Peran Rifaximin dalam Penatalaksanaan Ensefalopati Hepatik Akut
|
|
- Yohanes Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVIDENCE BASED CLINICAL RESEARCH Peran Rifaximin dalam Penatalaksanaan Ensefalopati Hepatik Akut Disusun oleh: dr. Alisa Nurul Muthia PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM DIVISI HEPATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO 2013
2 BAB I PENDAHULUAN Ensefalopati hepatis dapat didefinisikan sebagai gangguan dalam fungsi sistem saraf pusat yang disebabkan oleh insufisiensi hati. Definisi yang luas ini mencerminkan adanya spektrum manifestasi neuropsikiatri terkait dengan berbagai mekanisme patofisiologis. Dapat timbul pada kondisi akut dan gagal hati kronis, manifestasi neuropsikiatri ini berpotensi membaik kembali. Perubahan kesadaran dapat bermanifestasi sebagai fluktuasi spontan dan dipengaruhi oleh faktor klinis seperti infeksi, hipoksemia, perdarahan saluran cerna, atau gangguan elektrolit. 1 Ensefalopati hepatik merupakan hasil dari gangguan fungsional sel yang terlibat dalam neurotransmisi. Perubahan neurologis pada ensefalopati hepatik diyakini disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa mekanisme dapat menginduksi kelainan fungsi saraf dan astrosit. Faktor patogen potensial adalah efek neurotoksik langsung dari amonia, stres oksidatif yang disebabkan oleh pembentukan spesies oksigen reaktif, ligan benzodiazepin endogen, edema subklinis astrocytic intraselule, neurotransmisi histamin dan serotonin abnormal, opiat endogen, neurosteroids, sitokin inflamasi, dan mangan toksik. Dari beberapa kelainan tersebut, hiperamonemia adalah neurotoksik langsung dan mungkin juga mensensitasi astrosit dan neuron terhadap cedera oleh jalur dan mediator lainnya. Akumulasi amonia menginduksi neurotoksisitas glutamat menyebabkan peningkatan nada GABA A reseptor sistem di otak, yang menghasilkan HE. 2, 3 Beberapa pengobatan telah digunakan pada kondisi ensefalopati hepatik. Pengobatan ditujukan untuk mengurangi toksin usus dengan harapan mengurangi penekanan neurotransmisi yang mempengaruhi. Di antara pendekatan terapi yang diusulkan untuk pengelolaan ensefalopati hepatik, agen antimikroba, baik tunggal atau dalam kombinasi dengan disakarida nonabsorbable, merupakan langkah penting, mampu mengurangi produksi dan penyerapan amonia, yang merupakan senyawa kunci penting dalam patogenesis ensefalopati. Pengamatan bahwa bakteri flora usus terlibat dalam produksi dari kedua agen utama ensefalopati (amonia) dan faktor pencetus (NBZDs) menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik nonabsorbable seperti rifaximin mungkin berguna dalam mencegah episode HE pada pasien dengan hati sirosis. 3
3 BAB II ILUSTRASI KASUS Pasien laki laki, tahun, dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 1 hari SMRS. Sejak 1 minggu terakhir, BAB hitam namun tidak ada muntah hitam. Sejak 1 tahun terakhir, pasien sudah terdiagnosa sirosis hepatis. Sudah pernah dilakukan pemeriksaan EGD dan ditemukan varises esofagus, lalu dilakukan ligasi satu kali. Pada pasien juga pernah dilakukan punksi ascites. Tidak ada keluhan nyeri perut. Tidak ada keluhan demam. Tidak ada riwayat sakit kuning sebelumnya Pada pemeriksaan fisik, didapatkan konjungtiva pucat, sklera ikterik. Abdomen buncit, agak tegang, bising usus normal. Hepar dan lien sulit dinilai. Terdapat shifting dullness. Terdapat juga edema pedal. Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan Hb 9.4, leukosit 16800, trombosit , SGOT/SGPT : 62/37, Ureum/Creatinin: 180/4.8, Na/K/Cl : 127/5.3/93.8, Albumin/Globulin : 2.48/5.08, Bil. T/D/I : 9.34/6.66/2.66, PT : 15.3 (12.4), APTT 55.4 (31.5), HbsAg reaktif, AntiHCV non reaktif USG abdomen : chronic liver disease, pelebaran sistem porta, vena hepatika dan sistem bilier intrahepatik. Efusi pleura dan ascites EGD: varises esofagus gr.ii dengan stigmata perdarahan, gastropati hipertensi portal Masalah pada pasien ini adalah ensefalopati hepatikum, melena etcausa pecah varises esofagus, sirosis hepatis child pugh C
4 BAB III METODE PENELUSURAN MASALAH KLINIS Apakah pemberian rifaximin dapat memperbaiki ensefalopati hepatik akut pada pasien sirosis hati? Patient Intervention Comparison Outcome cirrhosis, hepatic Rifaximin ( ) clinical improvement encephalopathy METODE PENELUSURAN Prosedur pencarian literatur untuk menjawab masalah klinis tersebut adalah dengan penelusuran pustaka secara on line dengan menggunakan mesin pencari PubMed dan ScienceDirect. Kata kunci yang digunakan untuk MeSH adalah : cirrhosis, hepatic encephalopathy AND rifaximin AND clinical improvement. Dari 10 jurnal yang tersaring, 3 adalah artikel review, 1 studi cohort dan hanya 6 jurnal yang merupakan clinical trial. Dari 6 jurnal clinical trial tersebut, hanya terdapat 4 jurnal yang menilai peran rifaximin pada ensefalopati hepatik akut. Namun hanya 1 jurnal yang dapat diakses. Dari penelusuran sitasi, didapatkan 1 artikel dengan keywords yang sesuai. TELAAH KRITIS Dalam melakukan telaah kritis terhadap studi yang diperoleh dilakukan penilaian terhadap validitas, hasil, serta kemamputeraan uji klinis. Tabel 1. Telaah kritis terhadap artikel uji klinis. Penilaian Validitas Studi Mas(2002) Paik(2005) Bajaj(2013) Randomisasi Kelompok setara Penyamaran Tidak
5 Diperlakukan sama Semua dianalisis Hasil NNT N/A N/A N/A Kemamputerapan Karakteristik pasien mirip Terapi tersedia, terjangkau, diterima pasien Tidak Tidak Tidak
6 BAB IV KAJIAN PUSTAKA 1. Antoni Mas dkk. di Spanyol membandingkan pengaruh rifaximin dan lactitol dalam penatalaksanaan ensefalopati hepatik akut. Sebanyak 103 pasien sirosis dengan episode ensefalopati hepatik akut, yang terdiagnosis di 13 rumah sakit di Spanyol dari November 1995 sampai Desember 1997, dimasukkan kedalam penelitian ini. Setelah randomisasi, 50 pasien menerima Rifaximin dan 53 menerima laktitol. Dari 103 pasien terdaftar, 15 (14,6%) menghentikan studi. Pada grup Rifaximin, setiap 8 jam pasien menerima dua 200 mg tablet rifaximin dan 20 g plasebo laktitol dengan penampilan yang identik. Pasien pada kelompok Laktitol menerima 20 g laktitol tiga kali sehari (setiap 8 jam) dan dua tablet plasebo rifaximin yang tidak dapat dibedakan dari tablet rifaximin diberikan kepada kelompok lain. Pengobatan diberikan untuk minimum 5 hari, atau selama maksimal 10 hari jika HE episode tidak diselesaikan pada hari ke 5. Efek terapi dianalisis sesuai dengan perubahan dalam Indeks PSE. Secara singkat, indeks ini dihitung dengan lima komponen: status mental (ditimbang dengan faktor tiga), kehadiran dan intensitas asterixis, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan NCT, kelainan EEG, dan kadar amonia darah. Sebuah peningkatan yang jelas diamati pada tingkat ensefalopati hepatik dan dalam parameter neurologis, neuropsikiatri dan psikometri serta tingkat ammonemia setelah pengobatan baik dengan rifaximin maupun laktitol. 4 Tabel 3. Ringkasan perubahan HE dan indeks PSE pada pengobatan dengan rifaximin atau laktitol pada pasien dengan ensefalopati akut atau berulang.
7 perbedaan yang signifikan secara satatistik hanya untuk tingkat ensefalopati hepatik, tingkat ammonemia dan persentase kenaikan EEG hitungan per detik pada akhir pengobatan. 4 Gambar 1. Kelas HE dan efek pengobatan pada pasien sirosis dengan grade I III HE yang menerima pengobatan dengan rifaximin (1200 mg / hari) atau laktitol (60 g / hari). Nilai dinyatakan dalam mean grade (SD) Indeks PSE keseluruhan, yang serupa pada kedua kelompok sebelum pengobatan, menurun lebih progresif di kelompok rifaximin dibandingkan kelompok laktitol. Perbedaan pasca perawatan signifikan secara statistik (P ¼ 0:01), dengan kelompok rifaximin menunjukkan indeks PSE yang lebih rendah. 4 Gambar 2. Perubahan yang terjadi dalam indeks PSE pada pasien sirosis dengan HE kelas I III setelah 5 10 hari pengobatan dengan rifaximin (1200 mg /hari) atau laktitol (60 g / hari). Nilai dinyatakan sebagai mean grade (SD)
8 Setelah pengelompokan respon menjadi dua kelas, resolusi/perbaikan dibandingkan tak ada perubahan/kegagalan, hasilnya sangat mirip pada kedua kelompok: 81,6% dibandingkan 18,4%, masing masing, pada kelompok rifaximin dan 80,4% dibandingkan 19,6%, masingmasing, dalam kelompok laktitol. Namun perlu ditunjukkan bahwa persentase pasien yang mengalami resolusi HE lebih tinggi pada kelompok rifaximin (53,1%) daripada kelompok laktitol (37,2%) Peneliti dari Korea, Yong Han Paik dkk, membandingkan efektifitas rifaximin dan lactulose dalam pengobatan ensefalopati hepatik. Enam puluh empat pasien rawat inap dengan episod HE yang dirawat di Yonsei University Medical Center (Seoul, Korea) yang pertama dimasukkan ke dalam studi. Semua pasien mengalami dekompensasi sirosis hati dan ensefalopati hepatik, yang didiagnosis berdasarkan temuan klinis dan laboratorium. Pasien menunjukkan tanda tanda ensefalopati hepatik derajat pertama hingga ketiga, menurut modifikasi Conn dari klasifikasi Parsons Smith, dan memiliki kadar amonia serum> 75 umol/l. Sepuluh dari 64 awalnya terdaftar pasien dieksklusi, sehingga hanya 54 pasien masuk studi. Kelompok rifaximin menerima rifaximin 1200 mg per hari dalam tiga dosis terbagi (n = 32). Kelompok laktulosa, diberikan laktulosa 90 ml per hari (n = 22). Lamanya pengobatan 7 hari kecuali gejala memburuk atau efek samping yang serius terjadi. 5 Tabel 3 membandingkan efek terapi rifaximin dan laktulosa. Rerata tingkat NH3 menurun secara signifikan baik dengan rifaximin (p <0,01) maupun dengan laktulosa (p<0,01). Rerata kadar NH3 darah sama setelah kedua terapi. 5
9 Kondisi mental membaik secara signifikan dengan rifaximin (1,3 menjadi 0,3) dan laktulosa (1,5 menjadi 0,5) (p <0,01 dan p <0,01). Gradasi dari flapping tremor dan NCT membaik menjadi hampir sama dengan rifaximin dan laktulosa. 5 Rerata indeks HE membaik di kelompok rifaximin (10,0 4.2, p = 0,000) dan dalam kelompok laktulosa (11,3 5.0, p = 0,000). Tidak terdapat perbedaan signifikan yang ditemukan antara kedua kelompok dalam hal nilai komponen HE. 5
10 3. Penelitian oleh Bajaj dkk. berusaha mencari mekanisme rifaximin dalam memperbaiki kondisi ensefalopati hepatik. Hipotesis pada penelitian ini adalah bahwa modulasi microbia usus dan produk akhirnyya oleh rifaximin dapat mempengaruhi aksis gut brain dan memperbaiki fungsi kognitif pada sirosis. Studi dilakukan antara April 2010 hingga Maret Sebanyak 31 pasien terskrining untuk studi ini, namun hanya 20 pasien yang terinklusi. Kriteria diagnosis ensefalopati hepatik minimal menggunakan Number Connection Test A/B, Digit symbol (DST) dan Block Design (BDT) sedikitnya 2 bulan sebelum studi dimulai. Pasien diberikan open label Rifaximin 550 mg per oral 2 kali per hari selam 8 minggu, tes kemudian diulang pada akhir studi. 6 Didapatkan perbaikan signifikan pada bilirubin namun tidak pada komponen lain skor MELD. Juga didapatkan perbaikan signifikan pada fungsi kognitif dibandingkan baseline. Didapatkan penurunan signifikan kadar endotoksin setelah terapi dengan rifaximin. 6
11 BAB IV DISKUSI Disakarida yang tidak diabsorpsi (lactulose, lactitol) adalah obat yang paling banyak digunakan dalam terapi ensefalopati hepatik. Obat obatan ini tidak berubah dalam perjalanannya di usus kecil dan dimetabolisme oleh bakteri intestinal kolon sehingga menurunkan ph feses. Hal ini kemudian memberikan efek laksatif, dan difusi amonia ke dalam lumen kolok dimana dapat digunakan untuk metabolisme bakteri dan dieliminasi pada feses. Keseluruhan efek ini menyebabkan penurunan konsentrasi amonia darah. Antibiotik oral yang tidak diabsorpsi dapat menjadi terapi alternatif. Neomycin adalah antibiotik yang paling sering digunakan. Namun nefrotoksisitas seringkali ditemukan. Hingga kini, pemeberian terapi farmakologis pada ensefalopati hepatik masih kontroversial. Identifikasi dan terapi faktor presipitasi adalah aspek terpenting dalam tatalaksana ensefalopati hepatik. Rifaximin adalah antibakterial spektrum luas termasuk gram positive, gram negative and bakteria anaerob. Penelitian oleh Antoni Mas dkk., rifaximin sama efektifnya dengan lactulosa dalam terapi ensefalopati hepatik grade I III. Kedua terapi memberikan efektivitas lebih dari 80%. Namun, rifaximin menunjukkan efektifitas yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar amonia plasma dan perbaikan EEG, sehingga tercapai evolusi PSE index yang lebih baik. Penelitian oleh Paik dkk. adalah studi randomisasi prospektif pertama yang dilakukan di wilayah Asia. Pada studi tersebut, pemberian rifaximin 1200 mg per hari memberikan perbaikan status mental, kadar amonia, dan indeks HE yang signifikan. Penelitian ini juga menjukkan bahwa perbedaan etnis tidak berpengaruh pada efektivitas rifaximin. Bajaj dkk. pada penelitian mereka menunjukkan bahwa rifaximin diasosiasikan dengan perbaikan performa kognitif dan reduksi endotoxemia pada pasien dengan sirosis dan ensefalopati hepatik minimal. Hal ini dikaitkan dengan perubahan pada karakter mikrobia feses
12 BAB V KESIMPULAN Rifaximin memiliki efektifitas yang sama dengan lactulosa Rifaximin dapat digunakan sebagai alternatif bila lactulosa tidak dapat diberikan Efektifitas rifaximin berkaitan dengan penurunan kadar amonia DAFTAR PUSTAKA 1. Andres T. Blei JCr, and The Practice Parameters Committee of the American College of Gastroenterology. Practice Guidelines Hepatic Encephalopathy The American Journal of Gastroenterology 2001;96(No. 7). 2. Munoz SJ. Hepatic encephalopathy. Med Clin North Am 2008;92(4): , viii. 3. Neff GW, Kemmer N, Zacharias VC, et al. Analysis of hospitalizations comparing rifaximin versus lactulose in the management of hepatic encephalopathy. Transplant Proc 2006;38(10): Mas A, Rodes J, Sunyer L, et al. Comparison of rifaximin and lactitol in the treatment of acute hepatic encephalopathy: results of a randomized, double blind, double dummy, controlled clinical trial. J Hepatol 2003;38(1): Paik YH, Lee KS, Han KH, et al. Comparison of rifaximin and lactulose for the treatment of hepatic encephalopathy: a prospective randomized study. Yonsei Med J 2005;46(3): Bajaj JS, Heuman DM, Sanyal AJ, et al. Modulation of the metabiome by rifaximin in patients with cirrhosis and minimal hepatic encephalopathy. PLoS One 2013;8(4):e60042.
EVIDENCE BASED CLINICAL REVIEW PERAN ZINC DALAM PENATALAKSANAAN ENSEFALOPATI HEPATIK
EVIDENCE BASED CLINICAL REVIEW PERAN ZINC DALAM PENATALAKSANAAN ENSEFALOPATI HEPATIK Disusun oleh: dr. Yusuf Aulia Rahman NPM. 1006767525 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM-DIVISI
Lebih terperinciBerdasarkan data WHO (2004), sirosis hati merupakan penyebab kematian ke delapan belas di dunia, hal itu ditandai dengan semakin meningkatnya angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatis merupakan penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada masa kini semakin banyak penyakit-penyakit berbahaya yang menyerang dan mengancam kehidupan manusia, salah satunya adalah penyakit sirosis hepatis. Sirosis hepatis
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penyakit hati kronis termasuk sirosis telah menjadi masalah bagi dunia kesehatan global karena prevalensinya yang cukup tinggi, etiologinya yang komplek, meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. varises pada pasien dengan sirosis sekitar 60-80% dan risiko perdarahannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perdarahan varises esofagus (VE) merupakan satu dari banyak komplikasi mematikan dari sirosis karena tingkat mortalitasnya yang tinggi. Prevalensi varises
Lebih terperinciETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B
HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5
Lebih terperinciPERANAN LAKTULOSA PADA PENATALAKSANAAN ENSEFALOPATI HEPATIKUM
LAPORAN KASUS BERBASIS BUKTI PERANAN LAKTULOSA PADA PENATALAKSANAAN ENSEFALOPATI HEPATIKUM Oleh: dr. Segal Abdul Aziz PPDS Ilmu Penyakit Dalam Januari 2011 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI
Lebih terperincisex ratio antara laki-laki dan wanita penderita sirosis hati yaitu 1,9:1 (Ditjen, 2005). Sirosis hati merupakan masalah kesehatan yang masih sulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Spontaneous Bacterial Peritonitis (SBP) tidak hanya disebabkan oleh asites pada sirosis hati melainkan juga disebabkan oleh gastroenteritis dan pendarahan pada saluran
Lebih terperinciEvidence Based Case Report Manfaat Klonidin pada Pasien Sirosis Hepatis dengan Asites
Evidence Based Case Report Manfaat Klonidin pada Pasien Sirosis Hepatis dengan Asites Oleh : Dr. Krishna Adi Wibisana Program Pendidikan Dokter Spesialis I Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ensefalopati hepatik merupakan sindrom neuropsikiatri yang dapat terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan memberatnya penyakit hati, risiko terjadinya ensefalopati hepatik semakin besar. Hal ini memicu pesatnya perkembangan pengetahuan terkait masalah ensefalopati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemeriksaan rutin kesehatan atau autopsi (Nurdjanah, 2014).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
Lebih terperinciMANFAAT LAKTULOSA PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DENGAN ENSEFALOPATI HEPATIK MINIMAL
EVIDENCE-BASED CASE REPORT MANFAAT LAKTULOSA PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS DENGAN ENSEFALOPATI HEPATIK MINIMAL Oleh: dr. Riahdo J. Saragih 0806359870 PROGRA M PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DIVISI HEPA TOLOGI
Lebih terperinciPengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size)
EVIDENCE-BASED CASE REPORT Pengukuran Hipertensi Portal dengan Metode Invasive (HVPG) dan Non Invasive (Fibroscan, Spleen size) dr. Herikurniawan NPM: 1106024432 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan,
Lebih terperinciMENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL
MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
Lebih terperinciEvidence based Case Report
Evidence based Case Report Pengaruh Stres Psikososial terhadap Keparahan Penyakit Hepatitis Kronik Disusun Oleh: dr. Resultanti NPM: 1006767506 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesembilan di Amerika Serikat, sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan
Lebih terperinciHasil. Hasil penelusuran
Pendahuluan Karsinoma hepatoselular (KHS) adalah keganasan kelima tersering di seluruh dunia, dengan angka kematian sekitar 500.000 per tahun. Kemajuan dalam pencitraan diagnostik dan program penapisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO pada tahun 2002, memperkirakan pasien di dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO pada tahun 2002, memperkirakan 783 000 pasien di dunia meninggal akibat sirosis hati. Sirosis hati paling banyak disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol dan infeksi
Lebih terperinciAntibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis
Evidence-based Case Report Antibiotik Profilaksis terhadap Spontaneous Bacterial Peritonitis pada Asites dengan Sirosis Penulis: dr. Oldi Dedya NPM: 1006824421 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit
Lebih terperinciA PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA. Paula A. Tahtinen, et all
A PLACEBO-CONTROLLED TRIAL OF ANTIMICROBIAL TREATMENT FOR ACUTE OTITIS MEDIA Paula A. Tahtinen, et all PENDAHULUAN Otitis media akut (OMA) adalah penyakit infeksi bakteri yang paling banyak terjadi pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hepatik merupakan suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif (Nurdjanah, 2009). Sirosis hepatik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal pada dekade
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan masalah Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat dan bertanggung jawab terhadap 1,2% seluruh
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai karakteristik keterbatasan aliran nafas yang persisten, bersifat progresif dan berkaitan
Lebih terperinciTerapi Suplementasi Zinc pada Ensefalopati Hepatikum
Evidence-based Case Report Terapi Suplementasi Zinc pada Ensefalopati Hepatikum Oleh: dr. Dias Septalia Ismaniar NPM: 1006824346 Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Jakarta, November-Desember
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA
1 LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA KLIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA I Deskripsi Perdarahan pada saluran cerna terutama disebabkan oleh tukak lambung atau gastritis. Perdarahan saluran cerna dibagi menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sirosis adalah suatu keadaan patologik yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum saat ini mengingat kejadian yang terus meningkat. Data terbaru dari Riskesdas 2013 menunjukkan terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif melalui seluruh
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,
lxxiii BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut, setelah dialokasikan secara acak 50 penderita masuk kedalam kelompok perlakuan dan 50 penderita lainnya
Lebih terperinciSIROSIS HEPATIS R E J O
SIROSIS HEPATIS R E J O PENGERTIAN : Sirosis hepatis adalah penyakit kronis hati oleh gangguan struktur dan perubahan degenerasi fungsi seluler dan selanjutnya perubahan aliran darah ke hati./ Jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit. kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan stadium akhir dari penyakit kronis hati yang berkembang secara bertahap (Kuntz, 2006). Pada sirosis hati terjadi kerusakan sel-sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu sumber penyebab gangguan otak pada usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian sesudah penyakit jantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenatif (Nurdjanah, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. sentral, dislipidemia, dan hipertensi (Alberti et al., 2006; Kassi et al., 2011).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sindroma metabolik merupakan sindrom yang terdiri atas faktor-faktor yang saling berhubungan dalam meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler, yaitu diabetes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan. kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hepatitis adalah inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia, serta seluler yang khas (Baughman, 2000). Hepatitis merupakan suatu
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk. pemberian madu sampai usia 12 bulan.
BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada subyek berumur 1-5 tahun. Pemilihan subyek penelitian di atas 1 tahun dilakukan berdasarkan rekomendasi untuk pencegahan utama keracunan botulismus pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun
i BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah kelompok kelainan metabolik yang ditandai dengan adanya hiperglikemia kronik akibat defisiensi insulin baik relatif maupun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nekrosis merupakan proses degenerasi yang menyebabkan kerusakan sel yang terjadi setelah suplai darah hilang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi protein dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sirosis hati merupakan jalur akhir yang umum untuk histologis berbagai macam penyakit hati kronik. Istilah sirosis pertama kali diperkenalkan oleh Laennec
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons tubuh terhadap invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan endotoksin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli di bidang psikosomatik menunjukkan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah suatu fenomena yang kompleks, dialami secara primer sebagai suatu pengalaman psikologis. Penelitian yang berlangsung selama bertahun-tahun ini oleh ahli-ahli
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik
Lebih terperinciMengenal Penyakit Kelainan Darah
Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Universitas Lampung
ENSEFALOPATI HEPATIKUM PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS Caropeboka MD 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Abstrak Latar Belakang. Ensefalopati hepatikum (EH) merupakan komplikasi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global
Lebih terperinciProbiotik Sebagai Terapi Profilaksis pada Ensefalopati Hepatikum
Evidence Based Case Report Probiotik Sebagai Terapi Profilaksis pada Ensefalopati Hepatikum Yoppi Kencana 1306399866 Supervisor: Dr. dr. Andri Sanityoso, SpPD-KGEH Divisi Hepatologi Departemen Ilmu Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu penyakit yang memiliki penyebaran di seluruh dunia. Individu yang terkena sangat sering tidak menunjukkan gejala untuk jangka waktu panjang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Diare akut merupakan masalah utama kesehatan anak di seluruh dunia. Di negara berkembang rata-rata 3 episode per anak per tahun pada anak berusia di bawah 5 tahun tapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi dalam masa kehamilan sangat penting. Selama kehamilan, terjadi penyesuaian metabolisme dan fungsi tubuh terutama dalam hal mekanisme dan penggunaan energi. Selain
Lebih terperinciJournal Reading ULFA ELSANATA ( )
Journal Reading ULFA ELSANATA (01.211.6546) Tujuan Mengevaluasi efektifitas gabapentin untuk menghilangkan gejala pada CTS Pendahuluan : Pengobatan CTS mencakup obat oral, suntikan steroid, decompressive
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim
Lebih terperinciGambaran Derajat Varises Esofagus Berdasarkan Beratnya Sirosis Hepatis
457 Artikel Penelitian Gambaran Derajat Varises Esofagus Berdasarkan Beratnya Sirosis Hepatis Yestria Elfatma 1, Arnelis 2, Nice Rachmawati 3 Abstrak Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit infeksi bakteri yang sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat bakteri pada jaringan pendukung
Lebih terperinciGAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2010-2012 JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parasetamol merupakan obat penurun panas dan pereda nyeri yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Metabolit Fenasetin ini diklaim sebagai zat antinyeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu alasan utama pasien datang ke layanan kesehatan adalah karena nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia. Prevalensi nyeri
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN
37 BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94
BAB VI PEMBAHASAN Pembahasan Hasil Karakteristik neonatus pada penelitian ini: berat lahir, usia saat pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94 gram) lebih berat daripada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. arsitektur hati dan pembentukan nodulus regeneratif (Sherlock dan Dooley,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati (cirrhosis hati / CH) adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hati yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sirosis hati merupakan suatu kondisi dimana jaringan hati yang normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan
BAB III. METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan metode Quasi Experimental dan menggunakan Pretest and posttest design pada kelompok intervensi dan kontrol.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian anak usia di bawah 5 tahun di negara berkembang pada tahun 2011 (Izadnegahdar dkk, 2013).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara berkembang meskipun frekuensinya lebih rendah di negara-negara maju
Lebih terperinciSTUDI PENGGUNAAN LAKTULOSA PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ENSEFALOPATI HEPATIK RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO MARIA ELVINA LEKI
STUDI PENGGUNAAN LAKTULOSA PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ENSEFALOPATI HEPATIK RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO MARIA ELVINA LEKI 2443012250 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,
Lebih terperinciRINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk
RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang perdarahan yang disebabkan Stress Related Mucosal Disease (SRMD) pada pasien kritis pertama kali muncul lebih dari empat dekade lalu. Beberapa penelitian
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi
Lebih terperinciPROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014
Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 PROFIL PASIEN SIROSIS HATI YANG DIRAWAT INAP DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2014 1 Yunellia Z. Patasik 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan pada hati atau infeksi pada hati yang disebabkan oleh bermacam-macam virus. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. fosfolipid dan asam asetoasetat (Amirudin, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Hati adalah organ dari sistem pencernaan terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat komplek. Beberapa fungsi
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif memiliki komplikasi dan risiko pasca operasi yang dapat dinilai secara objektif. Nyeri post
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode yang sistematis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan yang
Lebih terperinciPELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)
PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI) Pembicara/ Fasilitator: DR. Dr. Dedi Rachmadi, SpA(K), M.Kes Tanggal 15-16 JUNI 2013 Continuing Professional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Infeksi dengue masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan menimbulkan dampak sosial maupun ekonomi. Infeksi dengue disebabkan oleh virus DEN 1,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang diteliti. Metode ini merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang bertujuan menggambarkan
Lebih terperinciJournal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article
Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article Gestational Diabetes Mellitus : Challenges in diagnosis and management Bonaventura C. T. Mpondo, Alex Ernest and Hannah E. Dee Abstract Gestational
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3 patofisiologi dasar : sekresi insulin yang terganggu, resistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Ginjal merupakan organ yang mempunyai fungsi vital pada manusia, organ ini memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni menyaring (filtrasi)
Lebih terperinciAuthor : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.
Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan
Lebih terperinciAnemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya
Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang. disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Infeksi dengue merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue. Sampai saat ini dikenal ada empat macam serotipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3
Lebih terperinci