PENCIRIAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI KULIT NANAS DENGAN PENAMBAHAN POLI(ETILENA GLIKOL) SEBAGAI POROGEN RIYA RISTIYANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENCIRIAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI KULIT NANAS DENGAN PENAMBAHAN POLI(ETILENA GLIKOL) SEBAGAI POROGEN RIYA RISTIYANI"

Transkripsi

1 PENCIRIAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI KULIT NANAS DENGAN PENAMBAAN POLI(ETILENA GLIKOL) SEBAGAI POROGEN RIYA RISTIYANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

2 PENCIRIAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI KULIT NANAS DENGAN PENAMBAAN POLI(ETILENA GLIKOL) SEBAGAI POROGEN RIYA RISTIYANI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Kimia DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

3 ABSTRAK RIYA RISTIYANI. Pencirian Membran Selulosa Asetat dari Kulit Nanas dengan Penambahan Poli(etilena glikol) sebagai Porogen. Dibimbing oleh SRI MULIJANI dan BETTY MARITA SOEBRATA. Membran sebagai salah satu alat dalam teknik pemisahan saat ini terus-menerus dikembangkan. Kendala yang terjadi adalah masih tingginya harga bahan baku pembuat membran. Oleh sebab itu, perlu dicari bahan baku lain yang lebih murah seperti kulit nanas untuk pembuatan membran. Pembuatan membran selulosa asetat (CA) dari kulit nanas dengan penambahan poli(etilena glikol) (PEG) sebagai porogen dilakukan dalam penelitian ini. Selulosa bakteri (BC) dari kulit nanas yang dibentuk oleh Acetobacter xylinum dimerserisasi dalam NaO 1%(b/v). Bubuk BC kering diasetilasi dengan anhidrida asam asetat (selulosa:anhidrida 1:5) selama 2 jam. Membran CA berporogen dibuat dengan cara melarutkan serbuk CA 14%(b/v) dan PEG 10%(b/v) ke dalam diklorometana. Membran dibentuk dengan cara mencetak campuran polimer CA dan PEG dalam pelarut diklorometana menjadi film tipis. Membran CA berporogen dicirikan menggunakan seperangkat alat saring cross-flow. Alat saring cross-flow digunakan untuk pengukuran fluks air dan penyaringan bovine serum albumin (BSA). Penelitian ini menghasilkan membran CA berporogen dengan fluks air yang optimal pada tekanan bar dan nilai rerata fluks sebesar L/m 2.jam. Membran CA berporogen memiliki nilai fluks BSA sebesar L/m 2.jam dan rerata rejeksi sebesar 3.70%. Oleh karena itu, membran ini memiliki fungsi mikrofiltrasi. ABSTRACT RIYA RISTIYANI. Characterization of Cellulose Acetate Membrane from Pineapple Peel with Poly(ethylene glycol) Addition as Porogen. Supervised by SRI MULIJANI and BETTY MARITA SOEBRATA. Membrane as a tool in separation techniques is continuously developed. The high cost of raw material is the main problem in manufacturing a membrane. Therefore, there is a need to seek another raw material to provide a low cost membrane. In this study, the alternative raw material to produce cellulose acetate membrane was pineapple s peel added with poly(ethylene glycol) (PEG) as porogen. Bacterial cellulose (BC) from pineapple s peel formed by Acetobacter xylinum was mercerized in 1%(w/v) NaO. The dried BC powder was acetylated with acetic anhydride using 1:5 ratios for 2 hours. CA porogenous membrane was made by dissolving 14%(w/v) CA and 10%(w/v) PEG in dichloromethane. The membrane was formed by casting a thin film dichloromethanebased solution of CA and PEG polymer. Porogenous membrane was characterized using a cross flow filtration testing unit. A cross flow filtration testing unit was used to measure water flux and index rejection of bovine serum albumin (BSA). This study produced porogenous CA membrane having optimum water flux at bars, and average flux at L/m 2.hour. Further, porogenous CA membrane had average permeate flux of BSA at L/m 2.hour and average BSA rejection of 3.70%. This is the reason to categorize the membrane having microfiltration function.

4 PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini berjudul Pencirian Membran Selulosa Asetat dari Kulit Nanas dengan Penambahan Poli(etilena glikol) sebagai Porogen, yang dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan April 2006 bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik dan Organik Departemen Kimia, serta Teknologi Kimia Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra. Sri Mulijani, M.S. dan Ibu Betty Marita Soebrata, S.Si, M.Si. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Program ibah A2 yang telah mendanai penelitian ini. Drs. Muhammad Farid, Budi Arifin S.Si, dan Drs. Achmad Sjahriza, serta Rini Purnawati, STP atas diskusi-diskusi yang berharga tentang penelitian ini, Ir. endra Adijuwana MST selaku Kepala Laboratorium Anorganik, kemudian kepada laboran, Pak Sawal, Mbak Nur, Pak Caca, Pak Mul, Om Eman, Pak Sabur, dan Ibu Siti Maemunah, selain itu untuk teman-teman seperjuangan khususnya (Rene), Astika, Febri, Atik I, Akbar, dan BT, serta rekanrekan di Laboratorium Anorganik: Dyah, Eka, Aldi, dan Daeng. Penulis juga mengungkapkan terima kasih untuk keluarga: Mama, Mbak Risna, dan Dek Alif atas doa, kasih sayang, dorongan, dan semangat yang telah diberikan selama ini, serta untuk Alm. Papa, dan Alm. Mas Yudi. Ungkapan terima kasih juga kepada Joe Arie Wawensyah atas segala semangat, doa, nasihat kepada penulis, CB, Mailo, Cynthia, Kak Vina, dan teman-teman M-16, serta mas erry dan teman-teman Kimia 38 atas bantuan dan kebersamaannya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat Bogor, Juni 2006 Riya Ristiyani

5 RIWAYAT IDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 23 juni 1982 sebagai anak bungsu dari pasangan Alm. Jasin Tomtowi dan Siti Rozaniswati. Tahun 2000 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Bekasi, dan pada tahun 2001 masuk Institut Pertanian Bogor melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri pada Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB. Tahun 2004 Penulis mengikuti kegiatan Praktik Lapangan di PT Aica Indonesia dengan judul Penentuan Waktu Proses igh Pressure Laminated Melamine dan Cerarl, serta Analisis Kadar Formalin.

6 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... alaman PENDAULUAN... 1 TINJAUAN PUSTAKA Nanas... 1 Selulosa Bakteri... 1 Selulosa Asetat... 2 Membran... 2 Membran Selulosa Asetat... 3 Poli(etilena glikol)... 3 BAAN DAN METODE Bahan dan Alat... 3 Metode Penelitian... 4 ASIL DAN PEMBAASAN Pembuatan BC... 5 Pembuatan CA... 6 Kelarutan CA & PEG... 6 Membran CA berporogen... 6 Nilai Fluks Air... 7 Nilai Fluks & Rejeksi BSA... 8 Perbandingan Nilai Fluks dan Rejeksi Membran... 8 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... 9 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix ix ix

7 DAFTAR TABEL alaman 1 ubungan derajat substitusi CA, kadar asetil, dan aplikasinya Kelas-kelas komersial CA Kisaran nilai fluks dan tekanan berbagai jenis membran Nilai fluks permeat BSA dan rejeksi (%) membran CA berporogen pada tekanan 5.0 psi... 8 DAFTAR GAMBAR alaman 1 Rumus struktur selulosa Struktur PEG Membran CA berporogen Perbandingan antara fluks air membran CA terhadap waktu pada berbagai tekanan ubungan antara fluks membran CA terhadap perubahan variasi tekanan ubungan antara nilai fluks (a) nilai rejeksi (b) seiring bertambahnya waktu pada tekanan 5.0 psi Perbandingan nilai fluks air antara MCA 1 terhadap MCA Perbandingan nilai fluks (a) dan rejeksi (b) BSA antara MCA1 terhadap MCA2 pada tekanan optimum... 9 DAFTAR LAMPIRAN alaman 1 Reaksi asetilasi CA Diagram alir penelitian Data fluks air pada berbagai variasi tekanan ubungan fluks terhadap waktu pada tekanan 2.5, 5.0, 7.5, dan 10.0 psi Penentuan konsentrasi permeat BSA... 17

8 1 PENDAULUAN Membran sebagai salah satu alat dalam teknik pemisahan saat ini terus-menerus dikembangkan, mulai dari skala laboratorium hingga industri. Keuntungan dari teknologi membran ini adalah waktu pemisahan yang lebih cepat, tidak merusak bahan yang akan dipisahkan, dan pengoperasiannya yang sederhana. Kendala utama dalam pengembangan membran saat ini adalah masih tingginya harga bahan baku, seperti polisulfon dan poli(tetrafluoroetilena) (Safriani 2000). Oleh karena itu, perlu dicari bahan baku alternatif seperti selulosa bakteri (BC) dari kulit nanas. Ketersediaan bahan baku ini sangat melimpah, sebagaimana terlihat dari semakin tingginya tingkat produksi nanas sejak tahun 2000 sampai 2003, berturut-turut sebesar , , , dan ton (Biro Pusat Statistik 2005). Penelitian tentang pembuatan BC telah banyak dilakukan, antara lain oleh Susanto et al. (2000), Arifin (2004), Andriansyah (2005), dan Putri (2006). Penelitian-penelitian tersebut menggunakan media yang berbedabeda untuk mendapatkan BC. Selanjutnya BC tersebut dapat dimodifikasi lebih lanjut menjadi selulosa asetat (CA). Selulosa asetat merupakan hasil modifikasi selulosa secara kimiawi melalui asetilasi, yaitu reaksi substitusi atom-atom hidrogen pada gugus hidroksil oleh gugus asetil (Fengel & Wegener 1984). Selulosa asetat dapat diperoleh dari selulosa tumbuhan atau bakteri, tetapi selulosa tumbuhan kurang murni dibandingkan dengan selulosa bakteri karena bercampur dengan lignin, hemiselulosa, serta produk-produk biogenik lainnya (Masaoka et al. 1993, Geyer et al. 1994). Pembentukan CA dari BC telah banyak dilaporkan (Arifin 2004, Safriani 2000, Yulianawati 2002). Penelitian lebih lanjut membuktikan bahwa CA dari BC kulit nanas dapat dimodifikasi menjadi membran (Pasla 2006, Tresnawati 2006). Untuk mengatur daya pisah dari membran tersebut, dapat ditambahkan porogen sebagai pembentuk pori. Salah satunya adalah poli(etilena glikol) (PEG). Penambahan PEG sebagai porogen pernah dilakukan oleh Safriani (2000) dan Fadilah (2003). Penelitian ini diharapkan dapat mencirikan membran selulosa asetat berbahan dasar selulosa bakteri dari kulit nanas dengan penambahan PEG sebagai porogen menggunakan fluks air dan indeks rejeksi. Selain itu manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengolah kulit nanas menjadi produk yang lebih berguna dan bernilai ekonomis tinggi seperti membran. TINJAUAN PUSTAKA Nanas Nanas dengan nama botani Ananas comosus berasal dari Amerika Selatan dan india Barat. Di dalam sistematika botani, nanas termasuk dalam dunia Plantae, filum Spermatophyta, kelas Monocotiledone, ordo Farinosae, famili Bromolyaceae, genus Ananas, dan spesies Ananas comosus (Morton 1987). Buah nanas dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kulit, daging, dan hati. Ketiga bagian tersebut dapat diekstrak menjadi sari buah nanas, yang banyak mengandung glukosa dan asam-asam organik. Kemampuan air nanas untuk memproduksi nata yang merupakan selulosa bakteri disebabkan kandungan nutrisinya yang relatif lengkap, serta sesuai untuk pertumbuhan A. xylinum (Arsatmojo 1996). Selulosa Bakteri Bakteri Penghasil Selulosa Jenis-jenis bakteri dari genus Acetobacter, Rhyzobium, Agrobacterium, dan Sarcina telah diketahui dapat menghasilkan BC. Di antara bakteri-bakteri tersebut, Acetobacter xylinum merupakan yang paling efisien sehingga banyak digunakan dan dipelajari dalam memproduksi selulosa. Baru-baru ini bakteri tersebut diklasifikasikan kembali sebagai Gluconobacter xylinus (Krystynowicz & Bielecki 2001). Kekhasan Selulosa Bakteri Produk BC dari suatu galur Acetobacter murni secara kimiawi, yaitu bebas dari lignin dan hemiselulosa serta produk-produk biogenik lainnya (Masaoka et al. 1993, Geyer et al. 1994). Karena itu, BC dapat dimurnikan dari media dan dari sel-sel bakteri yang terperangkap di dalamnya dengan perlakuan lembut menggunakan larutan basa encer, misalnya NaO 0,1 N, selama 20 menit saja, pada suhu 80 ºC (Toyosaki et al. 1995). Berikut adalah struktur selulosa yang merupakan polimer tak bercabang dari unit anhidroglukosa yang dihubungkan oleh ikatan glukosidik β-1,4 (Gambar 1).

9 2 O O O O O O O O O O O O O O O Gambar 1 Rumus struktur selulosa. O O O O O Kekhasan BC lainnya adalah kekuatan mekanisnya yang luar biasa meskipun ringan dan tipis, serta kapasitas serap air yang tinggi (Brown Jr tt). Kapasitas serap air BC mencapai kali bobot keringnya (Geyer et al. 1994), lebih banyak daripada yang mampu diserap pulp kayu. Kedua sifat tersebut membuat BC banyak diaplikasikan dalam bidang medis. Selain itu, BC bersifat mudah terurai dan dapat didaur ulang, karena memiliki kelembaman metabolik, non-toksik, dan non-alergenik. Selulosa Asetat Selulosa asetat (CA) merupakan ester organik selulosa yang berupa padatan putih tidak berbau, tidak beracun, dan tidak berasa, yang dibuat dengan mereaksikan selulosa dengan anhidrida asam asetat dan asam sulfat sebagai katalis (Kroschwitch 1990). Reaksi ini dikenal sebagai reaksi esterifikasi, yaitu substitusi atom hidrogen pada gugus hidroksil oleh gugus asetil dari anhidrida asam. Reaksi pembentukan CA diberikan pada Lampiran 1. CA bersifat tidak mudah terbakar dibandingkan dengan selulosa nitrat (Fengel & Wegener 1984) sehingga CA lebih disukai. Selulosa asetat memiliki aplikasi yang luas dalam bidang industri seperti plastik, rayon, benang, dan film. Aplikasi ini bergantung pada kadar asetil CA, yang merupakan ukuran jumlah gugus asetil yang diesterifikasi pada rantai selulosa, dan lazim dinyatakan sebagai nilai derajat substitusi (DS). Semakin tinggi kadar asetil, maka semakin tinggi pula derajat substitusinya. ubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Lebih lanjut pada Tabel 2 dapat dilihat kelas komersial CA yang dibedakan berdasarkan DS dan pelarutnya. Tabel 1 ubungan antara derajat substitusi CA, kadar asetil, dan aplikasinya (Fengel & Wegener 1984) DS Kadar Asetil (%) Aplikasi plastik benang, film kain, pembungkus n O Tabel 2 Kelas-kelas komersial CA (Immergut 1975) DS Pelarut Aplikasi Air-propanol - kloroform Tekstil komposit Aseton Pernis dan plastik Aseton Rayon asetat Aseton Film safety dan sinar-x Diklorometana -etanol Lembaran penginsulasi Diklorometana Tekstil Pembentukan CA dari BC telah banyak dilaporkan (Safriani 2000, Yulianawati 2002, Arifin 2004). Ketiga penelitian tersebut menggunakan prosedur asetilasi yang berbeda. Arifin (2004) menggunakan nisbah selulosaanhidrida asam asetat (s:a) 1:4, 1:5, dan 1:6 dengan proses pengeringan yang berbedabeda, serta perendaman BC dalam NaO dengan konsentrasi yang beragam. Perlakuan asetilasi optimum diperoleh pada nisbah (s:a) 1:5, konsentrasi NaO 1% dan pengeringan dengan inklusi pelarut. Membran Membran merupakan lapisan semipermeabel yang berupa padatan polimer tipis yang menahan pergerakan bahan tertentu (Scott & ughes 1996). Menurut Osada & Nakagawa (1992), membran merupakan lapisan semipermeabel tipis yang dapat digunakan untuk memisahkan dua komponen dengan cara menahan dan melewatkan komponen tertentu melalui pori-porinya. Klasifikasi Membran Membran dapat diklasifikasikan berdasarkan bahan asal, morfologi, bentuk, dan fungsinya. Berdasarkan bahan asalnya, membran dibagi menjadi membran alami dan sintetik. Kemudian berdasarkan morfologinya dibedakan atas membran simetrik dan asimetrik. Selanjutnya berdasarkan bentuknya, membran terdiri atas membran datar dan tubular. Sementara berdasarkan fungsinya, membran terbagi atas membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, osmosis balik, dialisis, dan elektrodialisis (Mulder 1996, Wenten 1999). Pencirian Membran Menurut Brocks (1983), Osada & Nakagawa (1992), serta Wenten (1999),

10 3 pencirian membran meliputi struktur, ukuran pori, sifat fisik, dan mekanik, serta kimia membran. Ciri-ciri ini merupakan salah satu faktor yang diperhatikan dalam menentukan kinerja membran yang contohnya antara lain nilai fluks dan rejeksi. Fluks merupakan aliran fluida yang melewati membran (Minneci & Paulson 1987) yang dipengaruhi oleh bahan polimer yang digunakan dalam pembuatan membran, gaya dorong ( P) yang diberikan pada membran, konsentrasi polarisasi, dan fouling (Mulder 1996). Kisaran nilai fluks dan tekanan berbagai jenis membran dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Kisaran nilai fluks dan tekanan berbagai jenis membran (Mulder 1996) Jenis Membran Kisaran Tekanan (bar) Kisaran Fluks (L/m 2.jam) Mikrofiltrasi 0,1 2,0 >50 Ultrafiltrasi 1,0 5, Nanofiltrasi 5,0 20 1,4 12 Osmosis Balik ,005 1,4 Rejeksi merupakan perbandingan antara bagian yang tertahan dan bagian yang dapat melewati membran (Baker 2004). Rejeksi berhubungan dengan permeabilitas membran, yaitu ukuran kemampuan membran menahan atau melewatkan spesies tertentu (Mulder 1996). Nilai rejeksi berbanding terbalik dengan nilai fluks. Membran Selulosa Asetat Membran dapat disiapkan dengan beberapa metode, antara lain pelelehan, pengepresan, dan pembalikan fase. Membran CA biasanya dibuat dengan pembalikan fase melalui proses pencelupan (Mulder 1996). Pembalikan fase adalah proses ketika suatu polimer diubah dari bentuk larutan menjadi bentuk padatan secara terkendali. Tahapan pembuatan membran melalui pembalikan fase dengan cara pencelupan diawali dengan pembuatan larutan homogen dengan kekentalan yang diinginkan, lalu sebelum polimer dicetak sebagai lapisan tipis, diuapkan pelarutnya dan diendapkan polimernya dengan cara pencelupan. Tahapan di atas berpengaruh terhadap ciri-ciri membran yang terlihat (Mulder 1996). Poli(etilena glikol) Poli(etilena glikol) (PEG) adalah molekul sederhana dengan struktur molekul linear. Pada suhu ruang, PEG dengan bobot molekul di bawah 700 berbentuk cair, pada bobot molekul berbentuk semi padat, dan berbentuk padat pada bobot molekul atau lebih. PEG larut dalam air dan beberapa pelarut organik seperti toluena, aseton, metanol, dan metil klorida, tetapi tidak larut dalam heksana dan hidrokarbon alifatik yang sejenis (Fadillah 2003). Rumus struktur PEG dapat diamati pada Gambar 2. C 2 C 2 O Gambar 2 Struktur PEG. Menurut Fadillah (2003), terdapat pengaruh yang sangat nyata terhadap ukuran pori-pori membran akibat adanya interaksi konsentrasi PEG dengan CA. Fluks membran akan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi PEG atau berkurangnya konsentrasi CA. BAAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah kulit buah nanas dari pedagang rujak di depan kampus IPB Baranangsiang, cuka pekat teknis (±98% [v/v]), kertas saring, bibit nata (Balai Besar Industri Agro), gula pasir, anhidrida asam asetat, asam asetat glasial (100%), aseton teknis (± 95%), diklorometana, kristal NaO, 2 SO 4 pekat (95 97%), (N 4 ) 2 SO 4, bovine serum albumin (BSA), dan air suling. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya ialah penghancur National Mega & Philips, neraca analitik, pengaduk listrik kecepatan tinggi versamix (Fisher), wadah fermentasi berukuran 30x20x4.5 cm 3 merek Komet Star Plastik jenis Tripoly nomor 3, pompa vakum, pemanas listrik, oven, sentrifus ermle Z300 (Labnet), botol bertutup ganda, alat-alat kaca, serta alat saring cross-flow. n

11 4 Pembuatan Selulosa Bakteri dari Kulit Nanas (Nata de Pina) Pembuatan nata de pina dilakukan dengan modifikasi prosedur Susanto et al Kulit buah nanas dihancurkan menggunakan penghancur sehingga didapatkan bubur kulit nanas, lalu bubur diperas menggunakan kain kasa untuk memperoleh sarinya. Sari kulit nanas tersebut masih banyak mengandung endapan atau pengotor, dan untuk mendapatkan sari buah yang baik perlu disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan pompa vakum menggunakan corong Büchner. Pada tahap selanjutnya, sari nanas diencerkan menggunakan air dengan nisbah sari nanas air 1:4 dengan jumlah total larutan 600 ml, lalu larutan tersebut dididihkan. Setelah mendidih, ditambahkan gula pasir sebagai sumber karbon sebanyak 7.5%(b/v) dan (N 4 ) 2 SO 4 0.5%(b/v). Larutan diaduk sampai terbentuk larutan yang homogen. Larutan yang terbentuk diatur p-nya menjadi 4.5 (dengan kertas indikator universal) dengan penambahan cuka pekat teknis. Larutan yang telah disesuaikan p-nya dimasukkan ke dalam tiap-tiap wadah fermentasi plastik kemudian ditutup dengan kertas koran yang telah dipanaskan menggunakan pemanas listrik dan diikat dengan karet pengikat. Keesokan harinya ditambahkan bibit nata sebanyak 10%(v/v) dan diinkubasikan selama 4 7 hari pada suhu kamar. Pada hari ke-7, jika tidak terkontaminasi, nata de pina siap dipanen dengan ketebalan cm. Penyiapan Contoh Kering Selulosa Bakteri Penyiapan contoh kering ini dilakukan berdasarkan modifikasi prosedur Safriani (2000). Lembaran nata de pina dicuci dengan air, kemudian dipotong-potong dengan pisau, sehingga berbentuk lembaran kecil dengan ukuran 4 5 cm. Lembaran tersebut direbus sampai mendidih selama 20 menit untuk menghilangkan bakteri yang tersisa atau menempel pada lembaran nata. Setelah itu, nata direndam dalam larutan NaO 1% pada suhu kamar selama 24 jam, kemudian dinetralkan dengan perendaman dalam cuka pekat teknis 1% selama 24 jam. Jumlah NaO dan asam asetat yang digunakan sesuai dengan jumlah nata de pina yang akan dimurnikan. Selama belum digunakan, lembaran nata kecil ini dapat disimpan dalam kantong plastik di lemari pendingin. Tahap selanjutnya ialah memasukkan lembaran nata ke dalam corong Büchner untuk disaring vakum guna menghilangkan air di dalam nata. Setelah disaring vakum terbentuk lembaran tipis nata. Lembaran tipis ini dikeringkan dalam suhu kamar. Nata de pina kering selanjutnya dihancurkan sampai berbentuk serbuk. Sintesis Selulosa Asetat Asetilasi contoh uji selulosa kering dilakukan dengan modifikasi prosedur Arifin (2004) dan Yulianawati (2002). Sebanyak 0.9 g contoh uji ditimbang teliti di dalam botol plastik bertutup ganda. Ke dalam botol, ditambahkan 100 ml cuka pekat teknis, dan botol dikocok selama 5 menit lalu ditaruh di dalam pengocok selama 15 menit. Setelah 15 menit, contoh disaring vakum dengan corong Büchner, diperas sekuat-kuatnya, lalu perendaman dan penyaringan yang sama diulangi sekali lagi. Selanjutnya contoh uji direndam dalam 50 ml asam asetat glasial pada botol yang sama. Setelah 3 jam, contoh kembali disaring vakum dan diperas sekuatkuatnya. Perendaman dalam asam bertujuan menarik air karena tidak diharapkan adanya air pada contoh sebab akan mengganggu proses asetilasi. Contoh uji bebas air dikembalikan ke botol, lalu dimasukkan pereaksi-pereaksi asetilasi. Volume yang digunakan disesuaikan dengan bobot α-selulosa. Contoh uji α- selulosa yang digunakan sebanyak 0.9 g. Mula-mula dipipet 10.1 ml larutan asam asetat glasial- 2 SO %(v/v) (100:1). Botol dikocok kuat selama 1 menit agar katalis 2 SO 4 terserap oleh contoh. Setelah itu, ditambahkan anhidrida asam asetat dengan pipet tetes sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan batang pengaduk pada suhu 40 C. al ini dimaksudkan untuk menjaga suhu reaksi agar tidak terlalu tinggi karena reaksi asetilasi yang terjadi bersifat eksoterm. Nisbah selulosa:anhidrida asam asetat yang digunakan adalah 1:5, yang setara dengan volume anhidrida asam asetat sebanyak 4,5 ml. Selanjutnya, suspensi diaduk dengan batang pengaduk kaca sampai mengental, lalu dibiarkan selama 2 jam terhitung dari dimulainya penambahan anhidrida asam asetat. Suspensi yang terbentuk berwarna merah muda kecokelatan dan kental, serta sulit dipisahkan. Asetilasi dihentikan dengan

12 5 menambahkan 2.4 ml larutan asam asetat glasial-air suling (2:1). Suspensi dibiarkan selama 30 menit, dengan pengadukan pada beberapa menit pertama, lalu dipindahkan ke dalam tabung sentrifus plastik 50 ml. Waktu 30 menit dihitung dari saat menambahkan pereaksi untuk hidrolisis, sampai saat sentrifugasi di mulai. Sentrifugasi dilakukan pada kecepatan 4000 rpm selama 15 menit. Supernatan lalu didispersikan ke dalam 500 ml air suling (CA yang terbentuk seperti rumput laut) diaduk sekuat mungkin dengan pengaduk magnetik dalam gelas piala 1 L. Serpihan CA yang diperoleh (berwarna putih) disaring vakum dengan corong Büchner, dicuci dengan NaCO 3 1 N teknis sampai tidak terbentuk gelembung gas CO 2 lagi, lalu dicuci dengan air suling. Serpihan netral (p ) ini diperas, lalu dimasukkan ke dalam gelas piala 100 ml yang sebelumnya telah diketahui bobotnya lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu (50±3) ºC selama 24 jam, bila belum kering didiamkan kembali selama 24 jam sampai contoh CA yang didapatkan benar-benar kering. Pembentukan Membran Selulosa Asetat Berporogen Pembuatan membran dilakukan melalui pembalikan fase dengan cara pencelupan yang mengacu pada Safriani (2000) dan Pasla (2006). Pada tahap pertama, CA dan PEG dilarutkan ke dalam diklorometana dengan jumlah yang digunakan berturut-turut sebanyak 14% dan 10%(b/v). Larutan polimer dituangkan ke atas penampang kaca cm, kemudian dicetak sebagai lapisan tipis dengan cara menekan lalu menarik larutan polimer tersebut, sampai diperoleh lapisan tipis. Lapisan tipis ini menempel pada kaca dan dibiarkan hingga pelarut menguap seluruhnya. Kemudian, penampang kaca direndam di dalam air sampai lapisan tipis yang menempel terlepas dari penampang kaca. Selanjutnya, lapisan tipis tersebut dikeringkan, lalu dibentuk lingkaran berdiameter 5.5 cm. Fluks air Pencirian Membran Sampel membran berbentuk lingkaran ditempatkan dalam modul alat saring crossflow. Modul tersebut dihubungkan dengan selang pengalir umpan, rentetat, permeat, serta selang pengatur tekanan. Kemudian umpan dialirkan, lalu tekanannya diatur untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Variasi tekanan yang digunakan sebesar , , , dan bar. Fluks masing-masing diukur dengan fungsi waktu sampai dicapai kondisi tunak. Fluks dinyatakan dengan persamaan berikut (Mulder 1996): J = V A t dengan J = Fluks (L/m2 jam) V = Volume permeat (L) A = Luas membran yang dilalui (m2) t = Waktu (jam) Rejeksi membran Perolehan rejeksi pada membran dilakukan dengan menggunakan alat yang sama pada penentuan fluks membran. Bedanya, untuk memperoleh nilai rejeksi membran, parameter yang perlu diperhatikan dan dicatat ialah jumlah konsentrasi permeat dan umpan. Larutan BSA 200 ppm disiapkan untuk menjadi larutan umpan. Analisis BSA dalam volume permeat menggunakan spektrofotometer (Spectronic 20D + ) pada panjang gelombang 520 nm yang sebelumnya telah dibuat kurva standar BSA-nya. Persen rejeksi BSA dihitung dari perbandingan antara konsentrasi permeat (Cp) dan umpan (Cf), sebagai berikut (Baker 2004): Cp % rejeksi= 1 100% Cf Diagram alir keseluruhan penelitian ini disajikan pada Lampiran 2. ASIL DAN PEMBAASAN Pembuatan BC Selulosa yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari kulit nanas dengan bantuan A. xylinum. BC tersebut berwarna putih kekuningan dengan ketebalan sekitar cm serta memiliki tekstur permukaan yang halus. Bagian limbah nanas yang digunakan adalah bagian kulitnya dan bukan daunnya. al ini disebabkan pada bagian kulitnya masih terdapat daging buah yang mengandung cukup nutrisi untuk pertumbuhan A. xylinum

13 6 (Arsatmojo 1996). Selain itu, pada penelitian ini digunakan bakteri A. xylinum karena bakteri tersebut telah banyak dipelajari dan dapat menghasilkan selulosa dalam jumlah relatif lebih banyak dibandingkan dengan bakteri lainnya (Tonouchi et al. 1995). Kondisi kultivasi yang digunakan adalah dengan kondisi diam karena selulosa yang dihasilkan akan memiliki kristalinitas dan derajat polimerisasi lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi kultivasi lainnya (Yoshinaga et al. 1997). Tingginya kristalinitas dan derajat polimerisasi ini disebabkan serat-serat fibril yang terbentuk lebih teratur karena tidak ada faktor luar yang memengaruhi seperti goncangan pada metode goyang atau pengadukan. Selain itu, pengkondisian media kultivasi pada p 4.5 bertujuan memperoleh jumlah selulosa lebih banyak, karena A. xylinum dapat bekerja optimal pada p 4 6 (Masaoka et al. 1993). Luas permukaan wadah kultivasi dapat pula memengaruhi jumlah selulosa yang terbentuk. Semakin luas permukaan wadah maka kontak antara media kultivasi dengan oksigen di udara lebih besar (Masaoka et al. 1993). Pembuatan CA Selulosa asetat yang didapat ketika supernatan hasil asetilasi disuspensikan ke dalam akuades berbentuk serpihan kasar seperti rumput laut. Setelah dikeringkan menjadi berwarna putih kecokelatan. Sebelum dilakukan proses asetilasi, BC yang didapat perlu dimurnikan, dikeringkan, dan digiling. Pemurnian dilakukan dengan NaO 1% yang telah dioptimalisasi oleh Arifin (2004) untuk membengkakkan struktur selulosa sehingga dapat membuka serat-serat selulosa dan meningkatkan aksesibilitas gugus O-nya terhadap pereaksi. Proses ini dinamakan merserisasi (Munk 1989). Proses pengeringan BC diperlukan karena pada proses asetilasi harus bebas-air untuk mencegah reversibilitas reaksi esterifikasi, dengan kadar air maksimum sebesar 4 7% (Yulianawati 2002). Kadar air yang didapat oleh Pasla (2006) dengan menggunakan metode yang sama dengan penelitian ini sebesar 7.65%. Kadar air yang masih lebih tinggi ini disebabkan proses pengeringan hanya dilakukan pada suhu kamar. al ini bertujuan mencegah terjadinya hornifikasi, yaitu deaktivasi selulosa akibat pengeringan di bawah sinar matahari dan oven sehingga menurunkan aksesibilitas selulosa (Arifin 2004). Penggilingan yang dilakukan sesudah itu bertujuan meningkatkan kecepatan reaksi esterifikasi dengan cara menaikkan luas permukaan BC. Proses asetilasi meliputi aktivasi, asetilasi, hidrolisis, dan pengendapan. Aktivasi juga bertujuan meningkatkan reaktivitas gugus O melalui perendaman BC yang telah dikeringkan dan digiling kedalam cuka pekat teknis dan asam asetat glasial. Perendaman ini bertujuan mengikat air yang masih terdapat dalam BC. Proses asetilasi BC yang telah diaktivasi dilakukan menggunakan anhidrida asam asetat dengan nisbah BC-anhidrida adalah 1:5 hasil optimalisasi Arifin (2004). Sebagai katalis, digunakan asam sulfat. Selain itu, jika digunakan pereaksi lain sebagai pengganti anhidrida asam asetat, misalnya asetil klorida tidak dianjurkan, karena kadangkala produk yang diperoleh bukan ester yang dikehendaki (Arifin 2004). idrolisis bertujuan menghentikan proses asetilasi. Kemudian pengendapan akan mengendapkan sisa selulosa yang tidak terasetilasi. Kelarutan CA dan PEG Selulosa asetat yang diperoleh pada penelitian ini larut dalam diklorometana. al ini menunjukkan bahwa CA yang didapat memiliki derajat substitusi yang setara dengan kadar asetil berkisar %. al ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasla (2006) dengan menggunakan metode yang sama. Adapun kadar asetil yang diperolehnya sebesar 42.99%. Konsentrasi CA dan PEG yang digunakan saat pelarutan dan pencetakan membran berturut-turut sebesar 14 dan 10%(b/v). Nilai ini diambil dari hasil optimalisasi Yulianawati (2002) dan Fadillah (2003). PEG dapat larut dalam air karena kepolarannya. Dalam diklorometana, PEG sesungguhnya tidak larut melainkan hanya tersuspensi dan berada di antara matriks CA yang larut dalam diklorometana. Jika CA dan PEG yang dilarutkan tidak homogen, akan terperangkap gelembung-gelembung udara pada larutan yang akan dicetak. al ini mengakibatkan proses pencetakan menjadi lebih sulit dan permukaan membran menjadi tidak rata. Membran CA Berporogen Membran yang diperoleh tampak seperti plastik, tidak transparan, dan memiliki permukaan yang halus. Ciri-ciri ini dapat dilihat pada Gambar 3.

14 7 kemampuan membran untuk melewatkan larutan umpan sehingga waktu alir permeat menjadi lebih lama. Fenomena ini ditunjukkan pada Gambar 4. Gambar 3 Membran CA berporogen. Membran CA berporogen yang dihasilkan dalam penelitian ini dibuat dengan metode pembalikan fase. Membran dicetak pada permukaan kaca yang kemudian ditarik menggunakan batang pengaduk sehingga ketebalan dari membran tersebut tidak rata pada setiap sisinya. Membran yang didapat dikeringkan pada suhu kamar, dan pelepasan membran dari permukaan kaca dilakukan dengan perendaman dalam air. Perendaman ini juga berfungsi melarutkan PEG yang berada di antara matriks CA yang akan meninggalkan bekas lubang berupa pori-pori pada membran. Nilai Fluks Air Pencirian fluks membran pada penelitian ini menggunakan akuades dengan alat saring coss-flow yang diberi variasi tekanan sebesar , , , dan bar (Lampiran 3). Nilai fluks yang diperoleh untuk keempat jenis tekanan tersebut dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah , , , L/m 2.jam. Dari nilai-nilai fluks tersebut dapat dikatakan bahwa membran CA yang diperoleh pada penelitian ini termasuk ke dalam kelompok mikrofiltrasi. al ini sesuai dengan Mulder (1996) bahwa membran mikrofiltrasi memiliki kisaran fluks lebih dari 50 L/m 2.jam. Laju alir akuades ini juga menunjukkan fenomena yang sama untuk setiap tekanan, yaitu semakin lama waktu proses laju alir, nilai fluks semakin menurun hingga tercapai kondisi tunak atau nilai yang stabil. al ini menunjukkan gejala fouling yang diduga dikarenakan akuades yang digunakan sebagai umpan mengandung partikel-partikel yang berukuran hampir sama atau lebih besar daripada ukuran pori-pori membran sehingga partikel tersebut akan menumpuk pada permukaan membran dan menghambat F l u k s ( L / m 2. j a m ) Waktu (menit) bar bar bar bar Gambar 4 Perbandingan antara fluks air membran CA dan waktu pada berbagai tekanan. al ini sesuai dengan Wenten (1999) bahwa fouling merupakan gejala yang disebabkan oleh deposisi dan akumulasi secara irreversibel dari partikel submikron pada permukaan membran atau kristalisasi secara presipitasi dari partikel berukuran kecil pada permukaan atau di dalam membran itu sendiri. Fluks air murni pada proses ultrafiltrasi atau mikrofiltrasi umumnya akan mengalami penurunan nilai fluks kurang dari 5% (Mulder 1996). Nilai fluks berbanding lurus terhadap tekanan: semakin tinggi tekanan, maka nilai fluksnya semakin bertambah. Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada nilai dan bar. Diduga pada tekanan tersebut telah terjadi peristiwa kompaksi. Kompaksi membran merupakan suatu perubahan mekanik pada struktur membran polimer yang terjadi akibat gaya dorong P. Akibatnya semakin tinggi tekanan yang dikenakan, maka kompaksi membran akan berlangsung lebih cepat (Mulder 1996). Ketika terjadi kompaksi, struktur CA menjadi lebih kompak dan poripori membran merapat sehingga menghasilkan penurunan nilai fluks, bahkan setelah relaksasi (dengan cara menurunkan tekanan pada proses). Nilai fluks tidak dapat kembali sebagaimana nilai awalnya, karena gejala kompaksi bersifat tidak dapat balik. al ini dapat dilihat pada Gambar 5.

15 8 F lu k s ( L /m 2.ja m ) Tekanan (bar) Gambar 5 ubungan antara fluks membran CA dan perubahan variasi tekanan. Nilai Fluks dan Rejeksi BSA Salah satu cara pencirian membran yang lainnya adalah nilai rejeksi. Prinsip kerjanya sama dengan fluks air, hanya saja larutan umpan yang digunakan berbeda, yaitu BSA dengan konsentrasi 200 ppm. Setiap 5 menit, permeat BSA diukur nilai fluks dan rejeksinya (%) menggunakan Spectronic 20D + pada panjang gelombang 520 nm dengan bantuan kurva standar BSA (Lampiran 4). Nilai fluks dan rejeksinya ditentukan pada tekanan bar. al ini didasarkan pada optimalisasi fluks air pada berbagai variasi tekanan, yang menghasilkan nilai fluks terbesar pada tekanan bar. Perbedaan nilai fluks dan rejeksi BSA setiap lima menit dapat dilihat pada Tabel 4. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa seiring bertambahnya waktu nilai fluksnya semakin menurun (Gambar 6a), sedangkan nilai rejeksinya cenderung stabil (Gambar 6b). Nilai rejeksi larutan BSA cenderung stabil meskipun nilai fluksnya turun. Gejala ini diduga disebabkan ukuran pori-pori membran yang lebih besar daripada ukuran partikel BSA dalam larutan umpan sehingga hanya sedikit partikel BSA yang dapat ditolak oleh membran. Tabel 4 Nilai fluks permeat BSA dan rejeksi (%) membran CA berporogen pada tekanan bar Waktu Fluks Rejeksi (menit) (L/m2.jam (%) % % % % % % F lu ks (L /m 2.jam ) indeks rejeksi (%) % 10.00% Waktu (menit) (a) 0.00% waktu (menit) (b) Gambar 6 ubungan antara nilai fluks dan waktu (a), nilai rejeksi dan waktu (b) pada tekanan bar. Perbandingan Nilai Fluks dan Rejeksi Membran CA Berporogen dengan Membran CA Tanpa Porogen Membran CA yang digunakan sebagai pembanding pada penelitian ini adalah yang dibuat dari BC limbah nanas, tetapi tanpa penambahan PEG (Pasla 2006). Grafik pada Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai rerata fluks air untuk membran CA berporogen yang selanjutnya dilambangkan dengan MCA1 lebih besar dibandingkan dengan nilai rerata fluks air membran CA tanpa porogen yang selanjutnya dilambangkan dengan MCA2. al ini disebabkan pada MCA1 terdapat pori-pori yang lebih besar dan lebih banyak dibandingkan dengan pori-pori pada MCA2 (Yang et al. 2001). Pengukuran fluks membran pembanding menunjukkan gejala yang sama terhadap fungsi waktu, yaitu semakin lama waktunya maka nilai fluks akan semakin menurun hingga tercapai nilai yang stabil pada keadaan tunak.

16 % F l u k s (L / m 2. j a m ) MCA1 MCA2 R e j e k s i ( % ) 60.00% 40.00% 20.00% MCA bar MCA bar F l u k s ( L / m 2. j a m ) Tekanan (bar) Gambar 7 Perbandingan nilai fluks air antara MCA1 dan MCA2. Perbandingan nilai fluks BSA untuk MCA1 dengan MCA2 (Gambar 8a) menunjukkan bahwa nilai fluks BSA MCA1 juga lebih besar daripada MCA2 meskipun nilai fluks keduanya semakin menurun. Di sisi lain, nilai rejeksi MCA2 semakin meningkat seiring bertambahnya waktu (Gambar 8b), sementara nilai rejeksi MCA1 cenderung stabil. Gejala ini disebabkan ukuran pori-pori MCA1 jauh lebih besar dibandingkan dengan MCA2 akibat penambahan PEG sebagai porogen. al ini menunjukkan meskipun terjadi peristiwa fouling pada MCA1, ukuran porinya diduga lebih besar dari ukuran partikel BSA. al ini mengakibatkan banyak partikel BSA pada larutan umpan yang melewati membran. MCA bar Waktu (menit) (a) MCA bar 0.00% Waktu (menit) (b) Gambar 8 Perbandingan antara nilai fluks BSA MCA1 dan MCA2 (a) serta nilai rejeksi antara BSA MCA1 dan MCA2 (b) pada tekanan optimum. Berdasarkan hasil perbandingan antara nilai fluks air, fluks BSA, dan rejeksi BSA, diketahui bahwa penambahan PEG memperbesar nilai fluks dan menurunkan nilai rejeksi membran CA. Upaya untuk mengatasinya antara lain dengan menambah konsentrasi CA atau memperkecil konsentrasi serta jenis PEG yang ditambahkan juga dapat memperkecil ukuran pori membran. al ini sesuai dengan pernyataan Mulder (1996) yang mengatakan bahwa konsentrasi polimer pembentuk membran sangat memengaruhi ciri membran yang terbentuk. Semakin tinggi konsentrasi polimer pembentuknya, membran yang dihasilkan semakin padat sehingga fluksnya membran akan semakin kecil. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Membran CA yang diperoleh pada penelitian ini memiliki fluks air yang optimal pada tekanan bar sebesar 1680,6494 L/m 2.jam. Nilai rerata fluks dan rejeksi BSA selama 30 menit pada tekanan bar masing masing sebesar L/m 2.jam dan 3.00%. dilihat dari nilai rerata fluks air dapat disimpulkan bahwa membran CA yang diperoleh termasuk membran mikrofiltrasi. Penambahan PEG sebagai porogen dapat membentuk pori-pori membran. al ini dapat dilihat nilai fluks membran CA tak

17 10 berporogen yang dibuat oleh Pasla (2006) lebih kecil dibandingkan membran CA berporogen pada penelitian ini. Saran Konsentrasi dan jenis PEG dalam pembuatan membran sebaiknya dibuat bervariasi agar diketahui efektivitas penyaringan dari membran yang dibuat. DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. tt. Processising routes to acetic anhydride. letters/perp/jun 04_N03S1.cfm. [27 April 2006]. Andriansyah M Sifat-sifat Membran yang Dibuat dari Sari Kulit Buah Nanas [Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor. Arsatmojo E Formulasi Pembuatan Nata de Pina [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Arifin B Optimasi Kondisi Asetilasi Selulosa Bakteri dari Nata de Coco [Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor. Baker RW Membrane Technology and Applications. Ed ke-2. London: J Wiley. [BPS] Produksi buah-buahan tropis Indonesia. [28 November 2005]. Brocks TD Membrane Filtration: A user s Guide and Reference Manual. Madison:Science Tech. Brown Jr RM. tt. Microbial cellulose: a new resource for wood, paper, textiles, food and specialty products. botany.utexas.edu/facstaff/facpages/mbro wn/position1. [29 april 2005]. Fadillah F Pengaruh Penambahan PEG terhadap Karakterisasi membran Selulosa Asetat [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Industri Institut Pertanian Bogor. Fengel G, Wegener G Wood: Chemistry, Ultrastructure, Reactions. Berlin: Walter de Gruyter. Geyer U. et al Formation, derivatization and applications of bacterial cellulose. Int J Biol Macromol 16: Immergut E Cellulose. Di dalam: Browning BL (ed). The Chemistry of Wood. New York: J Wiley. hlm: Kroschwitch JI Concise of Polymer Science and Engineering. New York: J Wiley. Krystynowicz, Bielecki S Biosynthesis of bacterial cellulose and its potential applications in the different industries. Polish Biotechnology. News. [ [27 November 2005]. Masaoka S, Ohe T, Sakota N Production of cellulose from glucose by Acetobacter xylinum. J Ferment Bioeng 75: Minneci P, Paulson D Molecularlybounded metal microfiltration membrane. [29 April 2005]. Morton JF Fruits of warm climates. ton/pineapple.html. [29 April 2006]. Mulder M Basic Principles of Membrane Technology. Netherland: Kluwer. Munk P Introduction to Macromolecular Science. Texas: J Wiley. Osada Y, Nakagawa T Membrane Science and Technology. New York: Marcel Dekker. Pasla FR Pencirian Membran Selulosa Asetat Berbahan Dasar Selulosa Bakteri dari Limbah Nanas [Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor.

18 11 Putri TPD Ciri Membran Selulosa Berpori dari Sari Kulit Nanas [Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor. Safriani Produksi Biopolymer Selulosa Asetat dari Nata de Soya [Tesis]. Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor. Scott K, ughes R Industrial Membrane Separation Technology. London: Blackie Academic and Professionals. Susanto T, Adhitia R, Yunianto Pembuatan Nata de Pina dari kulit nanas kajian dari sumber karbon dan pengenceran medium fermentasi. Teknologi Pertanian 1: Toyosaki et al Screening of bacterial cellulose producing Acetobacter strain suitable for agitated culture. J Biosci Biotech Biochem 59: Tresnawati A Kajian Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourrier dan Mikroskop Susuran Elektron Membran Selulosa Asetat dari Limbah Nanas [Skripsi]. Bogor: Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor. Wenten IG Teknologi Industrial Membran. Departemen Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung. Yang L, siao WW, Chen P Chitosancellulose composite membrane for affinity purifications of biopolymers and immunoadsorption. J Memb Sci 5084:1-13. Yoshinaga S, Tonouchi N, Watanabe K Reaserch progress in production of bacterial cellulose by aeration and agitation culture and its application as a new industrial material. J Biosci Biotech Biochem 6: Yulianawati N Kajian Pengaruh Nisbah Selulosa dengan Pereaksi Asetilasi dan Lama Asetilasi terhadap Produksi Selulosa dari Nata de Coco [Skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor

19 LAMPIRAN

20 Lampiran 1 Reaksi asetilasi CA ([Anonim] tt) 13

21 14 Lampiran 2 Diagram alir penelitian Pembuatan nata de pina Pemurnian selulosa Asetilasi Pembuatan membran CA berporogen Pencirian fluks dan rejeksi

22 Lampiran 3 Data fluks air pada berbagai variasi tekanan Waktu Waktu/ 50 ml P = bar P = bar P = bar P = bar Waktu/ Waktu/ Waktu/ Waktu/ Waktu/ Waktu/ Waktu/ 50 ml Fluks 50 ml 50 ml Fluks 50 ml 50 ml Fluks 50 ml 50 ml Fluks (menit) (detik) (jam) (L/m2.jam) (detik) (jam) (L/m2.jam) (detik) (jam) (L/m2.jam) (detik) (jam) (L/m2.jam) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,9181 rerata 1440,4770 rerata 1680,6494 rerata 1644,0310 rerata 1564,9771 Contoh perhitungan (menit ke-3) P = bar Fluks : V J = J = = Keterangan V = Volume (50 ml) At t = Waktu (menit) A = luas permukaan membran ( m 2 ) 15

23 16 Lampiran 4 Penentuan konsentrasi permeat BSA Data kurva standar BSA Konsentrasi %T Absorban Absorban (ppm) terkoreksi Diperoleh persamaan garis lurus dengan Y = -14, , X, dengan R = 98,83%, yang merupakan hubungan antara konsentrasi dengan absorban. Nilai absorban (Y) merupakan fungsi dari konsentrasi (X) Data % rejeksi BSA Waktu % T Absorban Absorban Konsentrasi Rejeksi (menit) terkoreksi permeat (%) (ppm) % % % % % % Contoh perhitungan (menit ke-5) absorban + 14, Konsentrasi permeat (ppm) = 4 1, C p % rejeksi = 1 100% C f , , = 4 = ppm = 1 100% 200 Keterangan Cp = Konsentrasi permeat (ppm) = 5.18% C f = Konsentrasi umpan (200 ppm) 4 4

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencirian Membran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pencirian Membran 5 disaring-vakum dan diperas sekuat-kuatnya kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang baru. Serbuk BC kemudian ditambahkan dengan larutan asam asetat glasial-h 2 SO 4 dengan nisbah 100:1 (10:0.1 ml) dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan September 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

PENCIRIAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR SELULOSA BAKTERI DARI LIMBAH NANAS FEBRI RUFIAN PASLA

PENCIRIAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR SELULOSA BAKTERI DARI LIMBAH NANAS FEBRI RUFIAN PASLA PENCIRIAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR SELULOSA BAKTERI DARI LIMBAH NANAS FEBRI RUFIAN PASLA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU SARI RACHMAWATI

KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU SARI RACHMAWATI KAJIAN MIKRSTRUKTUR MEMBRAN KMPSIT SELULSA ASETAT-PLISTIRENA BERBAAN DASAR LIMBA TAU SARI RACMAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BGR BGR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Sintesis selulosa bakterial dan isolasi nanokristalin selulosa bakterial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA

PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA JAKA RACHMADETIN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia Riset Material dan Makanan serta di Laboratorium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO

Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Pengaruh Medium Perendam...(Senny W dan Hartiwi D) PENGARUH MEDIUM PERENDAM TERHADAP SIFAT MEKANIK, MORFOLOGI, DAN KINERJA MEMBRAN NATA DE COCO Senny Widyaningsih, Hartiwi Diastuti Program Studi Kimia,

Lebih terperinci

KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOPI SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DENGAN PENAMBAHAN POLI(ETILENA GLIKOL)

KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOPI SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DENGAN PENAMBAHAN POLI(ETILENA GLIKOL) KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOPI SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DENGAN PENAMBAHAN POLI(ETILENA GLIKOL) NAZER VENTURA RENAISSANCE DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA

MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas Comocus) SEBAGAI FILTER DALAM TAHAPAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH SARUNG TENUN SAMARINDA CELLULOSE ACETATE MEMBRANE FROM PINEAPPLE CROWN (Ananas Comocus)

Lebih terperinci

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH

SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 1 ABSTRAK MUHAMAD ANDRIANSYAH.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT

PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT PENGGUNAAN KITOSAN UNTUK MENINGKATKAN PERMEABILITAS (FLUKS) DAN PERMSELEKTIVITAS (KOEFISIEN REJEKSI) MEMBRAN SELULOSA ASETAT Maria Erna 1, T Ariful Amri, Resti Yevira 2 1) Program Studi Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari bonggol nanas dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEMBRAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU

PENGARUH PENAMBAHAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEMBRAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU PENGARUH PENAMBAHAN POLISTIRENA TERHADAP SIFAT MEMBRAN SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU Jaka Rachmadetin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN, Komplek Puspiptek Serpong Telp. (021) 7562860

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia FMIPA Unila. B. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Pulp dari Serat Daun Nanas Pembuatan pulp dari serat daun nanas diawali dengan proses maserasi dalam akuades selama ±7 hari. Proses ini bertujuan untuk melunakkan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA

KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA KARAKTERISASI MEMBRAN SELULOSA BAKTERI Acetobacter xylinum HASIL FERMENTASI DAGING KULIT BUAH SEMANGKA R. Frenando 1, A. Dahliaty 2, A. Linggawati 3 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia Bidang Biokimia Jurusan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit pisang dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau. Nata yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Nata-de-coco Pada pembuatan nata-de-coco, digunakan air kelapa yang sebelumnya telah disaring dengan kain kasa untuk membersihkan air kelapa dari sisa-sisa kotoran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial Selulosa mikrobial kering yang digunakan pada penelitian ini berukuran 10 mesh dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOP SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI LIMBAH NANAS ASTIKA TRESNAWATI

KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOP SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI LIMBAH NANAS ASTIKA TRESNAWATI KAJIAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH TRANSFORMASI FOURIER DAN MIKROSKOP SUSURAN ELEKTRON MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI LIMBAH NANAS ASTIKA TRESNAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari kulit singkong dengan penggunaan sumber nitrogen alami dari ekstrak kacang hijau atau tauge. Nata yang

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Material selulosa bakteri adalah hasil proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri Acetobacter xylinum. Secara kimiawi, serat yang terkandung di dalam nata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

3 Metodologi Percobaan

3 Metodologi Percobaan 3 Metodologi Percobaan 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, FMIPA Institut Teknologi Bandung. Waktu penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red

Lebih terperinci

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum. NATA DE SOYA 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media cair

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada permukaan media

Lebih terperinci

Pengaruh Perbandingan Selulosa dan Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat dari Limbah Kertas

Pengaruh Perbandingan Selulosa dan Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat dari Limbah Kertas Pengaruh Perbandingan Selulosa dan Asam Asetat Glasial serta Jenis Pelarut pada Pembuatan Membran Selulosa Asetat dari Limbah Kertas Dena Natalia, Mahmudi, Neena Zakia Universitas Negeri Malang E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bagian pisang terluar yang tidak dapat dikonsumsi secara langsung sehingga kulit pisang menjadi limbah organik jika dibuang ke lingkungan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu membuat nata dari limbah cair tapioka dengan menggunakan sumber nitrogen alami dari ekstrak. Nata yang dihasilkan kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion G. Yosephani, A. Linggawati, Muhdarina, P. Helzayanti, H. Sophia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Departemen

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA MENGGUNAKAN POLI(ETILENA GLIKOL)-200 ROMI UTAMI SURGAYANI

PENINGKATAN MUTU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA MENGGUNAKAN POLI(ETILENA GLIKOL)-200 ROMI UTAMI SURGAYANI PENINGKATAN MUTU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA MENGGUNAKAN POLI(ETILENA GLIKOL)-200 ROMI UTAMI SURGAYANI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

PERILAKU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA (CA-PS) AKIBAT PENGARUH SUHU DAN SURFAKTAN NOVI INDRIANI

PERILAKU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA (CA-PS) AKIBAT PENGARUH SUHU DAN SURFAKTAN NOVI INDRIANI PERILAKU MEMBRAN KOMPOSIT NANOPORI SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA (CA-PS) AKIBAT PENGARUH SUHU DAN SURFAKTAN NOVI INDRIANI Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen

Lebih terperinci

SINTESIS DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN MIKROFILTRASI SELULOSA ASETAT DARI NATA DE COCO UNTUK PENYISIHAN KEKERUHAN PADA AIR ARTIFISIAL

SINTESIS DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN MIKROFILTRASI SELULOSA ASETAT DARI NATA DE COCO UNTUK PENYISIHAN KEKERUHAN PADA AIR ARTIFISIAL Sintesis dan Uji Kemampuan Membran Mikrofiltrasi Selulosa Asetat dari Nata De Coco untuk Penyisihan Kekeruhan Pada Air Artifisial (Muhammad Lindu) Akreditasi LIPI Nomor : 452/D/2010 Tanggal 6 Mei 2010

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Nanoteknologi sebagai arah teknologi dunia dimasa yang akan datang diciptakan dan digunakan dari bahan-bahan, material atau alat pada ukuran yang sangat kecil (nanometer). Bahan dengan atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1. BAB III METODOLOGI A. ALAT DAN BAHAN A.1. Alat yang digunakan : A.1.1 Alat yang diperlukan untuk pembuatan Nata de Citrullus, sebagai berikut: 1. Timbangan 7. Kertas koran 2. Saringan 8. Pengaduk 3. Panci

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Salah satunya adalah alpukat

Lebih terperinci

KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU SARI RACHMAWATI

KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU SARI RACHMAWATI KAJIAN MIKROSTRUKTUR MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT-POLISTIRENA BERBAAN DASAR LIMBA TAU SARI RACMAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pembuatan nata dari umbi ubi jalar ungu oleh bakteri Acetobacter xylinum ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 441-447, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 3 October 2014, Accepted 3 October 2014, Published online 10 October 2014 PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

2014 WAKTU OPTIMUM ISOLASI NANOKRISTALIN SELULOSA BAKTERIAL DARI LIMBAH KULIT NANAS

2014 WAKTU OPTIMUM ISOLASI NANOKRISTALIN SELULOSA BAKTERIAL DARI LIMBAH KULIT NANAS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Polimer bahan baku berbasis petroleum semakin hari semakin dibatasi penggunaannya disebabkan polimer berbahan baku petroleum bersifat tidak terbarukan, tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ). 3 Percobaan 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan yang digunakan untuk menyerap ion logam adalah zeolit alam yang diperoleh dari daerah Tasikmalaya, sedangkan ion logam yang diserap oleh zeolit adalah berasal

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH

SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH SIFAT-SIFAT MEMBRAN YANG TERBUAT DARI SARI KULIT BUAH NANAS MUHAMAD ANDRIANSYAH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 1 ABSTRAK MUHAMAD ANDRIANSYAH.

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan April sampai dengan bulan November 2011 di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu

Lebih terperinci

PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA JAKA RACHMADETIN

PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA JAKA RACHMADETIN PENCIRIAN MEMBRAN KOMPOSIT SELULOSA ASETAT BERBAHAN DASAR LIMBAH TAHU MENGGUNAKAN POLISTIRENA JAKA RACHMADETIN DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Penelitian ini sebagian besar dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO

PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO PEMANFAATAN BUAH TOMAT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN NATA DE TOMATO Rahardyan Dina Natalia(L2C307052) dan Sulvia Parjuningtyas(L2C307061) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jln.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria) HASIL DAN PEMBAHASAN Tahap 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon (Paraserianthes falcataria) Selulosa pulp kayu sengon yang digunakan pada penelitian ini berwarna putih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Maret sampai Desember 2013. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, FPMIPA UPI,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci