BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bata Merah Bata merah disebut juga dengan bata konvensional, memiliki bahan dasar berupa tanah liat (lempung), yang digunakan sebagai salah satu bahan bangunan yang menjadi komponen utama dalam sebuah struktur bangunan, terutama konstruksi dinding. Proses pembuatan bata merah ini dapat dilakukan secara tradisional (manual) atau secara mekanis di pabrik. Karena bata merah dibuat secara manual, maka ukuran maupun bentuk tekstur dari bata tersebut dapat beraneka ragam (Anilaputri, 2009). Dalam penggunaannya sebagai bahan bangunan yang banyak dipakai oleh masyarakat, bata merah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangannya : 1) Kelebihan : a. Kuat dan tahan lama. b. Dapat menyerap panas pada musim panas dan menyerap dingin pada musim dingin. c. Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran. d. Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasang data. e. Ukurannya yang kecil memudahkan untuk pengangkatan dalam jumlah kecil atau membentuk bidang-bidang yang kecil. f. Murah dan mudah ditemukan. 2) Kekurangan : a. Waktu pemasangan lebih lama dibandingkan bahan dinding lainnya. b. Tidak tahan terhadap perubahan suhu yang besar. c. Menimbulkan beban yang cukup besar pada struktur bangunan. d. Sulit untuk membuat pasangan bata yang rapi sehingga dibutuhkan plesteran yang cukup tebal untuk menghasilkan dinding yang cukup rata. 5

2 e. Kualitas yang beragam dan ukuran yang jarang sama membuat sisa material dapat lebih banyak. Bata merah sebagai hasil industri rumah tangga yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di desa, dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dasar sebagai berikut : 1. Tanah liat (lempung) yang mengandung silica sebesar 50% sampai dengan 70%. 2. Abu sekam padi atau abu gergaji kayu yang manfaatnya sebagai alas pencetakan supaya bata merah tidak melekat pada tanah, dan permukaan bata merah akan cukup kasar tetapi sekam padi juga dicampur pada bata merah yang masih mentah. 3. Air digunakan untuk melunakkan dan merendam adonan bata merah, serta sebagai pelican adonan bata merah agar memudahkan dalam pencetakan. Bahan dasar (tanah liat, abu sekam padi, air) dicampur dan diaduk sampai rata. Campuran yang telah dibersihkan direndam selama satu hari satu malam, dan selanjutnya dilakukan pencetakan di atas permukaan tanah yang sudah diberi sekam padi. Pencetakan bata merah biasanya dilakukan pada musim kemarau dan di bawah sinar matahari agar cepat kering, setelah kering ditumpuk dalam susunan setinggi batu dengan tujuan agar bata merah dapat diangin-anginkan. Pembakaran bata merah pada suhu ± 800 o C selama 6 hari membuat bata merah menjadi tahan air dan cuaca. Tujuan pemanasan dengan suhu tinggi pada pembuatan bata merah adalah untuk mengubah kekerasan pada bata merah yang memenuhi persyaratan untuk keperluan penggunaannya yaitu sebagai konstruksi dinding Tampak Luar Bata Merah Menurut SNI tampak luar bata merah diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu bentuk, warna, dan berat bata merah. Bentuk dinyatakan dengan bidang-bidang datarnya rata atau tidak rata, menunjukkan retak-retak atau tidak, rusuk-rusuknya siku-siku atau tidak rapuh dan lain sebagainya. Warna dinyatakan dengan merah tua, merah muda, kekuning-kuningan, kemerah- 6

3 merahan, keabu-abuan, dan sebagainya. Warna pada penampang belahan (patahan) merata atau tidak merata. Mengandung butir-butir kasar atau tidak serta rongga-rongga didalamnya. Pengujian berat bata merah adalah hasil-hasil penimbangan bata merah yang dihitung rata-ratanya dan dinyatakan dalam kilogram. Bata merah harus berbentuk prisma segi empat panjang mempunyai rusuk-rusuk yang siku-siku dan tajam, bidang-bidang datar yang rata dan tidak menunjukkan retak-retak Ukuran Bata Merah Ukuran batu bata standard yang umum digunakan adalah ± 220 mm x 110 mm x 50 mm dengan toleransi kesalahan ukuran untuk masing-masing ukuran secara berurutan adalah 3%, 4%, 5%. Batu bata memiliki klasifikasi yang didasarkan pada kuat tekan dari bata tersebut dapat dibagi seperti Tabel 2.1 Tabel 2. 1 Klasifikasi Bata Merah Kualitas Kuat Tekan (kg/cm 2 ) I 100 II III (Sumber : Sedangkan untuk batu bata dengan kuat tekan 60 kg/cm 2 tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan Adukan Adukan (mortar) adalah suatu campuran dari bahan pengikat, bahan pengisi dan air. Bahan pengikat yang biasa dipakai adalah semen, kapur bangunan atau campuran dari keduanya, sedangkan bahan pengisi adalah pasir atau tras. Adukan berfungsi untuk membantali satuan pasangannya, yang memberi pasangan batu itu dukungan penuh satu sama lain meskipun permukaannya tidak beraturan. Adukan memberi perapatan antara satuan-satuannya untuk mencegah masuknya air dan angin. 7

4 Jenis adukan yang paling karakteristik terbuat dari semen Portland, kapur hidrasi, agregat mulia (pasir), dan air. Pasir ini harus bersih dan diayak untuk menghilangkan partikel yang terlalu kasar atau terlalu halus. Semen Portland merupakan bahan perekat pada adukan, tetapi adukan yang terbuat hanya dari semen Portland akan keras dan tidak mengalir secara baik pada cetok atau di bawah bata merah, sehingga kapur ditambahkan untuk memberikan kelancaran dan daya kerjanya. Mortar instan juga banyak digunakan untuk membuat adukan. Sebagian merupakan formulasi bermerek dagang yang mengandung campuran yang dimaksud untuk berkontribusi pada daya kerja adukannya. Formulasi ini beragam dari satu produsen ke produsen lainnya, tetapi semuanya harus memenuhi spesifikasi ASTM C91. Komposisi adukan diperkirakan dalam ASTM C270. Empat jenis adukan dasar didefinisikan, seperti yang dirangkum dalam Tabel 2.2. Adukan jenis N digunakan untuk sebagian besar keperluan. Jenis M dan S sesuai untuk dinding structural kekuatan lebih tinggi dan untuk menghadapi cuaca buruk. Jenis O, yang paling ekonomis, digunakan hanya pada pekerjaan bagian dalam dan bukan pendukung beban. Adukan semen Portland matang karena hidrasi, bukan karena pengeringan. Sederetan reaksi kimiawi yang rumit mengambil air dan menggabungnya dengan konstituin semen dan kapur untuk menghasilkan struktur rapat yang kuat dan mengkristal yang mengikat partikel pasir menjadi satu. Adukan yang telah dicampur tetapi belum digunakan dapat menjadi terlalu kaku untuk digunakan. Entah itu karena pengeringan atau berawalnya hidrasi. Jika dicampur kurang dari 90 menit sebelum pengerasannya, adukan itu masih dalam tahap pengeringan dan secara aman dapat dilunakan lagi dengan air. Jika tidak digunakan lebih dari 2,5 jam sebelumnya, adukan itu harus dibuang karena telah mulai berhidrasi dan tidak dapat dilunakan lagi tanpa mengurangi kekuatan akhirnya 8

5 Tabel 2. 2 Jenis-jenis adukan seperti yang didefinisikan ASTM C270 Jenis Adukan M S Uraian Adukan kekuatan tinggi Adukan kekuatan tinggi sedang Adukan N kekuatan sedang Adukan O kekuatan rendah sedang (Sumber : Kesesuaian Konstruksi Pasangan batu yang dikenai beban lateral atau tekan tinggi atau aksi beku. Pasangan di bawah tanah Pasangan batu yang membutuhkan kekuatan ikat lentur yang tinggi tetapi hanya dikenai beban tekan normal. Penggunaan umum di atas tanah. Dinding dan sekat bagian dalam nonpendukung beban Kekuatan Tekan Rata-rata minimum pada 28 hari 2500 psi (17,25 Mpa 1800 psi (12,40 Mpa) 750 psi (5,17 Mpa) 350 psi (2,40 Mpa) Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Merah Semen sebagai bahan pengikat dalam pembuatan aduk dan beton secara langsung dapat mempengaruhi nilai teknis dan ekonomis dari bangunan sehubungan dengan kualitas, harga, dan proporsi campuran yang digunakan. Pada pekerjaan pasangan bata dan plesteran dinding, jenis-jenis semen yang digunakan harus mempunyai karakteristik tertentu dan memenuhi spesifikas sesuai dengan fungsinya antara lain mudah dikerjakan, panas hidrasi rendah, dan tidak terjadi retak. Fungsi adukan dalam pasangan bata antara lain sebagai pengikat antara bata yang satu dengan yang lain, disamping dapat menghilangkan deviasi dari permukaan batanya untuk menyalurkan beban. Sedangkan fungsi adukan dalam plesteran untuk meratakan permukaan dinding dan melindungi dari pengaruh cuaca. (Randing, 1985) 9

6 Bahan dan Peralatan a) Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan persiapan pasangan dinding dengan material bata merah yaitu : 1) Bak/drum perendam bata. 2) Bak/drum penampung air. 3) Saringan pasir. 4) Kotak penakar bahan. 5) Kereta dorong. b) Alat-alat untuk pengaduk mortar antara lain : 1) Sekop pengaduk. 2) Wadah pengaduk. 3) Mesin pengaduk. c) Alat-alat untuk pekerjaan pasangan bata merah adalah : 1) Ember. 2) Wadah Adukan. 3) Sendok aduk. 4) Palu pemotong bata. 5) Profil kayu. 6) Penarik benang kayu. 7) Mistar kontrol. 8) Water pass/slang. 9) Unting-unting. Adapun bahan-bahan yang digunakan pada pekerjaan pasangan dinding bata merah yaitu : 1) Adukan, adalah suatu campuran dari bahan pengikat, bahan pengisi, dan air. Bahan pengikat yang biasa dipakai adalah semen, kapur bangunan atau campuran dari keduanya, sedangkan bahan pengisi adalah pasir. 2) Pasangan bata merah, adalah suatu pasangan yang terdiri dari bahan pengikat (adukan) dan bahan pengisi. 10

7 Pelaksanaan Pekerjaan Dalam pelaksanaan pekerjaan dinding bata merah harus memperhatikan ketentuan-ketentuan seperti (Nurmuhammad, 2010) : 1) Pasangan harus tetap datar dan tegak lurus. 2) Bagian ujung pasangan harus berbentuk gerigi. 3) Kelebihan adukan yang menempel pada dinding pasangan harus segera dibersihkan sebelum mengeras. 4) Bagian bata yang menumpang tidak boleh kurang dari ¼ dari panjang bata. 5) Bata penutup dari suatu baris pasangan, adukan diletakkan pada bagian ujung bata terdahulu untuk mengisi sambungan tegak. 6) Bata harus dalam kondisi lembab pada saat dipasang. Kemudian juga harus diperhatikan ketentuan mengenai adukan yang digunakan, seperti : adukan harus segera diplesterkan sebelum mencapai waktu paling lama 2,5 jam sejak mulai dicampur dan harus dilakukan pengadukan ulang selama masa pelaksanaan untuk menjaga homogenitas dan kemudahan pengerjaan. Pada saat pekerjaan berlangsung juga harus memperhatikan ketentuan yang berlaku, seperti tenggang waktu antar lapisan harus diberikan sampai lapisan terdahulu cukup keras dan stabil, terutama untuk lapisan badan (lapisan kedua) sebelum diberi lapisan terakhir (acian) sudah tidak terjadi penyusutan dan retakretak lebih lanjut. Untuk hal tersebut, perlu diberikan tenggang waktu minimal 7 hari. Untuk langkah-langkah pekerjaan antara lain : 1) Untuk pengadukan. Siapkan mesin pengaduk dan pastikan dalam kondisi baik. Bahan-bahan yang telah ditakar dimasukan dalam mesin pengaduk dan campurkan hingga merata. Tuangkan air sedikit demi sedikit dan aduk terus hingga didapatkan adukan lembab, periksa bila terdapat gumpalan yang kurang merata pecahkan dengan sendok aduk, kemudian teruskan pengadukan. Sisa air selebihnya dituangkan sedikit demi sedikit sambil diaduk terus hingga didapatkan adukan yang homogeny dan plastis. 11

8 2) Untuk penyimpanan adukan. Adukan yang siap dipakai simpan di dalam kotak atau tong dan bila belum segera digunakan tutuplah dengan lembaran plastik agar tidak terjadi penguapan air. Setelah dalam penyimpanan, harus dilakukan pengadukan ulang sebelum digunakan untuk menjaga homogenitas dan plastis adukan. 3) Untuk pasangan batu merah. Langkah-langkah pasangan dinding adalah sebagai berikut: a. Siapkan semua peralatan dan tempatkan pada posisi yang benar. b. Siapkan bahan-bahan (bata merah dan adukan) yang akan digunakan dalam kondisi siap pakai. c. Pasangan profil dan mistar pengukur lapisan bata secara tegak lurus, ukurlah dengan unting-unting. d. Pasangan benang penarik horizontal dan ukurlah dengan alat penyipat datar (waterpass/slang). e. Tentukan ketebalan lapisan arah vertikal pada mistar ukur sesuai ketebalan bata ditambahkan tebal spesi (6-10mm). f. Pastikan bahwa permukaan dasar dalam kondisi bersih dan bebas dari debu agar pelekatan cukup sempurna Pekerjaan Perawatan Selama masa pelaksanaan, dinding harus dijaga dari pengaruh sinar matahari langsung dan dijaga agar tetap dalam kondisi lembab terutama pada lapisan akhir selama minimal 3 x 24 jam. 2.2 Bata Ringan Citicon Bata ringan AAC (Autoclaved Aerated Concrete) Citicon adalah Bata Ringan berkualitas tinggi dengan bahan material ramah lingkungan. Citicon terbuat dari pasir silica dan semen berkualitas, serta diproses dengan teknologi Jerman berstandarisasi Deutsche Industrie Norm (DIN). Citicon adalah bata ringan yang ramah lingkungan karena dibuat dengan bahan baku dan proses yang 12

9 ramah lingkungan. Citicon berpori- pori lebih rapat karena menggunakan teknologi aerasi dengan expanding agent terbaik dari Jerman membuat citicon menjadi ringan dan kuat. Bata Ringan Citicon berukuran presisi, bersudut siku, dan memiliki permukaan rata / halus. Dengan pori pori lebih rapat karena dipotong dengan automated cutter. Bata ringan diciptakan dengan tujuan memperingan beban strukur dari sebuah bangunan konstruksi, mempercepat pelaksanaan, serta meminimalisasi sisa material yang terjadi pada saat proses pemasangan dinding berlangsung (Anilaputri, 2009). Keunggulan pemakaian bata ringan ini dibandingkan dengan pemakaian bahan bangunan lainnya adalah : 1) Ukuran yang akurat. Ukuran yang akurat, memudahkan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pekerjaan pemotongan, mengurangi volume plester atau acian serta kebutuhan finishing lainnya. 2) Kuat tekan yang tinggi dan mempunyai berat yang ringan. Adapun kekuatan dan berat tiap bata ringan berbeda-beda tergantung jenis dan fungsinya. 3) Isolasi panas dan suara yang baik Sebagai isolasi panas yang baik, bata ringan merupakan anorganik yang tahan api, dapat digunakan sebagai ruangan, tangga darurat, cerobong ventilasi, koridor lift, dll. Sebagai isolasi suara yang baik, bahan ini dapat meredam dengan baik perambatan suara sehingga dapat digunakan sebagai penyekat ruangan. 4) Mudah dibentuk dan dikerjakan. Bata ringan ini dapat digergaji, dibor, atau dikerjakan dengan peralatan kayu biasa sehingga dapat dibentuk sesuai dengan keinginan. Kekurangan penggunaan bata ringan : 1) Harga bata ringan yang relatif lebih mahal. 2) Tidak semua tukang bisa memasang bata jenis ini. 3) Hanya toko material besar yang menjual. 13

10 2.3 Mortar Mortar adalah semen instan dengan bahan dasar pasir silica, semen, filler dan aditif. Bahan ini diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah pekerjaan pasangan bata, baik bata merah maupun bata ringan. Selain itu mortar juga digunakan untuk plesteran, acian, pemasangan keramik serta water proofing (Holcim, 2010). Beberapa keunggulan dari mortar adalah : 1) Mudah digunakan dan siap pakai, cukup dengan tambahan air. 2) Campuran yang lebih homogeny antara semen, pasir silica, filler dan aditif. 3) Mencegah retak rambut pada dinding. 2.4 Komponen Yang Mempengaruhi Biaya Konstruksi Biaya konstruksi dipengaruhi oleh komponen-komponen biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek. Biaya proyek konstruksi dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (inderect cost) (Nugraha et al, 1985) Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah semua biaya berhubungan langsung dengan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume/kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan (unit cost) pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan ini terdiri atas harga bahan, upah buruh dan biaya peralatan. Biaya-biaya yang dikelompokan dalam jenis ini, yaitu : 1) Biaya Bahan. Biaya bahan terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material. 2) Biaya Pekerja/Upah. Biaya upah ini dibedakan atas : 14

11 a. Upah harian. b. Upah borongan. c. Upah berdasarkan produktivitas. 3) Biaya Peralatan. Beberapa unsur biaya yang terdapat dalam biaya peralatan ini antara lain adalah sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan (Nugraha et al, 1985). 2.5 Produktivitas Filosofi tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang. Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisiensi. Oleh karena itu produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan dalam satuan waktu tertentu (Mali, 1978). Selain itu, produktivitas juga diartikan sebagai suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan (Whitmore, 1979). Produktivitas pada hakekatnya merupakan nilai banding antara hasil produksi dan faktor-faktor produksi yang dalam hal ini adalah peralatan dan tenaga kerja disamping modal dan system manajemennya sendiri. Produktivitas adalah kuantitas pekerjaan per jam tenaga kerja dan secara umum produktivitas merupakan perbandingan antara output dan input (Kusnadi, 2009). Produktivitas = output input (2.1) 15

12 Dalam hal produktivitas kerja, perhitungan produktivitas merupakan perbandingan keluaran dengan salah satu masukan, misalnya jumlah tenaga kerja. (Umar, 2002) Produktivitas tenaga kerja = Jumlah Produksi Jumlah Tenaga Kerja (2.2) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun yang berhubungan dengan pihak di luar tenaga kerja. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain : 1) Keterampilan dan pengalaman kerja Secara umum, apabila tenaga kerja semakin terampil, maka akan lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik. Tenaga kerja akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup. Pengalaman dan keterampilan akan semakin bertambah jika seseorang melakukan suatu pekerjaan yang sama berulang-ulang, sehingga waktu penyelesaian yang dibutuhkan semakin sedikit dan produktivitas dalam melakukan tugas akan meningkat pula. 2) Pendidikan Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti pentingnya pendidikan formal maupun non formal. Tingginya kesadaran akan pentingnya produktivitas akan mendorong tenaga kerja yang bersangkutan melakukan tindakan yang produktif. Kurangnya pendidikan tersebut menyebabkan kesulitan berkomunikasi karena mereka kurang mengerti maksud dan tujuan dari instruksi yang disampaikan dan berakibat pada produk yang dihasilkan. 3) Iklim, musim atau keadaan cuaca Cuaca sangat mempengaruhi pelaksanaan konstruksi. Pada musim hujan kegiatan konstruksi dapat terhenti terutama untuk pekerjaan pondasi dan pekerjaan bagian konstruksi yang belum tertutup. Sedangkan hambatan pada musim kemarau adalah suhu udara panas 16

13 dan menyebabkan pekerja menjadi cepat lelah yang menyebabkan produktivitas menurun. 4) Sarana bantu atau jenis alat yang digunakan Sarana atau alat yang digunakan dalam proses konstruksi sangat berpengaruh pada produktivitas. Sarana bantu seperti peralatan konstruksi akan menaikkan jam-orang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Apabila alat yang digunakan tidak baik maka akan memperlambat penyelesaian konstruksi. 5) Manajemen Pengertian manajemen disini dapat berkaitan dengan system yang diterapkan oleh pimpinan untuk mengelola ataupun memimpin serta mengendalikan staf/bawahannya. Apabila manajemennya tepat makan akan menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan produktivitas. 6) Insentif Pemberian insentif akan memacu semangat pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan mengingat imbalan yang akan mereka dapatkan sehingga produktivitas tenaga kerja makin meningkat. Selain faktor-faktor di atas, masih banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas misalnya gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan dan jaminan sosial (Sedarmayanti, 2001). 2.6 Harga Satuan Pekerjaan Harga satuan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan biaya proyek, setelah kuantitas pekerjaan. Dalam proses menghitung biaya proyek, maka kuantitas pekerjaan yang telah selesai dihitung akan ditransfer ke dalam nilai uang melalui harga satuan. Harga satuan pekerjaan konstruksi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: time schedule (waktu pelaksanaan yang ditetapkan), metode pelaksanaan yang dipilih, produktivitas sumber daya yang digunakan. Produktivitas suatu kegiatan sangat berkaitan dengan biaya kegiatan tersebut. Karena produktivitas menunjukkan berapa output atau hasil pekerjaan per satuan waktu untuk setiap sumber daya yang digunakan. Dengan demikian 17

14 bila produktivitasnya tinggi, maka akan menjamin turunnya biaya per satuan output yang dihasilkan. Harga satuan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa unsur, yaitu : 1. Upah tenaga kerja (Labors) 2. Bahan (Materials) 3. Alat (Equipment) 2.7 Koefisien Analisa Harga Satuan Pekerjaan Analisis biaya konstruksi ditentukan oleh tiga variable terkait, yaitu: material, sumber daya manusia, dan alat. Pekerjaan konstruksi ditentukan dalam kuantitas pekerjaan dengan satuan meter, meter persegi, atau meter kubik. Sedangkan ketiga variabel di atas ditentukan dalam angka koefisien. Jadi satu satuan kuantitas pekerjaan membutuhkan berapa jumlah dan jenis materials, sumber daya manusia, serta alat yang dibutuhkan. Bentuk dari analisis biaya konstruksi dapat dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2. 3 Variabel dalam analisa harga satuan pekerjaan Koefisien Variabel Harga Satuan Total Harga X Rp Y Tenaga Rp Z Rp Sumber : Asiyanto (2003) X,Y,Z adalah koefisien material, tenaga kerja, dan alat. Secara berurutan angka koefisien di atas didapat dari produktivitas sumber daya yang bersangkutan. 2.8 Kebutuhan Sumber Daya Manusia Kebutuhan sumber daya manusia dari proyek konstruksi berfluktuasi sepanjang waktu proyek. Dimana kebutuhan sumber daya manusia dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Candra Dewi, 2004) : Orang hari Jumlah SDM = untuk menyelesaikan pekerjaan Waktu Pelaksanaan Volume (2.3) 18

15 2.9 Waktu Pengerjaan Yang Dibutuhkan Waktu pengerjaan suatu jenis pekerjaan akan sangat berpengaruh kepada biaya yang akan di keluarkan. Adapun waktu ini dapat dihitung dengan cara berikut (Susy Fatena, 2008) : Waktu pengerjaan : Volume Produktivitas (2.4) 2.10 Menghitung Rata-Rata (mean) Perhitungan ini merupakan metode perhitungan statistik mean, yang merupakan rata-rata aritmatik dari kelompok data, yaitu jumlah dari seluruh data dibagi dengan jumlah banyaknya data tersebut (Hasan, 2002) X = (x1 x2 x3...xn) n (2.5) 2.11 Mencari Koefisien Tenaga Kerja Berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum (BALITBANG PU, 2001) koefisien tenaga kerja dapat dicari dengan menggunakan data berupa jumlah tenaga kerja, jam kerja per hari dan produktivitas pekerja tersebut. Dengan rumus seperti berikut : Koefisien Pekerja = Koefisien Tukang Batu = Koefisien Kepala Tukang = Koefisien Mandor = (Tk x P) Qt (Tk x Tb) Qt (Tk x Ktb) Qt (Tk x M) Qt (2.6) (2.7) (2.8) (2.9) Keterangan : T k P = Jumlah jam kerja perhari (jam) = Jumlah pekerja yang diperlukan (orang) Tb = Jumlah tukang batu yang diperlukan (orang) K tb = Jumlah kepala tukang batu yang diperlukan (orang) 19

16 M = Jumlah mandor yang diperlukan (orang) Qt = Produktivitas tenaga kerja per hari 2.12 Regresi dan Korelasi Regresi dan korelasi digunakan untuk mempelajari pola dan mengukur statistik antara dua atau lebih variabel, jika digunakan hanya dua variabel disebut regresi dan korelasi sederhana dan jika digunakan lebih dari dua variabel disebut regresi dan korelasi berganda (Wirawan, 2012). Menurut Dajan (2008) analisis regresi adalah analisis yang dapat mengubah suatu data menjadi suatu fungsi. Dengan analisis ini bisa mengubah data-data survey atau eksperimen di lapangan menjadi suatu fungsi matematik. Data tersebut terdiri dari 2 kelompok dan dapat diperoleh dari berbagai bidang kegiatan yang menghasilkan pasangan observasi atau pengukuran sebanyak n sebagai (X i, Y i ) dimana i = 1,2,,n. Penggunaan analisi regresi diterapkan hampir disemua bidang ilmu, untuk menaksir atau meramalkan nilai satu variabel lain yang nilainya telah diketahui, dan kedua variabel tersebut memiliki hubungan fungsional atau sebab akibat satu dengan lainnya. Contoh yang dapat menggambarkan hal tersebut misalnya luas tanah dan bangunan mempengaruhi besarnya pajak yang harus dibayarkan. Dalam bahasa matematisnya luas tanah dan bangunan disebut variabel bebas (variabel yang mempengaruhi) dan umumnya disimbolkan dengan X. Sedangkan besarnya pajak disebut variabel terikat (variabel yang dipengaruhi), atau variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel X, dan umumnya disimbolkan dengan Y (Wirawan, 2012). Hubungan fungsional (sebab-akibat) antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dalam bentuk fungsi dinyatakan sebagai Y = f(x), yang artinya nilai variabel Y tergantung dari atau dipengaruhi oleh nilai variabel X. Sifat hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), dapat positif, negative atau tidak ada hubungan. Hubungan positif yang juga disebut hubungan searah, artinya bila nilai X naik maka nilai Y juga naik atau sebaliknya bila nilai X turun maka nilai Y juga turun. Hubungan negatif disebut juga hubungan berlawanan arah, artinya bila nilai X naik maka nilai Y akan turun atau sebaliknya bila nilai X turun maka nilai Y akan naik. Tidak ada hubungan, artinya bila nilai X 20

17 berubah (naik/turun), maka nilai Y tidak akan berubah (tetap). Bila ketiga jenis sifat hubungan antara dua variabel tersebut dinyatakan dalam garfik, maka garafiknya seperti Gambar 2.1 Y Y Y 0 X 0 X 0 a. Hubungan positif b. Hubungan negatif c. Tidak ada X Gambar 2. 1 Tiga grafik yang menyatakan hubungan variabel X dan Y Sumber: Wirawan (2012) Tiga tujuan utama dari analisis regresi (1) untuk memperoleh suatu persamaan garis yang menunjukkan persamaan hubungan antara dua variabel. (2) Untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan tiap unit varibel bebas terhadap perubahan variabel terikatnya. Pengaruh perubahan tiap unit variabel bebas ditunjukan oleh nilai koefisien regersinya. (3) Untuk menaksir nilai variabel terikat (Y) berdasarkan variabel (X) yang nilainya telah diketahui Analisis Regresi Linier Sederhana Secara umum persamaan garis regersi linier sederhana dinyatakan sebagai berikut : (Wirawan, 2012) Y = a + bx (2.10) Rumus persamaan regresi tersebut diperoleh dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Least Squares Method). Apabila diberikan serangkaian data sampel (X i, Y i ) dengan I = 1,2,3,...n, maka nilai dengan (peramalan) kuadrat terkecil bagi parameter dalam persamaan garis regresi dinyatakan sebagai berikut: Ŷ a bx (2.11) Metode kuadrat terkecil akan memberikan jumlah kuadrat deviasi vertikal (tegak) dari titik-titik observasi ke garis regresi tersebut sekecil mungkin, atau 21

18 dengan kata lain metode kuadrat terkecil memberikan Σ (Y i Ŷ) 2 = Σ (e i ) 2 yang terkecil. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 Mengenai kriteria kuadrat terkecil. Y (X i, Y i ) e i (Ŷ= a + bx) a Agar jumlah kuadrat simpangan vertikal ke garis regresi yaitu Σ (Y i Ŷ ) 2 sekecil mungkin, maka Σ ( Y i Ŷ ) 2 = Σ (e i ) 2 diminimumkan terhadap a dan b. untuk menentukan nilai a dan b diberikan dengan rumus berikut : Keterangan : 0 X ( X) n XY - Y b (2.12) 2 2 n X Y b a Sumber : Wirawan Gambar 2. 2 Kriteria Kuadrat Terkecil X (2.13) n X Ŷ X Y = Taksiran nilai Y = Variabel bebas (data pengamatan) = Variabel terikat (data pengamatan) a = Konstanta atau titik potong dengan sumbu Y, bila X = 0 b = Arah garis regresi, yang menyatakan perubahan nilai Y akibat perubahan 1 unit X n = banyaknya pasangan data observasi/pengukuran 22

19 Nilai koefisien regresi bisa bertanda positif atau negatif, hal tersebut menyatakan arah hubungan atau pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y. Interpretasi terhadap nilai koefisien regresi (b) adalah sebagai berikut : - b = A ( b bertanda positif), artinya bila nilai variabel bebas X naik/bertambah 1 unit, maka nilai variabel Y naik/bertambah sebesar 1 unit. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X turun/berkurang 1 unit, maka nilai variabel Y turun/berkurang sebesar 1 unit. - b = -A (b bertanda negatif), artinya bila nilai variabel bebas X naik/bertambah 1 unit, maka nilai variabel Y akan turun/berkurang sebesar 1 unit. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X turun/berkurang 1 unit, maka niali variabel Y akan naik/bertambah sebesar 1 unit Analisis Korelasi Sederhana Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui keeratan hubungan (kuatlemahnya) hubungan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y, tanpa melihat bentuk hubungannya, apakah linier atau tan-linier. Kuat-lemahnya hubungan antara dua variabel dilihat dari koefisien korelasinya. Koefisien korelasi linier (r) adalah ukuran hubungan linier antara dua variabel/peubah acak X dan Y untuk mengukur sejauh mana titik-titik menggerombol sekitar sebuah garis lurus regresi. Sedangkan koefisien determinasi ( r 2 ) merupakan alat untuk mengukur ketepatan garis regresi terhadap sebaran datanya. Rumusan untuk koefisien korelasi ada dua yaitu : 1) Koefisien korelasi melalui regresi Analisis korelasi biasanya dilakukan secara bersamaan dengan analisis regresi. Jika analisis korelasi dilakukan secara bersamaan dengan analisis regresi, maka koefisien korelasi merupakan akar dari koefisien determinasi, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut 2 r r (2.14) b Xi 2 Yi n Ŷ Ŷ a Yi Yi n r (2.15)

20 2) Koefisien korelasi tanpa analisis regresi Untuk mengetahui kuat-lemahnya hubungan antara dua variabel tanpa berkeinginan untuk mengadakan penafsiran, dapat langsung dihitung dengan beberapa cara. Salah satu cara yang digunakan diantaranya adalah metode Karl Pearson atau produk Moment. Menurut metode ini, koefisien korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: XiYi Xi Yi Xi. n Yi Yi n r (2.16) 2 n Xi Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui kuat-lemahnya tingkat atau derajat hubungan antara variabel X dan Y, pedoman yang dapat digunakan tercantum pada Tabel 2.4 Tabel 2. 4 Interpretasi Terhadap Nilai Koefisien Besar Koefisien Korelasi ( r ) (positif/negatif) 0,00-0,20 0,20-0,40 0,40-0,70 0,70-0,90 Interpretasi Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi anatar variabel X dan Y) Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang 0,90-1,00 sangat kuat atau sangat tinggi Sumber : Wirawan (2012) Interpretasi terhadap nilai koefisien korelasi bertujuan untuk mengetahui arah hubungan atau pengaruh variabel bebas X terhadap variabel terikat Y yang dinyatakan sebagai berikut : 24

21 - Nilai koefisien regresi (b) juga berpengaruh terhadap nilai koefisien korelasi, yaitu jika b positif maka r positif sedangkan jika b negatif maka r negatif. - Bila (r) bernilai positif menunjukkan arah variabel yang serah, yaitu jika variabel bebas X naik/bertambah, maka nilai variabel Y juga naik/bertambah. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X turun/berkurang, maka nilai variabel Y juga turun/berkurang. - Bila (r) bernilai negatif menunjukkan arah variabel yang berlawanan, yaitu jika variabel bebas X naik/bertambah, maka nilai variabel Y akan turun/berkurang. Sebaliknya bila nilai variabel bebas X turun/berkurang, maka nilai variabel Y akan naik/bertambah Titik Impas (Break Even Point/BEP) Break Even Point (BEP) memiliki pengertian yang sama dengan kata-kata titik impas, tidak rugi-tidak untung atau seimbang (Soehardi, 1995). Menurut Nugraha (1985) dalam Nastiti (2004), break event point adalah suatu keadaan tertentu (titik), dimana keadaan netral, tidak untung dan tidak rugi atau keadaan dimana suatu alternatif tidak lebih baik ataupun tidak lebih jelek dari alternatif yang lainnya. Sebaliknya dikatakan bahwa di atas atau di bawah titik tersebut, keadaan adalah jelek atau baik, alternatif A lebih baik dari alternatif B, dan sebagainya. Penggunaan analisis BEP dapat digunakan untuk mengetahui titik impas, dari pasangan bata dan plesteran bata. Dalam analisis BEP ini, dicari perpotongan dari persamaan garis regresi dari masing-masing pasangan bata dan plesteran bata. Perpotongan dari persamaan garis yang dapat digunakan adalah metode eliminasi, yaitu dengan cara mengalikan dengan sebuah angka sehingga ada variabel yang mempunyai koefisien yang sama. Misalkan terdapat dua buah persamaan garis yaitu 2x + 5y = 6 dan 3x - 7y = 5, maka penyelesaian titik potongnya yaitu: 25

22 Masing-masing persamaan dikalikan dengan 3 (persamaan I) dan 2 (persamaan II) untuk mengeliminasi nilai x (untuk mendapatkan nilai y) menjadi : 2x + 5y = 6 (x 3) 6x + 15y = 18 3x - 7y = 5 (x 2) 6x 14y = y = 8 y = 0,276 Kemudian subtitusi nilai y yang didapat kedalam rumus pertama atau ke dua (untuk mendapatkan nilai x) 2x + 5y = 6 2x + 5(0,276) = 6 2x = 6 1,38 x = 4,62/2 = 2,31 Sehingga titik potongnya berada di koordinat (x = 2,31 ; y = 0,276) Gambaran penggunaan analisis perpotongan dua buah persamaan garis break even point pada persamaan di atas untuk mengetahui titik impas antara pekerjaan dinding bata yang satu dengan yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan Gambar 2.3. Tabel 2. 5 Contoh Data Perpotongan Dua Buah Persamaan Garis x Y1 Y Sumber: Nastiti (2004) 26

23 Gambar 2. 3 Titik Potong Dua Persamaan Garis Sumber : Nastiti (2004) Y1 Y2 27

6 a) Kelebihan 1) Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran. 2) Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasan

6 a) Kelebihan 1) Merupakan bahan tahan panas dan dapat menjadi perlindungan terhadap api/kebakaran. 2) Tidak memerlukan keahlian khusus untuk memasan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bata Merah Bata merah yang disini disebut juga dengan bata konvensional, memiliki bahan dasar berupa tanah liat (lempung), yang digunakan sebagai salah satu bahan bangunan

Lebih terperinci

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: NIM :

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: NIM : i PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: N a m a : Made Ady Widyatmikha NIM : 1219151029 Judul TA : Analisis Perbandingan Biaya Dan Waktu Pelaksanaan Pasangan Bata Ringan Blesscon Dan Bata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Umum Menurut SNI-03-2834-993, pengertian beton adalah campuran antara semen Portland atau bahan pengikat hidrolis lain yang sejenis, agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil),

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut SNI 03-3430-1994, dinding memiliki 2 macam yaitu: dinding pasangan (non-structural) atau dinding yang berperan menopang atap dan sama sekali tidak menggunakan cor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang membatasi satu ruang dengan ruangan lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai pembatas ruang luar dengan ruang dalam,

Lebih terperinci

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 PENGGUNAAN MDU Plasteran digunakan sebagai material penutup dinding bata konvensional ataupun bata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bahan dan Struktur Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana di Kampus Bukit Jimbaran. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH. PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 STUDI PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PEKERJAAN DINDING MENGGUNAKAN BLOK HEBEL DENGAN BATA MERAH KLATEN PADA PROYEK PEMBANGUNAN KANTOR PT. AERO PRIMA 3 LANTAI DI BOYOLALI Naskah Publikasi untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving block dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi suatu area. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur lainnya, membatasi ruang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bata Merah 2.1.1 Definisi bata merah Suatu unsur bangunan, yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pekerjaan Lantai Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran penting untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada didalam ruang. Fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek pembahasan. Penggunaan referensi ditujukan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Proyek konstruksi dalam pencapaian tujuannya melibatkan banyak pihak dan para pelaksana, dimana semua pihak harus saling bekerja sama untuk keberhasilan proyek

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1. Metode Shotcrete Metode shotcrete adalah aplikasi mesin penyemprot beton yang ditemukan pada tahun 1910 oleh Carl Ethan Akeley (1864-1926). Kemudian berkembang dengan berbagai metode

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si.

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN. Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si. PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GERGAJI KAYU JATI TERHADAP KUAT TEKAN KUAT LEKAT DAN ABSORFSI PADA MORTAR SEMEN Oleh : Dedi Sutrisna, M.Si. Abstrak Mortar adalah campuran yang terdiri dari semen, pasir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi, kita mengetahui banyak pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Pihak-pihak tersebut mulai dari pemimpin proyek sampai pada

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Adapun faktor yang diteliti adalah penggunaan agregat daur ulang sebagai pengganti dari agregat

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN Rudolvo Wenno Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF, VOLUME 01, NOMOR 01

JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF, VOLUME 01, NOMOR 01 46 KELOMPOK PEREMPUAN PENAMBANG PASIR DI DESA SUNJU KEC. MARAWOLA KAB. SIGI BIROMARU Rosmala Nur 1, M. Rusydi 2, Abd.Gani Hadi 3 1 Fakultas KIK Universitas Tadulako 2 Fakultas MIPA Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar Lampung dan pengujian sampel dilaksanakan di laboratorium Analisis Bahan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Bagan alir penelitian atau penjelasan secara umum tentang urutan kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 250 kg/cm 2 dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 282 kg/cm 2. Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Batako 3.1.1 Pengertian Batako Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan material salah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan material salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Berbagai macam industri mengalami perkembangan yang cukup pesat. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bata merah merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Bata merah terbuat dari tanah liat yang dibakar dengan suhu tinggi sampai bewarna kemerah-merahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kerusakan Komponen Gedung D Lantai Dasar Lantai 4 1. Komponen Arsitektur a. Keramik Kerusakan lantai yang terdapat pada lantai dasar Gedung KH.Mas Mansur adalah lantai keramik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan banyak digunakan oleh masyarakat seiring dengan meningkatnya jumlah dan laju perkembangan penduduk. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN berikut. BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada uraian 1. Agregat halus yang berupa pasir Merapi, 2. Agregat kasar yang

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER Janre Henry Mentang Jorry D. Pangouw, Lelyani Kin Khosama, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

BAB II SEMEN WHITE MORTAR TR30

BAB II SEMEN WHITE MORTAR TR30 BAB II SEMEN WHITE MORTAR TR30 2.1. Pengenalan Produk Semen White Mortar TR30 merupakan salah satu semen mortar yang diproduksi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa tbk. White Mortar TR30 diproduksi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan di pabrik genteng beton Mulia di jalan Gatot Subroto, Medan, Sumatera

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan di pabrik genteng beton Mulia di jalan Gatot Subroto, Medan, Sumatera BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Pelaksanaan pembuatan benda uji dan pengujian genteng beton kulit padi dilakukan di pabrik genteng beton Mulia di jalan Gatot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perkembangan teknologi semakin maju disegala bidang, termasuk dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan paling

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. Pengambilan sampel dilakukan pada awal musim penghujan namun

Lebih terperinci

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air, 22 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada lampiran. Bahan-bahan tersebut antara lain: 1. Agregat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinding panel merupakan suatu komponen non struktural yaitu dinding yang dibuat dari suatu kesatuan blok dinding parsial, yang kemudian dirangkai menjadi sebuah dinding

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. dan bahkan karena bobotnya yang ringan, bisa digunakan melebihi

BAB I PEDAHULUAN. dan bahkan karena bobotnya yang ringan, bisa digunakan melebihi BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton ringan pada saat sekarang ini, dapat digunakan untuk bermacammacam dan bahkan karena bobotnya yang ringan, bisa digunakan melebihi kegunaan beton biasa. Sebenarnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur.

KATA PENGANTAR. Dengan modul ini peserta diklat dapat melaksanakan praktik tanpa harus banyak dibantu oleh instruktur. KATA PENGANTAR Modul dengan judul Memasang Ikatan Batu Bata merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktik peserta diklat (siswa). Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) untuk membentuk salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan kompenen penting dalam perencanaan kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paving Block Bata beton ( paving block ) merupakan salah satu jenis beton non strultural yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan jalan, pelataran parkir, trotoar, taman, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri konstruksi merupakan bagian utama dalam kelancaran dan perkembangan pembangunan di suatu negara maju maupun negara berkembang. Semakin meningkatnya pembangunan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR

PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR POLI-TEKNOLOGI VOL.11 NO.1, JANUARI 2012 PEMANFAATAN LIMBAH DEBU PELEBURAN BIJIH BESI (DEBU SPONS) SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA MORTAR Amalia dan Broto AB Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi prosentase Silica fume dalam campuran beton (5%) dan

Lebih terperinci

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR I MEMPERSIAPKAN ADUKAN PASTA SEBAGAI BAHAN ACIAN UNTUK PERMUKAAN PLESTERAN

KEGIATAN BELAJAR I MEMPERSIAPKAN ADUKAN PASTA SEBAGAI BAHAN ACIAN UNTUK PERMUKAAN PLESTERAN KEGIATAN BELAJAR I MEMPERSIAPKAN ADUKAN PASTA SEBAGAI BAHAN ACIAN UNTUK PERMUKAAN PLESTERAN I. LEMBAR INFORMASI Pekerjaan mengaci pada plesteran tembok merupakan pekerjaan menutup pori-pori yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Dikarenakan belum adanya buku peraturan dan penetapan standard untuk beton berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN IV.1 ANALISIS PEMBUATAN SAMPEL Penelitian dimulai dengan melakukan pengujian material untuk mengecek kualitas dan perhitungan rancang campuran. Material yang diuji

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SEKAM PADI PADA BATAKO

PEMANFAATAN SEKAM PADI PADA BATAKO D.2 PEMANFAATAN SEKAM PADI PADA BATAKO Slamet Budirahardjo, Agung Kristiawan, Agustina Wardani Program Studi Teknik Sipil, Universitas PGRI Semarang. Jl. Lontar no. 1. Sidodadi Timur (dr. Cipto) Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK

KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK Pengertian Paving block atau blok beton terkunci menurut SII.0819-88 adalah suatuko mposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis

Lebih terperinci

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN PENGARUH PECAHAN BATA PRESS SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON TERHADAP NILAI KUAT TEKAN Bambang Hariyono (1) Anton Ariyanto,ST.M.Eng (2) Arie Syahrudin Sibarani, ST.MT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan bangunan semakin meningkat. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan bangunan semakin meningkat. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat Indonesia akan bangunan semakin meningkat. Hal ini menyebabkan pelaksanaan pembangunan harus diselesaikan dalam jangka waktu yang lebih

Lebih terperinci

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural

Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural SNI 03-3975-1995 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kuat lentur kayu konstruksi Berukuran struktural ICS Badan Standardisasi Nasional DAFTAR ISI Daftar Isi... Halaman i BAB I DESKRIPSI... 1 1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) yang terdiri dari komponen utama berupa semen, agregat kasar, agregat halus dan air sebagai pengikatnya, serta dapat

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Beton merupakan bahan konstruksi yang sifat kekuatan tekannya khas, dibuat dari perpaduan semen, agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah dengan perbandingan tertentu

Lebih terperinci

Revisi SNI Daftar isi

Revisi SNI Daftar isi Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...3 6 Penetapan indeks harga satuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari

I. PENDAHULUAN. atmosfer. Untuk memaksimalkan limbah sekam padi, sangat perlu untuk dicari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak, abu gosok, bahan bakar dan sebagai pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Batako semen atau batako pres merupakan batako yang dibuat dari campuran semen, pasir atau dapat juga diberi bahan tambah seperti abu batu dan bahan lainya. Ada yang dibuat secara

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK

METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK METODE PELAKSANAAN PEMASANGAN KERAMIK Pemasangan keramik pada suatu gedung terdiri dari pemasangan keramik didinding dan dilantai. Pemasangan keramik lantai dan dinding sebaiknya pada tahap akhir, untuk

Lebih terperinci

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM:

PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM: PRODUK BAHAN AJAR JOBSHEET PEMBELAJARAN PRAKTIK KERJA BATU II OLEH : DR. V. LILIK HARIYANTO NIM: 09702261020 BENGKEL KERJA BATU DAN BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton merupakan material yang sangat sering digunakan dalam berbagai macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya adalah beton mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian 23 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini, Bahan-bahan tersebut antara lain : 1. Agregat kasar kerikil yang berasal

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN 70% PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM)

LAPORAN KEMAJUAN 70% PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) PPM - ITGbM LAPORAN KEMAJUAN 70% PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT IPTEKS TEPAT GUNA BAGI MASYARAKAT (ITGbM) APLIKASI BETON NON PASIR PADA INDUSTRI PEMBUATAN KUSEN BETON TIM PENGUSUL Ketua: Yusep Ramdani, ST.,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN

METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN METODE PENGUJIAN KADAR RONGGA AGREGAT HALUS YANG TIDAK DIPADATKAN SNI 03-6877-2002 1. Ruang Lingkup 1.1 Metoda pengujian ini adalah untuk menentukan kadar rongga agregat halus dalam keadaan lepas (tidak

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED

MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED MM-100 PEREKAT PASANGAN BATA RINGAN THIN BED DESKRIPSI Semen Instan sebagai perekat untuk pemasangan Bata Ringan (AAC Block) dengan bahan dasar semen, pasir silika, filler dan adi>f yang dcampur secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Menurut Tjokrodimuljo (1996), beton merupakan hasil pencampuran portland cement, air, dan agregat. Terkadang ditambah menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu,

Lebih terperinci

Viscocrete Kadar 0 %

Viscocrete Kadar 0 % 68 Viscocrete Kadar 0 % T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak Benda Uji Silinder Umur Perawatan 3 hari 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian kuat lentur,

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Adapun pengujian yang akan dilakukan adalah pengujian kuat lentur, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Pelaksanaan pembuatan benda uji dan pengujian genteng beton serat dilakukan di pabrik genteng beton Mulia di jalan Gatot Subroto,

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN AGREGAT HALUS DENGAN KERTAS KORAN BEKAS PADA CAMPURAN BATAKO SEMEN PORTLAND TERHADAP KUAT TEKAN DAN SERAPAN AIR Dantje A. T. Sina 1) Elia Hunggurami 2) Amorin S. Menezes 3)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE KONSTRUKSI DINDING BATA MERAH DENGAN DINDING BATA RINGAN

PERBANDINGAN METODE KONSTRUKSI DINDING BATA MERAH DENGAN DINDING BATA RINGAN PERBANDINGAN METODE KONSTRUKSI DINDING BATA MERAH DENGAN DINDING BATA RINGAN Michael Tedja; Charleshan; Jefri Efendi Architecture Department, Faculty of Engineering, BINUS University Jln. K.H. Syahdan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA

BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA BAB III KONSTRUKSI DINDING BATU BATA 3.1 Pendahuluan Batu bata adalah salah satu jenis bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat (lempung) dengan atau tanpa bahan lain, yang dibakar pada temperatur yang

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo Intisari Beton merupakan bahan bangunan yang amat populer di masyarakat karena bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Ringan Beton biasa merupakan bahan yang cukup berat, dengan berat 2400 kg/m3 dan menghantarkan panas. Untuk mengurangi bahan mati suatu struktur beton atau mengurangi

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 2835:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 2835:2008 Daftar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dinding Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang membatasi satu ruang dengan ruang yang lainnya. Dinding memiliki fungsi sebagai pembatas ruang luar dengan ruang dalam,

Lebih terperinci

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam

Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam Beton Ringan Berbahan Dasar Lumpur Bakar Sidoarjo dengan Campuran Fly Ash dan Foam Arie hadiwinata, Triwulan dan Pujo Aji Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

STUDI PENYIMPANGAN UKURAN BATU BATA MERAH

STUDI PENYIMPANGAN UKURAN BATU BATA MERAH STUDI PENYIMPANGAN UKURAN BATU BATA MERAH Burhanuddin Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar Email: amin.burhanuddin@gmail.com Abstract. Studi ini tentang, berapa

Lebih terperinci