POLA PEMBIAYAAN UMKM INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PEMBIAYAAN UMKM INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH"

Transkripsi

1

2 POLA PEMBIAYAAN UMKM INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA LHOKSEUMAWE 2013

3 KATA PENGATAR Dalam rangka pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank Indonesia memberikan bantuan teknis dalam bentuk pelatihan dan penyediaan informasi. Salah satu informasi yang disediakan oleh Bank Indonesia adalah buku pola pembiayaan. Kajian penelitian pola pembiayaan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan rekomendasi terhadap pelaku usaha (UMKM) yang berkeinginan membuka usaha baru. Sedangkan tujuannya adalah untuk memberikan gambaran lebih rinci kepada para pihak yang mempunyai perhatian pada upaya pengembangan Usaha Tas Bordir Motif Aceh, khususnya Pemerintah Daerah. Di samping itu, bagi lembaga pembiayaan hasil kajian ini dapat digunakan sebagai dasar melihat potensi pembiayaan di sektor Kerajinan, termasuk adanya upaya meningkatkan kemampuan financial masyarakat melalui pelatihan dan pembinaan agar usaha kerajinan Tas Bordir Motif Aceh mengarah pada usaha yang bankable. Berdasarkan tujuan di atas disusun analisis kelayakan usaha yang dijalankan saat ini di industri Tas Bordir Motif Aceh dengan sistem kelompok. Dengan modal kelayakan teknis dan usaha yang feasible, diharapkan ke depan akan tumbuh pelaku usaha di bidang Kerajian yang selalu eksis dengan skala ekonomis yang menguntungkan dan tentunya bisa membuka pasar yang lebih luas. Semoga kajian penelitian ini banyak memberikan sumbangan pemikiran dan rekomendasi berharga bagi pengembangan kerajinan atau pelaku usaha UMKM. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan bagi kajian ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan ridhonya dan memberikan kemudahan kepada kita semua. Lhokseumawe, Desember 2013 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA LHOKSEUMAWE Ahmad Farid Deputi Direktur POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH i

4 RINGKASAN EKSEKUTIF No. Unsur pembiayaan Uraian 1. Jenis Usaha Industri Tas Bordir Motif Aceh 2. Skala Usaha Produksi Usaha dengan unit tas/bulan dengan kapasitas mesin terpasang 25 mesin jahit dengan tenaga kerja 53 orang terdiri dari 43 perempuan dan 10 orang laki laki 26 hari kerja dalam 1 bulan. 3. Lokasi Usaha Gampong Ulee Madon Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh. 4. Dana yang diperlukan - Investasi Rp.327,900, Modal kerja Rp.88,025, Sumber Dana - Investasi Rp.327,900, kredit 70 % Rp.229,530, dana sendiri 30% Rp.98,370, Modal Kerja Rp.88,075, dan selama 3 Bulan pertama Rp.264,075, dana kredit 70 % Rp.184,852, dan sendiri 30 % Rp.79,222, Jenis Kredit Skim Kredit KUR (Kedit Usaha Rakyat) 7. Jangka Waktu Kredit 3 Tahun 8. Produksi a. Jumlah produksi Unit Tas Bordir Motif Aceh b. Kebutuhan Bahan 19 jenis Bahan baku baku Bahan Baku Rp.2,032, /satuan c. Harga bahan baku Bahan Pembantu total Rp.3,767,000,00.-/satuan Bahan Pengemas Rp13,000,00.-/satuan Rp.28,528, /tahun pertama d.pendapatan Rp.43,791, /tahun kedua Rp.59,054, /tahun ketiga Rp.184,730, /tahun keempat 9. Kelayakan Usaha a. Umur Proyek 5 Tahun b. Produk Utama Tas Bordir Motif Aceh c. Kriteria Kelayakan Usaha NPV DF 13% Rp. 98,142, Net B/C IRR % PBP Tahun 7 bulan Tahun pertama BEP Rupiah BEP Unit Rp. 1,245,521, Rp. 23,162 Unit POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH ii

5 Tempat Pinsil Tas Pakaian Tas Cover Tas Rangsel Tas Bunga Tas Keong Tas ABG Produk Lain Penilaian 10. Analisis Sensitivitas Penurunan penjualan 4% dan 5% NPV DF 13% Net B/C IRR PBP Penialian Operasional Naik 4% dan 5% NPV DF 13% Net B/C IRR PBP Penilaian Penurunan Penjualan4 % dan Operasional Naik 4% NPV DF 13% Net B/C IRR PBP Penilaian 4,053 unit 926 unit 347 unit 2,316 unit 2,316 unit 4,632 unit 3,474 unit 5,096 unit Layak 4 % Rp.1,255, % tahun 2 Bulan Layak 4 % Rp.32,804, % tahun 1 Bulan Layak Rp.11,254, ,06% tahun 9 bulan Layak 5 % Rp.(22,966, ) % tahun 4 Bulan Layak 5 % Rp.16,470, % tahun 2 Bulan Layak Keterangan Kriteria Kelayakan : 1. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Jika Net B/C lebih besar dari 1,maka proyek layak untuk dilaksanakan sedangkan jika Net B/C lebih kecil dari 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 2. NPV (Net Present value) adalah nilai netto sekarang dari dana yang diinvestasikan selama umur proyek. NPV mencerminkan besarnya tingkat pengembalian dari usulan usaha atau proyek, oleh karena itu usulan proyek yang layak diterima haruslah memiliki nilai NPV lebih besar dari 0, jika tidak maka proyek tersebut akan merugi. atau dengan kata lain POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH iii

6 merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan. Adapun indikatornya ; Jika NPV lebih besar dari 0 (positif), maka proyek layak untuk dilaksanakan. Jika NPV lebih kecil dari 0 (negatif), maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Jika NPV sama dengan dari 0 maka investasi yang dilakukan tidak mengalami untung atau rugi. 3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). Jika IRR lebih besar dari tingkat discount rate yang berlaku maka proyek layak untuk dilaksanakan. Jika IRR lebih kecil dari tingkat discount rate yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Payback Period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang diperlukan untuk mengembalikan dana yang telah di investasikan dari aliran kas masuk tahunan yang dihasilkan oleh proyek. 5. Break Event Point (BEP) Merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa variable di dalam kegiatan usaha seperti, luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan serta pendapatan yang diterima. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH iv

7 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF USAHA TAS BORDIR MOTIF ACEH... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii v vi viii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pokok Permasalahan Tujuan & Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 4 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1. Profil Usaha Pola Pembiayaan... 6 BAB III ASPEK TEKNIS PRODUKSI 3.1. Persyaratan Lokasi Kontruksi Prasarana Pengrajin Penyedia Bahan Baku Kegiatan Produksi Kendala Produksi BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 4.1. Aspek pasar Permintaan Penawaran Analisis Persaingan & Peluang Pasar Aspek Pemasaran Harga POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH v

8 4.2.2 Jalur Pemasaran Produk Kendala Pemasaran BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1. Pemilihan Pola Usaha Asumsi dan Parameter Perhitungan Kompenen & Struktur Biaya Investasi Biaya Investasi Biaya Operasional Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Produksi dan Pendapatan Proyeksi Laba Rugi & BEP Proyeksi Arus Kas & Kelayakan Usaha Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha BAB VI ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL BUDAYA 6.1. Aspek Ekonomi & Sosial Dampak Lingkungan BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH vi

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Rangkaian Proses Produksi POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH vii

10 DAFTAR TABEL Tabel 5.1 Komposisi Biaya Investasi Tabel 5.2 Komposisi Biaya Operasional Tabel 5.3 Rekapitulasi Pendanaan Kredit Perbankan Tabel 5.4 Proyeksi Produk dan Pendapatan Tabel 5.5 Laba Rugi Usaha Tas Bordir Motif Aceh Tabel 5.6 Kelayakan Usaha Tas Bordir Motif Aceh Tabel 5.7 Analisis Sensitifitas Penerimaan Turun 4% dan 5% Tabel 5.8 Analisis Sensitivitas Operasional Naik 4% dan 5% Tabel 5.9 Analisis Sensitivitas Opersional Naik 4% dan Penurunan Penjulan 4% POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH viii

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Asumsi-asumsi Dasar Dan Parameter Lampiran 2. Biaya Investasi Tahun I Lampiran 3. Pengadaan Bahan Baku Lampiran 4. Biaya Operasional Lampiran 5a. Angsuran Kredit Investsi Lampiran 5b. Angsuran Kredit Modal Kerja Lampiran 6. Pendapatan Operasional Lampiran 7. Proyeksi Laba Rugi Lampiran 8. Proyeksi Arus Kas Lampiran 9. Proyeksi Arus kas Penjualan Turun 4% Lampiran 9a. Proyeksi Arus Kas Penjualan Turun 5% Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas Operasional Naik 4% Lampiran 10a. Proyeksi Arus Kas Operasional Naik 5% Lampiran 11. Proyeksi Arus Kas Penjulan dan Operasional turun 4% POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH ix

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan upaya dalam perbaikan perekonomian Nasional, karena sebagian besar usaha di Indonesia adalah usaha kecil dan menengah yang banyak menyerap tenaga kerja dan memanfaatkan sumber daya domestik. Diantara beberapa usaha kecil mikro dan menengah, usaha bordir mempunyai karakteristik tersendiri yang sangat khusus, dan merupakan kebudayaan Indonesia yang tetap bertahan secara konsisten. Dengan pengaruh motif tertentu, menjadikan bordir berbeda-beda di setiap masing - masing daerah. Bordir merupakan kerajinan rakyat yang memerlukan ketekunan dalam pengerjaannya. Salah satu produk andalan dari Kabupaten Aceh Utara adalah Tas Bordir Motif Aceh, tepatnya di Gampong Ulee Madon Kecamatan Muara Batu. Tas Bordir Motif Aceh telah berkembang secara alami sejak 20 tahun yang lalu, dan saat ini mampu menyerap sekitar 350 orang tenaga kerja. Awalnya kerajinan ini berkembang di Daerah Aceh Utara dan sekitarnya, desain produk yang dihasilkan berupa Baju Muslim Wanita (gamis), hiasan dinding, rencong Aceh, sarung bantal kursi, taplak meja, peci dan pakaian kebaya wanita yang merupakan pakaian Nasional Indonesia. Tetapi dengan adanya perkembangan teknik bordiran maka semakin banyak macam produk yang dihasilkan antara lain pakaian muslim wanita/pria (abaya, kebaya, koko), mukena, jilbab, sarung bantal kursi, kain sarung wanita dan celana panjang khusus wanita, pucok rebong, kain songket, hiasan dinding, rencong Aceh, peci dan sandal sampai dengan bermacam-macam model tas bordir bermotif Aceh. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 1

13 Dari berbagai macam produk bordiran motif Aceh, produk Tas Bordir Motif Aceh merupakan produk yang telah maju disisi produksi dan pemasarannya. Berbagai macam produk Industri Tas Bordir Motif Aceh sudah dikenal secara Nasional maupun Internasional. Dari hasil identifikasi awal pembentukan klaster tahun 2011 oleh KPw BI Lhokseumawe, Industri ini mampu menghasilkan omset rata rata Rp.70,000, s.d Rp.90,000, per tahun bagi satu pengrajin Tas Bordir Motif Aceh. Namun demikian, besarnya kapasitas penghasilan para perajin industri ini belum cukup mampu mensejahterakan para perajin, hal ini disebabkan keterbatasan modal usaha akibat tidak berkesinambungnya ketersediaan bahan baku pembuatan Tas Bordir Motif Aceh. Untuk mendorong industri ini khususnya dalam rangka meningkatkan pemberdayaan ekonomi daerah, Bank Indonesia melalui program pemberian bantuan teknis mengambil peran untuk terlibat dalam upaya pemberdayaan sektor riil dan UMKM. Langkah penelitian dengan Pola Pembiayaan (Lending Model) yang dilakukan ini adalah bagian dari kontribusi Bank Indonesia melalui program Bantuan Teknis terhadap perbankan, para pelaku usaha, Pemerintah dan stakeholders lainnya. Penelitian lending model Usaha Tas Bordir Motif Aceh diharapkan dapat melengkapi informasi tentang pola pembiayaan tentang komoditas yang potensial dan sekaligus rekapitulasi pembiayaan terhadap sub sektor tersebut. 1.2 Pokok Permasalahan Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pengembangan industri Tas Bordir Motif Aceh antara lain: 1. Masih sedikitnya realisasi kredit dan pembiayaan pada industri Tas Bordir Motif Aceh. 2. Mengatasi permasalahan kebutuhan investasi dan modal kerja. 3. Masih sedikitnya dukungan stakeholders terkait dalam pengembangan usaha Tas Bordir Aceh. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 2

14 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penyusunan Pola Pembiayaan/lending model usaha Industri Tas Bordir Motif Aceh ini antara lain : 1. Menyediakan rujukan yang dapat digunakan berbagai pihak, terutama lembaga keuangan (Bank dan non Bank) dalam rangka meningkatkan peran dan fungsi intermediasi perbankan dan secara khusus pemberian pembiayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada pengembangan industri Tas Bordir Motif Aceh. 2. Menyediakan bahan masukan untuk Sistem Informasi Pengembangan Usaha Kecil (SIPUK), yang merupakan bagian dari Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) di website Bank Indonesia. 3. Menyediakan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas, khususnya UMKM, yang bermaksud mengembangkan usaha di bidang Tas Bordir Motif Aceh. 4. Memberikan bahan masukan kepada investor yang ingin menginvestasikan dana dalam usaha Tas Bordir Motif Aceh. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Dengan memperhatikan tujuan dari kajian tersebut, maka ruang lingkup pekerjaan penelitian ini, meliputi: 1. Industri Tas Bordir Motif Aceh dimulai dari proses kegiatan usaha meliputi penyediaan bahan baku, pembuatan pola sampai dengan pemasaran. 2. Beberapa aspek yang diteliti dalam pola pembiayaan industri Tas Bordir Motif Aceh adalah: a. Aspek Teknis dan Produksi yang meliputi gambaran Persyaratan Lokasi, konstruksi bangunan usaha, ketersediaan SDM, penyediaan bahan baku, kegiatan produksi, serta kendala kendala yang dihadapi. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 3

15 b. Aspek Pasar dan Pemasaran, meliputi antara lain kondisi permintaan pasar domestik antar kabupaten dan antar provinsi, penawaran, persaingan, harga, proyeksi permintaan pasar dll. c. Aspek Keuangan, meliputi perhitungan kebutuhan dana investasi dan modal kerja serta menghitung kelayakan untuk pembiayaan usaha secara financial. Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan meliputi pengaruh usaha yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan lapangan kerja, pengaruh terhadap sektor lain dan dampak terhadap lingkungan. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 4

16 BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN 2.1 Profil Usaha Industri Tas Bordir Motif Aceh Tas Bordir Motif Aceh merupakan salah satu seni kerajinan bordir yang mulai dikembangkan sejak 20 tahun yang lalu, untuk motif seni bordir adalah warisan kebudayaan yang sudah ada sejak zaman kerajaan yang ada di Wilayah Aceh. Perkembangan seni bordir motif Aceh dewasa ini mengalami peningkatan, mengingat motifnya yang mempunyai ciri kekhasan tersendiri. Untuk Tas Bordir Motif Aceh sendiri merupakan salah satu komoditi unggulan yang ada di Gampong Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara dalam sektor kerajinan. Tas Bordir Motif Aceh mempunyai daya tarik tersendiri mengingat desain desain yang dihasilkan adalah desain natural yang beraneka ragam. Sifat natural tersebut mengartikan sebuah motif yang sederhana tetapi sangat berkualitas. Bordir motif Aceh bukan hanya ada pada produk tas akan tetapi masih banyak produk produk lain yang mengandung unsur Motif Aceh seperti pakaian, hiasan dinding, dompet, kopiah, tempat tisue, gantungan kunci dan lain lain. Secara strategis, desa Ulee Madon berada dijalur trans sumatera yang strategis. Berada di Jalan lintas Medan - Banda Aceh sekitar 30 Km dari Kota Lhokseumawe, di desa ini terdapat sekitar 14 pengrajin Tas Bordir Motif Aceh yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB), industri ini bertumbuh kembang secara alami sejak 20 tahun yang lalu, dan saat ini mampu menyerap 350 tenaga kerja di Gampong Ulee Madon. Berdasarkan data terakhir, apabila dilihat dari pengrajin usaha bordir Tas Motif Aceh secara menyeluruh di Kecamatan Muara Batu terdapat 27 UKM pengrajin dan mampu menyerap sekitar 675 tenaga kerja. Dengan nilai investasi sebesar Rp8,640,000, dan nilai POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 5

17 bahan baku pertahun sebesar Rp6,480,000, serta nilai produksi pertahun sebesar Rp16,200,000, Setiap UMKM di daerah ini mampu memproduksi bermacam tas bordir yang cukup diminati konsumen. Pada saat ini peluang untuk mengembangkan Klaster Industri Tas Bordir mendapatkan dukungan yang cukup baik dari beberapa pihak antara lain, dari Bupati Aceh Utara beserta satuan kerja Disperindag Aceh Utara, Kadin Aceh Utara dan Dekranas Aceh Utara. Disamping itu, komitmen yang kuat juga diperoleh dari aparat maupun masyarakat Gampong Ulee Madon serta stakeholders lain. Dewasa ini perkembangan para pengrajin tas bordir masih cukup sedikit. Khusus untuk di daerah Ulee Madon sendiri terdapat lebih kurang 17 pengrajin. Padahal industri ini mempunyai prospek yang sangat bagus dalam meningkatkan sektor perekonomian setempat, karena industri Tas Bordir ini adalah sebuah industri rumah tangga (home industry). 2.2 Pola Pembiayaan Untuk memenuhi kebutuhan usahannya para pelaku usaha kerajinan Tas Bordir Motif Aceh hanya menggunakan modal sendiri, karena pada umumnya belum pernah mendapatkan akses ke perbankan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di lokasi para perajin Tas Bordir Motif Aceh dan Perbankan yang ada di lokasi para pengrajin, hanya ada beberapa yang sudah mengambil akses pembiayaan baik bank konvensional maupun bank syariah. Akan tetapi sebagian besar belum pernah mengambil akses kredit pembiayaan atau kredit. Sebenarnya banyak sekali tersedia jenis pembiayaan dari perbankan yang dapat dimanfaatkan oleh pengrajin dan pengusaha mikro, kecil dan menengah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan skim Program Kemitraan dan Kupedes serta bentuk pembiayaan syariah seperti Murabahah, Musyarakah dan lain sebagainya. Skim-skim POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 6

18 tersebut memberikan tingkat suku bunga yang bervariasi untuk pembiayaan konvensional atau dengan sistem bagi hasil pada pembiayaan syariah, dengan plafon sesuai dengan tingkat kebutuhan para pengrajin dengan jangka waktu 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) tahun. Sedangkan persyaratan pengajuan pinjaman kredit dan pembiayaan syariah pada masing-masing bank tidak terlalu berbeda jauh termasuk permintaan agunan (collateral) berupa sertifikat tanah, segel maupun BPKB mobil/motor tergantung dari besarnya pembiayaan yang diharapkan. Penyaluran kredit oleh perbankan maupun lembaga keuangan bukan bank kepada para pengarajin Tas Bordir Motif Aceh masih terus diperkenalkan dan digalakkan. Karena itu melalui buku ini diharapkan perbankan dan lembaga keuangan bukan Bank lebih yakin untuk dapat memberikan kredit/pembiayaan kepada para pengrajin Tas Bordir Motif Aceh. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 7

19 BAB III ASPEK TEKNIS PRODUKSI 3.1 Persyaratan Lokasi Para pengrajin Tas Bordir Motif Aceh di Desa Ulee Madon tidak memerlukan suatu lokasi khusus untuk melakukan proses produksi. Para pengrajin ini tinggal dirumah masing-masing dan menyediakan satu atau dua ruangan yang digunakan untuk memproduksi Tas Bordir Motif Aceh. Usaha industri Tas Bordir Motif Aceh masih bersifat sederhana dan tergolong industri rumahan (home industry), sehingga tempat usaha berada dirumah, bahkan ada beberapa pengrajin yang menjadikan ruang tamu sebagai tempat produksi Tas Bordir Motif Aceh Bordir Motif Aceh dan juga sebagai tempat pemajangan/gallery hasil produksi Tas Bordir Motif Aceh. 3.2 Kontruksi Prasarana Perajin Peralatan yang digunakan oleh para pengrajin Tas Bordir Motif Aceh masih sangat sederhana, penggunaan mesin jahit lebih banyak yang manual. Dengan mesin ini para pengarajin mampu menghasilkan berbagai jenis model Tas Bordir Motif Aceh. Dari hasil pengamatan kami, ada beberapa para pengrajin yang memisahkan ruang produksi dan tempat tinggal, ruang produksi tersebut terpisah antara prose awal mula pembentukan pola sampai dengan proses finishing. 3.3 Penyedia Bahan Baku Bahan baku utama dari Tas Bordir Motif Aceh adalah sejenis kain. Ada berbagai jenis dan kualitas kain dalam pembuatan Tas Bordir Motif Aceh. a. Bahan baku: Prada hujan, kain Krah Kurakon, Benang Extra, Kain Indosaten, Kain Parasut, POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 8

20 b. Bahan Pembantu total: T2 Kulit sol, Magnet Kecil, Magnet Besar, Kaki nikel, Restleting no 5, daun restleting no 8, Kepala Restleting No 8, Kunci Oval, Lem ABG. c. Bahan Pengemas: Kotak Karton, Tali, Pengemas Plastik. 3.4 Kegiatan Produksi Tas Bordir Motif Aceh bordir motif Aceh memiliki motif dan bentuk yang sederhana sehingga proses pembuatannya juga melalui tahapan yang sederhana. Proses produksi pembuatan Tas Bordir Motif Aceh secara umum meliputi: 1. Pemilihan dari bahan bahan dasar pilihan, bahan untuk pembuatan Tas Bordir Motif Aceh terdiri dari kain prada, kain saten, kain parasut, kain T2 kulit serta bahan bahan lain yang berkualitas. 2. Setelah dilakukan pemilihan bahan, kemudian dilakukan proses pembuatan pola. Dalam pembuatan pola ini membutuhkan keahlian yang paling mendasar, dari pola ini akan terbentuk berbagai jenis model Tas Bordir Motif Aceh. 3. Setelah pola terbentuk, langkah selanjutnya adalah pemotongan disesuaikan dengan ukuran Tas. Ukuran ukuran yang beragam menjadikan Tas Bordir Motif Aceh tersedia dalam berbagai pilihan model. 4. Setelah dilakukan pemotongan pola, langkah selanjutnya adalah pembuatan motif bordir. Motif bordir disesuaikan dengan beberapa motif Aceh seperti motif pintu Aceh, motif kerawang gayo, motif kacang belah, motif bunga, motif les pitung, motif kopiah meutop dan motif bola. 5. Langkah selanjutnya adalah pembordiran, proses ini memerlukan kesabaran dan ketelitian dalam mengerjakannya, agar produk yang dihasilkan indah dan rapi. Dalam proses pembordiran ini sangat menentukan jenis kualitas Tas Bordir Motif Aceh. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 9

21 6. Setelah dilakukan pembordiran, langkah selanjutnya adalah pengeleman potongan bordir. 7. Kemudian dilakukan penyatuan, penyatuan dilakukan dengan proses penjahitan. Dan proses selanjutnya adalah finishing. Untuk lebih lengkapnya berikut adalah diagram alur proses produksi Tas Bordir Motif Aceh bordir motif Aceh. Gambar 3.1 Rangkaian proses produksi 3.5 Kendala Produksi Dalam melakukan proses produksi, pengusaha tidak mengalami kendala yang berarti. Hal ini karena bahan baku, serta bahan penolong selalu tersedia. Disamping itu peralatan yang digunakan juga dapat digunakan dalam waktu yang lama, khususnya untuk mesin jahit serta mesin obras. Disamping itu untuk meningkatkan kapasitas produksi, diperlukan mesin-mesin yang lebih canggih, yang mampu memproduksi dalam jumlah massal. Mesin-mesin ini diperlukan untuk memenuhi pesanan dalam jumlah yang besar yang sering kali mendadak. Kendala yang lain adalah apabila ada pemadaman listrik. Pemadaman listrik ini POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 10

22 pun masih dapat di minimalisir karena adanya ada mesin jahit yang manual. Kendala yang berarti adalah apabila terjadi kenaikan harga bahan baku itu sendiri, sehingga berpengaruh pada kenaikan harga jual Tas Bordir Motif Aceh. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 11

23 BAB IV ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 4.1 Aspek Pasar Permintaan Aspek pemasaran akan dianalisis dari potensi pasar untuk menyerap produk Tas Bordir Motif Aceh yang dihasilkan pengarajin. Permintaan Tas Bordir Motif Aceh untuk wilayah Provinsi Aceh sangat tinggi. Banyaknya para pelancong yang datang mengakibatkan tingginya permintaan Tas Bordir Motif Aceh, umumnya para pelancong lebih suka membeli di toko-toko souvenir Aceh, disana akan banyak ditemui beraneka ragam hasil produksi kerajinan Provinsi Aceh. Permintaan untuk diluar Provinsi Aceh juga sangat stabil, umumnya permintaan dari toko-toko souvenir dan konsumen pribadi. Disamping itu juga, ada permintaan dari beberapa kantor-kantor Dinas dan lembaga lain dalam memenuhi perlengkapan seminar kit Penawaran Posisi penawaran Tas Bordir Motif Aceh sangat dipengaruhi oleh keseimbangan permintaan dan penawaran. Berbagai upaya penawaran telah dilakukan untuk mempengaruhi banyaknya permintaan Tas Bordir Motif Aceh. Penawaran Tas Bordir Motif Aceh dengan berbagai jenis produk juga sangat dipengaruhi oleh faktor faktor pemasaran. Salah satu cara yang telah dilakukan adalah dengan penawaran via internet dengan website Analisis Persaingan dan Peluang Pasar Persaingan terhadap Tas Bordir Motif Aceh di Indonesia dipengaruhi oleh ragam produk, desain, dan motif. Secara umum persaingan akan terlihat dari produk-produk tas impor dengan harga terjangkau dan beragam pilihan. Dalam persaingan tersebut walaupun POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 12

24 tidak secara langsung dirasakan oleh para pengrajin, tetapi selalu mengalami peningkatan penjualan, khususnya saat pameran dan di musim musim liburan. Produk Tas Bordir Motif Aceh sendiri saat ini masih memiliki peluang pasar yang sangat luas. Untuk menciptakan peluang peluang pasar yang baru, para pengarajin Tas Bordir Motif Aceh sering mengikuti acara kegiatan pameran atau bazaar, baik yang diadakan oleh Pemerintah Daerah dan stakeholders terkait. 4.2 Aspek Pemasaran Harga Harga produk dari Tas Bordir Motif Aceh sangat beragam, pada umumnya adalah tergantung dari tingkat kesulitan pembuatan, kualitas bahan baku, dan banyaknya bahan yang digunakan. Untuk harga Tas Bordir Motif Aceh dari yang paling minimal Rp.20, s.d maksimal Rp.150, Harga harga yang ditawarkan juga tertera pada katalog dan website klaster Tas Bordir Motif Aceh Jalur Pemasaran Produk Suatu jalur pemasaran atau rantai pemasaran adalah urutan proses (pengambilan keputusan dan eksekusi) dan aliran (materi, informasi dan uang) yang terjadi dalam dan diantara tahapan yang berbeda dari produksi ke konsumsi akhir. Rantai pasokan melibatkan produsen, penyedia layanan logistic, pemasar dan konsumen (Tongdee and chan 2009). Faktor pendorong suatu pemasaran produk dari Tas Bordir Motif Aceh dewasa ini sudah sangat meluas, seiring banyaknya permintaan yang datang dari Provinsi Aceh sendiri dan luar daerah. Proses pemasaran juga dilakukan di website resmi klaster Tas Bordir Motif Aceh Pemasaran produk Tas Bordir Motif Aceh terdiri dari 3 jenis, berikut mekanisme pemasaran Tas Bordir Motif Aceh : a. Pemasaran Langsung POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 13

25 Konsumen membeli langsung ke pengrajin, seperti pada gambar berikut. b. Pemasaran melalui online store Para konsumen melakukan pembelian melalui website Tas Bordir Motif Aceh, dengan mengisi form pemesanan sesuai dengan ketentuan online store. c. Pemasaran melalui Toko toko Souvenir Aceh Tas Bordir Motif Aceh dapat diperoleh di bebarapa toko souvenir yang tersebar diwilayah Aceh dan daerah lain Kendala Pemasaran Pemasaran kerajinan Tas Bordir Motif Aceh sampai saat ini belum menemukan beberapa hambatan, mengingat masih stabilnya pemesanan Tas Bordir Motif Aceh. Di musim-musim liburan umumnya, banyak orderan baik di luar daerah Aceh maupun didalam wilayah Aceh sendiri. Dalam wawancara kami pada beberapa pengrajin Tas Bordir Motif Aceh, umumnya kendala pada pemasaran di luar negeri, sampai saat ini mereka merasa kesulitan menemukan pasar yang potensial di luar negeri, padahal ada beberapa jenis Tas Bordir Motif Aceh yang sering di order salah satu perusahaan ekspor kerajinan di Jakarta. Dalam kegiatan ini keuntungan hanya bisa dirasakan oleh pihak eksportir. Sementara para pengrajin belum menikmati keuntungan dari hasil ekspor tersebut. Pasar kerajinan Tas Bordir Motif Aceh dapat lebih berkembang seiring dengan meningkatnya dunia fashion, lebih baik lagi jika industri POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 14

26 Tas Bordir Motif Aceh memiliki pemasaran yang bersifat sentra, sehingga konsumen dari manapun dapat lebih mudah untuk membeli. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 15

27 BAB V ASPEK KEUANGAN 5.1 Pemilihan Pola Usaha Pola usaha yang dijalankan industri Tas Bordir Motif Aceh adalah termasuk jenis pola industri usaha sendiri. Pengrajin membuat rancangan sendiri, menjahit dan membordir dengan ketentuan sendiri. Pola usaha ini sudah berlangsung sekitar 20 tahun lebih, dalam beberapa kesempatan, apabila kebutuhan order melebihi batas, maka sebagian menggunakan kerja borongan kepada masyarakat setempat. Sedangkan pendapatan pengrajin berasal dari harga jual yang diberikan ke konsumen. 5.2 Asumsi dan Parameter Perhitungan Beberapa asumsi yang penting dalam mengevaluasi profitabilitas rencana investasi usaha Tas Bordir Motif Aceh dapat dijelaskan pada Lampiran 1 umur proyek diasumsikan selama 5 tahun dan sisanya umur barang investasi dihitung sebagai pendapatan pada akhir periode (tahun kelima). 5.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional Biaya Investasi Biaya investasi yang digunakan dapat berlangsung dalam waktu yang relatif lama (lebih dari satu tahun). Biaya investasi biasanya berhubungan dengan pembangunan atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi. Biaya investasi diperlukan untuk memulai usaha kerajinan Tas Bordir Motif Aceh yang bersifat fixed cost (biaya tetap). Komponen terbesar dari biaya investasi usaha kerajinan Tas Bordir Motif Aceh adalah pembelian mesin mesin dan pembelian tanah dan bangunan tempat usaha serta peralatan lainnya. Tanah dan POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 16

28 bangunan yang diperlukan terdiri dari satu bangunan tempat usaha memproduksi Tas Bordir Motif Aceh sekaligus sebagai gallery penjualan produk. Tempat usaha tersebut juga dapat difungsikan sebagai tempat penyimpanan bahan baku dan bahan jadi yang siap untuk di pasarkan. Dalam komponen biaya investasi ini tidak termasuk tanah dan bangunan pemilik usaha. Selain tanah dan bangunan, komponen biaya investasi selanjutnya dari kerajinan Tas Bordir Motif Aceh adalah perizinan. Perizinan ini sangat diperlukan dalam pengajuan kredit atau pembiayaan ke perbankan. Perizinan tersebut terdiri dari Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan surat izin Bebas Gangguan (HO). Komponen biaya investasi juga terdapat pada lampiran 2. Tabel.5.1 Komposisi Biaya investasi No Jenis Biaya Nilai 1 Perijinan 300,000 2 Tanah dan Bangunan Tempat Usaha 285,500,000 3 Mesin 41,600,000 4 Peralatan pendukung 500,000 5 Jumlah Biaya Investasi 327,900,000 6 Sumber Dana Investasi Dari % Rp 7 Kredit 70% 229,530,000 8 Modal Sendiri 30% 98,370,000 Dari tabel diatas dapat dilihat total biaya investasi adalah sebesar Rp.327,900, , adapun sumber dana yang dibutuhkan dalam modal investasi awal adalah 70% diperoleh dari kredit ke perbankan dan 30% adalah modal sendiri Biaya Operasional Biaya operasional adalah operating expenses yaitu biaya berupa pengeluaran uang untuk melaksanakan kegiatan pokok, berupa biaya investasi dan administrasi untuk memperoleh pendapatan, tidak termasuk pengeluaran yang telah diperhitungkan dalam harga pokok POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 17

29 penjualan dan penyusutan. Seluruh biaya operasi ditanggung oleh pengusaha Tas Bordir Motif Aceh. Jika terdapat kekurangan biaya operasi ditanggung oleh pengusaha. Salah satu komponen biaya terbesar dari biaya operasional adalah biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja laki laki dan perempuan, dalam usaha ini tenaga kerja perempuan lebih mendominasi. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha Tas Bordir Motif Aceh adalah tergantung dari kemampuan usaha tersebut, tergolong skala besar, sedang atau kecil. Dalam usaha Tas Bordir Motif Aceh desa Ulee Madon tergolong usaha sedang atau menengah. Tenaga kerja yang dibutuhkan juga harus benar-benar berkompeten dalam membordir. Dalam biaya bahan baku adalah sesuai dengan jumlah pesanan yang ada. Jika banyak pesanan, maka jumlah bahan baku yang dibutuhkan juga banyak, dan begitu juga sebaliknya. Adapun segala komponen biaya operasional terlihat pada lampiran 4 dan pada tabel 5.2. Tabel.5.2 Komposisi Biaya Operasional No Jenis Biaya Rp. 1 Biaya Tenaga Kerja 58,000,000 2 Biaya Bahan Baku 27,475,000 3 BOP 2,550,000 Total Biaya 88,025,000 Modal Kerja selama 3 bulan pertama 264,075,000 Sumber dana modal kerja dari *) a.kredit 70% 184,852,500 b.dana sendiri 30% 79,222,500 Dari tabel diatas dapat dilihat total biaya operasional sebesar Rp.88,025, , terdiri dari komponen biaya tenaga kerja sebesar Rp.58,000, , pembelian biaya bahan baku Rp.27,475, dan biaya operasional lainnya sebesar Rp.2,550, Sedangkan kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan dalam usaha Tas Bordir Motif Aceh selama 3 (tiga) bulan pertama sebesar Rp.264,075, POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 18

30 5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja Kebutuhan dana investasi dan modal kerja dalam usaha Tas Bordir Motif Aceh diasumsikan adalah diperoleh dari pinjaman kredit dengan masing masing proporsi yang berbeda. Berikut adalah rekapitulasi kebutuhan dana investasi dan modal kerja selama 3 (tiga) tahun. Sebagaimana tabel 5.3 dan lampiran 5b. Tahun Tabel.5.3 Rekapitulasi Pendanaan Kredit Perbankan Angsuran Pokok Angsuran Bunga Total Angsuran Saldo Awal Saldo Akhir 414,382, ,382, ,127,500 45,639, ,767, ,382, ,255, ,127,500 27,683, ,810, ,255, ,127, ,127,500 9,726, ,853, ,127,500 0 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa total kebutuhan dana investasi dan modal kerja dalam usaha Tas Bordir Motif Aceh sebesar Rp.414,382, , dana tersebut terdiri dari kebutuhan dana investasi sebesar Rp.229,530, , dan kebutuhan modal kerja sebesar Rp.184,852, Adapun tenor pinjaman tersebut adalah selama 3 (tiga) tahun. Selain mengandalkan dana pinjaman bank, para pengusaha bordir juga mengandalkan modal sendiri baik modal investasi dan modal kerja. Modal pribadi untuk investasi sebesar Rp.98,370, dan modal sendiri untuk kebutuhan modal kerja adalah sebesar Rp. 79,370, Produksi dan Pendapatan Dalam satu bulan, usaha Tas Bordir Motif Aceh diasumsikan dapat menjual 2,000 unit Tas Bordir Motif Aceh. Poduk Tas Bordir Motif Aceh memiliki banyak jenis dan bentuk, dalam penelitian ini diasumsikan 8 (delapan) jenis Tas Bordir Motif Aceh yang dengan acuan rata-rata sebagai berikut sebagaimana lampiran 6 pada tabel 5.4 POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 19

31 Tabel.5.4 Proyeksi Produk Dan Pendapatan No Input Unit Jumlah /Bulan Harga Per Unit Nilai/bulan Pendapatan (a) (b) (c) (d) (c)*(d) 1 Tempat Pinsil Unit ,000 5,250,000 63,000,000 2 Tas Pakaian Unit ,000 9,600, ,200,000 3 Tas Cover Unit ,000 6,900,000 82,800,000 4 Tas Rangsel Unit ,000 20,000, ,000,000 5 Tas Bunga Unit ,000 22,000, ,000,000 6 Tas Keong Unit ,000 20,000, ,000,000 7 Tas ABG Unit ,000 15,000, ,000,000 8 Produk Lain Unit ,000 8,800, ,600,000 Jumlah Total Pendapatan , ,550,000 1,290,600,000 Dari tabel diatas Proyeksi pendapatan diasumsikan dalam perbulan dapat menghasilkan nilai penjualan rata rata Rp.107,550, Terdiri dari 350 buah tempat pinsil dari ukuran kecil dan besar, 80 buah tas pakaian dari ukuran kecil dan besar, 30 tas koper ukuran kecil dan besar, 200 tas ransel dari ukuran kecil dan besar, 200 tas bunga dari ukuran kecil dan besar, 400 tas keong dari ukuran besar dan kecil, 300 tas ABG dari ukuran kecil dan besar dan produk lain 440 unit dari ukuran kecil dan besar. 5.6 Proyeksi Laba Rugi dan Break Event Point Memiliki bisnis yang bisa memberikan keuntungan tentu menjadi idaman setiap pemilik usaha. Analisis titik impas atau BEP (break event point) adalah cara yang dapat dilakukan untuk mencari kuantitas minimal yang harus terjual dimana pelaku usaha tidak mengalami kerugian atau tingkat penjualan minimal yang menghasilkan laba sama dengan nol. Dalam penggunaannya, analisis titik impas memiliki asumsi bahwa biaya dapat dipisahkan menjadi biaya variabel dan biaya tetap, POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 20

32 unit yang terjual sama dengan unit yang diproduksi dan produk terdiri dari satu jenis, apabila lebih dari satu jenis, komposisi masing-masing jenis dianggap tetap. (Taufik Hidayat, 2013) Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha Tas Bordir Motif Aceh telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama sebesar Rp.28,528, dengan nilai profit on sales senilai 2,21% pada tahun pertama. Laba tahun ke dua dan seterusnya mulai mengalami peningkatan seiring menurunnya total angsuran bank. Break Event Point dalam penjualan adalah sebesar Rp.1,245,521, dan dalam unit sebanyak 23,162 unit atau unit per bulan, hal ini juga terus mengalami peningkatan seiring menurunnya total angsuran ditahun kedua dan seterusnya. Proyeksi pendapatan dan laba rugi dapat dilihat pada Tabel 5.5 atau lampiran 7. Tabel.5.5 Laba Rugi Usaha Tas Bordir Motif Aceh No A Uraian Tahun Penerimaan Total Penerimaan 1,290,600,000 1,290,600,000 1,290,600,000 1,290,600,000 B Pengeluaran i. Biaya Variabel 329,700, ,700, ,700, ,700,000 ii. Biaya Tetap 726,600, ,600, ,600, ,600,000 iii. Depresiasi 16,970,000 16,970,000 16,970,000 16,970,000 iv. Total Angsuran 183,767, ,810, ,853,978 Total Pengeluaran 1,257,037,128 1,239,080,553 1,221,123,978 1,073,270,000 C R/L Sebelum Pajak 33,562,872 51,519,447 69,476, ,330,000 F Pajak (15%) 5,034,431 7,727,917 10,421,403 32,599,500 G Laba Setelah Pajak 28,528,441 43,791,530 59,054, ,730,500 H Profit on Sales 2.21% 3.39% 4.58% 14.31% I BEP Dalam Rupiah 1,245,521,176 1,221,403,415 1,197,285, ,700,637 BEP Dalam Unit 23,162 22,713 22,265 18,572 Tempat Pinsil 3,360 3,287 3,214 2,612 Tas Pakaian Tas Cover Tas Rangsel 1,920 1,878 1,836 1,493 Tas Bunga 1,920 1,878 1,836 1,493 Tas Keong 3,840 3,756 3,673 2,985 Tas ABG 2,880 2,817 2,755 2,239 Produk Lain 4,224 4,132 4,040 3,284 POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 21

33 5.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi menjadi dua aliran, yaitu aliran kas masuk (cash inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow). Kas masuk diperoleh dari penjualan produk Tas Bordir Motif Aceh selama satu tahun. Kapasitas terpakai usaha ini berpengaruh pada besarnya nilai produksi yang juga akan mempengaruhi nilai penjualan, sehingga kas masuk menjadi optimal. Untuk kas keluar, komponennya ditambah dengan biaya angsuran kredit, biaya bunga, dan juga pajak sebesar 15%. Untuk menghitung kelayakan usaha rencana investasi digunakan metode penilaian NPV, IRR, Net B/C Ratio, PBP serta BEP. Hasil perhitungan seperti ditunjukkan pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa usaha kerajinan Tas Bordir Motif Aceh menguntungkan, karena pada suku bunga 13% pertahun menghasilkan NPV sebesar Rp.98,142, dan Net B/C ratio lebih besar dari 1 yaitu 1.63, untuk nilai IRR dalam penghitungan ini sebesar 47.87% lebih besar dari tingkat suku bunga 13%, sedangankan untuk PBP 1.70 atau 1 tahun 7 bulan. Kelayakan dari usaha Tas Bordir Motif Aceh dapat disimpulkan layak dilaksanakan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan disederhanakan pada tabel 5.6. Tabel.5.6 Kelayakan Usaha Kerajinan Tas Bordir Motif Aceh No Kriteria Nilai 1 Net B/C Ratio DF 13% NPV DF 13 % 98,142,510 3 IRR 47.87% 4 PBP 1.70 Adapun kriteria kelayakan sebagai berikut. 1. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio) adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan. Jika Net B/C > 1,maka proyek layak untuk dilaksanakan sedangkan jika Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 22

34 2. NPV (Net Present value) merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai discount factor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasional, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan. (A.Choliq dkk,1994). Adapun indikatornya ; Jika NPV > 0 (positif), maka proyek layak untuk dilaksanakan. Jika NPV < 0 (negatif), maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Jika NPV = 0 maka investasi yang dilakukan tidak mengalami untung atau rugi. 3. IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuanya %). Suatu investasi dapat dilakukan apabila laju pengembaliannya (rate of return) lebih besar dari pada laju pengembalian tingkat suku bunga. Indikatornya adalah. Jika IRR > tk, discount rate yang berlaku maka proyek layak untuk dilaksanakan. Jika IRR < tk, discount rate yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 5.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha Dalam analisis kelayakan suatu usaha, biaya dan pendapatan didasarkan pada asumsi dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk mengurangi tingkat resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat sensititivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 23

35 output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu : 1. Skenario 1 Pendapatan mengalami penurunan sedangkan biaya operasionalnya konstan. Penurunan pendapatan dapat terjadi dikarenakan harga jual produk yang menurun atau jumlah permintaan berkurang. Penurunan ini bisa juga disebabkan karena permintaan menurun. 2. Skenario 2 Disini sisi biaya yang mengalami kenaikan kenaikan, sementara pendapatan dianggap konstan. Kenaikan biaya operasional dimungkinkan terjadi karena faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, atau biaya overhead mengalami kenaikan. 3. Skenario 3 Merupakan gabungan dari skenario 1 dan 2. Disini dianggap pendapatan mengalami penurunan dan disaat yang sama biaya operasional mengalami kenaikan. Hasil analisis sensitivitas tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5.7,5.8 dan 5.9 dari lampiran 9,10 dan 11. Tabel.5.7 Analisis Sensitivitas Penerimaan Turun 4% dan 5% No Kriteria 4% 5% 1 Net B/C Ratio DF 13% NPV DF 13 % 1,255,416 (22,966,358) 3 IRR 27.96% 22.75% 4 PBP Dari tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa pada analisis sensitivitas pendapatan turun sebesar 4%, usaha ini masih layak dijalankan. Hal ini dapat dilihat nilai NPV Positif sebesar Rp.1,255, Net B/C ratio lebih besar dari 1, sebesar 1.2 sedangkan IRR sebesar 27,96% sehingga masih berada diatas tingkat suku bunga 13%, serta PBP 2.25 atau 2 tahun 2 bulan. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 24

36 Sedangkan pada tingkat sensitivitas pendapatan turun sebesar 5%, usaha ini masih layak dijalankan. Meskipun terlihat NPV bernilai negatif (22,966,358).- Net B/C ratio lebih besar dari 1, sebesar 1.6 sedangkan IRR sebesar 22,75% sehingga masih berada diatas tingkat suku bunga 13%, serta PBP 2.44 atau 2 tahun 4 bulan. Tabel.5.8 Analisis Sensitivitas Operasional Naik 4% dan 5% No Kriteria 4% 5% 1 Net B/C Ratio DF 13% NPV DF 13 % 32,804,612 16,470,138 3 IRR 34.42% 31.06% 4 PBP Dari tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa pada tingkat sensitivitas operasional naik sebesar 4%, usaha ini masih layak dijalankan. Hal ini dapat dilihat nilai NPV Positif sebesar Rp. 32,804, Net B/C ratio lebih besar dari 1 sebesar 1.39, IRR sebesar 34.42% sehingga masih berada pada tingkat suku bunga 13%, serta PBP 2.13 atau 2 tahun 1 bulan. Sedangkan sensitivitas operasional naik sebesar 5%, usaha juga masih dapat dikatakan layak. Terlihat pada nilai NPV sebesar Rp.16,470, Net B/C ratio lebih besar dari 1 sebesar 1.32, IRR sebesar 31.06% sehingga masih berada pada tingkat suku bunga 13%, serta PBP 2.26 atau 2 tahun 2 bulan. Tabel.5.9 Analisis Sensitivitas Operasional Naik 4% dan Penurunan Penjualan 4 % No Kriteria Nilai 1 Net B/C Ratio DF 13% NPV DF 13 % (64,082,482) 3 IRR 14.06% 4 PBP 2.94 POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 25

37 Dari tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa pada sensitivitas operasional naik sebesar 4% dan Penurunan penjualan 4% usaha ni tidak layak dijalankan jika dilihat dari sisi NPV bernilai negatif sebesar Rp. 64,082, , sedangkan usaha ini layak bila dilihat dari sisi Net B/C ratio sebesar , lebih besar dari 1 dan IRR sebesar % sehingga masih berada diatas tingkat suku bunga 13%, serta PBP 2.94 atau 2 tahun 9 bulan. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 26

38 BAB VI ASPEK EKONOMI,SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial Dilihat dari aspek ekonomis, keberadaan Usaha kerajinan bordir merupakan usaha yang sangat menguntungkan, dengan berbekal keterampilan, keuletan dan ketekunan berusaha serta ditunjang dengan pembinaan dari berbagai pihak, unit usaha kecil kerajinan Tas Bordir Motif Aceh mampu memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja pada masyarakat sekitar Gampong Ulee Madon. Disamping itu, usaha kerajinan Tas Bordir Motif Aceh juga dapat memberdayakan tenaga kerja wanita sehingga banyak mengurangi pengangguran di daerah tersebut, usaha ini juga mendapat dukungan dari masing masing pihak. Semua hal tersebut berpengaruh pada kenaikan taraf hidup bagi masyarakat sekitar gampong Ulee Madon dan juga memberikan ikatan sosial yang baik. Ikatan ini terbentuk karena kesamaan profesi serta tradisi dan semangat untuk meningkatkan kualitas hidup bersama. 6.2 Dampak Lingkungan Industri Tas Bordir Motif Aceh merupakan sektor industri kerajinan yang menghasilkan produk produk kerajinan dari bahan kain, dan bahan bahan tambahan lainnya. Hampir 100% dari penggunaan bahan industri kerajinan Tas Bordir Motif Aceh tidak menghasilkan limbah berbahaya. Bahkan potongan terkecil pun dapat bisa digunakan untuk acsesoris gantungan kunci dan lain-lain. Maka dari sudut lingkungan, industri ini tidak membahayakan. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 27

39 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Secara teknis, proses produksi Tas Bordir Motif Aceh masih relatif sederhana. Lebih mengutamakan keahlian, ketekunan dan kemampuan tinggi para pengrajin dalam memproduksi berbagai bentuk/desain produk. Selain itu bahan baku pun mudah didapatkan. 2. Dari aspek pasar dan pemasaran, produk Tas Bordir Motif Aceh saat ini sudah sangat meluas, seiring banyaknya permintaanpermintaan yang datang dari Provinsi Aceh sendiri dan luar Daerah. Peluang untuk berkembang juga sangat besar. 3. Dari Aspek Keuangan analisis kelayakan usaha memperlihatkan bahwa usaha Tas Bordir Motif Aceh masih dinilai layak untuk dikembangkan karena pada suku bunga 13% pertahun mengahasilkan NPV sebesar Rp.98,142, dan Net B/C rasio lebih besar dari 1 yaitu Untuk nilai IRR dalam perhitungan ini sebesar 47.87% lebih besar dari tingkat suku bunga 13%, sedangkan untuk PBP 1.7 atau 1 tahun 7 bulan. Usaha Tas Bordir Motif Aceh juga masih dapat dinilai layak pada tingkat nilai sensitivitas penjualan turun 4% dan 5%, Biaya Operasional naik 4% dan 5% serta pengaruh keduanya penjualan turun 4% dan Biaya Operasional naik 4%. Usaha Tas Bordir Motif Aceh merupakan bidang usaha yang sangat potensial untuk dibiayai. 4. Dilihat dari aspek ekonomis, keberadaan usaha kerajinan bordir merupakan usaha yang sangat menguntungkan. Dengan berbekal keterampilan, keuletan dan ketekunan berusaha serta didorong oleh pembinaan dari berbagai pihak, unit usaha kecil kerajinan Tas Bordir Motif Aceh mampu memberikan sumbangan POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 28

40 yang berarti bagi peningkatan pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja pada masyarakat sekitar. 7.2 Saran 1. Tas Bordir Motif Aceh memerlukan pengembangan lebih lanjut, untuk itu peran dari Pemerintah masih sangat diperlukan terutama yang bersifat regulatif yang dapat mengatur kebutuhan bahan baku sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengrajin dengan harga yang terjangkau. 2. Diperlukan promosi yang mampu menguatkan daya tawar produk Tas Bordir Motif Aceh dengan konsumen diluar daerah maupun di luar negeri. 3. Mengingat tingkat kembali modal usaha ini relatif tidak terlalu lama, untuk itu diperlukan penyediaan skim pinjaman dengan suku bunga rendah untuk modal kerja dan investasi bagi pelaku usaha dalam mendukung kegiatan usaha Tas Bordir Motif Aceh yang akan meningkatkan produktivitas maupun kualitas. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 29

41 DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia.2004.Pola Pembiayaan Usaha Kecil Kerajinan Tas Kulit. Tim Penelitian dan pengembangan Biro Kredit, Jakarta. Blog spot com Kumpulan Ilmu seputar informasi. ( com/2012/07/net-bc-net-benefitcost-ratio-riteria.html diakses September 2013) Soepeno, Bambang.2012.Modul Break Event Point. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Politeknik Negeri Malang,Malang Hidayat,T Membuat Aplikasi Excel Untuk UMKM, Media Kita Cetakan Pertama. Jakarta Subagyo, Ahmad. SE,MM, CRBD Study Kelayakan Teori dan Aplikasi,PT Elek Media Komputindo Kelompok Gramedia.Cetakan ke 2.Jakarta. POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TAS BORDIR MOTIF ACEH 30

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN Mengelola keuangan suatu usaha bukan hanya dilakukan oleh usaha yang besar saja, tetapi usaha kecil dan menengah juga harus melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Karena

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1 ABSTRAKSI Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk selalu dapat unggul dalam persaingan. Karena bila salah dalam menerapkan strategi

Lebih terperinci

BUKU POLA PEMBIAYAAN USAHA INDUSTRI KREATIF MOTIF ACEH

BUKU POLA PEMBIAYAAN USAHA INDUSTRI KREATIF MOTIF ACEH BUKU POLA PEMBIAYAAN USAHA INDUSTRI KREATIF MOTIF ACEH UNIT PENGEMBANGAN EKONOMI KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA LHOKSEUMAWE, 2016 Dalam rangka pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), Bank

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL Analisis kelayakan finansial adalah alat yang digunakan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman modal. Tujuan dilakukan analisis kelayakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan ekonomi bebas saat ini, setiap negara terutama negara-negara yang sedang berkembang diharapkan mampu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM

INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL INDUSTRI PAKAIAN JADI MUSLIM BANK INDONESIA KATA PENGANTAR Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Namun

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman

Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Uji Lanjut Ortogonal Kekerasan Sumber keragaman db JK KT F hit F 0.05 F0.01 Perlakuan 3 13,23749 4,412497 48,60917 4,06618 7,590984 Linier 1 12,742 12,74204 140,3695 5,317645*

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. Untuk merealisasikan seluruh rencana yang telah dirancang, kegiatankegiatan

BAB V RENCANA AKSI. Untuk merealisasikan seluruh rencana yang telah dirancang, kegiatankegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Untuk merealisasikan seluruh rencana yang telah dirancang, kegiatankegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari tiga tahap dengan waktu pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES )

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PROFITABILITAS INDUSTRI RUMAH TANGGA ANEKA KUE KERING (STUDI KASUS: INDUSTRI RUMAH TANGGA ONI COOKIES ) Nama : Sonny Suryadi NPM : 36410653 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN

BAB VI ASPEK KEUANGAN BAB VI Bagian ini akan menjelaskan tentang kebutuhan dana, sumber dana, proyeksi neraca, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas, dan penilaian kelayakan investasi. Proyeksi keuangan ini akan dibuat dalam

Lebih terperinci

BUKU POLA PEMBIAYAAN UMKM INDUSTRI DEPOT AIR ISI ULANG

BUKU POLA PEMBIAYAAN UMKM INDUSTRI DEPOT AIR ISI ULANG BUKU POLA PEMBIAYAAN UMKM INDUSTRI DEPOT AIR ISI ULANG UNIT AKSES KEUANGAN DAN UMKM KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA LHOKSEUMAWE, 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin. meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai bidang usaha, hal ini menyebabkan banyak perusahaan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, HAMDANI M.SYAH HARIANTO.

RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, HAMDANI M.SYAH HARIANTO. RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, 2004. Analisis Kelayakan Investasi Ekspansi Usaha Penyamakan Kulit PT. Rahayu Indokulit Indah. Di bawah bimbingan HAMDANI M.SYAH dan HARIANTO. PT. Rahayu Indokulit Indah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75

BAB V PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran... 75 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN... ii SURAT KETERANGAN PERBAIKAN/REVISI LAPORAN TUGAS AKHIR iii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS KERAJINAN KAIN PERCA Disusun Oleh Nama : Wakhid Wisnu W NIM : 11.01.2912 Kelas : D3 TI-02 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca

Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bisnis Modal Kecil Kreasi Kain Perca Bagi para pelaku bisnis konveksi, mungkin kain perca hanya dianggap sebagai bagian dari limbah yang tidak memiliki nilai ekonomi. Namun, lain halnya bagi para pelaku

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

BAB VI ASPEK KEUANGAN Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan

BAB VI ASPEK KEUANGAN Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan. Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan BAB VI ASPEK KEUANGAN 6.1 Kebutuhan Dana Awal 6.1.1 Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan Tabel 6.1 Kebutuhan Dana Awal Untuk Pembelian Peralatan Mesin/ peralatan yang dibutuhkan Spesifikasi/merek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir dibawah ini : Gambar 3.1 Tahapan Penelitian III-1 3.1 Penelitian Pendahuluan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN BAB 5 ANALISIS KEUANGAN 5.1. Ekuitas Ekuitas adalah modal kepemilikan yang diinvestasikan dalam suatu usaha. Vraniolle merupakan badan perorangan dengan modal yang berasal dari pemilik. Ekuitas modal pemilik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR Analisa Biaya Manfaat Ikan Hias Air Tawar Layak tidaknya usaha dapat diukur melalui beberapa parameter pengukuran seperti Net Present Value (NPV),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Brockhouse dan Wadsworth (2010:1) studi kelayakan adalah alat yang digunakan dalam proses pengembangan bisnis

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci