BAB I PENDAHULUAN. & Eisenberger, 2002). Berdasar teori social exchange Blau dan norma timbal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. & Eisenberger, 2002). Berdasar teori social exchange Blau dan norma timbal"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teori mengenai organizational support mendapat banyak perhatian dalam penelitian mengenai hubungan karyawan dengan organisasi (Rhoades & Eisenberger, 2002). Berdasar teori social exchange Blau dan norma timbal balik Gouldner (dalam Liu 2004) sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh persepsi mereka terhadap kepedulian dan dukungan dari organisasi. Organisasi dan karyawan memiliki sebuah hubungan timbal-balik. Ketika karyawan merasa didukung oleh organisasi mereka maka karyawan merasa berkewajiban untuk membalas dukungan tersebut melalui usaha ekstra dan kesetiaan terhadap organisasi. Keyakinan global karyawan dimana organisasi menilai kontribusi dan memperhatikan kesejahteraan mereka merupakan suatu dukungan dari organisasi yang dirasakan karyawan atau disebut Perceived Organizational Support (Shanock & Eisenberger, 2006). Perceived Organizational Support (POS) yaitu tingkat dimana karyawan merasa organisasi yang mempekerjakan mereka akan memberikan kompensasi yang pantas atas usaha mereka, membantu ketika mereka membutuhkan, membuat pekerjaan mereka menjadi menarik dan merangsang serta menciptakan kondisi kerja yang baik. Banyak literatur mengenai POS yang menguji hubungan kebijakan sumber daya manusia dengan tujuan untuk memahami sikap dan perilaku

2 karyawan. Meta analisis dari 70 penelitian yang dilakukan Rhoades & Eisenberger (2002) melaporkan anteseden dan konsekuensi dari POS. Penelitian yang lain mengenai POS yang memediasi praktik sumber daya manusia dengan komitmen organisasi dan kondisi kerja (Meyer & Smith, dalam Tan, 2008a) dan POS sebagai pemediasi praktik sumber daya manusia dan kondisi kerja pada turnover (Allen et al., dalam Silbert, 2005). Penelitian tersebut menemukan bahwa POS memiliki hubungan yang lemah dengan turnover intention. Mekanisme tentang POS mempengaruhi pentingnya kebijakan sumber daya manusia dan mekanisme yang menguji turnover dalam organisasi memerlukan penelitian lebih lanjut (Tan, 2008a). Menurut Tan (2008a) secara spesifik praktik pengembangan karir yang menyediakan perencanaan karir pada individu karyawan merupakan sinyal bahwa hal tersebut merupakan kepedulian dan dukungan organisasi terhadap karyawan. Tersedianya praktik pengembangan karir yang efektif tidak hanya meningkatkan pertumbuhan dan self-esteem (penghargaan diri) karyawan dalam menggunakan kemampuan dan pengetahuan tetapi juga sebagai cara untuk mempertahankan karyawan untuk tetap berada dalam organisasi tersebut (Eisenberger dalam Liu, 2004). Penelitian Tan (2008a) menemukan bahwa POS memediasi pengaruh praktek-praktek pengembangan karir pada turnover intention. Praktik sumber daya manusia yang berkaitan dengan pengembangan karir dalam penelitian tersebut antara lain organizational reward, kesempatan pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal yang

3 merupakan praktek pengembangan karir yang efektif dan mencerminkan filosofi dasar organisasi dalam memperpanjang hubungan ketenagakerjaan yang saling menguntungkan. Pengembangan karir dirancang untuk menyelaraskan kemampuan dan pengetahuan mereka dengan peluang pekerjaan dan membutuhkan peningkatan produktivitas kerja melalui peningkatan motivasi dan kepuasan kerja. Organizational reward berupa gaji dan tunjangan atau tangible reward akan memacu motivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, karena karyawan mempersepsikan bahwa organisasi memperhatikan kinerja karyawan dengan memberikan reward atau balas jasa. Peningkatan kepuasan terhadap organizational reward akan meningkatkan POS (Silbert, 2005). Reward akan meninggalkan kesan pada karyawan bahwa mereka dihargai dan bekerja lebih baik lagi di masa mendatang. Tersedianya kesempatan untuk mengembangkan karir dirasa karyawan sebagai sebuah peluang dalam organisasi dimana karyawan memiliki kesempatan untuk mendapatkan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan kompetensi mereka. Dengan menyediakan kesempatan tersebut pada karyawan berarti organisasi menawarkan pengembangan hubungan jangka panjang yang baik kepada karyawan (Liu, 2004). Dukungan supervisor mempengaruhi pengembangan karir karyawan, karena supervisor merupakan atasan langsung yang memperhatikan, mengawasi dan dapat memberikan penilaian kepada karyawan serta dianggap sebagai cerminan dari tindakan organisasi terhadap mereka (Eisenberger et al.,

4 dalam Rhoades & Eisenberger, 2002). Perlakuan yang baik dari supervisor, berarti juga perlakuan yang baik dari organisasi, akan mengurangi niat karyawan untuk meninggalkan pekerjaan bahkan organisasi. Sedangkan kebijakan promosi internal dalam organisasi dirasa sebagai salah satu program pengembangan karir yang menguntungkan bagi karyawan, yang berarti mereka memiliki kesempatan untuk mengisi jabatan tertentu dalam sebuah organisasi. Hal ini berarti organisasi lebih mengutamakan karyawan internal daripada merekrut karyawan baru untuk mengisi jabatan tersebut. Persepsi karyawan terhadap kesempatan peningkatan karir di masa depan akan memotivasi seseorang untuk mencapai harapan tersebut dan tetap berada dalam organisasi untuk menunjukkan kemampuan dan ketrampilannya (Vroom dalam Tan, 2008a). Penelitian ini yang merupakan replikasi dari yang pernah dilakukan oleh Tan (2008a) akan menganalisis adanya keterkaitan praktik pengembangan karir dengan turnover intention dan apakah keterkaitan tersebut dimediasi oleh POS. Pada penelitian sebelumnya dilakukan pada 357 pekerja pada industri di bidang keuangan, teknologi informasi, arsitektur dan pendidikan. Penelitian tersebut menyarankan pada penelitian selanjutnya dilakukan pada bidang industri yang berbeda. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada industri di bidang kesehatan dengan sampel perawat Rumah Sakit dr. Oen Surakarta. Dengan menggunakan perawat sebagai sampel, penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan generalisasi dari POS pada perawat.

5 Rumah Sakit dr. Oen Surakarta merupakan organisasi yang melayani masyarakat di bidang jasa kesehatan. Keberadaan perawat sebagai pelaksana kegiatan organisasi memiliki peran yang penting bagi organisasi karena perawat melakukan interaksi langsung dengan konsumen yaitu pasien. Dalam melaksanakan tugas, perawat diharapkan untuk memenuhi target yang ditetapkan organisasi yang berarti mereka juga bekerja di bawah tekanan atau target. Hal ini menjadi salah satu alasan untuk keluar dari organisasi. Selain itu adanya kesempatan karir yang lebih baik di tempat lain juga merupakan alasan untuk meninggalkan organisasi. Sedangkan sumber daya manusia terutama yang memiliki potensi dan kemampuan yang baik dan cenderung berprestasi merupakan aset yang berharga bagi sebuah organisasi. Sehingga organisasi akan berusaha untuk mempertahankan mereka untuk tetap berada dalam organisasi dan tidak berniat untuk meninggalkan organisasi yang menaungi mereka., salah satunya dengan menyediakan program-program pengembangan karir yang berarti organisasi memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan karyawan (POS) serta memotivasi mereka untuk berprestasi. Perawat yang mendapat perlakuan yang baik dan dukungan dari organisasi akan melayani pasien dengan sepenuh hati sehingga menimbulkan kepuasan bagi para pasien, memberikan kontribusi yang bermanfaat dan akan mempengaruhi eksistensi organisasi. Dengan menyediakan praktik pengembangan karir tersebut, maka organisasi memperhatikan dan peduli terhadap kontribusi dan kesejahteraan mereka, sehingga niat untuk meninggalkan organisasi pun berkurang.

6 Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PERCEIVED ORGANIZATIONAL SUPPORT (POS) SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI PENGARUH PRAKTIK PENGEMBANGAN KARIR PADA TURNOVER INTENTION (Studi pada Perawat Rumah Sakit dr. Oen Surakarta) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut : 1. Apakah organizational reward berpengaruh negatif secara langsung pada turnover intention? 2. Apakah kesempatan pengembangan karir berpengaruh negatif secara langsung pada turnover intention? 3. Apakah dukungan supervisor berpengaruh negatif secara langsung pada turnover intention? 4. Apakah promosi internal berpengaruh negatif secara langsung pada turnover intention? 5. Apakah POS memediasi pengaruh organizational reward pada turnover intention? 6. Apakah POS memediasi pengaruh kesempatan pengembangan karir pada turnover intention? 7. Apakah POS memediasi pengaruh dukungan supervisor pada turnover intention?

7 8. Apakah POS memediasi pengaruh promosi internal pada turnover intention? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Untuk menguji pengaruh langsung organizational reward pada turnover intention. 2. Untuk menguji pengaruh langsung kesempatan pengembangan karir pada turnover intention. 3. Untuk menguji pengaruh langsung dukungan supervisor pada turnover intention. 4. Untuk menguji pengaruh langsung promosi internal pada turnover intention. 5. Untuk menguji POS sebagai variabel pemediasi pengaruh organizational reward pada turnover intention. 6. Untuk menguji POS sebagai variabel pemediasi pengaruh kesempatan pengembangan karir pada turnover intention. 7. Untuk menguji POS sebagai variabel pemediasi dukungan supervisor pada turnover intention. 8. Untuk menguji POS sebagai variabel pemediasi promosi internal pada turnover intention.

8 D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi dalam usaha untuk menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi manajemen, khususnya yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia. 2. Secara Praktis a. Bagi penulis Untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebagai bekal kelak, agar dapat menerapkan kombinasi yang tepat antara keadaan teori dengan keadaan praktek di masa yang akan datang. b. Bagi Perusahaan Sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki demi usaha untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Praktik Pengembangan Karir Pengembangan karir adalah serangkaian aktivitas sepanjang hidup yang berkontribusi pada eksplorasi, pemantapan, keberhasilan dan pemenuhan karir seseorang (Dessler, 2007). Bagi pengusaha, kerja sama pengembangan karir memiliki beberapa fungsi seperti, pengusaha memberikan perangkat, lingkungan, dan pengembangan keahlian bagi karyawan, lalu karyawan melayani dan membangun organisasi atau perusahaan menjadi potensial. Pengembangan karir juga dapat menumbuhkan komitmen karyawan. Hal terbaik yang dapat dilakukan organisasi untuk menjaga komitmen karyawan adalah dengan memberikan penawaran bahwa dalam lima tahun mendatang karyawan tersebut akan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih untuk bekerja dibandingkan saat ini. Karyawan, manajer, pengusaha berperan dalam perencanaan, pengarahan, dan pengembangan karir karyawan. Klasifikasi peran-peran dalam pengembangan karir (Otte & Hutchenson dalam Dessler, 2007) yaitu: 1. Individual atau Karyawan a) Mengemban tanggung jawab atas karir sendiri. b) Menilai minat, keahlian dan nilai-nilai. c) Mencari informasi karir dan sumber daya. d) Menyusun tujuan dan perencanaan karir.

10 e) Memanfaatkan kesempatan pengembangan. f) Berbicara dengan manajer tentang karir individu. g) Mengikuti rencana karir yang realistis. 2. Manajer a) Memberikan umpan balik pada waktu yang tepat. b) Memberikan dukungan dan penugasan yang membangun. c) Berpartisipasi dalam diskusi pengembangan karir d) Mendukung rencana pengembangan karyawan. 3. Organisasi a) Mengkomunikasikan misi, kebijakan dan prosedur. b) Menyediakan pelatihan dan kesempatan pengembangan. c) Memberikan informasi karir dan program karir. d) Menawarkan berbagai jenis pilihan karir. Program pengembangan karir tidak harus rumit. Laporan karyawan bahwa mereka menerima umpan balik untuk kinerja mereka, memiliki rencana pengembangan individual dan memiliki akses pada pelatihan nonteknis sangat mungkin akan mengurangi kemungkinan karyawan meninggalkan organisasi. Titik awal pengembangan karir dimulai dari diri individu. Setiap individu bertanggung jawab atas pengembangan atau kemajuan karirnya. Setelah komitmen pribadi dibuat, beberapa kegiatan pengembangan karir dapat dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut menurut Handoko (2001:131) :

11 1. Prestasi kerja Kegiatan paling penting untuk memajukan karir adalah prestasi kerja yang baik karena hal ini mendasari semua kegiatan pengembangan karir lainnya. Kemajuan karir sangat tergantung pada prestasi kerja. 2. Exposure Kemajuan karir juga ditentukan oleh exposure, yaitu menjadi dikenal oleh orang-orang yang memutuskan promosi, transfer dan kesempatankesempatan karir lainnya. Tanpa exposure, karyawan yang berprestasi baik mungkin tidak memperoleh kesempatan untuk mencapai sasaran karirnya. 3. Permintaan berhenti Bila seorang karyawan melihat kesempatan karir yang lebih besar di tempat lain, permintaan berhenti mungkin merupakan suatu cara untuk mencapai sasaran-sasaran karir. Banyak karyawan yang berpindahpindah perusahaan sebagai strategi karir mereka. Bila hal itu dilakukan secara efektif mereka biasanya mendapatkan promosi, gaji dan pengalaman baru. 4. Mentor dan sponsor Seorang mentor adalah orang yang menawarkan bimbingan karir informal. Bila mentor dapat menominasi karyawan untuk kegiatan pengembangan karir seperti program latihan, transfer atau promosi, maka dia menjadi sponsor. Seorang sponsor adalah orang yang dapat

12 menciptakan kesempatan-kesempatan pengembangan karir bagi orang lain. Seringkali sponsor karyawan adalah atasan langsung. 5. Kesempatan untuk tumbuh Bila karyawan meningkatkan kemampuan, misal melalui program pelatihan, pengambilan kursus atau penambahan gelar, maka berarti mereka memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh. Hal ini berguna baik bagi departemen personalia dalam pengembangan sumber daya internal maupun bagi pencapaian rencana karir karyawan. Praktik pengembangan karir dalam penelitian ini antara lain organizational reward, adanya kesempatan pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal. Keputusan karyawan untuk tetap tinggal atau meninggalkan pekerjaan tergantung pada apakah pekerjaan tersebut menantang, apakah mereka mendapatkan dukungan dari organisasi dan pengembangan pribadi. B. Organizational Reward Organizational reward adalah bentuk penghargaan atau balas jasa dari organisasi atas kontribusi dan performance karyawan. Reward di tempat kerja dikategorikan menjadi dua yaitu secara intrinsic atau extrinsic. Intrinsic rewards adalah penghargaan dari individu untuk dirinya sendiri, sedangkan extrinsic rewards adalah penghargaan yang dikendalikan oleh organisasi. Perasaan seseorang akan harga diri (self-esteem), kepuasan diri (selfsatisfaction), berharga dan prestasi diklasifikasikan sebagai intrinsic reward.

13 Sebaliknya, pemberian balas jasa berupa materi dan penghargaan sosial seperti pujian dan pengakuan termasuk dalam extrinsic reward. Intrinsic reward lebih efektif dalam memotivasi pekerja dan berhubungan secara langsung dengan kinerja daripada extrinsic reward. Intrinsic reward berkaitan dengan pemenuhan atau kebutuhan lain yang lebih tinggi seperti harga diri, aktualisasi diri dan prestasi yang akan merangsang motivasi individu. Proses alokasi balas jasa dari organisasi adalah alat utama untuk memelihara dan terus meningkatkan motivasi kerja. Organisasi memiliki pertimbangan besar mengenai aspek-aspek spesifik ketika memberikan balas jasa seperti peningkatan upah atau promosi. Untuk meningkatkan produktivitas karyawan dapat dilakukan dengan memberikan balas jasa bagi kinerja karyawan. Berikut ini adalah elemen pokok efektifitas sistem balas jasa organisasi (Shinew & Weston, 1992): 1. Reward harus bernilai bagi karyawan. Balas jasa yang memenuhi kebutuhan individual akan dirasa lebih bernilai dan lebih efektif dalam meningkatkan kinerja karyawan. 2. Tingkat kinerja yang diperlukan yang harus dapat dicapai. Standar kerja yang terlalu menuntut dapat menghambat motivasi karena hal itu kurang dapat diterima oleh karyawan. Sebaliknya sasaran kerja yang mudah dicapai bukanlah motivator yang efektif. Dengan melibatkan karyawan dalam proses goal-setting akan menjamin sasaran-sasaran yang memenuhi kriteria di atas. Melibatkan karyawan dalam proses perencanaan akan

14 menaikkan tingkat komitmen individu dan kesempatan memebentuk sasaran kinerja baru yang akan dicapai. 3. Reward harus berhubungan dan tergantung pada kinerja. Jika penghargaan didasarkan pada kinerja, maka organisasi harus memiliki alat-alat untuk menilai kualitas dan kuantitas output karyawan. 4. Reward haruslah pantas. Karyawan merasa bermanfaat ketika mereka merasakan bahwa karyawan menerima balas jasa yang setaraf dengan kinerja mereka. 5. Sistem balas jasa harus komprehensif dan kreatif. Organisasi harus mencoba untuk mengimplementasikan sistem balas jasa yang inovatif dan menyeluruh karena metode penghargaan yang tradisional dapat menyebabkan kegagalan dalam memotivasi karyawan. Organisasi dapat mempertimbangkan kolaborasi tangible reward (seperti uang, barang, fasilitas dan pelayanan dari kantor) dan intangible reward (seperti ucapan pujian, pujian tertulis dan peningkatan otonomi) Untuk meningkatkan POS, reward dirasa sebagai hal yang penting yang akan meninggalkan kesan mendalam pada karyawan bahwa mereka dihargai dan bekerja lebih baik lagi di masa mendatang (Silbert, 2005). Reward pada hakekatnya berhubungan dengan niat karyawan untuk meninggalkan organisasinya (turnover intention) ketika karyawan yang merasa puas dengan reward yang diberikan organisasi percaya bahwa balas jasa yang kompetitif seperti itu tidak dapat ditemukan di tempat lain, oleh karena itu mereka memilih untuk tetap tinggal di organisasi tersebut. Meyers & Smith (dalam

15 Tan, 2008a) mengatakan organizational reward mencerminkan pengakuan dan penghargaan atas kinerja karyawan. Dari pandangan karyawan, jumlah upah akan memunculkan kemauan yang besar dari karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. C. Kesempatan Pengembangan Karir Pengembangan karir adalah pengembangan karyawan yang menguntungkan bagi perusahaan dan karyawan tersebut. Program pengembangan karier efektif meningkatkan prestasi kerja individu melalui pembelajaran yang terus-menerus dan penyesuaian, selagi organisasi menawarkan hubungan pengembangan baik dengan karyawan mereka. Menurut Aldefer & Maslow (dalam Liu, 2004) para karyawan memiliki hasrat untuk mengembangkan potensi dan kemampuan dalam organisasi atau dengan kata lain memenuhi kebutuhan untuk berkembang dan aktualisasi diri. Kebijakan-kebijakan perusahaan memainkan peranan penting dalam menyediakan kesempatan pengembangan karir. Organisasi yang menyediakan peluang atau kesempatan karir menyiratkan perhatian yang lebih tinggi dari organisasi pada karyawan (Rhoades & Eisenberger, 2002). Biasanya perusahaan menyediakan kuantitas dan kualitas yang relevan mengenai skema pengembangan karir yang mengisyaratkan karyawan untuk mengembangkan kemampuan untuk tumbuh bersama dengan perusahaan tersebut. Apabila karyawan meningkatkan kemampuan, misal melalui program pelatihan, pengambilan kursus atau penambahan gelar, maka berarti mereka

16 memanfaatkan kesempatan untuk tumbuh. Hal ini berguna baik bagi departemen personalia dalam pengembangan sumber daya internal maupun bagi pencapaian rencana karir karyawan. D. Dukungan Supervisor Supervisor terlibat dalam evaluasi kinerja, umpan-balik, dan program pengembangan karir. Perlakuan yang kurang baik dari para supervisor mencerminkan organisasi dan keputusan organisasi terhadap karyawan. Dukungan supervisor didefinisikan sebagai tingkat dimana karyawan membentuk kesan bahwa atasan mereka memperhatikan kesejahteraan mereka, menghargai kontribusi mereka dan memberikan dukungan pada mereka ( Eisenberger et al., 2002). Yarnall (1998) mengelompokkan peran manajer lini yaitu: 1. Mempromosikan pengembangan karir a. Mengkomunikasikan pentingnya pengembangan karir. b. Mengkomunikasikan maksud/arti pengembangan karir. c. Meningkatkan kesadaran akan keuntungan-keuntungan dari pengembangan karir. d. Menciptakan iklim yang sesuai untuk pengembangan seperti menyediakan peluang bagi staf untuk berbagi pelajaran dan pengalaman mereka dengan atasan. e. Memberikan harapan penggunaan sumber daya pengembangan.

17 2. Memanfaatkan waktu dengan staf secara individu mengenai isu-isu pengembangan karir a. Bertindak sebagai pelatih dan penasihat. b. Memberikan umpan-balik atas kinerja individu. c. Menyediakan informasi mengenai peluang-peluang di masa mendatang dalam organisasi. d. Memberikan dukungan kepada individu yang sedang menentukan tujuan dan perencanaan karir. e. Menjadi sumber daya dan sumber gagasan untuk pilihan pengembangan karir. f. Membantu untuk mengidentifikasi dan mengatasi rintangan dalam pengembangan karir. g. Bertindak sebagai sounding board. h. Mengatur harapan-harapan yang realistis. 3. Mengambil tindakan lebih lanjut mengenai pengembangan staf a. Memperjuangkan karir. b. Merancang kembali pekerjaan untuk menciptakan peluang-peluang yang lebih menantang. c. Penguatan pengembangan karir melalui penghargaan kepada staff. Rhoades et al., (2002) mengatakan supervisor memainkan peran penting dalam manajemen karyawan dan pekerjaan, sehingga hubungan diantara mereka menjadi lebih dekat. Oleh karena itu, perlakuan yang menguntungkan dari supervisor pada karyawan dapat meningkatkan dukungan organisasi yang

18 diterima karyawan, seperti memberikan kebebasan untuk memilih, keadilan dan atribut kebijakan dan prosedur organisasi. Kepuasan karyawan terhadap supervisor dapat mengurangi niat karyawan untuk keluar dari organisasi atau perusahaan. E. Promosi Internal Pengembangan pegawai juga dapat dilakukan dengan program promosi pegawai. Promosi dapat diartikan sebagai perpindahan dari satu jabatan ke jabatan yang lain yang mempunyai status dan tanggung jawab yang lebih tinggi. Biasanya perpindahan ke jabatan yang lebih tinggi disertai dengan peningkatan gaji, upah dan hak-hak lain (Hedjrachman & Husnan, 2000). Promosi di dalam suatu organisasi menunjukkan tanda bahwa prestasi dan kemampuan seseorang akan dihargai dengan kenaikkan upah, tantangan pekerjaan, tanggung jawab, status dan otonomi. Bagi kalangan karyawan, promosi adalah penghargaan organisasional yang sangat dicari. Promosi sendiri sebenarnya mempunyai nilai karena promosi merupakan bukti pengakuan terhadap prestasi karyawan. Bagi perusahaan promosi memiliki arti sebab dengan adanya promosi berarti kestabilan perusahaan dan moral karyawan akan dapat lebih terjamin. Suatu jabatan tertentu pada suatu pasti akan ditinggalkan karena beberapa hal, misalnya pensiun, sakit, keluar, meninggal, dan sebagainya. Sehingga jabatan yang kosong harus diisi, dimana salah satu cara untuk mengisi kekosongan tersebut adalah dengan promosi.

19 Karyawan yang mengisi sebuah jabatan yang lebih tinggi daripada sebelumnya harus memenuhi syarat-syarat, antara lain: 1. Pengalaman 2. Tingkat pendidikan 3. Loyalitas 4. Kejujuran 5. Tanggung jawab 6. Kepandaian bergaul 7. Prestasi kerja 8. Inisiatif dan kreatif Promosi dibedakan menjadi: 1. Promosi yang disertai kenaikan gaji serta penambahan wewenag dan tanggung jawab. 2. Promosi yang tidak disertai kenaikan gaji serta penambahan wewenag dan tanggung jawab. Dasar yang biasa dipakai untuk menetapkan promosi: 1. Atas dasar kecakapan kerja atau merit Pada umumnya promosi yang didasarkan atas kecakapan kerja dianggap lebih adil daripada promosi yang didasarkan masa kerja (seniority) 2. Atas dasar masa kerja (seniority) Dalam menentukan sistem senioritas terlebih dahulu ditentukan: a) Saat dimulainya perhitungan masa kerja.

20 b) Menentukan kelompok yang akan diberi perlakuan istimewa. c) Menentukan apakah perhitungan masa kerja diberlakukan untuk seluruh bagian di perusahaan atau bagian-bagian tertentu saja. Proses promosi tidak selalu merupakan pengalaman yang positif bagi karyawan. Ketidakadilan, kesewenangan atau kerahasiaan dapat mengurangi efektivitas dari proses tersebut. Menurut Dessler (2007) keputusan yang paling penting adalah apakah promosi didasarkan pada senioritas atau kompetensi atau kombinasi dari keduanya. Promosi yang didasarkan pada kompetensi akan meningkatkan motivasi dari karyawan. Promosi internal menghubungkan minat karir karyawan dengan organisasi melalui pengenalan kinerja mereka, organisasi mengundang karyawan untuk memperluas tujuan mereka di dalam organisasi. Mengacu pada teori POS, menurut Guest et al., (dalam Tan, 2008a) promosi internal berarti pemeliharaan kepada karyawan yang mengindikasikan bahwa organisasi mengenal dan menilai kinerja karyawan melalui promosi formal. Hal ini juga sebagai komitmen dari organisasi untuk melanjutkan pengembangan setiap jalur karir karyawan dan kesempatan untuk belajar. Promosi mengarah pada perlakuan yang disukai karyawan menunjukkan bahwa organisasi mengenal dan menilai kinerja karyawan melalui promosi. Menurut Vroom (dalam Tan, 2008a) persepsi karyawan mengenai peluang kemajuan masa mendatang dalam organisasi akan memotivasi untuk melaksanakan pekerjaan sampai mencapai harapan-harapan mereka dan tetap

21 berada di perusahaan untuk memperlihatkan kemampuan dan ketrampilan mereka. F. Perceived Organizational Support (POS) Organizational Support Theory menyebutkan bahwa untuk menemukan kebutuhan socioemotional dan untuk menentukan kesiagaan organisasi dalam memberi penghargaan atas peningkatan kinerja, karyawan-karyawan mengembangkan keyakinan bahwa organisasi menilai kontribusi mereka dan memperhatikan kesejahteraan mereka (Eisenberger et al., 2002). Karyawan meyakini dengan jelas bahwa organisasi memiliki orientasi umum yang positif maupun negatif terhadap mereka mengenai kontribusi dan kesejahteraan mereka. Menurut Shanock & Eisenberger (2006) POS adalah tingkat dimana karyawan merasa atasannya memperhatikan kesejahteraan dan menilai kontribusi mereka kepada organisasi. POS yaitu tingkat dimana karyawan merasa organisasi yang mempekerjakan mereka akan memberikan kompensasi yang pantas atas usaha mereka, membantu ketika mereka membutuhkan (seperti ketika sakit atau masalah yang berkaitan dengan pekerjaan), membuat pekerjaan mereka menjadi menarik dan merangsang serta menciptakan kondisi kerja yang baik. POS memperkenalkan sebuah gagasan dimana karyawan memiliki pendapat mengenai komitmen organisasi kepada karyawan. Perspektif ini penting untuk dipertimbangkan karena karyawan dan organisasi dilibatkan dalam sebuah hubungan timbal-balik. Tidak cukup jika hanya

22 mempertimbangkan komitmen karyawan terhadap organisasi tetapi juga mempertimbangakan dukungan yang diberikan organisasi kepada mereka (Silbert, 2005). Dalam mengembangkan POS pada setiap karyawan, organisasi harus menunjukkan dukungan organisasi terhadap mereka. Kemudian ketika karyawan merasa dihargai, mereka akan meningkatkan komitmen mereka terhadap organisasi. Persepsi tiap karyawan mengenai organisasi berbeda-beda, sehingga penting untuk mempertimbangkan berbagai cara bagaimana karyawan melihat organisasi. Misalnya, ketika karyawan berpikir mengenai organisasi atau perusahaan, karyawan mungkin akan berpendapat bahwa tindakan dan keprcayaan dari supervisor mereka merupakan cerminan dari tindakan dan kepercayaan dari organisasi terhadap mereka. Dari persepsi karyawan, katakata yang menyatakan dukungan atau penilaian yang tidak adil dari supervisor mereka, yang mana mewakili organisasi, dapat mencerminkan secara langsung pandangan karyawan mengenai komitmen organisasi terhadap mereka. Menurut Rhoades & Eisenberger (2002), ada tiga cara primer dimana karyawan merasa diperlakukan dengan baik oleh organisasi, yaitu melalui dukungan dari supervisor, melalui imbalan dan kondisi kerja yang baik, dan melalui kebijakan dan praktik organisasi yang adil. Praktik sumber daya manusia yang baik menandakan sebuah investasi pada sumber daya manusia dan menunjukkan pengakuan terhadap kontribusi karyawan akan meningkatkan POS dan hal tersebut dilakukan oleh organisasi sebagai tindakan yang disengaja dan secara sukarela. POS secara langsung mengarah

23 pada perilaku di tempat kerja yang menguntungkan bagi organisasi. POS membantu mengurangi ketidakhadiran (absenteeism) dan mengurangi turnover intention (Eisenberger, 1986). G. Turnover Intention Mathis & Jackson (2001:102) mendefinisikan turnover sebagai proses dimana tenaga kerja meninggalkan organisasi dan harus ada yang menggantikannya. Turnover dibedakan menjadi dua jenis: 1. Turnover sukarela (voluntary) Turnover sukarela terjadi pada saat tenaga kerja meninggalkan organisasi atas permintaan sendiri. Alasan karyawan meninggalkan organisasi disebabkan oleh kurangnya tantangan kerja, adanya kesempatan yang lebih baik di tempat lain, gaji, pengawasan, letak geografi tempat kerja dan tekanan. 2. Turnover tidak sukarela (unvoluntary) Turnover tidak sukarela terjadi pada saat tenaga kerja diberhentikan dari organisasi. Umumnya tenaga kerja yang diberhentikan adalah tenaga kerja yang kinerjanya kurang baik. Turnover intention didefinisikan sebagai keputusan karyawan untuk meninggalkan organisasi dengan sukarela. Niat untuk meninggalkan suatu pekerjaan mengacu pada kecenderungan atau tujuan untuk meninggalkan organisasi di mana seseorang dipekerjakan. Walaupun niat untuk meninggalkan organisasi bukan berarti perputaran karyawan yang nyata tetapi

24 niat merupakan prediktor yang kuat untuk keluar dari pekerjaan. Tingginya niat untuk meninggalkan organisasi mempunyai pengaruh negatif secara tidak langsung saat bekerja dalam bentuk penurunan partisipasi dalam suatu pekerjaan (Kivimaki et al., 2007). Organisasi menginvestasikan banyak bagi karyawan yang berkaitan dengan pelatihan, pelantikan, pengembangan, pemeliharaan dan menahan mereka agar tetap berada di dalam organisasi. Konsekuensi dari perputaran karyawan adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Total biaya perputaran karyawan sulit untuk diukur, khususnya dampak pada budaya organisasi, moral karyawan dan modal sosial. Biaya yang menjadi fokus yang berhubungan dengan perputaran karyawan adalah biaya pemilihan dan perekrutan, pelatihan dan pelantikan karyawan baru. Kehilangan karyawan yang kinerjanya tinggi, mempunyai tingkat pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang tinggi atau seorang karyawan yang bekerja pada sebuah perusahaan dimana tenaga kerjanya minim, menjadi sesuatu yang penting pada kinerja, produktivitas dan pelayanan organisasi (Riley, 2006). Oleh karena itu, semua biaya yang dikeluarkan harus memperkecil perputaran (turnover) karyawan (Ongori, 2007). North (dalam Riley, 2006) mengatakan turnover mempunyai dampak negatif pada karyawan lain dengan mengganggu proses sosialisasi kelompok dan meningkatkan konflik internal yang dapat mendorong bertambahnya perputaran. Ketika organisasi mempekerjakan karyawan yang trampil dan efektif pada posisi mereka, terdapat kemungkinan bahwa karyawan tersebut akan

25 menemukan pekerjaan yang sama di mana pun. Untuk mempertahankan karyawan, organisasi memperkenalkan POS, yang merupakan cara efektif untuk mengurangi turnover intention (Silbert, 2005). Karyawan yang memperoleh dukungan organisasi sebagai bagian dari rangsangan yang diberikan pada mereka akan mengurangi niat mereka untuk meninggalkan organisasi tersebut (Allen et al., dalam Liu, 2004). H. Hubungan antara POS, Praktik Pengembangan Karir dan Turnover Intention Berdasar teori perubahan sosial Blau dan norma timbal-balik Gouldner (dalam Liu, 2004) dukungan yang diberikan organisasi akan menciptakan kewajiban karyawan untuk peduli pada masa depan organisasi dan memperluas usaha mereka untuk mencapainya. POS dan peningkatan dukungan tersebut akan membantu mengurangi niat karyawan untuk mencari peluang kerja di tempat lain. Menurut Silbert (2005) reward dirasa sebagai hal penting yang meningkatkan POS, yang akan meninggalkan kesan mendalam pada karyawan bahwa mereka dihargai dan bekerja lebih baik lagi di masa mendatang. Reward pada hakekatnya berhubungan dengan niat karyawan untuk meninggalkan organisasinya (turnover intention) ketika karyawan yang merasa puas dengan reward yang diberikan organisasi percaya bahwa reward yang kompetitif seperti itu tidak dapat ditemukan di tempat lain, oleh karena itu mereka memilih untuk tetap tinggal di organisasi tersebut.

26 Liu (2004) mengatakan bahwa praktek-praktek sumber daya manusia yang dapat menciptakan keyakinan karyawan tehadap POS adalah dengan menyediakan kesempatan pengembangan yang dapat menemukan kebutuhan pengembangan diri karyawan. Tersedianya kesempatan pengembangan karir menggambarkan bahwa perusahaan berusaha untuk memanjakan karyawannya sehingga akan mengurangi turnover intention. Dukungan supervisor terhadap bawahannya menghasilkan hubungan yang disukai (favorable) antara karyawan dan organisasi. Supervisor dapat mempengaruhi karyawan melalui tindakan-tindakan yang dilakukannya baik yang disukai maupun tidak disukai karyawan. Tindakan yang diambil supervisor dipersepsikan karyawan sebagai tindakan organisasi. Sehingga perlakuan yang baik dari supervisor terhadap bawahan yang dianggap perlakuan yang baik dari organisasi akan mengurangi turnover intention. Vroom (dalam Tan, 2008a) mengatakan bahwa persepsi karyawan mengenai peluang kemajuan masa mendatang dalam organisasi akan memotivasi untuk melaksanakan pekerjaan sampai mencapai harapan-harapan mereka dan tetap berada di perusahaan untuk memperlihatkan kemampuan dan ketrampilan mereka. POS memelihara komitmen yang timbal-balik antara karyawan dan organisasi, dimulai dari organisasi yang memberikan dukungan dan kepedulian kepada karyawan dan karyawan membalas dengan usaha dan tindakan untuk mencapai tujuan organisasi. Praktik pengembangan karir menandakan dukungan dan kepedulian organisasi (POS) dalam

27 mengembangkan kemampuan dan ketrampilan karyawan dan menurunkan niat karyawan untuk melihat kesempatan karir di organisasi lain dan keluar dari organisasi. I. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang menghubungkan antara POS, praktek-praktek pengembangan karir dan turnover intention antara lain: Judul dan Peneliti 1 Linking Career Development Practices to Turnover Intention: The Mediator of Perceived Organizational Support (Tan, 2008a) 2 Organizational Support as the Mediator of Career- Related HRM Practices and Affective Commitment : Evidence from Knowledge Workers in Malaysia (Tan, 2008b) 3 Factors Affecting Psychiatric Nurses Intention to Leave Their Current Job (Ito et al., 2001) Variabel Independen Kesempatan pengembangan karir, organizational reward, dukungan supervisor dan promosi internal. POS sebagai variabel pemediasi Kesempatan pengembangan karir, promosi intenal, dukungan supervisor, kepuasan terhadap upah. POS sebagai variabel pemediasi. Resiko kerja, kepuasan kerja dan dukungan supervisor. Variabel Dependen Turnover intention Komitmen organisasi afektif Turnover intention Sampel 357 tenaga kerja pada empat perusahaan di bidang : keuangan, IT, arsitektur, pendidikan 329 pekerja di Malaysia 1494 perawat pada 27 rumah sakit di Jepang Hasil POS memediasi pengaruh variabel dependen pada variabel independen POS memediasi pengaruh variabel dependen pada variabel independen Terdapat hubungan negatif antara variabel dependen dan independen

28 Judul dan Peneliti 4 A Relationship between Organizational Climate, Employee Personality and Intention to Leave. (Hong & Kaur, 2008) 5 The Impact of Human Resource Management Practices on Marketing Executive Turnover of Leasing Companies in Sri Lanka (Abeysekera, 2007) 6 Perceived Organizational Support: A Review of the Literature. (Eisenberger & Rhoades, 2002) Variabel Independen Dimensi iklim organisasi: Struktur, Tanggung jawab, Reward dan Dukungan Praktek-praktek sumber daya manusia (Pengembangan karir dan Dukungan supervisor) Keadilan, Dukungan supervisor, Promosi, Organizational reward dan Kondisi kerja. Variabel Dependen Turnover intention Turnover intention Perceived Organizational Support (POS) Sampel 183 karyawan di Malaysia 100 Excecutive Marketing di Sri Lanka Penelitian meta-analisis pada 70 penelitian sebelumnya Hasil Terdapat hubungan negatif antara variabel dependen dan independen Terdapat hubungan negatif antara variabel dependen dan independen Terdapat hubungan positif antara variabel dependen dan independen 7 Antecedents and Consequences of Organizational Commitment Among Pakistani University Teachers (Chughtai & Zafar, 2006) Kepuasan terhadap promosi, upah, rekan kerja, supervisor, keamanan kerja, kondisi kerja dan pelatihan Komitmen organisasi 125 guru di Pakistan Terdapat hubungan positif antara variabel dependen dan independen Penelitian ini merupakan replikasi penelitian yang dilakukan Tan (2008a) yang menguji pengaruh organizational reward, kesempatan pengembangan karir, dukungan supervisor, promosi internal pada turnover intention dengan POS sebagai variabel pemediasi. Hasil penelitian Tan (2008a) menunjukan bahwa POS memediasi pengaruh organizational reward pada turnover intention secara parsial dan memediasi pengaruh kesempatan pengembangan karir, dukungan supervisor, promosi internal pada turnover intention secara

29 penuh. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berbeda yaitu perawat Rumah Sakit dr. Oen Surakarta. J. Kerangka Pemikiran Organizational Reward Kesempatan Pengembangan Karir POS Turnover Intention Dukungan Supervisor Promosi Internal Gambar II.1 Kerangka Penelitian Keterangan: Variabel penelitian ini antara lain organizational reward, kesempatan pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal sebagai

30 variabel independen. Sedangkan variabel dependennya yaitu turnover intention dan variabel pemediasinya adalah POS. Praktik-praktik pengembangan karir menandai dukungan dan kepedulian organisasi dalam mengembangkan kemampuan dan ketrampilan karyawan. POS dan peningkatan POS tersebut akan membantu mengurangi niat untuk mencari peluang kerja di tempat lain. K. Hipotesis Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh praktik pengembangan karir pada turnover intention dengan POS sebagai variabel mediasi. Hipotesishipotesis yang dibentuk dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya, sehingga diharapkan hipotesis tersebut cukup valid untuk diuji. Dari model penelitian diatas, dapat diambil hipotesis sebagai berikut : 1. Pengaruh langsung organizational reward pada turnover intention. Organizational reward akan berkaitan dengan turnover ketika karyawan yang merasa puas dengan organizational reward meyakini bahwa balas jasa yang diberikan organisasi tersebut tidak akan dapat ditemui pada organisasi lain, sehingga memutuskan untuk tidak meninggalkan organisasinya (Tan, 2008a). Dengan memberikan reward secara efektif akan membentuk ikatan psikologis dengan organisasi. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa reward berpengaruh pada turnover intention (Hong & Kaur, 2008). Ketika upah meningkat seiring

31 dengan masa jabatan, ketrampilan dan pengalaman kerja, kepuasan terhadap reward menyiratkan kesediaan kedua belah pihak (organisasi dan karyawan) untuk menginvestasikan waktu dan usaha dalam melanjutkan hubungan ketenaga-kerjaan. Dari segi pandangan perawat, jumlah upah menimbulkan keseriusan dan kesediaan untuk meningkatkan kinerja. Oleh karena itu perawat yang merasa puas dengan bentuk penghargaan moneter tidak akan mempertimbangkan alternatif dari organisasi lain. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dirumuskan adalah: H 1 = Organizational reward berpengaruh negatif secara langsung pada turnover intention. 2. Pengaruh langsung kesempatan pengembangan karir pada turnover intention. Praktik sumber daya manusia yang berkaitan dengan karir dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan, potensi dan meningkatkan kualitas perawat. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa kesempatan pengembangan karir berhubungan negatif dengan turnover intention (Abeysekera, 2007). Sedangkan penelitian Tan (2008b) melaporkan adanya kesempatan pengembangan karir berhubungan positif dengan komitmen organisasi afektif. Perawat yang menerima kesempatan untuk mengembangkan karir akan meningkatkan kepercayaan dan motivasi dalam bekerja dan mengurangi niat untuk keluar dari organisasi. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah:

32 H 2 = Kesempatan pengembangan karir berpengaruh negatif secara langsung pada turnover intention. 3. Pengaruh langsung dukungan supervisor pada turnover intention. Supervisor terlibat dalam evaluasi kinerja, umpan-balik, dan program pengembangan karir karena supervisor merupakan atasan langsung dari karyawan pelaksana dan melakukan pengawasan langsung terhadap para bawahan. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa dukungan supervisor berpengaruh negatif terhadap turnover intention ( Ito et al., 2001). Sedangkan penelitian Abeysekera (2007) melaporkan bahwa dukungan supervisor berhubungan negatif dengan turnover intention. Perawat yang tidak mendapat dukungan dari supervisor memiliki niat yang lebih besar untuk meninggalkan organisasi dibanding mereka yang mendapat dukungan supervisor. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dirumuskan adalah: H 3 = Dukungan supervisor berpengaruh berpengaruh negatif secara langsung pada turnover intention. 4. Pengaruh langsung promosi internal pada turnover intention. Promosi mengarah pada perlakuan yang baik dari organisasi yang menunjukkan bahwa organisasi mengenal dan menilai kinerja melalui promosi. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa adanya peluang promosi berhubungan positif dengan komitmen terhadap organisasi (Chungtai & Zafar, 2006). Sedangkan penelitian Lyness & Judiesch (2001) melaporkan karyawan yang mendapatkan promosi lebih menyukai untuk

33 tetap tinggal di dalam organisasi dibanding yang tidak mendapat kesempatan promosi. Dalam norma timbal-balik (Gouldner dalam Liu, 2004), persepsi terhadap promosi dilihat sebagai bentuk dukungan dari organisasi untuk mengurangi turnover. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah: H 4 = Promosi internal berpengaruh berpengaruh negatif secara langsung pada turnover intention. 5. POS sebagai variabel pemediasi pengaruh organizational reward pada turnover intention. Dalam literatur mengenai POS belum banyak yang melaporkan dampak organizational reward pada niat untuk meninggalkan organisasi. Silbert (2005) mengatakan bahwa reward akan membawa hal positif bagi karyawan dan mempengaruhi perilaku mereka dalam organisasi tersebut. Keseluruhan bentuk dari paket reward layak mendapat perhatian, karena reward menggambarkan kompetensi dan nilai karyawan. Beberapa penelitian mengenai organizational reward antara lain penelitian Tan (2008a) yang melaporkan bahwa POS memediasi organizational reward dengan turnover intention. Penelitian Meyer, Smith & Rhoades (dalam Tan, 2008a) melaporkan POS memediasi pemberian reward dan tunjangan dengan komitmen organisasi afektif. Sedangkan penelitian Silbert (2005), Rhoades & Eisenberger (2002) menyatakan organizational reward berhubungan dengan POS. Semakin tinggi kepuasan perawat terhadap organizational reward maka semakin besar pula kepercayaan bahwa

34 organisasi benar-benar menilai kontribusi mereka terhadap organisasi. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dirumuskan adalah: H 5 = POS memediasi pengaruh organizational reward pada turnover intention. 6. POS sebagai variabel pemediasi pengaruh kesempatan pengembangan karir pada turnover intention. Program pengembangan karier efektif akan meningkatkan prestasi kerja individu melalui pembelajaran yang terus-menerus dan penyesuaian. Beberapa penelitian mengenai pengembangan karir antara lain penelitian Liu (2004) yang melaporkan bahwa kesempatan pengembangan karir berhubungan dengan POS dan POS berhubungan negatif dengan turnover intention. Sedangkan Tan (2008a) mengatakan bahwa ketersediaan kesempatan pengembangan karir mengarah pada tersedianya dukungan dari organisasi. Perawat yang menerima kesempatan pengembangan akan meningkatkan motivasi dan kepercayaan dalam pekerjaan mereka. Kemudian, perawat yang menerima kesempatan tersebut mungkin memberikan balasan pada organisasi melalui pengembangan diri dan mendorong ke arah berkurangnya niat untuk meninggalkan organisasi.. Dengan demikian hipotesis yang dirumuskan adalah: H 6 = POS memediasi pengaruh kesempatan pengembangan karir pada turnover intention.

35 7. POS sebagai variabel pemediasi pengaruh dukungan supervisor pada turnover intention. Abdullah & Hofsede (dalam Tan, 2008b) mengatakan bahwa karyawan mencari kesuksesan karir mereka dengan membangun hubungan yang baik dengan supervisor dan membentuk kepercayaan dan kesetiaan. Beberapa penelitian mengenai dukungan supervisor yaitu penelitian Tan (2008a) melaporkan dukungan supervisor dan turnover intention dimediasi oleh POS. Rhoades & Eisenberger (2002) mengatakan bahwa dukungan supervisor berhubungan dengan POS. Abeysekera (2007) menemukan bahwa dukungan supervisor berhubungan negatif dengan turnover intention. Perhatian dan dukungan yang diberikan supervisor meningkatkan persepsi para perawat terhadap POS, karena mereka cenderung memandang tindakan supervisor tersebut sebagai tindakan organisasi yang akhirnya mengarah pada berkurangnya niat untuk meninggalkan organisasi. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang dirumuskan adalah: H 7 = POS memediasi pengaruh dukungan supervisor pada turnover intention. 8. POS sebagai variabel pemediasi pengaruh promosi internal pada turnover intention. Promosi internal dapat dipandang sebagai salah satu pertimbangan dari organisasi atau perusahaan untuk memberikan penghargaan bagi kinerja perawat. Promosi internal juga merupakan suatu cara untuk

36 melindungi salah satu aset perusahaan yaitu perawat yang berkompeten agar tidak meninggalkan organisasi. Gaertner et al., (dalam Tan, 2008a) menemukan hubungan positif antara promosi dan dukungan yang diberikan organisasi. Penelitian Rhoades & Eisenberger (2002) melaporkan bahwa tersedianya kesempatan promosi berhubungan positif dengan POS dan POS berhubungan negatif dengan turnover intention. Sedangkan Tan (2008a) melaporkan bahwa POS memediasi pengaruh promosi internal terhadap turnover intention. Hipotesis yang dirumuskan adalah: H 8 = POS memediasi pengaruh promosi internal pada turnover intention.

37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien dan efektif (Jogiyanto, 2004:53). Menurut Indriantoro dan Supomo (2002:86), secara umum yang perlu ditentukan di dalam desain penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari penelitiannya meliputi: tujuan studi, tipe hubungan antar variabel, lingkungan (setting) penelitian, unit analisis, horison waktu dan pengukuran konstruk. 1. Tujuan Studi Tujuan studi penelitian ini adalah hypothesis testing (pengujian hipotesis), yaitu penelitian yang menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh praktik pengembangan karir (organizational reward, kesempatan pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal) pada turnover intention yang dimediasi oleh POS. 2. Tipe Hubungan Variabel Tipe hubungan variabel dalam penelitian ini adalah hubungan sebabakibat (kausal), yaitu penelitian yang menunjukkan arah hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah turnover intention yang

38 dipengaruhi oleh variabel independen praktik pengembangan karir (organizational reward, kesempatan pengembangan karir, dukungan supervisor dan promosi internal) dengan POS sebagai variabel pemediasi. 3. Lingkungan (setting) Penelitian Penelitian terhadap suatu fenomena dapat dilakukan pada lingkungan yang natural dan lingkungan yang artificial (buatan). Lingkungan (setting) penelitian ini adalah lingkungan yang natural, yaitu dengan mengambil subyek penelitian perawat RS dr. Oen Surakarta. 4. Unit analisis Unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian dan merupakan elemen penting dalam desain penelitian karena mempengaruhi proses pemilihan, pengumpulan dan analisis data. Unit analisis penelitian ini adalah tingkat individual, yaitu data yang dianalisis berasal dari setiap individual perawat. 5. Horison Waktu Data penelitian dapat dikumpulkan sekaligus pada waktu tertentu (satu titik waktu) atau dikumpulkan secara bertahap dalam beberapa waktu yang relatif lebih lama tergantung pada karakteristik masalah yang akan dijawab. Penelitian ini merupakan studi satu tahap (one shot study), yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan sekaligus pada periode tertentu. 6. Pengukuran Konstruk Konstruk merupakan abtraksi dari fenomena atau realitas yang untuk keperluan penelitian harus dioperasionalkan dalam bentuk variabel yang

39 diukur dengan berbagai macam nilai. Pengukuran konstruk dalam penelitian ini menggunakan skala interval, yaitu skala yang menyatakan kategori, peringkat dan jarak konstruk yang diukur. Skala interval yang digunakan dinyatakan dengan angka 1 sampai 7. B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling 1. Populasi Sekaran (2006:122) mendefinisikan populasi sebagai sekumpulan individu, peristiwa, atau hal menarik lainnya yang ingin diteliti. Sedangkan menurut Djarwanto (1998:107) populasi adalah jumlah dari keseluruhan obyek (satuan-satuan atau individu individu) yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat Rumah Sakit dr. Oen Surakarta sebanyak 400 perawat. 2. Sampel Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Menurut Djarwanto (1998:108) sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti atau diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi, jumlahnya lebih sedikit dari jumlah populasi. Ferdinand (2002:48) memberikan pedoman ukuran sampel yang diambil, yaitu: a sampel untuk teknik Maximum Likelihood Estimation. b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

40 c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik estimasi. Berdasarkan pedoman di atas maka jumlah sampel minimum dapat ditentukan dari 5 kali 36 indikator yang digunakan, sehingga didapat sampel minimum sebesar 180 perawat. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 sehingga memenuhi ukuran sampel minimum. 3. Teknik Sampling Teknik sampling adalah proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi yang akan dijadikan sebagai sampel (Sekaran, 2003:266). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini dengan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak yang memberikan kesempatan sama pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro & Supomo, 2002:124). Teknik simple random sampling yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengundi nomor urut perawat berdasarkan data Bagian Personalia Rumah Sakit dr. Oen Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan tersebut berbentuk perusahaan.

Lebih terperinci

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya.

tujuan organisasi sebagai satu kesatuan yang akan dicapainya. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Komitmen karyawan pada organisasi merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam lingkungan kerja. Menurut Chow& Holden (1997), tidak adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. obyektif, efisien dan efektif (Jogiyanto, 2004). Menurut Indriantoro dan

BAB III METODE PENELITIAN. obyektif, efisien dan efektif (Jogiyanto, 2004). Menurut Indriantoro dan BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Perencanaan Pengembangan Karier

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Perencanaan Pengembangan Karier BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1. Perencanaan Pengembangan Karier Mathis dan Jackson (dalam Naliebrata, 2007) mendefinisi kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur peraturan dilakukan melalui proses dan dilakukan berdasarkan urutan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Tradisional Turnover Dalam penelitian ini teori yang digunakan adalah teori tradisional turnover. Harman et al. (2009) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perputaran karyawan (turnover intention) menjadi suatu fenomena yang menarik perhatian kalangan organisasi. Perputaran karyawan memiliki konsekuensi negatif dan konsekuensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Defenisi Kinerja Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Intention To Quit 2.1.1. Pengertian Intention To Quit Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti dari pekerjaannya secara sukarela menurut pilihannya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Manusia, dalam hal ini karyawan adalah aset utama yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Pada masa sekarang ini, manajemen bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi kita. Istilah manajemen telah digunakan sejak dulu, berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013) 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komitmen Organisasional 2.1.1. Pengertian Komitmen Organisasional Komitmen organisasional adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL

KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL Kinerja Karyawan Individual Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja individual karyawan antara lain kemampuannya,usaha yang dicurahkan,dan dukungan organisasi ada untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Potensi sumber daya manusia pada hakekatnya merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja yang terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran industri dan perubahan perilaku karyawan. Sumber daya manusia (SDM) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perasaingan dalam dunia bisnis merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh organisasi. Organisasi dituntut untuk mampu menghadapi perubahan paradigma, pergeseran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan beralasan yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa perilaku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut. Fenomena yang seringkali terjadi

BAB I PENDAHULUAN. karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut. Fenomena yang seringkali terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja suatu perusahaan sangat ditentukan oleh kondisi dan perilaku karyawan yang dimiliki perusahaan tersebut. Fenomena yang seringkali terjadi adalah kinerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Personalia Pengertian Manajemen Personalia telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli manajemen baik dari dalam maupun luar negeri. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Komitmen Organisasi 2.1.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi Porter et al mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu keyakinan yang kuat dan penerimaan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. 25%, sedangkan sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

BAB II URAIAN TEORITIS. 25%, sedangkan sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Andhina (2007) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Promosi Jabatan pada Bappeda Sumatera Utara menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Ada berberapa pendapat para ahli mengenai pengertian manajemen sumber daya manusia seperti: Menurut Hasibuan (2013:10), Manajemen Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikehendaki, serta mempertahankan guru yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikehendaki, serta mempertahankan guru yang berkualitas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dalam suatu organisasi merupakan hal sangat penting karena mempunyai peranan dalam keberlangsungan hidup organisasi Panggabean (2004:12).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi Setiap orang karyawan yang bekerja dengan serius bukan sekedar bertujuan untuk mendapatkan prestasi dan menunjukan kemampuan yang dimiliki saja tetapi, alasan lainnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB 2 KAJIAN TEORETIS BAB 2 KAJIAN TEORETIS 2.1 Definisi Konsep 2.1.1 Turnover Intention Turnover intention (keinginan keluar dari pekerjaan) merupakan tanda awal terjadinya turnover (keluar dari pekerjaan) (Sunarso, 2000).

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja dan Kompensasi

Manajemen Kinerja dan Kompensasi Penempatan School of Communication Pegawai & Business Manajemen Kinerja dan Kompensasi Hari Keenam Bagian 2 Peran Manajer Lini Dalam Penilaian Kinerja Coaching, Monitoring dan Counselling Pengertian Coaching

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior

TINJAUAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organizational Citizenship Behavior 2.1.1 Pengertian Organizational Citizenship Behavior Kinerja karyawan biasanya dinilai berdasarkan pada job description yang telah dirancang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014)

PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan. Orgnizational Citizenship Behavior (OCB) (Steve dan Thomas, 2014) PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dan pengelolaannya merupakan salah satu kunci penting yang dapat mempengaruhi kinerja dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kondisi ekonomi nasional cenderung mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kondisi ekonomi nasional cenderung mengalami pertumbuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan keadaan global yang sangat cepat dan dinamis saat ini berimbas terhadap kondisi ekonomi nasional cenderung mengalami pertumbuhan yang melambat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Kepuasan Kerja Karyawan Kepuasan kerja karyawan merupakan ukuran sampai seberapa jauh perusahaan dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Persepsi Dukungan Organisasi 2.1.1.1 Pengertian Persepsi Dukungan Organisasi Persepsi dukungan organisasi mengacu pada persepsi karyawan mengenai sejauh mana

Lebih terperinci

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF Santosa Tri Prabawa STIE Wijaya Mulya Surakarta ABSTRAK Kinerja organisasional dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini tingkat persaingan bisnis semakin tinggi, terutama dalam memasuki era globalisasi. Pesaing yang muncul bukan hanya kalangan dalam negeri namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri bahan bangunan di Indonesia terus berkembang pesat seiring meningkatnya kondisi perekonomian nasional, dimana kesejahteraan masyarakat memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya menyadari satu hal bahwa, kepuasan kerja merupakan faktor yang vital dalam manajemen sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era globalisasi, laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia harus ditingkatkan agar mampu bersaing dengan negara lain. Salah satu cara untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrak Psikologis 2.1.1 Definisi Kontrak Psikologis Istilah kontrak psikologis berbeda dengan kontrak kerja. Definisi kontrak kerja secara umum mengacu pada dokumen tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi atau perusahaan berharap dan berusaha untuk tetap dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi atau perusahaan berharap dan berusaha untuk tetap dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi atau perusahaan berharap dan berusaha untuk tetap dapat bertahan hidup dan berdiri kokoh dengan segala tantangan yang muncul. Baik itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terpenting di dalamnya. Tanpa adanya manusia, organisasi tidak mungkin dapat digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha dan industri tidak lepas dari adanya unsur manusia. Apa pun bentuk dan kegiatan suatu organisasi, manusia selalu memainkan peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Produktivitas sebuah perusahaan akan berjalan dengan baik apabila kinerja dalam perusahaan tersebut bernilai tinggi dan disertai komitmen yang baik dari para karyawan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Remunerasi Menurut Panggabean (2004:75), remunerasi adalah setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi Porter (1998:27) oleh Zainuddin (2002) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Internal Marketing Pemasaran internal sangat penting artinya bagi perusahaan jasa. Apa lagi bagi usaha jasa yang terkenal dengan high contact. Apa yang dikatakan dengan high

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan yang sudah ada. Disinilah dituntut adanya peranan. stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan yang sudah ada. Disinilah dituntut adanya peranan. stratejik dan koheren untuk mengelola aset paling berharga milik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan satu satunya aset penting suatu organisasi yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. Sumber daya manusia dapat mempengaruhi efisiensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyawan merupakan aset yang paling berharga dalam perusahaan karena sebagai ujung tombak perusahaan sehingga praktek manajemen Sumber Daya Manusia atau SDM harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk bekerja sama dan membantu rekan kerja serta melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia dan pengelolaannya merupakan salah satu kunci penting yang dapat mempengaruhi kinerja dan menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen (management) merupakan bahan baku dan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Proses ini melibatkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI MOTIVATOR KERJA KARYAWAN

PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI MOTIVATOR KERJA KARYAWAN PENGEMBANGAN KARIER SEBAGAI MOTIVATOR KERJA KARYAWAN Laksmi Sito Dwi Irvianti 1 ABSTRACT Regarding the importance of employee s work motivation and how it affects the productivity and the performance of

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori OCB (Organizational Citizenship Behavior) OCB adalah sebuah konsep yang relatif baru dianalisis kinerja, tetapi itu merupakan

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA DIMENSI PERTUMBUHAN KARIR ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI DENGAN TURNOVER INTENTION

KETERKAITAN ANTARA DIMENSI PERTUMBUHAN KARIR ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI DENGAN TURNOVER INTENTION digilib.uns.ac.id KETERKAITAN ANTARA DIMENSI PERTUMBUHAN KARIR ORGANISASI DAN KOMITMEN ORGANISASI DENGAN TURNOVER INTENTION (Studi Pada Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Delanggu) TESIS Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset terpenting dalam sebuah organisasi, yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. SDM secara tidak langsung dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor industri yang sangat menjanjikan. Data menunjukkan bahwa persentase pertumbuhan industri makanan cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gaya kepemimpinan suatu organisasi merupakan salah satu faktor lingkungan intern yang sangat jelas mempunyai pengaruh terhadap perumusan kebijaksanaan dan penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah hubungan yang saling menguntungkan. Di satu sisi perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemudahan dan pelayanan yang diberikan. Mulai dari kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemudahan dan pelayanan yang diberikan. Mulai dari kemudahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak kita temukan lembaga finansial atau pembiayaan di masyarakat, diantaranya Bank, BPR, KJKS/ BMT, dan KSP. Semua mempunyai visi misi dan saling

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah perusahaan. Ketika kinerja dari karyawan meningkat maka bisa dipastikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini persaingan dalam dunia bisnis tidak semudah yang dibayangkan. Persaingan tidak hanya dihadapi oleh perusahaan yang bergerak di bidang barang

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Melayu SP. Hasibuan (2003), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepuasan kerja adalah isu global dan karena itu terus dieksplorasi baik di negara maju dan berkembang. Para peneliti menggunakan alat yang sama serta berbeda penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha ritel modern merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan di era globalisasi yang penuh persaingan. Ritel adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Komitmen organisasional (organizational commitment), didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Komitmen organisasional (organizational commitment), didefinisikan sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Komitmen organisasional Komitmen organisasional (organizational commitment), didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mangkunegara (2002) menyatakan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah sebagai suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap lembaga pemerintah didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bagi Lembaga Pemerintah yang berorientasi sosial, tujuan utamanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumber daya Manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang memfokuskan diri pada unsur sumberdaya manusia. Perhatian ini mencakup fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities,

BAB I PENDAHULUAN. organisasi/korporat (corporate social responsibilities ), workforce diversities, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek krusial yang menentukan keberhasilan misi dan visi suatu perusahaan, oleh karena itu keberadaannya mutlak dalam

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kompensasi telah dilakukan oleh Nurmala (2003) dengan judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja

Lebih terperinci

PERILAKU KEORGANISASIAN IT

PERILAKU KEORGANISASIAN IT PERILAKU KEORGANISASIAN IT-021251 U M M U K A L S U M U N I V E R S I TA S G U N A D A R M A 2016 PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI PERILAKU ORGANISASI Membahas perilaku manusia dlm

Lebih terperinci

1.1. Penelitian Terdahulu

1.1. Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penyusunan yang dilakukan pada penelitian ini, peneliti juga mempelajari penelitian terdahulu yang sudah pernah dilakukan. Berikut ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pengertian Kompetensi dan Jenis Kompetensi

BAB II KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pengertian Kompetensi dan Jenis Kompetensi BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Pengertian Kompetensi dan Jenis Kompetensi Perubahan yang terjadi pada bidang Sumber Daya Manusia diikuti oleh perubahan pada kompetensi dan kemampuan dari seseorang yang mengkonsentrasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi adalah suatu sistem sosial yang dirancang untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui sumber daya manusia atau manajemen bakat lainnya. Salah satu faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi yang baik, tumbuh dan berkembang akan menitikberatkan pada sumber daya manusia (human resources) guna menjalankan fungsinya dengan optimal, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencapai keuntungan dan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. adalah mencapai keuntungan dan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang terdiri atas sekelompok orang yang bekerja untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah mencapai keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dunia bisnis dituntut untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Dunia bisnis dituntut untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia bisnis dituntut untuk melakukan pengembangan sumber daya manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang lebih terampil dan berkualitas untuk meningkatkan efesiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh karakteristik pekerjaan dan kepuasan kerja terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat berkisar antara 5-6 persen (Skalanews.com 2014). Hotel sebagai salah satu dari

BAB I PENDAHULUAN. meningkat berkisar antara 5-6 persen (Skalanews.com 2014). Hotel sebagai salah satu dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri pariwisata di Bali pada tahun 2014 diperkirakan akan terus meningkat berkisar antara 5-6 persen (Skalanews.com 2014). Hotel sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut werther (2002:5). Yang menyatakan bahwa Kunci memenangkan. senantiasa melakukan investasi untuk merekrut, menyeleksi dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut werther (2002:5). Yang menyatakan bahwa Kunci memenangkan. senantiasa melakukan investasi untuk merekrut, menyeleksi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah sumber daya saat ini masi menjadi pusat perhatian dan tumpuhan bagis setiap organisasi atau perusahaan untuk dapat bertahan di era globalisasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Karir 2.1.1. Pengertian Pengembangan Karir Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memilki pengadaan yang berbeda tentang pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang menyukai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Pengertian Kinerja Kinerja karyawan merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian. Selain itu akan disertakan pula penelitian terdahulu yang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan terdapat sumber daya sebagai potensi penggerak aktivitasnya. Sumber daya ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung upaya kesehatan puskesmas (Andini, 2006). Suatu Rumah Sakit akan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung upaya kesehatan puskesmas (Andini, 2006). Suatu Rumah Sakit akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan suatu bentuk organisasi yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan khususnya terkait dengan upaya untuk rujukan yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manajemen telah banyak disebut sebagai seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain yang mengandung arti para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang menitik beratkan perhatiannya terhadap masalah yang berhubungan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang menitik beratkan perhatiannya terhadap masalah yang berhubungan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu manajemen yang menitik beratkan perhatiannya terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional 2.1.1 Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional Menurut Bass dalam Robbins & Judge (2009:90) gaya kepemimpinan transaksional adalah model kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Locus Of Control 2.1.1.1 Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Sumber daya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Sumber daya manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup organisasi. Sumber daya manusia memiliki arti penting karena manusia

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N Bab I Pendahuluan 1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas abad 21 terjadi iklim kompetisi yang tinggi disegala bidang yang menuntut untuk bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ketidakpuasannya akan pekerjaannya saat ini. Keinginanan keluar atau turnover BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Turnover Intention Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan yakni mengenai pergerakan tenaga kerja keluar dari organisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Achievement Motivation Theory Achievement Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi dikemukakan oleh David C.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bahwa retensi karyawan adalah proses di mana karyawan didorong untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bahwa retensi karyawan adalah proses di mana karyawan didorong untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Retensi Karyawan Menurut Ragupathi (2013), retensi karyawan mengacu pada teknik yang digunakan oleh manajemen untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak perusahaan atau organisasi berlomba-lomba untuk menjadi sebuah perusahaan atau organisasi yang menjadi pilihan bagi pegawai dimana perusahaan atau

Lebih terperinci