BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran yang dapat diamati atau diukur dalam perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Purwanto (2008: 46) mengemukakan, bahwa hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah digunakan. Pernyataan Purwanto ini diperjelas dengan pernyataan Hamalik (2006: 28), bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik yang menerima pengalaman belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Proses pembelajaran yang dilakukan tidak begitu saja berhasil, melainkan mengalami hambatan karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Sagala (2009: 166) mengemukakan, bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu yang bersumber dari manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal (suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar) dan 8

2 faktor yang berasal dari luar diri manusia yang belajar disebut faktor eksternal (keluarga, sekolah, dan masyarakat). Hal ini menunjukkan bahwa sekolah ikut memegang peran dalam menunjang proses pembelajaran, khususnya proses yang terjadi di dalam kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Perolehan hasil belajar yang maksimal tidak akan tercapai jika kesiapan guru sebagai pendamping peserta didik di dalam kelas tidak maksimal. Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini dapat tercapai, apabila pada diri peserta didik sudah terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik. Aspek tingkah laku tersebut yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, dan sikap. Jika seseorang telah belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut. Bloom dalam Sudjana (2005: 22), membagi hasil belajar menjadi 3 ranah, yaitu ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif yang berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotor yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Revisi taksonomi Bloom pada ranah kognitif yang dimaksud adalah level pengetahuan mulai dari : mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), berkreasi (C6). 9

3 Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahaptahap kemampuan yang harus peserta didik kuasai sehingga dapat menunjukkan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Beberapa prinsip yang terdapat dalam teori bloom adalah: (a). Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu, (b) sebelum kita menerapkan kita harus memahaminya terlebih dahulu, (c) sebelum kita mengevaluasi maka kita harus mengukur atau menilai, (d) sebelum kita berkreasi atau menciptakan sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi serta memperbaharui. Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang lebih baik setelah mengikuti proses pembelajaran dan dapat dijadikan sebagai alat ukur yang digunakan guru untuk mencapai suatu tujuan dari pembelajaran. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitiannya dibatasi hanya pada ranah kognitif saja. Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan para peserta didik dalam menguasai bahan pengajaran. Pada SLTP kelas VIII, materi sistem dalam kehidupan manusia semester ganjil salah satu materinya adalah sistem gerak pada manusia. Dengan demikian hasil belajar peserta didik akan terfokus pengukurannya pada materi tersebut. Kaitannya dalam pembelajaran biologi maka pengertian hasil belajar menjadi lebih terfokus 10

4 pada satu kelompok materi tertentu misalnya hasil belajar semester ganjil pada materi sistem gerak pada manusia. 2.2 Keaktifan Peserta Didik Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran baik dalam bentuk interaksi antar peserta didik dengan peserta didik maupun antar peserta didik dengan guru. Kegiatan-kegiatan dalam keaktifan yang dimaksud seperti kemampuan menjawab soal, mengerjakan tugas yang diberikan, memperhatikan penjelasan guru, aktif dalam kegiatan diskusi kelas, mengajukan pendapat, mau bertanya, bekerja sama dengan teman lain serta mampu mempresentasikan hasil pekerjaannya, sehingga peserta didi dapat lebih aktif. Menurut Silberman (dalam Badrujaman, 2002: 78), bahwa pembelajaran yang baik atau efektif adalah pembelajaran yang dapat membuat peserta didik dapat terlibat secara aktif. Pendapat Silberman tersebut sejalan dengan pendapat, Sadirman (2004: 99) yang mengemukakan bahwa: Dalam belajar sangat diperlukan adanya keterlibatan peserta didik, tanpa keterlibatan peserta didik selama pembelajaran maka, tidak mungkin proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Keaktifan dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. 11

5 Pembelajaran yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas tergantung sepenuhnya terhadap kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di bawah asuhan ataupun bimbingan guru guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkannya. Guru sifatnya hanya sebagai pembimbing, pengarah, fasilitator dan menuntun sehingga peserta didik mampu mengembangkan sendiri potensi yang ada di dalam dirinya melalui kegiatan pembelajaran dan ketrampilan belajar yang dilatihkan guru. Dengan harapan ketrampilan-ketrampilan yang dilatihkan tersebut dapat membantu peserta didik mencapai hasil belajar semaksimal mungkin. Hal ini di dukung oleh pendapat Tim (2010: 142) yang menyatakan bahwa, peserta didik akan belajar secara aktif kalau rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar aktif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan peserta didik dapat dilihat melalui beberapa indikator dalam proses pembelajaran. Dalam menganalisis keaktifan terdapat beberapa indikator yang dapat menjadi pedoman dalam pengukuran keaktifan. Indikator keaktifan peserta didik dapat dilihat dari kriteria berikut ini (1) perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru; (2) kerjasamanya dalam kelompok; (3) kemampuan peserta didik mengemukakan pendapat dalam kelompok; (4) memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok; (5) mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat; (6) memberi gagasan yang cemerlang; (7) membuat perencanaan dan 12

6 pembagian kerja yang matang; (8) keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain; (9) memanfaatkan potensi anggota kelompok; serta (10) saling membantu dan menyelesaikan masalah (Ardhana, 2009:2). Menurut Diedrich (dalam Rohani, 2004: 9), membagi keaktifan belajar peserta didik menjadi 8 kelompok, yaitu : (1) Keaktifan visual : membaca, memperhatikan gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, mengamati orang lain bekerja, dan sebagainya, (2) Keaktifan lisan (oral) maksudnya mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, (3) Keaktifan mendengarkan : mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio, (4) Keaktifan menulis sepeti rmenulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsa atau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket, (5) Keaktifan menggambar contohnya menggambar, membuat graik, chart, diagram, peta, pola, (6) Keaktifan motorik seperti melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari dan berkebun, (7) Keaktifan mental : merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan dan membuat keputusan, (8) Keaktifan emosional : minat, bosan, gembira, berani, tenang. Lebih lanjut lagi Sudjana (2004: 61) menyatakan bahwa keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dapat dilihat dalam hal : (1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, (2) Terlibat dalam pemecahan masalah, (3) Bertanya kepada peserta 13

7 didik lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, (5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, (6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil- hasil yang diperolehnya, (7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis, (8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya. Selain itu terdapat beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar peserta didik aktif, yakni (1) stimulus belajar; (2) perhatian dan motivasi, (3) respon yang dipelajari; serta (4) penguatan serta umpan balik. Berikut ini dijelakan secara umum kelima prinsip tersebut: a. Stimulasi Belajar Pesan yang diterima peserta didik dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Proses pemberian stimulus tersebut dapat berbentuk verbal, bahasa, visual, auditif, dan lainnya. Stimulus hendaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi yang ingin disampaikan guru kepada peserta didik. b. Perhatian dan motivasi Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang dicapai peserta didik tidak akan optimal. Stimulus belajar yang diberikan guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari peserta didik. Perhatian dan motivasi belajar peserta didik tidak akan lama bertahan selama proses belajar mengajar berlangsung. 14

8 Oleh sebab itu perlu diusahakan oleh guru untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi. c. Respons yang dipelajari Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila peserta didik tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai respons peserta didik terhadap stimulus guru, tidak mungkin peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang dikehendaki. Keterlibatan peserta didik atau respons peserta didik terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar dan sebagainya. d. Penguatan Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan peserta didik akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali manakala diperlukan. Hal ini berarti apabila respons peserta didik terhadap stimulus guru memuaskan kebutuhannya, maka peserta didik cenderung untuk mempelajari tingkah laku tersebut. Sumber penguat belajar untuk memuaskan kebutuhan berasal dari nilai, pengakuan prestasi peserta didik, persetujuan pendapat peserta didik, ganjaran, hadian dan lainnya. e. Pemakaian dan pemindahan Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tidak terbatas penting sekali diperhatikan pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan. Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh 15

9 tersebut cenderung terjadi apabila digunakan dalam situasi yang serupa. Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari kepada situasi lain yang serupa di masa mendatang (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 214). Dalam pembelajaran tuntutan keaktifan peserta didik merupakan konsekuensi logis dari pengajaran. Hampir tidak pernah terjadi proses belajar tanpa adanya keaktifan peserta didik dalam belajar. Permasalahannya hanya terletak dalam kadar atau bobot keaktifan belajar peserta didik. Ada keaktifan belajar kategori rendah, sedang dan ada pula keaktifan belajar kategori tinggi. Seandainya dibuat rentangan skala keaktifan, maka dapat diskala satu sampai sepuluh (Abdu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2004: 206). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan belajar peserta didik dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual activities), mendengarkan, berdiskusi, kesiapan peserta didik, kemampuan bertanya, keberanian melakukan presentasi, mendengarkan dengan seksama, memecahkan soal atau permasalahan yang diberikan (mental activities), dan segala bentuk kegiatan peserta didik yang dilakukan guna tercapainya tujuan utama kegiatan pembelajaran yakni perolehan hasil belajar yang maksimal. Badrujaman (2002: 78) mengemukakan bahwa, meskipun secara umum kita dapat menentukan indikator - indikator dari keaktifan peserta didik seperti frekuensi dalam bertanya, frekuensi peserta didik dalam menjawab pertanyaan, dan frekuensi mengajukan pendapat, akan tetapi penentuan indikator keaktifan peserta didik juga 16

10 ditentukan oleh model yang ditetapkan sebagai tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa indikator yang digunakan oleh guru dalam menentukan aktif tidaknya peserta didik dalam proses pembelajaran itu fleksibel sesuai dengan tujuan yang akan dicapai oleh guru melalui penggunaan model atau pendekatan pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas penulis menetapkan indikator keaktifan belajar peserta didik adalah segala kegiatan yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung seperti memperhatikan penjelasan guru, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, bekerjasama dengan teman, mengerjakan tugas atau latihan yang diberikan, dan mampu membuat kesimpulan. 2.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a match (mencari pasangan) Pembelajaran di kelas lebih diharapkan merujuk ke model pembelajaran kooperatif karena diyakini mampu membantu peserta didik untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan yang diajarkan guru. Sanjaya (2006: 244) mengemukakan, ada 4 karakteristik model pembelajaran kooperatif yaitu prinsip ketergantungan posistif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa sifat ketergantungan antara siswa satu dengan peserta didik yang lain dalam satu kelompok sangat berpengaruh pada perolehan hasil akhir yang menjadi tujuan bersama dalam satu kelompok seperti perolehan nilai yang memuaskan, komunikasi yang terbangun dua arah, keaktifan peserta didik yang ditunjukkan dengan partisipasi aktif masing-masing peserta didik, tanggung jawab masing-masing peserta didik baik terhadap diri sendiri ataupun 17

11 terhadap anggota kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif terdiri atas beberapa tipe salah satunya yaitu tipe Make a match yang merupakan teknik belajar dengan cara mencari pasangan. Teknik yang dimaksud adalah peserta didik mencari pasangan yang merupakan pasangan antara soal dan jawaban dalam satu kelompok belajar, setiap peserta didik dapat berpartisipasi dalam penyelesaian soal dan jawaban secara bersama-sama. peserta didik yang dapat mencocokkan soal dan jawaban sebelum batas waktu diberi poin. Dengan langkah-langkah tersebut di atas, diharapkan peserta didik bisa lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan bukan hanya bertindak sebagai pendengar saja. peserta didik akan mempunyai inisiatif mengembangkan dirinya sendiri dengan mencari makna dari konsep-konsep yang diajarnya dengan harapan mampu mencocokkan kartu yang menjadi tanggung jawabnya dengan kartu pasangannya. Model pembelajaran Make a match (mencari pasangan) merupakan strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (dalam Lie, 2008: 55). Lie menyatakan bahwa salah satu keunggulan tehnik Make a match adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Jadi proses pembelajarannya membuat peserta didik dapat berinteraksi dengan temannya, bermain sambil belajar, sehingga peserta didik tidak merasa bosan ketika kegiatan belajar berlangsung. Menurut Suprijono (2010: 94) model pembelajaran Make a macth merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada peserta didik untuk meningkatkan 18

12 hasil belajar. Model ini dikembangkan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam proses pembelajaran yakni meningkatkan keaktifannya, motivasi belajarnya dan mengurangi rasa bosan di kelas yang diakibatkan model pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan guru. Karena model pembelajaran ini menuntut peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran, sehingga kemampuan guru untuk mengarahkan, memfasilitasi dan membimbing peserta didik di dalam kelas sangat diperlukan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make a macth adalah salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk bisa lebih aktif, partisipatif, bertanggung jawab dalam rangka usaha memahami materi ajar dengan harapan mampu meningkatkan perolehan hasil belajar sebagai salah satu patokan keberhasilan proses pembelajaran. Model pembelajaran ini diterapkan dengan maksud meminimalisir kelemahan-kelamahan yang biasa terjadi di kelas seperti peserta didik pasif, guru aktif dan hasil belajar rendah. Walaupun demikian, setiap model pembelajaran yang diterapkan dikelas, tidak lepas dari kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hal ini tergantung pada kondisi dan situasi pembelajaran. Lorna Curan (dalam Lie, 2008: 55) juga menyatakan, bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make a macth memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut: (1) Peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, (2) Melatih untuk ketelitian, kecermatan dan ketepatan serta kecepatan dalam menyelesaikan 19

13 masalah, (3) Dapat meningkatkan aktifitas belajar peserta didik, baik secara kognitif maupun fisik, (4) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan, (5) Meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari, (6) Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (7) Efektif sebagai sarana melatih keberanian peserta didik untuk tampil presentasi, (8) Efektif melatih kedisiplinan peserta didik menghargai waktu untuk belajar. Kekurangan dari model pembelajaran ini adalah: (1) Waktu yang digunakan sangat singkat sehingga kurangnya konsentrasi peserta didik dalam menyelesaikan masalah, (2) Kemungkinan salah dalam menentukan pasangan antara kartu soal dengan jawaban, (3) Jika tidak merancangnya dengan baik, maka banyak waktu yang terbuang, (4) Jika tidak mengarahkan peserta didik dengan baik, saat presentasi banyak peserta didik yang kurang memperhatikan, (5) Guru perlu persiapan alat yang memadai. Dengan melihat kekurangan pada model pembelajaran ini, kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran sangat diharapkan sehingga mampu meminimalisir kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi guna mencapai tujuan utama meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dapat dicapai. Tujuan model pembelelajaran Make a Match adalah untuk melatih peserta didik berpikir cepat dalam menentukan soal dan jawaban terhadap materi yang dipelajari, dan mengutamakan kerja sama dalam penyelesaian masalah untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai hasil belajar yang lebih baik. 20

14 Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran ini merujuk pada sintaks pembelajaran menurut Lie (2008:55) dapat dilihat pada tabel 2.2: Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Make a Match Kegiatan Awal Langkah-langkah 1. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya. 2. Menjelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai Inti 3. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan jawaban 4. Guru membagikan kartu dan masing-masing peserta didik mendapat satu kartu yang berisi soal atau jawaban. 5. Tiap peserta didik memikirkan jawaban dan soal dari kartu yang dipegang 6. Guru meminta peserta didik berdiri dan mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal dan jawaban) 7. Setiap peserta didik yang dapat mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin 8. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Penutup 9. Guru memberikan penghargaan kepada peserta didik yang mendapatkan poin lebih banyak 10. Guru bersama peserta didik menyimpulkan materi 11. Guru memberikan evaluasi 21

15 Berdasarkan uraian diatas diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran make a match diharapkan mampu mencapai tujuan kegiatan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya, dengan upaya meminimalisir kemungkinan-kemungkinan yang bisa mengurangi efektivitas model pembelajaran make a match. Solusi tersebut diupayakan oleh guru pengajar dengan cara memfasilitasi kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik sehingga peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang diterapkan. 2.4 Sistem Gerak Pada Manusia Tubuh kita bisa digerakkan, berlari, berjalan, melakukan aktivitas sehari-hari, bisa berdiri tegak serta bentuk tubuh kita berbeda-beda satu orang dengan yang lainnya, keadaan demikian disebabkan tubuh kita memiliki sistem gerak. Sistem gerak manusia disusun atas tiga bagian yaitu tulang, sendi dan otot. Tulang, sendi dan otot membentuk satu kesatuan yang menyusun sistem gerak tapi memiliki fungsi yang berbeda-beda. Tulang merupakan alat gerak pasif karena tidak bisa digerakkan jika tanpa bantuan otot. Sedangkan otot merupakan alat gerak aktif, dikarenakan otot inilah yang menggerakkan rangka. Sedangkan sendi merupakan penghubung antar tulang di dalam tubuh Tulang sebagai penyusun rangka tubuh Tulang-tulang yang bergabung menjadi satu kasatuan disebut rangka atau (skeleton). Rangka tubuh manusia memiliki fungsi sebagai berikut: 22

16 1) Memberi bentuk tubuh, contoh tulang tengkorak yang memberi bentuk pada wajah 2) Sebagai penopang tubuh, contohnya tulang kaki yang menopang seluruh tubuh. 3) Melindungi organ-organ vital bagian dalam tubuh, contohnya tulang rusuk yang melindungi jantung dan paru-paru 4) Sebagai alat gerak pasif 5) Tempat pembentukan sel darah. 6) Tempat penimbunan/penyimpanan zat kapur. 7) Tempat melekatnya otot, misalnya pada tulang kering (tibia) menempel otot Secara garis besar tulang penyusun rangka tubuh dibagi menjadi tiga bagian yaitu: tulang tengkorak, tulang anggota badan, dan tulang anggota gerak. a. Tulang Tengkorak Tulang tengkorak merupakan tulang pembentuk kepala. Tulang tengkorak sebagian besar disusun oleh tulang yang berbentuk pipih. Tulang-tulang tersebut saling berhubungan membentuk tengkorak. Di dalam tengkorak ini terdapat mata, otak, dan organ lainnya yang terlindung oleh tulang-tulang tengkorak tersebut. Tulang tengkorak tersusun atas tulang pipi, tulang rahang, tulang mata, tulang hidung, tulang dahi, tulang ubun-ubun, tulang pelipis, dan tulang baji. (Tambayong. 2002). 23

17 b. Tulang Anggota Badan Gambar 2.1. Tulang tengkorak Sumber: Pustekkom Depdiknas Tulang anggota badan tersusun oleh tulang belakang, tulang dada, tulang rusuk, dan gelang panggul.masing-masing tulang tersebut membentuk kesatuan. Tulang anggota badan berfungsi melindungi organ-organ dalam yang lunak, seperti jantung, paru-paru, ginjal dan organ lain. Tulang anggota badan terdiri atas: 1) Tulang Belakang tersusun atas ruas-ruas tulang yang fleksibel, tetapi kuat. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas yakni 7 ruas tulang leher, 12 ruas tulang punggung, 5 ruas tulang pinggang, 5 ruas tulang kelangkang (sakrum), dan 4 ruas tulang ekor. 2) Tulang dada terletak dekat tulang rusuk atau lebih tepatnya di tengah-tengah dada. Tulang dada terdiri atas bagian hulu, badan dan taju pedang. 3) Tulang bahu dan tulang panggul. Slaone,E

18 c. Tulang Anggota Gerak Gambar 2.2. tulang bahu dan gelang panggul Sumber : Pustekom Depdiknas 2008 Tulang anggota gerak pada manusia terdiri atas tulang anggota gerak bagian atas (tangan) dan tulang anggota gerak bagian bawah (kaki). Masing-masing tulang tersebut tersusun oleh beberapa tulang. Tulang anggota gerak bagian atas atau tangan terbentuk dari tulang lengan atas (humerus), tulang pengumpil (radius), dan tulang hasta (ulna). Sedangkan tulang penyusun anggota gerak bagian bawah adalah tulang paha (femur), tulang betis (fibula) dan tulang kering (tibia). Perhatikan gambar dibawah ini: a. b. Gambar 2.2 a. Tulang anggota gerak atas, b. tulang anggota gerak bawah Sumber: Pustekkom Depdiknas 25

19 Berdasarkan jaringan penyusunnya tulang dan sifat fisiknya tulang dapat dibedakan menjadi: 1) Tulang rawan/tulang muda/cartilago Tulang rawan berfungsi untuk melindungi bagian ujung epifise tulang. Terutama dalam proses osifikasi/penulangan. Cartilago banyak dijumpai pada masa bayi terutama pada saat proses perkembangan embrio menjadi fetus. Pembentukan rangka fetus di dominasi oleh cartilago. Seiring dengan perkembangan fetus menjadi bayi dan memasuki usia pertumbuhan serta dewasa, maka cartilage ini akan mengalami peristiwa osifikasi. Tetapi tidak semua cartilago dalam tubuh, masih ada beberapa yang tetap menjadi cartilago. Seperti dijumpai pada trachea/tenggorokan, daun telinga, hidung bagian ujung, ruas-ruas persendian tulang. Tulang rawan tersusun atas matriks condrin yaitu berupa cairan kental yang banyak mengandung zat perekat kolagen yang tersusun atas protein dan sedikit zat kapur/ Carbonat. Dengan adanya condrin ini dapat memberikan sifat lentur pada cartilago. Pada anak-anak cartilage lebih banyak mengandung sel pembentuk tulang rawan dari pada matriks, sedangkan pada orang dewasa berkebalikan. Tulang rawan dibentuk oleh zat pembentuk tulang rawan yang disebut dengan Condrosit. Tulang rawan berawal dari selaput tulang rawan yang disebut pericondrium. Pericondrium berfungsi untuk memberikan kebutuhan nutrisi bagi cartilage karena banyak mengandung pembuluh darah. Dalam pericondrium banyak mengandung condroblast yaitu sel pembentuk condrosit. 26

20 Tulang keras berfungsi sebagai penyusun sistem rangka tubuh dan sebagai pelindung organ-organ yang vital bagian dalam tubuh. Berdasarkan bentuknya, tulang keras dapat dibedakan dibedakan menjadi : a. Tulang pipa/panjang Tulang ini sesuai namanya, berbentuk pipa, tabung, berongga dan memanjang. Pada kedua bagian ujungnya terjadi perluasan tulang. Tulang ini bersifat kuat dan ringan. Contohnya tulang paha, tulang betis, dan tulang lengan. b. Tulang pipih Tulang pipih berbentuk gepeng memipih, tipis. Tulang ini tersusun dari 2 buah lempengan tulang kompak dan tulang spons. Rongga diantara kedua lempengan tulang tersebut terisi sumsum merah. Contoh tulang ini adalah tulang penyusun tengkorak, tulang rusuk dan tulang dada. c. Tulang pendek Tulang pendek berbentuk sesuai namanya berbentuk pendek, bulat dan tidak beraturan atau silinder kecil. Rongga tulang pendek berisi sumsum merah. Meskipun tulang ini pendek, tulang ini mampu menahan beban yang cukup berat. Contonya adalah tulang pergelangan tangan, telapak tangan, dan telapak kaki. d. Tulang tidak beraturan Tulang jenis ini merupakan gabungan dari berbagai bentuk tulang. Contohny adalah tulang wajah, dan tulang yang terdapat pada ruas-ruas tulang belakang. 27

21 2.4.3 Persendian/artikulasi Tulang tulang tubuh yang satu dengan yang lain saling berhubungan, hubungan antara tulang yang satu dengan yang lainnya disebut persendian. Tulang-tulang pada persendian diikat oleh suatu bahan yang kuat dan lentur yang disebut ligament. Sedangkan sendi adalah struktur khusus yang terdapat pada artikulasi yang dapat memungkinkan untuk terjadinya pergerakan. Berdasarkan sifat gerakannya sendi dapat dibedakkan menjadi : 1) Sinarthrosis (sendi mati) yaitu hubungan antara 2 tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali. Artikulasi ini tidak memiliki celah sendi dan dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang pada tulang-tulang tengkorak yang disebut sutura/suture. 2) Amfiarthrosis (sendi kaku) yaitu hubungan antara 2 tulang yang dapat digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan dengan cartilago. Dijumpai pada hubungan ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang. 3) Diarthrosis (sendi hidup) yaitu hubungan antara 2 tulang yang dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas. Untuk melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi, di daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan synovial yang berfunggsi sebagai pelumas sendi. 28

22 Gambar 2.3 Macam-macam sendi berdasarkan sifat gerakannya Sumber: Alan E.Nourse, 2001 Berdasarkan bentuknya, persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan dapat dibedakan menjadi : a. Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan hanya satu arah saja seperti sendi pada lutut, jari dan siku. Gambar.2.4 Sendi peluru Sumber: Sloan,E b. Sendi pelana yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan kedua arah memutar dan melengkung seperti sendi pada ibu jari. Gambar.2.5 Sendi peluru Sumber: Sloan,E

23 c. Sendi putar yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan memutar misalnya sendi pada tulang leher. Gambar.2.6 Sendi peluru Sumber: Sloan,E d. Sendi peluru yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas misalnya sendi antara lengan atas dan bahu Otot Gambar.2.7 Sendi peluru Sumber: Sloan,E Tulang merupakan bagian penting untuk pergerakan, namun tulang tidak dapat bergerak sendiri sehingga tulang dikatakan sebagai alat gerak pasif. Bagian tubuh yang melakukan gerakan adalah otot. Hal ini dikarenakan otot dapat mampu memendek dan memanjang sehingga memungkinkan terjadinya gerakan. Secara garis besar otot dapat dibedakan menjadi otot polos, otot lurik, dan otot jantung. 30

24 Berdasarkan struktur selnya, otot dapat dibedakan menjadi : 1) Otot Polos/Licin merupakan penyusun organ bagan dalam, misalnya saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Kontraksi otot polos bekerja di luar kesadaran sehingga tidak bisa dikendalikan secara sadar sehingga kita tidak bisa merasakan kapan usus berkontraksi dan kapan usus berhenti berkontraksi. Otot polos memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Memiliki bentuk sel otot seperti silibdris/gelendong dengan kedua ujung meruncing. b. Memiliki satu buah inti sel yang terletak di tengah sel otot. c. Mempunyai permukaan sel otot yang polos dan halus/licin. d. Pergerakan lambat dan teratur sehingga dengan demikian tidak memungkinkan cepat lelah pada sel otot. e. Sel otot ini banyak dijumpai di seluruh organ dalam tubuh kecuali jantung dan rangka. Gambar 2.8 Otot Lurik Sumber: Encarta Encyclopedia, ) Otot Lurik berfungsi dalam melakukan gerakan dan bekerja sama dengan tulang untuk melakukan pergerakan. Memendeknya (kontraksi) otot lurik dapan 31

25 dikendalikan sesuai kemauan kita karena bekerja di bawah kesadaran kita. Otot lurik memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Memiliki bentuk sel yang panjang seperti serabut/benang/filament. b. Memiliki banyak inti sel yang terletak di tepi. c. Memiliki permukaan yang tampak bergaris-garis gelap dan terang yanag melintang pada struktur selnya. d. Pergerakan sel otot ini sesuai dengan kehendak/diperintah oleh otak. Sehingga sifat pergerakannya cepat dan tidak teratur serta mudah lelah. e. Sel otot ini hanya dijumpai di rangka, karena melekat di tulang untuk pergerakan. Gambar 2.9 Otot Lurik Sumber: Encarta Encyclopedia, ) Otot Jantung tampak seperti otot lurik namun kontraksi atau pergerakan otot ini tidak bisa dikendalikan secara sadar. Sehingga kita tidak dapat mengendalikan kapan jantung harus berdenyut cepat dan kapan jantung harus berdenyut lambat. Otot jantung memilik ciri-ciri sebagai berikut: a. Memiliki bentuk sel yang memanjang seperti serabut/filament yang bercabang. b. Memilki banyak inti sel yang terletak di tepi agak ke tengah. c. Pergerakan sel otot ini lambat, teratur dan tidak mudah lelah. d. Sel otot ini hanya dijumpai pada organ jantung. 32

26 Gambar 2.10 Otot Lurik Sumber: Encarta Encyclopedia, Kelainan dan Penyakit Pada Tulang dan Otot Penyebab Kelainan dan Penyakit Seperti halnya pada bagian tubuh yang lain, tulang dan otot pada manusia juga mengalami kelainan dan penyakit. Penyebab kelainan dan penyakit pada tulang dan otot adalah: 1) Genetis 2) Kuman penyakit. 3) Kelainan susunan tulang dan sendi. 4) Kebiasaan sikap duduk yang salah. 5) Kebiasaan aktivitas kerja yang berlebihan. 6) Kurang gizi. 7) Kecelakaan. 33

27 Macam penyakit dan kelainan pada sistem gerak Fraktura /patah tulang yaitu kelainan pada tulang akibat kecelakaan, baik kendaraan bermotor atau jatuh. Dibedakan menjadi 2 yaitu fraktura yang tertutup (patah tulang yang tidak sampai merobek kulit/otot) dan fraktura yang terbuka (patah tulang yang merobek/menembus kulit/otot). 1) Osteoporosis Osteoporosis yaitu kelainan pada tulang yang disebakan karena adanya pengeropososan tulang. Hal ini karena tubuh sudah tidak mampu lagi menyerap dan menggunakan Calcium secara normal. 2) Fisura/retak tulang Fisura yaitu kelainan tulang yang menimbulkan keretakan pada tulang, akibat kecelakaaan. 3) Lordosis Lordosis yaitu kelainan tulang karena sikap duduk sehingga tulang belakang melekung pada daerah lumbalis. Ha ini akan mengakibatkan posisi kepala tertarik ke belakang. 4) Skoliosis Skoliosis aitu kelainan tulang karena sikap duduk sehingga tulang belakang melekung ke araah lateral. Hal ini akan menyebabkan badan akan bengkok membentuk huruf S. 34

28 5) Kifosis Kifosis yaitu kelainan tulang karena sikap duduk sehingga tulang belakang yanag terlalu membengkok ke belakang. 6) Hipertrofi Hipertrofi yaitu kelainan otot yang membesar dan menjadi lebih kuat karena sel otot diberikan kegiatan/aktivitas yang terus menerus secara berlebihan. 7) Atrofi Atrofi yaitu kelainan otot yang mengecil, lemah, fungsi otot yang menurun. Hal ini disebabkan adanya penyakit polimielitis yang dapat merusakkan sel saraf pada otot. 8) Stiff/kaku leher Stiff atau kaku leher yaitu kelainan otot karena adanya peradangan otot trapesius leher akibat gerakan yang menghentak secara tiba-tiba/salah gerak. 9) Tetanus Tetanus yaitu kelainan otot yang disebabkan adanya infeksi bakteri Clostridium tetani. Sehingga menyebabkan otot menjadi kejang-kejang. 2.6 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis dalam penelitian tindakan ini, adalah sebagai berikut: Jika dalam proses pembelajaran pada pokok bahasan sistem gerak pada manusia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Macth, maka hasil belajar dan keaktifan peserta didik akan meningkat. 35

SMA. a. Memberikan bentuk tubuh makhluk hidup. b. Melindungi organ-organ tubuh yang vital. c. Menahan dan menegakkan tubuh

SMA. a. Memberikan bentuk tubuh makhluk hidup. b. Melindungi organ-organ tubuh yang vital. c. Menahan dan menegakkan tubuh JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) BIOLOGI SISTEM GERAK MANUSIA A. GERAK Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA Tubuhmu memiliki bentuk tertentu. Tubuhmu memiliki rangka yang mendukung dan menjadikannya

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah... Tulang hasta, tulang paha, tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak? Belajar IPA itu asyik, misalnya saat mempelajari tentang astronomi dan benda-benda langit, kita bisa mengenal lebih dekat tentang planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Pelajaran seperti ini

Lebih terperinci

Sistem Gerak pada Manusia. mendeskripsikan sistem gerak pada manusia serta hubungannya dengan kesehatan.

Sistem Gerak pada Manusia. mendeskripsikan sistem gerak pada manusia serta hubungannya dengan kesehatan. Bab 2 Sumber: www.marfansyndrome.info Sistem Gerak pada Manusia Hasil yang harus kamu capai: memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Setelah mempelajari bab ini, kamu harus mampu: mendeskripsikan

Lebih terperinci

SISTEM GERAK PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

SISTEM GERAK PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc SISTEM GERAK PADA MANUSIA Drs. Refli., MSc SISTEM GERAK Sistem gerak terdiri dari Tulang - gerak pasif Otot gerak aktif Tendon ; Ujung otot lurik yang melekat pada tulang Ligamen : otot yang menghubungkan

Lebih terperinci

- - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - dpl2gerak SISTEM GERAK PADA MANUSIA

- - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - dpl2gerak SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - SISTEM GERAK PADA MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian dpl2gerak Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1 1. fungsi tulang bagi tubuh kita antara lain... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1 memberi bentuk tubuh tempat peredaran darah membentuk otot tempat melekatnya organ

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah Tulang hasta, tulang paha, tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

RANGKUMAN BIOLOGI SISTEM GERAK PADA MANUSIA

RANGKUMAN BIOLOGI SISTEM GERAK PADA MANUSIA Sistem gerak: 1. Tulang (alat gerak pasif) 2. Otot (alat gerak aktif) TULANG Jumlah tulang manusia: 206 tulang. Tulang terdiri dari: 1. Tulang Rawan (Kartilago) RANGKUMAN BIOLOGI SISTEM GERAK PADA MANUSIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kajian Teori. pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pembelajaran. a. Pengertian Pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik atau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Lebih terperinci

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP KELAS KONTROL. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran LAMPIRAN RPP KELAS KONTROL Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Materi Pokok Kelas / Semester Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam : Kerangka Tubuh Manusia : IV / I : 3 x 35 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1 1. Kelompok tulang di bawah ini yang termasuk tulang pipa adalah... Tulang hasta, tulang paha tulang betis Tulang hasta, tulang belikat,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.1

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.1 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.1 1. Tempat melekatnya otot-otot utama tubuh adalah fungsi dari... Rangka Paru-paru Lemak Tengkorak Rangka

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Siklus I) Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Negeri Karangasem 0 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahun Alam Kelas /Semerter : IV / 1 Waktu : 4 X 3 Menit ( 2 x Pertemuan) I.

Lebih terperinci

SISTEM GERAK PADA MANUSIA

SISTEM GERAK PADA MANUSIA LAPORAN PENELITIAN SISTEM GERAK PADA MANUSIA OLEH : RESTI GHITA PRIBADI XI IPA 6 35 SMA NEGERI 3 BANDUNG SISTEM GERAK PADA MANUSIA A. Macam-Macam Organ Penyusun Sistem Gerak Fungsi Rangka Pada Manusia

Lebih terperinci

MATERI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII SISTEM RANGKA DAN OTOT PADA MANUSIA SERTA PESAWAT SEDERHANA OLEH YUMNA SOLICHATUN YUSRO

MATERI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII SISTEM RANGKA DAN OTOT PADA MANUSIA SERTA PESAWAT SEDERHANA OLEH YUMNA SOLICHATUN YUSRO MATERI BELAJAR SISWA SMP KELAS VIII SISTEM RANGKA DAN OTOT PADA MANUSIA SERTA PESAWAT SEDERHANA OLEH YUMNA SOLICHATUN YUSRO JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTASA MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Setiap kita bergerak, apakah itu berjalan, menulis, mengangkat beban, serta yang lainnya. Kalaupun sedang duduk, ada bagian tubuh yang bergerak, yaitu jantung yang berdetak

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) AWAL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) AWAL Lampiran 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) AWAL Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas : 4 ( Empat ) Semester : I ( satu ) Alokasi waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan) I. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

SISTEM GERAK Tanpamu, AKU bagaikan PATUNG

SISTEM GERAK Tanpamu, AKU bagaikan PATUNG M O D U L T A N P A M U, A K U b a g a i k a n P A T U N G 1 SISTEM GERAK Tanpamu, AKU bagaikan PATUNG Oleh: HERWIM ENGGAR PRATIWI Pembimbing: Dr. Hadi Suwono, M.Si Dra. Nursasi Handayani, M.Si UNIVERSITAS

Lebih terperinci

SUPARMUJI SMA NEGERI 1 NUNUKAN SELATAN

SUPARMUJI SMA NEGERI 1 NUNUKAN SELATAN 2010 SISTEM GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA SUPARMUJI DIKTAT 3 SISTEM GERAK (Moving Systems) Oleh SUPARMUJI, S.Pd 19831029 200604 1 007 Tujuan Pembelajaran : 1. Mendefinisikan gerak pada makhluk hidup. 2.

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL SISTEM GERAK MANUSIA, HEWAN, DAN TUMBUHAN

KISI-KISI SOAL SISTEM GERAK MANUSIA, HEWAN, DAN TUMBUHAN KISI-KISI SOAL SISTEM GERAK MANUSIA, HEWAN, DAN TUMBUHAN Indicator kompetensi Indicator pembelajaran Indikator soal Jeni s soal No soal Soal Kunci Rubrik Mendeskrip Mendeskripsika Mendeskripsi PG 6 Pernyataan

Lebih terperinci

biologi SET 16 ALAT GERAK DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. RANGKA TUBUH VERTEBRATA

biologi SET 16 ALAT GERAK DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. RANGKA TUBUH VERTEBRATA 16 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 16 ALAT GERAK A. RANGKA TUBUH VERTEBRATA Tulang-tulang yang membangun rangka tubuh hewan vertebrata terlindungi oleh otototot dan kulit.

Lebih terperinci

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 1. RANGKA DAN PANCA INDERALatihan Soal 1.1

SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 1. RANGKA DAN PANCA INDERALatihan Soal 1.1 1. Rangka badan berguna untuk melindungi organ.. Jantung dan paru-paru Otak dan panca indera Lambung dan usus Jantung dan hati SD kelas 4 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 1. RANGKA DAN PANCA INDERALatihan Soal

Lebih terperinci

Kamu dapat mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Gerak pada Manusia. membahas.

Kamu dapat mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Gerak pada Manusia. membahas. Bab III SISTEM GERAK PADA MANUSIA Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan sistem gerak pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Peta Konsep Sistem Gerak pada Manusia membahas Sistem rangka

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 62 63 LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1 Sekolah : SD Negeri Kalibeji 01 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) Kelas/Semester : 4/1 Materi Pokok : Rangka dan Panca Indera Manusia

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1 Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.

Standar Kompetensi 1 Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Jenjang Sekolah : SMP Pajangan Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I Alokasi waktu : X 40 ( 1 x Pertemuan ) Standar Kompetensi 1 Memahami berbagai

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.2 1. Hubungan antar tulang-tulang tengkorak diper-kuat oleh adanya bangunan bergerigi yang disebut Fisura Fraktura Fasia Sutura Kunci Jawaban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Inkuiri Terbimbing Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering digunakan oleh para guru. Khususnya pembelajaran biologi, ini disebabkan karena kesesuaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Sistem Gerak pada Manusia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Sistem Gerak pada Manusia RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 PIYUNGAN : IPA : VIII/ I : Sistem Gerak pada Manusia : 10 x 40 menit (10 JP) A. Tujuan 1.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP N 1 PIYUNGAN Mata Pelajaran : IPA Kelas/ Semester : VIII/ I Topik : Sistem Gerak pada Manusia Alokasi Waktu : 10 x 40 menit (10 JP) A. Tujuan 1.

Lebih terperinci

Sistem Gerak. pada Manusia

Sistem Gerak. pada Manusia Bab 2 Sistem Gerak pada Manusia Gambar 2.1 Olahraga Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang dapat menyehatkan tubuh kita. Ketika berolahraga, tentunya kita akan melakukan gerakan, seperti meloncat,

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.2 1. Persamaan antara otot lurik dan otot jantung adalah... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.2 Sifat kerja secara sadar Memiliki percabangan Berinti satu Ada garis gelap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai

Lebih terperinci

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT.

GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT. SISTEM RANGKA 1. RANGKA SEBAGAI ALAT GERAK PASIF. 2. OTOT SEBAGAI ALAT GERAK AKTIF. GERAK PADA HEWAN DAN MANUSIA DAPAT TERJADI KARENA ADANYA KERJASAMA ANTARA TULANG (RANGKA) DENGAN OTOT. BAGAIMANA GERAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

Berdasarkan susunannya, tulang dibedakan menjadi:

Berdasarkan susunannya, tulang dibedakan menjadi: Makhluk hidup salah satu cirinya adalah bergerak. Pada manusia mempunyai sistem gerak yang dapat dibagi menjadi dua yaitu alat gerak pasif dan alat gerak aktif. Alat gerak pasif berupa tulang dan alat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai. 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Gallery Walk (GW) Secara etimologi, Gallery Walk terdiri dari dua kata yaitu gallery dan walk. Gallery adalah pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi

BAB II KAJIAN TEORITIS. Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi 14 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hakekat Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktivitas kearah perubahan tingkah laku melalui interaksi aktif individu terhadap lingkungan (pengalaman). Definisi

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Kelas : 8 Waktu : 07.45-09.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Mata Pelajaran/Tema/Sub Tema : IPA BIOLOGI. Kelas/Semester : XI/1 Waktu : 2 x 45 menit Nama Siswa/Kelompok :

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Mata Pelajaran/Tema/Sub Tema : IPA BIOLOGI. Kelas/Semester : XI/1 Waktu : 2 x 45 menit Nama Siswa/Kelompok : LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) Mata Pelajaran/Tema/Sub Tema : IPA BIOLOGI Materi Pokok : Sistem Gerak Kelas/Semester : XI/1 Waktu : 2 x 45 menit Nama Siswa/Kelompok : A. Kompetensi Dasar: Menjelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama dan bertanggung jawab. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:94)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga

Lebih terperinci

Sistem Rangka dan Otot. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi

Sistem Rangka dan Otot. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Sistem Rangka dan Otot 1 Rangka Rangka adalah kumpulan berbagai tulang Pemberi bentuk tubuh Tempat melekatnya otot-otot Pelindung organ lunak Mengganti sel-sel yg rusak Penopang tubuh Menyerap gaya/beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan metode tertentu sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke II. TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan g alam sekitar di sekelilingnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran kooperatif tipe TPS TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun 1981 dan diadopsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, aktivitas belajar memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler (dalam Winataputra,

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003: BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Standar Kompetensi 1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia. Jenjang Sekolah : S M P/MTs... Mata Pelajaran : IPA Terpadu Kelas / Semester : VIII / I

Lebih terperinci

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel ANATOMI PERSENDIAN rangka tubuh manusia tersusun dari tulang-tulang yang saling berhubungan. Hubungan antartulang disebut sendi. Dengan adanya sendi, kaki dan tanganmu dapat dilipat, diputar dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

SISTEM GERAK MANUSIA

SISTEM GERAK MANUSIA SISTEM GERAK MANUSIA 1. Tulang Alat gerak pasif pada manusia adalah tulang. Tulang adalah bahan yang hidup dan tumbuh. Tulang mempunyai kerangka protein. Kalsium memperkuat kerangka tersebut. Lapisan luar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

3. Peradangan pada sendi adalah salah satu gangguan di sistem gerak manusia. Nama penyakitnya adalah

3. Peradangan pada sendi adalah salah satu gangguan di sistem gerak manusia. Nama penyakitnya adalah 1. Tulang-tulang tengkorak manusia terdiri atas tulang-tulang berikut, kecuali... a. Tulang rahang b. Tulang pipi c. Tulang pelipis d. Tulang dahi e. Tulang belikat 2. Kelainan tulang karena sikap duduk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari untuk mencapai tujuan belajar, yaitu perbaikan pengetahuan dan keterampilan pada siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam bahasa Indonesia di terjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya, pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM GERAK PADA MANUSIA DAN VERTEBRATA

BAB IV SISTEM GERAK PADA MANUSIA DAN VERTEBRATA BAB IV SISTEM GERAK PADA MANUSIA DAN VERTEBRATA Bagaimanakah perbandingan organ penyusun sistem gerak pada manusia dan vertebrata? Bagaimanakah fungsi tulang rawan, tulang keras, dan sendi sebagai penyusun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam pembelajaran di kelas. Menurut Nurhadi (2004:112) model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Pelajaran matematika menurut peneliti merupakan suatu pelajaran pokok dari kehidupan ini. Dan pelajaran matematika dapat mendapatkan respon positif dari

Lebih terperinci

3. Perhatikan gambar di bawah ini!

3. Perhatikan gambar di bawah ini! Nilai Paraf Mata Pelajaran : IPA Nama : Kelas : VI (Enam) A, B, C Indikator KD 9.1: Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu

Lebih terperinci

Sistem Gerak pada Manusia BAB 2. A. Rangka B. Otot C. Kelainan pada Sistem Alat Gerak. 25 Bab 2 Sistem Gerak pada Manusia 25

Sistem Gerak pada Manusia BAB 2. A. Rangka B. Otot C. Kelainan pada Sistem Alat Gerak. 25 Bab 2 Sistem Gerak pada Manusia 25 BAB 2 Sistem Gerak pada Manusia A. Rangka B. Otot C. Kelainan pada Sistem Alat Gerak 25 Bab 2 Sistem Gerak pada Manusia 25 Peta Konsep pipih bentuk terdiri dari pipa Peta Konsep Sistem Gerak pada Manusia

Lebih terperinci

PERANCANGAN PEMBELAJARAN PENGENALAN RANGKA MANUSIA DENGAN METODE COMPUTER BASED INSTRUCTION

PERANCANGAN PEMBELAJARAN PENGENALAN RANGKA MANUSIA DENGAN METODE COMPUTER BASED INSTRUCTION PERANCANGAN PEMBELAJARAN PENGENALAN RANGKA MANUSIA DENGAN METODE COMPUTER BASED INSTRUCTION Hermida Lumbantoruan (0911618) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA A. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep 1. Model Pembelajaran Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu kumpulan Pengetahuan yang tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar merupakan proses perubahan tingkah

Lebih terperinci

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya

Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Gambar Kerangka Manusia Tulang Rangka Manusia dan Bagian-bagiannya Rangka mempunyai fungsi sebagai berikut : Penopang dan penunjang tegaknya tubuh. Memberi bentuk tubuh. Melindungi alat-alat atau bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemetaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Model Inkuiri Inkuiri merupakan model pembelajaran yang membimbing siswa untuk memperoleh dan mendapatkan informasi serta mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat

Lebih terperinci