PENDAHULUAN. Staf RLPS Kementerian Kehutanan di Jakarta pada 23 Juli 2009 (komunikasi pribadi)
|
|
- Widya Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pemberian kredit untuk hutan rakyat telah dimulai sejak tahun 1988/1989. Pemberian kredit tersebut merupakan komitmen pemerintah dalam rangka pengembangan kehutanan, perbaikan lingkungan dan membantu petani dalam bidang permodalan. Penjabaran dari program tersebut adalah Kredit Usaha Tani Konservasi Daerah Aliran Sungai (KUK DAS) pada tahun 1988/1989, dan Kredit Usaha Hutan Rakyat (KUHR) (Departemen Kehutanan 2005). Untuk menyalurkan Kredit Usaha Hutan Rakyat (KUHR), dan Kredit Usaha Konservasi Daerah Aliran Sungai (KUK DAS), Departemen Kehutanan bekerjasama dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Pada pelaksanaan KUK DAS, kredit disalurkan langsung kepada kelompok tani, sedangkan pada pelaksanaan kegiatan KUHR, pengambilan kredit dilakukan oleh mitra usaha setelah memperoleh kuasa dari peserta kredit1. Menurut Departemen Kehutanan (2005), pelaksanaan KUK DAS dan KUHR, menghasilkan kinerja yang buruk yaitu rendahnya realisasi kegiatan fisik di lapangan dan macetnya pengembalian kredit dari petani. (2008), Menurut Yunus suatu kredit dikatakan berhasil apabila nasabah yang terkait kredit mampu mengembalikan uang yang dipinjamnya. Menurut Kuntjoro (1983); Sanim (1997); dan Mayrowani et al. (1998) tingkat tunggakan dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor internal petani atau kelompok tani maupun faktor-faktor yang berada di luar kontrol petani atau kelompok tani. Faktor yang berada dalam diri petani di antaranya ialah karakteristik diri petani, kemampuan petani menggunakan kredit untuk usaha yang dapat memberikan keuntungan tinggi, sistem pengawasan dalam kelompok tani. Selain itu pandangan petani terhadap kredit yang disalurkan, pengalamannya dalam menggunakan kredit dan tingkat kesadaran membayar kredit. Sedangkan faktor yang berada di luar petani ialah sistem seleksi calon penerima kredit, sistem pemantauan (monitoring) dan pengawasan kredit. 1 Staf RLPS Kementerian Kehutanan di Jakarta pada 23 Juli 2009 (komunikasi pribadi)
2
3 3 seperti yang tercantum dalam Permenhut No P.9/Menhut-II/2008 tentang Persyaratan Kelompok Tani untuk Mendapatkan PDB HTR dan Keputusan Kepala Pusat P2H No.01/Pusat P2H-1/2008 tentang Tata Cara Permohonan, Penyaluran dan Pengembalian PDB HTR. Skema pembiayaan yang ditawarkan BLU Pusat P2H melalui Permenhut Nomor P.64/Menhut-II/2009 tentang Standar Biaya Hutan Tanaman Industri (HTI) dan HTR adalah skema pembiayaan tunggal. Persyaratan, prosedur, dan skema pinjaman yang mengatur PDB HTR merupakan suatu kelembagaan. Ketiganya diatur dalam sebuah aturan main, terdapat organisasi yang mengelola, dan adanya kesepakatan yang mengikat hubungan antara pemberi dan penerima pinjaman. Dalam kesepakatan tersebut seharusnya terdapat pengaturan aliran biaya dan manfaat yang seimbang sehingga dalam pengembangan sebuah usaha hutan rakyat tidak berhenti di tengah jalan dan tidak ada pihak yang dirugikan (Darusman dan Wijayanto 2007). Penelitian tentang kelembagaan pinjaman (aturan main dan organisasi) untuk pembangunan hutan dari perspektif hubungan antara pemberi dan penerima pinjaman (hubungan agensi) belum dilakukan, penelitian yang ada berkaitan dengan: (1) hubungan kontrak antara pemilik perusahaan dengan manajer (Jensen and Meckling 1986), (2) ketidaksepadanan informasi dan kredit di pedesaan (Hoff dan Stiglitz 1993), penelitian ini mengkaji hubungan antara kredit formal dan informal di pedesaan dan konsekuensi dari intervensi pemerintah terhadap kredit formal. Tulisan tersebut juga menggambarkan modus operandi dari kredit informal di lima negara berkembang dan Israel, (3) analisis skema kredit dalam pengembangan usaha hutan rakyat dari sudut pandang modal sosial yang dilakukan oleh Fauziyah (2009), lokasi penelitian dilakukan di kabupaten Ciamis Jawa Barat. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif, dan (4) Prihadi (2010), membahas tentang kelembagaan kemitraan industri pengolahan kayu bersama rakyat dalam rangka pembangunan hutan di pulau jawa. Penelitian ini bertujuan mengetahui kelembagaan KIBARHUT (Kemitraan Industri Pengolahan Kayu Bersama Rakyat dalam Rangka Pembangunan Hutan) yang mempunyai peluang untuk berlangsung secara berkelanjutan. Hubungan ini dikaji menggunakan teori kemitraan. Oleh karena itu penelitian ini akan memberi
4 4 kontribusi bagi ketersediaan data dan infomasi yang berkaitan dengan kelembagaan pinjaman untuk HTR dari perspektif hubungan agensi antara pemberi dan penerima pinjaman. 1.2 Perumusan Masalah Rendahnya akses petani terhadap pendanaan yang berasal dari lembaga keuangan formal telah dinyatakan oleh Yunus 1981; Bunch 1991; Khandker 1995; Usman 2004; Dephut Tanpa adanya bantuan (kredit) petani akan terus terjebak dalam kemiskinan (Carter 2006). Adanya pinjaman dari Kementerian Kehutanan untuk pembangunan HTR perlu didukung walaupun kelembagaan pinjaman tersebut perlu dikaji mengingat kelembagaan merupakan hal yang sangat vital dalam menentukan kinerja program. Pinjaman di Kementerian Kehutanan seperti KUK DAS dan KUHR di masa lalu mempunyai kinerja yang buruk, dan kelembagaan sebagai aturan main maupun organisasi merupakan faktor dominan penyebab kegagalan tersebut. Kinerja merupakan refleksi bentuk kelembagaan yang mengatur hubungan antara prinsipal dan agen. Prinsipal atau pemberi kredit yaitu BLU Pusat P2H (Badan Layanan Umum Pusat Pembiayaan Pembangunan Hutan yang berada dibawah Kementerian Kehutanan) dan agen atau penerima PDB HTR yaitu petani. Kelembagaan PDB HTR (seperti organisasi dan aturan main) adalah subyek yang mengatur hubungan antara prinsipal dengan agen atau sering disebut agency relationship (Jensen dan Meckling 1986; Eisenhardt, 1989; Prihadi 2010). Hubungan agensi-dalam penelitian ini merupakan hubungan antara pemberi dan penerima pinjaman- sering diwarnai asymetric information atau ketidaksepadanan informasi yang menyebabkan timbulnya resiko adverse selection (salah pilih penerima pinjaman -ex ante), dan moral hazard (ingkar janji -ex post) (Maskin 2001). Resiko tersebut muncul karena dalam hubungan agensi selalu mempunyai 2 (dua) atribut, yaitu adanya asymmetric information (ketidaksepadanan informasi) dan kemungkinan perilaku oportunis (opportunistic behavior) dari para pelaku (Barney dan Ouchi 1986). Hubungan pemberi dan penerima pinjaman PDB HTR diatur dalam sebuah kelembagaan yang dapat menghasilkan kinerja tertentu tergantung dari struktur dan respon dari para pelaku di dalamnya, salah satunya melalui adopsi faktor-
5 5 faktor pendukung keberhasilan pinjaman dalam kelembagaan pinjaman yang bersangkutan. Jika faktor kunci keberhasilan kredit menurut Syukur 1993; Chaves et al 1996; Mayrowani 1998; Windarti 2000; Wijaya 2009 dalam Sugianto 2009 tidak terpenuhi, maka program pinjaman tersebut diyakini akan mengalami kegagalan. Faktor kunci keberhasilan tersebut pada hakekatnya membuat informasi antara ke-2 pihak menjadi sepadan sehingga risiko-risiko dalam hubungan seperti yang dinyatakan oleh Maskin (2001) dapat dihindari. Dari penjelasan diatas terdapat beberapa pertanyaan penelitian, yaitu: (1) bagaimana kinerja PDB HTR?, (2) apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PDB HTR telah terakomodir dalam kelembagaan PDB HTR (karakteristik, aturan main dan organisasi, persepsi dan perilaku), (3) apakah faktor-faktor keberhasilan tersebut telah diadopsi dalam model pinjaman lain?, dan (4) apakah skema pendanaan yang ditawarkan pemberi pinjaman mampu memenuhi kebutuhan penerima pinjaman khususnya petani? Untuk membantu menjawab pertanyaan penelitian digunakan suatu model penyaluran kredit lain yang telah terbukti berhasil. Model penyaluran kredit yang dipilih adalah PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) dari Kementan (Kementerian Pertanian), dengan beberapa alasan diantaranya: (1) kredit dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dianggap tidak berhasil (Departemen Kehutanan 2005), kredit dimaksud yaitu KUK DAS dan KUHR, (2) PUAP mampu meningkatkan modal awal Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) sebesar 25%-250%, dan (3) jumlah petani penerima manfaat PUAP terus meningkat. 1.3 Tujuan Tujuan umum disertasi ini adalah merumuskan kelembagaan pinjaman untuk pengembangan HTR yang efektif dan efisien sesuai dengan kondisi yang bervariasi di lapangan. Tujuan antara adalah sebagai berikut: 1 Untuk menilai kinerja PDB HTR. 2 Untuk menganalisis mempengaruhi dan memahami faktor-faktor kinerja PDB HTR (aturan main yang PDB HTR dan organisasi BLU Pusat P2H, karakteristik dan persepsi para pihak terhadap PDB HTR).
6 6 3 Untuk membandingkan PDB HTR dengan model pinjaman lain (KUK DAS, KUHR dan PUAP) Menemukan skema PDB HTR optimal untuk petani. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi para pihak; 1 Hasil penelitian diharapkan diadopsi oleh pemerintah dalam bentuk skema pembiayaan HTR yang lebih tepat sehingga petani memperoleh manfaat yang lebih besar 2 Memberikan pengetahuan baru khususnya di bidang kelembagan pinjaman berdasarkan teori hubungan prinsipal agen. 1.5 Novelty atau Kebaruan Penelitian yang sudah ada, yang terkait dengan penelitian ini adalah tentang: (1) hubungan antara kredit formal dan informal di pedesaan dan intervensi pemerintah terhadap kredit formal (Hoff et al. 1993), (2) faktor-faktor yang mempengaruhi pinjaman formal pedesaan (Syukur et al. 1990; Chaves et al. 1996; Wijaya dalam Sugianto 2009), (3) daya serap dan pengembalian (Kuntjoro 1983; Syukur 1993; Waluyo & Djauhari 1992; Indroprahasto 1994; Sanim 1997; Mayrowani 1998, Lubis et al.2008, Utami et al. 2009), (4) analisis skema kredit dari sudut pandang modal sosial (Fauziyah 2009), (5) kelembagaan kemitraan Industri Pengolahan kayu bersama rakyat menggunakan teori kemitraan (Prihadi 2010), (6) perbandingan skema pinjaman PDB HTR dengan KUHR menggunakan analisis kebijakan naratif (Nugroho 2011 a). Berdasarkan tinjauan (review) hasil-hasil penelitian tersebut, belum ada penelitian yang membahas: (1) gap antara peraturan-perundangan yang berkaitan dengan pinjaman bergulir untuk pembangunan hutan tanaman dengan peningkatan atau penurunan risiko yang biasa muncul dalam hubungan agensi, seperti salah pilih penerima pinjaman, perilaku ingkar janji, dan peningkatan biaya transaksi terhadap kinerja pinjaman secara keseluruhan, (2) menghasilkan kebaruan berupa rumusan untuk memperbaiki kebijakan PDB HTR, dan (3) menghasilkan skema pendanaan optimal untuk pembangunan hutan tanaman, khususnya yang ditujukan terhadap petani dengan menggunaan metoda Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA).
PERBANDINGAN PDB HTR DENGAN MODEL PINJAMAN LAIN (KUK DAS, KUHR DAN PUAP)
V. PERBANDINGAN PDB HTR DENGAN MODEL PINJAMAN LAIN (KUK DAS, KUHR DAN PUAP) Menurut Mayers dan Bass (2004) salah satu cara memperbaiki kebijakan adalah belajar dari pengalaman masa lalu baik tentang struktur
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN
II. 2.1 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dari definisi UU no 7 tahun 1992 tentang perbankan, PDB HTR dapat dikategorikan sebagai kredit atau pinjaman karena terdapat persetujuan atau perjanjian pinjam-meminjam
Lebih terperinciKINERJA PDB HTR. Target dan realisasi penyaluran dana dari BLU Pusat P2H. Target penyaluran (Rp) Luas
III. 3.1 KINERJA PDB HTR Kinerja Penyaluran Sejak dicanangkan tahun 2007 sampai bulan November 2010 belum ada satupun pemohon yang memperoleh PDB HTR (Pinjaman Dana Bergulir untuk pengembangan Hutan Tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang potensial untuk menopang perekonomian nasional. Usaha Kecil Menengah telah memberikan sumbangan yang nyata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manfaat hutan rakyat semakin dirasakan oleh masyarakat karena mampu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manfaat hutan rakyat semakin dirasakan oleh masyarakat karena mampu memberikan manfaat ekonomi bagi keluarga. Masyarakat dengan sadar mulai menanam tanaman hutan
Lebih terperinciIV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PDB HTR
31 IV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PDB HTR Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu program dapat dikaji melalui analisis kelembagaan. Kelembagaan sendiri dapat diartikan dua makna yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga memaksimalkan keuntungan pemegang sahamnya dan menjaga. kelangsungan hidup jangka panjang. Dalam upaya mencapai tujuannya,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan utama sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan sehingga memaksimalkan keuntungan pemegang sahamnya dan menjaga kelangsungan hidup jangka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dan masa mendatang, peran dan fungsi hutan tanaman dalam memasok kebutuhan bahan baku bagi industri pengolahan kayu semakin meningkat (Nawir dan Santoso,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Verifikasi Klaim. Konservasi. Kredit Macet. Usaha Tani. Tata Cara.
No.285, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Verifikasi Klaim. Konservasi. Kredit Macet. Usaha Tani. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.57/Menhut-II/2009
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian
Lebih terperinciKAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
KAPITA SELEKTA AKUNTANSI zmmmm Disusun oleh: IRMA YANDA 97 312 125 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 TEORI AGENSI Teori agensi memprediksi dan menjelaskan pihak-pihak yang terlibat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah teori agensi. Jensen and Meckling (1976) menjelaskan hubungan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.119, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Pelepasan/ Penjualan Saham. BUMN. Hutan Tanaman Industri Patungan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih banyak menghadapi permasalahan diberbagai bidang seperti ekonomi, sosial, hukum, politik dan bidang-bidang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sektor pertanian sampai saat ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Selain sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pendapatan petani, sektor pertanian
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.15/MENHUT-11/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P.69/MENHUT-II/2006 TENTANG PENJADUALAN KEMBALI PEMBAYARAN PENGEMBALIAN
Lebih terperinciPELUANG PENDANAAN BAGI PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT
PELUANG PENDANAAN BAGI PENGUSAHAAN HUTAN RAKYAT Eva Fauziyah dan Sanudin Balai Penelitian Teknologi Agroforestry PENDAHULUAN Hutan rakyat oleh sebagian petani sudah dianggap sebagai sebuah usaha yang menjanjikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana dari masyarakat, perbankan memegang peranan yang sangat besar dalam perekonomian. Begitu pula dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2008), Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai 2009. Adapun pada tahun 2009 jumlah penduduk Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan lebih dari separuh penduduk tersebut menggantungkan hidupnya pada sektor
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Kemitraan Antara Perum Perhutani KPH Bogor dengan UKM Kerajinan Kayu 5.1.1 Program Kemitraan Usaha Kecil Menengah Perum Perhutani sebagai salah satu Badan Usaha
Lebih terperinciBAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
14 BAB II TEORI AGENSI, PERATURAN BAPEPAM VIII G.7, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, NILAI PERUSAHAAN DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.584, 2014 KEMENHUT. Dana Bergulir. Rehabilitasi. Hutan. Lahan. Penyaluran. Pengembalian. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.23/Menhut-II/2014
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pihak atau lebih, dimana pihak tersebut disebut agent dan principal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menjelaskan tentang adanya hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai principal dan manajemen sebagai
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup...
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian... 1.4. Manfaat Penelitian... 1.5. Ruang Lingkup...
Lebih terperinciBAB5 PENUTUP. Hasil dari pembahasan yang dijelaskan pacta bab sebelumnya telah. pembiayaan tidak semua nasabah memahami dengan benar maksud dari akad
BAB5 PENUTUP 5.1 SIMPULAN Hasil dari pembahasan yang dijelaskan pacta bab sebelumnya telah menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, pacta awal melakukan akad pembiayaan tidak semua nasabah memahami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.893, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Rehabilitasi Hutan. Lahan. Dana Reboisasi. Tata Cara. Penyaluran. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.36/MENHUT-II/2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembiayaan, yaitu: (i) murabahah, (ii) salam dan salam paralel (iii) istishna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 4 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa bank syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat (Yaya,
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5896 KEUANGAN OJK. Efek. Perantara. Agen. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 127). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Akses Kredit Masyarakat Miskin Pada Sektor Keuangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akses Kredit Masyarakat Miskin Pada Sektor Keuangan Hambatan utama masyarakat miskin ketika mencoba untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan formal adalah adanya permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar dari para peneliti di bidang akuntansi keuangan (Fuad, 2005). Masalah agensi timbul karena adanya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Rangkuman (Sintesa) Temuan Kelembagaan KIBARHUT dicirikan kesediaan principal mendelegasikan kemampuan investasi membangun hutan kepada agents untuk memproduksi kayu sebagai
Lebih terperinciStrategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha
Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Oleh : Nama : Debby Fuji Lestari NIM : 2107130015 Kelas : 2D Dosen : Ade Suherman, M.Pd PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di masyarakat. Perusahaan ini menggambarkan perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa
Lebih terperinciPROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR
PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian dan agribisnis di pedesaan merupakan sumber pertumbuhan perekonomian nasional. Agribisnis pedesaan berkembang melalui partisipasi aktif petani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan memerlukan adanya pendanaan atau modal untuk mendukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan memerlukan adanya pendanaan atau modal untuk mendukung aktivitasnya dalam menghasilkan barang atau jasa. Strategi pendanaan bagi suatu perusahaan sangatlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,
Lebih terperinciBAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN
111 BAB VIII STRATEGI DAN PROGRAM PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN Sekalipun pelaksanaan P2FM-BLPS di Kabupaten Bogor mengalami berbagai kendala, namun program tersebut sangat mendukung kebijakan pemberdayaan
Lebih terperinciSEMINAR AKUNTANSI. Teori Agensi (AgenCy Theory)
SEMINAR AKUNTANSI Teori Agensi (AgenCy Theory) ISU/ FENOMENA MASALAH TEORI UTAMA (GRAND THEORY) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory menjelaskan hubungan keagenan yang terjadi antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Agensi (Agency Theory) Menurut Anthony dan Vijay (2005) teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai principal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Organisasi merupakan sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur yang didirikan oleh manusia dan beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka untuk mencapai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Hubungan keagenan yakni dimana agent dan principal atau manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau sebagainya (Jensen dan
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Syariah (LKMS) yang berbentuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perbankan merupakan industri yang memiliki banyak risiko. Selain melibatkan dana masyarakat, bank harus memutarkan dana tersebut berupa: pemberian kredit, pembelian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Selain itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi antara lain bertujuan untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan ekonomi Daerah Provinsi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai,
Lebih terperinci2013, No /Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun ; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tent
No.347, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Rencana Strategis. Tahun 2010-2014. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA NOMOR P.15/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini menandakan Koperasi di Indonesia sudah berkembang dan mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan koperasi di Indonesia sejak pertama kali didirikan sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sekarang ini sudah banyak kalangan masyarakat yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia
Lebih terperinciABSTRAK PERANAN PENGENDALIAN INTERNAL DALAM MENUNJANG KEEFEKTIFAN PENGELOLAAN SISTEM MANAJEMEN RISIKO PERKREDITAN DI PT.
ABSTRAK PERANAN PENGENDALIAN INTERNAL DALAM MENUNJANG KEEFEKTIFAN PENGELOLAAN SISTEM MANAJEMEN RISIKO PERKREDITAN DI PT. BPR KERTAMULIA Melindungi modal bank merupakan langkah yang paling konservatif yang
Lebih terperinci1. Pengertian Agency Theory
1. Pengertian Agency Theory Agency theory (teori keagenan) merupakan mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingannya sendiri. Pemegang saham sebagai diasumsikan hanya bertindak terhadap
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Monitoring Monitoring (pemantauan), yang berasal dari kata Latin memperingatkan, dipandang sebagai teknik manajemen
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sahamnya yang di-publish dalam situs resmi baik itu laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan go public yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas. Perusahaan ini wajib melaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur. Persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah dengan dilahirkannya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembang pesatnya bisnis Perbankan di Indonesia, yang mana perkembangan bisnis perbankan tersebut telah diantisipasi oleh pemerintah dengan dilahirkannya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Satuan pengamatan dan Satuan analisis. Sedangkan yang menjadi satuan analisis adalah sistem pengendalian kredit.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Berdasarkan desainnya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Metode penelitian digunakan untuk menjawab masalah penelitian yang dijabarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di suatu negara termasuk Indonesia sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Pasca krisis ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelimpahan kewenangan pengelolaan perusahaan di Indonesia termasuk juga pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari pemilik (shareholders)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Keagenan Teori keagenan secara mendetail pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling (1976). Jensen dan Meckling (1976) menyebut manajer
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro kecil dan menengah memiliki peran strategis dalam kegiatan perekonomian masyarakat di Indonesia. Peran strategis usaha kecil bagi perekonomian Indonesia
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang
Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan suatu usaha dipengaruhi dari beberapa aspek diantaranya ketersediaan modal. Sumber dana yang berasal dari pelaku usaha agribisnis sendiri
Lebih terperinciPROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG
TUGAS AKHIR PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG Diajukan sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi pada program Diploma III Fakultas Ekonomi
Lebih terperinciPENINGKATAN MODAL SOSIAL PENYULUHAN KEHUTANAN. Oleh Pramono Dwi Susetyo
PENINGKATAN MODAL SOSIAL PENYULUHAN KEHUTANAN Oleh Pramono Dwi Susetyo PENDAHULUAN Sebagaimana yang tertuang dalam Undang- Undang No. 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.95, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Pembiayaan. Pembangunan. Pelayanan. Standar.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.95, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Pembiayaan. Pembangunan. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 69/Menhut-II/2008 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMUM
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang dapat menjelaskan tentang adverse selection. Adverse selection adalah salah satu permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kanan. Otak kiri berkaitan dengan hal hal yang bersifat logis sedangkan otak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otak manusia dibagi menjadi dua bagian besar yakni otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berkaitan dengan hal hal yang bersifat logis sedangkan otak kanan berkaitan
Lebih terperinciDAFTAR ISI RINGKASAN KATA PENGANTAR
Ill DAFTAR ISI RINGKASAN i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL vi DAFTARGAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 5 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2012
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2012 TENTANG TATA CARA PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA BERGULIR UNTUK KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Memaksimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial dan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang
TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencangkup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan kebijakan baru dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank Islam atau bank syariah merupakan fenomena baru dalam dunia ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para pakar Islam dalam
Lebih terperinciK E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.80/Dik-2/2011. T e n t a n g
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEHUTANAN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK.80/Dik-2/2011
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciLAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /SEOJK.03/2017 TENTANG
LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL INTI - 1 - Lampiran III.1 No. : Lampiran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Theory Agency) Teori keagenan mengungkapkan hubungan antara pemilik (principal) dan manajemen (agen). Menurut
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA. NOMOR : P.15/Menhut-II/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBIK INDONESIA NOMOR : P.15/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P. 51/MENHUT-II/2010 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM Menurut Raffinaldy (2006) dalam tulisannya yang berjudul Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru bahwa karakteristik UMKM merupakan
Lebih terperinciyang diangkat oleh pemegang saham bertindak atas kepentingan pemegang saham.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan adalah untuk menaikkan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Karena itu diharapkan manajer yang diangkat oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini juga sesuai dengan
Lebih terperinciTabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh BUMN untuk melaksanakan Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkannya kembali kepada masyarakat, pengusaha (enterpreneur) untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perekonomian, peranan bank sangat penting selaku lembaga keuangan dengan tugas pokok yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumberdaya hutan yang tidak hanya memiliki keanekaragaman hayati tinggi namun juga memiliki peranan penting dalam perlindungan dan jasa lingkungan,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian Kredit. Danamon Indonesia Unit Pasar Delitua dengan Toko Emas M.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian Kredit merupakan suatu perjanjian yang tidak diatur dalam KUHPerdata sehingga disebut perjanjian tidak bernama. Pasal 1338 KUHPerdata berbunyi semua perjanjian
Lebih terperinciVII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY
VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT DAN REPAYMENT CAPACITY 7.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian KUR Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian
Lebih terperinci