BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anjing merupakan hasil penjinakan Canis lupus familiaris. Anjing pernah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anjing merupakan hasil penjinakan Canis lupus familiaris. Anjing pernah"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anjing Anjing merupakan hasil penjinakan Canis lupus familiaris. Anjing pernah diklasifikasikan sebagai Canis familiaris Linnaeus di tahun Pada tahun 1993 Lembaga Smithsonian dan Asosiasi Ahli Mamalia Amerika menetapkan anjing sebagai subspesies srigala abu-abu, Canis lupus. Menurut penelitian ilmiah dan bukti lapangan, anjing dianggap mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi. Tingkat kecerdasan anjing tergantung pada ras masing-masing anjing secara individu. Anjing memiliki kelebihan pada indra penciuman, pendengaran, dan penglihatan. Indra terpenting seekor anjing adalah penciuman yang sangat sensitif dibandingkan hewan lainnya. Anjing mampu membedakan jenis bau. Telinga anjing sangat peka terhadap bunyi atau suara. Anjing bisa mendengar suara dengan frekuensi rendah yaitu 16 hingga 20 Hz. Frekuensi tinggi yang mampu ditangkap oleh pendengaran anjing yaitu 70 khz hingga 100 khz. Daya penglihatan anjing mempunyai sudut penglihatan sebesar (Dharmawan, 2009). 2.2 Struktur Anatomi dan Histologi Kelenjar Mammae Kelenjar mammae adalah modifikasi kelenjar kulit yang dilengkapi dengan puting susu dan menghasilkan air susu untuk makanan anak. Kelenjar mammae terdiri dari sel-sel yang selalu membelah untuk menghasilkan susu, terutama selama masa laktasi. Parenkim atau sel yang akan mensekresikan susu dari kelenjar mammae berkembang dari sel epithelia berasal dari primary mammary 5

2 6 cord. Perkembangan kelenjar mammae juga dipengaruhi oleh hormon. Hormon yang berhubungan dengan perkembangan kelenjar mammae adalah hormon estrogen. Hormon ini dihasilkan oleh ovarium dan juga sedikit dihasilkan oleh uterus (Cunningham, 2002). Secara histologi, kelenjar mammae terdiri dari beberapa bagian, antara lain fibroblast, jaringan ikat, lobus, alveolus dan duktus. Sel-sel penyusun lobus adalah sel kuboid selapis (kuboid simplek), terdiri dari saluran pucuk berdinding epithel pipih bersusun yang sama dengan struktur epidermis kulit, dan berwarna putih berkilauan. Dibawah epithel terdapat serabutserabut otot sirkuler dan longitudinal, yang sirkuler membentuk sphincter puting. Cisterne puting dibatasi oleh suatu epithel berlapis dua, lapisan luar terdiri dari sel-sel kolumnar, sedangkan sel-sel cuboidal membentuk lapisan dasar. Epithel ini berwarna kuning dan sangat kontras dengan epithel berwarna putih pada saluran pucuk. Lapisan lain adalah membrana basalis, tunika propria, otot-otot longitudinal dan sirkuler serta jaringan ikat. Penampung tengah dinding puting disebut corpus cavernosum karena banyaknya pembuluh-pembuluh darah dan lymphe (Toelihere, 1985). Struktur saluran mammae sama dengan dinding cisterne kelenjar. Dari lumen keluar ditemukan epithel dua lapis, selapis myoepithel yang longitudinal, dan satu membrana basalis. Arteri dan vena ditemukan di dalam tunica propria dari saluran-saluran besar, akan tetapi tidak banyak ditemukan kapiler-kapiler karena aktivitas sekretoris tidak ada. Makin jauh dari cisterna kelenjar makin sedikit jaringan otot dan makin banyak jaringan ikat. Suatu saluran terminal membesar untuk membentuk alveolus dan kedua-duanya berdinding satu lapis sel-

3 7 sel epithel. Alveoli merupakan satuan sekretoris mammae dilapisi oleh satu baris tunggal sel-sel epithel. Sel-sel epithel berbentuk kuboidal atau kolumner, tergantung pada jumlah produk sekretoris yang berakumulasi. Sel-sel myoepithel, sel-sel dengan penonjolan-penonjolan bercabang dan tidak teratur, mengelilingi lapisan epithel alveoli, dan mempunyai daya kontraksi. Di sekeliling alveoli terdapat jaringan penunjang (stroma) halus, longgar dan kaya akan kapiler-kapiler (Toelihere, 1985). Sekelompok alveoli dan saluran-salurannya membentuk satu lobulus. Saluran-saluran terminal bersatu membentuk ductus intralobuler yang bermuara ke suatu ruangan penampung intralobuler. Setiap lobulus diselubungi oleh selapis jaringan ikat (septum), dimana ruangan penampung air susu intralobuler bersatu dengan septum, menyempit dan berjalan terus untuk menjadi suatu ductus interlobuler. Sekelompok lobuli dikelilingi oleh suatu septum yang lebih lebar untuk membentuk satu lobus. Saluran-saluran interlobuler bermuara ke dalam suatu ruangan penampungan susu interlobuler yang bersambung sebagai saluran intralobuler (saluran di dalam satu lobus) sewaktu melewati septum. Saluran ini bersambung ke septa interlober jaringan ikat dan disebut saluran interlober. Sejumlah saluran interlober bersatu membentuk suatu ruangan penampungan susu, saluran-saluran dari ruangan ini membentuk galactophore yang bermuara ke cisterne kelenjar. Jaringan ikat mammae disebut stroma dan berwarna putih, sedangkan jaringan sekretoris berwarna oranye dan disebut parenkim (Toelihere, 1985).

4 8 Gambar 2.1. Histologi Kelenjar Mammae pada Anjing. Sumber : The University of Nottingham (2012). 2.3 Tumor Mammae pada Anjing Secara harfiah neoplasia berarti pertumbuhan baru, abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasia berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal. Namun, ketika sel-sel yang normal mengalami perubahan neoplastik, sel-sel tersebut memperoleh derajat otonomi tertentu untuk tumbuh dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi (Wilson, 2006). Sel-sel yang membentuk sebuah neoplasma berasal dari sel-sel yang telah ada dalam tubuh dan biasanya sel-sel ini serupa. Tetapi sering juga sel neoplasma tidak sama dengan sel dewasa yang normal dari mana mereka berasal, walaupun dari sel-selnya sendiri tetapi biasanya akan mengambil bentuk menyerupai jaringan asalnya (Berata et al, 2011). Proses dasar yang sering terdapat pada semua neoplasia adalah perubahan gen yang disebabkan oleh mutasi pada sel somatik. Perubahan ini dapat terjadi karena adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi DNA dalam sel. Sel akan

5 9 menjadi normal kembali apabila kerusakan pada susunan DNA di dalam sel dapat diperbaiki, akan tetapi apabila kerusakan susunan DNA tersebut tidak dapat diperbaiki maka sel tersebut akan mengalami perubahan yang pada akhirnya akan membentuk neoplasma. Karsinogen merupakan salah satu agen yang mengandung mutagenik (agen yang mampu menyebabkan mutasi gen) sehingga karsinogen dapat menginduksi pertumbuhan neoplasia (Wilson, 2006). Neoplasma tidak mempunyai ukuran, bentuk, warna atau konsistensi tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi variasi neoplasma adalah lokasi, jenis neoplasma, suplai darah, kecepatan pertumbuhan dan lamanya neoplasma. Variasinya secara makroskopis bisa bundar, elips, atau multi lobuler. Neoplasma yang lambat tumbuhnya biasanya bundar dan batasnya tampak jelas dengan jaringan sekitar. Sedangkan neoplasma yang tumbuhnya cepat mempunyai bentuk tidak teratur dan multi lobuler. Warna dari neoplasma biasanya putih keabuabuan, dengan tepi yang dapat berwarna kuning merah, coklat hingga hitam. Bagian nekrosa dalam neoplasma kelihatan putih atau kuning. Tumor yang terdiri atas lemak yang diwarnai dengan lipochrome berwarna kuning, sedangkan neoplasma dengan pendarahan berwarna merah jambu atau merah tergantung dari banyaknya sel darah merah. Adanya melanin akan memberikan jaringan neoplasma berwarna abu-abu kehitaman. Konsistensi dari neoplasma berubahubah menurut jenis jaringan yang mengalami neoplasma (Berata et al, 2011). Tumor ada yang bersifat jinak (benign) dan ada yang bersifat ganas (malignant) (Spector dan Spector, 1993). Tumor jinak hanya bersifat lokal, sel yang berproliferasi cenderung bersifat kohesif sehingga saat massa neoplastik

6 10 tersebut mengalami perluasan secara sentrifugal akan terlihat batas yang nyata. Tumor jinak memiliki kapsul jaringan ikat yang membatasi tumor dengan jaringan sekitarnya. Pertumbuhan tumor jinak cukup lambat dan bahkan beberapa tumor tidak terlihat berubah ukurannya (Wilson, 2006). Tumor ganas tumbuh lebih cepat dan bersifat progresif jika tidak dibuang. Sel tumor ini juga tidak memiliki sifat kohesif sehingga pola penyebaran sel tumor ini sangat tidak beraturan. Pertumbuhan sel tumor ganas didahului oleh proliferasi sel non neoplastik di dalam epithelium asalnya. Proliferasi ini tidak neoplastik karena pertumbuhannya bersifat reversibel. Bila sel dengan pertumbuhan non neoplastik ini memiliki pertumbuhan tidak teratur, maka proses pertumbuhan ini disebut dengan displasia (Berata et al, 2011). Sel tumor ganas yang berproliferasi dapat melepaskan diri dari tumor induk dan masuk ke sirkulasi untuk menyebar ke tempat lain (metastase) (Wilson, 2006). Tumor jinak atau tumor ganas dapat dibedakan dengan melihat kemampuan sel tumor dalam menginvasi jaringan normal dan kemampuan bermetastasis. Tumor jinak sama sekali tidak dapat menginvasi jaringan normal dan tidak memiliki kemampuan bermetastasis (Wilson, 2006). Perbedaan tumor jinak dan tumor ganas antara lain tumor jinak memiliki pertumbuhan yang lambat, tidak menginfiltrasi jaringan lain, menyerupai jaringan asal, ukuran dan bentuk sel normal, tidak bermetastase dan hanya membunuh inang jika memasuki organ vital. Tumor ganas memiliki sifat pertumbuhan cepat, menginfiltrasi jaringan lain, berbeda dengan jaringan asal, bermetastase, ukuran dan bentuk sel abnormal dan selalu membunuh inang jika tidak ditangani (Spector dan Spector, 1993).

7 11 Secara umum untuk membedakan neoplasia jinak dan ganas dapat dilihat dari diferensiasi dan anaplasia, laju pertumbuhan, invasi lokal dan metastase (penyebaran sel tumor ke tempat lain). Diferensiasi menunjukkan perluasan selsel parenkim yang menyerupai sel-sel normal yang ditirunya. Neoplasia jinak biasanya berdiferensiasi baik, sedangkan neoplasia ganas dapat berdiferensiasi baik sampai tidak berdiferensiasi (anaplasia-menyerupai sel-sel embrionik) (Wilson, 2006). Sel-sel neoplasia memiliki karakteristik seperti, sel neoplasia tidak mematuhi batas pertumbuhan sel yang normal, sel neoplasia kurang melekat satu sama lain dan beberapa neoplasia memiliki sifat angiogenik (dapat membentuk pembuluh darah baru) sehingga banyak pembuluh darah baru yang tumbuh ke dalam jaringan neoplasia (Spector dan Spector, 1993). Secara histologi ada dua ciri utama sel neoplasia, yaitu abnormalitas arsitektural dan abnormalitas sitologis. Abnormalitas arsitektural menunjukkan penurunan kemampuan membentuk struktur normal, sedangkan abormalitas sitologis yaitu berupa peningkatan nisbah ukuran inti dan sitoplasma (nucleus/sitoplasma rate) dan penambahan jumlah kromatin dalam inti sel serta apabila terwarnai menjadi lebih gelap dibandingkan dengan pewarnaan pada sel normal. Di samping itu, yang menjadi abnormalitas sitologis adalah adanya variasi besar dalam ukuran dan bentuk yang aneh diantara sel-sel tumor malignant, misalnya sel-sel raksasa berinti banyak yang tidak teratur atau berinti tunggal dengan jumlah kromosom yang meningkat (Spector dan Spector, 1993).

8 12 Ketika sejumlah sel pada jaringan kelenjar mammae tumbuh dan berkembang dengan tidak terkendali, inilah yang disebut dengan tumor mammae. Setiap jenis jaringan pada mammae dapat membentuk tumor, namun tumor mammae biasanya berasal dari sel epithel saluran (ductus) atau alveol (lobus) kelenjar mammae (Madewell dan Theilen, 1987). Tumor mammae sangat sering terjadi pada anjing betina, namun jarang terjadi pada anjing jantan. Menurut Madewell dan Theilen (1987) sekitar 25% sampai 50% dari seluruh kejadian tumor yang terjadi pada anjing betina adalah tumor mammae. Kucing yang diovariektomi sebelum berumur 1 tahun beresiko terserang tumor sebesar 0,6%, sedangkan pada anjing sebesar 0,5%. Pada anjing yang diovariektomi setelah estrus pertama beresiko terserang tumor 8%. Tumor mammae terjadi pada betina yang belum disterilisasi dengan resiko 99%. Penyebab neoplasia kelenjar mammae belum diketahui dengan pasti walaupun banyak yang berkaitan dengan hormon (Fossum, 2002). Penyebab terjadinya kanker sangat kompleks. Resiko terhadap kanker berkaitan dengan paparan karsinogen dan faktor individu. Secara umum, faktor penyebab kanker dibagi menjadi dua, yaitu penyebab ekstrinsik dan intrinsik. Yang termasuk penyebab ekstrinsik, yaitu virus, unsur fisik (lingkungan) dan bahan-bahan kimia tertentu (Madewell dan Theilen, 1987). Menurut Madewell dan Theilen (1987), fisiologi endokrin memiliki peranan penting dalam perkembangan tumor mammae. Pada anjing betina yang telah steril, resiko kejadian tumor mammae hanya 12%. Pada anjing betina yang telah diovariektomi sebelum estrus, persentase kejadian tumor sekitar 0,5%. Nilai

9 13 ini meningkat menjadi 8% jika ovariektomi dilakukan setelah siklus estrus pertama dan menjadi 26% jika ovariektomi dilakukan setelah siklus estrus kedua. Penyuntikan progesteron berhubungan dengan perkembangan malignant mammary tumor pada kucing dan benign tumor pada anjing (Fossum, 2002). Simeonov dan Stoikov (2006) melaporkan bahwa jumlah kasus tumor mammae, 81% merupakan tumor mammae ganas, dan hanya 19% yang merupakan tumor mammae jinak. Faktor-faktor endokrin memiliki pengaruh besar dalam kejadian tumor karena hormon menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada kelenjar mammae (Noreika et al, 1998). 2.4 Penyebaran Tumor Mammae Tumor kelenjar mammae adalah tumor yang paling sering terjadi pada anjing betina (Kitchell dan Loar, 1997; Morrison, 1998; Misdorp, 2002; Davidson, 2003). Mekanisme penyebaran sel-sel neoplasma ke bagian tubuh yang lain yaitu dengan cara infiltrasi, implantasi, dan metastase. Infiltrasi merupakan mekanisme yang paling umum, dimana sel sel mempunyai kecendrungan tumbuh pada bagian-bagian tubuh yang paling rendah resistensinya diantaranya dalam jaringan ikat longgar dan bercampur dengan bagian parenkim dan jaringan interstitium. Neoplasma juga dapat memasuki saluran limfe dan pembuluh darah, menuju ke predileksinya. Pertumbuhan infiltratif ini merupakan masalah pada pembedahan untuk mengetahui dan memutuskan seberapa banyak jaringan yang harus dikeluarkan. Terkadang sel neoplasma telah masuk cukup jauh ke dalam jaringan di sekitarnya dan sangat sulit untuk mencari bagian sel yang kecil, sehingga seorang ahli bedah harus mengeluarkan banyak jaringan untuk

10 14 mengeluarkan suatu neoplasma. Implantasi atau transplantasi neoplasma adalah pemindahan sel-sel neoplasma dari satu permukaan serosa atau mukosa ke permukaan serosa atau mukosa yang lain dengan cara kontak langsung, seperti sel-sel neoplasma jenis adenokarsinoma dari ovarium yang berkontak dengan permukaan serosa usus, beberapa sel terlepas dan tertransplantasi ke permukaan usus. Sel-sel yang dipindah ini tumbuh serta memperbanyak diri, dan oleh pergerakan usus sendiri, maka seluruh viscera dan peritoneum parietalis segera akan ditutupi oleh sel-sel neoplasma. Metastase adalah mekanisme penyebaran sel neoplasma dari satu bagian tubuh ke bagian yang lain melalui saluran limfe dan pembuluh darah sebagai embolus. Apabila emboli bentuk neoplasma menyebar ke jaringan atau alat tubuh yang jauh maka mereka dinamakan sebagai neoplasma metastase (Berata et al, 2011). Tumor kelenjar mammae tidak dapat bermetastasis ke kelenjar mammae atau limfonodus yang berdekatan (kontralateral) melalui limfatik, karena tidak ditemukan hubungan interkelenjar limfatik diantaranya. Kemungkinan metastasis kontralateral dapat terjadi karena adanya pembuluh vena yang ada di kedua kelenjar mammae tersebut. Metastasis tumor menuju paru-paru terjadi dalam bentuk difusa atau nodular metastasis. Metastatis dapat juga terjadi pada limfonodus regional, hati, limpa, otak dan tulang (Wypij et al, 2006). Tumor mammae menyebar ke seluruh tubuh melalui pelepasan sel-sel kanker individu dari berbagai tumor ke sistem limfatik termasuk pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Terdapat kelenjar getah bening regional di kedua sisi tubuh yaitu pada bagian kanan dan kiri sisi tubuh yang terletak di bawah kaki

11 15 depan serta kaki belakang yang disebut aksilaris dan inguinalis. Kelenjar mammae 1, 2, dan 3 meneruskan penyebaran sel-sel tumor ke bagian kelanjar getah bening aksila, sementara kelenjar mammae 3, 4 dan 5 meneruskan penyebaran ke daerah kelenjar getah bening inguinalis. Tumor yang baru terbentuk di daerah kelenjar getah bening tersebut kemudian melepaskan sel-sel tumor lainnya ke organ lain seperti paru-paru, hati atau ginjal (Foster dan Nash, 2013). Sel-sel neoplasma yang memasuki lumen pembuluh darah dibawa oleh aliran darah ke alat-alat tubuh yang lain. Tempat dimana sel-sel neoplasma itu akan tertahan tergantung pada diameter pembuluh darah. Akibatnya kebanyakan sel neoplasma akan tertahan pada kapiler-kapiler. Karena paru-paru mempunyai paling banyak sistem kapiler, maka banyak neoplasma metastase ada dalam paruparu. Sel-sel neoplasma yang masuk pembuluh limfe akan dibawa ke kelenjar limfe regional, dimana sel-sel metastase tersebut akan tersangkut karena sinussinus kelenjar limfe itu bekerja sebagai saringan sarkoma. Kebanyakan sel neoplasma akan mati dan tidak menjadi neoplasma dalam jaringan yang memang bukan tempat predileksinya. Sel-sel yang diletakkan dalam jaringan hanya dapat tumbuh bila mereka berada di lingkungan yang cocok, sesuai dengan karakter sebagai predileksinya, misalnya tendon bukanlah suatu media yang cocok untuk pertumbuhan sel neoplasma. Neoplasma metastase sangat jarang terdapat dalam tendon (urat daging), walaupun tidak jarang ditemukan pada jaringan ini melalui emboli (Berata et al, 2011). Cara penyebaran sel-sel tumor melalui pembuluh darah disebut juga hematogen. Cara penyebaran ini banyak terjadi pada sarkoma, namun dapat juga

12 16 terjadi pada karsinoma. Pembuluh vena memiliki dinding yang tipis, sehingga mudah ditembus oleh sel-sel tumor. Sel-sel ini sebagai embolus akan diangkut oleh aliran darah vena, kemudian dapat tersangkut pada hati dan paru-paru membentuk metastasis. Dapat pula sel-sel tumor yang berasal dari tumor dalam rongga perut, masuk ke dalam pembuluh darah limfe, kemudian melalui ductus thoracicus, akhirnya masuk ke dalam darah vena (ductus thoracicus bermuara pada vena jugularis sinistra). Arteri memiliki dinding yang lebih tebal, sehingga sulit untuk ditembus oleh sel tumor, jarang terjadi penyebaran melalui cara ini. Hanya pada tumor paru-paru atau metastasis pada paru-paru yang membentuk embolus tumor, penyebaran melalui aliran darah arteri dapat terjadi. Sel-sel tumor sebagai embolus masuk ke dalam jantung bagian kiri, kemudian masuk ke dalam pembuluh-pembuluh arteri dan tersangkut pada organ-organ tubuh yang menerima banyak darah arteri, misalnya ginjal, kelenjar endokrin, terutama anak ginjal dan sumsum tulang. Organ-organ tubuh ini merupakan predileksi untuk terbentuknya metastasis. Penyebaran melalui pembuluh limfe disebut pula sebagai penyebaran secara limfogen. Penyebaran dengan cara ini biasanya terjadi pada karsinoma, namun dapat pula terjadi pada sarkoma. Sel-sel tumor yang telah menembus pembuluh limfe diangkut oleh aliran cairan getah bening sebagai embolus, dan kemudian akan tersangkut pada kelenjar getah bening regional. Pada tempat ini, biasanya pada sinus di bawah kapsul (subcapsularis) sel-sel tumor membentuk metastasis. Metastasis mungkin menyebabkan terbendungnya aliran cairan getah bening, sehingga terjadi aliran retrogad dan dapat menimbulkan penyebaran retrogad (Tamamma, 2012)

13 17 Menurut Saleh dan Abdeen (2007) pada sistem Tumor Nodes Metastasis (TNM) dinilai tiga faktor utama yaitu T adalah dimensi tumor primer, N adalah node atau kelenjar getah bening regional dan M adalah keberadaan atau ketiadaan metastasis. Ketiga faktor TNM dinilai secara klinis sebelum dilakukan operasi, sesudah operasi dan saat dilakukan pemeriksaan histopatologi. Dalam keadaan tumor, sel-sel tersebut akan mengalami perubahan ukuran, bentuk, dan warna inti sel jika diwarnai. Ambing terdiri dari banyak saluran, pada ujung dari saluran terkecil terdapat alveoli dengan sel-sel pembentuk susu. Sewaktu hewan bunting terjadi perubahan pada kelenjar ini, yaitu parenkim bertambah dan alveoli terdiri dari epitel silindris. Gejala klinis yang ditimbulkan oleh karsinoma kelenjar mammae kebanyakan ditemukan pada puting ke-4 dan ke-5, adanya edema pada kaki akibat hambatan dari pembuluh limfe afferent, stenosis colon (metastasis ke limfonodus iliaca), pembesaran dan pengerasan pada puting, anoreksia dan penurunan berat badan (Berata et al, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al.,

BAB I PENDAHULUAN. walaupun rangsangan yang memicu perubahan tersebut telah berhenti (Kumar et al., BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Neoplasma adalah massa abnormal jaringan yang pertumbuhannya berlebihan dan tidak terkoordinasikan dengan pertumbuhan jaringan normal serta terus berlanjut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan dengan seleksi ketat untuk memberi nilai tambah yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikembangkan dengan seleksi ketat untuk memberi nilai tambah yang dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anjing Anjing telah lama dimanfaatkan oleh manusia. Beberapa trah anjing dikembangkan dengan seleksi ketat untuk memberi nilai tambah yang dapat membantu pekerjaan manusia.

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN

JARINGAN DASAR HEWAN. Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN JARINGAN DASAR HEWAN Tujuan : Mengenal tipe-tipe jaringan dasar yang ditemukan pada hewan. PENDAHULUAN Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi

Lebih terperinci

Gambaran Histopatologi Penyebaran Tumor Mammae pada Anjing Melalui Pembuluh Darah dan Limfe

Gambaran Histopatologi Penyebaran Tumor Mammae pada Anjing Melalui Pembuluh Darah dan Limfe Gambaran Histopatologi Penyebaran Tumor Mammae pada Anjing Melalui Pembuluh Darah dan Limfe (HISTOPATHOLOGY OF MAMMARY TUMOR METASTASES IN DOGS THROUGH BLOOD AND LYMPH VESSELS) Sari Sartini 1, I Ketut

Lebih terperinci

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi

Karakteristik Organisme Hidup. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Tema-tema dalam Mempelajari Kehidupan. Organisasi Biologi UNSYIAH Universitas Syiah Kuala Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 10 STRUKTUR & PERKEMBANGAN: HEWAN Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Keanekaragaman hewan dengan berbagai modifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anjing memiliki banyak manfaat bagi manusia, dapat dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anjing memiliki banyak manfaat bagi manusia, dapat dimanfaatkan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing memiliki banyak manfaat bagi manusia, dapat dimanfaatkan sebagai penjaga rumah, hewan gembalaan, anjing pelacak, pacuan, penuntun orang buta, hewan percobaan,

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus

SISTEM LIMFOID. Organ Linfoid : Limfonodus, Limpa, dan Timus SISTEM LIMFOID Sistem limfoid mengumpulkan kelebihan cairan interstisial ke dalam kapiler limfe, mengangkut lemak yang diserap dari usus halus, dan berespons secara imunologis terhadap benda asing yang

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ;

BAB II LANDASAN TEORI. penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan. (adenokarsinoma) (Kumar, 2007 ; American Cancer Society, 2011 ; 4 BAB II LANDASAN TEORI A. TinjauanPustaka 1. Kanker Payudara a. Definisi Kanker atau neoplasma adalah istilah yang digunakan untuk penyakit dimana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Transportasi ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Alat transportasi

Lebih terperinci

Sistem Peredaran Darah Manusia

Sistem Peredaran Darah Manusia Sistem Peredaran Darah Manusia Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu

Lebih terperinci

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan

INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan INDIKTOR 14: Menjelaskan sifat, ciri-ciri, dan fungsi jaringan pada tumbuhan dan hewan 1. Jaringan Tumbuhan a. Jaringan Meristem (Embrional) Kumpulan sel muda yang terus membelah menghasilkan jaringan

Lebih terperinci

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf

Jaringan Tubuh. 1. Jaringan Epitel. 2. Jaringan Otot. 3. Jaringan ikat/penghubung. 4. Jaringan Saraf Jaringan Tubuh 1. Jaringan Epitel 2. Jaringan Otot 3. Jaringan ikat/penghubung 4. Jaringan Saraf Jaringan Epitel Tersusun atas lapisan-lapisan sel yang menutup permukaan saluran pencernaan, saluran pada

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh.

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA. pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi, dan melindungi organ tubuh. BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, KLASIFIKASI, DAN STADIUM EWING S SARCOMA Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS

HISTOLOGI SISTEM LIMFATIS Judul Mata Kuliah : Biomedik 1 (7 SKS) Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi Dasar : Menerapkan ilmu kedokteran dasar pada blok biomedik 1 Indikator : Mampu

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

BAB I ORGANISASI ORGAN

BAB I ORGANISASI ORGAN BAB I ORGANISASI ORGAN Dalam bab ini akan dibahas struktur histologis dan fungsi dari parenkima dan stroma, organisasi organ tubuler, organisasi organ padat dan membran sebagai organ simplek. Semua organ

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Pewarnaan Proses selanjutnya yaitu deparafinisasi dengan xylol III, II, I, alkohol absolut III, II, I, alkohol 96%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 2 menit. Selanjutnya seluruh preparat organ

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel 35 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. KANKER PAYUDARA 1.1. Defenisi Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel pada payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang kejadiannya cukup sering, terutama mengenai penduduk yang tinggal di negara berkembang. Kanker ini

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN DASAR SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Struktur dan fungsi umum jaringan epitel 2. Klasifikasi jaringan epitel (epitel penutup dan epitel

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA II. TELAAH PUSTAKA Kelenjar mammae merupakan kelenjar kulit khusus (derivat integumen) yang terletak di dalam jaringan bawah kulit (subkutan). Kelenjar mammae merupakan kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan

URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan kloning pada organisme multiseluler melalui kultur sel tunggal.

Lebih terperinci

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan

Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang mempunyai sifat-sifat morfologi dan fungsi yang sama. Jaringan Dasar pada hewan vertebrata ada 4,yaitu: 1. Jaringan epitel 2. Jaringan ikat

Lebih terperinci

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN BAHAN MAKANAN (MOLEKUL ORGANIK) Lingkungan eksternal Hewan KONSUMSI MAKANAN PROSES PENCERNAAN PROSES PENYERAPAN PANAS energi yg hilang dalam feses MOLEKUL NUTRIEN (dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Anjing Lokal Hewan yang digunakan adalah anjing lokal berjumlah 2 ekor berjenis kelamin betina dengan umur 6 bulan. Pemilihan anjing betina bukan suatu perlakuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing 4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing Kelenjar mamaria atau ambing pada sapi letaknya di daerah inguinal yang terdiri dari empat perempatan kuartir. Setiap kuartir memiliki satu puting, keempat

Lebih terperinci

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB Kegiatan menginhalasi dan mengekshalasi udara dengan tujuan mempertukarkan oksigen dengan CO2 = bernafas/ventilasi Proses metabolisme selular dimana O2 dihirup, bahan2 dioksidasi,

Lebih terperinci

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i

HISTOLOGI URINARIA dr d.. K a K r a ti t k i a a R at a n t a n a P e P r e ti t w i i HISTOLOGI URINARIA dr. Kartika Ratna Pertiwi 132319831 SISTEM URINARIA Sistem urinaria terdiri atas - Sepasang ginjal, - Sepasang ureter - Kandung kemih - Uretra Terdapat pula - Sepasang arteri renalis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaanterjadi

Lebih terperinci

FUNGSI SISTEM LIMFE, EDEMA DAN LIMFADENOPATI. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND

FUNGSI SISTEM LIMFE, EDEMA DAN LIMFADENOPATI. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND FUNGSI SISTEM LIMFE, EDEMA DAN LIMFADENOPATI Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND Kompartemen cairan tubuh: Cairan tubuh - total: 60% BB - variasi: umur, sex, obesitas Cairan intrasel:

Lebih terperinci

Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu sendiri.

Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu sendiri. Struktur Alat Peredaran Darah Pada Manusia Sistem peredaran darah pada manusia tersusun atas jantung sebagai pusat peredaran darah, pembuluh-pembuluh darah dan darah itu sendiri. 1. Jantung Jantung mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan dengan usia rata-rata 55 tahun (Stoler, 2014). Diperkirakan terdapat 500.000 kasus baru setiap

Lebih terperinci

STRUKTUR INTERNAL KELENJER SUSU

STRUKTUR INTERNAL KELENJER SUSU STRUKTUR INTERNAL KELENJER SUSU Interior Kelenjer Susu (Histologi) Kelenjer susu adalah suatu organ yg kompleks, yg tumbuh dan berkembang sejak tahap embrional hingga memasuki fase kebuntingan, laktasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumor Paru Sekunder 2.1.1 Definisi Tumor Paru Sekunder Tumor paru adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada tubuh akibat terbentuknya suatu lesi atau benjolan pada tubuh,

Lebih terperinci

SISTEM CARDIOVASCULAR

SISTEM CARDIOVASCULAR SISTEM CARDIOVASCULAR Forewords Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Payudara 1. Pengertian a. Payudara Payudara yang dalam bahasa latin disebut mamma adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies mamalia berjenis kelamin betina, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Kanker adalah pertumbuhan dan perkembangan sel yang tidak normal, yang tumbuh secara cepat dan tidak terkendali melebihi sel-sel yang normal (Winarti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

Bagaimana Proses Terjadinya Keganasan

Bagaimana Proses Terjadinya Keganasan Bagaimana Proses Terjadinya Keganasan Kanker adalah suatu penyakit dimana terjadi proleferasi sel yang tidak terkontrol (Devita). Kanker terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal adalah tumor yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal di sekitar hidung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan (Dalimartha, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk per tahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan rumah tangga yang diselenggarakan

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 UPT Balai Informasi Teknologi LIPI BAB I Anatomi Tubuh Manusia Anatomi Tubuh Manusia disusun kedalam beberapa bagian sistem tubuh, yaitu : 1. Sistem Kerangka Kerangka tubuh Kerangka tubuh manusia terdiri

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

Keanekaragaman Organisme Kehidupan

Keanekaragaman Organisme Kehidupan Keanekaragaman Organisme Kehidupan Salah satu ciri makhluk hidup adalah tubuhnya tersusun atas sel. Sel merupakan satuan atau unit terkecil dari makhluk hidup, seperti pencernaan makanan, bernafas, ekskresi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI KELENJAR SALIVA DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU

PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI KELENJAR SALIVA DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU PERKEMBANGAN EMBRIOLOGI KELENJAR SALIVA LISNA UNITA, DRG.,M.Kes DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FKG USU KELENJAR SALIVA Perkembangan Embriologi Kelenjar saliva berkembang dari ectoderm. Asal perkembangan kelenjar

Lebih terperinci

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt ARTERI Membawa darah bersih (oksigen) kecuali arteri pulmonalis Mempunyai dinding yang tebal Mempunyai jaringan yang elastis Katup hanya

Lebih terperinci

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang Gejala Kanker Payudara dan Penyebabnya Pada wanita khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa. Ketepatan diagnosis pada keganasan tulang sangat penting karena

Lebih terperinci

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp

FISIOLOGI PEMBULUH DARAH. Kuntarti, SKp FISIOLOGI PEMBULUH DARAH Kuntarti, SKp Overview Struktur & Fungsi Pembuluh Darah Menjamin keadekuatan suplay materi yg dibutuhkan jaringan tubuh, mendistribusikannya, & membuang zat sisa metabolisme Sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla

KAJIAN KEPUSTAKAAN. susu untuk peternak di Eropa bagian Tenggara dan Asia Barat (Ensminger, 2002). : Artiodactyla 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Lokal Domba merupakan hewan ternak yang pertama kali di domestikasi. Bukti arkeologi menyatakan bahwa 7000 tahun sebelum masehi domestik domba dan kambing telah menjadi

Lebih terperinci

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran),

SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), SISTEM REPRODUKSI UNGGAS BETINA Oleh : Setyo Utomo Pada umumnya sistem reproduksi ternak betina terdiri atas ovarium dan sistem duktus (saluran), demikian halnya pada burung atau unggas. Sistem tersebut

Lebih terperinci

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera

A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem difusi Sistem peredaran darah terbuka Sistem peredaran darah tertutup 2. Porifera A. Sistem Sirkulasi pada Hewan Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi 3, yaitu : Sistem difusi : terjadi pada avertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi

Lebih terperinci

SEL, JARINGAN, ORGAN, DAN SISTEM ORGAN

SEL, JARINGAN, ORGAN, DAN SISTEM ORGAN SEL, JARINGAN, ORGAN, DAN SISTEM ORGAN Tujuan 1. Mengamati struktur sel 2. Membandingkan sel prokariotik dan eukariotik 3. Mengetahui bagian-bagian sel dan dapat menyebutkan fungsi dari bagian-bagian sel

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Pendidikan Dokter Kode Blok : KBK301 Blok : NEOPLASMA (Blok 9) Bobot : 4 SKS Semester : III Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu: -

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karsinoma prostat ialah keganasan pada laki-laki yang sangat sering didapat. Angka kejadian diduga 19% dari semua kanker pada pria dan merupakan karsinoma terbanyak

Lebih terperinci

SYSTEMA CARDIOVASCULARE (Sistem Peredaran)

SYSTEMA CARDIOVASCULARE (Sistem Peredaran) SYSTEMA CARDIOVASCULARE (Sistem Peredaran) Fungsi Umum Sistem peredaran berfungsi untuk mengangkut udara pernafasan (O 2 dan CO 2 ), makanan yang telah diserap dan usus halus menuju bagian tubuh yang memerlukan,

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

5 KINERJA REPRODUKSI

5 KINERJA REPRODUKSI 5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang

Lebih terperinci

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.

BAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus

Tujuan Instruksional Umum Tujuan Instruksional Khusus PERTEMUAN 1 Tujuan Instruksional Umum Memahami Konsep Biologi dan Asal Mula Kehidupan Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu men jelaskan : 1. Pengertian biologi 2. Ruang lingkup biologi 3. Hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL. Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL Mata Pelajaran : BIOLOGI Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangsa Sapi Perah Sapi-sapi perah di Indonesia pada umumnya adalah sapi perah bangsa Friesian Holstein (FH) impor dan turunannya. Karakteristik sapi FH yaitu terdapat warna

Lebih terperinci

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54 Leukemia adalah kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi sel-sel darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia terjadi karena proses pembentukan sel darahnya tidak normal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

I. JARINGAN. A.Pengertian Jaringan

I. JARINGAN. A.Pengertian Jaringan I. JARINGAN A.Pengertian Jaringan Jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Jadi, jaringan hamper dimiliki oleh makhluk hidup bersel banyak (multisluler). Setiap makhluk

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB VII SISTEM PERNAPASAN BAB VII SISTEM PERNAPASAN PERNAPASAN / RESPIRASI PROSES PERTUKARAN GAS OKSIGEN DAN KARBON DIOKSIDA DALAM TUBUH ORGANISME FUNGSI Mensuplai oksigen ke dalam sel-sel jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia. tidak membedakannya sama sekali (David, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. yang sama seperti nama pemiliknya. Sebaliknya, anjing menganggap manusia. tidak membedakannya sama sekali (David, 1984). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala kemungkinan sejak ratusan ribu tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil

Lebih terperinci

Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed

Lab. Ketrampilan Medik PPD Unsoed PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN AKSILA Nur Signa Aini Gumilas PENDAHULUAN Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008

Sohibul Himam ( ) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 MAKALAH TENTANG THERMOREGULASI (PENGATURAN SUHU) PADA TESTIS Oleh Sohibul Himam (0710510087) FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2008 1 Pendahuluan Testis merupakan organ kelamin primer bagi

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian 2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari sonogram organ hati dan kantung empedu serta ukuran atau lebar organ hati, ketebalan dinding kantung empedu, dan diameter

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil. Jumlah Penurunan Glomerulus Rata-rata penurunan jumlah glomerulus ginjal pada mencit jantan (Mus musculus L.) setelah diberi perlakuan pajanan medan listrik tegangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Garut Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris,

Lebih terperinci

mustofa Tujuan Pembelajaran :

mustofa Tujuan Pembelajaran : Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan dapat mendiskribsikan keragaman dan system organisme kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme Struktur organisasi kehidupan dimulai

Lebih terperinci