BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Pada bagian ini dideskripsikan tentang hasil penelitian program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa program studi pendidikan akuntansi tahun akademik 2013/2014. Hasil penelitian yang diungkap yaitu: (1) profil identitas karier mahasiswa secara umum dan dilihat dari aspek dan indikator identitas karier, setiap profil identitas karier dikategorikan menjadi empat kategori status identitas yaitu diffusion, foreclosure, moratorium dan achievement; (2) rumusan hipotetik program bimbingan karier didasarkan pada pendekatan ego identity Marcia yang ditimbang oleh pakar dan praktisi bimbingan dan konseling dan; (3) hasil efektifitas program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa. 1. Profil Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi tahun akademik 2013/2014 Berikut diuraikan profil identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi secara umum, aspek dan indikator. a. Profil Umum Identitas Karier Mahasiswa Gambaran umum mengenai identitas karier mahasiswa diketahui dengan menggunakan angket yang sebelumnya telah disebarkan. Hasil penyebaran inventori tersebut kemudian disusun dan diolah untuk memperoleh kriteria pada tabel 4.1 berikut ini.

2 Tabel 4.1 Profil Ketercapaian Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Tahun Akademik 2013/2014 Komitmen STATUS IDENTITAS Rendah Tinggi Diffusion Moratorium Rendah Eksplorasi Tinggi 6 (6,3%) Foreclosure 10 (10,5%) 16 (16,8%) Achievement 63 (66,3%) Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa data yang didapatkan dari 95 orang mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi tahun akademik 2013/2014 adalah 6 (6,3%) orang mahasiswa dengan status identitas diffusion, 10 (10,5%) orang mahasiswa dengan status identitas foreclosure, 16 (16,8%) orang mahasiswa dengan status identitas moratorium dan 63 (66,3%) orang mahasiswa dengan status identitas achievement. Lebih jelas dapat dilihat pada grafik berikut. Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement Grafik 4.1 Profil Umum Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Tahun Akademik 2013/2014 Grafik 4.1 menggambarkan profil identitas karier secara umum, terlihat sangat jelas bahwa mahasiswa pendidikan akuntansi tahun akademik 2013/2014 sebagian besar berada di status identitas achievement.

3 b. Profil Eksplorasi dan Komitmen Berdasarkan data yang diperoleh selain profil secara umum, dalam penelitian ini aspek identitas karier terbagi menjadi dua aspek yakni eksplorasi dan komitmen.berikut Tabel 4.2 Ketercapaian Eksplorasi Dan Komitmen Status Identitas Eksplorasi Komitmen Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement Jumlah Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat ketercapaian dalam aspek eksplorasi dan komitmen dari status identitas diffusion tidak berbeda jauh hanya 5% dan 5,1%, status identitas foreclosure aspek komitmen 10,4% dimana lebih tinggi jika dibandingkan dengan aspek eksplorasi hanya sekitar 8,7%, status identitas moratorium aspek eksplorasi 16,5% dimana lebih tinggi jika dibandingkan dengan aspek komitmen sebesar 14,1%, sedangkan untuk achievement aspek eksplorasi tidak berbeda jauh dengan aspek komitmen yakni 69,8% dan 70,3%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 4.2 berikut.

4 Eksplorasi Komitmen Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement Grafik 4.2 Profil Ketercapaian Eksplorasi Dan Komitmen Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Tahun Akademik 2013/2014 Berdasarkan grafik 4.2 di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa pada status identitas diffusion dan achievement aspek eksplorasi dan komitmen hampir sama sedangkan pada status identitas foreclosure aspek komitmen lebih tinggi jika dibandingkan dengan eksplorasi dan pada status identitas moratorium aspek eksplorasi lebih tinggi dibandingkan dengan komitmen. c. Profil identitas Karier Mahasiswa Perindikator Lebih lanjut, untuk melihat secara jelas mengenai persentase dari tiap indikator dalam aspek eksplorasi identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Persentase Tiap Indikator Dari Aspek Eksplorasi Indikator Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement Mean Pengetahuan diri (E1) 1,5 2,6 5,0 20,6 7,42 Aktifitas untuk mendapatkan informasi 1,2 2,0 3,9 17,0 6,02

5 mengenai karier (E2) Mempertimbangkan berbagai alternatif karier 1,0 1,8 3,4 14,6 5,2 yang potensial (E3) Keinginan untuk membuat keputusan lebih 1,3 2,2 4,2 17,8 6,37 awal (E4) Jumlah 5 8,7 16,5 69,8 25 Pada tabel 4.3 di atas menjelaskan bahwa persentase terbesar secara keseluruhan terdapat pada status identitas achievement 69,8% dikarenakan jumlahnya memang lebih banyak dibandingkan status identitas lainnya seperti status identitas diffusion5%, foreclosure 8,7% dan moratorium 16,5%. Pada setiap indikatornya juga tidak jauh berbeda, seperti indikator pengetahuan diri dapat dilihat bahwa status identitas diffusion1,5%, foreclosure 2,6%, moratorium 5% dan achievement 20,6%. Aktifitas untuk mendapatkan informasi status identitas diffusion1,2%, foreclosure 2%, moratorium 3,9% dan achievement 17%. Indikator mempertimbangkan berbagai alternatif karier yang potensial status identitas diffusionsebesar 1%, foreclosure 1,8%, moratorium 3,4% dan achievement 14,6%, jika dibandingkan dengan indikator yang lainnya indikator ini adalah indikator yang rata-ratanya paling rendah dengan asumsi bahwa banyak diantara mahasiswa yang tidak mengetahui berbagai alternative pilihan karier lainnya yang potensial bagi mahasiswa. Untuk indikator keinginan untuk membuat keputusan lebih awal status identitas diffusion sebesar 1,3%, foreclosure 2,2%, moratorium 4,2% dan achievement 17,8%. Lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4.3 berikut.

6 Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement 5 0 Grafik 4.3 Grafik Ketercapaian Tiap Indikator Dari Aspek Eksplorasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Tahun Akademik 2013/2014 Selain aspek eksplorasi berikut akan ditampilkan ketercapaian mahasiswa dalam aspek komitmen yang terbagi menjadi lima aspek, lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Persentase Tiap Indikator Dari Aspek Komitmen Indikator Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement Mean Aktifitas untuk mengimplementasikan karier yang telah dipilih 1,2 2,4 3,6 15,8 5,75 (K1) Tingkat Emosi (K2) 1,2 2,4 3,2 15,8 5,65 Identifikasi dengan orang yang dianggap penting terhadap karier yang telah dipilihnya (K3) Proyeksi masa depan (K4) Daya tahan terhadap godaan untuk tetap pada karier yang telah dipilihnya (K5) E1 E2 E3 E4 0,5 1,2 1,6 8,8 3,28 1,1 2,2 2,8 14,8 5,23 1,1 2,2 2,9 15,1 5,33 Total 5,1 10,4 14,1 70,3 25,23

7 Berdasarkan tabel 4.4 dapat kita lihat bahwa hasilnya tidak jauh berbeda bahwa yang paling besar dalam persentase yakni pada status identitas achievement 70,3%, moratorium 14,1%, foreclosure 10,4% dan yang paling kecil adalah 5,1%. Selanjutnya dapat dilihat dari tiap indikator, indikator aktifitas untuk mengimplementasikan karier yang telah dipilih dari status identitas diffusion1,2%, foreclosure 2,4%, moratorium 3,6% dan status identitas achievement 15,8%. Indikator tingkat emosi status identitas diffusion1,2%, foreclosure 2,4%, moratorium 3,2% dan achievement 15,8%. Indikator identifikasi dengan orang yang dianggap penting terhadap karier yang telah dipilihnya status identitas diffusion 0,5%, foreclosure 1,2%, moratorium 1,6% dan achievement 8,8%, jika dibandingkan dengan indikator-indikator lainnya dalam aspek komitmen aspek ini adalah aspek terendah karena yang lainnya hampir sama secara rata-rata. Indikator proyeksi masa depan status identitas diffusion 1,1%, foreclosure 2,2%, moratorium 2,8% dan achievement 14,8%. indikator daya tahan terhadap godaan untuk tetap pada karier yang telah dipilihnya status identitas diffusion sebesar 1,1%, foreclosure 2,2%, moratorium 2,9% dan achievement 15,1%. Selanjutnya dapat dilihat lebih jelas dalam grafik 4.4 di bawah ini Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement 2 0 K1 K2 K3 K4 K5 Grafik 4.4 Ketercapaian Identitas Karier Dalam Tiap Indikator Komitmen

8 2. Rumusan Program Hipotetik Bimbingan Karier untuk Mengembangkan Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi tahun akademik 2013/2014 Program bimbingan karier dalam penelitian ini secara teoritik dirancang berdasarkan pendekatan identitas dari Marcia yang terdiri dari eksplorasi dan komitmen, dan secara praktis didasarkan pada profil identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi tahun akademik 2013/2014. Program bimbingan karier didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan secara sistematis, terarah dan terpadu untuk memahami dan mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja, dalam memilih lapangan kerja atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki. Untuk mendapatkan program bimbingan karier yang efektif maka dilakukan uji kelayakan program secara rasional yang dilakukan kepada pakar bimbingan dan konseling. Deskripsi hasil uji kelayakan pakar terhadap program sebagai berikut. a. Rasional Program Bagian menjelaskan secara rasional dasar penyusunan program bimbingan karier, serta pentingnya program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa. b. Deskripsi kebutuhan Bagian ini kebutuhan dideskripsikan berdasarkan hasil pretest yang dijadikan dasar penyusunan layanan dalam program bimbingan karier. Deskripsi kebutuhan menurut penimbang cukup dijelaskan secara singkat dan dalam bentuk deskriptif. c. Tujuan Bagian ini menjelaskan mengenai hal-hal yang menjadi tujuan program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa. Tujuan program harus berdasarkan temuan-temuan di lapangan, seperti kelemahan-

9 kelemahan yang ditemukan dan tujuan program adalah untuk mengembangkan kelemahan tersebut. d. Sasaran Bagian ini menjelaskan tentang objek dari program bimbingan karier yang dilaksanakan. Menurut penimbang, sasaran program sudah memadai dan tidak perlu ditambahkan. e. Peran konselor Peran dan fungsi konselor adalah kemampuan dasar yang perlu dimiliki konselor untuk melaksanakan layanan. Berdasarkan hasil penimbangan pakar diketahui sangat memadai. Masukan yang diberikan adalah perlu dijelaskan dengan bahasa yang lebih deskriptif dan operasional. Terhadap masukan tersebut dilakukan revisi yang sesuai. f. Kompetensi konselor Kemampuan konselor dalam melaksanakan program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa. Menurut penimbang dianggap sudah memadai. Masukan yang diberikan adalah kompetensi bimbingan seharusnya memang wajib untuk dimiliki oleh para pendidik. g. Struktur dan tahapan program Struktur dan tahapan berisi gambaran singkat langkah kerja dan aktivitas yang ada dalam setiap layanan. Menurut penimbang, struktur dan tahapan dianggap sudah memadai. Setiap tahapan dalam dianggap sudah mengakomodir dalam pencapaian tujuan program. Masukan yang diberikan adalah perlu ditambah pengembangan tema dan materi program pada setiap tahapan. h. Evaluasi program bimbingan karier. Bagian ini menjelaskan mengenai indikator keberhasilan dari program yang dilaksanakan. Evaluasi dan indikator kegiatan dinilai oleh pakar sudah sangat memadai. Masukan yang diberikan adalah penjelasan lebih kongkrit mengenai tindak lanjut yang dilakukan.

10 3. Proses pelaksanaan program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa Program bimbingan karier yang dilaksanakan dalam penelitian ini terbagi menjadi enam tahapan yakni tahap pertama pengetahuan diri, tahap kedua penelusuran informasi karier, tahap ketiga pengelolaan emosi, tahap keempat identifikasi orang lain yang dianggap penting terhadap pilihan kariernya, tahap kelima perencanaan masa depan dan tahap keenam ketahanan dalam sebuah pilihan. Diawal dan diakhir tahapan diberikan tes yang kemudian disebut sebagai pretestt dan posttest. Berikut rangkuman pelaksanaan program dari tiap tahapan program. Tabel 4.5 Rangkuman Pelaksanaan Program Bimbingan Karier untuk Mengembangkan Identitas Karier Mahasiswa No Kegiatan Tahap Awal Tahap Inti Tahap Akhir 1. Mengetahui kebutuhan dan kemampuan diri. Mahasiswa memaknai kegiatan yang telah dilakukan 2. Penelusuran informasi karier. 3. Membuat mind map. 4. Keterampilan mengelola emosi dan memiliki sikap percaya diri terhadap pilihan karier. Konselor menjelaskan konsep pengetahuan diri dan hubungannya dengan karier. Konselor menjelaskan genogram dan fungsi keluarga dalam hubungannya dengan karier mahasiswa. Konselor menjelaskan konsep mind map dan hubungannya dengan karier mahasiswa. - Konselor menjelaskan konsep storytelling dan keterkaitannya terhadap emosi dan karier - Mahasiswa memberikan penilaian pada dirinya sendiri - Mahasiswa saling memberikan masukan kepada mahasiswa lainnya Mahasiswa membuat genogram, melihat perbedaan-perbedaan karier dalam keluarga dan menganalisis karier yang potensial. Mahasiswa membuat mind map dan saling memberikan masukan da penilaian pribadi kepada teman dalam kelompoknya masingmasing. Mahasiswa diberi kesempatan untuk storytelling berdasarkan karier yang dimilikinya dengan dasar kegiatankegiatan sebelumnya Mahasiswa memahami manfaat dan memaknai kegiatan yang telah dilakukan. Mahasiswa memahami konsep kariernya masing-masing yang dituangkan dalam mind map masingmasing Mahasiswa memaknai kegiatan yang dilakukan.

11 5. Mengidentifikasi orang lain yang dianggap penting terhadap pilihan kariernya. 6. Merencanakan masa depan - Konselor menjelaskan cara mengelola emosi dan menjelaskan pentingnya keyakinan dan ketenangan dalam perkuliahan. Konselor memutar film kingspeech Konselor memberikan penjelasan mengenai konsep pentingnya memiliki tujuan karier dan pentingnya menyusun rencana yang detail untuk mencapainya. (jurnal pengetahuan diri, genogram dan mind map) - Mahasiswa membuat penilaian dari film yang diputar dan menghubungkannya dengan keadaan diri - Mahasiswa memahami siapa saja yang dapat membantu kepada tujuan karier dan bagaimana membangun hubungan - Mahasiswa membuat rencana yang realistis tentang masa depannya - Mahasiswa berani untuk menceritakan tujuan dan rencana masa depannya - Mahasiswa saling memberikan masukan terhadap rencana yang telah dibuat Mahasiswa memiliki penilaian terhadap diri dan orang lain yang dianggap dapat membantu kariernya. Mahasiswa memiliki rencana masa depan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang yang realistis. 7. Ketahanan dalam sebuah pilihan - Konselor menjelaskan mengenai berbagai macam pembuatan keputusan - Konselor menjelaskan berbagai kemungkinan yang dapat merubah keputusan - Mahasiswa membuat berbagai kemungkinan godaan yang dapat mengubah keputusan kariernya - Mahasiswa membuat berbagai strategi dan penjelasan untuk tetap pada pilihan kariernya Mahasiswa memaknai kegiatan yang telah dilakukan.

12 Pada saat kegiatan dilaksanakan, observasi dan evaluasi juga dilakukan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Observasi dan Evaluasi Pelaksaanaan Program Bimbingan Karier untuk Mengembangkan Identitas Karier Mahasiswa No Kegiatan Hasil Observasi Pada Aktivitas siswa 1. Mengetahui Siswa memahami mengenai kebutuhan dan materi yang disampaikan akan kemampuan diri. tetapi ada beberapa pertanyaan mengenai bagaimana mengetahui hal-hal yang berada pada bagian 2. Penelusuran informasi karier. Membuat genogram. 3. Penelusuran informasi karier. Membuat mind map. 4. Keterampilan mengelola emosi dan memiliki sikap percaya diri terhadap pilihan blindspot. Mahasiswa mengalami kebingungan dalam penyusunan genogram diri dan tujuan dari membuat genogram. Ada beberapa mahasiswa yang tidak mengetahui pekerjaan-pekerjaan terutama dari anggota keluarga yang sudah meninggal seperti kakek atau nenek dan keluarga jauh. Mahasiswa sangat antusias dalam pembuatan mind map, walaupun ada beberapa yang tidak antusias. Diawal tugas untuk menceritakan mahasiswa masih malu dan ketakutan untuk menceritakan dirinya. Setelah orang ketiga dan keempat semua berani dan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program Kegiatan dilakukan sesuai dengan alokasi yang sudah ditentukan dan sesuai dengan rencana. Kegiatan dilakukan sesuai dengan alokasi yang sudah ditentukan dan sesuai dengan rencana. Akan tetapi mahasiswa menginginkan pembuatan genogram dilanjutkan di rumah dikarenakan tidak puas dengan genogram yang sudah dibuat dan ingin mencari informasi lebih jauh kepada keluarga. Kegiatan dilakukan waktunya kurang dari yang sudah direncanakan karena mahasiswa menginginkan bentuk mind map yang indah sehingga dilakukan di rumah masing-masing. Kegiatan ini memerlukan tambahan pertemuan untuk mendapatkan mind map yang sesuai dengan yang diharapkan. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan alokasi waktu yang sudah disediakan, mulanya berbentuk klasikal akan tetapi dikarenakan sudah mulai tidak fokus dan

13 karier. 5. Mengidentifikasi orang lain yang dianggap penting terhadap pilihan kariernya. 6. Merencanakan masa depan 7. Ketahanan dalam sebuah pilihan mengajukan diri untuk menceritakan kisahnya. Sebagian besar mahasiswa antusias pada saat menonton film. Hanya saja ada beberapa mahasiswa yang sudah pernah menonton filmnya dan mulai kehilangan fokus di pertengahan film dikarenakan jenuh. Mahasiswa kurang antusias untuk merencanakan masa depannya dengan alasan sudah sering membuat perencanaan hidup. Hampir semua siswa tampak antusias dalam membuat penjelasan dan alasan-alasan untuk dirinya sendiri. berkejaran dengan waktu, pada orang keenam dirubah bentuknya menjadi kelompok agar semua mahasiswa mendapatkan giliran bercerita dan mendapat masukan dari yang lain. Kegiatan yang dilakukan memerlukan tambahan waktu dan pertemuan dikarenakan film terlalu panjang. Dikarenakan adanya tambahan pertemuan maka referensi film juga ditambahkan dengna yang bertemakan komunikasi yang berjudul thank you for smoking Kegiatan sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan. Dalam pelaksanaan penyampaian materi diubah perencanaan dibuat dimulai dari kematian untuk membangkitkan antusias mahasiswa. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan dan semua siswa dapat mengikuti semua tahapan kegiatan dengan baik. Pada pelaksanaan program bimbingan karier, mahasiswa sebagai subjek penelitian diberikan jurnal kegiatan harian untuk membantu mahasiswa memaknai kegiatan yang dilakukan dan membantu peneliti memantau setiap kegiatan yang dilakukan. Tabel 4.7 adalah rekapitulasi data kualitatif yang berupa ekspresi verbal para siswa setelah mengikuti kegiatan dari program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa. Tabel 4.7 Rekapitulasi Jurnal Harian Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Tahun Akademik 2013/2014 No EKPERIENTASI IDENTIFIKASI ANALISIS GENERALISASI 1. Mengidentifikasi kebutuhan dan kemampuan diri. - Melatih kemampuan diri untuk lebih baik - Memahami diri sendiri apa yang mampu dan yang dibutuhkan - Orang yang tahu kebutuhan dan kemampua

14 2. Membuat genogram dan mencari informasi karier keluarga. - Mengetahui pendapat orang lain - Lebih mengenal keluarga - Keluarga memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan mahasiswa - Lebih memahami berbagai macam pekerjaan n diri - Orang yang special karena berbeda - kurang mengenal keluarga - banyak dipengaruhi keluarga Akan mencari tahu informasi tentang keluarga dan tentang karier dalam keluarga 3. Membuat mind map karier 4. Melatih keberanian dan keyakinan diri dalam bercerita 5. Mencari sosok yang dapat membantu dalam karier dan melatih keterampilan berkomunikasi. - Sangat menyenangkan untuk memahami sesuatu - Lebih mudah untuk berpikir - Bebas berkreasi - Lebih berani untuk tampil di depan kelas - Yakin dengan apa yang dikatakan - Dapat mengelola emosi - penakut untuk berbicara dengan orang yang lebih tua - ga bisa mulai pembicaraan - Tidak bisa menggambar - kurang kreatif - orang yang tidak yakin pada diri - penakut dan gampang cemas - Terlalu banyak mikir - Tidak mau memulai Akan mencoba menggunakan mind map dalam kegiatan yang lain - Akan belajar untuk menceritakan sesuatu - melatih keberanian dan membiasakan diri untuk maju ke depan kelas - Meminta bantuan orang lain - Mulai mencoba untuk membangun hubungan dan memulai perbincangan - Melatih

15 6. Membuat rencana hidup - Lebih mudah merencanakan daripada mempraktekka n - Hidup itu singkat Dapat mencapai tujuan dan rencana yang telah dibuat komunikasi skill - mungkin sekalikali akan coba - tidak akan melakukan hal lain di luar rencana yang telah dibuat 7. Membuat penjelasan dan alasan untuk tetap bertahan - Plin plan - Mudah tergoda untuk bermain daripada kuliah Dapat membuat penjelasan untuk tetap bertahan Akan mempraktekkannya jika nanti ada godaan 4. Efektifitas Program Bimbingan Karier untuk Mengembangkan Identitas Karier Mahasiswa Sebelum dilakukan pengujian efektivitas, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai prasyarat. Hasil keduanya menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal dan varians yang homogen. Selanjutnya dilakukan uji efektivitas hasil pretest dan posttest, dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut. Tabel 4.8 Hasil Uji Paired T Test Hasil Pretest Dan Posttest No Kondisi Mean StDev Min Max 1 Pretest 113,66 8, Posttest 134,28 14, Gain 20,62 5,84 T Paired T Test Sig. (2- df tailed) 4,820 31,000 Berdasarkan hasil perhitungan tabel 4.5 diperoleh p=0,000 dengan =0,05. Selain itu, hasil uji t berpasangan juga menunjukkan bahwa t hitung 4,820 > (lebih besar) dari t tabel 2,037 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi responden sebelum dengan sesudah memperoleh program bimbingan karier. Dapat dikatakan program bimbingan karier efektif untuk meningkatkan identitas karier mahasiswa.

16 Secara umum terdapat peningkatan perolehan uji statistik antara pretest dan posttest pada profil identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi tahun akademik 2013/2014 dimana pada saat pretest rata-ratanya 113,66 menjadi 134,28 pada saat posttest begitu pula dengan skor standar deviasi, skor minimal dan skor maksimalnya terdapat perubahan yang signifikan. Lebih jelas diperlihatkan dalam grafik berikut ini Pre Tes Post Tes Grafik 4.5 Pretest dan Posttest Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Tahun Akademik 2013/2014 Selanjutnya, jika dilihat dari tiap aspek hasil uji t yang dilakukan dengan memanfaatkan software SPSS 17 For Windows disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4.9 Hasil Uji Paired Samples Test pada Setiap Aspek Aspek Penghitungan PRETEST POSTTEST GAIN Standar Deviasi 7,32 6,51-0,81 Mean 50,44 58,8 8,36 Eksplorasi T 5,060 Df 31 Sig.(2-tailed),000

17 Aspek Penghitungan PRETEST POSTTEST GAIN Standar Deviasi 6,57 10,6 4,03 Komitmen Mean 63,2 68,7 5,5 T 2,306 Df 31 Sig.(2-tailed),028 Berdasarkan tebel 4.7 hasil di atas pada aspek eksplorasi diperoleh p=0,000 dengan =0,05. Selain itu, hasil uji t berpasangan juga menunjukkan bahwa t hitung 5,060 > (lebih besar) dari t tabel 2,037 yang artinya dalam aspek eksplorasi terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi responden sebelum dengan sesudah memperoleh program bimbingan karier. Dalam aspek komitmenpun diperoleh p=0,028 dengan =0,05. Selain itu, hasil uji t berpasangan juga menunjukkan bahwa t hitung 2,306 > (lebih besar) dari t tabel 2,037 yang artinya dalam aspek eksplorasi terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi responden sebelum dengan sesudah memperoleh program bimbingan karier. Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa perubahan aspek eksplorasi identitas karier dalam penelitian ini meningkat signifikan, seperti rata-rata aspek eksplorasi pada saat pretest 50,44 berubah menjadi 58,8 dan juga pada aspek komitmen saat pretest 63,2 pada saat posttest berubah menjadi 68,7, jika dibandingkan perubahannya lebih besar aspek eksplorasi dari pada aspek komitmen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa program bimbingan karier efektif untuk mengembangkan aspek eksplorasi dan aspek komitmen dalam identitas karier mahasiswa. Lebih jelas dapat dilihat pada grafik 4.5 berikut.

18 Post Test 0 Eksplorasi Komitmen Pre Test Grafik 4.6 Pretest dan Posttest Tiap Aspek Identitas Karier Mahasiswa Lebih lanjut jika dilihat dari masing-masing indikator, maka perhitungan statistik menggunakan uji t dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut. Tabel 4.10 Nilai Uji t Identitas Karier Setiap Indikator Indikator T df Sig.(2-tailed) Eksplorasi Pengetahuan diri (E1) 3,511 31,001 Aktifitas untuk mendapatkan informasi mengenai karier (E2) 4,618 31,000 Mempertimbangkan berbagai alternatif karier yang potensial (E3) 4,904 31,000 Keinginan untuk membuat keputusan lebih awal (E4) 3,889 31,000 Komitmen Aktifitas untuk mengimplementasikan karier yang telah dipilih (K1) 4,171 31,000 Tingkat Emosi (K2) 5,126 31,000 Identifikasi dengan orang yang dianggap penting terhadap karier yang telah dipilihnya (K3) 7,716 31,000 Proyeksi masa depan (K4) 7,834 31,000 Daya tahan terhadap godaan untuk tetap pada karier yang telah dipilihnya (K5) 3,095 31,004

19 Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat ketahui bahwa secara keseluruhan nilai t hitung dari tiap indikator seluruhnya lebih besar dari t tabel sebesar 2,037 dan nilai p seluruhnya berada di bawah nilai =0,05. Selain itu juga hasil uji t di atas ditunjang oleh perbandingan skor rata-rata pretest dan posttest pada masingmasing indikator identitas karier mahasiswa. Deskripsi lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut. Tabel 4.11 Nilai Rata-rata Skor Pre-test dan Post-test Identitas karier Tiap Indikator Indikator Pretest Posttest Gain stdev Mean stdev Mean stdev Mean Eksplorasi Pengetahuan diri (E1) 2,67 15,3 2,54 17, Aktifitas untuk mendapatkan informasi mengenai karier (E2) 2,2 11,9 2, Mempertimbangkan berbagai alternatif karier yang potensial (E3) 1,73 10,3 1,47 12, Keinginan untuk membuat keputusan lebih awal (E4) 2,24 12,8 2,2 15, Komitmen Aktifitas untuk mengimplementasikan karier yang telah dipilih (K1) 2,22 15,3 2,59 17, Tingkat Emosi (K2) 1,93 14,5 2,52 17, Identifikasi dengan orang yang dianggap penting terhadap karier yang 1,5 7,13 1, telah dipilihnya (K3) Proyeksi masa depan (K4) 1,74 13,2 1,74 16, Daya tahan terhadap godaan untuk tetap pada karier yang telah dipilihnya (K5) 2,2 13,1 2,19 14, Pada tabel 4.9 tersebut mengambarkan bahwa seluruh indikator identitas karier jika dilihat dari rata-rata (mean) meningkat signifikan, artinya program bimbingan karier dapat mengembangkan seluruh indikator identitas karier mahasiswa. Pertimbangan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh aspek dan indikator yang terdapat pada penelitian ini dapat digunakan sebagai deskripsi

20 RATA RATA (Mean) kebutuhan dalam pembuatan program. Seperti yang digambarkan pada grafik berikut E1 E2 E3 E4 K1 K2 K3 K4 K5 INDIKATOR Pre Tes Pos Tes Grafik 4.7 Pretest dan Posttest Indikator Identitas Karier Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Tahun Akademik 2013/2014 Grafik 4.6 di atas terlihat jelas bahwa hasil perolehan skor rata-rata antara aspek eksplorasi dan aspek komitmen identitas karier antara pretestt dan posttest, terjadi peningkatan di setiap indikator yang diujikan. Dengan kata lain, dapat kita ambil kesimpulan bahwa program bimbingan karier efektif untuk mengembangkan seluruh indikator identitas karier mahasiswa. Selain berdasarkan dari uji efektifitas dengan paired t test, efektifitas program bimbingan karier dapat dilihat berdasarkan jalur perkembangan (path development) dari setiap status identitas setelah mendapatkan program bimbingan karier. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut. Tabel 4.12 Perubahan Status Identitas Pretestt Dan Posttest PRETESTT POSTTEST Status Identitas f Status Identitas f Diffusion 6 Achievement 6 Foreclosure 10 Achievement 10

21 Diffusion 1 Moratorium 16 Moratorium 1 Achievement 14 Jumlah 32 Jumlah 32 Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa yang memiliki status identitas diffusion yakni enam orang setelah mendapatkan program bimbingan karier status identitasnya berubah menjadi achievement keseluruhannya, begitu juga dengan status identitas foreclosure yang didapatkan dengan pretestt setelah mendapatkan program bimbingan karier seluruhnya status identitasnya berubah menjadi achievement, kecuali mahasiswa dengan status identitas moratorium di pretestt setelah mendapatkan program bimbingan karier 14 orang statusnya menjadi achievement, satu orang tetap dalam status moratorium dan satu orang lainnya berubah statusnya menjadi diffusion. B. Pembahasan Hasil Penelitian Bagian ini berisi mengenai pembahasan tentang hasil penelitian program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi tahun akademik 2013/2014. Pembahasan hasil penelitian yang diungkap yaitu: (1) Profil umum identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi; (2) Profil per aspek dan per indikator identitas karier mahasiswa; dan (3) Efektivitas program bimbingan karier untuk mengembangkan identitas karier mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi. 1. Profil Umum Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Identitas karier dapat dikatakan sebagai pemaknaan diri terhadap peran karier yang dimilikinya seperti pengalaman, tujuan karier, nilai-nilai, kepercayaan, minat dan kemampuan dengan pendidikan yang ditempuh saat ini dan pekerjaan yang dianggap sesuai di masa depan. Seseorang akan memiliki ketidakjelasan identitas karier apabila tidak bisa memaknai peran karier apa yang sudah dimilikinya.

22 Peralihan dari SMA ke perkuliahan, pemilihan jurusan dan perkuliahan tahun pertama merupakan masa yang sangat krusial dalam pembentukan identitas karier seseorang. Karena menurut Moesono (Sawitri, 2010) bahwa ternyata siswa SMA tidak pernah betul-betul tahu apa yang diinginkannya, tidak terbiasa tertantang menggali informasi sampai tuntas, namun hanya bermodal informasi yang hanya 40%, petunjuk orang tua, dan keberanian berisiko. Sehingga tidak sedikit yang memiliki kebingungan terhadap identitas karier yang dimilikinya dan banyak yang menghadapi keraguan dalam mengambil langkah, menyerahkan tanggung jawab pada orang lain, atau menunda dan menghindar dari tugas, yang dapat mengakibatkan perkembangan kariernya tidak optimal. Hal ini mengarahkan perhatian peneliti pada penelitian yang telah dilakukan para ahli mengenai kaitan antara kurangnya eksplorasi dan atau komitmen dalam beragam domain kehidupan terutama dalam domain pendidikan dan pekerjaan (Vondracek, Skorikov, 1995; Osipow, 1994). Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa tahun pertama jurusan pendidikan akuntansi dan hasil yang didapatkan adalah 63 orang dari 95 orang berada pada status identitas achievement, dan sisanya yakni 16 orang pada status identitas moratorium, 10 orang pada status identitas foreclosure dan 6 orang pada status identitas diffusion. Erikson mengatakan bahwa seharusnya pada usia remaja akhir seseorang berada pada status identitas achievement. Mahasiswa tingkat pertama seharusnya sudah memiliki gambaran jelas dan stabil mengenai dirinya sendiri terutama setelah memilih jurusan dalam perkuliahan. Menurut Marcia (1993), seseorang yang memiliki status identitas achievement akan kukuh pada pilihannya, tidak akan dapat digoyang oleh godaan yang menghampirinya. Jika ternyata mahasiswa tidak memilih jurusan dengan keadaan dirinya maka dikhawatirkan akan memunculkan masalah di masa yang akan datang dalam hal ini adalah mahasiswa dengan status identitas diffusion, foreclosure dan moratorium. Hal ini didukung oleh penelitian Vondracek et al. (1995) yang menggolongkan tiap seseorang dalam satu status identitas, menunjukkan bahwa

23 seseorang dengan status identitas achievement (telah bereksplorasi dan telah berkomitmen berdasarkan eksplorasinya tersebut) memiliki keraguan mengambil keputusan karir yang lebih rendah daripada seseorang dengan status identitas moratorium (sedang bereksplorasi namun belum berkomitmen), foreclosure (tidak bereksplorasi namun berkomitmen), maupun diffusion (tidak bereksplorasi dan belum berkomitmen). Selain itu, ditemukan pula fakta diluar dugaan bahwa partisipan foreclosure ketika dibandingkan dengan kelompok lain yang belum berkomitmen, tidak menunjukkan perbedaan dalam tingkat keraguan mengambil keputusan, padahal kelompok foreclosure diharapkan memiliki tingkat keraguan mengambil keputusan yang lebih rendah daripada moratorium dan diffusion. Ketika keempat status identitas diukur dengan skor kontinyu, sehingga pada tiap seseorang bisa diperoleh skor achievement, moratorium, foreclosure, maupun diffusion, penelitian Wallace-Broscious, Serafica, dan Osipow (1994) menunjukkan hasil yang senada. Status identitas achievement berhubungan negatif, sedangkan status identitas moratorium, foreclosure, dan diffusion, berhubungan positif dengan keraguan mengambil keputusan karir. Terdapat berbagai alasan-alasan memasuki perguruan tinggi, Herr & Crammer (1984) mengelompokkannya menjadi tiga kategori (1) untuk kepuasan diri, mahasiswa-mahasiswa yang tergolong kategori ini terutama mencari identitas pribadi dan pemenuhan diri; (2) untuk mengejar karier, mahasiswa-mahasiswa yang tergolong dalam kategori ini menerima persiapan khusus atau menyiapkan diri untuk latihan dan pendidikan yang lebih tinggi. Pengalaman perguruan tinggi dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan dan bukan sebagai tujuan itu sendiri; (3) untuk menghindar, terdapat mahasiswa dalam peguruan tinggi motivasinya adalah untuk menghindari pernikahan atau wajib militer. Ketiganya memiliki motivasi yang berbeda dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi sehingga memerlukan pelayanan bimbingan karier yang berbeda pula. Menurut Clark & Trow (Suherman, 2013) terdapat empat budaya mahasiswa yang dominan (1) Kolegiat, mengejar kesenangan; (2) vokasional, memandang perguruan tinggi sebagai suatu jenis latihan di luar jabatan, suatu organisasi mata kuliah dan kredit yang mengantar pada suatu diploma dan

24 pekerjaan yang lebih baik daripada yang mungkin diharapkan; (3) akademik, mengejar pengetahuan; (4) nonkonformis, mahasiswa-mahasiswa yang mencari ide biasanya menggunakan kelompok luar kampus sebagai produk. Seperti halnya dengan motivasi memasuki perguruan tinggi, budaya mahasiswa masing-masing tidak berdiri sendiri. Mahasiswa dapat bergeser dari yang satu ke yang lainnya. Perubahan dalam identifikasi cultural mahasiswa biasanya membawa serta perubahan dalam pemikiran karier, sehingga perlu direspon secara serius. Erikson (Marcia, 1993) mengemukakan bahwa tugas perkembangan mahasiswa adalah mencapai berbagai aspek identitas, eksplorasi dan pembuatan keputusan karier (komitmen) merupakan peran yang paling penting dalam sebuah proses pembentukan identitas. Seligman (1994) mengatakan bahwa kemampuan memilih dan menentukan keputusan karier pada mahasiswa merupakan pemecahan masalah identitas, sehingga ketidakmampuan memilih dan menentukan karier pada mahasiswa akan mengganggu perkembangan diri mahasiswa. 2. Profil Per Aspek Dan Per Indikator Identitas Karier Mahasiswa Identitas karier dibentuk oleh eksplorasi dan komitmen (Marcia, 1993), artinya untuk mencapai identitas karier (achievement) selain melakukan eksplorasi terhadap bidang karier harus disertai juga dengan adanya komitmen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang memiliki status identitas achievement, hal tersebut merupakan sesuai dengan tingkat perkembangan menurut Erikson. Yang akan dikhawatirkan muncul menjadi masalah adalah mahasiswa dengan status identitas diffusion, foreclosure dan moratorium. Menurut Suherman (2013) masalah-masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa adalah (1) belum memiliki pemahaman yang mantap tentang program studi yang dimasuki; (2) program studi yang dimasuki bukan pilihan sendiri; (3) belum

25 memahami jenis pekerjaan yang cocok dengan kemampuan sendiri; (4) masih bingung untuk memilih jenis pekerjaan yang sesuai minat atau kemampuan; (5) merasa pesimis bahwa setelah lulus akan mendapat pekerjaan yang diharapkan. Kelima permasalahan mahasiswa tersebut akan muncul dan dihadapi apabila mahasiswa-mahasiswa tidak mendapatkan layanan bimbingan karier dan tidak memahami identitas karier yang dimilikinya, terutama eksplorasi dan komitmennya dalam bidang karier. a. Eksplorasi Eksplorasi dalam penelitian ini mengacu pada aktivitas pengetahuan dan sikap (Marcia, 1993), seperti usaha mahasiswa secara aktif untuk mencari, dan memahami masalah-masalah yang menyangkut karier (pendidikan dan pekerjaan). Seseorang melakukan eksplorasi sebagai salah satu cara untuk mencari informasi tentang diri dan lingkungan, dengan tujuan mengembangkan diri dan mengembangkan karier. Walaupun eksplorasi karier secara proaktif adalah hal yang biasa ketika seseorang menjalani transisi karier dan ketika menghadapi kebutuhan untuk membuat keputusan karier, eksplorasi selalu dipicu oleh rasa ingin tahu dan hasrat secara alami. Eksplorasi dalam konteks yang lebih luas, menegaskan bahwa proses eksplorasi membantu perkembangan antara self atau identitas. Melibatkan eksplorasi meningkatkan otonomi dan integrasi diri. Lalu, hasil dari eksplorasi adalah self-construction, mengarah kepada proses pengembangan identitas yang koheren, bermakna dan mengimplementasikan identitas pada rencana hidupnya. Eksplorasi dapat dilihat sebagai makna yang penting oleh seseorang sepanjang rentang hidup dan peran hidupnya. Dalam eksplorasi, seseorang melihat diri dan informasi minatnya secara relevan. Satu yang paling penting dalam eksplorasi karier adalah pembuatan keputusan kerja. Eksplorasi secara umum digunakan dalam informasi tentang dirinya dan pekerjaan alternative, lalu membantu seseorang membuat keputusan kerja yang tepat pada setiap poin dalam kariernya. Dengan

26 kata lain, seseorang yang memahami identitas kariernya akan mempermudahnya m e n c a p a i tu j u a n k a r i e r n y a. Seperti dalam halnya penelitian ini, dimana didapatkan skor rata-rata mahasiswa dalam aspek eksplorasi yakni status identitas diffusion 5, foreclosure 8,7, moratorium 16,5 dan achievement 69,8. Secara keseluruhan terdapat 16 orang mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi tahun akademik 2013/2014 yang memiliki eksplorasi yang rendah. Eksplorasi dalam penelitian ini terbagi kedalam indikator pengetahuan diri, aktifitas untuk mendapatkan informasi mengenai karier, mempertimbangkan berbagai alternatif karier yang potensial dan keinginan untuk membuat keputusan lebih awal. 1) Pengetahuan diri Indikator pengetahuan diri dalam penelitian ini diketahui bahwa hasilnya dengan skor rata-rata yakni status identitas diffusion 1,5, foreclosure 2,6, moratorium 5,0 dan achievement 20,6. Pengetahuan diri dalam penelitian ini merupakan gabungan dua hal. Yang pertama bagaimana dalam relasi interpersonal seseorang mempersepsi kebutuhan, kemampuan, kelebihan, dan keterampilannya sendiri; yang kedua bagaimana dalam relasi interpersonal, seseorang mempersepsi penilaian orang lain mengenai dirinya, termasuk bagaimana seseorang mempersepsi penilaian/harapan/tuntutan orang lain tentang kebutuhan, kemampuan, kelebihan, dan ketrampilan dirinya. Hal ini akan memicu suatu persepsi mengenai bagaimana tanggung jawab seseorang terhadap diri dan terhadap lingkungannya. 2) Aktifitas untuk mendapatkan informasi mengenai karier Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa jurusan pendidikan akuntansi tahun akademik 2013/2014 memiliki skor rata-rata status identitas diffusion 1,2, foreclosure 2,0, moratorium 3,9 dan achievement 17. Menurut Sharf (1992:158) informasi dunia karier mencakup dimilikinya informasi tentang karier

27 (kelanjutan pendidikan atau pekerjaan) tertentu dan informasi tentang orang lain dalam dunia kariernya. Dalam hal ini mahasiswa harus melakukan aktivitas yang diarahkan kepada pengumpulan informasi dan memperluas serta memperdalam pengetahuan yang diperlukan untuk memilih alternatif yang akan digunakan untuk menentukan suatu pilihan terutama dalam bidang karier yang kemudian diimplikasikan pada perkuliahannya saat ini. 3) Mempertimbangkan berbagai alternatif karier yang potensial Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator ini menunjukkan angka yang paling kecil dibandingkan dengan indikator lain dalam aspek eksplorasi yakni status identitas diffusion 1,0, foreclosure 1,8, moratorium 3,4 dan achievement 14,6. Hal tersebut menggambarkan bahwa masih rendahnya mahasiswa menyadari kemungkinan-kemungkinan dan peluang-peluang yang dapat dipertimbangkan keuntungan dan kerugiannya dengan pertimbangan yang matang. Mahasiswa dalam menentukan suatu pilihan harus didahului dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang potensial untuk dipilih beserta konsekuensinya. 4) Keinginan untuk membuat keputusan lebih awal Hasil dalam penelitian ini menggambarkan bahwa dalam indikator ini status identitas diffusion 1,3, foreclosure 2,2, moratorium 4,2 dan achievement 17,8. Keinginan sendiri menurut Supriatna (2009:57) adalah dorongan-dorongan yang mengarahkan seseorang pada proses pencarian informasi peluang karier. Saat mahasiswa sudah memiliki peluang atau informasi karier apakah mahasiswa memiliki keinginan untuk membuat keputusan lebih awal untuk menentukan pilihan karena Sharf (1992:303) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan, saat pilihan sudah ditentukan kemudian mulai dengan berkomitmen. b. Komitmen

28 Komitmen dalam penelitian ini mengacu pada sikap dan keterampilan (Marcia, 1993). Gambaran komitmen dalam penelitian ini dalam status identitas diffusion 5,1%, foreclosure 10,4%, moratorium 14,1% dan achievement 70,3%. Waterman (Archer, 1994) menyebutkan bahwa komitmen merupakan penentuan beberapa pilihan dan merancang aktifitas yang signifikan yang mengarahkan kepada pilihannya tersebut. sedangkan Greenhaus et.al (2006) mengatakan bahwa komitmen adalah nilai atau pelengkap emosional terhadap peran perasaan seseorang dan derajat identifikasi seseorang terhadap peran dan aktifitasnya. Super (Greenhaus et.al., 2006) menjelaskan bahwa seseorang dengan komitmen yang tinggi tidak menentukan pemahamannya terhadap kariernya, dalam penelitian ini ditunjukkan dalam status identitas foreclosure. Sehingga untuk mencapai identitas (achievement) seseorang harus melakukan eksplorasi terlebih dahulu, setelah mendapatkan pengetahuan dan sikap terhadap kariernya berikutnya mengembangkan komitmen terhadap berbagai pilihannya. Komitmen dalam penelitian ini terbagi menjadi lima indikator yakni aktifitas untuk mengimplementasikan karier yang telah dipilih, tingkat emosi, identifikasi dengan orang yang dianggap penting terhadap karier yang telah dipilihnya, proyeksi masa depan dan daya tahan terhadap godaan untuk tetap pada karier yang telah dipilihnya. 1) Aktifitas untuk mengimplementasikan karier yang telah dipilih Hasil dalam penelitian ini mendapatkan skor dari status identitas diffusion 1,2%, foreclosure 2,4%, moratorium 3,6% dan status identitas achievement 15,8%. Mengimplementasikan karier yang dipilih diarahkan kepada realisasi pada pilihan identitas yang dibuat. Mahasiswa kebanyakan masih memiliki keinginan yang tinggi berdasarkan eksplorasi yang dilakukan akan tetapi tidak mengetahui apa yang harus dilakukan atau realisasi pada pilihan identitas yang dibuat. 2) Tingkat Emosi

29 Indikator tingkat emosi status identitas diffusion 1,2%, foreclosure 2,4%, moratorium 3,2% dan achievement 15,8%. Hal tersebut menggambarkan bahwa mahasiswa masih belum memiliki keyakinan dan kepercayaan diri yang tinggi terhadap peran kariernya saat ini. Marcia (1993) mengatakan bahwa seseorang dengan komitmen yang tinggi memiliki ketenangan dan keyakinan mampu mengekspresikan perasaannya dengan penuh percaya diri, stabil, optimis, walaupun pada prosesnya dimungkinkan berhadapan dengan berbagai hambatan dan kesulitan. Komitmen memberikan perasaan kepuasan. Seseorang yang pesimis terhadap masa depannya dengan adanya komitmen akan membuatnya merasakan optimisme. Seseorang akan memulai untuk fokus pada aspek-aspek diri yang sesuai dengan keputusannya. Banyak yang mengekspresikan ketetapan tujuan, ketetapan sikap terhadap arah tujuan, dan keteguhan dan kesabaran untuk mencapai tujuan kariernya. 3) Identifikasi dengan orang yang dianggap penting terhadap karier yang telah dipilihnya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status identitas diffusion 0,5%, foreclosure 1,2%, moratorium 1,6% dan achievement 8,8%. Indikator yang paling kecil jika dibandingkan dengan indikator lain dalam aspek komitmen. Proses identifikasi tokoh dalam perkembangan komitmen ditujukan untuk memberikan inspirasi dalam pengembangan diri, bukan sebagai proses imitasi tokoh. Data yang dihasilkan menunjukan bahwa kemampuan responden dalam mengidentifikasi tokoh atau orang-orang penting dalam proses karier masih belum begitu jelas, atau dengan kata lain responden belum memiliki tokoh panutan yang jelas. Hal tersebut dipengaruhi oleh mahasiswa tahun pertama adalah peralihan dari SMA ke perkuliahan sehingga masih beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan yang baru beserta perubahan-perubahan nilai yang terjadi. Identifikasi dengan orang yang dianggap penting terhadap karier yang telah dipilih mendapatkan intervensi secara individual seperti konseling individual karena

30 setiap mahasiswa memiliki perbedaan dan kebingungan dalam menentukan sosok yang realistis yang dapat membantu baik dalam perkuliahan dan pekerjaan yang diinginkan di masa depan. 4) Proyeksi masa depan Hasil penelitian yang didapatkan dari indikator proyeksi masa depan status identitas diffusion 1,1%, foreclosure 2,2%, moratorium 2,8% dan achievement 14,8%. Proyeksi terhadap masa depan seseorang dalam perkembangan komitmen belajar adalah kemampuan peserta didik memproyeksikan/merencanakan masa depan, dan merancang berbagai aktivitas dalam jangka waktu tertentu dengan tetap konsisten dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu kemampuan memproyeksikan diri ke masa depan terkait dengan kemampuan merencanakan diri dan menentukan tujuan. Tujuan ini terkait dengan masalah target-target yang harus dicapai dalam hidup, dalam kondisi yang masih labil, remaja harus belajar menetapkan tujuan, yang pada prinsipnya semakin jelas tujuan, semakin jelas pula aktivitas yang akan dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh Greenhaus et.al. (2006) bahwa komitmen adalah sebuah internal psychological event : sebuah pernyataan diri untuk selalu mengikuti jalur karier yang telah disusunnya. Karena banyak remaja dalam level tersebut belum secara detail merencanakan untuk merealisasikan tujuan kariernya. Banyak remaja yang naïf tetang hasil yang spesifik dari sebuah pekerjaan dan takut untuk membuat komitmen yang final. Walau bagaimanapun menghindari ketidakpuasan terhadap pekerjaan merupakan motivasi yang sangat kuat. 5) Daya tahan terhadap godaan untuk tetap pada karier yang telah dipilihnya Indikator daya tahan terhadap godaan untuk tetap pada karier yang telah dipilihnya status identitas diffusion sebesar 1,1%, foreclosure 2,2%, moratorium 2,9% dan achievement 15,1%. Menurut Marcia (1993) mengatakan bahwa permasalahan yang dihadapi mahasiswa mengenai ketahanan terhadap pilihannya adalah bukannya mengatakan ya pada satu arah tapi mengatakan tidak pada

31 arah lainnya. Mahasiswa biasanya sulit untuk menolak godaan terhadap hal lain selain apa yang sudah menjadi pilihan kariernya. Selain itu juga terkadang mahasiswa mudah menyerah terhadap apa yang dijalaninya saat ini dan memilih pilihan lain yang sama sekali tidak diketahui dibandingkan apa yang ditinggalkannya. 3. Efektivitas Program Bimbingan Karier Untuk Mengembangkan Identitas Karier Mahasiswa Jurusan Pendidikan Akuntansi Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan mengenai keefektifan program bimbingan karier berdasarkan hasil pretest dan posttest terdapat perubahan yang signifikan peningkatan rata-rata skor matang 20,62 (gain). Skor rata-rata (pretest) responden sebelum mendapatkan program bimbingan karier adalah 113,66 dan skornya (posttest) berubah menjadi 134,28 setelah mendapatkan program bimbingan karier. Hal tersebut menunjukkan bahwa program bimbingan karier yang disusun efektif dalam mengembangkan identitas karier mahasiswa. Suherman (2007) mengemukakan bahwa program bimbingan yang dikembangkan secara baik akan mendorong pelaksanaan layanannya dengan lancar, efektif, efisien, serta dapat dilakukan evaluasi baik terhadap program, proses, maupun hasil. Identitas karier terbentuk berdasarkan pemaknaan terhadap eksplorasi dan komitmen yang dilakukan terhadap peran karier yang dimiliki yang selanjutnya menjadi aspek identitas karier. Berdasarkan data pretest dan posttest aspek eksplorasi dan komitmen sampai dengan indikator keseluruhannya memiliki peningkatan rata-rata yang signifikan. Perubahan terjadi dari 16 orang mahasiswa dengan tingkat eksplorasi yang rendah setelah mendapatkan program bimbingan karier berubah menjadi tinggi, begitu juga pada aspek komitmen dari 22 orang yang memiliki komitmen rendah setelah mendapatkan program bimbingan karier 20 orang mahasiswa berubah menjadi memiliki komitmen yang tinggi. Pengujian signifikansi menggunakan uji t kedua aspek signifikan dan dapat digunakan untuk mengembangkan identitas karier. Selanjutnya masih

32 dengan uji t, diukur pula indikator-indikator dari setiap aspek yang terdiri dari 4 indikator pada aspek eksplorasi dan 5 indikator pada aspek komitmen. Diperoleh hasil signifikan semua indikatornya, hal ini kemudian menjadikan rekomendasi dalam pembuatan program lapangan, untuk tidak mengurangi tahapan dan isi program tapi menambah pertemuannya. Selain itu perubahan yang terjadi dalam status identitas dari 6 orang mahasiswa yang memiliki status identitas diffusion keseluruhannya status identitasnya berubah menjadi achievement, 10 orang yang memiliki status identitas foreclosure keseluruhannya berubah menjadi status identitas achievement, dan dari 16 orang yang memiliki status identitas moratorium hanya 14 orang yang berubah statusnya menjadi achievement dan dua orang lainnya seorang statusnya tetap pada status achievement dan seorang lainnya berubah menjadi diffusion. Dengan demikian perubahan status identitas diffusion dan foreclosure menjadi achievement 100% berubah akan tetapi untuk status identitas moratorium hanya 87,5% berubah menjadi achievement. Perubahan status dari diffusion, foreclosure dan moratorium menjadi status identitas achievement menurut Marcia (1993) merepresentasikan pertimbangan dari tiap alternatif terhadap identitas atau perkembangan secara personal eksplorasi dan komitmen yang bermakna. Perubahan status identitas dari moratorium menjadi diffusion terjadi dikarenakan mahasiswa menyerah akan usaha yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang berguna untuk dilakukan. Sedangkan tetapnya identitas moratorium (tidak berubah) karena merasa segala sesuatunya tidak mungkin dan tetap dalam sebuah krisis identitas. Karena tingkat kecemasan berhubungan dengan kurangnya tujuan seseorang, nilai-nilai, dan kepercayaan sebagai tugastugas pembentuk identitas yang dianggap lebih rendah pada individu yang tidak berhasil menyelesaikan krisis identitas. Suherman (2013) berpendapat bahwa tujuan-tujuan bimbingan dan konseling karier di perguruan tinggi adalah sebagai (1) bantuan dalam memilih bidang studi, banyak mahasiswa baru yang memiliki keinginan untuk mengubah jurusannya; (2) bantuan dalam penilaian diri dan analisis diri, mahasiswa harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku, ras dan agama, hal ini yang memungkinkan terjadinya perkawinan antar suku, ras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri guna memasuki masa dewasa. Remaja memiliki tugas-tugas perkembangan, salah satu tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Andi Kiswanto, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Andi Kiswanto, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa memiliki berbagai masalah dan hambatan dalam proses akademiknya di perguruan tinggi. Misalnya, survey yang dilakukan oleh Organization for Economic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap warga negara Indonesia harus berperan serta secara positif untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terus mengalami perkembangan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan menuju suatu kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di lingkungan Kampus Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep Penilaian penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes pilihan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembelajaran sakubun dengan

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembelajaran sakubun dengan BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembelajaran sakubun dengan menggunakan metode Paired

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan seseorang. Kualitas kehidupan seseorang dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Demikian pentingnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif (Poerwanti, 2000:32) yaitu data penelitiannya bersifat numerik yang berupa gejala

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 - KISI-KISI ALAT UKUR. No. Item + - Aspek Sub Aspek Indikator

Lampiran 1 - KISI-KISI ALAT UKUR. No. Item + - Aspek Sub Aspek Indikator LAMPIRAN Lampiran 1 - KISI-KISI ALAT UKUR Aspek Sub Aspek Indikator No. Item + - Eksplorasi Knowledgeability: Informasi tentang (krisis) Seberapa banyak kualitas universitas 1 pengetahuan mahasiswa STT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Nikah, menikah, dan pernikahan, tiga kata ini akan selalu menjadi bahasan paling menarik sepanjang masa. Apalagi bagi mereka yang berstatus mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa kelas 5 SD Negeri Bawen 01 dan siswa kelas 5 SD Negeri Bawen 04 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran karier peserta didik. Sugiyono menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi pembangunan manusia merupakan kekuatan yang akan berperan sebagai kunci pembuka sebagai terwujudnya masa depan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI

62 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI 6 Purwanti, Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Prestasi Belajar JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen 01 dan SD Kristen 03 Kabupaten Woosobo. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam kehidupan modern saat ini, mewujudkan penyesuaian diri dalam perkawinan tampaknya semakin sulit, apalagi bila usia individu yang menikah masih tergolong muda sehingga belum cukup matang atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, SMP Negeri 7 adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Salatiga yang terletak dijalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelajaran matematika merupakan pengetahuan dasar, dan kompetensi penunjang bagi pelajaran lainnya yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Undang undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia melakukan kegiatan sehari-hari sebagai cara untuk memenuhi kebutuhannya, dimana proses kehidupan manusia terus berjalan dimulai sejak lahir (bayi),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memungkinkannya pencatatan dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Turi yang beralamatkan di Desa Turi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan 101 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif mengutamakan objektivitas disain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan menikah seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para

BAB I PENDAHULUAN. sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Di era globalisasi saat ini, teknologi dan informasi semakin berkembang sehingga jenjang pendidikan sangat penting. Di negara-negara maju, para mahasiswa telah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Tiara Irmawati Budi Handoyo Purwanto Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang menghasilkan data hasil

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri untuk mengembangkan kecakapan pribadi mahasiswa dipaparkan sebagai berikut. 1. Model

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 0 PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Oleh Rainal Mukhtar Drs. H. Sigalingging, M.Pd. Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Treffinger dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meninjau pertimbangan dari kesesuaian tujuan penelitian adalah penelitian dan pengembangan atau Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki keterampilan unggul, sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada masa ini sangatl dibutuhkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis data hasil penelitian yang diperoleh dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama penelitian. Pada penjelasan pada bab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ketiga menjelaskan tentang metode penelitian yang mencakup tentang pendekatan, metode, desain penelitian, lokasi penelitian, populasi, sampel, variabel penelitian, definisi

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembuatan keputusan karir dapat mengakibatkan seseorang mengalami gejala depresi (Walker & Gary, 2012). Gejala depresi muncul akibat disfunctional pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan secara jelas mengenai pendekatan dan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan secara jelas mengenai pendekatan dan metode BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara jelas mengenai pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, langkah-langkah penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Data pemahaman konsep matematis siswa untuk setiap sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan pada hakekatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi pembelajaran dan pembahasannya. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita bangsa Indonesia yang disebutkan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara. A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Godean yang terletak di Jl. Jae Sumantoro Sidoluhur Godean Sleman, merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan penelitian yaitu pendekatan kuantitaif. Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan penelitian yaitu pendekatan kuantitaif. Pendekatan 61 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian yaitu pendekatan kuantitaif. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL Heddi Dongoran Guru di SD Negeri 349 Tanjung Kapa Mandailing Natal Surel

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INFO SEARCH BERBASIS PMR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATA KULIAH STATISTIKA DASAR 2

PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INFO SEARCH BERBASIS PMR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATA KULIAH STATISTIKA DASAR 2 PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INFO SEARCH BERBASIS PMR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATA KULIAH STATISTIKA DASAR 2 Joko Sungkono*, Yuliana*, M. Wahid Syaifuddin* Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe STAD. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai perubahan besar, diantaranya perubahan fisik, kognitif, dan psikososial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN BAB 2 TINJAUAN PENELITIAN 2.1. Ego Development Definisi identitas menurut Erikson (dalam Subrahmanyam & Smahel, 2011) adalah perasaan subjektif terhadap diri sendiri yang konsisten dan berkembang dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA N 1 Getasan Tahun Pelajaran 2012/2013. Siswa kelas XI IPS berjumlah 51 siswa terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang semakin kompetitif seperti saat ini diperlukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara sangat bergantung

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA

BAB II. KAJIAN KONSEPTUAL TENTANG PROGRAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar... ii Ungkapan Terima Kasih... iii Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xii Daftar Bagan... xiii Daftar Lampiran... xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif yang merupakan pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif yang merupakan pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan pendekatan utama dan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kuantitatif meliputi hasil pretes dan hasil postes pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian tersebut meliputi:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Sebagian besar remaja tunanetra usia 18-22 tahun yang mengikuti program rehabilitasi di PSBN Wyata Guna Bandung memiliki status identitas bidang vokasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status identity di bidang akademik dalam pemilihan jurusan pada mahasiswa fakultas psikologi angkatan 2007 di Universitas X, Bandung. Metode yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Rombel Jumlah siswa Persentase 1 Kelas IVa 33 50% 2 Kelas IVb 33 50% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Rombel Jumlah siswa Persentase 1 Kelas IVa 33 50% 2 Kelas IVb 33 50% Jumlah % 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Todanan 01 Blora yang menjadi subjek penelitian ini adalah 1 SD paralel. Terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl. KH. Tb Ismail Kav Blok F Kota Cilegon.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012 DAFTAR ISI Abstrak i Abstract ii Kata Pengantar iii Ucapan Terima Kasih vi Daftar Isi ix Daftar Tabel xi Daftar Gambar xii Daftar Grafik xiii BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Penelitian 1 B. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Salatiga yang berjumlah 52 siswa dengan terdiri dari dua kelompok, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ali dan Asrori (2004) mengemukakan bahwa salah satu tugas perkembangan remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat utamanya tertuju pada pemilihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. 1. Pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 72 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III ini disajikan hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Pokok bahasan bagian ini adalah lokasi dan subjek populasi penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Tingkat II Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SDN 4 Kertasari yang berlokasi di Jalan Kartanagara No. 50 Kelurahan Kertasari, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN 79 BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan Data hasil yang diperoleh dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada bab I. Adapun deskriptif data hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Hal ini disebabkan karena subjek yang akan diteliti merupakan subjek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR Nofianti Eka Permadi Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah MTs Al Inayah yang berlokasi di jalan cijerokaso No.63 Kelurahan Sarijadi Bandung, Kecamatan Sukasari Bandung. MTs Al

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Materi pokok biologi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. model Discovery ini dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 2 kali

BAB IV HASIL PENELITIAN. Materi pokok biologi Ciri-Ciri Makhluk Hidup. model Discovery ini dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 2 kali BAB IV HASIL PENELITIAN Materi pokok biologi Ciri-Ciri Makhluk Hidup dengan menggunakan model Discovery ini dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yaitu 2 kali pertemuan untuk pelaksanaan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif (qualitative research). Tylor (Molenong, 2007:4),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Juli 1983 (29 tahun, 304 hari), usia sekolah yang sudah cukup matang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Juli 1983 (29 tahun, 304 hari), usia sekolah yang sudah cukup matang. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA N Seyegan sebuah sekolah yang terletak di daerah pinggiran kota yogyakarta, tepatnya di Wilayah Sleman bagian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER DI SMK TUNAS HARAPAN JAKARTA Pengaruh Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Pemahaman Kepribadian Siswa Kelas X... 25 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PEMAHAMAN KEPRIBADIAN SISWA KELAS X UNTUK PERENCANAAN KARIER

Lebih terperinci