Biodata: : Yudhisianda Sufi Prananda Tempat & tanggal Lahir :Medan, 24 September 1987 NIM :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Biodata: : Yudhisianda Sufi Prananda Tempat & tanggal Lahir :Medan, 24 September 1987 NIM :"

Transkripsi

1 Biodata: Nama : Yudhisianda Sufi Prananda Tempat & tanggal Lahir :Medan, 24 September 1987 NIM : Program Studi : Hubungan Internasional

2 Pendekatan Amerika Serikat Di Asia Timur Terkait Pengembangan Nuklir Korea Utara ( ) Oleh: Yudhisianda Sufi Prananda ( ) Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Falsafah dan Peradaban Universitas Paramadina Abstract In 2003 United States of America (US) tried to change its foreign policy and strategy toward North Korea in order to responded North Korean behaviour to developed its nuclear programs by walked out from Nonpoliferation Treaty. The agressiveness of North Korean behaviour that threatened stability of peace, in East Asia region specifically, and world at wide. The US foreign policy is the core value upon the US act toward North Korea. US foreign policy could be described as the US action and behaviour based on the US national interest. Since George W. Bush in office, US focused on defense issues. Though by that, North Korean nuclear issue become US concern, and however, it become US national interest and also US main threat. This research is tried to described how the US foreign policy toward North Korea in The research is focused on how US foreign policy is an act that based on US national interest. US behaviour that reflected by its strategy and foreign policy goals could be described within two different approach is Soft Power and Hard Power. Both of US strategy approach within its foreign policy goals described as the US behaviour that specifically intended to the North Korea. The two approach within Soft or Hard Power contain its instrument that distinguish each other. From the two approaches, it lead this research to defined the US grand strategy as a concept of Stick and Carot. Stick and Carot, however, become the main specifict tools of analysis the US approach toward North Korea in This research, overall, is tried to described of a condition of international relations on realism perspective that assumed every states in the world has it own national interest. By that, every states in the world would tempting to act and behave on foreign policy frame toward and issues or other actor beneath and under international system. As this research tried to, the conclusion of this research is on what the states in the world has it is own national interest and the differences among them always put conflict in between and surrounded in the entire system, though any foreign policy that specifically intended to, there are always a consequences and impact to individual state or entire system of international relations.

3 Pendahuluan Asia Timur adalah sebuah sub-kawasan dari benua Asia yang didalamnya terdapat 4 Negara berdaulat yaitu China, Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara. Kawasan Asia Timur memiliki dinamika tersendiri dilihat dari hubungan internasional sebagai sebuah disiplin Ilmu. Konstelasi politik dan ekonomi yang terjadi di wilayah tersebut tidak terlepas dari dinamika interaksi antar aktor di dalamnya. Krisis nuklir di semenanjung Korea yang terjadi di akhir tahun 2002, cukup menjadi masalah besar di dunia internasional. Krisis nuklir yang terjadi di semenanjung korea semakin lama semakin bertambah rumit ketika antara kedua belah pihak yaitu Amerika Serikat dan Korea Utara saling menunjukan sikap arogannya dan menciptakan Perang pernyataan. Dari konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Korea Utara tentu akan menimbulkan dampak dari krisis ini, yaitu adanya keterlibatan negara-negara lain di beberapa pertemuan yang mebicarakan tentang krisis ini, negara-negara tersebut adalah Korea Selatan, China, Jepang, Rusia. Dalam setiap pertemuannya negara-negara yang cukup memiliki power yang kuat di kawasan Asia selalu aktif mengikuti perkembangan krisis nuklir Korea ini. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memiliki senjata nuklir. Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki senjata tersebut mengetahui dampak buruk dari keberadaan senjata nuklir tersebut apabila berada dalam pihak yang salah. Dalam hal ini Korea Utara yang mengembangkan teknologi persenjataan nuklirnya beberapa kali mendapat kecaman dari negara-negara lain yaitu, Korea Selatan, China, Jepang, Rusia dan tentunya Amerika Serikat. Kondisi tersebut menempatkan Korea Utara dalam posisi yang kurang baik untuk melanjutkan pengembangan nuklirnya, akan tetapi sekaligus dapat menjadi alasan strategis untuk terus melanjutkan pengembangan senjata nuklir tersebut. Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang menentang adanya pengembangan senjata nuklir di Korea Utara, terus menekan Korea Utara agar tidak melanjutkan pengembangan Nuklir tersebut dengan alasan karena pandangan Korea Utara terhadap kestabilan dan kedamaian dunia yang masih belum rasional, dalam arti negaranya akan menggunakan senjata nuklir tersebut sebagai optional, bukan rasional. Dalam posisi perang atau dalam keadaan negara yang tertekan maka Korea Utara akan cenderung menggunakan nuklirnya karena negara tersebut belum pernah berada dalam kondisi hampir kalah perang kemudian menuju hasil yang seimbang (sama-sama hancur).

4 Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki senjata tersebut mengetahui dampak buruk dari keberadaan senjata nuklir tersebut apabila berada dalam pihak yang salah. Dalam hal ini Korea Utara yang mengembangkan teknologi persenjataan nuklirnya beberapa kali mendapat kecaman dari negara-negara lain yaitu, Korea Selatan, China, Jepang, Rusia dan tentunya Amerika Serikat. Kondisi tersebut menempatkan Korea Utara dalam posisi yang kurang baik untuk melanjutkan pengembangan nuklirnya, akan tetapi sekaligus dapat menjadi alasan strategis untuk terus melanjutkan pengembangan senjata nuklir tersebut. Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang menentang adanya pengembangan senjata nuklir di Korea Utara, terus menekan Korea Utara agar tidak melanjutkan pengembangan Nuklir tersebut dengan alasan karena pandangan Korea Utara terhadap kestabilan dan kedamaian dunia yang masih belum rasional, dalam arti negaranya akan menggunakan senjata nuklir tersebut sebagai optional, bukan rasional. Dalam posisi perang atau dalam keadaan negara yang tertekan maka Korea Utara akan cenderung menggunakan nuklirnya karena negara tersebut belum pernah berada dalam kondisi hampir kalah perang kemudian menuju hasil yang seimbang (sama-sama hancur). Sebagai sebuah negara besar yang memiliki teknologi senjata nuklir lebih dulu dan lebih banyak, Amerika Serikat berupaya melakukan pembatasan terhadap Korea Utara yang juga sedang melakukan pengembangan senjata nuklir tersebut. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat ketakutan dalam diri Amerika Serikat terkait ancaman dari keberadaan senjata nuklir tersebut, sehingga Amerika Serikat menggunakan cara preventif agar kekuatan senjata yang menakutkan tersebut tidak terlanjur berkembang menjadi besar di Korea Utara. Apabila dilihat dari perspektif Korea Utara, sebagian negara yang mempunyai ideologi berbeda dengan Amerika Serikat dan juga Korea Selatan yang diketahui bahwa Korea Selatan merupakan sekutu dari Amerika Serikat. Bagi Korea Utara hal ini membuat ancaman terasa sangat dekat, terutama setelah adanya intervensi berupa pembatasan hubungan antara Korea Utara dengan beberapa negara lain. Korea Selatan yang merupakan ancaman terdekat bagi Korea Utara, kedua negara tersebut sangat sulit untuk disatukan, beberapa upaya unifikasi sempat dilakukan, akan tetapi hasil yang didapat tidak bertahan lama. Perbedaan ideologi antar keduanya merambah ke permasalahan lain, yaitu hingga persoalan politik dan juga ke persoalan militer.

5 Dilihat dari segi geografisnya, keberadaan Korea Utara di kawasan Asia Timur juga dikelilingi dengan beberapa kekuatan besar, seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Keberadaannya yang juga dekat dengan Rusia merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi Korea Utara untuk semakin memajukan teknologi militer dan persenjataannya, karena Amerika Serikat yang lebih jauh dari Korea Utara saja sangat tidak nyaman dengan perkembangan senjata nuklir di Korea Utara, maka terlebih lagi kawasan terdekat juga akan merasa tidak nyaman dan kemudian turut menyudutkan Korea Utara. Senjata nuklir merupakan sebuah senjata yang dipandang sangat menakutkan, karena tidak lagi diangkut dengan menggunakan pesawat terbang, melainkan juga bisa diluncurkan dari negara yang mempunyai nuklir tersebut, jarak tempuh dari peluru kendali tersebut beraneka ragam tergantung jenisnya. Keberadaan dari senjata nuklir tersebut memiliki efek teror bagi setiap negara, karena dampak kerusakan yang ditimbulkan akan sangat besar durasi radiasi yang tidak sebentar. Hal tersebut memungkinkan bagi setiap negara untuk memiliki senjata tersebut, akan tetapi dengan konsekuensi yang sangat berbahaya, karena pengontrolan penggunannya sulit untuk dibatasi dan diawasi, sehingga apabila nantinya digunakan maka akan terjadi hal yang mengerikan. Di lain hal, jika melihat situasi ini dari perspektif Korea Utara, Korea Utara memiliki alasan tersendiri untuk melanjutkan pengembangan teknologi senjata nuklirnya, karena terkait dengan kapasitas nasional negaranya yang harus mampu melawan segala macam musuh yang tidak diketahui kapan mereka akan menyerang. Untuk menjadi sebuah negara yang kuat dan disegani oleh negara kuat lainnya adalah dengan mengembangkan kekuatan militer dalam negerinya, sehingga ancaman yang berasal dari luar tersebut dapat dikuasai. Keberadaan senjata nuklir pada perang dingin antara AS dan juga Uni Soviet mempunyai peran penting terhadap stabilisasi dan juga dampak dari senjata tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan tidak adanya peperangan secara langsung dan terbuka antara kedua negara, melainkan hanya berupa perlombaan pengembangan instrumen militer dan ideologinya saja. Maka dapat ditarik sedikit kesimpulan bahwa nuklir memiliki efek teror dan juga deterrence bagi pihak yang mempunyai senjata tersebut. AS sebagai negara dengan power dan kapasitas militer yang besar, serta memiliki senjata nuklir dalam jumlah yang banyak meragukan alasan Korea Utara untuk melakukan

6 pengembangan senjata nuklirnya, karena Korea Utara dirasa belum cukup dewasa untuk memiliki senjata yang mempunyai dampak kerusakan sangat besar tersebut. Upaya preventif yang dilakukan oleh AS untuk menjaga perkembangan senjata nuklir di Korea Utara tersebut memiliki kegagalan yang sulit untuk dikendalikan, karena membuka hubungan dengan Korea Utara sebagai negara yang berbeda ideologi dan mempunyai intensitas permasalahan hubungan yang cukup pelik sangatlah sulit. Hal ini semakin membuat harus lebih memikirkan cara beberapa kali lebih cepat dan cermat agar Korea Utara mau kembali berada dalam perjanjian dan kesepakatan untuk menghentikan perkembangan senjata nuklir di negaranya. Inti permasalahan dari kedua negara tersebut adalah untuk bertahan di tatanan sistem dunia internasional yang anarki. Maka dari itu, Korea Utara selaku negara yang mengembangkan teknologi senjata nuklirnya bermaksud untuk melakukan upaya self help dalam sistem internasional tersebut, dan juga sekaligus melakukan balance of terror terhadap AS yang juga memiliki nuklir dan instrumen militer yang kuat. Disatu sisi, AS ingin memaksimalkan fungsi nuklirnya yang seharusnya memiliki efek deterrence sehingga dapat menghentikan Korea Utara untuk melakukan pengembangan teknologi senjata nuklirnya. Sikap AS tersebut sulit untuk sejalan dengan Korea Utara karena pada dasarnya setiap negara memiliki hak untuk mengembangkan dan mempunyai senjata nuklir tersebut. Bagi Amerika Serikat, Korea Utara bukan hanya ancaman militer bagi tetangganya Korea Selatan dan ancaman tidak langsung bagi Jepang sebagai sesama negara kawasan, melainkan pengembangan nuklir dan misil nya menjadi ancaman bagi keamanan global. Amerika Serikat mempunyai persepsi yang tidak baik terhadap Korea Utara ketika di bawah rezim Bush, yaitu Amerika Serikat menganggap Korea Utara dan pemimpinnya tidak dapat dipercaya. Kemudian, Bush beranggapan bahwa Korea Utara merupakan rezim yang memiliki senjata pembunuh masal. Korea Utara menjadi isu utama dalam agenda kawasan Asia Timur pada awal Washington menyimpulkan bahwa pengembangan nuklir yang dilakukan Korea Utara tersebut sebagai alat penawaran yang ingin ditukar dengan bantuan ekonomi dari Amerika Serikat. Akan tetapi, pemerintahan Bush menolak melakukan diskusi lebih lanjut dengan Korea Utara dan menghentikan suplai minyak kepada Korea Utara. hal tersebut membuat

7 Korea Utara bereaksi dengan mengundurkan diri dari IAEA dan tetap menjalankan program nuklir di negara mereka. Kebijakan Amerika Serikat dibawah Bush tekait pengembangan nuklir Korea Utara mengalami kegagalan karena terpecahnya fokus Amerika Serikat dengan adanya perang Irak dan Afghanistan. Kemudian, pemerintahan Bush gagal melanjutkan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Agreed Framework yang telah dihasilkan pemerintahan di bawah rezim Clinton. Sanksi dan pendekatan Amerika Serikat yang bersifat hard power terhadap Korea Utara menjadi salah satu penyebab kegagalan kebijakan Amerika Serikat terhadap Korea Utara pada era pemerintahan Bush, karena Korea Utara memandang sanksi tersebut sebagai deklarasi perang. Pada era pemeritahan Bush Amerika Serikat mengalami pergeseran kebijakan luar negeri. Pemerintahan Bush meyakini bahwa krisis nuklir Korea Utara bukanlah semata-mata menjadi permasalahan internal Amerika Serikat saja, tetapi juga merupakan permasalahan internasional karena itu isu ini dapat diselesaikan dengan upaya-upaya kesepakatan dari komunitas internasional dengan meningkatkan kapasitas diplomasi terhadap negara-negara di kawasan tersebut. Pada periode tersebut Amerika Serikat lebih mengutamakan untuk mengupayakan diplomasi multilateral yang dinilai lebih tepat dan efektif dengan mengajak aktor-aktor regional seperti Jepang, China, Korea Selatan dan juga Rusia yang kemudian dikenal dengan Six Party Talks. Diawali dengan penarikan mundur Korea Utara dari NPT tentunya mengundang reaksi internasional yang cukup besar karena stabilitas kawasan Asia Timur tentunya akan menjadi sangat terancam. Korea Utara menjadi sebuah negara yang dianggap tidak memiliki komitmen untuk mengurangi tensinya atas isu pengayaan nuklir tersebut. Oleh karena itu juga, pada tahun 2003 muncul sebuah forum yang secara khusus membahas persoalan Asia Timur dalam kerangka meredakan tensi ancaman program pengayaan nuklir oleh Korea Utara yang dikenal dengan pertemuan segi enam ( Six Party Talks ) yang terdiri dari negaranegara poros kekuatan yaitu Amerika Serikat, China, Russia serta negara-negara kawasan yang memiliki dampak langsung dari isu tersebut yaitu Korea Utara, Korea Selatan, dan Jepang.

8 Amerika Serikat menjadikan kawasan Asia Timur sebagai fokus negara mereka, karena kawasan Asia Timur merupakan pusat dari kegiatan ekonomi yang paling dinamis, sehingga mempunyai julukan keajaiban ekonomi Asia Timur. 1 Fokus kebijakan Amerika Serikat bertumpu kepada kerjasama keamanan bilateral, seperti traktat aliansi keamanannya dengan Jepang dan Korea Selatan. Republik Rakyat China (RRC) menjadi prioritas perhatian Amerika Serikat di Asia Timur sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia yang menganut sistem pemerintahan komunis. Masalah semenanjung Korea terutama dalam kaitan dengan proliferasi senjata nuklir Korea Utara juga menjadi fokus Amerika Serikat dalam hal keamanan dan pertahanan. Kebijakan Amerika Serikat di Asia Timur cukup sensitif karena interaksi bilateral antara Amerika Serikat dan Jepang akan mempengaruhi pola kerjasama dengan China, dan begitu juga pola interaksi Amerika Serikat dengan Jepang akan mempengaruhi hubungan Amerika Serikat dengan China. Salah satu pendekatan dalam kebijakan Amerika adalah Triangle Interaction atau interaksi segitiga di Asia Timur antara Amerika Serikat, Jepang, dan China dalah kerjasama yang saling mempengaruhi dan mempunyai dampak positif dan negatif tergantung dari politik masing-masing negara terhadap salah satu negara itu. 2 Pada tahun 1990-strategi keamanan Amerika Serikat di Asia Timur meliputi: aliansi bilateral dan partnership, forward defense, dan menjadi stabilitator di Asia Timur. Namun terjadi perubahan kebijakan keamanan di bawah kepemimpinan presiden Bush yaitu, ketika Bush meyakini major power disatukan dengan perang melawan terorisme. Dalam US National Security Council, 2002, disebutkan bahwa Amerika Serikat mendukung kerja sama dengan major power lainnya. Memproklamirkan melawan kekerasan yang disebabkan oleh terorisme dan juga membangun nilai bersama diantara global power dan tantangan bersama. Dalam laporan ke Kongres Amerika Serikat pada September 2006 merefleksikan kebijakan Amerika Serikat di Asia Timur mempunyai tujuan untuk melaporkan strategi terkini dan dimasa yang akan datang di wilayah. Terlihat dengan adanya laporan ini bahwa 1 Mark Skousen, How Real Is the East Asia Economic Miracle? Free-Market Reforms Spur Economic Growth, diakses melalui, pada tanggal 20 Juni 2013 pukul WIB 2 Charles Horner, The Third Side of the Triangle: The China-Japan Dimension, dalam The National Interest, No.46, Winter 1996; Jhon F Cooper, U.S. Taiwan China Relations: a dificult triangle, Vital speeches, Vol. 65 No. 116, June 1, 1999.

9 Amerika Serikat memfokuskan kerjasama pertahanan di wilayah Asia Timur. Mantan Chairman Jim Leach dari seksi Asia dan Pasifik mengatakan bahwa kehadiran militer di luar negeri merupakan elemen pokok kebijakan keamanan nasional Amerika Serikat di Asia Timur. Amerika Serikat juga menjalin jaringan kerjasama dengan para sekutu di kawasan Asia Timur sehingga tercipta lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi. Multilateralisme Ad Hoc merupakan sebuah bentuk hubungan kerjasama antar beberapa negara dengan negara lain yang mempunyai tujuan untuk menyelesaikan masalah atau resolusi konflik. Komisi ad hoc pertama kali mengadakan konferensi pada tahun 1996 dimana konferensi tersebut dilaksanakan dalam sidang PBB, pada sidang tersebut komisi Ad Hoc membicarakan solusi untuk penyelesaian konflik yang berhubungan dengan terorisme, perang antar etnis, dan konflik yang berhubungan dengan proliferasi nuklir. Dimulai pada tahun 1995, kebijakan Amerika Serikat mengenai multilateralisme di Asia Timur semakin berkembang dalam bidang ekonomi dan keamanan, hal tersebut dibuktikan dengan adanya APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) untuk kerjasama dalam bidang ekonomi. Sedangkan untuk bidang keamanan Amerika Serikat berperan di dalam ARF (ASEAN Regional Forum). Terkait pengembangan nuklir Korea Utara, kerja sama multilateral yang dilakukan Amerika Serikat adalah dengan mengadakan perundingan enam negara atau yang dikenal dengan six party talks. Untuk di semenanjung Korea, Kebijakan politik dan keamanan sangat terfokus terhadap pengembangan nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara. Pandangan bahwa Korea utara menjadi ancaman regional begitu kuat di dalam kegiatan politik Amerika Serikat. Sehingga Amerika Serikat tetap mempertahankan pasukannya di Asia dan melanjutkan anggaran pertahanan dengan membuat program yang dikenal dengan program TMD (Theatre Missile Defense) di kawasan. 3 Nuklir Korea Utara mengancam perdamaian di dunia internasional, sehingga dalam situasi ini keamanan dapat dilihat dalam tiga tingkatan, yaitu individu, negara, dan internasional. Tingkat terendah ada pada keamanan individual, maksudnya adalah masalah keamanan muncul disebabkan oleh relasi antara negara dengan individu yang menjadi 3 John Feffer, U.S.-North Korea Relations, Jurnal Foreign Policy in Focus, Internet Gateway to Foreign Policy, Volume 4, No 15, 1999.

10 masyarakatnya melihat adanya benturan kepentingan antar individu yang dapat menjadi ancaman bagi negara. 4 Di tingkat nasional, kemanan adalah sebagai respon atas ancaman yang datang dari luar dalam bentuk serangan militer. Diplomasi sangat dibutuhkan dalam konteks ini, sebagai bentuk upaya memperkuat kekuatan negara untuk melawan ancaman yang datang dengan cara membangun koalisi, dan menggalang dukungan internasional untuk menggunakan kekuatan militer dalam upaya menghadapi ancaman dari luar. Ancaman bagi setiap negara tidak selalu dalam bentuk militer melainkan berupa penyebaran senjata, kriminal lintas negara, dan pengungsi korban akibat konflik. 5 Masalah keamanan di level internasional dilihat ketika keamanan merupakan jaminan stabilitas sistem internasional dengan menurunnya ketegangan dan kekerasan antar hubungan negara internasional. Kondisi internasional dikatakan aman apabila tidak adanya muncul kekerasan, ketegangan, dan konflik. Jika muncul konflik maka dapat diadakan sebuah proses yang bernama mediasi sebagai bentuk penyelasaian masalah. 6 Amerika Serikat melakukan diplomasi preventive sebagai bentuk upaya meredam pengembangan nuklir yang dilakukan oleh pihak Korea Utara agar dapat menjaga stabilitas keamanan di semenanjung Korea, kawasan Asia Timur, bahkan dunia internasional. Kebijakan Politik luar Negeri Amerika Serikat Di Asia Timur Jika dilihat dari sejarahnya, politik luar negeri Amerika Serikat memfokuskan terhadap keamanan dan pertahanan nasional. Hal ini dapat dilihat ketika pasca perang dunia kedua Amerika Serikat menerbitkan kebijakan keamanan yang dikenal dengan istilah Containment Policy, kebijakan ini digagas oleh Joseph Kennan yang notabene adalah Diplomat Amerika Serikat. Joseph kennan beranggapan bahwa Uni Soviet pasca perang dunia memperlihatkan sikap yang agresif, Containment Policy merupakan suatu kebijakan 4 R.P. Barston, Modern Diplomacy, Longman House, Harlow, UK, 1988, hlm Ibid., hlm Ibid.

11 untuk membendung konfrontasi yang terjadi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Containment Policy termasuk dalam NSC-68 yang diterbitkan oleh Presiden Harry Truman. 7 Politik Luar Negeri Amerika Serikat di era presiden George W Bush memberikan penekanan dan fokus untuk keamanan Nasional Amerika Serikat. Dengan adanya kunjungan para utusan Presiden Bush ke berbagai negara seperti Jepang, Korea Selatan, India, Rusia, China merefleksikan bahwa Amerika Serikat ingin mendapat dukungan dari negara-negara kawasan atas rencana besar yang Amerika Serikat tentang Missile defense system. Presiden Bush melakukan perubahan yang cukup signifikan dalam strategi global Amerika Serikat sejak era Presiden Reagan. Amerika Serikat melakukan sebuah langkah baru dalam pergeseran kebijakan luar negeri yang pada awalnya fokus keamanan hanya di negara kawasan Eropa dan Rusia, akan tetapi Amerika Serikat mengalihkan fokus keamanannya ke Asia dan China. Seperti yang dilaporkan CIA (Central Intelligence Agency), bahwa bahaya perang antar negara besar berada di kawasan Asia Pasifik. Faktor pendukung pemikiran diatas adalah, Korea Utara dan Korea Selatan mempercepat program modernisasi militer mereka. Amerika Serikat harus berindak dengan cepat, karena adanya kekuatan baru yaitu di kawasan Asia Timur. China sebagai kekuatan dominan di Asia patut diwaspadai oleh Amerika Serikat. Sebagaimana dikatakan oleh Deputy Secretary of State Richard L. Armitage, Bahwa Amerika Serikat harus meberikan perhatian yang lebih banyak daripada sebelumnya ke Asia. Washington melihat China mengalami sebuah kemajuan yang sangat pesat dalam bidang militer. China memperoleh kemajuan dalam pengembangan nuklir yang lebih canggih dan juga adanya perubahan kekuatan laut dan udara dengan menggunakan teknologi yang tinggi. Politik luar negeri Amerika Serikat dipengaruhi oleh pandangan tokoh-tokoh kunci administrasi Presiden Bush atas kepentingan nasionalnya. Kritik tajam yang disampaikan oleh Partai Republik pada ara Presiden Bush kepada administrasi Partai demokrat pada era Presiden Clinton berisi tentang bahwa Amerika Serikat selalu mementingkan norma-norma 7 Peter G Tinsley, Grand Strategy for The United States in the 21st Century (A Look at the National Security Document of 2002 and Beyond) USAWC Strategy Research Project, U.S. Army War College, March 2005, hal. 11.

12 internasional daripada pemenuhan National Interest. Partai Republik di era Bush menekankan pada Freedom, Posperity, dan Peace yang bermakna bahwa perdamaian merupakan kondisi utama bagi kesejahteraan dan kebebasan dengan sebuah pengharapan terhadap dunia yang lebih demokratis. 8 Berbeda dengan Bush, Presiden Bill Clinton lebih banyak berfokus pada permasalahan ekonomi daripada militer. Kebijakan Amerika Serikat di era Clinton cenderung mengarah pada upaya-upaya untuk menciptakan perdamaian dengan jalur diplomasi. Dalam permasalahan nuklir yang terjadi di semenanjung Korea, upaya yang dilakukan Presiden Clinton adalah melakukan Diplomasi Track One. Tercatat ada dua kunjungan yang dilakukan diplomat Amerika Serikat ke Korea Utara perihal permasalahan nuklir dan melakukan negosiasi. Kunjungan pertama adalah kunjungan yang dilakukan oleh Willian Perry pada tanggal Mei sedangkan kunjungan berikutnya dalah kunjungan Madeleine Albright pada tanggal Oktober Kepentingan Amerika Serikat di Kawasan Asia Timur Dengan masih tidak menentunya keadaan di kawasan asia timur walaupun dewasa ini perang dingin telah berakhir, dan pasca dari dari perang dingin tersebut dihasilkan tiga isu dinamika keamanan regional di asia timur yaitu diantaranya adalah masalah hubungan Jepang dengan negara tetangga, ketegangan hubungan antara China dan Taiwan, dan perang yang tak terselesaikan antara dua negara Korea yaitu Korea Selatan dan Korea Utara. 10 Secara geografis kawasan asia timur adalah kawasan yang memiliki nilai penting dalam pusat pusat kegiatan dunia. Kawasan asia timur merupakan suatu kawasan yang paling cocok untuk memahami pentingnya regionalisme dalam membangun jaringan interaksi 8 Widjojo, A, (2001). Jurnal Studi Amerika, Vol. VII, hlm R.Aditia Harisasongko, Diplomasi Amerika Serikat terhadap Korea Utara dalam Upaya Menyelesaikan Krisis Nuklir di Semenanjung Korea ( ), Jurnal Global & Strategis, Th. 2, No. 2, Juli-Desember 2008, hlm Barry Buzan and Ole Waefer, Regions and Power The Structure of International Security, (Cambridge: Cambridge University Press, 2003), hal. 152.

13 yang bersifat multilateral. 11 Kawasan Asia Timur merupakan kawasan potensial bagi Amerika Serikat yang telah menjadi kekuatan baru abad ini, karena negara-negara di kawasan ini merupakan salah satu jaminan kelangsungan hidup bagi negara ini. Pasca penyerangan pada tanggal 7 Desember 1941 yang dilakukan oleh pihak Jepang di Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii, membuat Amerika Serikat menyadari betapa pentingnya kawasan Asia Timur bagi keamanan wilayahnya. 12 Hal ini disebabkan oleh posisi letak Asia Timur yang berbatasan langsung dengan kawasan Amerika Serikat di bagian pantai timur. Dengan adanya ancaman ini Amerika Serikat perlu membuat strategi yang bertujuan untuk menjaga pertahanan dan keamanannya agar tidak mengancam kebijakan Amerika Serikat tersebut. Setelah perang dingin berakhir, Amerika Serikat tetap berperan bagi regional dan sebagai kekuatan penyeimbang. Pada pertengahan 1990, Amerika Serikat sangat mengejar hegemoninya di Asia Timur. Ada hal yang membuat Amerika Serikat menjadi suatu kekuatan hegemoni yaitu Amerika Serikat telah melakukan hubungan bilateral dengan negara penting di Asia Timur seperti Korea Selatan, yang merefleksikan kedua belah pihak selama perang dingin berlangsung. 13 Setelah kejadian 11 september yaitu adanya serangan terorisme yang dilakukan oleh al-qaeda terhadap Amerika Serikat dengan sasarannya yaitu gedung WTC atau World Trade Centre telah mengubah kebijakan politik Amerika Serikat, serangan teroris terhadap Amerika Serikat tersebut telah merubah persepsi tentang ancaman bagi Amerika Serikat, yakni bahwa adanya ancaman kepada kepentingan Amerika Serikat, bisa mengenai pertahanan di dalam negeri Amerika Serikat. Oleh karena itu Amerika Serikat merasa keamanan di Asia Timur harus ditingkatkan. 11 Bantarto Bandoro Agenda dan Penataan Keamanan di Asia Pasifik. Jakarta: CSIS. Hal Amir F. Hidayat & H.G. Abdurrasyid Ensiklopedi Negara-negara di Dunia. Bandung: Pustaka Setia. Hal RA Cossa, Everything is going tomove everywhere, but not just yet, Comparative Connections: An E- Journal on East Asian Bilateral Relations, 2003, hal 5.

14 Kepentingan Amerika Serikat terhadap Korea Selatan Amerika Serikat merasa Korea Selatan merupakan partner negara mereka di kawasan Asia Timur, hal ini disebabkan Korea Selatan sangat mendukung penghentian pengembangan nuklir oleh Korea Utara. Kerja sama antara Amerika Serikat terlihat dengan berdirinya sebuah organisasi yang ditujukan sebagai pendampingan terhadap proses konstruksi LWR di Korea utara, sesuai dengan kesepakatan bilateral yang telah disepakati oleh Amerika Serikat dan Korea Utara. Organisasi tersebut dikenal dengan Korea Peninsula Energy Development Organization (KEDO), pertama kali diprakarsai oleh tiga negara yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Korea selatan berperan aktif dalam forum dialog six party talks yang sangat merefleksikan kedekatan hubungan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan. Adanya kerjasama dalam bidang pertahanan dan keamanan dengan Korea Selatan memperlihatkan kepentingan Amerika Serikat terhadap Korea Selatan. Dengan adanya kunjungan Presiden Kim Dae Jung ke Washington pada Maret 2001 terkait krisis nuklir di Korea Utara juga merefleksikan adanya hubungan kerjasama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan. Kepentingan Amerika Serikat terhadap China Dimulai pada tahun 1990-an, terutama ketika era kepemerintahan Presiden Clinton, kebijakan Amerika Serikat terhadap China dikenal dengan istilah strategy of comprehensive engagement yang menjelaskan bahwa Amerika Serikat melakukan kerja sama dengan Cina sebagai kekuatan yang sedang tumbuh. Amerika Serikat mendorong Cina menjadi negara yang stabil, terbuka, tidak agresif, dan juga menghargai pluralisme politik dan aturan-aturan internasional. 14 Hubungan Amerika Serikat dengan Cina lebih bersifat antagonistik, hal ini direfleksikan dengan adanya pertentangan yang serius di awal tahun 1999 terkait isu pencurian teknologi nuklir Amerika Serikat untuk pengembangan nuklir Cina. Permasalahan Taiwan pun menjadi pertentangan yang cukup serius antara Amerika Serikat dan Cina. Namun, pada akhir tahun 1999 Amerika Serikat dan Cina melakukan Kerja sama dalam 14 Speech of Stanly O. Roth, pada Subcommite on East Asian and Pacific Affairs, Senate Foreign Relations Commite, Washington DC., 7 Mei 1998.

15 bidang ekonomi dunia dalam sebuah forum yang dikenal dengan World Trade Organization (WTO). 15 Sejak tahun 2002 ketika krisis nuklir semenanjung Korea terjadi kembali, Cina sangat memperhatikan program nuklir Korea Utara. Karena Cina menginginkan semenanjung Korea tanpa nuklir, hal ini dikarenakan Cina mempunyai keinginan agar lingkungan di kawasan Asia Timur stabil sehingga Cina dapat fokus dalam melakukan pembangunan ekonomi-nya. Cina berperan besar dalam Six Party Talks dan berusaha keras membujuk Korea Utara untuk menghentikan program pengembangan nuklir-nya. 16 Hubungan Cina dan Korea Utara tidak sedekat pada masa Perang Dingin, hubungan Cina dan Korea Utara diliputi ketegangan yang membuat hubungan kedua negara ini tidak harmonis. Amerika Serikat mengharapkan Cina dapat membujuk Korea Utara agar menghentikan pengembangan nuklir-nya. Menurut perspektif Cina, Konflik di semenanjung Korea dapat mengakibatkan kekacauan perdagangan dan iklim investasi di Asia Timur dan berdampak pada perekomomian Cina yang sangat bergantung pada sektor perdagangan. Masih menurut perspektif Cina, bahwa perdagangan memerlukan stabilitas terutama ketiga partner perdagangan Cina yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan terlibat dalam konflik semenanjung Korea dimana konflik tersebut akan berdampak terhadap perdagangan dan regional dan perekonomian Cina. Hubungan kerja sama antara Amerika Serikat dan Cina yang erat dalam menyelesaikan krisis di semenanjung Korea mementahkan prediksi para pengamat, yang dimana banyak pengamat memprediksi akan ada gesekan antara Amerika Serikat dan Cina dalam penyelesaian krisis di semenanjung Korea. Hal di luar dugaan terjadi, karena Cina tidak mendukung pengembangan nuklir Korea utara dan melakukan kerja sama dengan Amerika Serikat. 15 Florence Chong, Welcome to my World, Australian, November 17, Gu Guoliang, Op. Cit, hlm.39.

16 Kepentingan Amerika Serikat terhadap Jepang Nuklir menjadi sebuah kekuatan yang sangat berguna bagi Korea Utara dalam mencapai kepentingan nasional-nya, dengan memiliki nuklir maka Korea Utara dapat memberikan ancaman kepada negara-negara di kawasan maupun internasional. Amerika Serikat sebagai negara yang super power melakukan langkah-langkah kerja sama terkait isu nuklir di semenanjung Korea yang mengancam perdamaian dunia. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Amerika Serikat melakukan kerja sama dalam bidang pertahanan dengan Jepang yang merupakan sekutu dari Amerika Serikat bersama dengan negara yang berasal dari kawasan Asia Timur lainnya yaitu Korea Selatan. Pada tahun 1998 terdapat kerjasama yang dilakukan Amerika Serikat-Jepang yang merefleksikan kepentingan Amerika Serikat terhadap Jepang. Kerjasama tersebut bertujuan untuk memperkuat pertahanan dan keamanan antara Jepang dan Amerika Serikat berupa undang-undang yang terdiri dari tiga elemen, yaitu: Undang-undang untuk mengamankan keamanan di area sekitar Jepang. Undangundang ini menjelaskan jenis-jenis dukungan yang diberikan oleh Amerika Serikat. 2. Undang-undang yang merevisi hukum Self Defense Force (SDF) agara dalam penyelamatan warga negara Jepang yang di luar negeri SDF menggunakan kapal transportasi dan kapal penghancur yang berfungsi sebagai transportasi tambahan dari transportasi udara. 3. Undang-undang untuk merevisi ACSA yang memungkinkan Jepang untuk mengadakan dukungan logistik untuk sesyatu kemungkinan yang tidak terduga di area sekitar Jepang yang memiliki pengaruh penting terhadap proses perdamaian dan kemanan Jepang. Terkait dengan ancaman dari Korea Utara, Jepang menerapkan kebijakan dua sisi (double sided) atau yang dikenal juga dengan dual diplomacy. Kebijakan tersebut 17 David Fouse, Japan s Post-Cold War North Korea Policy: Hedging towards Economy?, Asia-Pacific Center for Security Studies, 2004, hlm. 5.

17 menjelaskan bahwa Jepang melakukan kerja sama dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam mengatasi ancaman yang diberikan oleh Korea Utara. 18 Kerja sama yang dilakukan oleh Amerika Serikat-Jepang terkait isu nuklir yaitu dalam six party talks dan kerja sama dalam keamanan dan pertahanan. Dalam forum six party talks yang bertujuan untuk membahas nuklir Korea Utara, Amerika Serikat beranggapan bahwa keikutsertaan Jepang dalam forum tersebut sangat penting bagi perkembangan pembahasan isu pengembangan nuklir Korea Utara. 19 Faktor-faktor tersebut yaitu posisi letak Jepang di kawasan Asia Timur, yang memudahkan Jepang untuk melakukan koordinasi dengan Korea utara dan status Jepang sebagai salah satu aliansi Amerika Serikat, terkait dalam isu nuklir Korea Utara. Persamaan Visi dan tujuan yang sama terkait nuklir Korea Utara menjadikan salah satu faktor Amerika Serikat melakukan kerja sama dengan Jepang di dalam forum six party talks. Alasan lain yang membuat Amerika Serikat berkerja sama dengan Jepang adalah karena Jepang memiliki power dan pengaruh di kawasan Asia Timur dan dunia internasional. 20 Kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia timur terlihat dari adanya kerja sama dengan negara-negara di kawasan dalam bidang ekonomi, pertahanan dan keamanan, dan politik. Sehingga Amerika Serikat memandang kawsan Asia Timur khususnya semenanjung Korea merupakan daerah yang cukup strategis. Menurut Amerika Serikat, kawasan Asia Timur menjadi kekuatan baru di dunia internasional, dimana salah satu contoh adalah adanya kerja sama dengan Cina dalam bidang ekonomi dan perdagangan merefleksikan kepentingan Amerika Serikat di kawasan Asia Timur. Adanya kerja sama dalam bidang pertahanan dan keamanan dengan negara sekutu di Asia Timur yaitu Jepang dan Korea Selatan, memperlihatkan tujuan Amerika Serikat untuk menciptakan stabilitas dan perdamaian di Asia Timur. 18 Social Science Research Council, Japan s Dual-Approach Policy Toward North Korea: Past, Present, and Future, dalam diakses tanggal 4 Mei Maaike Okano-Heijmans, Japan as Spoiler in the Six-Party Talks: Single-Issue Politics and Economic Diplomacy towards North Korea, dalam Okano_Heijmans/2929, diakses tanggal 5 Maret Ibid.

18 Dengan semakin kompleks-nya permasalahan krisis nuklir di semenanjung Korea membuat Amerika Serikat harus melakukan hubungan kerja sama multilateral dengan melakukan sebuah forum dialog dengan negara-negara terkait isu nuklir Korea Utara. Dialog tersebut terkenal dengan sebutan six party talks atau dialog enam negara, yang berfungsi sebagai negosiasi secara komprehensif terhadap isu pengembangan nuklir Korea Utara. Enam negara yang terlibat dalam six party talks, yaitu Amerika Serikat, China, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Rusia. Ide awal diadakan negosiasi multilateral tersebut berasal dari Perdana Menteri Jepang yaitu Obuchi Keizo yang mengajukan proposal negosiasi enam negara pada tahun Akan tetapi proposal tersebut tidak mendapat respon dari pihak lain. Jepang beranggapan, dengan adanya uji coba Tae podong-1 oleh Korea Utara pada tahun 1998 dapat menganggu stabilitas keamanan di Jepang. 21 Akhirnya pada tahun 2002 Amerika Serikat mengajukan proposal yang sama, setelah diketahui bahwa Korea Utara mengembangkan program nuklir berbasis uranium. Pertemuan segi 6 ( Six Party Talks ) tersebut terjadi pada tahun 2003 yaitu yang dinamakan Six Party Talks yang khusus membahas masalah nuklir korea utara yang anggotanya berisikan AS, korea utara, korea selatan, china, Russia, jepang. Pertemuan segi 6 adalah kerangka negosiasi multilateral yang bertujuan untuk menuntaskan krisis nuklir Korea Utara putaran kedua, Kerangka multilateral itu sangat kontras dengan keadaan pertemuan bilateral Korea Utara dan AS yang mencapai konklusi krisis nuklir Korea Utara putaran pertama. 22 Pada tanggal 1 Agustus 2003, Korea Utara menyatakan kesediannya berpartisipasi di dalam dialog multilateral dalam kerangka six party talks. Putaran pertama six party talks diadakan di Beijing pada tanggal Agustus Terjadi perbedaan pendapat dan perbedaan jarak antara Amerika Serikat dan Korea Utara pada dialog pertama tersebut sehingga tidak mencapai suatu hasil yang signifikan. Di dalam ronde pertama six-party talks 21 Maaike Okano-Heijmans, Japan as Spoiler in the Six Party Talks: Single-Issue Politics and Economic Diplomacy towards North Korea, dalam Maaike Okano_Heijmans/2929, diakses tanggal 5 Maret Korea Utara A-Z, dalam, Diakses pada tanggal 18 April 2013 pukul WIB.

19 ini, Korea Utara mendeklarasikan diri sebagai sebuah negara dengan persenjataan nuklir dan dapat melakukan uji coba nuklir. 23 Putaran kedua six-party talks kembali diadakan di Beijing pada tanggal Februari Di dalam ronde kedua tersebut menghasilkan beberapa kemajuan yang dicapai, dimana terdapat dua isu spesifik yang membuat Korea Utara terpisahkan dari pihak lainnya dalam dialog tersebut. Pertama, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang menginginkan Korea Utara menghentikan proyek pengembangan nuklir-nya, sedangkan di satu sisi Korea Utara menginginkan agar tetap melakukan pengembangan nuklir, dan ingin memiliki fasilitas untuk perdamaian (peaceful purposes). Kedua, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang menginginkan Korea Utara mengakui bahwa Korea Utara mengembangkan dan memiliki program pengembangan pengayaan uranium di dalam fasilitas-nya. 25 Setiap pihak yang terlibat dalam six-party talks telah melakukan kesepakatan untuk memulai putaran ketiga sebelum akhir Juni 2004, dan adanya sebuah pertemuan yang disebut working group yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu yang pertama diadakan pada tanggal Mei dan yang kedua pada tanggal Juni Permasalahan yang terjadi di putaran pertama dan kedua, yaitu terdapat perbedaan posisi dan pendapat, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang berada dalam posisi untuk memaksa Korea Utara untuk segera menghentikan program nuklir-nya, tidak dapat dikembalikan, dan dapat diverifikasi. Korea Utara mempunyai pendapat yang berbeda, yaitu Korea Utara ingin tetap melaksanakan program nuklir untuk perdamaian harus diperbolehkan. Korea Utara hanya setuju dengan penonaktifan program persenjataan nuklir. Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang menginginkan Korea Utara mengakui program pengayaan nuklir-nya akan tetapi Korea Utara tidak mengakui program pengayaan uranium tersebut Australian Government: Department of Foreign of Affairs and Trade, Op.Cit,. 24 Arms Control Association, Op. Cit,. 25 Ibid. 26 Australian Government: Department of Foreign Affairs and Trade, Op, Cit,. 27 Ministry of Foreign Affairs of Japan, The Second Round of the Six-Party Talks (Overview and Evaluation) dalam diakses tanggal 6 Maret 2013.

20 Putaran ketiga six-party talks tetap dilaksanakan kembali di Beijing pada tanggal Juni Di dalam pertemuan multilateral tersebut Amerika Serikat mengajukan proposal yang bertujuan sebagai usaha preventif terkait nuklir Korea Utara. Dalam proposal tersebut berisi tentang pemberian bantuan bahan bakar minyak untuk Korea uatar yang diberikan oleh China, Rusia, dan Amerika Serikat setelah adanya persetujuan bahwa Korea Utara akan menghentikan program nuklir-nya. Amerika Serikat dan pihak lain yang terlibat dalam six-party talks akan merencanakan draft mengenai perjanjian keamanan multilateral dan mulai melakukan penyelidikan atas kebutuhan yang dibutuhkan Korea Utara. Amerika Serikat juga bersedia melakukan diskusi bilateral dengan Korea Utara untuk membahas pengangkatan sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat terhadap Korea Utara. 28 Akan tetapi Kementrian Korea Utara menyatakan bahwa program nuklir yang dilakukan negara mereka adalah sebagai usaha preventif dari Korea utara untuk keamanan negara mereka. Korea Utara menunda pembicaraan lebih lanjut terkait six-party talks hingga Korea Utara menemukan alasan yang tepat bagi Korea Utara untuk kembali melanjutkan dialog dan hingga menemukan atmosfer yang tepat untuk melanjutkan dialog six-party talks. 29 Pada tanggal 2 Maret 2005, Korea Utara mengeluaran sebuah pernyataan bahwa Korea Utara sudah tidak terikat moratorium lima tahun atas uji coba nuklir missil balistik (missil jarak jauh), kemudian pada tanggal 31 Maret 2005 Korea Utara mendeklarasikan diri sebagai negara yang menguasai senjata nuklir dan menginginkan dialog dalam kerangka sixparty talks dilanjutkan apabila adanya persamaan status dari setiap negara anggota dialog dalam kerangka six-party talks bahwa dialog tersebut akan bertujuan sebagai pelucutan senjata (disarmament talks). 30 kemudian pada tanggal 9 Juli 2005, Korea Utara memberikan pernyataan tentang kesedian Korea Utara melanjutkan dialog six-party talks pada tanggal 25 Juli Kemudian, putaran keempat six-party talks dimulai pada tanggal 26 Juli hingga & Agustus 2005, pada dialog tersebut berakhir dengan reses dan masing-masing negara melanjutkan kembali ronde keempat pada tanggal September 2005, yang akhirnya masing-masing negara dalam dialog tersebut menghasilkan konsensus. 28 Arms Control Associatin. Op. Cit,. 29 GlobalSecurity.org, Weapons of Mass Destruction (WMD): Nuclear Weapons Development, dalam diakses tanggal 6 Maret Wade L Huntley, The Six-Party Talks Agreement, dalam Institute for Policy Studies dalam the_ six_party_ talks_agreement, diakses tanggal 6 Maret 2013.

21 Kemudian pada tahun 2005, forum tersebut mengeluarkan hasil setelah empat kali putaran dialog yang tidak menghasilkan apapun, terdapat titik temu bahwa semua pihak menandatangani sebuah perjanjian yang menitik beratkan pada pemberhentian program pengayaan nuklir Korea Selatan di Yongbyon dan Korea Selatan harus segera bergabung kembali kedalam NPT serta berada dalam pengawasan IAEA kembali. Pada tanggal 19 September 2005, negara-negara yang terlibat dalam forum six-party talks telah berhasil mengartikulasikan konsensus terkait rangkaian prinsip yang menjelaskan tujuan dari dilangsungkan-nya six-party talks. 31 Di dalam ronde keempat six-party talks ini, Amerika Serikat bersama keenam negara lain sepakat memberikan bantuan kepada Korea Utara berupa reaktor LWR (Light-Water Nuclear Reactor) yang berfungsi sebagai pembangkit listrik. 32 Putaran kelima six party talks dimulai pada tahun 9-11 September 2005, di Beijing. Di dalam dialog tersebut Jepang dan Korea Selatan mengajukan perencanaan yang cukup mendetail sebagai pengimplementasian pernyataan konsensus bersama pada bulan September. Kedua negara mengajukan usulan berupa proposal tiga butir atas isu pembahasan, yaitu pebghentian pembangunan tenaga nuklir di Korea Utara, meberikan bantuan ekonomi dan energi untuk Korea Utara, dan butir terakhir adalah isu bilateral untuk Korea Utara, baik dengan Amerika Serikat maupun Jepang. Dialog tersebut tidak menghasilkan keputusan apapun, terkait dengan tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Korea Utara. 33 Amerika Serikat tidak menemukan kata sepakat pada dialog tersebut dengan Korea Utara, Karena pembicaraan yang diadakan pada dialog kelima tersebut tidak merefleksikan apa yang dinginkan Amerika Serikat terkait pengembangan nuklir Korea Utara. Terlihat jelas peran Amerika Serikat dalam six-party talks yaitu, Amerika Serikat sebagai negara pencetus diadakan-nya dialog enam negara untuk mengatasi program pengembangan nuklir Korea Utara. Amerika Serikat sebagai negara yang sangat menentang keras pengembangan nuklir Korea utara, mendorong dialog enam negara yang dikenal 32 Ibid. 33 Arms Control Association, Op. Cit,.

22 dengan six-party talks ini agar Korea Utara menghentikan program nuklir-nya sehingga menjamin stabilitas keamanan internasional. Di dalam six-party talks Amerika Serikat berperan aktif dan menjadi negara yang memimpin proses dialog enam negara tersebut, hal ini disebabkan oleh Amerika Serikat sebagai negara yang mempunyai kekuatan yang cukup dominan diantara negara-negara lain yang terlibat dalam dialog tersebut. Pada tahun 2006 terjadi kembali sebuah lonjakan konflik dikarenakan ditemukannya bukti bahwa terdapat praktik pencucian uang yang dilakukan oleh sebuah Bank bernama Banco Delta Asia yang memiliki 50 akun lebih. 34 Aliran uang tersebut dibuktikan mengalir kepada pendanaan Korea Utara. Dari pembuktian tersebut Korea Utara justru mengambil tindakan provokatif yang menyatakan bahwa Korea Utara akan melakukan sebuah uji coba nuklir pada bulan Oktober Setahun berikutnya, China, pada akhirnya turut menekan pemerintahan Kim Jong-Il untuk melakukan perencanaan denuklirisasi yang cukup efektif dan terbukti pada bulan Oktober 2007 Korea Utara menyetujui usulan tersebut demi mendapatkan bantuan internasional. Perencanaan denuklirisasi ini juga diiringi dengan normalisasi hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan. Kesimpulan Pada kesimpulannya, kebijakan Amerika Serikat terhadap Korea Utara. Krisis nuklir di semenanjung Korea yang terjadi di akhir tahun 2002, cukup menjadi masalah besar di dunia internasional. Krisis nuklir yang terjadi di semenanjung korea semakin lama semakin bertambah rumit ketika antara kedua belah pihak yaitu Amerika Serikat dan Korea Utara saling menunjukan sikap arogannya dan menciptakan Perang pernyataan. Dari konflik yang terjadi antara Amerika Serikat dan Korea Utara tentu akan menimbulkan dampak dari krisis ini, yaitu adanya keterlibatan negara-negara lain di beberapa pertemuan yang mebicarakan tentang krisis ini, negara-negara tersebut adalah Korea Selatan, China, Jepang, Rusia. Dalam setiap pertemuannya negara-negara yang cukup memiliki power yang kuat di kawasan Asia selalu aktif mengikuti perkembangan krisis nuklir Korea ini. Amerika Serikat adalah salah satu negara yang memiliki senjata nuklir. Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki senjata tersebut mengetahui dampak buruk dari 34 Ibid.

23 keberadaan senjata nuklir tersebut apabila berada dalam pihak yang salah. Dalam hal ini Korea Utara yang mengembangkan teknologi persenjataan nuklirnya beberapa kali mendapat kecaman dari negara-negara lain yaitu, Korea Selatan, China, Jepang, Rusia dan tentunya Amerika Serikat. Kondisi tersebut menempatkan Korea Utara dalam posisi yang kurang baik untuk melanjutkan pengembangan nuklirnya, akan tetapi sekaligus dapat menjadi alasan strategis untuk terus melanjutkan pengembangan senjata nuklir tersebut. Berawal dari pembicaraan Six Party Talks tersebut, salah satu bentuk intrumen soft power yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Korea utara adalah dengan memberikan bantuan makanan. Bantuan tersebut diberikan terlepas dari isu pengembangan senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara melainkan terdapat isu yang cukup krusial yaitu mengenai kelaparan yang melanda masyarakat Korea Utara. Meskipun demikian, hal tersebut tentunya memiliki pengaruh kepada negosiasi yang terjadi dalam Six Party Talks, karena setelah memberikan bantuan makan tersebut, Amerika Serikat selanjutnya memulai sebuah pertemuan dengan China untuk membahas keberlangsungan Six Party Talks dalam kaitannya denuklirisasi di semenanjung Korea. Hal ini dilakukan oleh Amerika Serkat sebagai bagian dari upaya diplomasi yang lebih efektif dalam mendesak Korea Utara secara halus. Oleh karena itu bantuan makanan dapat dikategorikan juga sebagai bagian dari instrumen Soft Power karena bantuan makanan diharapkan dapat meredakan ketegangan yang ada. Dalam metode Stick and Carot konsep Stick merupakan pemaknaan dari konsep intrumen Hard Power yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Hal ini dapat dijelaskan mengenai bagaimana Amerika Serikat menggunakan instrumen Hard Power sebagai perimbangan dari pendekatan Soft Power. Hard Power dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep power (kekuatan) untuk memengaruhi dengan jalan yang represif, dalam konteks ini maka Hard Power dapat dimaknai dengan perilaku suatu negara dalam menggunakan kekuatan yang bersiifat represif atau military action. 35 Inti dari penggunaan hard power adalah untuk sama-sama memengaruhi negara lain hanya saja perbedaan secara teknis antara soft power dan hard power terletak pada bentuk instrumen dari politik luar negerinya. 35 Hard Power, dalam, diakses pada tanggal 21 Maret 2013 pukul WIB.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Perkembangan senjata nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki hingga saat ini telah mempengaruhi politik luar negeri antara negara-negara di dunia. Dimana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016

Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016 Andy Rachmianto Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI KORINWAS 12 Mei 2016 SAFETY SAFEGUARDS SECURITY IPTEK NUKLIR Keamanan nuklir mencakup keamanan bahan nuklir

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

BAB 3 DAMPAK PENGEMBANGAN NUKLIR KOREA UTARA TERHADAP KOMPLEKSITAS KEAMANAN REGIONAL ASIA TIMUR

BAB 3 DAMPAK PENGEMBANGAN NUKLIR KOREA UTARA TERHADAP KOMPLEKSITAS KEAMANAN REGIONAL ASIA TIMUR BAB 3 DAMPAK PENGEMBANGAN NUKLIR KOREA UTARA TERHADAP KOMPLEKSITAS KEAMANAN REGIONAL ASIA TIMUR 3.1 Respon Jepang Terhadap Pengembangan Senjata Nuklir Korea Utara Setelah Perang Dunia II, Jepang mengalami

Lebih terperinci

BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA

BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA BAB III SIX PARTY TALKS SEBAGAI SARANA UNTUK MENYELESAIKAN KRISIS NUKLIR KOREA UTARA Program pengembangan senjata nuklir Korea Utara dinilai mampu mengancam ketentraman dan stabilitas keamanan negara negara

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan pergaulan masyarakat internasional, kerjasama antar negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG Penutupan Kaesong pada tahun 2016 merupakan sebuah berita yang mengejutkan bagi berbagai

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010 Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, 09-11-2010 Selasa, 09 November 2010 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN

Lebih terperinci

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

SEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama

BAB V. Kesimpulan. Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama BAB V Kesimpulan Seperti negara-negara lain, Republik Turki juga telah menjalin kerja sama ekonomi melalui perjanjian perdagangan bebas dengan beberapa negara secara bilateral, seperti perjanjian perdagangan

Lebih terperinci

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA

AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI. Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI PARLEMENTER : STUDI KASUS KONFERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG ANALISIS KEPENTINGAN NASIONAL Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL Oleh: Triyono Wibowo Dubes/Watapri Wina PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca serangan kelompok teroris Al Qaeda di pusat perdagangan dunia yaitu gedung WTC (World Trade Centre) pada 11 September 2001 lalu, George Walker Bush sebagai Presiden

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi

variable yang nyata di dalam tubuh SAARC. India sebagai pivotal power di kawasan memang sudah melakukan beberapa upaya untuk mendukung integrasi BAB IV KESIMPULAN Skripsi ini berusaha untuk menjawab dua pertanyaan masalah, yaitu mengapa kohesivitas regional di dalam SAARC sampai saat ini masih cenderung lemah dan juga apa saja yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan apa yang telah disampaikan dalam bagian pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut. Dewan Keamanan berdasarkan kewenangannya yang diatur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG

BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG BAB III SISTEM PEMERINTAHAN JEPANG DAN TRANFORMASI KEBIJAKAN KEAMANAN DAN DEPARTEMEN KEAMANAN JEPANG Pada bab ini, penulis akan menjelaskan sistem pemerintahan Jepang dan transformasi kebijakan kemanan

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA

PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE AMERIKA SERIKAT TERHADAP KONDISI STABILITAS KEAMANAN SEMENANJUNG KOREA ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2017, 5(4) 1331-1338 ISSN 2477-2623 (online), ISSN 2477-2615 (print), ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN EXTENDED DETERRENCE

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci