MENCOBA MENGULAS KETAHANAN SOSIAL
|
|
- Deddy Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REVIEW BUKU ISSN : , Vol. 18 No. 2 Th MENCOBA MENGULAS KETAHANAN SOSIAL (Mengaitkan Perspektif Fungsionalisme Terhadap Ketahanan Sosial) Atik Catur Budiati Dosen Program Studi Sosiologi dan Anthropologi Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maert surakarta Terciptanya ketahanan sosial dalam masyarakat merupakan sebuah gejala sosial yang saat ini sedang dikembangkan sebagai suatu antisipasi dari segala bentuk perubahan sosial, politik dan ekonomi. Melalui konsepsi pembangunan nasional, istilah ketahanan sosial ini dikembangkan melalui upaya terjaringnya modal sosial yang ada di masyarakat. Baik modal sosial berupa norma dan jaringan sosial, ataupun kepercayaan sosial yang mampu mendorong tindakan kolektifitas demi mencapai manfaat bersama. Namun, persoalannya siapakah yang paling mampu memenuhi kebutuhan akan modal sosial ini? Dalam perdebatan ilmu sosial, permasalahan ini terkait dengan wacana apakah tindakan sosial merupakan sikap subjektif individu ataukah pengaruh objektif dari lingkungan sosial (struktur sosial/masyarakat)? Melihat perkembangan yang ada, ternyata ketahanan sosial merupakan tindakan kolektif. Karena itu, dapat dikatakan bahwa struktur sosial, lebih dianggap mampu memenuhi kebutuhan modal sosial sehingga terekontruksinya suatu keutuhan/integrasi sosial. Hal itu, terkait erat dengan analisa fungsionalisme yang memberikan prioritas utama pada masyarakat, struktur sosial. Masyarakat mendahului individu. Individu dicetak, ditekan dan dipengaruhi lingkungan sosialnya. Dengan demikian, kepentingan individu mencerminkan kesadaran kolektif atau sistem nilai masyarakat. Dalam menganalisa suatu masyarakat, maka tekanan ini disalurkan melalui mekanisme dimana institusi-institusi sosial diintegrasikan satu sama lain untuk mempertahankan keteraturan sosial yang sudah ada (Jhonson, 1990:102). Demikian halnya dengan ketahanan sosial. Salah satu indikator ketahanan sosial adalah adanya partisipasi masyarakat dalam organisasi sosial. Kriteria yang tercakup dalam indikator ini adalah keikutsertaan warga masyarakat ke dalam organisasi sosial lokal dan berbasis institusi tradisi dengan ukuran terpeliharanya peran dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Harapanya semakin aktif warga masyarakat dalam organisasi sosial lokal maka semain meningkat relasi sosial antarwarga, mendorong kerukunan sosial dan terpenuhi kebutuhannya dalam situasi sulit (Santi,dkk, 2005:17). 141
2 Jurnal Sosiologi DILEMA Makna Ketahanan Sosial Ketahanan sosial diartikan sebagai kemampuan masyarakat untuk bertahan dan memulihkan keadaan dari berbagai tekanan seperti perubahan lingkungan, pergolakan sosial, ekonomi ataupun politik (Kartono, 2004:34-35). Ketahanan sosial masyarakat merupakan sebuah pendekatan yang menggerakan masyarakat lokal ke arah perwujudan kondisi yang tangguh dan handal dalam menghadapi berbagai tekanan, ancaman, atau situasi rawan apapun (Bahransyaf,dkk, 2005:3). Harapannya adalah kebutuhan atau kepentingan individu yang mengalami ketegangan secara konsisten akan tunduk pada persyaratan sistem keseluruhan untuk mempertahankan keseimbangan dan stabilitas keteraturan sosialnya. Ketahanan sosial menunjukkan kemampuan pranata-pranata sosial yang ada dalam masyarakat mempertahankan fungsi-fungsi dasarnya dan mencari berbagai solusi pemecahan masalah. Dapat disimpulkan bahwa pranata sosial mempunyai peran sangat penting dalam masyarakat atau komunitas tertentu. Menurut Rochwan Achwan, suatu komunitas dianggap memiliki ketahanan sosial apabila: 1. Mampu melindungi secara efektif anggotanya, termasuk individu dan keluarga yang rentan dari kelompok perubahan sosial yang mempengaruhinya 2. Mampu melakukan investasi sosial dalam jaringan sosial yang menguntungkan 3. Mampu mengembangkan mekanisme yang efektif dalam mengelola konflik dan kekerasan. (Hikmat,dkk, 2004:7) Ketahanan sosial masyarakat menggambarkan kemampuan internal masyarakat dalam menggalang konsensus dan mengatur sumber daya maupun kemampuannya mengantisipasi faktor eksternal menjadi sumber ancaman menjadi peluang. Oleh karena itu ketahanan sosial tidak hanya dilihat sebagai final or finish product tetapi juga process or dynamic product.(hikmat,dkk, 2004:22). Ketahanan sosial masyarakat tidak dapat diartikan dalam batas-batas social defence pada konteks statis, tetapi perlu dimaknai pula sebagai social resiliance yang lebih bercorak dinamis. Ketahanan Sosial Dan Fungsionalisme Durkheim Sementara itu, ada beberapa macam pandangan dari sosiolog tentang analisa yang bisa dikaitkan dengan ketahanan sosial. Durkheim misalnya, melihat realitas sebagai hasil komunikasi antara kenyataan sosial dan kesadaran. Masyarakat bukan hanya realitas melainkan juga milieu yang melahirkan ide tentang apa yang real itu. Oleh karena itu, individu haruslah terikat pada masyarakat, terikat pada kolektivitas. Hal ini menarik, karena perlunya suatu ikatan kolektivitas yang mampu 142
3 ISSN : , Vol. 18 No. 2 Th menjembatani antara kesadaran individu dengan kesadaran kolektivitas, semakin besar perubahan sosial yang terjadi sehingga semakin diperlukan sebuah perantara dalam bentuk organisasi untuk mencegah kecenderungan disintegrasi. Kalau kesadaran kolektif cukup kuat maka kesadaran itu mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menetralisasikan perbedaan-perbedaan, sehingga menjadi tambah sensitif terhadap pelanggaran yang semula dianggap sebagai hal yang biasa (Soekamto, 1985). Menurut Achwan (Hikmat, 2003:6), akhir-akhir ini menunjukkan bahwa pranata sosial yang menjadi penopang ketahanan komunitas, mulai mengalami penciutan, keretakan, bahkan kelumpuhan. Padahal, lembaga solidaritas ini merupakan sebuah jembatan untuk menyederhanakan dan mengurangi ketidakpastian di dalam kehidupan sosial. Pesatnya arus globalisasi, membuat masyarakat semakin terseret dalam arus perubahan sosial yang semakin merenggangkan ikatan solidaritas. Krisis ekonomi yang tidak ujung henti disertai dengan kenaikan harga BBM, bencana alam, kelaparan, teror bom serta berbagai masalah sosial lainnya dapat menghilangkan social trust di dalam masyarakat. Menurut Muhadjir Effendi yang memperkenalkan Masyarakat Equilibrium, menegaskan bahwa sebuah perubahan yang terjadi di Indonesia harus dibarengi dengan keseimbangan. Karena tanpa keseimbangan, perubahan justru akan menghasilkan ketimpangan dan rusaknya tatanan sosial. Perubahan yang diiringi dengan keseimbangan inilah yang akan mewujudkan masyarakat equilibrium. Dengan didukung nilai kebenaran yang ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. Tanpa itu, akan menimbulkan suasana yang dalam dunia psikologi disebut itensi paradoksi (pertentangan yang intens). Apalagi, jika pada kenyataannya terjadi proses benturan-benturan nilai yang ada dalam masyarakat, maka hal itu tidak akan mengarahkan terciptanya new equilibrium tetapi menciptakan disequilibrium baru. (Effendy, 2002:12-13). Itulah sebabnya, menurut Durkheim dalam kehidupan sosial perlu adanya solidaritas sosial yang terbentuk dalam masyarakat melalui mekanisme sistem hukum tertentu sebagai proses keseimbangan. Durkheim menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis, hukum seringkali bersifat represif. Pelaku suatu kejahatan atau perilaku menyimpang akan terkena hukuman, hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan kesadaran. Sebaliknya dalam masyarakat yang memiliki solidaritas organik, hukum bersifat restitutif dengan tujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks. Fungsi hukuman yang sebenarnya adalah menjaga agar kesatuan sosial tetap utuh dengan jalan memelihara segenap vitalitas pada hati nurani kolektif. Hati nurani kolektif adalah keseluruhan sistem kepercayaan dan perasaan umum yang dibentuk di kalangan anggota masyarakat. Bila hati nurani kolektif diabaikan begitu 143
4 Jurnal Sosiologi DILEMA saja, maka dapat melemahkan solidaritas sosial yang tercipta dalam masyarakat. (Abdullah, 1986:92) Kalau solidaritas mekanis mengandaikan bahwa individu saling menyerupai, maka solidaritas organis mengandaikan bahwa individu berbeda satu sama lain. Solidaritas mekanis hanya mungkin ada apabila kepribadian masing-masing orang diserap dalam kepribadian kolektif, sedangkan solidaritas organis hanya mungkin ada bila masing-masing pribadi mempunyai ruang gerak yang khas untuk dirinya. Oleh karena itu hati nurani kolektif harus memberi tempat bagi sebagian dari hati nurani individu untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi khusus yang tidak mungkin diaturnya. (Abdullah, 1986:147) Selanjutnya, Durkheim menekankan bahwa masyarakat akan selalu mengalami perubahan. Perubahan struktur masyarakat ini memerlukan suatu dasar moralitas baru yang dikembangkan sebagai fakta sosial yang terdiri atas kaidah-kaidah moral untuk bertindak. Dengan kata lain, tindakan moralitas itu berarti berbuat untuk kepentingan kolektif. Moralitas terdiri dari suatu sistem kaidah atau norma mengenai tindakan yang menentukan tingkah laku kita. Kaidah-kaidah tersebut menyatakan bagaimana kita harus bertindak pada situasi-situasi tertentu. Dan bertindak secara tepat, tidak lain adalah taat secara tepat terhadap kaidah yang telah ditetapkan (Abdullah, 1986:157), berdasarkan dimensi moral (Giddens, 1986:145). Permasalahannya adalah bagaimana kita menemukan kembali kekuatan moral yang mulai tergerus oleh perubahan sosial? Pertama yang harus kita lakukan adalah menemukan kembali kekuatan-kekuatan moral yang merupakan dasar bagi semua kehidupan moral, baik yang berasal dari masa lalu maupun masa kini. Kedua, kita harus menyelidiki bagaimana perkembangan yang sebaiknya dan bagaimana dapat diarahkan dalam kondisi-kondisi sosial dewasa ini. Dalam hal ini, Durkheim lebih menekankan pada pencarian unsur-unsur moralitas yang berarti mencari watak dasar yang merupakan akar kehidupan moral. Apa saja unsur moralitas itu? Unsur pertama moralitas adalah semangat disiplin sebagai sarana untuk mempertegas perilaku yang diperintahkannya. Dengan istilah lain, disiplin moral sangat berperan besar dalam pembentukan watak dan kepribadian, yaitu kemampuan mengendalikan diri, nafsu, keinginan dan kebiasaan menurut kaidah yang berlaku (Abdullah, 1986:179). Unsur kedua adalah ikatan individu pada kelompok dimana individu menjadi anggotanya (ikatan kepada kelompok sosial). Untuk bisa menjadi makhluk moral, manusia harus mengabdikan dirinya kepada sesuatu yang bukan dirinya sendiri. Individu harus merasa dirinya satu dengan masyarakat, betapapun rendah tingkat masyarakat tersebut. (Abdullah, 1986:196). Hal terpenting dalam ketahanan sosial adalah bagaimana masyarakat dapat memelihara hubungan yang harmonis 144
5 ISSN : , Vol. 18 No. 2 Th untuk peningkatan keberfungsian sosial dan kesejahteraan masyarakat. Harapannya, melalui kekuatan individu-individu yang terikat dalam kesadaran moral itulah, proses mengendalikan perbedaan dan konflik dapat termanifestasikan dengan baik. Tentu, tindakan moral tidak cukup hanya dengan menghormati disiplin dan terikat pada kelompok sosial, tetapi lebih dari itu. Yakini, perlunya pengetahuan dan kesadaran. Karena dengan adanya kesadaran, otonomi moral individu dapat terdistribusi dengan baik dalam masyarakat. Unsur ketiga moralitas adalah gagasan mengenai moralitas itu sendiri. Moralitas tidak hanya terdiri dari proses bertindak, namun juga adanya prinsip kesukarelaan. Kesukarelaan ini adalah bagian dari persetujuan secara bijaksana dari individu yang bersangkutan. Karena tanpa hal itu, ketika masyarakat semakin komplek dan mengalami berbagai perubahan sosial, maka membuat masyarakat bersangkutan semkain resisten atas dinamika tersebut. (Abdullah, 1986:157) Pada perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, pemikiran Durkheim tentang moralitas semakin dibutuhkan. Tujuan tindakan moral adalah untuk kepentingan bersama (kolektif) yang menjadi dasar terciptanya ketahanan sosial dalam masyarakat. (Abdullah, 1986:192). Kesadaran untuk hidup dan terikat bersama dalam kelompok sosial dimana individu menjadi anggotanya adalah penting untuk mengantisipasi perubahan dalam aspek kehidupan masyarakat. Moralitas sebagai dasar terciptanya kosensus sosial pada gilirannya menjamin adanya solidaritas sosial. Asumsinya ketika semakin kuat ikatan solidaritas sosial yang ada dalam masyarakat maka semakin kuat tingkat integrasi sosial yang ada dan hasil akhirnya adalah terciptanya ketahanan sosial dalam masyarakat. Ketahanan Sosial Dan Fungsionalisme Parson Selain Durkheim, ada juga sosiolog yang memiliki pandangan fungsionalisme dan pandangannya ini bisa dikaitkan dengan ketahanan sosial. Yakni, Talcott Parson. Dengan menggunakan perspektif struktural fungsional Talcott Parsons, masyarakat dapat dianalogikan suatu organisme yang memiliki struktur dan fungsi agar tetap mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal itu hanya akan dicapai jika setiap bagian dari organisme tersebut dapat memainkan perannya masing-masing, sehingga sistem secara keseluruhan dalam masyarakat itu dapat seimbang, bekerja dengan baik (tidak goncang). Jika dikaitkan dengan ketahanan sosial, maka dapat diartikan bahwa setiap bagian dari sistem kemasyarakatan atau subsistem kemasyarakatan merupakan media pembentuk ketahanan sosial, selama mereka itu mampu menjalankan fungsinya masing-masing sesuai dengan kedudukan yang dimilikinya. Berlangsungnya subsistem-subsistem dalam sistem kemasyarakatan dalam konsep Parsons, dijelaskannya dengan skema AGIL, yaitu Adaptation, Goal Attainment, Integration 145
6 Jurnal Sosiologi DILEMA dan Latency. Agar suatu sistem itu dapat bertahan maka harus memiliki empat fungsi tersebut. 1. Adaptation (adaptasi), yaitu sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan ini dengan kebutuhannya. 2. Goal Attainment (pencapaian tujuan), yaitu sebuah sistem yang harus mendefinisikan dan mencapi tujuan utamanya. 3. Integration (integrasi), yaitu sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi penting lainnya (A, G, L). 4. Latent Pattern-maintenance (latensi atau pemeliharaan pola), yaitu sistem harus memperlengkapi, memelihara, dan memperbaiki baik motivasi, individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Mampu menjamin kesinambungan tindakan dalam sistem sesuai beberapa aturan atau norma-norma. (Poloma, 1994: ) Merujuk pandangan Parson di atas, maka ketahanan sosial bergerak pada keempat fungsi tersebut. Artinya, ketahanan sosial akan tercipta jika dalam masyarakat memiliki fungsi adaptasi, tujuan, integrasi dan pemeliharan sosial. Untuk mencegah gejolak sosial yang diakibatkan perubahan sosial, maka komponen-komponen masyarakat itu dapat melaksanakan tugas dan fungsinya masingmasing dengan baik. Memang, perubahan sosial dapat mempengaruhi kinerja ketahanan sosial karena tidak berfungsinya pranata-pranata sosial yang ada sehingga banyak komunitas mengalami social disorder atau social harmony. Karena itu, sangat penting untuk menguatkan ketahanan sosial melalui pemberdayaan pranata sosial yang berbasis pada komunitas lokal sebagai faktor penentu penguat ketahanan sosial masyarakat dengan memelihara keempat fungsi sub-sistem Parsonian di atas. Hasil penelitian Departemen Sosial menunjukkan bahwa konflik (perubahan sosial) pada tingkat yang paling parah, mengendurkan pranata sosial. Karena, konflik adalah suatu klimaks dari suatu proses panjang dimana masuk dan berkembangnya virus-virus sosial ke dalam masyarakat. Konflik berat dalam wujud perusakan harta benda hingga nyawa manusia sebenarnya adalah hasil akumulasi proses sosial yang keropos. Oleh karena itu, perlunya memberdayakan pranata sosial dalam kerangka mencegah dan mengantisipasi terulang kembalinya konflik sosial. (Muttaqin, 2002:1) Terciptanya ketahanan sosial di masyarakat diindikasikan dengan kemampuan segenap komponen pemerintah, asosiasi lokal, pengusaha, lembaga swadana masyarakat, lembaga pendidikan, lembaga ekonomi, dan lembaga keagamaan, guna melakukan peace keeping (menjaga perdamaian), 146
7 ISSN : , Vol. 18 No. 2 Th antisipasi konflik, resolusi konflik, dan social recovery dalam proses kehidupan sosial (Kartono, 2005:39). Selain itu, komponen-komponen inilah pula yang perlu mememilihara dan memainkan fungsinya sebagai adaptasi, integrasi, goal-attainment, dan latence-pattern Maintenace. Agar, ketahanan sosial bukan sebuah impian semata dalam kondisi sosial yang tidak menentu seperti sekarang ini. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik & Leeden, A.C. Van Der, (1986), Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas (terjemahan), Jakarta, Yayasan Obor Indonesia Bahransyaf, Daud,dkk (2005) Model Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal dalam Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat, Jakarta, Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Departemen Sosial RI Effendi, Muhadjir, (2002) Masyarakat Equilibrium, Yogyakarta, Bentang Budaya Giddens, Anthony, (1986) Kapitalisme dan Teori Sosial Modern (terjemahan), Jakarta, UI Press Hikmat, Harry,dkk, (2004) Indikator Ketahanan Sosial Masyarakat (Kajian Konseptual dan Empirik), Jakarta, Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Departemen Sosial RI Johnson, Doyle Paul, (1990) Teori Sosiologi Klasik dan Modern 2, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama Kartono, Drajat Tri, (2004) Pembentukan Sistem Ketahanan Sosial Melalui Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, Surakarta, UNS Press Muttaqin,dkk, (2003) Model Pemberdayaan Pranata Sosial dalam Penanganan Konflik, Jakarta, Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Departemen Sosial RI Poloma, Margareth, (1994) Sosiologi Kontemporer, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Santi, Kanya Eka,dkk, (2005) Ketahanan Sosial di Wilayah Perbatasan, Jakarta, Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Departemen Sosial RI Soekamto, Soerjono, (1985) Aturan-Aturan Metode Sosiologis (Seri Pengenalan Sosiologi 2 Emile Durkheim), Jakarta, CV Rajawali 147
8 Jurnal Sosiologi DILEMA 148
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional
BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons
BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial
MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan
Lebih terperinciBAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini
BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL. juga tata letak teori dalam pembahasan dengan judul Industri Rumah
BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL A. FUNGSIONALISME STRUKTURAL Dalam bab ini peneliti akan menjabarkan pembahasanya yang dikaitkan dengan teori, korelasi pembahasan penelitian dengan teori dan juga
Lebih terperinci1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)
a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG
Lebih terperinciBAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di
BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS. (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi kemiskinan (Studi di Desa
45 BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL-TALCOTT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural Skripsi yang berjudul Peran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan dalam menanggulangi
Lebih terperinciBAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM
BAB II PERSELINGKUHAN DAN KONTROL SOSIAL - DURKHEIM A. Perselingkuhan Perselingkuhan adalah hubungan pribadi di luar nikah, yang melibatkan sekurangnya satu orang yang berstatus nikah, dan didasari oleh
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinciSOSIOLOGI KOMUNIKASI
Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian
Lebih terperinciKapita Selekta Sosial
Modul ke: Kapita Selekta Sosial Sistem Sosial Fakultas FIKOM Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dari
Lebih terperinciBAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS. kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu.
35 BAB II TEORI AGIL PERUBAHAN SOSIAL TALCOTT PARSONS A. AGIL Suatu fungsi adalah suatu kompleks kegiatan-kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan suatu kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan sistem itu. Menggunakan
Lebih terperinciAPLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA. Oleh Yoseph Andreas Gual
APLIKASI TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DALAM MASYARAKAT INDONESIA Oleh Yoseph Andreas Gual Sebelum masuk dalam inti tulisan, penulis ingin mengemukakan bahwa tulisan ini tidak akan menggunakan seluruh
Lebih terperinciSIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dari hasil penelitian mengenai peranan pemuda Karang Taruna dalam kegiatan gotong royong masyarakat Desa Kerjo Kidul, maka dapat disimpulkan sebagai berikut
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.
BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia
Lebih terperinci4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer
Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan
Lebih terperinciBAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON. paham atau prespektif di dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu
BAB II FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSON A. Fungsionalisme Struktural Dalam penelitian ini menggunakan Teori fungsional struktural yang pencetusnya adalah Talcott Parson. Asumsi dasar dari Teori
Lebih terperinciSISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)
SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah
Lebih terperinciBAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS
17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori
Lebih terperinciKETAHANAN MASYARAKAT KOTA SOLO (Model Pengelolaan Konflik Tionghoa Jawa melalui Pendekatan Ketahanan Masyarakat)
KETAHANAN MASYARAKAT KOTA SOLO (Model Pengelolaan Konflik Tionghoa Jawa melalui Pendekatan Ketahanan Masyarakat) Atik Catur Budiati Pendidikan Sosiologi-Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Abstract
Lebih terperinciFacebook :
1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial serta antar
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Fakta Sosial Paradigma fakta sosial fakta sosial terpaut kepada antar hubungan antara struktur sosial, pranata sosial dan hubungan antara individu dengan struktur sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal
Lebih terperinciSISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM)
SISTEM SOSIAL (SOCIAL SYSTEM) APA ITU SISTEM?! Secara etimologis berasal dr bhs Yunani systema artinya sehimpunan dari bagian2 atau komponen2 yg saling berhubungan satu sama lain secara teratur dan merupakan
Lebih terperinciPERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL
PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam
BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Agama dan Masyarakat Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga
Lebih terperinciBAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. STRUKTURAL FUNGSIONAL Untuk mendukung penelitian ini, peneliti mengkaji lebih lanjut dengan teori Struktural Fungsional.Dan berikut merupakan penjelasan teori struktural
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Talcott Parson (dalam Ritzer, 2004:121) beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena di dalam kehidupannya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Pada diri manusia juga terdapat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah
BAB II KAJIAN TEORI A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian Pengembangan inovasi unggulan pertanian ini tidak sepenuhnya memberikan dampak positif bagi petani. Sebagaimana dikutip dalal cerita dalam koran
Lebih terperinciBAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling
49 BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM Kerangka teori adalah teori-teori yang dianggap relevan untuk menganalisis objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling
Lebih terperinciKONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU
BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian
Lebih terperinciMASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA
MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pranata sosial secara prinsipal tak jauh berbeda dengan apa yang disebut atau sering dukenal dengan istilah lembaga sosial, organisasi, atau lembaga masyarakat. Karena
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara tradisional hubungan masyarakat dan hutan meliputi multi aspek yaitu sosial (termasuk religi), ekonomi dan ekologi sehingga hubungan hutan dan masyrakat sekitar hutan memiliki
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan atau
22 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Solidaritas Sosial 1. Pengertian Solidaritas Pengertian solidaritas sosial berasal dari dua pemaknaan kata yaitu solidaritas dan sosial. Solidaritaas sosial merupakan perasaan
Lebih terperinciYENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI DAN STRATEGI BERTAHAN MASYARAKAT SEKITAR INDUSTRI (Studi Kasus Di Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo) YENI KURNIAWAN Program Studi Pendidikan Sosiologi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau
31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan Menurut Leonard Binder, keragaman etnik terhadap keagamaan didalam bahasa aslinya berarti pluralism
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. pula pada kehidupan antara umat beragama. 1
31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretik 1. Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons Salah satu teori yang bisa digunakan untuk melihat kerukunan adalah pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan Bila kita cermati kebijakan Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi kemiskinan pada masyarakat telah dilaksanakan
Lebih terperinciPERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI
BAB 9 KESIMPULAN Dari apa yang telah diuraikan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya, tergambarkan bahwa perdesaan di Tabola pada khususnya dan di Bali pada umumnya, adalah perdesaan yang berkembang dinamis.
Lebih terperinciTujuan Instruksional Khusus
Sosiologi Tujuan Instruksional Khusus Agar mahasiswa mengenal, mengerti, dan dapat menerapkan konsep-konsep sosiologi dalam hubungannya dengan psikologi SUMBER ACUAN : Soekanto, S. Pengantar Sosiologi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Menurut Wahyudi (Ruwiyanto,1994:10), peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Peran yang
Lebih terperinciBAB II SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT GERSIK PUTIH. paradigma fakta sosial yang di dalamnya memuat teori
BAB II SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT GERSIK PUTIH Sebelum masuk pada pembahasan dan mengupas tentang teori solidaritas yang digunakan dalam penelitian ini ada baiknya peneliti ingin
Lebih terperinciBayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret
Peranan Pemuda Karang Taruna dalam Kegiatan Gotong Royong Masyarakat (Studi Kasus Masyarakat Desa Kerjo Kidul, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri) Bayu Setiyo Pamungkas Universitas Sebelas Maret Abstrak:
Lebih terperinciMANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI. Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
MANUSIA dan AGAMA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI Pertemuan III FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 Agama adalah salah satu bentuk kontruksi sosial. Tuhan, ritual, nilai, hierarki keyakinankeyakinan,
Lebih terperinciBAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON. (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam
21 BAB II TEORI AGIL TALCOT PARSON A. Teori Fungsionalisme Struktural Teori Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Lebih terperinciSILABUS. Nomor : 14 Mata Kuliah : Sosiologi Kode Mata Kuliah : PSI 506
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI S1-PSIKOLOGI SILABUS Nomor : 14 Mata Kuliah : Sosiologi Kode Mata Kuliah : PSI 506 Bobot : 2 SKS 1. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd. (0461)
Lebih terperinci1. Fungsionalisme Struktural Perkembangannya
PENDEKATAN TEORETIK Menurut Slamet Margono : Masyarakat sebagai sistem sosial dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut, 1. Ekologi, lokasi, dan geografi di mana masyarakat tsb berada 2. Demografi,
Lebih terperinciMASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA
MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA. menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela
BAB II. KAJIAN PUSTAKA Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama
Lebih terperinciPENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA (Studi Deskriptif di Komplek Delima Cikutra dan Gang Sukarapih 3)
PENGARUH ADAPTASI SOSIAL TERHADAP INTEGRASI MASYARAKAT DI KELURAHAN CIKUTRA (Studi Deskriptif di Sukarapih 3) Yoni Oktaviani 1, Elly Malihah 2, Mirna Nur Alia A 3 1 SMA Negeri 10 Bandung 2 Dosen Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. doktrin-doktrin Islam. Sedangkan menurut situs resmi MUI, Majelis Ulama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara singkat Majelis Ulama Indonesia merupakan kumpulan orangorang yang memiliki pemahaman terhadap ajaran Islam. Mereka lebih dikenal dengan sebutan ulama,
Lebih terperinciBAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA
BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA 11.1 Pengantar Pada dasarnya setiap ilmu pngetahuan tediri dari dua bagian penting, yaitu teoritik dan empirik. Teoritik menunjuk pada skema konseptual, seperti
Lebih terperinciDISUSUN O L E H NAMA : MELIDAR NIM :
Makalah TEORI FUNGSIONALISME DISUSUN O L E H NAMA : MELIDAR NIM : 1110101010025 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2012 KATA PENGANTAR Segala puji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Solidaritas sosial menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN TEORITIS. Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim
BAB II PENDEKATAN TEORITIS A. Fakta Sosial Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim mengenai sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB
Lebih terperinciBAB IV METODE PENULISAN SEJARAH YANG DIGUNAKAN OLEH DELIAR NOER. A. Sumber-sumber yang Digunakan Deliar Noer
BAB IV METODE PENULISAN SEJARAH YANG DIGUNAKAN OLEH DELIAR NOER A. Sumber-sumber yang Digunakan Deliar Noer Dalam sebuah penelitian tentunya para sejarawan membutuhkan sumber-sumber yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembaga Sosial Secara umum, pengertian lembaga sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai tujuan tertentu yang oleh masyarakat dianggap penting. Sistem norma itu mencakup
Lebih terperinciMatakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14
Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber
Lebih terperinciB A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan
5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK A. Pengertian Konflik Istilah konflik dalam ilmu politik seringkali dikaitkan dengan kekerasan seperti kerusuhan, kudeta terorisme, dan reformasi. Konflik mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki dua sisi dalam kehidupannya, yaitu sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk
Lebih terperinciANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA
ANALISIS KESIAPAN MAHASISWA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA (FIA UB) TERHADAP SOCIAL IMPACT RENCANA PEMBANGUNAN GAZEBO FIA ( Studi Pada Fenomena Sosial di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Lebih terperinciBAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik
BAB II. Paradigma Sosiologi dan Posisi Teori Konflik Pokok Bahasan Pada umumnya, dalam dunia ilmu pengetahuan orang mencoba untuk melihat dan menjelaskan suatu fenomena sosial menggunakan alur dan logika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Batasan Konsep 1. Peran Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
Lebih terperinciPengantar FS Akar Teoritiknya dalam Sosiologi Klasik Asumsi Dasar Fungsionalisme-Struktural Fungsionalisme Parsons
Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Pengantar FS Akar Teoritiknya dalam Sosiologi Klasik Asumsi Dasar Fungsionalisme-Struktural Fungsionalisme Parsons Keberlangsungan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bila berbicara mengenai penyimpangan dimasyarakat, perhatian seseorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bila berbicara mengenai penyimpangan dimasyarakat, perhatian seseorang tertuju pada perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Perilaku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Di dalam keluarga inti, khususnya orang tua berperan penuh dalam proses tumbuh kembang anak melalui pemberian hak pengasuhan secara optimal. Hak-hak tersebut
Lebih terperinciSosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi
Sosiologi Pendidikan Sosiologi Politik Sosiologi Hukum Sosiologi Agama Sosiologi Komunikasi Sosiologi Kesehatan Sosiologi Industri Sosiologi Desain Sosiologi Budaya Sosiologi Ekonomi 1 Kajian Sosiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau secara sosiologis, kehidupan sosial berlangsung dalam suatu wadah yang disebut masyarakat. Seperti yang kita ketahui pada zaman yang modern ini masyarakat
Lebih terperinciBAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Kehidupan Masyarakat adalah Sistem Sosial
37 BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Kehidupan Masyarakat adalah Sistem Sosial Manusia adalah makhluk sosial atau individu yang membutuhkan individu lain untuk hidup. Individu-individu tersebut akan saling
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. SIMPULAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan tujuan penelitian maka dapat di ambil suatu kesimpulan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Pinilih
Lebih terperinciBAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT
Lebih terperinciInisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT Saudara mahasiswa, kita berjumpa kembali dalam kegiatan Tutorial Online yang ketiga untuk
Lebih terperinciKuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi
Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun
Lebih terperinciTEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL
II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam
Lebih terperinci2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dibentuk atas dasar tali perkawinan yang sah,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
90 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Aksesibilitas Ibu Menyusui di Ruang Laktasi Solo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Bersama Membangun Solidaritas Untuk Bertahan Hidup
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang kelompok mina mawar sebagai bentuk kemandirian sosial masyarakat pasca erupsi merapi, maka dapat kita simpulkan bahwa upaya untuk pemulihan kondisi
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN. Berdasarkan uraian pada Bab Latar Belakang dan Landasan Teori, maka masalah yang
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN Berdasarkan uraian pada Bab Latar Belakang dan Landasan Teori, maka masalah yang diteliti ini bersifat variabel tunggal yakni hukuman rotan (Suatu Analisa Sosiologi Terhadap
Lebih terperinciKAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT
KAWIN TANGKAP PENGENDALIAN PERILAKU REMAJA DI NAGARI AIR BANGIS KABUPATEN PASAMAN BARAT Dedi Mardia Fitri 1 Erianjoni, M.Si 2 Elvawati, M.Si 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir
43 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Untuk menjelaskan kerangka penelitian ini, dimulai dari alasan penelitian ini dilakukan, kemudian mencoba mencari jawaban secara deduktif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu
Lebih terperinciBAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
23 BAB II TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Struktural Fungsional (Talcott Parsons) Dalam penelitian ini berparadigma fakta social menggunakan teori structural fungsional yang mempunyai empat imperetatif
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan ekonomi dalam masyarakat Indonesia hari ini tidak hanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan ekonomi dalam masyarakat Indonesia hari ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat domestik saja, tetapi diramaikan juga oleh kelompok atau masyarakat
Lebih terperinciBAB II TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL. pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan (Sosial) tertentu. 1 Dengan ungkapan
38 BAB II TEORI FUNGSIONAL STRUKTURAL Paradigma Fakta Sosial Emile Durkheim Paradigma adalah pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan dalam ilmu pengetahuan (Sosial) tertentu. 1
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci