DAYA SERAP SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (Studi Kasus di SMA Se-Kota Gorontalo)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAYA SERAP SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (Studi Kasus di SMA Se-Kota Gorontalo)"

Transkripsi

1 DAYA SERAP SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH (Studi Kasus di SMA Se-Kota Gorontalo) OLEH: KARMILA, TRISNOWATY TUAHUNSE *, RESMIYATI YUNUS * JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Skripsi, dengan formulasi judul yang digunakan Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (study kasus di SMA Se-Kota Gorontalo) Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Tahun Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo. Objek penelitian ini terfokus pada empat sekolah yaitu SMA Negeri 1 Gorontalo, SMA Negeri 2 Gorontalo, SMA Negeri 3 Gorontalo, dan SMA Negeri 4 Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang studi kasus dan diungkapkan secara deskriptif analitis kritis. Penelitian tentang daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar artinya secara utuh atau seluruhnya. Di dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo dapat memberi pengaruh pada prestasi siswa pada bidang studi sejarah sendiri. Proses daya serap yang dialami akan menghasilkan perubahan-perubahan pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar siswa. Setiap siswa berbeda dalam tingkat prestasinya ini merupakan cerminan dari daya serap siswa. Daya serap siswa yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (factor intern) maupun dari luar diri (factor ekstern) individu.

2 Pendahuluan Latar Belakang, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perubahan paradigma baru belajar dan pembelajaran di abad XXI lebih menekan pada belajar sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia dengan tujuan membawa kita pada kemerdekaan belajar dan berfikir kritis artinya mampu bersaing di kanca internasional. Kajian ihwal metodologi pembelajaran dalam kaitannya dengan gaya belajar siswa dan otak yang berimplikasi pada perlunya perubahan pembelajaran, dan kebijakan pemerintah terhadap peningkatan mutu pendidikan, baik proses maupun hasil pembelajaran dengan mencanangkan kebijakan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kenyataan yang ada sekarang, pembelajaran sejarah jauh dari harapan untuk memungkinkan anak melihat relevansinya dengan kehidupan masa kini dan masa depan. Mulai dari jenjang SD hingga SMA, pembelajaran sejarah cenderung hanya memanfaatkan fakta sejarah sebagai materi utama. Tidak aneh bila pendidikan sejarah terasa kering, tidak menarik, dan tidak memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar menggali makna dari sebuah peristiwa sejarah. Harus memperhatikan permasalahan tentang peningkatan kualitas pembelajaran dan berbagai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran maka harus merencanakan dan menemukan desain atau pembelajaran yang tepat dan efektif yang bisa memecahkan masalah-masalah tersebut. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan. Di lain pihak siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif dalam memaknai materi yang di berikan guru. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui perkembangan

3 terakhir dibidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sistem pembelajaran sejarah yang dikembangkan sebenarnya tidak lepas dari pengaruh budaya lokal yang telah mengakar. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Pembelajaran sejarah saat ini mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada zamannya menjadi terabaikan. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif. Hal ini akan mengerogoti daya serap siswa dalam proses belajar mengajar sejarah. Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Suatu kenyataan bahwa pelajaran sejarah merupakan suatu polemik bagi siswa dalam proses belajar mengajar. Ini tak dapat kita elakkan lagi dan harus menjadi pekerjaan rumah kita bersama, daya serap siswa adalah bagian terpenting atau Output berhasil tidaknya proses belajar mengajar yang dilakukan. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka, penulis tertarik dengan formulasi judul Daya Serap Siswa pada Mata Pembelajaran Sejarah suatu penelitian di SMA Se-Kota Gorontalo. Rumusan Masalah, Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut, Bagaimana daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo dan Faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. Tujuan Penelitian, Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo dan Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat daya serap siswa di SMA se-kota Gorontalo. Manfaat Penelitian, Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pihak sekolah maupun

4 praktisi sosial kemasyarakatan untuk mengetahui dan memecahkan permasalahan yang terjadi di kalangan pelajar, Bagi siswa diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam upaya meningkatkan daya serap pada mata pelajaran sejarah, bagi peneliti, bermanfaat sebagai media untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh selama kuliah dan untuk menambah pengalaman di bidang penelitian dan Juga dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam pelaksanaan teori baik secara teknik ataupun analisis data dan bagi guru, hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan yang konstruktif sekaligus bahan acuan terhadap inplementasi guru dalam meningkatkan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. Metode Penelitian Bentuk dan Strategi Penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang membahas tentang studi kasus dan diungkapkan secara deskriptif analisis kritis. Penelitian tentang daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar artinya secara utuh atau seluruhnya. Sumber Data, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari berbagai sumber informasi sebagai berikut: Informan atau nara sumber terdiri dari, guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri Se-kota Gorontalo dan Arsip yaitu dokumen atau data-data yang relevan dengan objek penelitian meliputi data tentang guru mengajar. Tekhnik Pengumpulan data, Sugiyono (2011:224) mengemukakan bahwa Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tekhnik pengumpulan data, maka penliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Di dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Nasution (dalam Sugiyono 2011: 226) mengungkapkan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui

5 observasi. Teknik observasi atau teknik pengamatan yang digunakan adalah pengamatan partisipatif. Pengamatan partisipatif adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan berperan serta di dalamnya. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh kondisi sesungguhnya dari daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. sedangkan Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, artinya bahwa peneliti dalam pelaksanaannya mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi dimodifikasi pada saat wawancara berdasarkan situasinya. Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi yang berkaitan dengan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat menemukan data yang akurat terkait dengan kondisi siswa melalui guru pengajar mata pelajaran sejarah. Teknik Cuplikan (Sampling), sesuai dengan metodologi penelitian kualitatif maka teknik sampling (cuplikan) yang di gunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampling ini bersifat internal sampling, karena sama sekali tidak mewakili populasi dalam arti jumlah, melainkan mewakili informasinya. Dalam cuplikan yang bersifat internal, kelengkapan dan kedalaman data tidak perlu ditentukan oleh jumlah informasi yang bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan besar daripada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber yang lebih banyak, tetapi kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenaranya. Di dalam meneliti daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo. Teknik cuplikan sampling maka dalam penelitian ini peneliti lebih fokus pada infoman yang terlibat atau menjadi sumber langsung. Penelitian ini di lakukan di empat sekolah yang berbeda se-kota Gorontalo, informasi dalam penelitian ini tidak melibatkan semua unsur didalam kelas namun informan yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo. Validitas Data, data yang telah berhasil digali di lapangan, dikumpul dan dicacat dalam kegiatan penelitian, diusahakan bukan hanya untuk kedalaman, kemantapan

6 dan kebenarannya. Di dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber atau disebut juga sebagai triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dari berbagai sumber untuk pengecekan atau sebagai pembanding data. Hal ini dilaksanakan dengan cara membanding dan mengecek baik tingkat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam pengumpulan data, ia wajib menggunakan beragam sumber yang berbeda tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Fokus penelitian ini adalah daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di SMA se-kota Gorontalo demi, menggali kebenaran dalam penelitian ini maka yang menjadi objek penelitian adalah SMA Negeri 1 Gorontalo, SMA Negeri 2 Gorontalo, SMA Negeri 3 Gorontalo dan SMA Negeri 4 Gorontalo. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bila dibandingkan dengan data sejenis yang dipeoleh dari sumber lain yang berbeda, baik kelompok sumber sejenis atau sumber yang berbeda jenisnya. a. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dari berbagai sumber untuk pengecekan atau sebagai pembanding data. Selain itu teknik triangulasi juga merupakan cara yang paling umum yang digunakan penelitian kualitatif guna mewujudkan validitas data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi metode. b. Triangulasi data (sumber) adalah teknik triangulasi yang dilaksanakan dengan cara membandingkan dan mengecek balik tingkat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber data yang berbeda. c. Triangulasi metode adalah menggali data yang berbeda. Data teknik pengumpulan data tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik simpulan data yang lebih kuat validitasnya. Tekhnik Analisi Data, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, dan catatan lapangan. Dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam

7 unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, data setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, di peroleh data yang kredibel. Miles dan Haberman (dalam Sugiyono 2011: 246), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verivikasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, teknik ini menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2011: 246), diterapkan melalui tiga alur yaitu : Reduksi data, reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sejalan dengan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi ini tidak harus menunggu hingga data terkumpul banyak, konsep ini berbeda dengan model kuantitatif yang mengharuskan peneliti menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru melakukan analisis, namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga selain meringankan kerja peneliti, juga dapat memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada, jika hal tersebut telah dilakukan, data akan secara mudah dimasukkan dalam kelompokkelompok yang telah dibuat peneliti. Peneliti dalam hal ini memfokuskan pada daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah se-kota Gorontalo dan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah.

8 Penyajian data, penyajian data adalah sekumpulan informasi dan pengambilan tindakan. Sehingga mencermati penyajian data ini, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan yang harus dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut. Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktifitas-aktifitas yang terkait langsung dengan proses analaisis dan model interaktif. Dengan begitu, kedua proses inipun berlangsung dengan proses penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun sehingga jangan terburu-buru untuk menghentingkan kegiatan penyajian data ini sebelum yakin bahwa semua yang seharusnya diteliti telah dipaparkan atau disajikan. Verification/Penarikan kesimpulan, tahap terakhir pengumpulan data adalah verivikasi dan penarikan kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapt dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola-pola dan tema yang sama, pengelompokan, dan pencarian kasus-kasus negative ( kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang dari kebiasaan dari masyarakat. Ketiga kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis. Ketiga kegiatan ini dalam penelitian daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah terdapat berbagai indikator baik pedukung maupun penghambat dan bagaimana daya serap siswa sekota Gorontalo pada mata pelajaran sejarah. Pada tahap ini mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga output pada proses belajar mengajar. Hasil Penelitian Proses Pembelajaran SMA Se-Kota Gorontalo, Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Wirdawaty Hasan S.Pd dan Ibu Yulia Mustapa S.Pd pada (senin 13 Mei 2013) bahwa Kemampuan guru dalam mengoptimalkan daya serap siswa terdapat perbedaan antara kelas IPS dan kelas IPA. Namun rata-rata Siswa SMA

9 Negeri 1 Gorontalo lebih suka dengan model pembelajaran diskusi dan tanya jawab pada mata pelajaran sejarah. Artinya bahwa masih banyak siswa SMA Negeri 1 Gorontalo yang memiliki kemauan untuk belajar sejarah. Pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sejarah korelasi dengan kemampuan guru dalam menjelaskan dengan menggunakan contoh-contoh yang kontentekstual misalnya kondisi politik di kota Gorontalo. Kreatifitas guru dalam meningkatkan daya serap siswa dapat di sesuaikan dengan kondisi siswa pada saat berlangsungnya proses belejar mengajar. Hal ini lakukan karena dalam menjelaskan mata pelajaran sejarah yang memiliki cakupan cukup luas. Sehingga terkadang tidak di sesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Sumber hasil wawancara dengan Ibu Yulia Mustapa S.Pd pada (senin 13 Mei 2013). Model pembelajaran disesuaikan dengan materi yang di sampaikan. Artinya setiap kali pertemuan tentunya ada perbedaan materi sehingga model pada setiap pertemuan juga berubah-ubah. Hal ini dapat meminimalisir sikap bosan siswa dalam menerima materi. Model yang sering digunakan adalam diskusi dan tanya jawab dan tidak monoton pada salah satu model saja misalnya ceramah. Pengelolaan kelas menurut Ibu Wirdawaty Hasan S.Pd pada (senin 13 Mei 2013), dapat dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Sederhananya adalah mempersiapkan siswa sebelum memulai pelajaran dengan prosedur yang di tetapkan secara umum. Selanjutnya prilaku siswa dalam suatu ruangan tentu sangatlah berbeda. Kalau misalnya dikelas terdapat 20 siswa maka yang juga terdapat 20 karakter yang berbeda. Nah sehingga kemampuan guru dalam hal mengatasi perbedaan ini menjadi satu prinsip. Berdasarkan hasil waawancara dengan Ibu Habiba L. Hulopi S.Pd pada (senin, 06 Mei 2013) selaku guru sejarah di SMA Negeri 2 mengatakan bahwa kemampuan guru dalam meningkatkan daya serap siswa ditentukan oleh hasil belajar siswa, jika hasil belajar siswa tinggi maka kemampuan guru juga meningkat. Jika hasil belajar siswa rendah maka kemampuan guru juga rendah.

10 Oleh karena itu kemampuan guru berkorelasi positif dengan hasil belajar siswa. Dalam upaya peningkatan daya serap siswa sebab subtansi guru dalam pembelajaran adalah membelajarkan siswa dalam peningkatan daya serap siswa dalam pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap pembelajaran sejarah yaitu ditentukan oleh kualitas guru dalam pengajaran jika kualitas pengajaran guru tinggi maka tentunya pemahaman siswa meningkat, begitu pun sebaliknya. Kualitas pengajaran tinggi apabila dalam pembelajaran terjadi interaksi antara siswa dengan siswa lainnya dan berinteraksi dengan sumber belajar serta, didukung oleh hasil belajar siswa yang besar. Kreatifitas guru delam meningkatkan daya serap siswa yaitu menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan dengan cara: (1) Memusatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran (2) Mendengarkan pembelajaran siswa dalam pembelajaran (3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa agar tetap fokus pada pembelajaran (3) Menunjukkan semangat guru dalam mengajar (4) Pemberian materi yang efektif dan menyenangkan (5) Melakukan pendekatan secara persuasif terhadap siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Model pembelajaran yang di gunakan guru adalah model pembelajaran kontekstual dibarengi dengan diskusi dengan harapan ada muatan informasi terbaru dari siswa kemudian tanya jawab sebagai pembelajaran sejarah yang kaku tidak kontekstual dan terlihat membosankan bagi siswa karena sejarah dalam presepsi siswa hanya mempelajari peristiwa masa lampau yang tidak sesuai dengan trend masa kini. Pengeloaan kelas dalam memujudkan daya serap siswa terjadi apa bila dalam pembelajaran dapat membelajarkan siswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru. Adapun langkah-langkah pembelajaran yang harus ditempuh guru dalam meningkatkan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah sebagai berikut: Menguasai materi / bahan ajar, Mampu berkomunikasi dengan siswa, Kemampuan guru dalam menyajikan materi dan Kemampuan guru dalam

11 menyusun perangkat perangkat pembelajaran yang berkualitas terdiri dari persiapan, penyajian, perbandingan, penyampaian dan penerapan. Strategi pembelajaran yang sering di gunakan dalam upaya meningkatkan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah yaitu: memberikan metode pembelajaran kontekstual, menyiapkan alat atau media pembelajaran berupa audio visual yang berkorelasi dengan materi yang diajarkan, mempersingkat waktu penyajian materi pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekplorasi pengetahuan yang dimiliki. Prilaku siswa dalam proses belajar siswa antusias mengikuti pelajaran sejarah karena metode dan penyajian materi dilakukan secara kontekstual dan menyenangkan. Prilaku siswa yang beragam mengharuskan untuk melibatkan siswa dalam belajar sehingga merasa bertanggung jawab. Sesuai hasil wawancara dengan Ibu Habiba L. Hulopi S.Pd pada (senin, 06 Mei 2013) menguraikan faktor pendukung dan penghambat daya serap sebagai berikut: Faktor-faktor pendukung daya serap siswa dalam belajar yaitu: tersedianya sumber belajar yang relevan, tersedianya media pembelajaran, termotifasinya siswa dalam belajar, menciptakan suasana kelas yang efektif dan menyenangkan. Sedangkan Faktor-faktor penghambat daya serap siswa dalam belajar yaitu: tidak tersedianya sumber belajar yang relevan, Kurangnya media dalam pembelajaran, Ketidaksesuaiannya metode dengan materi yang diajarkan dan Semangat siswa yang menurun dengan kondisi waktu yang tidak memadai. Perbedaan daya serap siswa ketika menggunkan media pembantu dengan tidak menggunakan media pembantu hal ini dapat ditunjukkan pada hasil belajar siswa. Di dalam mempertahankan daya serap siswa dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara, siswa tidak hanya belajar di dalam ruangan kelas tetapi juga banyak malakukan belajar tambahan di rumah. Hal ini sering di lakukan apa bila siswa merasa bertanggung jawab pada apa yang menjadi pesan dari guru di sekolah. Pesan itu berupa tugas dan lain-lain. Berdasarkan hasil wawancara (Senin, 13 Mei 2013) dengan Ibu Siti Z. Afriani Arif selaku guru sejarah di SMA Negeri 3 Gorontalo mengatakan bahwa

12 Kemampuan guru dalam meningkatkan daya serap siswa guru harus memiliki wawasan, kemampuan akademik, trik dan teknik. Fenomena yang sering terjadi pada siswa adalah situasi yang membosankan. Menguasai materi dan suasana kelas. Sejarah seharusnya tidak monoton pada cerita, malainkan menunjukkan berbagai bukti kejadian misalnya, gambar dan benda-benda yang berhubungan dengan sekeliling kita. Pada tahap ini guru seharusnya tidak terlalu monoton pada bahasa baku dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dijelaskan oleh guru. Karena kalau guru selalu menggunakan bahasa baku maka siswa sulit memhami apa yang di sampaikan oleh guru sehingga proses tranfer ilmu tersedat pada kurangnya pemahaman siswa pada makna apa yang sebenarnya di sampaikan oleh guru tersebut. Tergantung pada kompetensi dasar. Pemahaman sering terjadi secara bertahap, pemahaman juga terjadi pada siswa yang memiliki minat belajar sejarah. Sering terjadi tekanan bagi siswa dalam belajar namun hal ini juga dapat memicu daya serap siswa walaupun secara psokologis tidak baik untuk siswa. Memotifasi siswa dalam belajar sangat penting karena ketika siswa menyadari dirinya membutuhkan pengetahuan yang lebih maka selain dengan guru siswa juga mampu belajar sendiri (otodidak). Kreatifitas guru dalam meningkatkan daya serap siswa, berdasarkan karakter siswa di kelas. Sering dilakukan dengan berbagai macam cara, mulai dari media pembelajaran harus menarik dan lengkap, contohnya Power Point harus dibuat seunik mungkin sesuai dengan materi apa yang di sampaikan, ini terbukti ketika media Power Point di secara sederhana maka fenomena yang sering terjadi adalah akan memicu rasa bosan dan malas pada siswa. Biasanya di SMA 3 saya berikan tugas misalnya dalam bentuk Cart, power point kemudian mereka menjelaskan sendiri di setiap kelompok selanjutnya akan terjadi tanya jawab antar kelompok. Model pembelajaran yang sering di gunakan di SMA menurut Ibu Siti Z. Afriani Arif sesuai dengan hasil wawancara pada Senin, 13 Mei 2013 adalah Picture to picture yang akan memberikan pemahaman khusus terhadap materi-

13 materi tertentu misalnya bagaimana bentuk manusia purba, contoh lain tradisi lisan misalnya hunungo atau tradisi lisan. Nah akan dimengerti siswa ketika guru langsung memberikan contoh konkrit. Model pembelajaran dengan menggunakan gambar atau film, lalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk jajak pendapat kemudian guru mengarahkan siswa. Tetapi pada esensinya bagaimana model pembelajan ini membuat siswa merasa penasaran untuk bertanya-tanya, misalnya ibu benar pantai selatan itu ada.? atau ibu Apa bedanya antara mitos Jawa dengan Gorontalo? Sebelum memulai pelajaran tentunya pengelolaan kelas terlenih dahulu, contoh ada siswa yang tidak menggunakan sepatu dikelas, ini sisa-sisa manusia yang ada di SMA 3, kemudian siswa juga sering mengantuk bisa kita menberikan seperti ini manusia nomaden yang kelebihan makan singkong. Hal ini sebenarnya dengan tujuan agar siswa merasa refres sebelum belajar. Memancing keadan kelas dan semangat belajar sebelum merangkai materi pelajaran sejarah. Memahami kelas tentu terjadi perbedaan misalnya kelas XII dengan pandangan bahwa sejarah bukanlah mata pelajaran ujian Nasional melainkan mata pelajaran UAS, dan berfikir bahwa akan diberikan nilai terbaik oleh guru dengan pendekatan dll. Strategi pembelajaran simpel yaitu belajar sambil bermain misalnya dengan menggunakan tongkat berjalan. Strategi pembelajaran biasa berbeda misalnya di jam terakhir dengan menggunakan strategi. Mimik dalam menyampaikan juga menjadi strategi untuk meyakinkan siswa dalam memahami pelajaran sejarah. Selnjutnya berdasarkan wawancara dengan Ibu Siti Z. Afriani Arif S.Pd dan Bapak Hasrun Awumbas S.Pd pada (Senin, 13 Mei 2013) menjelaskan terkait dengan prilaku siswa tentunya akan berbeda misalnya 20 bibimbingan belajar siswa maka akan terdapat 20 macam karakter juga. Kemampuan guru dalam mengarahkan 20 macam karakter tadi manjadi 1 karakter. Kadang-kadang saat serius diskusi, ada seorang siswa memancing untuk keluar dari pembahasan pada materi tersebut maka semua siswa yang ada di kelas juga akan mengikutinya.

14 Dalam menghadapi masalah seperti ini guru harus mampu memahami karakter siswa dengan positif kemudian mengarahkan ke proses belajar. Misalnya siswa akan bertanya Nabi Adam dengan Meganthoropus siapa yang paling tua? dengan jawaban spontan guru akan menjawab yang pasti dalam sejarah belum pernah menjelaskan Adamthoropus suasana kelas akan berbeda seketika. Faktor pendukung belajar misalnya fasilitas ada tetapi tidak bisa dijangkau sehingga akan memicu faktor penghamabat dalam penjelasan misalnya kurangnya bikti fisik seperti monumen, prasasti, cagar budaya. Konteks Gorontalo misalnya peninggalan Belanda seperti kantor pos, hotel Hal lain dalam menjelaskan kerajaan Gorontalo misalnya hanya bisa diceritakan tetapi dalam bentuk bukti fisiknya tidak ada seperti kraton atau bahkan tiangnya saja sebagai bukti otentik dalam menunjukkan keraton yang dimaksud, dalam membuktikan bahwa Gorontalo terdapat 4 kerajaan. Tidak seperti seperti daerah lain di Indonesia Ternate, Makassar dan Jawa pada umumnya. Daya dukung pemerintah juga kurang dalam hal melestarikan peninggalan sejarah, sehingga sejarah gorontalo dianggap seperti mitos secara turun temurun. Keberadaan guru sejarah harus mampu mengembalikan sejarah pada titah yang sebenarnya. Artinya animo siswa sekarang seakan memudar ketikan mendengar mata pelajaran sejarah. Padahal proklamator kita telah memberikan pesan jangan sekali-kali melupakan sejarah sejarah akan menjadi guru besar kehidupan bila tidak dilupakannya. Ini menjadi tugas guru dalam mengembalikan eksistensi sejarah dalam kehidupan generasi muda. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hastina Lasido satu-satunya guru sejarah di SMA Negeri 4 gorontalo pada (Rabu, 15 Mei 2013) mengatakan bahwa Kamampuan guru meningkatkan daya serap siswa. Kemamuan dalam mengelola kelas, menguasai materi dan menciptakan suasanan belajar yang menyenangkan. Berdasarkan pemberian materi secara berulang-ulang sehingga guru dapat mengukur kemampuan siswa dalam meningkatkan daya serap siswa. Prestasi siswa menjadi menjadi barometer kemampuan guru, prestasi siswa

15 merupakan iplementasi dari kemampuan guru dalam memberikan materi sesuai standar ketuntasan. Pemahaman siswa dalam kelas tentu berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada siswa yang memahami materi secara sepenuhnya dan ada juga yang memahami tidak materi yang diajarkan secarah utuh. Perbedaan kemampuan dalam menangkap apa di ajarkan oleh guru, sehingga terkadang guru harus memberikan kesempatan kepada untuk bertanya apa tidak dimengerti atau guru bertanya kepada siswa (evaluasi langsung). Menurut Ibu Hastina Lasido selaku guru sejarah di SMA Negeri 4 Gorontalo pada (rabu, 15 Mei 2013) Mengatakan bahwa Kreatifitas guru yaitu diukur dengan memberikan tugas kepada siswa, memberikan evaluasi, maka dari situlah guru dapat mengukur daya serap siswa sampai dimana siswa untuk memahami pelajaran yang sudah diberikan oleh guru. Model pembelajaran tidak tergantung dari RPP, guru melihat dari siswa apa mereka dapat memahami materi yang guru berikan dengan model-model pembelajaran yang guru gunakan sehingga guru dapat menggunakan model pembelajaran apa saja yang penting model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat meningkatkan daya serap siswa. Pengelolaan kelas adalah suatu tuntutan bagi guru dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas menjadi penting karena kelas dalam kondisi yang tidak memungkinkan dalam menjalankan pembelajaran maka hasilnya juga tidak maksimal. Sebelum memulai pelajaran di kelas hingga selesai harus tertata dengan baik, mulai dari pengaturan ruangan, perhatian siswa kepada materi dan lingkungan kelas juga harus mendukung. Pengelolaan kelas bertujuan agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran, bermacam-macam sebelum guru menjelaskan materi yang akan dibawakan hari ini, guru menanyakan sedikit kepada siswa sampai dimana materi yang minggu lalu, setelah itu guru membentuk suatu strategi pembelajaran yang bisa di gunakan oleh siswa sehingga dapat meningkatkan daya serap siswa.

16 Prilaku siswa, itu bermacam-macam misalnya guru berada di dalam kelas sementara dalam proses kegiatan belajar mengajar ada siswa yang bisa memahami materi yang guru itu berikan dan ada juga siswa yang tidak memahami materi yang guru berikan. Model pembelajaran yang sering di gunakan dalam upaya peningkatan daya serap siswa adalah model jigsaw yaitu membagi kelompok terdiri dari kelompok awal dan kelompok akhir. Faktor-faktor yang menjadi penghamabat dan pendukung adalah penyediaan media belajar misalnya LCD, Layar dan Power Poin objek atau situssitus bersejarah lainnya. Kemampuan guru dalam mengoperasikan media juga menjadi penghambat dalam memberikan daya serap siswa secara maksimal, Daya jangkau situs sejarah sebagai bukti otentik dalam meyakinkan dan memperkenalkan siswa terhadap sejarah-sejarah nasional. Faktor pendukung daya serap siswa di lakukan baik secara kelompok maupun individual melalui pembelajaran di luar sekolah seperti mengerjakan tugas dengan memanfatkan media online, media elektronik dengan informasi terkait. Teknik yang sering di gunakan guru dalam mempertahankan daya serap siswa dengan berbagai cara seperti pemberian tugas, pemberian kuis-kuis, soal latihan dan ulangan harian. Pembahasan Daya Serap Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA Se-Kota Gorontalo, Daya serap siswa merupakan hasil dari suatu proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sesuai dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan presepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)- nya dapat tercapai.

17 Indikator yang banyak dipakai sebagai tolok ukur keberhasilan daya serap dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar yang dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian adalah sebagai berikut: Tes Formatif, Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu, Tes Subsumatif, Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Hasil tes sub sumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai raport dan Tes Sumatif, Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah (Djamarah dan Aswan Zain 2006 : ) Tes merupakan pengujian terhadap setiap manusia dalam menentukan sejauh mana kemampuannya. SMA Negeri Se-Kota Gorontalo juga sama seperti sekolah-sekolah lain pada umumnya. Tes merupakan hal wajib dalam proses pembelajaran yang dilaksanan sesuai dengan ketentuan yang belaku. Bagi guru dalam tes harus dalam posisi yang objektif mungkin dalam hal ini pemahaman terhadap mata pelajaran sejarah baik pada terori hingga pada iplementasinya. Meningkatkan Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah, pada saat seorang guru melihat perilaku anak didik seperti itu maka perlu diambil langkahlangkah yang dapat meningkatkan daya serap belajar siswa. Ada lima langkah yang harus dikerjakan oleh seorang guru untuk meningkatkan daya serap siswa, yaitu: 1) Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar; 2) Menjelaskan secara konkret kepada anak didik apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran; 3) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai anak didik sehingga dapat merangsangnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik

18 di kemudian hari; 4) Membentuk kebiasaan yang baik dalam belajar; 5)Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Penilaian Daya Serap Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah, menurut Mardapi (dalam Aman 2011 : 74) secara umum, penilaian merupakan proses mengumpulkan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar peserta didik. Dengan demikian penilaian merupakan seranngkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sitematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakana dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya pengambilan keputusan harus dilakukan secara objektif sehingga dapat mendeteksi kemampuan secara mendalam terkait dengan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. Evalusi penghasilan program pembelajaran sejarah tidak cukup hanya berdasarkan hasil belajar siswa yang terbatas pada aspek akademis saja, melainkan juga menjangkau penilaian hasil belajar terhadap kesadaran sejarah dan nasionalisme. Evaluasi program pembelajaran sejarah yang didasarkan pada penilaian hasil belajar berupa kecakapan akademik saja, merupakan kelemahan evaluasi program pembelajaran sejarah selama ini. Oleh karena itu untuk lebih mengoptimalkan evaluasi program pembelajaran sejarah di SMA perlu dilakukan secara lebih komprehensif yang tidak hanya terfokus pada aspek output pembelajaran semata, melainkan juga menyentuh ranah proses pemebelajaran sejarah. Daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah seakan hanya terfokus pada kecakapan akademik saja. Menurut Aman (2011 : 77) menjelaskan bahwa hasil belajar mata pelajaran sejarah mencakup kecakapan akademik, kesadaran sejarah, dan nasionalisme. Kecakapan akademik menyangkut ranah kognitif yang mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembengkan dalam pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang berlaku. Penilaian kesadaran sejarah meliputi kemampuan : 1) menghayati makna dan hakikat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang; 2) mengenali diri sendiri dan bangsanya; 3) membudayakan sejarah bagi budaya bangsa; dan 4) menjaga

19 peninggalan sejarah bangsa. Sedangkan aspek nasionalisme menyangkut : 1) perasaan bangsa siswa sebagai bangsa Indonesia; 2) rasa cinta tanah air dan bangsa; 3) rela berkorban demi bangsa; 4) menerima kemajemukan; 5) bangga pada budaya yang beraneka ragam; 6) menghargai jasa para pahlawan; dan 7) mengutamakan kepentingan umum. secara umum dapat dikatakan bahwa daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah hanya mengacu pada kecakapan akademik tuntutan terhadap nilai sebenarnya harus mengacu pada penjelasan diatas. Kondisi siswa dilingkungan masyarakat terasa meresahkan bukan karena kurangnya pengetahuan namun terlebih pada pengaplikasian pengtahuan yang tidak tahu bagaimana seharusnya menghargai antara sesama tanpa memiliki kesadaran sejarah dan nasionalisme. Mencapai daya serap yang maksimal merupakan harapan besar bagi setiap guru. Di SMA Negeri 1 dengan jumlah tenaga pengajar memadai sehingga dapat menopang daya serap siswa selain itu, kemauan siswa untuk belajar sejarah juga sangat besar, alat dan media pendukung juga tersedia. Hal ini terlihat pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah, yang menunjukkan rata-rata siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penutup Kesimpulan, Berdarkan hasil penelitian yang telah dibahan pada bab sebelumnya, maka dapat kesimpulan bahwa, daya Serap siswa pada mata pelajaran sejarah akan mempengaruhi prestasi belajar siswa pada bidang studi tersebut. Proses daya serap siswa yang dialami akan menghasilkan perubahan-perubahan pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar siswa. Setiap siswa berbeda dalam tingkat prestasinya. Ada yang berprestasi tinggi, ada pula yang rendah. Daya serap siswa yang dicapai seorang inidividu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri (factor intern) maupun dari luar diri (fator ekstern) individu. SMA se-kota Gorontalo dalam hal daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah sangat efektif dan efisien dalam mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebagai mana siswa pada umumnya siswa SMA se-kota Gorontalo juga

20 masih ada yang beragapan bahwa mata pelajaran sejarah adalah salah satu pelajaran yang membosankan. Kurangnya kesadaran sejarah akibat dari tenaga pangajar yang minim hal ini terjadi di SMA Negeri 3 Gorontalo. Hal lain dapat di lihat pada kemampuan guru dalam proses pembelajaran sejarah. Saran, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran yang perlu dipertimbangkan oleh siswa, guru, sekolah dan pemerintah dalam hal daya serap siswa pada mata pembelajaran sejarah: 1. Peran orang tua dalam mengontor anaknya sehingga dapat mengoptimalkan pelajaran dari sekolah dengan mengulas kembali pelajaran di sekolah. Hal di maksudkan untuk meningkatkan daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. 2. Guru harus mampu mengembalikan pembelajaran sejarah kepada titahnya yang sebenarnya. Sebab berbagai anggapan akhir-akhir ini baik lahir dari siswa maupun masyarakat umum bahwa sejarah merupakan salah satu pelajaran yang membosankan. Sebaiknya guru lebih variatif dalam menggunakan media pembelajaran, bisa dengan menggunakan Powerpoint berbantu proyektor LCD, transparansi dengan OHP, ataupun dengan media lain agar proses pembelajaran lebih efektif. 3. Bagi siswa perlu meningkatkan keaktifannya dalam mengikuti pelajaran setelah mengetahui bahwa faktor keaktifan siswa menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap daya serap belajar, selain itu siswa juga tidak hanya kecakapan akademik tetapi juga memiliki kesadaran sejarah dan nasionalisme hal ini dapat mendukung daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah. 4. Pihak pemerintah dan sekolah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan wisata sejarah. Hal ini di maksudkan agar teori sebanding dengan praktek. Misalnya mengunjungi situs-situs sejarah lokal, regional maupun Nasional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada sekolah Negeri yang terdiri dari SMA Negeri 1, SMA 2, SMA Negeri 3 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pada sekolah Negeri yang terdiri dari SMA Negeri 1, SMA 2, SMA Negeri 3 dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat/lokasi dan waktu penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA se-kota Gorontalo. Peneliti lebih terfokus pada sekolah Negeri yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perubahan paradigma baru belajar dan pembelajaran di abad XXI lebih menekan pada belajar sepanjang hayat.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo, SMA Negeri 2 Gorontalo, SMA Negeri 3 Gorontalo dan SMA Negeri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo, SMA Negeri 2 Gorontalo, SMA Negeri 3 Gorontalo dan SMA Negeri BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat SMA Se-Kota Gorontalo Obyek penelitian ini terfokus pada empat sekolah yaitu: SMA Negeri 1 Gorontalo, SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Yaitu BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pospositivisme,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan dalam jiwa individu. Proses pendidikan karakter dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menyajikan tentang jenis dan metode penelitian, unit analisis, unit pengamatan, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan prosedur analisis data dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Interaksi antara pendidik dengan peserta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang berjudul Kajian Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Karya Diyana Millah Islami dan Relevansinya sebagai Materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejarah memberikan makna dan pengalaman tentang peristiwa masa lampau. Sejarah mengajarkan kita untuk dapat bertindak lebih bijaksana. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan mengkaji tentang metode penelitian. Bab ini terdiri dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan mengkaji tentang metode penelitian. Bab ini terdiri dari 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan mengkaji tentang metode penelitian. Bab ini terdiri dari beberapa sub judul yaitu : a. Metode Penelitian b. Prosedur Penelitian c. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Menentukan pendekatan penelitian yang dilakukan harus disesuaikan dengan jenis fenomena atau fakta yang terjadi di lapangan. Ada perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Paguyaman dan dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Paguyaman dan dilaksanakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Paguyaman dan dilaksanakan pada semester genap, tahun pelajaran 2013, dalam waktu 6 bulan, yakni bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan semua langkah yang dikerjakan penulis sejak awal hingga akhir. Pada bagian ini memuat hal-hal yang berkaitan dengan anggapan-anggapan dasar atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Mangkuyudan No.2. Lokasi sekolah berada di jalan Samanhudi No.32 Kelurahan Purwosari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan sehingga dapat diperoleh data yang dibutuhkan dan tercapainya tujuan penelitian itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian. 68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi, dalam pengertian luas mengacu kepada pengertian yang menyangkut proses, prinsip dan prosedur yang dipergunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawabannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang besar adalah bangsa menghargai jasa para pahlawan. Pernyataan yang sudah cukup umum didengar tersebut tersirat bahwa sejarah memerankan peran yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Lokasi penelitian mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin canggih perkembangannya dari masa ke masa sangat cepat. Hal ini mendorong dan menuntut siswa sekolah dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Adanya pemberian pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan akademis dan psikologis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi.

BAB III METODE PENELITIAN. Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Dalam Penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan tempat ini karena masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian digunakan dalam proses penelitian agar dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian digunakan dalam proses penelitian agar dapat 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan dalam proses penelitian agar dapat mengungkapkan berbagai data yang diperlukan dalam penelitian. Pemilihan metode yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Dusun Sremo, Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu rumusan nasional tentang istilah Pendidikan adalah sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkna suasana belajar dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Pantai Depok yang letaknya masih satu kompleks dengan Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Nasution (1996: 43) mengemukakan bahwa lokasi penelitian merupakan situasi sosial yang mengandung unsur tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai kesamaan kata dari bahasa Inggris Instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di TK Negeri Pembina Kihajar Dewantoro Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Al-Islam 1 Surakarta semester genap Tahun Ajaran 2015/ 2016. SMA Al-Islam

Lebih terperinci

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBASIS TIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS II SD NEGERI 1 KARANGTANJUNG Syifa Khoerunnisa, Susilailiy Rahmawati, Muhamad Chamdani Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Berdasarkan sumber data, jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah berupa penelitian lapangan (Field Research). Penelitian lapangan (Field

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pembudayaan karakter nilai kehidupan manusia. Karena sampai saat ini dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam berusaha

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Pamotan Rembang yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Pamotan Rembang yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 1 Pamotan Rembang yang beralamat di Jalan Lasem No. 17, Kecamatan Pamotan Rembang, Kabupaten Rembang, Propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Tamanwinangun, Kelurahan Tamanwinangun, Kecamatan Kebumen, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar 1 I. PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar belakang belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan pengembangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang terkait didalamnya saling mendukung. Dalam kegiatan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di MAN I Surakarta yang beralamat di Jl. Sumpah Pemuda 25 Kelurahan Kadipiro Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seluruh Warga Negara Indonesia berhak untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, yang mewajibkan pemerintah menyediakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pembudayaan karakter nilai kehidupan manusia. Sebab hingga saat ini dunia pendidikan dipandang sebagai sarana yang efektif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran bagi setiap individu yang bisa didapat dari pengajaran, pelatihan maupun pengalaman yang didapat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini adalah di SMA Bung Karno Karangpandan di jalan raya Solo Tawangmangu km 27 Kabupaten Karanganyar. Objek

Lebih terperinci

BAB III METODOGI PENELITIAN

BAB III METODOGI PENELITIAN BAB III METODOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Best (Sukardi, 2008) menyebutkan penelitian deskriptif merupakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran jurusan di sekolah menengah atas sehingga pelajaran geografi perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi penelitian tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu penelitian. Lokasi penelitian ada di desa Pondok Wonolelo,

Lebih terperinci

eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat.

eksistensi tradisi nyadran di Gunung Balak dalam arus globalisasi yang masuk dalam kehidupan masyarakat. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis data deskriptif. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui eksistensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam selain itu harapannya juga dapat memperoleh hasil penelitian yang. menyikapi fenomena sabung ayam tersebut.

BAB III METODE PENELITIAN. ayam selain itu harapannya juga dapat memperoleh hasil penelitian yang. menyikapi fenomena sabung ayam tersebut. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Bekasi lebih tepatnya di Kampung Galian Kumejing Desa Sukamurni, Kecamatan Sukakarya, Kabupaten Bekasi. Dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan dalam penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan. Hal ini sesuai

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan dalam penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan. Hal ini sesuai BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang dihasilkan dalam penelitian berupa kata-kata tertulis atau lisan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif, dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang bersifat reflektif, dilakukan 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian penelitian tindakan kelas (PTK) yang pada hakikatnya dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dengan mengambil lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini telah dilaksanakan di SD Negeri Pucangan 03, Sukoharjo yang berlokasi di Jalan Sumantri No. 57

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Bogdan Dan Taylor (Andi Prastowo, 2011: 22) menyatakan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 66 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini sesuai dengan butir-butir rumusan masalah dan tujuan penelitian, menggunakan jenis penelitian field research yaitu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini adalah penelitian pendidikan, maka metode penelitian pendidikan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas V SDN 05 Biau Sumanti N. Laindjong, Lestari M.P. Alibasyah, dan Ritman Ishak Paudi Mahasiswa Program Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah fenomena fundamental dalam kehidupan manusia. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah menggambarkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pemanfaatannya

Lebih terperinci

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

P N E D N A D H A U H L U U L A U N BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembaharuan program pembelajaran dewasa ini memberikan fenomena baru yang muncul dalam dunia pendidikan. Program pengajaran, metode, dan pendekatan dalam mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha manusia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University

JURNAL OLEH YENI FARIDA The Learning University PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SEJARAH KELAS VII SMP NEGERI 1 MALANG SEMESTER GASAL TAHUN AJARAN 2011/2012 JURNAL OLEH YENI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang. mengarah pada peningkatan hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang. mengarah pada peningkatan hasil belajar. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Aktivitas belajar merupakan aspek yang sangat penting dalam pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang menekankan aktivitas belajar akan menjadi lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN Setiap penelitian membutuhkan metode yang tepat untuk mendapatkan data yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk itu dengan mengetahui dan memahami metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Hamidi (2005:14) lebih

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Hamidi (2005:14) lebih BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian Bentuk penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Hamidi (2005:14) lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Sebuah penelitian pastilah memerlukan metode-metode penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk menentukan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.1

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MEDIA VIDEO TUTORIAL PADA KEGIATAN PRAKTIKUM ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR

2015 PENGARUH MEDIA VIDEO TUTORIAL PADA KEGIATAN PRAKTIKUM ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan definisi operasional. A. Latar Belakang Penelitian Praktikum berasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Papahan, pada kelas IV. Lokasi penelitian tersebut berada di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses belajar dan mengajar. Dewasa ini, sekolah dan guru diberikan keleluasaan untuk mengembangkan kurikulum dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan penelitian untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu pengetahuan yang dilakukan dengan metode-metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Sumber Data Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua lokasi yaitu di SD Negeri Gugus Sindangpalay UPT Dinas Pendidikan Wilayah Utara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Kedungwinangun. Lokasi sekolah dasar tersebut terletak di Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman, seperti era globalisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Istilah penelitian tindakan kelas dipakai untuk menekankan kelas sebagai setting dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa, terutama bagi bangsa yang sedang berkembang, yang sedang membangun negaranya. Pembangunan

Lebih terperinci

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Menurut

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 5 ISSN X. Megasasmita SDN 10 Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 5 ISSN X. Megasasmita SDN 10 Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Pemberdayaan Lembar Kerja Siswa Untuk Pembelajaran IPA Pada Standar Kompetensi Menggolongkan Hewan Berdasarkan Jenis Makanannya Di Kelas IVSDN 10 Pantoloan Megasasmita SDN 10 Pantoloan, Palu, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2015, hlm. 2) mengatakan, Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis data deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif artinya data yang diperoleh akan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan, sehingga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dengan objek penelitian novel Pukat Karya Tere Liye. Tidak ada pembatasan khusus tentang tempat penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian dimana peneliti langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh

Lebih terperinci

Pelaksanaan Evaluasi Formatif Dalam Mengukur Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDK TSM Posona

Pelaksanaan Evaluasi Formatif Dalam Mengukur Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDK TSM Posona Pelaksanaan Evaluasi Formatif Dalam Mengukur Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS di Kelas V SDK TSM Posona Sawania, Risma Fadhilla Arsy, dan Amiruddin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci