BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU. seperti karate, wushu, judou, aikidou, capuera, krav maga dan masih banyak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU. seperti karate, wushu, judou, aikidou, capuera, krav maga dan masih banyak"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU 2.1. Pengertian dan Sejarah Aikidou Pengertian Aikidou Seperti yang sudah diketahui, beladiri terbagi dari berbagai cabang seperti karate, wushu, judou, aikidou, capuera, krav maga dan masih banyak cabang lainnya yang tidak akan ada habisnya bila disebutkan. Setiap nama ilmu beladiri dari setiap cabang memiliki arti bagi setiap nama yang disandang untuk memberitahu dari cabang apakah beladiri itu. Misalnya seperti dari cabang karate yang mana arti umum dari karate itu sendiri adalah kara ( 空 ) yang berarti kosong dan te( 手 )yang berarti tangan, jadi karate itu adalah ilmu beladiri yang hanya menggunakan tangan kosong untuk melindungi diri sendiri dengan kata lain senjata yang digunakan tidak lain adalah bagian dari tubuh sendiri seperti kepalan tinju, jari, sikut, sisi tangan, tumit, lutut dan bagian tubuh lainnya. Mengenai arti nama dari tiap cabang aliran beladiri, aikidou juga mempunyai pengertian sendiri. 合気道 (aikidou)yang terdiri dari 3 huruf kanji yaitu, 合 - ai - bergabung, menyatukan, menyelaraskan 気 - ki - jiwa, energi kehidupan 道 - dō - jalan, cara

2 Maka bila dijabarkan, aikidou merupakan jalan atau cara untuk menyelaraskan dan menggabungkan seluruh energi kehidupan yang terdapat di dalam jiwa dan alam sehingga tercipta satu keadaan dimana antara pribadi, perkelompok dan lingkungan mencapai keadaan yang dapat saling mengerti satu dengan yang lainnya. Dari kesimpulan semua penjelasan diatas, maka aikidou dapat didefinisikan sebagai : Sebagai suatu cara yang digunakan untuk mengolah tubuh dan pikiran dengan menggunakan energi kehidupan sekaligus sebagai metode yang digunakan untuk mempertahankan diri dengan cara memanfaatkan energi tersebut (NipponBudokan 2009: 209). Sedangkan pengertian aikidou dalam kamus kontemporer bahasa Indonesia (2002:22) adalah gaya berkelahi Jepang tanpa menggunakan senjata,tapi dengan cara bergelut,lemparmelempar disertai gerakan-gerakan yang dibuat agar lawan kehilangan keseimbangan. Setiap nama aliran beladiri yang ada seperti aikidou, karate, kempou, hapkidou dan lainnya mempunyai arti masing-masing dari nama-nama yang digunakan sebagai identitas dari setiap aliran, selain itu terdapat kisah dan sejarah yang panjang dibaliknya hingga seperti yang kita ketahui sekarang ini Sejarah Aikidou 合気道 (aikidou) lahir di Jepang sebelum perang dunia ke dua. Akar seni bela diri ini adalah seni bela diri Daito Ryu Aiki Jujutsu yang sudah ada di Jepang

3 sejak beberapa abad yang lalu. 大と竜愛器呪術 (daito ryu aiki jujutsu)merupakan seni perang dan seni bela diri yang hanya dikuasai oleh orangorang tertentu dari kalangan istana kerajaan, terutama samurai pilihan di istana dan tidak sembarang orang dapat mempelajarinya hingga satu saat seni bela diri ini mulai diperkenalkan kepada publik oleh Sokaku Takeda. Salah satu murid dari SokakuTakeda adalah Morihei Ueshiba yang dikemudian hari mengembangkan aikidou. Seperti yang sudah disebutkan diatas, akar ilmu beladiri aikidou aslinya berasal dari sebuah tradisi beladiri kuno yang turun temurun dan hanya dimiliki oleh keluarga istana, yaitu Daito Ryu Aiki-Jujutsu (atau ju-jutsu). Dalam tradisi lama, jutsu berarti sebuah art atau seni sehingga bentuk lama ini mempunyai pakem-nya sendiri sebagai sebuah tradisi dengan tatanan gerak tertentu. 大と (daito) adalah sebuah nama yang merujuk kepada nama sebuah istana, yaitu daito. 大と (daito) merupakan istana milik putra keturunan Kaisar Seiwabernama Minamoto Genji Yohimitsu. 義光 (Yoshimitsu) diwariskan ilmu ini oleh putra ke enam Kaisar Seiwa yaitu Pangeran Teijun yang sangat menggemari ilmu beladiri. Asal-usul aikidou dapat di telusuri pada abad 9, yaitu jaman feodal di Jepang. Teknik-teknik ini berawal dari Pangeran Teijun, anak ke 6 dari Kaisar Seiwa ( ) dan diturunkan dari generasi ke generasi dari keluarga Minamoto. Pada waktu generasi berikutnya, teknik-teknik itu akhirnya diberikan pada Shinra Saburo Yoshimitsu, adik laki-laki Yishiie Minamoto. 義光 (Yoshimitsu) adalah seseorang yang mempunyai bakat dan kemampuan yang hebat. Konon sejarahnya berkata bahwa Yoshimitsu mengembangkan banyak

4 teknik-tekniknya dengan mengawasi seekor laba-laba yang dengan ahlinya menjebak serangga yang besar ke dalam sarangnya yang halus. Kemudian Yoshimitsu menamai teknik-teknik temuannya dengan nama Daito-ryu Aikijutsu (diambil dari nama rumahnya "Daito Mansion" dan mengambil nama dari sistem aikijutsu karena dasar dari tehnik ini adalah dari aikijutsu). Teknik Daito-ryu ini disampaikan secara rahasia kepada anggota-anggota keluarganya dan pembantu-pembantu, dimana akhirnya mencapai Sokaku Takeda ( ), yang kemudian memainkan peran yang penting dari dasar-dasar aikidou yang modern. Sistem Daito-ryu yang diberikan kepada Sokaku Takeda, jelas berbeda dari yang diajarkan beribu-ribu tahun sebelumnya. Seni beladiri yang dipelajari oleh Takeda tidak diketahui kecuali bahwa latihannya dilakukan di Ono-Ha Itto-ryu Kenjutsu. Semua bukti-bukti mengarah kepada suatu kesimpulan bahwa seni Daito-ryu dari Takeda merupakan suatu perpaduan dari pengalamannya yang luas dalam memberikan pelatihan dan inovasi-inovasi teknis sebagaimana adanya mereka yang merupakan suatu kelanjutan tetap dari tradisi beladiri suku Aizu. Salah satu murid Takeda adalah Morehei Ueshiba, yang merupakanpenemu dari aikidou. 植芝 (Ueshiba) yang dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1882 bertemu dengan Takeda tahun 1915 setelah menghadiri suatu seminar selama 10 hari yang diadakan oleh Takeda. Dia sangat terkesan melihat teknik-teknik Takeda sehingga dia langsung mempelajari Daito-ryu. Sebagai tambahan, Ueshiba juga mempelajari Kito-ryu Jujitsu, Yagyu Shinkage-ryu

5 Kenjutsu dan ilmu beladiri lainnya yang menggunakan tangan kosong atau senjata. 植芝 (Ueshiba) adalah orang yang juga mempelajari spiritual secara mendalam dan pengikut dari sekte Omotokyo dari agama Shinto. Karena itu pengembangan aikidou sangat dipengaruhi oleh kepercayaan sekte Omotokyo ini.omotokyo adalah salah satu sekte Shinto yang ajaran utamanya tentang Pengajaran asal muasal dari segala sesuatu. Ajaran sekte ini merupakan sinkretisme (perpaduan) antara mitologi-mitologi Shinto, Shamanisme, meditasi pernafasan dan pemujaan ( Pada tahun 1931, Ueshiba mendirikan Kobukan dojo atau dojo neraka. Saat itu Ueshiba mencapai puncak kejayaan fisiknya. 合気道 (aikidou) diformulasikan sejak akhir 1920-an sampai dengan 1930-an hingga pada bentuknya yang sekarang oleh Morihei Ueshiba ( 植芝盛平 Ueshiba Morihei, 14 Desember April 1969, disebut juga sebagai o- sensei 大先生, 翁先生 guru besar), Ueshiba memperkaya dan mengembangkan aikidou dengan berbagai koryu (seni beladiri/seni pedang lama) selain basisnya Daito ryu,sehingga menjadi suatu seni beladiri yang unik. 植芝盛平 (Ueshiba Morihei) sebagai seorang murid merupakan murid yang berbakat dan mengabdi pada gurunya yaitu Sokaku Takeda. Sokaku Takeda memberi lisensi kelengkapan ilmunya kepada Morihei Ueshiba dalam bentuk mokuroku. Dengan lisensi tersebut Morihei Ueshiba mendirikan sekolah pertamanya dengan nama "UeshibaRyu Daito Aiki jutsu" yang kemudian berubah nama menjadi "Aiki Budo"

6 dan akhirnya disempurnakan dengan nama "Aikidou".Dojo pertama aikidou didirikannya di Tokyo dan hingga saat ini masih tetap ada dan bernama Aikikai Hombu Dojo, sebagai pusat pengembangan aikidou di seluruh dunia. 植芝 (Ueshiba)menginginkan aikidou tidak hanya sebagai sebuah seni beladiri, tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan universal. Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan aikidou dengan cara mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh dunia. Salah satu dari murid-muridnya pada waktu itu adalah Gozo Shioda yang kemudian mendirikan Yoshinkan Aikidou. 植芝 (Ueshiba) sangat dihargai oleh ahli-ahli beladiri lainnya pada waktu itu termasuk Jigoro Kano (pendiri judo) yang mengirim banyak murid-murid judonya yang hebat untuk mempelajari aikidou. Termasuk dalam hal ini Kenji Tomiki, yang kemudian mengembangkan suatu olahraga dengan mengambil style Aikido-Tomiki dan Mochizuki Minoru yang membentuk Yoseikan Budo. Tahun 1942, Ueshiba pindah ke Iwama dimana Ia membuka sebuah dojo danmendirikan tempat suci Aiki. Pada tahun 1945, Aikikai didirikan walaupun semua bentuk Budo telah dilarang setelah perang dunia ke 2. Pusat dojo Aikikai di dirikan di Tokyo sedangkan Ueshiba tetap tinggal di dojo diiwama. 度所 (dojo) yang di Tokyo di urus oleh anaknya Kisshomaru ( ) dan instruktur-instruktur utama lainnya seperti Tohei Kohici yang kemudianmembentuk Shin-shin Toitsu Aikidou (lebih terkenal dengan nama Ki SocietyAikidou).

7 Sejalan dengan perjalanan hidup Ueshiba Morihei, beliau mengembangkan seni bela diri Daito Ryu Aiki Jujutsu ini menjadi sebuah bela diri yang tujuannya lebih kepada melindungi dengan kasih sayang. 合気道 (aikidou) diciptakan karena kemuakanmorihei Ueshiba akan perang dan banyaknya korban yang beliau lihat dan alami semasa perang. Sehingga sewaktu pulang kembali ke Jepang setelah ditugaskan berperang, beliau berpikir untuk menciptakan suatu seni beladiri yang lebih melindungi dari pada merusak dan menghancurkan. 合気道 (aikidou)merupakan seni beladiri yang berdasarkan kasih, dan tidak mengenal kekerasan. 植芝盛平 (Ueshiba Morihei) membagi ilmu beladiri dalam 2 kelompok yaitu ilmu beladiri spiritual dan ilmu beladiri material. Ilmu beladiri material tertanam pada objek-objek fisik. Ilmu beladiri seperti itu adalah sumber pertikaian yang tiada akhir karena berdasarkan pertentangan dua kekuatan. Ilmu beladiri spiritual memandang keadaan pada tahap yang lebih tinggi. Dasarnya adalah cinta dan memandang kesegala hal dengan totalitas mereka. Ilmu ini tidak berbentuk dan tidak pernah mencari musuh (Ueshiba 2004:52). Nama aikidou sendiri memiliki arti yang mencerminkan harapan dari pendirinya. 合気道 (aikidou) terdiri dari 3 buah karakter kanji Jepang yaitu ai yang berarti keharmonisan gerakan tubuh dengan jiwa,kiyang berarti energi kehidupan atau disebut juga dengan chidan doyang berarti jalan. Jadi aikidou berarti jalan untuk mengharmoniskan gerakan tubuh dan jiwa dengan energi kehidupan. Dengan kata lain aikidoumerupakan suatu jalan untuk mengharmoniskan semua yang ada di kehidupan kita.

8 Pada tanggal 26 April 1969, Sensei Morehei Ueshiba meninggal pada umur 86 yang disebabkan oleh penyakit kanker meskipun demikian Ueshibatelah meninggalkan teknik beladiri dan ajaran tentang spirit yang sekarang diajarkan di seluruh dunia dan hingga saat ini aikidou tetap berkembang pesat setelah kematiannya. 2.2.Filosofi Aikidou Filosofi aikidou sarat akan filosofi kehidupan. Jika seseorang mulai mempelajarinya, maka ia akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga dan dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari dan bukan sekedar teknik belaka. 合気道 (aikidou) mengajarkan bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana seseorang harus menghargai kehidupan dan lain-lain. 合気道 (aikidou) bukanlah agama tetapi pendiri aikidou pernah berkata bahwa dengan mempelajari aikidou, maka orang dapat lebih mudah mengerti dan mempelajari apa yang ia temukan dalam agama yang dipelajarinya. 合気道 (aikidou) mengajarkan seseorang agar berjiwa seperti seorang samurai yang menjunjung tinggi kebenaran. Jiwa ini terefleksikan pada hakama (celana khas Jepang) yang dikenakan oleh praktisi aikidou yang telah tinggi tingkatannya.pada hakama terdapat 7 buah ajaran samurai yang mewakili 7 pilar Budo(Jalan Ksatria) atau disebut juga dengan Bushidou. 7 ajaran ini meliputi : 1. 義 (Gi) The Truth: Kebenaran

9 Kebenaran adalah titik kulminasi pencarian manusia yang tertinggi dalam hidupnya. Karena nilai kebenaran yang tertinggi hanya ada satu dan satu-satunya, yaitu Tuhan. Manusia dalam perjalanan hidupnya akan hampa dan tidak berarti apapun jika ia tidak menyadari bahwa ia merupakan bagian yang sangat kecil dari sekian banyak ciptaan Tuhan yang tidak terhitung jumlahnya. Manusia dengan egonya terkadang menjadikan dirinya seakan-akan poros dunia dan alam semesta. Pada kenyataannya, manusia hanyalah sebutir debu ditengah gurun pasir. Datang dan perginya tidak berarti apa-apa kecuali dia telah menemukan makna sejati kehidupannya di dunia. Dalam budo, nilai spiritual merupakan esensi ajaran serta tujuan akhir dari perjalanan seorang budoka. Sehingga orang-orang yang mempelajari budo, namun ia berpaling dari agama maka pada dasarnya ia tidak mengerti apa yang ia pelajari. Hal ini ditegaskan oleh O-Sensei tidak ada di dunia ini yang tidak dapat mengajari kita. Untuk sebagian orang contohnya, akan menjauhi atau tidak mau mengerti dari ajaran agama. Ini merupakan bukti bahwa mereka tidak dapat mengerti arti mendalam dari pengajaran ini. Ajaran agama berisi tentang sesuatu yang mendalam dan kebijaksanaan. Anda harus mengerti tentang hal ini dan menerapkan pengertian anda melalui budo. Maka pahamilah budo sebagai salah satu jalan untuk menerapkan ajaran spiritual dalam kehidupan sehari-hari. 2. 名誉 (Meiyo) Respect and Honor: Menghormati dan Kehormatan Sikap menghormati merupakan sikap yang lekat dengan karakter masyarakat Jepang. Hal ini dapat dilihat dari budaya rei, yaitu membungkukkan badan sebagai tanda menghormati seseorang. Dalam budo sikap seperti ini

10 merupakan gambaran nilai penghormatan bagi para samurai, dengan kata lain seorang samurai hanya dapat dikatakan memiliki sebuah kehormatan dalam dirinya bila ia tahu bagaimana cara menghormati orang lain. Dalam falsafah moral ini sangat penting untuk mempraktekkan cara bersikap dengan baik dan benar khususnya kepada orang yang statusnya jauh diatas kita seperti orangtua kita, guru, atasan atau tuan pada masa dahulu. Dikatakan bahwa bagi budoka, menyayangi orang tua adalah hal yang sangat fundamental. Jika seorang tidak lagi memperdulikan orang tuanya, maka ia bukanlah orang yang baik tidak perduli apakah ia luar biasa pandai, tampan atau bertutur kata dengan bagus. Maksudnya adalah untuk paham bushidou, kita harus menjalankannya dari akar hingga ranting. Jika tidak dapat memahami dari akar hingga rantingnya maka kita tidak akan tahu apa kewajiban kita. Seseorang yang tidak tahu kewajibannya tentu sangat tidak layak untuk disebut samurai. Mengetahui akar hingga ranting berarti memahami sesadar-sadarnya bahwa orang tua itu pada dasarnya adalah akar dari tubuh kita dan batang tubuh kita adalah pada dasarnya cabang dan ranting dari tulang dan daging dari orang tua kita. Adalah karena hasrat untuk membentuk diri kita yakni ranting maka muncul keadaan di mana kita mengabaikan orang tua yakni akarnya. Keadaan tidak baik seperti itu muncul karena kegagalan memahami filosofi akar dan ranting ( Shigesuke Taira 1999:8-9). Terhadap guru kita juga harus menghormati mereka. Guru dalam bahasa Jepang disebut sensei. Artinya orang yang terlahir lebih dulu dan lebih lanjut memiliki pemahaman sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan

11 kebijaksanaan tentang kehidupan lebih mendalam dari yang kita miliki atau orang yang kita jadikan tempat belajar dan bertanya, sekalipun usianya jauh lebih muda dari kita. Dalam budo, guru diibaratkan sebagai orangtua kedua setelah orangtua kita. Hal ini disebabkan karena mereka mengajarkan banyak hal tentang kehidupan setelah orang tua kita. Mereka turut mendidik dan membantu murid agar dapat menjalani hidup dengan baik. Seorang sensei dalam budo merupakan jabatan spiritual, dimana pertanggungjawaban moral saja tidaklah cukup. Seorang sensei harus bertanggung jawab terhadap murid-muridnya agar menjadi manusia yang lebih baik secara fisik, mental, moral dan akhirnya spiritual. Hal ini tidak kita temukan pada pendidikan modern dimana guru hanya merupakan jabatan fungsional dalam suatu sistem pendidikan. Seseorang yang mempelajari beladiri harus memahami hal ini, sehingga tidak seorangpun dari budoka yang dapat mengatakan kepada orang lain dia itu bekas guru saya sebagaimana ia tidak dapat mengatakan itu bekas orang tua saya sekalipun ia sendiri telah menjadi orangtua. Orangtua akan tetap menjadi orangtua kita karena kasih sayang mereka akan kita bawa hingga akhir hayat. Seperti juga guru, mereka akan tetap menjadi guru kita karena ilmu yang telah diberikan akan kita bawa juga hingga akhir hayat. 3. 誠 (Makoto) Honesty and Sincerity: Kejujuran dan Ketulusan Kejujuran dalam tutur kata dan ketulusan dalam perbuatan adalah hal yang esensial dalam budo. Bila kita menghormati seseorang, maka kita lakukan dengan sepenuh hati dan jiwa bukan karena tampilan fisik semata. Apabila kita bertutur kata maka katakanlah yang sebenarnya yang ada dalam hati dan pikiran

12 kita dengan cara yang terhormat dan baik. Kejujuran merupakan hal yang sulit dilakukan kecuali bagi mereka yang memiliki keberanian dalam jiwa mereka. Menjaga kepercayaan dari orang lain juga merupakan salah satu bentuk kejujuran dan ketulusan. Apabila anda dititipkan sebongkah emas maka anda harus memastikan emas tersebut aman ditangan anda. Bila pemilik emas tersebut telah meninggal, maka anda harus memastikan emas tersebut jatuh ketangan keluarga yang berhak mewarisinya tanpa mengambil atau berharap keuntungan sedikitpun dari situasi ini. Orang yang dapat melakukan ini adalah seorang ksatria sejati. 4. 忠義 (Chugi) Loyalty: Kesetiaan Kesetiaan adalah satu sikap yang terhormat, sedangkan pengkhianatan adalah sikap yang rendah dan hina. Seorang ksatria akan menjaga kesetiaannya bahkan apabila harus mengorbankan nyawa sekalipun. Samurai pada zaman dahulu (sebelum restorasi Meiji) rela mengorbankan nyawa mereka untuk membela tuannya atau perguruannya. Pada saat sekarang ini kesetiaan tetap merupakan sebuah sikap yang sangat mulia dan sangat langka. Hanya orang yang memiliki keberanian saja yang memiliki sikap seperti ini. Yang justru dimasa sekarang ini seseorang yang sangat mudah melakukan pengkhianatan bila ia menemukan sesuatu yang dirasa dapat merugikan dirinya atau disisi lain untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sikap seperti ini tidak ada tempat didalam budo. Kesetiaan pada perguruan merupakan hal yang relevan hingga sekarang, namun bukan dalam arti larangan mempelajari bentuk beladiri lain. Melainkan untuk tetap menjaga nama baik dojo dan mengamalkan ilmunya dengan cara yang baik serta menjaga silsilah dari ilmu yamg telah dipelajari.

13 5. 礼 (Rei) Courtesy: Sopan Santun Tata tertib dan sikap sopan santun adalah bagian integral dalam budo. Tanpa sikap dan tata kesopanan yang baik dan benar maka seseorang tidak dapat dikatakan sebagai seorang ksatria sekalipun ia sangat mahir dalam bertempur. Sikap rei adalah sebuah contoh yang mudah kita pahami. 礼 (rei) pada saat memasuki dojo, memulai latihan, menutup latihan hingga kita keluar dojo, merupakan hal yang harus dilakukan dengan pemahaman yang mendalam. Sering kali hal seperti ini dianggap remeh karena tidak memahami semangat dari latihan. Perlu diingat bahwa kita berlatih bukan sebatas untuk berolahraga atau sekedar berlatih utuk bertarung namun diharapkan latihan aikido dapat membentuk mental, moral dan spiritual seorang aikidoka yang mampu beradaptasi pada kondisi seburuk apapun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini sikap dan sopan santun sangatlah diperlukan sebagai sebuah disiplin dalam sebuah seni beladiri agar terbentuk sebuah keberanian yang diikuti sifat kerendahan hati para praktisinya. 6. 仁 ( Jin) Knowledge and Wisdom: Pengetahuan dan Kebijaksanaan 武度 (budo) merupakan suatu bentuk pengetahuan yang menghasilkan pengetahuan. Setiap pengetahuan haruslah menghasilkan sebuah nilai kebijaksanaan. Tanpa kebijaksanaan, pengetahuan hanya akan menciptakan bencana. Berabad-abad manusia manusia hidup menghasilkan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, salah satunya adalah persenjataan. Dengan persenjataan pada masa kini semakin banyak orang tidak berdosa menjadi korban peperangan yang didasari oleh keserakahan. Demikianlah contoh sebuah pengetahuan yang

14 dicapai tanpa menghasilkan kebijaksanaan. Dalam budo anda mempelajari tentang nilai hidup dan mati. Anda melatih kemampuna hati, pikiran dan tubuh untuk menerima kematian atau mengakibatkan terjadinya hal tersebut. Oleh karenanya, pengetahuan budo tanpa kebijaksanaan adalah sebuah malapetaka kemanusiaan. Kebijaksanaan tertinggi dalam budo adalah mengalahkan diri sendiri dan menempa hati, pikiran dan tubuh untuk bersungguh-sungguh mencari nilai kebenaran tertinggi. 7. 勇気 (Yuuki) Courage: Keberanian Keberanian diletakkan pada urutan terakhir dari ke 7 pilar budo, karena keberanian hanya dapat diperolah setelah seseorang mampu memahami dan menjalani ke 6 pilar sebelumnya. Keberaian dalam diri seorang ksatria merupakan pancaran dan sifat-sifat yang mulia. Keberanian yang dilandasi pemahaman terhadap nilai kebenaran sejati dan kehormatan diri bukan keberanian yang didasari pada kemarahan dan keinginannya untuk mengalahkan orang lain. Oleh sebab itu, seorang budoka harus memastikan dirinya berpegang teguh pada nilai kebenaran, karena pertempuran yang pertama dapat menjadi pertempuran yang terakhir baginya. Sekali ia mengambil keputusan untuk bertempur maka ia tidak akan mundur atau lari. Dia juga tidak akan menyesal dengan keputusan yang diambil sekalipun harus kehilangan nyawa karena ia tahu bahwa ia berada dalam kebenaran. Sekali lagi dalam budo, nilai keberanian adalah hasil pemahaman atas nilai-nilai kebenaran dan kemuliaan, sehingga dalam pertempuran yang

15 sebenarnya tidak ada nilai menang atau kalah tetapi nilai benar dan salah dalam berpijak dan bersikap terhadap kehidupan yang kita jalani. Di beberapa literatur, dijelaskan tentang nilai-nilai budo dengan urutan atau kandungan yang berbeda namun tetap memiliki esensi yang sama yaitu mengenai ajaran moral, mental dan spiritual yang harus dimiliki seorang budoka. Berdasarkan nilai-nilai yang telah dijelaskan diatas, maka diharapakan para aikidoka khususnya para yudansha dapat mengerti dan memahami secara mendalam dan mengamalkannya dalam kehidupan serta mengajarkan kepada generasi berikutnya terutama murid-muridnya, sebagai sebuah tanggungjawab dari apa yang dipahami dan pelajari dari sebuah hakama yang telah ia kenakan Aliran yang Terdapat Dalam Aikidou 合気道 (aikidou) pada awalnya dikembangkan oleh satu orang, yaitu O- Sensei. Banyak siswa yang dilatih dibawah O-Sensei memutuskan untuk menyebarkan pengetahuan mereka mengenai aikidou dengan membuka dojo mereka sendiri. Karena antara lain disebabkan karena sifat aikidou yang dinamis, masing-masing siswa menafsirkan dengan cara yang berlainan sehingga gayaaikidou yang berbedapun lahir. Hanya yang lebih umum saja yang terdaftar di sini bersamaandengan penjelasan singkat mengenai apa yang berbeda tentang gaya. Setiap gaya memiliki kekuatan dan kelemahan, tapi semua berakar kuat dalam konsep-konsep dasar yang membuat aikidou menjadi seni beladiri yang unik. Tidak ada yang harus dianggap lebih unggul atau lebih rendah kepada pihak lain, melainkan seorang individu harus menemukan gaya yang paling sesuai

16 untuknya.di luar faktor-faktor seperti lokasi geografis yang tentu saja dapat membatasi pilihan seseorang. Dibawah ini adalah beberapa aliran yang terdapat dalam aikidou: The Old School adalah daftar dojo yang dimulai pada saat zaman pra-perang yang terdiri dari: 1. Aiki-Budo Ini adalah nama yang diberikan untuk seni O-Senseiyang sedang mengajar diawal perkembangannya. Hal ini sangat dekat dengan gaya dengan bentuk-bentuk jutsu yang ada sebelumnya seperti Daito-ryu Aiki-Jutsu. Hal ini dianggap sebagai salah satu dari bentuk-bentuk aikidou yang lebih keras. Sebagian besar mahasiswa awal O-Sensei dimulai selama masa ini dan banyak praktek awal di luar negeri berada di gaya ini (misalnya ajaran Sensei Abbe di Inggris pada tahun 50-an). 2. Yoseikan Bentuk ini dikembangkan oleh Mochizuki Minoru, yang merupakan murid awal O-Sensei dan juga Jigoro Kano Sensei di Kodokan. Gaya ini mencakup unsur-unsur Aiki-Budo bersama dengan aspek-aspek Karate, Judo dan seni lainnya. 3. Yoshinkan Ini adalah gaya yang diajarkan oleh almarhum Gozo Shioda. Shioda Sensei belajar dengan O-Sensei dari pertengahan 30-an. Setelah perang, ia diundang untuk mulai mengajar dan membentuk organisasi yang dikenal sebagai

17 Yoshinkan. Tidak seperti banyak organisasi kemudian, para Yoshinkan selalu menjaga hubungan persahabatan dengan Aikikai baik selama dan setelah O-Sensei hidup. The Yoshinkan adalah gaya yang lebih keras dari Aikido, umumnya berkaitan dengan efisiensi praktis dan teknik yang kuat secara fisik. Hal ini diajarkan pada banyak cabang dari Kepolisian Jepang. Organisasi internasional yang terkait dengan gaya Yoshinkan Aikido dikenal sebagai Yoshinkai,dan memiliki cabang aktif di banyak bagian dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa cabang gaya ini, biasanya berkembang karena alasan politis. Seiring dengan perkembangan zaman, maka muncul lagi style berbeda yang diajarkan dengan pemikiran yang berbeda pula seperti dibawah ini. The Traditional Schoolsyang terdiri dari: 1.Aikikai The Aikikai adalah nama umum untuk gaya yang dipimpin oleh Moriteru Ueshiba, cucu O-Sensei sebagaimana diajarkan dibawah naungan International Aikido Federation. Kebanyakan menganggap sekolah ini sebagai arus utama dalam pembangunan aikidou. Dalam kenyataannya, gaya ini lebih merupakan payung daripada gaya tertentu, karena tampaknya bahwa banyak individu dalam organisasi mengajar dalam cara yang berbeda. 合気道 (aikidou) yang diajarkan oleh Sensei Ueshiba umumnya besar dan mengalir, dengan penekanan pada silabus standar dan sedikit atau tidak ada penekanan pada pelatihan senjata. Guru lain dalam naungan Aikikai (seperti Saito Sensei) menempatkan penekanan lebih besar pada latihan senjata. 2. Iwamaryu

18 Gaya ini diajarkan oleh Morihiro Saito dan berpusat di dojo Iwama, secara umum dianggap cukup berbeda dari arus utama aikikai yang diberi nama sendiri-sendiri, meskipun masih merupakan bagian dari aikikai. Saito Sensei merupakan uchideshi yang cukup lama dari O-Sensei, mulai tahun 1946 dan tinggal bersamanya sampai kematiannya. Banyak menganggap Saito Senseiadalah murid yang menghabiskan sebagian besar waktu belajar langsung dengan O- Sensei. Saito sensei mengatakan bahwa dia sedang mencoba untuk melestarikan dan mengajarkan seni persis seperti yang diajarkan kepadanya oleh pendiri. Secara teknis, Iwama-ryu kelihatannya memiliki kesamaan dengan aikidou yang diajarkan oleh O-Sensei diawal 50-an terutama di Iwama dojo. Daftar teknis lebih besar daripada di kebanyakan gaya-gaya lain dan banyak penekanan pada pelatihan senjata. 3. The Ki Schools Salah satu perpecahan yang paling terlihat di dunia aikidouterjadi pada tahun 1974 ketika Koichi Tohei kepala Instructor di Aikikai, mengundurkan diri dari organisasi dan mendirikan Ki no Kenkyukai untuk mengajar aikidou dengan penekanan kuat pada konsep Ki. Sejak saat itu, sedikit sekali hubungan antara sekolah-sekolah tradisional dan sekolah Ki. Semua seni ini cenderung untuk menyebut diri mereka sebagai Ki Aikidou, walaupun hubungan antara beberapa gaya sangat kecil. 4. Shin-shin Toitsu Aikidou Gaya ini didirikan oleh Koichi Toheiyaitu aikidoudengan penyatuan pikiran dan tubuh. Tohei Sensei menempatkan banyak penekanan pada pemahaman konsep Ki dan mengembangkan aspek ini secara independen dari

19 pelatihan aikidou untuk aplikasi pada kesehatan umum dan kehidupan sehari-hari. Gaya ini adalah salah satu gaya paling lembut dari aikidou dan ditandai oleh gerakan-gerakan lembut yang sering melibatkan praktisi melompat (jump) atau melompat-lompat (skipping) selama gerakan. Sebagian besar sekolah tidak peduli dengan aplikasi praktis teknik, mengingat mereka latihan untuk lebih lanjut mengembangkan Ki. Dalam beberapa tahun terakhir, Tohei Sensei telah bergerak semakin jauh dari aikidou dan telah mengabdikan dirinya hampir secara eksklusif pada pelatihan Ki. Dari berita terakhir bahwa Ki no Kenkyukai telah memulai sebuah inisiatif untuk membuat Shin-shin Toitsu Aikidou menjadi olahraga kompetitif Internasional. 5. The Sporting Styles Salah satu dobrakan besar lainnya dalam sejarah aikidou terjadi selama kehidupan O-Senseiketika Kenji Tomiki mengusulkan rasionalisasi pelatihan aikidou dengan menggunakan Kata dan kompetisi. Sejak saat itu, hanya ada sedikit kesamaan antara sekolah Tomiki dan sekolah arus utama aikidou. Dalam beberapa tahun terakhir ada beberapa cabang dari Tomiki-ryu yang telah meninggalkan gagasan kompetisi. 6. Tomiki-ryu Didirikan oleh Kenji Tomiki, dan murid awal O-Sensei dan pendiri Judo, Jigoro Kano. Tomiki Sensei percaya bahwa sebuah rasionalisasi pelatihan aikidou, disepanjang jalur yang diikuti Sensei Kano untuk Judo akan membuatnya lebih mudah diajarkan, terutama di Universitas Jepang. Selain itu, ia percaya bahwa memperkenalkan unsur persaingan akan berfungsi untuk mempertajam dan memfokuskan praktik yang mana saat ini tidak lagi diuji dalam pertempuran

20 nyata. Pandangan terakhir ini adalah penyebab perpecahan dengan O-Sensei yang dengan tegas percaya bahwa tidak ada tempat untuk kompetisi dalam latihan aikidou. Tomiki-ryu ditandai dengan menggunakan Kata (bentuk sudah diatur sebelumnya) dalam mengajar dan dengan mengadakan kompetisi, baik tangan kosong dan dengan pisau karet Perkembangan Aikidou Di Indonesia 合気道 (aikidou) masuk Indonesia pertama kali dibawa oleh Bpk Tansu Ibrahim dari aliran Yoshinkan. Beliau datang ke Jepang pada tahun Beliau belajar langsung kepada Gozo Shioda. Kemudian pada akhir tahun 1969dibawa juga oleh Bapak JozefPoetiray yang merupakan Ketua Dewan Guru dari Yayasan Indonesia Aikikai yang didirikan tanggal 28 Oktober Yayasan Indonesia Aikikai terdaftar sebagai anggota yang mewakili Indonesia di International Aikidou Federation (IAF), Asian Aikidou Federation (AAF) dan tentunya di Aikidou Headquarter di Jepang. Bapak Jozef Poetiray merupakan salah satu mahasiswa yang dikirim oleh pemerintah Indonesia ke Jepang dalam rangka beasiswa pamplasan perang Jepang bagi Indonesia di tahun 1960-an. Beliau selama di Jepang mencari sesuatu yang berguna yang dapat dibawa ke Indonesia sesuai dengan amanat dari Presiden Soekarno saat itu, agar para mahasiswa mempelajari dan membawa sesuatu yang positif dari Jepang yang bukan hanya ilmu pengetahuan tapi segala sesuatu yang positif yang nantinya dapat diajarkan kepada generasi muda Indonesia mendatang.

21 Di sisi lain Bapak Jozef Poetiray ingin belajar seni bela diri yang cocok dengan dirinya dan dapat menyentuh hati, perasaan, jiwanya serta dapat mengoreksi tingkah laku beliau di kehidupan sehari-hari. Sampai pada suatu hari beliau melihat peragaan seni bela diri aikidou di TV lokal. Namun karena pada saat itu di Hiroshima belum ada, maka beliau baru mempelajarinya ketika pindah kuliah ke Tokyo. Beliau juga menjadi salah satu orang yang mendirikan Indonesian Students Aikidou Club di wisma Indonesia di Jepang. Banyak hal yang beliau dapat dari aikidou. Maka beliau bertekad mengembangkan aikidou di Indonesia sebagai misinya, khususnya untuk para generasi penerus bangsa Indonesia. Seiring berjalannya waktu, aikidoudi bawah Yayasan Indonesia Aikikai berkembang di Indonesia secara perlahan tapi pasti. Perkembangan aikidou di Indonesia tidaklah semulus yang dipikir. Dalam usaha mensolidkan aikidou di Indonesia telah terjadi banyak perobahan dalam organisasi yayasan yang didirikan, kejadian ini terbagi atas beberapa periode yaitu: 1. Periode Pada tahun 1984 mulai ada inisiatif untuk mengorganisasikan perkembangan aikido, dirintislah Yayasan Indonesia Aikikai. Pada bulan pebruari 1986 diadakan rapat resmi YIA pertama untuk pembahasan AD-ART Yayasan. Keadaan secara umum dojo aikido hanya terdiri 3 dojo (Slipi- Kemanggisan, Menteng dan Manggarai) di Jakarta dan 1 di Surabaya. Pelatih

22 aktif terdiri dari Mansyur Idham, DAN 1; Achmad Mahbub, DAN 1 dan Surabaya diwakilkan pada Prawira W, KYU 1. Kemudian di tahun 1987, lahirlah 7 orang yudansha pertama (Dan I) di Indonesia termasuk Ferdiansyah. Regenerasi kepemimpinan pelatihan terjadi, bersamaan dengan surutnya aktifitas Bapak Mansyur Idham (aktif 3 tahun, sejak 1984) di aikido dan berpulangnya Bpk. Ahmad Machbub ke Pencipta. Koordinator kepelatihan dan pelaksanaan ujian kenaikan tingkat dipercayakan kepada Ferdiansyah. Dan ketua umum YIA diamanatkan kepada Dr. Dono Iskandar. Desember 1988, dibuat dojo percontohan olehferdiansyah yang disebutnya Aiki Club (terdiri dari dojo Univ Trisakti, dojo Stekpi dan dojo Univ. Atmajaya). Selanjutnya di tahun 1990 didatangkanlah pertama kali di Indonesia pelatih profesional dari Jepang melalui program JOCV JICA,Hiroaki KobayashiDan III untuk selama 2 tahun dan kemudian diperpanjang 1 tahun (sampai dengan 1993). 2. Periode Untuk kepentingan pengembangan oleh Ferdiansyah melaluidojo Percontohan yang telah solid, mulailah diterapkan sistem pembinaan kepada dojo lainnya secara bertahap. Perkembangan dojo dari 4 dojo di seluruh Indonesia menjadi 12 dojo (1 dojo Bandung, 1 dojo Surabaya, 1 dojo Sumbawa, 9 dojo Jakarta).

23 Akhir tahun 1991, film aksi aktor Steven Seagal aikidoukadan IV mulai memberi warna baru dalam perkembangan aikidou di Indonesia terutama di Jakarta. Pada tahun 1993, sensei Ferdiansyah Dan III (setelah aktif mengembangkan 7 tahun, sejak 1986) meninggalkan YIA dan mengundurkan diri dari segala inisiatifnya mengembangkan YIA, sebagai koordinator kepelatihan dan penguji utama pelaksanaan ujian. Dimana sebelumnya secara berturut telah pula mengundurkan diri Prawira W (Surabaya) dan Dono Iskandar (Ketua Umum YIA). Yayasan KBAI resmi lahir pada tahun 1994 dan Perguruan Aikidou Indonesia yang dipimpin sensei Ferdiansyah bernaung di dalamnya. Perguruan Aikidou Indonesia, KBAI tercatat di Dojo Finder mewakili Indonesia satusatunya. Perguruan Aikidou Indonesia KBAI diakui satu-satunya mewakili Indonesia menghadiri perhelatan besar aikidou di Jepang ketika tahun Acara pertemuan pemimpin organisasi dari berbagai negara untuk hadir dalam penobatan Doshu (pemimpin dunia) aikidou, Indonesia diwakili Ferdiansyah Dan IV. 3. Periode Disharmonisasi hubungan antara YIA dan Perguruan Aikidou Indonesia (KBAI) mewarnai perkembangan aikidou di Indonesia. Pada masa ini bertumbuh secara sporadis dojo-dojo aikidou atas dasar kepentingan ekonomis dan pribadi

24 atau kelompok, terutama di Jakarta dan Bandung. Dan pertumbuhan dojo-dojo itu secara tidak langsung menjadi pendukung kepopuleran aikidou di masyarakat. Sekitar tahun 2002 lahir dojo-dojo, Nishio Style dojo dimulai di Semarang yang dibawa oleh Satoru Sensei (ex-instrukturaikidou PTIK dari program JICA), USAF affiliated (Atmajaya Jakarta), aiki wago dan BOW (Surabaya), Yayasan aikidou Jepang Bandung diwadahi aikidou Malaysia dan lainnya, termasuk pecah konflik pengorganisasian aikidou Medan, YIA. Sekitar tahun 2005, lahir dojo IAI (Institute Aikidou Indonesia) sebagai pecahan dari YIA yang kemudian mewadahi diri di bawah Kobayashi dojo dan kemudian beralih wadah ke Suginami dojo. Sedangkan Kobayashi dojo mewadahi Takiotoshi Nagare (pecahan IAI dojo) dojo,ben s dojo (pecahan YIA) serta Aikidou Medan dan mulai pula merebak Aikidou Tenshin (menggunakan ketenaran nama Steven Seagal) dan seterusnya. Demikian perkembangan aikidou di Indonesia yang cukup booming dalam jumlah dojo dan kelompok. Hal ini cukup menjadi pertanyaan, apakah harus disyukuri atau sesuatu yang memprihatinkan? Hal yang memprihatinkan adalah begitu banyak dojo berkembang tanpa akar jelas. Terlebih lagi keabsahan legitimasi dan mutu pelatihnya juga patut dipertanyakan. Hal ini tentu akan memberikan dampak pada penggambaran aikidou yang salah di masyarakat awam. Hal cukup buruk yang terjadi adalah banyak dari dojo yang berkembang tersebut disebabkan disharmonisasi internal organisasi. Mereka memecah atau beralih dengan juga menggembosi organisasi sebelumnya. Maka dapat

25 dibayangkan kemampuan pembinaan aikidouka seperti apa yang dapat dihasilkan oleh organisasi dengan latar belakang tersebut. Pengharapan kita semua selalu yang lebih baik tentunya. Fondamen atau dasar yang salah akan menghasilkan landasan yang lemah, akibatnya dalam bidang keilmuan tentu akan memberi arah yang dipastikan salah. Padahal apa yang kita tekuni akan berdampak pada pembangunan diri dan pengembangan kemampuan diri kita dikemudian hari. Jika hal ini tidak dianggap penting tentunya itu juga suatu pilihan masyarakat itu sendiri. Adalah hak masyarakat untuk memilih dan berhati-hati dalam memilah apa yang dipilihnya untuk kemudian ditekuninya. 4. Periode Harmonisasi antara YIA dan Perguruan Aikidou Indonesia (KBAI) terjadi dan hal inipun mewarnai keadaan aikidou di Indonesia. Hubungan antar sebahagian organisasi dan dojo aikidou di Indonesia mulai cair. Pada masa ini tidak banyak perkembangan terjadi seperti periode 5 tahun sebelumnya. Hal ini memberi harapan kepada perkembangan aikidou di Indonesia menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Sampai saat ini sudah sekitar lebih dari 1000 praktisi aikidou yang berlatih tersebar di beberapa tempat di Indonesia, khususnya Jakarta. 度所 (dojo) yang berada dibawah naungan Yayasan Indonesia Aikikai ada sekitar 30 buah dojo yang tersebar di Indonesia dengan 20 diantaranya berlokasi di Jakarta. Hingga saat ini, Yayasan Indonesia Aikikai sudah menyelenggarakan berbagai kegiatan baik bersifat nasional maupun internasionaldengan

26 mengundang negara lain. Seperti ujian kenaikan sabuk hitam tahunan, dimana pengujinya masih dikirim dari Aikidou Headquarter Jepang, mengundang beberapasensei dari Jepang untuk mengadakan seminar aikidou di Indonesia dan turut serta pada berbagai eksibisi dan seminar beladiri baik didalam maupun luar negeri. Kegiatan terakhir Yayasan Indonesia Aikikai adalah mengikuti seminar internasional IAF di Jepang dan Bapak Jozef Poetiray menjadi pengajar aikidou untuk latihan mental di program ASEAN yang diadakan Yayasan Bina Pembangunan di Padepokan Bumi Mandiri, Cisaat. Yayasan Indonesia Aikikai juga mendapat dukungankedutaan besar Jepang di Jakarta. Diharapkan kedepannya aikidou dapat lebih berkembang lagi dan ikut membangun akhlak dan moral bangsa Indonesia melalui filosofinya. Secara istilah "AikidouIndonesia" pertama kali digunakan oleh Perguruan Aikido Indonesia di bawah naungan Yayasan "Keluarga Beladiri Aikidou Indonesia" yang biasanya dikenal dengan istilah umum "KBAI". Yayasan KBAI ini terbentuk secara resmi pada tahun 1994 di Jakarta dengan para pendirinya yang terdiri dari Bapak Ir. Muhammad Gazali, Bapak. Drs Muhammad Razif dan Ir. Ferdiansyah. Diharapkan dengan terbentuknya yayasan ini dapat menjalin kerjasama dan mempererat hubungan praktisi aikidou dengan praktisi aikidou lainnya yang berada di daerah yang berbeda, juga sebagai tempat penampung ide dan pikiran untuk memajukan aikidou kedepan nantinya.

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka

BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu jasmani dan jiwa. Jiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU. Sebelum membahasan tentang arti kata aikidou, perlu ditekankan tentang

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU. Sebelum membahasan tentang arti kata aikidou, perlu ditekankan tentang BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AIKIDOU 2.1 Pengertian dan Sejarah Aikidou 2.1.1 Pengertian Aikidou Sebelum membahasan tentang arti kata aikidou, perlu ditekankan tentang pentingnya bagi seseorang yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang yang menginginkan tubuh sehat dan bugar biasanya pasti melakukan kegiatan berolahraga. Olahraga yang dilakukanpun berbeda-beda, mulai dari jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai senjata.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, manusia kerap memanfaatkan kaki dan tangannya sebagai senjata. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah kehidupan manusia, konflik kerap terjadi. Konflik ini membuat manusia berpikir bagaimana cara untuk melindungi diri sendiri. Hal ini merupakan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi.

Bab 5. Ringkasan. Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Bab 5 Ringkasan Jepang dikenal sebagai negara yang kaya akan nilai-nilai kebudayaan yang tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju tetapi masyarakatnya tetap berpegang teguh pada tradisi budaya.

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL

ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL ANALISIS PERBANDINGAN AIKIDO DI JEPANG DAN SILEK DI MINANGKABAU SEBAGAI SENI BELADIRI TRADISIONAL NIHON NO AIKIDO TO MINANGKABAU NO SILEK NO HIKAKU NO BUNSEKI SKRIPSI Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia

Lebih terperinci

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang

Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat. Negara dan bangsa akan maju jika ada prinsip kejujuran. Salah satu bangsa yang BAB II GAMBARAN UMUM PRODUKTIFITAS ORANG JEPANG 2.1 Pengertian Karakter Menurut kamus bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aikido Training Center di Yogyakarta 1. Tabel 1.1. Jumlah Tindak Kejahatan yang Dilaporkan di DIY Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Aikido Training Center di Yogyakarta 1. Tabel 1.1. Jumlah Tindak Kejahatan yang Dilaporkan di DIY Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak sekali tindak kejahatan yang terjadi di masyarakat pada masa sekarang. Banyaknya aksi penipuan dan kekerasan menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut diperhitungkan.dengan kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi, menjadikan Jepang

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wushu di Indonesia kini mendapat perhatian yang istimewa dari masyarakat, yang dulunya hanya dimainkan oleh orang-orang tua yang dari golongan tertentu saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang

BAB I PENDAHULUAN. pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar km 2. Kepulauan Jepang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari kira-kira 4000 pulau besar dan kecil dengan luas wilayah sekitar 370.000 km 2. Kepulauan Jepang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian.

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011

Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011 Sambutan Presiden RI pada Peresmian OSO Sports Center, Bekasi, 25 Maret 2011 Jumat, 25 Maret 2011 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN OSO SPORTS CENTER KAWASAN GRAND WISATA TAMBUN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang kaya dengan adat dan istiadat, budaya serta suku memiliki berbagai macam tradisi. Salah satunya adalah Mesatua Bali (Mendongeng), sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat. Seni beladiri

BAB I PENDAHULUAN. berlanjut seiring dengan berkembangnya seni budaya di masyarakat. Seni beladiri BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Seni beladiri adalah perpaduan unsur seni, teknik membeladiri, olahraga, serta olah bathin yang didalamnya terdapat muatan seni budaya masyarakat dimana seni

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

I. OLAH RAGA. Pada saat yang sama, menonton orang lain berolahraga dapat juga jadi menyenangkan.

I. OLAH RAGA. Pada saat yang sama, menonton orang lain berolahraga dapat juga jadi menyenangkan. I. OLAH RAGA Olahraga adalah sesuatu yang setiap individu dapat menikmatinya secara perseorangan. Pada saat yang sama, menonton orang lain berolahraga dapat juga jadi menyenangkan. Untuk mencari tahu sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih sempit

BAB I PENDAHULUAN. luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih sempit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kamus bahasa Inggris Webster mendefinisikan beladiri dalam batasan yang sangat luas, yaitu sebagai tindakan melindungi diri. Definisi yang kami gunakan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan. merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan. merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karate bukan merupakan kebudayaan asli dari Jepang melainkan merupakan kebudayaan turunan dari China daratan yang mengalami peleburan dengan masyarakat Kepulauan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PROYEK BAB II TINJAUAN PROYEK 2.1 Pengertian Beladiri dan Aikido 2.1.1 Beladiri Beladiri terdiri dari kata bela dan diri. Bela berarti menjaga baik-baik atau melepaskan dari bahaya, sedangkan diri berarti orang

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis terhadap data pada Bab sebelumnya, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Funakoshi telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Funakoshi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Tahun 1936 buku Karate-do Kyohan diterbitkan Funakoshi telah menggunakan istilah karate dalam huruf kanji Jepang. Dalam pertemuan bersama para master di

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JUDO. dengan jotosan pada pergelangan tangan yang berakibat fatal. Judo merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JUDO. dengan jotosan pada pergelangan tangan yang berakibat fatal. Judo merupakan BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG JUDO 2.1 Sejarah Judo Judo adalah kata yang mengingatkan orang-orang pada suatu pukulan yang mematikan pada belakang leher atau pukulan berat 100 pound pada bahu dengan jotosan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab demi bab yang telah peneliti kemukakan diatas, maka peneliti bisa mengambil beberapa kesimpulan sebagai 1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu komunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu komunikasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu komunikasi dan teknologi dalam kehidupan juga turut berkembang. Media komunikasi yang paling banyak digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015

SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015 SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-87 TAHUN 2015 Hari/tanggal : Rabu, 28 Oktober 2015 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kita

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Gambar 1. Pakaian Karate-Do (Uwagi dan Zubon) Gambar 2. Dojo sebagai tempat latihan. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Gambar 1. Pakaian Karate-Do (Uwagi dan Zubon) Gambar 2. Dojo sebagai tempat latihan. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Gambar 1. Pakaian Karate-Do (Uwagi dan Zubon) Gambar 2. Dojo sebagai tempat latihan 54 Gambar 3. Rei-Shiki (upacara penghormatan) Gambar 4. Posisi duduk Sei-Za 55 Gambar 5. Kihon pada Dachi Waza

Lebih terperinci

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS MORAL INTELLIGENCE Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua. SAMBUTAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-86 TAHUN 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi kita semua. Puji syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Olah Raga Karate adalah salah satu cabang olah raga bela diri yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Olah Raga Karate adalah salah satu cabang olah raga bela diri yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olah Raga Karate adalah salah satu cabang olah raga bela diri yang berasal dari Negara Jepang. Karate yang terdiri daridari kata kara mempunyai arti kosong dan te berarti

Lebih terperinci

PEDOMAN DASAR BULUNGAN AIKIDO DOJO

PEDOMAN DASAR BULUNGAN AIKIDO DOJO PEDOMAN DASAR BULUNGAN AIKIDO DOJO 2014 1 DAFTAR ISI KETENTUAN MENGENAI : HAL PEDOMAN DAN KEBERLAKUAN 3 STRUKTUR 5 REGISTRASI 7 TRANSFER KEANGGOTAAN KE BAD 8 NOMOR INDUK KEANGGOTAAN 9 KARTU KEHADIRAN 11

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada manusia tanpa kebudayaan. Kebudayaan memiliki nilai- nilai yang harus tetap di pertahankan. Sebagai penerus bangsa seharusnya melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga semakin digemari semua lapisan masyarakat, bahkan olahraga telah menjadi salah satu kebutuhan hidup bagi manusia dalam mencapai kesehatan jasmani. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dunia ini terdapat bermacam-macam beladiri, hampir disetiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Di dunia ini terdapat bermacam-macam beladiri, hampir disetiap negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di dunia ini terdapat bermacam-macam beladiri, hampir disetiap negara memiliki beladiri dengan ciri khas masing masing, misal: di Jepang terdapat Karate, di Korea terdapat

Lebih terperinci

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah sebuah kota yang berada di pesisir utara pulau Jawa, berbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Karena letak geografisnya yang strategis membuat

Lebih terperinci

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014

Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 Sambutan Presiden RI Pd Silaturahmi dg Peserta Musabaqah Hifzil Quran, tgl 14 Feb 2014, di Jkt Jumat, 14 Pebruari 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA SILATURAHMI DENGAN PARA PESERTA MUSABAQAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai olahraga nasional Korea. Cabang olahraga bela diri ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai olahraga nasional Korea. Cabang olahraga bela diri ini adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Taekwondo merupakan bela diri yang berasal dari Korea dan diakui sebagai olahraga nasional Korea. Cabang olahraga bela diri ini adalah salah satu seni bela diri populer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DAN PENDEKATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DAN PENDEKATAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP DAN PENDEKATAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka yaitu membahas tentang peneliti peneliti sebelumnya yang pernah meneliti yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014

Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014 Sambutan Presiden RI pd Silaturahim dan Buka Bersama, di Jakarta, tgl. 30 Juni 2014 Senin, 30 Juni 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SILATURAHIM DAN BUKA PUASA BERSAMA DENGAN PARA PIMPINAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Setiap provinsi di Indonesia memiliki cerita rakyat yang berbeda-beda. Sebagai salah satu dari keragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia, cerita rakyat tentu patut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga merupakan aktivitas menggerakkan badan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang dapat mendorong pengembangan dan pembinaan diri. Pengembangan dan pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan kemajuan peradaban. Kemajuan suatu bangsa salah satunya dapat dilihat dari lembaga-lembaga pendidikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pengertian Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TAHUN 2017 BAB I VISI DAN MISI PASAL 1 VISI BERSATU, BERSINERGI, MEMBANGUN PASAL 2 MISI 1. MENINGKATKAN PERAN AKTIF SERTA KESOLIDAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dari budaya

Lebih terperinci

Rahasia dibalik keajaiban karate

Rahasia dibalik keajaiban karate Rahasia dibalik keajaiban karate Karateka pemegang sabuk hitam sering mendemonstrasikan kekuatan dan keahlian mereka dengan cara membelah dua tumpukan batu bata keras tanpa terluka sedikit pun. Seorang

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan 178 A. Kesimpulan. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan orientasi seni secara nyata lebih meningkatkan respect dan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 VISI TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021 MISI 1 Menigkatkan kerukunan keharmonisan kehidupan masyarakan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan nasional merupakan artikulasi aspirasi bangsa dalam menyikapi kegaulan seluruh komponen bangsa tentang kondisi bangsa yang dirasakan mengkhawatirkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Film Ip Man III Dikisahkan kehidupan seorang guru besar bela diri aliran Wing Chun yang sangat dihormati oleh masyarakat di wilayah itu bernama

Lebih terperinci

Keutuhan Peribadi. Zahari Daud Ketua Penolong Pendaftar Bahagian Pengurusan Akademik

Keutuhan Peribadi. Zahari Daud Ketua Penolong Pendaftar Bahagian Pengurusan Akademik Keutuhan Peribadi Zahari Daud Ketua Penolong Pendaftar Bahagian Pengurusan Akademik Penghayatan Nilai dan Etika Nilai dan Etika dalam perkhidmatan awam adalah dasar utama yang akan melahirkan kecemerlangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk lancarnya

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh : Falihah Untay Rahmania Sulasmono KELOMPOK E NIM. 11.11.5273 11-S1TI-09 Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAKSI Pancasila

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL 3.1. Tujuan Komunikasi Dalam melakukan sebuah proses pembuatan / pengkaryaan sebuah karya akhir, agar karya tersebut ataupun informasi yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International

BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas yang sudah menjadi kebutuhan manusia karena dengan tingkah laku atau aktivitas olahraga yang teratur, terukur dan terarah maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia dari zaman dahulu kala sudah mengenal berbagai macam seni beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah Pencak Silat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai bushidoyang ada di Jepang dengan melihat bagaimana nilai ini tetap dapat eksis dalam sistem masyarakat yang ada dan diterapkan

Lebih terperinci

BAB II NILAI MORAL DALAM MASYARAKAT JEPANG

BAB II NILAI MORAL DALAM MASYARAKAT JEPANG BAB II NILAI MORAL DALAM MASYARAKAT JEPANG Jepang merupakan negara yang mengedepankan tentang nilai moral dalam kehidupan seharihari dan kehidupan bernegara, meski tidak dapat dikatakan semuanya mempunyai

Lebih terperinci

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan...

Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... Lesson 12 for December 23, 2017 ALLAH Roma 12:1-2 Roma 13:11-14 KEDATANGAN YESUS YANG KEDUA KALI HUKUM TAURAT Dalam Roma 12-13, Paulus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan... GEREJA ORANG LAIN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008

PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008 PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN TINGKAT NASIONAL XXII, 17 JUNI 2008, DI SERANG, PROPINSI BANTEN Selasa, 17 Juni 2008 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PEMBUKAAN MUSABAQAH TILAWATIL QURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korea Selatan termasuk salah satu negara yang sangat unik dan menarik untuk dipelajari. Dari segi sejarah, agama, kepercayaan, budaya, bahkan kehidupan bermasyarakatnya

Lebih terperinci

Materi Penugasan RAJA BRAWIJAYA 2016

Materi Penugasan RAJA BRAWIJAYA 2016 A. Kenal Brawijaya Materi Penugasan RAJA BRAWIJAYA 2016 TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci