Protozoa dan Porifera

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Protozoa dan Porifera"

Transkripsi

1 Modul 1 Protozoa dan Porifera M PENDAHULUAN Drs. Hurip Pratomo M.Si. odul 1 Praktikum Taksonomi Avertebrata mempelajari, dan mendefinisikan hewan sampel dari Filum Protozoa dan Filum Porifera. Kegiatan Praktikum yang diuraikan pada Modul 1 meliputi dua Kegiatan Praktikum yaitu: Kegiatan Praktikum 1. Protozoa, dengan menggunakan sampel hewan Amoeba, Paramecium dan Plasmodium. Kegiatan Praktikum 2. Porifera, dengan menggunakan sampel hewan Spons. Mahasiswa diharapkan mampu mendeskripsikan ciri-ciri dan struktur yang khas dari Filum Protozoa dan Filum Porifera dan selanjutnya dapat menjelaskan penggolongan hewan berdasarkan ciri dan struktur khas klasifikasi Protozoa dan Porifera pada praktikum Modul 1 ini.

2 1.2 Praktikum Taksonomi Vertebrata D Kegiatan Praktikum 1 Protozoa alam kegiatan Praktikum Protozoa diharapkan agar mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan cara pengenalan dan pengamatan langsung hewan Protozoa sampel, terutama Protozoa tertentu yang berada di Indonesia seperti Amoeba, Paramecium, dan Plasmodium. 2. Membuat deskripsi dan menggambarkan bagian-bagian penting struktur dan ciri golongan taksa tertentu hewan Protozoa. 3. Menjelaskan struktur dan ciri-ciri dari hewan Amoeba, Paramecium, dan Plasmodium. Filum Protozoa dan 4 Sub-Filum Anggotanya Protozoa adalah hewan uniseluler (satu sel) dan termasuk organisme Eukariota. Dalam taksonomi Protozoa terletak di bawah Kingdom Protista dengan kedudukan sebagai Filum Protozoa. Banyak hewan Protozoa yang hidup di perairan, juga di dalam tanah dan di dalam tubuh hewan sebagai fauna normal. Beberapa spesies dari Filum Protozoa adalah parasit. Protozoa pada umumnya bersifat aerob dan heterotroph. Mereka memangsa mikroorganisme, menelan partikel-partikel bahan organik. Hewan ini tidak mempunyai dinding sel yang tebal, seringkali mempunyai flagel atau silia. Lapisan luar penutup tubuhnya berupa membran elastis yang disebut Pelikel. Sel-sel yang mempunyai struktur Pelikel memerlukan struktur khusus yang berguna untuk mengambil makanan. Dalam kaitan itu pada beberapa jenis hewan Filum ini mempunyai vacuola kontraktil (Gambar 1.1). Pelikel pada Amoeba disebut Plasmalema. Ciri-ciri morfologi dan struktur Protozoa antara lain: 1. Hidup sendiri atau berkoloni dengan simetri tubuh bersifat bilateral simetris, radial atau nonsimetris. 2. Umumnya berbentuk tetap, oval, panjang dan bulat. Pada beberapa spesies bentuknya bervariasi tergantung pada umur dan perubahan lingkungan. 3. Sebagai organisme uniseluler mempunyai kelengkapan alat gerak berupa flagelum, silium, pseudopodium atau bergerak menggunakan gerakan selnya.

3 BIOL4444/MODUL Inti jelas, berjumlah satu atau lebih dari satu, mempunyai struktur organel-organel dan tidak terdiri dari jaringan. 5. Struktur cangkang dimiliki oleh beberapa spesies; beberapa spesies lain membentuk sista resisten, atau spora penyebaran untuk menghadapi keadaan yang tidak baik. Morfologi dan struktur Protozoa dapat dilihat pada sampel hewan yang akan menjadi bahan kegiatan praktikum. Secara rinci contohnya dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1. A. Amoeba yang bergerak dengan menggunakan penjuluran plasma sel (endo dan ektoplasma) sebagai pseudopod. B. Euglena yang mempunyai alat gerak flagel. C. Paramecium yang mempunyai silia di permukaan seluruh tubuhnya. (Sumber: Case. C.L. and Ted R. Johnson, 1984). Filum Protozoa yang pernah diketahui hidup di bumi sedikitnya ada sejumlah spesies, jumlah itu menyusut keberadaannya karena pertambahan usia bumi dengan aneka kejadian peristiwa alam. Ulah manusia dalam mengeksploitasi alam juga mempengaruhi penyusutan jumlah spesies yang ada. Jumlah spesies yang sudah punah dan menjadi fosil diantaranya tercatat sedikitnya sejumlah spesies atau jenis. Filum Protozoa terbagi menjadi 4 sub Filum yaitu: 1. Sub Filum Sarcomastigophora: meliputi hewan Protozoa berflagel, dan ameboid; dengan kekhususan satu tipe inti yaitu monomorphik, walaupun ada beberapa yang lebih dari satu inti. Sub Filum ini tidak

4 1.4 Praktikum Taksonomi Vertebrata mempunyai bentuk spora. Contoh genus dari golongan ini adalah Amoeba. 2. Sub Filum Sporozoa: meliputi Protozoa parasit yang tergabung dalam satu kelas Sporozoa, karena keberadaan bentuk seperti spora pada tahapan infektif pada kebanyakan anggota klas sporozoa. Pergerakan menggunakan flagel; meluncur dengan tubuh yang elastik; dan beberapa spesies memiliki pseudopodia. Contoh genus yang terkenal antara lain adalah Plasmodium karena menyebabkan malaria. 3. Sub Filum Cnidospora: anggota sub Filum Cnidospora dipisahkan dari sub Filum Sporozoa karena perbedaan ciri penampakan bentuk spora di tubuhnya. Spora-spora Cnidospora memiliki satu atau lebih bentuk kapsul yang agak ganjil dan berkutub. Setiap kapsul mengandung satu sampai empat filamen-filamen melingkar di kutubnya (Gambar 1.2). Gambar 1.2. Spora binukleus dari myxosporidia A Spora Sphaeromyxa; B. Spora Mitraspora Keduanya mempunyai kapsul dua kutub. (Sumber: Barnes, R. D., 1974) Hewan sub Filum Cnidospora banyak yang menjadi parasit pada vertebrata dan beberapa jenis ikan. Mereka menginfeksi rongga kandung kemih, jaringan integumen, insang dan otot tubuh. Beberapa biologiwan menyebutkan Sporozoa dan Cnidospora sebagai Sporozoa saja. 4. Sub Filum Ciliophora; kelas Ciliatea (Ada pakar yang menggolongkannya sebagai kelas Oligohymenophora, dengan sub kelas Hymenostomata): sub filum ini hanya mempunyai satu kelas yaitu Ciliatea, semua anggotanya berukuran lebih besar, mempunyai silia dan bentuk silia majemuk sebagai alat gerak atau organel penarik atau

5 BIOL4444/MODUL pemegang makanan. Banyak organisme anggota Ciliatea yang memiliki mulut sel yang disebut sitostoma. Paramecium adalah salah satu contoh genus anggota kelas tersebut. A. AMOEBA Amoeba merupakan salah satu genus di dalam kelas Sarcodina, sub kelas Rhizopoda, dan digolongkan dalam Ordo Amoebida (Lobosa). 1. Ciri dan Struktur Amoeba a. Bentuk Amoeba tidak tetap, tidak beraturan.. Protoplasma dibagi menjadi 2 bagian yaitu ektoplasma di lapisan luar yang tak berwarna dan endoplasma di bagian tengah yang terdiri dari sitoplasma bergranula. b. Di dalam endoplasma terdapat vacuola kontraktil, inti dan satu atau lebih vacuola makanan. c. Inti pada Amoeba hidup agak sulit dilihat dengan mikroskop, sedangkan pada preparat awetan mudah terlihat. Pada Amoeba muda, inti berbentuk bikonkaf, inti pada dewasa berbentuk lipatan dengan letak berubah-ubah karena pergerakannya. d. Reproduksi aseksual Amoeba dengan cara pembelahan biner. e. Alat pergerakan berupa pseudopodia, dengan ukuran diameter tubuh 0,25 mm. 2. Pergerakan Amoeba Teori yang berkembang mengenai pergerakan Amoeba adalah Teori Viskositas. Tubuh Amoeba terdiri dari 4 bagian berdasarkan struktur kekentalan dan lapisannya yaitu: a. Bagian tengah yang disebut plasmasol. b. Bagian di luar bagian tengah, mengelilingi plasmasol yang disebut plasmagel, bersifat padat dan elastis. c. Bagian tipis di luar plasmagel yang disebut Plasmalemma. d. Bagian lapisan diantara plasmagel dan Plasmalemma yaitu lapisan Hyalin. Lapisan Plasmalemma dan lapisan Hyalin adalah sebagai ektoplasma, sedangkan plasmasol dan plasmagel termasuk endoplasma. Teori viskositas menjelaskan bahwa mekanisme pergerakan dimulai dari proses gelasi (pengentalan dan pemadatan cairan) dari plasmasol di

6 1.6 Praktikum Taksonomi Vertebrata bagian anterior. Selanjutnya terjadi proses solasi (pengenceran) dari plasmagel di bagian posterior yang diikuti kontraksi plasmagelnya di ujung posterior. Dengan demikian plasmagel di bagian tengah terdorong ke arah depan dan bergerak akan menyentuh plasmalemma. Tetapi karena ada lapisan hyalin (yang bersifat gel) maka plasmasol mencapai ujung depan, hanya mendorong yang menyebabkan plasmalemma terdorong ke depan dan bergerak. 3. Habitat Amoeba hidup bebas di perairan air tawar, di kolam dan aliran air. Bahan Amoeba yang dikultura di laboratorium dapat diperolah dari berbagai tempat dalam kolam, lumpur rawa, sawah, di tumbuhan yang membusuk atau permukaan dasar bunga teratai. Makanan Amoeba adalah diatom dan protozoa lainnya. 4. Bentuk-bentuk Amoeba Amoeba yang hidup bebas di perairan yaitu: 1. Amoeba discoides, 2. Amoeba proteus (Gambar 1.4), inti seperti piring, 3. Amoeba dubia, inti lonjong, 4. Amoeba verucosa, mempunyai pelikel, bentuk tubuh seperti keong dengan pseudopodia yang kecil (Gambar 1.3). Gambar 1.3. Bentuk Jenis-jenis Amoeba (Sumber: Sugiri, N., 1988). A. Amoeba dubia, inti (nukleus) lonjong. B. Amoeba discoides, inti seperti cakram atau piring. C. Amoeba verucosa, inti seperti keong dengan beberapa pseudopodia yang kecil.

7 BIOL4444/MODUL Gambar 1.4. Amoeba proteus dengan struktur bagiannya. (Sumber: Sugiri, N., 1988). B. PARAMECIUM Genus Paramecium termasuk ke dalam kelas Ciliata, di bawah Ordo Holotricha, genus Paramecium satu ordo dengan genus Didinium. Menurut cara makannya kelas Ciliata terbagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. Kelompok Raptorial: dapat memburu dan menelan mangsanya, yang kadang-kadang berukuran lebih besar dari Ciliata raptorial. 2. Kelompok penghasil aliran: dapat menangkap makanan dengan pertolongan aliran. Paramecium tergolong kelompok ini, dengan getaran silium yang tetap pada bagian sitofaring akan menimbulkan aliran air ke arah sitofaring yang akan membawa makanan. Vacuola makanan akan terbentuk di bagian di ujung posterior sitofaring. Makanan Paramecium berupa bakteri dan protozoa lainnya. Gambar Paramecium dengan struktur bagiannya dapat dilihat pada Gambar 1.5. Gambar 1.5. Paramecium aurelia dengan struktur bagiannya (Sumber: Sugiri, N., 1988)

8 1.8 Praktikum Taksonomi Vertebrata a. Ciri dan Struktur Paramecium Bentuk tubuh umumnya seperti telapak sandal atau sepatu dengan bagian depan tumpul dan meruncing di bagian belakang. Struktur bagian yang mengandung lekuk mulut disebut bagian ventral, dan pada bagian sebaliknya merupakan sisi abnormal atau dorsal. Protoplasma area tubuh yang tampak jernih adalah bagian Ektosark, sedang daerah berbintik merupakan bagian (lapisan) Endosark, (lihat Gambar 1.5). b. Habitat Paramecium hidup bebas di perairan air tawar yang mengandung banyak bakteri. Medium untuk mengkultur Paramecium di laboratorium adalah air rebusan jerami. Paramecium dapat ditemui di sekitar tetesan air atau reruntuhan, tampak sebagai benda kecil yang berenang mengalir jika dilihat di bawah mikroskop. Kultur Paramecium di laboratorium secara berkala harus diganti airnya dan diperbaharui busukan tumbuhan makanannya. c. Pergerakan Paramecium Tubuhnya akan bergerak maju dengan menggerakkan silium ke arah depan dan belakang. Ketika hewan memutar berotasi dengan poros longitudinal maka tubuhnya bergerak miring, gerakan ini dibantu dengan gerakan getaran kuat silium pada lekuk mulut. C. PLASMODIUM a. Klasifikasi Genus Plasmodium termasuk ke dalam kelas Sporozoa, dan di bawah sub kelas Telosporidia (karena berinti satu pada tahapan dewasa). Sedangkan sub kelas yang setingkat lainnya adalah sub kelas Neosporidia (karena berinti banyak pada tahapan dewasanya). Plasmodium digolongkan dalam ordo Coccidiomorpha, dan sub ordo Haemosporidia, sebagai parasit darah manusia. Pada manusia terdapat 4 spesies Plasmodium yang menyerang darah sebagai parasit yaitu: Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale. Demam yang ditimbulkan pada infeksi malaria secara periodik berhubungan dengan waktu pecahnya sejumlah skizon matang dan keluarnya merozoit yang masuk dalam aliran darah (sporulasi). Periodisitas skizogoni berbeda-beda tergantung dari jenis

9 BIOL4444/MODUL spesiesnya. Pada Plasmodium vivax dan P. ovale berlangsung 48 jam. Pada Plasmodium falciparum kurang dari 48 jam, dan 72 jam pada P. malariae. Beberapa sifat perbandingan dan diagnostik pada empat spesies Plasmodium pada manusia secara menyeluruh dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Perbandingan karakter empat spesies Plasmodium Plasmodium falciparum Plasmodium vivax Plasmodium ovale Plasmodium malariae Daur praeritrosit Hipnozoit Jumlah merozoit hati Skizon hati Daur eritrosit Eritrosit yang dihinggapi Pembesaran eritrosit Titik-titik eritrosit Pigmen Jumlah merozoit eritrosit Daur dalam nyamuk pada 27 0 C 5,5 hari mikron 48 jam Muda dan normosit - Maurer Hitam hari 8 hari mikron 48 jam Retikulosit dan normosit ++ Schuffner Kuning tengguli hari 9 hari mikron 50 jam Retikulosit dan normosit muda hari hari mikron 72 jam Normosit - Zieman Hitam Tengguli hari b. Ciri dan Struktur Plasmodium 1. Berbentuk seperti oval memanjang dengan ujung anterior-posterior runcing ketika fase sporozoit di dalam kelenjar ludah nyamuk. 2. Pada fase tropozoit, karena mempunyai vacuola, maka intinya terdesak ke tepi membentuk bangunan serupa cincin. 3. Pada fase merozoit,berbentuk partikel-partikel pecahan agak bulat berjumlah banyak. Bentuk skizon juga mirip dengan bentuk merozoit. Skizon ketika parasit masih di dalam sel-sel hati, sedangkan merozoit adalah fase ketika sudah berada masuk ke aliran darah. 4. Gametosit, pada umumnya berbentuk seperti spermatozoa pada gametosit jantan dan seperti bulatan kompak pada gamet betina.

10 1.10 Praktikum Taksonomi Vertebrata Terkecuali gamet Plasmodium falciparum yang menyerupai sabit atau pisang, mikrogametosit sebagai gamet jantan dan makrogametosit sebagai gamet betina. Untuk lebih jelas memahami uraian ciri dan struktur perhatikan Gambar 1.6 secara seksama, dan bentuk cincin di Gambar 1.7. Gambar 1.6. Bentuk-bentuk Plasmodium vivax dalam siklus hidupnya (Sumber: Case, C.L. and Ted R. Johnson, 1984). a + b. Reproduksi aseksual: skizon dan merozoit. Skizon di dalam sel hati, merozoit ketika dalam aliran darah. c. Reproduksi seksual: terjadi di dalam intestinum nyamuk Anopheles, setelah gametosit-gametosit tertelan oleh nyamuk tersebut. d. Sporozoit yang dihasilkan dari reproduksi seksual bermigrasi ke kelenjar ludah (saliva) nyamuk disuntikkan ke dalam tubuh manusia berikutnya. Bentuk-bentuk cincin pada sediaan darah di bawah mikroskop terlihat seperti pada Gambar 1.7.

11 BIOL4444/MODUL Gambar 1.7. Bentuk cincin dari tropozoit Plasmodium falciparum (Pratomo Hurip, 1985). A = Eritrosit belum terinfeksi B = Eritrosit dengan troposoit di dalamnya LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Jelaskanlah ciri dan struktur yang menyebabkan hewan tertentu digolongkan (diklasifikasikan) ke dalam Filum Protozoa. 2) Jelaskan perbedaan ciri dan struktur antara sub filum Ciliophora dengan sub filum Sarcomastigophora. 3) Jelaskan mengenai teori viskositas yang menggambarkan mekanisme pergerakan Amoeba. Petunjuk Jawaban Latihan Untuk menjawab pertanyaan latihan di atas, bacalah kembali uraian materi pada bagian yang relevan. RANGKUMAN Hewan Protozoa adalah hewan Eukariota bersel satu (uniselular), umumnya berukuran kecil (mikroskopis) antara 3 5 mikron, kecuali Radiolaria dan Foraminifera. Perbedaan kelengkapan alat gerak menjadi salah satu ciri penggolongan Protozoa dalam klasifikasinya. Bentuk

12 1.12 Praktikum Taksonomi Vertebrata tubuh (morfologi) dan cara reproduksinyapun merupakan dasar untuk penggolongan dalam taksonomi. Berdasarkan bentuk alat gerak dan struktur tubuhnya, Protozoa dibagi atas 4 sub filum yaitu: 1. Sarcomastigophora; 2. Sporozoa,; 3. Cnidospora, dan 4. Ciliophora. Berdasarkan bentuk tubuh antara lain (morfologi) dan bentuk intinya maka Amoeba dibagi atas beberapa jenis yaitu: 1. Amoeba discoides, 2. Amoeba proteus, 3. Amoeba verucosa, dan 4. Amoeba dubia. Sedangkan berdasarkan struktur tubuh dan penampakan tahapan di dalam darah manusia yang menyebabkan berbagai penyakit malaria, maka Genus Plasmodium dibagi atas beberapa jenis yaitu: 1. Plasmodium falciparum, 2. P. vivax, 3. P. ovale, 4. P. malariae. TES FORMATIF 1 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Salah satu perbedaan yang jelas antara Amoeba dan Plasmodium adalah. A. struktur inti dan bentuknya B. keberadaan kloroplas C. organel alat geraknya D. membran dinding atau selubung tubuhnya 2) Ciri-ciri yang sama pada taksa kelas Ciliata, contohnya pada genus Paramecium salah satunya adalah. A. mempunyai alat gerak berupa pseudopodia B. terdapatnya kloroplas C. ketiadaan organel alat gerak yang berupa flagel D. tubuhnya diselubungi oleh silia 3) Penggolongan hewan Amoeba ke dalam genus Sphaeromyxa tidak dapat dilakukan antara lain karena. A. Amoeba tidak mempunyai bentuk spora binukleus B. Amoeba bergerak dengan kaki-kaki pseudopodia C. habitat keduanya berbeda jelas antara akuatik dan terestrial D. ketiadaan bentuk seksual yang jelas

13 BIOL4444/MODUL Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: % = baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang belum dikuasai.

14 1.14 Praktikum Taksonomi Vertebrata A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM AMOEBA Alat: 1. Mikroskop 2. Kaca objek dan kaca penutup (object glass dan cover glass) 3. Pinset 4. Pipet 5. Alat berwarna gelap 6. Pensil berwarna 7. Buku gambar 8. Pensil 2B Bahan: 1. Kultur (biakan) Amoeba 2. Sumber cahaya 3. Preparat mikroskopis Amoeba (awetan jadi pada kaca preparat) Prosedur/Cara kerja: 1. Siapkan sebuah kaca preparat yang diletakkan di atas alas berwarna gelap. 2. Kultur Amoeba yang tersedia di laboratorium disiapkan, sampel selanjutnya diambil dengan menggunakan pipet. Air sampel yang mengandung Amoeba biasanya menempel atau dekat tumbuhan air tawar. Teknisi laboratorium atau instruktur praktikum akan memberikan satu tetes biakan. 3. Teteskan secara perlahan tetesan Amoeba ke kaca preparat. 4. Kaca preparat tersebut ditutup secara hati-hati dengan kaca penutup, gunakanlah pinset atau jarum bertangkai untuk menahan kaca penutup, ketika menutup hati-hati seperti pada Gambar 1.8 supaya tidak hancur hewan objeknya (Amoeba). Gambar 1.8. Tetesan sampel Amoeba ditutup dengan kaca penutup secara hati-hati (Sumber: Case, C. L., and Ted. R. Johnson, 1984)

15 BIOL4444/MODUL Amoeba akan dapat dilihat alami setelah diletakkan kaca preparat tadi di atas alas berwarna gelap. Akan tampak bentuk tidak teratur suatu masaa kecil yang tembus cahaya dan relatif berkilau. 6. Selanjutnya untuk melihat morfologi Amoeba agak jelas dengan melihat di bawah mikroskop. Pembesaran yang digunakan adalah pembesaran lemah, cahaya dari sumber cahaya agak dikurangi dengan diafragma. 7. Bentuk-bentuk dan gerakan dari Amoeba dapat diperhatikan secara seksama. 8. Untuk mengamati dan mempelajari struktur Amoeba lebih mendalam dibanding penampakan tadi, perbesaran harus ditambah, dan dengan memutar-mutar mikrometer pada mikroskop akan terlihat ketebalan Amoeba. 9. Tugas Anda/mahasiswa: a. Gambarlah bentuk gerakan Amoeba yang tampak, berilah warna yang sesuai jika warna yang tampak dapat terlihat jelas, jika tidak berwarna jangan diwarnai. b. Dengan memperhatikan gerakan Amoeba, gambarlah cara pergerakan tersebut, mahasiswa dapat memberikan lebih dari satu gambar dan diberi tanda panah arah gerakan Amoeba yang dilihat. c. Jika tampak di bawah mikroskop terdapat lebih dari satu jenis Amoeba, gambarlah bentuk-bentuk morfologi dari beberapa jenis Amoeba yang dilihat. d. Berdasarkan gambar-gambar yang telah dibuat berilah keterangannya seperti misalnya struktur dan bagian-bagian Amoeba pada gambar tersebut. e Jika menemukan satu atau lebih jenis Amoeba, buatlah klasifikasinya dan jika mungkin nama spesies (jenis)nya. f. Pergunakanlah preparat awetan jika belum tersedia Amoeba hidup untuk mengerjakan nomor 1 dan 3 lembar kerja. LEMBAR KERJA Gunakanlah lembar kerja ini untuk mencatat dan menggambar hasil kegiatan awal sebelum ditulis atau dibuat pada laporan lengkap.

16 1.16 Praktikum Taksonomi Vertebrata 1. Gambar bentuk dasar morfologi Amoeba. 2. Gambar Amoeba dengan arah pergerakannya 3. Amoeba (satu atau lebih), morfologi, organel (bagian) dan klasifikasinya 1. Amoeba Amoeba 3. Amoeba

17 BIOL4444/MODUL Klasifikasi Filum : Sub Filum : Kelas : Ordo : Famili : Genus : Spesies : B. PELAKSANAAN PRAKTIKUM PARAMECIUM Alat: 1. Mikroskop. 2. Kaca objek dan kaca penutup (object glass dan cover glass). 3. Pinset. 4. Pipet. 5. Alat berwarna gelap. 6. Pensil berwarna. 7. Buku gambar. 8. Pensil 2B. Bahan: 1. Kultur Paramecium. 2. Sumber cahaya. 3. Preparat mikroskopis Paramecium (awetan jadi pada kaca preparat). Prosedur/Cara kerja: 1. Kaca preparat disiapkan dan diletakkan di atas alas berwarna gelap. 2. Kultur (biakan) Paramecium yang tersedia di laboratorium disiapkan. Air sampel yang mengandung Paramecium diambil dengan menggunakan pipet. Kultur Paramecium di laboratorium yang menggunakan media air rebusan jerami (tumbuhan membusuk) yang mengandung banyak bakteri dan protozoa lainnya. Teknisi laboratorium (Laboran) atau instruktur praktikum akan memberikan satu tetes biakan kepada Anda/mahasiswa. 3. Teteskanlah satu tetes biakan Paramecium secara perlahan ke atas kaca preparat.

18 1.18 Praktikum Taksonomi Vertebrata 4. Selanjutnya kaca preparat ditutup secara hati-hati supaya hewan Paramecium tidak hancur atau mati, pinset atau jarum bertangkai dapat digunakan untuk menahan kaca agar tidak cepat menutup. 5. Paramecium akan tampak seperti benda kecil yang berenang mengalir. 6. Amatilah dengan seksama Paramecium yang sedang bergerak dan gambarlah morfologi beserta bagian-bagiannya, setelah tampak di bawah mikroskop pada pembesaran lemah dan pembesaran kuat. 7. Untuk mengamati ketebalan Paramecium dapat dengan memutar-mutar mikrometer. 8. Pergunakanlah preparat awetan (preparat mikroskopis) jika biakan Paramecium hidup belum tersedia di laboratorium 9. Tugas Anda/mahasiswa: a. Gambarlah bentuk dasar Paramecium yang tampak, gunakanlah pensil warna yang sesuai dengan warna yang tampak. b. Gambarlah cara pergerakan Paramecium, untuk memperjelas dapat diberikan melalui beberapa gambar dengan arah tanda panah sebagai arah gerakan. c. Setelah mendapatkan penampakan yang relatif lebih jelas di bawah mikroskop, gambarlah dan diberi keterangan untuk bagian-bagian dan organel Paramecium. d. Anda dituntut melengkapi gambar dengan keterangan dan mencantumkan klasifikasinya seperti: Filum:.. Sub Filum:. Kelas:.. Ordo:. Familia:... Genus:. Spesies: LEMBAR KERJA Gunakanlah lembar kerja ini untuk mencatat dan menggambar hasil kegiatan awal sebelum ditulis atau dibuat pada laporan lengkap.

19 BIOL4444/MODUL Gambar bentuk dasar morfologi Paramecium 2) Gambar gerakan Paramecium dengan arah gerakannya 3. Gambar Paramecium (dapat lebih dari satu gambar), organel (bagian) dan klasifikasinya. Klasifikasi Filum:. Sub Filum:.. Ordo:.. Famili:..

20 1.20 Praktikum Taksonomi Vertebrata Kelas:. Genus: Spesies: C. PELAKSANAAN PRAKTIKUM PLASMODIUM Alat: 1. Mikroskop. 2. Pensil berwarna. 3. Buku gambar. 4. Pensil 2B. Bahan: 1. Slide film beberapa stadium Plasmodium (stadium cincin tropozoit, skizon, dan gametosit). 2. Preparat jadi untuk sediaan darah tebal yang mengandung parasit Plasmodium. 3. Preparat jadi untuk sediaan darah tipis yang mengandung parasit Plasmodium. Prosedur/Cara Kerja: 1. Jika tidak tersedia parasit jadi sediaan darah tebal dan darah tipis yang mengandung parasit Plasmodium, maka mahasiswa dapat menggunakan slide film Plasmodium yang ditampilkan melalui projector. 2. Tampilan-tampilan tersebut digambarkan di lembar kerja, gambargambar diberi warna yang sesuai dengan tampilan dan diberi keterangan selengkapnya. 3. Jika di laboratorium terdapat preparat jadi untuk sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis yang mengandung parasit Plasmodium, maka mahasiswa dapat memperhatikan stadium-stadium tropozoit (bentuk cincin), skizon dan merozoit, serta gametosit. 4. Penampakan stadium-stadium Plasmodium tersebut di bawah mikroskop, digambar di lembar kerja dengan warna yang sesuai dengan tampilan dalam gambar preparat jadi. 5. Selanjutnya gambar tersebut diberi keterangan mengenai tahapan stadiumnya. Untuk gambar pembanding, mahasiswa dapat memperhatikan gambar di bawah ini sebagai salah satu contoh Plasmodium yaitu

21 BIOL4444/MODUL Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropikana yang berbahaya dan mematikan dibandingkan jenis malaria lainnya. Gambar 1.8. Plasmodium falciparum dengan stadium-stadiumnya (Sumber: Pratomo Hurip, 1985). 6. Di dalam praktikum ini, tidak dianjurkan bagi mahasiswa untuk membuat preparat jadi dari sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis, cukuplah menggunakan preparat yang siap ataupun slide film saja.

22 1.22 Praktikum Taksonomi Vertebrata 7. Sebagai pelengkap untuk mahasiswa dan bagi yang bekerja di bidang paramedis (kesehatan), akan diulas cara pembuatan sediaan darah tebal, tetapi bukan untuk dipraktekkan dalam praktikum ini Kegunaan Sediaan Darah Tebal Berdasarkan buku pegangan Pan American Health Organization (1973) dan kenyataan di lapangan maka dalam pemeriksaan parasit malaria (Plasmodium) sebaiknya menggunakan sediaan darah tebal. Sediaan darah tebal sangat sesuai untuk keperluan survei malariometrik. Kelebihan sediaan darah tebal dari sediaan darah tipis ialah membutuhkan waktu yang singkat dalam menemukan parasit yang pertama. Sedangkan sediaan darah tipis akan membutuhkan waktu yang lama dalam menemukan parasit yang pertama dan menyelesaikan pemeriksaan karena luasnya lapangan pandang mikroskop. Walaupun demikian untuk melihat bentuk-bentuk stadium lebih jelas dapat dilihat pada sediaan darah tipis Pembuatan Sediaan Darah Tebal - Ujung jari orang yang diduga menderita malaria dibersihkan dengan kapas beralkohol. - Ujung jari tersebut ditusuk dengan cepat menggunakan lanset yang steril (dibersihkan dengan alkohol). - Ujung jari ditekan sedikit agar darah keluar dan tetesan darah pertama ini dihapus dengan kapas kering. - Tetesan darah yang lebih besar diperoleh dengan menekan lagi ujung jari dengan agak kuat. - Permukaan bawah kaca preparat (sediaan) ditempelkan kepada tetesan darah. Jika tetesan darahnya sedikit ditambahkan lagi tetesan darah di dekatnya. - Agak ke ujung kaca sediaan diletakkan tetesan darah berikutnya untuk membuat etiket. - Kaca preparat yang sudah mendapatkan tetesan darah pada langkah tadi diletakkan di tempat rata. Tetesan darah tersebut selanjutnya dilebarkan sampai rata membentuk sebuah bulatan dengan diameter kira-kira 1 cm. Untuk melebarkan digunakan ujung kaca preparat yang lain. - Untuk membuat etiket, buatlah sediaan tipis di sebelah belakang kaca preparat (kaca sediaan).

23 BIOL4444/MODUL Kaca sediaan tadi disusun mendatar dalam kotak sediaan dan jangan bertumpuk tumpang tindih. - Preparat sediaan darah tebal tersebut selanjutnya disimpan selama sehari sehingga kering sempurna untuk diberi langkah pewarnaan. - Pewarnaan Giemsa diterapkan untuk nantinya memperoleh penampakan morfologi Plasmodium dengan bentuk-bentuk stadiumnya. - Langkah pewarnaan sebagai berikut: Kaca stadium disusun di rak pewarnaan yang berupa glass box; Giemsa diencerkan yaitu: 1 tetes giemsa dengan 1 cc air buffer (1:1) ini setara dengan larutan giemsa 5%; Tuangkan cairan giemsa tadi ke atas sediaan darah sampai semua darah tertutup cairan; Dibiarkan selama menit, jika sediaan lebih tebal direndam lebih lama. - Sediaan yang sudah direndam tersebut dialiri air karena secara perlahan untuk pencucian, sehingga cairan giemsa hanyut semua. - Sediaan selanjutnya dikeringkan dan siap untuk dilihat di bawah mikroskop. LEMBAR KERJA Gunakanlah lembar kerja ini untuk mencatat dan menggambar hasil kegiatan awal sebelum ditulis atau dibuat pada laporan lengkap.

24 1.24 Praktikum Taksonomi Vertebrata Gambar bentuk-bentuk stadium Tropozoit dan skizon. Plasmodium dengan keterangannya: Gambar bentuk-bentuk stadium merozoit dan gametosit Plasmodium. Klasifikasi Plasmodium:.. D. PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PROTOZOA 1. Setiap 5 10 orang mahasiswa membentuk satu kelompok praktikan yang masing-masing orang dapat melakukan kegiatan praktikum sub unit tertentu yang berbeda. Hasil yang diperoleh dapat saling dipertukarkan untuk pembuatan laporan yang lengkap dalam kelompoknya. 2. Teknis prosedur, bahan dan alat praktikum dapat disesuaikan dengan teknis prosedur bahan dan alat yang biasa dilaksanakan di laboratorium setempat. 3. Lembar kerja hanya untuk pencatatan langsung pada saat praktikum, termasuk juga untuk sketsa gambar dan warnanya. 4. Laporan lengkap dapat dibuat pada buku gambar dengan informasi tambahan selengkapnya dari lembar kerja atau ikutilah petunjuk dosen praktikum. 5. Mahasiswa wajib mengikuti petunjuk dan aturan yang telah diberikan oleh dosen atau instruktur praktikum di laboratorium setempat, termasuk juga cara dan waktu pelaporan praktikum. E. PETUNJUK PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM Laporan ditulis dengan format sebagai berikut: COVER (halaman sampul depan) I. PENDAHULUAN

25 BIOL4444/MODUL II. TINJAUAN PUSTAKA III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN VI. DAFTAR PUSTAKA

26 1.26 Praktikum Taksonomi Vertebrata D Kegiatan Praktikum 2 Porifera alam kegiatan Praktikum Porifera diharapkan agar mahasiswa dapat: 1. Menjelaskan ciri-ciri yang unik dari filum Porifera. 2. Menjelaskan struktur morfologi sampel hewan tertentu Porifera. 3. Membuat deskripsi dan menggambar morfologi, struktur dan bagianbagian penting dari sampel hewan tertentu Porifera. A. FILUM PORIFERA Hewan spons yang merupakan hewan menetap, sangat jarang kelihatan bergerak. Semua hewan spons digolongkan ke dalam Filum Porifera dan hampir semuanya berhabitat di laut, kecuali setidak-tidaknya ada 150 spesies yang hidup di air tawar. Pada masa kini hewan spons dikenal sebagai cabang tersendiri dari Metazoa dan dinamakan kelompok Parazoa. Hewan ini melekat pada karang, pada rangka-rangka kerang laut atau di bawah geladak lantai pelabuhan dan di permukaan batu-batuan di laut, dan perairan tawar misal Spongilla. Bentuk morfologi umum spesies dari Filum Porifera beraneka ragam seperti mangkuk, vas bunga, dan yang bercabang-cabang dengan ukuran diameter yaitu: 1 mm sampai dengan 2 m; warna tubuh spons juga beraneka ragam yaitu: kelabu, merah, jingga, kuning, biru, hitam dan violet. Kegunaan spons dalam masyarakat umum adalah sebagai busa spons untuk berbagai kebutuhan rumah tangga. B. CIRI-CIRI DAN STRUKTUR PORIFERA - Tubuh penyusun spons tersusun atas multiseluler, berbentuk radial simetri, dan diploblastik. - Jaringan tubuh tersusun atas sel-sel yang membentuk jaringan yang relatif tidak sempurna dengan lapisan mesenchym diantaranya. - Struktur tubuh terdiri atas pori-pori saluran (kanal) dan ruangan-ruangan kamar tempat air mengalir, tampak pada Gambar Sebagian atau seluruh lapisan permukaan dalam diisi oleh sel-sel leher berflagel yang disebut koanosit.

27 BIOL4444/MODUL Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan pertunasan atau gemul; dapat dengan cara pertunasan hasil penyatuan telur dan sperma. Gambar Struktur tubuh Porifera, berpori, berkanal (saluran air) dengan beragam tipe yaitu: A. Tipe Askonoid C. Tipe Sikonoid khusus B. Tipe Sikonoid D. Tipe Leukonid (Sumber: Barnes, R. D, 1982). - Larva sebelum menempel dan berkembang, bersilia dan hidup bebas berenang-renang. - Kerangka dalam tubuh terdiri dari spikula, serabut organik, atau gabungan kedua macam kerangka tersebut. Senyawa spikula adalah CaCO 3.H 2 Si 3 O 4. - Protein utama hewan Porifera (spons) adalah skleroprotein atau spongin. C. KLASIFIKASI PORIFERA Berdasarkan bentuk struktur kanal, anatomi percabangan dari poriporinya,bentuk spikula yang khas maka Filum Porifera tidak mudah untuk

28 1.28 Praktikum Taksonomi Vertebrata dikelompok-kelompokkan dan diklasifikasikan. Klasifikasi yang pernah ada dan masih akan berkembang tentu saja menarik bagi ilmuwan, utamanya taksonomis hewan. Setidaknya ada 4 kelas yang dicakup oleh Filum Porifera yaitu: 1. Kelas Calcarea, 2. Kelas Hexatinellida, 3. Kelas Demospongiae, dan 4. Kelas Sclerospongiae. 1) Kelas Calcarea atau Calsispongiae Dikenal sebagian spons bersifat Calcareus yang khas karena selalu mempunyai spikula yang tersusun atas kalsium karbonat. Hidup di laut, tubuh berukuran tidak lebih dari 10 cm. Spikula umumnya Sikonoid dan Leukonoid. Tubuh spons kelas Calcarea bervariasi warnanya yaitu: kuning cerah, merah dan ungu. Contoh dari kelas ini adalah genus Leucosolenia (kanal tipe askonoid), Sycon dan Grantia (kanal tipe sikonoid). 2) Kelas Demospongiae Spons yang termasuk kelas Demospongiae mempunyai penyebaran tempat hidup yang luas dari perairan tawar sampai dengan perairan laut. Kelas Demospongiae mencakup 95 persen dari semua hewan-hewan spons. Struktur kanal kelas Demospongiae seluruhnya bertipe Leukonoid. Warna tubuh kelas ini kebanyakan berwarna cerah, perbedaan warna dipunyai oleh perbedaan spesies yang disebabkan oleh warna pigmen atau granula pigmen yang terletak di amebosit. Struktur rangka dari kelas Demospongiae beraneka ragam. Struktur tersebut disusun oleh spikula Silicceus atau serat-serat spongin atau gabungan dua struktur tersebut. Spikula dari kelas ini relatif besar dengan struktur monokson atau tetrakson (cabang runcing satu atau cabang runcing empat). Contoh dari kelas Demospongiae antara lain: Haliclona permollis dan Microciona prolifera, lihat Gambar 1.11.

29 BIOL4444/MODUL Gambar Struktur anatomi Haliclona permollis dengan bentuk tubular (atas); dan struktur anatomi Microciona prolifera dengan bentuk banyak percabangan ke atas seperti pohon (bawah). Perhatikanlah anatomi kanalnya. Contoh kelas Demospongiae yang hidup di air tawar adalah dari famili Spongillidae. (Sumber: Barnes, R. D, 1982). 3) Kelas Hexatinellida atau Hyalospongiae Perwakilan dari kelas Hexatinellida biasa disebut spons gelas. Nama Hexatinellida berhubungan dengan bentuk spikulanya yang Heksason (bercabang enam). Spons klas ini hidup menyendiri dengan bentuk mangkuk, vas bunga, dan seperti piala. Kanal pada klas ini bertipe sikonoid, dengan ukuran tubuh spons berkisar dari 10 sampai 30 cm. Sebagian besar berwarna pucat. Spons dari Hexatinellida terutama hidup di perairan dalam sekitar m di bawah permukaan laut. Spesies atau jenis yang dikenal sebagai contoh anggota kelas Hexatinellida adalah keranjang bunga venus Euplectella, ia bersimbiosa komensalisme dengan jenis udang Spongicola. 4) Kelas Sclerospongiae Kelas Sclerospongiae hanya terdiri dari sedikit jenis spons yang biasa hidup di lorong-lorong gua, berkaitan dengan kehidupan batuan karang di beberapa tempat dunia. Spons kelas ini berkanal tipe Leukonoid dan mempunyai rangka dalam yang terstruktur atas spikula silicceus, serat-serat spongin, dan kristal kalsium karbonat.

30 1.30 Praktikum Taksonomi Vertebrata LATIHAN Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! 1) Jelaskanlah ciri dan struktur Filum Porifera! 2) Sebutkanlah tipe-tipe kanal yang terdapat dalam tubuh bermacammacam Porifera! 3) Jelaskan ciri dan struktur hewan spons dari kelas Demospongiae! Petunjuk Jawaban Latihan Untuk memudahkan Anda dalam menjawab latihan, pelajari kembali materi awal kegiatan Praktikum 2; selain itu juga uraian mengenai tipe kanal dengan memperhatikan gambarnya; juga pelajari kembali penjelasan tentang kelas Demospongiae. TES FORMATIF 2 Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1) Spons hidup di perairan laut dan tawar, hewan spons pada masa larva sebelum berkembang berbentuk. A. berkoloni dan menempel pada substrat padat B. hidup bebas berenang seperti ikan C. bersilia dan hidup bebas berenang D. saliva dan menempel di permukaan tepi perairan 2) Struktur kanal kelas Demospongiae berbeda dengan struktur kanal kelas Hexatinellida, karena pada kelas Demospongiae struktur kanalnya adalah bertipe. A. leukonoid B. sikonoid C. askonoid D. sikonoid dan leukonoid

31 BIOL4444/MODUL ) Spikula heksason yang khas itu merupakan ciri penggolongan untuk kelas. A. Calcarea B. Demospongiae C. Hexatinellida D. Sclerospongiae Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar 100% Jumlah Soal Arti tingkat penguasaan: % = baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang belum dikuasai.

32 1.32 Praktikum Taksonomi Vertebrata A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM PORIFERA Alat: 1. Loupe (kaca pembesar). 2. Pensil berwarna. 3. Buku gambar. 4. Pensil 2B. Bahan: 1. Sampel spons air tawar misal: Spongilla. 2. Spons yang digunakan untuk mandi. 3. Grantia. 4. Preparat jadi berupa sayatan melintang (transversal) dan membujur (longitudinal) spons sederhana dengan tipe kanal tertentu misal: Leucosolenia. Prosedur/Cara kerja: 1. Sampel spons air tawar: Spongilla diambil dan digambar di lembar kerja. Perhatikanlah bentuk morfologi, pori-pori dan kekenyalannya. Untuk memperhatikan pori-pori dan mulut di lapisan terluar dapat menggunakan loupe (kaca pembesar). Warna gambar yang dikerjakan mahasiswa diusahakan sesuai dengan objek sampel tersebut. 2. Untuk memperoleh Spongilla yang merupakan hewan spons yang terdapat di perairan tawar, dapat dijumpai di tepi-tepi kolam. Spons ini menempel pada batu ataupun reruntuhan cabang-cabang pohon. 3. Spons yang biasa digunakan untuk mandi digambar morfologi luarnya di lembar kerja yang disediakan. Perhatikanlah struktur yang tampak jika dilihat dengan Loupe (kaca pembesar). Warnai pula gambar tersebut sesuai warna aslinya. 4. Mahasiswa diperkenalkan dengan Grantia, gambarlah apa yang tampak dilihat dengan Loupe di lembar kerja. 5. Selanjutnya mahasiswa diperlihatkan sampel spons yang tampak alur kanalnya yaitu Leucosolenia. Morfologi dan struktur sayatan melintang serta longitudinal dari Leucosolenia digambar, diperhatikan dan diberi keterangan 6. Buatlah klasifikasi sampai tingkat genus untuk salah satu sampel yang telah digambar.

33 BIOL4444/MODUL LEMBAR KERJA Gunakanlah lembar kerja ini untuk mencatat dan menggambar hasil kegiatan awal sebelum ditulis atau dibuat pada laporan lengkap. 1) Gambar morfologi Spongilla, struktur pori-pori dan keterangannya 2) Gambar spons untuk mandi dan keterangannya

34 1.34 Praktikum Taksonomi Vertebrata 3) Gambar Grantia dan keterangannya 4) Gambar struktur kanal sayatan melintang (transversal) Leucosolenia dan keterangannya 5) Gambar struktur kanal sayatan membujur (longitudinal) Leucosolenia dan keterangannya

35 BIOL4444/MODUL ) Klasifikasi salah satu sampel Porifera: Filum:.. Ordo:.. Sub Filum:... Famili: Kelas:.. Genus: Spesies: B. PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM PORIFERA 1. Setiap 5 10 orang mahasiswa membentuk satu kelompok praktikum masing-masing mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktikum sub unit tertentu yang berbeda. Hasil yang diperoleh dapat saling dipertukarkan untuk pembuatan laporan yang lengkap dalam kelompoknya. 2. Teknis prosedur, bahan dan alat praktikum dapat disesuaikan dengan teknis prosedur bahan dan alat yang biasa dilaksanakan di laboratorium setempat. 3. Lembar kerja hanya untuk pencatatan langsung pada saat praktikum, termasuk juga untuk gambar (sketsa) dan warnanya. 4. Laporan lengkap dapat dibuat pada buku gambar dengan penjelasan informasi selengkapnya berdasarkan perolehan dari lembar kerja, atau ikutilah petunjuk instruktur atau dosen praktikum. 5. Mahasiswa wajib mengikuti petunjuk dan aturan yang telah diberikan oleh instruktur atau dosen praktikum di laboratorium setempat, termasuk juga cara dan waktu pelaporan praktikum. C. PETUNJUK PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM Laporan ditulis dengan format sebagai berikut: COVER (halaman sampul depan) I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA III. ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN VI. DAFTAR PUSTAKA

36 1.36 Praktikum Taksonomi Vertebrata Kunci Jawaban Tes Formatif Tes Formatif 1 1) C 2) D 3) A Tes Formatif 2 1) C 2) A 3) C

37 BIOL4444/MODUL Daftar Pustaka Barnes, R.D. (1974). Invertebrate Zoology. 3 rd Ed. Toppan Co. Tokyo Japan. Barnes, R.D. (1985). Invertebrate Zoology. 4 th Philadelphia, Holt Saunder, Tokyo Japan. Ed. Saunders College. Case, C.L.: Johnson, T.R. (1984). Laboratory Experiment in Microbiology, Benyamin/ Cummings Publ. Menlo Park, California. Gandahusada, S.; Ilahude H. Herry. D.; Pribadi. W. (2000). Parasitologi Kedokteran. Edisi Ketiga, Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Pan American Health Organization, (1973) Manual for the microscopic diagnosis of malaria, (4 th edition), Scientific publ. No. 276, Washington DC. Pratomo Hurip, (1985). Plasmodium falciparum di Indonesia, Skripsi Sarjana Muda Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta Sugiri Nawangsari (1988). Zoologi Avertebrata I, Pusat Antar Universitas IPB dan Lembaga Sumberdaya Informasi IPB. Sugiri Nawangsari (1989). Zoologi Avertebrata II, PAU Ilmu Hayat IPB, Dirjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Sugiri Nawangsari, (1989). Penuntun Praktikum Zoologi, Dikti Depdikbud PAU Ilmu Hayat IPB, Bogor.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz PRAKTIKUM PARASITOLOGI (TM-Pr.4) Praktikum I: Menghitung Telur Cacing Pada Sediaan Tinja Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz Membuat

Lebih terperinci

DI SUSUN OLEH. KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza ( ) 2. Nevri Isnaliza ( ) 3. Siti wardana ( )

DI SUSUN OLEH. KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza ( ) 2. Nevri Isnaliza ( ) 3. Siti wardana ( ) DI SUSUN OLEH KELOMPOK : II Anggota : 1. Nurhaliza (0806103050078) 2. Nevri Isnaliza (0806103010039) 3. Siti wardana (0806103010061) Ciliata (Ciliophora) 1. Silia berfungsi sebagai alat gerak dan membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Malaria Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa penyakit malaria dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini dapat menemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizhopoda merupakan satu kelas dari lima pembagian kelas yang termasuk dalam protozhoa. Ukuran protozoa bervariasi, yaitu mulai kurang dari 10 mikron(µm) dan ada yang

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS) Oleh: Dr.rer.biol.hum. dr. Erma Sulistyaningsih, M.Si NAMA :... NIM :... FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A

Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoologi I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoologi merupakan cabang biologi (dan mikrobiologi) yang mengkhususkan diri dalam mempelajari kehidupan dan klasifikasi Protozoa. Secara klasik, objek pengkajiannya

Lebih terperinci

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi

PROTOZOA. Otot-rangka. Pencernaan. Saraf. Sirkulasi. Respirasi. Reproduksi. Ekskresi PROTOZOA Protozoa merupakan kelompok lain protista eukariotik. Kadang-kadang antara algae dan protozoa kurang jelas perbedaannya. Kebanyakan Protozoa hanya dapat dilihat di bawah mikroskop. Beberapa organisme

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Praktikum Mikroteknik Tahun Ajaran 2014/2015 Disusun Oleh : Litayani Dafrosa Br S 4411412016

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini 1 KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI (Dipersiapkan oleh Sitti Wahyuni) TUJUAN Umum: Setelah selesai melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. B. Waktu dan tempat penelitian Tempat penelitian desa Pekacangan, Cacaban, dan Ketosari Kecamatan

Lebih terperinci

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT PERIOSTOMUM KOM

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT PERIOSTOMUM KOM PHYLUM PROTOZOA 1. DEFINISI PROTOS : PERTAMA ZOION : HEWAN UNISELULER TUBUH 1 PROTOZOA --- SEL --- METAZOA 2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI BILATERAL RADIAL SPHERIS MIKROSKOPIS INDIVIDU

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BENTUK DAN STRUKTUR SEL

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BENTUK DAN STRUKTUR SEL LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI BENTUK DAN STRUKTUR SEL Tugas Kelompok Biologi Disusun oleh : KELOMPOK ALOE VERA XI MIPA 1 1. Ni Putu Diah Damayanti (07) 2. Ni Putu Mirna Sari (18) 3. Ni Putu Nadia Ramayanti

Lebih terperinci

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara

Tri Wijayanti, SKM, M.Sc. Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Tri Wijayanti, SKM, M.Sc Instalasi Parasitologi Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Epidemiologi Host Agent Environment Diagnosis Ibu Hamil Penderita +++ / - -- RDT (Serologis) Mikroskopis Gold standart Asal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium. Prinsip pemeriksaan sediaan apus ini

Lebih terperinci

Adina Rizka Amalia. Hafizhuddin Wafi. Annisa Putri Ningsih FILLUM PORIFERA. Nurul Hasna K. Bunga Amalia. Ulya Amalia

Adina Rizka Amalia. Hafizhuddin Wafi. Annisa Putri Ningsih FILLUM PORIFERA. Nurul Hasna K. Bunga Amalia. Ulya Amalia Adina Rizka Amalia Hafizhuddin Wafi Annisa Putri Ningsih Nurul Hasna K Bunga Amalia Ulya Amalia FILLUM PORIFERA Istilah porifera berasal dari bahasa latin, yaitu Pori yang artinya lubang dan Fere yang

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

PROTISTA a. Protista Mirip Tumbuhan 1. Diatomae 2. Dinoflagellata. 3. Euglenoid b. Protista Mirip Hewan

PROTISTA a. Protista Mirip Tumbuhan 1. Diatomae 2. Dinoflagellata. 3. Euglenoid b. Protista Mirip Hewan PROTISTA PROTISTA Protista adalah organisme prokaritik yang paling sederhana, uniseluler, beberapa berkoloni dan multiseluler.. Kebanyakan berkembangbiak secara aseksual melalui pembelahan sel, sedangkan

Lebih terperinci

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1 1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com

Lebih terperinci

KINGDOM PROTISTA. Dyah Ayu Widyastuti

KINGDOM PROTISTA. Dyah Ayu Widyastuti KINGDOM PROTISTA Dyah Ayu Widyastuti Tree of Life Three-domain tree of life based on small subunit rrna sequences (modified from N. R Pace, ASM News 62: 464, 1996) Protista Salah satu Kingdom dalam klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

ANIMALIA. STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati

ANIMALIA. STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati ANIMALIA STANDAR KOMPETENSI: Memahami manfaat keanekaragaman hayati KOMPETENSI DASAR : Mendeskripsikan ciri-ciri Filum dalam Dunia Hewan dan peranannya bagi kehidupan. CIRI CIRI UMUM KINGDOM ANIMALia Eukariot,

Lebih terperinci

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT KOMENSALISMA MUTUALISMA PARASIT MIKROSKOPIS BILATERA

2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10 ERITROSIT KOMENSALISMA MUTUALISMA PARASIT MIKROSKOPIS BILATERA PHYLUM PROTOZOA 1. DEFIN NISI PROTOS : PE ERTAMA ZOION : HEWAN UNISELU ULER TUBUH 1 PROTOZOA -- -- SEL --- METAZOA 2. BENTUK UMUM PROTOZOA ---- TDK. TERBATAS : SIMETRI INDIVIDU ANAPLASMA KOLONI 1/6 1/10

Lebih terperinci

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar KELOMPOK G EUKARYOTA Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar 1. Pengertian Sel yang mempunyai struktur yang kompleks. Inti dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : PEDOMAN PRAKTIKUM Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KEGIATAN i MIKROSKOP Prosedur A. Memegang dan Memindahkan Mikroskop 1. Mikroskop dipindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi

Lebih terperinci

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI A. Dasar Teori Bakteri merupakan golongan prokariot. Salah satu karakteristik utama bakteri adalah ukuran, bentuk, struktur, dan penataan selnya. Berbagai ciri ini mencakup

Lebih terperinci

I MA Y UDHA P E R W I R A

I MA Y UDHA P E R W I R A PORIFERA IMA YUDHA PERWIRA Porifera (Latin, Phorus = pori-pori, ferre = pembawa) adalah hewan invertebrata yang mempunyai tubuh berpori-pori. Bentuk tubuh hewan ini tidak hanya kotak, tapi bermacam macam.

Lebih terperinci

Protozoa I M A Y U D H A P E R W I R A

Protozoa I M A Y U D H A P E R W I R A Protozoa I M A Y U D H A P E R W I R A Karakteristik Protozoa Protozoa: proto (Yunani) artinya pertama dikombinasikan dengan zoa (Yunani) artinya hewan, jadi protozoa adalah nama untuk hewanhewan yang

Lebih terperinci

Pewarnaan Kapsula Bakteri. LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mikrobiologi Yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si.

Pewarnaan Kapsula Bakteri. LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mikrobiologi Yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si. Pewarnaan Kapsula Bakteri LAPORAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mikrobiologi Yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si. Oleh : Kelompok 6 1. Achmad Fais (120342422457) 2. Laily Rahmawati

Lebih terperinci

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK

SIGIT SULISTYA, A.Md, AK PEMANTAPAN MUTU INTERNAL LABORATORIUM DAN PROGRAM PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL MIKROSKOPIS MALARIA SIGIT SULISTYA, A.Md, AK BALAI LABORATORIUM KESEHATAN YOGYAKARTA PENYAKIT MALARIA Merupa k a n ma s a la

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 13 BIOSISTEMATIKA & EVOLUSI: MIKROORGANISME Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Pendahuluan Mikroorganisme, atau mikroba, adalah makhluk hidup

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN PROTISTA

LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN PROTISTA LAPORAN PRAKTIKUM PENGAMATAN PROTISTA Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah : Konsep Dasar Biologi SD Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd Kelas/Smt : 6 IPA-3 / PGSD Kelompok : 2 Cici Royani

Lebih terperinci

Filum Cnidaria dan Ctenophora

Filum Cnidaria dan Ctenophora Filum Cnidaria dan Ctenophora Filum CTENOPHORA dan CNIDARIA dikelompokkan dalam COELENTERATA (berasal dari kata coelos = rongga tubuh atau selom dan enteron = usus). Coelenterata hidupnya di perairan laut

Lebih terperinci

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2. PROTOZOA Entamoeba coli E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm 2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Direktur Jenderal PP & PL. Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE NIP

KATA PENGANTAR. Direktur Jenderal PP & PL. Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE NIP KATA PENGANTAR Di Indonesia, malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur dibawah lima tahun dan ibu melahirkan serta menurunkan produktifitas

Lebih terperinci

IV.Kajian Pustaka : 1. Sel darah merah (eritrosit)

IV.Kajian Pustaka : 1. Sel darah merah (eritrosit) I. Judul : Struktur sel darah pada manusia, ikan, dan katak II. Hari/tanggal : Sabtu/8 mei 2010 III. Tujuan : Mengamati bentuk dan struktur sel darah pada manusia, ikan, dan katak, serta membandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

Lebih terperinci

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1

PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 1 PENYIAPAN SPECIMEN AWETAN OBJEK BIOLOGI 1 Oleh : Drs. Suyitno Al, MS 2 PENDAHULUAN Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya

Lebih terperinci

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Ima Yudha Perwira, SPi, MP, MSc (Aquatic) Para saintis menempatkan hewan pada dua katergori utama, yaitu: invertebrata (in = tanpa, vertebrae

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB I PENDAHULUAN Protozoa merupakan binatang yang paling banyak di dunia. Mereka adalah sebagai konsumen bagi bakteri (Prokaryotes). Dimana bakteri memainkan peranan penting dalam menjaga bumi sebagai

Lebih terperinci

PROTOZOA. Marlia Singgih Wibowo

PROTOZOA. Marlia Singgih Wibowo PROTOZOA Marlia Singgih Wibowo Pendahuluan Protozoa berarti first animal, suatu bentuk sederhana kehidupan hewan Dapat hidup bebas di laut, air tawar, atau tanah, atau bersimbiosis, atau hidup di dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH : LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH : NAMA : NUR MUH. ABDILLAH S. NIM : Q1A1 15 213 KELAS : TPG C JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax: FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang 25127 Telp.: 0751-31746 Fax: 0751-32838 Email: fk2unand@pdg.vision.net.id PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK 6 BLOK 3.5 (DARAH 7) BAGIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. STH adalah Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Trasmitted Helminth Soil Transmitted Helminth ( STH ) merupakan infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing yang penyebarannya melalui tanah. Cacing yang termasuk STH

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL

PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL PETUNJUK PRAKTIKUM BIOLOGI SEL Oleh: Ainun Nikmati Laily, M.Si Fitriyah, M. Si dr. Alvi Milliana JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2013 I. Tujuan TOPIK I Sel

Lebih terperinci

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi

A. Pengorganisasian. E. Garis Besar Materi Pokok Bahasan : Malaria Sub Pokok : Pencegahan Malaria Sasaran : Ibu/Bapak Kampung Yakonde Penyuluh : Mahasiswa PKL Politeknik Kesehatan Jayapura Waktu : 18.30 WPT Selesai Hari/tanggal : Senin, 23 Mei

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Protozoa 1. Pengertian Protozoa Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi penyebab penyakit diare, manusia yang terinfeksi oleh protozoa biasanya dapat

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

Teknik Pewarnaan Bakteri

Teknik Pewarnaan Bakteri MODUL 5 Teknik Pewarnaan Bakteri POKOK BAHASAN : Teknik Pewarnaan GRAM (Pewarnaan Differensial) TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Mempelajari cara menyiapkan apusan bakteri dengan baik sebagai prasyarat untuk mempelajari

Lebih terperinci

Keanekaragaman Organisme Kehidupan

Keanekaragaman Organisme Kehidupan Keanekaragaman Organisme Kehidupan Salah satu ciri makhluk hidup adalah tubuhnya tersusun atas sel. Sel merupakan satuan atau unit terkecil dari makhluk hidup, seperti pencernaan makanan, bernafas, ekskresi,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEWARNAAN SPORA BAKTERI. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi yang diampu oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.

LAPORAN PRAKTIKUM PEWARNAAN SPORA BAKTERI. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi yang diampu oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M. LAPORAN PRAKTIKUM PEWARNAAN SPORA BAKTERI Untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi yang diampu oleh Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd Oleh: Kelompok 5 S1 Pendidikan Biologi Offering A Annas Jannaatun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA

ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA ACARA I PENGGUNAAN LALAT Drosophila SEBAGAI ORGANISME PERCOBAAN GENETIKA LANDASAN TEORI Organisme yang akan digunakan sebagai materi percobaan genetika perlu memiliki beberapa sifat yang menguntungkan,

Lebih terperinci

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL 15 MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL TUJUAN Membandingkan antara proses difusi, osmosis, turgor, plasmolisis, krenasi, dan hemolisis sehingga dapat diketahui perbedaannya dengan jelas. TEORI Membran memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH DISUSUN OLEH: Anis Rachmawati (3415080201) Fina Lidyana (3415081961) Kusfebriani (3415081962) Rani Rahmahdini (3415083253) R.A Nurhikmah Annisa

Lebih terperinci

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF ANGGOTA KELOMPOK : 1. ANNISA SALIZA 2. REGYTA ANUGRAH MAHAPUTRI SAMUEL 3. TYAS AYU FADILLAH 4. WIRA YUDA KHOIRUL A 5. WIWID SEKAR U 6. YOHANES JUAN BAGUS

Lebih terperinci

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur

MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur MK Teknologi Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Dalam Akuakultur Jenis-jenis penyakit akibat mikroba: PROTOZOAN Program Alih Jenjang D4 Bidang Konsentrasi Akuakultur Penyakit Budidaya Perikanan akibat

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK FAKULTAS TARBIYAH

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK FAKULTAS TARBIYAH UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014-2015 FAKULTAS TARBIYAH Mata Kuliah Semester/ Jurusan Nama/NIM Kelas : Evaluasi Pembelajaran Biologi : VI / IPA Biologi : Ahmad Rifai/14121620633 : C Hari/Tanggal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit

Lebih terperinci

PARASIT. Yuga

PARASIT. Yuga PARASIT Yuga 03008028 Keterangan AL : Ascaris Lumbricoides BC : Balantidium Coli Telur AL Dibuahi Ukuran 60-45 mikron, Bentuk agak lonjong, dinding luar ada 3 lapis salah satunya lapisan albuminoid bergerigi

Lebih terperinci

Teknik Identifikasi Bakteri

Teknik Identifikasi Bakteri MODUL 5 Teknik Identifikasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Teknik Pewarnaan GRAM (Pewarnaan Differensial) 2. Uji Katalase 3. Pembuatan stok agar miring TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Mempelajari cara menyiapkan apusan

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi 3, yaitu : Sistem difusi : terjadi pada avertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi

Lebih terperinci

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa

Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa Latar Belakang Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Klasifikasi Makhluk Hidup dan Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

BANGSA CHLAMYDOBACTERIALES. spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim.

BANGSA CHLAMYDOBACTERIALES. spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. BANGSA CHLAMYDOBACTERIALES Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di darat

Lebih terperinci

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi

RPP MATERI INDIKATOR Pengertian klasifikasi Analisis Materi Pembelajaran (AMP). RPP MATERI INDIKATOR Untuk mempermudah dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup, manusia melakukan pengelompokkan makhluk hidup. Pengelompokan makhluk hidup itu

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME Dyah Ayu Widyastuti Mikrobiologi Micros: kecil/renik Bios: hidup Mikrobiologi kajian tentang mikroorganisme meliputi aspek: morfologi, fisiologi, reproduksi, ekologi,

Lebih terperinci

PERGERAKAN GERAK BAKTERI. B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum Mikrobiologi dengan topik pergerakan gerak bakteri

PERGERAKAN GERAK BAKTERI. B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum Mikrobiologi dengan topik pergerakan gerak bakteri PERGERAKAN GERAK BAKTERI A. Hari/tanggal : Rabu / 29 Januari 2013 B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum Mikrobiologi dengan topik pergerakan gerak bakteri adalah sebagai berikut: 1. Untuk menentukan ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminth Soil Transmitted Helminth adalah Nematoda Intestinal yang berhabitat di saluran pencernaan, dan siklus hidupnya untuk mencapai stadium infektif dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).

Lebih terperinci

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI BAKTERI

MIKROBIOLOGI BAKTERI 1 MIKROBIOLOGI BAKTERI (Nurwahyuni Isnaini) Tugas I Disusun untuk memenuhi tugas brosing artikel webpage Oleh RIZKA RAMADHANTY NIM:G0C015080 PRORAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya.

2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. 2.1.Bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran

Lebih terperinci

MYXOBAKTERIALES. (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil

MYXOBAKTERIALES. (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil MYXOBAKTERIALES Myxobakteriales merupakan salah satu ordo dari kelas Schizophyta (tumbuhan belah). Klas ini terdiri atas tumbuhan bersel satu. Sel-sel itu kecil benar, kadang-kadang tak tampak dengan mikroskop

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Soil Transmitted Helminths 1. Pengertian Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan penularannya melalui tanah. Di Indonesia terdapat lima species cacing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG HASIL BELAJAR, KONSEP PROTISTA MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD

BAB II TINJAUAN TENTANG HASIL BELAJAR, KONSEP PROTISTA MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD BAB II TINJAUAN TENTANG HASIL BELAJAR, KONSEP PROTISTA MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen 3 TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Entomopatogen 1. Taksonomi dan Karakter Morfologi Nematoda entomopatogen tergolong dalam famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae termasuk dalam kelas Secernenta, super

Lebih terperinci

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus. By Luisa Diana Handoyo, M.Si. COELENTERATA Coilos = rongga Enteron = usus By Luisa Diana Handoyo, M.Si. COELENTERATA (= CNIDARIA) Cnido = penyengat Multiseluler Tubuh bersimetri radial Diploblastik (ektoderm dan endoderm) Diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pengetahuan mengenai anatomi mikroskopis baik tentang hewan maupun tumbuhan banyak diperoleh dari hasil pengembangan sediaan mikroteknik atau yang juga

Lebih terperinci

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI

PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI PENGAMATAN MORFOLOGI KOLONI BAKTERI LAPORAN PRAKTIKUM UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mikrobiologi Yang dibina oleh Ibu Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si Oleh kelompok 5: 1. Monika N. Kuruwop ( 140342602548

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci