PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 081/KA/IV/2009 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS, TATA KEARSIPAN, DAN KODE KLASIFIKASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 081/KA/IV/2009 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS, TATA KEARSIPAN, DAN KODE KLASIFIKASI"

Transkripsi

1 PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 081/KA/IV/2009 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS, TATA KEARSIPAN, DAN KODE KLASIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22 Tahun 2008 tanggal 31 Desember 2008 telah ditetapkan Pedoman Umum Tata Naskah Dinas; b. bahwa dengan telah ditetapkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka Peraturan Kepala BATAN Nomor 413/KA/XII/2005 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan serta Kode Klasifikasi perlu disesuaikan dengan perkembangan keadaan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, dipandang perlu ditetapkan Peraturan Kepala BATAN tentang Pedoman Tata Naskah Dinas, Tata Kearsipan, dan Kode Klasifikasi; Mengingat : Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1971 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kearsipan (Lembaran Negara RI Tahun 1971 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara RI 2964); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara RI 3676); Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip (Lembaran Negara RI Tahun 1979 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara RI 3151); Keputusan Presiden Nomor 71 Tahun 2001 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir;

2 Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; Keputusan Presiden Nomor 16/MTahun 2007; Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 22 tahun 2008 tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas; Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir; Peraturan Kepala BATAN Nomor 392/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja BATAN; Peraturan Kepala BATAN Nomor 393/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Elektromekanik; Peraturan Kepala BATAN Nomor 394/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Instrumentasi dan Elektromekanik; Peraturan Kepala BATAN Nomor 395/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pemantauan data Tapak dan Lingkungan PLTN; Peraturan Kepala BATAN Nomor 396/KA/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Iradiasi, Elektromekanik, dan Instrumentasi; Peraturan Kepala BATAN Nomor 168/KA/XI/2008 tentang Logo Badan Tenaga Nukir Nasional dan Penggunaannya; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS, TATA KEARSIPAN, DAN KODE KLASIFIKASI Pasal 1 Pedoman Tata Naskah Dinas, Tata Kearsipan, dan Kode Klasifikasi yang selanjutnya disebut Pedoman, bertujuan untuk memperoleh kesamaan pengertian, bahasa, dan penafsiran guna menunjang kelancaran komunikasi secara tertulis antar unit kerja di lingkungan BATAN, instansi pemerintah, swasta, institusi asing di dalam maupun di luar negeri.

3 -3- Pasal 2 Semua bentuk tata persuratan, tata kearsipan, dan kode klasifikasi di lingkungan BATAN harus disesuaikan dengan Pedoman Tata Naskah Dinas, Tata Kearsipan, dan Kode Klasifikasi sebagaimana tersebut pada Lampiran I dan Lampiran II Peraturan ini. Pasal 3 Pengendalian dan pemantauan atas pelaksanaan Pedoman ini dilakukan oleh Biro yang tugas dan tanggungjawabnya di bidang Sumber Daya Manusia. Pasal 4 Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Kepala BATAN Nomor 413/KA/XII/2005 tentang Pedoman Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan serta Kode Klasifikasi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 5 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Salinan sesuai dengan aslinya pada tanggal 7 April 2009 Plh. Kepala Biro Kerja Sama, Hukum, dan Hubungan Masyarakat KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, -ttd- HUDI HASTOWO Swastika Risa

4 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 081/KA/IV/2009 TANGGAL : 7 April 2009 PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DAN TATA KEARSIPAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman Tata Naskah Dinas, Tata Kearsipan, dan Kode Klasifikasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) merupakan penyempurnaan dari Pedoman Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan serta Pedoman Kode Klasifikasi BATAN yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala BATAN Nomor 413/KA/XII/2005 tanggal 30 Desember Pedoman ini disesuaikan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) tentang Pedoman Umum Tata Naskah Dinas sebagai salah satu komponen penting dalam ketatalaksanaan pemerintah, yaitu unsur-unsur administrasi umum. atas: Pedoman Tata Naskah Dinas, Tata Kearsipan, dan Kode Klasifikasi BATAN terdiri 1. Pedoman Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan Pedoman ini dimaksudkan untuk memperoleh kesamaan pengertian, bahasa dan penafsiran dalam menunjang kelancaran komunikasi tulis kedinasan dengan instansi pemerintah, instansi swasta, institusi asing di dalam dan di luar negeri serta antar unit kerja di lingkungan BATAN.

5 Pedoman Kode Klasifikasi Pedoman ini dimaksudkan untuk penyeragaman tata cara penomoran naskah/surat dinas sebagai dasar dalam kegiatan penataan, penyimpanan, dan penemuan kembali arsip/dokumen di lingkungan BATAN. B. Ruang Lingkup BATAN sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan nasional di bidang penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan tenaga nuklir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BATAN dalam melaksanakan tugas tersebut antara lain ditunjang oleh salah satu komponen penting ketatalaksanaan pemerintahan yaitu tata naskah dinas, tata kearsipan, dan kode klasifikasi yang merupakan salah satu unsur administrasi umum. Ruang lingkup Tata Naskah Dinas, Tata Kearsipan, dan Kode Klasifikasi BATAN meliputi pengaturan tentang: 1. Jenis dan Susunan Naskah Dinas 2. Tata Surat Dinas 3. Lambang Negara, Logo dan Cap Dinas 4. Tata Kearsipan 5. Kode Klasifikasi Naskah Dinas C. Pengertian Umum 1. Administrasi Umum adalah rangkaian kegiatan administrasi meliputi tata naskah dinas, penamaan lembaga, singkatan dan akronim, kearsipan, dan tata ruang perkantoran. 2. Berkas adalah himpunan naskah/dokumen yang disusun berdasarkan kesamaan jenis (seri), kesamaan masalah (rubrik), atau kesamaan unsur/kegiatan (dosir), atau kesatuan himpunan naskah/dokumen yang saling berhubungan.

6 Buku Pengendalian Naskah/Surat Dinas Keluar adalah formulir yang digunakan untuk mengendalikan naskah/surat dinas keluar Unit Kerja/Unit Pengolah di lingkungan BATAN. 4. Buku Pengendalian Naskah/Surat Dinas Masuk adalah formulir yang digunakan untuk mengendalikan naskah/surat dinas masuk Unit Kerja/ Unit Pengolah di lingkungan BATAN. 5. Cap Dinas adalah tulisan dan/atau lambang tingkat jabatan Kepala BATAN dan Unit Kerja di lingkungan BATAN yang digunakan sebagai tanda pengenal yang sah dan berlaku, dan dibubuhkan pada ruang tandatangan. 6. Caraka/Kurir adalah petugas yang mempunyai fungsi dan tanggungjawab untuk mengambil dan menyampaikan surat/dokumen/naskah. 7. Dokumen adalah keterangan yang meyakinkan atau arsip yang dipergunakan sebagai bahan pembuktian atau untuk mendukung suatu hal dan biasanya berupa arsip penting dan asli. 8. Dokumentasi adalah suatu usaha aktif atau rangkaian pekerjaan yang bertugas mengumpulkan, menyusun, menyelidiki/meneliti dan mengolah serta memelihara bahan guna menyiapkan informasi yang bermanfaat. 9. Format adalah susunan dan bentuk naskah yang menggambarkan tata letak dan redaksional, serta penggunaan lambang, logo instansi, dan cap dinas. 10. Indeks adalah tanda pengenal arsip yang merupakan alat bantu dalam penemuan kembali arsip. 11. Indeks Relatif adalah daftar klasifikasi arsip yang disusun secara alfabet dan berfungsi untuk memudahkan penemuan kode arsip. 12. Keputusan Kepegawaian adalah naskah dinas penetapan tentang mutasi kepegawaian. 13. Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas adalah hak dan kewajiban yang ada pada seorang pejabat untuk menandatangani naskah dinas sesuai dengan tugas dan tanggungjawab kedinasan pada jabatannya.

7 Klasifikasi adalah pengelompokan arsip dengan rincian masalah secara logis dan sistematis yang menjadi dasar penataan berkas dan memudahkan penemuan kembali. 15. Kode Klasifikasi adalah bagian dari klasifikasi arsip sebagai tanda pengenal masalah dalam bentuk huruf dan angka. 16. Komunikasi Ekstern adalah tata hubungan penyampaian informasi kedinasan yang dilakukan oleh instansi dengan pihak lain di luar lingkungan instansi yang bersangkutan. 17. Komunikasi Intern adalah tata hubungan penyampaian informasi kedinasan yang dilakukan antarunit kerja dalam organisasi secara vertikal dan horizontal. 18. Lambang Negara adalah simbol negara yang dituangkan dalam gambar burung garuda sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 19. Lembar Disposisi adalah formulir yang disertakan pada bagian depan surat masuk dan berisi instruksi dan/atau informasi kedinasan dari atasan kepada bawahan. 20. Lembar Pengantar Surat Sangat Rahasia/Rahasia/Biasa adalah formulir yang digunakan untuk mencatat pengiriman naskah/surat dinas masuk/keluar dengan tingkat keamanan/kerahasiaan sangat rahasia/rahasia/ biasa. 21. Lembar Verbal adalah formulir yang melekat/memberkas pada konsep naskah peraturan, keputusan dan surat dinas sebagai pengendali proses pembuatan naskah/surat dinas keluar antara lain memberi nomor naskah/surat keluar yang dibuat oleh pelaksana di BATAN. 22. Logo adalah gambar/huruf sebagai identitas instansi pemerintah. 23. Museum adalah tempat untuk menyimpan barang atau benda purbakala, naskahnaskah kuno atau yang sudah berabad-abad usianya sebagai peninggalan nenek moyang. 24. Naskah Dinas adalah semua informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di instansi pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan.

8 Perpustakaan adalah tempat untuk menyimpan, menemukankembali, maupun untuk membaca buku-buku dan sejenisnya yang disediakan bagi keperluan pengetahuan, penyelidikan, pengajaran dan keperluan lainnya. 26. Surat adalah sarana komunikasi tertulis dalam penyelenggaraan administrasi untuk menyampaikan berita/informasi, penjelasan, atau pernyataan/pendapat yang berasal dari siapapun ditujukan kepada instansi pemerintah/lembaga negara atau sebaliknya. 27. Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan informasi tertulis meliputi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, pendistribusian, dan penyimpanan serta media yang digunakan dalam komunikasi kedinasan. 28. Tunjuk Silang adalah formulir yang digunakan sebagai alat bantu indeks yang menunjukkan adanya hubungan antara dokumen/berkas satu dengan yang lain. 29. Unit Kearsipan adalah unit yang melaksanakan kegiatan pokok meliputi pengendalian dan pengarahan arsip dinamis aktif serta penyimpanan dan pengelolaan arsip dinamis inaktif yang berasal dari unit pengolah. 30. Unit Kerja adalah unit organisasi setingkat Eselon II yang melaksanakan salah satu fungsi organisasi dan juga mengelola arsip dinamis aktif. 31. Unit Pengolah adalah unit organisasi setingkat Eselon III yang mengelola arsip dinamis aktif sebagai bahan kerja.

9 - 6 - BAB II JENIS DAN SUSUNAN NASKAH DINAS Naskah Dinas BATAN adalah semua informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan BATAN dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan. A. Naskah Dinas Arahan Naskah Dinas Arahan adalah naskah dinas yang memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan sebagai pedoman setiap instansi, berupa produk hukum yang bersifat pengaturan, penetapan, dan penugasan. Naskah Dinas Arahan terdiri atas: 1. Naskah Dinas Pengaturan: a. Peraturan 1) Pengertian Peraturan adalah naskah dinas yang bersifat mengatur, memuat kebijakan Kepala BATAN sebagai penjabaran dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan berlaku di lingkungan Unit Kerja BATAN. 2) Susunan a) Judul/Penamaan Naskah Peraturan: (1) Kop Naskah Peraturan, yaitu Logo BATAN dan kata BATAN dicetak simetris di bagian atas kertas. (2) Kata PERATURAN, nama jabatan pejabat yang menetapkan Peraturan, nomor Peraturan, kata TENTANG, dan judul Peraturan diketik simetris dengan huruf kapital berurutan ke bawah, dan tidak diakhiri tanda baca. (3) Judul dibuat singkat dan mencerminkan isi Peraturan. b) Pembukaan Naskah Peraturan (1) Kata DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA diketik simetris dengan huruf kapital dan tidak diakhiri tanda baca di bawah huruf a) angka (2) di atas.

10 - 7 - (2) Nama jabatan pejabat yang menetapkan Peraturan diketik simetris dengan huruf kapital setelah huruf b) angka (1) di atas dan diakhiri dengan tanda baca koma. (3) Konsiderans: (a) Kata Menimbang dengan huruf awal kapital diikuti tanda baca titik dua diketik di marjin kiri setelah huruf b) angka (2) di atas. (b) Konsiderans memuat uraian singkat mengenai pokok- pokok pikiran memuat unsur filosofis, juridis, dan sosiologis menjadi latar belakang dan alasan pembuatan Peraturan. (c) Pokok-pokok pikiran yang hanya menyatakan bahwa Peraturan dianggap perlu untuk dibuat adalah kurang tepat, karena tidak mencerminkan latar belakang dan alasan dibuatnya Peraturan. (d) Jika konsiderans lebih dari satu pokok pikiran, maka setiap pokok pikiran dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang merupakan kesatuan pengertian. (e) Setiap pokok pikiran diawali urutan huruf abjad dengan huruf kecil diikuti tanda baca titik, kata bahwa dengan huruf kecil dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. (f) Konsiderans yang memuat lebih dari satu pertimbangan, rumusan butir pertimbangan terakhir seperti contoh: b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu menetapkan Peraturan.. tentang ; (4) Dasar Hukum: (a) Kata Mengingat dengan huruf awal kapital diikuti tanda baca titik dua diketik di marjin kiri di bawah Konsiderans. (b) Dasar hukum memuat dasar kewenangan pembuatan Peraturan yaitu peraturan yang memerintahkan pembentukan Peraturan tersebut. (c) Peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya peraturan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.

11 - 8 - (d) Peraturan perundang-undangan yang dijadikan dasar hukum lebih dari satu, maka perlu diperhatikan tata urutan/hirarki secara kronologis tanggal/tahun terbitnya peraturan perundang-undangan tersebut. (e) Dasar hukum yang diambil dari pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan pasal/beberapa pasal yang terkait dengan lengkap dan sesuai penulisannya, contoh: Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, sedangkan dasar hukum yang bukan dari Undang- Undang Dasar 1945 hanya mencantumkan judul peraturan perundang-undangan tersebut. (f) Dasar hukum yang diambil dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden dilengkapi dengan pencantuman Lembaran Negara Republik Indonesia dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia dalam tanda baca kurung. Contoh: Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355) (g) Setiap dasar hukum diawali urutan angka diikuti tanda baca titik dan pada setiap kalimat diakhiri dengan tanda baca titik koma. (5) Diktum: (a) Kata MEMUTUSKAN diketik simetris dengan huruf kapital tanpa spasi di antara setiap huruf dan diikuti tanda baca titik dua, diletakkan di bawah Dasar Hukum. (b) Kata Menetapkan diketik dengan huruf awal kapital dan diikuti tanda baca titik dua sesudah kata MEMUTUSKAN yang diletakkan di marjin kiri (sejajar dengan kata Menimbang dan Mengingat). (c) Judul Peraturan diketik dengan huruf kapital dan diakhiri tanda baca titik yang diletakkan setelah tanda baca titik dua pada angka (5) huruf (b) di atas.

12 - 9 - c) Batang Tubuh/Isi Naskah Peraturan (1) Semua substansi kebijakan yang diatur dalam Peraturan dirumuskan dalam pasal-pasal, yaitu dengan kata Pasal 1 dan seterusnya diketik simetris dan pasal-pasal dapat dibagi dalam beberapa ayat yang masingmasing ayat diawali dengan nomor urut diberi tanda baca kurung, contoh: (1) dan seterusnya diketik di marjin kiri di bawah kata Pasal... (2) Pada umumnya substansi Peraturan dikelompokkan, yaitu: (a) Ketentuan Umum: i. Frase pembuka Peraturan disesuaikan dengan jenis peraturannya. ii. Kata/istilah yang dimuat hanyalah yang digunakan berulangulang di dalam pasal-pasal selanjutnya. iii. Jika suatu kata/istilah digunakan satu kali, namun kata/istilah tersebut diperlukan pengertian untuk suatu bab/bagian/paragraf tertentu dianjurkan kata/ istilah itu diberi definisi. iv. Jika suatu batasan pengertian/definisi perlu dikutip kembali di dalam ketentuan umum suatu Peraturan Pelaksanaan, maka rumusan batasan pengertian/definisi di dalam Peraturan Pelaksanaan harus sama dengan rumusan di dalam Peraturan lebih tinggi yang dilaksanakan tersebut. v. Susunan penempatan kata/istilah mengikuti ketentuan: Lingkup umum didahulukan dari lingkup khusus. Pengertian yang terdapat lebih dahulu di dalam materi pokok yang diatur didahulukan. Pengertian yang mempunyai kaitan dengan pengertian diatas diletakkan secara berurutan. (b) Materi Pokok yang diatur (c) Ketentuan Peralihan (jika diperlukan): i. Peraturan baru dinyatakan mulai berlaku, maka semua hubungan hukum atau tindakan hukum yang terjadi, sebelum/pada

13 saat/sesudah Peraturan yang baru tunduk pada ketentuan Peraturan baru tersebut. ii. Peraturan yang baru dapat memuat pengaturan penyimpangan/penundaan sementara bagi tindak-an/hubungan hukum tertentu. iii. Penyimpangan sementara berlaku juga bagi ketentuan yang diberlakusurutkan. (d) Ketentuan Penutup: i. Ketentuan penutup dapat memuat Peraturan Pelaksanaan yang bersifat: Menjalankan (eksekutif), misal: penunjukkan pejabat tertentu yang diberi kewenangan untuk mengangkat pegawai. Mengatur (legislatif), misal: memberikan kewenangan untuk membuat peraturan pelaksanaan. ii. Frase dicabut dan dinyatakan tidak berlaku digunakan untuk mencabut Peraturan yang telah diundangkan dan mulai berlaku. iii. Frase ditarik kembali dan dinyatakan tidak berlaku digunakan untuk mencabut Peraturan yang telah diundangkan tetapi belum mulai berlaku. iv. Jika ada penyimpangan terhadap saat mulai berlakunya Peraturan pada saat diundangkan, sebaiknya dinyatakan secara tegas di dalam Peraturan yang bersangkutan dengan menentukan lewatnya tenggang waktu tertentu sejak saat pengundangan atau penetapan dan agar tidak menimbulkan kekeliruan penafsiran gunakan frase setelah... (tenggang waktu) sejak... v. Peraturan hanya dapat dicabut dengan Peraturan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.

14 (3) Rumusan pasal/ayat dengan bentuk tabulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Setiap rincian harus dapat dibaca sebagai satu rangkaian kesatuan dengan frase pembuka. (b) Setiap rincian diawali huruf abjad dengan huruf kecil diikuti tanda baca titik. (c) Setiap frase dalam rincian/unsur diawali dengan huruf kecil dan diakhiri dengan tanda baca titik koma. (d) Jika suatu rincian dibagi unsur yang lebih kecil, maka rincian tersebut diberi tanda baca titik dua dan diketik masuk ke dalam dengan urutan setiap unsur diawali: i. angka Arab diikuti tanda baca titik ii. huruf abjad dengan huruf kecil diikuti tanda baca kurung tutup dan titik iii. angka Arab diikuti tanda baca kurung tutup dan titik (e) Pembagian rincian tidak melebihi empat tingkat, apabila lebih dapat dipertimbangkan dengan pemecahan pasal yang bersangkutan ke dalam pasal/ayat lain. (f) Kata dan, atau, dan/atau tidak perlu diulangi pada akhir setiap rincian/unsur, cukup diketik di belakang rincian/unsur kedua dari rincian/unsur terakhir, yaitu jika rincian/unsur dalam tabulasi dimaksud sebagai: i. rincian/unsur kumulatif dengan kata dan ii. rincian/unsur alternatif dengan kata atau iii. rincian/unsur kumulatif dan alternatif dengan kata dan/atau (4) Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran Peraturan, halaman terakhir ditandatangani pejabat yang menetapkan. d) Penutup Naskah Peraturan: (1) Kata Ditetapkan di... (diisi nama kota sesuai alamat instansi) dengan huruf awal kapital dan kata pada tanggal (diisi tanggal

15 penetapan) dengan huruf kecil, diketik berurutan ke bawah di sebelah kanan bawah. (2) Nama jabatan diikuti tanda baca koma dan nama pejabat tanpa gelar, pangkat, dan NIP diketik dengan huruf kapital berurutan di bawah kata pada tanggal. Catatan: Pengabsahan Peraturan merupakan suatu pernyataan bahwa sebelum digandakan dan didistribusikan dengan sah suatu Peraturan telah dicatat dan diteliti sehingga dapat diumumkan oleh pejabat yang bertanggung-jawab di bidang hukum atau administrasi umum. Pencantuman pengabsahan sebagai berikut: 1. Kata SALINAN dengan huruf kapital diketik di sebelah kanan atas sejajar dengan Logo BATAN. 2. Kata Salinan sesuai dengan aslinya, nama jabatan, dan nama lengkap diketik di sebelah kiri bawah di bawah Penutup Naskah Peraturan. Penandatanganan oleh pejabat yang berwenang, bukan dengan cap tanda tangan, dan diberi cap instansi. Naskah Peraturan dapat dilihat pada Format 1 dan 1a

16 Format 1 Naskah Peraturan BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: TENTANG... DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa...; b. bahwa...; Mengingat : 1....; 2....; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN... TENTANG Pasal Pasal Ditetapkan di... pada tanggal... KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, tanda tangan dan cap jabatan NAMA LENGKAP

17 Format 1a Salinan Naskah Peraturan SALINAN BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: TENTANG... DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa...; b. bahwa...; Mengingat : 1....; 2....; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN... TENTANG... Pasal Pasal Salinan sesuai dengan aslinya, Nama Jabatan tanda tangan Nama Lengkap Ditetapkan di... pada tanggal... KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, tanda tangan dan cap jabatan NAMA LENGKAP

18 b. Pedoman 1) Pengertian Pedoman adalah naskah dinas memuat acuan yang bersifat umum di BATAN yang dijabarkan ke dalam petunjuk operasional/teknis dan diterapkan sesuai dengan karakteristik dan organisasi BATAN. 2) Susunan a) Kepala Naskah Pedoman: (1) Kata LAMPIRAN PERATURAN, NOMOR: dan TANGGAL: dicantumkan berurutan ke bawah di sebelah kanan atas. (2) Kata PEDOMAN dan judul Pedoman diketik simetris dengan huruf kapital berurutan ke bawah, tidak diakhiri tanda baca. b) Batang Tubuh Naskah Pedoman: (1) Kata BAB I dan PENDAHULUAN diketik simetris dengan huruf kapital yang memuat latar belakang/dasar pemikiran/maksud dan tujuan ruang lingkup/tata urut. Pengetikan judul-judul mengguna-kan kata-kata: Umum, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, dan Dasar, diawali dengan urutan angka Arab diikuti tanda baca titik dan diketik dengan huruf awal kapital berurutan ke bawah di marjin kiri setelah kata PENDAHULUAN. (2) Kata BAB II diketik simetris dengan huruf kapital memuat materi Pedoman dirinci dengan urutan angka Arab dan tanda baca titik. (3) Kata BAB III diketik simetris dengan huruf kapital memuat hal-hal yang harus diperhatikan, penjabaran lebih lanjut, dan alamat pembuat Pedoman ditujukan kepada para pengguna yang akan menyampaikan saran penyempurnaan. c) Penutup Naskah Pedoman: Nama jabatan diikuti tanda baca koma, nama lengkap diketik ber-urutan ke bawah dengan huruf kapital tidak menggunakan tanda kurung, tidak digarisbawahi, dan NIP di sebelah kanan bawah. Naskah Pedoman dapat dilihat pada Format 2

19 Format 2 Naskah Pedoman Lampiran Peraturan... Nomor :... Tanggal:... PEDOMAN... BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Dasar... BAB II dan seterusnya BAB III dan seterusnya. NAMA JABATAN, tanda tangan dan cap jabatan NAMA LENGKAP NIP:

20 c. Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis 1) Pengertian Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis adalah naskah dinas pengaturan yang memuat cara pelaksanaan kegiatan termasuk urutan pelaksanaan atau tuntunan operasional/administrasi/teknis setiap pegawai dalam melaksanakan kegiatan. 2) Susunan a) Kepala Naskah Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis: Sama dengan Kepala Naskah Pedoman, kata PEDOMAN diganti PETUNJUK PELAKSANAAN/PETUNJUK TEKNIS. b) Batang Tubuh Naskah Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis: (1) Kata BAB I dan PENDAHULUAN diketik simetris dengan huruf kapital yang memuat penjelasan umum, maksud dan tujuan, ruang lingkup, hal lain yang dipandang perlu, dan dasar yang memuat peraturan/ketentuan sebagai dasar/landasan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis. Pengetikan judul-judul tersebut menggunakan kata-kata: Umum, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, dan Dasar, diawali dengan urutan angka Arab diikuti tanda baca titik dan diketik dengan huruf awal kapital berurutan ke bawah di marjin kiri setelah kata PENDAHULUAN. (2) Kata BAB II dan PELAKSANAAN diketik simetris dengan huruf kapital berurutan ke bawah memuat materi petunjuk pelaksanaan/ petunjuk teknis dengan urutan tindakan, pengorganisasian, koordinasi, pengendalian, dan hal lain yang dipandang perlu untuk dilaksanakan. Pengetikan isi Bab II diawali urutan angka Arab diikuti tanda baca titik. c) Penutup Naskah Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis: Sama dengan Naskah Pedoman. Naskah Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis dapat dilihat pada Format 3

21 Format 3 Naskah Petunjuk Pelaksanaan/ Petunjuk Teknis Lampiran Peraturan... Nomor :... Tanggal :... PETUNJUK PELAKSANAAN/PETUNJUK TEKNIS... BAB I PENDAHULUAN 1. Umum Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... BAB II PELAKSANAAN dan seterusnya Tembusan: NAMA JABATAN, tanda tangan dan cap jabatan NAMA LENGKAP NIP:

22 d. Surat Edaran 1) Pengertian Surat Edaran adalah naskah dinas yang memuat pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak. 2) Susunan a) Kepala Surat Edaran: (1) Kop Surat: sama dengan Kepala Surat Dinas. (2) Alamat Tujuan Surat diawali dengan kata Yth. kepada pejabat/ Unit Kerja yang terkait dengan Surat Edaran diketik dengan nomor urut ke bawah di sebelah kiri atas di bawah kop surat. (3) Kata SURAT EDARAN, NOMOR:, TENTANG, dan judul Surat Edaran diketik simetris dengan huruf kapital berurutan ke bawah yang diletakkan di bawah alamat tujuan. b) Batang Tubuh Surat Edaran: (1) Alasan perlunya diterbitkan Surat Edaran (2) Peraturan sebagai dasar pembuatan Surat Edaran. (3) Pemberitahuan tentang hal tertentu yang dianggap mendesak. (4) Butir-butir Surat Edaran antara lain terdiri atas: i. Umum ii. Maksud dan Tujuan iii. Ruang Lingkup iv. Dasar dan seterusnya Pengetikan diawali urutan angka Arab diikuti tanda baca titik dan butir-butir Surat Edaran diketik dengan huruf awal kapital berurutan ke bawah di sebelah kiri setelah judul Surat Edaran. c) Kaki Surat Edaran: (1) Sama dengan Penutup Naskah Peraturan. (2) Tembusan: sama dengan Kaki Surat Dinas. Surat Edaran dapat dilihat pada Format 4

23 Format 4 Surat Edaran BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (National Nuclear Energy Agency) Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Kotak Pos 4390 Jakarta Telepon (021) Faksimil (021) Homepage: info@batan.go.id Yth dan seterusnya SURAT EDARAN NOMOR: TENTANG Umum Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Dasar dan seterusnya Ditetapkan di... pada tanggal... Tembusan: dan seterusnya NAMA JABATAN, tanda tangan dan cap jabatan NAMA LENGKAP NIP:

24 e. Prosedur 1) Pengertian Prosedur adalah naskah dinas yang memuat serangkaian petunjuk tentang cara dan urutan suatu kegiatan operasional atau administratif tertentu yang harus diikuti oleh pejabat atau Unit Kerja di lingkungan BATAN. 2) Susunan a) Lembar Judul: Lembar Judul secara berurutan ke bawah, yaitu: (1) Kata PROSEDUR diikuti Judul dan Nomor PROSEDUR diketik simetris. (2) Logo BATAN diikuti Kata BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Nama dan Alamat Unit Kerja. b) Kepala Naskah Prosedur: Kepala Naskah Prosedur merupakan heading di setiap halaman dan terdiri atas 3 kolom, yaitu: (1) Logo BATAN di kolom sebelah kiri. (2) Kata BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL kemudian berurutan ke bawah kata PROSEDUR dan judul prosedur diketik simetris dengan huruf kapital di kolom tengah. (3) Kata Nomor, Tanggal, Revisi, dan Halaman diketik dengan huruf awal kapital berurutan ke bawah dan masing-masing kata diikuti tanda baca titik dua di kolom sebelah kanan. c) Lembar Pengesahan (1) Kata LEMBAR PENGESAHAN diketik simetris dengan huruf kapital. (2) Di bawah kata LEMBAR PENGESAHAN dibuat kolom-kolom dengan kata-kata: Tindakan (diisi berurutan ke bawah dengan kata Disiapkan, Diperiksa, Disahkan), Nama, Tanda tangan, dan Tanggal.

25 d) Batang Tubuh Naskah Prosedur: (1) Kata Tujuan, Ruang Lingkup, Tanggung Jawab, Pengertian, Acuan, dan Prosedur diketik di marjin kiri dengan huruf awal kapital berurutan ke bawah dan setiap kata diberi nomor urut diikuti tanda baca titik. (2) Setiap kata diterangkan secara singkat, jelas, dan urut sesuai kronologi prosedur atau tata cara pelaksanaan kegiatan prosedur tersebut. e) Penutup Naskah Prosedur: Penutup Naskah Prosedur dapat berupa: (1) Lampiran-lampiran dari kegiatan prosedur. (2) Diagram Alir. Naskah Prosedur dan Lembar Pengesahan Prosedur dapat dilihat pada Format 5 dan 5a

26 Format 5 Naskah Prosedur BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Nomor : Tanggal : Revisi : PROSEDUR... Halaman : dari 1. Tujuan 2. Ruang Lingkup 3. Tanggung Jawab 4. Definisi 5. Referensi 6. Prosedur 7. Lampiran-Lampiran 8. Flow Chart

27 Format 5a Lembar Pengesahan Prosedur BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Nomor : Tanggal : Revisi : PROSEDUR... Halaman :. dari. LEMBAR PENGESAHAN TINDAKAN N A M A JABATAN TANDATANGAN TANGGAL Disiapkan Diperiksa Disetujui

28 Naskah Dinas Penetapan: Keputusan a. Pengertian Keputusan adalah naskah dinas penetapan Kepala BATAN atau Kepala Unit Kerja, memuat kebijakan yang bersifat administrasi, tidak bersifat mengatur, dan merupakan pelaksanaan kegiatan untuk menetapkan: 1) pelimpahan wewenang, 2) mengubah status kepegawaian/material/keanggotaan/peristiwa, 3) atau mengubah/membubarkan suatu badan kepanitiaan/tim b. Susunan 1) Judul/Penamaan Naskah Keputusan: a) Kop Naskah Keputusan, yaitu Logo BATAN dan kata BATAN dicetak simetris di bagian atas kertas. b) Kata KEPUTUSAN, nama jabatan pejabat yang menetapkan Keputusan, nomor Keputusan, kata TENTANG, dan judul Keputusan diketik simetris dengan huruf kapital berurutan ke bawah dan tidak diakhiri tanda baca. 2) Pembukaan Naskah Keputusan: a) Nama jabatan pejabat yang menetapkan Keputusan diketik simetris dengan huruf kapital setelah huruf b. angka 1) di atas dan diakhiri dengan tanda baca koma. b) Konsiderans, Dasar Hukum, dan Diktum: Sama dengan Konsiderans, Dasar Hukum, dan Diktum Naskah Peraturan, kata PERATURAN diganti KEPUTUSAN. 3) Batang Tubuh/Isi Naskah Keputusan: a) Semua substansi kebijakan yang diatur dalam Keputusan, terdiri atas Ketentuan Umum, Materi Pokok, Ketentuan Peralihan, dan Ketentuan Penutup yang diawali dengan bilangan bertingkat/ diktum Kesatu, Kedua, Ketiga, dan seterusnya. b) Semua substansi dicantumkan pada saat berlakunya keputusan, perubahan, pembatalan, pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya.

29 - 26-4) Penutup Naskah Keputusan: Sama dengan Penutup Naskah Peraturan. Catatan: Pengabsahan Keputusan tentang penetapan status pegawai sebagai berikut: 1. Salinan, yaitu Keputusan disampaikan kepada pejabat yang berhak menerima salinan dan/atau 2. Petikan, yaitu Keputusan disampaikan kepada yang berkepentingan untuk diketahui dan diperhatikan. Pencantuman pengabsahan tersebut adalah: 1. Kata SALINAN atau PETIKAN dengan huruf kapital diketik di sebelah kanan atas sejajar dengan Logo BATAN. 2. Kata Salinan sesuai dengan aslinya atau Petikan sesuai dengan aslinya, nama jabatan, dan nama lengkap diketik di sebelah kiri bawah di bawah Penutup Naskah Keputusan. Penandatanganan oleh pejabat yang berwenang, bukan dengan cap tandatangan, dan diberi cap instansi. Naskah Keputusan dapat dilihat pada Format 6 s.d. 6b

30 Format 6 Naskah Keputusan BATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : TENTANG NAMA JABATAN.., Menimbang : a. bahwa...; b. bahwa...; Mengingat : 1....; 2....; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN... TENTANG... KESATU : KEDUA : KETIGA : dst. Ditetapkan di... pada tanggal KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, tanda tangan dan cap jabatan NAMA LENGKAP

31 Format 6a Salinan Naskah Keputusan SALINAN BATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : TENTANG NAMA JABATAN.., Menimbang : a. bahwa...; b. bahwa...; Mengingat : 1....; 2....; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN... TENTANG... KESATU : KEDUA : KETIGA : dst. Ditetapkan di... pada tanggal KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, tanda tangan dan cap jabatan Salinan sesuai dengan aslinya Nama Jabatan tanda tangan Nama Lengkap NAMA LENGKAP

32 Format 6b Petikan Naskah Keputusan PETIKAN BATAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : TENTANG NAMA JABATAN.., Menimbang : a. bahwa...; b. bahwa...; Mengingat : 1....; 2....; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN... TENTANG... KESATU : KEDUA : KETIGA : dst. Ditetapkan di... pada tanggal KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, tanda tangan dan cap jabatan Petikan sesuai dengan aslinya Nama Jabatan tanda tangan Nama Lengkap NAMA LENGKAP

33 Naskah Dinas Penugasan: a. Surat Tugas/Surat Perintah 1) Pengertian Surat Tugas/Surat Perintah adalah naskah dinas yang dibuat oleh pejabat/atasan yang berwenang kepada bawahan atau pejabat lain untuk melaksanakan hal-hal yang tercantum di dalam naskah/surat tersebut berdasarkan lingkup tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Surat Tugas/Surat Perintah dapat menggunakan lampiran apabila tugas/perintah diberikan kepada suatu tim untuk mencantumkan nama-nama dari tim tersebut. 2) Susunan a) Kepala Surat Tugas/Surat Perintah: (1) Kop Surat: sama dengan Kepala Surat Dinas. (2) Kata SURAT TUGAS/SURAT PERINTAH diketik simetris dengan huruf kapital di bawah kop surat, kemudian nomor surat tugas/surat perintah di bawah kata SURAT TUGAS/ SURAT PERINTAH. b) Batang Tubuh Surat Tugas/Surat Perintah: (1) Konsiderans meliputi: (a) Kata Menimbang: yaitu sebagai pertimbangan dan/atau dasar yang memuat alasan/tujuan ditetapkan Surat Tugas/Surat Perintah yang diketik dengan huruf awal kapital di margin kiri di bawah huruf a) angka(2) di atas, diikuti huruf abjad, tanda baca titik, dan kata bahwa dengan huruf kecil yang diakhiri tanda baca titik koma. (b) Kata Dasar: yaitu memuat ketentuan yang dijadikan landasan ditetapkan Surat Tugas/Surat Perintah yang diketik dengan huruf awal kapital berurutan di bawah konsiderans Menimbang :, diikuti urutan angka Arab, tanda baca titik, dan diakhiri tanda baca titik koma. (2) Diktum dimulai dengan kata MENUGASKAN/MEMERINTAHKAN diketik simetris dengan huruf kapital, dan berurutan ke bawah di sebelah kiri diketik dengan huruf awal kapital kata Kepada yang memuat nama, jabatan pejabat/staf yang mendapat tugas/perintah tersebut dan kata

34 Untuk yang memuat tugas-tugas yang harus dilaksanakan yang bersangkutan. c) Kaki SuratTugas/Surat Perintah: a) Tempat dan waktu pembuatan Surat Tugas/Surat Perintah diketik di sebelah kanan bawah. b) Nama jabatan diikuti tanda baca koma, nama lengkap, dan NIP diketik dengan huruf kapital berurutan ke bawah di bawah huruf c) angka (1) di atas. Catatan: Tugas/Perintah yang bersifat kolektif, daftar pegawai dibuat dalam lampiran Surat Tugas/Surat Perintah yang terdiri atas kolom nomor urut, nama, NIP, pangkat/golongan, jabatan, dan keterangan. Pada dasarnya Surat Tugas/Surat Perintah ditetapkan oleh atasan pegawai yang mendapat tugas/perintah, kecuali apabila ada pertimbangan tertentu bahwa pejabat tersebut diberi kewenangan tertulis untuk menetapkan Surat Tugas/Surat Perintah sendiri. Surat Tugas/Surat Perintah tidak berlaku setelah tugas/perintah yang tertera selesai dilaksanakan. Surat Tugas/Surat Perintah disampaikan kepada penerima tugas/ perintah dan pejabat/instansi terkait dengan tugas/perintah itu. b. Surat Perintah Pemeriksaan, terdiri atas: 1) Surat Perintah Untuk Melakukan Pemeriksaan a) Pengertian Surat Perintah Untuk Melakukan Pemeriksaan adalah pemeriksaan dalam rangka Pegawai Negeri Sipil yang disangka melakukan pelanggaran disiplin. b) Susunan (1) Kepala Surat Perintah untuk Melakukan Pemeriksaan: (a) Kop Surat: sama dengan Kepala Surat Dinas.

35 (b) Kata RAHASIA diketik simetris dengan huruf kapital dibawah Kop Surat. (c) Kata SURAT PERINTAH UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN diketik simetris dengan huruf kapital di bawah kop surat, kemudian NOMOR Surat Perintah Pemeriksaan di bawah kata SURAT PERINTAH UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN. (2) Batang Tubuh Surat Perintah untuk Melakukan Pemeriksaan: Memuat materi perintah pemeriksaan. (3) Kaki Surat Perintah untuk Melakukan Pemeriksaan: Kata Pejabat Yang Memerintahkan diketik dengan huruf awal kapital di sebelah kanan bawah, kemudian berurutan ke bawah nama lengkap, dan NIP. 2) Surat Tugas Pemeriksaan a) Pengertian Surat Tugas Pemeriksaan adalah pemeriksaan keuangan, kepegawaian, perlengkapan, dan bidang umum digunakan formulir tersendiri. b) Susunan (1) Kepala Surat Tugas Pemeriksaan: Kop Surat: sama dengan Kepala Surat Dinas. (a) Kata Lembar:..., Ke I : Untuk Petugas, Ke II : Untuk yang diperiksa, Ke III : Pertinggal diketik dengan huruf awal kapital berurutan ke bawah di sebelah kanan atas di bawah huruf (a) di atas. (b) Kata SURAT TUGAS PEMERIKSAAN diketik simetris dengan huruf kapital kemudian NOMOR: Surat Tugas Pemeriksaan di bawah kata SURAT TUGAS PEMERIKSAAN. (2) Batang Tubuh Surat Tugas Pemeriksaan: Memuat materi perintah/tugas pemeriksaan.

36 (3) Kaki Surat Tugas Pemeriksaan: (a) Tempat, tanggal dan tahun pembuatan Surat Tugas Pemeriksaan diketik dengan huruf awal kapital di sebelah kiri bawah. (b) Nama jabatan, nama lengkap, dan NIP diketik di bawah tempat, tanggal, dan tahun pembuatan Surat Tugas. 3) Surat Perintah Kerja a) Pengertian Surat Perintah Kerja adalah surat perintah yang diterbitkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan (barang/jasa). b) Susunan (1) Kepala Surat Perintah Kerja: (a) Kop Surat: sama dengan Kepala Surat Dinas (b) Kata SURAT PERINTAH KERJA diketik simetris dengan huruf kapital di bawah kop surat, kemudian nomor surat perintah kerja di bawah kata SURAT PERINTAH KERJA. (2) Batang Tubuh Surat Perintah Kerja: Memuat materi perintah kerja. (3) Kaki Surat Perintah Kerja: Kata Ditetapkan di... (nama tempat) dengan huruf awal kapital dan kata pada tanggal dengan huruf kecil diketik berurutan ke bawah di sebelah kanan bawah, kemudian ber-urutan ke bawah kata Pihak Pertama, nama pejabat/nama lengkap, dan NIP diketik di bawah kata pada tanggal, se-dangkan di sebelah kiri bawah sejajar dengan kata Pihak Pertama diketik berurutan ke bawah kata Pihak Kedua, nama pejabat/badan usaha/pemasok barang/jasa dan nama jabatan. Catatan: Surat Perintah Kerja dibuat minimal rangkap 2 (asli), masing-masing ditandatangani oleh kedua belah pihak. Rangkap pertama ditandatangani Pihak Pertama di atas meterai, rangkap kedua ditandatangani oleh Pihak Kedua di atas meterai. Surat Tugas/Surat Perintah, Surat Perintah Pemeriksaan, Surat Tugas Pemeriksaan, dan Surat Perintah Kerja dapat dilihat pada Format 7 s.d. 7e

37 Format 7 Surat Tugas/Surat Perintah BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (National Nuclear Energy Agency) Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Kotak Pos 4390 Jakarta Telepon (021) Faksimil (021) Homepage: info@batan.go.id SURAT TUGAS/SURAT PERINTAH NOMOR: Menimbang : a. bahwa......; b. bahwa......; Dasar : 1....; 2....; MENUGASKAN/MEMERINTAHKAN Kepada : Untuk : dst....,... Nama Jabatan, tanda tangan Nama Lengkap NIP:

38 Format 7a Lampiran Surat Tugas/Surat Perintah BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL J A K A R T A LAMPIRAN SURAT TUGAS/SURAT PERINTAH Nomor : Tanggal : NO. URUT N A M A N I P PANGKAT/ GOLONGAN JABATAN KETERANGAN Nama Jabatan tanda tangan Nama Lengkap NIP:

39 Format 7b Surat Perintah Pemeriksaan RAHASIA SURAT PERINTAH UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN NOMOR: 1. Diperintahkan kepada: a. Nama : NIP : Pangkat :... Jabatan :... Unit Kerja :... b. Nama :.... NIP :.... Pangkat :... Jabatan :... Unit Kerja :... c. dst. untuk melakukan pemeriksaan terhadap: (1) N a m a :... (2) N I P :... (3) Pangkat :... (4) Jabatan :... (5) Unit Kerja :... pada: a. Hari :... b. Tanggal :... c. Jam :... d. Tempat :... karena yang bersangkutan disangka melanggar Pasal... ayat... huruf... Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun Agar Surat Perintah ini dilaksanakan sebaik-baiknya. Tembusan:...,... Pejabat yang memerintahkan, tanda tangan Nama Lengkap NIP:

40 Yang bertanda tangan di bawah ini: Menugaskan kepada: SURAT TUGAS PEMERIKSAAN Nomor: Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Format 7c Surat Tugas Pemeriksaan Lembar : Ke I : untuk Petugas Ke II : untuk yang diperiksa Ke III : Pertinggal No. Urut N a m a N I P Jabatan Untuk mengadakan Audit... pada Unit Kerja: Biro... /Pusat /Inspektorat/STTN Pengendali Teknis Audit adalah... Pengendali Mutu Audit adalah... Audit dilaksanakan selama... hari kerja, mulai tanggal... sampai dengan... Demikian untuk dilaksanakan. Tembusan: dan seterusnya...,... Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional, tanda tangan Nama Lengkap NIP:

41 Format 7d Surat Perintah Kerja BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (National Nuclear Energy Agency) Jalan Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Kotak Pos 4390 Jakarta Telepon (021) Faksimil (021) Homepage: info@batan.go.id SURAT PERINTAH KERJA NOMOR: TENTANG PENGADAAN Yang bertandatangan di bawah ini : I. N a m a :... Jabatan : Alamat :... Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama... (Satuan Kerja)... Badan Tenaga Nuklir Nasional berdasarkan Surat Keputusan. Nomor Tanggal sebagai Pejabat Pembuat Komitmen untuk selanjutnya disebut Pihak Pertama. II. N a m a :... Jabatan :.. Alamat :... Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktur berdasarkan Akte Notaris Nomor. Tanggal dari Notaris.. dengan NPWP : dan mempunyai Rekening pada Bank:... Nomor Rekening sebagai Penyedia Barang/Jasa untuk selanjutnya disebut Pihak Kedua. Pihak Pertama memberikan pekerjaan kepada Pihak Kedua dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Jenis Pekerjaan : Pengadaan 2. Harga Borongan : Syarat-syarat Pelaksanaan : (sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan syaratsyarat Pekerjaan teknis yang ditentukan)

42 Cara Pembayaran : Pembayaran dilaksanakan melalui KPPN... sekaligus/termin *) (setelah jumlah barang/pekerjaan mencapai prestasi 100% atau sesuai surat perjanjian/kontrak) dan dinyatakan dalam Berita Acara Serah Terima Barang/Jasa ditandatangani oleh kedua belah pihak. 4. Jangka Waktu :... hari kalender, sejak tanggal... sampai dengan tanggal.. 5. Denda : Apabila dalam jangka waktu yang telah di-tentukan pada butir 5 Surat Perintah Kerja ini, pekerjaan belum selesai dilaksanakan/ diserahterimakan, maka Pihak Kedua akan dikenakan denda sebesar 1%o (satu permil) untuk setiap hari keterlambatan atau maksimum denda sebesar 5% (lima persen) dari harga barang/jasa yang akan dipotong langsung dari pembayaran pekerjaan tersebut dan disetorkan ke Kas Negara. 6. Lain-lain : Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perintah Kerja ini dan apabila dipandang perlu oleh Pihak Pertama dan Pihak Kedua akan diatur dalam Surat Perintah Kerja Tambahan (Addendum) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Perintah Kerja ini. Ditetapkan di... pada tanggal... Pihak Kedua tanda tangan dan cap instansi materai Nama Lengkap Nama Jabatan Pihak Pertama tanda tangan dan cap instansi materai Nama Lengkap NIP: *) coret yang tidak perlu

43 Format 7e Lampiran Surat Perintah Kerja LAMPIRAN SURAT PERINTAH KERJA NOMOR : TANGGAL : No. Nama dan Spesifikasi Barang/Jasa Jumlah Harga Terbilang:. Pihak Kedua tanda tangan Nama Lengkap Nama Jabatan Pihak Pertama tanda tangan dan cap jabatan Nama Lengkap NIP:

44 B. Naskah Dinas Korespondensi 1. Surat Dinas a. Pengertian Surat Dinas adalah naskah dinas yang dibuat oleh pejabat BATAN sesuai dengan lingkup tugas, fungsi, wewenang, dan tanggung jawabnya untuk menyampaikan informasi kedinasan berupa pemberitahuan, pernyataan, permintaan, penyampaian naskah dinas atau barang, dan hal kedinasan lainnya kepada instansi pemerintah, instansi swasta atau perorangan di luar BATAN. Pembuatan Surat Dinas harus menggunakan Lembar Verbal sebagai bukti otentik dan sarana kendali surat keluar instansi BATAN dalam bentuk tulisan/ketikan. Lembar ini merupakan konsep dari naskah/surat dinas untuk disimpan dan disatukan dengan arsip naskah/surat dinas tersebut, sehingga menjadi bahan kesinambungan pikiran. Penggunaan Lembar Verbal dimungkinkan akan menjadi beberapa lembar karena mengalami beberapa kali perubahan redaksional yang sifatnya mendasar. Isi Surat Dinas lebih dari satu halaman dapat menggunakan lembar kedua, ketiga, dan seterusnya. b. Susunan 1) Kepala Surat terdiri atas: a) Kop Surat Kop Surat dicetak simetris di bagian tengah atas kertas dengan susunan berurutan ke bawah terdiri atas: (1) Nama Instansi, yaitu Badan Tenaga Nuklir Nasional dengan huruf kapital. (2) Nama Unit Kerja dengan huruf kapital dan ukuran huruf lebih kecil dari Nama Instansi untuk naskah/surat dinas yang dikeluarkan oleh Unit Kerja di lingkungan BATAN. (3) Alamat instansi, yaitu kata Jalan, Kotak Pos (bukan PO Box), Telepon, Faksimile, Teleks dicetak lengkap dengan huruf awal kapital, setiap unsur kalimat dipisahkan dengan tanda baca koma, dan pada akhir kalimat tidak diakhiri dengan tanda baca titik.

45 (4) Logo BATAN di sebelah kiri Nama Instansi dan Unit Kerja. (5) Kop Surat digunakan pada halaman pertama naskah/surat dinas dan sampul/amplop surat. b) Nomor Surat Kata Nomor diketik lengkap diikuti tanda baca titik dua di sebelah kiri atas dan untuk memisahkan nomor, kode klasifikasi, bulan dan tahun menggunakan garis miring dan tidak diberi spasi. Penulisan angka tahun diketik lengkap dan pada akhir nomor surat tidak diikuti tanda baca. c) Lampiran Surat Kata Lampiran diketik lengkap diikuti tanda baca titik dua di bawah nomor surat dan setelah pencantuman jumlah lampiran dan nama barang tidak diikuti tanda baca. Jika tidak ada lampiran, kata Lampiran tidak perlu diketik dan lampiran disampaikan kepada Unit Kerja yang bertanggungjawab. d) Hal Surat (1) Penulisan pokok surat menggunakan kata Hal diikuti tanda baca titik dua. Pokok surat dibuat dengan singkat dan jelas (tidak lebih dari tiga baris) dengan huruf awal kapital dan tidak diakhiri dengan tanda baca. (2) Pencantuman Hal adalah: (a) sebagai rujukan dalam komunikasi surat menyurat (b) memudahkan dalam pemberkasan, penyimpanan atau penentuan alur pengiriman dan identifikasi penyusunan halaman untuk naskah/surat lebih dari satu halaman. e) Tempat dan Tanggal Surat (1) Nama tempat diikuti tanda baca koma dapat diketik di sebelah kanan atas dan sejajar dengan nomor surat, apabila pada saat Surat Dinas dibuat/dikeluarkan bukan pada alamat yang tertera di kop surat. (2) Tanggal, bulan, dan tahun diketik lengkap setelah nama tempat dan pada akhir tanggal surat tidak dibubuhkan tanda baca.

46 f) Alamat Tujuan BATAN (1) Diketik di sebelah kiri setelah nomor surat, lampiran surat, dan hal surat untuk menghindari kemungkinan pemenggalan alamat tujuan surat. (2) Diawali kata Yth. diikuti tanda baca titik. (3) Surat dengan pokok permasalahan/kegiatan yang bersifat rutin dapat ditujukan langsung kepada pejabat/pelaksana pemroses pokok permasalahan dan menggunakan kata u.p. (untuk perhatian) diikuti nama jabatan/nama orang sebagai pelaksana dan diketik berurutan ke bawah setelah huruf f) angka (2) di atas. (4) Penulisan alamat tujuan ditulis/diketik lengkap dan jelas dengan huruf awal kapital dengan tidak menggunakan tanda baca atau tanda hubung pada setiap akhir baris dan tidak digarisbawahi. Contoh: atau g) Salam Pembuka Yth. Bapak Prof. Dr. Koesmayanto Kadiman Menteri Negara Riset dan Teknologi Jalan M.H.Thamrin No. 8 Jakarta Yth. Menteri Negara Riset dan Teknologi Jalan M.H. Thamrin No. 8 Jakarta Dalam surat dinas tidak diharuskan menggunakan salam pembuka. namun apabila diperlukan salam pembuka, diketik pada bagian kalimat pendahuluan surat. Contoh: Dengan hormat, berkenaan dengan... 2) Batang Tubuh Surat terdiri atas: a) Alinea pembuka, yaitu pengantar isi surat mengenai pemberitahuan, pertanyaan, pernyataan, permintaan, balasan, atau jawaban. Contoh: Dengan hormat, kami mohon perkenan Saudara... atau Sehubungan dengan surat Saudara Nomor.. b) Alinea isi, yaitu mengemukakan hal yang disampaikan kepada penerima surat, secara singkat, lugas, dan jelas. Setiap alinea mengemukakan satu

47 masalah, jika ada beberapa masalah dicantumkan dalam alinea yang berbeda pada alinea isi. c) Alinea penutup, yaitu berfungsi sebagai penutup surat yang antara lain berupa penegasan isi surat, harapan untuk kesediaan menanggapi isi surat, dan/atau ucapan terima kasih kepada penerima surat. Contoh: Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami mengucapkan terima kasih. 3) Kaki Surat terdiri atas: a) Penandatangan Nama jabatan diikuti tanda baca koma, nama lengkap dengan huruf awal kapital (tidak menggunakan tanda kurung dan tidak digarisbawahi), dan NIP diketik berurutan ke bawah di sebelah kanan bawah. Contoh: b) Tembusan: Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional, tanda tangan Dr. Hudi Hastowo NIP: (1) Kata Tembusan diketik lengkap dengan huruf awal kapital, tidak digarisbawahi, diikuti tanda baca titik dua dan diletakkan di sebelah kiri bawah. (2) Tembusan yang dikirim lebih dari satu alamat tujuan diberi nomor dengan angka Arab, dan apabila hanya terdapat satu tembusan, tidak perlu diberi nomor. (3) Tembusan naskah/surat untuk lingkungan BATAN dicantumkan berurutan dengan jenjang eselonisasi atau disesuaikan dengan keterkaitan isi naskah/surat, dan mendahulukan tingkat eselon yang sama untuk tembusan ke instansi di luar BATAN. (4) Tembusan naskah/surat dinas disampaikan juga kepada pejabat yang memberi wewenang kepada penandatangan naskah/surat dinas tersebut.

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 231/KA/XII/2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 231/KA/XII/2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 231/KA/XII/2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas...

BAB I PENDAHULUAN. D. Asas... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas dan Tata Kearsipan yang seragam di lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, akan sangat mendukung kelancaran administrasi, komunikasi,

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN (BNPB) TAHUN 2009 KATA PENGANTAR Dalam rangka peningkatan efisiensi dan perwujudan tertib administrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN - 1 - PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk memperoleh

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

-5- BAB I PENDAHULUAN

-5- BAB I PENDAHULUAN -5- LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Kementerian Nomor Negara 39 Tahun (Lembaran 2008 Negara tentang Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.533, 2016 KEMENKUMHAM. Pencabutan. Tata Naskah Dinas. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.63/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Tata Naskah Dinas Badan Pengawas Pemilihan Umum,

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 20152015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN TAHUN 2012 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN MENTERI DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG -1- PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.449 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS LAMPIRAN PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH 2013, No.69 4 PEDOMAN TATA NASKAH DINAS INSTANSI PEMERINTAH KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 5 2013, No.69 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR.../IT3/TU/2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, PANITIA PENGAWAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

BERITA NEGARA. No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.449, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Tata Naskah Dinas. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK

Lebih terperinci

2014, No

2014, No 2014, No.248 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo No.2111, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BUMN. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MBU/12/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10-1- TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indon

2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indon BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.248, 2014 BPS.Tata Naskah. Dinas. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1622, 2014 KEMEN KKP. Tata Naskah Dinas. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN NOMOR PER-06/AG/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara No.2099, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR74 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 183/KA/IX/2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 183/KA/IX/2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 183/KA/IX/2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO, bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 151/PMK.01/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan tertib

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, NOMOR : 004/KA/I/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN/KEPUTUSAN

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, NOMOR : 004/KA/I/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN/KEPUTUSAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NOMOR : 004/KA/I/2006 PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN/KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI NSPK TATA NASKAH Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Norma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 18 TAHUN 2013 TANGGAL : 18 DESEMBER 2013 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang : a. bahwa untuk terlaksananya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA No.215, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS

BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS A. Naskah Dinas Arahan BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS Naskah dinas arahan adalah naskah dinas yang memuat kebijakan pokok atau kebijakan pelaksanaan yang harus dipedomani dan dilaksanakan dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

- 1 - MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 - 1 - SALINAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 50/BC/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.253, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Tata Naskah Dinas. BNN. Administrasi. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan terbitnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2013 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN, INSTRUKSI, SURAT EDARAN, KEPUTUSAN, DAN PENGUMUMAN PADA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 76, 2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nom

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nom BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1026, 2014 BAPPENAS. Tata Naskah Dinas. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran D. Asas -asas...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran D. Asas -asas... DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Maksud dan Tujuan... 1 C. Sasaran... 2 D. Asas -asas... 2 E. Ruang Lingkup... 3 F. Pengertian Umum... 3 BAB II JENIS DAN FORMAT NASKAH

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012, No.953 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 183/KA/IX/2012 PEMBENTUKAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN NUKLIR NASIONAL TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEDOMAN TATA NASKAH DINAS SISTEMATIKA BAB I JENIS DAN FORMAT NASKAH DINAS A. Naskah Dinas

Lebih terperinci

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M-03.UM.04.10 tahun 2006 TENTANG PEDOMAN UMUM TATA NASKAH DINAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH SISTEMATIKA TEKNIK PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DAN KERANGKA

Lebih terperinci

B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. MAKSUD

B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. MAKSUD 2013, No.17 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 65 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ketatalaksanaan

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN,

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN, 13 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/PMK.01/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN, PERATURAN PIMPINAN UNIT ORGANISASI ESELON

Lebih terperinci

PERATURAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH DINAS

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH DINAS LAMPIRAN I PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH DINAS BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

- 3 - penyelenggara pemilihan umum dan diberikan

- 3 - penyelenggara pemilihan umum dan diberikan - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN UU NO. 10 TAHUN Oleh : Tim Pusat Kajian Hukum Dan Kemitraan Daerah Fakultas Hukum Unsoed

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN UU NO. 10 TAHUN Oleh : Tim Pusat Kajian Hukum Dan Kemitraan Daerah Fakultas Hukum Unsoed TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN UU NO. 10 TAHUN 2004 Oleh : Tim Pusat Kajian Hukum Dan Kemitraan Daerah Fakultas Hukum Unsoed Kerangka Peraturan Perundang-undangan terdiri dari : A. Judul;

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

PERATURANMENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 65 TAHUN2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATANASKAHDINAS KEMENTERIANPERHUBUNGAN

PERATURANMENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 65 TAHUN2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATANASKAHDINAS KEMENTERIANPERHUBUNGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURANMENTERI PERHUBUNGANREPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 65 TAHUN2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATANASKAHDINAS KEMENTERIANPERHUBUNGAN bahwa dalam rangka mempermudah,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

NASKAH PERENCANAAN PENYUSUNAN PERATURAN KEPALA BPKP TENTANG (judul rancangan peraturan kepala)

NASKAH PERENCANAAN PENYUSUNAN PERATURAN KEPALA BPKP TENTANG (judul rancangan peraturan kepala) 9 LAMPIRAN I RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19)

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19) BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2015 KEMENAKER. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI (MA BAN-PT)

PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS AKREDITASI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI (MA BAN-PT) LAMPIRAN Peraturan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman Tata Naskah Majelis Akreditasi Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Tinggi PEDOMAN TATA NASKAH MAJELIS

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 PRAKATA Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga

Lebih terperinci

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.11/MEN/X/2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2013, No.568 6

2013, No.568 6 2013, No.568 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. Terwujudnya keterpaduan pengelolaan tata naskah dinas dengan unsur lainnya dalam lingkup administrasi umum.

BAB I PENDAHULUAN. 2. Terwujudnya keterpaduan pengelolaan tata naskah dinas dengan unsur lainnya dalam lingkup administrasi umum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata naskah dinas yang seragam dan berlaku secara nasional akan sangat mendukung kelancaran arus komunikasi dan informasi antar instansi pemerintah dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 010/E/2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 010/E/2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 010/E/2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAB I PENDAHULUAN 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 010/E/2013 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PEDOMAN TATA NASKAH DINAS LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Tata Naskah Dinas. Pelaksanaan. Petunjuk. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega No.805, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Tata Naskah Dinas. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAB I PENDAHULUAN 5 PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan administrasi perkantoran, sebagai suatu sistem merupakan kegiatan penting

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 2011, No.930 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 5 2011, No.930 BAB I PENDAHULUAN A. Latar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Tata Naskah Dinas. Pedoman. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Tata Naskah Dinas. Pedoman. Pencabutan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97, 2009 BKPM. Tata Naskah Dinas. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/OT.140/10/2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/OT.140/10/2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/OT.140/10/2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS

BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS BAB III PENYUSUNAN NASKAH DINAS A. Persyaratan Penyusunan Setiap naskah dinas harus merupakan kebulatan pikiran yang jelas, padat, dan meyakinkan dalam susunan yang sistematis. Dalam penyusunannya perlu

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang Mengingat : bahwa untuk tertib

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - FORMAT NASKAH DINAS

- 1 - FORMAT NASKAH DINAS - 1 - LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07/PRT/M/2016 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT FORMAT NASKAH DINAS Jenis naskah

Lebih terperinci

PEDOMAN SURAT - MENYURAT

PEDOMAN SURAT - MENYURAT PEDOMAN SURAT - MENYURAT DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 3 3.1 Pengolongan Surat..... 3 3.2 Teknik Pembuatan dan Penyusunan Surat...

Lebih terperinci

- 2 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 07/Permentan/TU.120/2/2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN

- 2 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 07/Permentan/TU.120/2/2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN - 2 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 07/Permentan/TU.120/2/2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PUSKESMAS RAWAT INAF SINDANGBARANG

PUSKESMAS RAWAT INAF SINDANGBARANG PEDOMAN TATA NASKAH DI LINGKUNGAN PUSKESMAS RAWAT INAF SINDANGBARANG DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIANJUR PUSKESMAS RAWAT INAF SINDANGBARANG Jalan Raya Sindangbarang Cidaun Km.01 Desa Saganten Kecamatan Sindangbarang

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundangundangan dalam Pembentukan Peraturan P

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundangundangan dalam Pembentukan Peraturan P No.1788, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Peraturan Perundang-Undangan. Pembentukan. Tata Cara. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

KEMENTAN. Tata Naskah Dinas. Pencabutan.

KEMENTAN. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. No.1519, 2014 KEMENTAN. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/OT.140/10/2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci