PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI NURJANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI NURJANAH"

Transkripsi

1 PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI NURJANAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 RINGKASAN NURJANAH. D Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing dengan Metode Granulasi Basah. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA Pembimbing Anggota : Sutriyo, M.Si., Apt Susu kambing memiliki kelebihan dibandingkan susu sapi, tetapi masih terbatas daya terimanya terutama adanya bau yang kurang disukai oleh konsumen yaitu bau khas goaty. Diversifikasi produk susu kambing dalam bentuk tablet hisap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan daya terima masyarakat terhadap susu kambing dan memberikan pilihan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi susu kambing. Tablet hisap merupakan sediaan padat dengan bahan dasar manis yang akan larut secara perlahan-lahan di mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari formulasi dan proses pembuatan tablet hisap susu kambing dengan metode granulasi basah. Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui karakteristik susu kambing segar dan susu kambing bubuk, serta untuk memperoleh formula terbaik tablet hisap susu kambing berdasarkan bahan pengikat yang berbeda dengan mempertimbangkan kekerasan tablet. Hasil penelitian pendahuluan diaplikasikan dalam penelitian utama dengan memberikan kombinasi bahan pemanis tambahan dan bahan pengisi. Produk akhir yang dihasilkan dianalisis berdasarkan sifat fisik (laju alir, kompresibilitas, kekerasan, keregasan, keseragaman bobot dan keseragaman ukuran), sifat kimia (kadar air, abu, lemak dan protein) dan organoleptik. Rancangan percobaan yang diterapkan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 4 taraf perlakuan formula bahan (Formula A, B, C dan D) dan tiga kali ulangan. Hasil uji sifat fisik, kimia dan mutu hedonik dianalisis dengan ANOVA. Jika berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk menganalisis penerimaan Panelis (uji hedonik) terhadap tablet hisap yang dihasilkan. Jika hasil analisis memberikan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan rangking yang dikembangkan oleh Gibbons. Hasil evaluasi terhadap granul dan tablet hisap susu kambing menunjukkan bahwa keempat formula tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap laju alir granul, kompresibilitas granul, kekerasan, keregasan, keseragaman bobot dan keseragaman ukuran tablet hisap. Analisis kimia menunjukkan keempat formula menghasilkan tablet hisap dengan kadar air, abu, lemak dan protein yang sama (P>0,05), tetapi kadar abu yang berbeda (P<0,05). Kadar abu formula A lebih rendah dari formula C dan D, tetapi tidak berbeda terhadap formula B. Hasil uji hedonik dan mutu hedonik menunjukkan bahwa keempat formula memberikan tingkat kesukaan yang sama terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum tablet hisap susu kambing dengan kisaran 3-3,95 yaitu netral sampai dengan suka. Tablet hisap yang dihasilkan berdasarkan penilaian panelis memiliki warna putih, agak beraroma goaty, tekstur halus dan rasa yang agak manis.

3 Hasil evaluasi terhadap granul dan tablet hisap susu kambing dari keempat formula sesuai dengan karakteristik tablet hisap yang baik serta memenuhi persyaratan tablet menurut Farmakope Indonesia dan Wells (1987). Hasil uji hedonik dan mutu hedonik menunjukkan bahwa tablet hisap disukai oleh panelis. Kata-kata kunci: susu kambing, tablet hisap, granulasi basah

4 ABSTRACT Goat Milk Lozenges Production by Wet Granulation Method Nurjanah, R. R. A. Maheswari, and Sutriyo Goat milk consumption is still on the low rate, because of the typically aroma (goaty). Lozenges of goat milk is kind of goat milk diversification product which is aimed to raise its consumption by people. This experiment was aimed to study the process of goat milk lozenge formulation and production by wet granulation method which is palatable by people. The products were analyzed upon its physical properties (such as flow rate, compressibility, hardness, crush-ability, size and weight uniformity), chemical properties (like moisture, ash, fat and protein rate) and organoleptical properties. Completely Randomized Design was used in this experiment with four level formulations and three replications. The result showed that physical and chemical properties had no significant effect on moisture, fat and protein rate of goat milk lozenge, except for ash rate. Ash rate was singnificantly affected by fourth formula. The ash rate of formula A had no significant different with formula B, but it had significant different with formula C and D. Palatability of panelists on colour, aroma, texture, taste and general appearence had no significant different. The goat milk lozenges had meet the Indonesian Pharmacopoeia s requirements and Wells (1987). Keywords: goat milk, lozenge, wet granulation

5 PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Oleh : Nurjanah D PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

6 Judul Nama NRP : PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH : Nurjanah : D Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II (Dr. Ir. Rarah R. A. Maheswari, DEA) NIP (Sutriyo, M.Si., Apt) NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Dr. Ir. Ronny Rachman Noor, M.Rur.Sc) NIP Tanggal lulus : 24 Januari 2006

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Februari 1983 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Enoh dan Ibu Tati. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Kotabatu VIII Bogor pada tahun , kemudian pendidikan dilanjutkan di SLTP Negeri 7 Bogor pada tahun dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun Penulis pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi Ternak (HIMAPROTER) sebagai staff pengurus Dairy Club pada tahun dan aktif dalam kegiatan olah raga Bola Voli Fakultas Peternakan. Selain itu penulis juga pernah mengikuti beberapa kegiatan, antara lain Panitia Kontes Ayam Pelung Tingkat Nasional pada tahun 2003 dan berbagai kegiatan kepanitiaan dalam kegiatan-kegiatan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor serta menjadi Ketua Tim Program Kreatifitas Mahasiswa dengan judul Pembuatan Tablet Hisap (Lozenges) Susu Kambing pada tahun 2005.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, taufik dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing dengan Metode Granulasi Basah. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasullullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman. Skripsi ini membahas mengenai pembuatan tablet hisap susu kambing dengan metode granulasi basah serta mengevaluasi karakteristik fisik, kimia dan organoleptik tablet hisap yang dihasilkannya. Susu kambing diyakini banyak orang memiliki khasiat bagi penderita penyakit degeneratif dan sangat potensial untuk memperbaiki nutrisi karena tidak memiliki masalah lactose intolerance disamping sebagai pangan alternatif untuk anak-anak. Sediaan padat dalam bentuk tablet hisap akan mengurangi bau khas goaty dan memperpanjang umur simpan, sehingga dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap susu kambing. Metode granulasi basah dipilih karena biasa digunakan dalam pembuatan tablet hisap untuk memperbaiki laju alir bahan yang kurang baik. Formulasi secara tepat dari bahanbahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap susu kambing akan menentukan kualitas tablet hisap yang dihasilkan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2005 dan dilaksanakan dibagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan IPB, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Formulasi Tablet, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia dan Lembaga Farmasi Angkatan Laut, Jakarta. Penulis berharap semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi dunia industri pengolahan hasil ternak perah, terutama untuk pengembangan dan diversifikasi olahan susu kambing. Kepada khalayak umum penulis sangat berharap bahwa konsumsi susu dapat terus ditingkatkan dengan memanfaatkan produk segar maupun olahan dari ternak perah lokal seperti kambing perah. Bogor, Januari 2006 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... i ABSTRACT... iii RIWAYAT HIDUP... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Perumusan Masalah... 2 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Susu Kambing dan Komposisi Kimia... 3 Tablet... 5 Bahan Pembantu Penyusun Tablet... 6 Pembuatan Tablet Tablet Hisap (Lozenges) Metode Pembuatan Tablet Hisap Cara Tuang Cara Kempa Penilaian Organoleptik METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Perlakuan Model Peubah Analisis Data Prosedur HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Komposisi Nutrisi Susu Kambing Segar Komposisi Nutrisi Susu Kambing Skim Bubuk Penentuan Bahan Pengikat Tablet Hisap Susu Kambing... 30

10 Penelitian Utama Evaluasi Granul Tablet Hisap Susu Kambing dengan Formula yang Berbeda Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing Komposisi Nutrisi Tablet Hisap Susu Kambing Penilaian Organoleptik Tablet Hisap Susu Kambing Uji Mutu Hedonik Uji Hedonik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 52

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perbandingan Komposisi Gizi Susu Kambing, Susu Sapi dan ASI per 100 g Jenis Tablet dan Penggunaannya Formula Tablet Hisap dengan Bahan Pengikat yang Berbeda Formula Tablet Hisap dengan Konsentrasi Pemanis yang Berbeda Kriteria Kompresibilitas Persentase Penyimpanan Bobot Rata-rata Hasil Analisis Komposisi Nutrisi Susu Kambing Segar Hasil Analisis Komposisi Nutrisi Susu Kambing Skim Bubuk Hasil Evaluasi Granul Tablet Hisap Susu Kambing Hasil Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing Nilai Rataan Analisis Kimia Tablet Hisap Susu Kambing Nilai Rataan Penilaian Mutu Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing Nilai Rataan Penilaian Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing... 43

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Alur Penelitian Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing Proses Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing dengan Metode Granulasi Basah... 21

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Evaluasi Tablet Hisap Susu Kambing dengan Bahan Pengikat yang Berbeda pada Penelitian Pendahuluan Grafik Keseragaman Bobot dari 20 Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Utama Data Hasil Pengukuran Keseragaman Ukuran Tebal Tablet Hisap Susu Kambing Data Hasil Pengukuran Keseragaman Ukuran Diameter Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan Sidik Ragam Nilai Bobot Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Bobot Tablet Hisap Susu Kambing pada Penelitian Pendahuluan Sidik Ragam Nilai Laju Alir Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Kompresibilitas Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Kekerasan Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Keregasan Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Bobot Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Tebal Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Diameter Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Kadar Air Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Nilai Kadar Abu Tablet Hisap Susu Kambing Hasil Uji Lanjut Duncan Multiple Range Test terhadap Kadar Abu Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Kadar Lemak Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Kadar Protein Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Warna Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Aroma Tablet Hisap Susu Kambing... 59

14 23. Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Tekstur Tablet Hisap Susu Kambing Sidik Ragam Uji Mutu Hedonik terhadap Rasa Tablet Hisap Susu Kambing Hasil Analisis Kruskal Wallis Warna Tablet Hisap Susu Kambing Hasil Analisis Kruskal Wallis Aroma Tablet Hisap Susu Kambing Hasil Analisis Kruskal Wallis Tekstur Tablet Hisap Susu Kambing Hasil Analisis Kruskal Wallis Rasa Tablet Hisap Susu Kambing Hasil Analisis Kruskal Wallis Penampakan Umum Tablet Hisap Susu Kambing Format Uji Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing Format Uji Mutu Hedonik Tablet Hisap Susu Kambing Foto (a) Granul dan (b) Tablet Hisap Susu Kambing Foto Bahan-Bahan Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing Foto Alat untuk Evaluasi Granul dan Evaluasi Tablet Hisap... 65

15 PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan hewani yang seimbang karena memiliki komponen-komponen gizi (lemak, vitamin, karbohidrat, protein) sehingga sangat diperlukan tubuh. Data statistik peternakan menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2003), menunjukkan bahwa konsumsi susu segar Indonesia jauh lebih tinggi ( ton) dibandingkan dengan produksi susu nasional ( ton). Konsumsi susu tersebut masih rendah dan belum merata pada seluruh masyarakat, yaitu 20 ml per kapita per hari (IDNC IDF, 2005). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia harus mengimpor susu ( ton) untuk memenuhi permintaan masyarakat. Pemanfaatan susu dari ternak perah lain, seperti kambing perah, perlu ditingkatkan untuk mengurangi ketergantungan impor susu dari negara lain sehingga diharapkan dapat menjaga devisa dalam negeri. Susu kambing diketahui memiliki kelebihan dibandingkan dengan susu sapi yaitu globula lemak susu kambing lebih kecil dan homogen, serta kandungan protein, karbohidrat, mineral, vitamin dan proporsi asam lemak rantai pendek dan rantai sedang yang lebih tinggi. Susu kambing diyakini banyak orang memiliki khasiat sebagai pangan alternatif pada anak-anak, penderita berbagai penyakit degeneratif dan sangat potensial untuk perbaikan nutrisi karena tidak memiliki masalah lactose intolerance. Banyak dari kalangan masyarakat dewasa ini mencari bentuk sediaan (dosis form) pangan yang mudah dikonsumsi, mudah dibawa dan dapat digunakan sewaktu-waktu. Susu dalam bentuk segar termasuk susu kambing memiliki umur simpan yang terbatas sehingga memerlukan alat pendingin untuk mempertahankan kualitasnya tetap baik. Upaya diversifikasi susu kambing salah satunya dengan pembuatan tablet hisap merupakan salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan, memberikan pilihan kepada masyarakat dalam mengkonsumsi susu kambing, aroma goaty sudah tidak terdapat lagi dan meningkatkan daya konsumsi masyarakat terhadap susu kambing. Pembuatan tablet hisap umumnya menggunakan metode granulasi basah untuk mengatasi kendala laju alir dan kompresibilitas yang kurang baik. Tablet hisap merupakan suatu sediaan tablet yang mengandung satu atau lebih bahan dengan

16 bahan dasar beraroma dan manis yang dapat memberi efek lokal pada mulut dan tenggorokan. Oleh karena tablet hisap berada lama dalam mulut, maka rasa merupakan faktor penting dalam memformulasi sediaan ini. Penggunaan pemanis merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap suatu produk. Pemanis yang digunakan pada formula tablet hisap susu kambing adalah aspartam, karena tidak menimbulkan rasa pahit setelah rasa manisnya serta aman dan banyak digunakan pada pemanis makanan karena tidak bersifat karsinogen. Penggunaan bahan pengisi sebagai contoh mannitol, sangat penting untuk menghasilkan bentuk tablet yang diinginkan. Formulasi secara tepat dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap susu kambing akan menentukan kualitas produk dan daya terima konsumen. Perumusan Masalah Rendahnya produksi susu sapi di Indonesia dibandingkan dengan tingkat konsumsinya yang lebih tinggi mengharuskan kita untuk mencari alternatif lain sebagai sumber penghasil susu, antara lain dengan memanfaatkan potensi ternak perah lain seperti kambing perah. Kendala kurang diterimanya susu kambing perah oleh konsumen karena baunya yang khas, menuntut kita untuk menghasilkan diversifikasi produk dari susu kambing yang dapat diterima konsumen, salah satunya dalam bentuk tablet hisap. Produk tablet hisap banyak dipilih karena penggunaannya yang praktis dan dapat dikonsumsi oleh semua konsumen. Kualitas tablet hisap sangat dipengaruhi oleh bahan tambahan yang digunakan seperti bahan pengikat, pemanis, pengisi dan pelincir. Penentuan formula yang sesuai dari bahan-bahan tersebut sangat diperlukan untuk menghasilkan tablet hisap susu kambing dengan kualitas fisik dan kimia yang baik sesuai ketentuan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Farmakope Indonesia dan diterima konsumen. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari formulasi dan proses pembuatan tablet hisap susu kambing dengan metode granulasi basah serta menganalisis karakteristik fisik, kimia dan daya terima konsumen.

17 TINJAUAN PUSTAKA Susu Kambing dan Komposisi Kimia Menurut Widodo (2003), susu adalah produk pangan kaya gizi dengan kandungan laktosa, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu sebagai produk pangan yang lengkap, sangat mudah mengalami kerusakan, khususnya akibat cemaran mikroba. Berbagai proses pengolahan susu dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyimpanan serta pengawetan susu. Proses pengolahan tersebut diantaranya melibatkan pemanasan sebagai contoh pada pembuatan susu bubuk, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi, fermentasi pada pembuatan yoghurt, kefir, serta masih banyak proses yang lainnya. Produksi susu sangat penting, sehingga di semua daerah berusaha untuk menggalakkannya (Devendra dan Burns, 1994). Kambing di negara tropis sebenarnya tidak pernah dipelihara khusus untuk diproduksi susunya. Kambing yang umum diambil susunya untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia adalah kambing Peranakan Etawah atau yang lebih dikenal dengan sebutan kambing PE. Menurut Prasetyo (1992), kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Kacang (lokal) dengan kambing Etawah atau Jamnapari (India). Kombinasi dari kedua bangsa ini akan menghasilkan kambing yang ukurannya lebih besar dari kambing Kacang dan memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan. Ciri-ciri spesifik kambing PE lebih kepada kambing Etawah asal India, seperti masih adanya glambir, muka cembung, serta telinganya panjang, lebar dan terkulai (Moeljanto dan Wiryanta, 2002). Produksi susu kambing PE berkisar dari 0,498-0,692 liter per ekor per hari dengan produksi tertinggi dicapai 0,868 liter (Triwulaningsih, 1986). Susu kambing, menurut Blakely dan Bade (1991), dibandingkan susu sapi, mempunyai perbedaan, antara lain (1) warnanya lebih putih, (2) globula lemak susu lebih kecil dan beremulsi dengan susu, (3) lemak susu kambing lebih mudah dicerna, (4) curd protein lebih lunak, (5) mengandung mineral yang lebih tinggi dan (6) susu kambing dapat diminum oleh orang yang alergi minum susu sapi dan orang-orang yang mengalami berbagai gangguan pencernaan. Komposisi gizi susu kambing dibandingkan dengan susu sapi dan susu manusia, dapat dilihat pada Tabel 1.

18 Tabel 1. Perbandingan Komposisi Gizi Susu Kambing, Susu Sapi dan ASI per 100 g Bahan Kambing Sapi ASI Air (g) 83-87,5 87,2 88,3 Karbohidrat (g) 4,6 4,7 6,9 Energi (Kkal) 67,0 66,0 69,1 Lemak (g) 4,0-7,3 3,7 4,4 Protein (g) 3,3 4,9 3,3 1,0 Ca (mg) P (mg) Fe (mg) 0,05 0,05 0,02 Vitamin A (IU) Thiamin (mg) 0,04 0,03 0,01 Rhiboflavin (mg) 0,14 0,17 0,04 Niasin (mg) 0,30 0,08 0,20 Vitamin B 12 (mg) 0,07 0,36 0,04 Sumber : Sutama (1997) Menurut Devendra dan Burns (1994), sebagai sumber kalori, kandungan protein susu kambing jauh lebih tinggi daripada susu manusia. Protein susu kambing berbeda dari susu manusia dalam proporsi dan jenis, tetapi profil asam amino total hampir serupa. Aliaga et al. (2003) menambahkan, kelarutan protein susu kambing yang lebih tinggi dibandingkan susu sapi menunjukkan bahwa kualitas susu kambing lebih baik. Susu sapi dapat digantikan dengan susu kambing karena terdapat beberapa orang yang tidak cocok dalam mengkonsumsi susu sapi sehingga menyebabkan alergi pada kulit yang sensitif (Marletta et al., 2004). Konsumsi susu kambing tidak menyebabkan alergi, karena dalam susu kambing memiliki lapisan penahan protein penyebab alergi dengan persentase yang tinggi. Protein yang berperan sebagai penyebab alergi yaitu β-laktoglobulin (Park, 1993). Lemak susu sangat menentukan flavor pada susu. Lemak susu yang terdapat pada susu kambing berukuran 2,03-3,20 μm dengan rata-rata 2,57 μm (Singh et al., 1982). Susu kambing melampaui susu sapi dalam asam lemak tidak jenuh tunggal,

19 asam lemak tidak jenuh jamak dan trigliserida rantai sedang, yang diketahui bermanfaat bagi kesehatan manusia khususnya kondisi kardiovaskuler. Susu kambing memiliki persentase rantai pendek yang tinggi diantaranya adalah asam lemak kaprat (10:0) (Barrionuevo et al., 2002). Komposisi asam lemak susu kambing dapat berubah karena perbedaan pola pemberian pakan (Haenlein, 2004). Susu kambing mengandung vitamin dalam jumlah memadai atau berlebih, kecuali vitamin C, D, piridoksin dan asam folat (Devendra dan Burns, 1994). Susu kambing tidak memiliki pigmen karoten dan hanya mengandung vitamin B6 dan B12 dalam jumlah kecil (Fehr dan Sauvant, 1980). Ditinjau dari kandungan mineralnya, susu kambing merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik dengan kandungannya yang melebihi kebutuhan bayi, tetapi tidak berpengaruh buruk. Jenness (1980) mengutip hasil kajian pada anak-anak umur 6-13 tahun yang diberi makanan dasar yang sama dan diberi tambahan 0,964 liter susu kambing atau susu sapi. Kedua kelompok tumbuh dengan sangat baik, tetapi anak yang diberi susu kambing mengungguli kelompok susu sapi dalam hal mineralisasi pertulangan, kandungan vitamin A dalam plasma darah serta kalsium serum, dan konsentrasi hemoglobin yang sedikit lebih tinggi (Devendra dan Burns, 1994). Susu kambing diyakini banyak orang memiliki khasiat menyembuhkan penyakit jaundie (sakit kuning), asma, lelah, eksim (penyakit kulit), migrain (sakit kepala), bronchitis, TBC, asam urat, impotensi dan darah tinggi (Tambing, 2004). Tablet Tablet berasal dari kata tabuletta yaitu piring pipih atau papan tipis. Beberapa Farmakope Indonesia dijumpai penandaan tablet sebagai kompresi (comprimere = dicetak bersama), juga sebagai komprimat yang menunjukkan cara pembuatannya. Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal yang dicetak dari serbuk kering, kristal atau granul dan umumnya dengan penambahan bahan pembantu. Pembuatannya menggunakan mesin yang sesuai dengan suatu tekanan tinggi (Voigt, 1994). Definisi tablet, menurut Farmakope Indonesia III adalah sediaan padat kompak, yang dibuat secara kempa, cetak, dalam bentuk tabung, pipih atau sirkuler, kedua permukaannya cembung atau rata, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi

20 sebagai zat pengisi, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah, atau zat lain yang cocok (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Sediaan tablet, menurut Lachman et al. (1994), memiliki beberapa keuntungan, yaitu (1) merupakan salah satu bentuk sediaan padat yang memberikan ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang cukup rendah, (2) biaya pembuatannya rendah, (3) mempunyai bentuk sediaan oral yang ringan dan kompak, (4) berupa bentuk sediaan yang mudah untuk dikemas serta dikirim, (5) pemberian tanda pengenal produk pada tablet mudah dan murah, (6) merupakan bentuk sediaan oral yang mudah untuk diproduksi secara besar-besaran, dan (7) memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik. Sediaan ini juga mempunyai beberapa kerugian yaitu (1) beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat jenis, (2) obat yang sukar dibasahkan dan lambat melarut sukar diformulasi dalam bentuk tablet dan (3) obat yang rasanya pahit, baunya tidak dapat dihilangkan, peka terhadap oksigen atau kelembaban udara memerlukan pengapsulan, penyelubungan atau penyalutan. Kebanyakan tablet digunakan pada pemberian obat-obat secara oral, dan kebanyakan dari tablet ini dibuat dengan penambahan zat warna, zat pemberi rasa dan lapisan-lapisan dalam berbagai jenis (Ansel, 1989). Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, cakram, juga bentuk seperti telur atau peluru. Panjang garis tengah tablet umumnya 5-17 mm, dengan bobot 0,1-1 g (Voigt, 1994). Tablet dapat berbeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancur dan aspek lainnya yang tergantung pada cara pemakaian dan metode pembuatannya. Jenis tablet dan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 2. Bahan Pembantu Penyusun Tablet Hampir semua tablet memerlukan zat tambahan untuk memperoleh sifat fisik dan mekanik sehingga mempermudah proses pembuatan tablet dengan kualitas yang baik. Menurut Voigt (1994), bahan pembantu sebaiknya meningkatkan sifat aliran dan kemampuan ikatan dalam pencetakan serbuk dan untuk mengarahkan kepada daya tahan pressling. Bahan pembantu tablet harus inert, tidak berbau, tidak berasa dan jika mungkin tidak berwarna. Tablet oral yang konvensional disamping berupa

21 zat aktif menurut Lachman et al. (1994), biasanya terdiri atas satu atau lebih zat-zat yang berfungsi sebagai : (1) pengisi, (2) pengikat, (3) penghancur dan (4) pelincir. Tabel 2. Jenis Tablet dan Penggunaannya Kelompok Resorpsi, kerja lokal Jenis tablet Tablet per oral Saluran pencernaan makanan Tablet (umum) Tablet kunyah Tablet berlapis banyak Tablet bersalut Tablet depo Tablet effervescent Tablet penukar ion Tablet perancah Tablet oral Rongga mulut ruang rahang, Tablet hisap Di bawah lidah Tablet sublingual Pada kantung pipi Tablet parental Pembuluh, otot, jaringan di bawah kulit Jaringan di bawah kulit Tablet untuk penggunaan luar Sumber : Voigt (1994) Permukaan tubuh dan Lubang-lubang tubuh Tablet bukal Tablet injeksi Tablet implantasi Tablet larut Tablet mata Tablet vaginal Tablet uretral Tablet dental Bahan Pengisi (Filler). Pengisi diperlukan bila formula tidak cukup untuk membuat bulk. Pengisi dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi, sehingga bahan dapat dikempa langsung atau untuk meningkatkan daya alir granul. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan pengisi antara lain harus non-toksis, tersedia dalam jumlah yang cukup (mudah didapatkan), murah, netral/inert, stabil secara fisik dan kimia, bebas dari mikroba, serta tidak mengganggu warna tablet (Lachman et al., 1994). Bahan pengisi juga dapat digunakan dengan tujuan untuk mencapai bobot tablet dan volume yang diinginkan. Beberapa bahan tambahan yang umum digunakan sebagai bahan pengisi untuk sediaan tablet antara lain : laktosa, sukrosa, dekstrosa, mannitol, sorbitol, pati dan kalsium karbonat (Bandelin, 1989). Mannitol telah lama digunakan dalam makanan dan produk obat-obatan. Mannitol sering digunakan dalam permen karet untuk mencegah gum merekat pada peralatan pengolahan dan pembungkus, karena sifatnya yang non-higroskopik.

22 Adakalanya mannitol digunakan sebagai platicizer yaitu untuk membantu memperbaiki tekstur yang lembut dari gum. Mannitol mempunyai titik leleh yang tinggi ( C), sering digunakan sebagai flavouring agent pelapisan cokelat, es krim, dan manisan. Fungsinya sebagai bahan pengisi dalam tablet sudah tidak diragukan lagi. Mannitol lebih terasa manfaatnya saat digunakan dalam tablet kunyah atau hisap, dengan intensitas kemanisannya 0,7 kali gula (Rohdiana, 2003). Bahan Pengikat (Binder). Kelompok bahan pembantu ini bertanggung jawab terhadap kekompakan dan daya tahan tablet melalui penyatuan bersama partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Kekompakan sebuah tablet dapat juga dipengaruhi oleh tekanan pencetakan (Voigt, 1994). Tipe dan konsentrasi bahan pengikat berpengaruh terhadap kekuatan intergranul, yang merupakan kekuatan pengikat antar granul. Peningkatan kekompakan masing-masing partikel akan terjadi dengan cara saling mengikat satu sama lain dari permukaan butir granulat yang bergerigi (Lieberman et al., 1989). Beberapa bahan tambahan yang umum digunakan sebagai bahan pengikat untuk sediaan tablet antara lain : akasia (2-5%), turunan selulosa (1-5%), gelatin (1-5%), gelatin-akasia (2-5%), glukosa (2-2,5%), polivinilpirolidon (2-5%), pasta amilum (1-5%), sukrosa (2-25%), sorbitol (2-10), tragakan (1-4%), dan Na Alginat (2-5%). Bahan Anti Lekat, Pelincir dan Pelicin (Antiadherent, Glidant dan Lubricant). Menurut Lachman et al. (1994), bahan-bahan ini biasanya memiliki fungsi yang tumpang tindih. Suatu bahan pelicin memiliki sifat-sifat pelincir dan anti lekat. Talk, amilum jagung, kalsium atau magnesium stearat, polietilen glikol, serta derivatderivat silika merupakan bahan pelicin yang baik. Bahan-bahan ini juga memiliki kemampuan yang baik sebagai pelumas dan pelincir. Routthauser et al. (1998) menambahkan, salah satu masalah utama dalam pembuatan tablet adalah pelincir. Pelincir yang paling efektif yang telah diketahui adalah garam-garam Mg dan Ca dari asam lemak seperti asam stearat. Perbedaan pelincir, anti lekat dan pelicin yaitu : suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat bertujuan mengurangi melengketnya bahan-bahan sehingga terbentuk granula pada permukaan punch atau dinding die. Pelicin ditujukan untuk

23 memperbaiki aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan diantara partikel-partikel. Bahan Pewarna. Penggunaan zat warna dalam tablet telah memberikan tiga keuntungan yaitu menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik. Larutan zat warna diserap pada suatu oksida yang dapat menarik air dan biasanya dipergunakan sebagai pewarnaan dalam bentuk serbuk kering. Zat warna yang larut dalam air, zat warna pastel biasanya memperlihatkan warna yang tidak merata. Bila digunakan pada granulasi basah, harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah pemudaran warna selama pengeringan. Pada tablet yang diwarnai, formulasi sebaiknya diperiksa untuk mencegah perubahan warna karena pengaruh cahaya (Banker dan Anderson, 1994). Bahan Pemberi Rasa. Menurut Lachman et al. ( 1994), zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang ditujukan untuk larut di dalam mulut. Umumnya, zat pemberi rasa yang larut di dalam air jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya kurang baik. Bahan Pemanis. Penggunaan pemanis dibatasi terutama pada tablet yang dikunyah untuk mengurangi penggunaan gula didalam tablet. Menurut Dewi (1986), karakteristik bahan pemanis ideal antara lain : (1) kemanisan minimal sama dengan sukrosa, (2) tidak berwarna, (3) dapat larut dalam air, (4) komposisinya stabil, (5) dapat dimetabolisme secara normal, (6) secara ekonomis layak, (7) tidak beracun, (8) tidak menimbulkan karies pada gigi, (9) tidak menambah kalori pada diet dan (10) memiliki sifat-sifat dan fungsi lain untuk makanan dan minuman. Dewasa ini dikenal beberapa jenis gula buatan yang lebih tepat dikenal sebagai bahan pemanis, karena mempunyai sifat lebih manis dari gula tetapi bukan karbohidrat dan tidak berkalori. Tujuan mula-mula pemakaian bahan pemanis secara umum adalah untuk memperbaiki flavour (rasa dan bau) bahan makanan, sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Kegunaan lain dari pemanis, yaitu dapat memperbaiki tekstur bahan makanan misalnya dengan meningkatkan kekentalan, menambah bobot rasa, meningkatkan mouth feel dan sebagainya. Aspartam merupakan senyawa metil ester dipeptida yang tersusun oleh aspartam amino dan pertama kali ditemukan tanpa sengaja oleh James Schlatter pada

24 tahun Aspartam terdiri atas asam-asam amino yang mengalami metabolisme dalam tubuh seperti halnya asam amino dari protein umumnya. Aspartam memiliki rasa manis dengan mutu yang serupa dengan kelompok gula alamiah dan tidak memiliki rasa ikutan yang biasa terdapat pada bahan pemanis buatan. Pembuatan Tablet Berdasarkan metode pembuatannya, tablet dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tablet cetak dan tablet kempa. Tablet cetak adalah tablet yang dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan. Tablet kempa adalah tablet yang dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul dengan menggunakan cetakan baja. Tablet cetak dibuat dari campuran bahan obat dan bahan pengisi, umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Tablet kempa menurut Farmakope Indonesia IV mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, lubrikan, bahkan warna dan lak (bahan warna yang diadsorpsikan pada aluminium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, juga pengaroma dan bahan pemanis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Tablet dapat dibuat dengan tiga cara, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung (Ansel, 1989). Metode Granulasi Basah. Metode granulasi basah adalah metode yang paling tua dan masih banyak dipakai. Metode ini digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak langsung, misalnya : karena sifat kohesif, sifat kompresibilitas, dan sifat aliran yang kurang baik sementara dosisnya besar, serta memerlukan penambahan pewarna dalam bentuk larutan sehingga dibutuhkan bahan pengikat. Menurut Lieberman et al. (1989), metode ini sering digunakan dalam pembuatan tablet konvensional. Bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan larutan pengikat, sehingga serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab. Serbuk tersebut dikeringkan menggunakan oven, setelah kering ukuran diperkecil dengan granulator atau pengayakan dan siap untuk dicetak. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dapat dibagi sebagai berikut (1) menghaluskan bahan aktif dan bahan tambahan (milling), (2) mencampur komponen formula tablet yang sudah dihaluskan (premixing), (3) membuat larutan pengikat/mucilago (binder), (4) menambahkan larutan pengikat pada campuran komponen formula tablet

25 (wetmixing), (5) mengayak massa basah dengan ayakan kasar ukuran 6-12 mesh (sifting 1), (6) mengeringkan granul basah (drying), (7) mengayak granul kering, (8) mencampur granul kering dengan fase luar (penghancur dan pelincir) (final mixing) dan (9) pencetakan tablet (compression). Metode Granulasi Kering. Menurut Voigt (1994), granulasi kering ditandai sebagai briketasi atau kompaktasi. Cara ini sangat tepat untuk pembuatan tablet zat-zat peka suhu atau bahan obat, yang tidak stabil dengan adanya air. Obat dan bahan pembantu dicetak lebih dulu, artinya mula-mula dibuat tablet yang cukup besar, yang massanya tidak ditetapkan. Menurut Ansel (1989), pada metode granulasi kering, granul dibentuk oleh pelembapan atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat, dengan cara memadatkan masa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya menjadi granul yang lebih kecil. Metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya masa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Langkah-langkah pembuatan tablet dengan metode granulasi kering dibagi sebagai berikut : (1) menghaluskan bahan aktif dan bahan tambahan, (2) mencampur komponen formula tablet yang sudah dihaluskan, (3) mencetak menjadi tablet besar dan keras (slugging), (4) pengayakan slugg menjadi granul, (5) mencampur granul dengan fase luar (penghancur dan pelincir ) dan (6) pencetakan tablet. Metode Cetak langsung. Cetak langsung merupakan proses pembuatan tablet dengan cara massa tablet dikempa secara langsung tanpa melalui proses granulasi basah maupun granulasi kering. Metode ini lebih ekonomis dan bisa digunakan pada obat yang peka terhadap kondisi lembab dan panas. Namun, hanya sedikit bahan obat yang dapat dicetak langsung tanpa penambahan bahan pembantu. Ketersediaan bahan pembantu baru atau modifikasi dari bahan pendukung yang ada khususnya bahan pengisi dan pengikat membuat cara cetak langsung harus lebih memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik (Ansel, 1989). Proses pencampuran merupakan salah satu proses penting dalam pembuatan tablet. Pencampuran berfungsi untuk memungkinkan tercapai homogenitas campuran dari semua bahan yang digunakan. Menurut Voigt (1994), prinsip dasar pencampuran terletak pada penyusupan partikel bahan yang satu diantara partikel bahan lainnya. Tingkat pencampuran tergantung pada lama pencampuran. Meskipun

26 demikian, pencampuran yang berlangsung lama tidak menjamin tercapainya homogenitas ideal yang dikehendaki, sebab proses pencampuran maupun proses pemisahan pada saat yang sama berlangsung secara kompetitif dan tetap. Penambahan larutan pengikat pada pembentukan granul terjadi dalam empat tahap yaitu tahap pendular, kapilar, funikular dan tetes. Penambahan larutan pengikat kedalam campuran harus disesuaikan sampai terbentuk massa yang konsistensinya dapat dikepal. Menurut Lachman et al. (1994), cairan mempunyai peranan yang penting pada proses granulasi. Jembatan cair terbentuk diantara partikel-partikel dan kekuatan daya rentang dan ikatan ini akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambah meningkat. Gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul serta kekuatannya. Cara yang paling mudah untuk menentukan titik akhir adalah dengan menekan massa pada telapak tangan, bila remuk dengan tekanan, maka campuran itu sudah siap untuk menjalani proses berikutnya yaitu pengayakan basah. Menurut Voigt (1994), pengeringan diartikan sebagai hilangnya air atau hilangnya pelarut organik. Tujuan pengeringan dapat dicapai apabila bahan berada pada kondisi yang sesuai yaitu pada luas permukaan yang tinggi sehingga bahan yang dikeringkan dalam bentuk lapisan yang tipis. Suhu pengeringan yang digunakan pada pengeringan granul adalah 40 C selama 2 jam. Pengeringan umumnya menjamin stabilitas zat menjadi lebih baik, karena dalam kondisi kering tidak terjadi reaksi penguraian secara kimia maupun mikrobiologi, tetapi apabila terjadi penguraian itu akan berlangsung lambat. Tablet Hisap (Lozenges) Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut. Tablet dibuat dengan cara tuang (dengan bahan dasar gelatin atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol) atau dengan cara kempa menggunakan bahan dasar gula. Tablet hisap tuang kadang-kadang disebut pastiles, tablet hisap kempa disebut troches. Menurut Farmakope Indonesia IV Tablet umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi mulut atau tenggorokan, tetapi dapat juga mengandung bahan aktif yang ditujukan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

27 Tablet ini dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang (Banker dan Anderson, 1994). Metode Pembuatan Tablet Hisap Cara Tuang Bahan dasar yang digunakan adalah gelatin atau sukrosa yang dilelehkan atau sorbitol. Bahan obat yang tahan panas dapat dibuat menjadi tablet hisap permen gula yang keras dengan mesin pembuat permen yang prosesnya berlangsung dalam keadaan hangat. Sirup wangi dengan konsentrasi tinggi umum digunakan sebagai bahan dasar, lalu dibentuk tablet hisap dengan mencetak dan mengeringkan. Tablet hisap dengan dasar kembang gula memiliki rasa yang manis dan penampilan menarik (Ansel 1989). Menurut Lieberman et al. (1989), proses pembuatan tablet hisap dengan bahan dasar kembang gula yang dileburkan, kriteria berikut harus diperhitungkan, yaitu : 1) temperatur yang tinggi ( C) untuk menghasilkan kadar air dan penyiapan kembang gula yang akan dileburkan; dan 2) diperlukan bahan yang khusus untuk pembuatan tablet hisap dengan metode ini. Peralatan untuk membuat tablet hisap dengan bahan dasar kembang gula yang dileburkan memerlukan peralatan seperti dalam pembuatan gula. Basis kembang gula ini paling banyak digunakan karena dapat bekerja melalui kontak langsung pada mukosa membran untuk pemakaian oral dengan melarutkan bahan obat secara perlahan ke dalam mulut (Lieberman, 1989). Cara Kempa Metode pengempaan merupakan metode alternatif bila salah satu kriteria untuk metode peleburan tidak terpenuhi, karena cara ini lebih sederhana pembuatannya. Tablet hisap yang dibuat dengan cara ini biasa disebut troches. Tablet hisap dengan metode pengempaan dapat disiapkan dengan cara granulasi basah maupun proses pencetakan langsung. Tablet dibuat dengan kompresi menggunakan mesin tablet berpunch besar dan datar. Mesin dijalankan pada derajat tekanan yang tinggi, untuk menghasilkan tablet hisap yang keras dari tablet biasa, sehingga perlahan-lahan akan larut dalam mulut (Ansel, 1989).

28 Penilaian Organoleptik Penilaian organoleptik atau penilaian sensorik merupakan metode penilaian yang sering digunakan karena dapat dilaksanakan secara cepat dan langsung. Penerapan penilaian organoleptik dalam praktek nyata disebut uji organoleptik yang dilakukan dengan prosedur tertentu. Sistem penilaian organoleptik telah dibakukan dan telah dijadikan alat penilaian dalam laboratorium. Penilaian organoleptik sering digunakan sebagai metoda dalam penelitian dan pengembangan produk pangan (Soekarto, 1981). Prosedur penilaian memerlukan pembakuan baik dalam cara penginderaan maupun dalam melakukan analisis data. Pada uji organoleptik, indera yang berperan dalam pengujian ialah indera penglihatan, penciuman, pencicipan, peraba dan pendengaran. Indera yang paling umum digunakan untuk penilaian penerimaaan suatu makanan yaitu pencicipan dan penglihatan, kemudian disusul perasa atau peraba. Selain itu untuk melakukan uji organoleptik diperlukan panelis (orang yang menjadi anggota panel). Panelis dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu panelis terbatas, panelis terlatih, panelis agak terlatih, panelis tidak terlatih dan panelis konsumen. Panelis dalam uji hedonik diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidak sukaan dan juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Berbeda dengan uji kesukaan, uji mutu hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik-buruk ini disebut kesan mutu hedonik (Soekarto, 1981).

29 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dari Juni sampai dengan Agustus Penelitian dilakukan dibagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Formulasi Tablet, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia dan Lembaga Farmasi Angkatan Laut, Jakarta. Materi Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu kambing PE beku yang diperoleh dari Daya Mitra Primata. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap adalah bahan pengisi (mannitol), bahan pengikat polivinilpirolidon (PVP), Hidroksipropil metilselulosa (HPMC), khitosan dan amilum, aquades, alkohol, Mg stearat dan talk yang diperoleh dari Laboratorium Farmasi Universitas Indonesia, aspartam dan asam asetat diperoleh dari toko kimia di wilayah Bogor. Bahan-bahan yang digunakan dalam pengujian sifat kimia adalah larutan NaOH 30%, HCl 0,01 N, H 2 SO 4 pekat 91-92%, batu didih, asam borat 2%, heksana, SeO 2, K 2 SO 4, CuSO 4. 5 H 2 O dan indikator phenolptalin Peralatan yang digunakan adalah panci, kompor listrik, sendok pengaduk, separator, eksikator, corong, kertas saring, labu erlenmeyer, centrifuge, buret, cawan, tanur listrik, alat penyuling, labu Kjedahl 100 ml, pipet, labu soxhlet, kapas bebas lemak, spray dryer merek Buche tipe B-190, mesin cetak tablet (Erweka), hardness tester (Erweka TBH 28), friability tester (Erweka TAR), oven, flowmeter (Erweke GDT), bulk density tester, timbangan analitik dengan ketelitian 0,001 g (EB-330H), jangka sorong, gelas piala dan ayakan (12 dan 20 mesh). Rancangan Perlakuan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan empat taraf perlakuan formula bahan (Formula A, B, C dan D) dan tiga kali ulangan.

30 Model Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini : Yij = μ + τi + εij Keterangan : Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke i dan ulangan ke j μ = nilai rataan umum τi = pengaruh formula ke-i ε = galat percobaan akibat pada ulangan ke-j dari perlakuan ke-i i = A, B, C dan D j = ulangan (1, 2 dan 3) Peubah Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sifat fisik, kimia dan organoleptik. Sifat fisik yang diuji meliputi evaluasi granul (laju alir dan kompresibilitas) dan evaluasi tablet (kekerasan, keregasan, keseragaman bobot dan keseragaman ukuran). Sifat kimia yang diuji terdiri atas kadar air, abu, lemak dan protein. Uji organoleptik meliputi uji mutu hedonik terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa. Uji hedonik dilakukan terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penampakan umum. Analisis Data Data sifat fisik, kimia dan organoleptik (uji mutu hedonik) yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance/ANOVA). Jika perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap peubah yang diukur, maka akan dilanjutkan dengan uji peringkat berganda Duncan (Duncan s Multiple Range Test) untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan tersebut (Steel dan Torrie, 1995). Uji hedonik dianalisis secara statistik non parametrik dengan uji Kruskal Wallis dan jika hasilnya berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji banding rataan ranking (Mean Comparison Rank Test) yang dikembangkan oleh Gibbons (1975). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : R i -R j < Z α [ Κ (Ν+1) /6 ] 0,5

31 Keterangan: R i R j Z α Ν = Rataan rangking pada perlakuan ke-i = Rataan rangking pada perlakuan ke-j = Nilai Z untuk pembanding lebih dari dua rata-rata (α=0,05 dan α=0,01) = Jumlah total pengamatan (jumlah panelis x jumlah sampel) K = Jumlah taraf dalam perlakuan (1, 2, 3 dan 4) Jika nilai R i -R j > Z α [ Κ (Ν+1) /6 ] 0,5, maka perlakuan R i dan R j dikatakan berbeda nyata pada taraf α. Z pada 0,05 = 1,64 Z pada 0,01 = 2,33 Prosedur Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (a) penentuan karakteristik kimia susu kambing segar, (b) penentuan karakteristik kimia susu skim bubuk dan (c) pembuatan produk untuk mendapatkan formula terpilih. Penelitian utama melakukan pembuatan produk berdasarkan formula terpilih yang diperoleh dari penelitian pendahuluan. Tujuan penelitian pendahuluan yaitu untuk memperoleh formula tablet hisap susu kambing terpilih berdasarkan bahan pengikat yang berbeda. Formula terbaik dinilai dengan mempertimbangkan kekerasan tablet yang dihasilkan. Penelitian utama bertujuan untuk mengaplikasikan formula terpilih dengan kombinasi pemanis tambahan dan bahan pengisi. Skema alur penelitian tablet hisap disajikan pada Gambar 1. Penelitian Pendahuluan Mutu bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap susu kambing sangat penting untuk menentukan mutu produk akhir yang dihasilkan. Mengacu pada metode penelitian yang dilakukan Said (2005), penelitian diawali dengan pengujian kualitas susu kambing segar meliputi kadar air, abu, lemak dan protein. Susu kambing selanjutnya dipanaskan sampai dengan suhu 40 C, diseparasi hingga diperoleh kadar lemak kurang dari 1%, kemudian susu kambing skim dikeringkan dengan spray draying.

32 Susu kambing segar Pemanasan pada suhu 40 C Analisis proksimat - kadar air - kadar abu - kadar lemak - kadar protein Separasi Spray Draying Susu bubuk Evaluasi granul - laju alir Formula 1, 2, 3 dan 4 Tablet Evaluasi tablet - kekerasan - keregasan - keseragaman bobot - keseragaman ukuran Formula terpilih (Formula 3) - mannitol (52; 51,96; 51,92 dan 51,88%) - aspartam (0; 0,02; 0,04 dan 0,06%) Susu bubuk Evaluasi granul - laju alir - kompresibilitas Formula 3 (Formula A, B, C dan D) Tablet hisap susu kambing Sifat fisik tablet (kekerasan, keregasan, keseragaman ukuran dan keseragaman bobot) Sifat kimia ( kadar air, abu, lemak dan prorein) Organoleptik (uji hedonik dan uji mutu hedonik) Gambar 1. Skema Alur Penelitian Pembuatan Tablet Hisap Susu Kambing

33 Susu kambing skim bubuk yang dihasilkan diuji kualitasnya meliputi : kadar air, abu, lemak dan protein. Susu bubuk yang telah dihasilkan selanjutnya digunakan sebagai bahan baku dalam formula untuk memperoleh formula yang terbaik berdasarkan perbedaan bahan pengikat. Massa tablet dicetak dengan mesin pencetak tablet dengan bobot tiap tablet 200 mg. Formula tablet hisap susu kambing dengan bahan pengikat yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Formula Tablet Hisap dengan Bahan Pengikat yang Berbeda Bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 -(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)- -(%)- -(mg)- Susu kambing Mannitol 25,98 51,96 25,98 51,96 25,98 51,96 25,98 51,96 Aspartam 0,02 0,04 0,02 0,04 0,02 0,04 0,02 0,04 Amilum Khitosan HPMC PVP Talk Mg Stearat Total Bahan Penyusun Tablet Hisap Susu Kambing. Komposisi setiap formula terdiri atas bahan aktif susu kambing skim bubuk, mannitol sebagai pengisi, aspartam sebagai pemanis tambahan, HPMC sebagai pengikat, talk dan Mg stearat sebagai pelicin (lubrikan), pelincir (glidan) dan anti lekat (antiadherent). Mannitol banyak digunakan sebagai pengisi karena mempunyai kompresibilitas yang baik, tidak bersifat higroskopis sehingga massa tablet yang agak lembab akibat bahan aktif susu bubuk skim tidak bertambah lembab, dan memiliki mouth feel yang enak. Mannitol selain berfungsi sebagai pengisi dapat juga berfungsi sebagai pemanis, walaupun tingkat kemanisan mannitol menurut Salminen et al. (1990), hanya 0,4-0,5 dari sukrosa. Aspartam dipilih sebagai pemanis karena mempunyai tingkat kemanisan yang tinggi, seperti yang diungkapkan Rohdiana (2004). Aspartam memiliki daya kemanisan kali lebih manis daripada gula tebu. Aspartam sangat disukai

PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI NURJANAH

PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI NURJANAH PEMBUATAN TABLET HISAP SUSU KAMBING DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI NURJANAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN NURJANAH. D14201039.

Lebih terperinci

FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT BERBAHAN BAKU YOGURT PROBIOTIK BUBUK DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI FITRIA HASANAH

FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT BERBAHAN BAKU YOGURT PROBIOTIK BUBUK DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI FITRIA HASANAH FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT BERBAHAN BAKU YOGURT PROBIOTIK BUBUK DENGAN METODE GRANULASI BASAH SKRIPSI FITRIA HASANAH PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, 35 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1, menggunakan metode kering pada kondisi khusus

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

METODE. Bahan dan Alat

METODE. Bahan dan Alat 22 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan September sampai November 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Makanan serta Laboratorium

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2011. Tempat pelaksanaan penelitian di enam laboratorium, yaitu Laboratorium Terpadu IPB, Nutrisi Ikan IPB, Biokimia Giz,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat popular di dunia. Teh dibuat dari pucuk daun muda tanaman teh. Berdasarkan pengolahannya, secara tradisional produk teh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan salah satu bentuk sediaan oral berupa sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi dalam industri farmasi sekarang ini, terutama di bidang sediaan solida termasuk sediaan tablet yang telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia), pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika, Departemen Farmasi FMIPA UI),

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT SUSU KAMBING DENGAN METODE G WLASI BASAH SKRIPSI RIZKI MEIRINA

PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT SUSU KAMBING DENGAN METODE G WLASI BASAH SKRIPSI RIZKI MEIRINA PEMBUATAN GRANUL EFFERVESCENT SUSU KAMBING DENGAN METODE G WLASI BASAH SKRIPSI RIZKI MEIRINA PROGRAM STUD1 TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RIZKI MEIRINA. D14201063.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar berwarna putih. Rendemen pati yang dihasilkan adalah sebesar 90,0%.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan 20 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pemanfaatan Susu Sapi,Susu Kerbau Dan Kombinasinya Untuk Optimalisasi Kadar Air, Kadar Lemak Dan Tekstur Keju Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis, ethanol, air, kelopak bunga rosella segar, madu dan flavor blackcurrant. Bahan kimia yang digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocotum Ruiz & Pav.) DENGAN PEMANIS SORBITOL-LAKTOSA-ASPARTAM Akhmad Jazuli, Yulias Ninik Windriyati, Sugiyono Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KERABANG TELUR SEBAGAI SUMBER KALSIUM SKRIPSI NUZUL WAHYUNI

KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KERABANG TELUR SEBAGAI SUMBER KALSIUM SKRIPSI NUZUL WAHYUNI KARAKTERISTIK KIMIA DAN ORGANOLEPTIK MINUMAN INSTAN MADU BUBUK DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KERABANG TELUR SEBAGAI SUMBER KALSIUM SKRIPSI NUZUL WAHYUNI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kulit pisang merupakan bahan buangan limbah buah pisang yang jumlahnya cukup banyak. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, kulit pisang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia. Rasanya enak, kandungan gizinya yang tinggi, mudah didapat dan

Lebih terperinci

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan

bahan tambahan yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat dicetak langsung. Pada pembuatan tablet diperlukan bahan BAB 1 PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang relatif lebih stabil secara fisika kimia dan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang sering dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Tablet dapat berbeda dalam ukuran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam hutan tropis Indonesia menyimpan beribu-ribu tumbuhan yang berkhasiat obat. Penggunaan obat-obat tradisional memiliki banyak keuntungan yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur

2.1.1 Keseragaman Ukuran Kekerasan Tablet Keregasan Tablet ( friability Keragaman Bobot Waktu Hancur PEMBUATAN GRANUL 1. Cara Basah Zat berkasiat,zat pengisi dan pengkancur dicampur baik bai,laludibasahi dengan larutan bahan pengikat,bila perlu ditambah bahan pewarna.setelah itu diayak menjadi granul,dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Semarang untuk analisis kadar protein, viskositas, dan sifat organoleptik.

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 13 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 hingga Mei 2012 bertempat di Laboratorium Analisis makanan, Laboratorium pengolahan pangan, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari.

efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan antiinflamasi lainnya. Dosis ibuprofen sebagai anti-inflamasi mg sehari. BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic. 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Amilum Biji Nangka Pada penelitian ini didahulu dengan membuat pati dari biji nangka. Nangka dikupas dan dicuci dengan air yang mengalir kemudian direndam larutan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian pembuatan es krim dengan penambahan ekstrak kulit buah naga super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun, resistensi pelelehan, total

Lebih terperinci

PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA

PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA Making Soursop (Annona muricata L.) Ice Cream and Product Economy Analysis Diajukan sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikum adalah obat yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna dalam menekan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Juni 2017 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan pektin kulit jeruk, pembuatan sherbet

Lebih terperinci

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan

Beberapa hal yang menentukan mutu tablet adalah kekerasan tablet dan waktu hancur tablet. Tablet yang diinginkan adalah tablet yang tidak rapuh dan BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini industri farmasi telah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan adanya kemajuan di bidang teknologi farmasi, khususnya dalam pembuatan sediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan IV. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan penelitian utama dilaksanakan bulan Maret Juni 2017 di Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2012. Cangkang kijing lokal dibawa ke Laboratorium, kemudian analisis kadar air, protein,

Lebih terperinci

PEMBUATAN EGG INSTANT DRINK DARI PUTIH TELUR DENGAN PENAMBAHAN EFEK EFFERVESCENT DAN CITA RASA LEMON

PEMBUATAN EGG INSTANT DRINK DARI PUTIH TELUR DENGAN PENAMBAHAN EFEK EFFERVESCENT DAN CITA RASA LEMON PKMI-3-5-1 PEMBUATAN EGG INSTANT DRINK DARI PUTIH TELUR DENGAN PENAMBAHAN EFEK EFFERVESCENT DAN CITA RASA LEMON Dwi Y Wardoyo, Diah R. Pamungkas, Niken K, Ratnasari, Henry P. Hartono PS Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji KLT Ekstrak Daun Sirih Hijau Uji KLT dilakukan sebagai parameter spesifik yaitu untuk melihat apakah ekstrak kering daun sirih yang diperoleh dari PT. Industry

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen, Departemen Pertanian, Cimanggu, Bogor. Waktu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses dan Pengolahan Pangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gunung Kidul, Yogyakarta; Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis-jenis sediaan obat yang ada di pasaran, tablet merupakan bentuk sediaan yang paling

Lebih terperinci

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Tablet Khusus Tablet Khusus (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP) Disusun oleh : Dicky Wisnu Ariandi (21081012) Dwi Adiguna (21081014) Indri Nugraha (21081020) Irvan Akhmad Fauzi (21081022)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Dari jenis sediaan obat yang ada, tablet dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein, 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu adalah bahan makanan yang memiliki peran penting bagi manusia karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein, lemak, karbohidrat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Es Krim Es krim merupakan produk susu beku yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki gizi tinggi dan banyak dikembangkan dari berbagai bahan alternatif (Aboulfalzli

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai 7 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 06 sampai dengan bulan Januari 07 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh: HENI SUSILOWATI K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN EXPLOTAB SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh: HENI SUSILOWATI K100 040 020

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR

FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI PENGHANCUR As-Syifaa Vol 08 (02) : Hal. 64-74, Desember 2016 ISSN : 2085-4714 FORMULASI TABLET PARACETAMOL SECARA KEMPA LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KONSENTRASI AMILUM UBI JALAR (Ipomea batatas Lamk.) SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daun sirih sudah sejak dulu digunakan masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional. Tanaman sirih (Piper bettle L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan sangat digemari terutama oleh anak-anak, karena es lilin memiliki warna yang menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tablet merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan, karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) ketepatan dosis, 2) mudah cara pemakaiannya,

Lebih terperinci

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013

KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 KETOKONAZOL TABLET PREFORMULASI DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 (SATU) C S1 FARMASI 2013 Rancangan formula R/ Ketokenazol PVP Amilum Sagu pregelatinasi Avicel ph 102 Tween 80 Magnesium Stearat Talk HOME 200 mg

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Universitas Katholik Soegiyapranata untuk analisis fisik (ph) dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu kambing menurut hasil penelitian dalam Sodiq dan Abidin (2008) mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing dapat dikonsumsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Kuesioner Penelitian LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA Berikut ini akan disajikan beberapa pertanyaan mengenai susu UHT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan (April 2009 Juni 2009) di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Laboratorium pengolahan pangan Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun sirih hijau (Piper betle, L) diperoleh dari PT. Borobudur Natural Herbal Industry,

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 24 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen di bidang Teknologi Pangan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat pembuatan cake rumput laut dan mutu organoleptik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan. B. Tempat Dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat pembuatan

Lebih terperinci

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar. pengertian Bahan Pangan Hewani dan Nabati dan pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Kimia Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata

TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata TABLET/OT 2015 Sediaan tablet adalah Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau serkuler, kedua permukaanya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya I PENDAHULUAN Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya dibutuhkan penulisan laporan mengenai penelitian tersebut. Sebuah laporan tugas akhir biasanya berisi beberapa hal yang meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Tablet merupakan sediaan obat yang paling banyak digunakan di masyarakat. Sediaan Tablet merupakan bentuk sediaan solid mengandung bahan obat (zat aktif)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg. PEMBAHASAN TABLET Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin. Sebelum pencetakan, yang dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rempah basah (bawang putih, bawang merah, lengkuas, kunyit, dan jahe) serta rempah kering (kemiri, merica,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2010 di Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degeneratif yang termasuk didalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Diabetes mellitus merupakan suatu jenis

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C) KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C) SKRIPSI HENDRIA FIRDAUS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci