BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang PBB, yang menjadi dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP tersebut ditentukan melalui model analisis tertentu berdasarkan ketentuan teknis yang berlaku di Direktorat Jenderal Pajak. Prosedur untuk menentukan NJOP diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP.533/PJ/2000 yang telah diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP.115/PJ/2002. NJOP yang menjadi dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan, seharusnya sesuai dengan Nilai Pasar Wajar (NPW) yang berlaku di daerah yang bersangkutan. NJOP tahun 2012 di daerah penelitian, yaitu Kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, berbeda dengan Nilai Pasar Wajar (NPW) yang berlaku di daerah tersebut. Berdasarkan analisis data lapangan, didapatkan besar NJOP yang lebih rendah dari Nilai Pasar Wajar (NPW). Rata-rata selisih antara NJOP dan NPW tersebut adalah rupiah dari 21 data yang dianalisis (lihat Lampiran D.4). Apabila NJOP tidak sesuai dengan NPW, maka NPW rata-rata yang seharusnya dapat mewakili nilai tanah, tidak dapat mewakili nilai tanah dalam suatu zona tertentu. Zona tersebut merupakan zona geografis yang terdiri atas sekelompok bidang tanah yang memiliki nilai tanah sama, sehingga disebut juga Zona Nilai Tanah (ZNT). NPW rata-rata yang tidak dapat mewakili nilai tanah dalam suatu zona tersebut, akan mengakibatkan tidak sesuainya pembentukan ZNT, sehingga akan terjadi ketidak sesuaian pula terhadap penetapan PBB pada beberapa bidang tanah. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak tahunan, sehingga harus dilakukan penilaian setiap tahun untuk mempertahankan asas keadilan. Oleh karena itu para penilai PBB dituntut untuk lebih cermat dalam melaksanakan tugasnya dengan menjunjung tinggi asas keadilan, pemerataan dan kepastian hukum. Bertitik tolak terhadap hal tersebut, maka perlu dilakukan penilaian ulang terhadap nilai tanah pada daerah penelitian. 1

2 2 Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk penilaian dan penyajian objek PBB adalah Sistem Informasi Geografik. Sistem Informasi Geografik (SIG) ini semakin berkembang di Indonesia dan banyak dimanfaatkan untuk kegiatan yang berkaitan dengan data spasial atau data keruangan. Teknologi ini digunakan tidak hanya untuk perolehan dan pengorganisasian basis data spasial tetapi juga dapat digunakan untuk sarana analisis spasial fenomena-fenomena yang terjadi di muka bumi sebagai dasar pengambilan keputusan. Kemampuan analisis SIG inilah yang coba dimanfaatkan secara praktis untuk penilaian tanah, dengan harapan untuk efisiensi dalam prosesnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan perbandingan penjualan (sales comparative), yaitu objek pajak yang akan dinilai dibandingkan dengan objek pajak lain sejenis yang sudah diketahui nilai jualnya. Semua objek dinilai dengan penilaian massal, sedangkan teknis pelaksanaan untuk analisis spasial dan perhitungan nilai tanah menggunakan teknologi analisis SIG, perangkat lunak yang digunakan adalah Arc GIS 9.3. I.2. RUMUSAN MASALAH Pada penelitian ini yang diangkat menjadi permasalahan utama adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tidak sesuai dengan Nilai Pasar Wajar (NPW), sehingga memunculkan pertanyaan sebagai berikut : a. Apakah dengan penilaian ulang dapat mengatasi ketidak sesuaian NJOP dan NPW? b. Dalam kasus penilaian ini, faktor apa yang paling dominan mempengaruhi nilai tanah? I.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah melakukan penilaian ulang terhadap objek Pajak Bumi dan Bangunan yang disajikan dalam bentuk Peta Zona Nilai Tanah Tahun 2013 Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan mengetahui faktor apa yang paling dominan mempengaruhi nilai tanah di daerah penelitian.

3 3 I.4. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini dapat dipandang dari dua segi, yaitu secara praktis dan keilmuan. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penilai di instansi pemerintahan seperti Dinas Pajak Daerah dan Pengelolaan Keuangan (DPDPK) Kota Yogyakarta, agar penilaian yang dilakukan lebih menjunjung tingkat keadilan dan keseragaman. Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai nilai tanah untuk keperluan transaksi-transaksi pertanahan seperti jual beli tanah secara up to date. Secara keilmuan, penelitian ini dapat menjadi sumbangsih untuk berbagai penelitian sejenis, mengenai metode pengolahan data dalam penilaian tanah dan properti, khususnya untuk keperluan Pajak Bumi dan Bangunan, sehingga secara aktual akan semakin berkembang. I.5. PEMBATASAN MASALAH Pembatasan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada beberapa hal. 1. Data yang digunakan adalah data transaksi jual beli tanah daerah penelitian dalam kurun waktu Oktober 2011 sampai dengan Desember 2012 dari Badan Pertanahan Nasional Kota Yogyakarta dan Peta Zona Nilai Tanah tahun 2012 dari DPDPK Yogyakarta. 2. Pendekatan yang dilakukan adalah Perbandingan Penjualan. 3. Penilaian dilakukan dengan cara penilaian massal, tidak memperhatikan property khusus. 4. Faktor penentu nilai tanah yang digunakan hanya faktor lokasi dan aksesibilitas, yaitu jarak terhadap jalan propinsi, jarak terhadap pusat kesehatan, jarak terhadap pusat pendidikan, jarak terhadap jalan kabupaten, jarak terhadap jalan kecamatan dan jarak terhadap jalan kelurahan. 5. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan menggunakan beberapa uji statistik, yaitu uji determinasi (R 2 ), uji simultan (F), uji multikolinieritas dan uji COV (Coefisien of Variation ).

4 4 I.6. TINJAUAN PUSTAKA Ecstacy, E., 2005 melakukan penelitian tentang Pembuatan Peta ZNT PBB dengan Teknik Analisis Spasial SIG Menggunakan Perangkat Lunak Arc View 2.3a. (Studi Kasus : Kel. Sumberagung, Kec. Jetis, Kab. Bantul, Yogyakarta) yang dilakukan dengan membandingkan besarnya NJOP dan NPW menggunakan metode uji Assesment Sales Ratio (ASR) sebagai salah satu alat penguji akurasi penentuan NJOP. Hasil akhirnya berupa peta ZNT, yaitu gambaran dari Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang mempunyai nilai sama pada suatu kawasan tertentu, NJOP dari hasil studi dinyatakan masuk dalam standar yang ditetapkan The International Association of Assessing Officers (IAAO), namun penentuan NJOP yang ditentukan oleh PBB tahun 2004 masih rendah dari NPW saat penelitian. Purnamasari, G.D., 2011 melakukan penelitian tentang Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah Kecamatan Kraton Yogyakarta yang dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan biaya (Cost Approach) untuk mengolah data sampel yang ditentukan dari hasil survey lapangan. Hasil akhir berupa 4 kelas nilai tanah dari 13 zona awal nilai tanah yang dibuat, nilai tanah tertinggi terdapat pada kawasan yang terletak di dekat jalan utama karena jalan utama merupakan pusat perdagangan dan perekonomian masyarakat, hal tersebut kemudian disajikan dalam bentuk peta ZNT. Sumardi, Y., 2002 melakukan penelitian tentang Zonasi Nilai Tanah untuk Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus Zonasi Nilai Tanah di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DIY), menggunakan peta penggunaan lahan, peta kelerengan, peta jaringan jalan, dan peta batas administrasi daerah. Pemrosesan data dilakukan dengan software, proses penelitiannya dilakukan dengan mengeplot nilai tanah rata-ratanya sesuai penggunaan lahan pada peta penggunaan lahan dan peta batas administrasinya. Hasil penelitian berupa Peta Konsep ZNT yang menunjukkan NIR dari setiap penggunaan lahan sesuai kondisi kelerengan tanah serta lokasi jarak jalan, yang diklasifikasikan sesuai ketentuan klasifikasi penentuan NJOP PBB. Hasil uji Assesment Sales Ratio (ASR) menunjukkan bahwa rata-rata penetapan NJOP masih lebih rendah dibandingkan dengan NPW saat penelitian. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah adanya pemanfaatan teknologi Sistem Informasi Geografik (SIG) dalam pengolahannya.

5 5 Penelitian ini mengambil studi kasus penelitian di Kelurahan Sorosutan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Pada penelitian ini dilakukan pembaharuan nilai tanah dengan melakukan penilaian ulang terhadap objek Pajak Bumi dan Bangunan menggunakan pendekatan perbandingan penjualan. Data yang dipergunakan adalah data transaksi jual beli tanah yang telah tersedia dari laporan bulanan PPAT kepada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Yogyakarta. Penyesuaian terhadap data transaksi tersebut dilakukan dengan analisis data hasil cek lapangan yang telah dihitung dan dibandingkan dengan data laporan PPAT yang telah tersedia. Model penilaian dibuat dengan menggunakan fungsi buffer, overlay dan scoring pada perangkat lunak Arc GIS 9.3 terhadap faktor lokasi dan aksesbilitas. Metode analisis terhadap model penilaian dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dengan beberapa uji statistik yaitu uji determinasi (R 2 ), uji simultan (F), uji multikolinieritas dan uji Coevisien of Variation (COV). Hasil akhir dari penelitian ini adalah nilai tanah baru dari penilaian tanah ulang yang disajikan dalam bentuk Peta Zona Nilai Tanah Tahun I.7. LANDASAN TEORI Beberapa teori yang menjadi pedoman dalam penelitian ini meliputi aspek penilaian, aspek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta aspek Sistem Informasi Geografis (SIG). Aspek penilaian meliputi pengertian harga, nilai dan nilai pasar, pengertian dan tujuan penilaian, faktor-faktor yang mempengaruhi nilai properti, konsep penilaian tanah, pendekatan penilaian, analisis nilai pasar, bentuk model persamaan penilaian (regresi), pengujian persamaan model dan evaluasi model. Aspek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) meliputi Pajak Bumi dan Bangunan secara umum, objek pajak, subjek pajak, cara penilaian properti di Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Blok, Zona Nilai Tanah (ZNT), Nilai Pasar Wajar (NPW) dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) serta cara pembuatan Peta ZNT oleh PBB.

6 6 Aspek Sistem Informasi Geografis (SIG) meliputi komponen SIG secara umum, cara kerja SIG, fungsi analisis spasial dalam SIG dan perangkat-perangkat lunak SIG. I.7.1. Pengertian Harga, Nilai dan Nilai Pasar Harga adalah sejumlah uang yang diminta, ditawarkan, atau dibayarkan dalam sebuah transaksi untuk mendapatkan hak milik dari suatu barang atau jasa, sedangkan nilai berpengertian bahwa suatu barang / benda akan mempunyai nilai bagi seseorang jika barang / benda tersebut memberi makna atau arti bagi seseorang tersebut (Hidayati, W., Harjanto, B., 2003). Nilai pasar adalah estimasi jumlah uang pada tanggal penilaian yang dapat diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu aset antara pembeli yang berminat membeli dan penjual yang berminat menjual dalam suatu transaksi bebas ikatan, pemasarannya dilakukan secara layak, dimana kedua pihak masing-masing mengetahui, bertindak hati-hati tanpa paksaan (Supriyanto, H., 2011). I.7.2. Pengertian dan Tujuan Penilaian Penilaian merupakan gabungan antara ilmu pengetahuan dan seni dalam mengestimasi kualitas dari sebuah kepentingan yang terdapat dalam suatu properti bagi tujuan tertentu dan pada waktu yang telah ditetapkan, serta dengan mempertimbangkan segala karakteristik yang ada pada properti tersebut termasuk jenis-jenis investasi yang ada di pasaran (Hidayati, W., Harjanto, B., 2003). Tujuan penilaian antara lain adalah penentuan nilai pasar terbuka, penilaian untuk tujuan penjualan, penilaian untuk tujuan pembelian, penilaian untuk tujuan penawaran, penilaian untuk tujuan jaminan mendapatkan pinjaman, penilaian untuk tujuan asuransi, penilaian untuk penggabungan perusahaan, penilaian untuk go public, serta penilaian yang berkaitan dengan kebijakan dan Undang-Undang. a. Penentuan Nilai Pasar Terbuka (Open Market Value). Apabila seorang penilai menggunakan perkataan nilai, pada umumnya yang dimaksudkan nilai tersebut adalah nilai pasaran terbuka. Nilai pasaran terbuka yang dimaksud adalah harga terbaik yang didapat dari sebuah kepentingan harta

7 7 melalui perjanjian individu (private treaty) pada tanggal penilaian dengan andaian : 1) Penjual dan pembeli yang sanggup, berkelayakan dan rela, 2) Ada cukup waktu untuk melihat dan berunding penjualan dengan mempertimbangkan jenis dan karakteristik harta, 3) Nilai tidak berubah dalam jangka waktu tersebut, 4) Ada waktu yang cukup dan tidak ada batasan untuk memperlihatkan harta data pasar, 5) Tidak mempertimbangkan tawaran tambahan atau tawaran istimewa dari pembeli. b. Penilaian untuk Tujuan Penjualan. c. Penilaian untuk Tujuan Pembelian. d. Penilaian untuk Tujuan Penawaran. e. Penilaian untuk Jaminan Mendapatkan Pinjaman. f. Penilaian untuk Tujuan Asuransi. g. Penilaian untuk Penggabungan Perusahaan (Merger). h. Penilaian untuk Tujuan Go public. i. Penilaian yang Berkaitan dengan Kebijakan dan Undang-Undang, antara lain adalah Pajak Bumi dan Bangunan, pembebasan tanah dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. 1) Pajak Bumi dan Bangunan, dalam hal ini penilaian objek PBB adalah dilakukan oleh penilai dari pihak Direktorat PBB sendiri dengan menggunakan metode penilaian yang telah ditentukan baik dengan teknik penialaian massal maupun penilaian individu (Pasal 4 Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-31/JP.6/1994). 2) Pembebasan tanah. 3) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. I.7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Properti Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai properti antara lain adalah faktor permintaan dan penawaran, faktor fisik properti, faktor peletakan (aksesbilitas) dan

8 8 lokasi properti, serta faktor politik dan kenegaraan (Hidayati, W., Harjanto, B., 2003). a. Faktor Permintaan dan Penawaran. b. Faktor Fisik Properti. 1) Jenis dan kegunaan properti. 2) Ukuran dan bentuk. 3) Desain dan konstruksi bangunan. c. Faktor Peletakan (Aksesbilitas) dan Lokasi Properti. Faktor ini terdiri dari beberapa hal, antara lain adalah peletakan (aksesbilitas) dan lokasi. 1) Peletakan (Aksesbilitas). Meliputi apakah properti terletak di tempat yang tinggi atau rendah, di lereng bukit atau di tepi sungai, di tengah atau di pojok blok perumahan dan sebagainya. Misalnya properti dibangun di atas tempat yang rendah maka akan memerlukan biaya yang lebih tinggi, karena memerlukan pengurugan. 2) Lokasi. Faktor lokasi menentukan apakah sebuah properti mudah atau sulit dicapai. Secara umum, teori lokasi menyebutkan bahwa semakin jauh dari pusat kota maka nilainya akan semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan kota merupakan pusat segala aktivitas hidup manusia. d. Faktor Politik dan Kenegaraan. I.7.4. Konsep Penilaian Tanah Penilaian (valuation / appraisal) pada dasarnya merupakan estimasi atau opini, walaupun didukung oleh alasan atau analisis yang rasional. Kelayakan suatu penilaian dibatasi oleh ketersediaan data yang cukup, serta kemampuan dan obyektifitas si penilai. Menurut Hidayati, W., Harjanto, B., 2003, penilaian tanah merupakan proses untuk memberikan estimasi dan pendapat atas suatu properti (bumi dan bangunan), berdasarkan fakta-fakta yang dapat diterima, yang diperoleh dari penelitian di lapangan dan melakukan penyelidikan serta pemeriksaan. Untuk melakukan penilaian tanah, perlu diketahui beberapa prinsip penilaian. Eckert, J.K., 1990, mengemukakan empat prinsip penilaian tanah, yakni penawaran dan permintaan (supply and demand), penggunaan yang tertinggi dan terbaik (highest

9 9 and the best use), keuntungan produktivitas (surplus productivity), serta prinsip perubahan dan antisipasi (change and anticipation). Kekuatan penawaran dan permintaan saling berinteraksi mempengaruhi nilai tanah yang direfleksikan oleh harga penjualan. Dalam jangka pendek, penawaran menjadi sangat kaku (inelastic), karena luas tanah tidak dapat ditambahkan secara cepat dan drastis (Mangkoesoebroto, G., 1994). Sementara itu kebutuhan akan tanah sebagai tempat tinggal atau tempat usaha maupun sebagai barang investasi semakin lama semakin mendekati gejala konsumtif (durable consumption goods). Sementara itu juga, penilaian tanah harus didasarkan atas penggunaan tanah yang terbaik dan yang paling maksimal agar penggunaannya menjadi lebih ekonomis. Penggunaan atas sebidang tanah harus dapat memberikan harapan keuntungan yang paling besar baik keuntungan yang bersifat material maupun yang bersifat nonmaterial. Sebenarnya, tanah itu sendiri sudah memiliki nilai, akan tetapi pengembangannya dapat memberikan kontribusi baru terhadap bertambahnya nilai tanah. Prinsip perubahan menyatakan bahwa nilai pasar dipengaruhi oleh dinamika ekonomi, politik dan faktor demografi seperti adanya peningkatan, suku bunga (interest rate), transportasi ataupun keadaan ekonomi lokal dan regional. Prinsip antisipasi, didasarkan oleh pendekatan pendapatan. Nilai pasar akhirnya diartikan sama dengan nilai saat ini yang diproyeksikan pada keuntungan yang akan datang (present value of future benefits). I.7.5. Pendekatan Penilaian Sebagaimana yang dimaksudkan dalam pasal 1 ayat 3 UU Nomor 12 Tahun 1985, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994, maka dalam penentuan NJOP dikenal tiga pendekatan penilaian. a. Pendekatan Perbandingan Penjualan (Sales Comparative). (Eckert, J.K., 1990) pendekatan perbandingan penjualan adalah pendekatan penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara properti yang dinilai (sucject peoperty) dengan properti-properti pembanding (comparable properties) yang telah diketahui karakteristik dan nilainya. Selanjutnya analisis dilakukan dengan mengukur tingkat kesamaan dan perbedaannya

10 10 untuk menentukan berapa penyesuaian (adjustment) yang akan diberikan untuk menentukan nilai properti subyek. Penyesuaian atau adjustment dapat diterapkan untuk membandingkan properti dalam bentuk prosentase atau dalam bentuk satuan uang (rupiah) dan sebagainya. Penyesuaian dapat dilakukan dalam berbagai cara, tergantung atas bagaimana hubungan (adjustment), yaitu : 1) Penyesuaian Lump-Sum, 2) Penyesuaian presentase komulatif (cumulative percentage), 3) Penyesuaian perkalian presentase (multiplicative percentage), 4) Penyesuaian metode gabungan (the hybrid method). Secara umum persamaan pendekatan perbandingan penjualan dapat ditulis sebagai berikut : MV = S c + ADJ c... (I.1.) Keterangan : MV = Perkiraan nilai pasar (market value estimate) Sc = Harga penjualan property pembanding (sale price of subject property) ADJc = Total penyesuaian elemen perbandingan antara property pembanding dan property yang dinilai. Dalam studi ini digunakan penyesuaian prosentase, yaitu nilai elemen pembanding yang dikenakan pada property pembanding (comparables properties) menggunakan prosentase untuk mencari properti yang akan dinilai (subject property), sehingga persamaan (I.1.) dapat diturunkan menjadi : MV = S c + (k% x S c)..... (I.2.) Keterangan : K% = komulatif penyesuaian

11 11 Nilai k% mengekspresikan besarnya komulatif dari semua jenis penyesuaian yang diberikan. Karena digunakan beberapa jenis penyesuaian maka nilai k% bisa ditulis menjadi : K% = adj1 + adj2 + adj3...+adjn... (I.3.) Keterangan : adj1 + adj2 + adj3...+adjn = penyesuaian ke-1 sampai penyesuaian ke-n. b. Pendekatan Biaya (Cost Approach). c. Pendekatan Kapitalisasi Pendapatan (Income Approach). I.7.6. Analisis Nilai Pasar Analisis nilai pasar dilakukan untuk mendapatkan nilai pasar dari data transaksi. Semua data transaksi jual beli yang ditetapkan pada tanggal penilaian tertentu, selanjutnya dilakukan koreksi sumber data dan koreksi waktu transaksi data jual beli untuk mendapatkan harga estimasi nilai pasar wajar Koreksi Nilai Transaksi. Mengacu pada Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE-55/PJ.6/1999, perhitungan koreksi waktu transaksi menggunakan persamaan berikut. HK = HT + {(n-m) x HT}... (I.4.) Keterangan : HK : harga koreksi per meter persegi (Rp) HT : harga tanah dari data per meter persegi (Rp) n : tanggal penilaian m : waktu transaksi

12 Koreksi Sumber Data. Mengacu pada Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE-55/PJ.6/1999, perhitungan koreksi waktu transaksi menggunakan persamaan berikut. HK = HT + (A / 100 x HT)... (I.5.) Keterangan : HK : harga koreksi per meter persegi (Rp) HT : harga tanah dari data per meter persegi (Rp) A : besarnya koreksi untuk penyesuaian (%) I.7.7. Bentuk Model Persamaan Regresi Analisis regresi sebagai konsep statistik pertama kali diperkenalkan oleh Sir Francis Galton pada tahun 1877 (Algifari, 1997). Secara umum, model regresi digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Eckret, J.K., 1990 mengemukakan bahwa, untuk dapat mengetahui adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya, perlu adanya suatu formula atau persamaan matematis. Ada dua macam model persamaan regresi, yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Regresi linier sederhana menggambarkan hubungan antara variabel terikat dengan satu variabel bebasnya. Model matematisnya adalah sebagai berikut : Y = b 0 + b 1 X 1... (I.6.) Regresi linier berganda digunakan apabila variabel terikatnya bergantung pada lebih dari satu variabel bebas. Nilai tanah dipengaruhi oleh banyak faktor yang variabel bebasnya lebih dari satu. Model matematisnya adalah sebagai berikut : Y = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X b n X n... (I.7.) Keterangan : Y X 1, X 2, X 3,..., X n : nilai variabel terikat (estimasi harga jual) : nilai variabel bebas

13 13 b 0 b 1, b 2, b 3,..., b n n : harga Y bila x = 0 (harga konstan) : koefisien regresi (variabel bebas) : banyaknya variabel I.7.8. Pengujian Model Persamaan Beberapa pengujian terhadap model dalam penelitian ini antara lain didasarkan pada uji statistik berupa uji koefisien determinasi (R 2 ) dan uji simultan (uji F). Selain itu juga digunakan uji multikolinieritas. Uji statistik ini digunakan untuk memperoleh model regresi terbaik Koefisien Determinasi (R 2 ). Nilai koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan prosentase pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R 2 berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati 1 maka variabel bebas hampir memberikan semua informasi untuk memprediksi variabel terikat atau merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan menjelaskan perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menghitung nilai koefisien determinasi dapat digunakan rumus (I.8). [ ]... (I.8.) Keterangan : R² : koefisien determinasi... : koefisien regresi... : variabel bebas Y : variabel tak bebas Σ : operasi penjumlahan Uji Simultan (F). Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen mempunyai pengaruh yang secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan antara F tabel dengan F hitung yang terdapat dalam tabel

14 14 Analysis of Variance. Untuk menentukan nilai F tabel tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% atau tingkat kepercayaan 95%, dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k=1), notasi n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intercept. Dasar keputusan uji, terima Ho jika F hitung kurang dari F tabel, tolak Ho jika F hitung lebih dari F tabel. Untuk menghitung nilai uji F dapat digunakan rumus :... (I.9.) Keterangan : R 2 n p : koefisien determinasi (dari rumus (I.8.)) : jumlah sampel : jumlah variabel Uji Multikolinieritas. Uji ini dilakukan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Indikasi gejala multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Varians Inflation Factor (VIF) dalam persamaan regresi antarvariabel bebas. Jika VIF lebih dari 10, artinya terdapat gejala multikolinieritas yang besar, dan variabel bebas tidak dipakai dalam model. Untuk menghitung VIF digunakan rumus (Gujarati, 1995) seperti persamaan berikut :... (I.10.) Keterangan : R 2 VIF : koefisien determinasi (dari rumus (I.8.)) : Varians Inflation Factor

15 15 I.7.9. Evaluasi Model Model yang sudah terpilih dilakukan pengujian ulang untuk mengetahui apakah model yang dihasilkan dapat diterapkan untuk menentukan nilai tanah di lokasi penelitian. Uji kualitas model menggunakan uji Coefisien of Variation (COV). COV dihitung dengan membagi standar deviation dengan rata-rata rasio nilai estimasi tanah dengan nilai tanah sampel dan mengalikannya dengan 100. COV ini digunakan untuk menguji tingkat akurasi model dalam memprediksi nilai tanah (Eckert, 1990), sehingga dapat dikatakan bahwa akurasi dari suatu model dapat dilihat dari nilai COV. Apabila nilai COV antara 7% sampai 10 %, maka dikatakan bahwa model yang sudah dipilih baik. Nilai COV yang merepresentasikan model sangat baik adalah apabila bernilai kurang dari 5%, namun dibeberapa prinsip kasus penilaian hal tersebut jarang ditemukan (Linne, M.R., Kane, M. S., Dell, G., 2000). Nilai COV dapat diperoleh dari persamaan berikut : C EE... (I.11.)... (I.12.) Keterangan : SEE : Standard Error of the Estimate / standar deviasi Y i Ŷ i n p n-p-1 : nilai jual tanah ke-i : hasil estimasi nilai tanah ke-i : jumlah sampel : jumlah variabel bebas : derajat kebebasan I Pajak Bumi dan Bangunan Pajak Bumi dan Bangunan secara Umum. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) merupakan pajak yang bersifat kebendaan, atau dengan kata lain besarnya

16 16 ketetapan pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak ditentukan oleh ukuran, letak serta kualitas suatu objek pajak. Letak objek pajak dapat diketahui dari suatu peta, sehingga penggunaan peta sebagai suatu sarana pelengkap administrasi pemungutan PBB sangat dibutuhkan. Salah satu faktor penting dalam perhitungan besarnya ketetapan PBB adalah luas objek pajak, yaitu luas tanah maupun bangunan. Mengingat hal tersebut, maka pengumpulan data luas dan data lain dari tanah dan / atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, atau dimanfaatkan oleh subjek wajib pajak merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan dengan cermat dan tertib sehingga dapat mencerminkan azas keadilan dalam menentukan besarnya ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan. Untuk melengkapi data tersebut dibuatlah peta blok (Soemitro, R., 1989) Objek Pajak. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas bumi dan bangunan. Dasar hukum pengenaan PBB adalah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 12 Tahun Pengertian bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya yang meliputi tanah pekarangan, sawah, empang, perairan pedalaman, serta laut wilayah Indonesia. Pengertian bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan. Termasuk pengertian bangunan yang dapat dikenakan pajak adalah bangunan tempat tinggal, gedung kantor, hotel, pabrik, emplacement, dan lain-lain. Pada dasarnya semua tanah dan bangunan merupakan objek pajak, namun terhadap tanah dan bangunan tentunya dapat dikecualikan atau tidak dikenai pungutan PBB (Soemitro, R., 1989). Objek yang dikecualikan tersebut adalah a. Tanah atau bangunan yang digunakan semata-mata untuk kepentingan umum yang dimaksud untuk tidak memperoleh keuntungan, seperti pesantren, sekolah, tanah wakaf, rumah sakit pemerintah, dan lain-lain. b. Tanah atau bangunan yang digunakan untuk kuburan umum, peninggalan purbakala, museum dan sejenisnya. c. Tanah dan bangunan yang digunakan oleh perwakilan diplomatik ataupun konsulat berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

17 17 d. Tanah yang merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa dan tanah negara yang belum dibebankan sesuatu hak. e. Bangunan yang digunakan oleh perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan Subjek Pajak. Subjek pajak berdasarkan Undang-Undang PBB adalah orang atau organisasi yang mendapatkan manfaat atau kenikmatan atas sebidang tanah dan atau bangunan yang dikuasainya. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 4 ayat (1), yang pada intinya menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah orang atau organisasi yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi, dan / atau memperoleh manfaat atas bumi, dan / atau memiliki, menguasai, dan / atau memperoleh manfaat atas bangunan. Menurut hemat kami pasal tersebut tidak hanya menyebut pemilik harta tetap tetapi juga orang atau organisasi yang menguasai harta tetap tersebut, artinya adalah orang yang mendapat manfaat atau kenikmatan dari objek. Orang atau organisasi yang ditetapkan sebagai subjek pajak adalah pemilik, namun apabila tidak diketahui pemiliknya maka, orang atau organisasi yang secara nyata menguasai baik sebagai pengontrak / penyewa, penguasa, pengurus ataupun penunggu yang secara nyata memperoleh manfaat atau menikmati harta tetap / properti tersebut dapat ditetapkan sebagai subjek pajak (Soemitro, R., 1989) Cara Penilaian Properti di Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Perolehan Bea Hak Atas Tanah dan Bangunan (PBHTB) Mengingat jumlah objek pajak yang sangat banyak untuk setiap wilayah penilaian (kelurahan), sedangkan jumlah tenaga penilai dan waktu pelaksanaan penilaian yang sangat terbatas, maka pelaksanaan penilaian oleh Kantor PBB dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian massal yang diterapkan bagi objek standar dan penilaian secara individual ditetapkan untuk objek pajak nonstandard dan objek khusus. Pembedaan ini lebih ditekankan pada nilai ekonomis dan potensi pengenaan pajak dari objek yang bersangkutan.

18 18 a. Penilaian Massal. NJOP tanah dihitung berdasarkan Nilai Indikasi Ratarata (NIR) yang terdapat pada setiap Zona Nilai Tanah (ZNT), sedangkan NJOP bangunan dihitung berdasarkan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB). Perhitungan penilaian massal dilakukan terhadap objek pajak dengan menggunakan program komputer (Computer Assisted Valuation / CAV). b. Penilaian Individual. Penilaian individual diterapkan untuk objek pajak umum yang bernilai tinggi (tertentu), baik objek pajak khusus, ataupun objek pajak umum yang telah dinilai dengan CAV namun hasilnya tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya karena keterbatasan aplikasi program. Proses penilaiannya adalah dengan memperhitungkan seluruh karakteristik dari objek pajak tersebut Blok dan Peta Bok Peta blok merupakan peta yang menggambarkan suatu zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak, yang diperlukan untuk kepentingan penentuan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di dalam suatu satuan wilayah administrasi pemerintahan desa atau kelurahan. Peta Blok dibuat dengan skala 1 : atau 1 : untuk sektor pedesaan dan untuk daerah perkotaan skala 1 : atau skala yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan. Penentuan batas blok harus memperhatikan karakteristik fisik yang tidak berubah dalam kurun waktu yang lama, sebagai contoh dalam hal terdapatnya jalan raya dan gang, maka yang ditetapkan sebagai batas blok adalah jalan raya. Idealnya satu blok menampung lebih kurang 200 objek pajak atau luas sekitar 15 hektar. Hal ini untuk memudahkan pengawasan baik dalam pemeliharaan basis data. Jumlah objek pajak atau luas blok bisa fleksibel terhadap angka tersebut, apabila kondisi setempat tidak memungkinkan untuk ditetapkan pembatasan tersebut Zona Nilai Tanah (ZNT) dan Peta Zona Nilai Tanah Peta ZNT adalah peta yang menggambarkan suatu zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak yang mempunyai satu Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) yang dibatasi oleh batas penguasaan atau pemilikan objek pajak dalam satu wilayah

19 19 adminstrasi desa atau kelurahan. Skala Peta ZNT dibuat seperti halnya Peta Blok, yaitu skala 1 : atau 1 : untuk sektor pedesaan dan untuk daerah perkotaan skala 1 : atau skala yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan. Penentuan batas Zona Nilai Tanah tidak terikat kepada batas blok, setiap zona memiliki kode yang berbeda, unik dan dimaksudkan untuk memudahkan penentuan relatif objek pajak di lapangan maupun untuk kepentingan pengenaan PBB. Kode ini disusun menggunakan kombinasi dua huruf dimulai dari AA sampai dengan ZZ. Pemberian kode pada peta ini diatur dengan mengikuti pemberian nomor blok pada peta desa atau kelurahan atau Nomor Objek Pajak (NOP) peta blok. I Nilai Pasar Wajar (NPW) dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Nilai pasar wajar (NPW) adalah nilai tertinggi dari suatu barang jika dijual di pasaran bebas dengan memberikan batasan waktu yang cukup untuk mendapatkan seorang pembeli yang mengetahui tentang kegunaan barang tersebut. Asumsi adanya Nilai Pasar Wajar (NPW) adalah : a. Transaksi diantara penjual dan pembeli yang wajar (tidak ada hubungan antara keduanya), b. Ada masa (waktu) dalam negosiasi untuk melakukan transaksi yang dianggap wajar, c. Dalam masa (waktu) negosiasi tersebut nilai tanah senantiasa tetap, d. Harta tersebut dipamerkan ke pasaran terbuka, e. Tidak diperhitungkan tawaran harga dari pembeli istimewa. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau NJOP pengganti. Proses penentuan NJOP haruslah sesuai dengan ketentuan NPW, jadi pemerintah tidak salah jika berharap bahwa NJOP adalah sama dengan nilai pasar. Jika NJOP berhasil disamakan dengan nilai pasar, diharapkan juga bahwa NJOP akan menjadi SVMP (Single Value for Multi Purpose). Artinya NJOP tidak sematamata digunakan untuk tujuan perpajakan, tetapi dapat juga digunakan untuk tujuan

20 20 lain. Misalnya, pembebasan tanah, asuransi, penggabungan usaha, peleburan usaha, pemekaran usaha, dan agungan bank. I Penentuan NIR dan Pembuatan Peta ZNT oleh PBB Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) adalah nilai pasar wajar rerata yang dapat mewakili nilai tanah di dalam suatu ZNT. Dalam penentuan NIR dan pembuatan Peta ZNT, PBB mengacu pada Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor : KEP- 533/PJ/2000. a. Persiapan. Mengumpulkan bahan-bahan yang meliputi Peta Blok, Peta Zona Nilai Tanah, Peta Kelerengan, data-data Notaris Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), klasifikasi NJOP terakhir, daftar NIR dan ZNT lama, data harga jual yang diperoleh dari sumber data PPAT, Notaris, Agen Properti, Kepala Desa dan data lapangan dari masyarakat dengan menggunakan formulir standar pengumpulan data transaksi properti yang digunakan di Kantor Pelayanan PBB. b. Kompilasi Data. Yaitu melakukan pengelompokan data harga jual yang diperoleh menurut lokasi tanah dan jenis penggunaan tanah karena jenis penggunaan tanah merupakan variabel yang signifikan dalam menentukan batas antarzona nilai tanah. c. Rekapitulasi Data dan Ploting Data Transaksi pada Peta Nilai Tanah ZNT. Semua data dimasukkan dalam formulir Analisis Penentuan Nilai Pasar Wajar, kemudian memberikan penyesuaian waktu dan jenis untuk menentukan Nilai Pasar Wajar tanah per meter persegi. Penyesuaian terhadap waktu dilakukan dengan membandingkan waktu transaksi dengan keadaan per 1 Januari tahun pajak bersangkutan. Kemudian dilakukan ploting pada Peta Nilai Tanah ZNT. d. Menentukan Nilai Pasar Wajar per meter persegi. Tanah kosong, Nilai Pasar dibagi luas dalam satuan meter persegi, sedangkan tanah dan bangunan dengan cara menentukan nilai bangunan dengan menggunakan DBKB setempat. Kemudian Nilai Pasar dikurangi Nilai Bangunan diperoleh Nilai Pasar Tanah Kosong untuk kemudian dibagi luas tanah dalam satuan meter persegi.

21 21 e. Membuat Batas Imajiner Peta ZNT. Proses pembuatan batas imajiner mengacu pada peta ZNT lama dan mempertimbangkan data transaksi yang telah dianalisis dan telah diplot pada Peta Nilai Tanah ZNT. f. Analisis Data Penentuan NIR. Analisis data dilakukan berdasarkan Zona Nilai Tanah (ZNT), sehingga untuk ZNT yang berbeda harus menggunakan halaman baru. Penyesuaian nilai tanah untuk menentukan NIR, untuk ZNT yang memiliki data transaksi lebih dari satu penentuan NIR dilakukan dengan cara merata-rata data transaksi tersebut. Untuk ZNT yang hanya memiliki satu atau tidak ada data transaksi, penentuan NIR dapat mengacu pada NIR di ZNT lain terdekat, dengan melakukan penyesuaian faktor lokasi, jenis penggunaan tanah dan keluasan persil. g. Pembuatan Peta ZNT. Peta ZNT dibuat dengan ketentuan garis batas ZNT yang mengacu pada garis bidang milik dan diberi warna yang berbeda pada setiap garis batas ZNT yang berbeda. I Sistem Informasi Geografik (SIG) SIG merupakan sistem komputer yang memiliki komponen utama (yang terbagi atas empat komponen subsistem), dalam menangani data yang bereferensi geografis, yaitu data masukan, manajemen data, analisis dan manipulasi data, serta data keluaran. a. Data Masukan (input), subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Merupakan proses mengubah data dari data bentuk asalnya kedalam format digital yang dapat dibaca oleh komputer. Data yang sudah diubah kemudian disimpan dalam basis data SIG. b. Manajemen data, subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update dan di-edit. Antara data spasial dan data atribut dipisahkan pengelolaannya tetapi hubungannya selalu dipertahankan. c. Analisis dan manipulasi data, subsistem ini merupakan fungsi untuk menentukan apa yang dapat diperoleh dari SIG. Subsistem ini melakukan

22 22 manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. d. Data keluaran (output), subsistem ini berfungsi menyajikan data yang tersimpan dalam basis data SIG maupun informasi yang dihasilkan melalui proses analisis. Penyajiannya dapat dalam bentuk softcopy (tampilan layar monitor) maupun bentuk hardcopy seperti tabel, grafik dan peta. DATA INPUT Tabel Laporan DATA MANAGEMENT AND MANIPULATION Pengukuran Lapangan Data Digital Lain Peta (tematik,topografi) Input Storage Retrieval Output DATA OUTPUT Peta Tabel Laporan Citra Satelit Processing Softcopy Foto Udara Data Lainnya Gambar I.1. Subsistem Sistem Informasi Geografis (Prahasta, Eddy, 2001) I Cara Kerja SIG. SIG dapat merepresentasikan dunia nyata di atas monitor komputer sebagaimana lembaran peta dapat merepresentasikan dunia nyata di atas kertas. SIG menyimpan semua informasi deskriptif unsur-unsurnya sebagai atribut-atribut di dalam table-tabel (relasional) dan menghubungkannya dengan tabel-tabel yang bersangkutan. Dengan demikian, atribut-atribut tersebut dapat diakses melalui lokasi-lokasi unsur peta dan begitu sebaliknya. I Fungsi Analisis Spasial dalam SIG. Fungsi analisis spasial merupakan operasi untuk menentukan hubungan antartema, menempatkan atribut-atribut dari

23 23 satu tema, atribut-atribut dari satu tema pada feature lainnya, serta mengumpulkan feature dan atribut kedua tema tersebut. Fungsi analisis spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah overlay dan buffering. a. Overlay. Fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial yang menjadi masukannya. Setelah proses overlay, hubungan antara obyek yang ada akan diperbaharui (topologi baru). Fungsi overlay dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu overlay antara titik dengan poligon, garis dengan poligon dan poligon dengan poligon. Fungsi overlay dapat dilihat seperti pada Gambar I.2. Layer Lahan Layer Batas A Overlay C B ID Lahan ID Batas ID I 1 A II 1 B VI I V VII II IV VIII III III 3 B IV 2 A V 2 B VI 4 B VII 2 C VIII 4 C Gambar I.2. Overlay antara poligon dengan poligon. b. Buffering. Fungsi ini menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon atau zona dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi masukannya. Buffer biasanya dibangun dengan arah keluar untuk melindungi elemen-elemen spasial yang bersangkutan. Dengan membuat buffer, maka akan terbentuk suatu area, poligon, atau zona baru yang menutupi (atau melindungi) objek spasial (titik, garis, poligon) dengan jarak tertentu. Data spasial buffer dapat diperlakukan sebagaimana poligonpoligon biasa. Tampilan buffer dapat dilihat pada Gambar I.3.

24 24 Zona buffer poligon titik garis Gambar I.3. Buffer dari obyek titik, garis dan poligon Perangkat Lunak Map Info. Map Info merupakan salah satu perangkat lunak pemetaan (SIG) desktop yang dikembangkan dan kemudian dipasarkan untuk memenuhi (sebagian besar) kebutuhan-kebutuhan di lingkungan bisnis. Perangkat SIG yang versi 7.5 profesionalnya di release tahun 2003 ini memungkinkan para penggunanya untuk memvisualisasikan dan menganalisa data-data yang menjadi masukannya secara geografis lebih cepat dan menyediakan informasi yang diperlukan di dalam proses pengambilan keputusan. Sementara itu, karena cukup handal, fungsionalitasnya sesuai dengan kebutuhan, dan harganya yang relative murah, Map Info banyak digunakan di Indonesia sejak pertengahan tahun 1980an hingga pada saat ini sejak versi DOS hingga Windows. Selain itu, Map Info juga termasuk (dari sebagian kecil) perangkat lunak SIG yang paling popular di Indonesia. Orang Indonesia sudah sangat familier dengan produk ini. Data spasial utama yang digunakan oleh Map Info yang menggunakan model vector diimplementasikan sebagai sebuah table data spasial yang diimplementasikan sebagai table ini terdiri dari beberapa komponen file. I Perangkat Lunak Arc GIS. Arc GIS merupakan salah satu perangkat lunak SIG yang dapat digunakan untuk mengolah data spasial, membuat data tabular, menampilkan, memilih data, menerima dan konversi dari data digital lain.

25 25 Arc GIS desktop merupakan kumpulan aplikasi perangkat lunak SIG utama yang berbasis desktop Ms. Windows yang digunakan untuk mengompilasikan, menuliskan, menganalisis, men-sharing, memetakan, dan memublikasikan informasi spasial. Framework (sistem) ini terdiri dari Arc Map, Arc Catalog, Arc Toolbox, Arc Globe, Arc Reader dan Model Builder dengan beberapa tingkatan fungsionalnya. a. Arc View terfokus pada fungsionalitas penggunaan, pemetaan dan analisis data yang komprehensif. b. Arc Editor menambahkan fungsionalitas pembuatan data dan editing unsure-unsur spasial lanjut. c. Arc Info merupakan perangkat lunak SIG desktop professional dengan fungsionalitas yang lengkap termasuk tool geoprocessingnya yang banyak.

BAB II TINJUAUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAUAN PUSTAKA BAB II TINJUAUAN PUSTAKA II.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta dengan luas 1503,43 Ha yang terbagi dalam 13 (tiga belas) kelurahan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Indonesia terletak diantara tiga lempeng utama dunia yaitu Lempeng Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Letak Indonesia yang berada di posisi ring of fire

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN DAN PENGHITUNGAN DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 50 TAHUN 2013 TENTANG PENDAFTARAN, PENDATAAN DAN PENILAIAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah sebagai bagian dari ruang muka bumi adalah sarana bagi manusia untuk melaksanakan segala aktivitasnya. Penilaian atas sebidang tanah akan menjadi sangat berbeda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah merupakan sumberdaya alam yang terbatas jumlahnya sehingga perlu dikelola dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebutuhan masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan aset yang memiliki nilai ekonomi dan sosial bagi orang atau yang memilikinya. Saat ini harga bidang tanah merupakan informasi penting yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI KOTA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Nilai Waktu Uang Dalam Manajemen Keuangan Dr. Mamduh M. Hanafi (2008:83) menyatakan bahwa Rp1 juta yang diterima sekarang tentunya lebih bernilai dibanding

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2014 PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN MASSAL UNTUK MENINGKATKAN POTENSI PAD (PENDAPATAN ASLI DAERAH) KHUSUSNYA PBB DAN BPHTB (Studi Kasus Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta) Rizki

Lebih terperinci

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) A. Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut: a) Bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang penting

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015 PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH BERDASARKAN HARGA PASAR UNTUK MENENTUKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK DI KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG Sarmedis Anrico Situmorang, Sawitri Subiyanto, Moehammad Awaluddin

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 91 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 91 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 91 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI DASAR PENGENAAN

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka 7 Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Penelitian terdahulu yang relevan Penelitian terdahulu mengenai pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menentukan rute yang optimum dan penentuan lokasi KP Pratama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Dinas Pengendalian Pertanahan Daerah Kabupaten Sleman, sumber daya tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK DAN POKOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Metode Assessment Sales Ratio Menurut Hartoyo (20013:1) Assessment sales ratio (ASR) adalah rasio atau perbandingan antara nilai yang digunakan untuk penetapan pajak

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBYEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Windhu Purnomo FKM UA 2013 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa, mengintegrasi, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang sangat peka terhadap perkembangan. Perkembangan yang cukup pesat pada suatu daerah menyebabkan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2015

Jurnal Geodesi Undip OKTOBER 2015 PEMETAAN ZONA NILAI TANAH BERDASARKAN HARGA PASAR UNTUK MENENTUKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK () MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang) Meilina Fika

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 31 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK DAN SUBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 74 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG KLASIFIKASI DAN TATA CARA PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia membutuhkan ruang untuk beraktivitas. Ruang yang dibutuhkan manusia untuk melakukan aktivitas berada di atas tanah. Tanah merupakan sumber

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penerimaan Pajak Bumi dan bangunan (PBB) sangat penting peranannya bagi pembangunan daerah, tetapi harus disadari bahwa pengadministrasian PBB masih merupakan masalah

Lebih terperinci

DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB

DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB DASAR HUKUM DAN TERMINOLOGI PBB I. Dasar Hukum Pemungutan PBB 1. UU No. 6 Tahun 1983 diperbaharui dengan UU No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Perpajakan 2. UU No. 12 tahun 1985 diperbaharui dengan

Lebih terperinci

1 of 11 7/26/17, 12:19 AM

1 of 11 7/26/17, 12:19 AM 1 of 11 7/26/17, 12:19 AM KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENILAIAN UNTUK PENENTUAN NILAI JUAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harga tanah adalah penilaian atas nilai tanah yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan uang untuk satu satuan luas tertentu pada pasaran lahan. Harga tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu komoditas alam yang strategis baik ditinjau dari aspek sosial maupun ekonomi. Dari aspek sosial, tanah adalah tempat atau ruang dimana manusia

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

IV.1 Analisis Hasil Pembobotan Kriteria IV.2 Analisis Regresi

IV.1 Analisis Hasil Pembobotan Kriteria IV.2 Analisis Regresi 52 Bab IV Analisis IV.1 Analisis Hasil Pembobotan Kriteria Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan nilai Chi Kuadrat hitung sebesar 128,5865 (lihat Lampiran N), sedangkan Chi Kuadrat tabel dengan α =

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

DEFINISI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DEFINISI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DEFINISI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PEDESAAN DAN PERKOTAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN: Undang Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Bumi dan Bangunan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

260 TAHUN 2015 PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN 2016

260 TAHUN 2015 PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN 2016 260 TAHUN 2015 PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TAHUN 2016 Contributed by Administrator Thursday, 31 December 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN GUBERNUR

Lebih terperinci

terdapat gabungan antara ilmu pengetahuan dan unsur seni (art) dalam mengestimasi nilai dari suatu properti.

terdapat gabungan antara ilmu pengetahuan dan unsur seni (art) dalam mengestimasi nilai dari suatu properti. 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dengan semakin pentingnya penentuan nilai tanah secara massal untuk berbagai tujuan menyebabkan peran penilaian properti diperlukan. Dalam hubungannya dengan lokasi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 30 TAHUN TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 30 TAHUN TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR: 30 TAHUN 20122 TENTANG TATA CARA PENDATAAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dalam Meningatkan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bantul. Pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi Bangunan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH UNTUK MENENTUKAN NILAI INDIKASI RATA-RATA (NIR) HARGA PASAR MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG (Studi Kasus :Kecamatan Ngaliyan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem 1. Pengertian Sistem secara Umum Sistem adalah suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajemen pengambilan keputusan/kebijakan dan menjalankan operasional dari

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH UNTUK MENENTUKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (Studi Kasus : Kec. Gunungpati, Kota Semarang) Ramlansius Tumanggor, Ir.Sawitri Subiyanto, Bambang Darmo Yuwono *) Program Studi

Lebih terperinci

MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT

MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT MENGENAL SEKILAS TENTANG KEBIJAKAN PEDAERAHAN PAJAK PUSAT Budi Lazarusli* ABSTRAK Pada tanggal 15 September 29 diundangkan undang-undang baru yakni UU No. 28 Tahun 29 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Lebih terperinci

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: YUSUF SYARIFUDIN L2D 002 446 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 NOMOR 32 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Aetra Air Tangerang merupakan perusahaan hasil kerjasama pemerintah kabupaten Tangerang dengan pihak swasta (KPS) yang menyuplai kebutuhan air bersih bagi penduduk

Lebih terperinci

PER - 36/PJ/2011 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERHUTANAN

PER - 36/PJ/2011 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERHUTANAN PER - 36/PJ/2011 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERHUTANAN Contributed by Administrator Friday, 18 November 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 36/PJ/2011

Lebih terperinci

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Jurnal Geodesi Undip April 2016 ANALISIS PERUBAHAN ZONA NILAI TANAH BERDASARKAN HARGA PASAR UNTUK MENENTUKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) DAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus : Kec. Semarang Timur, Kota Semarang)

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA OLEH: Yulazri M.Ak. CPA Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 12 1985 Perubahan 12 1994 OBJEK PAJAK Pasal 2 ayat (1) BUMI BANGUNAN Adalah: Permukaan bumi yang meliputi tanah dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang sama pernah dilakukan sebelumnya oleh Bambang Pramono (2016) di STMIK AKAKOM dalam skripsinya yang berjudul Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Sistem Informasi Geografi adalah suatu sistem manajemen berupa informasi

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip April 2016

Jurnal Geodesi Undip April 2016 ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP ZONA NILAI TANAH (STUDI KASUS : KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN KENDALTAHUN 2010-) Sondang Artaria Sidauruk, Sawitri Subiyanto, Abdi Sukmono *) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Benua Asia, oleh karena itu Indonesia melakukan berbagai pembangunan nasional pada semua aspek

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENGELOLAAN PEMETAAN WILAYAH JAWA TENGAH BERBASIS GIS

RANCANG BANGUN SISTEM PENGELOLAAN PEMETAAN WILAYAH JAWA TENGAH BERBASIS GIS RANCANG BANGUN SISTEM PENGELOLAAN PEMETAAN WILAYAH JAWA TENGAH BERBASIS GIS Budi Widjajanto Abstrak : Perencanaan pembangunan yang baik dilakukan tidak hanya dengan memperhatikan data data deskriptif,

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017

Jurnal Geodesi Undip Januari 2017 ANALISIS FAKTOR AKSESIBILITAS TERHADAP ZONA NILAI TANAH DENGAN PENDEKATAN PENILAIAN MASSAL DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (Studi Kasus : Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang) Mufid Damar Pidekso, Sawitri

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Konsep Tanah

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Konsep Tanah BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Konsep Tanah Menurut konsep geografi, tanah mempunyai ciri fisik yang berbeda antara satu bidang dengan bidang lainnya. Setiap bidang tanah memiliki karakteristik yang unik, baik

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015 PEMETAAN ZONA NILAI TANAH UNTUK MENENTUKAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN PEDURUNGAN, KOTA SEMARANG Novita Amelia, Sawitri Subiyanto, Arwan Putra Wijaya

Lebih terperinci

SISTEM IFORMASI GEOGRAFI

SISTEM IFORMASI GEOGRAFI SISTEM IFORMASI GEOGRAFI A. DEFINISI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) Informasi permukaan bumi telah berabad-abad disajikan dalam bentuk peta. Peta yang mulai dibuat dari kulit hewan, sampai peta yang dibuat

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENENTUAN BESARNYA NILAI JUAL OBJEK PAJAK DI KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2012 TENTANG MONOGRAFI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN LAMPIRAN

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN NILAI TANAH DENGAN NJOP UNTUK MENINGKATKAN POTENSI PAD (PENDAPATAN ASLI DAERAH) KHUSUSNYA PBB DAN

ANALISA PERBANDINGAN NILAI TANAH DENGAN NJOP UNTUK MENINGKATKAN POTENSI PAD (PENDAPATAN ASLI DAERAH) KHUSUSNYA PBB DAN ANALISA PERBANDINGAN NILAI TANAH DENGAN NJOP UNTUK MENINGKATKAN POTENSI PAD (PENDAPATAN ASLI DAERAH) KHUSUSNYA PBB DAN BPHTB(Studi Kasus : Area Terdampak Akses Jembatan Suramadu Sisi Madura) Udiana Wahyu

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab IV Analisis dan Pembahasan 42 Bab IV Analisis dan Pembahasan IV.1 Hasil Pra Pengolahan Citra Ikonos Kegiatan yang dilakukan adalah pengecekan koreksi radiometrik, pemotongan citra (cropping) dan penajaman citra. Hasil pengecekan

Lebih terperinci

Pengertian Umum Penilaian

Pengertian Umum Penilaian Pengertian Umum Penilaian Penilaian: Terjemahan dari kata Appraisal/Valuation. Suatu proses pekerjaan yang dilakukan seorang penilai/appraiser dalam memberikan suatu estimasi dan pendapat (opini) tentang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan Ada beberapa macam pengertian atau definisi mengenai pajak bumi bangunan yang diungkapkan oleh beberapa ahli, tetapi pada intinya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK 15 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PAJAK A. Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan usaha yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan. 6 BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. PROSEDUR Menurut Mulyadi (2001:5) prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat antara satu variabel

Lebih terperinci

DASAR HUKUM. UU No. 12 Tahun 1985 jo UU No. 12 Tahun PP No. 46 Tahun KMK No. 201/KMK.04/2000

DASAR HUKUM. UU No. 12 Tahun 1985 jo UU No. 12 Tahun PP No. 46 Tahun KMK No. 201/KMK.04/2000 DASAR HUKUM UU No. 12 Tahun 1985 jo UU No. 12 Tahun 1994 PP No. 46 Tahun 2000 KMK No. 201/KMK.04/2000 KEP-251/PJ.6/2000 811 PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) ADALAH PAJAK KEBENDAAN ATAS BUMI DAN/ATAU BANGUNAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 29 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 29 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 29 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN, PENDATAAN,

Lebih terperinci

Pertemuan 7 BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) & PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB)

Pertemuan 7 BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) & PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) Pertemuan 7 BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) & PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) 1 P7.1 Teori Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) A. Dasar Hukum Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMANTAUAN PENYEBARAN TENAGA PENGAJAR (Studi Kasus: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kampar)

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMANTAUAN PENYEBARAN TENAGA PENGAJAR (Studi Kasus: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kampar) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PEMANTAUAN PENYEBARAN TENAGA PENGAJAR (Studi Kasus: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kampar) 1 Medyantiwi Rahmawita, 2 M. Afdal 1,2 Program Studi Sistem Informasi,

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Oleh Iwan Sidharta, SE., MM. Sifat PBB Pajak Daerah Pajak Objektif (bersifat kebendaan) Official Assesment System (menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lainnya. Berdasarkan tingkat penjelasan dari kedudukan variabelnya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tulungagung, Jl. A. Yani Timur No. 37 Tulungagung. yaitu karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Tulungagung, Jl. A. Yani Timur No. 37 Tulungagung. yaitu karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Kabupaten Tulungagung, Jl. A. Yani Timur No. 37 Tulungagung. 3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. xiii xv xvi

DAFTAR ISI. Halaman. xiii xv xvi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Kebaruan (Novelty) 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendaftaran Tanah Pengertian Pendaftaran Tanah Tujuan Pendaftaran Tanah

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendaftaran Tanah Pengertian Pendaftaran Tanah Tujuan Pendaftaran Tanah BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendaftaran Tanah Pendaftaran tanah erat kaitannya dengan pengadaan tanah. Hal tersebut diwujudkan antara lain melalui dua hal. Yang pertama, sertifikat, sebagai produk pendaftaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 1 Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

C. Prosedur Pelaksanaan

C. Prosedur Pelaksanaan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan peta-peta digital beserta data tabulernya, yaitu peta administrasi, peta tanah, peta geologi, peta penggunaan Lahan (Landuse), peta lereng,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dan membuat generalisasi atas rerata. 73. pengaruh Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), dan Jumlah Uang

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dan membuat generalisasi atas rerata. 73. pengaruh Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), dan Jumlah Uang 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah positivisme yaitu ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting artinya, bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 63 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data dari variabel-variabel yang akan digunakan dalam analisis pada penelitian ini akan penulis sajikan dalam bentuk tabelaris sebagai berikut

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 52 Bab IV Analisis Penelitian Dalam bab ini dilakukan pembahasan atas hasil-hasil yang diperoleh didalam penelitian. IV.1 Analisis data Dari hasil pengumpulan data diperoleh data-data antara lain ( hasil

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING

BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING BAHAN AJAR ON THE JOB TRAINING APLIKASI GIS UNTUK PEMBUATAN PETA INDIKATIF BATAS KAWASAN DAN WILAYAH ADMINISTRASI DIREKTORAT PENGUKURAN DASAR DEPUTI BIDANG SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016

Jurnal Geodesi Undip Januari 2016 PEMBUATAN PETA ZONA NILAI TANAH BERDASARKAN HARGA PASAR DENGAN METODE PENDEKATAN PENILAIAN MASSAL DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG Leur P. Maranatha Sitorus, Sawitri Subiyanto, Bambang Darmo Yuwono *)

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015 ANALISIS POTENSI PENINGKATAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP) BERDASARKAN PETA ZONA NILAI TANAH (ZNT) (Studi Kasus : Kec. Sidomukti, Kota Salatiga) Riana Kristiani Priskila Putri, Sawitri Subiyanto, Arwan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Lokasi Kota Probolinggo (Sumber : )

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Lokasi Kota Probolinggo (Sumber :  ) BAB III METODOLOGI 3.1 Gambaran Umum Wilayah Studi Kota Probolinggo merupakan salah satu kota yang terletak di Propinsi Jawa Timur, dimana posisinya berada pada 7º 43 41-7º 49 04 Lintang Selatan dan 113º

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI Lingga Prayoga (11104008) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Email : yoga_206@yahoo.com ABSTRAK Informasi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) memberikan pengalaman yang sesungguhnya, memberikan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah suatu metode untuk mempraktikkan teori di bangku perkuliahan. Praktik Kerja Lapangan

Lebih terperinci