BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN"

Transkripsi

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Komunikasi merupakan modal dan kebutuhan utama bagi Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta dalam mencapai tujuan organisasi. Proses komunikasi di dalam Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta terbagi menjadi komunikasi ke atas, ke bawah, ke samping serta komunikasi interpersonal yang tidak memperhatikan struktur organisasi yang ada. Proses komunikasi yang terjadi di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta juga tidak terlepas dari komunikasi satu arah dan dua arah. Proses komunikasi yang terjadi secara terus menerus di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta akan membentuk sebuah pola jaringan komunikasi. Pola jaringan komunikasi tersebut menunjukkan proses komunikasi yang terjadi antar anggota dalam sebuah organisasi. Berdasarkan jenisnya, jaringan komunikasi yang terbentuk di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta terdiri dari dua jenis yaitu jaringan komunikasi formal dan informal. Jaringan komunikasi formal terbentuk dari proses komunikasi yang mengalir berdasarkan struktur organisasi yang terdiri dari komunikasi ke atas, ke bawah maupun komunikasi horizontal. Sedangkan proses komunikasi interpersonal antar anggota disebut sebagai jaringan komunikasi informal. Jenis jaringan komunikasi informal yang terbentuk ialah single strand dan cluster. Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa pola yang terbentuk di dalam jaringan komunikasi Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta adalah pola bintang. Pola jaringan komunikasi di dalam Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta sendiri terdiri dari lima klik dengan jumlah keseluruhan dari anggota klik ialah sebanyak 44 orang. Terbentuknya klik-klik tersebut didasarkan pada lingkup daerah dari masing-masing anggota. 152

2 Pembagian wilayah di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta terbagi menjadi lima kabupaten/kota yaitu Kota Yogya, Sleman, Kulon Progo, Bantul dan Gunung Kidul. Pada pola jaringan komunikasi yang terbentuk di dalam Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta menunjukkan bahwa setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk menjalin interaksi dengan anggota lainnya. Hal ini dikarenakan komisi ini mengedepankan komunikasi sebagai kebutuhan dan modal dasar dalam mencapai tujuan organisasi. Namun, berdasarkan jaringan komunikasi yang terbentuk menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang anggota untuk berkomunikasi dengan anggota di luar kliknya masih tergolong cukup rendah. Sebagian besar anggota cenderung menjalin komunikasi dengan anggota lain dalam sebuah klik yang sama. Hal tersebut ditunjukkan dengan anggotaanggota yang hanya menjalin komunikasi dengan sesama anggota lain yang berada dalam satu tim kerja di paroki tertentu. Selain itu, melalui analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, terdapat tujuh peranan dalam jaringan komunikasi Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta, yaitu anggota klik, isolate, bridge, gate keepers, opinion leader, cosmopolites dan necletee. Sedangkan peranan sebagai liasion tidak muncul pada jaringan komunikasi Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta. Peran liasion tidak terlihat pada jaringan komunikasi dikarenakan pada penelitian ini tidak membahas secara mendalam mengenai individu yang menjalin komunikasi dengan individu lain di luar jaringan. Berdasarkan analisis mengenai peranan individu dalam jaringan komunikasi Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta dapat diketahui adanya peranan ganda pada beberapa individu. Individu nomor #3 yaitu Bapak Y. Ranjabar memiliki tiga peranan sebagai bridge, gatekeepers dan cosmopolites. Bapak Supriyadi yang direpresentasikan dengan nomor #11 berperan sebagai bridge dan gatekeepers. Selain itu, terdapat Bapak Suryadi (individu nomor #24) dan Bapak Hendro (individu nomor #25) yang berperan sebagai bridge, 153

3 gate keepers dan cosmopolites. Sehingga terdapat empat orang yang memiliki peranan lebih dari satu. B. Saran Dalam penelitian ini saran dibagi menjadi dua bagian yaitu pertama saran untuk Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta, dan kedua saran akademis terkait dengan penelitian lebih lanjut. 1. Saran Bagi Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta Berdasarkan analisis hasil penelitian pada bab sebelumnya, terdapat kecenderungan bahwa jaringan komunikasi di Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta merupakan jaringan komunikasi yang sempit dengan tingkat hubungan antar individu yang rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan kecenderungan anggota-anggota yang hanya menjalin komunikasi dengan sesama anggota lain yang berada dalam satu tim kerja di paroki tertentu. Oleh sebab itu, perlu adanya evaluasi terhadap proses komunikasi, termasuk media dan metode komunikasi yang digunakan selama ini, serta pembinaan agar setiap anggota menyadari dan memahami pentingnya berkomunikasi antara satu dengan lainnya. Di samping itu, Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta juga dapat melakukan sebuah terobosan komunikasi. Terobosan komunikasi tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan membiasakan proses komunikasi diagonal terjadi di dalam organisasi. Komunikasi diagonal merupakan proses komunikasi yang tidak memandang batasan dari komunikasi vertikal maupun horizontal. Komunikasi diagonal memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk berkomunikasi dengan siapa saja. Komunikasi diagonal juga dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian informasi dan penyelesaian sebuah masalah. Selain itu, diperlukan adanya pola rekrutmen yang baik untuk mendapatkan anggota yang dapat berperan secara aktif di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta. Rekrutmen anggota perlu dilakukan agar Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta dapat berkembang dan mencapai 154

4 tujuan organisasi. Salah satunya pola rekrutmen yang baik ialah melalui regenerasi pengurus di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, sebagian besar pengurus Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta berusia tua. Oleh sebab itu, Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta perlu melibatkan anak muda dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan ada kehadiran anak muda di komisi ini diharapkan adanya pembaharuan terhadap organisasi. Pembaharuan terjadi baik dalam proses komunikasi maupun kegiatan yang selama ini dilakukan. Dengan adanya anak muda, proses komunikasi diharapkan menjadi lebih dinamis. Selain itu, akan muncul ide dan konsep baru yang menarik untuk kemajuan organisasi dan tercapainya tujuan organisasi. Tidak berhenti sampai di situ, adanya fenomena rendahnya partisipasi Umat Katolik yang ditunjukkan dengan kepengurusan tunggal dan sulitnya mencari umat yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk berperan aktif di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta merupakan potensi krisis di dalam organisasi yang harus segera ditangani. Sehingga diperlukan sebuah pendekatan kepada Umat Katolik untuk memberikan pemahaman mengenai peran penting Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta bagi Gereja dan masyarakat serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya terciptanya hubungan baik antar umat beragama. 2. Saran Akademis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Kevikepan D.I.Yogyakarta. Peneliti menjabarkan proses komunikasi yang ada melalui studi kasus. Pada penelitian selanjutnya dapat melihat komunikasi organisasi di dalam Komisi HAK Kevikepan D.I.Yogyakarta. Komunikasi organisasi dapat membedah komunikasi internal dan komunikasi eksternal yang terjadi di dalam komisi ini secara lebih mendalam. Selain itu, untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk membandingkan pola jaringan komunikasi yang terbentuk pada dua organisasi yang berbeda (keagamaan 155

5 maupun non keagamaan) yang fokus terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan dengan menggunakan analisis jaringan. 156

BAB I PENDAHULUAN. Keuskupan Agung Semarang, diakses pada 30 Januari 2014 pukul

BAB I PENDAHULUAN. Keuskupan Agung Semarang,  diakses pada 30 Januari 2014 pukul BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang sebagai badan gerejani berfungsi merencanakan, melaksanakan, dan mengkoordinasi kegiatan dialog dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Di dalam jaringan komunikasi informal terdapat individu-individu yang memegang suatu peran dalam jaringan, dimana individu-individu lainnya akan berdiskusi dan

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P PROVINSI PENDUDUK 1. KOTA YOGYAKARTA 228,788 230,735 459,523 83 137 220 459,743 2. BANTUL 473,665 474,481 948,146 16 14 30 948,176 3. KULONPROGO 238,673 246,842 485,515 0 0 0 485,515 4. GUNUNGKIDUL 382,444

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Didalam Jaringan komunikasi informal terdapat individu individu yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Didalam Jaringan komunikasi informal terdapat individu individu yang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Didalam Jaringan komunikasi informal terdapat individu individu yang memegang suatu peran dalam jaringan, dimana individu individu lainnya akan berdiskusi dan

Lebih terperinci

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA TRIWULAN : IV (Oktober s.d. Desember) PENDUDUK KEPALA KELUARGA ( KK ) N0. KABUPATEN/KOTA WNA () WNA () 1. KULONPROGO

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P PROVINSI PENDUDUK PEREMPUAN L + P PEREMPUAN L + P 1. KOTA YOGYAKARTA 228,568 229,982 458,550 0 0 0 458,550 2. BANTUL 475,155 475,796 950,951 16 14 30 950,981 3. KULONPROGO 237,761 245,850 483,611 0 0 0

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA 1. KOTA YOGYAKARTA 215,659 220,966 436,625 0 0 0 436,625 2. BANTUL 513,009 525,301 1,038,310 16 14 30 1,038,340 3. KULONPROGO 230,996 237,996 468,992 0 0 0 468,992

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA 1. KOTA YOGYAKARTA 224,689 226,485 451,174 105 164 269 451,443 2. BANTUL 463,800 473,996 937,796 26 14 40 937,836 3. KULONPROGO 237,902 245,742 483,644 0 0 0 483,644

Lebih terperinci

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN PROVINSI PENDUDUK KEPALA KELUARGA ( KK ) N0. KABUPATEN/KOTA WNA () WNA () 1. KULONPROGO

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P 1. KOTA YOGYAKARTA 225,751 227,485 453,236 86 125 211 453,447 2. BANTUL 464,807 475,265 940,072 26 14 40 940,112

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I

JUMLAH PENDUDUK W N I PROVINSI PENDUDUK 1. KOTA YOGYAKARTA 227,079 228,867 455,946 86 125 211 456,157 2. BANTUL 466,121 476,233 942,354 16 14 30 942,384 3. KULONPROGO 240,096 247,975 488,071 0 0 0 488,071 4. GUNUNGKIDUL 371,632

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I

JUMLAH PENDUDUK W N I PROVINSI PENDUDUK 1. KOTA YOGYAKARTA 228,177 230,075 458,252 83 137 220 458,472 2. BANTUL 472,327 473,237 945,564 16 14 30 945,594 3. KULONPROGO 241,053 248,879 489,932 0 0 0 489,932 4. GUNUNGKIDUL 371,778

Lebih terperinci

Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi Modul ke: Komunikasi Organisasi Peranan Jaringan dalam Komunikasi Organisasi Fakultas FIKOM Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom Program Studi PUBLIC RELATIONS www.mercubuana.ac.id A. Peranan Jaringan dalam

Lebih terperinci

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA TRIWULAN : III (Juli s.d. September) PENDUDUK KEPALA KELUARGA ( KK ) N0. KABUPATEN/KOTA WNA () WNA () 1. KULONPROGO

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY Gambaran Umum Kelistrikan Produksi Listrik Persentase (%) Grafik Persentase Tingkat Pertumbuhan Produksi Listrik (KWh) 020 018 016 014 012 010 008 006 004 002 000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Lebih terperinci

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN REKAPITULASI DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA PROVINSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III DASAR TEORI Bencana Mitigasi Bencana Strategi-strategi Mitigasi...

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III DASAR TEORI Bencana Mitigasi Bencana Strategi-strategi Mitigasi... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PERNYATAAN...

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke:

KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: Jaringan Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Gufroni Sakaril, Drs, MM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Organisasi Informal Mengapa Organisasi Informal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe / Sifat Penelitian Menurut Sugiyono pengertian metodologi dalam penelitian adalah Merupakan cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.penelitian

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA 1. KOTA YOGYAKARTA 216,396 221,881 438,277 29 22 51 438,328 2. BANTUL 500,911 510,971 1,011,882 16 14 30 1,011,912 3. KULONPROGO 231,984 237,000 468,984 0 0 0 468,984

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk halal khususnya dalam bidang olahan pangan merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta yang mayoritas penduduknya beragama Islam,

Lebih terperinci

POLA JARINGAN KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS FOTOGRAFI SKRIPSI

POLA JARINGAN KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS FOTOGRAFI SKRIPSI POLA JARINGAN KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS FOTOGRAFI ( Studi Pada Anggota Blitarian Fotografi Club di Blitar ) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN

JUMLAH PENDUDUK W N I LAKI-LAKI PEREMPUAN L + P LAKI-LAKI PEREMPUAN PROVINSI PENDUDUK () 1. KOTA YOGYAKARTA 227,766 229,902 457,668 0 0 0 457,668 2. BANTUL 476,333 476,932 953,265 16 14 30 953,295 3. KULONPROGO 231,672 238,848 470,520 0 0 0 470,520 4. GUNUNGKIDUL 368,169

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman JUDUL KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI Halaman JUDUL KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI Halaman JUDUL KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Batasan Masalah... 5 1.4 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan sebuah lembaga independen yang memiliki jaringan dengan Palang Merah Internasional, Palang Merah Indonesia bekerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian menerangkan dalam suatu rangka teoritis tertentu serta mengumpulkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian menerangkan dalam suatu rangka teoritis tertentu serta mengumpulkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe / Sifat Penelitian Menurut Mannase Malo dan kawan-kawan pengertian metodologi dalam penelitian adalah Keseluruhan proses berpikir mulai dari penemuan masalah. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 sedunia yaitu 237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Dengan jumlah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 38/07/34/Th.XVIII, 1 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015 Pembangunan manusia di Daerah Istimewa Yogyakarta pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan peneliti,maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut : Penelitian dalam komunikasi internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Berkaitan dengan akuntansi, organisasi dapat dibagi menjadi dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Berkaitan dengan akuntansi, organisasi dapat dibagi menjadi dua jenis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Berkaitan dengan akuntansi, organisasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu akuntansi yang berkaitan dengan organisasi perusahaan (bisnis) yang dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan

Lebih terperinci

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN

JUMLAH PENDUDUK W N I KETERANGAN PROVINSI PENDUDUK N0. KABUPATEN/KOTA 1. KOTA YOGYAKARTA 215,316 220,588 435,904 0 0 0 435,904 2. BANTUL 498,430 508,376 1,006,806 16 14 30 1,006,836 3. KULONPROGO 231,738 238,770 470,508 0 0 0 470,508

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI EFEKTIF

MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI EFEKTIF MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI EFEKTIF Oleh Samsul Hidayat, M.Ed (WI Madya BKD & DIKLAT Prov. NTB) ABSTRAKSI Perilaku yang terjadi dalam suatu organisasi adalah merupakan unsur pokok dalam proses komunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain biasanya terjadi dalam dua konteks, yaitu komunikasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. lain biasanya terjadi dalam dua konteks, yaitu komunikasi yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam sebuah perusahaan khususnya dan umumnya organisasiorganisasi lain biasanya terjadi dalam dua konteks, yaitu komunikasi yang terjadi di dalam

Lebih terperinci

Teknik Sampling. Hipotesis Tesis. Populasi: parameter. Inferensial. Sampel:statistik Diolah di analisis

Teknik Sampling. Hipotesis Tesis. Populasi: parameter. Inferensial. Sampel:statistik Diolah di analisis Sampling Ali Muhson, M.Pd. (c) 2013 1 Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menerapkan penggunaan teori sampling dalam menjelaskan gejala pendidikan dan ekonomi (c) 2013 2 1 Rasional Penelitian tidak mungkin

Lebih terperinci

JARINGAN KOMUNIKASI. Pokok Bahasan MODUL PERKULIAHAN. 1. Jaringan Komunikasi Organisasi. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

JARINGAN KOMUNIKASI. Pokok Bahasan MODUL PERKULIAHAN. 1. Jaringan Komunikasi Organisasi. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN JARINGAN KOMUNIKASI Pokok Bahasan 1. Jaringan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public Relations 09 42008 Abstrak Modul ini menjelaskan tentang jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Perkembangan pembangunan secara tidak langsung merubah struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam beberapa tahun belakangan ini menimbulkan dampak positif yang cukup besar terutama meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

Yusi / Ike Devi Sulistyaningtyas

Yusi / Ike Devi Sulistyaningtyas Pola Jaringan Komunikasi Komunitas Kaskuser Regional Kalimantan Barat di Yogyakarta dalam Pemilihan Kepala Daerah Tingkat I Gubernur Kalimantan Barat 2012 Yusi / Ike Devi Sulistyaningtyas Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tahun 1999, Indonesia telah menyelenggarakan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi. Regulasi yang mendasari otonomi daerah tersebut ialah Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan membahas mengenai kesimpulan berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab empat dan saran yang berkaitan dengan penelitian. 5.1. Kesimpulan Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp , BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Deskriptif Secara keseluruhan dari tahun 2010-2014 APBD di Kabupaten/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia membawa dampak yang luar biasa, sehingga meruntuhkan fundamental ekonomi negara dan jatuhnya penguasa pada tahun 1998.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. masyarakat yang disusul dengan proses pencairan block grant, dan diakhiri dengan

BAB VI PENUTUP. masyarakat yang disusul dengan proses pencairan block grant, dan diakhiri dengan BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Program PPAUD di Kulon Progo terselenggara dari tahun 2006 hingga 2013. Proses implementasi program di PAUD Kunjung Tunas Bangsa dilakukan secara sistematis dan bertahap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anakanak merupakan fase dimana

Lebih terperinci

LAMPIRAN I.2 : JUMLAH ( Rp. ) ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN Pendapatan , , ,45 8.

LAMPIRAN I.2 : JUMLAH ( Rp. ) ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN Pendapatan , , ,45 8. LAMPIRAN I.2 : PEMERINTAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RINCIAN LAPORAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN 2014 PERIODE BULAN : DESEMBER URUSAN PEMERINTAHAN : ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi memegang peranan penting bagi kehidupan suatu perusahaan, baik swasta maupun negeri. Komunikasi sangat penting untuk menjalin hubungan kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo. Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

: Dalila Rahmawati Ester NPM : Pembimbing : Dr. Ir. Budiman, MS.

: Dalila Rahmawati Ester NPM : Pembimbing : Dr. Ir. Budiman, MS. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Alokasi Belanja Daerah pada Provinsi D.I. Yogyakarta Periode 2007-2012 Nama : Dalila Rahmawati Ester NPM : 21210647

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERAN-PERAN INDIVIDU DALAM JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL DAN MODEL JARINGAN KOMUNIKASI PT. ENVIRONMENTAL INDOKARYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI PERAN-PERAN INDIVIDU DALAM JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL DAN MODEL JARINGAN KOMUNIKASI PT. ENVIRONMENTAL INDOKARYA SKRIPSI 1 IDENTIFIKASI PERAN-PERAN INDIVIDU DALAM JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL DAN MODEL JARINGAN KOMUNIKASI PT. ENVIRONMENTAL INDOKARYA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara dan erat kaitanya dengan perkonomian, hampir semua kegiatan yang berkaitan dengan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian jika ditinjau dari struktur perekonomian nasional menunjukkan bahwa sektor pertanian menempati posisi yang penting dalam kontribusinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat dua yang berstatus kota di samping empat daerah tingkat dua lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu sasaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

RASIONALITAS PEMILIHAN OPINION LEADER DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM. (Studi Kasus tentang Jaringan Komunikasi di Kelompok Mahasiswa

RASIONALITAS PEMILIHAN OPINION LEADER DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM. (Studi Kasus tentang Jaringan Komunikasi di Kelompok Mahasiswa 1 RASIONALITAS PEMILIHAN OPINION LEADER DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM (Studi Kasus tentang Jaringan Komunikasi di Kelompok Mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU) D I S

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia.

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman sekarang globalisasi menimbulkan berbagai tantangan yang semakin berat. Cepatnya perubahan yang terjadi akibat globalisasi berdampak dalam berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang 5 Bab Empat Penutup Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan uraian singkat dari bab pendahuluan dan ketiga bab di atas, guna membuktikan kebenaran hipotesis penelitian dan hal-hal

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Mannase Malo dan kawan-kawan pengertian metodologi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Mannase Malo dan kawan-kawan pengertian metodologi dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe / Sifat Penelitian Menurut Mannase Malo dan kawan-kawan pengertian metodologi dalam penelitian adalah Keseluruhan proses berpikir mulai dari penemuan masalah. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun Bantul Gunung Kidul

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 Jumlah Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur Hotel di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun Bantul Gunung Kidul BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Pertumbuhan Hotel di Yogyakarta yang Pesat dan Terpusat Pertumbuhan hotel di Provinsi Yogyakarta sangat pesat, seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan ke Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut, BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa lansia memiliki alasan yang berbeda-beda ketika memillih untuk tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Bantul merupakan, Kabupaten yang terletak di sebelah Selatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara: Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. masyarakat industri banyak memberikan andil. terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberikan andil terhadap perubahan gaya hidup yang pada gilirannya dapat memacu semakin meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 16 BAB II URAIAN TEORITIS 1. Komunikasi Antarpribadi Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, di mana proses

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3. 54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga negara yang kontraprestasinya tidak bersifat langsung. Penerimaan pajak bagi suatu negara meupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

BAB I PENDAHULUAN , , ,793 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV dan AIDS pada saat ini merupakan salah satu permasalahan sosial yang ada di kalangan masyarakat luas. Peningkatan penyebaran HIV dan AIDS saat ini semakin mengkuatirkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kewenangan yang lebih luas. Masing-masing kepala daerah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kewenangan yang lebih luas. Masing-masing kepala daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlakunya peraturan Otonomi Daerah, menjadikan Kabupaten dan Kota memiliki kewenangan yang lebih luas. Masing-masing kepala daerah berlomba-lomba dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah merupakan bentuk reformasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 1994 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO NOMOR : 20 TAHUN 1993 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

Oleh: Sujarwo, M.Or Yulina Pratiwi Adri Yudhantara

Oleh: Sujarwo, M.Or Yulina Pratiwi Adri Yudhantara LAPORAN HASIL SURVEI TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan sesuatu yang mempunyai peran penting bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan sesuatu yang mempunyai peran penting bagi umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sesuatu yang mempunyai peran penting bagi umat manusia karena semua manusia memerlukan tanah semasa hidup sampai dengan meninggal dunia. Sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian suatu daerah maupun negara. Selain memiliki peranan penting dalam laju perekonomian

Lebih terperinci

TEMU PASTORAL Keuskupan Agung Semarang

TEMU PASTORAL Keuskupan Agung Semarang TEMU PASTORAL Keuskupan Agung Semarang Kevikepan Surakarta: 12-14 Januari 2015 Kevikepan DIY: 14 16 Januari 2015 Kevikepan Semarang: 19 21 Januari 2015 Kevikepan Kedu: 21 23 Januari 2015 ARAH DASAR UMAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN ABSTRACK

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN ABSTRACK DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN ii ABSTRAK v ABSTRACK vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 LATAR BELAKANG 16 1.2 RUMUSAN MASALAH 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Public relations dalam instasi pemerintah dan BUMN lebih dikenal dengan Humas (Hubungan Masyarakat). Humas pada PLN (Persero) kantor Distribusi Jakarta dan Tangerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dengan disertai berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), menuntut manusia untuk menguasai berbagai bidang yang ada di kehidupan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aspek dasar dari aktivitas manusia. Dengan adanya komunikasi maka manusia dapat melakukan hubungan satu sama lain di rumah tangga, tempat pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan tingkah laku, pengetahuan maupun keterampilan dalam diri siswa.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan tingkah laku, pengetahuan maupun keterampilan dalam diri siswa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan dilakukan dalam wadah atau lembaga tertentu seperti lembaga pendidikan formal, informal dan nonformal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

Lebih terperinci

ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL ADIDAS TEAM DAMCO INDONESIA JAKARTA PUSAT. FITRIANI PT. Damco Indonesia Jakarta Pusat

ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL ADIDAS TEAM DAMCO INDONESIA JAKARTA PUSAT. FITRIANI PT. Damco Indonesia Jakarta Pusat ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI INFORMAL ADIDAS TEAM DAMCO INDONESIA JAKARTA PUSAT DI PT. FITRIANI PT. Damco Indonesia Jakarta Pusat fitrin72@gmail.com Abstract: Informal communication has grown in line with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang OMK (Orang Muda Katolik) merupakan sebuah wadah yang dapat menghimpun para pemuda Katolik untuk terus melayani Tuhan dan sesama, sebagai sebuah komunitas keagamaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era reformasi sangat memberikan dampak yang positif bagi perubahan paradigma pembangunan nasional. Adapun perubahan

Lebih terperinci

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Maret 2015)

RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN. (Data Bulan Maret 2015) RAPAT PENGENDALIAN PROGRAM & ANGGARAN (Data Bulan Maret 2015) KONTRAK KINERJA PROGRAM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2015 NO INDIKATOR KKP MARET ABS % 1 Jumlah Peserta KB Aktif 402.544 437.309 108,64 - IUD

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dianalisis dan dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Jaringan Media Komunitas

Lebih terperinci

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Daerah Istimewa Yogyakarta

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Daerah Istimewa Yogyakarta LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 Daerah Istimewa Yogyakarta Komisi Pemilihan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta Jalan Aipda Tut Harsono No. 47,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1999 dan UU no. 25 tahun 1999 yang dalam perkembangannya kebijakan ini BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk dan berkembang secara signifikansi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Keadaan geografis suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta. Keadaan geografis suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi dalam lima wilayah Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR NOMOR 10 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENDATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN FORMAT REKAPITULASI TRIWULAN DATA KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL A. PENDUDUK DAN KEPALA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1. Kurangnya Jumlah Hotel di Kabupaten Kulon Progo Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang belum memiliki

Lebih terperinci

Model Pembelajaran KIP (Kreatif, Inovatif, dan Produktif) untuk Mengatasi Rendahnya Partisipasi Belajar Siswa. Saliman, M.Pd. Sutirman, M.Pd.

Model Pembelajaran KIP (Kreatif, Inovatif, dan Produktif) untuk Mengatasi Rendahnya Partisipasi Belajar Siswa. Saliman, M.Pd. Sutirman, M.Pd. Model Pembelajaran KIP (Kreatif, Inovatif, dan Produktif) untuk Mengatasi Rendahnya Partisipasi Belajar Siswa Saliman, M.Pd. Sutirman, M.Pd. Abstrak Kegiatan PPM UNGGULAN ini bertujuan untuk: meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. depan yang lebih baik untuk memperbaiki budaya saat ini. Seperti yang dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pengertian transformasi budaya adalah perubahan konsep, bentuk, fungsi, dan sifat budaya untuk menyesuaikan konstelasi dunia (Mardimin, 1994: 14). Transformasi

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER I. PENDAHULUAN 1. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) adalah garis-garis besar sebagai

Lebih terperinci