BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran umum Wilayah Eks-Karesidenan Pekalongan. Karesidenan adalah pembagian admistratif dalam Provinsi pada zaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran umum Wilayah Eks-Karesidenan Pekalongan. Karesidenan adalah pembagian admistratif dalam Provinsi pada zaman"

Transkripsi

1 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran umum Wilayah Eks-Karesidenan Pekalongan Karesidenan adalah pembagian admistratif dalam Provinsi pada zaman Hindia-Belanda hinga tahun 1950-an. Dalam Karesidenan terdiri dari beberapa upaten dan Kota. Tidak semua Provinsi di Indonesia terbentuk Karesidenan, hanya ada di pulau Jawa, Sumatra, Lombok, Kalimantan dan Sulawesi. Wilayah Karesidenan biasanya di bentuk di wilayah yang banyak penduduknya. Saat ini Karesidenan sudah tidak di gunakan lagi. Penggunaan Kata Karesidenan sudah tidak digunakan secara formal, saat ini penggunaan kata Karesidenan digunakan secara informal, Eks-Karesidenan hanya di gunakan dalam pengelompokan tanda kendaraan yang dilakukan berbagai wilayah di Indonesia salah satunya di pulau Jawa, baik Jawa tengah, Jawa Timur, Jawa Barat. Di Jawa tengah senidiri Eks-Karesidenan terbagi terdapat 6 wilayah eks karesidenan, yaitu: Eks Karesidenan Banyumas, Eks Karesidenan Kedu, Eks Karesidenan Pati, Eks-Karesidenan Pekalongan, Eks Karesidenan Semarang, Eks Karesidenan Surakarta. dalam penelitian ini ruang lingkup wilayah yang digunakn adalah Eks-Karesidenan Pekalongan yang tebagi menjadi dari lima kabupaten dan 2 kota wilyah admistratif yaitu : 1) upaten Batang 2) upaten Pekalongan 3) Kota Pekalongan 52

2 53 4) upaten Pemalang 5) upeten Tegal 6) Kota Tegal 7) Dan upaten Brebes. B. Letak gorafis upaten/kota di Karesidenan Pekalongan 1. upaten Batang upaten Batang terletak antara lintang selatandan antara dan 110 o bujur timur Batas-batas upaten Batang berbatasan dengan - Sebelah Barat :.Pekalongan dan Kota Pekalongan - Sebelah Selatan :.Wonosobo dan. Banjarnegara - Sebelah Timur :.Kendal I lahan - Sebelah Utara : laut Jawa upaten Batang terbagi menjadi 15 Kecamatan.Dengan Luas wilayah Ha. Terdiri dari 28,41% lahan sawah dan 71,59% lahan bukan sawah. Lahan yg digunakan sawah sebagian besar untuk irigasi persawah dan lahan bukan bukan sawah di gunakan untuk huma berupa pekarang, perkebunan, hutan negara, tambak/kolam dan padang rerumputan. 2. upaten Pekalongan upaten Pekalongan terletak di antara lintang selatan dan antara bujur timur. upaten Pekalongan berbatasan dengan - Sebelah Utara : Laut Jawa & Kota Pekalongan - Sebelah Timur : upaten Batang & Kota Pekalongan

3 54 - Sebelah Selatan : upaten Bajarnegara - Sebelah Barat : upaten Pemalang Luas wilayah upaten Pekalongan adalah kurang lebih sebesar km 2. Terdiri dari 19 Kecamatan dan 285 Desa /Kelurahan desa pesisir pantai dan 274 tersebar 66 Desa/Kelurahan di wilayah dataran tinggi dan 219 tersebar berada di wilayah dataran rendah (upeten Pekalongan dalam angka). 3. Kota Pekalongan Kota Pekalongan terletak di dataran rendah pantai utara pulau jawa, dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan laut dengan letak geografis 6 o sampe dengan 6 o lintang selatan dan bujur timur serta koordinat fiktif km membujur dan km melintang. Batas wilayah secara admisratif sebagai berikut : - Sebelah utara : Laut Jawa - Sebelah Timur :.Batang - Sebelah Selatan :.Pekalongan dan Batang - Sebelah Barat :.Pekalongan Kota Pekalongan di bagi menjadi 4 Kecamatan, Kecamatan Pekalongan barat sebesar 22 persen, Pekalongan Selatan sebesar 24 persen, Pekalongan Timur 21 persen dan Pekalongan Utara sebesar 33 persen. Dengan total luas Kota Pekalongan seluas 45,25 Km 2 (Kota Pekalongan dalam angka).

4 55 4. upaten Pemalang upaten Pemalang merupakan upaten yang terletak diantara 109 o sampai 109 o Bujur Timur dan 8 o sampai 7 o lintang selatan. upaten Pemalang secara admistratif berbatasan dengan : - Sebelah Utara : Laut Jawa - Sebelah Selatan : upaten Purbalingga - Sebelah Barat : upaten Tegal - Sebelah Timur : upaten Pekalongan Luas upaten Pemalang 1115,30 km 2 yang terdiri dari 383,51 km 2 luas lahan sawah dan km 2 bukan sawah. upaten Pemalang terdiri dari 14 Kecamatan.Wilayah yang tersebar di daerah dataran pantai antar 1-5 meter diatas permukaan air laut 18 desa dan 1 kelurahan diwilayah utara upaten Pemalang, selanjutnya dataran rendah dengan ketiggian di antara 6-15 meter diatas permukaan laut. Daerah ini meliputi 98 desa dan 5 kelurahan terletak di bagian utara wilayah upaten Pemalang serta di daerah dataran tinggi, dengan ketinggian sekitar meter di atas permukaan laut meliputi 35 desa, terletak di bagian tengah dan selatan wilayah upaten Pemalang. Wilayah terakhir merupakan wilayah pegunungan dengan ketinggian meter diatas permukaan air laut daerah ini meliputi 55 Desa, terletak di bagian selatan wilayah upaten Pemalang. Ada 10 Desa yang merupakan Desa tertinggi dari upaten Pemalang dengan ketinggian 925 meter diatas permukaan laut yang

5 56 berbatsan langsung dengan kabupaten Purbalingga (upaten Pemalang dalam angka). 5. upaten Tegal upaten Tegal merupakan salah satu daerah upaten di Eks- Karesidenan Pekalongan dengan ibu Kota Slawi. Terletak di antara 108 o 57 6 sampai dengan 109 o Bujur Timur dan 6 o sampai dengan 7 o Lintang Selatan. Adapun Batas-batas wilayah upaten Tegal adalah: - Sebelah Utara : Kota Tegal dan Laut Jawa - Sebelah Selatan : upaten Brebes dan.banyumas - Sebelah Barat : upaten Brebes - Sebelah Timur : upaten Pemalang Secara Topografis.Tegal terdiri dari 3 ketegori daerah : daerah pantai yang meliputi 3 Kecamatan ada kecatamatn kramat, Kecamatan Suradadi dan Kecamatan Watureja, Sedangkan daerah dataran rendah melitupi 10 Kecamatan dan daerah dataran tinggi meliputi 5 Kecamatan. total Kecamatan yang ada di upaten Tegal 18 Kecamatan. Dengan luas wilayah Hektar. 6. Kota Tegal Kota Tegal terletak di antara 109 o 08 o sampai 109 o 10 o garis Bujur Timur dan sampai dengan garis Lintang Selatan. Kota Tegal berbetasan dengan :

6 57 - Sebelah Utara : Laut Jawa - Sebelah Timur : upaten Tegal - Sebelah Selatan : upaten Tegal - Sebelah Barat : upaten Brebes Luas wilayah Kota Tegal adalah 39,68 km 2, secara administrasi Kota Tegal di bagi menjadi 4 Kecamatan dengan 27 Kelurahan, wilayah terluas adalah Kecamatan tegal barat sebesar 15,13 km 2 di susul dengan Kecamatan Margadana seluas 11,76 km2, lalu ada Kecamatan Tegal selatan 6,43 km 2 dan Kecamatan Tegal timur seluas 6,36 km upaten Brebes upaten Brebes merupakan kabupaten yang terakhir yang berbetasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat. upaten Brebes berada di antara 6 o 44-7 o 21 Lintang Selatan dan antara 108 o o 11. upaten Brebes berbatasan dengan : - Sebelah Utara : Laut Jawa - Sebelah Timur :.Tegal dan Kota Tegal - Sebelah Selatan : Karesidenan Banyumas - Sebelah Barat : Provinsi Jawa barat uapten Brebes mempunyailuas wilayah seluas 1.662,96 km 2, terdiri dari 17 Kecamatan dan 297 Desa/Kelurahan. Menurut penggunaan tanah dibagi menjadi tanah sawah dan tanah bukan sawah. Luas tanah sawah sebesar 627,03 km 2 (37,70%) dan luas tanah bukan sawah sebesar 1.035,93 km 2 ( 62,30%).

7 58 C. Sektor Potensi Tabel 4.1 Sektor Potensial Eks-Karesidenan Pekalongan No upaten/ Kota Sektor Potensial 1.Batang Pertanian, Kehutanan, Perikanan 2.Pekalongan Industri Pengolahan 3 Kota Pekalogan Industri Pengolahan 4.Pemalang Pertanian, Kehutanan, Perikanan 5.Tegal Industri Pengolahan 6 Kota Tegal Pertanian, Kehutanan, Perikanan 7.Brebes Pertanian, Kehutanan, Perikanan Sumber : BPS, upaten dalam Angka 1. upaten Batang Perkonomian upaten Batang samapai saat ini masih didominasi oleh kegiatan pertanian yang berada dalam kisaran 25 persen dan mengalami pertumbuhan yang lambat, mungkin cenderung adanya penurunan pada tahun 2010 sebesar 25,82 persen lalu di tahun 2011 sebesar 25,47 persen tahun 2012 sebesar 24,46 persen dan tahun ,27 persen setelah itu tahun 2014 sebesar 23,91 persen. Walaupun adanya penurunan dibidang pertanian, kehutanan dan perikanan yang bergeser menjadi industri olahan. 2. upaten Pekalongan Sektor unggulan upaten Pekalongan sektor industri yang di lihat dari PDRB menurut lapangan usaha menyumbangkan sebesar 30 persen setiap tahunya mengalami kenaikan pada tahun 2010 menyumbangkan persen terhadap PDRB, selanjutnya dari tahun mengalami keniaikan mulai dari 29,75 persen naik menjadi 30,43 persen,dan pada tahun 2013 sebesar 30,88 persen, selain dari industri pengolahan, sektor Pertanian,

8 59 kehutanan dan perikanan juga memberikan pemasukan sebesar 20 persen terhadap PDRB kabupaten Pekalongan. 3. Kota Pekalongan Sektor perekonomian unggulan Kota Pekalongan di topang oleh sektor industri yang memberikan peranan setiap tahunnya sebesar hampir 20 persen, pada tahun 2012 sektor indutri memberiakn peranan sebesar 18, 85 persen, pada tahun 2013 sebesar meningkat sebesar persen dan pada tahun 2014 menjadi persen terhadap PDRB, sektor industri bukan satu-satunya yang mendukung perekonomian Kota Pekalongan, ada sektor perdagangan yang juga berpengaruh besar terhadap PDRB Kota Pekalongan. 4. upaten Pemalang Struktur pereonomian upaten Pemalang didominasi oleh sektor pertanian, kehutanan, perikanan terhadap pembentukan PDRB upaten Pemalang. Besar presentasi sektor pertanian hampir sepertiga dari PDRB yang diperoleh upaten Pemalang, Pada tahun 2011 sebesar 28,17 persen, meningkat setiap tahunya tahun 2012 sebesar 28,48 persen, lalu pada tahun 2013 menjadi 29,19 pesentase yang di sumbangkan pada PDRB namun mengalami penurunan tahun 2014 sebesar 28,1 persen 5. upaten Tegal Struktur perekonomian upaten Tegal menurut sektor kegiatan ekonomi pada tahun , upaten Tegal mempunyai tiga sektor utama sebagai pilar perekonomian daerah, dimana anata tiga sektor tersebut mempunyai kesimbangan terhadap total produk domestik regional bruto

9 60 (PDRB) yaitu sektor pertania, kehutanan dan perikanan, sektor industri olahan serta sektor perdagangan. Sektor industri masih menjadi penyumbang paling dominan terhadap nilai PDRB upaten Tegal, pada tahun 2011 sebesar 28, 92 persen lalu pada tahun 2012 nilai sebesar 28,98 persen dan pada tahun 2013 sebesar 29,85 persen dan tahun 2014 sebesar 31,25 persen. 6. Kota Tegal Laju pertumbuhan sektor pertanian, kehutana dan perikanan di upaten Tegal setiap tahunya mengalami penurunan di mana pada tahun 2010 pernah mengalami pertumuhan sebesar 4,67 persen pada tahun ,90 persen selanjutnya pada tahun 2012 sebesr 1,75 dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebeser 3,33 persen namun pada tahun 2014 menunjukan pertumbuhan yang negative, presentase sumbangan sektor pertanian sebesar 20 persen didalam PDRB.mengalami keniakan pertumbuhan terbesar di bidang jasa dan perdangan sebeser 16,73 persen pada tahun 2014, selain itu sektor industri juga mengalami kanaikan yang cukup tinggi sekitar 7,48 persen pada tahun 2014, terjadi pergeseran sektor penopang ekonomi yang bermula dari pertanian mulai bergeser kearah industri pengolahan maupun perdagangan. 7. upaten Brebes Kategori pertanian masih memberikan sumbangan tertinggi terhadap perekonomian upaten Brebes yaitu sebesar 40 persen dalam PDRB. Pada tahun 2012 pertanian menyumbangkan 40,66, lalu pada tahun 2013 naik menjadi persen dan pada tahun 2014 menjadi 41,16 persen,

10 61 walupun pertubuhannya hanya 0.25 persen per tahun namun sektor pertania ini menjadi ekonomi fundamental di upaten Brebes. D. Gambaran umum Variabel Penelitian 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dari daerah itu sendiri dengan memberdayakan potensi daerah yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah ini sangat penting karena besarnya Pendapatan Asli Daerah ini bisa dilihat dari seberapa besar kemandirian daerah di dalam mengurus rumah tangganya sendiri. Tabel 4.2 Pendapatan Asli daerah (PAD) Ekas- Karesidenan Pekalongan Periode (jutan rupiah) Tahun Kota Kota Batang Pekalongan Pekalongan Pemalang Tegal Tegal Brebes (Suber BPS, Jateng Dalam Angka) Pendapatan Asli daerah Eks Karesidenan Peklaongan selama sepuluh tahun terakhir, merupakan realisasi Pendapatan Asli Daerah di setiap kabupaten/ kota yang ada di Eks-Karesidenan Pekalongan. Pendapatan asli daerah yang didapatkan setiap upaten/kota, pendaptan yang teringgi yang diperoleh Kota Tegal dengan rata-rata

11 juta rupiah per tahun, selanjutnya upaten Tegal dengan ratarata pendapatan asli daerah sebesar juta rupiah per tahun, di urutan ketiga ada upaten Brebes rata-rata sebesar juta rupiah per tahun, di susul oleh upaten Pemalang dengan rata-rata juta rupiah per tahun di urutan tiga terbawah ada upaten Pekalongan dengan rata-rata juta rupiah per tahun, upaten Batang dengan rata-rata juta rupiah per tahun. Dan yang terendah adalah Kota Pekalongan dengan juta rupiah per tahun. 2. Pengeluaran Pemerintah Pengeluaran Pemerintah yang dilakukan pemerintah daerah diantaranya perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah sehingga akan berdampak pada meningkatnya pendapatan asli daerah sekaligus peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Besarnya pengeluaran pemerintah tercermin dalam belanja APBD. Belanja APBD adalah belanja yang tertuang dalam APBD yang diarahkan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Perkembangan pengeluaran pemerintah selama tahun Eks-Karesidenan Pekalongan.

12 63 Tabel 4.3 Realisasi Pengeluaran pemerintah upet/kota Eks-Karesidenan Pekalongan Periode ( juta rupiah) Tahun Batang Pekalongan Kota Pekalongan Pemalang Tegal Kota Tegal Brebes Rerata (Suber BPS, Jateng Dalam Angka)

13 64 Rata-rata pengeluaran pemerintah terbesar yang di belanjakan oleh kabupaten Brebes dengan rata-rata juta rupiah per tahun, selnajutnya upaten Tegal dengan rata-rata pengeluaran pemerintah sebesar juta rupiah per tahun, upaten Pemalang rata-rata sebesar juta rupiah per tahun, upaten Pekalongan Rata- rata pengeluaran juta rupiah per tahun, dan pengeluran tiga terendah ada upaten Batang dengan rata-rata sebesar juta rupiah per tahunya, selnjutnya ada Kota Tegal dengan rata-rata juta rupiah per tahun dan yeng terakgit yang terendah pengeluaranya Kota Pekalongan dengan rata -rata pengeluaran sebesar juta rupiah per tahunnya. 3. Produk domestik Regional Bruto ( PBRD) PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (BPS). PDRB atas dasar harga berlaku mengabarkan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukanniai tambah barang dan jasa yang hitungan menggunkan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya. Dalam penelitian ini saya menggunakanpdrb menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan, di mana menggunakkan tahun dasar 2010.

14 65 Tahun Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha atas dasar harga kostan tahun dasar 2010 di upaten/kota Eks-Karesidena Pekalongan Periode tahun (jutaan rupiah) Batang Pekalongan Kota Pekalongan Pemalang Tegal Kota Tegal Brebes ,092, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,2 Rerata , , , , , , ,5 (Suber BPS, Jateng Dalam Angka)

15 66 Produk domestik Regional Bruto (PDRB ) atas dasar harga kostan Eks- Karesidenan Pekalongan selama sepuluh tahun mulai dari tahun 2005 sampai tahun 2014 selalu mengalami peningkatan pada tahun2014 sendiri upaten/kota Eks-Karesidenan Pekalongan mengalami peningkatan hampir 50 persen. PDRB tertinggi yang di peroleh Eks-Karesidenan Pekalongan di peroleh oleh kabupaten Brebes dengan rata-rata sebesar juta per tahunya selanjutnya ada Kapuaten Tegal rata-rata sebesar juta per tahun disusul oleh upaten Pemalang juta per tahun dan kabupaten pekalongan di peringkat keempat juta pertahun, upaten Batang ,1 juta per tahun, Kota Tegal ,6 juta per tahun, dan yang terakhir ada Kota Pekalongan ,7 juta per tahun. Perekonomian Eks-Karesidenan Pekalongan 2014 rata-rata pertumbuhan di domisasi oleh beberapa sektor dimana ada sektor industri yang setiap tahunya mangalai peningkatan, selain itu juga ada sektor pedagangan yang megalami peningkatan dan ada sektor pertanian di beberapa daerah mengalami pertumbuhan yang negative. 4. Jumlah Penduduk Menurut sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2014 tercatat sebesar 33,52 juta jiwa sekitar 13, 29 persen dari jumlah penduduk jawa tengah. Jawa Tengah menepati urutan ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur.Eks- Karesidenan Pekalongan merupakan upaten dan Kota yang mempunyai

16 67 jumlah penduduk yang tinggi dari upaten-upaten di Provisi Jawa Tengah. Penduduk merupaka salah satu faktor penting dalam perencanaan daerah. Karena penduduk merupakan sumberdaya manusia yang partisipasinya yang di perlukan agar pelaksanakan hasil-hasil perencanaan perencanaan pembanguanan secara baik Pertumbuhan Penduduk yang tinggi akan menaikkan output melalui penambahan dan ekspansi pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan majunya teknologi akan mendorong tabungan dnan pengaruh skala ekonomi produksi (Kusuma, 2015). Tabel 4.5 Jumlah penduduk Eks-Karesidenan Pekalongan Periode (juta jiwa) Tahun Batang Pekalongan Kota Pekalongan Pemalang Tegal Kota Tegal Brebes Rerata , , (Suber BPS, Jateng Dalam Angka)

17 68 Dari Tabel 4.4 secara umum di lihat jumlah penduduk di masing- upaten Eks-Karesidenan Pekalongan pada tahun 2005 jumlah penduduk tertinggi di peroleh oleh upaten Brebes dengan jumlah penduduk sebesar juta jiwa, kemudian ada upaten Tegal sebesar juta jiwa di peringkat tertinggi ketiga ada upaten Pemalang sebesar juta jiwa, kemudia ada upaten Pekalongan sebesar juta jiwa, upten Batang juta jiwa. Kota Pekalongan dengan jumlah penduduk sebesar juta jiwa yang terakhir ada Kota Tegal sebesar juta jiwa. Rata-rata tertinggi jumlah penduduk tertinggi yaitu upaten Brebes dengan rata-rata sebesar ,9 juta jiwa per tahun, selanjutnya oleh upaten Tegal dengan rata-rata ,9 juta jiwa per tahun, selanjutnya ada upaten Pemalang dengan nilai sebesar jiwa Selanjutnya ada kabupaten Pekalongan sebesar rata-rata ,4 juta jiwa Kota Pekalongan sebesar ,4 juta jiwa upaten Batang sebesar juta jiwa dan terakhir ada Kota Tegal juta jiwa.

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Wilayah BARLINGMASCAKEB terdiri atas Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK A. Gambaran Umum Objek/Subjek Penelitian 1. Batas Administrasi. Gambar 4.1: Peta Wilayah Jawa Tengah Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 36 BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH 4.1 Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di tengah Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH 3.1 Keadaan Geografis dan Pemerintahan Propinsi Jawa Tengah adalah salah satu propinsi yang terletak di pulau Jawa dengan luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Keadaan Geografis a. Letak Geografis Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 5 o 4 dan 8 o 3 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30

BAB IV GAMBARAN UMUM. Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5 40 dan 8 30 Lintang Selatan dan antara 108 30 dan 111 30 Bujur Timur (temasuk Pulau Karimunjawa). Sebelah

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Akan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang

IV. GAMBARAN UMUM. Magelang secara Geografis terletak pada posisi Lintang IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Lokasi dan Geografi Kota Magelang Kota Magelang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Tengah. Kota Magelang secara Geografis terletak pada posisi 7 0 26 18 7 0 30 9 Lintang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah yang bersangkutan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik pada tahun 2001 telah menimbulkan dampak dan pengaruh yang signifikan bagi Indonesia (Triastuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu keadaan di mana masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dan kehidupan yang layak, (menurut World Bank dalam Whisnu, 2004),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multi dimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga-lembaga sosial. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Peta Provinsi Jawa Tengah Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah 2. Kondisi Geografis Jawa Tengah merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Produk unggulan, strategi pengembangan

ABSTRAK. Kata kunci : Produk unggulan, strategi pengembangan ABSTRAK Tujuan studi ini adalah untuk membuat dokumen tentang identifikasi potensi dan masalah serta konsep dan strategi pengembangan sektor unggulan perekonomian yang dapat digunakan sebagai referensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara atau wilayah di berbagai belahan dunia pasti melakukan kegiatan pembangunan ekonomi, dimana kegiatan pembangunan tersebut bertujuan untuk mencapai social

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB I GEOGRAFI A. LETAK GEOGRAFI Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Terletak antara 108 57'6 s/d 109 21'30 Bujur Timur dan 6 50'41" s/d

Lebih terperinci

POTRET BREBES-KU (CATATAN KECIL MENJELANG HUT BREBES KE 337) Moh. Fatichuddin Kepala Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) BPS Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes terletak disepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam meningkatkan pendapatan suatu pembangunan perekonomian di Indonesia, tentunya diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang semakin sejahtera, makmur

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Fisik Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Provinsi besar, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi 1 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia memiliki lahan perikanan yang cukup besar. Hal ini merupakan potensi yang besar dalam pengembangan budidaya perikanan untuk mendukung upaya pengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pembangunan suatu wilayah diindikasikan dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu semua wilayah menetapkan target

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara garis 2 0 08 LU serta 3 0 02 LS serta

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi. BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Dimasa pergantian era reformasi pembangunan manusia merupakan hal pokok yang harus dilakukan oleh pemerintah di Indonesia, bahkan tidak hanya di Indonesia di negara-negara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Pati merupakan salah satu bagian dari 35 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah diapit oleh dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur, letaknya antara 5 40 dan 8 30 dan 111 30 bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk membangun daerah yang otonom dan bertanggungjawab mengatur

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk membangun daerah yang otonom dan bertanggungjawab mengatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelaksanaan Otonomi Daerah yang di jalankan oleh pemerintahan Indonesia menjadikan adanya paradikma yang baru terhadap sistem pemerintahan sentralisasi menjadi sistem

Lebih terperinci

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH Joko Sutrisno 1, Sugihardjo 2 dan Umi Barokah 3 1,2,3 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Jawa Tengah antara lain : 1. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur. 2. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Jawa Tengah antara lain : 1. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur. 2. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat 1 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5º 4 dan 8º 3 Lintang Selatan dan antara 108º 30 dan 111º 30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat yang dilaksanakan secara berkelanjutan berdasarkan pada kemampuan nasional, dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) No. 74/12/33 Th.VII, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM JAWA TENGAH TAHUN 2013 SEBANYAK 3,31 JUTA RUMAH TANGGA, TURUN 28,46 PERSEN DARI TAHUN 2003 Jumlah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Kondisi Fisik Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 1.192 pulau, 432 pulau mempunyai nama dan 44 pulau berpenghuni.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang. Dari satu periode ke periode berikutnya kemampuan suatu negara untuk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertanian merupakan salah satu basis perekonomian Indonesia. Jika mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, maka pembangunan pertanian akan memberikan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang senantiasa memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional, guna mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No.42/06/33/Th.X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Jawa Tengah Tahun 2015 Pembangunan manusia di Jawa Tengah pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga

BAB I PENDAHULUAN. perkapita, dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi nasional pada dasarnya merupakan satu kesatuan dengan pembangunan ekonomi ragional. Pembangunan ekonomi nasional yaitu untuk menciptakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Otonomi daerah yang berarti bahwa daerah memiliki hak penuh dalam mengurus rumah tangganya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S -- BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah 1. Letak dan Luas Wilayah Jawa Tengah terletak di antara 108 30 B.T -- 111 30 B.T dan 6 30 L.S -- 8 30 L.S. Propinsi ini terletak di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap individu manusia pasti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan salah satu komponen penting dari sistem kesehatan, guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Namun demikian, berbagai permasalahan masih

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Peta Daerah Istimewa Yogyakarta BAB IV GAMBARAN UMUM GAMBAR 4.1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci