RANCANG BANGUN DAN KARAKTERISASI INDUKTOR ELEKTROMAGNET MEDAN TINGGI SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN DAN KARAKTERISASI INDUKTOR ELEKTROMAGNET MEDAN TINGGI SKRIPSI"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN DAN KARAKTERISASI INDUKTOR ELEKTROMAGNET MEDAN TINGGI SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Pada Universitas Negeri Semarang Oleh M. Khoirul Zein NIM JURUSAN FISIKA FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 2006

2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang ujian skripsi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Semarang, Pembimbing I Pembimbing II Drs. Agus Yulianto, M.Si. NIP Dr. Sugianto, M.Si. NIP ii

3 PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Ujian Skripsi Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Pada: Hari : Sabtu Tanggal : 25 Februari 2006 Panitia Ujian

4 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benarhasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk secara ilmiah. Semarang, Februari 2006 M Khoirul Zein NIM iv

5 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Hidup itu berjalan Skripsi ini saya persembahkan untuk : 1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendoakanku dan memberikanku kasih sayangnya tak terbatas ruang dan waktu. 2. Gendok, mbak dan kakakku tersayang. 3. Maya Harsasi

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini telah tersusun dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. M. Sukisno, M.Si, ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang. 2. Bapak Drs. Agus Yulianto, M.Si, dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. 3. Bapak Dr. Sugianto, M.Si, dosen pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan kepada penulis. 4. Bapak Drs. Suharto Linuwih, M. Si, dosen wali yang telah memberikan perwalian kepada penulis. 5. Drs. Hadi Susanto, M.Si, Kepala Laboratorium Fisika Unnes yang telah memberiku kemudahan dalam peminjaman peralatan laboratorium. 6. Wasi Sakti, S.Pd, atas bantuan dan pelayanan kepada penulis. 7. Special thanks untuk Maya Harsasi yang selalu memberiku rasa tentram dan damai. 8. Magnetic Crew Are: Pap Dika, Billi, Warinyok, Tepok, Wiyono, Taqin, Aji, Jati sebagai teman seperjuangan. vi

7 9. Teman-teman di Laboratorium Material: Eko Ariadi, Novi Indri, Rohadiana, Astrid yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi. 10. Kenang Topik, Alpay, Cimung, Ikhsan, Taufik, Sigit, Bang Madi, Yono dan teman-teman di Nglangeni Kost atas bantuannya selama ini. 11. Mas BW, Arif LA dan teman-teman di Buletin EXPRESS, Kompas Mahasiswa, Nuansa serta keluarga besar BP2M Group atas pengertiannya selama ini. 12. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu karena terbatasnya ruang dan waktu. Penulis menyadari bahwa pengetahuan yang penulis miliki masih dangkal dan sempit, sehingga penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis dengan kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak guna perbaikan dan penyempurnaan skipsi ini. Semarang, 25 Februari 2006 Penulis

8 ABSTRAK M. Khoerul Zein, 2006, Rancang Bangun dan Karakterisasi Induktor Elektromagnet Medan Tinggi Pembimbing : I. Drs. Agus Yulianto, M.Si; II. Dr. Sugianto, M.Si Telah dilakukan rancang bangun induktor elektromagnet yang dapat menghasilkan medan magnet berintensitas tinggi. Desain induktor elektromagnet berupa sepasang lilitan kawat (selenoid) dengan teras besi soft magnet di tengahnya. Teras besi dibuat dapat naik turun melalui sebuah pemutar agar lebih fleksibel ketika digunakan untuk memagnetisasi sampel bahan magnet. Karakterisasi alat dilakukan dengan sistem MBL (Microcomputer Based Laboratory) produk Pasco. Hasil Karakterisasi menunjukkan bahwa induktor elektromagnet yang telah dibuat mampu menghasilkan medan magnet di atas satu tesla. Besarnya medan magnet yang dihasilkan bergantung pada besarnya kuat arus listrik yang mengalir serta sifat bahan soft magnet yang digunakan. Keberadaan teras besi telah secara efektif menambah nilai medan magnet yang dihasilkan. Selain bergantung pada kuat arus, besar medan magnet yang dihasilkan juga bergantung pada lebar celah antara dua teras. Perbandingan medan magnet yang diperoleh pada induktor dalam keadaan tanpa teras dan dengan teras menghasilkan permeabilitas magnetik teras sekitar 2,45 μ o. Kata Kunci: Induktor elektromagnet, soft magnet, medan magnet. viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN KELULUSAN... iii PERNYATAAN... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN...1 A. Alasan Pemilihan Judul...1 B. Permasalahan...3 C. Tujuan Penelitian...3 D. Manfaat Penelitian...3 E. Sistematika Skripsi... 4 BAB II LANDASAN TEORI...5 A.. Dasar-Dasar teori Magnetik...5 B.. Sifat Kemagnetan Bahan...7 C.. Kurva Histeresis...11 D.. Medan Magnet...13

10 E.. Elektromagnet...14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN...17 A... T empat Penelitian...17 B... D esain Penelitian...21 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...29 A... P rototipe Elektromagnet Hasil Penelitian...29 B... H asil Karakterisasi Alat...31 BAB V PENUTUP...40 A... Si mpulan...40 B... Sa ran...41 DAFTAR PUSTAKA...42 LAMPIRAN...43 x

11

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Sifat bahan soft magnet dengan berbagai bahan penyusunnya Tabel 3.1. Data pengamatan variasi jarak dengan dan tanpa teras Tabel 3.2. Data pengamatan melalui variasi arus dengan lebar celah tertentu Tabel 3.3. Data pengamatan variasi jarak dari titik celah dengan jarak celah dan arus tertentu Tabel 3.4. Data pengamatan variasi jarak horisontal dari titik pusat celah tanpa arus dengan celah tetap Tabel 3.5. Data pengamatan variasi jarak vertikal dari titik pusat celah inti besi xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Arah gerakan elektron dalam bahan diamagnetik jika diberi medan magnet luar... 7 Gambar 2.2 : Arah domain-domain dalam bahan paramagnetik sebelum diberi medan magnet luar... 8 Gambar 2.3 : Arah domain dalam bahan paramagnetik setelah diberi medan magnet luar... 8 Gambar 2.4 : Arah domain-domain dalam bahan ferromagnetik sebelum diberi medan magnet luar Gambar 2.5 : Arah domain dalam bahan feromagnetik setelah diberi medan magnet luar Gambar 2.6 : Kurva induksi normal Gambar 2.7 : Kurva histeresis Gambar 2.8 : Kurva histeresis bahan soft magnet dan hard magnet Gambar 3.1 : Desain induktor elektromagnet beserta bagian-bagiannya Gambar 3.2 : Induktor elektromagnet beserta intinya Gambar 3.3 : Inti beserta pemutarnya Gambar 3.4 : Diagram induktor elektromagnet beserta magnetic field sensor Gambar 4.1 : Induktor elektromagnet, sumber tegangan beserta alat karakterisasi dari MBL... 30

14 Gambar 4.2 : Karakterisasi menggunakan magnetic field sensor pada lebar celah tertentu Gambar 4.3 : Grafik hubungan medan magnet terhadap jarak dengan teras dan tanpa teras Gambar 4.4 : Grafik hubungan medan magnet terhadap arus Gambar 4.5 : Grafik hubungan medan magnet terhadap jarak secara horisontal dari titik pusat inti, besar arus 1,5 A Gambar 4.6 : Grafik hubungan medan magnet terhadap jarak secara horisontal dari titik pusat inti tanpa arus Gambar 4.7 : Grafik hubungan medan magnet terhadap jarak secara vertikal xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data pengamatanvariasi jarak dengan dan tanpa teras Lampiran 2 : Data pengamatan dengan variasi arus dengan lebar celah antara dua intinya tertentu Lampiran 3: Data pengamatan variasi jarak dari titik celah dengan jarak celah dan arus tertentu Lampiran 4 : Data pengamatan variasi jarak dari titik pusat celah tanpa arus dengan jarak tertentu Lampiran 5 : Data pengamatan variasi jarak dari titik pusat celah secara radial dengan jarak celah dan arus tertentu Lampiran 6 : Besar medan magnet terhadap jarak dengan inti teras Lampiran 7 : Besar medan magnet dengan variasi arus terhadap lebar celah Lampiran 8 : Besar medan magnet dengan variasi arus terhadap jarak celah antara dua iinti secara horisontal dengan arus tertentu Lampiran 9 : Besarnya medan magnet dengan variasi arus terhadap jarak celah antara dua inti dengan tanpa arus Lampiran 10 : Besarnya medan magnet dengan variasi arus terhadap jarak celah antara dua inti dengan arus secara vertikal Lampiran 11: Perhitungan Arus Aman maksimal yang Melalui Induktor dan Medan Magnet yang Dihasilkan Secara Matematis... 60

16

17 BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pemakaian magnet permanen untuk alat-alat listrik maupun untuk industri permainan sangat meningkat sekarang ini. Seperti dikutip oleh Sudirman (2002), berdasarkan data Biro Statistik diketahui bahwa dalam kurun satu tahun nilai total penjualan bahan magnet untuk industri permainan anak di Indonesia mencapai Rp ,00 dan untuk industri alat listrik rumah tangga mencapai Rp ,00. Hal yang cukup memprihatinkan adalah bahwa produk magnet yang digunakan tersebut sekitar 80% masih diimpor dari luar negeri. Magnet permanen yang digunakan pada hampir semua peralatan elektronika dalam prakteknya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, salah satu di antaranya adalah magnet ferit. Magnet jenis ini disintesis dengan menggunakan bahan dasar besi oksida. Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa bahan alamiah besi oksida terdapat secara melimpah di Indonesia, salah satu contohnya adalah dalam bentuk pasir besi. Dalam pasir besi terkandung beberapa anggota besi oksida, misalnya magnetit (Fe 3 O 4 ), maghemit dan hematit (Yulianto, 2002). Kedua bahan yang disebut terakhir memiliki komposisi kimia yang sama (Fe 2 O 3 ) tetapi memiliki struktur kristal yang berbeda (Dunlop, 1997). Dalam kurun empat tahun terakhir, di Laboratorium Kemagnetan Bahan Jurusan Fisika UNNES tengah dilakukan penelitian intensif tentang pasir besi. Dalam penelitian tersebut telah dilakukan beberapa proses, di antaranya adalah pemisahan mineral magnetit dari pengotornya, oksidasi bahan magnetit menjadi 1

18 2 maghemit dan hematit dan pembuatan serbuk barium ferrit yang siap dibuat menjadi magnet permanen. Barium ferit merupakan bahan magnet permanen yang dapat diaplikasikan untuk loudspeaker, motor listrik, dinamo, KWH meter dll. Proses penelitian yang telah menghasilkan bahan magnetik yang telah siap dibuat menjadi magnet permanen tersebut memerlukan sebuah alat induktor elektromagnet yang dapat digunakan untuk memagnetisasi. Prinsip dasar proses tersebut berupa penyearahan domain-domain yang ada dalam bahan oleh induktor elektromagnet. Induktor elektromagnet yang dialiri arus akan membangkitkan medan magnet. Induktor elektromagnet dapat diwujudkan sebagai selenoida kawat dengan inti magnet yang bersifat soft magnet. Arah medan magnet yang diberikan dari utara ke selatan yang mengakibatkan pengkutuban pada bahan magnetik yang arahnya berkebalikan. Mengingat pentingnya alat tersebut guna mendukung berkembangnya riset tentang bahan magnetik yang berkelanjutan maka penulis melakukan penelitian yang berkait dengan rancang bangun alat induktor elektromagnetik medan tinggi. Alat tersebut diharapkan mampu memagnetisasi magnet hasil cetakan menjadi magnet permanen yang siap digunakan. Di antara alasan dilakukannya penelitian ini adalah harga induktor elektromagnet yang sangat mahal di pasaran sehingga diupayakan membuat sendiri dengan keluaran di atas satu tesla. Menurut Griffit (1989) medan magnet satu tesla sudah merupakan medan tinggi.

19 3 B. Permasalahan Permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini meliputi dua masalah utama. Permasalahan pertama menyangkut desain sebuah prototip induktor sehingga didapatkan bentuk induktor elektromagnet medan tinggi yang mampu menghasilkan medan magnet sebesar 1000 mt atau lebih. Permasalahan kedua menyangkut karakterisasi alat agar dapat dikontrol saat dioperasikan. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melakukan rancang bangun induktor elektromagnet yang bisa menghasilkan medan magnet sebesar 1000 mt atau lebih. 2. Melakukan karakterisasi terhadap induktor elektromagnet yang telah dibuat. D. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dapat diperoleh lewat penelitian ini, di antaranya adalah 1. Menambah pengetahuan di bidang kemagnetan bahan. 2. Mendukung penelitian-penelitian lain yang berkaitan dengan karakterisasi bahan/material yang menggunakan medan magnet tinggi. E. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penyusunan skripsi ini adalah : 1. Bagian awal skripsi, berisi tentang halaman judul, abstraksi, halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.

20 4 2. Bagian isi skripsi, terdiri atas: Bab I : Pendahuluan, meliputi alasan pemilihan judul, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II : Landasan teori, berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian dan kerangka berpikir. Bab III : Metodologi penelitian, berisi metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan disertai dengan pembahasan mengenai hasil tersebut. Bab V : Penutup, berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang diajukan. 3. Bagian akhir skripsi, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

21 BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar-Dasar Teori Magnetik Setiap atom terdiri dari inti dan elektron yang bergerak mengelilingi inti. Di samping mengorbit terhadap inti, elektron juga berotasi terhadap sumbunya sendiri (spin). Gerakan elektron ini dipahami oleh para ilmuwan sebagai sumber timbulnya medan magnet. Setiap arus atom merupakan rangkaian tertutup yang berukuran atom yang dapat dirumuskan secara tepat sebagai dipol magnet. Sebenarnya besaran yang sangat diperhatikan adalah momen dipol, karena medan imbas magnet yang ditimbulkan dari suatu atom ditentukan dengan merinci momen dipol magnetnya, m yang secara makro didefinisikan sebagai besaran vektor magnetisasi M. Jika respon molekul secara individu terhadap medan magnet luar yang digunakan dikaji sampai tuntas, maka akan sampai pada teori untuk permeabilitas dan hubungan B terhadap H semua jenis bahan. Dengan demikian dapat ditunjukkan secara sederhana bagaimana perilaku magnet guna menurunkan perkiraan tingkat besaran yang benar untuk nilai permeabilitas dalam kasus kemagnetan dalam bahan. Secara makro ada dua vektor medan yaitu medan B dan intesitas medan luar H yang dihubungkan melalui persamaan: B = µ o (H + M)...(1) Pada ruang hampa nilai magnetisasi M akan sama dengan nol sehingga diperoleh persamaan: 5

22 6 B =µ o H...(2) dengan µ o dikenal sebagai parameter permeabilitas magnetik dalam ruang hampa yang besarnya µ 7 o = 4π.10 Ns 2 /C 2. Medan magnet dalam bahan dipengaruhi oleh intensitas medan magnet luar H dan besarnya magnetisasi oleh bahan M. Hubungan antara H dan M sesuai persamaan : M = χ m H...(3) dengan χ m merupakan besaran skalar tanpa dimensi yang dikenal dengan supsebilitas magnetik bahan, sedangkan antara B dan H terdapat hubungan yang linier sesuai persamaan : B = µ H...(4) dengan µ dikenal sebagai parameter permeabilitas magnetik dalam bahan yang besarnya µ = µ o (1 + χ m)...( 5) Mengacu persamaan (1), maka besarnya medan magnet di dalam bahan adalah : B = µ (H + M)...(6) Subtitusikan persamaan (3) dan (5) ke persamaan (6), maka akan diperoleh persamaan umum untuk medan magnet di dalam bahan : B = µ o (1 + χ m)(h + χ mh) (7) atau B = (µ o + 2µ o χ m + µ o χ m 2 )H...(8)

23 7 B. Sifat Kemagnetan Bahan Berdasarkan sifat medan magnet atomis, bahan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu diamagnetik, paramagnetik dan ferromagnetik. Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol. Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya berlawanan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. Diamagnetik Resultan medan magnet atomis Medan magnet dari luar Gambar 2.1. Arah gerakan elektron dalam bahan diamagnetik jika diberi medan magnet luar. Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron sehingga semua bahan bersifat diamagnetik karena atomnya mempunyai elektron orbital. Bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Dalam bahan diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini tidak menarik garis gaya. Permeabilitas bahan diamagnetik adalah μ < μ0 dan suseptibilitas magnetiknya χ < 0. Contoh bahan diamagnetik yaitu : bismut, perak, emas, m tembaga dan seng.

24 8 Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan atomis masing-masing atom/molekulnya tidak nol, tetapi resultan atomis total seluruh atom/molekul dalam bahan nol. Hal ini disebabkan karena gerakan atom/molekul acak, sehingga resultan medan magnet atomis masing-masing atom saling meniadakan, seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Arah domain-domain dalam bahan paramagnetik sebelum diberi medan magnet luar. Bahan ini jika diberi medan magnet luar, maka elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar, seperti ditunjukkan Gambar 2.3. Sifat paramagnetik ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil. H Gambar 2.3. Arah domain dalam bahan paramagnetik setelah diberi medan magnet luar.

25 9 Permeabilitas bahan paramagnetik adalah μ > μ0, dan suseptibilitas magnetik bahannya χ > 0. Contoh bahan paramagnetik : alumunium, m magnesium, wolfram dan sebagainya. Bahan diamagnetik dan paramagnetik mempunyai sifat kemagnetan yang lemah. Perubahan medan magnet dengan adanya bahan tersebut tidaklah besar apabila digunakan sebagai pengisi kumparan toroida. Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis besar. Hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik spin elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan oleh suatu atom lebih besar. Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi diantara atom-atom tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan mensejajarkan diri membentuk kelompok-kelompok. Kelompok atom yang mensejajarkan dirinya dalam suatu daerah dinamakan domain. Bahan ferromagnetik sebelum diberi medan magnet luar mempunyai domain yang momen magnetiknya kuat, tetapi momen magnetik ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain sehingga medan magnet yang dihasilkan tiap domain saling meniadakan, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4.

26 10 Gambar 2.4. Arah domain-domain dalam bahan ferromagnetik sebelum diberi medan magnet luar. Bahan ini jika diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini akan mensejajarkan diri searah dengan medan magnet dari luar, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.5. Semakin kuat medan magnetnya semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan dirinya. Akibatnya medan magnet dalam bahan ferromagnetik akan semakin kuat. Gambar 2.5. Arah domain dalam bahan ferromagnetik setelah diberi medan magnet luar. Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan jenuh atau keadaan saturasi. Permeabilitas bahan ferromagnetik adalah μ >>> μ0 dan suseptibilitas bahannya χ >>> 0. Contoh bahan ferromagnetik : besi, baja, besi silikon dan m lain-lain. Sifat kemagnetan bahan ferromagnetik ini akan hilang pada temperatur

27 11 yang disebut Temperatur Currie. Temperatur Curie untuk besi lemah adalah C, dan untuk baja adalah C (Kraus. J. D, 1970). C. Kurva Histerisis Untuk bahan ferromagnetik magnetisasi bahan M tidaklah berbanding lurus dengan intensitas magnet H. Hal ini tampak dari kenyataan bahwa harga suseptibilitas magnetik χ m bergantung dari harga intensitas magnet H. Bentuk umum kurva medan magnet B sebagai fungsi intensitas magnet H terlihat pada Gambar 2.6. Kurva B(H) seperti ini disebut kurva induksi normal. Bs (a) Bs (b) Bs ( c) a b c H Gambar 2.6. Kurva induksi normal. Pada gambar tampak bahwa kurva tidak berbentuk garis lurus sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antara B dan H tidak linier. Dengan kenaikan harga H, mula-mula B turut naik dengan lancar, tetapi mulai dari satu titik tertentu harga H hanya menghasilkan sedikit kenaikan B dan makin lama B hampir konstan. Keadaan ini disebut dengan kedaan saturasi, yaitu keadaan di mana medan magnet B tidak banyak berubah. Harga medan magnet untuk keadaan

28 12 saturasi disebut dengan Bs atau medan magnet saturasi. Bahan yang mencapai saturasi untuk harga H rendah disebut magnet lunak seperti yang ditunjukkan kurva (a), sedangkan bahan yang saturasinya terjadi pada harga H tinggi disebut magnet keras seperti yang ditunjukkan kurva (c). Untuk bahan ferromagnetik, sesudah mencapai saturasi ketika intensitas magnet H diperkecil hingga mencapai H = 0, ternyata kurva B tidak melewati jalur kurva semula. Pada harga H = 0, medan magnet atau rapat fluks B mempunyai harga Br 0. Jadi apabila arus pada toroida dimatikan (i = 0) maka dalam bahan masih tersimpan fluks induksi. Harga Br ini disebut dengan induksi remanen atau remanensi bahan. Secara umum kurva histeresis seperti ditunjukkan pada Gambar 2.7. B B r -H c 0 H H H Gambar 2.7. Kurva histeresis magnetik Pada gambar tampak bahwa setelah mencapai nol harga intensitas magnet H dibuat negatif (dengan membalik arus lilitan), kurva B(H) akan memotong sumbu pada harga Hc. Intensitas Hc inilah yang diperlukan untuk membuat rapat

29 13 fluks B=0 atau menghilangkan fluks dalam bahan. Intensitas magnet Hc ini disebut koersivitas bahan. Bila selanjutnya harga diperbesar pada harga negatif sampai mencapai saturasi dan dikembalikan melalui nol, berbalik arah dan terus diperbesar pada harga H positif hingga saturasi kembali, maka kurva B(H) akan membentuk satu lintasan tertutup yang disebut kurva histeresis. Bahan yang mempunyai koersivitas tinggi kemagnetannya tidak mudah hilang. Bahan seperti itu baik untuk membuat magnet permanen. D. Medan Magnet Medan magnet adalah ruangan di sekitar magnet yang dialiri arus listrik (Halliday & Resnick, 1989). Medan magnet merupakan besaran vektor yang dinyatakan dengan vektor B. Garis medan medan magnet disebut garis induksi. Seperti halnya pada medan listrik, jumlah garis gaya yang menembus pada suatu permukaan S dapat ditentukan bila medan magnet B pada tiap titik pada permukaan S diketahui. Bila da adalah vektor elemen luas pada S dan B adalah vektor induksi pada elemen luas tersebut, maka jumlah garis gaya atau Fluks Ф yang keluar dari permukaan S adalah: Φ = Β da...(9) s Integral pada persamaan (9) adalah integral permukaan. Integral Β da menyatakan produk skalar antara vektor B dan da. Persamaan (9) juga dapat ditulis: Φ = ΒdΑ cos θ = Β dα (10) s s n

30 14 θ adalah sudut antara vektor B dan da, sedangkan B n = B cos θ adalah komponen B pada arah normal. Hubungan di atas berasal dari gambaran besar medan magnet B sebagai rapat garis gaya tiap satuan luas, sehingga medan magnet B dapat disebut sebagai rapat fluks (Sutrisno dan Tan, 1983). 1. Medan Magnet dalam Kumparan Solenoida Solenoida adalah sebuah kawat panjang yang dililitkan, terbungkus rapat dan mengangkut sebuah arus i. Medan yang ditimbulkan dari solenoida merupakan jumlah vektor dari medan-medan yang ditimbulkan oleh semua lilitan yang membentuk solenoida tersebut. Untuk menghitung besarnya medan yang terdapat dalam solenoida maka digunakan hukum Ampere. Dari hukum Ampere B dl = μ I dapat diperoleh medan di dalam solenoida sebesar : B = μ 0 in...(11) dengan n menyatakan banyaknya lilitan per satuan panjang. Walaupun persamaan (11) digunakan untuk sebuah solenoida ideal yang panjang tak hingga, tetapi persamaan tersebut dapat berlaku untuk titik-titik dalam di dekat pusat solenoida. Persamaan tersebut memperlihatkan bahwa B tidak bergantung pada diameter atau panjang solenoida dan B konstan pada penampang solenoida. c o E. Elektromagnet Elektromagnet merupakan alat yang berfungsi mensejajarkan domaindomain. Domain-domain yang awalnya tidak teratur akan mensejajarkan diri

31 15 searah medan magnet dari luar. Makin kuat medan magnet dari luar makin banyak pula domain yang menyearahkan diri. Akibatnya kuat medan magnet dari bahan makin besar. Arah medan magnet yang diberikan dari utara ke selatan mengakibatkan pengkutuban pada bahan magnetik dengan arah berkebalikan. Besarnya medan magnet sangat dipengaruhi oleh arus yang mengalir, jumlah lilitan kawat tembaga dan inti magnet yang bersifat soft magnet. Arus yang digunakan diperoleh dari sebuah sumber arus. Dengan memberikan medan secara bertahap sebanyak tiga kali akan diperoleh medan magnet sesuai kurva histeris magnet permanen. Dalam praktiknya bahan magnetik dapat dibedakan menjadi dua yaitu soft magnet dan hard magnet. Perbedaan antara kedua bahan diilustrasikan pada Gambar 2.8 di bawah ini. Gambar 2.8. Kurva histeresis bahan soft magnet dan hard magnet. Karakterisasi dari bahan soft magnet yaitu mempunyai loop histeresis yang sempit. Histeresis yang sempit menyebabkan luasannya kecil yang mengakibatkan energi hilang akibat panas relatif kecil. Sesuai dengan persamaan: Ed = C H. db (15)

32 16 Bahan soft magnet merupakan bahan yang mudah dimagnetisasi dan didemagnetisasi. Umumnya bahan ini mempunyai koersivitas intrinsik kurang dari 1000 Am -1. Aplikasi dari bahan soft magnet pada elektromagnet, power supply pada induktor dan transformator. Beberapa sifat bahan soft magnet dengan berbagai bahan penyusunnya ditampilkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Sifat bahan soft magnet dengan berbagai bahan penyusunnya (Sumber : R.G. Carter, 1992) Bahan B S (T) ρ ( Ω m) μ μ max A. Steels Lamination 2,1-2,2 0,4 - (low C) Non-Oriented 2,0-2,1 0,35 - (2% Si) Convent Graint Oriented 2,0 0, (CGO M-4) High Graint Oriented 2,0 0,45 - (HGO) B. Fe-(Ni, Co) alloy Ni 1,6 0, Ni 1,1 0, (square permalloy) 79 Ni 4 Mo 0,8 0, (4 79 Mo permalloy, supermalloy) 49 Co 2 V 2,3 0, (permendur, supermendur) C. Ferrites MnZn 0,5 2 x NiZn 0,

33 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian diawali dengan melakukan perancangan desain induktor elektromagnet medan tinggi. Perancangan dilakukan dengan memperhatikan faktor geometri dan jenis bahan yang digunakan sehingga proses pembuatan lebih lancar. Selain itu, diharapkan nantinya alat yang telah dibuat dapat bekerja secara maksimal. Induktor yang telah dibuat kemudian dikarakterisasi untuk mengetahui besarnya medan magnet yang dihasilkan. Proses karakterisasi dilakukan dengan MBL (Microcomputer Based Laboratory) produksi Pasco. Sensor yang digunakan berupa magnetic field sensor. A. Desain Alat Desain alat dilakukan guna mempermudah dalam pembuatan alat. Tahap awal dalam pendesaianan alat ini adalah dengan membuat induktor elektromagnet berinti besi lunak. Induktor ini memerlukan arus DC yang besar untuk menimbulkan medan magnet tinggi. Arus DC berasal dari regulator tegangan yang bersumber dari jaringan PLN 220 V. Induktor elektromagnet didesain dengan menggunakan inti besi soft magnet yang dapat naik-turun tanpa intinya ikut berputar. Hal ini dirancang dengan menggunakan laker yang ditanam dalam inti besi dan dilas dengan drat. Pemilihan aluminium sebagai tempat lilitan tembaga karena aluminium 17

34 18 merupakan salah satu bahan paramagnetik sehingga tidak menjadi magnet permanen ketika lilitan diberi arus. Skema beberapa bagian induktor elektromagnet yang didesain dalam penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1. a b c d e f g h Gambar 3.1. Desain induktor elektromagnet beserta bagian-bagiannya Keterangan: a. Pemutar yang berfungsi untuk menaik-turunkan inti besi lunak b.drat 25 mm c. Mur 25 mm d.lempeng besi penahan beban inti besi elektromagnet e. Lempeng besi atas penahan beban induktor elektromagnet bagian atas dengan ukuran 20 x 50 cm 2 f. Drat 20 mm sebagai penyangga

35 19 g.induktor elektromagnet h.lempeng besi bawah penahan induktor bawah dengan ukuran 30 x 50 cm 2 Skema induktor elektromagnet beserta inti besinya seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. a b c d e f g Gambar 3.2. Induktor elektromagnet beserta intinya Keterangan: a. Inti besi bagian atas dengan diameter 7,6 cm yang panjangnya 40 cm b.papan kayu bagian atas dengan ukuran 21x21 cm 2 dengan ketebalan 5 cm c. Alumunium berbentuk silinder sebagai tempat lilitan selang tembaga dan kawat tembaga dengan panjang 18 cm dan diameter 8 cm yang dipasang setangkup dengan papan kayu d.papan kayu bagian bawah dengan ukuran 21x21 cm 2 dengan ketebalan 5 cm

36 20 e. Inti besi bagian bawah yang dibuat permanen dengan diameter 7,6 cm dan panjangnya 25 cm f. Selang tembaga diameter 4,9 cm sebagai pendingin g.lilitan kawat tembaga diameter 2 mm sebanyak 419 lilitan untuk induktor bagian atas dan 403 untuk induktor bagian bawah Desain geometri tiga dimensi alat pemutar dengan inti baja soft magnet seperti terlihat pada Gambar 3.3. Tampak bahwa drat dilas dengan laker agar inti tidak berputar ketika naik-turun. a b Gambar 3.3. Inti beserta pemutarnya c e d Keterangan: a. Pemutar b.laker dengan diameter 3,5 cm yang dilas dengan baut diameter 25 mm c. Lubang diameter pada lempeng besi 8 cm agar inti bisa naik-turun

37 21 d.lubang dengan diameter 7 mm guna memasang baut pada induktor Lempeng besi bagian atas dengan ukuran 20 x 50 cm 2 dengan tebal 5 mm B. Karakterisasi Alat Alat yang telah dibuat selanjutnya dikarakterisasi untuk mengetahui besarnya keluaran medan magnet. Proses karakterisasi dilakukan dengan MBL (Microcomputer Based Laboratory) produksi Pasco. Sensor yang digunakan berupa magnetic field sensor. Medan magnet diukur pada saat elektromagnet dialiri arus maupun tidak dialiri arus. Aliran arus digunakan untuk mengetahui besarnya medan magnet yang dihasilkan pada jarak tertentu, sedangkan tanpa aliran arus berfungsi mengetahui besarnya medan magnet yang masih tersimpan dalam inti besi. Susunan alat untuk melakukan karakterisasi elektromagnet ditunjukkan oleh Gambar 3.4. Regulator tegangan Induktor Tegangan AC 220 V Magnetic Gambar 3.4. Diagram induktor elektromagnet beserta magnetic field sensor

38 22 Proses karakterisasi meliputi hal-hal sebagai berikut: 1. Karakterisasi alat dengan variasi jarak dengan dan tanpa inti besi Karakterisasi ini berfungsi untuk mencari besarnya medan magnet dengan dan tanpa inti besi pada jarak dan arus tertentu. Berikut langkah-langkah karakterisasi menggunakan MBL: 1) Memasang salah satu induktor beserta inti besi untuk pengukuran dengan inti dan tanpa inti besi untuk pengukuran tanpa teras. Induktor dihubungkan regulator tegangan. 2) Menghubungkan magnetic field sensor dengan komputer dan memasang magnetic field sensor tepat di tengah-tengah inti besi. Mengaktifkan posisi magnetic field sensor untuk mengukur pada posisi vertikal. Memilih select range 10x pada sensor. 3) Menghidupkan komputer guna mengaktifkan magnetic field sensor produksi Pasco dengan memilih pilihan magnetic field sensor. 4) Memilih besaran medan magnet (gauss dan tesla) sesuai kebutuhan. 5) Menghidupkan regulator tegangan untuk mengalirkan arus. 6) Mengatur arus yang mengalir dengan mengatur besarnya tegangan. 7) Menekan tombol rec untuk memulai penghitungan dan menekan tombol stop untuk menghentikan proses penghitungan. 8) Melakukan variasi besarnya arus dengan lebar celah tetap. 9) Mengulangi pengukuran dengan jarak yang berbeda.

39 23 Data pengamatan variasi jarak dengan dan tanpa inti besi, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1. Data pengamatan variasi jarak dengan dan tanpa inti besi Lebar celah 1 cm No Arus (A) Medan magnet (gauss) Karakterisasi alat melalui variasi arus dengan jarak celah inti tetap Karakterisasi ini berfungsi untuk mencari besarnya medan magnet pada lebar celah tertentu dengan memvariasi besarnya arus yang diberikan. Berikut langkah-langkah karakterisasi menggunakan MBL: 1) Memasang elektromagnet yang dihubungkan regulator tegangan. 2) Mengatur lebar celah melalui pemutar sesuai jarak yang telah ditentukan (1 cm, 2 cm dsb). 3) Menghubungkan magnetic field sensor dengan komputer dan memasang magnetic field sensor tepat di tengah-tengah celah inti besi. Mengaktifkan posisi magnetic field sensor untuk mengukur pada posisi vertikal. Memilih select range 10x pada sensor. 4) Menghidupkan komputer guna mengaktifkan magnetic field sensor produksi Pasco dengan memilih pilihan magnetic field sensor. 5) Memilih besaran medan magnet (gauss dan tesla) sesuai kebutuhan.

40 24 6) Menghidupkan regulator tegangan untuk mengalirkan arus. 7) Mengatur arus yang mengalir dengan mengatur besarnya tegangan. 8) Menekan tombol rec untuk memulai penghitungan dan menekan tombol stop untuk menghentikan proses penghitungan. 9) Melakukan variasi besarnya arus dengan lebar celah tetap. 10) Setelah satu lebar celah terselesaikan, regulator tegangan dimatikan. Mengulangi pengukuran dengan lebar celah yang berbeda. Data pengamatan melalui variasi arus dengan jarak celah inti tetap, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Data pengamatan melalui variasi arus dengan jarak celah inti tetap Lebar celah 1 cm No Arus (A) Medan magnet (gauss) Karakterisasi alat dengan variasi jarak horisontal dari titik pusat celah dengan lebar celah dan arus tetap. Karakterisasi ini berfungsi untuk mencari besarnya medan magnet pada jarak horisontal dari pusat celah inti besi dengan lebar celah dan arusnya tetap. Berikut langkah-langkah karakterisasi menggunakan MBL: 1) Memasang elektromagnet yang dihubungkan regulator tegangan. 2) Mengatur lebar celah melalui pemutar sampai jarak yang telah ditentukan (1 cm, 2 cm dsb).

41 25 3) Menghubungkan magnetic field sensor dengan komputer dan memasang magnetic field sensor tepat di tengah-tengah antara dua celah inti besi. Mengaktifkan posisi magnetic field sensor untuk mengukur pada posisi vertikal. Memilih select range 10x pada sensor. 4) Menghidupkan komputer guna mengaktifkan magnetic field sensor produksi Pasco dengan memilih pilihan magnetic field sensor. 5) Memilih besaran medan magnet (gauss dan tesla) sesuai kebutuhan. 6) Menghidupkan regulator tegangan untuk mengalirkan arus. 7) Mengatur arus yang mengalir dengan mengatur besarnya tegangan (di sini diambil 1,5 A). 8) Menekan tombol rec untuk memulai penghitungan dan menekan tombol stop untuk menghentikan proses penghitungan. 9) Melakukan variasi besarnya jarak secara horisontal dari pusat celah (tepat di tengah-tengah). 10) Setelah satu lebar celah terselesaikan, regulator tegangan dimatikan lalu jarak celahnya diatur lagi. Mengulangi pengukuran dengan lebar celah yang berbeda. Data pengamatan variasi jarak dari titik celah dengan jarak celah dan arus tertentu, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.3.

42 26 Tabel 3.3. Data pengamatan variasi jarak dari titik celah dengan jarak celah dan arus tertentu Lebar celah 1 cm No Jarak (cm) Medan magnet (Gauss) Karakterisasi alat dengan variasi jarak horisontal dari titik pusat celah dengan lebar celah tetap tanpa arus Karakterisasi ini berfungsi untuk mencari besarnya medan magnet pada jarak tertentu dari pusat celah tanpa adanya aliran arus. Berikut langkah-langkah karakterisasi menggunakan MBL: 1) Memasang elektromagnet tanpa dihubungkan regulator tegangan. 2) Mengatur lebar celah melalui pemutar sampai jarak yang telah ditentukan (1 cm, 2 cm dsb). 3) Menghubungkan magnetic field sensor dengan komputer dan memasang magnetic field sensor tepat di tengah-tengah antara dua celah inti besi. Mengaktifkan posisi magnetic field sensor untuk mengukur pada posisi vertikal. Memilih select range 10x pada sensor. 4) Menghidupkan komputer guna mengaktifkan magnetic field sensor dari produksi Pasco dengan memilih pilihan magnetic field sensor.

43 27 5) Memilih besaran medan magnet (gauss dan tesla) sesuai kebutuhan. 6) Menekan tombol rec untuk memulai penghitungan dan menekan tombol stop untuk menghentikan proses penghitungan. 7) Melakukan variasi besarnya jarak secara horisontal dari pusat celah (tepat di tengah-tengah). 8) Setelah satu lebar celah terselaikan. Mengatur lebar celahnya lagi. Mengulangi pengukuran dengan lebar celah yang berbeda. Data pengamatan variasi jarak horisontal dari titik pusat celah tanpa arus dengan lebar celah tetap, seperti yang ditunjukkan Tabel 3.4. Tabel 3.4. Data pengamatan variasi jarak horisontal dari titik pusat celah tanpa arus dengan lebar celah tetap Lebar celah 1 cm No Jarak (cm) Medan magnet (Gauss)

44 28 5. Karakterisasi alat dengan variasi jarak vertikal dari titik pusat celah inti besi. Karakterisasi ini berfungsi untuk mencari besarnya medan magnet pada jarak tertentu dari pusat antara dua celah inti besi dengan lebar celah dan arus tetap. Berikut langkah-langkah karakterisasi menggunakan MBL: 1) Memasang elektromagnet yang dihubungkan regulator tegangan 2) Mengatur lebar celah inti besi melalui pemutar sampai jarak yang telah ditentukan (5 cm). 3) Menghubungkan magnetic field sensor dengan komputer dan memasang magnetic field sensor tepat di tengah-tengah antara dua celah inti besi. Mengaktifkan posisi magnetic field sensor untuk mengukur pada posisi vertikal. Memilih select range 10x pada sensor. 4) Menghidupkan komputer guna mengaktifkan magnetic field sensor dari produksi Pasco dengan memilih pilihan magnetic field sensor. 5) Memilih besaran medan magnet (gauss dan tesla) sesuai kebutuhan. 6) Menghidupkan regulator tegangan untuk mengalirkan arus. 7) Mengatur arus yang mengalir dengan mengatur besarnya tegangan. 8) Menekan tombol rec untuk memulai penghitungan dan menekan tombol stop untuk menghentikan proses penghitungan. 9) Melakukan variasi besarnya jarak secara vertikal dari pusat (tepat di tengah-tengah) di antara celah inti besi.

45 29 10) Setelah satu arus terselaikan. Mengatur arus lagi. Mengulangi pengukuran dengan arus yang berbeda. Data pengamatan variasi jarak vertikal dari titik pusat celah inti besi, seperti ditunjukkan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Data pengamatan variasi jarak vertikal dari titik pusat celah inti besi Lebar celah 1 cm No Jarak (cm) Medan Magnet (gauss)

46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prototipe Elektromagnet Hasil Penelitian Hasil dari penelitian adalah sebuah induktor elektromagnet yang telah dikarakterisasi. Induktor elektromagnet ini mampu membangkitkan medan magnet di atas 1 tesla. Lilitan induktor elektromagnetik menggunakan kawat berdiameter 2 mm dengan 419 lilitan untuk induktor bagian atas dan 403 lilitan untuk induktor bagian bawah. Teras induktor berupa besi baja tipe ST 90. Pilihan terhadap baja jenis tersebut berdasar kemampuan menyimpan medan magnet atau remanensi yang relatif kecil dibanding baja jenis lain yang ditemui di pasaran. Idealnya teras menggunakan bahan soft magnet yang mempunyai remanensi dan koersivitas kecil agar mudah dimagnetisasi dan didemagnetisasi. Pada induktor elektromagnet ini kawat kumparan bagian atas dan bawah dihubungkan searah agar arus mengalir sehingga medan magnet yang dihasilkan tidak terputus. Sedangkan arusnya dibangkitkan melalui regulator tegangan yang perubahannya diukur menggunakan Ampere meter. Berdasarkan hitungan matematis, arus maksimal yang dapat dialirkan ke induktor elektromagnet sebesar 7,8 A tanpa menimbulkan kerusakan pada kawat . Meski demikian, untuk mengantisipasi kerusakan akibat panas yang ditimbulkan oleh arus pada kawat maka digunakan pendingin. Pendingin berupa selang tembaga berdiameter 4,9 mm yang melilit bagian dalam tabung induktor. Selang pendingin dapat bekerja dengan mengalirkan air di dalamnya, 30

47 31 tetapi karena keterbatasan waktu, maka pendingin tersebut belum digunakan. Pada pengambilan data, arus maksimal yang dialirkan sebesar 5 A. Arus tersebut bila dibiarkan dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan panas pada kumparan. Selain itu, aliran arus pada kumparan dapat menyebabkan inti baja menjadi magnet. Ini disebabkan inti yang digunakan termasuk golongan hard magnet sehingga mempunyai remanensi cukup tinggi. Induktor elektromagnet ini dikarakterisasi dengan MBL (Microcomputer Based Laboratory) yang menggunakan magnetic field sensor produksi Pasco untuk mengukur besarnya medan magnet yang dihasilkan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1. Karakterisasi dilakukan dengan melakukan variasi arus dan lebar celah. Khusus untuk karakterisasi besar medan magnet dengan dan tanpa teras, hanya digunakan satu induktor dan teras yang panjangnya 25 cm. Induktor elektromagnet yang telah selesai dibuat sumber tegangan beserta alat karakterisasi dari MBL. Proses pengukuran medan magnet di dalam teras menggunakan magnetic field sensor pada lebar celah tertentu ditunjukkan dengan Gambar 4.2. Gambar 4.1. Induktor elektromagnet, sumber tegangan beserta alat karakterisasi dari MBL

48 32 Gambar 4.2. Karakterisasi menggunakan magnetic field sensor pada lebar celah tertentu B. Hasil Karakterisasi Alat 6. Besarnya medan magnet terhadap jarak dengan dan tanpa teras Dari pengukuran medan magnet terhadap jarak dengan dan tanpa teras dengan arus tertentu diperoleh grafik seperti ditunjukkan pada Gambar Medan magnet (gauss) Jarak (cm) Arus 1,03 A tanpa teras Arus 1,03 A dengan teras Arus 2,05 A dengan teras Arus 2,05 A tanpa teras Gambar 4.3. Grafik hubungan medan magnet terhadap jarak dengan teras dan tanpa teras

49 33 Pada gambar terlihat bahwa semakin kecil jarak titik dari teras maka akan semakin besar medan magnetnya. Besarnya perubahan medan magnet linier terhadap perubahan jarak. Ini berarti, jarak mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kenaikan medan magnet di dalam induktor. Selain itu, arus yang mengalir juga mempunyai peran yang sangat besar dalam perubahan medan magnet. Hal itu bisa terlihat dari perubahan gradiennya. Nilai gradien akan semakin kecil mengikuti bertambahnya arus yang mengalir. Saat arus 1,03 A, pada pengukuran besarnya medan magnet dengan teras diperoleh gradien -472,24, sedangkan pada arus 2,05 A diperoleh gradien sebesar -904,24. Pada pengukuran tanpa teras juga terjadi hal yang sama. Saat arus 1,03 A gradiennya -140,45 dan saat 2,05 A mempunyai gradien -318,3 (data dan grafik lengkapnya bisa dilihat di lampiran). Hal ini menunjukkan bahwa penurunan medan magnet sangat dipengaruhi besarnya arus yang mengalir pada induktor. Artinya, karena gradiennya negatif maka semakin besar arus yang mengalir maka akan besar medan magnet. Berdasar analisis, diperoleh perbandingan besarnya μ μ m o untuk arus 1,03 A sebesar (2,44±0,1) dan arus 2,05 A sebesar (2,565±0,01). Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan besarnya suseptibilitas induktor dengan inti besi baja dan inti udara cukup besar. Untuk bahan soft magnet besarnya perbandingan tersebut berkisar 1,6 (Yulianto,2005). Besarnya angka tersebut menunjukkan bahwa teras mempunyai efek yang sangat besar terhadap peningkatan medan magnet.

50 34 Perbandingan besarnya μ μ m o pada arus 1,03 A yang besarnya (2,44±0,1) dan arus 2,05 A yang besarnya (2,565±0,01) menunjukkan bahwa semakin tinggi arus mengalir maka akan semakin besarnya nilai μ μ m o. Ini menunjukkan bahwa peran teras dan arus yang sangat signifikan menaikkan besarnya medan magnet. 7. Besarnya medan magnet dengan variasi arus terhadap lebar celah Dari pengukuran medan magnet melaui variasi arus dengan lebar celah tertentu diperoleh grafik seperti ditunjukkan pada Gambar Medan magnet (gauss) Arus (A) celah 1 cm celah 2 cm celah 3 cm celah 4 cm celah 5 cm Gambar 4.4. Grafik hubungan medan magnet terhadap arus Pada gambar tampak bahwa medan magnet naik secara linier sebanding dengan kenaikan arus. Pada lebar celah 1 cm ketika induktor dialiri arus 0,5 A ternyata mengahsilkan medan magnet sebesar 0,4409 tesla di pusat inti.

51 35 Penyebabnya adalah besarnya medan magnet remanen pada lebar celah 1 cm di pusat inti yang mencapai 0,3049 tesla (data dan grafik lengkapnya bisa dilihat di lampiran). Meski karakterisasi pada lebar celah 1 cm hanya sampai arus 1,75 A tetapi arus tersebut mampu membangkitkan medan magnet sebesar 0,9101 tesla (data dan grafik lengkapnya bisa dilihat di lampiran). Jika arus dinaikkan lagi, berdasar persamaan gradiennya maka induktor dapat membangkitkan medan magnet di atas 1 tesla. Persamaan gradien pada lebar celah 1 cm dinyatakan dengan y = 4028,8x ,4. Perlu diketahui jika sensor medan magnet produksi Pasco mempunyai keterbatasan untuk mensesnsing medan magnet di atas 0,9999 tesla. Pada Gambar 4.4 juga dapat dilihat bahwa gradien medan magnet terhadap arus akan semakin kecil sejalan dengan besarnya lebar celah. Pada lebar celah 1 cm gradiennya 4028 sedangkan pada lebar celah 2 cm gradiennya akan menurun menjadi 2310,9 dan akan terus menurun jika lebar celah diperbesar. Pada lebar celah 5 cm bahkan gradien menurun cukup tajam menjadi 480,01 (data dan grafik lengkapnya bisa dilihat di lampiran). Artinya semakin sempit lebar celah maka tingkat kenaikan medan magnet semakin besar. Sebaliknya semakin besar lebar celahnya maka tingkat kenaikan medan magnet yang dihasilkan lebih kecil. Gejala tersebut dapat terlihat pada perbandingan selisih kenaikan medan magnet. Saat naik dari 0,5 A ke 0,78 A pada lebar celah 1 cm selisihnya 0,1227 tesla sedang saat dari 0,5 A ke 0,78 A pada lebar celah 2 cm selisihnya 0,0773 tesla. Pada celah lainpun akan tampak bila dicermati lebih seksama. Selain itu, tampak pula

52 36 bahwa besarnya kenaikan medan magnet pada arus yang sama, sangat ditentukan oleh lebar celahnya. 8. Besarnya medan magnet dengan variasi jarak horisontal dari titik pusat celah dengan lebar celah dan arus tetap Dari pengukuran medan magnet dengan variasi jarak secara horisontal dari titik pusat celah, menggunakan arus 1,5 Ampere dengan lebar celah tertentu, diperoleh grafik seperti ditunjukkan pada Gambar Medan magnet (gauss) celah 1 cm celah 2 cm celah 3 cm celah 4 cm celah 5 cm Jarak (cm) Gambar 4.5. Grafik hubungan medan magnet terhadap jarak secara horisontal dari titik pusat inti, besar arus 1,5 A Pada gambar tampak bahwa saat arus 1,5 A, secara longitudinal medan magnet yang dihasilkan di dalam teras cenderung homogen, terutama untuk lebar celah 1 cm. Pada lebar celah 2 cm, 3 cm, 4 cm dan 5 cm meski tidak sehomogen pada lebar celah 1 cm tetapi kecendrungan homogenitasnya masih terlihat. Pada medan benar-benar terkonsentrasi di dalam teras. Homogenitas lebar celah 1 cm disebabkan besarnya medan magnet remanen teras pada celah sempit. Artinya,

53 37 semakin jauh jarak dari pusat inti maka akan semakin kecil medan magnet yang disebabkan pengaruh medan magnet dari teras sudah mulai berkurang. Pada jarak 2 cm dari pusat teras, homogenitas medan masih dapat terlihat, tetapi pada lebar celah 2 cm, 3 cm dan 4 cm ketika titik berada pada jarak 3 cm dari titik pusat medan magnet yang dihasilkan mulai menurun tajam. Ini disebabkan letak titik yang berada di pinggir teras. Jadi besarnya medan magnet di dalam teras secara longitudinal mempunyai medan magnet yang hampir sama karena berada pada yang sama dengan permukaan teras. Medan magnet yang berada di luar teras tampak tidak homogen, bahkan menurun mendekati ekponensial terhadap jarak. Semakin jauh dari teras maka medan magnet yang dihasilkan akan semakin kecil. Pada lebar celah 1 cm terlihat bahwa saat titik berada di luar teras, medan magnet langsung jatuh sangat tajam. Ini disebabkan karena pada yang dihasilkan terkonsentrasi di celah sehingga mengakibatkan medan magnet di luar teras akan sangat berkurang. Pada jarak yang cukup jauh (jarak 11 cm dari pusat inti) terlihat medan magnet untuk semua lebar celah cenderung sama. Pada lebar celah 5 cm, tampak adanya perbedaan medan magnet di dalam dan di luar celah tidak terlalu signifikan. Penyebabnya tak lain karena pada jarak tersebut medan magnet di dalam celah sudah tidak terkonsentrasi di area di dalam teras tetapi sudah mulai melebar di sampingnya. Akibatnya, meski homogenitas medan magnet dapat dipertahankan tetapi medan magnet yang berada di luar teras tidak akan menurun secara tajam.

54 38 9. Besarnya medan magnet dengan variasi jarak horisontal dari titik pusat celah tanpa arus dengan lebar celah tetap Dari pengukuran medan magnet dengan variasi jarak secara horisontal dari titik pusat inti dengan lebar celah tetap, diperoleh grafik seperti ditunjukkan pada Gambar Medan magnet (gauss) celah 2 cm celah 3 cm celah 4 cm celah 5 cm celah 1 cm Jarak (cm) Gambar 4.6. Grafik hubungan medan magnet terhadap jarak secara horisontal dari titik pusat inti tanpa arus Pada gambar terlihat bahwa remanensi inti besi pada lebar celah 1 cm mencapai 0,3049 tesla. Medan magnet remanensi akan cenderung menurun tajam pada lebar celah yang semakin besar. Penurunannya mengikuti pola tertentu berupa semakin besar selisih medan magnet pada lebar celah yang semakin sempit. Pada induktor yang tidak dialiri arus untuk lebar celah yang sama mempunyai homogenitas yang hampir sama dengan induktor yang dialiri arus. Medan magnet di dalam teras untuk lebar celah 1 cm cenderung lebih homogen dibanding dengan lebar celah yang lebih besar, sedangkan di luar teras medan magnet akan menurun secara ekponensial. Bahkan pada lebar celah 4 cm dan 5

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI. Salomo, Erwin,Surya Ningsih

PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI. Salomo, Erwin,Surya Ningsih PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGANINDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI Salomo, Erwin,Surya Ningsih Jurusan Fisika - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan mampu memahami bahwa arus listrik dapat menimbulkan medan magnet II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Menyelidiki

Lebih terperinci

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber)

Bahan Magnetik. oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Bahan Magnetik oleh: Ichwan Yelfianhar (dirangkum dari berbagai sumber) Historis Magnet Gejala kemagnetan merupakan cikal bakal berkembangnya pengetahuan tentang kelistrikan. Ditemukan sejak 2000 tahun

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5]

Gambar 2.1. Medan Magnet Suatu Material Magnet[5] BAB II DASAR TEORI II.1. Kemagnetan II.1.1. Magnet Magnet adalah suatu benda yang dibuat dari material tertentu yang menghasilkan suatu medan magnet. Medan magnet suatu magnet adalah daerah sekeliling

Lebih terperinci

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet

BAB 20. KEMAGNETAN Magnet dan Medan Magnet Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 20. KEMAGNETAN...2 20.1 Magnet dan Medan Magnet...2 20.2 Hubungan Arus Listrik dan Medan Magnet...2 20.3 Gaya Magnet...4 20.4 Hukum Ampere...9 20.5 Efek Hall...13 20.6 Quis

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fe 2 O 3 dari Pasir Besi Partikel nano magnetik Fe 3 O 4 merupakan salah satu material nano yang telah banyak dikembangkan. Untuk berbagai aplikasi seperti ferrogel, penyerap

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Persamaan Maxwell Keempat (Terakhir) Induksi Elektromagnetik Animasi 8.1 Fluks Magnet yang Menembus Loop Analog dengan Fluks Listrik (Hukum Gauss) (1) B Uniform (2)

Lebih terperinci

KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^

KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^ 1 KETENTUAN MENGIKUTI PELAJARAN FISIKA : ^_^ 1. ADA BUKU CATATAN & BUKU LATIHAN/PR 2. BUKU DISAMPUL DENGAN KERTAS EMAS / ASTURO / KARTON WARNA UNGU 3. PENAMPILAN COVER DEPAN BUKU SEPERTI GAMBAR BERIKUT

Lebih terperinci

BAB 5 KEMAGNETAN. A. SIFAT MAGNET 1. Garis Gaya Magnet

BAB 5 KEMAGNETAN. A. SIFAT MAGNET 1. Garis Gaya Magnet BAB 5 KEMAGNETAN STANDAR KOMPETENSI Menerapkan konsep magnet dan elektromagnet KOMPETENSI DASAR Menguasai konsep kemagnetan Menguasai hukum magnet dan elektromagnet Menggunakan magnet Menggunakan elektromagnet

Lebih terperinci

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) FISIKA II Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) Jika suatu kawat penghantar digerakkan memotong arah suatu medan magnetic, maka akan timbul suatu gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut.

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM PENDAHULUAN Magnet dalam teknologi terapan KEMAGNETAN Macam macam bentuk magnet Magnet batang, U bulat jarum 6.2 HUKUM COLUMB 6.3 PENGERTIAN MEDAN MAGNET Ruangan disekitar

Lebih terperinci

Karya Tulis Ilmiah MAGNET

Karya Tulis Ilmiah MAGNET Karya Tulis Ilmiah MAGNET Ditulis oleh : Dina Kurnia Putri 1231120065 POLITEKNIK NEGERI MALANG JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK MALANG 2013 1 DAFTAR ISI Daftar Isi...2 Kata Pengantar...3

Lebih terperinci

19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet.

19/11/2016. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik. Sifat-sifat magnet. MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik Magnetik Non Magnetik KEMAGNETAN Penggolongan bahan secara mikroskopik Bila ditinjau secara mikroskopik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

MAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik

MAGNET. Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik MAGNET Benda yang memiliki sifat dapat menarik besi atau baja Penggolongan bahan secara makroskopik Magnetik Non Magnetik Penggolongan bahan secara mikroskopik Bila ditinjau secara mikroskopik ( atom )

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sintesis Fe 2 O 3 Dari Pasir Besi Dalam rangka meningkatkan nilai ekonomis pasir besi dapat dilakukan dengan pengolahan mineral magnetik (Fe 3 O 4 ) yang diambil dari pasir besi

Lebih terperinci

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya.

BAB III MAGNETISME. Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. BAB III MAGNETISME Tujuan Penmbelajaran : - Memahami dan mengerti tentang sifat-sifat magnet, bahan dan kegunaannya. Magnetisme (kemagnetan) tercakup dalam sejumlah besar operasi alat listrik, seperti

Lebih terperinci

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu?

PENGERTIAN. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian. Apakah magnet itu? KEMAGNETAN PENGERTIAN Apakah magnet itu? Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani magnítis líthos yang berarti batu Magnesian Magnet adalah benda-benda yang dapat menarik besi atau baja yang berada

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN RANGKAIAN RLC UNTUK MEMPERKENALKAN KURVA HISTERESIS MAGNETIK PADA MAHASISWA FISIKA DALAM MATA KULIAH LISTRIK MAGNET. Skripsi.

RANCANG BANGUN RANGKAIAN RLC UNTUK MEMPERKENALKAN KURVA HISTERESIS MAGNETIK PADA MAHASISWA FISIKA DALAM MATA KULIAH LISTRIK MAGNET. Skripsi. RANANG BANGUN RANGKAIAN R UNTUK MEMPERKENAKAN KURVA HISTERESIS MAGNETIK PADA MAHASISWA FISIKA DAAM MATA KUIAH ISTRIK MAGNET Skripsi Oleh Riza Uldin A NIM 401401037 JURUSAN FISIKA FAKUTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Medan Magnet - - MEDAN MAGNET - MEDAN MAGNET A. Medan Magnet 1. Medan Magnet oleh arus listrik

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan Magnet

Bahan Listrik. Bahan Magnet Bahan Listrik Bahan Magnet Sejarah Magnet Kata magnet berasal dari bahasa yunani magnitis lithos yang berarti batu magnesia. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani pada masa lalu yang kini bernama

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah :

medan flux...(1) tegangan emf... (2) besar magnetic flux ini adalah Φ dan satuannya Weber (Wb = T.m 2 ). Secara matematis besarnya adalah : Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika? Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran listrik, maka di sekeliling

Lebih terperinci

MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet magnítis líthos Magnet Elementer teori magnet elementer.

MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet magnítis líthos Magnet Elementer teori magnet elementer. MAGNET - Materi Ipa Fisika SMP Magnet merupakan suatu benda yang dapat menimbulkan gejala berupa gaya, baik gaya tarik maupun gaya tolak terhadap jenis logam tertentu), misalnya : besi dan baja. Istilah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Magnet Secara Umum Magnet adalah suatu benda yang mempunyai medan magnet dan mempunyai gaya tolak menolak dan tarik menarik terhadap benda-benda tertentu. Efek

Lebih terperinci

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m)

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m) INDUKSI MAGNETIK Hans Christian Oersted pada tahun 18 menemukan bahwa arus listrik dalam sebuah kawat penghantar dapat menghasilkan efek magnetik. Efek magnetik yang ditimbulkan oleh arus tersebut dapat

Lebih terperinci

MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR

MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR MAKALAH INDUKTANSI DAN TRANSFORMATOR Disusun oleh : Zahra Dhiyah Nafisa Kelas : XII IPA MADRASAH MULTITEKNIK ASIH PUTERA Jl. Muhammad Daeng Ardiwinata No. 199, Cimahi PEMBAHASAN A. INDUKTANSI I. SEJARAH

Lebih terperinci

PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGAN INDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI. Surya Ningsih, Erwin, Salomo

PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGAN INDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI. Surya Ningsih, Erwin, Salomo PENGARUH INTI KOIL TERHADAP TEGANGAN INDUKTOR DAN RESISTOR YANG DIRANGKAI SECARA SERI Surya Ningsih, Erwin, Salomo ningsih.surya18@yahoo.com Jurusan Fisika - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB 2 PENGGUNAAN SENSOR MEDAN MAGNET TUNGGAL BERBASIS EFEK HALL DALAM PENGEMBANGAN ALAT UKUR HISTERISIS MAGNET UNTUK MATERIAL MAGNET LEMAH

BAB 2 PENGGUNAAN SENSOR MEDAN MAGNET TUNGGAL BERBASIS EFEK HALL DALAM PENGEMBANGAN ALAT UKUR HISTERISIS MAGNET UNTUK MATERIAL MAGNET LEMAH BB 2 PENGGUNN SENSOR MEDN MGNET TUNGGL BERBSIS EFEK HLL DLM PENGEMBNGN LT UKUR HISTERISIS MGNET UNTUK MTERIL MGNET LEMH 1) gustinus Gigih Widodo, 1,2) Made Rai Suci Shanti, 2) Nur ji Wibowo 1) Pendidikan

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah kumparan mempunyai 50 lilitan dalam waktu 0,02 s kumparan dimasuki fluks 310 mwb, yang kemudian turun hingga 100 mwb. Berapakah GGL induksi rata rata yang dibangkitkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap pengaruh kemagnetan, bahan dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA Magnet

BAB 2 STUDI PUSTAKA Magnet BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1. Magnet Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah banyak dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK DARI GERAK RELATIF PERISAI MAGNETIK TERHADAP MAGNET DAN KUMPARAN SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK DARI GERAK RELATIF PERISAI MAGNETIK TERHADAP MAGNET DAN KUMPARAN SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PEMBANGKITAN ENERGI LISTRIK DARI GERAK RELATIF PERISAI MAGNETIK TERHADAP MAGNET DAN KUMPARAN SKRIPSI RATNA PRABOWO 0706199804 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DEPOK JULI

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-8 CAKUPAN MATERI 1. MAGNET 2. FLUKS MAGNETIK 3. GAYA MAGNET PADA SEBUAH ARUS 4. MUATAN SIRKULASI 5. EFEK HALL

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik. KELISTRIKAN DAN KEMAGNETAN SITI MAESYAROH STKIP INVADA 2015 LISTRIK adalah adalah sesuatu yang memiliki muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron) yang mengalir melalui penghantar (konduktor)

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-9

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-9 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-9 CAKUPAN MATERI 1. HUKUM AMPERE 2. GAYA OLEH 2 KAWAT PARALEL 3. SOLENOIDA 4. TOROIDA 5. SIFAT-SIFAT MAGNETIK

Lebih terperinci

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Momen Magnet Arus yang mengalir pada suatu kawat yang lurus akan menghasilkan medan magnet yang melingkar di sekitar kawat, dan apabila kawat tersebut dilingkarkan

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 8/7/17 OLEH : STEVANUS ARIANTO DEFINISI DAN MACAM MAGNET KUTU MAGNET GARIS GAYA MAGNET RAPAT GARIS GAYA DAN KUAT MEDAN DIAMAGNETIK DAN PARAMAGNETIK MEDAN MAGNETIK DISEKITAR ARUS LISTRIK POLA GARIS GAYA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung BAB II DASAR TEORI 2.1 Energi Listrik Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Salah satu bentuk energi adalah energi listrik. Energi listrik adalah energi yang berkaitan dengan akumulasi arus elektron,

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak.

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Fluks medan magnet dari partikel yang bergerak. Bab II Teori Dasar Salah satu hal utama dalam penelitian tugas akhir ini adalah magnet induksi yang digunakan sebagai aktuator pada sistem steel ball magnetic levitation. Dalam bab ini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi perubahan medan magnetik dapat menimbulkan perubahan arus listrik (Michael Faraday) Fluks magnetik adalah banyaknya garis-garis medan magnetik yang menembus permukaan bidang secara tegak lurus GGL induksi

Lebih terperinci

Lab Elektronika Industri Fisika 2 BAB 5 MAGNET

Lab Elektronika Industri Fisika 2 BAB 5 MAGNET BAB 5 MAGNET 1. MAGNET DAN MEDAN MAGNET Efek magnet telah diketahui dan dimanfaatkan manusia jauh sebelum mengenal listrik. Magnet mempunyai dua kutub yaitu kutub utara (U) dan selatan (S) atau NORTH dan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 UJI SIFAT MAGNETIK PASIR BESI PANTAI DI KABUPATEN LUMAJANG MELALUI INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Alfi Firman Syah Program Studi Pendidiksn Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER alfisyah21@gmail.com Sudarti Program

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA kwh dan kvarh meter : sistem induksi kw / kva max meter Volt meter Amper meter : sistem elektrodinamis : sistem elektro magnit, kumparan putar, besi putar : sistem

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 1 MEDAN MAGNET MATERI FISIKA SMA KELAS XII MEDAN MAGNET 1. Kemagnetan ( Magnetostatika ) Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. Setelah mempelajari topik ini Anda dapat :

KEMAGNETAN. Setelah mempelajari topik ini Anda dapat : KEMAGNETAN a. Tujuan kegiatan pembelajaran Setelah mempelajari topik ini Anda dapat : Menjelaskan medan magnet yang mengelilingi sebuah magnet. Menjelaskan bagaimana sebuah batang besi dibuat magnet dengan

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity

Lebih terperinci

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya.

Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Medan Magnetik Muqoyyanah 1 KEMAGNETAN (MAGNETOSTATIKA) Magnet adalah suatu benda yang memiliki gejala dan sifat dapat mempengaruhi bahan-bahan tertentu yang berada di sekitarnya. Cara membuat magnet;

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : KADEK BELA PRATIWI NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : KADEK BELA PRATIWI NIM : LAPORAN PRAKTIKUM IPA DASAR II MAGNET OLEH KELOMPOK 2 PUTU ANANDIA PRATIWI NIM : 1613071009 KADEK BELA PRATIWI NIM : 1613071015 NI PUTU SETIA DEWI NIM : 1613071031 APRILIO BUDIMAN NIM : 1613071038 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET DAN ELEKTROMAGNET

MEDAN MAGNET DAN ELEKTROMAGNET BAB II MEDAN MAGNET DAN ELEKTROMAGNET Kompetensi dasar : Mengenal gejala kemagnetan Indikator Oersted : - Konsep medan magnet oleh arus listrik didapatkan dari percobaan - Konsep magnet dan medan magnet

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

MAGNET JARUM. saklar. Besi lunak. Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA. kumparan. lampu. kumparan

MAGNET JARUM. saklar. Besi lunak. Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA. kumparan. lampu. kumparan MAGNET JARUM Besi lunak saklar kumparan kumparan lampu Sumber arus Oleh : DRS. BRATA,M.Pd. SMAN1 KRA Jika arus listrik dapat menimbulkan medan magnet, apakah medan magnet juga dapat menimbulkan arus listrik?

Lebih terperinci

Medan Magnet 1 MEDAN MAGNET

Medan Magnet 1 MEDAN MAGNET Medan Magnet 1 MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATKA ) Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang magnet ladam magnet jarum Magnet dapat diperoleh

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

Menu hari ini: Induktansi & Energi Magnetik Material Magnet

Menu hari ini: Induktansi & Energi Magnetik Material Magnet Induktans Menu hari ini: Induktansi & Energi Magnetik Material Magnet 2 Hukum Faraday tentang Induksi Perubahan fluks magnet menginduksi GGL Lenz: Induksi melawan perubahan 3 Cara untuk Menginduksi GGL

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Mineral Magnetik Alamiah Mineral magnetik di alam dapat digolongkan dalam keluarga oksida besi-titanium, sulfida besi dan oksihidroksida besi. Keluarga oksida besi-titanium

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah enargi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua prinsip pengoperasiannya,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN KARAKTERISASI BALL MILLING UNTUK PROSES PENGHALUSAN SERBUK BAHAN MAGNETIK

RANCANG BANGUN DAN KARAKTERISASI BALL MILLING UNTUK PROSES PENGHALUSAN SERBUK BAHAN MAGNETIK RANCANG BANGUN DAN KARAKTERISASI BALL MILLING UNTUK PROSES PENGHALUSAN SERBUK BAHAN MAGNETIK SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Universitas Negeri Semarang Oleh YAZID IHSAN NIM. 4250401021

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnet Secara Umum Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Kata magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani, magnitis lithos yang berarti batu

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

5.5. ARAH GGL INDUKSI; HUKUM LENZ

5.5. ARAH GGL INDUKSI; HUKUM LENZ MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-11 CAKUPAN MATERI 1. ARAH GGL INDUKSI; HUKUM LENZ 2. GENERATOR LISTRIK 3. GENERATOR AC 4. GGL BALIK PADA MOTOR

Lebih terperinci

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK HUKUM FARADAY DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Setelah dalam tahun 1820 Oersted memperlihatkan bahwa arus listrik dapat mempengaruhi jarum kompas, Faraday mempunyai kepercayaan

Lebih terperinci

MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATIKA )

MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATIKA ) MEDAN MAGNET KEMAGNETAN ( MAGNETOSTATIKA ) Benda yang dapat menarik besi disebut MAGNET. Macam-macam bentuk magnet, antara lain : magnet batang magnet ladam magnet jarum Magnet dapat diperoleh dengan cara

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET

BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET Induksi Elektromagnetik Hasil Yang harus anda capai Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi Setelah mempelajari Bab ini

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

Induktor. oleh danny kurnia

Induktor. oleh danny kurnia Induktor oleh danny kurnia Masih ingat aturan tangan kanan pada pelajaran fisika? Ini cara yang efektif untuk mengetahui arah medan listrik terhadap arus listrik. Jika seutas kawat tembaga diberi aliran

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnet

Induksi Elektromagnet Induksi Elektromagnet Fluks magnet Sebagaimana fluks listrik, fluks magnet juga dapat diilustrasikan sebagai banyaknya garis medan yang menembus suatu permukaan. n Fluks listrik yang dihasilkan oleh medan

Lebih terperinci

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-10 CAKUPAN MATERI 1. GGL INDUKSI DALAM PASANGAN COIL 2. GGL INDUKSI OLEH MAGNET 3. FLUX MAGNET 4. HUKUM FARADAY

Lebih terperinci

TUGAS FISIKA DASAR 2

TUGAS FISIKA DASAR 2 TUGAS FISIKA DASAR 2 RANGKUMAN MAGNET Dosen Pengampu: Bachrun Sutrisno Ir. M.Sc. Oleh: Nama : RIFQI ARIGHI FAHMI NIM : 13522121 Kelas : B UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA A. Pengertian Magnet Magnet atau magnit

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Konsep kemagnetan dan induksi elektromagnetik untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA. Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

MAKALAH FISIKA. Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK MAKALAH FISIKA Tentang KEMAGNETAN/INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3 ANGGOTA : 1. AMMASE.S 2. ALIYATARRAFI AH 3. ANNISWATI NURUL ISLAMI 4. ASRIANI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH

Lebih terperinci

BENDA MAGNET

BENDA MAGNET BAB 9 MAGNET BENDA MAGNET Kemagnetan Material Banyak benda-benda bersifat magnet, baik buatan maupun alamiah. Magnet mempunyai kemampuan memberikan gaya pada sesama magnet atau benda lain seperti besi.

Lebih terperinci

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1)

PELATIHAN OSN JAKARTA 2016 LISTRIK MAGNET (BAGIAN 1) PLATIHAN OSN JAKATA 2016 LISTIK MAGNT (AGIAN 1) 1. Partikel deuterium (1 proton, 1 neutron) dan partikel alpha (2 proton, 2 neutron) saling mendekat dari jarak yang sangat jauh dengan energi kinetik masing-masing

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. Magnet. Dapat dibedakan menjadi. Cara membuat bentuk Cara membuat

KEMAGNETAN. Magnet. Dapat dibedakan menjadi. Cara membuat bentuk Cara membuat KEMAGNETAN PETA KONSEP Magnet Dapat dibedakan menjadi Magnet Tetap Magnet Sementara Cara membuat bentuk Cara membuat Besi/ baja digosok dengan magnet Aliran arus listrik Induksi Magnetik Batang Silinder

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu

Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu BENDA MAGNET Magnet dapat menarik benda-benda dari bahan tertentu MAGNET BUATAN MAGNET BUMI Kemagnetan Material Ada 2 macam sifat magnet yang dipunyai benda / material : 1) buatan dan 2) alamiah. Magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya.

BAB I PENDAHULUAN. juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Secara kasat mata, induktor akan terlihat cukup sederhana. Bagaimanapun juga, penelusuran lebih jauh akan diketahui banyak hal mengenai kontstruksinya. Dari berbagai

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. yang bersifat permanen maupun yang dibangkitkan oleh sumber tersendiri. Di

BABI PENDAHULUAN. yang bersifat permanen maupun yang dibangkitkan oleh sumber tersendiri. Di BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telah memanfaatkan gaya dan daya magnet, baik yang bersifat permanen maupun yang dibangkitkan oleh sumber tersendiri. Di antara penggunaan magnet

Lebih terperinci

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 SILABUS MATAKULIAH Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015 A. Identitas 1. Nama Matakuliah : Fisika Dasar 2 2. Program Studi : Teknik Industri 3. Fakultas : Teknik 4. Bobot sks : 2 SKS 5. Elemen

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Vetran Republik Indonesia Sub Pokok Bahasan : Magnet Bumi Medan Magnet Luar Akuisisi dan Reduksi Data Pengolahan Data MetodaInterpretasi Metode Geomagnetik didasarkan

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : E124202/Fisika Dasar 2 Revisi 4 Satuan Kredit Semester : 2 SKS Tgl revisi : 16 Juli 2015 Jml Jam kuliah dalam seminggu :

Lebih terperinci

HUKUM OHM. 1. STANDAR KOMPETENSI. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

HUKUM OHM. 1. STANDAR KOMPETENSI. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. HUKUM OHM 1. STANDAR KOMPETENSI. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. 2. KOMPETENSI DASAR. Menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA 301) To T p o ik h ari r i ni: Ke K ma m gnetan

Fisika Umum (MA 301) To T p o ik h ari r i ni: Ke K ma m gnetan Fisika Umum (MA 301) Topik hari ini: Kemagnetan Kemagnetan Efek dari magnet alam telah diketahui sejak waktu yang lama. Observasi yang tercatat berasal dari bangsa Yunanai lebih dari 2500 tahun yang lalu.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI 1 LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Praktikum Ke 1 KUMPARAN INDUKSI A. TUJUAN 1. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik searah (DC).. Mempelajari watak kumparan jika dialiri arus listrik bolak-balik

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Front Time dan Arus Puncak Impuls Arus terhadap Kuat Medan Magnet Beberapa Bahan Logam

Pengaruh Variasi Front Time dan Arus Puncak Impuls Arus terhadap Kuat Medan Magnet Beberapa Bahan Logam Pengaruh Variasi Front Time dan Arus Puncak Impuls Arus terhadap Kuat Medan Magnet Beberapa Bahan Logam Citra Dewi 1) T. Haryono 2) Sasongko Pramonohadi 3) 1) Mahasiswa Teknik Elektro - UGM Kampus UGM

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP SIFAT MAGNETIK PADA PEMBUATAN SOFT-MAGNETIC DARI SERBUK BESI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: NOVIANTA MAULANA

Lebih terperinci

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi

Gaya Lorentz. 1. Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi ruang / daerah di sekitar magnet dimana benda-benda magnetik yang diletakkan di daerah ini masih dipengaruhi oleh magnet tersebut medan magnetik di sekitar kawat lurus berarus listrik medan magnetik di

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Kemagnetan

Konsep Dasar Kemagnetan Konsep Dasar Kemagnetan Intro Gejala kemagnetan merupakan cikal bakal berkembangnya pengetahuan tentang kelistrikan. Ditemukan sejak 2000 tahun yang lalu di Yunani pada sejenis batuan yang dinamakan magnetit

Lebih terperinci