KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOP SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI LIMBAH NANAS ASTIKA TRESNAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOP SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI LIMBAH NANAS ASTIKA TRESNAWATI"

Transkripsi

1 KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOP SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI LIMBAH NANAS ASTIKA TRESNAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 ABSTRAK ASTIKA TRESNAWATI. Kajian Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier dan Mikroskop Susuran Elektron Membran Selulosa Asetat dari Limbah Nanas. Dibimbing oleh BETTY MARITA SOEBRATA dan SRI MULIJANI. Produksi nanas di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Satu buah nanas yang dapat dikonsumsi hanya 53%-nya, sedangkan sisanya menumpuk tanpa mengalami pengolahan. Salah satu cara pemanfaatan limbah nanas adalah dengan mengolah kulit nanas menjadi nata de pina yang lebih lanjut dapat diolah menjadi membran. Penelitian ini diawali dengan pembuatan nata de pina, kemudian dimurnikan dan diperoleh serbuk nata de pina. Serbuk ini diasetilasi dengan anhidrida asetat (1:5) selama 2 jam untuk memperoleh serpihan selulosa asetat. Membran dibuat dengan melarutkan selulosa asetat dalam larutan diklorometana, lalu dianalisis dengan spektroskopi inframerah transformasi Fourier (FTIR) dan mikroskop elektron susuran (SEM). Selulosa yang dihasilkan mempunyai kadar air 7.56% dan kadar á-selulosa 88.72%. Selulosa asetat yang diperoleh mempunyai kadar asetil 43.0% (setara dengan kisaran derajat substitusi ) dengan kadar air 34.06% dan rendemen %. Spektrum FTIR menghasilkan karakteristik pita serapan gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1733 cm -1. Hasil SEM menunjukkan bahwa membran ini tergolong mikrofiltrasi dengan kisaran ukuran pori µm dan tergolong asimetrik dari pembuatannya secara pembalikan fasa.

3 ABSTRACT ASTIKA TRESNAWATI. Study of Fourier Transform Infrared Spectroscopy and Scanning Electron Microscope of The Cellulose Acetate Membrane from Pineapple Waste. Under the direction of BETTY MARITA SOEBRATA and SRI MULIJANI. Pineapple production in Indonesia increases annually. Only 53% of pineapple can be consumed and the rest is thrown away. Pineapple peel can be converted into nata de pina to get a more valuable product. Next, nata de pina can be used as a raw material to produce membrane. This research begun with preparing nata de pina, purifying it to obtain the nata de pina powder. The powder were acetylated with acetic anhydride (1:5) for 2 h, to get cellulose acetate flakes. The membran was formed by dilluting cellulose acetate in dichloromethane solution and analyzed with Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) and scanning electron microscope (SEM). The produced celluloce has moisture content of 7.56% and á-cellulose content 88.72%. The produced cellulose acetate has acetyl content 43.0% (similar to substitution degree range from 2.8 to 3.0), moisture content of 34.06%, and yield of %. The FTIR spectra has a peak with a strong intensity seen at 1733 cm -1 for ester C=O group. The SEM picture shown that this membrane is a microfiltration membrane with a pore size range from 0,7 to 6,0 µm and is called an asymmetric membrane based on its preparation by inversion phase method.

4 KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOP SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI LIMBAH NANAS ASTIKA TRESNAWATI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

5 Judul : Kajian Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier dan Mikroskop Susuran Elektron Membran Selulosa Asetat dari Limbah Nanas Nama : Astika Tresnawati NIM : G Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Betty Marita Soebrata, S.Si, M.Si. Dra. Sri Mulijani, M.S. NIP NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP Tanggal Lulus :

6 Penelitian ini didanai oleh Program Hibah Kompetisi A 2, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor, tahun 2005.

7 PRAKATA Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini berjudul Kajian FTIR dan SEM Membran Selulosa Asetat Berbahan Dasar Hasil Fermentasi Limbah Ananas comosus, yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan November 2005 bertempat di laboratorium Kimia Anorganik dan Kimia Organik, IPB. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ilmiah ini, di antaranya Ibu Betty Marita Soebrata, S.Si, M.Si dan Dra. Sri Mulijani, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis, juga kepada Kak Budi Arifin, S.Si, Bapak Drs. Ahmad Sjahriza, Bapak Muhammad Farid, S.Si, dan Bapak Rudi Heryanto, M.Si atas diskusidiskusi berharga yang berkaitan dengan penelitian ini; laboran: Pak Sawal, Om Em, Pak Sabur, Pak Caca, dan Mba Nur; dan teman-teman seperjuangan: Andri, Ebink, Rene, Riya, BT, Akbar, dan Atik I serta rekan-rekan satu Lab. : Daeng, Aldi, Dyah, dan Eka. Ungkapan terima kasih juga penulis haturkan kepada keluarga: papa, mama, ceu Ella, ceu Ira, kak Heri, ceu Wiwit, dan kang Tami atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis. Ungkapan terima kasih yang terdalam juga kepada Jaka atas segala doa, nasihat, dorongan, semangat, senyum, cinta, dan kasih sayangnya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ika, Maya, Woro, Anie, dan keluarga Cinta atas keceriaan dan persahabatan yang telah terjalin. Terima kasih kepada Steven, Yanshen dan rekan-rekan Kimia 37, 38, dan 39 serta Keluarga Besar M20 (Mba Atin, Teh Imas, Mba Yayu, Kak Ullie, Mba Eva, Eris, Irma, Aan, Yance, Ika, dan Geril) atas canda tawa dan semangat yang diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Februari 2006 Astika Tresnawati

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 10 Agustus 1983 sebagai anak keempat dari pasangan Asri Usman Tanjung dan Wahyuwati. Tahun 2001, Penulis lulus dari SMU Negeri 5 Bengkulu, dan pada tahun yang sama masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Tahun 2004, Penulis mengikuti kegiatan Praktik Lapangan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Atom Nasional (P3TIR-Batan), Pasar Jumat, dengan judul Pemantauan Pencemaran Surfaktan di Teluk Jakarta. Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti berbagai organisasi di kampus IPB. Periode kepengurusan 2002/2003 menjadi staf Biro Pengembangan Organisasi, Ikatan Mahasiswa Kimia (IMASIKA) IPB dan pada periode kepengurusan menjadi staf Departemen Biokimia, Ikatan Himpunan Mahasiswa Kimia Indonesia (IKAHIMKI). Penulis juga menjadi asisten praktikum Kimia Dasar I, Pengantar Biokimia, Kimia Dasar II, Kimia Organik-TPB, Biokimia II, dan Kimia Lingkungan pada tahun ajaran 2004/2005; dan Kimia Fisik-S1 dan Kimia Fisik-D3 pada tahun ajaran 2005/2006.

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA Ananas comosus... 1 Selulosa Bakteri... 1 Selulosa Asetat... 2 Membran... 3 Karakterisasi Membran... 4 Membran Selulosa Asetat... 5 BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat... 5 Metode... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemurnian selulosa Asetilasi... 8 Membran Selulosa Asetat... 9 Analisis FTIR...10 Analisis SEM...11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan...13 Saran...13 DAFTAR PUSTAKA...13 LAMPIRAN...16

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Syarat mutu selulosa asetat Hubungan derajat substitusi selulosa asetat, kadar asetil, dan aplikasinya DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Struktur selulosa Reaksi asetilasi selulosa asetat Ilustrasi penggembungan struktur selulosa SEM membran selulosa contoh SEM membran selulosa komersial (referensi) Membran selulosa asetat contoh FTIR membran selulosa murni FTIR membran selulosa asetat contoh FTIR membran selulosa asetat komersial (referensi) SEM membran selulosa asetat contoh SEM membran selulosa asetat komersial SEM membran selulosa asetat komersial (referensi)...12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Diagram alir penelitian (a) Penetapan kadar air selulosa; (b) Penetapan kadar á-selulosa Penetapan kadar air dan kadar asetil selulosa asetat Data kadar air dan kadar á-selulosa (a) Data kadar air selulosa asetat contoh dan komersial; (b) Data kadar asetil selulosa asetat contoh dan komersial Perhitungan rendemen selulosa asetat contoh...21

11 PENDAHULUAN Usaha peningkatan hasil pertanian di Indonesia untuk mendapatkan produk yang bernilai ekonomis tinggi telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah pengolahan limbah pertanian. Limbah pertanian merupakan bagian dari produk pertanian yang belum banyak dimanfaatkan. Limbah pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomis tinggi. Menurut BPS (2005), produksi nanas di Indonesia tahun 2001, 2002, dan 2003 masing-masing mencapai ton, ton, dan ton. Satu buah nanas yang dapat dikonsumsi hanya 53%-nya saja, sedangkan sisanya dibiarkan menumpuk begitu saja tanpa mengalami pengolahan lebih lanjut. Hal ini menimbulkan permasalahan lingkungan, sehingga diperlukan upaya pemanfaatan limbah kulit nanas. Salah satu cara adalah dengan mengolah kulit nenas menjadi produk nata de pina yang kemudian dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu membran. Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar, dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair yang asam dan mengandung gula. Nata dapat dibuat dari bahan baku air kelapa, sari buah nanas, dan limbah cair pengolahan tahu (whey tahu). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan nata de coco, dari sari buah nanas disebut dengan nata de pina, dan yang dari whey tahu disebut dengan nata de soya. Bentuk, warna, tekstur dan rasa semua jenis nata tersebut tidak berbeda (Warintek 2005). Penelitian nata de pina pernah dilakukan sebelumnya oleh Susanto et al. (2000) dan Rulianah (2002) yang membuat nata de pina dari kulit nanas. Akan tetapi, belum ditemukan penelitian tentang nata de pina yang diolah lebih lanjut menjadi selulosa asetat, seperti beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan tentang aplikasi dari nata de coco dan nata de soya. Penelitian yang dilakukan Yulianawati (2002) dan Arifin (2004) adalah mengolah nata de coco menjadi selulosa asetat. Safriani (2000) juga melakukan penelitian mengubah nata de soya menjadi produk biopolimer yang berupa film tipis. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan tersebut dapat dijadikan acuan untuk mengolah nata de pina menjadi selulosa asetat dan lebih lanjut dapat diaplikasikan menjadi membran. Membran dapat ditemui pada hampir semua industri, seperti industri tekstil, makanan, minuman, dan lain sebagainya. Membran mengalami proses lebih lanjut berdasarkan pertimbangan keselarasan teknik dan nilai ekonomisnya. Perkembangan teknologi membran dari waktu ke waktu semakin meningkat sesuai dengan berkembangnya berbagai metode yang digunakan untuk mengkarakterisasinya, seperti FTIR dan SEM. SEM dapat memperlihatkan topografi dan morfologi membran dengan batas resolusi sampai dengan ukuran mikrometer, sedangkan FTIR dapat mengidentifikasi senyawa berdasarkan informasi dalam memprediksi gugus fungsi berupa spektrum. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi sifat membran selulosa asetat melalui analisis FTIR dan SEM. Analisis ini bermanfaat untuk menentukan jenis membran yang dibentuk. Hipotesis penelitian ini adalah nata de pina merupakan selulosa bakteri yang dapat dijadikan bahan baku dalam pembuatan membran selulosa asetat. TINJAUAN PUSTAKA Ananas comosus Ananas comosus yang dikenal sebagai nanas di Indonesia termasuk dalam divisi Plantae, subdivisi spermatophyta, klas Monocotyledonae, ordo Farinosae, famili bromoliaceae, genus Ananas, dan spesies comosus (Collins 1968). Bagian dari buah nanas adalah kulit, daging, dan hati. Kulit nanas di berbagai industri merupakan bagian yang paling melimpah dan tidak mengalami pengolahan lebih lanjut. Bagian kulit inilah yang akan digunakan pada penelitian ini. Nanas mengandung nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan bakteri A. xylinum. Pertumbuhan A. xylinum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ph, suhu, sumber nitrogen, dan sumber karbon. Selulosa Bakteri Tahun 1886, untuk pertama kalinya dilaporkan oleh Brown bahwa galur Acetobacter tertentu dapat menghasilkan pelikel putih bergelatin ekstraseluler, yang kelak diidentifikasi sebagai selulosa bakteri

12 2 (BC), pada permukaan media air dalam sistem kultur diam (Toyosaki et al. 1995). A. xylinum, yang baru-baru ini diklasifikasi ulang sebagai Gluconobacter xylinus, ialah jenis Acetobacter penghasil-selulosa yang telah banyak dipelajari (Krystynowicz dan Bielecki 2001). Unit ulang dari rantai struktur selulosa adalah unit selobiosa. Struktur selulosa terlihat pada Gambar 1. Tabel 1 Syarat mutu selulosa asetat (SNI 1991) Parameter Persyaratan Kadar asetil % Kekentalan intrinsik dl/g (pelarut aseton) Kestabilan terhadap kalor Tidak terjadi pengarangan saat dipanaskan (180ºC, 8 jam); perubahan kekentalan intrinsik akibat pemanasan dicantumkan Salah satu bentuk esterifikasi adalah asetilasi selulosa dengan menggunakan asam asetat yang menghasilkan selulosa asetat (dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1 Struktur selulosa (Fengel dan Wegener 1989). n selulosa asetat anhidrida Kekhasan BC Produk BC dari suatu galur Acetobacter adalah murni secara kimiawi, yaitu bebas dari lignin dan hemiselulosa serta produk-produk biogenik lainnya (Masaoka et al & Geyer et al. 1994). Pemurnian BC dari sel-sel bakteri di dalamnya dapat dilakukan dengan perlakuan menggunakan NaOH 0.1 N, selama 20 menit, pada suhu 80 o C (Toyosaki et al. 1995). Selulosa Asetat Selulosa memiliki tiga gugus hidroksil per residu anhidroglukosa. Indikator kemurnian suatu selulosa dapat dinyatakan sebagai kadar á-selulosa (Tanaka et al. 2000). á-selulosa adalah komponen polisakarida yang setelah dilarutkan dengan NaOH 17,5% (b/v), tetap tidak larut ketika basa diencerkan ke sekitar 8% (b/v) (Fengel dan Wegener 1989). â- Selulosa adalah komponen selulosa yang larut dalam larutan alkali, namun dapat terendap kembali jika larutan tersebut dinetralkan, sedangkan ã-selulosa adalah komponen selulosa yang larut dalam larutan alkali dan tetap larut jika larutan tersebut dinetralkan (Etherington dan Roberts 2005). Kadar á-, â-, dan ã-selulosa dibedakan hanya dari kelarutannya dalam NaOH. Selulosa dapat direaksikan melalui reaksireaksi seperti esterifikasi, eterifikasi dan lainlain. Selulosa asetat yang dihasilkan harus memenuhi syarat SNI (Tabel 1). selulosa triasetat asam asetat Gambar 2 Reaksi asetilasi selulosa asetat (Anonim 2005). Selulosa asetat merupakan ester organik selulosa yang berupa padatan tidak berbau, tidak beracun, tidak berasa, dan berwarna putih yang dibuat dengan mereaksikan selulosa dengan bantuan asam sulfat sebagai katalis (Kroschwitch 1990). Menurut Mark et al. (1965), produk-produk yang terbuat dari plastik selulosa asetat di antaranya adalah gagang obeng, gagang pisau, rambu-rambu untuk di dalam dan luar ruangan, pipa gas alam, tombol-tombol radio dan televisi, kemasan, jendela pada amplop, pena, pensil, boneka, dan mainan lainnya. Aplikasi ini bergantung pada jenis selulosa asetat yang diperoleh yang dapat dilihat dari derajat substitusinya. Hubungan antara aplikasi selulosa asetat terhadap pelarut dan derajat substitusi disenaraikan pada Tabel 2.

13 3 Tabel 2 Hubungan derajat substitusi selulosa asetat, kadar asetil, dan aplikasinya (Fengel dan Wegener 1989) Derajat Kadar Asetil (%) Aplikasi Substitusi plastik benang, film kain, pembungkus Praperlakuan Sebelum proses asetilasi, perlu dilakukan tahap praperlakuan dengan memberikan aktivasi menggunakan asam asetat glasial. Nisbah asam asetat dan selulosa bergantung pada selulosa dan jumlah katalis (H 2 SO 4 ) yang digunakan. Tujuan aktivasi ialah untuk meningkatkan reaktivitasnya, sehingga memudahkan difusi asam sulfat sebagai reagen asetilasi ke dalam serat selulosa. Asetilasi Proses asetilasi bertujuan mensubstitusi gugus hidroksil selulosa dengan gugus asetil, sehingga terbentuk selulosa asetat. Asetilasi dilakukan dalam kondisi asam dengan pereaksi anhidrida asetat dan katalis H 2 SO 4. Reaksi asetilasi adalah reaksi eksoterm, sehingga suhu harus dijaga kurang dari 50 o C, supaya tidak terjadi degradasi rantai selulosa dan menghindari penguapan (Kirk dan Othmer 1993). Proses asetilasi berlangsung selama 5-10 jam atau sampai materi larut sempurna dalam campuran asetilasi. Selanjutnya, selulosa asetat yang diperoleh ditentukan kadar asetilnya, yang kemudian dapat diketahui seberapa besar derajat substitusi gugus hidroksil dengan asetil (Tabel 2). Arifin (2004) melakukan asetilasi dengan modifikasi prosedur Geyer et al. (2004), menghasilkan selulosa asetat pada lama asetilasi 1 jam dan kadar asetil 36.27%. Yulianawati (2002) melakukan proses asetilasi lebih lama dari Arifin dengan variasi waktu asetilasi 2, 4, dan 6 jam dan menghasilkan selulosa asetat dengan perlakuan terbaik dengan lama asetilasi 2 jam; rendemen 14.95%; dan kadar asetil 43.90%. Hidrolisis Tujuan utama hidrolisis ialah untuk menghilangkan sebagian gugus asetil dari selulosa triester. Laju hidrolisis dikendalikan oleh suhu dan konsentrasi katalis. Konsentrasi katalis yang lebih tinggi akan meningkatkan laju hidrolisis. Suhu yang biasa digunakan pada proses ini antara o C. Kandungan air dan asam asetat yang ditambahkan pada saat hidrolisis bervariasi antara 20 25% dari bobot total cairan dan bergantung pada suhu serta produk akhir yang diinginkan (Fengel dan Wegener 1989). Pengendapan Sebelum proses pengendapan, larutan produk biasanya dicampurkan dengan asam asetat encer bertujuan menurunkan viskositas. Jika diinginkan endapan dalam bentuk serpihan (flake), larutan produk dituangkan ke dalam asam asetat encer (10 15%) yang diaduk dengan kuat (Kirk dan Othmer 1993). Membran Membran adalah lapisan semipermeabel berupa padatan polimer tipis yang menahan pergerakan bahan tertentu (Scott dan Hughes, 1996). Menurut Osada dan Nakagawa (1992), membran merupakan lapisan semipermeabel yang tipis dan dapat digunakan untuk memisahkan dua komponen dengan cara menahan dan melewatkan komponen tertentu melalui pori-pori. Menurut Eryan (2004), membran adalah film tipis dari suatu material berpori yang dapat digunakan untuk beberapa proses pemisahan. Klasifikasi Membran Menurut Mulder (1996) dan Wenten (1999), klasifikasi membran ada beberapa macam, yaitu berdasarkan material asal, morfologi, bentuk, dan fungsi. Material Asal Membran bedasarkan material dibagi menjadi dua golongan, yaitu membran alamiah dan membran sintetis. Membran alamiah terdapat pada sel tumbuhan, hewan, dan manusia, sedangkan membran sintetis dibuat sesuai dengan kebutuhan dan sifatnya disesuaikan dengan membran alamiah. Membran sintetis dibagi lagi menjadi membran organik dan anorganik. Morfologi Berdasarkan morfologinya membran dibagi menjadi dua, yaitu membran asimetrik dan simetrik. Membran asimetrik memiliki truktur pori tidak seragam, sedangkan asimetrik struktur porinya seragam. Membran dengan struktur asimetrik memiliki dua lapisan, yaitu lapisan pendukung (ketebalan ì m) memiliki rongga pori makin ke

14 4 bawah makin besar dan lapisan aktif (ketebalan 0,2-1,0 ì m) memiliki pori yang rapat. Menurut Scott dan Hughes (1996), membran asimetrik menggunakan bahan pendukung bagi lapisan aktif yang berada di atasnya dan berfungsi untuk kebutuhan mekanik. Bentuk Bentuk membran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu membran datar dan tubular. Membran datar memiliki bentuk melebar dan penampang lintang yang besar. Ada beberapa macam membran datar, antara lain membran datar yang terdiri atas satu lembar; membran datar bersusun, terdiri atas beberapa lembar yang disusun bertingkat dengan menempatkan pemisah di antara dua membran yang berdekatan; dan membran spiral bergulung merupakan membran yang disusun bertingkat dan digulung dengan pipa sentral membentuk spiral. Membran tubular terbagi menjadi tiga, yaitu membran serat berongga (diameter <0.5 mm), membran kapiler (diameter mm), dan membran tubular (diameter >5.0 mm). Fungsi Ada beberapa macam membran berdasarkan fungsinya, yaitu membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, osmosis balik, dialisis, dan elektrodialisis. Mikrofiltrasi merupakan proses pemisahan antar partikel (bakteri, ragi) dan berfungsi untuk menyaring makromolekul > g/mol atau partikel berukuran ì m. Tekanan yang digunakan atm. Membran ini memiliki struktur asimetrik dan simetrik. Ultrafiltrasi merupakan proses pemisahan antar molekul dan berfungsi menyaring makromolekul >5000 g/mol atau partikel berukuran ì m. Tekanan yang digunakan atm. Membran ini memiliki struktur asimetrik. Fungsi membran osmosis balik adalah menyaring garam-garam organik >50 g/mol atau partikel berukuran ì m. Tekanan yang digunakan, yaitu atm. Fungsi dari membran dialisis adalah memisahkan larutan koloid yang mengandung elektrolit dengan berat molekul kecil. Berbeda dengan membran elektrodialisis yang berfungsi memisahkan larutan dengan membran melalui pemberian muatan listrik. Gaya pendorongnya adalah gaya gerak listrik. Karakterisasi Membran SEM Analisis SEM merupakan metode yang tepat untuk mengkarakterisasi membran mikrofiltrasi. Batas resolusi mikroskop elektron 0.01 ì m (10 nm) dan sekitar ì m (5 nm). Prinsip SEM adalah elektron dengan energi kinetik tinggi dipancarkan dari sumbernya mengenai sampel membran. Pantulan elektron ini (elektron kedua) akan ditangkap oleh detektor, sehingga membentuk bayangan tertentu. Tampilan permukaan sampel bergantung pada intensitas pengukuran elektron kedua (Darwo 2003). Teknik SEM pada hakikatnya merupakan pemeriksaan dan analisis permukaan. Tampilan merupakan data yang berasal dari permukaan atau lapisan yang tebalnya sekitar 20 ì m dari permukaan. Hasil foto SEM merupakan gambar topografi dengan segala tonjolan, lekukan, atau lubang permukaan. Gambar tersebut diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang dipancarkan oleh spesimen melalui celah logam lensa magnetik, membentuk cahaya monokromatik. Sinar yang mengenai sampel menyebabkan terjadinya interaksi yang menimbulkan pancaran elektron baru. Sinyal elektron yang dihasilkan ditangkap oleh detektor, kemudian diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas yang memperlihatkan struktur permukaan spesimen. Selanjutnya, gambar di monitor dapat dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu disket. (Sutiani 1997). Sebelum dianalisis dengan SEM, sampel harus dipreparasi terlebih dahulu. Hal-hal yang harus dipenuhi untuk menyiapkan sampel, yaitu menghilangkan seluruh pelarut, air, atau bahan lain yang dapat menguap ketika di dalam vakum dan menipiskan sampel yang akan dianalisis. Jika spesimen merupakan suatu isolator, seperti tanaman, kuku jari, dan keramik, maka perlu dilapisi dengan bahan konduktor. Bahan konduktor yang biasa digunakan adalah emas, perak, dan aliansi emas dan paladium. Pelapisan dilakukan dalam ruang penguapan vakum (Sutiani 1997). FTIR Analisis FTIR bertujuan mengidentifikasi senyawa organik berdasarkan pembacaan gugus fungsi yang dimiliki berupa spektrum. Hal ini terjadi karena senyawa tersebut dapat menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah inframerah dengan panjang gelombang antara

15 sampai 1000 nm atau bilangan gelombang dari sampai 10 cm -1 (Nur dan Adijuwana 1989). Gugus fungsi yang ada pada rantai selulosa adalah hidroksil. Gugus tersebut terikat pada setiap unit glukosa. Gugus hidroksil pada selulosa tidak hanya menentukan struktur supramolekul, tetapi juga menentukan sifat fisika dan kimia selulosa (Fengel dan Wegener 1989). FTIR merupakan instrumen standar untuk analisis secara kimia. FTIR dapat memperlihatkan informasi dalam memprediksi dan mengidentifikasi gugus fungsi yang ada dalam suatu senyawa. FTIR merupakan cara yang paling mudah dan cepat untuk melihat senyawa-senyawa kimia pada permukaan membran. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis spektrumspektum yang dihasilkan sesuai dengan puncak-puncak yang dibentuk dari suatu gugus fungsi. (Anonim tt). Membran Selulosa Asetat Selulosa asetat merupakan salah satu bahan dasar membran asimetrik, baik untuk osmosis balik, ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi. Pembuatan selulosa asetat biasanya dilakukan dengan cara pembalikan fasa melalui proses pencelupan (Mulder 1996). Perkembangan pembuatan membran dengan cara pembalikan fasa dilakukan oleh Loeb dan Sourajan. Membran yang dihasilkan sering disebut sebagai membran tipe Loeb- Sourajan. Membran yang dihasilkan berstruktur asimetrik, terdiri atas lapisan tipis setebal µm didukung substrat pori dengan ketebalan µm. Tahapan pembuatan membran menggunakan metode pembalikan fasa diawali dengan pembuatan larutan homogen dengan kekentalan yang diinginkan, lalu pencetakan larutan polimer sebagai lapisan tipis. Selanjutnya, penguapan sebagian pelarut dari polimer. Setelah itu, pengendapan polimer dengan cara pencelupan. Tahap akhir adalah perlakuan suhu untuk menyusutkan ukuran pori. Tahapan di atas berpengaruh terhadap penampilan akhir membran yang dihasilkan. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini ialah starter (bakteri Acetobacter xylinum) yang diperoleh dari pengusaha nata de coco di daerah Cipaku Bogor, kulit buah nenas yang diperoleh dari limbah penjual rujak depan kampus IPB Baranangsiang, selulosa asetat komersial teknis, kertas ph, kertas koran, kertas saring, karet pengikat, cuka pekat teknis 98% (v/v), asam asetat glasial 100% (v/v), anhidrida asetat 98% (v/v), gula pasir, pelarut diklorometana, NaOH pelet, HCl 25% (b/b), etanol teknis 95% (v/v), H 2 SO % (v/v), air suling, (NH 4 ) 2 SO 4, K 2 Cr 2 O 7, Na 2 CO 3, dan (COOH) 2.2H 2 O. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini ialah alat-alat gelas laboratorium, kaca masir, pompa vakum, hot plate, oven, penangas, pengaduk magnetik, blender Philips, panci, pisau pemotong, wadah fermentasi berukuran 30x20x4,5 cm 3 merk Komet Star Plastics jenis Tripoly nomor 3, neraca analitik, sentrifus Hermle Z300 (Labnet), pengaduk magnetik, plat kaca, pelapis ion Polaron SC 7610 Sputter Coater, SEM LEO 4201 Oxford Link Penafet model 6599, dan FTIR-8201PC Shimadzu FTCOM- 1. Analisis FTIR dilakukan di laboratorium Quality Assurance, PT Abbot, Cibinong dan SEM dilakukan di Laboratorium SEM, Departemen Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta. Metode Diagram alir penelitian ini dapat dilihat secara garis besar pada Lampiran 1. Pembuatan Selulosa Bakteri (Nata de pina) (Susanto et al. 2000) Kulit buah nenas dihancurkan, kemudian disaring-vakum hingga didapatkan ekstrak sari kulit buah nenas. Lalu, ekstrak diencerkan sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Pengenceran yang digunakan pada penelitian ini adalah nisbah ekstrak nenas:air (1:4) dengan total larutan 600 ml. Larutan ini direbus sampai mendidih, lalu ditambahkan gula pasir 7.5% (b/v) sebagai sumber karbon dan amonium sulfat 0.5% (b/v) sebagai sumber nitrogen. Larutan dipindahkan ke dalam wadah fermentasi dan diatur ph-nya menjadi 4.5 dengan penambahan asam asetat glasial. Wadah langsung ditutup dengan kertas koran yang sebelumnya telah dipanaskan dan diikat dengan karet, kemudian dibiarkan selama semalam pada suhu kamar. Penambahan inokulum sebanyak 10% (v/v) dilakukan apabila medium telah benar-benar

16 6 dingin dan diinkubasikan pada suhu kamar selama 4-5 hari. Pemurnian Selulosa (Safriani 2000) Nata de pina lembaran dipotong potong dengan ukuran sekitar 4x5 cm. Potongan nata ini selanjutnya direbus dalam air mendidih selama ±20 menit. Setelah itu, nata direndam dalam larutan NaOH 1% (v/v) pada suhu kamar selama 24 jam, kemudian dinetralkan dengan perendaman dalam asam asetat 1% (v/v) selama 24 jam. Produk selanjutnya dicuci beberapa kali dengan air, kemudian disaring-vakum untuk menarik air sampai diperoleh lembaran nata yang tipis. Lembaran ini dikeringkan pada suhu kamar selama 1-2 hari. Nata de pina kering selanjutnya dihancurkan dengan menggunakan blender, sehingga berbentuk serbuk yang berukuran 40 mesh. Serbuk nata de pina kering ini selanjutnya diuji kadar air dan kadar á- selulosa (Lampiran 2). Pembuatan Selulosa Asetat Pembuatan selulosa asetat pada penelitian ini merupakan modifikasi prosedur pembuatan selulosa asetat yang dilakukan oleh Arifin (2004). Prosedur pembuatan selulosa asetat sebagai berikut: Praperlakuan Selulosa yang dihasilkan dari tahap pemurnian sebanyak 0,9 gram dicampurkan dengan 100 ml asam asetat glasial di dalam botol bertutup ganda, lalu dikocok dengan shaker (200 rpm, 20 menit) dengan pengadukan kuat beberapa menit pertama. Selanjutnya, selulosa disaring-vakum dan diperas sekuat mungkin. Perlakuan ini dilakukan duplo. Hasil perasan yang kedua dikembalikan ke dalam botol bertutup ganda dan direndam dalam 50 ml asam asetat glasial murni selama 3 jam pada suhu kamar. Botol dikocok dengan shaker (200 rpm). Setelah 3 jam, selulosa disaring-vakum dan diperas sekuat mungkin. Asetilasi Asam asetat glasial 95% dan H 2 SO % ditambahkan pada selulosa hasil aktivasi dengan perbandingan 100:1 (10.1 ml). Campuran diaduk kuat selama 1 menit. Anhidrida asetat 98% ditambahkan dengan nisbah 1:5 tetes demi tetes, kemudian diaduk dalam penangas bersuhu 40 o C. Larutan dibiarkan selama 2 jam dalam penangas bersuhu 40 o C. Waktu 2 jam dihitung sejak ditambahkannya anhidrida asetat 98%. Hidrolisis Setelah proses asetilasi, campuran air dan asam asetat glasial (2:1) sebanyak 2,4 ml ditambahkan ke dalam larutan hasil asetilasi dan dilakukan pengadukan pada beberapa menit pertama. Larutan dibiarkan pada suhu 40 o C selama 30 menit dihitung sejak ditambahkannya asam asetat encer. Pemurnian Larutan hasil hidrolisis dipisahkan menggunakan sentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm untuk memisahkan kotoran sisa asetilasi. Selanjutnya, supernatan dituang ke dalam 500 ml air destilasi yang diaduk kuat dengan pengaduk magnetik. Endapan yang terbentuk disaring vakum. Serbuk selulosa asetat ini dinetralkan ph-nya dengan NaHCO 3 1 N, lalu dicuci dengan air destilata. Hasil produk selulosa asetat ini selanjutnya dimasukkan ke dalam gelas piala yang telah diketahui bobot kosongnya, lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu ±50 C selama 24 jam. Produk selulosa asetat yang dihasilkan selanjutnya dianalisis kadar air dan kadar asetilnya (Lampiran 3), lalu dihitung rendemennya dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: (1-M 2 ) (W 3 W 2 ) Rendemen (%) = x 100% C(1-M 1 )W 1 dengan: W 1 = bobot contoh uji (gram) M 1 = kadar air contoh uji (%) C = kadar á-selulosa (%) W 2 = bobot gelas piala (gram) W 3 = bobot gelas piala+selulosa asetat kering (gram), dan M 2 = kadar air selulosa asetat (%). Pembuatan Membran Selulosa Asetat Pembuatan membran dilakukan dengan metode pembalikan fasa. Tahap pertama diawali dengan pembuatan larutan polimer selulosa asetat. Larutan polimer ini terdiri dari selulosa asetat 14% (b/v) dan pelarut. Larutan diaduk dengan pengaduk magnetik sampai homogen. Larutan polimer dicetak sebagai lapisan tipis di atas plat kaca yang telah diberi selotip di kedua sisinya dengan tujuan

17 7 membuat membran dengan ketebalan yang sama, selanjutnya sebagian pelarut dari polimer diuapkan. Polimer kemudian diendapkan dengan cara pencelupan dalam air. Membran dianalisis dengan FTIR dan SEM. Karakterisasi Membran SEM Suatu silinder logam steril yang diameternya lebih besar daripada ukuran contoh, direkatkan menggunakan double-tip. Penutup sisi lain double-tip diungkit, lalu contoh dengan ukuran 1x1 cm direkatkan. Silinder diletakkan ke dalam pelapis ion untuk divakum selama 3 jam dengan tekanan 0.1 mbar. Setelah 3 jam, contoh dilapisi dengan logam Pt-Au menggunakaan pelapis ion, lalu difoto dengan instrumen. FTIR Contoh membran yang berbentuk lembaran dipotong dengan ukuran 3x1,5 cm. Contoh dijepit dengan pinset, lalu diletakkan ke dalam tempat contoh. Tempat contoh itu dimasukkan ke dalam instrumen yang telah dipanaskan terlebih dahulu selama 15 menit, lalu lampu dinyalakan tepat mengenai sampel, dengan bilangan gelombang diatur pada cm -1. HASIL DAN PEMBAHASAN dibandingkan dengan hasil kadar air Yulianawati (2002) dan Arifin (2004). Faktor penyebab perbedaan nilai kadar air ini adalah kondisi suhu pengeringan yang berbeda. Nilai ini juga dianggap cukup tinggi. Kadar air yang rendah dapat meningkatkan reaktivitas selulosa karena gugus hidroksil dalam air lebih reaktif daripada gugus dalam selulosa. Jadi, untuk mendapatkan tingkat reaktivitas yang tinggi dibutuhkan kadar air yang rendah, sehingga proses substitusi dapat berlangsung dengan baik. Kadar á-selulosa dapat ditingkatkan dengan ekstraksi menggunakan alkali Semakin ti nggi kadar á-selulosa, maka semakin efektif alkali yang digunakan. Konsentrasi alkali yang digunakan dalam pemurnian ini adalah NaOH 1%. Terjadinya penggembungan struktur selulosa (swelling process) dikarenakan perendaman dalam NaOH 1% (b/v). Lalu, penetralan dengan asam asetat 1% akan membuat serat-serat selulosa menjadi lebih terbuka. Proses ini dinamakan merserisasi (Munk 1989). Struktur selulosa yang menggembung merupakan proses perubahan ikatan hidrogen dalam struktur selulosa. Awalnya, ikatan yang terjadi adalah ikatan hidrogen antara selulosa dan selulosa, kemudian berubah menjadi ikatan hidrogen antara selulosa dan air. Ilustrasi penggembungan struktur selulosa dapat dilihat pada Gambar 3. Pemurnian Selulosa Nilai kadar á-selulosa yang diperoleh dalam percobaan ini adalah sebesar 88.72% dan kadar airnya sebesar 7.56% (Lampiran 2). Persentase yang lainnya diperkirakan abu dan â- serta ã-selulosa. á-selulosa dapat terdegradasi menjadi â-selulosa. Bila kadar á- selulosa menurun, maka beber apa á-selulosa telah terdegradasi menjadi â-selulosa. Akan tetapi, â-selulosa dapat larut kembali dengan peningkatan konsentrasi alkali yang digunakan (Arifin 2004). Nilai ini lebih tinggi jika di bandi ngkan dengan kadar á-selulosa yang dihasilkan Yulianawati (2002) dan Arifin (2004). Faktor utamanya kemungkinan besar adalah kondisi pengeringan yang berbeda. Nata de pina pada penelitian ini disaring-vakum terlebih dahulu, kemudian dikeringkan pada suhu kamar, sehingga tidak terjadi degradasi rantai selulosa akibat pemanasan pada suhu tinggi. Kadar air selulosa yang diperoleh sebesar 7.56%. Nilai kadar air ini jauh lebih tinggi Gambar 3 Ilustrasi penggembungan struktur selulosa (Fengel dan Wegener 1989) Struktur selulosa yang menggembung dapat meningkatkan aksesibilitas gugus hidroksil pada selulosa, sehingga proses penetrasi pereaksi ke bagian dalam selulosa menjadi lebih mudah. Hal ini dapat ditegaskan melalui pengamatan dengan mikroskop elektron transmisi (TEM) karena dengan SEM dapat melihat struktur permukaannya saja, sedangkan TEM dapat menunjukkan struktur membran tersebut hingga ke bagian dalam. Gambar 4 menunjukkan struktur permukaan membran selulosa contoh, sedangkan Gambar 5 menunjukkan foto SEM selulosa komersil yang diperoleh dari

18 8 referensi (Meenakshi et al. 2002). Gambar 4 dan 5 menunjukkan keberadaan struktur serat yang dihasilkan dari rantai selulosa. Jika kedua gambar ini dibandingkan (dengan pembesaran yang sama) akan memperlihatkan struktur permukaan membran dengan seratserat yang berbeda. Struktur permukaan pada membran selulosa contoh tidak begitu jelas karena kemungkinan besar struktur selulosa yang dianalisis terlalu rapat. Hasil analisis SEM hanya memperlihatkan bagian permukaan membran, sehingga tidak dapat dilihat struktur bagian dalam membran yang diduga tidak sama kerapatannya dengan bagian permukaan. disebabkan sumber selulosanya berbeda. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Safriani (2000) bahwa perbedaan selulosa dapat dilihat dari sumber selulosa yang digunakan. Membran selulosa contoh berasal dari selulosa bakteri, sedangkan membran selulosa referensi berasal dari selulosa tanaman. Seratserat dari membran selulosa referensi terlihat jauh lebih halus dibandingkan dengan seratserat pada membran selulosa contoh. Menurut Geyer et al. (1994), selulosa yang bersumber dari bakteri akan menghasilkan pita-pita fibril yang jauh lebih halus daripada selulosa yang bersumber dari tanaman. Asetilasi Gambar 4 SEM membran selulosa contoh. Gambar 5 SEM membran selulosa referensi (Meenakshi P et al. 2002). Selulosa yang telah direndam dalam NaOH selama 24 jam yang dilanjutkan penetralan dengan asam asetat selama 24 jam akan membuat permukaan selulosa menggembung. Terlalu rapatnya struktur permukaan ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi NaOH yang terlalu kecil. Struktur permukaan SEM membran selulosa contoh berbeda dengan struktur permukaan membran selulosa referensi Reaksi asetilasi diawali dengan aktivasi selulosa menggunakan asam asetat glasial sebanyak 50 ml selama 3 jam pada suhu ruang. Asam asetat ini akan menggembungkan serat selulosa. Penggembungan serat selulosa akan mengurangi ikatan hidrogen intramolekul antara selulosa dan selulosa yang dapat mempercepat difusi pereaksi asetilasi, yaitu anhidrida asetat. Reaksi esterifikasi yang terjadi berupa penggantian satu, dua, atau tiga gugus hidroksil dari unit glukosa dengan gugus asetil dari asam anhidrida. Selama berlangsungnya reaksi, dibentuk ikatan-ikatan hidrogen baru antara gugus hidroksil asam asetat dan gugus hidroksil selulosa. Selulosa yang telah diaktivasi diperas sekuatnya dan divakum, sehingga benar-benar bebas air. Kadar air selulosa memengaruhi terhadap jalannya reaksi esterifikasi. Reaksi asetilasi bersifat reversibel, sehingga kadar air selulosa yang terlalu tinggi akan menyebabkan hasil reaksi yang diinginkan tidak tercapai. Kadar air juga akan berpengaruh terhadap anhidrida asetat. Kadar air yang terlalu banyak akan mengakibatkan laju hidrolisis selulosa asetat lebih cepat daripada substitusi. Suhu asetilasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 40 C. Suhu asetilasi harus dijaga di bawah 50 C, sehingga penambahan anhidrida asetat dilakukan tetes demi tetes. Volume peraksi asetilasi yang digunakan adalah 4.5 ml dengan nisbah bobot á-selulosa dan volume anhidrida asetat adalah 1:5. Volume pereaksi sebaiknya tidak digunakan terlalu banyak karena proses akan menjadi tidak ekonomis. Aksesibilitas gugus hidroksil selulosa yang tinggi akan mempermudah anhidrida asetat masuk ke dalam serat-serat selulosa. Aksesibilitas yang tinggi dapat dilihat dari

19 9 kadar asetil yang tinggi. Derajat substitusi adalah jumlah rerata atom H pada gugus hidroksil, yang diubah menjadi gugus asetil, dalam setiap residu anhidro-glukosa (Arifin 2004). Kadar asetil yang diperoleh pada penelitian ini sebesar 43.0% (Lampiran 5b) yang setara dengan kisaran derajat substitusi (Tabel 2). Jenis selulosa asetat yang diperoleh adalah selulosa triasetat. Reaksi yang terjadi pada selulosa triasetat ini diduga mendekati dengan reaksi yang disenaraikan pada Gambar 2 yang juga menghasilkan selulosa triasetat. Kadar asetil selulosa asetat contoh tidak memenuhi syarat selulosa asetat yang ditetapkan oleh SNI (Tabel 1). Hal ini berarti proses hidrolisis yang dilakukan saat pembuatan selulosa asetat kurang lama. Hidrolisis berfungsi mengurangi sebagian gugus asetil, sehingga diharapkan selulosa asetat yang diperoleh mempunyai nilai kadar asetil seperti yang ditetapkan oleh SNI. Kadar asetil yang tinggi menunjukkan aksesibilitas gugus hidroksil yang tinggi. Walaupun struktur permukaan membran selulosa cukup rapat, namun diperkirakan proses merserisasi yang terjadi pada bagian dalam membran cukup besar. Proses merserisasi menghasilkan penggembungan serat-serat selulosa sampai ke daerah kristalin, sehingga pereaksi dapat berpenetrasi dengan mudah ke bagian dalam selulosa. Hal ini berarti nilai kadar asetil yang tinggi dihasilkan oleh gugus hidroksil di bagian dalam membran. Kadar air selulosa asetat yang diperoleh sebesar 34.06% (Lampiran 5a) dan rendemen yang diperoleh sebesar % (Lampiran 6). Sebagai perbandingan ditetapkan juga kadar asetil dan kadar air selulosa asetat komersial masing-masing sebesar 11.51% dan 39.87% (Lampiran 5). Kadar asetil selulosa asetat komersil ini sesuai dengan yang ditetapkan oleh SNI (Tabel 2). Penentuan kadar air selulosa asetat dapat digunakan untuk perhitungan rendemen dan kadar asetil. Nilai kadar air selulosa asetat ini berbeda jauh dari kadar air selulosa asetat yang diperoleh Arifin (2004). Kondisi asetilasi yang tidak sama pada setiap tahapnya dapat menjadi faktor perbedaan kadar air. Selain itu, faktor waktu dan suhu proses pengeringan selulosa asetat juga diduga menjadi sebab utama dari nilai kadar air selulosa asetat yang tinggi. Membran Selulosa Asetat Pembuatan membran selulosa asetat dilakukan dengan pembalikan fasa. Tahap pencetakan dilakukan di atas pelat kaca dengan gelas pengaduk, sehingga dimungkinkan membran yang dihasilkan mempunyai ketebalan yang tidak sama di setiap sisinya. Selulosa asetat yang diperoleh membentuk lembaran plastik berwarna putih seperti terlihat pada Gambar 6. Selulosa asetat yang dihasilkan larut baik dalam pelarut diklorometana dan dimetilsulfoksida (DMSO), tetapi tidak larut dalam aseton. Gambar 6 Membran selulosa asetat contoh. Konsentrasi selulosa asetat yang digunakan pada saat pelarutan membran adalah 14% (b/v), yang telah dioptimasi oleh Yulianawati (2002). Selulosa asetat dengan kisaran derajat substitusi berarti mempunyai lebih banyak gugus asetil dibandingkan dengan gugus hidroksilnya. Banyaknya gugus asetil ini akan membuat sifat nonpolar dari selulosa asetat lebih dominan dibandingkan dengan sifat polarnya, sehingga selulosa asetat ini larut baik dalam diklorometana dibandingkan dengan aseton. Membran selulosa asetat yang larut dalam diklorometana dapat diaplikasikan sebagai kain dan pembungkus (Tabel 2). Hasil larutan selulosa asetat yang diperoleh dalam pelarut diklorometana adalah homogen, sehingga mempermudah dalam pencetakan membran. Proses pengocokan membran yang tidak homogen akan menyebabkan terperangkapnya gelembunggelembung udara pada larutan cetak yang akan menyebabkan membran berlubang atau permukaan membran tidak merata (Darwati et al. 2002).

20 10 Analisis FTIR Pembuktian membran selulosa asetat ini menggunakan analisis FTIR. Analisis FTIR ini juga dapat membuktikan bahwa gugus hidroksil telah tersubstitusi oleh gugus asetil melalui reaksi asetilasi. Spektrum FTIR dari membran selulosa murni dan membran selulosa asetat contoh dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8. Perbedaan kedua spektrum FTIR ini terletak pada daerah bilangan gelombang cm -1 yang diidentifikasi sebagai gugus C=O ester. Hal tersebut menunjukkan bahwa membran selulosa telah diasetilasi. Spektrum FTIR selulosa asetat referensi (Meenakshi et al. 2002) dapat dilihat pada Gambar 9 yang dapat digunakan sebagai perbandingan. Spektrum FTIR membran selulosa asetat contoh (Gambar 8) memperlihatkan pita serapan pada beberapa bilangan gelombang. Menurut Shriner et al. (2004), karakteristik vibrasi ulur gugus hidroksil terlihat pada daerah bilangan gelombang cm -1. Gugus -OH yang dihasilkan ini diduga adalah gugus hidroksil dari selulosa yang tidak tersubstitusi oleh gugus asetil. Pernyataan ini didukung oleh hasil penetapan kadar asetil, yaitu sebesar 43.0%, setara dengan kisaran derajat substitusi , yang berarti belum semua gugus hidroksil dari selulosa tersubstitusi oleh gugus asetil dari anhidrida asetat. Hasil spektrum FTIR membran selulosa asetat (referensi) (Gambar 9) mempunyai derajat substitusi 2.5 (Meenakshi et al. 2002), yang juga berarti masih ada gugus hidroksil yang belum disubstitusi, sehingga menghasilkan karakteristik pita serapan gugus hidroksil pada daerah bilangan gelombang sekitar 3500 cm -1. Serapan pada daerah bilangan gelombang cm -1 adalah untuk vibrasi ulur C=O terlihat dengan puncaknya yang tajam dan pada daerah cm -1 untuk vibrasi ulur C-O pada puncak 1218 cm -1. Gugus fungsi yang dimiliki oleh spektrum FTIR membran selulosa asetat contoh menyerupai gugus fungsi yang dimiliki spektrum FTIR membran selulosa asetat referensi. Hal ini berarti bahwa proses asetilasi membran selulosa menjadi selulosa asetat dapat dikatakan berhasil. Serapan lainnya ada pada daerah panjang gelombang cm -1 untuk vibrasi ulur -CH dan pada daerah 2944 cm -1 untuk vibrasi ulur CH 3. % Transmitan Bilangan gelombang Gambar 7 Spektrum FTIR membran selulosa.

21 11 Gambar 8 Spektrum FTIR membran selulosa asetat contoh. % Transmitan % Transmitan Bilangan gelombang Bilangan gelombang Gambar 9 Spektrum FTIR membran selulosa asetat (referensi) (Meenakshi P et al. 2002). Analisis SEM Hasil gambar SEM membran selulosa asetat contoh (Gambar 10) memperlihatkan struktur permukaan pori yang tidak seragam. Struktur permukaan yang terlihat pada Gam- bar 10 jauh berbeda dengan Gambar 11 (SEM selulosa asetat komersial). Struktur permukaan membran selulosa asetat contoh menghasilkan bagian gambar yang lebih gelap dari lainnya. Hal ini diperkirakan sebagai bagian sisi membran yang lapisannya lebih tebal dari yang lainnya.

22 12 Pori membran pada bagian ini tidak begitu jelas disebabkan lapisan yang terlalu tebal. Gambar 10 SEM membran selulosa asetat contoh. Lapisan membran yang mempunyai ketebalan yang tidak sama pada setiap sisinya disebabkan proses pembuatan membran ini secara manual menggunakan gelas pengaduk untuk membuat permukaan membran rata. Penetapan kisaran ukuran pori membran selulosa asetat contoh diukur dari pori yang paling besar dan pori yang paling kecil, yaitu pori dengan kisaran ukuran µm, karena diameter pori yang terlihat pada permukaan membran beragam. Berdasarkan kisaran ukuran porinya, membran selulosa asetat ini dapat digolongkan sebagai membran mikrofiltrasi. Membran mikrofiltrasi dapat digunakan pada proses pemisahan larutan garam, penjernihan sari buah, dan juga mempunyai permeabilitas yang tinggi terhadap air (Anonim tt). Kisaran ukuran diameter pori membran selulosa asetat contoh ini cukup besar karena pori yang terdapat pada membran besarnya tidak seragam. Kemungkinan membran ini untuk diaplikasikan sesuai dengan kegunaannya yang disenaraikan pada Tabel 2, yaitu sebagai kain dan pembungkus, adalah kecil. Hal ini mengakibatkan kegagalan yang akan terjadi cukup besar karena ukuran diameter porinya akan menyebabkan beberapa materi yang diharapkan dapat ditahan, tetapi dapat dilewatkan. Membran selulosa asetat ini diduga dapat digolongkan sebagai membran asimetrik karena proses pembuatannya dengan metode pembalikan fasa. Membran asimetrik ini mempunyai dua lapisan, yaitu lapisan atas yang kaya polimer dan lapisan penyokong (lapisan bawah) yang kaya pelarut. Kedua lapisan ini mempunyai ukuran pori yang tidak sama karena pada saat penguapan pelarut pengendapan terjadi lebih dulu dan lebih cepat pada permukaan membran bagian atas, sehingga lapisan ini mempunyai pori-pori yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan lapisan bawah membran. Pada tahap pengendapan terjadi difusi pelarut ke dalam air dan meninggalkan ruang-ruang yang membentuk pori-pori membran. Lapisan atas membran memiliki volume pelarut yang lebih sedikit daripada lapisan bawahnya, sehingga menghasilkan porositas yang lebih rendah dan pori-pori yang lebih kecil. Informasi dari hasil analisis SEM tidak dapat menunjukkan struktur permukaan dan ukuran pori lapisan bawah membran. Gambar SEM selulosa asetat komersial, dan SEM membran asetat dari referensi (Meenakshi et al. 2002) dapat dilihat pada Gambar 11 (perbesaran x3000) dan 12 (perbesaran x1000). Struktur permukaan Gambar 11 terlihat halus dan merata serta ukuran pori yang seragam, begitu pula dengan Gambar 12, yaitu dengan kisaran ukuran µm. Membran ini diduga juga tergolong membran mikrofiltrasi yang mempunyai struktur pori yang asimetrik karena pembuatannya dengan cara pembalikan fasa. Kedua gambar ini merupakan gambar SEM selulosa asetat yang berasal dari sumber yang berbeda. Perbedaan sumber selulosa ini diduga sebagai penyebab perbedaan hasil struktur permukaan dan keseragaman pori membran. Gambar 11 SEM membran selulosa asetat komersial.

23 13 Gambar 12 SEM membran selulosa asetat (referensi) (Meenakshi P et al. 2002). Perbedaan kedua gambar 10 dan 11 ini terletak pada proses pengocokan dan penguapan pelarut pada saat pencetakan. Proses pengocokan yang homogen akan menghasilkan struktur permukaan membran yang lebih terang seperti yang dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12. Penguapan pelarut yang cepat akan membentuk pori yang besar, sehingga kerapatannya rendah. Selain itu, suhu ruang juga berpengaruh terhadap proses penguapan pelarut. Suhu ruang yang tidak stabil dan tidak konstan akan membentuk pori yang tidak merata. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Selulosa asetat mempunyai kadar air sebesar 34.06% dan kadar asetil sebesar 43.0% (yang setara dengan kisaran derajat substitusi ) serta rendemen sebesar %. Hasil analisis FTIR.yang diperoleh menghasilkan gugus C=O ester pada daerah bilangan gelombang cm -1. Membran selulosa asetat yang terbentuk termasuk membran mikrofiltrasi dengan kisaran ukuran pori sebesar µm. Proses pencetakan membran dengan menggunakan metode pembalikan fasa diduga menghasilkan membran dengan struktur asimetrik. Saran Metode pengeringan selulosa yang lebih baik perlu dilakukan untuk memperoleh kadar air selulosa yang rendah. Hal ini juga berlaku pada selulosa asetat, sehingga diperoleh selulosa asetat dengan kadar air yang rendah. Selain itu, proses pencetakan membran penting dilakukan di ruang atau tempat yang suhunya stabil, sehingga dapat dilihat pengaruh suhu terhadap proses penguapan pelarut dan juga perlu dilakukan pengukuran terhadap ketebalan membran. Metode untuk penyeragaman ukuran pori membran perlu dilakukan, sehingga pori membran yang dihasilkan ukurannya seragam dan merata. Analisis TEM terhadap penampang melintang membran perlu dilakukan untuk melihat bentuk asimetrik membran dan struktur membran bagian dalam. DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. tt. Commercial RO technology. bpage.dll?buildpage&1&1&897 [17 Juni 2005]. [Anonim] Processing routes to acetic anhydride. m/newsletters/perp/jun04_n03s1.cfm [9 Desember 2005]. Arifin B Optimasi kondisi asetilasi selulosa bakteri dari nata de coco [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. ASTM ASTM D871: Standard Methods of Testing Cellulose Acetate. Philadelphia: American Society for Testing and Materials. Awaludin A, Achmadi SS, Nurhidayati N Karboksimetilasi Selulosa Bakteri. Di dalam: Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan; Serpong, 7 September Jakarta: LIPI BATAN Serpong; hlm Biro Pusat Statistika Produksi buahbuahan Indonesia. Id [1 Desember 2005]. Brocks TD Membrane Filtration: A User s Guide and Reference Manual. Madison: Science Tech. Inc. Collins JL Pineapple Botany, Cultivation and Utilization. London: Leonard Hill

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencirian Membran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencirian Membran 5 disaring-vakum dan diperas sekuat-kuatnya kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang baru. Serbuk BC kemudian ditambahkan dengan larutan asam asetat glasial-h 2 SO 4 dengan nisbah 100:1 (10:0.1 ml) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Sintesis selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial

Lebih terperinci

KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOPI SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DENGAN PENAMBAHAN POLI(ETILENA GLIKOL)

KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOPI SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DENGAN PENAMBAHAN POLI(ETILENA GLIKOL) KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOPI SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DENGAN PENAMBAHAN POLI(ETILENA GLIKOL) NAZER VENTURA RENAISSANCE DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU SARI RACHMAWATI

KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU SARI RACHMAWATI KAJIAN MIKRSTRUKTUR MEMBRAN KMPSIT SELULSA ASETAT-PLISTIRENA BERBAAN DASAR LIMBA TAU SARI RACMAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BGR BGR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH

SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 1 ABSTRAK MUHAMAD ANDRIANSYAH.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 )

KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) KARAKTERISASI DAN UJI KEMAMPUAN SERBUK AMPAS KELAPA ASETAT SEBAGAI ADSORBEN BELERANG DIOKSIDA (SO 2 ) Yohanna Vinia Dewi Puspita 1, Mohammad Shodiq Ibnu 2, Surjani Wonorahardjo 3 1 Jurusan Kimia, FMIPA,

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial Selulosa mikrobial kering yang digunakan pada penelitian ini berukuran 10 mesh dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Senny Widyaningsih, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Pengaruh Perbandingan Selulosa dan Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat dari Limbah Kertas

Pengaruh Perbandingan Selulosa dan Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat dari Limbah Kertas Pengaruh Perbandingan Selulosa dan Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat dari Limbah Kertas Dena Natalia, Mahmudi, Neena Zakia Universitas Negeri Malang E-mail:

Lebih terperinci

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA CELLULOSE ACETATE MEMBRANE FROM PINEAPPLE CROWN (Ananas Comocus)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA

PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA JAKA RACHMADETIN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan salah satu turunan selulosa yang disebut eter selulosa (Nevell dan Zeronian 1985). CMC dapat larut di dalam air dingin dan air panas dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pembuatan nata dari umbi ubi jalar ungu oleh bakteri Acetobacter xylinum ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Asetil (ASTM D ) 5 Kadar Asetil (ASTM D-678-91) Kandungan asetil ditentukan dengan cara melihat banyaknya NaH yang dibutuhkan untuk menyabunkan contoh R(-C-CH 3 ) x xnah R(H) x Na -C-CH 3 Contoh kering sebanyak 1 g dimasukkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA R. Frenando 1, A. Dahliaty 2, A. Linggawati 3 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia Bidang Biokimia Jurusan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 9 3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan September 2012. Laboratorium yang digunakan yaitu Laboratorium Biokimia Hasil Perairan I untuk preparasi sampel

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 hingga bulan Desember 2015. Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Material selulosa bakteri adalah hasil proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Secara kimiawi, serat yang terkandung di dalam nata

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SELULOSA ASETAT DARI ALFA SELULOSA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SELULOSA ASETAT DARI ALFA SELULOSA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT SINTESIS DAN KARAKTERISASI SELULOSA ASETAT DARI ALFA SELULOSA TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT M.Topan Darmawan, Muthia Elma, M.Ihsan Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, ULM Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Nata-de-coco Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian, peralatan, bahan yang digunakan dalam penelitian, diagram alir penelitian, serta prosedur yang harus dilakukan untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasi Fisik, Kimia, dan Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok. Waktu pelaksanaannya adalah dari bulan Februari

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA EFFECT OF THE ADDITION OF SUGAR AND AMMONIUM SULFATE ON THE QUALITY OF NATA SOYA Anshar Patria 1*), Murna Muzaifa 1), Zurrahmah

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Labaratorium Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11

BAB III METODE PENELITIAN. Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium Makanan dan Minuman Disperindag dan SMA Negeri 6 Pekanbaru serta SMA Negeri 11 Pekanbaru. Waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih. segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku III. BAHAN DAN METODA A. BAHAN DAN ALA T. Bahan Bahan baku utama yang digunakan adalah daging kelapa yang masih segar dan belum banyak kehilangan kandungan air. Sedangkan bahan baku tambahan adalah gula

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 : a) Proses Fermentasi di Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE

BAB III. BAHAN DAN METODE 10 BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan Februari dan berakhir pada bulan Agustus 2011. Proses pembuatan dan pengujian arang aktif dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci