KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H )"

Transkripsi

1 PENGARUH TOTAL KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H ) DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 PENGARUH TOTAL KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H ) Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

3 RINGKASAN I Made Rajiv Permadi. Pengaruh Total Kredit, PDB, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM) (dibimbing oleh Dr. Sri Mulatsih.) Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang terbesar. Selain itu, peranan UKM dalam penyerapan angkatan kerja pun memiliki kontribusi yang sangat besar. Sumbangan sektor UKM terhadap PDB juga sangat besar. Menurut data dari BPS dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia pada tahun 2007 mencapai 53,6 %. Sehingga sektor UKM merupakan sektor yang penting terhadap perekonomian Indonesia. Selain menjadi sektor yang penting terhadap perekonomian di Indonesia, sektor UKM juga sebagai sektor yang tahan terhadap krisis ekonomi. Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial yang dapat menciptakan nilai tambah. Akan tetapi, kenyataan menunjukan bahwa UKM belum maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal permodalan. Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja, akan tetapi dengan hambatan tersebut akan menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha. Peranan sektor UKM yang potensial tidak dapat tercapai dengan optimal jika kendalakendala yang dihadapi sektor UKM tidak segara dipecahkan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhadap perkembangan UKM di Indonesia, serta mengukur pengaruh dunia perbankan terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, Time Series tahun Penelitian ini menggunakan dua metode pendekatan, metode kualitatif untuk menganalisis bagaimana hubungan antara peningkatan jumlah unit usaha sektor UKM dengan tingkat suku bunga, total PDB, dan total kredit sektor UKM. Sedangkan metode kuantitatif untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Adapun peranti lunak (Software) yang digunakan pada saat proses pemasukan data adalah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007, sedangkan pada saat pengolahan data menggunakan Minitab.

4 Hasil Penelitian menunjukan bahwa Variabel total kredit, dan PDB mempunyai pengaruh yang berbanding lurus terhadap peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah, sedangkan tingkat suku bunga yang berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah. Variabel tingkat suku bunga berpengaruh sangat dominan terhadap peningkatan jumlah unit usaha berskala kecil dan menengah. Koefisien variabel suku bunga pada hasil pengolahan data adalah sebesar , ini berarti bahwa penurunan suku bunga sebesar 1 % dapat meningkatkan jumlah unit usaha sebesar unit usaha. Selain itu, peningkatan jumlah UKM di Indonesia juga membuka lapangan pekerjaan baru di Indonesia.

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : I Made Rajiv Permadi Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Pengaruh Total Kredit, PDB dan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM) dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Sri Mulatsih NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D NIP Tanggal Kelulusan:

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 20 November 1986 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, yaitu dari pasangan I Nyoman Sugata dan Sri Sumartini. Penulis memulai pendidikan formalnya di TK Kasih Ananda, lalu melanjutkan ke jenjang Sekolah Dasar Negeri 01 Pagi, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 236 Jakarta, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 61, Jakarta Timur. Pendidikan sarjana ditempuh penulis di Perguruan Tinggi Negeri Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Kemudian pada tahun 2006 menjadi mahasiswa pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2009 I Made Rajiv Permadi H

8 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan hidayah-nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Total Kredit, PDB, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Perkembangan Jumlah Unit Usaha Berskala Kecil dan Menengah (UKM). Skripsi ini disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua, I Nyoman Sugata dan Sri Sumartini yang telah memberikan segala doa dan dukungannya baik moril maupun materil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Sri Mulatsih selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan secara teoritis dan teknis kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Dr. Muhammad Firdaus sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan terhadap isi skripsi ini. 4. Dr. Muhammad Findy selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memperbaiki skripsi ini dari segi penulisan yang benar. 5. Tanti Novianti, M.Si sebagai Pembimbing Akademik 6. Saudara kandung dari penulis yaitu I Putu Mahendara dan I Komang Narendra 7. Ika Damayanti yang telah memberikan semangat dan bantuan pada penyelesaian skrisi ini. 8. Teman-teman satu bimbingan yaitu Stefanie, Rochma, Sunengcih 9. Damar, Tia, Riza, Memes, Sri Mulyati, Rina, Anggi, Riri, Istiana serta temanteman yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis.

9 Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Bogor, Juli 2009 I Made Rajiv Permadi H

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI...i DAFTAR TABEL...iii DAFTAR GAMBAR...iv DAFTAR LAMPIRAN...v I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup UKM Karakteristik UKM Definisi dan Tugas Perbankan Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Pengertian Tingkat Suku Bunga Tinjauan Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Model Penelitian Umum Ruang Lingkup Variabel - Variabel Metode dan Analisis Data Model Data Regresi Berganda Uji Ekonometrika Multikolinearitas... 36

11 Regresi Komponen Utama Bias dalam Penduga Koefisien Regresi Komponen Utama Penutup Analisis Regresi Komponen Utama Autokorelasi Heteroskedastisitas Uji Normalitas IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Total Kredit yang Tersalurkan di Sektor UKM Suku Bunga Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di Indonesia V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Kredit, PDB, dan Suku Bunga terhadap UKM Uji Ekonometrika Uji Normalitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedostisitas Uji Multikolinearitas Penyelesaian Multikolinearitas VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 83

12 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Jumlah Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Tahun di Indonesia (unit) Tabel 4.2 Total Unit Usaha di Indonesia pada tahun (Unit) 48 Tabel 4.3 Penyerapan Tenaga Kerja pada Sektor Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Tahun di Indonesia (Orang)...50 Tabel 4.4 Kendala yang Dihadapi Industri Kecil dan Rumah Tangga dalam Presentase.53 Tabel 4.5 Jumlah Total Kredit Bank Umum yang Disalurkan pada Usaha Kecil dan Menengah (Miliar Rupiah). 54 Tabel 4.6 Proporsi Kredit pada Berbagai Sektor Usaha Kecil dan Menengah pada Tahun (Milyar Rupiah).. 56 Tabel 4.7 Proporsi Rata-rata dari penyaluran kredit UKM untuk Semua Sektor pada Periode tahun (Persen) Tabel 4.8 Tingkat Suku Bunga untuk Modal Kerja Secara Rata-rata pada Tahun (Persen) 61 Tabel 4.9 Perkembangan Total PDB Indonesia (Miliar Dollar Amerika).. 64 Tabel 5.1 Hasil Regresi Persamaan Perkembangan Jumlah UKM. 66 Tabel 5.2 Hasil Estimasi Uji Heteroskedastisitas 68 Tabel 5.3 Uji Korelasi Total Kredit, PDB, dan Suku bunga terhadap Jumlah Usaha 69 Tabel 5.4 Nilai Rataan dan Standar Deviasi Setiap Variabel Independen. 72 Tabel 5.5 Nilai Sebaran Normal Pada Tiga Komponen Utama.. 72 Tabel 5.6 Analisis Komponen Utama Z1, Z2, Z3 73 Tabel 5.7 Hasil Regresi Variabel Jumlah Usaha terhadap W1 74

13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.31 Gambar 4.1 Proporsi UKM dengan Usaha..49 Gambar 4.2 Total Kredit Bank Umum yang Disalurkan pada Usaha Berskala Kecil dan Menengah..55 Gambar 4.3 Proporsi Penyaluran Kredit UKM pada Semua Sektor.. 59 Gambar 4.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit Modal Kerja pada Tahun Gambar 4.5 Grafik Pertumbuhan Total PDB Indonesia Tahun (Miliar US $)... 65

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Data Penjelas Lampiran 2 Hasil Regresi jumlah UKM terhadap Total Kredit, PDB, dan Suku Bunga Lampiran 3 Uji Normalitas Lampiran 4 Uji Heteroskedastisitas Lampiran 5 Uji Multikolinearitas Lampiran 6 Sebaran Normal Lampiran 7 Analisis Komponen Utama pada Sebaran Normal Lampiran 8 Analisis Regresi Jumlah UKM terhadap W Lampiran 9 Transformasi W hingga menjadi X... 87

15 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedikitnya ada dua definisi usaha berskala kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi usaha kecil menurut Undang-Undang No.9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Undang-Undang No 9. Tentang Usaha Kecil tersebut menjelaskan bahwa usaha kecil merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 Miliar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta. Definisi UKM berikutnya didefinisikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. BPS mendeskripsikan besar-kecilnya suatu industri berdasarkan jumlah pekerjanya. Berdasarkan penggolongan jumlah tenaga kerjanya tersebut, maka yang dimaksud dengan industri rumah tangga adalah industri dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang, sedangkan yang termasuk dalam industri kecil adalah suatu industri dengan jumlah pekerja 5-19 orang. Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan angkatan kerja dan sumbangannya terhadap PDB. Menurut data dari BPS dan Depkop, Kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia pada tahun 2007 mencapai 53,6 %. Sehingga sektor UKM merupakan sektor yang penting terhadap perekonomian Indonesia. Selain menjadi sektor yang penting terhadap perekonomian di Indonesia, sektor UKM juga sebagai sektor yang tahan terhadap krisis ekonomi. Hal ini dibuktikan dari eksistensi sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) pada saat terjadi

16 2 resesi/krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 silam. Hampir seluruh sektor dari kegiatan ekonomi di Indonesia mengalami keterpurukan pada saat krisis tahun 1997 tersebut. Banyak dari perusahaan-perusahaan besar yang gulung tikar, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan-perusahaan besar terhadap para karyawannya tidak dapat terhindarkan, sehingga terjadi banyak sekali pengangguran. Hal ini dilakukan oleh para pengusaha, karena mereka menilai bahwa Indonesia sedang mengalami keterpurukan ekonomi yang ditunjukan dengan tingginya tingkat inflasi yang berarti terjadi pelemahan nilai tukar mata uang rupiah, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan biaya produksi, sedangkan kondisi permintaan domestik maupun asing sedang melesu. Akibatnya perusahaan harus menanggung kerugian yang terjadi. Kondisi yang berbeda dapat kita temui pada sektor UKM. Jumlah unit usaha yang bergerak dalam sektor UKM justru semakin meningkat pasca Krisis ekonomi pada tahun 1997 silam. Hal ini dibuktikan dari data yang didapatkan dari Departemen Koperasi Indonesia yang menunjukan bahwa jumlah UKM terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun semenjak gelombang krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun Berdasarkan data dari Departemen Koperasi Indonesia, jumlah usaha kecil pada tahun 1999 berjumlah Pada tahun 2006, jumlah unit usaha mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga menjadi Secara prosentase, jumlah unit usaha pada sektor UKM dari tahun 1999 hingga tahun 2006 mencapai 22.5 %. Adapun alasan alasan UKM dapat bertahan dan cendrung meningkat jumlahnya pada masa krisis yaitu karena : pertama ; sebagian besar UKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa

17 3 dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah. Kedua; Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 menyebabkan perusahaan-perusahaan besar banyak merumahkan para pegawainya. Namun, pegawai-pegawai yang menjadi korban PHK tersebut banyak yang menjadi wirausahawan, dan mendirikan usaha yang berskala kecil dan menengah, akibatnya jumlah UKM meningkat (Soejodono,2004). Jumlah unit UKM berbanding lurus dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Hal ini berarti peningkatan pada jumlah unit usaha pada sektor UKM juga akan memperluas lapangan pekerjaan yang tersedia. Peningkatan jumlah unit usaha di sektor UKM yang terjadi pada tahun 1999 hingga tahun 2006 juga membawa dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan bertambahnya jumlah unit UKM dari tahun ke tahun, maka dengan kata lain, sektor UKM telah membuka kesempatan kerja, dengan begitu jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sektor UKM pun dari tahun ke tahun terus meningkat. Oleh karena itu, Sektor UKM memiliki kontribusi yang tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, dan pemerataan distribusi pendapatan. Walaupun sektor usaha kecil dan menengah (UKM) telah menjadi salah satu sektor yang vital terhadap perekonomian di Indonesia, tidak dapat dipungkiri bahwa sektor UKM menemui berbagai macam kendala dalam perkembangannya. Kendala-kendala yang dihadapai sektor usaha kecil adalah seperti masalah kesulitan modal, pengadaan bahan baku, pemasaran, produksi dan manajemen, dan persaingan lainnya. Secara umum, kendala yang dihadapi oleh sektor UKM dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu ; permasalahan finansial

18 4 (financial Problem) dan permasalahan organisasi manajemen (management organitation Problem). (Urata,2000). Oleh karena itu, agar peranan sektor UKM terhadap perekonomian Indonesia dapat optimal, maka kendala-kendala yang dihadapi oleh UKM harus dapat diselesaikan. 1.2 Rumusan Masalah Sektor UKM merupakan jantung perekonomian Indonesia. Jumlah UKM yang ada di Indonesia meningkat dengan pesat, dari sekitar tujuh ribu pada tahun 1980 menjadi sekitar 40 juta unit usaha pada tahun Peningkatan jumlah UKM di Indonesia juga akan memperbesar penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM. Penyerapan tenaga kerja di sektor UKM pada tahun 1980 hanya sekitar 12 juta tenaga kerja. Pada tahun 1990, jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor UKM meningkat menjadi 45 juta tenaga kerja. Pada tahun 2001, jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor UKM mencapai 74,5 juta pekerja. Melihat kontribusi UKM yang begitu besar, tidak mengherankan bila UKM merupakan salah satu sektor yang dapat mewujudkan perekonomian Indonesia yang kuat dan kokoh. Salah satu alasan sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berkembang dari tahun ke tahun adalah karena sektor UKM mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan perusahaan besar, yaitu : (1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk; (2) Berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup

19 5 tinggi; (4) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis; (5) Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan; (6) Dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumber daya manusia lokal; (7) Tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Azrin,2004). Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial yang dapat menciptakan nilai tambah. Akan tetapi, kenyataan menunjukan bahwa UKM belum maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal permodalan. Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja, akan tetapi dengan hambatan tersebut akan menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha. Peranan sektor UKM yang potensial tidak dapat tercapai dengan optimal jika kendala-kendala yang dihadapi sektor UKM tidak segara dipecahkan oleh berbagai pihak. Para pengusaha yang bergerak di sektor UKM merasakan bahwa faktor modal menjadi salah satu kendala yang sangat menghabat perkembangan usaha mereka. Oleh karena itu, dunia perbankan dapat berperan aktif dalam pemecahan permasalahan ini dengan memberikan bantuan kredit kepada para pengusaha yang bergerak di bidang UKM.

20 6 Maka permasalahan yang dapat dikaji berdasarkan kondisi di atas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhadap perkembangan UKM di Indonesia? 2. Seberapa besar pengaruh dunia perbankan terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian: Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi di Indonesia terhadap perkembangan UKM di Indonesia 2. Mengukur pengaruh dunia perbankan terhadap pertumbuhan UKM di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan gambaran mengenai UKM di Indonesia dan diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan UKM sehingga pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya.

21 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Menurut teori ekonomi pembangunan oleh Schum peter dijelaskan bahwa motor penggerak pertumbuhan ekonomi adalah jumlah wirasawasta (enterpreneur) yang terus meningkat dan terus melakukan inovasi. Di Indonesia, jumlah wiraswastawan yang dominan adalah wiraswastawan yang bergerak pada sektor usaha kecil dan menengah. Sehingga untuk dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas UKM yang ada di Indonesia diperlukan bantuan dana dari pemerintah dalam bentuk kredit usaha. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup UKM Terdapat berbagai macam definisi mengenai usaha berskala kecil. World Bank, sebagai instansi keuangan internasional, mendefinisikan UKM menjadi 3, yaitu: 1. Medium Enterprise (Usaha Skala Menengah), dengan Kriteria: Jumlah karyawan maksimal 300 orang Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta Jumlah asset hingga sejumlah $ 15 Juta 2. Small Enterprise (Usaha Skala Kecil), dengan kriteria: Jumlah karyawan maksimal 30 orang Pendapatan setahun hingga sejumlah $ 3 juta Jumlah asset hingga sejumlah $ 3 Juta

22 8 3. Micro Enterprise (Usaha Skala Mikro), dengan kriteria: Jumlah karyawan maksimal 10 orang Pendapatan setahun hingga sejumlah $ Jumlah asset hingga sejumlah $ Pengertian Usaha Kecil Menengah di Indonesia juga masih sangat beragam. Setidaknya ada enam instansi yang merumuskan usaha kecil dengan batasannya masing-masing. Keenam instansi tersebut adalah Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen Perdagangan, serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Dari keenam instansi itu, kecuali BPS yang menggunakan pendekatan jumlah tenaga kerja, Usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan menggunakan pendekatan finansial. Selain keenam instansi tersebut, pemerintah juga telah menetapkan beberapa undang-undang yang menjelaskan tentang definisi UKM. Menurut Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penerimaan tahunan paling banyak satu miliar rupiah. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta s.d. Rp 10 Miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan.

23 9 Badan Pusat Statistik Indonesia menggambarkan bahwa perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga. Perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan tenaga kerja orang sebagai industri sedang atau menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar. Bank Indonesia dan Departemen Perindustrian melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.286/M/SK/10/1089, mendefinisikan usaha kecil berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), bernilai kurang dari Rp 600 juta. Departemen Perdagangan membatasi usaha kecil berdasarkan modal kerjanya. Menurut Departemen Perdagangan, usaha kecil adalah usaha yang modal kerjanya bernilai kurang dari Rp 25 juta. Sedangkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian, dan Industri. Kelompok kedua adalah bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut Kadin, yang dimaksud dengan usaha kecil untuk kelompok pertama adalah yang memiliki modal kerja kurang dari Rp 600 juta. Adapun untuk kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah yang memiliki modal kerja dari Rp 250 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari satu milyar rupiah. Mengacu Undang-Undang No.9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah : (1) Memiliki kekayaan

24 10 bersih paling banyak Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau (2) Memiliki hasil penjualan paling banyak satu miliar rupiah per tahun. Sedangkan untuk kriteria usaha menengah : (1) Untuk sektor Industri, memiliki total asset paling banyak lima milyar rupiah, dan (2) Untuk sektor Non- Industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), (3) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak tiga miliar rupiah. INPRES No.10 Tahun 1999, mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200 juta sampai maksimal Rp 10 miliar. Pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No.20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No.20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan usaha kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling banyak Rp 500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta sampai dengan paling banyak Rp 2,5 miliar. Sementara itu, yang disebut dengan usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta sampai dengan paling banyak Rp 10 miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2,5 miliar sampai dengan paling banyak Rp 50 miliar.

25 11 Kondisi UKM di Indonesia terus berkembang. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah UKM yang ada di Indonesia dan penyerapan jumlah tenaga kerja. Kondisi usaha kecil dan menengah di negara lain juga menghadapi kondisi yang sama. Besarnya kekuatan ekonomi di Cina ditopang oleh Usaha Kecil dan Menegah (UKM) dan bisnis swasta daerah yang disebut sebagai Township and Village Enterprises (TVEs). Sedangkan di jepang, kekuatan ekonominya sebagian besar juga ditopang oleh Usaha Kecil dan menengah atau disebut Small and Medium Enterprises (SME). Proporsi jumlah pelaku UKM di Jepang hampir tidak beda dengan di Indonesia. Jumlah UKM di Jepang saat ini mencapai 6,6 juta (99,1 persen dari total pelaku usaha), sedangkan UKM di Indonesia mencapai 40 juta (99,99 persen dari total pelaku usaha). Bedanya, dengan di Indonesia, jumlah UKM tersebut sudah termasuk pelaku usaha yang menghasilkan barang primer, seperti petani, nelayan, perambah hutan dan sebagainya. Sedangkan di Jepang, yang tergolong UKM adalah non-primary industries. Jika pengelompokan UKM di Jepang memasukkan pelaku usaha penghasil barang primer, maka dipastikan proporsinya akan mendekati proporsi UKM di Indonesia. Jumlah UKM di Jepang yang begitu besar memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian, baik dari penyerapan tenaga kerja maupun pertumbuhan output. Jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 42 juta atau sekitar 78 persen dari total pekerja, sedangkan perusahaan-perusahaan besar hanya menyerap sekitar 12 juta atau 22 persen dari total pekerja. Dari segi output, UKM di Jepang juga masih mendominasi di masing-masing

26 12 industrinya. Sebagai contoh, di bidang manufaktur, pertambangan, dan sejenisnya, UKM memberikan output kurang lebih 154 triliun yen (52 persen), sedangkan perusahaan-perusahaan besar memberikan output kurang lebih 145 triliun yen (48 persen). Di bidang wholesale (perdagangan besar) UKM memberikan output 316 triliun yen (62 persen), sementara perusahaan-perusahaan besar menyumbang output 198 triliun yen (38 persen). Di bidang perdagangan eceran dan jasa, UKM menghasilkan output 110 triliun yen (77 persen), sedangkan output perusahaanperusahaan besar hanya 33 triliun yen (23 persen). Sumbangsih TVEs bagi perekonomian Cina memang tidak bisa disepelekan. TVEs yang semula merupakan perkembangan dari industri pedesaan yang digalakkan oleh pemerintah Cina. Jika pada tahun 1960 jumlahnya hanya sekitar 117 ribu, namun semenjak reformasi tahun 1978 jumlahnya mengalami pertumbuhan spektakuler menjadi 1,52 juta. Apabila dilihat dari sisi penyediaan lapangan kerja, TVEs di akhir Tahun 1990-an telah menampung setengah dari tenaga kerja di pedesaan Cina. Walaupun perkembangan TVEs ini sempat mengalami pasang surut dan tidak merata di seluruh wilayah Cina, namun secara rata-rata mengalami pertumbuhan yang sangat mengesankan. Produksi dari TVEs meningkat dengan rata-rata 22,9 persen pada periode Secara nasional, output TVEs pada Tahun 1994 mencapai 42 persen dari seluruh produksi nasional. Sedangkan untuk volume ekspor, TVEs memberikan kontribusi sebesar sepertiga dari volume total ekspor Cina pada Tahun 1990-an.

27 13 Pemerintah melakukan berbagai macam kebijakan dalam rangka mendukung Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di negaranya masing-masing. Di Indonesia, pemerintah mengeluarkan program bunga ringan untuk kredit modal usaha. Di jepang, pemerintah mendukung UKM dengan cara mendirikan berbagai lembaga yang membantu UKM, mulai dari konsultasi, bantuan permodalan, pelatihan, hingga jaringan bisnis. Dukungan yang dilakukan oleh pemerintah cina terhadap UKM-nya adalah dengan mengeluarkan kebijakan untuk mendukung TVEs yang disebut sebagai The Spark Plan pada Tahun Kebijakan ini terdiri dari 3 kegiatan utama yang berangkaian. Pertama, memberikan pelatihan bagi pemuda desa setiap tahunnya berupa satu atau dua teknik yang dapat diterapkan di daerahnya. Kegiatan kedua dilakukan dengan lembaga riset di tingkat pusat dan tingkat provinsi guna membangun peralatan teknologi yang siap pakai di pedesaan. Dan yang ketiga adalah dengan mendirikan 500 TVEs yang berkualitas sebagai pilot project. Pemerintah Cina juga berusaha menempatkan diri sebagai pelayan dengan menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan oleh industri seperti pendeknya jalur birokrasi dalam perizinan usaha. Selain itu, Tidak ketinggalan infrastruktur penunjang untuk memacu ekspor yang disiapkan oleh pemerintah Cina secara serius. Bila pada Tahun 1978 total panjang jalan raya di Cina hanya km, maka pada Tahun 2002 meningkat tajam menjadi km. Untuk pelabuhan, setidaknya saat ini Cina memiliki pelabuhan angkut, 300 di antaranya dapat menerima kapal berkapasitas MT. Sementara untuk keperluan tenaga

28 14 listrik pada Tahun 2001 saja Cina telah mampu menyediakan sebesar 14,78 triliun kwh, dan saat ini telah dilakukan persiapan untuk membangun PLTA terbesar di dunia. 2.2 Karakteristik UKM Sektor Usaha Kecil dan Menengah memiliki karakteristik tersendiri yang dapat membedakan antara UKM dengan Usaha berskala besar. Karakteristik yang membedakan UKM dengan usaha berskala besar adalah dari segi permodalannya dan Sumber Daya Manusianya. Usaha Kecil dan Menengah umumnya memerlukan modal yang relatif kecil dibandingkan dengan usaha berskala besar. Oleh karena itu UKM lebih banyak bergerak di sektor informal, karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki terutama masalah modal. Banyaknya Usaha Kecil dan Menengah yang bergerak di sektor informal menyebabkan sulitnya sektor perbankan menyalurkan dana dalam bentuk kredit sebagai tambahan modal terhadap sektor UKM, karena pihak perbankan menilai bahwa penyaluran kredit terhadap sektor UKM memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Sehingga tidak mengherankan bila UKM sering menghadapi kesulitan untuk mendapatkan kredit dalam mengembangkan usahanya. Dari segi SDM pendukungnya, Sektor UKM memiliki karakteristik tertentu diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Tenaga kerja sangat mudah untuk masuk ataupun keluar pasar; (2) Tidak memiliki keterampilan yang memadai; (3) Tingkat pendidikan formal yang rendah; (4) Biasanya tenaga kerja dirangkap produsen dengan dibantu tenaga kerja keluarga (Cahyono,1983)

29 15 Karakteristik UKM yang lain sehingga mampu membedakan sektor UKM dengan usaha berskala besar diantaranya adalah : (1) Kegiatan usaha umumnya sederhana; (2) Skala usaha relatif kecil; (3) Umumnya sektor UKM tidak memiliki izin usaha; (4) Tingkat penghasilannya umumnya rendah; (5) Usaha sektor UKM umumnya beraneka ragam; (6) Keterkaitan suatu usaha dengan usaha lain sangat kecil (Cahyono,1983) Menurut Anoraga dalam Karina (2005), Secara umum usaha berskala kecil dan menengah (UKM) memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan UKM dengan usaha berskala besar, yaitu : (1) Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cendrung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. Kadangkala pembukuannya tidak di Up Date sehingga sulit untuk menilai kinerjanya; (2) Margin usaha yang relatif sedikit akibat tingginya persaingan yang ada; (3) Modal terbatas; (4) Pengalaman menejerial dan mengelola perusahaan masih sangat terbatas; (5) Skala ekonomi yang terlalu kecil, sehingga sulit untuk mengharapkan mampu menekan biaya mencapai titik efisiensi jangka panjang; (6) Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas; (7) Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari lembaga keuangan masih sangat rendah. Menurut Soedjono dalam Indriyani (2007), kriteria UKM dilihat dari cirricirinya pada dasarnya dianggap sama, yaitu sebagai berikut ; (1) Struktur organisasi yang sangat sederhana, hanya terdiri dari pemilik dan pekerja; (2) Tanpa staf yang berlebihan (jumlah tenaga kerja yang sedikit); (3) Pembagian kerja belum dibagi dengan jelas, sehingga setiap pekerja dapat mengerjakan di

30 16 semua bagian produksi; (4) Memiliki hierarki manajerial yang pendek, perintah dari pemilik secara langsung dapat disampaikan secara lisan, tidak melalui hierarki yang panjang; (5) Aktivitas sedikit formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan; (6) Kurang membedakkan asset pribadi dan asset perusahaan. 2.3 Definisi dan Tugas Perbankan Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dari perubahan Undang- Undang Nomor 7 tahun 1992, Bank adalah suatu badan usaha yang dalam kegiatan pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan menurut Prof. G. M Verryn Stuart (1988), Bank adalah suatu badan yang tujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang lain maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan tempat penyimpanan uang, pemberi atau penyalur kredit dan juga perantara dalam lalu lintas pembayaran. Pemerintah Indonesia telah mengklasifikasikan Bank menjadi 3, yaitu Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan Bank Campuran. Menurut UU No.10 Tahun 1988, yang dimaksud dengan Bank Umum adalah Bank yang dapat memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank umum sendiri terdiri dari (a) Bank umum pemerintah, seperti Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI; (b) Bank Umum Swasta Nasional; (c) Bank Umum Swasta Asing; dan (d) Bank Umum Koperasi. Yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank

31 17 yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan yang dimaksud dengan Bank Campuran adalah bank umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih bank umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh warga Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di Luar Negeri. Fungsi perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun, penyalur, dan pelayan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di masyarakat yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Secara ringkas, fungsi bank dapat dibagi menjadi sebagai berikut. A. Penghimpun Dana Salah satu fungsi bank adalah sebagai suatu badan yang menghimpun dana dari masyarakat. Dana dari masyarakat tersebut disebut juga sebagai dana pihak ketiga. Dana tersebut sebagai simpanan bank yang nantinya akan dimanfaatkan lebih lanjut. Bank-bank yang ada menyediakan berbagai macam produk untuk menjaring dana yang ada dari masyarakat. Produk-produk tersebut antara lainnya adalah sebagai berikut : 1. Giro : Giro adalah simpanan pihak ketiga yang pengembaliannya dapat dilakukan setiap saat dengan cek maupun bilyet giro dan surat perintah

32 18 bayar lainnya, serta penyetorannya dapat dilakukan oleh siapa saja dan tidak ada pembatasan transaksi setoran maupun pengambilan. Tingkat suku bunga giro relative lebih rendah daripada jenis simpanan lainnya. 2. Deposito : Deposito berjangka yaitu simpanan uang dari pihak ketiga / masyarakat kepada bank yang penarikaannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara kedua pihak tersebut. Jenis simpanan ini menawarkansuku bunga yang relative tinggi dibandingkan dengan jenis simpanan lainnya. Deposito didesain untuk masyarakat yang mempunyai kelebihan dana, jadi sekaligus merupakan alternatif investasi, bukan hanya sekedar sebagai penyimpanan dana. 3. Tabungan : Tabungan adalah suatu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan merupakan jenis simpanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena persyaratan pembukaan rekeningnya relative paling mudah. B. Penyalur / Pemberi Kredit Bank dalam kegiatannya tidak hanya menyimpan dana yang diperoleh, namun bank juga menyalurkan kembali dana yang telah terkumpul dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang memerlukan dana segar untuk usaha. Tentunya

33 19 dalam pelaksanaan fungsi ini diharapkan bank akan mendapatkan sumber pendapatan berupa bagi hasil atau dalam bentuk bunga kredit. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan tujuan penggunaannya, Bank Indonesia membedakan kredit menjadi : 1. Kredit Konsumtif Merupakan jenis kredit yang diberikan untuk tujuan konsumtif. Kredit ini digunakan untuk mengkonsumsi secara pribadidan dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. 2. Kredit modal kerja Kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja untuk membayai seperti pembelian bahan baku, biaya produksi, biaya pemasaran, dan lain-lain dalam jangka pendek, biasanya satu tahun. Kredit ini digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 3. Kredit Investasi Kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barangbarang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi,

34 20 modernisasi, maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek yang baru. Pemberian kredit akan menimbulkan resiko, oleh sebab itu, penyaluran kredit harus benar-benar teliti dan memenuhi persyaratan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya resiko kredit macet, karena kredit macet akan membawa dampak negatif baik pada jangka pendek maupun dalam jangka panjang. C. Penyalur Dana Dana yang terkumpul oleh bank akan disalurkan kembali kepada masyarakat, sehingga dana yang ada di bank menjadi lebih bermanfaat. Dana tersebut disalurkan dalam bentuk pembelian surat surat berharga, pemilikan harta tetap, dll. D. Pelayanan Jasa Bank Fungsi lainnya dari suatu bank bank adalah sebagai suatu lembaga yang menyediakan pelayanan dalam hal lalu lintas pembayaran uang dengan melakukan berbagai aktivitas kegiatan antara lain pengiriman uang, inkaso, cek wisata, kartu kredit, dan pelayanan lainnya. 2.4 Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi; pembangunan

35 21 ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi adalah pada pencapaian keberhasilannya. Pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik. Terdapat berbagai macam konsep pendapatan nasional untuk mengukur seberapa besar kemakmuran suatu negara. Konsep-konsep tersebut antara lain : Produk Domestik Bruto (PDB), Produk Nasional Bruto (PNB), Produk Nasional Netto, Pendapatan Nasional Netto, Pendapatan Perseorangan, Pendapatan yang siap dibelanjakan. Produk Domestik Produk (PDB) adalah jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan PDB ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang

36 22 beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari PDB dianggap bersifat bruto/kotor. Sementara itu, Produk Nasional Bruto (PNB) meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut. Sedangkan Produk Nasional Netto (NNP) adalah PDB dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacement penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil. Pendapatan Nasional Neto (NNI) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dll. Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini,

37 23 melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja). Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable Income ini diperoleh dari Personal Income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan. Menurut Mankiw 2003 dalam bukunya yang berjudul teori makroekonomi, ada tiga instrumen/pendekatan untuk menghitung nilai dari pendapatan nasional. Pendekatan-pendekatan itu adalah sebagai berikut : pendekatan pengeluaran, pendekatan produksi, pendekatan pendapatan. Penghitungan dengan metode pendekatan pengeluaran yaitu dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara

38 24 selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption), pemerintah (Goverment), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X M) atau sering disebut dengan Nett Export. Secara matematis dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut : Y = Konsumsi + Investasi + Pengeluaran Pemerintah + (Ekspor-Impor) (1) Dimana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, investasi adalah pengeluaran oleh sektor usaha, pengeluaran pemerintah oleh pemerintah, (ekspor-impor) melibatkan sektor luar negeri, dan Y merupakan pendapatan nasional. Cara penghitungan pendapatan nasional menggunakan pendekatan pendapatan adalah dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi tersebut adalah upah, sewa, bunga, dan laba. Secara matematis, penghitungan pendapatan nasional dengan menggunakan pendekatan pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut ; Y = Sewa + Upah + Bunga + Laba (2) Dimana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.

39 25 Selain menggunakan pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan, terdapat suatu pendekatan lagi untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu dengan menggunakan pendekatan produksi. Cara menghitung pendapatan nasional pada pendekatan produksi ini adalah dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa, dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi). Secara teoritis nilai pendapatan nasional yang dihitung baik menggunakan pendekatan pendapatan, atau pendekatan pengeluaran, ataupun pendekatan produksi harus menunjukan nilai yang sama. Namun dalam prakteknya, menghitung pendapatan nasional menggunakan pendekatan produksi ataupun pendekatan pendapatan lebih sulit untuk mendapatkan data datanya, maka dalam penghitungan pendapatan nasional akan lebih mudah apabila kita menghitungnya menggunakan pendekatan pengeluaran. Besar-kecilnya nilai pendapatan nasional suatu Negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu; permintaan agregat, penawaran agregat, konsumsi, tabungan, dan investasi. Faktor-faktor ini saling berhubungan satu sama lain dan akan berpengaruh terhadap nilai pendapatan nasional di negara tersebut. Adanya kenaikan pada permintaan agregat cenderung mengakibatkan kenaikan pada tingkat harga. Dengan adanya peningkatan harga yang disebabkan dari peningkatan permintaan agregat, maka hal ini juga akan mendorong naiknya

40 26 tingkat penawaran agregat, sehingga hal ini akan berdampak pada peningkatan output nasional. Syarat agar output nasional yang meningkat, maka peningkatan jumlah tenaga kerja mutlak diperlukan, sehingga hal ini akan mengurangi tingkat pengangguran. Semakin kecil tingkat pengangguran yang ada, maka semakin sejahtera masyarakat negara tersebut. Hal ini berimplikasi pada peningkatan konsumsi dan tabungan yang dilakukan oleh masyarakat. Dana yang disimpan oleh masyarakat dalam bentuk tabungan pada suatu bank, akan disalurkan kembali oleh bank tersebut kepada pihak ketiga dalam bentuk kredit yang akan digunakan untuk melakukan investasi, sehingga nilai investasi pun meningkat. Sesuai dengan pendekatan pengeluaran, peningkatan pada variabel konsumsi dan investasi pada suatu negara akan meningkatkan pendapatan nasional negara tersebut. Dengan kata lain, peningkatan permintaan agregat akan berpengaruh positif pada pendapatan nasional. Manfaat menghitung nilai dari pendapatan nasional suatu negara adalah kita dapat mengukur tingkat kemakmuran negara tersebut. Selain bertujuan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara, perhitungan pendapatan nasional juga memiliki manfaat-manfaat lain, diantaranya adalah untuk mendapatkan datadata terperinci mengenai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara selama satu periode, selain itu penghitungan pendapatan nasional juga dapat bermanfaat untuk mengetahui dan menelaah struktur perekonomian nasional. Data pendapatan nasional dapat digunakan untuk menggolongkan suatu negara menjadi negara industri, pertanian, atau negara jasa. Contohnya,

41 27 berdasarkan pehitungan pendapatan nasional dapat diketahui bahwa Indonesia termasuk negara pertanian atau agraris, Jepang merupakan negara industri, Singapura termasuk negara yang unggul di sektor jasa, dan sebagainya. Disamping itu, data pendapatan nasional juga dapat digunakan untuk menentukan besarnya kontribusi berbagai sektor perekomian terhadap pendapatan nasional, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdaganan, jasa, dan sebagainya. Data tersebut juga digunakan untuk membandingkan kemajuan perekonomian dari waktu ke waktu, membandingkan perekonomian antarnegara atau antardaerah, dan sebagai landasan perumusan kebijakan pemerintah. 2.5 Pengertian Tingkat Suku Bunga Tingkat bunga adalah jumlah tertentu yang harus dibayarkan peminjam kepada pemberi pinjaman atas sejumlah uang tertentu untuk membiayai konsumsi dan investasi. Tingkat bunga ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran dana di pasar uang. Semakin murah biaya peminjaman uang, semakin banyak uang yang akan diminta oleh rumah tangga dan dunia usaha. Semakin tinggi tingkat bunga semakin besar persedian dana yang dapat dipinjamkan. Tingkat keseimbangan dari bunga ditentukan oleh perpotongan dari permintaan dan penawaran dana yang dapat dipinjamkan. Tingkat bunga atau biaya modal adalah faktor yang penting dalam kaitannya dengan keputusan investasi perusahaan. Tingkat bunga yang dikenakan untuk setiap transaksi tertentu akan tergantung atas beberapa pertimbangan, seperti tujuan dan jangka waktu dari pinjaman, jumlah uang yang dipinjam, jaminan yang ditawarkan, faedah kredit bagi peminjam, semua faktor yang

KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H )

KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H ) PENGARUH TOTAL KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H14051239) DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F.

PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F. PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI B. PENDAPATAN NASIONAL C. CARA MENGHITUNG GNP D. SEKTOR-SEKTOR GNP E. UNSUR GNP F. PENGGUNAAN GNP G. MANFAAT PENDAPATAN NASIONAL A. ARUS PERPUTARAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

Pengertian dan Pengukuran Pendapatan Nasional

Pengertian dan Pengukuran Pendapatan Nasional Pengertian dan Pengukuran Pendapatan Nasional Pertemuan kesepuluh Pengantar Ilmu Ekonomi Saturday, June 25, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-10 Pengertian pendapatan nasional. Pendekatan pengukuran pendapatan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL : ADI SUKOCO : A

PENDAPATAN NASIONAL : ADI SUKOCO : A PENDAPATAN NASIONAL NAMA NIM KELAS : ADI SUKOCO : A210140129 : G Pendapatan Nasional Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: 03Fakultas Ekonomi & Bisnis PEREKONOMIAN INDONESIA PENDAPATAN NASIONAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI Yayan Hendayana, SE, MM. Program Studi Akuntansi Pengertian Pendapatan Nasional Dalam arti sempit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP

NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP NERACA PEMBAYARAN, PENDAPATAN NASIONAL, GDP DAN GNP BAB I PENDAHULUAN Berita di media masa tentang neraca pembayaran (BOP): fenomena Cina sebagai kekuatan ekonomi dunia yang baru. Ada tiga alasan mempelajari

Lebih terperinci

Perbedaan GDP dan GNP

Perbedaan GDP dan GNP Perbedaan GDP dan GNP Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional dan Perhitungannya Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional Pengertian Pendapatan Nasional dapat ditinjau dari sudut pandang berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Sektor Informal Konsep sektor informal berawal dari prakarsa seorang ahli antropolog asal Inggris yaitu Keith Hart, melalui studinya setelah mengamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL MATERI A Pengertian Pendapatan Nasional B Tujuan dan Manfaat Mempelajari Pendapatan Nasional C Konsep Pendapatan Nasional D Metode Perhitungan Pendapatan Nasional E Pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL DAN STRUKTUR EKONOMI. anikwidiastuti@uny.ac.id

PENDAPATAN NASIONAL DAN STRUKTUR EKONOMI. anikwidiastuti@uny.ac.id PENDAPATAN NASIONAL DAN STRUKTUR EKONOMI TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu menghitung pendapatan nasional dengan berbagai pendekatan Mahasiswa mampu membedakan struktur ekonomi suatu negara PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan produk bank

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH PENGERTIAN Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan

Lebih terperinci

CIRCULAR FLOW & NATIONAL INCOME

CIRCULAR FLOW & NATIONAL INCOME CIRCULAR FLOW & NATIONAL INCOME Perputaran arus perekonomian & Pendapatan Nasional Money Yonny Koentjoro-Agroteknologi-Fak.Pertanian UPN Veteran Jatim Kegiatan Perekonomian Negara Kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara sedang berkembang mempunyai tujuan untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit

08. Tabel biaya dan produksi suatu barang sebagai berikut : Jumlah produksi Biaya tetap Biaya variabel Biaya total 4000 unit 5000 unit 6000 unit EKONOMI KHUSUS 01. Dalam rangka menjaga kestabilan arus uang dan arus barang dalam perekonomian, bank sentral dapat melakukan penjualan dan pembelian surat-surat berharga di bursa efek. Kebijaksanaan bank

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL BAB 1 PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL 1.1 Pengukuran Pendapatan Nasional Untuk mempermudah perhitungan pendapatan nasional terdapat tiga metode yang digunakan yaitu : 1. Metode Produksi (Production Approach)

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA AHMAD RAIHAN NUARI Email : ahmadraihannuari@yahoo.com Graduate Student, Economic Department, State University of Medan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Pemerintah Rumah Tangga. Perusahaan. Luar Negeri

Pemerintah Rumah Tangga. Perusahaan. Luar Negeri PRODUKSI NASIONAL Pemerintah Rumah Tangga Perusahaan Luar Negeri Rumah tangga melakukan kegiatan sebagai berikut : Menjual atau menyewakan faktor-faktor produksi baik kepada pemerintah maupun perusahaan.

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional (National Income)

Pendapatan Nasional (National Income) Pendapatan Nasional (National Income) T.Parulian Pendapatan Nasional : Nilai seluruh hasil kegiatan ekonomi negara selama satu tahun (satuan mata uang). Pendapatan tersebut diterima oleh masyarakat sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini giat melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan mencakup di segala sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasca krisis tahun 1997 dan krisis ekonomi global tahun 2008 di Indonesia, UMKM mampu membuktikan bahwa sektor ini mampu menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Pemerintah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia mengakui bahwa usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) memainkan peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan permasalahan yang semakin kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan sektor perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional dalam mengumpulkan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB II PENDAPATAN NASIONAL

BAB II PENDAPATAN NASIONAL BAB II PENDAPATAN NASIONAL A. PENGERTIAN Pendapatan nasional merupakan salah satu indikator keadaan ekonomi suatu negara. Terdapat beberapa istilah dalam produksi nasional antara lain : a. GNP ( Gross

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER OLEH RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH NO.19 TAHUN 2003 TERHADAP PERMINTAAN ROKOK KRETEK DAN TENAGA KERJA INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH NO.19 TAHUN 2003 TERHADAP PERMINTAAN ROKOK KRETEK DAN TENAGA KERJA INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH NO.19 TAHUN 2003 TERHADAP PERMINTAAN ROKOK KRETEK DAN TENAGA KERJA INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH WIJAYANTI TANJUNGSARI H14053684 DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara berkembang yang tidak henti-hentinya melakukan pembangunan di segala bidang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, seperti

Lebih terperinci

VII. SIMPULAN DAN SARAN

VII. SIMPULAN DAN SARAN VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara didukung oleh adanya suntikan dana dari pihak pemerintah baik melalui Lembaga Keuangan Bank (selanjutnya disingkat menjadi LKB) ataupun Lembaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Perekonomian di Indonesia 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia UMKM merupakan bagian penting dari perekonomian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak terjadinya krisis tahun 1998, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih kembali. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 8% sebelum

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H14050603 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN DIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan terutama industri perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan maju tidaknya suatu negara. Menurut Adam Smith (2007) tidak ada masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi oleh setiap negara di dunia dan setiap negara berusaha untuk mengatasinya. Kemiskinan adalah faktor yang

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP PENYALURAN BERBAGAI JENIS KREDIT UMKM DI INDONESIA Oleh: ANGGIT GUMILAR H 14104103 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya US dollar, ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating system) di Indonesia pada tahun 1997, telah menyebabkan posisi nilai tukar rupiah terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pada perkembangan perekonomian saat ini bank banyak dikenal oleh masyarakat sebagai lembaga keuangan yang kegiatanya tidak terlepas dari transaksi keuangan. Sebagian

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H14050206 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang lebih dikenal dengan (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika krisis ekonomi terjadi di

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci