BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA"

Transkripsi

1 BAB II KONFLIK PERBATASAN THAILAND DAN KAMBOJA II.1 Thailand Thailand merupakan sebuah kerajaan yang dahulunya disebut dengan nama Kerjaan Siam yang didirikan pada abad ke-14. Kerajaan yang tidak pernah mengalami masa penjajahan oleh bangsa Eropa ini berubah nama menjadi Thailand pada tahun Thailand memiliki bentuk pemerintahan monarki konstitusi dimana pemimpin dari pemerintahan Thailand berada di bawah kendali seorang Perdana Menteri dan kepala negara dari Thailand ialah seorang Raja. Negara ini memiliki luas daerah sekitar km 2 dan memiliki letak geografis yang berbatasan langsung Laos, Malaysia, dan Kamboja (Bappenas, 2014). Ibu kota dari Thailand ialah Bangkok dan sebagain besar penduduknya berasal dari etnis Thai dan Budha. Mayoritas penduduk Thailand memeluk agama Budha yang dapat dilihat dari 85% kehidupan dari masyarakat Thailand. Peran dari seorang tokoh agama Budha yang disebut dengan Biarawan juga sangat penting pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Thailand. Hal ini karena seorang biarawan merupakan seorang pemimpin spiritual dalam kehidupan masyarakat Thailand. Selain itu filosofi agama Budha yang diterapkan oleh para biarawan ini sangat 16

2 17 berpengaruh terhadap kegiatan religius dan sosial di dalam kehidupan masyarakat Thailand (Mulder, 1967). Penduduk Thailand yang beragama Budha sering melakukan persembahyangan di sebuah kuil yang terletak di daerah Pegunungan Dangrek yang disebut dengan Kuil Preah Vihear. Kuil tersebut juga digunakan sebagai tempat persembahyangan oleh umat Hindu Thailand yang tinggal di sekitar kawasan Preah Vihear. Umat Hindu yang berasal dari Thailand ini jumlahnya hanya 1% dari populasi penduduk di Thailand. Kuil Hindu-Budha ini terletak di daerah perbatasan Thailand dan Kamboja. Oleh sebab itu masyarakat Kamboja yang ada di sekitar Kuil Preah Vihear juga melakukan persembahyangan di dalam Kuil Preah Vihear (Library of Congress Federal Research Division, 2007). II.2 Kamboja Kamboja merupakan sebuah negara yang dahulu disebut dengan Kerajaan Khmer dan sekarang memiliki nama resmi Kerajaan Kamboja. Negara dengan iklim tropis ini resmi merdeka dari penjajahan Perancis pada tanggal 9 November Sistem pemerintahan di Kamboja merupakan Monarki Kostitusional dimana Perdana Menteri yang menjadi kepala dari pemerintahan Kamboja dan seorang raja yang menjadi kepala negaranya (United Nations, 2004). Kamboja ialah sebuah negara yang memiliki keberagaman agama dan suku. Mayoritas penduduk Kamboja memeluk Agama Budha yang berjumlah 96,9% dari bagian populasinya. Sisanya memeluk Islam, Kristen dan lainnya.

3 18 Suku asli dari Kamboja ialah Suku Khmer yang dapat dilihat dari 95% penduduk Kamboja yang berasal dari Suku Khmer. Walaupun demikian, di dalam kehidupan masyarakat Kamboja juga ada yang berasal dari Suku China, Vietnam, dan suku lainnya. Namun jumlah mereka tidaklah terlalu banyak dan mereka tergolong sebagai suku minoritas di Kamboja (CIA, 2015). Jumlah Suku Khmer yang dominan, mengakibatkan suku ini hidup di setiap sudut kota Kamboja. Sebagian kehidupan dari suku ini dapat dilihat dari kehidupan para pendeta suku Khmer yang tinggal di daerah Pegunungan Dangrek. Para pendeta ini membangun gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus tempat pertapaan di daerah Pegunungan Dangrek. Sehingga dibangunlah sebuah kuil yang dijadikan tempat persembahyangan di daerah Pegunungan Dangrek yang disebut dengan Kuil Preah Vihear. II.3 Kuil Preah Vihear Kuil Preah Vihear merupakan sebuah kuil yang terletak di daerah Pegunungan Dangrek yang terlentang di daerah perbatasan Thailand dan Kamboja. Kuil dengan luas 2.828,9 ha ini terbentang sepanjang 800 meter di tebing Pegunungan Dangrek (UNESCO, 2015). Kuil Preah Vihear lebih mudah diakses dari Thailand dari pada Kamboja karena letaknya di daerah pegunungan (BBC, 2014). Kuil Preah Vihear merupakan kuil terbesar yang dibangun oleh Suku Khmer pada abad ke-9. Arsitektur dari bangunan kuil ini sangat kental dengan kehidupan Suku Khmer. Pada awalnya suku ini membuat gua-gua di daerah Pegunungan Dangrek yang dijadikan tempat untuk persembahyangan dan hidup para petapa. Melihat banyaknya petapa

4 19 yang hidup di lereng Pegunungan Dangrek ini membuat Pangeran dari Suku Khmer saat itu yakni Pangeran Indrayudha membangun Kuil Preah Vihear yang digunakan sebagai tempat persembahyangan para petapa tersebut (UNESCO, 2014). Kuil Preah Vihear tidak hanya digunakan sebagai tempat persembahyangan oleh Suku Khmer dari Kamboja. Penduduk Thailand yang beragama Hindu juga menggunakan kuil ini sebagai tempat pemujaan untuk Dewa Siwa karena letaknya di perbatasan Thailand (Volman, 2014). GAMBAR 2 Kuil Preah Vihear Sumber : UNESCO, 2014 Kuil Preah Vihear ini terdiri dari empat tingkatan yang memiliki arsitektur yang berbeda-beda. Kuil ini juga memiliki empat pengadilan serta lima pagoda (pintu masuk) menuju paviliun Kuil Preah Vihear. Sebagian

5 20 besar arsitektur dari kuil ini mengambarkan keagungan dari Dewa Siwa. Hal tersebut dapat dilihat dari pagoda yang berada di sebelah utara kuil terdapat ukiran gambar tarian Dewa Siwa. Tarian Dewa Siwa ini menggambarkan sosok Dewa Siwa yang berdiri diatas gajah dan bertangan sepuluh. Hal ini menceritakan tentang kisah Dewa Siwa yang sudah mengalahkan setan. Sehingga masyarakat yang tinggal disekitar kuil pun bersumpah akan setia untuk memuja Dewa Siwa di Kuil Preah Vihear (UNESCO, 2015) GAMBAR 3 Gambar Tarian Dewa Siwa Sumber : UNESCO, 2014 Masyarakat yang tinggal di daerah Kuil Preah Vihear juga berasal dari Suku Kuy. Mayoritas suku Kuy memeluk agama Budha dan sisanya anemisme (kepercayaan terhadap roh). Dahulu, suku ini merupakan kelompok identitas terbesar yang ada di Kamboja. Selain itu masyarakat

6 21 dari Suku Kuy juga berasal dari tiga negara yang berbeda, yakni dari bagian utara dan timur laut Kamboja, bagian timur laut dan selatan Thailand dan berasal dari bagian selatan Laos. Namun, walaupun hidup dalam satu lingkungan yang sama, keadaan perekonomian mereka berbeda. Hal ini dikarenakan perbedaan mata pencaharian suku tersebut. Suku Kuy yang berasal dari Kamboja memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin senjata dan baju besi yang biasanya dikirim ke Angkor, Kamboja. Sedangkan Suku Kuy yang berasal dari Thailand lebih memilih untuk berternak gajah dan pandai dalam menjinakkan gajah liar. Suku Kuy ini memiliki kebiasaan yang berbeda dengan kehidupan Suku Khmer. Suku ini tidak hanya menggunakan Kuil Preah Vihear sebagai tempat persembahyangan namun juga menggunakan kuil ini sebagai tempat untuk ziarah dan melakukan upacara adat seperti pernikahan (Swift, 2013). Peradaban Suku Kuy mengalami perubahan ketika Kamboja sudah mendapatkan kemerdekaannya. Masyarakat dari Suku Kuy kini mulai berbaur dengan masyarakat Suku Khmer. Suku Kuy yang berasal baik dari Kamboja maupun Thailand juga mulai mengembangkan mata pencaharian mereka. Mereka mulai hidup untuk bertani dan membuka lahan di ladang di sekitar Kuil Preah Vihear. Mereka mulai bekerjasama untuk meningkatkan perekonomian mereka, yang mana sebelumnya perekonomian Suku Kuy yang berasal dari Kamboja lebih baik dibandingkan dengan perekonomina Suku Kuy yang berasal dari Thailand.

7 22 II.4 Konflik Thailand dan Kamboja Penduduk Thailand dan Kamboja dapat hidup berdampingan di daerah Kuil Preah Vihear, tetapi kedua negara ini ternyata masih memperebutkan batas wilayah mereka di kuil tersebut. Kedua negara tersebut saling mengklaim bahwa Kuil Preah Vihear masuk dalam kedaulatan negara mereka. Perebutan status atas Kuil Preah Vihear akhirnya memicu konflik perbatasan yang terjadi antara Thailand dan Kamboja. Masalah perbatasan antara Thailand dan Kamboja ini sebenarnya sudah lama terjadi. Konflik ini terjadi ketika Perancis masih menduduki Kamboja dan Thailand masih disebut dengan Kerajaan Siam. Awalnya Perancis dan Pemerintahan Kerajaan Siam telah melakukan kesepakatan terkait garis perbatasan Thailand dan Kamboja. Kesepakatan ini telah menghasilkan sebuah perjanjian yang disebut dengan Perjanjian Franco-Siamese yang disepakati pada tanggal 13 Februari Namun dalam perjanjian ini tidak dijelaskan letak Kuil Preah Vihear secara jelas, apakah masuk dalam kedaulatan Kerajaan Thailand atau justru merupakan bagian dari kedaulatan Kerajaan Kamboja (Mangku, 2011). Sehingga akhirnya Pemerintah Kamboja mengajukan masalah status kepemilikan kuil ke Mahkamah Internasional (Volman, 2014).

8 23 II.4.1 Status Kuil Preah Vihear A. Mahkamah Internasional Pada tahun 1953 ketika Kamboja meraih kemerdekaannya, Kamboja mulai mengangkat kasus kepemilikan Kuil Preah Vihear. Kamboja mulai mengajukan masalah kepemilikan kuil ini secara resmi ke Mahkamah Internasional pada tanggal 2 Februari Dimana Mahkamah Internasional merupakan Pengadilan Utama dalam PBB. Pengadilan ini dibentuk pada bulan Juni Proses pengadilan terkait kepemilikan kuil ini dimulai dengan cara mendengarkan opini dari perwakilan Thailand dan Kamboja (International Court of Justice, 2013). Tahap mendengarkan opini pada proses pengadilan ini dimulai pada bulan Maret Thailand dan Kamboja diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat mereka terkait sengketa kepemilikan Kuil Preah Vihear. Kedua negara tersebut saling mengklaim status kepemilikan Kuil Preah Vihear. Thailand mengklaim atas kepemilikan kuil berdasarkan peta yang dibuat pada tahun Saat itu Pemerintahan Kerajaan Siam menyepakati sebuah perjanjian dengan Perancis bahwa Kuil Preah Vihear berada di dalam kedaulatan Thailand.

9 24 Sedangkan Kamboja juga mengklaim atas kepemilikan kuil ini. Klaim yang dilakukan oleh Kamboja berdasarkan peta tahun 1907 yang disepakati oleh Pemerintah Perancis bersama Pemerintah Kerajaan Siam bahwa Kuil Preah Vihear terletak di dalam kedaulatan Kamboja (Menas Border, 2014). Keputusan Mahkamah Internasional pada tanggal 15 Juni 1962, menetapkan secara resmi status kepemilikan Kuil Preah Vihear berada di bawah kedaulatan Kerajaan Kamboja. Keputusan dari Mahkamah Internasional ini didasarkan pada sejarah dari Kuil Preah Vihear yang dibangun oleh suku asli Kamboja yakni Suku Khmer. Keputusan Mahkamah Internasional menyatakan bahwa Thailand harus menarik pasukan militernya yang ada disekitar Kuil Preah Vihear, yang sudah ditempatkan dari tahun Hal ini bertujuan untuk menghormati kedaulatan Kamboja. Thailand juga harus mengembalikan semua prasasti dan arca yang dulu pernah diambil dari Pemerintah Kamboja agar diletakan kembali di dalam Kuil Preah Vihear (International Court of Justice,1962). Penetapan kuil ini juga berdasarkan peta yang telah disepakati Perancis saat masih menduduki Kamboja dengan Pemerintahan Siam pada tahun 1907, yang mana Kuil Preah Vihear masuk dalam kedaulatan Kamboja (Putra, et al, 2013). Sehingga Thailand harus menerima keputusan Mahkamah Internasional karena keputusan Mahkamah Internasional

10 25 bersifat mutlak dan pihak yang bersengketa tidak dapat melakukan banding. Untuk itu, Thailand pun menerima keputusan Mahkamah Internasional terkait penetapan letak dari Kuil Preah Vihear. Namun walaupun Thailand telah menerima keputusan terkait status kepemilikian Kuil Preah Vihear, Thailand masih terus berupaya untuk memperebutkan 4,6 km 2 daerah disekitar kuil yang belum dinyatakan status kepemilikannya dalam keputusan Mahkamah Internasional (Volman, 2014). B. Keputusan UNESCO Pada tahun 2001 sebagai langkah perlindungan terhadap Kuil Preah Vihear, Pemerintah Kamboja mengajukan agar kuil ini mendapatkan perlindungan sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia dari UNESCO (Volman, 2014). Sesuai dengan Conventation World Heritage tahun 1972, apabila sebuah situs kebudayaan telah mendapatkan status sebagai Warisan Budaya Dunia maka situs tersebut akan mendapatkan perlindungan dari masyarakat dunia (UNESCO, 2015). Tahun 2008, UNESCO akhirnya menetapkan Kuil Preah Vihear sebagai Warisan Dunia milik Kamboja. Penatapan ini dikarenakan Kuil Preah Vihear memiliki kriteria bangunan dan detail dekorasi yang dibangun oleh Suku Khmer yang dinilai sangat luar biasa. Keaslian bangunan ini juga menjadi dasar

11 26 dalam penetapan Kuil Preah Vihear sebagai Warisan Dunia. Bangunan kuil ini terdiri dari arsitektur pahatan di bebatuan yang menggambarkan kondisi alam sekitar dan filosopi dari umat agama Hindu. Pembangunan kuil ini juga didedikasikan untuk pemujaan dan menghormati Dewa Siwa. Di dalam kuil ini juga terdiri dari serangkaian tempat suci yang panjangnya 800 meter yang saling berhubungan (UNESCO, 2014). Penetapan Kuil Preah Vihear ini mendapatkan penolakan dari pihak Thailand. Pada awalnya Thailand menerima keputusan Mahkamah Internasional terkait status penetapan letak Kuil Preah Vihear menjadi bagian dari kedaulatan Kamboja, namun ketika kuil ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia milik Kamboja oleh UNESCO. Sehingga pada akhirnya memicu timbulnya konflik antara Kamboja dan Thailand. Sampai pada akhirnya di tahun 2011 konflik ini mengalami puncaknya sehingga menelan korban jiwa. Melihat kondisi ini, Pemerintah Kamboja segera meminta bantuan pihak ketiga dalam membatu penyelesaian konflik yang telah terjadi (Putra, et al, 2013). II.4.2 Penolakan Thailand Terhadap Status Kuil Preah Vihear Penetapan status Kuil Preah Vihear oleh Mahkamah Internasional dan UNESCO memicu timbulnya penolakan dari pihak Thailand. Penetapan status kuil oleh Mahkamah Internasional mendapat reaksi

12 27 negatif dari Thailand. Penetapan yang didasarkan pada peta yang dibuat pada tahun 1907 ini dianggap tidak sah karena peta ini hanya dibuat secara sepihak oleh Perancis. Selain itu Thailand beranggapan bahwa, jika menggunakan garis daerah aliran sungai yang benar dalam penetapan garis batas seharusnya Kuil Preah Vihear masuk dalam daerah kedaulatan Thailand. Sehingga dengan demikian Thailand meminta agar Mahkamah Internasional meninjau kembali keputusannya terkait penetapan Kuil Preah Vihear. Namun Mahkamah Internasional menolak permintaan Thailand karena keputusan tersebut sudah dianggap sah dan mutlak untuk menetapkan Kuil Preah Vihear masuk dalam kedaulatan Kamboja (Putra, et al, 2013). Thailand juga menolak penetapan status terhadap Kuil Preah Vihear yang dilakukan oleh UNESCO. UNESCO menetapkan kuil ini sebagai Warisan Budaya Dunia yang berasal dari Kamboja. Adapun alasan dari penolakan yang dilakukan oleh Thailand ialah karena Thailand menganggap bahwa kuil ini bukan milik Kamboja, karena bukan hanya masyarakat Kamboja saja yang melakukan persembahyangan di dalam Kuil Preah Vihear namun masyarakat Thailand yang hidup di sekitar kuil ini juga bersembahyang di dalam kuil tersebut. Thailand juga mempermasalahkan 4,6 km 2 daerah di sekitar Kuil Preah Vihear. Baik dalam penetapan yang telah dilakukan oleh Mahkamah Internasional dan UNESCO, daerah ini belum ditetapkan masuk dalam kedaulatan Thailand ataupun Kamboja. Sehingga konflik antara Thailand dan Kamboja pun terus berlanjut. Untuk menyelesaikan

13 28 konflik ini, Kamboja meminta bantuan kepada pihak ketiga. Namun Thailand menginginkan konflik ini dapat diselesaikan dengan cara bilateral (Volman, 2014). Keinginan dari Thailand ini didasarkan pada kepercayaan diri Thailand terhadap kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan dari Thailand jauh lebih besar dibandingkan kekuatan yang dimilki oleh Kamboja. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1 di bawah ini. TABEL 1 Perbandingan Kekuatan (power) Thailand-Kamboja Kekuatan Thailand Kamboja Size (ukuran) km km Populasi (2009) jiwa jiwa Ekonomi (2009) US$ US$ Militer personil personil Sumber : KOMPAS, 2014 Tabel yang diinformasikan oleh penulis di atas menunjukan data-data seperti ukuran luas daerah, populasi, ekonomi dan militer dari Thailand dan Kamboja pada tahun Thailand memiliki luas wilayah yang jauh lebih besar dari Kamboja. Luas wilayah Thailand hampir 5 kali luas wilayah Kamboja. Begitu pula dengan populasi, ekonomi dan militer yang dimiliki oleh Thailand lebih besar dibandingkan Kamboja. Sehingga melihat power

14 29 Thailand yang lebih kuat menjadi salah satu alasan Thailand lebih memilih menyelesaikan konflik secara bilateral. II.4.3Konflik Bersenjata Kamboja dan Thailand Penetapan status Kuil Preah Vihear oleh UNESCO ini memicu munculnya konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja. Konflik ini di mulai pada tanggal 15 Juli Hal ini dilihat dari tertangkapnya 3 demonstran asal Thailand yang memasuki daerah Preah Vihear. Disini juga mulai muncul isu adanya ranjau yang sudah disebarkan di daerah Kuil Preah Vihear. Sehingga tanggal 3 Agustus 2008 untuk pertama kalinya terjadi kontak senjata antara pasukan militer Thailand dan Kamboja. Konflik ini mengakibatkan terlukanya seorang tentara asal Kamboja. Kontak senjata antara pasukan militer kedua negara itu terus terjadi hingga 15 Oktober Tiga tentara Kamboja dan seorang tentara Thailand tewas dalam konflik ini (Antaranews, 2014). Penetapan status Kuil Preah Vihear oleh UNESCO juga berakibat terhadap pembatalan MoU yang telah dilakukan oleh Thailand dan Kamboja. MoU kedua negara tersebut membentuk Commission for the Bilateral Cooperation. Dalam MoU ini kedua negara sepakat untuk bekerjasama untuk mencegah terjadinya penyelundupan narkoba dan perdagangan manusia di daerah perbatasan Kamboja dan Thailand. Penetapan ini juga telah membatalkan kesepakatan Thailand dan Kamboja pada tahun 2004 untuk melakukan pembangunan dan perlindungan bersama

15 30 terhadap Kuil Preah Vihear. Thailand berencana untuk membangun pintu akses masuk dari Thailand menuju Kuil Preah Vihear (Yoosuk, 2013). Konflik kedua negara ini terus berlanjut. Kedua negara baik Kamboja maupun Thailand juga membangun pangkalan militer dan melakukan patrol di sekitar Kuil Preah Vihear. Thailand mulai memperluas penyebaran pasukan militernya dengan menduduki daerah Ta Maon. Menanggapi sikap dari Thailand ini, Kamboja pun menurunkan pasukan militer untuk berpatroli di sekitar daerah Kuil Preah Vihear dan menduduki daerah Ta Krabei yang terletak dekat Ta Maon. Kedua pasukan militer ini saling melakukan patroli di sekitar kuil sehingga memicu munculnya kontak senjata diantara pasukan militer kedua negara tersebut (Crisis Group Asia Report, 2011). Kontak senjata yang terjadi antara Thailand dan Kamboja mengalami puncaknya pada tanggal 22 April dan 3 Mei 2011, yang diperkirakan menelan 18 korban nyawa. Sehingga Kamboja kembali membawa kasus pertikaian perebutan Kuil Preah Vihear ke Mahkamah Internasional. Kamboja meminta agar Mahkamah Internasional meninjau kembali keputusan yang telah dibuat pada tahun 1962 terkait penetapan status kepemilikan Kuil Preah Vihear. Mahkamah Internasional pun menegaskan kembali Kuil Preah Vihear berada dalam bagian kedaulatan Kerajaan Kamboja, oleh sebab itu Thailand harus menarik pasukan militernya dari daerah Preah Vihear. Mahkamah Internasional juga menyatakan untuk menetapkan zona demiliterisasi seluas 17km di daerah sekitar Kuil Preah Vihear. Melalui penetapan zona demiliterisasi ini, baik

16 31 itu pasukan tentara dari Kamboja maupun Thailand dilarang untuk memasuki atau melakukan patroli di daerah tersebut (Volman, 2014). Masalah kepemilikan yang tidak jelas inilah yang menyebabkan terjadi sengketa yang kemudian berlanjut dengan konflik bersenjata di wilayah sekitar Kuil Preah Vihear. Konflik bersenjata tersebut telah menewaskan tiga tentara Kamboja dan membuat empat tentara Thailand luka-luka. Kemarahan warga Kamboja yang merupakan korban dari konflik perbatasan ini menyebabkan dibakarnya kedutaan Thailand dan beberapa usaha milik warga Thailand yang berada di Kamboja. Melihat konflik yang terjadi, Pemerintah Kamboja dan Thailand berupaya untuk menyelesaikan konflik ini. Berbagai pertemuan bilateral baik formal mupun informal telah dilakukan oleh kedua negara ini. Namun sayangnya pasukan militer kedua negara masih melakukan kontak senjata. Sehingga untuk menyelesaikan konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja ini, Pemerintah Kamboja memutuskan meminta bantuan pada pihak ketiga, yakni Dewan Keamanan PBB. Keputusan Kamboja untuk membawa masalah konflik perbatasan ini ke Dewan Keamanan PBB dikarenakan kurangnya kepercayaan Kamboja terhadap ASEAN dalam menyelesaikan konflik. ASEAN selama ini bersikap kurang proaktif dalam menanggapi konflik yang terjadi diantara negara anggotanya. ASEAN biasanya hanya sebatas mengeluarkan pernyataan agar konflik yang sedang terjadi dapat segera diselesaikan dengan jalan damai. Menanggapai permintaan Kamboja di tahun 2011 ini, Dewan Keamanan PBB memerintahkan ASEAN agar segera menyelesaikan konflik ini.

17 32 Sikap Thailand dalam menyelesaikan konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja ini sangat dipengaruhi oleh keadaan pemerintahan yang berlangsung dalam negaranya. Dalam Pemerintahan Thailand terjadi perbedaan pendapat dalam penyelesaian konflik ini. Departemen Pertahanan Thailand menolak adanya bantuan dari pihak lain dalam hal ini ASEAN, mereka menginginkan konflik ini dapat diselesaiakan dengan Kamboja secara bilateral. Namun Departemen Luar Negeri Thailand justru menerima bantuan pihak ketiga yakni ASEAN dalam penyelesaian konflik ini. Pada pemilu tahun 2011, Thailand mengadakan sebuah pemilu dan mengalami pergantian Perdana Menteri. Terpilihnya Perdana Menteri Yingluck Shinawatra ternyata berdampak cukup positif dalam konflik yang terjadi antara Thailand dengan Kamboja. Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Yingluck, Thailand mulai menerima peran ASEAN dalam membantu kedua negara untuk menyelesaikan konflik perbatasan antara Thailand dan Kamnoja. Hal ini dikarenakan di tahun yang sama Thailand mengalami bencana yakni banjir sehingga saat itu Pemerintah Thailand lebih fokus untuk menyelesaikan urusan dalam negerinya. Keterbukaan Pemerintah Thailand ini menjadi awal dari keterlibatan ASEAN dalam menyelesaikan konflik perbatasan antara Thailand dengan Kamboja. Dalam penyelesaian konflik ini, ASEAN menggunakan mekanisme penyelesaian konflik melalui jalur mediasi. ASEAN selaku mediator melakukan pendekatan dengan kedua negara yang berkonflik sehingga dapat memberikan rekomendasi penyelesaian konflik yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Namun rekomendasi dari ASEAN ini

18 33 bersifat tidak memaksa atau mengikat. Baik Thailand maupun Kamboja berhak untuk menerima ataupun menolak rekomendasi yang diajukan oleh ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang

BAB V KESIMPULAN. berbatasan langsung dengan Negara Laos, Kamboja, Vietnam adalah Negara yang BAB V KESIMPULAN Dalam bab V ini saya akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab yang sebelumnya. Dimulai dari sejarah di kedua negara yang bersengketa dan point-point yang telah di bahas di bab sebelumnya.

Lebih terperinci

STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA DENGAN MILITER THAILAND TAHUN 2011

STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA DENGAN MILITER THAILAND TAHUN 2011 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (1): 37-48 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2014 STRATEGI KAMBOJA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KUIL PREAH VIHEAR PASCA BENTROKAN BERSENJATA

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN DINAMIKA SENGKETA THAILAND-KAMBOJA. Negara dan letak geografisnya. Di dalam BAB II ini akan di bagi menjadi

BAB II SEJARAH DAN DINAMIKA SENGKETA THAILAND-KAMBOJA. Negara dan letak geografisnya. Di dalam BAB II ini akan di bagi menjadi BAB II SEJARAH DAN DINAMIKA SENGKETA THAILAND-KAMBOJA Dalam BAB II ini saya akan membahas tentang sejarah dan dinamika sengketa Thailand dan Kamboja dan akan di jelaskan dengan sejarah di kedua Negara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. goe-politik dan ekonomi dari Negara-negara di kwasan Asia Tenggara, yang

BAB IV GAMBARAN UMUM. goe-politik dan ekonomi dari Negara-negara di kwasan Asia Tenggara, yang BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil ASEAN 1. ASEAN Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) merupakan suatu organisasi goe-politik dan ekonomi dari Negara-negara di kwasan Asia Tenggara, yang didirikan

Lebih terperinci

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang Bahasa resmi Lagu kebangsaan Agama Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

Sumber Hukum Internasional : Prinsip Prinsip Umum Hukum (General Principles of Law)

Sumber Hukum Internasional : Prinsip Prinsip Umum Hukum (General Principles of Law) Sumber Hukum Internasional : Prinsip Prinsip Umum Hukum (General Principles of Law) Prinsip umum hukum adalah salah satu sumber hukum internasional.prinsip umum hukum adalah salah satu dari sumber hukum

Lebih terperinci

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI]

KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] KONFLIK LAUT TIONGKOK SELATAN [DEWI TRIWAHYUNI] INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA 2015 1 HISTORICAL BACKGROUND 2 Secara geografis kawasan Laut Cina Selatan dikelilingi sepuluh

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kedaulatan maupun kepentingan masing-masing, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kedaulatan maupun kepentingan masing-masing, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan di dalam hubungan Internasional merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh setiap negara. Hal ini menyangkut hubungan antara negara dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman

Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume: 2 No: 2 Tahun 2013 Halaman http://www.fisipundip.ac.id Abstraksi : STRATEGI INDONESIA DALAM KEPEMIMPINAN ASEAN 2011 (ANALISIS PERANAN INDONESIA SEBAGAI PENENGAH KONFLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan

BAB V KESIMPULAN. mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan BAB V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada bab I, terdapat empat hal

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab

BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA. sengketa Thailand dan Kamboja ini dan akan di bagi menjadi beberapa sub bab BAB IV UPAYA ASEAN SEBAGAI MEDIATOR DALAM SENGKETATHAILAND-KAMBOJA Dalam BAB IV adalah pembahasan yang terakhir dalam skripsi ini. Dalam BAB IV ini akan membahas bagaimana upaya ASEAN sebagai mediator

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelindung bagi negara anggotanya. Beberapa isu-isu konflik yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelindung bagi negara anggotanya. Beberapa isu-isu konflik yang BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa alasan yang membuat penulis tertarik untuk membahas peran Indonesia sebagai ketua ASEAN (Association of Southeast Asia Nation) 1 2011 dalam upaya

Lebih terperinci

Peradaban Kuno Amerika By: M. Yusuf A X.3. Page 1

Peradaban Kuno Amerika By: M. Yusuf A X.3. Page 1 Peradaban Kuno Amerika By: M. Yusuf A X.3 Page 1 Peradaban Amerika Keadaan Alam Penduduk Inka Kerajaan Aztek Maya Page 2 Keadaan Alam : Benua amerika terdiri atas bagian utara, bagian tengah, dan bagian

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI Oleh: Yasir M Hadi Sebelum kita berbicara tentang masalah konflik antara India dengan Pakistan,terlebih dahulu kita harus

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam di Thailand paling tidak memiliki sejarah sejak abad ke 15 M. Selama itu juga Islam tumbuh di wilayah ini dipengaruhi oleh lingkungan baik secara

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) A. Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) 1. Lahirnya ASEAN (Association of South East Asian Nations) Kerja sama antarbangsa dalam satu kawasan perlu dijalin. Hal itu sangat membantu kelancaran

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan hukum internasional sebagai bagian dari hukum yang sudah tua, yang mengatur hubungan antar negara tak dapat dipisahkan dari keberadaannya yang saat ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk

BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN. Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai jumlah penduduk BAB II GAMBARAN UMUM DESA BANTAN AIR KECAMATAN BANTAN A. Geografis dan Demografis Desa bantan air merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah 10 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Kesuma Nama Kesuma dulunya namanya adalah Kalam Pasir yang dulunya terletak dipinggir sungai Kundur. Sekitar tahun 70-an bupati Alamsyah berkunjung

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada

I. PENDAHULUAN. kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggal 22 Agustus 1991, ribuan orang berkumpul memadati lapangan utama kota Grozny, ibu kota Chechnya, setelah mendengar kabar Uni Soviet berada diambang kehancuran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah atau teritori adalah salah satu manifestasi paling utama dari kedaulatan suatu negara.oleh karena itu dalam lingkungan wilayahnya tersebut suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu berinteraksi dengan sesama anggota masyarakat lainnya. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

Biodata: : Kallula Harysnta Esterlita Tempat & tanggal Lahir : Jakarta, 26 Maret 1989 NIM :

Biodata: : Kallula Harysnta Esterlita Tempat & tanggal Lahir : Jakarta, 26 Maret 1989 NIM : Biodata: Nama : Kallula Harysnta Esterlita Tempat & tanggal Lahir : Jakarta, 26 Maret 1989 NIM : 207000309 Program Studi : Hubungan Internasional ABSTRACT Name : Kallula Harsynta Esterlita Student ID :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra.

BAB V KESIMPULAN. Malaka membuat jalur perdagangan beralih ke pesisir barat Sumatra. BAB V KESIMPULAN Sumatra Barat punya peran penting dalam terbukanya jalur dagang dan pelayaran di pesisir barat Sumatra. Berakhirnya kejayaan perdagangan di Selat Malaka membuat jalur perdagangan beralih

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

Gambaran Materi Pelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 6 Semester 1 Tahun Ajaran Minggu Topik Materi Umum Materi Adaptasi

Gambaran Materi Pelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 6 Semester 1 Tahun Ajaran Minggu Topik Materi Umum Materi Adaptasi I. Program Mingguan Gambaran Materi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas 6 Semester 1 Tahun Ajaran 2008-2009 Minggu Topik Materi Umum Materi Adaptasi 1 (21-25 Juli) Wilayah administrasi Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kecamatan Tasik Putri Puyu Kecamatan Tasik Putri Puyu merupakan Kecamatan yang dibentuk pada tanggal 24 juli tahun 2012. Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS

BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS 13 BAB II GAMBARAN KELURAHAN TERKUL KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS A. Geografi Kelurahan Terkul adalah kelurahan yang terletak di samping kota Batupanjang kecamatan Rupat, dengan status adalah sebagai

Lebih terperinci

Makalah Pendidikan Pancasila

Makalah Pendidikan Pancasila Makalah Pendidikan Pancasila PANCASILA MELAWAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Di susun oleh : Nama : Anggita Dwi Chrisyana No : 11.12.6279 Jurusan : S1-Sistem Informasi FAKULTAS S1 SISTEM INFORMASI STMIK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Parit Hidayat memilikii kondisi geografis dengan tipologi daerah datar dan didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah 517.25 Km,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN NOTA KESEPAHAMAN (MOU) ANTARA KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK FEDERASI JERMAN MENGENAI

Lebih terperinci

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus

BAB V PENUTUP. diatur oleh hukum internasional yakni okupasi terhadap suatu wilayah harus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka penulis mencoba menarik kesimpulan, yaitu: Pertama, telah terjadinya pelanggaran klaim kedaulatan wilayah yang dilakukan

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 16 IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1 Administrasi dan Geografis Secara administratif Pit Ata terletak di tiga desa yaitu Desa Batuharang, Desa Gunung Raya dan Desa Produksi. Ketiga desa ini terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi sampai saat ini baik Kamboja maupun Thailand masih sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. tetapi sampai saat ini baik Kamboja maupun Thailand masih sama-sama BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Wilayah kuil Preah Vihear merupakan sebuah wilayah yang terletak diperbatasan antara Kamboja dan Thailand, wilayah perbatasan ini sejak lama menjadi rebutan

Lebih terperinci

Dalam bidang ekonomi, krisis keuangan yang menimpa negara-negara Eropa seperti Portugal

Dalam bidang ekonomi, krisis keuangan yang menimpa negara-negara Eropa seperti Portugal KOPI, Permasalahan dunia kian hari kian sulit dan semakin kompleks, mulai dari kemiskinan, krisis ekonomi, pemanasan global, terorisme hingga epidemi penyakit baru. Permasalahan-permasalahan itu akan sangat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan sistem satu partai atau partai tunggal dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu, semua partai politik termasuk AFPFL dihilangkan. Ne Win menganggap bahwa banyaknya partai politik akan mengacaukan pemerintahan

Lebih terperinci

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65

Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65 Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang terkenal dengan jumlah penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, melalui sensus

Lebih terperinci

Eropa Pasca Perang Dingin.

Eropa Pasca Perang Dingin. Eropa Pasca Perang Dingin sudrajat@uny.ac.id/ Konstelasi Politik Global Runtuhnya Uni Soviet mengubah peta politik dunia dari bipolar menjadi multipolar. Amerika Serikat menjadi polisi dunia yang berusaha

Lebih terperinci

(b) Senaraikan kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh masyarakat tersebut.

(b) Senaraikan kegiatan ekonomi yang dijalankan oleh masyarakat tersebut. SEJARAH TINGKATAN 4 SOALAN DAN JAWAPAN BAB 3 : TAMADUN AWAL ASIA TENGGARA Tajuk : Kerajaan Agraria Salan Struktur Salah satu bentuk kerajaan yang muncul dalam tamadun awal di Asia Tenggara dikategrikan

Lebih terperinci