BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 4 KOTA TEGAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 4 KOTA TEGAL"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMAN 4 KOTA TEGAL A. Nilai-Nilai Pendidikan Anti Korupsi yang Ditanamkan Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 4 Kota Tegal 1. Nilai Tanggung Jawab Nilai tanggung jawab terwujud dalam proses pembelajaran PAI. Seperti ketika observasi pada waktu pembelajaran PAI dengan tema semangat menuntut ilmu, guru selalu memberikan arahan kepada peserta didik untuk selalu semangat dalam menuntut ilmu dan bertanggung jawab untuk mengamalkan ilmunya kepada sesama. Kemudian guru juga mengaitkan dengan tanggung jawab yang diemban oleh pemimpin negara, yang merupakan orang berilmu yang mempunyai kedudukan tertinggi untuk bisa bertanggung jawab atas apa yang menjadi tanggung jawabnya. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa nilai tanggung jawab yang merupakan salah satu nilai dari pendidikan anti korupsi dapat ditanamkan kepada peserta didik melalui materi pembelajaran. Guru tidak hanya menyampaikan materi tentang semangat menuntut ilmu saja, namun didalamnya disisipkan nilai tanggung jawab yang disertai contoh kongkritnya dalam kehidupan. Dengan demikian peserta didik 108

2 109 dapat memahami dan mananamkan nilai tanggung jawab sebagai pelajar untuk belajar menuntut ilmu dengan baik sekaligus menjadi masyarakat yang mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. 2. Nilai Kedisiplinan Nilai kedisiplinan selain termuat dalam kompetensi inti juga termuat dalam proses pembelajaran melalui materi pelajaran yang diajarkan. Seperti yang terlihat di dalam materi aspek akhlak yakni memahami dan menampilkan perilaku taat kepada aturan, kompetisi dalam kebaikan dan bekerja keras, guru tidak hanya mengajarkan pada tataran teori saja. Rupanya melalui observasi yang penulis lakukan, guru juga mempraktekannya dalam pembelajaran. Terlihat guru selalu menanyakan keterlambatan siswa ketika masuk kelas, memperhatikan kerapiannya dan kesiapannya dalam belajar, bahkan tidak memperbolehkan mengikuti pembelajaran jika sudah tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal tersebut merupakan proses penanaman nilai kedisiplinan kepada peserta didik agar membiasakan dirinya menghargai waktu dan menyadari pentingnya kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai kedisiplinan yang ditanamkan rupanya sesuai dengan Modul Pembentukan Karakter Genarasi Anti Korupsi yang diterbitkan oleh komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menanamkan nilai kedisiplinan dengan perilaku tertib dan patuh kepada berbagai ketentuan dan peraturan, karena disiplin memang

3 110 tidak mudah, tetapi dengan terus berlatih, komitmen pada perencanaan yang telah dibuat, maka akan membentuk sebuah kebiasaan positif dan mampu melatih diri menjadi konsisten Nilai Kejujuran Kejujuran merupakan nilai penting yang perlu diajarkan kepada peserta didik, tidak terkecuali pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Di dalam mata pelajaran PAI nilai kejujuran yang merupakan salah satu nilai moral yang diajarkan sebagai bagian dari unsur aqidah, karena sifat tersebut merupakan implikasi dari memahami dan mengamalkan keimanan terhadap Rasulullah SAW. Keimanan tersebut dijalankan dengan jalan meneladani sifat luhur dari utusan-utusan Allah. Nilai kejujuran selain terdapat pada materi pelajaran tentang perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman QS. Al-Maidah (5): 8, QS. At-Taubah (9): 119 dan hadis terkait dengan nilai kejujuran, juga ditanamkan melalui proses pembelajaran. Seperti pada saat penulis melakukan wawancara kepada salah satu guru PAI bahwa dalam proses pembelajaran hingga penilaian, guru menekankan pada penanaman sifat jujur pada peserta didik. Kejujuran yang ditunjukkan dengan perbuatan tidak mencontek selalu diarahkan oleh guru. Untuk evaluasi guru menggunakan tes tertulis, namun dalam pelaksanaannya guru hanya memberi 30% 1 Rustika Tamrin, Modul Pembentukan Karakter Generasi Anti Korupsi Tingkat SLTA/MA Kelas 2 (Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) & Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat, 2008), hlm

4 111 untuk penilaian tes tertulis, kemudian 70% merupakan evaluasi setiap proses pembelajaran. Diantaranya, keaktifan dalam mengikuti pembelajaran, kejujuran saat mengerjakan tugas dan guru juga dengan tegas tidak akan memberikan penilaian pada pekerjaan peserta didik yang merupakan hasil mencontek. Hal tersebut secara tidak langsung guru menanamkan nilai kejujuran kepada setiap peserta didik, sekaligus memberikan contoh nyata dampak perilaku tidak jujur dengan tidak memberikan nilai dari hasil mencontek. Sikap yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran juga sangat menekankan kepada peserta didik untuk berkata benar, bertindak dengan baik dan menghargai pendapat orang lain. Dengan demikian nilai kejujuran dapat mengakar di dalam diri siswa sehingga dapat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Nilai Kesederhanaan Kesederhanaan merupakan salah satu nilai penting yang diajarkan dalam pembelajaran PAI. Nilai tersebut merupakan salah satu sifat terpuji, oleh karena itu diajarkan sebagai salah satu dari pembelajaran akhlaq. Selain itu kesederhanaan merupakan tauladan yang diajarkan Rasulullah SAW dan meyakininya merupakan salah satu pengamalan dari mengimani Rasulullah. Seperti observasi yang dilakukan oleh penulis bahwa kesederhanaan ditampakkan oleh para guru yang merupakan panutan bagi peserta didiknya. Seperti tidak memakai perhiasan dan aksesoris yang berlebihan di sekolah, dalam

5 112 proses pembelajarannya pun guru senantiasa bersikap ramah dan menjalin komunikasi yang baik dengan peserta didik. Hal tersebut tentunya salah satu upaya untuk menanamkan nilai kesederhanaan terhadap peserta didik, dengan memberikan contoh langsung pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan sikap rendah hati yang selalu ditampilkan oleh guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan demikian peserta didik dapat mengidentifikasi pola hidup sederhana dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 5. Nilai Kerja Keras Nilai kerja keras merupakan salah satu nilai pendidikan anti korupsi yang sangat ditanamkan dalam proses pembelajaran. Seperti yang dikatakan oleh salah satu peserta didik sebagai berikut : Kalau di dalam pelajaran kan kita selalu dituntut untuk menghafal ayat-ayat Alquran atau hadis yang terkait dengan materi pelajaran, nah disitu kita dituntut untuk kerja keras dalam menghafal. Karena nantinya juga di cek hafalannya sewaktuwaktu tanpa terduga, jadi kita tetap harus terus menghafal, kalau nanti di cek kita nggak hafal kan malu. 2 Dengan demikian, secara tidak langsung nilai kerja keras ditanamkan untuk melatih siswa untuk membiasakan sikap pantang menyerah dalam mengerjakan sesuatu. Serta dapat menunjukkan contoh dari dampak kerja keras sehingga siswa dalam kehidupannya memiliki sikap gigih, kuat dan tidak mudah putus asa. 2 Fani, Siswi SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.

6 Nilai Kemandirian Kemandirian merupakan salah satu nilai pendidikan anti korupsi yang dikembangkan. Dalam pembelajaran PAI, peserta didik diajarkan tentang kemandirian sebagai salah satu dari akhlaq yang terpuji. Selain nilai kejujuran, kemandirian juga ditanamkan agar peserta didik memiliki kepercayaan terhadap kemampuan pribadi yang dimiliki untuk melaksanakan tugas atau amanah, dengan tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Nilai ini biasanya diajarkan dalam setiap proses pembelajaran. Secara tidak langsung siswa dibiasakan mandiri untuk melaksanakan shalat dhuha dan doa bersama tanpa pengawasan guru. Seperti yang diungkapkan salah satu siswa mengenai penanaman nilai mandiri di dalam proses pembelajaran PAI : Dan kita juga mencoba selalu mandiri dalam mengemban amanah yang diberikan, misalnya ketika tadarus pagi tanpa ada pengawasan otomatis kita langsung memulai tadarus, dan sebelum pelajaran PAI kita semua tanpa disuruh langsung melaksanakan shalat dhuha. Hal yang semacam itu yang membuat kita jadi mandiri dan terbiasa melakukannya. 3 Dengan demikian nilai kemandirian sudah mulai tertanam di dalam diri siswa meski masih dalam tataran melaksanakan tugas sekolah. Namun yang pada akhirnya jika nilai kemandirian sudah biasa dilakukan maka otomatis dapat diaplikasikan pula dalam kehidupan sehari-hari. 3 Bayu, Siswa SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.

7 Nilai Keadilan Nilai Keadilan menjadi penting ditanamkan kepada peserta didik karena merupakan keluhuran budi yang mencerminkan pribadi muslim yang baik. Selain diajarkan dalam materi PAI dalam aspek akhlak yang merupakan salah satu sifat terpuji, nilai keadilan juga ditampilkan oleh guru dalam rangka menanamkan nilai keadilan terhadap peserta didik. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI bahwa guru sangat menekankan nilai adil dalam proses pembelajaran terutama dalam memperhatikan siswa. Karena setiap siswa mempunyai hak yang sama untuk menerima pengajaran dan perhatian dari guru. Tidak membedakan kaya, miskin, pintar, kurang pintar, cantik, kurang cantik, tentunya guru harus memperlakukannya dengan adil. 4 Dengan kesadaran guru akan keadilan memperlakukan peserta didik dengan baik, maka dapat memberikan pelajaran yang baik untuk peserta didik. Nilai keadilan secara tidak langsung dapat tertanam di dalam diri setiap peserta didik karena merasa diperlakukan sama dalam konteks adil sebagaimana haknya. Dengan demikian diharapkan nilai keadilan yang ditanamkan dapat menjadikan siswa mampu mengidentifikasi tindakan adil dan mampu menghindari diri dari sikap berat sebelah atau tidak seimbang. Januari Khaerul Zaman, Guru PAI Kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 12

8 Nilai Keberanian Nilai Keberanian selain termuat dalam materi PAI juga ditanamkan guru di dalam proses pembelajaran. Terlihat pada saat pembelajaran guru selalu memotivasi siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya seperti ayo kalian harus berani, berani dalam melakukan kebaikan itu harus dilakukan, seperti mengungkapkan pendapat di depan kelas kalian tidak boleh malumalu, kalau mengungkapkan pendapat di depan kelas saja tidak berani, bagaimana kalian berani melawan korupsi?. 5 Begitu kiranya yang selalu dikatakan oleh guru membangkitkan keberanian dalam diri siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya dalam proses pembelajaran. Dengan mengaitkannya dengan keberanian melawan korupsi, secara tidak langsung menanamkan di dalam diri siswa untuk tidak memiliki rasa gentar dan takut bahkan malu untuk melakukan kebaikan, akan tetapi keberanian dapat dilakukan untuk melawan indikasi tindakan korupsi di sekolah seperti berani mengingatkan teman yang mencontek dan berani untuk jujur dalam ucapan dan tindakan. 9. Nilai Kepedulian Sebagai bagian dari salah satu sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama, kepedulian juga dijelaskan secara eksplisit pada materi pelajaran PAI. Selain ditanamkan melalui proses pembelajaran, nilai 5 Observasi Pembelajaran PAI Kelas X SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari 2015.

9 116 kepedulian ini juga sangat terlihat sudah tertanam pada sebagian besar peserta didik. Terlihat ketika penulis sedang melakukan observasi, rupanya SMAN 4 kota Tegal sangat memperhatikan kesehatan lingkunga. Hampir disetiap depan kelas terdapat keran. Hal tersebut ternyata dapat melatih siswa untuk membiasakan hidup bersih. Seperti yang penulis amati, setiap peserta didik yang akan memakan snack, mereka tidak lupa mencuci tangannya di keran yang dekat dengan mereka, kemudian ketika mereka setelah selesai peajaran, tidak sedikit dari mereka yang mencuci tangannya. Hal tersebut terbukti keseriusan SMAN 4 kota Tegal dalam membangun budaya anti korupsi, dengan sarana yang mudah dijangkau oleh peserta didik untuk lebih peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan. Jadi selain dalam materi PAI yang ditanamkan nilai persaudaraan antar sesama umat manusia, juga ditanamkan melalui aktivitas di luar kelas. Dengan demikian nilai kepedulian tidak terhenti pada tataran teoritis saja di dalam pembelajaran, tetapi langsung diaplikasikan ke dalam aktivitas di luar kelas. Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa kesembilan nilainilai pendidikan anti korupsi sudah ditanamkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Namun sayangnya, nilai-nilai PAK tersebut belum tersusun secara sistematis dalam penerapannya. Hal itu terbukti tidak adanya prosedur khusus dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran. Selain itu tidak ada kurikulum

10 117 khusus yang diberikan sebagai acuan bahan ajar yang sesuai dengan penanaman nilai-nilai PAK pada masing-masing jenjang kelas. Seperti yang di ungkapkan oleh kepala urusan kurikulum SMAN 4 Kota Tegal : Dari pusat memang tidak memberikan kurikulum khusus pendidikan anti korupsi disini, dalam kurikulum PAI pun tidak ada, hanya saja terintegrasi pada semua mapel khususnya PAI. Jadi penanaman tersebut melalui inisiatif guru dan pihak sekolah untuk memasukkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi pada perangkat pembelajaran seperti RPP agar sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hanya saja kendalanya terkadang guru masih bingung dalam merancang nilai-nilai tersebut dalam RPP. 6 Dengan begitu, hal tersebut tentunya dapat menjadi faktor penghambat proses transfer nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran. Karena guru hanya mengacu pada keterkaitan nilainilai PAK dengan materi pembelajaran. Ditambah lagi dengan muatan materi PAI yang terlalu banyak dan belum teraturnya termuat dalam RPP bisa terdapat kemungkinan nilai-nilai pendidikan anti korupsi belum tercover dengan baik. Oleh karena itu artinya perlu ada upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Dengan terobosan kurikulum yang demikian, nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh, di samping memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan bahkan umat manusia. Januari Lucia, Kepala Urusan Kurikulum SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19

11 118 Dengan demikian idealnya pengembangan nilai-nilai pendidikan anti korupsi diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP. Pengembangan nilai-nilai itu dalam silabus ditempuh dapat melalui caracara berikut ini: 1. Mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan menjadi materi pengintegrasian pendidikan anti korupsi. 2. Menambahkan indikator tentang korupsi pada kolom indikator. 3. Menambahkan materi pokok tentang korupsi pada kolom materi pokok sesuai dengan indikatornya. 4. Menyisipkan instrumen yang berkaitan dengan korupsi untuk mengevaluasi pelaksanaan pendidikan anti korupsi, dan 5. Menambahkan sumber belajar (SB) tentang korupsi. 7 Sementara prosedur pengintegrasian pendidikan anti korupsi ke dalam RPP, di antaranya: 1. Menyisipkan indikator materi pendidikan anti korupsi. 2. Menyisipkan materi pendidikan anti korupsi pada tujuan pembelajaran. 3. Menguraikan indikator materi pendidikan anti korupsi pada materi pembelajaran. 4. Merencanakan pemberian materi pendidikan anti korupsi dalam langkah-langkah pembelajaran. 7 Agus Wibowo, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah (Strategi Internalisasi pendidikan Antikorupsi di Sekolah) (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013), hlm

12 Menambahkan sumber belajar, dan 6. Menyisipkan instrumen tentang materi pendidikan anti korupsi dalam penilaian pelajaran. 8 Jika konsep tersebut dapat digunakan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam proses pembelajaran, terutama dalam pencantuman nilai-nilai tersebut di dalam silabus dan RPP, tentunya akan membantu guru dalam pelaksanaan sehingga proses penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat tersampaikan secara sistematis dan maksimal. B. Analisis Metode dan Strategi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal Penanaman nilai merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan kesadaran kepada peserta didik agar menjadi generasi bangsa yang berkarakter dan berkualitas. Penanaman nilai merupakan wujud nyata penerapan ilmu pengetahuan dan pemahaman peserta didik dalam menyerap mata pelajaran, dan membentuk perilaku hidupnya sehari-hari. Penanaman nilai dalam konteks ini adalah pada usaha untuk membentuk generasi muda yang memiliki keagungan nilai budi, dan mampu membentengi diri dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini, seperti masalah korupsi. Pendidikan menjadi penting karena perannya dapat dilakukan untuk memberangus praktik korupsi di Indonesia. Hal tersebut dapat 8 Ibid.

13 120 dilakukan dengan mengkaitkan materi-materi dalam pelajaran dengan nilai-nilai pendidikan anti korupsi, melalui penyampaian pesan dan nasihat kepada peserta didik tentang bahaya korupsi. Di dalam pembelajaran, pendidik juga tidak hanya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal aspek pengetahuan semata, namun pada penanaman nilai-nilai sehingga peserta didik memiliki dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan. Mata pelajaran yang juga memegang peranan penting pada pendidikan moral adalah pendidikan agama. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam menjadi begitu penting merespon keadaan korupsi yang kian akut di republik ini. PAI harus mampu diajarkan tidak hanya pada tataran kognisi saja, namun terdapat keseimbangan pada aspek psikomotoriknya. Sehingga peserta didik mampu memiliki kemauan kuat untuk mengamalkan ajaran-ajaran agama dan nilai-nilai agung sebagai seorang pemeluk agama yang baik. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi tentu sangat relevan sebagaimana yang diterapkan oleh SMAN 4 Kota Tegal sebagai upaya untuk menghentikan mata rantai berkembangnya korupsi di negeri ini. Tujuanya adalah untuk mendidik moral generasi muda agar memiliki karakter dan akhlak yang baik. Analasis terhadap penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang termasuk di dalamnya metode dan strategi pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal dapat dicermati pada hal-hal berikut, diantaranya :

14 Pembelajaran PAI di kelas a. Tenaga Pendidik Tenaga Pendidik tentunya sangat berperan dalam proses pembelajaran baik melalui pengajaran maupun perhatian dan kepedulian terhadap siswa. Seperti yang terlihat dalam proses pembelajaran PAI di kelas, dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi, guru selalu memperhatikan siswa sebelum pembelajaran, misalnya menyuruh seluruh siswa laki-laki maju ke depan kelas untuk merapikan bajunya terlebih dahulu, kemudian rambut juga tak luput dari perhatian guru. Bagi siswa laki-laki yang mempunyai rambut panjang dan bersepatu tidak hitam maka tak tanggung-tanggung siswa tersebut tidak boleh mengikuti proses pembelajaran dengan terpaksa harus dikeluarkan dari kelas. 9 Seperti yang di ungkapkan oleh salah seorang guru PAI : ketegasan saya bukan berarti mengambil hak mereka untuk belajar, tapi untuk mendidik mereka agar lebih disiplin dalam belajar. Jika penampilan mereka saja tidak diperhatikan bagaimana mereka memperhatikan pelajaran? Sebelumnya memang saya tidak setegas ini hanya melalui peringatan saja, tapi ternyata belum membuat mereka berubah. Dengan terpaksa saya beri sanksi tidak boleh mengikuti pelajaran saya sebelum mereka benar-benar siap untuk mengikuti pembelajaran. 10 Jika dilihat dari pola pengajaran tersebut tentunya sejalan dengan pengertian pendidikan yang tercantum dalam kamus besar Observasi pembelajaran PAI SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 24 Januari Khaerul Zaman, Guru PAI SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 24 Januari

15 122 bahasa Indonesia yakni proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. 11 Jadi peran dan ketegasan guru sangat memegang peranan penting dalam mengubah perilaku siswa dan tentunya sekaligus menanamkan nilai pendidikan anti korupsi di dalamnya. Penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal sebagian besar dilakukan oleh guru PAI. Pendidik merupakan penggerak utama pendidikan moral. Oleh karena itu, guru agama dicerminkan sebagai seorang yang agamawan, berwibawa, cerdas, berakhlakul karimah dan mampu menjadi tauladan bagi peserta didiknya. Peran yang tidak kalah penting adalah sebagai memberi keteladanan, nasihat, arahan dan teguran kepada peserta didik dengan baik. Seperti yang ditunjukan oleh guru agama di SMAN 4 Kota Tegal yang mampu menjadi contoh yang baik. Seperti menurut salah satu guru PAI sebagai berikut: Saya sebagai guru PAI sebisa mungkin menanamkan nilainilai pendidikan anti korupsi sesuai dengan apa yang saya lakukan. Ketika saya berbicara kedisiplinan, maka saya harus disiplin. Seperti datang tepat waktu, masuk dan keluar kelas sesuai dengan waktu yang ditentukan. Dalam kegiatan di luar kelas pun saya sebisa mungkin menjaga sikap dilingkungan sekolah. 12 Hal tersebut secara tidak langsung akan membuat pembelajaran PAI menjadi semakin baik, karena didukung oleh 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa Indonesia), op. cit., hlm Khaerul Zaman, op. cit., Tegal, 24 Januari 2015.

16 123 guru yang baik pula. Namun selain menjadi faktor pendukung dalam proses penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi, jika kinerja guru tidak sesuai dengan apa yang diharapkan tentunya akan menjadi penghambat jalannya penanaman nilai-nilai tersebut di dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu idealnya guru dalam menanamkan nilainilai pendidikan anti korupsi harus mampu menciptakan suasana belajar yang baik dan mendukung tersampaikannya materi dengan baik pula. Sehingga melalui materi yang disampaikan peserta didik dapat mengambil manfaat dengan pembelajaran di kelas yang berkualitas. Dalam hal ini guru juga harus dapat bertindak profesional dalam mengajar, dengan memahami setiap ke khasan yang dimiliki oleh peserta didik b. Peserta didik Dalam proses pembelajaran peserta didik tentunya menjadi target utama dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi. setiap peserta didik berbeda dari aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Dengan ragamnya karakter peserta didik tersebut tentunya mempengaruhi tercapai tidaknya penanaman nilai dalam pembelajaran. Seperti yang terlihat dari antusiasme siswa dalam pembelajaran PAI juga bermacam-macam. Hal itu dapat dilihat ketika guru menggunakan metode tanya jawab yakni ketika guru menstimulus siswa dengan mengajaknya bersama-sama

17 124 mendiskusikan dan mencari nilai-nilai anti korupsi apa saja yang dapat di ambil dari materi tersebut, namun hanya beberapa siswa saja yang berani mengungkapkan pendapatnya. Akan tetapi usaha guru tampaknya tidak sampai disitu saja, kemudian guru mulai membimbing siswa untuk berani menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dengan menunjuknya melalui absensi. Hal tersebut tentunya ingin menanamkan nilai keberanian di dalam diri setiap siswa. Dengan kesabaran guru dalam menuntun siswa dalam memahami dan mengungkapkan pendapat, beberapa siswa terlihat sudah mulai tergerak keberaniannya untuk berpendapat meski hanya sebentar. Hal seperti itu tentunya juga mendapat penghargaan dari guru dengan memberinya senyuman dan tidak pernah menyalahkan pendapat siswa. Dengan demikian, melalui pembelajaran peserta didik mulai terbiasa menerapkan nilai-nilai anti korupsi meski masih dalam bimbingan guru. 13 c. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan fasilitas pembelajaran yang menjadi pendukung tercapainya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Dengan adanya media pembelajaran, tentunya materi pelajaran dapat diterima dengan mudah dan menyenangkan. 13 Observasi Pembelajaran PAI SMAN 4 Kota Tegal, Tegal, 12 Januari 2015.

18 125 Terlihat saat pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal beberapa media digunakan untuk menunjang proses pembelajaran seperti papan tulis, LCD dan mushola. Ketiga media tersebut selalu digunakan untuk teori dan pengaplikasiannya, sehingga siswa tidak terhenti pada tataran teori saja melainkan juga dapat memahami penerapannya secara langsung. d. Metode dan Strategi Metode dan strategi pembelajaran sebagaimana pendapat Gulo yang dikutip dalam buku Jamil Suprihatiningrum dengan judul buku Strategi Pembelajaran merupakan rencana dan caracara membawakan pengajaran agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan segala tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif. 14 Seperti proses pembelajaran PAI di SMAN 4 Kota Tegal dengan diterapkannya program pendidikan anti korupsi di sekolah tentunya metode dan strategi pembelajaranpun harus disiapkan dengan matang agar proses penanaman nilai-nilai anti korupsi dapat dipahami oleh siswa. Dalam proses pembelajarannya guru menggunakan beberapa metode dan strategi yang sesuai dengan materi dan nilai yang akan disampaikan. Berikut analisis metode pembelajaran PAI sebagai penanaman nilai pendidikan anti korupsi : 14 Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran Teori&Aplikasi (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), hlm. 148.

19 126 1) Metode Ceramah Metode ceramah merupakan metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. 15 Melalui metode ceramah, guru mencoba menyampaikan nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang dikaitkan melalui materi pembelajaran. Hal itu baik dilakukan karena dengan metode ceramah guru dapat mengarahkan pola fikir peserta didik melalui cerita-cerita anti korupsi, contoh-contoh kongkrit dan menunjukkan tokoh-tokoh yang dapat menjadi panutan bagi peserta didik. Dengan metode ini secara tidak langsung guru telah menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam pembelajarannya. Namun, tidak hanya dengan menggunakan metode ceramah penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat tersampaikan secara maksimal. Ada beberapa kelemahan tentunya dengan menggunakan metode ceramah ini. Diantaranya, terkadang membuat peserta didik bosan dan pasif, karena pada metode ini guru lebih aktif dari siswa. Dan dengan metode ceramah pula guru sukar dalam menyimpulkan pemahaman peserta didik dengan materi yang disampaikan. hlm Zaenal Mustakim, Strategi&Metode Pembelajaran (Pekalongan : STAIN Press, 2011),

20 127 2) Metode Diskusi Metode diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Cara penyajiannya, dimana peserta didik dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. 16 Tidak berbeda dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi pada pembelajaran PAI, biasanya guru mengajak peserta didik untuk mendiskusikan makna dari suatu ayat yang kemudian peserta didik mencari nilai-nilai yang terkandung dalam ayat Alquran tersebut. Hal itu tentunya dapat memberikan pengalaman tersendiri bagi siswa. Dengan metode tersebut siswa dapat mengidentifikasi nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang terdapat dalam ayat Alquran, sehingga dihasilkan pemaknaan yang sesuai dengan petunjuk guru. Jika dianalisis, menggunakan metode diskusi ini dapat membuat peserta didik lebih aktif dan terlibat dalam memahami materi pembelajaran serta nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditanamkan. Karena pada pembelajarannya, guru melibatkan siswa untuk mendiskusikan problematika yang terkait dengan materi yang kemudian dihubungkan dengan masalah-masalah tindak korupsi baik di 16 Ibid., hlm

21 128 sekolah maupun di masyarakat. Selain itu dengan metode diskusi dapat menanamkan nilai kepedulian kepada peserta didik untuk saling memperdulikan sesama siswa untuk aktif bersama. 3) Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab merupakan suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik. Penggunaan metode tanya jawab bermaksud memotivasi peserta didik untuk bertanya selama proses belajar mengajar, atau guru yang bertanya (mengajukan pertanyaan) dan peserta didik menjawabnya. 17 Hal tersebut juga terlihat dari proses belajar mengajar dalam pembelajaran PAI. Seperti ketika guru mempersilahkan peserta didik untuk bertanya terkait materi yang telah disampaikan, namun jarang sekali siswa yang bertanya. Tampaknya mereka telah memahami atau tidak ada keberanian untuk bertanya. Hal itulah yang sering terjadi saat metode tanya jawab digunakan. Namun, dikekurangan tersebut guru mempunyai inisiatif untuk mendorong siswa lebih aktif sekaligus menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Guru menstimulus peserta didik dengan memberi pertanyaan dengan langsung menunjuk siswa melalui absensi. Hal tersebut kiranya dapat melatih keberanian dalam dri siswa untuk mengungkapkan 17 Ibid.

22 129 pendapat. Meskipun masih dalam tataran dipaksa, namun pada akhirnya dapat terbiasa untuk berani dalam bertanya maupun mengungkapkan pendapat. 4) Metode Hafalan Metode hafalan merupakan metode yang sering digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran PAI. Banyak nilai-nilai pendidikan anti korupsi yang ditanamkan dalam metode ini. Dalam setiap pembelajaran PAI, peserta didik selalu dituntut untuk menghafal ayat-ayat Alquran yang terkait pada materi pelajaran saat itu. Dalam teknisnya, terkadang guru tidak memberikan pengawasan kepada peserta didik ketika menghafal. Tujuannya untuk menanamkan nilai kejujuran, kerja keras, kemandirian dan tanggung jawab kepada siswa. Sudah tidaknya nilai itu tertanam dalam diri siswa, guru dapat mengetahuinya ketika guru meminta siswa untuk menyetorkan hafalannya. Jika pada saat siswa belum menghafal dengan baik, maka terdapat kemungkinan siswa tersebut belum dapat memegang tanggung jawabnya untuk menghafal. Hal tersebut rupanya memberikan efek malu ketika siswa belum dapat menghafal dengan baik dihadapan teman-temannya. Oleh karena itu, guru selalu memberikan pesan kepada siswa jika ingin menghafal dengan baik, maka syaratnya adalah harus jujur, lalu kerja keras dan serius dalam menghafal, jangan

23 130 mudah putus asa, dan ketika diperintahkan untuk menghafal maka harus menghafal, tidak digunakan untuk aktivitas yang lain. Dengan metode hafalan ini, rupanya dapat belajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada siswa. Dengan pembiasaan menghafalkan ayat-ayat Alquran, maka terlatih pula semangat dan kerja keras peserta didik. Harapannya, peserta didik juga dapat mengambil makna dari aktivitas tersebut sebagai penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi. 5) Metode Keteladanan Metode keteladanan merupakan metode yang sangat penting digunakan oleh guru tidak hanya pada saat proses pembelajaran, namun disegala aktivitas baik di kelas maupun di luar kelas. Pada metode keteladanan ini gurulah yang menjadi titik pusat sebagai sosok panutan atau teladan bagi peserta didiknya. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu guru PAI sebagai berikut : Guru seharusnya harus bisa seperti Rasulullah SAW yang dapat menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya. Hal itu karena Rasulullah tidak hanya memberi contoh, tetapi menjadi contoh. Yang disayangkan guru-guru sekarang itu adalah memberi contoh tapi belum bisa menjadi contoh istilah jawanya jarkoni Ngajar tapi ora nglakoni Khaerul Zaman, op. cit.,tegal 12 Januari 2015.

24 131 Pola keteladanan ini yang sangat ditekankan oleh para guru SMAN 4 Kota Tegal khususnya guru-guru PAI. Karena pada dasarnya tidak jarang para siswa menjadikannya idola dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki budi pekerti yang baik, berakhlakul karimah, sehingga mampu menjadi teladan yang baik bagi peserta didiknya. Beberapa metode tersebut merupakan metode pembelajaran PAI yang di dalamnya juga ditanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Dengan pengintegrasian tersebut membuat guru lebih mudah dalam menanamkan nilai-nilai PAK karena menyatu dalam satu metode proses pembelajaran. Namun, terkadang nilai-nilai pendidikan anti korupsi belum dapat ditanamkan secara maksimal, karena tidak tepatnya metode yang digunakan, membuat siswa tidak dapat memahami dengan baik. Idealnya terdapat metode tersendiri dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi, agar penanaman nilai tersebut dapat tersistematis dan mudah ditanamkan dalam proses pembelajaran. Berikut beberapa metode dalam penanaman nilainilai pendidikan anti korupsi : 1) Metode Inquiry Metode Inquiry menekankan pencarian secara bebas dan penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan siswa untuk menemukan nilai-nilai tersebut dalam pendampingan dan

25 132 pengarahan guru. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan, pendapat dan penilaian terhadap nilai-nilai yang ditemukan. Guru tidak bersikap sebagai pemberi informasi satusatunya dalam menemukan nilai-nilai anti korupsi yang dihayatinya. Guru berperan sebagai penjaga garis atau koridor dalam penemuan nilai hidup tersebut. Metode ini dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai diantaranya keterbukaan, kejujuran, penghargaan pada pendapat orang lain, sportivitas, kerendahan hati dan toleransi. 2) Metode Pencarian Bersama (Collaboratative) Metode ini menekankan pada pencarian bersama yang melibatkan siswa dan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada diskusi atas soal-soal yang aktual dalam masyarakat. Dimana pada proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berfikir logis, analitis, sistematis, argumentatife untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari masalah yang diolah bersama. 3) Metode Siswa Aktif atau Aktivitas Bersama Metode ini menekankan pada proses yang melibatkan siswa sejak awal pembelajaran. Guru memberikan pokok bahasan dan siswa dalam kelompok mencari dan mengembangkan proses selanjutnya. Siswa membuat pengamatan, pembahasan analisis sampai proses penyimpulan atas kegiatan mereka. Metode ini mendorong siswa untuk

26 133 mempunyai kreativitas, ketelitian, kecintaan terhadap ilmu pengetahuan, kerja sama, kejujuran, dan daya juang. 4) Metode Live In Metode Live in dimaksudkan agar siswa mempunyai pengalaman hidup bersama orang lain langsung dengan situasi yang sangat berbeda dari kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman langsung siswa dapat mengenal lingkungan hidup yang berbeda dalam cara berpikir, tantangan, permasalahan, termasuk tentang nilai-nilai hidupnya. Kegiatan ini dapat dilaksanakan secara periodik melalui kegiatan lomba dan sayembara tentang anti korupsi. 5) Metode Penjernihan Nilai atau Klarifikasi Nilai Teknik mengklarifikasi nilai atau penjernihan nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Sebagai contoh, misalnya siswa diajak untuk membahas kasus korupsi yang sedang marak di Indonesia. Tahap demi tahap siswa diajak untuk melihat dan menilai apa yang terjadi dalam masyarakat dan akhirnya pada apa yang telah mereka lakukan. Siswa diajak untuk melihat duduk permasalahan dan berani mengambil sikap dan pilihan dalam hidupnya.

27 134 Penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting. Apabila bias tentang nilai dan sikap hidup ini dibiarkan maka akan menyesatkan. Apabila yang salah ini dibiarkan dan seolah dibenarkan maka akan terjadi kekacauan pandangan di dalam hidup bersama. 19 Selain metode pembelajaran yang digunakan dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi, SMAN 4 Kota Tegal juga menggunakan dua strategi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi. Berikut analisis strategi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi : 1) Strategi Integratif Di SMAN 4 Kota Tegal nilai-nilai pendidikan anti korupsi terintegrasi pada mata pelajaran khususnya PAI. Guru dalam proses pengajarannya mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai pendidikan anti korupsi sebagai pengintegrasian nilai-nilai PAK dalam pembelajaran. Namun sayangnya, seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa nilainilai PAK tersebut belum tersistematis dengan baik. Belum ada panduan khusus dalam penanaman nilai-nilai PAK dalam materi pelajaran. 19 Kementerian Agama RI, Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di Madrasah ( Jakarta : Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Drektorat Madrasah, 2013), hlm

28 135 Idealnya strategi integrasi ini bisa dilakukan melalui pengembangan materi, metode, media dan sumber belajar. Integrasi melalui materi dapat dilakukan dengan memberikan penonjolan, penajaman, pendalaman, atau perluasan materi pembelajaran terkait dengan nilai dan perilaku anti korupsi tertentu sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual siswa yang ada pada setiap jenjang madrasah/ sekolah. Sedangkan integrasi melalui pengembangan metode dilakukan dengan memillih dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat mendorong terjadinya internalisasi nilai dan tumbuhnya sikap dan perilaku anti korupsi seperti jujur, disiplin, adil, tanggung jawab, dan sebagainya. 20 2) Strategi Pengembangan Di samping penggunaan strategi integrasi dalam penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi juga menggunakan strategi pengembangan. Pada strategi pengembangan ini penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luar pembelajaran di kelas seperti kegiatan ekstrakurikuler. Di SMAN 4 Kota Tegal penanaman nilai-nilai tersebut juga ditanamkan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, 20 Ibid., hlm. 22.

29 136 PMR, paskibraka dan rohis. Seperti yang diungkapkan oleh waka kesiswaan sebagai berikut : Untuk kegiatan siswa itu sendiri biasanya melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti Pramuka, PMR, Paskibraka, Rohis dan masih banyak lagi. Lewat kegiatan ekstrakurikuler itulah nilai-nilai pendidikan anti korupsi ditanamkan. Seperti Pramuka mengajarkan nilai-nilai kedisiplinan, kemandirian, kerja keras, tanggung jawab, kepedulian, kejujuran yang semua itu juga merupakan nilainilai pendidikan anti korupsi. Tidak hanya di Pramuka di PMR, Paskib dan Rohis juga demikian. Dan yang menjadi pembina-pembina ekstrakurikuler juga di pilih dari bapak ibu guru yang memang telah mengikuti seminar-seminar dan workshop pendidikan anti korupsi, jadi dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi secara tepat sasaran kepada siswa. 21 Dengan demikian, dalam penanaman nilai-nilai anti korupsi tidak terhenti pada saat proses pembelajaran di kelas saja. Penanaman tersebut tetap berlanjut pada kegiatan ekstrakurikuler yang siswa ikuti di sekolah. Dalam pemilihan pembina ekstrakurikuler SMAN 4 Kota Tegal juga melihat kompetensi pada masing-masing guru. Hal itu terbukti menurut penuturan waka kurikulum tersebut, bahwa bapak ibu guru yang menjadi pembina ekstrakurikuler adalah mereka yang telah mengikuti workshop dan seminar pendidikan anti korupsi sebagai bekal dalam membimbing dan menanamkan nilai-nilai pendidikan anti korupsi pada siswa. 21 Akhmad Yaseer, Kepala Urusan Kesiswaan SMAN 4 Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 januari 2015.

30 137 Dalam strategi pengembangan dicontohkan pula dalam buku panduan penyelenggaraan pendidikan anti korupsi di madrasah, diantaranya : a) Melaksanakan pemilihan kepengurusan organisasi kesiswaan (OSIS, Pramuka, PMR, Kopsis) dan panitia kegiatan dilaksanakan secara demokratis dan obyektif sesuai dengan ketentuan peraturan dengan mengutamakan kemampuan dan kualitas siswa tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif yang mengarah pada korupsi. b) Memastikan bahwa setiap anggota pengurus organisasi kesiswaan (OSIS, Pramuka, PMR, Kopsis,) dan panitia kegiatan melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab masing-masing dengan penuh dedikasi keikhlasan dan rasa pengabdian. c) Semua hasil keputusan rapat, setiap rencana, proses pelaksanaan, dan hasil kegiatan kesiswaan diumumkan secara tertulis di dalam papan informasi kegiatan siswa secara terbuka. Untuk itu setiap proses dan hasil keputusan rapat ditulis dalam berita acara yang ditandatangani dan disahkan oleh pengurus atau panitia kegiatan. 22 Dalam beberapa contoh di atas diharapkan dapat menjadi contoh ideal dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai anti 22 Kementerian Agama RI, op.cit., hlm

31 138 korupsi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Sehingga pemahaman mengenai nilai-nilai pendidikan anti korupsi dapat dirasakan dan difahami secara langsung oleh peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang menuntut mereka untuk secara langsung mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kegiatan di sekolah. 2. Pembelajaran di luar kelas Proses pembelajaran yang baik adalah ketika peserta didik mampu memahami dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya hal itu adalah proses pembelajaran dimana semuanya berjalan dengan seimbang, baik dari tenaga pendidik, metode pembelajaran, media pembelajaran maupun sarana dan prasana yang mendukung. Proses pembelajaran tentunya tidak pernah terikat oleh waktu dan tempat. Proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja selagi proses pembelajaran dapat diterima dan tetap menyenangkan bagi siswa. Seperti halnya di SMAN 4 Kota Tegal, selain mengadakan pembelajaran rutin di dalam kelas namun juga sesekali mengadakan pembelajaran di luar kelas. Seperti yang diungkapkan seorang guru PAI : Biasanya untuk materi-materi pelajaran seperti tentang shalat, wudhu, langsung kami praktikkan di Mushola. Selain mendapatkan suasana baru, siswa juga lebih memahami ketika kita langsung mempraktikannya. Tidak hanya itu, terkadang siswa juga langsung saya ajak ketika ada orang tua siswa meninggal dunia, saya ajak beberapa siswa untuk ta ziyah dan langsung saya

32 139 suruh mereka untuk ikut shalat jenazah. Jadi tidak hanya sekedar dalam waktu proses pembelajaran saja, tapi saya langsung ajak pada keadaan riilnya. Hal itu juga saya maksudkan untuk menanamkan rasa kepedulian terhadap sesama. Contoh lainnya juga ada ketika kita mempelajari materi shalat tahajud, saya tidak bisa hanya menerangkan teorinya di dalam kelas. Saya dibantu dengan pengurus rohis membuat agenda untuk mereka bisa menginap di sekolah, dan kegiatan dimulai ba da ashar dengan tadarus bersama, shalat maghrib dan isya berjama ah, kemudian malamnya kami bangunkan untuk melaksanakan shalat hajat, tahajud dan witir. Nah..upaya seperti itu tentunya tidak bisa saya lakukan di dalam kelas. Harapannya kegiatan seperti itu bisa memberikan contoh langsung kepada siswa, dengan suasana baru dan menyenangkan sehingga dapat dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari mereka. 23 Pembelajaran di luar kelas tampaknya membuat siswa lebih antusias dan memahami materi pelajaran yang dibandingkan hanya sekedar pembelajaran rutin di dalam kelas. Pembelajaran di luar kelas tentunya dapat menjadi alternatif proses pembelajaran yang menyenangkan, sementara guru tetap dapat mengamati, memberi arahan dan bimbingan agar proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain materi-materi pelajaran yang diajarkan di luar kelas, masih dalam rangka proses pembelajaran moral dan penanaman nilainilai pendidikan anti korupsi kepada siswa juga terdapat beberapa tempat atau kegiatan pembelajaran di luar kelas, seperti : a. Tempat Temuan Barang Tempat temuan barang menjadi salah satu media pembelajaran di luar kelas yang dimiliki oleh SMAN 4 Kota Tegal. 23 Ibid.

33 140 Sebagai salah satu sarana pendidikan anti korupsi, keberadaan tempat tersebut menjadi penting untuk meningkatkan kepedulian peserta didik dan rasa tanggung jawab peserta didik ketika menemukan barang milik orang lain. Efektifitas tempat tersebut dapat berjalan baik jika mampu menamkan kesadaran kepada setiap penghuni sekolah akan sifat kejujuran terhadap sesuatu yang bukan menjadi haknya. Penghuni sekolah secara tidak langsung terbiasa untuk melakukan kebaikan dari tempat tersebut. Sehingga hal tersebut dapat menjadi budaya yang mengandung orientasi penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi dalam kegiatan sehari-hari. b. Kantin Kejujuran Kantin kejujuran menjadi salah satu sarana untuk melakukan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Hal tersebut tentu berpengaruh dalam upaya penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi yakni melatih siswa untuk menanamkan nilai kejujuran baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Hal ini tentunya dapat melatih kesadaran diri untuk bersikap jujur bahwa dirinya selalu di awasi oleh Allah SWT. Kesadaran peserta didik ini terlihat pada aktifitas yang terjadi sehari-hari di kantin. Seperti yang diungkapkan salah seorang siswa : Kalau di kantin kejujuran itu kita mengambil barang atau makanan sendiri dan bayarnya sesuai harga yang tertera kemudian uangnya kami masukan kedalam kotak uang yang memang sudah disediakan. Kalau ada kembalian, kita

34 141 kembaliin sendiri, dan kalau uang kembaliannya belum ada, biasanya kita bawa dulu dan dicatat dibuku yang disediakan supaya tidak lupa, setelah uangnya sudah ada kita bayar masukan ke kotak dan kita coret yang tadi dicatat tanda kita sudah membayar. 24 Hal tersebut tentunya dapat sekaligus melatih menanamkan nilai kemandirian di dalam diri siswa untuk mengatur jual beli sesuai dengan sistem yang berlaku. Nilai kejujuran dan kesadaran peserta didik juga sangat di utamakan, dengan tanpa adanya pengawasan diharapkan peserta didik dapat mengedapankan kejujurannya dan sadar akan pengawasan Allah SWT. Dengan demikian, tentunya semua potensi yang ada di sekolah dapat bersinergi bersama dalam mendukung keberhasilan penanaman nilai agama, terutama nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal melalui pembelajaran pendidikan agama Islam. c. Poster Keseriusan SMAN 4 Kota Tegal dalam menerapkan program pendidikan anti korupsi di sekolah terlihat dari disepanjang koridor dan sudut sekolah terpampang slogan dan poster anti korupsi sebagai media pembelajaran dan motivasi siswa dalam membudayakan anti korupsi. Seperti yang diungkapkan oleh kepala urusan kesiswaan berikut : 24 Fani, Siswi SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 14 Januari 2015.

35 142 Di SMAN 4 Kota Tegal ini juga banyak terpasang posterposter dan slogan-slogan anti korupsi disetiap sudut sekolah. Tujuannya agar siswa dapat membaca dan diingatkan setiap saat oleh kata-kata tersebut untuk menghindari tindak korupsi. karena tindak korupsi kan tidak hanya masalah uang saja mba, tapi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan peraturan juga dapat dikatakan sebagai tindak korupsi, meskipun korupsi dalam tataran kegiatan sekolah. Harapannya dengan sloganslogan tersebut dapat memotivasi siswa untuk senantiasa menanamkan budaya anti korupsi tidak hanya di sekolah tetapi juga dikehidupan sehari-hari. 25 Dengan demikian, slogan dan poster tersebut secara tidak langsung dapat memberikan dampak positif dan upaya pencegahan tindak korupsi di sekolah. d. Workshop Pendidikan Anti Korupsi Sebagai salah satu upaya dalam pelaksaan program pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal juga secara aktif mengadakan workshop dan sosialisasi pendidikan anti korupsi di sekolah. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tahun 2013 yang diikuti oleh guru, siswa dan karyawan SMA se-kota Tegal. Tentunya kegiatan tersebut memberikan pengetahuan baru mengenai penanaman nilai-nilai pendidikan anti korupsi di sekolah baik berupa kegiatan-kegiatan maupun tentang pembelajaran pendidikan anti korupsi yang harus diintegrasikan pada setiap kegiatan pembelajaran di sekolah. 25 Akhmad Yaseer, Kepala Urusan Kesiswaan SMAN 4 Kota Tegal, Wawancara Pribadi, Tegal, 19 Januari 2015.

36 143 e. Lomba Kreasi Anti Korupsi Selain workshop anti korupsi yang diadakan untuk mendukung terlaksananya program pendidikan anti korupsi, sebagai sekolah satu-satunya yang menerapkan program pendidikan anti korupsi di kota Tegal, SMAN 4 Tegal juga mengadakan berbagai lomba yang diikuti oleh para pelajar SMA se-kota Tegal. Beberapa perlombaan yang diadakan diantaranya, lomba majalah dinding dengan tema anti korupsi, puisi anti korupsi dan poster anti korupsi. Beberapa hasil perlombaan di pajang dekat ruang kepala sekolah SMAN 4 Kota Tegal sebagai bentuk penghargaan kepada para pemenang. Dengan diadakan kegiatan tersebut selain bertujuan untuk menanamkan budaya anti korupsi di kota Tegal, harapannya lomba tersebut dapat menjadi wadah bentuk penolakan mereka terhadap korupsi.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat. diambil antara lain :

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat. diambil antara lain : BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil antara lain : 1. Nilai-nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal diintegrasikan pada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN A. Analisis Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa-Siswi SD Negeri Salit Kajen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 73 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data yang peneliti peroleh dari lapangan berasal dari observasi dan wawancara (interview), wawancara yang peneliti gunakan dalam hal ini adalah wawancara tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia merupakan hal yang sangat mendasar, karena itu nilai ini harus senantiasa ditanamkan sejak dini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan evaluasi ranah afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar (pendidikan) adalah proses yang dimana seseorang diajarkan untuk bersikap setia dan taat juga pikirannya dibina dan dikembangkan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan menggunakan

BAB V PEMBAHASAN. A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya. karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan menggunakan 105 BAB V PEMBAHASAN A. Tentang Pendidikan Karakter di SMP Negeri 19 Surabaya Sebagaimana yang telah di konsepkan dalam penanaman pendidikan karakter peserta didik di SMP Negeri 19 Surabaya ialah dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1 Ngunut? Setiap kegiatan pasti memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar

BAB IV HASIL PENELITIAN. siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar 73 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Strategi reflektif pembelajaran guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di MTs Syekh Subakir Nglegok Blitar Strategi pembelajaran refleksi siswa dapat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. BAB II TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA A. Tinjauan Umum Fikih MTs. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. Mata pelajaran fikih dalam kurikulum MTs. adalah salah satu bagian mata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG

BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG BAB IV ANALISIS TENTANG PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN 74 BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI BAGI PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH YMI WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis Karakter Siswa di Madrasah Tsanawiyah YMI Wonopringgo Kabupaten

Lebih terperinci

Hasil Wawancara dengan Siswa. 1. Bagaimanakah cara mengajar guru PKn anda pada saat pembelajaran dikelas?

Hasil Wawancara dengan Siswa. 1. Bagaimanakah cara mengajar guru PKn anda pada saat pembelajaran dikelas? Hasil Wawancara dengan Siswa Nama : Kendy Mayo Kelas : XI IPS 2 1. Bagaimanakah cara mengajar guru PKn anda pada saat pembelajaran dikelas? Jawab : menerangkan dengan menggunakan LCD, ada tanya jawab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembinaan akhlak sangat penting ditanamkan sejak dini, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, agar menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK. DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KARAKTER PADA PESERTA DIDIK DI MTs SALAFIYAH WONOYOSO BUARAN PEKALONGAN A. Analisis Pola Pendidikan Karakter Pada Peserta didik di MTs Salafiyah Wonoyoso Buaran Pekalongan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV akan membahas dari hasil penelitian tentang peran kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta didik. Diasumsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eko Widodo Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi 99 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. hasil temuan yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB V PEMBAHASAN. hasil temuan yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan BAB V PEMBAHASAN Dalam pembahasan tentang hasil penemuan penelitian, peneliti merujuk dari hasil temuan yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya, peneliti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN Mengenai analisis dalam bab ini, penulis berpijak pada rumusan masalah sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian tentang pendidikan adalah sebuah kajian yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ETIKA HUBUNGAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 1 TIRTO PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS ETIKA HUBUNGAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 1 TIRTO PEKALONGAN BAB IV ANALISIS ETIKA HUBUNGAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMP NEGERI 1 TIRTO PEKALONGAN A. Analisis Etika Guru dalam Proses Belajar Mengajar Di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak adalah implementasi dari iman dan segala bentuk perilaku. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam Al-Quran surat Luqman

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN 67 BAB IV ANALISIS TENTANG INTERNALISASI NILAI KEJUJURAN MELALUI BUKU CATATAN HARIAN PEMBIASAAN SALAT LIMA WAKTU SISWA SMP NEGERI 15 PEKALONGAN A. Analisis Proses Penanaman Nilai Kejujuran Melalui Buku

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab VI, penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI.

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI. METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI Yendina Saragih Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi Email: saragihyendina@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS. A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas

BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS. A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas 44 BAB III HASIL PENELITIAN UPAYA GURU DALAM MELATIH KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI DI TK PERTIWI PAGUMENGANMAS A. Gambaran Umum TK Pertiwi Pagumenganmas 1. Sejarah TK Pertiwi Pagumenganmas TK Pertiwi Pagumenganmas

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang kesimpulan yang ditarik dari temuan

BAB VI PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang kesimpulan yang ditarik dari temuan BAB VI PENUTUP Pada bab ini dipaparkan tentang kesimpulan yang ditarik dari temuan hasil penelitian yang kemudian dari kesimpulan tersebut diajukan implikasi dan saran bagi berbagai pihak berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2008, hal.14 2

BAB I PENDAHULUAN. Zulkarnain, Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2008, hal.14 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang diperintahkan Allah SWT kepada manusia untuk memeluknya secara utuh dan menyeluruh. Ajaran Islam ini diperuntukan bagi manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pembelajaran Intrakurikuler yang dilakukan Guru Pendidikan Agama

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pembelajaran Intrakurikuler yang dilakukan Guru Pendidikan Agama BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan maka kegiatan selanjutnya adalah mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing-masing temuan penelitian akan dibahas mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap bangsa memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas SDM sangat penting, karena kemakmuran

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas : 5 (Lima) Semester : I (Ganjil) Kompetensi Inti : KI-1 : Menerima, menjalankan dan menghargai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSAKSAAN DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSAKSAAN DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSAKSAAN DAN ANALISIS HASIL A. Persiapan Dalam rangka persiapan pelaksanaan PPL, maka diadakan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut: 1. Pengajaran Mikro Pengajaran mikro dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung 116 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung Budaya Religius di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan terhadap implementasi pembelajaran pendidikan agama

Lebih terperinci

1 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan, 2008), hlm.

1 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan, 2008), hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akidah Akhlak merupakan ilmu yang mempelajari tentang keimanan dan akhlak mulia, mempunyai peran penting dalam rangka pembentukan karakter peserta didik agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data Paparan data yang peneliti peroleh dari lapangan adalah data hasil dari observasi adan interview atau wawancara. Dalam hal ini peneliti tidak mengalami kendala yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL 86 BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PENGAJIAN TAFSIR AL-QUR AN DAN UPAYA PEMECAHANNYA DI DESA JATIMULYA KEC. SURADADI KAB. TEGAL 4.1. Analisis Pelaksanaan Pengajian Tafsir Al-Qur an di Desa Jatimulya Kec.

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung, terlihat bahwa secara terus-menerus

BAB IV HASIL PENELITIAN. Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung, terlihat bahwa secara terus-menerus BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Paparan data penelitian disajikan untuk mengetahui karakteristik data pokok berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil interview, observasi

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK 1 PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER SECARA HOLISTIK Seminar Pendidikan, SMA Gonzaga, Jakarta, 5 Mei 2012 Paul Suparno Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Pengantar Tujuan pendidikan adalah untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMP RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO

BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMP RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO BAB V ANALISIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMP RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO A. Analisis Penggunaan Media Pembelajaran PAI di SMP Raudlatul Jannah Waru Sidoarjo Melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian generasi muda. Gejala kemerosotan moral antara lain diindikasikan dengan merebaknya kasus penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan ini. Pendidikan sama sekali tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan umat manusia, baik dalam keluarga,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam 171 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data dan analisis penelitian pada bab-bab sebelumnya dalam tesis ini maka penulis dapat mengemukakan isi dari keseluruhan inti penelitian berupa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pendidikan yang berbasis agama. Setiap lembaga pendidikan harus bisa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pendidikan yang berbasis agama. Setiap lembaga pendidikan harus bisa 112 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Pembinaan sopan santun adalah suatu hal yang sangat penting dilakukan setiap lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan umum baik

Lebih terperinci

Edwin Mirza Chaerulsyah Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Edwin Mirza Chaerulsyah Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang PERSEPSI SISWA TENTANG KETELADANAN PAHLAWAN NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN SEMANGAT KEBANGSAAN MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI 4 KOTA TEGAL TAHUN AJARAN 2012/2013 Edwin Mirza Chaerulsyah Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. 1. Pendidikan pramuka di SMK Negeri 1 Pogalan Trenggalek. ektra kurikuler perlu diadakan.

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. 1. Pendidikan pramuka di SMK Negeri 1 Pogalan Trenggalek. ektra kurikuler perlu diadakan. BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Data Temuan 1. Pendidikan pramuka di SMK Negeri 1 Pogalan Trenggalek Untuk penerapan kegiatan ektra kurikuler gerakan pramuka dalam meningkatkan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan dan menyelaraskan pembangunan dan kemajuan, maka nilai akhlak harus tetap dilestarikan dan ditanamkan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan 1. Sejarah MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan Mengenai sejarah berdirinya MTs Salafiyah Wonoyoso

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam Kelas : IV Semester : 1 (Ganjil) Kompetensi Inti : KI 1 : Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI METODE CERITA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK

BAB IV ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI METODE CERITA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK BAB IV ANALISIS TENTANG IMPLEMENTASI METODE CERITA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK A. Penerapan Metode Cerita dalam Pembentukan Akhlak Anak Usia Dini di PAUD Cahaya Gunungpati Semarang 1. Persiapan 1 a. Persiapan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika RESPONS MAHASISWA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER SETELAH MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI ISLAM (Penelitian Pada Mahasiswa Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: 468/B/SE/2017

SURAT EDARAN Nomor: 468/B/SE/2017 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN Jalan Jenderal Sudirman, Pintu Satu, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 57946100 (Hunting); Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293.

BAB I PENDAHULUAN. dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 293. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERANAN KEGIATAN MORNING SPIRITUAL GATHERING (MSG) DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB PADA GURU DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO (Studi Kasus di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun

Lebih terperinci

BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAB II NILAI-NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Nilai-nilai Pendidikan Antikorupsi 1. Pengertian Korupsi Kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus. Selanjutnya

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang pembahasan hasil penelitian

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang pembahasan hasil penelitian BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Di dalam bab ini akan dibahas tentang pembahasan hasil penelitian yang meliputi beberapa hal penting dari hasil penelitian yang penulis lakukan di lapangan, yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Setelah peneliti melaksanakan penelitian di SMPN 2 Sumbergempol kabupaten Tulungagung, peneliti memperoleh data-data di lapangan melalui wawancara, observasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan nasional telah ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci