebudayaan, pendidikan dan ekonomi. Analisis merupakan tahap untuk mengetahui masalah, kendala dan potensi yang dimiliki tapak dan kemungkinannya untuk dikembangkan. Pada tahap ini dibuat program pengembangan yang menyeluruh dengan menyusun tujuan, metode, daftar kebutuhan, deskripsi proyek dan hubungan antara komponen tersebut. Sintesis merupakan tahap pemecahan

25 9 masalah dan pemanfaatan potensi dari suatu tapak yang disesuaikan dengan tujuan perencanaan. setelah dilakukan pemecahan masalah dan pemanfaatan potensi akan diperoleh alternatif-alternatif perencanaan (Gold, 1980). Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) perencanaan daerah kawasan bersejarah dan bangunan arsitektural harus dilakukan secara menyeluruh dengan mempertimbangkan bagian-bagian lain dari kota atau lokasi dimana obyek tersebut berada, dan juga permasalah fisik, ekonomi dan sosial dari daerah tersebut. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam perencanaan kawasan bersejarah, yaitu: 1. Mempelajari hubungan antara daerah besejarah ini dengan daerah dan lingkungan sekitarnya. 2. Memperhatikan keharmonisan antar daerah dengan tapak yang direncanakan. 3. Menjadikan obyek menarik. 4. Merencanakan obyek sehingga menghasilkan suatu tapak yang dapat menampilkan masa lalunya. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya pada hakekatnya adalah usaha pemanfaatan seni budaya bangsa sebagai sasaran wisata. Daya tarik wisata budaya dapat berupa adat yang unik, tata cara kehidupan sosial yang khas, hasilhasil kerajinan tangan sampai pada cerita sejarah itu sendiri yang menarik bagi wisatawan dan juga merupakan sarana pengenalan budaya bangsa.

26 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Peta Desa Candi, Kabupaten Semarang sebagai lokasi penelitian dapat pada Gambar 1. Pengamatan kondisi tapak, pengumpulan data dan pengolahannya dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Juni Peta Jawa Tengah Peta Kabupaten Semarang Kota Semarang Kabupaten Demak Kabupaten Temanggung Keterangan : Kompleks Candi Gedong Songo Desa Candi Jalan Arteri Jalan Lokal Kabupaten Magelang U Gambar 1. Peta Lokasi Studi

27 Metode Studi Pada tahap awal digunakan metode penelusuran sejarah untuk mengetahui sejarah tapak dan kesatuan unit lanskap budaya. Untuk membuat perencanaan lanskap Candi Gedong Songo sebagai kawasan wisata sejarah dan budaya maka digunakan metode proses perencanaan menurut Gold (1980) dengan pendekatan potensi sumberdaya lanskap sejarah dan budaya. Proses perencanaan yang dilakukan melalui tahap inventarisasi, atau pengumpulan data, tahap analisis, tahap sintesis, tahap penentuan konsep dan tahap pembuatan rencana lanskap. Bagan proses perencanaan dapat dilihat pada Gambar Tahap Inventarisasi Inventarisasi yang dilakukan pada kawasan adalah mencari dan mengumpulkan data aspek sejarah, aspek biofisik, aspek sosial, budaya dan ekonomi, aspek wisata, serta aspek pengelolaan Kompleks Candi Gedong Songo. Pengumpulan data dilakukan dengan cara survei, studi pustaka dan wawancara. Jenis data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel Tahap Analisis Analisis dilakukan terhadap data yang diperoleh dari tahap inventarisasi. Analisis yang dilakukan baik secara deskriptif maupun spasial ditujukan untuk mempelajari kondisi lanskap dan hubungan aspek-aspek yang dianalisis sehingga dapat diketahui petensi dan kendala atau masalah dalam pengembangan lanskap wisata Tahap Sintesis Sintesis merupakan kegiatan mencari alternatif untuk pemecahan masalah dan pengembangan potensi tapak. Hasil yang didapat berupa zonasi ruang yang berorientasi pada upaya konservasi benda cagar budaya (candi) dan lanskapnya serta pengembangan wisata sejarah dan budaya.

28 12 Tahapan Proses PERSIAPAN INVENTARISASI ANALISIS SINTESIS KONSEP PERENCANAAN Jenis Aktivitas. Studi Pustaka. Orientasi Lapang. Analisis aspek sejarah dan kesatuan lanskap. Analisis fisik. Analisis aspek sosial dan budaya. Analisis pengelolaan/ pengembangan. Analisis aspek wisata. Penentuan konsep dasar. Pengembangan konsep dasar. Survei/ observasi. Wawancara. Pemotretan. Penelusuran sejarah. Pemecahan masalah & potensi tapak. Zonasi untuk konservasi & wisata. Pengembangan ruang berdasarkan fungsi Pengembangan konsep menjadi rencana lanskap Hasil Proposal penelitian. Data aspek sejarah. Data aspek fisik/ biofisik. Data aspek sosial, ekonomi dan budaya. Data aspek wisata. Data aspek pengelolaan. Hubungan ruang/ tapak sejarah & ruang sekitarnya. Potensi & kendala sebagai lanskap wisata. Kondisi tapak sejarah & budaya. Masalah pengelolaan. Pengembangan wisata. Kebutuhan ruang konservasi dan wisata. Upaya peleatarian.konsep Dasar.Konsep Ruang.Konsep Sirkulasi.Konsep Interpretasi.Konsep Fasilitas.Konsep Tata Hijau Rencana Lanskap Gambar 2. Bagan Proses Perencanaan 12

29 13 Tabel 1. Data yang Dikumpulkan No Jenis Data Bentuk Data Tipe Data Cara Pengambilan Data 1. Aspek Sejarah 1.1 Informasi sejarah mengenai Kompleks Candi Gedong Songo 1.2 Elemen Candi 2. Aspek Biofisik 2.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas -Sejarah tapak dan elemen -Makna dan fungsi -Tata letak - jumlah, jenis, kondisi elemen -Data geografis -Kondisi jaringan sirkulasi -Primer -Sekunder -Primer -Sekunder -Studi pustaka -Survei -Wawancara -Studi pustaka -Survei Sumber Data -BP3 -Dinas Pariwisata dan Kebudayaan -Tapak -UPTD -Kelurahan Desa Candi -Tapak 2.2 Topografi dan Jenis Tanah -Data topografi -Jenis tanah dan pemanfaatan 2.3 Hidrologi Kualitas dan kondisi hidrologi 2.4 Iklim -Suhu -Curah hujan -Kelembaban suhu 2.5 Vegetasi dan satwa Jenis vegetasi dan satwa 2.6 Utilitas Jenis, kualitas dan kuantitas 2.7 Kualitas visual Good dan bad views -Sekunder -Primer -Sekunder -Primer -Studi pustaka -Survei -Survei -Wawancara -Studi pustaka -Survei -Survei -Wawancara - Primer -Survei -Wawancara -BP3 -Tapak -BP3 -UPTD -Tapak -BMG -Tapak -Pustaka -UPTD -BP3 -Tapak -Pustaka -UPTD -BP3 -Tapak - Primer -Survei -Tapak 3. Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi 3.1 Sosial, ekonomi, dan pendidikan masyarakat -Keadaan penduduk dan keadaan ekonomi -Keadaan Pendidikan -Interaksi penduduk dengan 3.2 Kepercayaan, budaya, dan kesenian kawasan -Kepercayaan -Aktivitas budaya -Kesenian -Primer -Sekunder -Primer -Sekunder -Studi pustaka -Wawancara -Studi pustaka -Wawancara -Kelurahan Desa Candi -Kepala Desa Candi -UPTD -Kelurahan Desa Candi -Kepala Desa Candi -UPTD

30 14 Tabel 1. (Lanjutan) No Jenis Data Bentuk Data Tipe Data Cara Pengambilan Data 4. Aspek Wisata 4.1 Pengunjung -Jumlah pengunjung -Kunjungan wisata -Aktivitas pengunjung 4.2 Objek wisata dan Atraksi wisata 4.3 Fasilitas pendukung -Jenis -Kondisi -Jenis, kualitas dan kuantitas fasilitas -Partisipasi masyarakat 5. Aspek Pengelolaan Lanskap 5.1 Pengelolaan lanskap -Pengelola -Sistem pengelolaan -Sumber dana -Rencana kebijakan -Primer -Sekunder -Primer -Sekunder -Primer -Sekunder -Primer -Sekunder -Studi pustaka -Wawancara -Survei -Studi pustaka -Wawancara -Survei -Studi pustaka -Wawancara -Survei -Studi pustaka -Wawancara -Survei Sumber Data -BP3 -UPTD -Tapak -BP3 -UPTD -Tapak -BP3 -UPTD -Tapak -BP3 -UPTD -Tapak - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tahap Penentuan Konsep Dari hasil sintesis ditentukan suatu konsep dasar pengembangan lanskap yang mengacu pada prinsip pengembangan atau pemanfaatan sebagai lanskap wisata dengan tetap melindungi dan melestarikan benda cagar budaya dan karakter lanskapnya. Konsep dasar tersebut dijabarkan dalam bentuk konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep interpretasi, konsep fasilitas, dan konsep tata hijau Perencanaan Dari tahap konsep diwujudkan dalam bentuk rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana fasilitas dan rencana tata hijau. Komponen rencana-rencana tersebut diintegrasikan untuk menghasilkan rencana lanskap (landscape plan).

31 15 BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1. Aspek Sejarah Sejarah Kompleks Candi Gedong Songo Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu bentuk percandian berlatar belakang agama Hindu yang berkembang pada akhir abad ke-7 di Jawa Tengah. Latar belakang Kompleks Candi Gedong Songo sebagai percandian agama Hindu dapat dilihat dari arca-arca dewa yang terdapat pada relung-relung candi, antara lain arca Ciwa Mahadewa, Ciwa Mahaguru, Ganeca, Dhurga mahisasuramardhini, Nandisswara dan Mahakala yang merupakan dewa-dewa yang terdapat dalam agama Hindu. Hingga saat ini belum diketahui pendiri dan kapan didirikan kompleks percandian ini karena belum ditemukannya prasasti atau data tertulis mengenai Kompleks Candi Gedong Songo. Namun berdasarkan bentuk arsitektur bangunannya terutama dilihat dari bentuk bingkai kaki candi, pendirian Kompleks Candi Gedong Songo diduga semasa dengan pembangunan Candi Dieng (Wonosobo-Banjarnegara) yaitu abad ke-8 pada pemerintahan Dinasti Sanjaya. Kompleks Candi Gedong Songo kemudian ditemukan kembali pada tahun 1740 oleh Raffles. Pada tahun 1804 Raffles memberi nama kompleks ini Gedong Pitoe karena pada saat itu hanya ditemukan tujuh kelompok bangunan. Namun dengan ditemukan dua kelompok bangunan yang lainnya sehingga terdapat sembilan kelompok bangunan lainnya, kemudian disebut Gedong Songo. Gedong (Jawa) berarti rumah, Songo (Jawa) berarti sembilan, sehingga Gedong Songo berarti sembilan rumah atau dapat juga diartikan sebagai sembilan rumah dewa. Setelah ditemukannya kompleks percandian ini kemudian dipublikasikan oleh Van Braam pada tahun Pada tahun 1865 Friederich dan Hoepermans membuat tulisan mengenai Candi Gedong Songo dan dilanjutkan oleh Van Stein Callenfels pada tahun Kemudian Knebel melakukan inventarisasi bendabenda yang ada di kompleks tersebut pada tahun dan diteliti kemudian dicatat kembali oleh Dinas Purbakala pada tahun Pada tahun Cadi Gedong I dipugar oleh Dinas Purbakala dan Candi Gedong II dipugar pada

32 16 tahun Sedangkan Candi Gedong III, IV, dan V dipugar pada tahun oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah dengan biaya Pelita Makna dan Fungsi Kompleks Candi Gedong Songo Prasasti yang ditemukan di Jawa pada masa awal perkembangan agama Hindu menyebutkan bahwa candi dianggap sebagai gunung. Dalam kepercayaan Hindu-Buddha menganggap bahwa Gunung Meru adalah pusat dari alam semesta yang merupakan axis dunia dan merupakan tempat tinggal dari para dewa. Gunung Meru terdiri dari tingkatan surga yang paling rendah hingga yang tertinggi atau Triloka. Kosmik Gunung merupakan simbol dari jagad raya, candi dan detail arsitekturalnya merupakan bentuk dari simbol Gunung Meru dan alam semesta. Candi merupakan replika dari Gunung Meru yang merepresentasikan Triloka yaitu tiga lapisan dunia pembentuk jagad raya. Dasar candi melambangkan dunia yang tidak abadi yang disebut Bhurloka. Satu tingkat diatasnya yaitu badan candi melambangkan Bhuvarloka atau dunia tempat orangorang suci dan bagian yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan para dewa, sebaliknya para dewa menerima penghormatan pada bagian ini. Pada tingkat yang paling tinggi yaitu atap candi melambangkan Svarloka yaitu dunia para dewa. Bentuk arsitektural dari candi didesain untuk menonjolkan makna dari candi sebagai replika dari Gunung Meru. Dasar dari candi didominasi oleh hiasan horisontal. Ukiran pada candi umumnya merupakan bentuk geometrik atau bentuk bunga. Berbeda dengan dasar candi, badan candi didekorasi sedemikian rupa untuk menciptakan atmosfer duniawi yang berbeda. Pembagian tingkatan candi dapat dilihat pada Gambar 3.

33 17 Svarloka (Dunia para Dewa) Bhuvarloka (Dunia Orang Suci) Bhurloka (Dunia yang tidak abadi) Peripih Gambar 3. Pembagian Tingkatan Candi (Miksic,1999) Pada bagian dasar candi, terdapat sumuran candi tempat meletakkan abu jenazah keluarga kerajaan yang disebut peripih. Patung dewa diletakkan di dalam bilik diatas peripih sehingga tempat ini merupakan kediaman dewa untuk sementara. Pada saat pemugaran candi-candi Gedong Songo, tidak ditemukan adanya sumuran atau peripih tempat penyimpanan jenazah. Hal ini menunjukkan bahwa Kompleks Candi Gedong Songo hanya memiliki fungsi utama sebagai tempat suci pemujaan para dewa. Namun pada saat pemugaran di sekitar candi ditemukan adanya abu yang diduga sebagai abu jenazah, sehingga diduga selain memiliki fungsi utama sebagai tempat pemujaan para dewa Kompleks Candi Gedong Songo juga berfungsi sebagai tempat pemakaman (Grapala, 2003).

34 Elemen Candi Pemilihan lokasi pembangunan Kompleks Candi Gedong Songo memiliki kesamaan dengan konsep Mandala dalam agama Hindu. Secara universal Mandala melambangkan alam semesta dan Gunung Meru merupakan poros dari semua benda di alam semesta serta tempat meditasi para dewa yang dikelilingi tujuh cincin pegunungan yang konsentrik dan lautan (Miksic, 1999). Pemilihan pembangunan Kompleks Candi Gedong Songo menunjukkan adanya kesamaan dengan konsep Mandala yaitu candi-candi merupakan simbol dari Gunung Meru yang dikelilingi oleh pegunungan yaitu Gunung Ungaran, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu dan Gunung Merapi serta perairan berupa Rawa Pening. Pembangunan kelompok candi diatur mengelilingi dua sumber mata air yaitu sumber mata air panas dan sumber mata air dingin. Sumber mata air ini berfungsi sebagai tempat penyucian diri sebelum mencapai tingkatan candi yang lebih tinggi. Candi dibangun dari lereng yang paling rendah yaitu candi yang memiliki tingkat kedewaan yang lebih rendah dan kelompok candi yang terkecil, ke lereng yang paling tinggi, yaitu candi yang memiliki tingkat kedewaan yang paling tinggi dan merupakan kelompok candi yang paling besar. Setiap kelompok candi ini dihubungkan oleh sirkulasi di dalam kawasan. Seluruh candi di Kompleks Candi Gedong Songo menghadap ke arah barat, sehingga ketika sembahyang akan menghadap ke arah timur yaitu ke arah matahari terbit. Dalam agama Hindu matahari terbit merupakan lambang kelahiran dan kelahiran merupakan lambang yang dituakan. Dari sembilan kelompok bangunan tersebut, lima kelompok bangunan yaitu Candi Gedong I, II, III, IV, dan V merupakan bangunan candi dan memiliki komponen pembentuk (batu) yang utuh atau mendekati utuh. Penamaan candi berdasarkan pada pemugaran yang dilakukan, Candi Gedong I sampai dengan Candi Gedong V merupakan kelompok candi yang dapat dipugar. Candi Gedong V merupakan candi yang yang paling tinggi dan paling besar, selain itu kelompok candi ini memiliki keutamaan kedewaan yang paling tinggi. Candi Gedong II saat ini merupakan candi utama yang paling baik kondisimya. Sedangkan empat kelompok bangunan yang lainnya hanya berupa pondasi dan reruntuhan

35 19 bangunan. Candi Gedong VIII terletak ± 300 m dari posisi kelompok Candi IV dan Candi Gedong IX terletak ± 300 m dari posisi kelompok Candi V. Namun pada kedua candi ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga belum diketahui pembangunan kedua kelompok candi ini semasa dengan yang lainnya atau tidak. Kelompok Candi Gedong Songo masing-masing memiliki keistimewaan yaitu: 1. Kelompok I (Candi Gedong I) Kelompok ini terletak paling rendah diantara kelompok yang lain. Kelompok I hanya terdiri dari satu bangunan yang berdenah segi empat berukuran 6 x 6 m 2. Pintu candi menghadap ke arah barat dan dihiasi oleh Kala Makara. Badan candi berbentuk bujur sangkar dengan satu penampil yang berfungsi sebagai pintu candi. Pada dinding candi tidak terdapat relung. Atap candi bertingkat-tingkat, tingkat pertama atap terdapat antefik-antefik dengan motif permata dan sebagian telah runtuh. Di dalam candi terdapat Yoni yang berbentuk persegi panjang yang menjadi salah satu keistimewaan candi karena pada umumnya Yoni berbentuk bujur sangkar. Pada dinding bagian dalam bilik candi terdapat relung-relung diduga sebagai tempat arca-arca dewa, namun sekarang relung-relung ini sudah tidak ada isinya. Di halaman terdapat beberapa arca yang telah rusak atau patah, beberapa arca yang dikenal identitasnya antara lain Ganeca, Durgamahisasuramdini dan Nandiswara. Candi Gedong I dapat dilihat pada Gambar 4. dan Yoni dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 4. Candi Gedong I

36 20 Gambar 5. Yoni pada Candi Gedong I 2. Kelompok II (Candi Gedong II) Kelompok ini terdiri atas dua kelompok bangunan, yaitu satu bangunan induk berhadapan dengan sebuah candi perwara yang telah runtuh. Kelompok ini terletak lebih tinggi dari candi I. Pada dinding candi sisi luar terdapat relungrelung berbentuk kurung kurawal dihiasi Kala Makara dan bunga-bungaan. Atap candi bertingkat dan dilengkapi dengan menara-menara sudut. Di tengah bingkai mahkota di setiap sisi terdapat relung-relung kecil pada antefik dengan hiasan sosok tubuh seorang wanita yang sedang duduk. Di tingkat atap selanjutnya terdapat pula relung kecil pada antefik dengan sosok tubuh laki-laki, sedangkan pada tingkat paling atas terdapat antefik-antefik tanpa ornamen. Candi Gedong II dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Candi Gedong II

37 21 3. Kelompok III (Candi Gedong III) Kelompok ini terletak di bukit yang lebih tinggi dibandingkan kelompok I dan II. Kelompok candi ini terdiri dari tiga buah bangunan yaitu sebuah candi induk yang menghadap ke barat, sebuah candi apit yang terletak di sebelah kanannya dan sebuah candi perwara yang menghadap ke arah candi induknya (Gambar 7). Kelompok candi III ini memiliki keistimewaan yaitu seluruh relungrelung masih terdapat arca-arca di dalamnya. Relung dinding candi sisi utara berisi arca Dhurga Mahisasuramardhini (Gambar 8), relung selatan berisi arca Agastya (Gambar 9) dan relung timur berisi arca Ganeca (Gambar 10). Pada dinding sebelah kiri-kanan pintu masuk juga terdapat relung yang berisi arca Nandiswara dan Mahakala (Gambar 11). Bilik utama candi saat ini sudah kosong, kemungkinan dahulu berisi arca Ciwa Mahadewa atau dalam bentuk Lingga-Yoni. Bagian atap candi bertingkat dan mempunyai hiasan konstruktif berupa menaramenara sudut dan antefiks seperti pada kelompok II, hanya saja hiasan antefiks pada candi kelompok III ini tidak terdapat pahatan relief tokoh makhluk khayangan. Selain itu pada Candi Gedong III ini terdapat arca Gajah Njerum (jongkok) yang memiliki ukuran 25 cm (Gambar 12) yang terletak pada kaki candi apit sebelah selatan. Gambar 7. Candi Gedong III

38 22 Gambar 8. Dhurga Mahisasuramardhini Gambar 9. Agastya Gambar 10. Ganeca Gambar 11. Nandiswara dan Mahakala Gambar 12. Gajah Njerum 4. Kelompok IV (Candi Gedong IV) Kelompok Candi IV hanya tinggal sebuah candi induk yang menghadap ke arah barat. Di sebelah kanan dan kiri pintu masuk candi terdapat relung-relung yang merupakan tempat arca Mahakala dan Nandiswara. Pada dinding luar candi terdapat relung-relung yang pada saat ini sudah tidak ada arcanya. Dahulu bilik tengah Candi ini berisi arca Mahadewa, relung sebelah timur arca Ganeca, relung sebelah selatan arca Mahaguru dan relung sebelah utara terdapat arca Durgamahisasuramardhini. Candi Gedong IV dapat dilihat pada Gambar 13.

39 23 Gambar 13. Candi Gedong IV 5. Kelompok V (Candi Gedong V) Kelompok candi V merupakan kelompok candi yang terletak paling tinggi diantara yang lainnya (Gambar 14). Dari candi ini dapat dilihat keseluruhan kompleks Candi Gedong Songo. Di kelompok ini diperkirakan dahulu terdapat banyak bangunan dan sekarang tinggal sebuah bangunan induk saja. Candi induk kelompok V ini mempunyai keunikan yaitu pada bagian dalam kaki candi diisi dengan tanah (pada candi-candi yang lain bagian dalam kaki candi diisi dengan batu). Kemungkinan hal ini dimaksudkan untuk menghemat batu-batu komponen bangunan. Beberapa arca yang lepas saat ini sudah diamankan kemungkinan berasal dari candi kelompok V. Dari kelompok candi V dapat menikmati pemandangan secara menyeluruh dan dapat melihat gunung-gunung lain di sekitarnya (Gambar 15). Gambar 14. Candi Gedong V

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak

APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN WAKTU TEMPUH BAGI PELAKU JASA WISATA DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG) Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS UNNES Absatrak

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG Oleh Mufidah Atho Atun A34204020 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN MUFIDAH ATHO ATUN.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Budaya

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Budaya 21 TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Budaya Simonds (1983) mendefinisikan lanskap sebagai suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN LANSKAP

BAB VI PERENCANAAN LANSKAP 90 BAB VI PERENCANAAN LANSKAP 6.1. Rencana Ruang Wisata Rencana tata ruang berdasarkan pada konsep ruang wisata yang direncanakan. Pembagian ruang berdasarkan pada fungsi dan aktivitas wisata yaitu : 1.

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR

PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TERHADAP FUNGSI DAN LOKASI OBYEK-OBYEK REKREASI DI KEBUN RAYA BOGOR Oleh SEPTA ARI MAMIRI A34203047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah Lanskap merupakan bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter lanskap tersebut menyatu secara

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Propinsi Jawa Tengah yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata ( DTW ) Propinsi di Indonesia, memiliki keanekaragaman daya tarik wisata baik

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta 11 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai pengaruh konsep lanskap Keraton terhadap lanskap Kota ini dilakukan pada kawasan Keraton Kesunanan dan kawasan Kota. Peta lokasi penelitian

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG. I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1.LATAR BELAKANG I.1.1.Latar Belakang Pengadaan Proyek Kabupaten Sleman merupakan bagian dari wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ( DIY ) dengan luas wilayah 547,82 km² atau

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI

PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI PEMELIHARAAN LANSKAP PADANG GOLF KOTA ARAYA, MALANG KARTIKA NURHAYATI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN KARTIKA NURHAYATI. Pemeliharaan Lanskap Padang

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah

Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Verifikasi dan Validasi Pembelajaran, Warisan Budaya Tak Benda dan Kelembagaan. Kab. Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah Foto tanggal 06 07 Agustus 2016 Pusat Data dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional sudah berkembang sedemikian rupa dan merupakan bagian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Empang yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang)

PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) PERENCANAAN EKOWISATA DI ZONA PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON (TNUK), BANTEN (Kasus Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang) AINI HARTANTI A34204035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS 15 BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1. Aspek Sejarah 4.1.1. Sejarah Kompleks Candi Gedong Songo Kompleks Candi Gedong Songo merupakan salah satu bentuk percandian berlatar belakang agama Hindu yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A

DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A DESAIN LANSKAP WISATA PANTAI KELAPA RAPAT (KLARA), KABUPATEN PESAWARAN, PROVINSI LAMPUNG OLEH : YUSTIANI YUDHA PUTRI A34204047 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH

PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH PENENTUAN LUASAN OPTIMAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT GAS KARBONDIOKSIDA (STUDI KASUS DI KOTA BOGOR) HERDIANSAH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Diskripsi Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka setiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai 98 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai potensi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan 19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan alamnya dari masa ke masa. Berbagai lingkungan mempunyai tatanan masing masing sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN KE KAWASAN WISATA PANTAI CARITA KABUPATEN PANDEGLANG Oleh: RINA MULYANI A14301039 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci