PERTAHANAN DIRI TOKOH AMELIA DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERTAHANAN DIRI TOKOH AMELIA DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE"

Transkripsi

1 PERTAHANAN DIRI TOKOH AMELIA DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE Uyunun Safira¹ Heri Suwignyo² Nita Widiati³ Universitas Negeri Malang Abstract: The aim of this research is to describe the conflict on Amelia, the anxiety on Amelia, and the self defense of Amelia. This research used qualitative method. This result of research show that the conflict in figure Amelia happened internally and externally. The internal conflict involving the contradiction betweeen id, ego, dan superego. External conflict involving the contradiction between the characters in the novel, they are siblings, friends, and environment. The anxiety consists of the neurotic, reality, and moral anxiety. The self defense which is done by Amelia is not completely same with the psychoanalysis theory of Sigmund Freud. In this phenomenon, Amelia does not do the fixation self defense. Key words: self defense, psychoanalysis, children literature ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemunculan konflik pada tokoh Amelia, kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia, dan kemunculan pertahanan diri pada tokoh Amelia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemunculan konflik pada tokoh Amelia terjadi secara internal dan eksternal. Kemunculan konflik internal melibatkan pententangan antara id, ego, dan superego. Konflik eksternal melibatkan perselisihan dengan tokoh lain dalam novel, seperti keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat. Kecemasan yang muncul, meliputi kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral. Pertahanan diri yang dilakukan Amelia tidak sepenuhnya sesuai dengan teori psikoanalisis Sigmund Freund. Dalam hal ini Amelia tidak melalukan bentuk pertahanan diri fiksasi. Kata kunci: pertahanan diri, psikoanalisis, sastra anak Sastra anak merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mendalami dunia anak dengan memahami mereka dari beberapa karya sastra yang menceritakan kehidupanan anak beserta seluk-beluknya. Sastra anak tidak hanya sekadar sastra yang dibaca oleh anak-anak, tetapi mengandung unsur yang sifatnya mendidik. Sastra anak semakin berkembang. Menurut Sarumpaet (2010:12) belakangan, dengan teknologi percetakan yang semakin maju, dirasakan bahwa penerbitan buku anak juga membaik, khususnya kisah-kisah untuk balita, yang lebih banyak berbentuk buku bacaan bergambar. Kini kebutuhan akan bacaan anak-anak kian beragam. Tidak hanya cerita bergambar dan fabel saja yang diburu, prosa fiksi berupa novel anak kian

2 populer. Salah satunya adalah novel anak karya Tere Liye yang berjudul Amelia. Novel ini meraih sukses sebagai karya best seller. Novel Amelia merupakan bagian dari tetralogi Serial Anak-Anak Mamak. Tiga novel sebelumnya berjudul Eliana, Pukat, dan Burlian. Sebagai karya best seller, peneliti menggunakan novel Amelia sebagai objek penelitian. Novel Amelia menunjukkan adanya gejala psikis yang memperlihatkan kondisi jiwa tokoh Amelia ketika menghadapi konflik dan kecemasan melalui proses pemertahanan diri. Gejala psikis berupa perasaan cemas tersebut dikaji dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud untuk mendapatkan gambaran tentang upaya tokoh Amelia bertahan ketika menghadapi konflik dan kecemasan yang terjadi dalam hidupnya. Dengan menggunakan teori psikoanalisis, tahap perkembangan kepribadian pada tokoh Amelia akan terlihat spesifik, yakni peralihan sikap Amelia yang semula labil menjadi lebih dewasa. Penelitian terdahulu terkait kajian psikologi sastra adalah skripsi Fathol Arifin (2013) yang berjudul Perkembangan Kejiwaan Tokoh Utama Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan skripsi Luky Setia Widianti dengan judul Psikologis Tokoh Utama Dalam Novel Mudzakkirat Thabhibah Karya Nawal As- Sa dawiy tahun Penelitian terkait sastra anak terdapat dalam beberapa jurnal nasional, seperti penelitian yang dilakukan oleh Sugiarti (2013) yang berjudul Kajian Sastra Anak Kecil-Kecil Punya Karya The Evergreen Karya Nisrina Hanifah Dalam Perspektif Pendidikan Karakter. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mendeskripsikan pertahanan diri tokoh Amelia dalam novel Amelia karya Tere Liye dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Pertahanan diri tokoh Amelia didasarkan pada tiga faktor, yaitu (1) kemunculan konflik pada tokoh Amelia, (2) kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia, dan (3) kemunculan pertahanan diri pada tokoh Amelia. 2

3 METODE Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud sebagai teori pendukung untuk menganalisis pertahanan diri tokoh Amelia dalam novel Amelia karya Tere Liye. Penelitian kualitatif merupakan penelitian khusus objek yang tidak dapat diteliti secara statistik atau cara kualifikasi (Almanshur dan Ghony, 2012:13). Penelitian kualitatif dalam penelitian ini akan menghasilkan paparan data deskriptif secara tertulis tentang pertahanan diri tokoh utama anak, Amelia dalam menghadapi konflik dan kecemasan yang muncul. Data dalam penelitian ini adalah paparan bahasa yang berupa monolog, dialog, dan monolog yang membentuk unit-unit tekstual novel Amelia. Paparan bahasa yang ditunjukkan oleh ketiga data tersebut berupa deskripsi atau gambaran yang dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang telah dirancang, yaitu kemunculan konflik, kecemasan, dan pertahanan diri tokoh Amelia. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel anak berjudul Amelia. Novel ini merupakan bagian dari tetralogi Serial Anak-Anak Mamak karya Tere Liye. Novel Amelia yang digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah novel Amelia cetakan ketiga yang diterbitkan oleh Republika pada tahun Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan studi dokumentasi. Data yang didapatkan melalui proses studi dokumentasi, meliputi kutipan dalam bentuk dialog, monolog, dan narasi yang menunjukkan kemunculan konflik, kecemasan, dan pertahanan diri pada tokoh Amelia. Secara spesifik, pengumpulan data terdiri dari tiga tahap. Pertama, membaca secara intensif novel Amelia karya Tere Liye. Kedua, mengidentifikasi satuan-satuan teks novel Amelia berupa monolog, dialog, dan narasi yang menggambarkan kemunculan konflik dalam novel Amelia, kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia, dan kemunculan pertahanan diri pada tokoh Amelia. Ketiga, melakukan kodifikasi. Kodifikasi dilakukan dengan memberi kode berupa angka dan huruf untuk memudahkan pengklasifikasian data berdasarkan rumusan masalah. Keempat, melakukan klasifikasi. Klasifikasi data dilakukan dengan mengelompokkan temuan data berupa 3

4 paparan verbal dalam novel yang berbentuk kutipan-kutipan yang relevan untuk menjawab rumusan masalah. Pada tahap analisis data, terdapat tiga proses yang dilakukan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Tahap pengecekan keabsahan dilakukan dengan meningkatkan ketekunan, membaca beberapa referensi dari berbagai buku, berdiskusi dengan para ahli sastra anak, dan berdiskusi tentang psikologi anak. HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisis data dalam novel Amelia, perkembangan diri tokoh Amelia didasarkan oleh (1) kemunculan konflik pada tokoh Amelia, (2) kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia, dan (3) kemunculan pertahanan diri pada tokoh Amelia. Kemunculan Konflik pada Tokoh Amelia Berdasarkan analisis data dalam novel Amelia, kemunculan konflik terjadi baik secara internal dan eksternal. Pertama, konflik internal terjadi dalam batin tokoh Amelia yang melibatkan pertentangan antara id, ego, dan superego. Pertentangan antara id, ego, dan superego pada akhirnya membentuk kedewasaan dalam diri Amelia. Tokoh Amelia mengalami perubahan kepribadian menjadi lebih baik. Hal ini tidak terlepas dari peran superego yang semakin menunjukkan peran dan kuasanya terhadap diri Amelia. Kedua, konflik eksternal terjadi akibat perselisihan antara Amelia dengan saudara kandung, teman sepermainan, dan masyarakat kampung. Konflik eksternal memiliki derajat yang berbeda sesuai dengan dampak psikis yang dirasakan tokoh Amelia. Hal ini dipengaruhi oleh intensitas komunikasi yang terjalin antara tokoh Amelia dengan tokoh lain dalam novel. Intensitas komunikasi yang erat akan mempengaruhi besarnya dampak kemunculan konflik tersebut terhadap kondisi psikis tokoh Amelia. Kemunculan Kecemasan pada Tokoh Amelia Berdasarkan analisis data dalam novel Amelia, kemunculan kecemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) kecemasan neurotik, (2) kecemasan realitas, dan (3) kecemasan moral. Kemunculan kecemasan juga memiliki derajat yang berbeda 4

5 bergantung pada intensitas hadirnya kecemasan dan dampak kecemasan tersebut terhadap perubahan sikap tokoh Amelia. Kemunculan Pertahanan Diri pada Tokoh Amelia Berdasarkan analisis data dalam novel Amelia, kemunculan pertahanan diri terdiri dari 8 jenis pertahanan diri, yaitu (1) represi, (2) projeksi, (3) pembentukan reaksi, (4) pemindahan objek, (5) regresi, (6) rasionalisasi, (7) sublimasi, dan (8) identifikasi. Dalam hal ini, bentuk pertahanan diri fiksasi tidak dilakukan oleh tokoh Amelia karena dalam novel, Tere Liye membangun karakter Amelia sebagai anak yang tidak mudah menyerah dalam mewujudkan impiannya membangun desa. Hal ini dibuktikan dengan kepulangan Amelia ke desa setelah dirinya menamatkan pendidikan di luar negeri. PEMBAHASAN Kemunculan Konflik pada Tokoh Amelia Kemunculan konflik dan jiwa manusia saling mempengaruhi. Konflik mampu memberikan tekanan secara psikis dalam diri setiap individu. Dalam novel Amelia, konflik yang harus dihadapi Amelia adalah konflik internal dan konflik eksternal. Pertama, kemunculan konflik internal. Konflik internal terjadi dalam batin tokoh Amelia yang melibatkan pertentangan antara id, ego, dan superego. Id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle). Maksudnya, id bertujuan memuaskan hasratnya dengan itu mengurangi ketegangan dalam diri (Friedman dan Schustack, 2011:76). Impuls id yang muncul dalam diri manusia selalu menuntut untuk dipuaskan. Dalam hal ini, ego memiliki peran besar dalam memuaskan dorongan id tersebut. Ego merupakan sistem kepribadian yang rasional dan berorientasi pada prinsip realitas (reality priciples). Dengan menggunakan prinsip realitas, ego berusaha memuaskan dorongan id dengan memberikan pertimbangan yang rasional. Upaya ego memuaskan dorongan id dilakukan melalui proses sekunder. Melalui proses sekunder, ego merencanakan cara untuk memuaskan dorongan dan menguji rencana tersebut (Hidayat, 2011:28). Proses sekunder dalam hal ini 5

6 dilakukan pula oleh Amelia sebagai representasi peran ego untuk memuaskan impuls id. Ketika impuls id didukung sepenuhnya oleh ego tanpa mempertimbangkan aspek moral yang menunjukkan tindakan baik dan buruk maka peran superego muncul untuk menentang dorongan id yang bersifat instingtif dan primitif. Superego erat kaitannya dengan hati nurani. Hati nurani yang bersih mencerminkan posisi superego yang kuat dalam struktur kepribadian manusia. Dalam novel Amelia, peran superego tampak saat tokoh Amelia mengalami perasaan bersalah dan cemas akibat perbuatannya Di awal cerita dalam novel Amelia, dominasi id sangat kuat sehingga peran ego dalam diri Amelia cenderung berpihak pada pemuasan impuls id. Hal ini menjadi penyebab dari sikap Amelia yang terlihat selalu melakukan perlawanan kepada semua orang yang bertentangan dengan dirinya. Pertentangan antara id, ego, dan superego pada akhirnya membentuk kedewasaan dalam diri Amelia. Tokoh Amelia mengalami perubahan kepribadian menjadi lebih baik. Hal ini tidak terlepas dari peran superego yang semakin menunjukkan peran dan kuasanya terhadap diri Amelia. Berikut skema yang menunjukkan perkembangan kepribadian Amelia berdasarkan konflik internal yang dihadapinya. Id Superego Superego Ego Id Ego Skema tersebut memperlihatkan perkembangan kepribadian pada tokoh Amelia yang semula cenderung didominasi oleh impuls id kemudian mengalami perubahan hingga peran superego mampu mengontrol kemunculan impuls id dan dorongan ego dalam diri Amelia. Pembentukan superego dalam diri Amelia dipicu oleh beberapa, antara lain peran orang tua dan nasehat dari guru mengaji Amelia, 6

7 yaitu Nek Kiba. Nilai-nilai kebaikan yang tokoh Amelia dapatkan dari kedua orang tua dan gurunya menjadi salah satu faktor terbentuknya superego yang kuat dalam diri Amelia. Dominasi peran superego yang baik dalam diri Amelia akan membentuk kepribadian tokoh Amelia menjadi lebih dewasa dan bijaksana ketika menghadapi masalah. Kedua, kemunculan konflik eksternal. Dalam novel Amelia terjadi konflik eksternal yang melibatkan perselisihan yang terjadi antara Amelia dengan saudara kandung, teman sepermainan, dan masyarakat kampung. Berikut skema yang menunjukkan derajat konflik ekternal dalam kehidupan Amelia berdasarkan pengaruh terkuat terhadap kondisi jiwa tokoh Amelia Dalam novel Amelia, konflik eksternal tokoh Amelia dengan saudara kandung memiliki derajat konflik paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh posisi Amelia sebagai anak bungsu kerap mendapat perlakuan berbeda dari ketiga saudaranya, yaitu Kak Eli, Kak Pukat, dan Kak Burlian. Jika berhadapan dengan Kak Eli, perselisihan yang terjadi dipicu oleh sikap Amelia yang cenderung lalai dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Eliana sebagai Kakak sulung yang memiliki kekuasan tinggi jika dibandingkan dengan adik-adiknya yang lain, terutama dengan si bungsu Amelia. Dalam keluarga, anak sulung adalah wakil orang tua. Mereka bertanggung jawab atas adik-adiknya. Menurut Steelman dan Koch dalam Lestari (2012) pada masa kanakkanak pola hubungan dengan sibling diperngaruhi oleh empat karakteristik, yaitu: jumlah saudara, urutan kelahiran, jarak kelahiran, dan jenis kelamin. Karakteristik- 7

8 karakteristik tersebut adalah faktor pendorong terjadinya konflik antar saudara dalam keluarga. Selain terlibat pertengkaran dengan Kak Eli, Amelia tidak jarang mendapat ejekan dari kedua Kakak laki-lakinya, yaitu Kak Pukat dan Kak Burlian. Tidak jarang keduanya menyudutkan Amelia sebagai anak yang manja, lemah, dan bergantung pada orang tua. Konflik eksternal juga dihadapi tokoh Amelia dengan salah seorang teman sekelasnya, Chuck Norris. Chuck Norris dikenal sebagai anak yang berwatak keras kepala dan sering membuat keributan di sekolah. Pada pertengahan kisah dalam novel Amelia, konflik eksternal terjadi antara Amelia dengan sebagian besar penduduk kampung yang menyangsikan usaha Amelia serta kawan-kawannya dalam proyek penyemaian biji kopi unggulan. Orang dewasa cenderung tidak terbuka dengan ide yang disampaikan oleh seorang anak. Hal ini sejalan dengan pendapat Hawadi (2001:31) sikap masyarakat yang kurang mendukung sikap kreatif anak dan kurang memberikan penghargaan pada usahausaha kreativitas juga merupakan hal yang menghambat munculnya kreativitas pada anak. Derajat konflik eksternal yang terjadi antara tokoh Amelia dengan tokoh lain dalam novel memiliki perbedaan yang signifikan. Selain dipengaruhi oleh intensitas komunikasi, perbedaan peran tokoh dalam lingkungan keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat juga memberikan pengaruh terhadap derajat konflik eksternal dalam novel Amelia. Pertama, konflik antara Amelia dan saudaranya disebabkan oleh peran kakak sulung, sebagai wakil orang tua di dalam rumah memicu perselisihan yang kerap terjadi antara Amelia dan Kak Eli akibat perbedaan kekuasaan antara anak sulung dan anak bungsu. Kedua, lingkungan pertemanan. Konflik antara Amelia dan Norris dipicu oleh peran Norris sebagai tokoh fiksi dalam novel yang memiliki perangai buruk atau antagonis berhadapan dengan Amelia yang digambarkan sebagai anak baik atau protagonis. Ketiga, konflik Amelia dengan masyarakat dipicu oleh beberapa penduduk kampung yang berperan sebagai penentang atas impian Amelia untuk memperbaiki sistem pertanian di desa yang dinilai kuno. 8

9 Kemunculan Kecemasan pada Tokoh Amelia Kecemasan adalah reaksi psikis yang dirasakan manusia akibat konflik yang terjadi dalam kehidupannya. Dalam teori psikoanalisis Sigmund Freund, kecemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu kecemasan neurotik, kecemasan realistis, dan kecemasan moral. Kecemasan yang muncul dalam novel Amelia, meliputi kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral. Pertama, kemunculan kecemasan neurotik. Kecemasan neurotik adalah respon terhadap letusan yang mengancam dari dorongan id ke dalam kesadaran. Kecemasan ini berkembang berdasarkan pengalaman masa anak yang terkait dengan hukuman atau ancaman dari orang tua (Yusuf dan Nurihsan, 2008:52). Kecemasan neurotik tidak hanya berupa ketakutan pada hukuman dari orang tua melainkan pula figur lain dalam keluarga yang memiliki kekuasaan lebih, seperti figur Kakak sulung sebagai wakil orang tua yang memiliki tanggung jawab dan kehendak untuk mengatur. Pada pertengahan cerita dalam novel Amelia, tokoh Amelia terlibat pertikaian hebat dengan Kakak sulungnya, Kak Eli. Perselisihan tersebut terjadi karena Amelia dengan sengaja menggosok sepatunya dengan menggunakan sikap gigi milik Kak Eli. Peristiwa tersebut pada akhirnya memicu kemarahana Kak Eli dan terjadilah pertengkaran antara mereka berdua. Pada dasarnya rasa takut tersebut bersifat maya atau khayalan. Artinya kecemasan neurotik mendorong seseorang merasa khawatir pada hukuman yang belum tentu dia dapatkan. Hal ini berkaitan dengan pengalaman masa lalu dan doktrin yang melekat dalam ingatan bahwa kesalahan akan berujung pemerolehan hukuman. Hal ini sejalan dengan pendapat Alwisol (2014:23) yang menjelaskan bahwa hukuman dan figur pemberi hukuman dalam kecemasan neurotik bersifat khayalan. Kecemasan timbul karena orang itu pernah melakukan hal sama sewaktu masih anakanak dan mendapat hukuman (realistik) yang dicemaskannya. 9

10 Kedua, kemunculan kecemasan realitas. Kecemasan realitas adalah reaksi psikis berupa rasa takut yang terjadi akibat munculnya ancaman yang membahayakan. Kecemasan realitas tidak hanya memberikan perasaan takut dan khawatir yang menimbulkan perasaan tidak nyaman melainkan ada dampak positif dari munculnya kecemasan realitas yaitu memberikan kewaspadaan dalam diri individu terhadap ancaman dari luar. Selain ketakutan yang muncul akibat ancaman dari objek yang mengundang bahaya, kecemasan realitas dapat dipicu pula oleh perasaan khawatir yang dirasakan individu terhadap hal-hal baru dalam hidupnya yang sebelumnya tidak pernah dilakukan. Sesuatu yang baru tidak selamanya memberikan pengalaman baik kadangkala justru memberikan tekanan. Hal demikian tersebut dialami Amelia saat dirinya harus berhadapan dengan tradisi kampung yang menjadikan anak bungsu sebagai penjaga rumah. Kecemasan realitas terjadi pula saat Amelia untuk pertama kalinya berbicara dalam pertemuan besar di Balai Kampung. Kecemasan realitas berkaitan erat dengan konflik yang terjadi antara ego dan dunia luar (external world). Ketika ego Amelia menginginkan dirinya mengejar mimpi bersekolah tinggi dan membangun desa menjadi lebih maju, di saat itulah tradisi kampung dan pertentangan dari penduduk kampung menjadi penghalang. Dalam novel Amelia, kecemasan realitas terjadi ketika tokoh Amelia terlibat konflik eksternal dengan keluarga dan masyarakat. Ketika Amelia merasa terganggu pada hal-hal eksternal di luar dirinya yang mampu mengancam aspek-aspek tertentu dalam hidupnya, maka hal tersebut mampu memicu kecemasan realitas dalam diri Amelia, seperti ketika mimpi dan impian Amelia bertentangan oleh tradisi kampung atau mendapat penolakan dari sebagian besar masyarakat. Ketiga, kemunculan kecemasan moral. Kecemasan moral terjadi saat individu memuaskan insting dengan caranya sendiri kemudian mendapat pertentangan dari superego. Kecemasan moral hadir saat individu merasa khawatir akibat kesalahan yang dibuatnya. Kecemasan moral yang dirasakan individu menjadi pertanda peran superego masih kuat dalam seseorang. 10

11 Dalam novel Amelia, kecemasan moral sering dirasakan Amelia ketika dirinya menghadapi konflik eksternal dengan saudara, teman sepermainan, dan masyarakat kampung. Kecemasan moral erat kaitannya dengan peran superego dalam struktur kepribadian manusia. Superego yang memicu kemunculan kecemasan moral. Ketika seseorang melakukan kesalahan, superego bereaksi dengan memberikan rasa bersalah dalam diri orang tersebut. Kemunculan kecemasan dalam tokoh Amelia sesungguhnya memiliki derajat yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas konflik yang terjadi baik secara internal maupun eksternal. Berikut derajat kecemasan yang paling sering dialami Amelia hingga kecemasan yang minim dirasakan Amelia. Gambar 4.3 Derajat Kecemasan pada Tokoh Amelia Skema di atas menggambarkan derajat kecemasan yang dialami tokoh Amelia ketika menghadapi konflik dalam kehidupannya. Pertama, kecemasan moral mendominasi kondisi psikis Amelia. Kecemasan moral mampu memicu timbulnya perasaan bersalah yang dirasakan tokoh Amelia ketika dia melakukan kesalahan. Hal ini disebabkan karena kecemasan moral merupakan representasi konflik antara id dan superego. Kecemasan moral ini terjadi hampir di setiap konflik eksternal antara Amelia dengan saudara, teman sepermainan, dan masyarakat. Dominasi kecemasan moral yang dirasakan Amelia menandakan bahwa peran superego sebagai rambu norma dalam diri Amelia berfungsi dengan baik. Nilai moral dan agama yang Amelia dapatkan dari orang tua dan guru mengajinya, Nek Kiba mampu menjadi pengingat 11

12 bagi dirinya untuk menyadari setiap kesalahan yang diperbuatnya. Umumnya, nasihat yang disampaikan oleh orang tua atau orang lain yang memiliki kedudukan untuk dihormati, seperti seorang nenek mampu memberikan dampak yang berarti pada seseorang. Nenek begitu dihormati karena dianggap sebagai sesepuh yang memiliki banyak wawasan dan pengalaman hidup. Selain itu, faktor agama sangat memengaruhi kekuatan superego dalam diri Amelia. Agama merupakan media untuk meningkatkan kontrol superego dalam diri individu. Seseorang yang memiliki pemahaman agama yang baik dapat dipastikan hati nuraninya akan bekerja ketika dia melakukan kesalahan. Hal ini terjadi pula dalam diri Amelia. Keusilan Amelia terhadap Kak Eli pada akhirnya memunculkan kecemasan dan rasa bersalah. Hal ini membuktikan bahwa faktor agama mampu menggugah hati nurani seseorang untuk mengenal dosa. Perasaan berdosa tersebut yang memunculkan kecemasan dan rasa bersalah Amelia kepada Kak Eli. Kecemasan moral menjadi salah satu faktor pendukung perkembangan moral dan etika tokoh Amelia terhadap lingkungan eksternal di luar dirinya, seperti keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat. Kedua, kecemasan realitas. Kecemasan realitas memiliki dampak yang lebih ringan jika dibandingkan dengan kecemasan moral yang dirasakan Amelia. Hal ini dipengaruhi kompleksitas konflik yang lebih ringan. Kecemasan realitas merupakan cermin konflik internal antara ego dan dunia luar (external world). Representasi kecemasan realitas terlihat saat Amelia merasa takut dengan halhal baru dalam hidupnya, seperti ketakutannya pada binatang buas, ketegangan Amelia saat pertama kali berbicara pada pertemuan di Balai Kampung, dan kekhawatiran Amelia tentang tradisi kampung yang membatasinya meraih mimpi. Kecemasan realitas muncul saat Amelia menghadapi konflik ekternal dalam dua ranah, yaitu keluarga dan masyarakat. Oleh sebab itu, kompleksitas masalah yang ditimbulkan tidak serumit kecemasan moral yang terjadi hampir disetiap konflik eksternal yang Amelia hadapi, yang meliputi keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat. 12

13 Dampak dari kecemasan realitas hanya terbatas pada tokoh Amelia saja. Kecemasan realitas tidak sepenuhnya berdampak pada perubahan sikap Amelia terhadap tokoh lain dalam novel. Sebaliknya, kecemasan realitas hanya mampu meningkatkan kewaspadaan diri Amelia terhadap situasi yang membahayakan serta memicu tumbuhnya rasa percaya diri ketika menghadapi hak-hal baru dalam kehidupannya. Ketiga, kecemasan neurotik. Kecemasan neurotik merupakan kecemasan yang paling ringan dirasakan Amelia. Kecemasan neurotik merupakan cerminan konflik antara id dan ego. Umumnya kecemasan neurotik dialami Amelia ketika menghadapi persesihan dengan ketiga saudaranya. Walaupun konflik eksternal dalam keluarga memiliki derajat konflik yang tinggi namun kecemasan neurotik hanya terjadi dalam ranah keluarga saja. Kecemasan neurotik umumnya hanya memicu munculnya perasaan takut dalam diri Amelia terhadap hukuman dari orang tua apabila dia melakukan kesalahan. Kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia memicu terjadinya perkembangan kepribadian yang membuat Amelia semakin dewasa dalam menyikapi setiap kesalahan yang diperbuatnya. Pada dasarnya kecemasan muncul ketika individu merasa takut dan khawatir atas kesalahan yang diperbuatnya. Hal ini menandakan bahwa kecemasan merupakan representasi peran superego dalam diri seseorang. Pada tokoh Amelia kemunculan kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral menjadi faktor pendorong pembentukan kepribadian Amelia yang semakin dewasa. Kecemasan neurotik membuat tokoh Amelia semakin menahan diri untuk menghindari kesalahan yang dia lakukan di dalam rumah. Kecemasan neurotik membuat Amelia bijaksana untuk memikirkan dampak buruk atau hukuman yang akan didapatkannya jika dia tetap keras kepala memuaskan impuls id dan dorongan egonya. Kecemasan realitas membantu perkembangan pembentukan kepribadian tokoh Amelia yang semula penakut menjadi anak yang lebih berani. Hal ini ditandai dengan keberanian Amelia untuk berpetualang ke hutan bersama Paman Unus untuk 13

14 melihat beruang madu yang dikenal sebagai hewan buas, keberanian Amelia untuk berbicara di depan umum saat pertemuan besar di Balai Kampung, dan kekuatan hati Amelia untuk mengejar mimpinya bersekolah hingga ke luar negeri. Kecemasan moral juga memberikan kontribusi dalam membentuk kepribadian Amelia menjadi anak yang baik. Kemunculan kecemasan moral mendorong tokoh Amelia untuk menyadari setiap kesalahan yang dia lakukan, seperti kesalahannya pada Kak Eli, Chuck Norris, dan beberapa masyarakat kampung. Hal ini membuktikan bahwa kecemasan moral mampu membentuk kepribadian Amelia menjadi anak yang dapat dengan bijak menyadari setiap kesalahan yang diperbuatnya. Berdasarkan paparan di atas, kemunculan kecemasan pada tokoh Amelia mampu memengaruhi dinamika perkembangan kepribadian Amelia menjadi anak yang baik. Hal ini disebabkan karena kecemasan muncul akibat kekuatan superego yang berperan baik dalam diri Amelia. Kecemasan tersebut mampu membimbing tokoh Amelia untuk menyadari setiap kesalahan dan kelemahannya untuk kemudian secara bertahap Amelia mampu bijaksana menyikapi setiap peristiwa dalam kehidupnya. Kemunculan Pertahanan Diri pada Tokoh Amelia Pada dasarnya pertahanan diri erat kaintannya dengan derajat konflik dan kemunculan kecemasan yang berdampak pada kondisi psikis Amelia. Derajat konflik dan kecemasan yang semakin tinggi akan memicu ragam pertahanan diri yang dilakukan. Berikut skema yang menunjukkan ragam pertahanan diri terhadap konflik dan kecemasan yang dialami tokoh Amelia dalam novel Amelia karya Tere Liye. 14

15 4.4 Pertahanan Diri Tokoh Amelia terhadap Konflik dan Kecemasan Skema di atas menunjukkan bahwa pertahanan diri berhubungan erat dengan kompleksitas konflik dan kecemasan yang muncul dalam kehidupan Amelia. Konflik yang terjadi antara tokoh Amelia dengan tokoh lain dalam novel dipengaruhi pula oleh peran masing-masing tokoh fiksi yang berbeda. Perselisihan dalam keluarga Amelia yang melibatkan pertengkaran Amelia dengan ketiga saudaranya. Perbedaan peran antara anak sulung dan anak bungsu yang berkaitan dengan tingkat kekuasaan dalam rumah mempengaruhi perselisihan yang terjadi antara Amelia dan Kak Eli. Konflik Amelia dengan Kak Pukat dan Kak Burlian dipengaruhi oleh peran kedua kakak laki-laki Amelia sebagai tokoh fiksi yang memiliki perangai buruk atau antagonis. Konflik Amelia dengan ketiga saudaranya memiliki derajat konflik yang tinggi sehingga memicu timbulnya kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral. Faktor inilah yang menyebabkan Amelia melakukan 8 jenis pertahanan diri yang meliputi: projeksi, pembentukan reaksi, pemindahan objek, regresi, rasionalisasi, sublimasi, dan identifikasi. 15

16 Konflik Amelia dengan teman sepermainannya, Chuck Norris termasuk dalam derajat konflik sedang sehingga kecemasan yang muncul hanyalah kecemasan moral yang memicu rasa bersalah dalam diri Amelia sesaat setelah pertengkaran keduanya terjadi. Dalam novel Amelia, Norris adalah berperan sebagai tokoh antagonis yang selalu terlibat pertentangan dengan Amelia sebagai tokoh protagonis. Dalam menghadapi konfliknya dengan Norris, Amelia menggunakan 3 jenis pertahanan diri, yaitu represi, pembentukan reaksi, dan sublimasi. Konflik eksternal Amelia dengan masyarakat tergolong jenis konflik rendah. Hal ini disebabkan intensitas komunikasi antara Amelia dan masyarakat tidak seintim komunikasi dalam keluarga dan teman sebaya. Konflik antara Amelia dan masyarakat disebabkan oleh sikap beberapa penduduk yang berperan sebagai penentang atas impian Amelia untuk membangun desa. Oleh sebab itu kecemasan yang muncul hanyalah kecemasan moral. Dalam menghadapi konfliknya dengan masyarakat, Amelia melakukan 2 jenis pertahanan diri, yaitu rasionalisasi dan pembentukan reaksi. Derajat konflik mampu mempengaruhi bentuk pertahanan diri dalam diri Amelia. Derajat konflik dan kemunculan kecemasan yang semakin tinggi mengakibatkan banyaknya jumlah pertahanan diri yang dilakukan tokoh Amelia untuk mereduksi ketegangan dan masalah yang tengah dihadapinya. Selain itu, perbedaan peran masing-masing tokoh dalam lingkungan keluarga, teman sepermaian, dan masyarakat memberikan pengaruh terhadap ragam pertahanan diri yang dilakukan Amelia. Perbedaan peran pada tokoh fiksi yang memiliki sifat antagonis dan protagonis turut memicu terjadinya konflik, kecemasan, dan pertahanan diri yang dilakukan tokoh Amelia. 16

17 PENUTUP Kesimpulan Bertolak dari temuan penelitian dan pembahasan, hasil dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Kemunculan konflik pada tokoh Amelia terjadi secara internal dan eksternal. Kemunculan konflik internal pada tokoh Amelia dipicu oleh pententangan antara id, ego, dan superego. Konflik internal yang terjadi dalam diri Amelia memicu proses pendewasaan diri tokoh Amelia. Konflik eksternal dalam novel Amelia melibatkan perselisihan yang terjadi antara tokoh Amelia dengan keluarga, teman sepermainan, dan masyarakat, b) Kecemasan yang muncul dala novel Amelia, meliputi kecemasan neurotik, kecemasan realitas, dan kecemasan moral. Kemunculan kecemasan juga memiliki derajat yang berbeda bergantung pada intensitas hadirnya kecemasan dan dampak kecemasan tersebut terhadap perubahan sikap tokoh Amelia, dan c) Dalam novel Amelia, tokoh Amelia melakukan 8 jenis bentuk pertahanan diri yang meliputi represi, projeksi, pembentukan reaksi, pemindahan objek, regresi, rasionalisasi, sublimasi, dan identifikasi. Dalam hal ini, tokoh Amelia tidak menunjukkan bentuk pertahanan diri fiksasi. Pertahanan diri terjadi didasarkan pada derajat konflik dan kecemasan. Pengaruh derajat konflik dan kecemasan yang tinggi akan memicu ragam pertahanan diri yang dilakukan tokoh Amelia. Berdasarkan teori psikoanalisis, kemunculan konflik, kecemasan, dan pertahanan diri pada tokoh Amelia memiliki derajat dan wujud yang berbeda dengan orang dewasa. Tokoh Amelia sebagai seorang anak mengalami proses pendewasaan diri melalui berbagai konflik dan kecemasan yang sesuai dengan kemampuan usianya. Hal ini berpengaruh pula pada wujud atau bentuk pertahanan diri sebagai upaya Amelia untuk bertahan dan menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan. 17

18 Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka saran saran diajukan kepada enam pihak, yaitu: a) disarankan kepada peneliti sastra anak untuk menguji dan menambahkan temuan lain yang didapatkannya sebagai proses perbaikan hasil dalam penelitian ini, b) disarankan kepada pemerhati anak untuk mendampingi anak ketika mengajarkan nilai moral dan etika supaya perkembangan superego dalam diri anak menjadi semakin baik c) disarankan kepada penulis sastra anak untuk membuat karya sastra anak yang sesuai dengan perkembangan psikologi anak, d) disarankan kepada guru Sekolah Dasar untuk tidak hanya berfokus pada proses belajar dan mengajar yang baik, melainkan guru perlu memberi contoh nilai budi pekerti kepada siswa, e) disarankan kepada guru Bimbingan Konseling untuk memberikan ruang kepada anak berkonsultasi terkait masalah anak sehingga guru dapat memberikan saran kepada siswa yang bermasalah, dan f) disarankan kepada orang tua untuk membangun hubungan harmonis dalam keluarga sehingga anak merasa nyaman di dalam rumah. DAFTAR RUJUKAN Almanshur, Fauzan & Ghony, Djunaidi Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz media. Alwisol Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Friedman, Howard S dan Schustack, Miriam W Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh: Fransiska Dian Ikarini, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hawadi, Reni Akbar Psikologi Perkembangan Anak Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT. Grasindo. Hidayat, Dede Rahmat Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Lestari, Sri Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam keluarga Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Sarumpaet, Riris KT Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. 18

19 Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Karya. 19

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan

Bab 2. Landasan Teori. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Penokohan Penokohan merupakan satu bagian penting dalam membangun sebuah cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud

Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Modul ke: Psikologi Kepribadian I Sejarah Psikoanalisa Dasar & Teori Sigmund Freud Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar Manusia Pandangan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan

BAB I PENDAHULUAN. Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik terjadi acap kali dimulai dari persoalan kejiwaan. Persoalan kejiwaan itu terjadi karena tidak terkendalinya emosi dan perasaan dalam diri. Tidak

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. situ, acap kali sebuah novel merupakan hasil endapan pengalaman pengarang. yang sarat dengan perenungan akan kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel sebagai sebuah entitas karya sastra berusaha mengisahkan sesuatu melalui tokoh-tokoh rekaan yang ada dalam sebuah cerita. Tidak hanya sampai di situ,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Kesusastraan Pertanyaan mengenai apa itu sastra selama ini belum juga mendapatkan jawaban yang memuaskan sehingga banyak sastrawan yang mencoba membuat batasan-batasan mengenai

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Rashomon karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Rashomon hasil karya Akutagawa Ryunosuke pertama kali dipublikasikan di majalah sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

TUGAS MENGULAS NOVEL

TUGAS MENGULAS NOVEL TUGAS MENGULAS NOVEL Disusun oleh : Nama : Naily Malichah No Absen : 16 Kelas Mapel : 8D : Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Salaman Tahun Pelajaran 2014/2015 Ulasan Novel Amelia 1. Identitas Novel a. Judul

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya

Bab 5. Ringkasan. Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Bab 5 Ringkasan Dalam skripsi ini penulis menganalisis sebuah cerita pendek Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Cerpen Kappa hasil karya Akutagawa Ryunosuke selesai ditulis pada tanggal 11 Februari 1927.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia memiliki banyak realita yang mempengaruhi kehidupan itu sendiri. Peristiwa atau kejadian yang ada dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan tekanan

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat

Bab 4. Simpulan dan Saran. Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Dalam skripsi ini saya menganalisis mengenai masalah psikologis yang terdapat pada tokoh utama Pasien 23 dalam cerpen Kappa karya Akutagawa Ryunosuke. Akutagawa Ryunosuke

Lebih terperinci

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu Oleh: Esa Putri Yohana 1 Abstrak Skripsi ini berjudul Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif manusia dalam kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra seni kreatif menggunakan

Lebih terperinci

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek MODEL TERAPI KONSELING Teori dan Praktek Ragam model terapi konseling Terapi Psikoanalitik / Freud, Jung, Adler Terapi Eksistensial humanistik / May, Maslow, Frank Jourard Terapi Client-Centered / Carl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Ada empatkonsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu pergolakan jiwa,tokoh utama, kecemasan, dan struktur kepribadian. 2.1.1 Pergolakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI

PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI PENDEKATAN- PENDEKATAN/ALIRAN DALAM PSIKOLOGI Pendekatan Psikoanalisa Tokoh : Sigmund Freud Lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Wafat di London, 23 September 1939 Buku : The Interpretation of Dreams (1900) Tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yang dikembangkan di Jepang pada akhir abad ke 19. Istilah manga dalam Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manga ( 漫画 ) merupakan komik yang dibuat di Jepang. Kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang, sesuai dengan gaya yang dikembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Aji Budi Santosa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Kesusastraan Menurut Nurgiyantoro dan Putu Wijaya Sastra adalah suatu wadah untuk menyampaikan model kehidupan yang di idealkan dan ditampilkan dalam cerita lewat para tokoh,

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI PENDEKATAN PSIKOANALISIS SIGMUND FREUD SKRIPSI OLEH Joko Saputra 080701037 DEPARTEMEN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Kesusastraan Jepang merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Kehidupan dalam karya sastra dapat diperindah, diejek, atau digambarkan bertolak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan produk pengarang yang bermediakan bahasa dan imajinasi. Karya sastra merupakan cerminan pemikiran, perasaan, kepribadian, dan pengalaman hidup

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: M. Khayatul Khikam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN JANGAN PISAHKAN KAMI KARYA DAMIEN DEMATRA

ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN JANGAN PISAHKAN KAMI KARYA DAMIEN DEMATRA ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN JANGAN PISAHKAN KAMI KARYA DAMIEN DEMATRA Iin Sulistianingtias Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu institusi budaya yang mempengaruhi dan dipengaruhi kenyataan sosial. Seorang seniman atau pengarang akan melibatkan sebuah emosi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini.

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dalam penelitian ini melibatkan beberapa konsep seperti berikut ini. 2.1.1 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya

BAB I PENDAHULUAN. adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya tulis, namun yang lebih penting dari tulisan tersebut adalah hal-hal yang terkandung dalam tulisan tersebut. Keindahan dalam karya sastra bukan

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL NEGERI PARA BEDEBAH KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Siti Fatimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada

BAB II KAJIAN TEORI. Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Konflik dalam Karya Sastra Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah fenomena kemanusiaan yang kompleks, ibarat memasuki hutan makin ke dalam makin lebat dan belantara, ada peristiwa suka dan duka, dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kegelisahan adalah perasaan gelisah; kekhawatiran; kecemasan. Konsep kegelisahan jiwa dalam penelitian ini berupa kecemasan neurosis tokoh.

Lebih terperinci

KAJIAN UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMA NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DENGAN PSIKOANALISIS DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS X

KAJIAN UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMA NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DENGAN PSIKOANALISIS DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS X KAJIAN UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMA NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DENGAN PSIKOANALISIS DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS X Oleh : Yomi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yomiemoenjuve@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Seperti beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang dalam

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Psikoanalisa PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Psikoanalisa Sigmund Freud 3 sumber utama yang mempengaruhi gerakan Psikonalisa: 1. Ketidaksadaran Mental events mulai dari yang sama sekali tidak disadari sampai yang jelas disadari.

Lebih terperinci

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 137 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Konsep mimpi Sigmund Freud. Mimpi adalah produk psikis yang dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis. Dengan menganalisis mimpi maka dapat mengetahui

Lebih terperinci

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NOVEL 3 WALI 1 BIDADARI LELAKI PILIHAN ABAH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA DAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Lisnawati Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak, dalam melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA TOKOH-TOKOH NOVEL BIOLA PASIR DARI MASA LALU KARYA D.K. SUMIRTA Ni Komang Dewi Anggraeni email: dewianggraeni081292@gmail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sesuai dengan rumusan masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, dalam novel Dan Hujan pun Berhenti terdapat

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Wiwid Widiyanto Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia adalah kecemasan neurotik. yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar.

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia adalah kecemasan neurotik. yang sudah beroperasi sebelum bayi berhubungan dengan dunia luar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra muncul sebagai pengungkapan apa yang telah dialami dan dilihat oleh pengarang. Oleh karena itu, karya sastra dianggap sebagai hasil aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA IBU BEKERJA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DALAM USAHA MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF

MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA IBU BEKERJA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DALAM USAHA MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF MEKANISME PERTAHANAN EGO PADA IBU BEKERJA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DALAM USAHA MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF Lea Triastuti Hanjayani Putri dan Margaretha Sih Setija Utami Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:588), konsep didefinisikan sebagai ling gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah ungkapan jiwa.sastra merupakan wakil jiwa melalui bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial.

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan, karena dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan, karena dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai mediumnya (Semi, 1993:8). Novel dan cerita pendek (disingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 1993:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang melalui daya imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang diciptakan oleh pengarang. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar pengarang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep. 1. Pengertian Novel. Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan realitas sosial (semua menyangkut aspek kehidupan manusia) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya, perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah sebuah cermin dari realitas sosial. Permasalahan yang diusung dalam karya sastra adalah permasalahan yang biasa terjadi dalam realitas sehari-hari.

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) PERUBAHAN PERILAKU AKIBAT DELUSI PADA TOKOH- TOKOH DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) Widya Haznawati 1 Arif Mustofa 2, Riza Dwi Tyas.W 3 Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objektivitas menempatkan dirinya sebagai instrumen kunci (Semi, 1990:20).

BAB I PENDAHULUAN. objektivitas menempatkan dirinya sebagai instrumen kunci (Semi, 1990:20). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan sebuah karya sastra yang membutuhkan hati nurani untuk dapat membuat karya sastra dan peneliti juga harus sadar bahwa akhirnya objektivitas menempatkan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada 144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self

Lebih terperinci

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada.

Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. PSIKOANALISIS Psikologi muncul sebagai ilmu pengetahuan di Jerman (psikologi asosiasi) Filsafat Descartes: cogito ergo sum saya berfikir maka saya ada. Obyek psikologi adalah kesadaran orang normal. Tugas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sastra Jepang Menurut Orang Jepang

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Sastra Jepang Menurut Orang Jepang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sastra Jepang Menurut Orang Jepang Sastra merupakan karya seni yang memiliki arti atau keindahan. Dalam bahasa Jepang, kesusastraan adalah : 日本文学とは 日本語で書かれた文学作品 もくしはそれらの作品や作家を研究する学問のこと

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seseorang timbul disebabkan adanya motivasi. Motivasi merupakan suatu keadaan yang mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan

Lebih terperinci

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH RAIHANA DALAM NOVEL PUDARNYA PESONA CLEOPATRA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Hariyanto Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI

ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI ANTARA ELING DAN RAGU: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA NOVEL DEWI KAWI I Gede Iwan Astadi Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract Analysis of the psychology literature

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik (dalam arti seni), hasilnya

Lebih terperinci

NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE-LIYE TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA KELAS XII

NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE-LIYE TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA KELAS XII NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL AMELIA KARYA TERE-LIYE TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMA KELAS XII Skripsi Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) BAB II LANDASAN TEORI A. Tokoh dan Penokohan 1. Tokoh Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2007: 165) tokoh cerita adalah orang (-orang) yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis data dokumen berupa novel yaitu Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman el Shirazy. Berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan jiwa. Aristoteles menyatakan bahwa jiwa merupakan unsur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sebagai salah satu media untuk mengungkapkan perasaan manusia yang berbentuk lisan maupun tulisan. Hidup manusia tidak terlepas dari perasaan dan jiwa.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat 181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat

Lebih terperinci

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BAIT-BAIT MULTAZAM KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL ILMIAH SUCI LIDIA VITRI NPM

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BAIT-BAIT MULTAZAM KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL ILMIAH SUCI LIDIA VITRI NPM KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BAIT-BAIT MULTAZAM KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL ILMIAH SUCI LIDIA VITRI NPM 11080347 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelaahan novel yang diawali dari analisis struktur novel yang terdiri atas tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkenal adalah Senseijutsu Satsujin Jiken. Novel ini berhasil menjadi finalis dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Soji Shimada adalah novelis besar Jepang yang telah banyak menghasilkan karya sastra bermutu tinggi dan dihargai oleh masyarakat penikmat sastra dunia. Soji Shimada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring terjadinya krisis perilaku yang tidak baik melanda

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring terjadinya krisis perilaku yang tidak baik melanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini seiring terjadinya krisis perilaku yang tidak baik melanda kalangan remaja di indonesia yang menyebabkan pola kehidupan remaja sedikit banyak juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi, kemudian tercipta suatu pemikiran imajinatif yang akan tercermin lewat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra pada dasarnya mengungkapkan kejadian, namun kejadian tersebut bukanlah fakta yang sesungguhnya melainkan fakta dari hasil pemikiran pengarang. Pengarang

Lebih terperinci

Keywords: Anxiety, Character, Short Story

Keywords: Anxiety, Character, Short Story KECEMASAN TOKOH UTAMA DALAM KUMPULAN CERPEN PEREMPUAN PATAH HATI YANG KEMBALI MENEMUKAN CINTA MELALUI MIMPI KARYA EKA KURNIAWAN (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) Elvi Sri Handayani, Emil Septia, Ricci Gemarni

Lebih terperinci

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA NOVEL TEATRIKAL HATI KARYA RANTAU ANGGUN DAN BINTA ALMAMBA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Enik Kuswanti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Amalia (2010) dengan penelitian yang berjudul Analisis Perilaku Tokoh BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, ditemukan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, baik

Lebih terperinci

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya

lain sastra selalu berkembang. Selain unsur-unsur yang ada di dalam teks, karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra sama halnya dengan sebuah seni, namun seni bukanlah sesuatu hal yang monoton. Setiap era, seni selalu berubah termasuk sastra, dengan kata lain sastra

Lebih terperinci

MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE

MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE 1 MEKANISME PERTAHANAN DIRI TOKOH PEREMPUAN DALAM NOVELET RYOUJUU KARYA YASUSHI INOUE Gusti Ayu Putu Yuliari Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstract This research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian mengenai karakterisasi dalam novel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupan, yang menggunakan bahasa sebagai medium. Sebagai seni kreatif

Lebih terperinci