PERSETUJUAN PEBIMBING DESKRIPSI TENTANG PENDEKATAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 9 KOTA BARAT KOTA GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSETUJUAN PEBIMBING DESKRIPSI TENTANG PENDEKATAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 9 KOTA BARAT KOTA GORONTALO"

Transkripsi

1 PERSETUJUAN PEBIMBING DESKRIPSI TENTANG PENDEKATAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 9 KOTA BARAT KOTA GORONTALO JURNAL NANGSI S. BAKARI PEMBIMBING I PEMBIMBING II Dra. Samsiar RivaI, S.Pd, M.Pd Nip Dra. Martianty Nalole, M.Pd Nip Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si Nip

2 DESKRIPSI TENTANG PENDEKATAN MASTERY LEARNING (BELAJAR TUNTAS) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 9 KOTA BARAT KOTA GORONTALO NANGSI S. BAKARI Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Program Studi S1 PGSD Pembimbing I Samsiar Rivai Pembimbing Ii Martianty Nalole

3 ABSTRAK Nangsi S. Bakari, Deskripsi Tentang Pendekatan Mastery Learning (Belajar tuntas) pada Pembelajaran Matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Samsiar RivaI,S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Dra. Martianty Nalole, M.Pd. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah deskripsi pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo? Sedangkan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan wawancara dan studi dokumentasi, hasil penelitian ini adalah diketahui bahwa dengan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika, ketuntasan siswa di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo yaitu 128 orang siswa atau 92,09% siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal dan 11 orang siswa atau 7,91% siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo telah dilaksanakan sesuai dengan strategi pembelajarannya yaitu dengan melaksanakan tes diagnosa kemajuan belajar (Diagnostic Progress Test) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam penguasaan materi, melaksanakan program pengayaan bagi siswa yang menguasai materi secara tuntas dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang tidak menguasai materi secara tuntas. Sehingga guru mengetahui tingkat kemajuan belajar siswa dan siswa menguasai materi yang diajarkan guru secara tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kata Kunci: Mastery Learning, Pembelajaran, Matematika

4 PENDAHULUAN Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya pada siswa sekolah dasar (SD). Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual khususnya pada mata pelajaran matematika. Sedangkan dalam lingkup pendidikan di sekolah dikatakan bahwa kedudukan ilmu matematika adalah sebagai suatu mata pelajaran yang sangat penting dan merupakan pendukung bagi mata pelajaran lainnya, sehingga seluruh siswa perlu belajar matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003:253) tentang lima alasan perlunya belajar matematika yaitu (1) sarana berfikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisai pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreatifitas dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Kenyataan yang ada, bahwa dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran matematika, SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo telah menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas), tetapi siswa belum mampu menguasai materi pembelajaran secara tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis menganggap perlu menyusun dan melakukan penelitian yang berjudul deskripsi tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalahnya yaitu, bagaimanakah deskripsi tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo? Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo.

5 METODE PENULISAN Penelitian ini dilakukan di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo yang terletak di Kelurahan Buliide Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo pada tahun ajaran Di Sekolah ini terdapat 1 orang kepala sekolah, dan 11 Guru, yang terdiri dari PNS dan GTT (Honor) dengan jumlah siswa sebanyak 139 yang terbagi dalam 6 (enam) rombongan belajar (Rombel). Sedangkan subyek penelitiannya adalah guru di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Waktu pelaksanaannya adalah pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif, karena peneliti ingin mengetahui deskripsi tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti diketahui oleh kepala sekolah, dan stap guru di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui deskripsi tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Data dalam penelitian ini berupa informasi tentang pelaksanaan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika, yang mencakup pelaksanaan tes diagnosa kemajuan belajar, pelaksanaan program pengayaan dan pelaksanaan program remedial. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil wawancara dengan guru mengenai deskripsi pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika dan data sekunder berupa perolehan nilai siswa dalam pelaksanaan Ulangan Mid Semester. Proses pengumpulan data di lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik Wawancara peneliti dengan informan menggunakan handphone untuk mempermudah peneliti dalam merekam informasi yang akan disampaikan oleh guru. Informasi tersebut berupa deskripsi pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika. Wawancara ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang valid sehubungan dengan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika. Adapun teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi yakni peneliti mengamati berlangsungnya proses pembelajaran di tiap-tiap kelas dan mendokumentasikannya dalam bentuk foto. Data ini membuktikan bahwa peneliti benar-benar melakukan penelitian. Marshall dan Rossman (dalam kabalmay, 2002) mengajukan teknik analisis data kualitatif dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan adalah Mengorganisasikan Data Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban, Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data, Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data dan Menulis Hasil Penelitian.

6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengamatan pada pelaksanaan proses pembelajaran, dapat diketahui bahwa pelajaran matematika untuk kelas tinggi diajarkan oleh 1 orang Guru, dan untuk kelas rendah diajarkan oleh guru kelas masing-masing. Sehingga peneliti melakukan wawancara pada 2 orang guru yaitu Guru yang mengajarkan matematika untuk kelas tinggi dan guru kelas III (tiga), karena untuk kelas rendah proses pembelajarannya tematik, sehingga peneliti hanya mengambil sampel dari ketiga guru tersebut. Penelitian ini diawali dengan teknik wawancara yang dilaksanakan pada tanggal agustus 2013 dengan mewawancarai dua orang guru yang terdiri dari guru kelas III (tiga) dan guru mata pelajaran. Berikut adalah hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika dan Guru kelas III (tiga). Nama S.A, jabatan guru mata pelajaran matematika untuk kelas tinggi (IV, V dan VI), beliau bertugas di sekolah ini sejak tahun 2003 sampai dengan sekarang. Selama ini, beliau hanya memegang dan mengajarkan mata pelajaran matematika untuk kelas tinggi 1. Mengacu Pada Pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) Peneliti: Bagaimana pemahaman bapak/ibu tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: Menurut saya pendekatan Mastery Learning merupakan suatu pendekatan yang menuntut guru untuk membimbing siswa hingga menguasai materi yang diajarkan secara utuh. Peneliti: Apa dasar bapak/ibu menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika?. Informan: yang menjadi dasar saya menerapkan pendekatan ini adalah kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang telah saya ajarkan, hingga saya terdorong untuk menerapkan pendekatan ini. Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika?. Informan: Cara saya menerapkan pendekatan ini yaitu dengan membimbing siswa melalui contoh-contoh yang berhubungan dengan materi yang saya ajarkan, sehingga siswa mampu menguasai materi tersebut dan mampu mencapai standar nilai yang telah ditetapkan. Peneliti: Menurut bapak/ibu, apa ciri-ciri pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: menurut saya, ciri-ciri pendekatan Mastey Learning (belajar tuntas) adalah siswa dapat belajar dengan baik, jika situasi belajarnya disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing siswa. Peneliti: Apakah dalam penerapan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika, bapak/ibu mengalami kesulitan?, Apa kesulitannya? Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: iya, saya mengalami, tapi tidak terlalu sulit. Bahkan dengan

7 pendekatan ini saya merasa ditantang untuk meningkatkan pengetahuan siswa terhadap materi yang saya ajarkan. kesulitannya berupa menyatukan perbedaan karakteristik siswa. Dan cara mengatasinya adalah melaksanakan tugas mengajar dengan ikhlas dan sabar, sehingga semua dapat berjalan dengan lancar. Peneliti: Apa kelemahan dan kelebihan dari pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: kelemahannya adalah guru sulit beradaptasi dengan pendekatan ini, karena mereka terbiasa dengan teknik mengajar yang lama. Sedangkan kelebihannya adalah dengan menerapkan pendekatan ini, siswa mampu menguasai materi secara utuh dan mampu mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan Peneliti: Apakah setelah menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas), bapak/ibu dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa khususnya pada pembelajaran matematika? Informan: tentu, kemajuan siswa dapat diketahui dengan cara memberikan testes yang berhubungan dengan materi yang telah diajarkan. Peneliti: Apa yang akan bapak/ibu lakukan jika siswa mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan?. Informan: yang saya lakukan adalah dengan memberikan tambahan jam belajar dan melanjutkan ke materi selanjutnya. Peneliti: Apa yang akan bapak/ibu lakukan jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan?. Informan: yang saya lakukan adalah memberikan pengulangan kepada siswa tersebut hingga benar-benar menguasai materi yang saya ajarkan agar bisa melanjutkan ke materi yang selanjutnya bersama dengan siswa yang lainnya. 2. Mengacu pada pelaksanaan tes diagnosa kemajuan (diagnostic progress test) Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu untuk mengetahui kemajuan dari siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika?. Informan: cara saya adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah saya ajarkan Peneliti: Apakah dengan melakukan tes tertentu?, Bentuk tesnya seperti apa?, dan mengapa harus diberikan tes seperti itu? Informan: ya. Bentuknya tes tertulis, karena dengan tes ini siswa mampu mengungkapkan segala hal yang diketahuinya. Peneliti: Kapan tes tersebut diberikan?. Informan: tes ini biasanya diberikan setelah materi yang diajarkan selesai, yaitu pada saat ulangan harian dan ulangan semester. Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu dalam menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa tersebut?. Informan: cara saya adalah menyusun tes berdasarkan tingkat kesulitan materi, yaitu mulai dari mudah sampai sukar. Peneliti: Apakah dalam penyusunan tes, bapak/ibu mengalami kendala?, Apa kendalannya?, Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ada, kendalanya adalah dalam

8 menyesuaikan redaksi kalimat pertanyaan agar dapat dimengerti oleh siswa dan cara mengatasinya adalah dengan membuat kalimat-kalimat sederhana yang menggunakan bahasa baku dan mudah dimengerti siswa. Peneliti: Dalam pelaksanaannya, apakah bapak/ibu mengalami kendala?, Apa kendalanya?, Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ada, kendalanya seperti siswa yang tidak paham dengan pertanyaan dan menanyakannya kepada teman lain, sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kelas dan saya mengatasinya dengan memberikan alternatif berupa perintah seperti jangan ribut atau jika ada pertanyaan, tanyakan sama saya. Peneliti: Selanjutnya, dalam pelaksanaan tes tersebut kadang kala ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tes tersebut, menurut ibu, apa kesulitannya dan apa penyebabnya?. Informan: kesulitan-kesulitannya adalah dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan, dan menurut saya penyebabnya adalah siswa tersebut tidak belajar. 3. Mengacu pada pelaksanaan program pengayaan Peneliti: Menurut Bapak/ibu, Apa maksud dari pengayaan tersebut?. Informan: pengayaan adalah bentuk tindakan guru ke siswa berupa pemberian tambahan jam belajar Peneliti: Apa tujuan dari pelaksanaan program pengayaan tersebut?. Informan: tujuannya yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah saya ajarkan. Peneliti: Bagaimana cara Bapak/ibu untuk melaksanakan program pengayaan ini?. Informan: cara saya adalah memberikan buku-buku pelajaran yang ada hubungannya dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya, dan selanjutnya saya memberikan latihan-latihan untuk diselesaikan oleh siswa tersebut. Peneliti: Apakah materi yang diberikan kepada siswa saat pelaksanaan program pengayaan sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan atau materi yang baru?. Informan: materi yang diberikan adalah materi yang telah diajarkan tetapi tidak menyimpang dari KD- KD yang terkait. Peneliti: Kapan program pengayaan ini biasa dilaksanakan?. Informan: pelaksanaannya setelah ulangan harian atau ulangan semester. Peneliti: Apakah setelah dilaksanakannya program pengayaan ini, siswa mengalami suatu kemajuan atau sebaliknya?. Informan: setelah dilaksanakannya program ini, siswa mengalami kemajuan. Siswa mampu menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dengan baik dan membuahkan hasil yang memuaskan sesuai dengan KKM.

9 4. Mengacu pada pelaksanaan program remedial Peneliti: Menurut Bapak/ibu, Apa maksud dari remedial tersebut?. Informan: Remedial adalah program pengulangan bagi siswa yang kurang mampu memahami materi yang telah diajarkan. Peneliti: Apa tujuan dari pelaksanaan program remedial tersebut?. Informan: tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Peneliti: Bagaimana cara Bapak/ibu untuk melaksanakan program remedial ini?. Informan: caranya adalah memberikan bimbingan kepada setiap siswa yang tidak mampu menguasai metri yang diajarkan secar perorangan. Peneliti: Apakah materi yang diberikan kepada siswa saat pelaksanaan program remedial sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan atau materi yang baru?. Informan: materi yang diberikan adalah materi berdasarkan KD-KD yang telah dipelajari. Peneliti: Kapan program ini biasa dilaksanakan?. Informan: program ini dilaksanakan setelah menganalisis hasil yang diperoleh siswa. Peneliti: Apakah setelah dilaksanakannya program ini, siswa mengalami suatu kemajuan atau sebaliknya? Informan: ya, mengalami. Buktinya siswa mampu menguasai materi yang dupelajari dan memperoleh nilai yang tingi berdasarkan KKM yang telah ditentukan Nama H.M, jabatan guru Kelas III (tiga), beliau bertugas di sekolah ini sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang. 1. Mengacu Pada Pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) Peneliti: Bagaimana pemahaman bapak/ibu tentang pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: Mastery Learning (belajar tuntas) adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai materi secara tuntas Peneliti: Apa dasar bapak/ibu menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika?. Informan: dasar saya menerapkan pendekatan ini adalah Proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, selama ini umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai siswa menguasai materi pembelajaran secara tuntas Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika?. Informan: cara saya adalah dengan menggunakan pendekatan tutorial, yaitu menjadikan siswa yang mampu untuk menjadi tutor sebaya bagi siswa yang lainnya. Peneliti: Menurut bapak/ibu, apa ciri-ciri pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: ciri-cirinya adalah pendekatan ini dilaksanakan secara perorangan dalam satu kelompok.

10 Peneliti: Apakah dalam penerapan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika, bapak/ibu mengalami kesulitan?, Apa kesulitannya? bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ya, kesulitannya berupa sikap siswa yang acuh tak acuh terhadap guru yang mengajar, sehingga guru harus mengulang materi yang telah diajarkan sebelumnya tetapi saya mengatasinya dengan memberikan penguatan-penguatan positif berupa memberikan hadiah bagi siswa yang mampu mengulangi materi yang telah saya ajarkan, sehingga siswa menjadi antusias dalam belajar. Peneliti: Apa kelemahan dan kelebihan dari pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas)?. Informan: kelemahannya adalah memaksa siswa untuk menguasai materi secara tuntas, sehingga bagi siswa yang memiliki bakat rendah lambat menguasai materi tersebut, sedangkan kelebihannya adalah dapat membantu siswa untuk mencapai standar nilai yang mengacu pada KKM. Peneliti: Apakah setelah menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas), bapak/ibu dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa khususnya pada pembelajaran matematika? Informan: ya, setelah menerapkan pendekatan ini saya dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa yaitu dengan melihat hasil yang diperoleh siswa itu sendiri. Peneliti: Apa yang akan bapak/ibu lakukan jika siswa mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan?. Informan: jika siswa mengalami kemajuan dalam penguasaan materi, saya akan memberikan tambahan jam belajar dan menjadikan dia sebagai tutor bagi teman-temannya yang tertinggal. Peneliti: Apa yang akan bapak/ibu lakukan jika siswa tidak mengalami kemajuan dalam penguasaan materi yang telah diajarkan?. Informan:yang saya lakukan adalah memberikan pengulangan atau remedial secara khusus mengenai materi yang belum dikuasainya. 2. Mengacu pada pelaksanaan tes diagnosa kemajuan (diagnostic progress test) Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu untuk mengetahui kemajuan dari siswa, khususnya dalam pembelajaran matematika?. Informan: cara saya adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang telah saya ajarkan Peneliti: Apakah dengan melakukan tes tertentu?, Bentuk tesnya seperti apa?, dan mengapa harus diberikan tes seperti itu? Informan: ya. Bentuknya berupa soal-soal yang harus diselesaikan siswa karena dengan menyelesaikan soal-soal tersebut saya dapat mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam penguasaan materi. Peneliti: Kapan tes tersebut diberikan?. Informan: tes ini biasanya diberikan setelah satu materi telah selesai, artinya setelah materi diajarkan akan diberikan tes.

11 Peneliti: Bagaimana cara bapak/ibu dalam menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa tersebut?. Informan: cara saya menyusun tes tersebut adalah menyususn berdasarkan tingkat kesulitan dan berdasarkan materi yang telah saya ajarkan Peneliti: Apakah dalam penyusunan tes, bapak/ibu mengalami kendala?, Apa kendalanya?, Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ya. Kendalanya adalah menyesuaikan pertanyaan berdasarkan tingkat kesulitannya dan cara mengatasinya adalah saya harus tetap semangat dalam menyusun tes tersebut demi anak didik saya. Peneliti: Dalam pelaksanaannya, apakah bapak/ibu mengalami kendala?, Apa kendalanya?, Bagaimana cara mengatasinya?. Informan: ya. Kendalanya adalah waktu yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Cara mengatasinya adalah memberikan peringatan kepada siswa tentang waktu yang tersisa untuk menyelesaikan soal-soal tersebut. Peneliti: Selanjutnya, dalam pelaksanaan tes tersebut kadang kala ada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tes tersebut, menurut ibu, apa kesulitannya dan apa penyebabnya?. Informan: kesulitannya adalah dalam pemanfaatan waktu. Penyebabnya adalah siswa terlalu fokus pada satu pertanyaan, sedangkan masih banyak pertanyaan yang harus diselesaikan, sehingga siswa tidak menyelesaikan pertanyaan lainnya.. 3. Mengacu pada pelaksanaan program pengayaan Peneliti: Menurut Bapak/ibu, Apa maksud dari pengayaan tersebut?. Informan: pengayaan adalah penguatan pada materi yang telah diajarkan dengan memberi tugas membaca, tutor sebaya, diskusi, dan lain-lain. Peneliti: Apa tujuan dari pelaksanaan program pengayaan tersebut?. Informan: tujuannya adalah untuk mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara optimal terhadap materi yang telah dipelajari Peneliti: Bagaimana cara Bapak/ibu untuk melaksanakan program pengayaan ini?. Informan: caranya adalah memberikan latihan-latihan mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya. Peneliti: Apakah materi yang diberikan kepada siswa saat pelaksanaan program pengayaan sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan atau materi yang baru?. Informan: materi yang diberikan pada program ini disesuaikan dengan materi yang telah dipelajari Peneliti: Kapan program pengayaan ini biasa dilaksanakan?. Informan: program ini diberikan pada akhir semester. Peneliti: Apakah setelah dilaksanakannya program pengayaan ini, siswa mengalami suatu kemajuan atau sebaliknya? Informan: ya, siswa mengalami kemajuan. 4. Mengacu pada pelaksanaan program remedial

12 Peneliti: Menurut Bapak/ibu, Apa maksud dari remedial tersebut?. Informan: remedial adalah program pengulangan kepada siswa yang mencapai tingkat ketuntasan. Peneliti: Apa tujuan dari pelaksanaan program remedial tersebut?. Informan: tujuannya adalah untuk mencapai tingkat ketuntasan belajar. Peneliti: Bagaimana cara Bapak/ibu untuk melaksanakan program remedial ini?. Informan: caranya adalah menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar siswa. Peneliti: Apakah materi yang diberikan kepada siswa saat pelaksanaan program remedial sesuai dengan materi yang telah dibelajarkan atau materi yang baru?. Informan: materi yang diberikan adalah materi yang telah dipelajari sebelumnya. Peneliti: Kapan program ini biasa dilaksanakan?. Informan: Pembelajaran remedial diberikan setelah siswa mempelajari satu atau beberapa materi tertentu yang diuji melalui Ulangan Harian. Peneliti: Apakah setelah dilaksanakannya program ini, siswa mengalami suatu kemajuan atau sebaliknya? Informan: ya, mengalami kemajuan. Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo telah menerapkan pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) khususnya pada pembelajaran matematika, berdasarkan strategi pembelajarannya, yaitu melaksanakan tes diagnosa kemajuan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam penguasaan materi, melaksanakan program pengayaan bagi siswa yang menguasai materi secara tuntas dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang tidak menguasai materi secara tuntas. Selain itu, peneliti melakukan studi dokumentasi sehingga diperoleh data mengenai ketuntasan siswa pada pelaksanaan Ulangan Mid Semester I tahun ajaran setelah melaksanakan program pengayaan dan remedial. Data yang dimaksud adalah sebagai berikut: Kelas KKM Jumlah Siswa Siswa tuntas Siswa tidak tuntas ket Jlh % Jlh % I % 3 15% II ,31% 2 7,69% III ,67% 1 3,33% IV ,71% 3 14,29% V ,47% 2 10,53% VI % 0 100% Jumlah Total ,09% 11 7,91% Tabel I (Ketuntasan siswa pada Ulangan Mid Semester I)

13 Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada tabel di atas, diketahui bahwa jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 128 siswa atau 92,09%, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 11 siswa atau 7,91% dari jumlah siswa seluruhnya. Teknik pengumpulan data selanjutnya adalah, teknik dokumentasi. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh bukti pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo. Bukti-bukti penelitian berupa foto-foto pada proses pembelajaran dan pelaksanaan wawancara dengan guru kelas dan guru mata pelajara matematika. PEMBAHASAN Pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk membantu mengatasi perbedaanperbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Dalam strategi pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas), dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut. a. Tes Diagnosa Kemajuan (Diagnostic Progress Test) Tes dignostik kemajuan belajar, dilakukan melalui pengujian dan studi bersama terhadap gejala dan fakta tentang sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahankesalahan yang esensial. Tes dignostik kemajuan belajar tidak hanya menyangkut soal aspek belajar dalam arti sempit yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata, melainkan melibatkan seluruh aspek pribadi yang menyangkut perilaku siswa. Tujuan tes diagnostik adalah untuk menemukan sumber kesulitan belajar dan merumuskan rencana tindakan pengayaan atau tindakan remedial. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembinbing peka terhadap siswa tersebut. Guru atau pembimbing harus mau meluangkan waktu guna memerhatikan keadaan siswa bila timbul gejala-gejala kesulitan belajar yang menyebabkan siswa tidak mampu menguasai materi yang telah diajarkan. b. Pelaksanaan program pengayaan Pembelajaran pengayaan dapat diartikan sebagai suatu pengalaman atau kegiatan siswa yang telah melampaui persyaratan minimal (KKM) yang ditentukan oleh Satuan Pendidikan dan tidak semua siswa dapat melakukannya. Siswa yang telah mencapai kompetensi lebih

14 cepat dari siswa lain dapat mengembangkan dan memperdalam kecakapannya secara optimal melalui pembelajaran pengayaan. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran tuntas adalah akan selalu ada siswa yang lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. Siswa ini pun tidak boleh diterlantarkan. Mereka perlu mendapatkan tambahan pengetahuan maupun keterampilan sesuai dengan kapasitasnya, melalui program pengayaan. Cara yang dapat ditempuh di antaranya adalah: Pemberian bacaan tambahan atau berdiskusi yang bertujuan memperluas wawasan bagi KD tertentu, Pemberian tugas untuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf, dll, Memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan, dan Membantu guru dalam membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan.materi dalam program pengayaan diberikan sesuai dengan KD-KD atau indikator yang dipelajari dan Waktu pelaksanaan program pengayaan adalah setelah mengikuti tes/ulangan KD tertentu, tes/ulangan kesatuan KD tertentu, tes/ulangan KD-KD pada akhir semester tertentu. Khusus untuk program pengayaan yang dilaksanakan pada akhir semester ini materinya hanya yang berhubungan dengan KD-KD yang terkait. c. Pelaksanaan program remedial Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang diberikan kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan pada KD tertentu, menggunakan berbagai metode yang diakhiri dengan penilaian untuk mengukur kembali tingkat ketuntasan belajar siswa. Cara yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan program remedial adalah Pemberian bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang belum atau mengalami kesulitan dalam penguasaan KD tertentu. Pemberian tugas-tugas atau perlakuan (treatment) secara khusus, yang sifatnya penyederhanaan daripelaksanaan pembelajaran regular. Bentuk penyederhanaan itu dapat dilakukan guru antara lain melalui penyederhanaan strategi pembelajaran untuk KD tertentu, penyederhanaan cara penyajian dan penyederhanaan soal/pertanyaan yang diberikan. Materi dalam program remedial diberikan hanya pada KD atau indikator yang belum tuntas dan Program remedial dilaksanakan setelah mengikuti: tes/ulangan KD tertentu. tes/ulangan sejumlah KD dalam satu kesatuan

15 SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa pendekatan Mastery Learning (belajar tuntas) pada pembelajaran matematika di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo telah dilaksanakan sesuai dengan strategi pembelajarannya yaitu dengan melaksanakan tes diagnosa kemajuan (Diagnostic Progress Test) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa dalam penguasaan materi, melaksanakan program pengayaan bagi siswa yang menguasai materi secara tuntas dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang tidak menguasan materi secara tuntas. Sehingga guru mengetahui tingkat kemajuan belajar siswa dan siswa menguasai materi yang diajarkan guru secara tuntas berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SARAN Berdasarkan simpulan di atas, maka dikemukakan saran sebagai berikut: a. Bagi Guru, sebagai seorang guru seharusnya menyadari bahwa kemajuan siswa dalam penguasaan materi tergantung cara guru membimbing dan mendidiknya, Sehingga guru harus mengetahui cara menentukan hal-hal yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran, misalnya dalam menentukan strategi pembelajaran khususnya pendekatan yang akan diterapkan. Selain itu, guru harus mengetahui kebutuhan siswa secara individual, sehingga tidak akan terjadi penyimpangan dalam proses pembelajaran. b. Bagi siswa, harusnya siswa mampu mengembangkan bakat yang dimilikinya dengan caranya sendiri agar dapat mengalami kemajuan dalam pembelajaran c. Bagi sekolah, kepada pihak sekolah, hendaknya memberikan dukungan moral dan material kepada para guru demi peningkatan kualitas pendidikan. d. Kepada peneliti selanjutnya agar melaksanakan penelitian deskriptif kualitatif yang serupa untuk pokok-pokok bahasan yang lain dalam pembelajaran Matematika guna perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran.

16 DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ahmadi, Abu. dkk Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia Ali, Mohamad Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo Budiningsih, Asri Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta. Rineka Cipta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo pada tahun ajaran 2013-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buliide Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo pada tahun ajaran 2013- BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 9 Kota Barat Kota Gorontalo yang terletak di Kelurahan Buliide Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) adalah jenjang pendidikan yang wajib ditempuh siswa karena program wajib belajar 9 tahun yang ditetapkan oleh pemerintah mencakup SD sampai

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan.

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan. Meningkatkan Keterampilan Menyelesaikan Operasi Hitung Campuran Bilangan Cacah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Turnamen Game Tim Atau TGT Pada Siswa Kelas II SDN V Toili Kabupaten Banggai LEMBAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan, yang tercermin dari rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan, yang tercermin dari rendahnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan, yang tercermin dari rendahnya rata-rata

Lebih terperinci

PERANCANGAN PEMBELAJARAN REMEDI DAN PENGAYAAN MAPEL PAI. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (FIS UNY)

PERANCANGAN PEMBELAJARAN REMEDI DAN PENGAYAAN MAPEL PAI. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (FIS UNY) PERANCANGAN PEMBELAJARAN REMEDI DAN PENGAYAAN MAPEL PAI Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (FIS UNY) 1 PERANCANGAN PEMBELAJARAN REMIDI DAN PENGAYAAN Mengapa harus remidi dan pengayaan? Bentuk layanan kepada siswa.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL LEMBAR PENGESAHAN JURNAL PENERAPAN METODE BELAJAR TUNTAS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM PADA SISWA KELAS IV SDN NO. 55 KECAMATAN DUMBO RAYA Oleh : SUMIATI DAUD Pembimbing

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. rendahnya rata-rata prestasi belajar. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan

I.PENDAHULUAN. rendahnya rata-rata prestasi belajar. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden) 0 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar

BAB II KAJIAN TEORITIS. mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Upaya ini juga mengandung tujuan agar BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Hakikat Pembelajaran Matematika 2.1.1. Pengertian Pembelajaran Menurut Ali (2000:13), pembelajaran adalah suatu upaya memberi rangsangan, bimbingan, arahan, dan dorongan agar

Lebih terperinci

FATRISIE PEMBENGO NIM

FATRISIE PEMBENGO NIM e-ta yang berjudul Meningkatkan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Bentuk Pecahan Sebagai Perbandingan dan Skala Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas V SDN 17 Telaga Biru

Lebih terperinci

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang membanggakan, baik di darat, laut, maupun di udara. Hanya saja masyarakat dan generasinya belum

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO SAMSIAR RIVAI Jurusan Pendidikanj Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN BANGUN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SDN I BUA KECAMATAN BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Oleh MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM. 151 410 323

Lebih terperinci

PENGARUH REMEDIAL DENGAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN VEKTOR DI KELAS XI SMK NEGERI 4 LANGSA SKRIPSI

PENGARUH REMEDIAL DENGAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN VEKTOR DI KELAS XI SMK NEGERI 4 LANGSA SKRIPSI PENGARUH REMEDIAL DENGAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN VEKTOR DI KELAS XI SMK NEGERI 4 LANGSA SKRIPSI Diajukan Oleh: SELENA WATI Mahasiswi Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang tepat harus digunakan agar peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sebagaimana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sebagaimana yang dinyantakan Mulyani (dalam Sundari,

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PEMBIMBING Deskripsi Bentuk-Bentuk Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Volum Kubus Dan Balok Pada Siswa Kelas V SDN 1 Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango Oleh : Nurhawatin Biga Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), Bab

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa SDN Keboan Anom Ditinjau Dari Prestasi Belajar

Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa SDN Keboan Anom Ditinjau Dari Prestasi Belajar Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa SDN Keboan Anom Ditinjau Dari Prestasi Belajar Richa Ayu Rulandari 148620600157 Semester VI A3 S-1 PGSD Universitas Muhammadiyah Sidoarjo rarulandari@gmail.com

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODUL DENGAN PENDEKATAN CTL TERHADAP KEBERHASILAN PENGAJARAN REMEDIAL KELAS VIII Dian Susanti, Wignyo Winarko, Nyamik Rahayu S. Universitas Kanjuruhan Malang diansanyen@gmail.com

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd ) Pada Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PERBEDAAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI TERHADAP KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN ENERGI PANAS YANG TERDAPAT DI LINGKUNGAN SEKITAR SERTA SIFAT-SIFATNYA SISWA KELAS IV SDN RINGINPITU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya

Lebih terperinci

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik.

Pardomuan N.J.M. Sinambela Afrodita Munthe. Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika, Pembelajaran Matematika Realistik. 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII MTS AMDA PERCUT SEI TUAN T.A. 2014/2015 Pardomuan N.J.M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang

1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang 1. Pendahuluan Pembelajaran matematika dengan pendekatan tradisional didasarkan pada pandangan bahwa matematika sebagai strict body of knowledge yang meletakkan pondasi bahwa siswa adalah objek pasif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 6 Tanjungrejo Jekulo Kudus tahun pelajaran 2012/2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Deskripsi Kondisi Awal SMK Negeri 1 Amlapura terletak di Jalan Veteran, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem, Bali. Sekolah ini merupakan sekolah kejuruan pertama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 4 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO

KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 4 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO KREATIVITAS GURU DALAM MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN IPS DI SDN 4 BATUDAA PANTAI KABUPATEN GORONTALO Rahmat Husain (Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Drs. H. Haris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi kehidupan suatu bangsa, karena kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan dan sumber

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI AKTIVITAS MEMBACA BERPIKIR TERBIMBING(AMBT) SISWA KELAS II DI SDN GONDOWANGI 01

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI AKTIVITAS MEMBACA BERPIKIR TERBIMBING(AMBT) SISWA KELAS II DI SDN GONDOWANGI 01 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI AKTIVITAS MEMBACA BERPIKIR TERBIMBING(AMBT) SISWA KELAS II DI SDN GONDOWANGI 01 Budi Mulyanto Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Pascasarjana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual. Karena sangat penting penggunaan dan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual. Karena sangat penting penggunaan dan fungsinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, merupakan sarana untuk saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dan meningkatkan kemampuan intelektual.

Lebih terperinci

Jml=N * F Jumlah Rata-rata 67.

Jml=N * F Jumlah Rata-rata 67. dan guru lebih aktif dari pada siswa dan menyebabkan kondisi seperti ini, siswa menjadi sulit untuk memahami materi pelajaran. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, penjelasan materi kurang jelas,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lampung tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 30 siswa. Subjek penelitian

METODE PENELITIAN. Lampung tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 30 siswa. Subjek penelitian III. METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 10 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 30 siswa. Subjek penelitian dipilih berdasarkan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 PENINGKATAN MOTIVASI, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING KELAS VIIF SMP NEGERI

Lebih terperinci

Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango

Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango OLEH : Ni Kadek Santiani, Martianty Nalole, Samsiar RivaI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Sumber daya manusia (SDM) dapat meningkat dengan adanya pendidikan. Pendidikan akan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Statistika, Vol. 7 No., 5 3 Nopember 007 Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Yunia Mulyani Azis Tenaga Pengajar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang pendidikan dipandang sebagai suatu kebutuhan penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara. Pendidikan menjadi tuntutan wajib

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Ditinjau dari jenis penelitian yang digunakan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Karena dalam penelitian ini peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran matematika adalah pemecahan masalah, sehingga kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa adalah standar minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap

Lebih terperinci

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur   ABSTRAK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT PADA MATERI POKOK GERAK BEBAS BERIRAMA DENGAN ARAH BIDANG STUDI PENDIDIKAN JASMANI KELAS 1 SD NEGERI 105300 SUKA MAKMUR Sinar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan dan pembangunan suatu negara. Negara dikatakan maju dalam segala bidang baik dalam bidang ekonomi,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI USAHA MEMPERTAHANKAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI USAHA MEMPERTAHANKAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI USAHA MEMPERTAHANKAN REPUBLIK INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA KELAS IX.2 SMP NEGERI MUARA BELITI Holili 1 Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN KETRAMPILAN BERTANYA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDN NO. 64 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO Martianty Nalole Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak:

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGATASI MASALAH BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS IV MI AL-YUSRA DI KECAMATAN DUNGINGI KOTA GORONTALO Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Penulis Utama:

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Sri Yain R. Naue Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING

PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING PENERAPAN STRATEGI MASTERY LEARNING DENGAN TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Nofrida Solvia 1 Fazri Zuzano 1 Puspa Amelia 1 1 Jurusan

Lebih terperinci

UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Ririn M. Tuna

UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Ririn M. Tuna UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh: Ririn M. Tuna Pembimbing I : Ismail Pioke, S.Pd, M,Pd Pembimbing II: Dr. Hj. Asni Ilham,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGUNGKAPKAN WAKTU (TIME) MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS II SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VI SDN SEMBORO 01 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER TAHUN AJARAN 2014/2015 Wiwik Kusumawat 1

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL 1 PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 4 BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO Oleh : SADDAM MASHANAFI NIM. 151 410

Lebih terperinci

Penulis : Zenab L. Danial Nim : Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M.

Penulis : Zenab L. Danial Nim : Pembimbing I : Dra Martianty Nalole, M.Pd Pembimbing II : Dra Syamsiar RivaI S.Pd, M. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN BANGUN DATAR MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN 2 TALAGA JAYA KABUPATEN GORONTALO. Penulis : Zenab L. Danial Nim : 151

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tipe-tipe kesalahan Penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Suhertin (dalam Lisca, 2012) dikarenakan siswa tidak menguasai

Lebih terperinci

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu,

Herdian, S.Pd., M.Pd. SMAN 1 Pagelaran Kab. Pringsewu, UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) (PTK Pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Pagelaran Kab.Pringsewu - Lampung) Herdian, S.Pd.,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN PADA SISWA KELAS IX-2 SMP NEGERI 8 KOTA TEBING TINGGI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN PADA SISWA KELAS IX-2 SMP NEGERI 8 KOTA TEBING TINGGI MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERTUKAR PASANGAN PADA SISWA KELAS IX-2 SMP NEGERI 8 KOTA TEBING TINGGI Wasten Simamora Guru SMP Negeri 8 Tebing Tinggi Surel : wastensimamora@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan pada studi ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah

Lebih terperinci

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : ARIA KURNIA SAPUTRA NPM:

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : ARIA KURNIA SAPUTRA NPM: PENGARUH PENGGUNAAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE DENGAN MEDIA BENDA KONGKRIT TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI SIFAT BENDA PADA SISWA KELAS III SDN MRICAN 1 KOTA KEDIRI TAHUN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG Umar Wirahadi Kusuma Universitas Negeri Malang Pembimbing

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI DAN PENGUKURAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI DAN PENGUKURAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Prosiding Seminar Nasional Matematika Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 24 Juli 2011 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI DAN PENGUKURAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL MELALUI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Etyn Nurkhayati SD YPKP I Sentani Jayapura Papua Abstrak:Kesulitan siswa dalam menulis

Lebih terperinci

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn.

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Hasil Belajar, Pembelajaran PKn. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKN MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK DI KELAS VIIA SMP NEGERI 10 PALU Norma Deysi Mawarni 1 Dahlia Syuaib 2 Asep Mahfudz 3 Program Studi PPKn, Jurusan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan

LEMBAR PENGESAHAN JURNAL Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Pendidikan PEMBERIAN UMPAN BALIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI MENGHARGAI JASA DAN PERAN TOKOH PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA KELAS V SDN 1 BIAU KABUPATEN GORONTALO UTARA

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 1 MTs NEGERI ENOK Habibullah a, Hj. Zetriuslita b, Abdurrahman c a Alumni Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris PTK disebut Classroom Action Research

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

PENGARUH METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN DIDUKUNG MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP KEMAMPUAN SISWA MENGANALISIS

PENGARUH METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN DIDUKUNG MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP KEMAMPUAN SISWA MENGANALISIS Artikel Skripsi PENGARUH METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN DIDUKUNG MEDIA TIGA DIMENSI TERHADAP KEMAMPUAN SISWA MENGANALISIS PERUBAHAN ENERGI BUNYI MELALUI PENGGUNAAN ALAT MUSIK SISWA KELAS IV SD SKRIPSI

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Keterampilan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa pada Siswa Kelas IV di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo

Upaya Meningkatkan Keterampilan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa pada Siswa Kelas IV di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo 1 Upaya Meningkatkan Keterampilan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa pada Siswa Kelas IV di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo Meriyanti T. Mohamad Dra. Martianty Nalole, M.Pd 1 Dra. Samsiar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG 13-130 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA MELALUI METODE DISCOVERY DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 16 PADANG Gusmaweti. Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Rukmana Ismail

PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Rukmana Ismail PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh : Rukmana Ismail Pembimbing I : Dra.Ratnarti Pahrun, M.Pd Pembimbing II: Dra.Hawa Pattiiha,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Dasar (SD) yang perlu ditingkatkan kualitasnya. SD

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Dasar (SD) yang perlu ditingkatkan kualitasnya. SD 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran tingkat Sekolah Dasar (SD) yang perlu ditingkatkan kualitasnya. SD merupakan tempat pertama siswa mengenal

Lebih terperinci

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Kelas IV SDN 2 Donggulu Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student-Team Achievement-Division Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah dasar merupakan jenjang tingkat pertama program pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah dasar merupakan jenjang tingkat pertama program pendidikan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar merupakan jenjang tingkat pertama program pendidikan dasar sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah (Arindawati, 2004:1). Pengembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA PERSIKLUS DAN ANALISIS DATA AKHIR

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA PERSIKLUS DAN ANALISIS DATA AKHIR BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA PERSIKLUS DAN ANALISIS DATA AKHIR A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum MTs NU Demak MTs NU Demak terletak di Jalan Raya Demak kota Kecamatan demak Kabupaten Demak. Sekolah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI PADA SISWA KELAS V SD N 1 JEPANG KUDUS TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI PADA SISWA KELAS V SD N 1 JEPANG KUDUS TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA TIGA DIMENSI PADA SISWA KELAS V SD N 1 JEPANG KUDUS TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUBAH PECAHAN BIASA KE DESIMAL DI KELAS V SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUBAH PECAHAN BIASA KE DESIMAL DI KELAS V SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUBAH PECAHAN BIASA KE DESIMAL DI KELAS V SDN 8 LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO Nurhayati H. Mayang Dra. Samsiar RivaI, S.Pd, M.Pd Pembimbing 1 Dra. Martianty Nalole,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO 232 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO Oleh: SUSMIATI SMP Negeri 1 Balongbendo Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sains merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk

Lebih terperinci

MODEL PELAKSANAAN REMEDIAL & PENGAYAAN

MODEL PELAKSANAAN REMEDIAL & PENGAYAAN MODEL PELAKSANAAN REMEDIAL & PENGAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA TAHUN 2015 Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari masalah pendidikan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: RIKKI ASMARANDANI A

Diajukan Oleh: RIKKI ASMARANDANI A EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING (PETA KONSEP) DAN PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) DI SMP NEGERI 6 WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian SMK PGRI 2 Salatiga terletak di Jalan Nakula Sadewa I Kembang Arum kecamatan Sidomukti kota Salatiga, suasana SMK PGRI 2 Salatiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Djamarah dan Zain (1996:1) menyatakan bahwa Belajar mengajar

I. PENDAHULUAN. Menurut Djamarah dan Zain (1996:1) menyatakan bahwa Belajar mengajar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang mendapat perhatian khusus dalam pembangunan nasional adalah bidang pendidikan, hal ini sejalan dengan pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi: Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu dasar segala bidang ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian,

Lebih terperinci