PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR DAN TUNAS STEK JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR DAN TUNAS STEK JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck)"

Transkripsi

1 i PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR DAN TUNAS STEK JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck) NUGROHO BESAR PRATAMA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR DAN TUNAS STEK JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck) Effect of NAA and IBA on Root and Shoot Formation in Pummelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) Stem Cuttings Nugroho Besar Pratama 1, Slamet Susanto 2 1 Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB Abstract The objective of this research was to study the effect of application of NAA and IBA on pummelo stem cuttings. This research was arranged in split plot design with two factors and five replications. The type of auxin (NAA and IBA) as the main plot. The concentration of auxin (0 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, and 250 ppm) as the subplot. The result showed that the type of auxin was affected on rooting percentage, but did not affected on the other parameters. The type of auxin IBA had greater rooting percentage than NAA on pummelo cuttings. The auxin concentration had significant effect on the percentage of callusing, rooting, sprouting, and rooting-sprouting. The auxin concentration also affected on root length, root diameter, shoot length, and shoot diameter, but did not affected on roots and shoots number. The result showed that the auxin concentration 200 ppm with soaking method was the best concentration on root and shoot formation in pummelo cuttings. Keywords: pummelo, NAA, IBA, cuttings

3 ii RINGKASAN NUGROHO BESAR PRATAMA. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap Pembentukan Akar dan Tunas Stek Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). (Dibimbing oleh SLAMET SUSANTO) Percobaan ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh dari jenis auksin NAA dan IBA pada beberapa konsentrasi terhadap pembentukan akar dan tunas stek jeruk pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). Penelitian ini dilaksanakan di lahan pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Bogor. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 hingga Juli Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dua faktor dengan 5 ulangan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah jenis auksin yaitu NAA dan IBA. Faktor kedua sebagai anak petak adalah konsentrasi auksin yang terdiri dari : K0 (kontrol), K1 (100 ppm), K2 (150 ppm), K3 (200 ppm), dan K4 (250 ppm). Total satuan percobaan adalah 50 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri dari 3 stek sehingga total stek yang digunakan sebanyak 150 stek. Bahan stek diambil dari tanaman induk jeruk pamelo yang terdapat pada kebun koleksi jeruk pamelo di Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Bogor. Bahan stek yang digunakan adalah bagian pucuk dari cabang tanaman induk. Perbanyakan stek menggunakan teknologi sedehana non mist propagation system. Stek ditanam dalam media tanam berupa arang sekam dan diletakkan dalam rumah sungkup yang terbuat dari plastik bening. Areal penyetekan terletak dibawah naungan paranet dengan persentase naungan sebesar 65%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tanaman jeruk pamelo dapat dilakukan perbanyakan dengan stek. Perlakuan jenis auksin berpengaruh nyata pada peubah persentase stek berakar, namun tidak berpengaruh pada persentase stek berkalus, persentase stek bertunas, persentase stek berakar-bertunas, jumlah akar, panjang akar, diameter akar, jumlah tunas, panjang tunas, diameter tunas serta jumlah daun baru yang terbentuk. Perlakuan konsentrasi berpengaruh nyata pada peubah persentase stek berkalus, persentase stek berakar, persentase stek bertunas, persentase stek

4 iii berakar-bertunas, panjang akar, diameter akar, panjang tunas, dan diameter tunas, namun tidak berpengaruh pada peubah jumlah akar, jumlah tunas, serta jumlah daun baru yang terbentuk. Konsentrasi auksin yang optimum untuk pembentukan akar dan tunas pada stek jeruk pamelo adalah konsentrasi 200 ppm. Keberhasilan stek ditandai dengan terbentuknya akar dan tunas pada bahan stek. Persentase keberhasilan stek tertinggi didapat pada konsentrasi auksin 200 ppm yaitu sebesar 26.67%. Persentase keberhasilan pada penelitian ini masih tergolong rendah. Faktor bahan stek dan kesehatan tanaman induk perlu diperhatikan untuk meningkatkan persentase keberhasilan penyetekan.

5 iv PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR DAN TUNAS STEK JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor NUGROHO BESAR PRATAMA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

6 v Judul Nama NRP : PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH NAA DAN IBA TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR DAN TUNAS STEK JERUK PAMELO (Citrus grandis (L.) Osbeck) : NUGROHO BESAR PRATAMA : A Menyetujui, Pembimbing Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr NIP Tanggal lulus :...

7 vi RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan, Provinsi Sumatra Utara pada tanggal 11 Juli Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Mas oedi dan Ibu Restyaningsih. Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri 1 Ketenger, Baturaden, Jawa Tengah. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 8 Purwokerto. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Purwokerto pada tahun Penulis diterima menjadi mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun Penulis menjadi asisten praktikum Pengendalian Gulma pada tahun ajaran 2010/2011. Penulis aktif dalam organisasi HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi) sebagai staf departemen Infokom pada tahun kepengurusan 2008/2009 dan sebagai staf departemen Internal pada tahun kepengurusan 2009/2010. Penulis juga ikut serta dalam kegiatan Departemen Agronomi dan Hortikultura, diantaranya International Sago Symposium (ISS), Festival Tanaman (FESTA), Temu Keluarga Besar Agronomi dan Hortikultura (TEGAR), dan lain-lain.

8 vii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Zat pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap Pembentukan Akar dan Tunas Stek Jeruk Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian zat pengatur tumbuh auksin yang efektif untuk stek jeruk pamelo. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan IPB, Dramaga, Bogor. Pada kesempatan ini Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada: Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Sc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. Dr. Dewi Sukma, SP, M.Si dan Dr. Ir. Asep Setiawan, MS yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini. Ir. Diny Dinarti, MS sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat dan dukungan kepada Penulis. Ayah, Ibu, Adik, Paman, Bibi, dan seluruh keluarga yang telah memberikan segala dukungan, semangat, doa, dan kasih sayang kepada Penulis. Ir. Megayani Sri Rahayu, MS yang telah banyak memberikan berbagai bantuan kepada penulis. Ibu Kartika Ning Tyas yang telah banyak membantu dalam menyiapkan alat dan bahan penelitian. Pak Milin dan para pekerja lapang di Kebun Percobaan Cikabayan IPB yang telah membantu dalam persiapan tempat penelitian. Yenny Fitria, SP yang telah memberikan motivasi, kasih sayang, bantuan, dan dukungan selama penelitian dan penulisan skripsi. Fikrin, Ardoyo, Romy, Gatra, dan Irfan atas semua bantuan selama penelitian berlangsung.

9 viii Keluarga besar AGH 44 BERSATU yang telah berjuang bersama selama perkuliahan. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyelesaian tugas akhir. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan dan sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya. Bogor, Januari 2012 Penulis

10 ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani Tanaman Jeruk Pamelo... 4 Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan... 5 Perbanyakan Tanaman dengan Stek... 5 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek... 6 Perananan Zat Pengatur Tumbuh... 8 Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan Pelaksanaan Percobaan Persiapan Alat dan Bahan Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Penanaman Stek pada Media Pemeliharaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Hasil Analisis Ragam Pembentukan Kalus Persentase Stek Berkalus Pembentukan Akar Persentase Stek Berakar Jumlah Akar, Panjang Akar, dan Diameter Akar Pembentukan Tunas dan Daun Persentase Stek Bertunas Panjang dan Diameter Tunas Jumlah Tunas dan Daun Baru yang Terbentuk Keberhasilan Stek Persentase Stek Berakar-bertunas KESIMPULAN DAN SARAN xi xii xiii

11 x Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 31

12 xi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Sidik Ragam terhadap Peubah yang Diamati Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Berkalus pada 10 MST Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Berakar pada 10 MST Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Akar pada 10 MST Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Bertunas pada 10 MST Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Panjang dan Diameter Tunas pada 10 MST Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Jumlah Daun yang Terbentuk pada 10 MST Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Berakar-bertunas pada 10 MST... 25

13 xii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dengan Metode Perendaman Area Pemeliharaan Stek dan Gejala Serangan Cendawan pada Stek Pembentukan Kalus pada Pangkal Stek Jeruk Pamelo Akar Adventif yang Terbentuk pada Stek Jeruk Pamelo Perakaran Stek Jeruk Pamelo pada Umur 10 MST Tunas dan Daun pada Stek Jeruk Pamelo... 21

14 xiii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Uji-F Persentase Stek Berkalus 10 MST Hasil Uji-F Persentase Stek Berakar 10 MST Hasil Uji-F Jumlah Akar 10 MST Hasil Uji-F Panjang Akar 10 MST Hasil Uji-F Diameter Akar 10 MST Hasil Uji-F Persentase Stek Bertunas 10 MST Hasil Uji-F Jumlah Tunas 10 MST Hasil Uji-F Panjang Tunas 10 MST Hasil Uji-F Diameter Tunas 10 MST Hasil Uji-F Jumlah Daun Baru pada 10 MST Hasil Uji-F Persentase Stek Berakar-bertunas 10 MST Suhu dan Kelembaban Sungkup selama Penelitian Deskripsi Jeruk Pamelo Kultivar Nambangan... 37

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia terdapat berbagai jenis jeruk dengan berbagai karakter yang berbeda. Jeruk pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck) merupakan jenis jeruk yang mempunyai ukuran buah lebih besar dibanding jeruk dari spesies lain. Dalam perdagangan internasional, jeruk ini dikenal dengan sebutan pummelo. Di Indonesia, kultivar jeruk pamelo yang terkenal antara lain jeruk nambangan, jeruk bali, dan jeruk cikoneng. Pemilihan bibit yang tepat merupakan salah satu kunci untuk menghasilkan buah yang berkualitas. Pemilihan bibit harus mempertimbangkan pada varietas, cara perbanyakan, kesehatan bibit, serta keseragaman. Bibit tanaman buah-buahan dapat dihasilkan melalui perbanyakan secara generatif maupun secara vegetatif. Menurut Saptarini (1993) perbanyakan tanaman secara generatif dapat dilakukan melalui biji yang dibenihkan sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetatif menggunakan bagian tanaman selain biji yaitu akar, cabang tanaman, daun, dan bagian tanaman lainnya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya okulasi, cangkok, dan stek. Perbanyakan tanaman jeruk pamelo banyak dilakukan melalui okulasi, tetapi perbanyakan dengan cara ini kurang disukai sebagian petani karena dianggap menurunkan kualitas buah. Menurut Hartmann et al. (1981) batang bawah pada okulasi memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas buah, hasil, dan ukuran tanaman pada batang atas tanaman jeruk. Oleh karena itu, sebagian petani jeruk pamelo lebih suka melakukan perbanyakan tanaman melalui cangkok. Wudianto (2002) menyebutkan perbanyakan tanaman dengan cangkok memiliki kelebihan yaitu lebih mudah dilakukan serta bibit yang dihasilkan lebih cepat berbuah dan memiliki sifat yang sama dengan induknya, namun memiliki kelemahan yaitu bibit yang dihasilkan dari satu pohon induk sangat terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar. Alternatif

16 2 cara perbanyakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut adalah perbanyakan melalui stek. Perbanyakan dengan stek hanya membutuhkan sedikit bahan tanam dan dapat dihasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak dari satu pohon induk. Widiarsih et al. (2008) mendefinisikan stek sebagai suatu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang memiliki sifat yang sama dengan induknya. Zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-acetic acid (IAA), indole butyric acid (IBA) dan napthalene acetic acid (NAA). Penggunaan NAA dan IBA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang merupakan auksin alami (Hartmann et al.,1990). Beberapa penelitian mengenai penggunaan NAA dan IBA dengan telah dilakukan pada stek beberapa spesies jeruk. Hasil penelitian Ferguson dan Young (1985) menunjukkan bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh NAA dan IBA mampu meningkatkan perakaran pada stek tanaman jeruk Swingle Citrumelo. Sabbah et al. (1991) menyebutkan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh NAA dan IBA pada stek batang C. sinensis, C. reticulata, dan beberapa jenis jeruk hibrida dapat meningkatkan persentase stek yang berakar serta jumlah dan kualitas akar yang dihasilkan tiap stek, namun terdapat variasi respon perakaran pada tiap jenis klon jeruk. Bhatt dan Tomar (2010) menambahkan penggunaan IBA juga dapat mempengaruhi perakaran stek pada C. auriantifolia Swingle. Perbanyakan tanaman jeruk pamelo (C. grandis (L.) Osbeck) melalui stek belum banyak dikembangkan. Penelitian mengenai perbanyakan tanaman jeruk ini perlu dilakukan dengan penggunaan zat pengatur tumbuh untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembentukan akar dan tunas pada stek.

17 3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh auksin (NAA dan IBA) pada beberapa konsentrasi terhadap pembentukan akar dan tunas stek jeruk pamelo (C. grandis (L.) Osbeck). Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Perbedaan jenis zat pengatur tumbuh auksin berpengaruh terhadap pembentukan akar dan tunas pada stek jeruk pamelo (C. grandis (L.) Osbeck). 2. Konsentrasi zat pengatur tumbuh auksin berpengaruh terhadap pembentukan akar dan tunas pada stek jeruk pamelo (C. grandis (L.) Osbeck).

18 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar spesies yang dikelompokkan menjadi 7 sub famili dan 120 genus. Genus Citrus memiliki 16 spesies yang diantaranya adalah jeruk besar atau pamelo (Setiawan, 1993). Jeruk besar sering disebut jeruk bali, jeruk cikoneng, limau makan atau limau besar, dan pummelo. Klasifikasi tanaman jeruk besar sebagai berikut sebagai berikut (Rukmana, 2009). Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Spesies : Citrus grandis (L.) Osbeck atau Citrus maxima Merr Tanaman jeruk besar merupakan tanaman menahun (perennial) dengan karakteristik tinggi pohon antara 5 m - 15 m. Batang tanaman kuat dengan diameter 10 cm - 30 cm dan berkulit agak tebal. Kulit bagian luar berwarna cokelat kekuning-kuningan, sedangkan bagian dalamnya berwarna kuning. Pohon jeruk pamelo memiliki banyak percabangan yang terletak saling berjauhan dan merunduk pada bagian ujungnya. Cabang yang masih muda bersudut dan berwarna hijau, namun lama-kelamaan berubah menjadi bulat dan berwarna hijau tua (Rukmana, 2009). Batang pohon jeruk besar ada yang berduri dan ada yang tanpa duri. Penanaman pohon yang berasal dari biji menyebabkan pohon berduri pada awal pertumbuhannya, namun setelah dewasa duri akan menghilang. Tanaman yang berasal dari perkembangbiakan secara vegetatif tidak memiliki duri sejak awal pertumbuhannya karena berasal dari pohon dewasa (Setiawan, 1993).

19 5 Daun tanaman jeruk besar berbentuk bulat telur dan berukuran lebih besar daripada jenis jeruk lain. Daun muda berwarna hijau muda kekuningan dan kemudian berubah menjadi hijau tua. Antara daun dan batang dihubungkan oleh tangkai daun yang bersayap lebar (Setiawan, 1993). Tanaman jeruk besar mulai berproduksi pada umur 4-6 tahun, tergantung pada varietas dan pemeliharaan. Produktivitas jeruk ini sangat bervariasi sesuai varietas, umur, dan tingkat pertumbuhan tanaman yang didukung oleh lingkungan. Satu pohon jeruk pamelo dapat menghasilkan buah (Setiawan, 1993). Ciri khas jeruk besar adalah buahnya yang berukuran besar dan berkulit tebal sehingga tahan lama disimpan atau diangkut dalam jarak jauh. Buah berbentuk bulat atau seperti bola yang tertekan dan berkulit agak tebal sampai tebal, berisi segmen. Warna daging buah bervariasi yaitu merah jambu, putih, hijau muda, atau kekuning-kuningan. Daging buah bertekstur keras sampai lunak, berasa manis sampai sedikit asam, dan berbiji sedikit (Rukmana, 2009). Jeruk Besar Kultivar Nambangan Jeruk Nambangan merupakan jeruk pamelo yang populer karena termasuk jenis unggul. Jeruk ini berasal dari daerah Nambangan, yaitu sebuah kelurahan di Kodya Madiun, Jawa Timur. Akibat adanya perluasan kota, sentra produksi jeruk Nambangan bergeser ke kabupaten Magetan, tepatnya di desa Sukomoro, desa Tamanan, dan desa Tambak Mas. Jeruk Nambangan mulai berbuah pada umur 3-4 tahun setelah tanam. Buahnya bulat pendek, kulit buah kuning kehijauan. Daging buah berwarna merah muda dan menjadi merah hingga jingga setelah tua. Jeruk ini memiliki rasa manis asam dan segar, serta daging buah banyak mengandung air. Jeruk ini lebih tahan dalam penyimpanan, dengan suhu kamar, penyimpanan dapat berlangsung selama 4 bulan. Setelah penyimpanan kulit buah menjadi sedikit keriput namun daging buah tetap segar dan banyak mengandung air (Setiawan, 1993). Perbanyakan Tanaman dengan Stek Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan

20 6 menjadi tanaman baru. Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar (Widiarsih et al., 2008). Tanaman yang dihasilkan dari stek biasanya mempunyai sifat persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat-sifat lainnya. Selain itu juga dapat diperoleh tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang mempunyai akar, batang, dan daun yang relatif singkat (Wudianto, 2002). Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor internal yaitu tanaman itu sendiri dan faktor eksternal atau lingkungan (Widiarsih et al., 2008). Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Stek 1. Faktor Tanaman a. Umur Tanaman Induk Opuni-Frimpong et al. (2008) menyebutkan bahwa umur tanaman induk berpengaruh terhadap pengakaran pada stek. Stek yang berasal dari tanaman muda akan lebih mudah berakar dari pada yang berasal dari tanaman yang berumur lebih tua. b. Jenis Tanaman Keberhasilan dengan cara stek bergantung pada kesanggupan suatu jenis tanaman untuk berakar. Ada jenis yang mudah berakar dan ada yang sulit berakar. Jaringan sklerenkim yang rapat merupakan penghalang pemunculan akar, dimana jaringan cincin sklerenkim pada tanaman berkayu jauh lebih banyak dibandingkan tanaman berbatang lunak (Hartmann et al., 1990) c. Adanya Tunas dan Daun Pada Stek Menurut Hartmann et al. (1990) adanya tunas dan daun pada stek berperan penting karena merupakan penghasil auksin endogen yang penting bagi perakaran. Auksin endogen ditransport dari ujung stek menuju ke pangkal stek.

21 7 d. Persediaan Bahan Makanan Persediaan bahan makanan sering dinyatakan dengan perbandingan antara persediaan karbohidrat dan nitrogen (C/N ratio). Bahan stek yang mengandung karbohidrat tinggi dan nitrogen cukup akan membentuk akar dan tunas (Hartmann et al., 1990). 2. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek diantaranya adalah media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya (Hartmann et al., 1990). a. Media Perakaran Media perakaran berfungsi sebagai pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek, dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang baik menurut Hartmann et al. (1990) adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup, berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. b. Suhu dan kelembaban Suhu berpengaruh terhadap kerja enzim, suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan degradasi pada beberapa enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk setiap jenis tumbuhan. Kelembaban tinggi dapat mengurangi transpirasi pada stek Hartmann et al. (1990). c. Cahaya Menurut Hartmann et al. (1990) Intensitas cahaya yang terlalu tinggi membahayakan daun pada stek, menghambat perakaran, dan menurunkan pertumbuhan akar. Rochiman dan Harjadi (1973) menambahkan bahwa stek yang diberi naungan akan berakar lebih banyak daripada yang menerima cahaya matahari langsung. Peranan Zat Pengatur Tumbuh Zat pengatur tumbuh adalah suatu bahan sintesis atau hormon tumbuh yang mempengaruhi proses fisiologis tanaman. Zat ini mengatur pertumbuhan

22 8 tanaman dengan cara meniru suatu hormon, mempengaruhi sintesis hormon, destruksi, translokasi, atau mungkin memodifikasi aktivitas hormonal (Hartmann et al., 1990). Terdapat beberapa macam zat pengatur tumbuh diantaranya yaitu auksin, sitokinin, giberelin, dan etilen. Hartmann et al. (1990) menyebutkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah auksin. Penggunaan zat pengatur tumbuh auksin bertujuan untuk meningkatkan persentase stek yang membentuk akar, memacu inisiasi akar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar yang terbentuk, serta meningkatkan keseragaman dalam perakaran. Menurut Watimena (1988) aktivitas auksin sintetik dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu kesanggupan senyawa tersebut untuk dapat menembus lapisan kutikula atau epidermis yang berlilin, sifat translokasi di dalam tanaman, pengubahan auksin menjadi senyawa yang tidak aktif di dalam tanaman (destruksi atau pengikatan), interaksi dengan hormon tumbuh lainnya, spesies tanaman, fase pertumbuhan, serta lingkungan (suhu, radiasi, dan kelembaban). Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-acetic acid (IAA), indole butyric acid (IBA) dan napthalene acetic acid (NAA). Menurut Kusumo (1984) penggunaan NAA dan IBA lebih baik daripada IAA. Auksin NAA dan IBA memiliki sifat kimia yang lebih stabil dan mobilitasnya di dalam tanaman rendah, sedangkan IAA dapat tersebar ke tunas-tunas dan menghambat pertumbuhan dan perkembangan tunas tersebut. NAA memiliki kisaran konsentrasi yang sempit, sedangkan IBA memiliki kisaran konsentrasi yang lebih fleksibel. Hartmann et al. (1990) menyatakan bahwa pemberian auksin NAA dan IBA dalam jumlah tertentu pada berbagai spesies tanaman yang berbeda dapat memberikan respon yang bervariasi. Pemberian auksin pada konsentrasi yang tepat dapat memacu perakaran namun pada konsentrasi tinggi dapat bersifat toksik bagi tanaman. Beberapa hasil penelitian mengenai penggunaan NAA dan IBA pada stek beberapa jenis tanaman jeruk telah dilakukan. Penelitian Ferguson dan Young (1985) menunjukkan bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh NAA dan IBA mampu meningkatkan perakaran pada stek tanaman jeruk Swingle Citrumelo.

23 9 Menurut Sabbah et al. (1991) penggunaan zat pengatur tumbuh NAA dan IBA pada stek batang C. sinensis, C. reticulata, dan beberapa jenis jeruk hibrida dapat meningkatkan persentase stek yang berakar serta jumlah dan kualitas akar yang dihasilkan tiap stek, namun terdapat variasi respon perakaran pada tiap jenis klon jeruk. Bhatt dan Tomar (2010) menambahkan penggunaan IBA juga dapat mempengaruhi perakaran stek pada C. auriantifolia Swingle. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh Menurut Hartmann et al. (1990) terdapat tiga cara yang sering digunakan dalam aplikasi zat pengatur tumbuh yaitu Concentrated Solution Dip Method (pencelupan cepat), Dilute Solution Soaking Method (perendaman), dan Commercial Powder Preparation (pasta). Pada metode pencelupan cepat, pangkal batang dicelupkan dalam larutan zat pengatur tumbuh dengan waktu yang cepat, yaitu sekitar lima detik. Konsentrasi yang digunakan pada metode pencelupan cepat berkisar antara 500 ppm hingga ppm (Weaver, 1972; Hartmann et al., 1990). Metode perendaman menggunakan dilakukan dengan merendam pangkal batang dalam larutan zat pengatur tumbuh selama kurang lebih 24 jam sebelum ditanam pada media. Konsentrasi yang digunakan bervariasi mulai dari 20 ppm untuk spesies yang mudah berakar hingga 200 ppm untuk spesies yang sukar berakar (Hartmann et al., 1990). Pada metode pasta, pangkal batang diberi hormon yang terkandung dalam zat pembawa yang berupa serbuk inert misalnya tanah liat atau tepung. Konsentrasi yang digunakan berkisar 200 ppm hingga 1000 ppm untuk stek berbatang lunak dan untuk stek berkayu menggunakan konsentrasi lima kali lebih tinggi (Weaver, 1972).

24 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan IPB, Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 hingga bulan Juli Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cabang jeruk pamelo yang diambil dari tanaman induk jeruk pamelo kultivar Nambangan di Kebun Percobaan Cikabayan IPB, larutan stok auksin NAA dan IBA, fungisida, pupuk daun, dan media tanam berupa arang sekam. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gunting stek, gelas plastik, hand sprayer, digital thermohygrometer, pot plastik, plastik sungkup, plastik mulsa, penggaris, jangka sorong dan alat tulis. Metode Penelitian Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dua faktor dengan lima ulangan. Faktor pertama sebagai petak utama adalah jenis auksin yaitu NAA dan IBA. Faktor kedua sebagai anak petak adalah konsentrasi auksin yang terdiri dari : K0 (kontrol), K1 (100 ppm), K2 (150 ppm), K3 (200 ppm), dan K4 (250 ppm). Total satuan percobaan adalah 50 satuan percobaan, setiap satuan percobaan terdiri dari 3 stek sehingga total stek yang digunakan sebanyak 150 stek. Model rancangan percobaan yang digunakan: Y ijk = µ + α i +β j + δ ij + τ k + (ατ) ik + ε ijk Keterangan : Y ijk = Nilai pengamatan dari jenis auksin ke-i, kelompok ke-j, pada konsentrasi ke-k μ = Nilai tengah α i = Pengaruh dari jenis auksin ke-i

25 11 β j δ ij τ k = Pengaruh dari kelompok ke-j = Pengaruh galat percobaan jenis auksin ke-i pada kelompok ke-j = Pengaruh dari konsentrasi ke-k; (ατ) ik = Interaksi antara jenis auksin ke-i dengan konsentrasi ke-k. ε ijk = Pengaruh galat percobaan jenis auksin ke-i, kelompok ke-j pada konsentrasi ke-k Data dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (uji F) pada taraf 5%, dan apabila hasilnya berbeda nyata dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995). Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan alat dan bahan Kegiatan persiapan meliputi persiapan tempat penyetekan yang terdiri dari pembuatan sungkup dan persiapan media tanam, persiapan larutan zat pengatur tumbuh auksin, dan persiapan bahan stek. Area penyetekan berupa rumah sungkup yang terbuat dari plastik. Penyungkupan dilakukan untuk menjaga agar kelembaban di area penyetekan tetap tinggi. Bahan stek berupa bagian pucuk dari cabang tanaman jeruk pamelo yang berwarna hijau tua. Cabang tanaman dipilih yang memiliki diameter sekitar 0.5 cm dan kemudian dipotong dengan panjang 20 cm untuk bahan stek. Jumlah daun dikurangi menjadi 3 helai pada tiap stek untuk mengurangi transpirasi dan disisakan hanya bagian sayap daun. Bahan stek direndam dalam larutan fungisida Dithane M-45 selama 15 menit dengan konsentrasi 2g/l untuk mencegah dari serangan bakteri dan cendawan. 2. Aplikasi zat pengatur tumbuh Aplikasi zat pengatur tumbuh dilakukan sebelum stek ditanam pada media, aplikasi ini menggunakan metode perendaman (Dilute Solution Soaking Method). Pangkal stek direndam dalam larutan auksin sedalam 1 inchi selama 24 jam sesuai dengan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang telah ditentukan (Hartmann et al., 1990).

26 12 1 inch Gambar 1. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dengan Metode Perendaman 3. Penanaman stek pada media Stek ditanam dalam pot plastik yang berisi media tanam berupa arang sekam. Stek diletakkan dalam rumah sungkup untuk menjaga kelembaban. Stek ditempatkan dibawah naungan paranet 65% untuk mengurangi kontak langsung dengan sinar matahari. 4. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan adalah kegiatan penyiraman pemupukan, dan pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT). Penyiraman dilakukan ketika kelembaban media rendah. Pemupukan dilakukan seminggu sekali menggunakan pupuk daun Growmore dengan kandungan NPK , diaplikasikan pada daun dengan konsentrasi 2 g/l. Pengendalian OPT menggunakan fungisida dithane dengan konsentrasi 2 g/l. Pengamatan Pengamatan dilakukan hingga 10 minggu setelah tanam (MST). Peubah yang diamati meliputi : 1. Persentase stek bertunas (%), diamati jumlah stek yang muncul tunas. Persentase stek bertunas = Jumlah stek bertunas x 100% Jumlah stek total 2. Jumlah tunas (unit), pengamatan dilakukan terhadap jumlah tunas yang muncul pada tiap stek. 3. Panjang tunas (cm), diukur dari pangkal hingga ujung tunas. 4. Diameter tunas (cm), diukur diameter tunas pada pangkal tunas.

27 13 5. Jumlah daun (helai), pengamatan dilakukan pada jumlah daun yang telah terbentuk sempurna. 6. Persentase stek berkalus (%), pengamatan dilakukan pada stek yang tumbuh kalus. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian berlangsung yaitu pada 10 MST. JJJJJJJJJJh ssssssss bbbbbbbbbbbbbbbb PPPPPPPPPPPPPPPPPPPP ssssssss bbbbbbbbbbbbbbbb = x 100% JJJJJJJJJJh ssssssss tttttttttt 7. Persentase stek berakar (%), pengamatan stek berakar dilakukan pada stek yang masih segar dan telah tumbuh akar. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian berlangsung yaitu pada 10 MST. JJJJJJJJJJh ssssssss bbbbbbbbbbbbbb PPPPPPPPPPPPPPPPPPPP ssssssss bbbbbbbbbbbbbb = x 100% JJJJJJJJJJh ssssssss tttttttttt 8. Jumlah akar (unit), diamati setiap stek terhadap jumlah akar primer. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian berlangsung yaitu pada 10 MST. 9. Panjang akar (cm), diamati panjang akar setiap stek yang dihitung mulai pangkal hingga ujung akar terpanjang. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian berlangsung yaitu pada 10 MST. 10. Diameter akar (cm), pengamatan diameter akar dilakukan pada pangkal akar. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian berlangsung yaitu pada 10 MST. 11. Persentase stek berakar-bertunas (%), diamati jumlah stek yang muncul akar dan tunas. Pengamatan dilakukan pada akhir penelitian berlangsung yaitu pada 10 MST. PPPPPPPPPPPPPPPPPPPP ssssssss bbbbbbbbbbbbbb = JJJJJJJJJJh ssssssss bbbbbbbbbbbbbb x 100% JJJJJJJJJJh ssssssss tttttttttt

28 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon induk jeruk pamelo yang sehat yang telah memasuki fase dewasa. Bahan stek diambil dari bagian pucuk pada cabang tanaman. Pada penelitian ini perbanyakan stek menggunakan teknologi sedehana non mist propagation system. Stek ditanam dalam media tanam berupa arang sekam dan diletakkan dalam rumah sungkup yang terbuat dari plastik bening untuk menjaga kelembaban. Areal penyetekan terletak di bawah naungan paranet dengan persentase naungan sebesar 65%. Suhu rata-rata harian di dalam sungkup berkisar o C dengan rata-rata kelembaban relatif harian berkisar 78 89%. Kondisi ini memungkinkan stek untuk membentuk perakaran. Pada minggu-minggu awal penyetekan, sebagian daun yang disisakan pada stek mengalami kelayuan dan kemudian gugur. Daun yang gugur kemudian digantikan oleh tunas baru yang muncul dari mata tunas pada ketiak daun, beberapa stek mulai tumbuh tunas pada 3 MST. Serangan penyakit yang terjadi selama penelitian adalah serangan cendawan. Serangan cendawan dikendalikan dengan penyemprotan fungisida dithane dengan konsentrasi 2 g/l. a b Gambar 2. (a) Area Pemeliharaan Stek, (b) Gejala Serangan Cendawan pada Stek

29 15 Hasil Analisis Ragam Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis auksin berpengaruh nyata pada peubah persentase stek berakar, namun tidak berpengaruh pada persentase stek berkalus, persentase stek bertunas, persentase stek berakarbertunas, jumlah akar, panjang akar, diameter akar, jumlah tunas, panjang tunas, diameter akar, dan jumlah daun baru (Tabel 1). Perlakuan konsentrasi berpengaruh nyata pada persentase stek berkalus, persentase stek berakar, persentase stek bertunas, persentase stek berakarbertunas, panjang akar, diameter akar, panjang tunas, dan diameter tunas, namun tidak berpengaruh pada peubah jumlah akar, jumlah tunas, dan jumlah daun yang terbentuk (Tabel 1). Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam terhadap Peubah yang Diamati pada 10 MST Peubah Jenis Auksin (J) Perlakuan Konsentrasi (K) Interaksi (J*K) Persentase Stek Berkalus tn * tn Persentase Stek Berakar * * tn Persentase Stek Bertunas tn * tn Persentase Stek Berakar-bertunas tn * tn Jumlah Akar tn tn tn Panjang Akar tn * tn Diameter Akar tn * tn Jumlah Tunas tn tn tn Panjang Tunas tn * tn Diameter Tunas tn * tn Jumlah Daun Baru tn tn tn Keterangan: * : berpengaruh nyata pada taraf 5% tn : tidak berbeda nyata

30 16 Pembentukan Kalus Kalus merupakan jaringan yang terbentuk sebelum tumbuhnya akar pada stek. Kalus terbentuk pada bagian dasar stek ketika ditempatkan dalam kondisi lingkungan yang mendukung. Kalus adalah massa yang tidak teratur dari sel-sel parenkim pada berbagai tahap lignifikasi. Pertumbuhan kalus adalah proliferasi dari sel-sel muda di dasar stek di wilayah kambium vaskular (Hartmann et al., 1990). Gambar 3. Pembentukan Kalus pada Pangkal Stek Jeruk Pamelo Persentase Stek Berkalus Perlakuan jenis auksin tidak berpengaruh pada peubah persentase stek berkalus pada 10 MST (Tabel 1). Jenis auksin NAA dan IBA memiliki kemampuan yang tidak berbeda dalam mempengaruhi pembentukan kalus pada stek jeruk pamelo (Tabel 2). Tabel 2. Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Berkalus pada 10 MST Perlakuan Persentase stek berkalus (%) Jenis Auksin NAA IBA Konsentrasi Auksin (ppm) b b ab a ab Interaksi tn Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

31 17 Perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh terhadap persentase stek berkalus pada 10 MST (Tabel 1). Tabel 2 menunjukkan pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan persentase stek berkalus yang lebih besar dibandingkan konsentrasi 0 ppm (kontrol) dan 100 ppm, namun tidak berbeda dengan konsentrasi 150 ppm dan 250 ppm. Rataan persentase stek berkalus tertinggi diperoleh pada konsentrasi 200 ppm sebesar 43.33%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriana (2009) yang menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi auksin berpengaruh terhadap persentase stek berkalus pada stek apokad. Stek yang diberi auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan persentase stek berkalus yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Menurut Hartmann et al. (1990) pada stek sering terjadi akar pertama muncul melalui kalus, sehingga mengarah kepada asumsi bahwa pembentukan kalus sangat penting untuk pengakaran. Namun pada kebanyakan jenis tanaman, pembentukan kalus dan pembentukan akar tidak bergantung satu sama lain. Pembentukan Akar Terbentuknya akar pada stek merupakan penentu keberhasilan stek batang. Akar merupakan organ tanaman yang penting karena memiliki fungsi yang cukup banyak, diantaranya sebagai penyangga batang dan penyerap unsur hara, mineral, dan air dari dalam tanah (Ashari, 1995). Akar yang terbentuk pada stek merupakan akar adventif (Hartmann et al., 1990). Gambar 4. Akar Adventif yang Terbentuk pada Stek Jeruk Pamelo Persentase stek berakar Perlakuan jenis auksin berpengaruh terhadap peubah persentase stek berakar pada 10 MST (Tabel 1). Tabel 3 menunjukkan pemberian jenis auksin

32 18 IBA menghasilkan persentase stek berakar yang lebih besar dibandingkan jenis auksin NAA. Menurut Hartmann et al. (1990) IBA merupakan jenis auksin terbaik yang umum digunakan, karena tidak bersifat toksik bagi tanaman pada selang konsentrasi yang luas dan efektif untuk memacu perakaran pada sebagian besar tanaman. Selanjutnya Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa IBA lebih baik dalam memacu perakaran dibandingkan dengan auksin lainnya, konsentrasi IBA dapat bertahan pada tingkat yang tepat khususnya pada tahap pembentukan akar selanjutnya. Tabel 3. Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Berakar pada 10 MST Perlakuan Persentase stek berakar (%) Jenis Auksin NAA b IBA a Konsentrasi Auksin (ppm) b b ab a ab Interaksi tn Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh terhadap persentase stek berakar pada umur 10 MST (Tabel 1). Tabel 3 menunjukkan pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan persentase stek berakar yang lebih besar dibandingkan konsentrasi 0 ppm (kontrol) dan 100 ppm, namun tidak berbeda dengan konsentrasi 150 ppm dan 250 ppm. Konsentrasi 200 ppm menghasilkan persentase stek berakar yang tertinggi sebesar 36.67%. Pemberian auksin dengan konsentrasi 100 ppm hingga 200 ppm menunjukkan adanya peningkatan persentase stek berakar, namun pada konsentrasi 250 ppm persentase stek berakar cenderung sedikit menurun. Ferguson dan Young (1985) dan Sabbah et al. (1991) menyatakan bahwa penggunaan zat pengatur tumbuh pada stek beberapa spesies jeruk lebih efisien

33 19 dalam memacu perakaran. Selanjutnya Hartmann et al. (1990) menyatakan bahwa pemberian auksin NAA dan IBA dalam jumlah tertentu pada berbagai spesies tanaman yang berbeda dapat memberikan respon yang bervariasi. Pemberian auksin pada konsentrasi yang tepat dapat memacu perakaran namun pada konsentrasi tinggi dapat bersifat toksik bagi tanaman. Stek jeruk pamelo yang berhasil membentuk akar dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Perakaran Stek Jeruk Pamelo pada Umur 10 MST Hasil penelitian de Andres et al. (2004) pada tanaman Colutea Istria dan penelitian Husen dan Pal (2007) pada tanaman Tectona grandis menunjukkan bahwa pemberian auksin eksogen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap persentase stek berakar. Stek yang diberi auksin menghasilkan persentase berakar yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Penelitian Raju and Prasad (2010) mengenai penggunaan jenis dan konsentrasi hormon auksin pada tanaman Celasturs paniculatus menunjukkan bahwa persentase stek berakar tergantung pada jenis dan konsentrasi hormon yang digunakan. Konsentrasi hormon adalah faktor yang signifikan dalam induksi perakaran. Auksin mempunyai peran penting dalam perkembangan akar adventif, meningkatkan persentase perakaran, meningkatkan kualitas akar dan keseragaman dalam perakaran dari stek (Husen dan Pal, 2007; Opuni-Frimpong et al., 2008). Pemberian auksin eksogen dapat menyebabkan adanya perubahan pada aktivitas enzim dan kandungan kofaktor yang memungkinkan terbentuknya keseimbangan hormonal serta inisiasi primordia akar dan perkembangan akar (Husen, 2008).

34 20 Jumlah akar, panjang akar, dan diameter akar Perlakuan jenis auksin tidak berpengaruh terhadap jumlah akar, panjang akar, dan diameter akar pada 10 MST (Tabel 1). Jenis auksin NAA memiliki kemampuan yang tidak berbeda dengan IBA dalam memacu pertumbuhan akar pada stek jeruk pamelo (Tabel 4). Tabel 4. Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Pertumbuhan Akar pada 10 MST Perlakuan Jenis Auksin Jumlah Akar Panjang Akar (cm) Diameter Akar (cm) NAA IBA Konsentrasi (ppm) c 0.01 c bc 0.02 bc abc 0.03 abc a 0.06 a ab 0.04 ab Interaksi tn tn tn Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Perlakuan konsentrasi auksin tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah akar yang terbentuk pada 10 MST (Tabel 1). Namun dapat dilihat bahwa stek yang diberi auksin menghasilkan nilai rataan jumlah akar yang lebih besar dibandingkan kontrol (0 ppm), meskipun secara statistik tidak berbeda nyata (Tabel 4). Hasil penelitian Amri et al. (2010) pada stek Dalbergia melanoxylon menunjukkan bahwa stek yang diberi auksin menghasilkan akar yang lebih banyak dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh terhadap panjang akar dan diameter akar pada stek jeruk pamelo pada umur 10 MST (Tabel 1). Tabel 4 menunjukkan pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan panjang akar dan diameter akar yang lebih besar dibandingkan konsentrasi 0 ppm (kontrol) dan 100 ppm, namun tidak berbeda dengan konsentrasi 150 ppm dan 250 ppm. Pemberian auksin eksogen menghasilkan pertumbuhan akar yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol.

35 21 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Husen dan Pal (2007) pada stek Tectona grandis dan penelitian Husen (2008) pada stek Dalbergia sissoo yang menunjukkan bahwa pemberian auksin eksogen memberikan pengaruh yang signifikan terhadap panjang akar stek. Stek yang diberi auksin menghasilkan akar yang lebih panjang dibandingkan kontrol. Pembentukan Tunas dan Daun Pembentukan tunas sangat penting sebagai tahap awal primordia daun. Daun merupakan organ tanaman yang memiliki jumlah klorofil terbesar yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis yang menghasilkan sumber energi bagi tanaman (Ashari, 1995). Gambar 6. Tunas dan Daun pada Stek Jeruk Pamelo Persentase stek bertunas Perlakuan jenis auksin tidak berpengaruh terhadap persentase stek bertunas pada 10 MST (Tabel 1). Jenis auksin NAA memiliki kemampuan yang tidak berbeda dengan IBA dalam mempengaruhi pembentukan tunas pada stek jeruk pamelo (Tabel 5). Perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh terhadap persentase stek bertunas pada 10 MST (Tabel 1). Tabel 5 menunjukkan pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan persentase stek bertunas yang lebih besar dibandingkan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 100 ppm, 150 ppm, dan 250 ppm. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Febriana (2009) pada stek

36 22 apokad yang menunjukkan bahwa konsentrasi auksin berpengaruh terhadap persentase bertunas pada 10 MST. Pemberian auksin 200 ppm pada stek apokad menghasilkan persentase stek bertunas yang lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya. Tabel 5. Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Bertunas pada 10 MST Perlakuan Persentase stek bertunas (%) Jenis Auksin NAA IBA 9.33 Konsentrasi Auksin (ppm) b b b a b Interaksi tn Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Tabel 5 menunjukkan rataan persentase stek bertunas yang tertinggi terdapat pada penggunaan konsentrasi 200 ppm sebesar 26.67%. Persentase stek bertunas secara umum mengalami peningkatan pada penggunaan auksin dengan konsentrasi 100 ppm hingga 200 ppm namun pada penggunaan konsentrasi 250 ppm persentase stek bertunas cenderung menurun. Rataan stek bertunas pada konsentrasi 250 ppm lebih rendah daripada konsentrasi 0 ppm (kontrol), meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Menurut Hartmann et al. (1990) aplikasi auksin buatan pada stek batang menggunakan konsentrasi tinggi dapat menghambat perkembangan tunas, bahkan terkadang tidak terjadi pembentukan tunas meskipun pembentukan akar telah cukup. Panjang dan diameter tunas Perlakuan jenis auksin tidak berpengaruh pada peubah panjang dan diameter tunas pada 10 MST (Tabel 1). Jenis auksin NAA memiliki kemampuan yang tidak berbeda dengan IBA dalam mempengaruhi pertumbuhan tunas pada stek jeruk pamelo (Tabel 6).

37 23 Tabel 6. Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Panjang dan Diameter Tunas pada 10 MST Perlakuan Panjang Tunas (cm) Diameter Tunas (cm) Jenis Auksin NAA IBA Konsentrasi (ppm) b 0.01 b ab 0.02 b ab 0.02 b a 0.05 a b 0.01 b Interaksi tn tn Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh terhadap panjang dan diameter tunas pada 10 MST (Tabel 1). Tunas yang mempunyai panjang dan diameter lebih besar diduga memiliki potensi lebih besar untuk berkembang menjadi cabang dan daun baru. Tabel 6 menunjukkan pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan panjang tunas yang lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 0 ppm (kontrol) dan 250 ppm, namun tidak berbeda dengan konsentrasi 100 ppm dan 150 ppm. Pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan diameter tunas yang lebih besar dibandingkan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 100 ppm, 150 ppm, dan 250 ppm. Hasil penelitian Khan et al. (2006) pada tanaman Rosa damascene dan penelitian Husen dan Pal (2007) pada tanaman Tectona grandis menunjukkan bahwa pemberian auksin eksogen berpengaruh pada panjang tunas yang terbentuk pada stek. Jumlah tunas dan daun baru yang terbentuk Perlakuan jenis auksin dan konsentrasi auksin tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas pada 10 MST (Tabel 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Febriana (2009) pada stek apokad yang menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi auksin hingga 200 ppm tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas yang terbentuk pada stek.

38 24 Tabel 7. Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Jumlah Daun yang Terbentuk pada 10 MST Perlakuan Jumlah Tunas Jumlah daun (helai) Jenis Auksin NAA IBA Konsentrasi Auksin (ppm) Interaksi tn tn Perlakuan jenis auksin dan konsentrasi auksin juga tidak berpengaruh terhadap jumlah daun yang terbentuk pada 10 MST (Tabel 1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Irwanto (2001) yang menunjukkan bahwa pemberian auksin eksogen tidak memberikan pengaruh pada jumlah daun yang terbentuk pada stek pucuk Shorea montigena. Banyaknya jumlah daun yang terbentuk tergantung pada banyaknya jumlah tunas yang terbentuk, dimana jumlah tunas yang banyak akan menghasilkan jumlah daun yang banyak. Tabel 7 menunjukkan pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan rataan jumlah tunas dan jumlah daun yang lebih besar dibandingkan konsentrasi lainnya, meskipun secara statistik tidak berbeda nyata. Keberhasilan Stek Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang memiliki sifat yang sama dengan induknya (Widiarsih et al., 2008). Pembentukan akar dan tunas pada stek penting bagi stek untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman sempurna.

39 25 Persentase stek berakar-bertunas Perlakuan jenis auksin tidak berpengaruh terhadap persentase stek berakarbertunas pada 10 MST (Tabel 1). Tabel 8 menunjukkan bahwa jenis auksin NAA memiliki kemampuan yang tidak berbeda dengan IBA dalam mempengaruhi persentase stek berakar-bertunas pada stek jeruk pamelo. Pemilihan jenis auksin selain harus mempertimbangkan tingkat keefektifan terhadap keberhasilan stek juga perlu mempertimbangkan faktor ekonomis karena harga auksin NAA dan IBA memiliki perbedaan yang besar. Tabel 8. Pengaruh Jenis Auksin dan Konsentrasi Auksin terhadap Persentase Stek Berakar-bertunas pada 10 MST Perlakuan Persentase stek berakar-bertunas (%) Jenis Auksin NAA 8.00 IBA Konsentrasi (ppm) b b b a b Interaksi tn Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%. Perlakuan konsentrasi auksin berpengaruh terhadap persentase stek berakar-bertunas pada 10 MST (Tabel 1). Tabel 8 menunjukkan pemberian auksin dengan konsentrasi 200 ppm menghasilkan persentase stek berakar-bertunas yang lebih besar dibandingkan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 100 ppm, 150 ppm, dan 250 ppm. Persentase stek berakar-bertunas yang tertinggi didapat pada pemberian konsentrasi auksin 200 ppm sebesar 26.67%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk pembentukan akar dan tunas pada stek jeruk pamelo, pemberian konsentrasi auksin 200 ppm dengan metode perendaman merupakan konsentrasi yang terbaik diantara konsentrasi yang dicobakan. Stek yang berhasil membentuk akar dan tunas memiliki peluang hidup yang lebih besar. Tunas pada stek dapat berkembang menjadi daun yang memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian berlangsung dari bulan Mei 2011 sampai bulan Juli 2011 di lahan Pembibitan Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian diawali dengan pemilihan pohon

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 26 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB selama sembilan minggu sejak Februari hingga

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek agribisnis nanas sangat cerah, baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah nanas cenderung meningkat sejalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983) diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subkingdom : Spermatophyta Superdivisio : Angiospermae Divisio

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Disiapkan lahan dengan panjang 21 m dan lebar 12 m yang kemudian dibersihkan dari gulma. Dalam persiapan lahan dilakukan pembuatan plot dengan 4 baris petakan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Mawar

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Mawar 4 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Mawar Mawar berasal dari dataran Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (tropis) (Diamond,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan. Tanaman ini mempunyai kualitas kayu yang sangat bagus, sangat

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan. Tanaman ini mempunyai kualitas kayu yang sangat bagus, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jati (Tectona grandis Linn. f.) merupakan tanaman berkayu bersifat tahunan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dalam komoditi perdagangan. Tanaman ini mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya lada di Indonesia dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

Repositori FMIPA UNISMA

Repositori FMIPA UNISMA Studi Pemberian NAA dan 2,4-D pada Stek Batang Pohon Terompet Kuning (Tabebuia aurea) Ahmad Syafi'i 1, Ari Hayati 2 2 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Islam Malang Abstrak Stek batang lebih menguntungkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan tanaman pangan potensial masa depan karena mengandung karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain mengandung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 16, Nomor 2, Hal. 63-68 Juli - Desember 211 ISSN:852-8349 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO

PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO PENGGUNAAN IAA DAN BAP UNTUK MENSTIMULASI ORGANOGENESIS TANAMAN Anthurium andreanum DALAM KULTUR IN VITRO Oleh : SITI SYARA A34301027 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA

RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA RESPON SETEK CABANG BAMBU KUNING (Bambusa vulgaris) TERHADAP PEMBERIAN AIA (THE RESPONSE OF BRANCH CUTTINGS YELLOW BAMBOO (Bambusa Vulgaris) BY GIVING INDOLE ACETIC ACID) Yosepin K. Simangunsong, Indriyanto,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT

PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU DI PERSEMAIAN RAKIT S. A M A R I L L I S, N. K H U M A I D A, M. H. B I N T O R O D J O E F R I E Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN JERUK KEPROK (CITRUS NOBILIS LOUR) VAR. PULAU TENGAH: Rensi Novianti dan Muswita Kata Kunci: zat pengatur tumbuh, jeruk keprok, pertumbuhan Zat pengatur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F.

PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F. PENGARUH KONSENTRASI INDOLE BUTYRIC ACID (IBA) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK PUCUK JAMBU AIR (Syzygium semarangense Burm. F. Alst) Yustina Sri Sulastri Staf Pengajar Kopertis Wil. I dpk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan dalam dua tahapan pelaksanaan, yaitu tahap kultur in vitro dan aklimatisasi. Tahap kultur in vitro dilakukan di dalam Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI

KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI KAJIAN PERTUMBUHAN STEK BATANG SANGITAN (Sambucus javanica Reinw.) DI PERSEMAIAN DAN LAPANGAN RITA RAHARDIYANTI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Jati (Tectona grandis) Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenaceae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN)

PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Volume 13, Nomor 1, Hal. 15-20 ISSN 0852-8349 Januari Juni 2011 PENGARUH KONSENTRASI BAWANG MERAH (Alium cepa L.) TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK GAHARU (Aquilaria malaccencis OKEN) Muswita Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas

TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas Tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr) merupakan tanaman buah yang berasal dari Amerika tropis yaitu Brazil, Argentina dan Peru. Tanaman nenas telah tersebar ke seluruh penjuru

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (582) : Pertumbuhan Setek Jambu Air Deli Hijau (Syzygium samarangense (Blume) Merr. & Perry) Dengan Bahan Tanam Dan Konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) Yang Berbeda Growth of green deli water apple (Syzygium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet Kampung Muteran, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang dan Laboratorium Fisiologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO

PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO PENGARUH PEMBERIAN NAA DAN KINETIN TERHADAP PERTUMBUHAN EKSPLAN BUAH NAGA (Hylocereus costaricensis) MELALUI TEKNIK KULTUR JARINGAN SECARA IN VITRO Delfi Trisnawati 1, Dr. Imam Mahadi M.Sc 2, Dra. Sri

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Agrium, Oktober 2012 Volume 17 No 3 EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum) Saijo Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Kehutanan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1995), klasifikasi dari tanaman bugenvil adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1995), klasifikasi dari tanaman bugenvil adalah TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (1995), klasifikasi dari tanaman bugenvil adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Panili Tanaman panili termasuk famili orchidaceae sama seperti anggrek dan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Panili Tanaman panili termasuk famili orchidaceae sama seperti anggrek dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Panili Tanaman panili termasuk famili orchidaceae sama seperti anggrek dan merupakan tanaman introduksi yang berasal dari Mexico dan Amerika Tengah. Tanaman ini

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan spesies paling penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk Bahan tanam awal (eksplan) merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Eksplan yang baik untuk digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.)

PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) PENGARUH KETEBALAN MEDIA PASIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KUALITAS AKSESI RUMPUT BERMUDA (Cynodon dactylon L.) Oleh Chika Seriulina Ginting A34304064 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan yang teramati selama aklimatisasi menunjukkan suhu rata-rata 30 o C dengan suhu minimum hingga 20 o C dan suhu maksimum mencapai 37 o C. Aklimatisasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura yang cukup diperhitungkan. Selain memiliki fungsi estetika, bunga juga mendatangkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm.

PELAKSANAAN PENELITIAN. Disiapkan batang atas ubi karet dan batang bawah ubi kayu gajah yang. berumur 8 bulan dan dipotong sepanjang 25 cm. PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dengan cara manual. Setelah dibersihkan, lahan diukur dengan ukuran panjang x lebar : 12 m x 4 m. Persiapan Bibit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

INDUKSI MUTASI KROMOSOM DENGAN KOLKISIN PADA TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) KLON ZWEETENERS SECARA IN VITRO

INDUKSI MUTASI KROMOSOM DENGAN KOLKISIN PADA TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) KLON ZWEETENERS SECARA IN VITRO INDUKSI MUTASI KROMOSOM DENGAN KOLKISIN PADA TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana Bertoni) KLON ZWEETENERS SECARA IN VITRO Oleh: ASEP RODIANSAH A34302032 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A

RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A RESPON TANAMAN TOMAT TERHADAP FREKUENSI DAN TARAF PEMBERIAN AIR RISZKY DESMARINA A24053423 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RISZKY DESMARINA.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik dan cukup popular. Bunga gladiol memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan menduduki

Lebih terperinci

PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG. Oleh : Ulfah Alifia A

PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG. Oleh : Ulfah Alifia A PENGARUH INTERSTOCK TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN GENERATIF JERUK BESAR KULTIVAR NAMBANGAN DAN CIKONENG Oleh : Ulfah Alifia A34302001 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A

PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP KERAGAAN TANAMAN Aglaonema sp. Oleh RACHMAWATI PUTRISA MISNIAR A34403064 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Jemk Besar. Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Jemk Besar. Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jemk Besar Jeruk besar (Citrus grarrdis L) merupakan tanaman asli Indonesia. Selain di Indonesia jeruk besar juga bisa ditemui hampir di seluruh Asia Tenggara. Jeruk besar dikenal

Lebih terperinci

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO

INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO INDUKSI KERAGAMAN GENETIK TANAMAN ANTHURIUM WAVE OF LOVE (Anthurium plowmanii Croat.) DENGAN RADIASI SINAR GAMMA DARI 60 Co SECARA IN VITRO SRI IMRIANI PULUNGAN A24051240 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit disebut dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guineensis

Lebih terperinci

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN

EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN EVALUASI KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN SELEDRI DAUN (Apium graveolens L. Subsp. secalinum Alef.) KULTIVAR AMIGO HASIL RADIASI DENGAN SINAR GAMMA COBALT-60 (Co 60 ) Oleh Aldi Kamal Wijaya A 34301039 PROGRAM

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) OLEH: YULIANA RIYANTI A34304039 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-. ~~ ~ ~,~-. ~.~~.~~~~. ~.~.~ ~.. ARIF BUDIMAN (E.01496103). Pengaruh Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Slrorea baiangeran Korth. Pada Medium Air (Water Rooting System). Dibawah bimbingan Dr. Ir. Supriyanto.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Kondisi lingkungan tumbuh yang digunakan pada tahap aklimatisasi ini, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan planlet Nepenthes. Tjondronegoro dan Harran (1984) dalam

Lebih terperinci