PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 Judul : Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta Nama Mahasiswa : Ridho Dwianto NRP : A Program Studi : Arsitektur Lanskap Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir Hadi Susilo Arifin, MS NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr Ir. Didy Sopandie, MAgr. NIP Tanggal disetujui:

3 PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Ridho Dwianto A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

4 RINGKASAN RIDHO DWIANTO. Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta (Di bawah bimbingan HADI SUSILO ARIFIN). Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk, seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana memadai. dan prasarana yang Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, maupun unsur lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan. Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota. Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap.

5 Sedangkan secara khusus tujuan dari kegiatan magang ini antara lain mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota dalam aspek pengelolaan, mengevaluasi dan menganalisis permasalahanpermasalahan di lapangan, dan memberikan berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya. Ruang lingkup kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas Pertamanan, peraturan dan sistem pembagian kerja yang ada di dalam Dinas Pertamanan, serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja di lapangan. Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat, ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat, sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut. Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi udara di mana kota menjadi tidak nyaman. Dinas Pertamanan adalah salah satu unit kerja pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mempunyai tugas dan wewenang untuk membangun dan mengelola ruang terbuka hijau kota. Dinas Pertamanan ini terbentuk pada tahun 1970 melalui Keputusan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Cd3.1/1/1970 dan semenjak itu tugas dan wewenang Dinas Pertamanan resmi dijalankan. Subdinas Jalur Hijau merupakan salah satu bagian dari Dinas Pertamanan Jakarta. Subdinas Jalur Hijau terdiri dari Seksi Jalur Hijau Jalan, Seksi Jalur Hijau Tepian Air, Seksi Jalur Hijau Penyempurna, dan Seksi Perencanaan Jalur Hijau. Sub-dinas Jalur Hijau bertugas untuk melaksanakan pemantauan, perencanaan, pemeliharaan, pengendalian, dan pemanfaatan jalur hijau kota, jalur hijau jalan, jalur hijau tepian air, dan jalur hijau penyempurna.

6 Pemeliharaan fisik dilakukan untuk mempertahankan kondisi elemen lanskap agar tetap menampilkan sifat fisiknya seperti keadaan awal sehingga aspek estetika dan fungsi elemen tetap seperti semula. Secara umum, pemeliharaan fisik lanskap adalah pemeliharaan elemen lunak (soft material) seperti tanaman dan elemen keras (hard material) seperti paving, kolam air mancur, dan pagar jalan busway. Pemeliharaan fisik elemen lunak tanaman yang dilakukan terdiri dari pembabatan rumput, pengetrikan rumput, penyapuan/pembersihan sampah atau rumput, penyiraman rumput, pohon, tanaman hias, dan tanaman perdu, pendangiran pohon, tanaman hias dan tanaman perdu, pemangkasan tanaman perdu, pengangkutan dan pembuangan sampah, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemeliharaan elemen keras biasanya ada yang bersifat nonperiodik atau bersifat insidential yaitu jika terdapat beberapa elemen yang rusak pada jalur hijau jalan tersebut seperti pergantian bola lampu yang putus, pagar yang rusak dan lain sebagainya. Selain itu pemeliharaan ini ada juga yang terjadwal baik itu bulanan, semesteran dan tahunan seperti pengecetan ulang kanstin, pembersihan kolam air mancur, patung, dan pengecetan ulang pagar. Penampilan yang baik, bersih pada elemen keras akan menambah nilai keindahan jalur hijau jalan tersebut. Efektivitas kerja pemeliharaan sangat ditentukan oleh beberapa hal berikut: motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki operator/pekerja pemeliharaan, sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan, ketersedian alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan pekerjaan di lapang, kelancaran komunikasi antara pimpinan dan para pengawas lapang, dan antara pengawas lapang dan operator/pekerja pemeliharaan di lapangan. Upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan dan tingkat polusi udara, tidak henti-hentinya dilakukan. Salah satu program yakni Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau free car day yang dilaksanakan oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) di ruas Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin telah dimulai sejak Desember 2007 dan masih berlanjut hingga sekarang. Berbagai kegiatan yang menonjolkan betapa pentingnya hidup sehat dapat kita lihat mulai dari lomba senam poco-poco,

7 bersepeda santai hingga balap sepeda, jogging, jalan santai, foto-foto yang diselingi dengan beraneka macam hiburan. Persepsi pengguna jalan terhadap Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang didapatkan dari hasil wawancara kuisioner sangat berperan dalam mempengaruhi perkembangan jalur hijau jalan tersebut untuk ke depannya. Wawancara dilakukan terhadap 30 responden yang melewati Jalan Jenderal Sudirman. Wawancara yang dilakukan mengenai keadaan umum Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman seperti keindahan, kenyamanan, keamanan, kebersihan, jenis tananam yang disukai, pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh Dinas Pertamanan dan lain sebagainya. Wawancara kuisioner ini berfungsi untuk mengetahui pendapat pengguna jalan mengenai Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman yang selanjutnya dapat memberikan masukan dan bermanfaat bagi pihak pengelola jalur hijau jalan tersebut untuk meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan fungsi dan kualitas keindahan di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman. Rencana pengelolaan lanskap merupakan suatu usaha yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap. Untuk menjaga kualitas estetika dan fungsional lanskap maka pengelolaan yang dilakukan harus terencana dengan baik dan teratur, baik itu struktur organisasi, tenaga kerja, penjadwalan kegiatan pengelolaan, alat-alat yang digunakan, dan rencana anggaran biaya.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga laporan magang dengan judul Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman Jakarta pada Dinas Pertamanan DKI Jakarta ini dapat terselesaikan. Laporan yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor ini merupakan hasil kegiatan magang yang dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2008 sampai dengan 13 Juni 2008 di Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada 1. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing skripsi 2. Dinas Pertamanan DKI Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan 3. Kepala Dinas Pertamanan, Kepala Sub-dinas Jalur Hijau, dan Kepala Seksi Jalur Hijau Jalan atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan 4. Bapak Sukriah, selaku pengawas lapang Jalur Hijau Jalan Jendral Sudirman atas bantuannya selama pelaksanaan magang 5. seluruh rekan-rekan Arsitektur Lanskap-41 atas semua keceriaan dan kebersamaan selama ini 6. seluruh sahabat mahasiswa/mahasiswi dari Kabupaten Kuantan Singingi atas doa dan kebersamaannya selama ini 7. semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya satu persatu 8. ketiga saudara/saudari penulis tercinta Dedi Marta Mujiana, Siska Aryanti, dan Rahmat Kurniawan serta seluruh keluarga, atas doa, kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaannya 9. kedua orang tua tercinta, atas doa dan kasih sayang yang selalu diberikan Penulis berharap laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi yang memerlukannya. Bogor, Agustus 2008 Penulis

9 RIWAYAT HIDUP Penulis yang dilahirkan di Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau pada tanggal 31 Maret 1986 merupakan anak ke dua dari empat bersaudara pasangan keluarga Bapak Hamyanis Mukminin dan Rosmanidar. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kuantan Hilir, kemudian melanjutkan ke sekolah dasar di SDN 12 Pasar Usang Baserah, Kecamatan Kuantan Hilir pada tahun Pada tahun 1998, penulis menamatkan sekolah dasar dan meneruskan ke jenjang sekolah menengah pertama di SLTPN 1 Kuantan Hilir. Setelah menamatkan sekolah menengah pertamanya, penulis meneruskan ke jenjang Sekolah Menegah Umum Negeri (SMUN) 1 Kuantan Hilir dan lulus pada tahun Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Magang Kegunaan Magang Kerangka Pikir... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Lanskap dan Lanskap Kota Ruang Terbuka Hijau Jalur Hijau Jalan Pengelolaan Lanskap Pemeliharaan Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan Fisik BAB III. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Magang Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan Pengumpulan Data BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum DKI Jakarta Letak Geografis dan Administrati Iklim Geologi dan Tanah Tata Guna Lahan Topografi Kualitas Udara... 18

11 Vegetasi Sosial Ekonomi dan Demografi Organisasi Dinas Pertamanan DKI Jakarta Tugas Pokok Fungsi Visi Misi Sasaran Program Program Unggulan Subdinas Jalur Hijau Dinas Pertamanan Zona Pemeliharaan Sistem Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Pengelolaan Jadwal Pemeliharaan Pengelolaan Tenaga Kerja Pengelolaan Biaya Pemeliharaan Pengelolaan Peralatan dan Bahan Pengelolaan Administrasi Pemeliharaan Fisik Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Pemeliharaan Elemen Lunak (Soft Material) Pembabatan/Pemangkasan Rumput Pengetrikan Rumput Penyapuan/Pembersihan Sampah atau Rumput Pemangkasan Nonrumput Pemeliharaan Pohon Pelindung Penyiraman Tanaman Pemupukan Pendangiran dan Penyiangan Gulma Penyulaman dan Penggantian Tanaman Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pemeliharaan Elemen Keras (Hard Material) Efektivitas Kegiatan Pemeliharaan... 51

12 4.13. Hari Bebas Kendaraan Bermotor Wawancara Pengguna Jalan Rencana Pengelolaan Lanskap BAB V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari Tabel 4. Jadwal kegiatan pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Tabel 5. Uraian kegiatan pekerjaan dan jumlah tenaga kerja Tabel 6. Jenis, jumlah, kondisi, dan masa efektif peralatan pemeliharan Tabel 7. Jenis kegiatan, frekuensi, alat, dan jumlah tenaga kerja Tabel 8. Perbandingan kapasitas kerja kegiatan pemeliharaan iv

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka pikir magang... 4 Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman Gambar 3. Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi Gambar 4. Struktur organisasi pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Gambar 5. Zonasi kegiatan pemeliharaan, (a) Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) Jalur Jalan Jenderal Sudirman, (c) Pulau Jalan depan BNI 45, (d) Pulau Jalan sekitar FO. Karet, (e) pulau Jalan segitiga ex Bakin Gambar 6. Kegiatan pemangkasan rumput pada jalur separator Jalan Jenderal Sudirman Gambar 7. Hasil kegiatan pengetrikan rumput, (a) pinggir kanstin, (b) pinggir tanaman di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda Gambar 8. Kegiatan pembersihan sampah diarea rumput di jalur separotor Jalan Jenderal Sudirman Gambar 9. Hasil pemangkasan tanaman semak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda Gambar 10. Pohon Pelindung jalur separator Jalan Jenderal Sudirman. 41 Gambar 11. Sprinkel untuk penyiraman tanaman rumput di jalur separator Jalan Jenderal Sudirman Gambar 12. Kegiatan Pendangiran dan penyiangan gulma tanaman semak pada jalur median Jalan Jenderal Sudirman Gambar 13. (a) Perkerasan/paving yang rusak di Jalan sekitar Air Mancur Patung Pemuda, (b) kanstin yang rusak dan cat yang terkelupas di jalur median Jalan Jenderal Sudirman. 51 Gambar 14. Aktifitas pada Hari Bebas Kendaraan Bermotor, (a) aktifitas jogging, (b) kegiatan bersepeda pada jalur (b) cepat Jalan Jenderal Sudirman Gambar 15. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kenyamanan Gambar 16. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keamanan v

15 Gambar 17. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk keindahan Gambar 18. Diagram fungsi Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman untuk kebersihan Gambar 19. Diagram tingkat kesukaan terhadap tanaman semak, perdu, herba, tanaman rumput pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Gambar 20. Diagram penggunaan tanaman semak, tanaman perdu, tanaman herba, dan rumput yang disukai pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Gambar 21. Diagram mengenai fasilitas yang perlu ditambahkan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Gambar 22. Diagram kondisi perkerasan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Gambar 23. Diagram kualitas pengelolaan pemeliharaan pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman vi

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data iklim DKI Jakarta tahun Lampiran 2. Struktur organisasi Dinas Pertamanan Lampiran 3. Kondisi pegawai Dinas Pertamanan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 Menurut Golongan Dan Tingkat Pendidikan Lampiran 4. Bagan pembagian tugas personil/karyawan Subdinas Jalur Hijau Seksi Jalur Hijau Jalan tahun Lampiran 5. Gambar bagian-bagian jalan dan jalur hijau Jalan Jenderal Sudirman Lampiran 6. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Tahap I Lampiran 7. Surat Perjanjian Kontrak Induk Pemeliharaan Sarana/Prasarana Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman tahap II Lampiran 8. Lembar Kuisioner 114 vii

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan suatu lingkungan sebagai pusat aktivitas penduduk seperti industri, perdagangan, pendidikan, dan jasa, yang keadaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, adat istiadat, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Jumlah penduduk yang relatif besar dan jenis aktivitas yang beragam menuntut tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kota Hijau merupakan kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjang bagi warganya, serta unsur lainnya baik tumbuhan, tanaman, hewan, tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait sehingga memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan. Untuk itu segala aspek yang saling terkait pelu dijaga dan dipelihara agar tetap terjaga fungsinya, saling bermanfaat dan tetap terjaga kelestariannya secara berkelanjutan. Jakarta merupakan kota yang pembangunannya semakin meningkat setiap tahun sehingga ruang terbuka hijau yang tersedia semakin sedikit. Pembangunan dan penggunaan sumber polusi yang semakin meningkat menyebabkan keamanan, kenyamanan dan keindahan kota semakin berkurang. Untuk keseimbangan perkembangan pembangunan kota Jakarta yang begitu pesat agar tetap nyaman dan aman dari polusi yang terjadi serta pemanasan kota, perlu disediakan suatu ruang terbuka hijau dengan komponen yang dominan yaitu vegetasi atau tanaman. Ruang terbuka hijau yang dapat dibuat antara lain taman kota, hutan kota, area rekreasi kota, lapangan olah raga, jalur hijau dan lainnya. Salah satu bentuk ruang terbuka hijau kota adalah jalur hijau kota, baik jalur hijau jalan maupun jalur hijau tepian air yang banyak terdapat tanaman yang

18 dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Begitu juga kota Jakarta yang juga memiliki jalur hijau kota yang cukup luas sebagai ruang terbuka hijau yang dapat meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keindahan kota. Jalur hijau jalan kota merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang cukup luas di Jakarta sehingga perlu dilakukan pengelolaan dan pemeliharaan yang baik agar tetap terjaga kelestariannya. Jalur hijau jalan Jakarta dapat berfungsi untuk keindahan kota yang dapat dinikmati oleh pengguna jalan yang melewati jalur tersebut, baik yang menggunakan kendaraan maupun pejalan kaki. Jalur hijau jalan yang indah dapat digunakan pengguna jalan sebagai sarana untuk menghilangkan stres, rasa jenuh setelah bekerja, dan rasa lelah dengan menikmati keindahan jalur hijau jalan ketika melewatinya. Selain itu secara fungsional, jalur hijau jalan kota Jakarta dapat mengurangi polusi kota, memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan, dan memperbaiki ekosistem lingkungan kota. Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta merupakan salah satu ruang terbuka hijau kota yang cukup luas dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian ekosistem lingkungan kota, meningkatkan keindahan kota dan dapat mengurangi polusi kota. Untuk itu perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan yang maksimal dan dengan rencana pengelolaan yang baik dan teratur untuk menjaga keindahan dan kelestariannya sehingga dapat berfungsi dengan baik untuk menjaga kenyamanan dan keamanan lingkungan kota. Selain itu, Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat dimanfaat sebagai sarana rekreasi bagi pengguna jalan seperti menghilangkan stres, rasa jenuh dan lelah setelah bekerja dengan menikmati keindahan jalur hijau tersebut. 1.2 Tujuan Magang Tujuan umum yang ingin dicapai dalam kegiatan magang ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman keprofesian di bidang arsitektur lanskap. Secara khusus tujuan dari kegiatan magang adalah : 1) mempelajari dan mengevaluasi suatu kasus jalur hijau jalan sebagai ruang terbuka hijau kota dalam aspek pengelolaan, mengenal dan meningkatkan 2

19 keterampilan dalam menyelesaikan permasalahan dan kendala, dan pemanfaatan potensi yang ada. 2) menganalisis permasalahan-permasalahan di lapangan, baik yang bersifat umum maupun yang khusus serta memberikan berbagai alternatif praktis untuk mengatasinya. 1.3 Kegunaan Magang Kegunaan magang di Dinas Pertamanan DKI Jakarta adalah : 1) peningkatan pemantapan sikap akademik mahasiswa dalam menghadapi persoalan dan tantangan di lapangan. 2) pengembangan sikap profesionalisme mahasiswa dalam menghadapi kondisi lapangan kerja sesungguhnya Kerangka Pikir Proses magang dilakukan di Jalur Hijau Kota Jalan Jenderal Sudirman di bawah Dinas Pertamanan DKI Jakarta. Proses magang ini meliputi aspek pengelolaan lanskap. Seluruh hasil analisis dan sintesis yang diperoleh kemudian dirangkum secara deskriptif dan menghasilkan produk berupa rencana pengelolaan lanskap jalur hijau kota yang berkelanjutan untuk menjaga kualitas estetika dan fungsonal Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman (Gambar 1). 3

20 Jalur Hijau Kota Jalan Jendral Sudirman Jakarta Jalur Hijau Kota yang Tetap Terjaga Secara Estetik dan Fungsional Proses Magang Evaluasi Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Biofisik Sosial Ekonomi Budaya Ideal Fisik Analisis Permasalahan Potensi Solusi Rekomendasi Rencana Pengelolaan Lanskap Jalur Hijau Kota yang Berkelanjutan untuk Menjaga Kualitas Estetika dan Fungsional Gambar 1. Kerangka Pikir Magang 4

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu dengan apa yang ada di dalamnya baik bersifat alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, sejauh indera dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan yang memiliki keindahan secara estetika dan berdaya guna secara fungsional. Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia (Simonds dan Starke, 2006). Ada bentukan-bentukan elemen lanskap yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Elemen-elemen lanskap alami yang dapat diubah yaitu bukit-bukit, semak belukar dan lainnya. Sedangkan elemen-elemen lanskap yang tidak dapat diubah antara lain bentukan topografi seperti gunung, lembah, sungai, pantai dan lain sebagainya. Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam mengelolah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Simonds dan Starke, 2006). Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. Lanskap kota merupakan wajah bentang alam kota, tidak semata-mata lingkungan pertamanan dalam arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, out door) baik yang alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik yang keras (hardscape) maupun yang lunak (softscape). 2.2 Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka mencakup keseluruhan lanskap, perkerasan, taman dan tempat rekreasi di dalam kota. Elemen-elemennya meliputi taman-taman, ruang terbuka hijau kota, tumbuh-tumbuhan dan lainnya. Ruang terbuka dapat membentuk man-made atau natural, yang pada dasarnya adalah total kesatuan

22 yang terbentuk dalam kota yang digunakan sebagai wadah untuk istirahat dan tempat kegiatan yang memiliki keterkaitan, diantaranya sebagai sistem orientasi. Ruang terbuka kota adalah ruang kota yang tidak terbangun, yang berfungsi untuk menunjang tuntutan kenyamanan, kesejahteraan, keamanan, peningkatan kualitas lingkungan, dan pelestarian alam. Ruang terbuka terdiri dari ruang pergerakan linear dan ruang pulau sebagai tempat pemberhentian. Ruang Terbuka Hijau adalah suatu lapang yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi berkayu). Ruang Terbuka Hijau merupakan sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan hijau berkayu dan tahunan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta penunjang fungsi RTH yang bersangkutan. Menurut UU Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 tentang tata ruang, ruang terbuka hijau adalah area memanjang atau mengelompok yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh alamiah maupun yang sengaja ditanam. Untuk proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota. Sementara menurut Simonds dan Starke (2006), bahwa ruang terbuka dapat berupa waterfront (kawasan pantai, tepian danau, maupun tepian lairan sungai), blueways (aliran sungai, aliran air lainnya, serta hamparan banjir, greenways (jalan bebas hambatan, jalan-jalan di taman, koridor transportasi, jalanjalan setapak, jalan sepeda, serta jogging track), taman-taman kota serta areal rekreasi, serta ruang terbuka penunjang lainnya (hutan kota, reservoir, lapangan golf, kolam renang, lapangan tennis, anstalasi militer dan lainnya). Ruang terbuka suatu ruang yang tidak ditutupi bagian atas lahannya dengan berbagai tutupan dan mempunyai fungsi alami yang dominan. Bentuk ruang terbuka tersebut antara lain pertamanan, ruang terbuka hijau, sungai, plaza kota dan lainnya. Adapun peran ruang terbuka dalam suatu perkotaan, yaitu : 1) Merupakan unsur keindahan disebabkan menciptakan harmoni tata lingkungan perkotaan, 6

23 2) Menyediakan ruang terbuka hijau yaitu berupa tanaman yang dapat mengurangi pencemaran, 3) Memberikan ruang gerak bagi segenap masyarakat yang membutuhkanya. Selain itu berdasarkan fungsi dan luasan, ruang terbuka hijau dibedakan atas: 1) Ruang terbuka makro, mencakup daerah pertanian, perikanan, hutan lindung, hutan kota, dan pengaman di ujung landasan Bandar Udara. 2) Ruang terbuka medium, mencakup pertamanan kota, lapangan olah raga, Tempat Pemakaman Umum (TPU). 3) Ruang terbuka mikro, mencakup taman bermain (playground) dan taman lingkungan (community park). Fungsi dari ruang terbuka hijau antara lain fungsi arsitektural, fungsi teknik, fungsi kenyamanan, fungsi ekologi dan fungsi sosial ekonomi. Fungsi arsitektural seperti membingkai ruang, menciptakan batasan-batasan dan lainnya. Fungsi teknik seperti mengatasi bahaya erosi, memperbaiki struktur tanah dan lainnya. Fungsi kenyamanan seperti menurunkan suhu kota, menyediakan udara segar dan lainnya. Fungsi ekologis yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan vegetasi meningkatkan kualitas ekosistem kota. Fungsi sosial ekonomi seperti sebagai wadah kegiatan sosial bagi masyarakat kota, sebagai wadah kegiatan ekonomi dan lainnya. Manfaat dari ruang terbuka hijau adalah kesan estetis, orologis, protektif, higinis dan manfaat edukatif. Manfaat estetika di mana ruang terbuka hijau dapat meningkatkan keindahan suatu lanskap. Manfaat orologis di mana ruang terbuka hijau bermanfaat untuk mencegah terjadinya erosi, banjir. Manfaat protektif di mana ruang terbuka hijau bermanfaat sebagai pelindung seperti sinar matahari, angin kencang dan juga menyerap debu. Manfaat higinis di mana ruang terbuka hijau menghasilkan Oksigen yang dibutuhkan manusia dan menyerap CO 2 yang berbahaya bagi manusia. Manfaat edukatif di mana ruang terbuka hijau dapat bermanfaat sebagai sarana untuk belajar mengenal tanaman. 2.3 Jalur Hijau Jalan Jalur hijau jalan merupakan suatu area di sepanjang jalan yang ditanami oleh berbagai tanaman dengan tujuan untuk peneduh, membantu mengurangi 7

24 polusi, peresapan air, serta tujuan estetika. Di sepanjang tepian jalan dapat ditanami tanaman sesuai dengan luas dan lebar jalur yang digunakan. Adapun Jalur hijau jalan tersebut antara lain jalur hijau jalan raya, jalan tol, jalan protocol, jalur rel kereta api dan lainnya. Jalur hijau dan lingkungan alami banyak dibutuhkan di area kota dan pinggiran kota. Jalur hijau banyak dimanfaatkan penduduk kota untuk rekreasi, transportasi, dan pendidikan alam. Jalur hijau di daerah kota memiliki potensi untuk menyediakan suatu kombinasi yang unik dari segi ekologis dan sosial untuk wilayah metropolitan. Keuntungan ekologis dari jalur hijau ini antara lain sebagai kualitas arus dan perlindungan lahan basah, perlindungan erosi dan banjir, habitat dan plasma nutfah flora dan fauna, serta kualitas udara dan perbaikan iklim mikro. Keuntungan sosial dari jalur hijau ini antara lain sebagai rekreasi, pendidikan alam, kesempatan-kesempatan untuk berapresiasi penduduk kota, rute transportasi non-konstrumtif seperti berjalan dan bersepeda, serta menyatukan bagian-bagian yang terpisah dari wilayah metropolitan yang luas. 2.4 Pengelolaan Lanskap Pengelolaan merupakan upaya manusia untuk mendayagunakan, memelihara dan melestarikan lanskap/lingkungan agar memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinyuitas kelestariannya. Pengelolaan lanskap adalah upaya terpadu dalam penataan dan pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengendalian dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Menurut Arifin dan Arifin (2005) lagi, pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk merawat dan menjaga areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada didalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancang atau disain semula. Menurut Corder (1996), Pekerjaan pemeliharaan terdiri atas pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana. Pemeliharaan terencana terdiri dari 8

25 aktivitas pencegahan, sedangkan pemeliharaan yang tidak terencana merupakan pemeliharaan yang bersifat insidential. Menurut Sternloff dan Warren (1984), terdapat tiga tipe organisasi pemeliharaan, yaitu: 1) Sistem pemelihaan Unit (Unit Maintenance) yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada unit-unit taman yang ada, sehingga setiap unit taman mempunyai tim pemeliharaan sendiri 2) Sistem Tim Pemeliharaan Khusus (Specialized Maintenance Crew), yaitu pemeliharaan didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, seperti pegawai khusus potong rumput atau pekerja khusus lainnya, pegawai berdasarkan jadwal pindah dari unit satu ke unit lainnya. 3) Sistem Pemeliharaan secara Kontrak (Maintenance by Contract), yaitu pemeliharaan diserahkan pada kontraktor, sehingga seluruh pekerjaan pemeliharaan dikerjakan oleh kontraktor. Menurut Sternloff dan Warren (1984), tujuan kegiatan pemeliharaan adalah untuk menjaga tapak beserta fasilitasnya supaya tetap dalam keadaan awal atau desain semula. Untuk mencapai hasil yang diinginkan, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1) Menetapkan prinsip-prinsip operasi 2) Memelihara fasilitas dengan standar yang telah ditentukan 3) Melakukan pengawasa dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan 2.5. Pemeliharaan Pemeliharaan merupakan suatu usaha untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisi tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan dan fungsi awal. Selain itu kegiatan pemeliharaan ini bertujuan agar suatu areal lanskap memiliki suatu keindahan secara estetika serta nyaman dan aman Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal merupakan kegiatan pemeliharaan elemen-elemen lanskap baik soft material maupun hard material sehingga sesuai dengan tujuan 9

26 dan fungsi semula. Dalam kegiatan pemeliharaan ini diharapkan jalur hijau jalan ini memberikan keindahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan dengan tetap mempertahankan disain awal yang telah dibentuk. Untuk mempertahankan agar tujuan dan fungsi semula dalam pemeliharaan ideal tetap terjaga maka usaha yang dilakukan untuk menunjang pemeliharaan fisik antara lain : 1) Pembuatan jadwal pemeliharaan fisik elemen-elemen tanaman dan elemen keras 2) Pada renovasi tata hijau penggunaan tanaman lokal dilakukan untuk memudahkan penggantian/penyulaman. Pemeliharaan dapat dikurangi jika didukung oleh upaya-upaya sebagai berikut (Carpenter et al.,1975) : 1) Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana sehingga memudahkan untuk melakukan pemeliharaan 2) Pemilihan elemen tanaman merupakan salah satu pertimbangan terpenting, karena biasanya semakin eksotis suatu tanaman semakin sulit pemeliharaannya. 3) Perancangan dengan pendekatan terhadap alam. Sedangkan menurut Sulistyantara (2006), beberapa upaya untuk mempermudah ataupun mendukung pemeliharaan ideal antara lain: 1) Merencanakan taman dengan pola-pola yang sederhana sehingga pemeliharaan fisik mudah dilakukan. 2) Membuat pola lalu lintas atau sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga alur kegiatan di dalamnya akan selalu lancar. 3) Memilih sistem struktur yang kuat dan awet serta memilih bahan-bahan perkerasan yang sesuai. 4) Melengkapi taman dengan fasilitas yang memadai, misalnya lampu penerangan, jaringan utilitas dan lain sebagainya. Kriteria tanaman untuk ruang terbuka hijau kota seperti di jalur hijau jalan adalah mampu beradaptasi dengan lingkungan, toleran terhadap stres lingkungan, tahan terhadap hama dan penyakit dan memiliki sifat fisik yang memenuhi kebutuhan disain. 10

27 2.7. Pemeliharaan Fisik Pemeliharaan fisik adalah kegiatan pemeliharaan terhadap elemen-elemen lanskap baik hard material maupun soft material. Adapun yang termasuk ke dalam elemen hard material misalnya perkerasan/paving, bangku, shelter, lampu jalan, dan lainnya, dan yang termasuk ke dalam elemen soft material yaitu tanaman. Kegiatan pemeliharaan fisik ini bertujuan untuk menjaga kondisi fisik baik elemen hard material maupun soft material tetap berfungsi dengan baik, indah, dan berkelanjutan. 11

28 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Lokasi kegiatan magang bertempat di Dinas Pertamanan DKI Jakarta di bawah Subdinas Jalur Hijau bagian Seksi Jalur Hijau Jalan yang terletak di Jakarta Pusat. Kegiatan magang ini mengambil lokasi di jalan Jenderal Sudirman yaitu mengenai pengelolaan jalur hijau kota di jalan tersebut. Kegiatan magang berlangsung selama 4 bulan, dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni U (Tanpa skala) Gambar 2. Peta lokasi Jalan Jenderal Sudirman

29 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam kegiatan magang antara lain: Peta, kamera, alat tulis dan peralatan teknis lainnya. Sedangkan bahan yang digunakan berupa kuisioner pengamatan langsung ke lapangan dan survei serta studi pustaka. 3.3 Metode Magang Ruang lingkup yang telah dilaksanakan pada kegiatan magang ini meliputi aspek teknik administrasi (studio) dan teknik lapangan. Teknik administrasi mencakup pengenalan atas struktur organisasi Dinas, peraturan dan sistem pembagian kerja yang ada di dalam Dinas serta pekerjaan yang dilakukan di studio. Teknik lapangan mencakup bentuk-bentuk pekerjaan pengelolaan serta pembagian kerja di lapangan. Kegiatan magang yang telah dilaksanakan menggunakan metode survei, wawancara, partisipasi aktif baik di studio maupun di lapangan, dan mencari berbagai sumber pustaka. Untuk metode survei dan wawancara digunakan angket untuk menanyakan kepada responden apakah jalur hijau jalan ini telah sesuai dengan fungsinya dan bernilai estetika. Adapun responden yang akan ditanya yaitu pengguna jalur hijau jalan tersebut seperti pejalan kaki, pengendara kendaraan bermotor di jalur hijau tersebut. Pada kegiatan magang yang telah dilaksanakan, aspek pengelolaan jalur hijau jalan kota menjadi kasus yang diminati secara khusus untuk dipelajari dan dibahas. Sedangkan sebagai kegiatan pendukung atau partisipasi yang merupakan bagian dari kegiatan magang secara keseluruhan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja praktis, dan dikaitkan dengan pengelolaan dilaksanakan di studio dan di lapangan. 3.4 Pengumpulan Data Pengambilan data dan imformasi dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan, survei, wawancara dan studi pustaka. Data dan informasi yang diperlukan meliputi data fisik, sosial ekonomi dan kelembagaan. Adapun data yang dibutuhkan antara lain: 1) Sumberdaya a. Peta penggunaan lahan. 13

30 2) Konsep dan Pelaksanaan Pengelolaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman a. Tujuan umum kegiatan pengelolaan, b. Kegiatan pengelolaan ideal dan fisik, c. Indikator dan standar kegiatan pengelolaan, d. Kegiatan pengelolaan untuk menciptakan keseimbangan ekologis. 3) Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta a. Inventarisasi fasilitas dan peralatan untuk kegiatan pemeliharaan, b. Rencana jadwal dan cara pemeliharaan c. Jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan (perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas pada kontraktor), d. Anggaran biaya kegiatan pengelolaan, digunakan untuk menganalisis : 1. Jenis kegiatan, 2. Biaya pembeliaan / penyewaan peralatan dan bahan, 3. Luas area yang dikelola, 4. Jumlah tenaga kerja, 5. Upah tenaga kerja, 6. Kapasitas kerja, 7. Frekuensi kegiatan pemeliharaan (harian, mingguan, bulanan, triwulan, semesteran, tahunan insidential). e. Kegiatan pemeliharaan Jalar Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta 1. Pemupukan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput), 2. Pemangkasan (pohon, semak, penutup tanah dan rumput), 3. Penyiraman (pohon, semak, penutup tanah dan rumput), 4. Penyiangan gulma, 5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman 6. Penyulaman dan pemindahan tanaman serta pengadaan bibit tanaman. 4) Lembaga Pengelola a. Struktur Organisasi, b. Jumlah pegawai Pemeliharaan. 14

31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum DKI Jakarta Kota Jakarta merupakan kota terbesar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota Negara Indonesia. Dengan tingkat pertumbuhan kota yang begitu pesat, ditambah dengan pengaruh sektor ekonomi dan perdagangan yang begitu kuat, sehingga pertumbuhan kota mengikuti pertumbuhan sektor-sektor tersebut. Jalan Jenderal Sudirman merupakan salah satu jalan protokol di DKI Jakarta dengan wilayah jalur yang cukup luas dan merupakan salah satu jalur jalan terpanjang di Jakarta. Begitu juga dengan jalur hijau jalan tersebut menjadi salah satu ruang terbuka hijau kota yang dapat mengurangi tingkat pencemaran polusi udara di mana kota menjadi tidak nyaman. Selain untuk mengurangi tingkat polusi kota Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga dapat menambah dan meningkatkan keindahan kota. Untuk itu perlu diperhatikan pengelolaan pemeliharaan yang baik terhadap jalur hijau jalan tersebut sehingga keindahan jalur tersebut dapat dipertahankan (Gambar 3). Gambar 3: Jalur hijau median, jalur separator Jalan Jenderal Sudirman dari arah patung Sudirman ke arah Jalan Semanggi Letak Geografis dan Administratif Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta terdiri atas daratan dan lautan, sesuai SK Gubernur DKI Jakarta No tahun 1989 di mana luas daratan 664,12 km 2 dengan tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan luas lautan. DKI Jakarta terletak pada posisi LS LS dan BT

32 BT dengan ketinggian rata-rata kurang lebih 7 m di atas permukaan laut. Batas administrasi DKI Jakarta adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Laut Jawa, Sebelah Selatan dan Timur : Provinsi Jawa Barat, Sebelah Barat : Provinsi Banten. DKI Jakarta terbagi atas lima wilayah kota yang berkedudukan sebagai daerah tingkat dua di bawah pengawasan kantor Gubernur. Kelima walayah ini masing-masing dipimpin oleh walikota. Kelima kota tersebut yaitu kota Jakarta Pusat (50,4 km 2 ), kota Jakarta Utara (154,01 km 2 ), kota Jakarta Selatan (145,73 km 2 ), kota Jakarta Barat (126,25 km 2 ), dan kota Jakarta Timur (187,73 km 2 ). Lokasi magang adalah pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta yang terdapat di Jakarta Pusat dengan panjang 3,05 km. Jalan Jenderal Sudirman yang merupakan salah satu jalan protokol di wilayah Jakarta dan juga sebagai ruang terbuka hijau kota sehingga perlu dijaga dan dilakukan pemeliharaan yang baik dan teratur. Luas jalur hijau pada Jalan Jenderal Sudirman Jakarta adalah ,89 m Iklim Untuk data iklim DKI Jakarta diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) wilayah DKI Jakarta. Data iklim yang dipakai adalah data iklim tahun 2007 dan dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan data iklim tahun 2007, Jakarta beriklim cukup panas di mana suhu rata-rata dalam 1 tahun 28,5 0 C, dengan suhu rata-rata maksimum kota Jakarta adalah 29 0 C terjadi pada bulan Oktober dan suhu rata-rata minimum 27,5 0 C pada bulan Februari. Kelembaban udara rata-rata dalam satu tahun sebesar 73,9%, kecepatan angin rata-rata 3,0 knot dan curah hujan rata-rata 11,1 mm/hari dalam satu tahun Geologi dan Tanah Jenis tanah di DKI Jakarta termasuk tanah mediteran merah sampai kuning jenis grumosol dari batu endapan berkapur pada daerah berbukit dan sebagian lagi jenis latosol, podzolik merah kuning dari batu endapan bekuan. Apabila dilihat 16

33 dari bentuk fisiografinya, wilayah DKI Jakarta terdiri dari dataran alluvial, jalur aliran dataran, dan perbukitan. Pada umumnya keadaan tanah di DKI Jakarta banyak yang telah mengalami penggalian dan penimbunan (cut and fill). Begitu juga pada jalur hijau jalan kota Jakarta sebagian besar tanahnya telah mengalami penggalian dan penimbunan. Jenis tanah yang ada di lokasi magang Jalan Jenderal Sudirman merupakan tanah urugan tanah latosol merah Tata Guna Lahan Akibat pertumbuhan dan perkembangan aktivitas sosial yang sangat pesat sedangkan lahan yang tersedia di Jakarta terbatas, sehingga perlu penggunaan lahan yang efisien. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kota terhadap ruang terbuka hijau kota maka pemerintah menetapkan rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta tahun Selain itu Dinas Pertamanan memiliki rencana strategis program-program unggulan tiap tahunnya seperti peningkatan kuantitas taman, peningkatan kualitas taman, peningkatan kualitas jalur hijau, dan lainnya. Penggunaan ruang terbuka hijau pertamanan di seluruh DKI Jakarta adalah untuk taman kota, jalur hijau jalan, taman bangunan umum, jalur tepian air, dan taman rekreasi (Tabel 1). Taman kota merupakan taman umum pada skala kota yang diperuntukan sebagai fasilitas untuk rekreasi, olah raga dan sosialisasi masyarakat dikota yang bersangkutan. Tabel 1. Jenis dan luas ruang terbuka hijau DKI Jakarta No. Variabel Kondisi/Unit 1. Taman kota m 2 2. Jalur hijau jalan m 2 3. Taman bangunan umum m 2 4. Jalur tepian air m 2 5. Taman rekreasi m 2 Luas Total m 2 Sumber: Dinas Pertamanan DKI Jakarta (2008) Jalur hijau kota adalah ruang terbuka hijau untuk keserasian lingkungan dengan tujuan konservasi tanah, lingkungan, penyerapan air dan penyegaran udara. Jalur tepian air adalah bagian dari ruang terbuka hijau yang ditentukan sebagai daerah pengaman, terdapat di sepanjang batas badan air kerah darat seperti badan sungai dan danau. Taman rekreasi adalah bagian dari ruang terbuka 17

34 hijau kota yang dapat digunakan untuk kegiatan rekreasi. Taman bangunan adalah taman yang terletak dalam kavling bangunan yang terdiri dari vegetasi atau unsurunsur estetis lainnya yang ditata dengan serasi dengan tetap memperhatikan fungsi bangunan dan ruang terbukanya Topografi Wilayah DKI Jakarta memiliki Luas Ha. Ketinggian rata-rata wilayah DKI Jakarta berada 7 m di atas permukaan laut, dan sekitar 40% (24.00 Ha) wilayah DKI Jakarta merupakan dataran rendah di bawah laut pasang yaitu 1 m sampai dengan 1,5 m, sehingga ketika terjadi air pasang dataran tersebut tergenang air atau banjir. Selain itu akibat pembangunan lahan yang terus terjadi menyebabkan area resapan semakin sedikit ketika terjadi air laut pasang Kualitas Udara Kota yang padat penduduknya, pembangunan permukiman semakin banyak, sumber polusi yang semakin meningkat pula sedangkan ruang terbuka hijau kota yang semakin berkurang menyebabkan kualitas udara semakin menurun. Kualitas udara yang berkurang akibat polusi yang terjadi menyebabkan berkurangnya kenyamanan dan keamanan kota terhadap penduduk kota yang tinggal dan beraktivitas pada kota tersebut, seperti terjadinya gangguan kesehatan sehingga menimbulkan penyakit pada manusia. Selain itu kualitas udara yang tidak nyaman dapat mengganggu manusia ketika melakukan aktivitas. Begitu juga untuk kualitas udara di kota Jakarta, di mana penduduknya yang semakin padat, pembangunan semakin meningkat, sehingga terjadi penurunan kualitas udara akibat kurangnya kawasan ruang terbuka hijau kota sedangkan sumber polusi seperti kendaraan bermotor, pabrik industri semakin banyak dan meningkat. Jumlah kendaraan bermotor di Jakarta tahun 2008 lebih kuran 5,7 juta unit kendaraan, dengan jumlah mobil 2,2 juta unit dan jumlah sepeda motor 2,5 juta unit. Jumlah kendaraan di Jakarta cukup banyak sehingga zat-zat polusi yang dikeluarkan juga banyak yang menyebabkan keamanan dan kenyamanan kota semakin berkurang. Zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber pencemar ini antara lain Nitrogen Oksida (NO X ), Sulfur Dioksida (SO 2 ), debu 18

35 serta kandungan Timah Hitam (Pb) dalam debu. Zat-zat ini dapat menyebabkan lapisan ozon menjadi rusak, mengganggu atau menurunkan jarak pandang dan juga dapat mengganggu kesehatan tubuh manusia. Untuk itu sangat penting keberadaan ruang terbuka hijau di kota Jakarta baik itu taman kota, hutan kota, jalur hijau kota untuk mengurangi polusi udara yang terjadi akibat zat-zat yang dikeluarkan oleh sumber pencemaran tersebut. Dengan semakin meningkatnya ruang terbuka hijau suatu kota akan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas udara kota Jakarta Vegetasi Jalur hijau jalan kota Jakarta memiliki beragam vegetasi yang ditanam di sepanjang jalan seperti pohon, palem, perdu, semak, herba, rumput-rumputan dan tanaman merabat. Vegetasi tersebut ditanam dan ditata sedemikan rupa dan juga pemeliharaan yang dilakukan dengan baik dan maksimal sehingga menambah kenyamanan, keamanan, dan keindahan kota. Pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman juga memiliki bermacam-macam tanaman yang ditanam dan ditata dengan baik dan teratur, dengan kondisi yang cukup baik, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan, keamanan dan keindahan kota umumnya dan jalur hijau tersebut khususnya. Beberapa jenis tanaman khususnya pada Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Jakarta dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Jenis tanaman di Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman Nama Latin Nama Lokal Kondisi Pohon Cassia multijuga Kasia Baik Delonix regia Flamboyan Baik Swietenia mahagonii Mahoni Tidak semua baik Plumeria spp. Kamboja Baik Pterocarpus indicus Angsana Baik Pithecolobium dulce Lamtoro Baik Cerbera odollam Bintaro Baik Cordia sebestana Jati mas Baik Polyalthia longifolia Glodogan tiang Tidak semua baik Ficus benyamina Beringin Baik Manilkara kauki Sawo kecik Baik Lagerstroemia indica Bungur Baik Bignoniaceae Tabe buya Baik 19

36 Tabel 2. Lanjutan Pohon Teminalia catappa Ketapang Baik Mimusops elengi Tanjung Baik Samanea saman Kihujan Baik Albizia falcataria Sengon Baik Palem Roystonea regia Palem raja Baik Chrysalidocarpus lutescens Palem kuning Baik Rhapis excelsa Palem wregu Baik Elaeis guinensis Kelapa Sawit Baik Perdu Adenium cutanium Kamboja jepang Baik Cordyline terminalis Hanjuang merah Baik Jantropa sp. Batavia Baik Semak Ixora javanica Soka Baik Rora sp. Mawar Baik Mussaendah sp. Nusa Indah Baik Neoregelia sp. Nanas hias Baik Iresine herbstii Bayam merah Baik Bougenvillea sp. Bugenvil Baik Arachis pintoii Kacang-kacangan Baik Codeaum variegatum Puring Baik Allium tuberosum Kucai Baik Adiantum cuneatum Suplir Baik Dracaena sp. Drasena Baik Pandanus pygmaeus Pandan variegata Baik Hibiscus rosasinensis Kembang sepatu Baik Herba Hyppeastrum sp. bakung Baik Canna indica kana merah Baik Zephyranthes candida Bawang-bawangan Baik Chlorophytum comosum Lili paris Baik Grasses/Rumput-rumputan Zoysia matrella Rumput Peking Baik Axonopus compressus Rumput gajah Baik Merambat Ipomoea batatas Telo-telo Baik Scindapsus aureus Sirih belanda Baik 20

37 Sosial Ekonomi dan Demografi Kota Jakarta yang merupakan sebagai Ibukota Republik Indonesia menjadikan kota ini menjadi pusat dari segala aktivitas. Banyaknya masyarakat Indonesia baik itu dari pulau jawa, sumatera, kalimantan, sulawasi, hingga Indonesia bagian timur yang tergiur untuk datang dan bekerja karena banyaknya lapangan kerja yang tersedia baik itu dalam pemerintahan, perdagangan, industri dan lain sebagainya. Berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan dari tahun ke tahun, menunjukan hasil bahwa penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan sehingga dapat mengakibatkan berbagai masalah di berbagai bidang seperti permukiman, pendidikan, kesehatan, dan juga ketenagakerjaan. Dengan meningkatnya jumlah penduduk sehingga terjadi pembangunan permukiman, sarana dan prasarana umum, fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya yang menyebabkan ruang terbuka hijau kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota semakin sempit dan berkurang yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan kota Jakarta. Berdasarkan data bulan Januari 2008 jumlah penduduk Jakarta adalah jiwa. Jumlah penduduk ini terbagi atas lima wilayah kota dan satu kabupaten yang terdiri atas warga negara Indonesia dan warga negara asing (Tabel 3). Untuk sosial ekonomi masyarakat Jakarta khususnya pengguna Jalur Hijau Jalan Jenderal Sudirman bermacam ragam mulai dari pelajar, mahasiswa, pedagang, tukang ojek, karyawan perkantoran dan perbankan, pegawai negeri dan lain sebagainya. Tabel 3. Jumlah Penduduk DKI Jakarta Januari 2008 No Wilayah Jumlah (Jiwa) WNI WNA Total 1. Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Selatan Jakarta Barat Jakarta Timur Kepulauan Seribu Total Sumber: Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya ( 21

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA. Oleh : Mustika Retno Arsyanur A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN MENTENG JAKARTA PUSAT PADA DINAS PERTAMANAN PROVINSI DKI JAKARTA Oleh : Mustika Retno Arsyanur A34204025 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian tentang Lingkungan Hidup dan Lingkungan Perkotaan Soemarwoto (1985) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat 26 KONDISI UMUM Keadaan Geografis Keadaan geografis Kota administrasi Jakarta Pusat yaitu terletak antara 106º.22.42 BT sampai dengan 106º.58.18 BT dan 5º19,12 LS sampai dengan 6º.23 54 LS. Permukaan tanahnya

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan atau pengorganisasian suatu kegiatan pemeliharaan bergantung pada berbagai faktor yang terdapat pada lokasi seperti pengunjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di Provinsi Lampung. Padang Golf Sukarame didirikan oleh Perkumpulan Golf Lampung (PGL).

Lebih terperinci

EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI

EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI EVALUASI TANAMAN BAGI PENGEMBANGAN LANSKAP JALAN UTAMA KOTA BUMI, LAMPUNG UTARA ISYANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK ISYANI. Evaluasi Tanaman bagi Pengembangan Lanskap

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA UMUM Pembangunan kota sering dicerminkan oleh adanya perkembangan fisik kota yang lebih banyak ditentukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN KOTA 1 DI BSD CITY, TANGERANG. Oleh: YULIANTO WIBISONO A

PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN KOTA 1 DI BSD CITY, TANGERANG. Oleh: YULIANTO WIBISONO A PENGELOLAAN LANSKAP DAN PEMELIHARAAN TAMAN KOTA 1 DI BSD CITY, TANGERANG Oleh: YULIANTO WIBISONO A34204023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Perencanaan Hutan Kota Arti kata perencanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Fak. Ilmu Komputer UI 2008) adalah proses, perbuatan, cara merencanakan (merancangkan).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang : a. bahwa dalam upaya menciptakan wilayah

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi t'r - PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 09 TAHUN 2OO5 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan. Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Ruang terbuka hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang -ruang terbuka (open space) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 29 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran 1. Tata Guna Lahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN Dr KASWANTO M.K. PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN (ARL 521) DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN - INSTITUT PERTANIAN BOGOR Senin, 23 Mei 2016

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pembangunan perkotaan cenderung meminimalkan ruang terbuka hijau. Lahan terbuka hijau dialih fungsikan menjadi kawasan pemukiman, perdagangan, kawasan industri,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL. Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A

PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL. Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A PEMELIHARAAN LANSKAP HOTEL JAKARTA HILTON INTERNATIONAL Oleh : FAIKA RAHIMA ZORAIDA A34201024 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 RINGKASAN FAIKA RAHIMA ZORAIDA.

Lebih terperinci

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD. Tujuan Memahami makna dan manfaat hutan kota pada penerapannya untuk Lanskap Kota. Memiliki

Lebih terperinci

KATA KUNCI UTAMA PERMASALAHAN LANSKAP PERKOTAAN KUALITAS UDARA & PENCEMARAN PERAN POHON. Data Ilmiah dari Hasil Penelitian Terapan

KATA KUNCI UTAMA PERMASALAHAN LANSKAP PERKOTAAN KUALITAS UDARA & PENCEMARAN PERAN POHON. Data Ilmiah dari Hasil Penelitian Terapan BEDAH BUKU Gelar IPTEK Hasil Litbang dan Inovasi Tahun 2016 Rabu, 11 Mei 2016 Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pembahas: Hadi Susilo Arifin Guru Besar Bidang Ekologi & Manajemen Lanskap Fakultas

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada PENDAHULUAN Latar Belakang Kota adalah suatu pusat pemukiman penduduk yang besar dan luas.dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya kota didirikan sebagai tempat kedudukan

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun MINGGU 4 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun Lingkungan Alamiah Dan Buatan Manusia Para dipahami

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A

PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A PROSES PERANCANGAN BSD CITY BOTANICAL PARK DI PT SHEILS FLYNN ASIA, BOGOR RAHMAT HIDAYAT A34204005 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RAHMAT HIDAYAT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencegah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota 23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE)

LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Magister Desain Kawasan Binaan (MDKB) LANSKAP PERKOTAAN (URBAN LANDSCAPE) Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP., MAgr, PhD. Pendahuluan Tujuan : Memberi pemahaman tentang: - Pengertian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 Juli 2010 hingga tanggal 20 Agustus 2010. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin

Lebih terperinci

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU

REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU 85 REKOMENDASI KONSEP TATA HIJAU Penanaman lanskap harus dapat memberikan fungsi yang dapat mendukung keberlanjutan aktivitas yang ada dalam lanskap tersebut. Fungsi arsitektural penting dalam penataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota adalah sebuah sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomis yang heterogen

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Umum Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau tahapan-tahapan dalam merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka adalah ruang yang bisa diakses oleh masyarakat baik secara langsung dalam kurun waktu terbatas maupun secara tidak langsung dalam kurun waktu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ===================================================== LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang Kegiatan magang berlangsung sekitar tiga bulan (Tabel 1) dimulai pada bulan Februari dan berakhir pada bulan Mei Tabel 1 Kegiatan dan Alokasi Waktu Magang Jenis Kegiatan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau

Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau LAMPIRAN Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau 1. Apa keuntungan bagi kampus Universitas Riau dengan status hutan kota tersebut? 2. Apa tujuan utama dan tujuan lainnya

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara C193 Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan, Jakarta Utara Shella Anastasia dan Haryo Sulistyarso Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 18% dari luas wilayah DIY, terbentang di antara 110 o dan 110 o 33 00 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Sleman 7574,82 Km 2 atau 18% dari luas wilayah DIY,

Lebih terperinci