MODEL PERILAKU STRATEGIS PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF (STUDI KASUS PENGUSAHA BATIK TASIKMALAYA) Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PERILAKU STRATEGIS PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF (STUDI KASUS PENGUSAHA BATIK TASIKMALAYA) Abstract"

Transkripsi

1 Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol. Model 13, No. Perilaku 1, April Strategis 2013 Pengusaha Industri Kecil 62 pp MODEL PERILAKU S PENGUSAHA INDUSTRI KECIL DALAM MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF (STUDI KASUS PENGUSAHA BATIK TASIKMALAYA) Widjajani* Dede Siti Rohmah** Abstract Small scale industries are characterized by one-man-one-management, therefore a success of a small industry depends on how the owner manage his/her enterprise. Their entrepreneurial behaviour that can build competitive advantage known as strategic behaviours of the entrepreneur. This research is aimed to model strategic behaviours of the most successful Batik Enterprise s owner manager in Tasikmalaya s Batik Cluster. The research uses soft system methodology (SSM) approach to build the model. The major findings of this research indicate four kinds strategic behaviour model that related each others as a system. Keywords:Small industries, Competitive advantage, Soft system methodology *dan** Jurusan Teknik Industri, Universitas Langlangbuana, Jl. Karapitan No.116, Bandung ( widjajani@yahoo.com ; de2_siti_rohmah@yahoo.com) 62

2 63 Media Riset Bisnis & Manajemen Latar Belakang Kota Tasikmalaya termasuk salah satu kota yang memiliki ciri khusus sebagai Kota Industri Kecil (IK) Kerajinan Tangan. Potensi IK ini berkembang pesat, dimana sampai akhir tahun terdapat unit usaha yang tersebar di 130 sentra dengan nilai investasi sebesar Rp ; nilai produksi sebesar Rp dan mampu menyerap tenaga kerja kurang lebih orang ( Komoditi yang dihasilkan mencapai 23 komoditi yang tersebar di berbagai sentra IK baik di Kota Tasikmalaya maupun di Kabupaten Tasikmalaya. Lima sentra IK yang yang terbesar diantaranya yaitu Sentra IK Anyaman Mendong, Sentra IK Bordir, Sentra IK Alas Kaki, Sentra IK Anyaman Bambu dan Sentra IK Batik, yang merupakan potensi industri kecil unggulan kota Tasikmalaya. Sentra IK Batik terletak di Wilayah Cigeureung, Ciroyom dan di Sukapura Kecamatan Sukaraja.Motif Batik Tasikmalaya cenderung sederhana, kuat pada pola geometris dan juga seringkali dihiasi dengan gambar flora dan fauna seperti motif bunga anggrek dan burung.batik Tasikmalaya coraknya sederhana, namun tak kalah artistik dari motif-motif batik lainnya. Kecamatan Cipedes yang merupakan Sentra IK Batik terdapat pengusaha batik yang memulai usahanya sejak tahun 1950 dan masih berjalan dengan lestari hingga saat ini, yaitu Bapak Deden Supriyadi. Saat ini usahanya memiliki 23 pembatik tulis, 17 ahli cap serta 13 ahli celup dan warna sehingga ia mampu menghasilkan 200 batik tulis halus dan 7000 helai batik cap setiap bulannya. Perusahaan batiknya merupakan IK batik yang paling berhasil di sentra tersebut, oleh karena itu Bapak Deden dijadikan sebagai informan yang akan dimodelkan perilaku strategisnya pada penelitian ini. Perumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah model perilaku strategis pengusaha industri kecil dalam membangun keunggulan kompetitif? Tinjauan Pustaka Suatu perusahaan yang mempunyai keunggulan kompetitif ialah perusahaan yang mempunyai posisi superior pada suatu industri atau pasar. Keunggulan kompetitif (competitive advantage CA) adalah suatu faktor atau kombinasi dari faktor-faktor yang membuat suatu organisasi menjadi lebih berhasil dari organisasi lainnya dalam lingkungan yang kompetitif (Hayden, 1986) dan tidak dapat dengan mudah ditiru oleh pesaingnya.

3 Model Perilaku Strategis Pengusaha Industri Kecil 64 Teori mengenai bagaimana cara mendapatkan keunggulan kompetitif merupakan bagian dari bidang telaah Manajemen Strategi. Hingga saat ini Manajemen Strategi telah berkembang luas dan menciptakan berbagai definisi, pendekatan dan framework konseptual dalam memformulasikan dan mengimplementasikan strategi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Salah satu teori yang membahas masalah tersebut yaitu pendekatan berbasis sumber daya atau atauresource-based view (RBV). Menurut teori RBV, keungggulan kompetitif dapat diperoleh karena kepemilikan sumber daya yang bersifat strategis.sumber daya didefinisikan oleh Barney (1991) sebagai semua aset, kapabilitas, proses-proses organisasi, informasi, pengetahuan yang dikendalikan oleh perusahaan dan memungkinkan perusahaan untuk dapat menciptakan dan menjalankan strategi yang efektif. Sumber daya dapat dikategorikan sebagai sumber daya modal fisik (teknologi fisik, pabrik dan peralatan, lokasi geografis, akses ke bahan baku), sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, kebijakan, inteligensia, hubungan dan sebagainya), dan sumber daya modal organisasi (sistem dan struktur formal juga hubungan informal antar kelompok). Pendekatan RBV tidak mencakup semua sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi memfokuskan hanya pada sumber daya yang kritis atau strategis, yaitu sumber daya yang dapat memberikan manfaat terbesar yang berkelanjutan dalam menghadapi persaingan. Para peneliti kemudian menyatakan berbagai karakteristik yang digunakan sebagai kriteria sumber daya strategis. Dari banyak kriteria, definisi dari Fahy (2000) yang cukup lengkap yaitu: (a) Bernilai (valuable); (b) mempunyai hambatan untuk duplikasi (barriers to duplication); (c) mempunyai kemampuan untuk dapat menyesuaikan diri (appropriability). Ketiga karakteristik tersebut kemudian disini digunakan sebagai kriteria dalam pengujian sumber daya untuk menentukan apakah suatu sumber daya strategis atau tidak. Jika IK dikarakterisasi dengan one man one management, yaitu seluruh manajemen perusahaan ditentukan oleh manajer pemiliknya, maka sumber daya yang dimiliki ialah sumber daya yang dimiliki oleh manajer pemilik yaitu kompetensi yang dimilikinya (Widjajani, 2008). Oleh karena itu dalam memodelkan perilaku strategis manajer pemilik IK tidak semua perilaku yang akan dimodelkan, tetapi hanya perilaku yang menggunakan sumber daya yang bersifat strategis yang akan dimodelkan. Metodologi Penelitian Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Widjajani (2008) tetapi dengan konteks penelitian yang berbeda. Konteks penelitian disini adalah daerah yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yang melakukan

4 65 Media Riset Bisnis & Manajemen penelitian di klaster-klaster IK di Kotamadya Bandung, sedangkan penelitian ini dilakukan dengan konteks klaster IK di Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan untuk memodelkan perilaku strategis ini ialah dengan menggunakan Soft Systems Methodolody (SSM).Sebenarnya SSM merupakan metodologi action research yang ditujukan untuk mengeksplorasi, menanyakan dan belajar mengenai situasi permasalahan yang tidak terstruktur (sistem soft) agar dapat memperbaikinya (Attefalk& Langervik, 2001). Tetapi di dalam penelitian ini SSM tidak dimanfaatkan sebagai metodologi untuk memperbaiki sistem, tetapi proses pemodelannya yang dimanfaatkan untuk membuat model perilaku strategis pengusaha IK yang berhasil. Metodologi pemodelan yang digunakan mengikuti arahan Checkland & Scholes(1990) seperti yang digambarkan pada Gambar 1. Karena pada awalnya SSM adalah metodologi untuk action research, sedangkan pada penelitian ini adopsi model empat aktivitas SSM dari Checkland & Scholes (1990) ini hanya digunakan sebagai metoda pemodelan saja, maka proses hanya dilakukan sampai aktivitas ke tiga saja, yaitu pada aktivitas melakukan validasi model yang sudah dibuat dibandingkan dengan fakta yang ada. Data dikumpulkan dengan wawancara dengan menggunakan instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian sebelumnya. Gambar 1 Model Empat Aktivitas Soft System Methodology Checkland& Scholes (1990)

5 Model Perilaku Strategis Pengusaha Industri Kecil 66 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini merupakan model konseptual dari perilaku pengusaha IK Batik dari klaster IK batik di Tasikmalaya yang paling unggul. Model konseptual tersebut terdiri dari empat model yang merupakan empat perilaku strategis dengan suatu tujuan atau disebut sebagai perilaku strategis bertujuan. Keempat model tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 sampai 5, yaitu: (1) Model Perilaku Bertujuan Menentukan Strategi, (2) Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Produksi, (3) Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Litbang dan Inovasi, dan (4) Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Pemasaran. Analisis Model Konseptual Model konseptual yang didapatkan terdiri dari empat model yang saling berkaitan dan root definition dari masing-masing perilaku strategis adalah sebagai berikut: (1) Perilaku Bertujuan Menentukan Strategi adalah suatu sistemperilaku strategis yang dimiliki dan dilakukan oleh manajer pemilik dalam menentukan strategi perusahaan yang dimaksudkan untuk dapat memperoleh acuan tujuan di masa depan dan mengelola perusahaan. (2) Perilaku Bertujuan Melaksanakan Produksi adalah suatu sistem perilaku strategis yang dimiliki dan dilakukan oleh manajer pemilik dalam melaksanakan produksi yang dimaksudkan untuk dapat menghasilkan produk yang unggul di pasaran. (3) Perilaku Bertujuan Melaksanakan Penelitian Pengembangan dan Inovasi yaitu suatu sistem perilaku strategis yang dimiliki dan dilakukan oleh manajer pemilik dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) dan inovasi yang dimaksudkan untuk dapat selalu menerapkan pengembangandan perbaikanberkesinambungan. (4) Perilaku Bertujuan Melaksanakan Pemasaran yaitu suatu sistem perilaku strategis yang dimiliki dan dilakukan oleh manajer pemilik dalam melaksanakan kegiatan pemasaran yang dimaksudkan untuk dapat menjual produknya.

6 67 Media Riset Bisnis & Manajemen Mengalami kejadian sulit pemasaran produk, diatasi mencari produk baru dengan mengubah visi dan membangun kualitas Mengalami kejadian buruk yang berhubungan dengan pemasaran diatasi dengan memperluas jaringan personal BELAJAR DARI PENGALAMAN Mengalami kesulitan dalam pembuatan produk baru diatasi dengan mempelajari proses produksi produk baru dengan lebih rinci Mengalami bahan baku sulit, mencari saluran bahan baku lain Merek produknya terkenal di Indonesia dan dunia MENENTUKAN CITA-CITA PERUSAHAAN Membuat produk khusus berkualitas tinggi untuk segmen pasar tertentu MENENTUKAN PRODUK DAN PASAR Membuat atau merancang sendiri komponen kritis yang menentukan kualitas produk MENENTUKAN KAPABILITAS BERSAING Kualitas jasa pelayanan konsumen Kelompok target konsumen tertentu (Market niches) Memilih saluran distribusi yang sudah ahli dan mempunyai reputasi baik Produk berkualitas Produk premium Melakukan pemasaran sendiri Brand name Teknik pemasaran yang inovati Menentukan harga sendiri (bersaing) Awalnya modal sendiri Modal kerja dari pemasok Pengembangan perusahaan dengan modal kredit bank Kinerja dan upah karyawan tidak tetap berdasarkan sistem borongan Kinerja dan upah karyawan tetap berdasarkan tanggung jawabnya Hubungan industrial kekeluargaan dan personal Sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin TI untuk pengolahan data administratif TI untuk desain produk dan proses TI untuk memonitor teknologi dan desain terbaru TI untuk komunikasi dengan suplier atau konsumen Penelitian pemasaran baru dengan menggunakan jasa pencari pasar Pengembangan produk baru dengan inspirasi dari merek produk terkenal Pengembangan teknologi proses baru dengan menerapkan dengan cara coba-coba Pengembangan teknologi bahan atau bahan baku dengan cara coba-coba Pengembangan teknologi proses baru dengan mempelajari sendiri terlebih dahulu PEMASARAN FINANSIAL S D M TEKNOLOGI INFORMASI LITBANG Membangun lingkungan kerja dengan atmosfir pelayanan Meningkatkan pengendalian proses dan mengurangi variabilitas proses Membina hubungan jangka panjang dan meningkatkan kualitas Menggunakan kapabilitas pemasok besar sehingga fleksibel Meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan pelatihan agar mampu beradaptasi dengan lebih baik Membangun sistem kualitas (Manajemen Kualitas Terpadu) Mengeliminasi keterlambatan karena kualitas Meningkatkan kesesuaian antara kapasitas dan permintaan Melakukan penjadwalan yang lebih baik Menentukan produk atau jasa baru berdasarkan pada hubungannya dengan konsumen Sistem kinerja berdasarkan pada pemeliharaan karyawan lama sehingga lebih banyak tenaga kerja yang berpengalaman Struktur organisasi yang dibangun mekanisme agar dapat melakukan reaksi cepat terhadap kebutuhan khusus FASILITAS PROSES INTEGRASI VERTIKAL SDM KUALITAS PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI PRODUK BARU SISTEM KINERJA ORGANISASI OPERASI MENENTUKAN FUNGSIONAL MENENTUKAN FUNGSIONAL GAMBAR 2. MODEL PERILAKU BERTUJUAN MENENTUKAN BAPAK DEDEN

7 Model Perilaku Strategis Pengusaha Industri Kecil 68 Melakukan negosiasi dengan sumber dana mengenai besarnya kredit dan kesepakatan pembayaran kredit Menginformasikan kebutuhan bahan baku ke pemasok via telpon Menentukan alokasi penggunaan dana, menyerahkan kepada bagian finansial dan menerima laporannya setiap bulan. Menyiapkan dana Melakukan negosiasi dengan pemasok masalah harga bahan baku Menyiapkan Bahan Baku Melatih pengrajin dan masyarakat sentra cara membuat produk berkualitas, hasil pelatihan yang mau berusaha sendiri dan tetap komitmen dengan pembuatan produk berkualitas kemudian direkrut menjadi subkontraktor Menyiapkan subkontraktor Melatih pengrajin dan masyarakat sentra cara membuat produk berkualitas, hasil pelatihan yang baik dapat direkrut menjadi karyawan Memberikan sanksi kepada karyawan jika karyawan tidak disiplin Melakukan pertemuan berkala untuk membahas masalahmasalah di pabrik termasuk keluhan karyawan Mengendalikan kualitas hasil pekerjaan subkontraktor dengan menggunakan perjanjian kesepakatan kualitas dan harga Melakukan negosiasi dengan karyawan masalah upah dan kewajiban pekerja Melatih karyawan baru sendiri untuk pekerjaan yang diperuntukkannya Membuat sampel produk yang akan diproduksi jika akan membuat produk desain baru. Memperlakukan karyawan seperti keluarga dengan pendekatan personal Mengendalikan kualitas hasil pekerjaan subkontraktor dengan menggunakan perjanjian tidak akan dijadikan subkontraktor lagi jika kualitas tidak sesuai. Menentukan jabatan karyawan dengan memilih yang ahli dan mempunyai perilaku baik (disiplin) Menyiapkan karyawan Mengendalikan kualitas pekerjaan karyawan dengan cara memonitor secara berkala Melaksanakan operasional produksi GAMBAR 3 MODEL PERILAKU BERTUJUAN MELAKSANAKAN PRODUKSI BAPAK DEDEN Menyerahkan pekerjaan ke subkontraktor MENCARI INFORMASI DESAIN PRODUK BARU MENCARI INFORMASI BAHAN BAKU BARU MENCARI INFORMASI MENGENAI UMPAN BALIK KONSUMEN Mencari di internet Melihat di toko-toko yang menjual produk terkenal Mendapatkan ide atau desain baru dari konsumen (trader) Melihat dari media massa (TV atau majalah) Mencari informasi di internet Mendapatkan informasi dari pemasok Meminta informasi mengenai pendapat konsumen yang telah menggunakan produknya (konsumen perusahaan) Melihat dari buku referensi (mode blad) MENCARI INFORMASI TEKNOLOGI PROSES BARU Mencari dari katalog produk Mencari di internet Menginformasikan teknologi baru dengan melakukan pelatihan khusus pada waktu order sedang sepi Menginformasikan sistem prosedur baru dengan melakukan pelatihan khusus dengan waktu yang khusus disediakan MENDOKUMENTASIKAN DAN MENGINFORMASIKAN KE KARYAWAN GAMBAR 4 MODEL PERILAKU BERTUJUAN MELAKSANAKAN LITBANG DAN INOVASI BAPAK DEDEN

8 69 Media Riset Bisnis & Manajemen Mendatangi calon konsumen dengan membawa sampel dan memperkenalkan produk Memberikan tantangan bahwa produknya laku di pasar yang dituju Mengikuti kegiatan kelompok organisasi yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan (misalnya organisasi hobby dsb.),memperluas pergaulan dan peluang untuk pemasaran Menginformasikan mengenai produk atau harga baru ke konsumen atau trader dengan menggunakan telpon MEMPERKENALKAN & MENGINFORMASIKAN PRODUK MELAKUKAN PENJAJAGAN SALURAN PEMASARAN BARU Melakukan negosiasi dengan konsumen tentang harga dan metoda pembayaran Melakukan negosiasi dengan trader tentang harga dan metoda pembayaran NEGOSIASI DENGAN KONSUMEN GAMBAR 5. MODEL PERILAKU BERTUJUAN MELAKSANAKAN PEMASARAN BAPAK DEDEN Perilaku Bertujuan Menentukan Strategi Bapak Deden dapat dilihat pada Gambar 2.Perilaku ini merupakan dasar dari perilaku-perilaku strategis lainnya karena memberikan dasar, arah dan tujuan bagi keseluruhan aktivitas dan keputusannya. Perilaku menentukan strategi dimulai dari sejak ia memulai usahanya, yaitu strategi usaha ditentukan melalui proses belajar. Proses belajar tersebut yaitu dengan mengalami berbagai kesulitan dan masalah kemudian dapat mengatasi kesulitan tersebut dengan baik. Pengalaman mengalami berbagai masalah dan kesulitan meliputi antara lain dalam proses pemasaran, dalam pembuatan produk baru, dan kesulitan bahan baku. Proses belajar tersebut kemudian menjadikan dasar penentuan strategi usahanya. Strategi usaha yang paling mendasar yaitu cita-cita bapak Deden, ingin usahanya seperti apa di masa depan atau dapat dikatakan sebagai visi usahanya. Cita-cita bapak Deden yaitu merek produknya terkenal di Indonesia dan jika bisa sampai di dunia, menjadi fondasi penentuan strategi usaha yang dilakukan guna mencapai cita-cita tersebut.untuk dapat mencapai cita-cita usahanya tersebut, maka kendaraan yang digunakan adalah produk dan pasar yang sesuai. Strategi mengenai produk dan pasar yang akan dimasuki adalah difokuskan pada produk berkualitas tinggi untuk segmen pasar tertentu. Segmen pasar di sini

9 Model Perilaku Strategis Pengusaha Industri Kecil 70 ditentukan segmen pasar menengah ke atas sehingga produk yang dihasilkan difokuskan pada jenis batik berkualitas tinggi untuk segmen pasar tersebut. Strategi bisnis tersebut, kemudian dilengkapi dengan strategi yang merupakan hasil dari proses pembelajaran bertahun-tahun mengenai produk, proses dan pasar, yaitu strategi untuk mempertahankan keunggulan kompetitif yang disebut sebagai strategi kapabilitas bersaing (Widjajani, 2008). Strategi kapabilitas bersaing yang dilaksanakan oleh bapak Deden adalah membuat dan merancang sendiri komponen kritis yang menentukan kualitas dan keunggulan produk, yaitu desain batiknya, yang kemudian diimplementasikan pada cap (pada batik cap) atau pada desain batik tulis. Strategi bisnis kemudian diimplementasikan dalam 6 Strategi Fungsional yaitu (Gambar 2): (1) Strategi Fungsional Pemasaran; (2) Strategi Fungsional Finansial; (3) Strategi Fungsional Sumber Daya Manusia; (4) Strategi Fungsional Teknologi Informasi; (5) Strategi Fungsional Penelitian dan Pengembangan; dan (6) Strategi Fungsional Operasi. Strategi Fungsional Pemasaran Strategi Fungsional Pemasaran ditekankan pada identifikasi produk dan pasar yaitu dengan komitmen hanya menggunakan satu brand name yaitu Deden Batik. Brand name Deden Batik kemudian harus dapat diasosiasikan pada Produk Batik Tasikmalaya berkualitas tinggi dengan harga tinggi (premium) karena ditujukan untuk pasar tertentu yaitu kalangan penyuka batik kalangan menengah ke atas.penentuan harga produk dilakukan sendiri dengan mempertimbangkan harga produk pesaing Dalam implementasi strategi pemasaran tersebut, maka dilakukan aktivitas-aktivitas yang tergambar dalam Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Pemasaran (Gambar 5) yaitu antara lain pada aktivitas memperkenalkan dan menginformasikan produk. Selain itu juga melaksanakan aktivitas pemasaran yang berani yaitu memberikan tantangan pada trader bahwa produknya akan laku dalam jangka waktu tertentu dengan sanksi tertentu. Strategi pemasaran juga diimplementasikan dalam strategi menentukan saluran pemasaran (Gambar 2) yaitu antara lain dengan mengembangkan teknikteknik pemasaran yang inovatif misalnya dengan memperkenalkan produk melalui perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi dan perkumpulanperkumpulan yang karyawannya atau anggotanya dapat menjadi konsumen potensial. Selain itu juga bapak Deden mengembangkan saluran pemasaran sendiri dan menggunakan saluran distribusi yang sudah ahli, yaitu trader yang telah dikenal mempunyai jaringan pemasaran yang luas. Dalam implementasi strategi pemasaran yang telah dijelaskan pada Gambar 2 tersebut, kemudian dilakukan aktivitas-aktivitas yang digambarkan dalam Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Pemasaran (Gambar 5).

10 71 Media Riset Bisnis & Manajemen Aktivitas-aktivitas yang dilakukan antara lain yaitu melaksanakan penjajagan saluran pemasaran baru misalnya dengan mengikuti kegiatan kelompok organisasi yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan, memperluas pergaulan dan mencari peluang untuk pemasaran. Strategi pemasaran yang juga dilakukan ialah mengembangkan kualitas jasa pelayanan konsumen (Gambar 2) yang kemudian diimplementasikan pada Model Perilaku Melaksanakan Pemasaran (Gambar 5) yaitu dengan melakukan aktivitas memperkenalkan produk kepada konsumen dan bernegosiasi dengan trader/konsumen. Strategi Fungsional Finansial Menentukan strategi fungsional finansial merupakan bagian dari Model Perilaku Menentukan Strategi (Gambar 2), yaitu terdiri dari strategi finansial mengenai pemodalan yang dilakukan dengan menggunakan modal sendiri pada awal perusahaan berdiri dan kemudian mendapatkan sebagian modal dari kredit bank; strategi finansial mengenai modal kerja dilaksanakan dengan mengandalkan kepercayaan dari pemasok bahan baku dengan pembayaran yang dapat dilakukan kemudian; serta strategi mengenai pengembangan perusahaan dengan modal kredit dari bank. Implementasi strategi fungsional finansial ini digambarkan pada Model Perilaku Pelaksanaan Produksi (Gambar 3) yaitu antara lain dengan melakukan negosiasi dengan sumber dana mengenai besarnya kredit dan kesepakatan pembayaran kredit; menentukan alokasi penggunaan dana dengan menyerahkan kepada bagian finansial, dan menerima laporannya setiap bulan; serta melakukan negosiasi dengan pemasok masalah harga bahan baku. Strategi Fungsional Sumber Daya Manusia Strategi fungsional sumber daya manusia merupakn bagian dari Model Perilaku Menentukan Strategi (Gambar 2) yaitu antara lain merupakan strategi sumber daya manusia dalam hal penentuan upah, untuk karyawan operasional (tidak tetap) ditentukan berdasarkan sistem borongan dan untuk karyawan tetap baik upah maupun penghargaan terhadap kinerja ditentukan berdasarkan tanggung jawabnya. Selain itu strategi sumber daya manusia yang dilakukan untuk memotivasi karyawan ialah dengan melaksanakan hubungan industrial kekeluargaan dan personal; sedangkan mengendalikan kedisiplinan dilakukan dengan memberikan sanksi bagi karyawan yang tidak disiplin. Strategi Fungsional Sumber Daya Manusia tersebut kemudian diimplementasikan ke dalam Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Produksi (Gambar 3) yang antara lain terdiri dari Aktivitas Menyiapkan Karyawan dan Aktivitas Menyiapkan Subkontraktor. Aktivitas menyiapkan karyawan dilakukan

11 Model Perilaku Strategis Pengusaha Industri Kecil 72 pemilihan karyawan yang berkualitas dengan hanya menerima dari kandidat karyawan yang terbaik serta menentukan jabatan karyawan dengan memilih yang ahli dan mempunyai perilaku baik (disiplin). Aktivitas Menyiapkan Subkontraktor yaitu dengan memilih subkontraktor yang mampu memproduksi produk sesuai dengan standar kualitas Batik Deden dan berkomitmen tinggi. Strategi Fungsional Teknologi Informasi Model Perilaku Bertujuan Menentukan Strategi (Gambar 2) juga menentukan strategi dalam penerapan teknologi informasi di perusahaan, yaitu dimaksudkan untuk membantu dalam pengolahan data administratif, membantu dalam desain produk dan proses, memonitor teknologi dan desain terbaru serta berkomunikasi dengan pemasok atau konsumen. Implementasi strategi tersebut dilaksanakan dengan aktivitas-aktivitas yang terangkum dalam Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Litbang dan Inovasi (Gambar 4), yaitu pada aktivitas mencari informasi desain produk baru, bahan baku baru dan teknologi proses baru. Selain itu juga, strategi teknologi informasi juga diimplementasikan dalam Perilaku Bertujuan Melaksanakan Pemasaran (Gambar 5) yaitu memanfaatkan teknologi informasi dalam melaksanakan negosiasi dengan konsumen dan trader mengenai harga dan metoda pembayaran. Strategi Fungsional Litbang Strategi fungsional litbang yang dijalankan juga digambarkan dalam Model Perilaku Bertujuan Menentukan Strategi (Gambar 2) yaitu antara lain melakukan pengembangan produk baru dengan cara membuat desain sendiri dengan mencari inspirasi dari produk merek terkenal; pengembangan teknologi proses baru dan bahan baku baru dengan mempelajari sendiri dan cara coba-coba; serta melakukan penelitian mengenai saluran pemasaran baru dengan menggunakan jasa pencari pasar. Strategi tersebut diimplementasikan dalam aktivitas-aktivitas yang tergambar dalam Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Litbang dan Inovasi (Gambar 4) yaitu : (1) Melakukan pencarian informasi desain produk, teknologi proses, dan bahan baku baru yang dilakukan dengan: (a) mendapatkan informasi untuk melakukan desain produk baru dengan mencari di internet, dari toko-toko yang menjual produk merek terkenal, dari buku referensi (modeblad) dan dari media massa (TV atau majalah); (b) mendapatkan informasi mengenai teknologi proses baru dengan mencari informasi di internet, dari katalog-katalog produk dan dari toko-toko atau distributor yang menjual mesin atau peralatan; (c) mendapatkan informasi mengenai teknologi bahan atau bahan baku yang baru dengan mencari informasi di internet dan dari pemasok. (2) Melakukan pencarian

12 73 Media Riset Bisnis & Manajemen informasi mengenai umpan balik dari konsumen yaitu dengan meminta informasi mengenai pendapat konsumen yang telah menggunakan produknya (konsumen perusahaan). (3) Melakukan aktivitas mendokumentasikan dan menginformasikan ke karyawan yaitu: (a) menginformasikan teknologi baru ke karyawan dengan melakukan pelatihan khusus pada waktu order sedang sepi atau pada waktu yang disediakan khusus; (b) Menginformasikan sistem prosedur baru dengan melakukan pelatihan khusus dengan waktu yang khusus disediakan Strategi Fungsional Operasi Strategi operasi menggambarkan prioritas kompetitif yang didapatkan dari operasi yang dapat dilihat pada Model Perilaku Bertujuan Menentukan Strategi (Gambar 2) ialah: (1) Strategi operasi mengenai fasilitas dilaksanakan berdasarkan pada pembangunan lingkungan kerja dengan atmosfir pelayanan yang baik, atau dengan kata lain melakukan pembangunan kualitas tempat kerja. Strategi ini diimplementasikan dalam Perilaku Bertujuan Pelaksanaan Produksi (gambar 3) yaitu dalam aktivitas melaksanakan operasional produksi. (2) Strategi operasi mengenai teknologi proses yang dilakukan yaitu dengan meningkatkan pengendalian proses dan mengurangi variabilitas proses, dengan kata lain prioritas kompetitif yang dipilih ialah kualitas, meningkatkan kualitas proses sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas. (3) Strategi operasi mengenai hubungan integrasi vertikal/suplier dilakukan dengan membina hubungan jangka panjang dan meningkatkan kualitas hubungan dengan suplier (prioritas kompetitif kualitas). Strategi ini kemudian diimplementasikan dalam aktivitas menyiapkan bahan baku pada Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Produksi (Gambar 3). Strategi operasi mengenai hubungan integrasi vertikal/suplier juga dilakukan dengan memilih suplier besar sehingga bahan baku yang didapatkan terjamin kualitas dan kuantitasnya. (4) Strategi operasi mengenai sumber daya manusia yang berdasarkan pada kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui pelatihan dan peningkatan ketrampilan yang mengarah pada kemampuan untuk beradaptasi dengan lebih baik. Implementasi strategi ini ke dalam perilaku litbang dan inovasi tercermin dalam aktivitas diseminasi informasi ke karyawan yaitu (Gambar 4). (5) Strategi operasi mengenai kualitas dilakukan dengan melaksanakan pembangunan sistem kualitas untuk meningkatkan kualitas guna memenuhi harapan konsumen. Strategi operasi mengenai kualitas juga dilakukan dengan pengendalian kualitas yang ketat pada setiap stasiun kerja oleh masingmasing operator sehingga dapat mengeliminasi keterlambatan yang disebabkan karena kualitas. Strategi ini kemudian diimplementasikan dengan mengendalikan kualitas pekerjaan karyawan dengan cara memonitor secara berkala (gambar 3). (6) Strategi operasi mengenai perencanaan produksi dan pengendalian persediaan dilakukan dengan meningkatkan kesesuaian antara kapasitas dan permintaan sehingga dapat memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik.

13 Model Perilaku Strategis Pengusaha Industri Kecil 74 Strategi operasi mengenai perencanaan produksi dan pengendalian persediaan juga dilakukan dengan melakukan penjadwalan yang lebih baik karena kemampuan delivery merupakan prioritas kompetitif yang dipilih. (7) Strategi operasi mengenai produk atau jasa baru yang dilakukan berdasarkan pada hubungannya dengan konsumen. Produk dan jasa baru hanya diadakan setelah melalui suatu pembelajaran mengenai identifikasi kebutuhan konsumen. Strategi ini kemudian diimplementasikan pada perilaku melaksanakan litbang dan inovasi (Gambar 4). (8) Strategi operasi mengenai sistem kinerja atau penghargaan pada sumber daya manusiayang didasarkan pada peningkatan pemeliharaan karyawan yang lama sehingga lebih banyak tenaga kerja yang berpengalaman. Pelaksanaan strategi ini dalam perilaku melaksanakan produksi (Gambar 3). (9) Strategi operasi mengenai sistem organisasi yang didasarkan pada struktur organisasi yang didasarkan pada prioritas kompetitif fleksibilitas. Implementasi strategi dalam perilaku melaksanakan produksi (Gambar 3) dalam menentukan alokasi penggunaan dana. Simpulan, Implikasi Manajerial, Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Selanjutnya Model Perilaku Strategis Pengusaha IK yang berhasil menggambarkan bagaimana perilaku pengusaha IK dalam membangun keunggulan kompetitifnya.model ini menggambarkan secara rinci aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh pengusaha yang berhasil dalam menjalankan usaha sehingga dapat unggul diantara pesaing-pesaingnya. Model Perilaku Strategis Pengusaha IK dalam membangun keunggulan kompetitif ini terdiri dari empat model yaitu: (1) Model Perilaku Bertujuan Menentukan Strategi yang merupakan perilaku yang mendasari aktivitas menentukan strategi perusahaan; (2) Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Produksi yaitu merupakan implementasi dari strategi yang telah ditentukan kedalam aktivitas-aktivitas melaksanakan produksi; (3) Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Litbang dan Inovasi yaitu merupakan implementasi strategi yang telah ditentukan kedalam aktivitas melaksanakan litbang dan inovasi; (4) Model Perilaku Bertujuan Melaksanakan Pemasaran yaitu merupakan implementasi atrategi yang telah ditentukan kedalam aktivitas melaksanakan pemasaran. Keempat model tersebut menggambarkan perilaku penguasaha IK yang berhasil dalam membangun keunggulan kompetitif secara berkesinambungan dan dinamis. Jadi model tersebut bukan merupakan potret sesaat (snapshot) dari aktivitas pengusaha IK tetapi menggambarkan proses bagaimana suatu usaha dikelola sehingga dapat membangun keunggulan kompetitifnya.

14 75 Media Riset Bisnis & Manajemen Daftar Pustaka Attefalk, L., Langervik, G. (2001). Socio Technical Soft System Methodology: A SociotechnicalApproach to Soft System Methodology. Master Thesis. Department of Informatics Universityof Gothenburg. Barney, J.B. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage. Journal of Management. 17 : Checkland, P., Scholes, J. (1990). Soft Systems Methodology in Action.John Wiley & Sons Ltd.,Chichester. Fahy, J. (2000). The Resource-Based View of The Firm: Some Stumbling-Blocks on The Road to Understanding Sustainable Competitive Advantage.Journal of European Industrial Training. 24 (2/3/4) : Hayden, C.L. (1986). The Handbook of Strategic Enterprise. The Free Press, New York, NY. Widjajani. (2008). Perilaku Strategis Industri Kecil untuk Membangun Keunggulan Kompetitif di Sentra Industri Kecil Kota Bandung dengan Pendekatan Berbasis Sumber Daya. Disertasi. Intitut Teknologi Bandung.

Strategi Operasi Industri Kecil yang Berkeunggulan Kompetitif: Kasus Pengusaha Sepatu Sentra Industri Kecil Cibaduyut Bandung

Strategi Operasi Industri Kecil yang Berkeunggulan Kompetitif: Kasus Pengusaha Sepatu Sentra Industri Kecil Cibaduyut Bandung Volume 9 Number 2 2010 Strategi Operasi Industri Kecil yang Berkeunggulan Kompetitif: Kasus Pengusaha Sepatu Sentra Industri Kecil Cibaduyut Bandung Widjajani Jurusan Teknik Industri Universitas Langlangbuana

Lebih terperinci

KAPABILITAS DINAMIK PADA UKM SENTRA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN DAN UDANG DI INDRAMAYU BERBASIS SUMBER DAYA

KAPABILITAS DINAMIK PADA UKM SENTRA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN DAN UDANG DI INDRAMAYU BERBASIS SUMBER DAYA BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20 No. 2 Edisi April 2012 Hal 213-228 KAPABILITAS DINAMIK PADA UKM SENTRA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN DAN UDANG DI INDRAMAYU BERBASIS SUMBER DAYA Oleh: Trisna Ningsih 1,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta

ABSTRAK. Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta ABSTRAK Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi industri kreatif yang cukup menjanjikan. Berbagai upaya dilakukan untuk membangun strategi keunggulan bersaing bagi sentra industri yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 10, NO. 1, JUNI 2008: 50-64

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 10, NO. 1, JUNI 2008: 50-64 JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 10, NO. 1, JUNI 2008: 50-64 KEUNGGULAN KOMPETITIF INDUSTRI KECIL DI KLASTER INDUSTRI KECIL TRADISIONAL DENGAN PENDEKATAN BERBASIS SUMBER DAYA: STUDI KASUS PENGUSAHA INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dianggap sebagai bundel sumber daya produktif dan perusahaan berbeda memiliki

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dianggap sebagai bundel sumber daya produktif dan perusahaan berbeda memiliki BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pendekatan pada mempelajari kekuatan dan kelemahan internal perusahaan terletak pada dua asumsi dasar. Pertama, bahwa perusahaan dapat dianggap sebagai bundel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota Bandung saat ini jumlahnya sedang mengalami pola peningkatan (BPS, 2015). Para pengusaha tahu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

Proses Manajemen Stratejik. Dosen: Pristiana Widyastuti, S.AB.,M.AB.,MBA

Proses Manajemen Stratejik. Dosen: Pristiana Widyastuti, S.AB.,M.AB.,MBA Proses Manajemen Stratejik Dosen: Pristiana Widyastuti, S.AB.,M.AB.,MBA Proses Manajemen Stratejik Proses Manajemen Stratejik Visi dan Misi Stratejik Tingkatan Manajemen Stratejik Strategi Bisnis Penilaian

Lebih terperinci

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan dapat mengetahui posisi merek di pasar, mengetahui selera atau kepuasan konsumen ataupun mengurangi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan dalam bidang ekonomi membawa dampak yang besar terhadap tata kelola suatu bisnis dan strategi bersaing perusahaan. Perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini sebagai tujuan dari investasi para investor baik yang berasal dari Indonesia maupun luar negeri. Hampir

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis five forces Porter, analisis fungsional, dan analisis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis five forces Porter, analisis fungsional, dan analisis BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis five forces Porter, analisis fungsional, dan analisis resource based view (RBV), dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Key Success

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Strategi Resources Based View (RBV) 2.1.1.1 Pengertian Strategi Resources Based View (RBV) Menurut Grant (2001) dalam Raduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam suatu perekonomian bisnis kecil mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam meningkatkan kekuatan perekonomian negara dengan penciptaan lapangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Pengembangan Strategi SI/TI Mengembangkan sebuah strategi SI/TI berarti berpikir secara strategis dan merencanakan manajemen yang efektif untuk jangka waktu

Lebih terperinci

PERANCANGAN FITUR SISTEM SALES AND DISTRIBUTION PADA PABRIK GULA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFT SYSTEM METHODOLOGY

PERANCANGAN FITUR SISTEM SALES AND DISTRIBUTION PADA PABRIK GULA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFT SYSTEM METHODOLOGY PERANCANGAN FITUR SISTEM SALES AND DISTRIBUTION PADA PABRIK GULA JATIBARANG DENGAN MENGGUNAKAN SOFT SYSTEM METHODOLOGY DESIGNING FEATURE OF SALES AND DISTRIBUTION SYSTEM IN JATIBARANG SUGAR FACTORY BY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah kondisi melambatnya perekonomian global, Indonesia masih mempunyai potensi pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Fundamental perekonomian yang baik dan kebijakan

Lebih terperinci

Anggota Tim Proyek. Manajer Proyek 22/09/2007

Anggota Tim Proyek. Manajer Proyek 22/09/2007 Tim Proyek Adalah semua personil yang tergabung gdalam organisasi pengelola proyek. Ada personil fungsional dan organisasi induk, ada juga personil yang menjadi inti dari tim. Project office : Staf pendukung

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya, BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik oleh penulis sesuai dengan tujuan perumusan masalah adalah sebagai

Lebih terperinci

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek

Pengelolaan Proyek Sistem Informasi. Manajemen Sumber Daya Proyek Pengelolaan Proyek Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Proyek Outline Sumber Daya Proyek Tim Proyek dan Organisasi Stakeholder Sumber Daya Proyek Pada sebuah proyek diperlukan adanya sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis rantai..., Muhammad Alfan Ihsanuddin, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis rantai..., Muhammad Alfan Ihsanuddin, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar industri teknologi informasi di Indonesia dalam dekade terakhir tumbuh dengan pesat seiring dengan cepatnya perkembangan di bidang teknologi dan tingginya permintaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep Supply Chain Management (SCM) telah menerima banyak perhatian dalam literatur marketing (pemasaran), logistic (logistik), dan purchasing (pembelian).

Lebih terperinci

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Hasil Analisis Hasil yang diperoleh dari EOS menunjukkan nilai dimensi kunci dengan rentang angka 2.46 3.70 (skala 5) dimana rincian nilai untuk tiap dimensi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dalam industri yang berbasis teknologi, inovasi sangat diperlukan untuk meraih keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Untuk mengoptimalkan inovasi, pengelolaan

Lebih terperinci

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA 1 CARA MEMASUKI DUNIA USAHA Ada empat cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu : 1. Merintis usaha baru (starting),

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Hasil Analisis Budaya perusahaan merupakan salah satu aspek yang penting untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil analisis mengenai budaya perusahaan yang

Lebih terperinci

Orang-orang, Prosedur-prosedur, Data, Software (perangkat lunak), Infrastruktur teknologi informasi.

Orang-orang, Prosedur-prosedur, Data, Software (perangkat lunak), Infrastruktur teknologi informasi. Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem hampir selalu terdiri dari beberapa subsistem kecil, yang masing-masing

Lebih terperinci

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto

VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto VAL IT SEBAGAI FRAMEWORK TATA KELOLA TI 2 Titien S. Sukamto Hubungan antara Val IT dan COBIT Val IT menyediakan perspektif pada level enterprise dalam penciptaan nilai bisnis. COBIT membantu Val IT dengan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI,

RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI, RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI, 2003. Alternatif Strategi Bisnis Merchandising Bank A Card Center (Studi kasus pada Bank A Card Center). Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan E. GUMBIRA SAID.

Lebih terperinci

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013 MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA Tatap muka ke 11 1 KOMPETENSI WIRAUSAHA Kebutuhkan kompetensi Wirausahawan : Kemampuan Teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU Volume 5. No : 3, 2017 1 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS TOKO FAJAR BARU Pricillia Wanandi Program Studi Manajemen Bisnis, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131, Surabaya E-mail: shiel_pricillia@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), industri

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut data Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara berkembang seperti Indonesia, kemajuan sektor industri sangat berpengaruh bagi perekonomian negara. Salah satu industri yang menunjukan perkembangan

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management Memulai bisnis dengan membeli bisnis yang sudah ada, bisnis keluarga, atau Franchise Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori strategi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sumber daya yang tak terlihat (intangible resources) seperti pengetahuan, keahlian, motivasi, budaya, teknologi, kompetensi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang menentukan kinerja pada industri mikro, kecil, dan menengah (IKM) makanan khas minang di kota Padang dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang ABSTRAK Arsitektur enterprise merupakan suatu upaya memandang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai

BAB V PENUTUP. Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Strategi bisnis APIP S Kerajinan Batik menggunakan aliansi strategis dengan sebagai strategi mencapai keunggulan bersaing. Tipe aliansi pada APIP S Kerajinan Batik adalah Nonequity

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perkembangan dunia bisnis semakin mengalami kemajuan yang pesat. Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan hampir di semua sektor kehidupan

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAJA DAN ETRATEGI

MANAJEMEN BIAJA DAN ETRATEGI MANAJEMEN BIAJA DAN ETRATEGI Pengertian Manajemen Biaya Manajemen Biaya adalah sistem yang didesain untuk menyediakan informasi bagi manajemen untuk pengidentifikasian peluangpeluang penyempurnaan, perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam. mengembangkan produk dan servisnya. Bank diharapkan dapat merespons BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia saat ini sedang menghadapi tekanantekanan baik internal maupun eksternal untuk melakukan inovasi dalam mengembangkan produk dan servisnya.

Lebih terperinci

CHAPTER 8 PERENCANAAN STRATEGIS

CHAPTER 8 PERENCANAAN STRATEGIS CHAPTER 8 PERENCANAAN STRATEGIS Oleh : Kartika Putri K 0610230107 Renawati 0710230139 Fendi Permana 0710230168 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia yang sudah menjadi semakin kompleks dan terus terspesialisasi setiap saat, informasi merupakan faktor mutlak yang diperlukan dalam menunjang suatu bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sudah menjadi isu strategis dalam ekonomi global dengan ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sudah menjadi isu strategis dalam ekonomi global dengan ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi memerlukan kemampuan yang unggul dalam mencapai kepuasan pelanggan. Schalkwyk (1998) mengatakan bahwa pengelolaan kualitas sudah menjadi isu strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan itu disebabkan karena kebutuhan manusia yang semakin kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan itu disebabkan karena kebutuhan manusia yang semakin kompleks, 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki era globalisasi menyebabkan setiap perusahaan di bidang manufaktur yang memproduksi barang dan jasa menghadapi suatu persaingan yang cukup ketat dalam memperebutkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING DALAM PEMBANGUNAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PADA PT XYZ

PENGGUNAAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING DALAM PEMBANGUNAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PADA PT XYZ PENGGUNAAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING DALAM PEMBANGUNAN ENTERPRISE ARCHITECTURE PADA PT XYZ Wawa Wikusna 1) 1) Manajemen Informatika UNIVERSITAS TELKOM Bandung Jl. Telekomunikasi No. 1, Dayeuhkolot,

Lebih terperinci

KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto KONSEP STRATEGI BISNIS DAN IMPLIKASI STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto Manajemen Strategi Bisnis Saat ini sebagian besar organisasi menyadari bahwa strategi sistem informasi harus dikembangkan dalam konteks

Lebih terperinci

xix 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 91 DAFTAR PUSTAKA 93 LAMPIRAN 105 RIWAYAT HIDUP 117

xix 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran 91 DAFTAR PUSTAKA 93 LAMPIRAN 105 RIWAYAT HIDUP 117 xvii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xx DAFTAR GAMBAR xxi 1 PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 4 1.3 Pertanyaan Penelitian 4 1.4 Tujuan Penelitian 4 1.5 Manfaat Penelitian 5 1.6 Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Alamat : Jl. Rungkut Asri Utara VI/2 Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Alamat : Jl. Rungkut Asri Utara VI/2 Surabaya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Identitas Perusahaan Profil Perusahaan Nama : PT. Stars Internasional Alamat : Jl. Rungkut Asri Utara VI/2 Surabaya - 60293 No Telp/Fax : 031-8792478 / 031-8714786 E-mail

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK S. Marti ah / Journal of Applied Business and Economics Vol. No. 1 (Sept 2016) 26-4 KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK Oleh: Siti Marti ah Program Studi Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain bersaing dalam dunia pasar yang semakin memunculkan teknologi informasi yang canggih, perusahaan juga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE UNTUK MENCAPAI SUSTAINABLE GROWTH DI PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING BALI

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE UNTUK MENCAPAI SUSTAINABLE GROWTH DI PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING BALI PERANCANGAN BALANCED SCORECARD LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE UNTUK MENCAPAI SUSTAINABLE GROWTH DI PT. YAMAHA INDONESIA MOTOR MANUFACTURING BALI Wenny Yohanes Jurusan Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV diketahui bahwa: 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan pendatang baru yang belum memiliki

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN Konsep Pengembangan Inkubator Bisnis disusun berdasarkan pengalaman dari berbagai inkubator yang disurvei dan studi literatur atas pelaksanaan praktek terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini dunia sudah memasuki era globalisasi dan pasar bebas dimana diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era globalisasi dan pasar bebas

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V. 1. Product innovation berpengaruh signifikan dan positif terhadap brand. konsumen dari produk yang bersangkutan.

BAB V. 1. Product innovation berpengaruh signifikan dan positif terhadap brand. konsumen dari produk yang bersangkutan. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa: 1. Product innovation berpengaruh signifikan dan positif terhadap brand image tenun tradisional

Lebih terperinci

BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian dengan obyek pengamatan PT X telah mengungkap beberapa temuan dan jawaban dari perumusan masalah penelitian ini yaitu: 1. Perumusan

Lebih terperinci

Internal Assessment. The Nature of an Internal Audit. Chapter 4

Internal Assessment. The Nature of an Internal Audit. Chapter 4 Chapter 4 Internal Assessment Bab ini berfokus mengidentifikasi dan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan suatu perusahaan dalam area fungsional dalam bisnis, termasuk manajemen, pemasaran, keuangan/ akuntansi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membangun model penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membangun model penelitian. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab dua membahas beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini, selain itu pada bab ini juga membahas tentang telaah literatur yang berhubungan dengan masalah

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) PENGERTIAN Activity Based Management (ABM) adalah merupakan suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk konsumen,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah banyak studi yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengapa organisasi dapat tetap hidup untuk jangka waktu yang lama. Sampai saat ini, ada empat paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pemikiran linier, yang bersifat mekanistik, yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pemikiran linier, yang bersifat mekanistik, yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era informasi, yang sekarang terjadi bukanlah seperti era industrialisasi yang merupakan pemikiran linier, yang bersifat mekanistik, yang menghasilkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi tentunya mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber dayanya yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Maksud penelitian ini adalah menyusun rekomendasi strategi yang perlu dilaksanakan oleh perusahaan pada level bisnis. Strategi akan dibangun setelah melakukan serangkaian analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Bauran Pemasaran Dalam menjalankan kegiatan pemasaran, perusahaan mengenal dan menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari tujuh unsur yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap strategi di dalam perusahaan. Petunjuk Bobot : Berilah bobot antara 0-1 dengan

Lebih terperinci

IT VALUE AND RISK PADA PT. X FINANCE

IT VALUE AND RISK PADA PT. X FINANCE bidang REKAYASA IT VALUE AND RISK PADA PT. X FINANCE EKO BUDI SETIAWAN, S.Kom Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia mail@ekobudisetiawan.com Sebagai perusahaan pembiayaan kendaraan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berdampak pada persaingan dunia usaha yang semakin meningkat, baik perusahaan yang bergerak dalam bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha kecil, dalam arti umum di Indonesia, terdiri atas usaha kecil menengah (UKM) maupun industri kecil (IK) telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional,

Lebih terperinci

Farah Esa B

Farah Esa B ALTERNATIF PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENILAIAN KINERJA (Studi Kasus pada RSUD dr. Soediran Mangun Soemarso Kab. Wonogiri) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut dunia perdagangan mampu menyediakan layanan jasa dan barang dengan

Lebih terperinci

PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI

PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI PENGARUH INOVASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KEUNGGULAN BERSAING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI Rendy Kurnia Dewanta 1) dan I Putu Artama Wiguna 2) 1, 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan teknologi yang begitu dinamis dan perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat telah memunculkan banyaknya pesaing-pesaing di dunia perekonomian. Para pesaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang, selain itu mereka selalu berlomba-lomba untuk menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang, selain itu mereka selalu berlomba-lomba untuk menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pebisnis dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman karena persaingan semakin berkembang, selain itu mereka selalu berlomba-lomba untuk menunjukkan keunggulan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak perbedaan. Untuk menjadi seorang pegawai dibutuhkan kepandaian, seperti

BAB I PENDAHULUAN. banyak perbedaan. Untuk menjadi seorang pegawai dibutuhkan kepandaian, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenikmatan memiliki usaha sendiri dengan bekerja pada suatu perusahaan sangat banyak perbedaan. Untuk menjadi seorang pegawai dibutuhkan kepandaian, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan mampu bertahan dan bersaing dalam dunia usahanya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan mampu bertahan dan bersaing dalam dunia usahanya. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya merupakan suatu hal yang penting dalam suatu perusahaan. Tanpa adanya sumber daya, maka suatu perusahaan tidak dapat menjalankan kegiatan operasionalnya.

Lebih terperinci

Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN. Hak cipta 2005 South-Western. Semua hak dilindungi undangundang.

Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN. Hak cipta 2005 South-Western. Semua hak dilindungi undangundang. Bab 9: PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN Western. Semua hak dilindungi undangundang. Pengembangan dan pelatihan Pengembangan dan pelatihan Mewakili investasi berkelanjutan dalam karyawan & menyadari karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industrialisasi dan inovasi teknologi yang semakin pesat membuat perusahaan menjadi lebih kompetitif dalam mengahadapi persaingan yang semakin

Lebih terperinci

Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP)

Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP) Analisa Teori: Strategi IT Enterprise dengan Enterprise Architecture Planning (EAP) Yohana Dewi Lulu W yohana@pcr.ac.id Jurusan Komputer Politeknik Caltex Riau Abstrak Perkembangan enterprise saat ini

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: MODEL KINERJA COMPETITIVENESS INDUSTRI FURNITURE KABUPATEN KLATEN

Seminar Nasional IENACO ISSN: MODEL KINERJA COMPETITIVENESS INDUSTRI FURNITURE KABUPATEN KLATEN MODEL KINERJA COMPETITIVENESS INDUSTRI FURNITURE KABUPATEN KLATEN Sutrisno Badri 1, Anis Marjukah 2, Jurusan Manajemen,Fakultas Ekonomi,Universitas Widya Dharma Klaten Email. Sutrisno_badri@unwidha.ac.id

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 3 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 29/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC )

BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) BAB 3 STRATEGI BISNIS ( BUSINESS STRATEGIC ) Beberapa waktu terakhir ini di saat era persaingan bisnis semakin hari semakin ketat para pelaku bisnis atau dalam hal ini bisa dikatakan suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan strategi keunggulan bersaing. Perusahaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan strategi keunggulan bersaing. Perusahaan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang berhasil memenangkan persaingan atau kompetisi dalam dunia bisnis dengan perusahaan lainnya merupakan salah satu kunci keberhasilan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntut untuk menempuh langkah-langkah yang strategik dalam kondisi apapun. Selain

BAB I PENDAHULUAN. tuntut untuk menempuh langkah-langkah yang strategik dalam kondisi apapun. Selain BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di dalam persaingan bisnis yang pesat seperti sekarang ini, perusahaan di tuntut untuk menempuh langkah-langkah yang strategik dalam kondisi apapun. Selain

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dan kapabilitas yang dimiliki oleh Bank BTN serta menentukan sumber daya dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dan kapabilitas yang dimiliki oleh Bank BTN serta menentukan sumber daya dan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pada dasarnya penelitian ini dibuat untuk mengidentifikasi sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki oleh Bank BTN serta menentukan sumber daya dan kapabilitas mana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH Oleh Dr.Ir.H.Saputera,Msi (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Makanan Tradisional dan Tanaman Obatobatan Lemlit

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir berikut : Tahapan penelitian dalam penulisan GFP ini dapat dijelaskan dalam bagan Gambar 3.1 Tahapan Penelitian 37 Sebagai salah satu tahap awal, kerangka

Lebih terperinci

By dendar

By dendar www.dendar.co.nr By dendar INPUT OFFICE POLICY & PHYSICAL CONDITION LAYOUT & EQUIPMENT & WORK STATION OUTPUT CHAIR & DESK MACHINES SPACE UTILIZATION ENVIRONMENT REGULATION 1. TUJUAN BAB 2 2. KONSEP DASAR

Lebih terperinci

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE Manajemen & SIM 2 Bisnis Elektronik Hal. 1 SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Definisi Bisnis Elektronik Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut

Lebih terperinci

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA.

JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Nama : Sapto N. Setiawan Jurusan : 42SIB JURNAL 1 : POTENSI ADOPSI STRATEGI E-COMMERCE UNTUK DI LIBYA. Penerapan electronic commerce (e-commerce) telah menjadikan hubungan bisnis yang sehat antara produsen

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan

Hubungan Tingkat Penerapan Sistem Tepat Waktu (Just In Time) pada Sistem Produksi dengan Kinerja Non Keuangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa dekade akhir ini banyak organisasi perusahaan telah melakukan investasi pada teknologi-teknologi baru untuk tetap bersaing. Teknologi merupakan sumber

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

Informasi Sistem Manajemen Publik

Informasi Sistem Manajemen Publik Sistem Manajemen Publik 1. Aplikasi Sistem Kunci Dalam Organisasi a. Dukungan Sistem bagi Organisasi Sistem informasi dikembangkan untuk mendukung keseluruhan organisasi, dan eksekutif. Manajemen Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga adalah pendiri mempunyai fokus pada usaha keras agar bisnis dapat

BAB I PENDAHULUAN. keluarga adalah pendiri mempunyai fokus pada usaha keras agar bisnis dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaku UKM banyak yang memulai bisnisnya dari keluarga. Bisnis keluarga merupakan salah satu implementasi dari kewirusahaan. Fenomena dalam bisnis keluarga

Lebih terperinci