PROSPEK SENTRA BISNIS UKM DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS: DIMENSI SOSIAL POLITIK. M. Fadhil Nurdin, PhD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSPEK SENTRA BISNIS UKM DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS: DIMENSI SOSIAL POLITIK. M. Fadhil Nurdin, PhD"

Transkripsi

1 PROSPEK SENTRA BISNIS UKM DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS: DIMENSI SOSIAL POLITIK M. Fadhil Nurdin, PhD ABSTRAKSI Keberadaan Sentra Bisnis UKM tidak dapat dilepaskan dari sistem sosial politik, karena dimensi sosial mempunyai peran strategis dalam mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional. Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai salah satu unsur perekonomian perlu dilihat dalam struktur dan situasi sosial politik, karena "Social and Political Engineering" diharapkan dapat mengembangkan Sentra Bisnis UKM yang mensejahterakan rakyat, satu persoalan sentra bisnis UKM, perlu merumuskan paradigma dan pendekatan baru yang dapat diimplementasikan, diuji dan diakui oleh berbagai pihak yang kompenten. Pengembangan Sentra Bisnis UKM harusdilakukan melalui pendekatan, strategidan program-program yang dapat member! perkuatan; agardinamika sentra dapat tumbuh menjadi Master bisnis yang kompetitif disemua tingkatan pasar, baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk memenuhi kebutuhan strategis masyarakat dapat melalui pemenuhan kebutuhan nyata (real-needs) masyarakat, dengan menghindari konfrontasi secara langsung dengan membangun kebutuhan praktis masyarakat. Dalam semua upaya ini perlu dilakukan kerjasama stakeholder dengan mengamalkan satu pandangan bersama mengenai etika dan tanggung jawab sosial, politik, dan ekonomi untuk mengatasi kemelaratan dan kemiskinan. Paradigma baru yang mempunyai dimensi luas, perlu untuk menyusun program dan kegiatan agar tidak hanya mempunyai tujuan ekonomis semata (produktivitas), tetapi juga mengembangkan kesejahteraan masyarakat. Mengkritisi dengan mengamati keberadaan Sentra Bisnis UKM tidak dapat dilepaskan dari sistem sosial politik yang dinamis, termasukprospeknya dalam era perdagangan bebas. Oleh sebab itu, dalam upaya mempercepat laju pertumbuhan ekonomi nasional, Usaha Kecil Menengah (UKM) sebagai salah satu unsur perekonomian perlu juga dilihat dalam struktur dan situasi sosial politik demi memberikan kontribusi kepada masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Dimensi sosial politik menjadi bagian penting karena mempunyai peran yang strategis; baik dalam era OTDA maupun globalisasi dan perdagangan bebas. Bagaimanapun, situasi sosial politik dapat mengisyaratkan banyaknya permasalahan yang memerlukan pemikiran dan tindakan strategis dengan mengaitkan pentingnya menyelesaikan masalah konseptualisasi, metodologis dan teknik-teknik dalam kajian, kebijakan, implementasi sampai dengan -evaluasi terhadap keberadaan Sentra Bisnis UKM, sekaligus prospeknya dalam Era Perdagangan Bebas. Karena itu, dari sisi "social and political engineering", bagaimana Sentra Bisnis UKM dikembangkan untuk lebih menesejahterakan rakyat di Indonesia.

2 MASYARAKAT SEJAHTERA: PARADIGMA SENTRA BISNIS UKM? Hakekat pembangunan adalah untuk mensejahterakan rakyat. Karena konsep pembangunan mencakup bidang kehidupan yang luas, maka dimensi sosial-politiknya berkaitan dengan aspek-aspek kekuasaan dan manusianya. Dalam konteks ini, bagaimana memahami lingkup dimensi sosial politik Sentra Bisnis UKM dalam Era perdagangan bebas. Isu ini menjadi penting, karena fokus dan tekanan utama dimensi sosial politik dalam mengembangkan Sentra Bisnis UKM ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Secara praktis, Semua upaya ini perlu "tindakan" untuk memungkinkan setiap 'orang' agar dapat menikmati kehidupan yang kreatif, sehat dan sejahtera. Dalam konteks mensejahterakan rakyat telah menjadi perhatian yang universal karena berkaitan dengan hak-hak hidup manusia; sebagaimana telah dilaporkan UNDP menjelang Word Summit for Social Development pada Maret 1995 di Copenhagen. Masalah ini mencakup tujuh unsur perlindungan; ekonomi, makanan, kesehatan, lingkungan, sosial, polusi, dan politik. Semua unsur ini berkaitan dengan pembangunan manusia yang mengarah kepada Global Human Security Fund (Boer & Koekkoek1994). Membangun kesejahteraan rakyat bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidupnya, dengan memahami bahwa pembangunan kesejahteraan harus menghasilkan kemajuan (progress), berkonotasi dan memandang jauh ke depan. Konsepsi pembangunan kesejahteraan perlu dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan perubahan-perubahan besardalam struktur sosial, sikap masyarakat, dan kelembagaan nasional, seperti halnya percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan, dan pemberantasan kemiskinan absolut. Karena itu, dalam dinamika membangun masyarakat yang sejahtera diperlukan pemahaman secara holistik, agar di dalam prakteknya tidak hanya dipandang sebagai "aktivitas dan untuk kepentingan ekonomi". Implikasinya, program-program pembangunan, termasuk Sentra Bisnis UKM dipertanyakan; karena yang dilakukan belum tentu sesuai dengan kebutuhan nyata (real-needs) masyarakat (lokal). Kalaupun ada program pembangunan Sentra Bisnis UKM yang dilaksanakan, prakteknya mungkin belum didasarkan kepada "scientific spirit and social responsibility". Upaya ini perlu terus dikaji dan ditunjukkan kepada masyarakat. Artinya, apakah model pembangunan dengan mengembangkan Sentra Bisnis UKM (di) Indonesia ini telah mampu menjawabtantangan mensejahterakan rakyat?. Dalam praktek pembangunan selama ini di Indonesia lebih menempatkan paradigma pembangunan ekonomi dengan pendekatan produktivitas yang banyak menimbulkan disparitas pendapatan yang hanya membuat kaya segelintir orang saja. Model pembangunan masa lalu, ternyata perlu ada upaya untuk menggeser kepada "paradigma baru" agar pendekatan pembangunan berpusat pada rakyat (social development) yang lebih berorientasi kepada kesejahteraan melalui pemerataan pembangunan. Model pendakatan ini bercirikan desentralisasivang lebih bersifat"boftom-up": dengan strategi pemenuhan kebutuhan masyarakat bawah (grassroots). Upaya ini perlu terus dicoba dan ditunjukkan kepada masyarakat. Salah satu upaya telah dicoba, desentralisasi dengan semangat OTDA, namun dalam pelaksanaanya masih terdapat berbagai peraturan

3 pemerintah (PP) yang harus disesuaikan untuk membangun bangsa ini kearah kehidupan yang lebih baik. Dari setiap program pembangunan yang telah dilaksanakan (top-down), ternyata tidak semuanya sesuai dengan kaedah dan hakikat untuk mensejahterakan rakyat. Dengan demikian, perkembangan yang terjadi selama ini belum juga mampu menjawab persoalan membangun kesejahteraan rakyat di Indonesia. Untuk menjawab satu persoalan dalam praktek pembangunan, seperti sentra bisnis UKM agar berorientasi untuk mensejahterakan rakyat, maka secara saintifik dan metodologis diperlukan upaya untuk merumuskan. paradigma dan pendekatan baru agar dapat diimplementasikan, diuji dan bahkan harus diakui oleh berbagai pihak yang berkompoten. MASALAH PEMBERDAYAAN UKM: POLITIK DAN INTEGRASI SOSIAL 1. Keputusan Politik: Belum Tuntas dan Transparan? Dalam usaha mengembangkan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera, diperlukan strategi pengembangan Sentra Bisnis UKM dengan tingkat perkembangan yang manfaatnya harus dirasakan warga masyarakat, terutama bagi masyarakat pengusaha lokal di seluruh Indonesia. Hal ini sesuai dengan keputusan politik yang dimuat dalam UU No. 22/ 1999 tentang Otonomi Daerah yang menekankan prinsip-prinsip demokrasi, peranserta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekarag&man daerah; dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, yang menuntut pembagian keuangan secara "proporsional", demokratis, adil dan transparan, dengan memperhatikan potensi, kondisi serta kebutuhan daerah; UU No. 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas); Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32/1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil; dan Kepmeneg Koperasi dan UKM Rl, Nomor: 27.1/KEP/M.KUKM/III/2002. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di peringkat lokal melalui perkuatan Sentra Bisnis UKM di Indonesia. Seyogyanya dukunqan sosial politik bukan hanya undang-undang, tetapi yang penting adalah Peraturan Pemerintah, Perda beserta dengan petunjuk teknis dan sekaligus dengan sistem pengawasannya yang lebih dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan usaha UKM terutama yang berada di sentra, yang pada gilirannya akan memberikan dampak pada masyarakat sekitarnya. Kondisi ini diperlukan, terutama dalam perlindungan dan penyediaan layanan (oleh Pemerintah), yang dapat mendorong partisipasi aktif masyarakat di sekitar sentra dalam mendukung pengembangan sentra. Selain itu, dukungan sosial politik diperlukan agar masyarakat ataupun sentra dapat mempersiapkan diri, terutama dalam menghadapi era perdagangan bebas. Namun hal ini tampaknya belum dilaksanakan penuh secara efektif, dan masih bersifat parsial. Sehingga pelaksanaannya belum dapat memberikan hasil yang menggembirakan. Semua upaya ini penting untuk mendapatkan hasil bagi pembinaan yang efektif dan dirasakan dampaknya oleh sentra UKM dan masyarakat sekitarnya, terutama

4 dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di peringkat lokal. 2. Sentra Bisnis UKM dan Masalah Pengembangannya: Struktural dan Holistik? Dalam penguatan Sentra Bisnis UKM, hams dipandang juga dari aspek ideologi, politik, sosial dan bahkan agama dan budaya. Dalam konteks masalah pembangunan yang luas, Hardiman dan Midgley (1982) memandang luasnya dimensi-dimensi pembangunan sosial, antara lain meliputi: a. Peningkatan Produktivitas (Productivity Enchancement). Dimensi ini dapat merupakan area pertemuan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan sosial, dalam hal ini pembangunan ekonomi yang terkait dengan pembangunan sumber daya manusia (human resources development). Untuk itu dibutuhkan pembangunan: 1) infra-struktur fisik; 2) infra-struktur finansial; 3) infra-struktur sosial dan pengembangan sumber daya manusia. b. Pelayanan Sosial (Social Services), mencakup ruang lingkup pembangunan dari kesejahteraan rakyat, yang merupakan sub sistem dari pembangunan nasional. Enam komponen kesejahteraan sosial dalam arti luas: 1) pendidikan, 2) kesehatan, 3) pemeliharaan penghasilan (income maintenance), 4) pelayanan kerja, 5) perumahan dan 6) pelayanan sosial personal (personal social services). Artinya, pelayanan sosial ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kamerman & Kahn (1979). c. Pelayanan Kesejahteraan Sosial (Social Welfare Services) ini merupakan sub-sistem dari pelayanan sosial dengan intinya epada pelayanan sosial personal (personal social services) dengan sasaran mencakup: 1) kelompok-kelompok khusus yang embutuh pelayanan sosial seperti; kelompok usia lanjut, anak terlantar, korban ketergantungan obat, dll; 2) kelompok-kelompok marginal dalam kontak ekonomi atau dalam masalah pembangunan; 3) kelompok minoritas, seperti masyarakat terasing; 4) elompok yang mengalami kecacatan. d. Pengembangan Masyarakat (Community Development). Hakekatnya adalah pembangunan dari bawah (bottom-up). Namun itinjau dari sisi pemerintah (government), pengembangan masyarakat merupakan hasil dari perencanaan dari atas, sehingga masyarakat akhirnya sebagai pelaksana. Berbeda dengan pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO's), yang dapat melepaskan diri dari keterikatan kepada struktur organisasi pemerintah secara vertikal maupun horizontal. Karena itu, UKM hams dipandang dari perspektif lain agar dapat dikelola dan dikembangkan secara pro-aktif mengikuti perubahan-perubahan sosial politik dalam tataekonomi global, dikembangkan menjadi pelaku bisnis yang memiliki daya saing tinggi; dengan mengikuti kecenderungan perubahan pasardan mampu memanfaatkan teknologi mulai dari yang sederhana hingga teknologi yang mampu menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi. Artinya, dimensi pembangunan yang luas harus dipandang secara strategik, karena

5 pembangunan yang telah dilakukan selama ini lebih mengutamakan pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, dengan mengenyampingkan pemerataan, sehingga menghasilkan sosok ekonomi yang rapuh dihempas badai krisis. Oleh karena itu, pada masa yang akan datang kita dituntut mengembangkan cara yang berbeda dengan cara-cara yang sebelumnya, yaitu dengan mengembangkan suatu ekonomi yang secara struktural bertumpu pada daya dukung asli domestik berdasarkan kekuatan ekonomi rakyat. 3. Integrasi Sosial: Perlu Dikaji Bersama Dalam mengintegrasikan masyarakat, perlu mengamalkan sikap dan praktek kerjasama yang menghasilkan berbagai peningkatan dalam: identifikasi seluruh masalah masyarakat, minat dan partisipasi masyarakat, dan saling menukar nilai dan kemudahan. Dari kedua unsurtersebut, yang penting adalah bagaimana menyusun kegiatan bersama-sama dengan masyarakat agar dapat dilakukan berbagai teknik untuk merangsang 'reaksi positif bagi menumbuhkan gerakan membangun masyarakat sebagai satu kesatuan banqsa. Demi untuk pembangunan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia, dan khususnya untuk efisiensi pembangunan, peranan Sentra Bisnis UKM perlu melandaskan semua kegiatannya kepada komitmen moral untuk mensejahterakan rakyat. Selayaknya, salah satu tujuan membangun Sentra Bisnis UKM yang sudah dirintis dan dilaksanakan, perlu mengacu kepada upaya memelihara integritas dan mensejahterakan bangsa. Dengan demikian, bentuk pengembangan UKM melalui pendekatan, strategi dan program-program sentra bisnis dapat memberi perkuatan agar dinamika sentra dapat tumbuh menjadi klaster bisnis yang kompetitif disemua tringkatan pasar, baik di dalam maupun luar negeri. Penguatan sentra Bsinis UKM bukan hanya melalui upaya perkuatan dukungan finansial sebagai penggerak awal, tetapi juga dukungan non financial (sosial politik) dan advokasi (hukum). Permasalahan yang timbul adalah pengembangan UKM melalui pendekatan sentra bisnis perlu juga dilihat dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan politik. Bagaimana kebijakan UKM dapat disesuaikan dengan kondisi riel pada komunitas lokal dimana sentra bisnis UKM itu berada. Upaya ini penting untuk meletakkan sentra bisnis UKM sebagai salah satu pelaku bisnis dalam "domain dunia usaha"yar\g strategis kedudukannya sebagai wujud pembelaan dan pemberdayaan ekonomi rakyat, sekaligus alat pemersatu kesatuan bangsa dan Negara. STRATEGI SOSIAL POLITIK: TANTANGAN SENTRA BISNIS UKM 1. Kesadaran Masyarakat: Kebutuhan Nyata Membangkitkan kesadaran masyarakat Lebih ditujukan untuk menggugat subordinasi mereka melalui orqanisasi-orqanisasi lokal secara "bottom-up". Strategi pendekatan ini tidak akan dipakai tanpa adanya organisasi-organisasi lokal dan kelompok-kelompok sejenis. Karena itu hal-hal penting yang akan digunakan oleh organisasi-organisasi ini

6 adalah bukan saja perubahan-perubahan legal tetapi juga mobilisasi politik, peninqkatan kesadaran dan pendidikan non-formal. Model pendekatan ini merupakan pembangunan yang berpusatkan pada rakyat sebagai alternatif baru untuk meningkatkan hasil produk pembangunan dengan cara-cara yang sesuai dengan asas-asasparf/s/pas/dan keadilan. Bagaimanapun, hasilnya harus dapat dilestarikan untuk kelangsungan hidup, berdasarkan inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumberdaya pembangunan yang utama, dengan memandang kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan yang ingin dicapai oleh proses pembangunan. Model ini lebih menekankan kepada penguatan diri {empowerment) yang menekankan pada kenyataan pengalaman masyarakat. Model ini pada dasarnya mensyaratkan transformasi struktur-struktur yang mensubordinasi dalam ekotogi manusia. Oleh karena itu, perlu ada perubahan hukum, aturan kemasyarakatan, sistem hak milik dan kontrol atas masyarakat, aturan perburuhan, institusi sosial dan legal yang melindungi kontrol sosial masyarakat. Dengan cara mencapai kebutuhan-kebutuhan itulah, pendekatan strategi penguatan diri (empowerment) secara mendasar sangat berbeda dengan pendekatan-pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini berupaya untuk mencapai kebutuhan strategis masyarakat secara tidak langsung melalui kebutuhan praktis masyarakat, dengan menghindari konfrontasi secara langsung dengan membangun kebutuhan praktis masyarakat sebagai basis untuk membangun landasan yang kuat, sebagai sarana untuk mencapai kebutuhan strategis. 2. Membangun Kesejahteraan Rakyat: Pendekatan dan Isu Pokok Membangun kesejahteraan rakyat merupakan bagian dari pembangunan nasional yang selaras dengan konsepsi pembangunan sosial (Hardiman dan Midgley, 1982). Lingkup pembangunan kesejahteraan rakyat ada dalam kombinasi pertumbuhan dan perubahan dalam proses ekonomi, sosial dan politik. Lalu timbul himbauan akan pentingnya pendekatan secara seimbang dan terpadu. Dikemukakan, komponen sosial politik dalam pembangunan nasional memberikan sumbangan yang penting, serta berarti bagi kemajuan ekonomi, sekalipun komponen sosial politik tersebut sukar atau tidak dapat diukur. Oleh karena itu, di kalangan ahli ekonomi sendiri banyak yang mulai menekankan pentingnya faktor-faktor non-ekonomi. Isu kegagalan akibat dominasi paradigma pembangunan ekonomi, yang kurang seimbang dengan pembangunan sosial, menjadi transparan setelah berlangsungnya "World Summit for Social Development", yang menampilkan 3 isu pokok untuk mengatasi kesenjangan terhadap kesejahteraan manusia secara global, regional dan nasional yang meliputi: a. Poverty Alleviation, merupakan pemberantasan dan pengurangan kemiskinan absolut; b. Employment Expansion, mencakup pengembangan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas kerja dan pengurangan tingkat pengangguran;

7 c. Social integration, menempatkan semua kelompok sosial untuk hidup bersama secara produktif dan terciptanya kerjasama yang harmoni. 3. Sentra Bisnis UKM Era perdagangan Bebas: Kesejahteraan Masyarakat Lokal Sentra Bisnis UKM dalam era perdagangan bebas apabila dilihat dari dimensi sosial politik, dapat dipandang sebagai satu hakekat dan pendekatan untuk mempromosikan kesejahteraan manusia (Midgley 1994; Macarov 1995). Dalam dimensi ini, upaya mengembangkan Sentra Bisnis UKM dapat menunjukkan bagaimana usaha menggabungkan berbagai pendekatan kesejahteraan {welfare approaches) ke dalam satu bentuk pendekatan yang praktis dan {relatif) terpadu, yang akhirnya bermuara untuk mensejahterakan masyarakat lokal. Dalam semua upaya ini perlu dilakukan kerjasama stakeholder dengan mengamalkan satu pandangan bersama mengenai etika dan tanggung jawab sosial, politik, dan ekonomi untuk mengatasi kemelaratan dan kemiskinan. Selanjutnya, dipikirkan perlukah ''paradigma baru", yang mempunyai dimensi yang lebih luas sehingga penyusunan program dan kegiatannya tidak mempunyai satu tujuan ekonomis semata {produktivitas), tetapi juga mengembangkan kesejahteraan masyarakat. 4. Penyelesaian Masalah Masa Depan Dalam mencermati prospek Sentra Bisnis UKM dalam era perdagangan bebas, selayaknya diarahkan bukan hanya untuk meningkatkan daya saing di pasar global, tetapi hendaknya dipikirkan juga agar pada waktu yang sama dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakatdalam artiyang luas. Bagaimanapun dalam kerangka pembangunan ideologi dan politik ekonomi kontemporer masa kini, perlu pendekatan (sintesis baru), yang dalam institutional and social perspective dapat menggerakkan dan memobilisasi institusi sosial; seperti pasar, masyarakat, dan pemerintah untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi (termasuk Sentra Bisnis UKM) yang berorientasikan pada kesejahteraan. Di Indonesia, perlu dicari bentuk penyelesaian masalah konseptualisasi, metodologis dan teknik-teknik dalam implementasinya, karena dari sisi aplikasi "social and political sciences", pengembangan Sentra Bisnis UKM perlu lebih menekankan pada prinsip-prinsipdemokrasi, peranserta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta transparan, dengan memperhatikan potensi, kondisi serta kebutuhan lokal. Upaya ini perlu memperhatikan berbagai aspek yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial ekonomi penduduk, pemanfaatan sumber daya alam maupun pengelolaan lingkungan. agar Sentra Bisnis UKM dapat dikembangkan ke arah yang lebih baik. Dalam upaya mengatasi masalah, perlu dilakukan berbagai tindakan : 1. Menyelesaikan masalah, berda- sarkan prinsip kebersamaaan stakeholders; pemerintah (pusat dan daerah), organisasi-organisasi (LSM), dengan masyarakat lokal. 2. Memberikan perlindungan dan dukungan terhadap pengembangan usaha-usaha swadaya kaum miskin guna menangani kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri;

8 3. Meningkatkan kesadaran bahwa walaupun sektor modern merupakan sumber tama bagi pertumbuhan ekonomi yang konvensional, tetapi sektor tradisional menjadi sumber utama bagi kehidupan sebagian besar rumah tangga miskin; 4. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam membangun swadayaberdasarkan sumber-sumber daya lokal. 5. Melaksanakan kontrol sosial, terutama terhadap sistem kebijakan dan jaringan bisnis internasional yang mungkin merusak, dan bahkan mengeksploitasi Sentra Bisnis UKM di tingkat akar rumput (grassroots). PENUTUP Dalam membangun Sentra Bisnis UKM yang lebih prosfektif harus melibatkan masyarakat yang melingkupi semua aspek kehidupan, terutama dalam kerangka pembangunan yang berbasis kerakyatan. Fokus dan tekanan utamanya adalah untuk membangun manusia agar memungkinkan mereka menikmati kehidupan yang kreatif, sehat dan sejahtera. Upaya ini perlu dilakukan dengan cara peningkatan kesadaran, tanggung jawab serta kemampuan setiap warga Negara, yang dalam pelaksanaannya berasaskan prinsip kerjasama "stakeholders" dengan kelompok masyarakat lokal untuk lebih meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tantangan masa depan Sentra Bisnis UKM bukan hanya memberi pinjaman modal dan layanan kredit, tetapi ditujukan kepada masyarakat yang lebih luas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup dan mempromosikan kesejahteraan manusia. Strategi ini tidak dapat dilaksanakan tanpa menggabungkan berbagai pendekatan dan atau menerima sumbangan dari disiplin lain (Iptek) serta bersama-sama dengan masyarakat lokal untuk mencapai tujuan pembangunan yang sebenarnya. Oleh karena itu, pendekatan dan strategi pembangunan dan khususnya pada Sentra Bisnis UKM, secara konsepsional tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan sumbangan teori yang dijadikan landasan praktek. Keterpaduan semua unsur ini, ternyata menjadi masalah dan sekaligus juga tantangan masa depan kita semua. BACAAN SUMBER: Bamberger & Khalid Shams, 1989, Community Participation in Project Management: The Asian Experience, Kuala Lumpur, APDC. Bidle dan Bidle 1965, The Community Development Process, The Rediscovery of Local Initiative, New York, Holt, Rinehart & Winston, Inc. Boer L & Koekkoek A, "Development and Human Security", dalam, Third World Quartely Journal of Emerging Areas, Vol. 15 No.3 September Brager, G & Specht, H, 1969, Community Organizing, New York, Columbia University Press. Dove, MR (Eds), 1988, The Real and Imagined Role of Culture in Development, Case from Indonesia, Honolulu, University of Hawaii Press.

9 EverittA. & HardikerP, 1996, Evaluating For Good Practice, London, MacMillan Press. Hardiman & Midgley, 1982, The Social Dimensions of Development, New York, Wiley & Sons Ltd INFOKOP, Media Pengkajian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah, Usaha Kecil & Menengah Menuju Otonomi Daerah Dan Era Perdagangan Bebas, No.21 ThXVIII Kramer R.M & Specht, H, 1969, Reading in Community Organization Practice, Prentice Hall, London. Kartasasmita G, 1996, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat, ITB - Bandung. Khan, A. J, 1973, Social Policy and Social Services, the Free Press, New York. Macarov, D, 1995, Social Welfare: Structure and Practice, Sage Pub, London. Mahbub Ul Haq, 1985, Human Development Report 1985, Oxford University Press. New York, Midgley, J. 1993, Social Development: The Developmental Perspective in Social Welfare, Sage Publication, London. Moore, W. & Cook, R. (Eds), Reading on Social Change, Englewood Cliffs, NJ., Prentice Hall. New Jersey, Prentice Hall, Inc. Posavac, Emil J, and Carey, 1985, Program Evaluation: Methods and Case Studies, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Schwarz, A, 1994, A Nation in Waiting: Indonesia in 1990s, Allen & Unwin, NSW, Australia. So, Alvin Y., 1990, Social Change and Development, Newbury Park, CA. Stufflebeam D.L & Shinkfield A.J, 1985, Systemic Evaluation: A Self-Instructional Guide to Theory and Practice, Boston, Kluwer-Nijhoff Publishing. Weber, G.H & Cohen, L.M. 1982, Beliefs and Self Help: Cross Cultural Perspective and Approaches, New York, Human Science Press.

PEMBANGUNAN SOSIAL:TANTANGAN DI INDONESIA

PEMBANGUNAN SOSIAL:TANTANGAN DI INDONESIA PEMBANGUNAN SOSIAL:TANTANGAN DI INDONESIA M. Fadhil Nurdin Pengantar Pembangunan sosial di Indonesia memerlukan pemikiran yang selaras antara konsepsi dengan prakteknya. Kegiatan pembangunan sosial merupakan

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA-POLA PRODUKSI dan KONSUMSI yang BERKELANJUTAN: DIMENSI SOSIAL POLITIK

PERUBAHAN POLA-POLA PRODUKSI dan KONSUMSI yang BERKELANJUTAN: DIMENSI SOSIAL POLITIK PERUBAHAN POLA-POLA PRODUKSI dan KONSUMSI yang BERKELANJUTAN: DIMENSI SOSIAL POLITIK M. Fadhil Nurdin I. PENDAHULUAN P erubahan pola-pola produksi dan konsumsi dalam kehidupan masyarakat merupakan fenomena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

Copyright , Kamaruddin HP ,

Copyright , Kamaruddin HP , Handout: KOMUNIKASI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN (KSP) PEOPLE CENTRED DEVELOPMENT 1 Strategi Menuju Pembangunan Berpusat Pada Rakyat Oleh: Kamaruddin Hasan 2 Pemahaman terhadap pembangunan menghasilkan ide kemajuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI PEMBANGUNAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pemberdayaan Masyarakat Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep pemberdayaan muncul sebagai konsep alternatif pembangunan yang pada intinya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pembangunan yang dipandang tepat dan strategis dalam rangka pembangunan wilayah di Indonesia sekaligus mengantisipasi dimulainya era perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pembangunan Desa adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah desa, dalam rangka memajukan desa dan meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat desa. Dana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 1 Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) merupakan konsep yang berkembang sebagai tandingan (opponent) terhadap konsep negarakesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai

Lebih terperinci

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 Handoko Soetomo 2 Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB VI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

BAB VI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BAB VI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) TANTANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL INTERNAL EKSTERNAL Yaitu, masalah-masalah yang muncul dari dalam negeri (faktor domestik), antara lain : krisis multidimensi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231)

PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231) PENGEMBANGAN MASYARAKAT (KPM 231) Koordinator Matakuliah Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Website: http://skpm.fema.ipb.ac.id/

Lebih terperinci

ISU-ISU PEMBANGUNAN 10/13/2010 1

ISU-ISU PEMBANGUNAN 10/13/2010 1 ISU-ISU PEMBANGUNAN 10/13/2010 1 ISU PEMBANGUNAN EKONOMI MENINGKATNYA PENGANGGURAN DAN KEMISKINAN, DAN KETIDAKMERTAAN PENDAPATAN MASYARAKAT MENINGKATNYA KETIDAKMERATAAN PEMILIKAN ASET DAN AKSES SUMBERDAYA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 20 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada awalnya ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita, dengan asumsi pada saat pertumbuhan dan pendapatan perkapita tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bagian dari perekonomian nasional mempunyai andil yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2007-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN BAGIAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Kegiatan di sektor ketenagalistrikan sangat berkaitan dengan masyarakat lokal dan Pemerintah Daerah. Selama ini keberadaan industri ketenagalistrikan telah memberikan

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang Undang nomor 22 tahun 1999 dan telah direvisi menjadi Undang Undang nomor 32 tahun 2004 telah membawa

Lebih terperinci

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi Oleh : Ade Permana (H34096001), Desy Kartikasari (H34096017), Devi Melianda P (H34096020), Mulyadi(H34096068)

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor B A B BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bangsa Indonesia menghadapi situasi yang selalu berubah dengan cepat, tidak terduga dan saling terkait satu sama lainnya. Perubahan yang terjadi di dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Peran Kebudayaan dalam Pembangunan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu fungsi pendidikan

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena di samping sumber daya manusia sebagai salah satu unsur kekuatan daya saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang masih sangat membutuhkan pembangunan. Tanpa adanya pembangunan suatu bangsa tidak akan pernah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Deskripsi

Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Deskripsi Mata Kuliah Kebijakan dan Manajemen Kesehatan KUI 661 Sesi 1: Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD 1 Deskripsi Matakuliah ini membahas mengenai ilmu kebijakan k dan manajemen yang diterapkan di sektor

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari keseluruhan pembangunan ekonomi, apalagi semenjak sektor pertanian ini menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

Kemiskinan sangat identik dengan beberapa variabel berikut ini:

Kemiskinan sangat identik dengan beberapa variabel berikut ini: BAB V Kemiskinan sangat identik dengan beberapa variabel berikut ini: Kepemilikan modal Kepemilikan lahan Sumber daya manusia Kekurangan gizi Pendidikan Pelayanan kesehatan Perndapatan perkapita Minimnya

Lebih terperinci

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN

RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025 VISI : Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera MISI : 1. Penerapan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN BAB III VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2005 2025 3.1. Visi Pembangunan Dengan memperhatikan situasi dan kondisi Provinsi Jambi pada masa lalu dan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam

Lebih terperinci

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan pada Pembahasan RPP Penataan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Lebih terperinci

PARIWISATA PERDESAAN. Geopolitik dan Geostrategi Pembangunan Pariwisata Indonesia Ke Depan. Roby Ardiwidjaja

PARIWISATA PERDESAAN. Geopolitik dan Geostrategi Pembangunan Pariwisata Indonesia Ke Depan. Roby Ardiwidjaja PARIWISATA PERDESAAN Kampung Sampireun Garut Sumber: bumikuningan.blogdetik.com Geopolitik dan Geostrategi Pembangunan Pariwisata Indonesia Ke Depan Kampung Naga Tasikmalaya Sumber: indonesia.travel Roby

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui kebijakan ini, diharapkan

Lebih terperinci

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada ix B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan utama dari materi mata kuliah Perekonomian Indonesia yang ditawarkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 lalu, membawa dampak yang sangat besar terhadap hampir semua lapisan masyarakat. Angka kemiskinan dan pengangguran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengalaman masa lalu telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia, bahwa pembangunan yang dilaksanakan dengan pendekatan top-down dan sentralistis, belum berhasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pemberdayaan masyarakat lokal yang diisyaratkan oleh Undangundang. Nomor 32/2004 telah menuntut pihak praktisi pengembang masyarakat, baik itu aparat pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER

Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER Prof. Dr. Drs. H. Budiman Rusli, M.S. Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER 2014 Isu-isu Krusial ADMINISTRASI PUBLIK KONTEMPORER Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved ISBN :...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

RINGKASAN. vii. Ringkasan

RINGKASAN. vii. Ringkasan RINGKASAN Politik hukum pengelolaan lingkungan menunjukkan arah kebijakan hukum tentang pengelolaan lingkungan yang akan dibentuk dan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK Hendra Wijayanto PERTANYAAN Apa yang dimaksud government? Apa yang dimaksud governance? SEJARAH IDE GOVERNANCE Tahap 1 Transformasi government sepanjang

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dengan memperhatikan kondisi, potensi, permasalahan, tantangan, peluang yang ada di Kota Bogor, dan mempertimbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan pertanian dewasa ini telah berorientasi bisnis (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut usahatani (on-farm agribusiness)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma good governance muncul sekitar tahun 1990 atau akhir 1980-an. Paradigma tersebut muncul karena adanya anggapan dari Bank Dunia bahwa apapun dan berapapun bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami ketertinggalan pembangunan selama beberapa dekade. Pada era otonomi daerah, kebijakan Otonomi Khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi sektor publik Dalam waktu yang relatif singkat telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini terdapat perhatian yang lebih besar terhadap

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN -62- BAB IV VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2005-2025 4.1. Visi Pembangunan Daerah Berdasarkan kondisi Kabupaten Bangkalan sampai saat ini, isuisu strategis dan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) Oleh M. RUSMIN NURYADIN, SE.M.Si I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi sudah berjalan selama 11 tahun. Seperti kita

Lebih terperinci

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca.

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca. KEBIJAKAN PEMDA DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA BACA MASYARAKAT Oleh Dardjo Sumardjo Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab sehingga minat dan budaya baca masyarakat kita belum sebagaimana yang diharapkan.

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR Oleh: INDRIYANI L2D 001 434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Terjadinya berbagai krisis kawasan yang tidak lepas dari kegagalan mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan terus menjadi topik yang sering diperbicangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah seyogyanya bertumpuh pada sumberdaya lokal yang dimiliki dan aktivitas ekonomi yang mampu melibatkan dan menghidupi sebagian besar penduduk. Pemanfaatan

Lebih terperinci

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang. II. KERANGKA KAJIAN 2.1 Usaha Mikro dan Usaha Kecil Usaha Mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci