ESTIMASI PERUBAHAN SAL : AKUN PENTING PADA AKUNTANSI AKRUAL PEMDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ESTIMASI PERUBAHAN SAL : AKUN PENTING PADA AKUNTANSI AKRUAL PEMDA"

Transkripsi

1 1 ESTIMASI PERUBAHAN SAL : AKUN PENTING PADA AKUNTANSI AKRUAL PEMDA Pada tahun 2010, Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menggantikan Peraturan Pemerintah No.24 Tahun Beberapa hal penting yang perlu digarisbawahi pemerintah daerah untuk melaksanakan peraturan ini adalah : Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa : Pemerintah menerapkan SAP berbasis Akrual Pasal 6 ayat (3) menyatakan bahwa : Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah atau sering disingkat dengan PUSAP sebagaimana yang dimaksud Pasal 6 ayat (3) tersebut diatas diterbitkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan No. 238 Tahun PUSAP sendiri adalah pedoman umum dalam menyusun dan mengembangkan Sistem Akuntansi Pemerintahan sesuai SAP berbasis Akrual, khususnya Bagan Akun Standar (BAS) dengan basis akrual. PUSAP juga digunakan untuk Pedoman penyusunan konsolidasi fiskal dan statistik keuangan pemerintah. BAS pada pemerintah diperlukan untuk pengelolaan keuangan negara yang baik. BAS ini merupakan suatu klasifikasi dalam sistem yang mencakup kode perkiraan buku besar akuntansi. Kode perkiraan tersebut terdiri dari kumpulan akun nominal/akun temporer (untuk LRA & LO) dan akun riil/akun permanen (untuk Neraca) secara lengkap sampai dengan level 3 dengan beberapa contoh akun untuk level 4. Kumpulan akun tersebut digunakan di dalam pembuatan jurnal, buku besar, neraca lajur, neraca percobaan, dan laporan keuangan. Salah satu akun yang menarik dan mempunyai fungsi yang penting dalam sistem akuntansi pemerintah daerah adalah akun Estimasi Perubahan SAL. Pada BAS di PMK No.238 Tahun 2011, akun ini masuk kelompok akun Ekuitas (level 2), tepatnya tercakup pada kodefikasi akun 312 (level 3) yaitu akun Ekuitas SAL. Selain Akun Estimasi Perubahan SAL, dalam akun Ekuitas SAL juga terdapat akun Estimasi Pendapatan, akun Estimasi Penerimaan Pembiayaan, akun Apropriasi Belanja, akun Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan. Akuntansi Anggaran yang Lazim digunakan Organisasi Sektor Publik Mengamati nama-nama akun seputar akun Ekuitas SAL tersebut, terbersit teknik akuntansi anggaran yang lazim digunakan dalam akuntansi sektor publik. Teknik akuntansi anggaran paling dikenal digunakan Pemerintah di Amerika Serikat. Di Indonesia tampaknya teknik akuntansi anggaran ini juga telah digunakan Pemerintah Pusat, dimana pada prakteknya dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi komputer sehingga pengguna cukup terbantu proses pencatatannya mengingat teknik akuntansi anggaran ini kurang familiar dan jurnal yang harus dibuat cukup banyak. Pada teknik akuntansi anggaran dikenal juga akun estimasi dan apropriasi. Khusus untuk istilah apropriasi, pada PP No. 71 Tahun 2010 dijelaskan bahwa apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan mandat yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk melakukan pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan. Akun-akun ini digunakan pada saat anggaran disahkan dan jumlahnya sama dengan akun realisasinya. Pada umumnya saldo normal dari akun-akun yang sering juga disebut akun anggaran ini adalah berlawanan dari akun realisasinya. Misalnya saldo normal akun estimasi pendapatan atau estimasi

2 2 penerimaan pembiayaan terletak di debet, ini berlawanan dengan akun realisasinya yaitu akun pendapatan atau akun penerimaan pembiayaan yang saldo normalnya terletak di kredit. Demikian juga halnya pada akun apropriasi belanja atau apropriasi pengeluaran pembiayaan terletak di kredit, ini berlawanan dengan akun realisasimya yaitu akun belanja atau pengeluaran pembiayaan yang saldo normalnya terletak di kredit. Misalkan pada Pemerintah Daerah X diketahui telah mengesahkan anggarannya pada tahun anggaran 20x1 dengan rincian data sebagai berikut : Pendapatan Daerah PAD Rp ,- Dana Perimbangan Rp ,- Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp ,- Jumlah Pendapatan Daerah Rp ,- Belanja Daerah Belanja Pegawai Rp ,- Belanja Barang Rp ,- Belanja Modal Rp ,- Belanja Tak Terduga Rp ,- Jumlah Belanja Daerah Rp ,- Surplus/(Defisit) (Rp ,-) Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SAL Rp ,- Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Jumlah Penerimaan Pembiayaan Daerah Rp ,- Pengeluaran Pembiayaan Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Penyertaan Modal Daerah Rp ,- Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Daerah Rp ,- Pembiayaan Netto Rp ,- SiLPA Tahun Berkenaan Rp 0,- Apabila anggaran Pemerintah Daerah X diatas dicatat dengan menggunakan teknik akuntansi anggaran maka jurnalnya adalah sebagai berikut : Estimasi PAD Rp ,- Estimasi Dana Perimbangan Rp ,- Estimasi lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp ,- Surplus/(Defisit) yang dianggarkan Rp ,-

3 3 Surplus/(Defisit) yang dianggarkan Rp ,- Apropriasi Belanja Pegawai Rp ,- Apropriasi Belanja Barang Rp ,- Apropriasi Belanja Modal Rp ,- Apropriasi Belanja Tak Terduga Rp ,- Estimasi Penggunaan SAL Rp ,- Estimasi Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Pembiayaan Netto yang dianggarkan Rp ,- Pembiayaan Netto yang dianggarkan Rp ,- Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Apropriasi Penyertaan Modal Daerah Rp ,- Apabila Jurnal tersebut diatas dilakukan dengan jurnal gabungan (compound entry) adalah sebagai berikut : Surplus/(Defisit) yang dianggarkan Rp ,- Estimasi PAD Rp ,- Estimasi Dana Perimbangan Rp ,- Estimasi lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp ,- Apropriasi Belanja Pegawai Rp ,- Apropriasi Belanja Barang Rp ,- Apropriasi Belanja Modal Rp ,- Apropriasi Belanja Tak Terduga Rp ,- Estimasi Penggunaan SAL Rp ,- Estimasi Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Apropriasi Penyertaan Modal Daerah Rp ,- Pembiayaan Netto yang dianggarkan Rp ,- Misalkan setelah melewati 1 tahun anggaran, Pemerintah Daerah X menyusun Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 20X1 sebagai berikut : Uraian Anggaran Realisasi Selisih Pendapatan Daerah PAD Rp ,- Rp ,- Rp 0,- Dana Perimbangan Rp ,- Rp ,- (Rp ,-) Lain-lain Pendapatan Daerah Rp ,- Rp ,- (Rp ,-) yang Sah Jumlah Pendapatan Daerah Rp ,- Rp ,- (Rp ,-)

4 4 Belanja Daerah Belanja Pegawai Rp ,- Rp ,- Rp 0,- Belanja Barang Rp ,- Rp ,- (Rp ,-) Belanja Modal Rp ,- Rp ,- (Rp ,-) Belanja Tak Terduga Rp ,- Rp ,- (Rp ,-) Jumlah Belanja Daerah Rp ,- Rp ,- (Rp ,-) Surplus/(Defisit) (Rp ,-) (Rp ,-) Rp ,- Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SAL Rp ,- Rp ,- Rp 0,- Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Rp ,- Rp 0,- Jumlah Penerimaan Pembiayaan Daerah Rp ,- Rp ,- Rp 0,- Pengeluaran Pembiayaan Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Rp ,- Rp 0,- Penyertaan Modal Daerah Rp ,- Rp ,- Rp 0,- Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Daerah Rp ,- Rp ,- Rp 0,- Pembiayaan Netto Rp ,- Rp ,- Rp 0,- SiLPA Tahun Berkenaan Rp 0,- Rp ,- (Rp ,-) Berdasarkan LRA tersebut diatas, dapat diketahuilah nilai SiLPA Tahun Berkenaan adalah sebesar Rp ,-. Agar SiLPA Tahun Berkenaan dapat menambah SAL maka disusunlah jurnal penutup akun temporer yang terdapat di LRA termasuk akun-akun anggaran yang pernah dijurnal pada saat anggaran disahkan. Jurnal penutup yang dimaksud adalah sebagai berikut : PAD Rp ,- Apropriasi Belanja Pegawai Rp ,- Apropriasi Belanja Barang Rp ,- Apropriasi Belanja Modal Rp ,- Apropriasi Belanja Tak Terduga Rp ,- Dana Perimbangan Rp ,- Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp ,- Surplus/(Defisit) yang dianggarkan Rp ,- Surplus/(Defisit) Rp ,- Surplus/(Defisit) yang dianggarkan Rp ,- Surplus/(Defisit) Rp ,-

5 5 Estimasi PAD Rp ,- Estimasi Dana Perimbangan Rp ,- Estimasi lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp ,- Belanja Pegawai Rp ,- Belanja Barang Rp ,- Belanja Modal Rp ,- Belanja Tak Terduga Rp ,- Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Apropriasi Penyertaan Modal Daerah Rp ,- Penggunaan SAL Rp ,- Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Pembiayaan Netto yang dianggarkan Rp ,- Pembiayaan Netto Rp ,- Pembiayaan Netto yang dianggarkan Rp ,- Pembiayaan Netto Rp ,- Estimasi Penggunaan SAL Rp ,- Estimasi Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Penyertaan Modal Daerah Rp ,- Apabila jurnal penutup tersebut diatas dilakukan dengan cara jurnal gabungan (compound entry) adalah sebagai berikut : PAD Rp ,- Apropriasi Belanja Pegawai Rp ,- Apropriasi Belanja Barang Rp ,- Apropriasi Belanja Modal Rp ,- Apropriasi Belanja Tak Terduga Rp ,- Dana Perimbangan Rp ,- Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp ,- Surplus/(Defisit) Rp ,- Estimasi PAD Rp ,- Estimasi Dana Perimbangan Rp ,- Estimasi lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp ,- Belanja Pegawai Rp ,- Belanja Barang Rp ,- Belanja Modal Rp ,- Belanja Tak Terduga Rp ,- Surplus/(Defisit) yang dianggarkan Rp ,- Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Apropriasi Penyertaan Modal Daerah Rp ,-

6 6 Penggunaan SAL Rp ,- Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Pembiayaan Netto yang dianggarkan Rp ,- Estimasi Penggunaan SAL Rp ,- Estimasi Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Penyertaan Modal Daerah Rp ,- Pembiayaan Netto Rp ,- Dengan menggunakan jurnal gabungan penjelasan terkait surplus/(defisit) dan pembiayaan netto dapat lebih mudah dijelaskan. Berdasarkan jurnal penutup gabungan tersebut dihasilkan surplus/(defisit) senilai Rp ,- diposisi debet, ini berarti realisasi surplus/(defisit) bersifat defisit. Di lain pihak terbentuk realisasi pembiayaan netto senilai Rp ,- diposisi kredit, ini berarti realisasi pembiayaan netto bersifat surplus. Untuk membentuk nilai SiLPA Tahun Berkenaan maka realisasi Surplus/(Defisit) dan realisasi Pembiayaan Netto yang terbentuk perlu ditutup dengan jurnal penutup sebagai berikut : Pembiayaan Netto Rp ,- Surplus/(Defisit) Rp ,- SiLPA Tahun Berkenaan Rp ,- Berdasarkan jurnal yang menutup Pembiayaan Netto dan Surplus/(Defisit) maka terbentuklah SiLPA Tahun Berkenaan dengan nilai Rp ,- yang berposisi di kredit dan ini berarti sifatnya surplus. Agar SAL Pemerintah terbentuk maka SiLPA Tahun Berkenaan ini perlu ditutup agar membentuk penambahan/pengurangan SAL dengan jurnal sebagai berikut : SiLPA Tahun Berkenaan Rp ,- SAL Rp ,- Berdasarkan jurnal yang menutup SiLPA Tahun Berkenaan tersebut diatas maka terbentuklah SAL dengan nilai Rp ,- yang berposisi di kredit dan ini berarti sifatnya menambah akumulasi SAL yang sudah tergunggung pada tahun-tahun anggaran sebelumnya. Sebagai catatan, tidak seperti pemerintah pusat, biasanya pemerintah daerah selalu menggunakan seluruh SiLPA Tahun Berkenaan atau SAL pada tahun anggaran seterusnya sehingga umumnya tidak ada saldo akumulasi SAL yang sudah tergunggung pada tahun-tahun anggaran sebelumnya. Dengan kata lain kemungkinan besar nilai SiLPA Tahun Berkenaan selalu sama nilainya dengan nilai SAL. Mekanisme sistem akuntansi pemerintah dengan menggunakan teknik akuntansi anggaran tersebut diatas dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam melaksanakan akuntansi akrual khususnya dalam rangka menyajikan LRA yang berbasis kas sesuai amanat PP No. 71 Tahun Namun demikian perlu juga dikaji lebih jauh apakah sistem seperti ini dapat diimplementasikan oleh pemerintah daerah di Indonesia.

7 7 Penggunaan Akuntansi Anggaran pada PUSAP Beberapa kondisi yang diperlukan untuk diperhatikan misalnya pada gambaran umum opini laporan keuangan di pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota di Indonesia (data sampai dengan 12 Juni 2013) sebagai berikut : NO TAHUN WTP WDP TMP TW JUMLAH 1 LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD LKPD 2012*) Sumber : bahan paparan Persiapan Infrastuktur Kelembagaan Dan SDM Pemda Dalam Rangka Implementasi PP No. 71 Tahun 2010 yang disampaikan Direktur Jenderal DJKD Kemendagri di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 24 Juni 2013 Secara umum dapat dilihat pemerintah daerah yang mendapat opini WTP jumlahnya semakin bertambah. Namun masih cukup banyak juga yang mendapat opini WDP, bahkan masih ada yang mendapat TMP dan TW khususnya pada LKPD tahun Kondisi ini juga disajikan dalam asumsi masih digunakannya basis kas menuju akrual oleh pemerintah daerah. Akan menjadi pertanyaan menarik pada pemerintah daerah yang sudah mendapat WTP apakah berarti sudah mampu melaksanakan akuntansi berbasis akrual?? Selain fakta yang disajikan tabel perkembangan opini LKPD tersebut diatas, pada diskusi-diskusi para praktisi dengan ahli-ahli narasumber akuntansi pemerintah daerah termasuk juga dengan para penyusun kebijakan sering terungkap bahwa masih banyak kendala-kendala yang dihadapi pemerintah daerah dalam melaksanakan sistem akuntansi, mulai dari permasalahan klasik pada SDM yang kurang memahami akuntansi baik di tingkat pelaksana maupun pimpinan, kurangnya sarana dan prasarana, kurangnya regulasi local yang mendukung pelaksanaan akuntansi, kurangnya komitmen pimpinan dan lain sebagainya. Hal-hal ini menjadi pertimbangan yang benar-benar harus diperhatikan untuk menentukan sistem akuntansi berbasis akrual yang memadai yang sifatnya dapat diimplementasikan dengan baik oleh pemerintah daerah.

8 8 Pertimbangan Penggunaan Akuntansi Anggaran Dalam PP 71 Beberapa pemikiran dan inovasi terhadap sistem akuntansi akrual pemerintah daerah yang implementable tanpa mengurangi kualitas terhadap SAP adalah sebagai berikut : 1. Mempertimbangkan penggunaan teknik akuntansi anggaran di pemerintah daerah. Penggunaan teknik akuntansi anggaran memberikan konsekuensi diperlukannya akun-akun untuk setiap pos anggaran, dengan demikian setiap pos anggaran, dan mungkin saja pos anggaran sampai dengan akun level 5 (rincian obyek) harus disiapkan jurnal anggarannya. Di satu sisi, anggaran pemerintah daerah memiliki banyak sekali rincian obyek anggaran, dengan demikian akan banyak sekali pekerjaan menjurnal anggaran ini, walaupun diotomatisasi oleh aplikasi sistem sekalipun masih diperlukan verifikasi oleh verifikator untuk memastikan apakah input jurnal anggaran sudah tepat. Belum lagi jika pemerintah daerah menganut jurnal akuntansi anggaran yang dilakukan bersamaan pula dengan jurnal realisasi anggarannya. Pada contoh diatas, jurnal anggaran hanya dilakukan pada saat anggaran disahkan dan pada saat jurnal penutupan. 2. Menyederhanakan mekanisme pencatatan akuntansi pemerintah daerah Penelaahan mekanisme teknik akuntansi anggaran yang dilakukan sebelumnya menimbulkan pemikiran baru, yaitu bagaimana menyederhanakan sistem akuntansi pemerintah daerah yang sebenarnya tujuan akhirnya adalah membentuk SAL. SAL ini sebenarnya boleh jadi adalah representasi dari Kas yang posisinya ada di area penganggaran dimana pada anggaran maupun LRA tidak ada komponen pos Kas. Tantangan lainnya adalah bagaimana mensinergikan akuntansi basis kas untuk menyajikan LRA dengan akuntansi basis akrual untuk menyajikan LO. Dalam hal ini kita melihatnya sebagai satu kesatuan sistem akuntansi yang utuh yang harus terjaga keseimbangan hukum akuntansinya. Setelah mengkaji laporan-laporan akuntabilitas yang fokus pengukurannya jangka pendek (LRA dan LO) maka kita beralih ke laporan yang fokus pengukurannya jangka panjang yaitu Neraca. Tujuan penyajian neraca adalah menyajikan posisi keuangan agar diketahui berapa aset bersih suatu entitas. Aset bersih suatu entitas ditunjukan oleh ekuitas yang berarti kepemilikan. Ini artinya neraca memberikan informasi berapa nilai keuangan yang sebenarnya dimiliki oleh entitas. Nilai kepemilikan ini setiap tahunnya dapat bertambah maupun berkurang seiring dengan kinerja entitas yang ditunjukan oleh laporan akuntabilitas yang fokus pengukurannya jangka pendek (umumnya 1 tahun anggaran) yang tidak lain dan tidak bukan adalah LRA dan LO. Ekuitas atau Nilai Kepemilikan Pemda akan dipengaruhi oleh nilai bottom line dari LRA dan LO oleh karena itu nilai bottom line tersebut selalui dikutip untuk dimasukan ke nilai ekuitas sebagai penjaga keseimbangan neraca dan juga untuk meng-update nilai ekuitas yang baru. Bottom line yang dimasukan ke ekuitas di neraca dari LO sudah jelas adalah surplus/(defisit)-lo, tapi apakah itu bottom line dari LRA?? Berbeda dengan LO yang bottom line-nya bisa langsung diambil untuk dimasukan ke ekuitas, bottom line LRA adalah SiLPA Tahun Berkenaan yang akan menambah SAL sebelumnya. SiLPA Tahun Berkenaan ini pada ekuitas direpresentasikan dengan nama akun Estimasi Perubahan SAL yang merupakan rekening penampung dari akun Estimasi Pendapatan, akun Estimasi Penerimaan Pembiayaan, akun Apropriasi Belanja, akun Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan.

9 9 Perbedaan lainya, bottom line LO (surplus/(defisit)-lo) merupakan akun definitif yang membentuk Ekuitas, sedangkan bottom line LRA yang sudah diurai kedalam akun Estimasi Pendapatan, akun Estimasi Penerimaan Pembiayaan, akun Apropriasi Belanja, akun Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan, dan akun Estimasi Perubahan SAL sebenarnya hanya akun perantara yang digunakan untuk mencatat transaksi realisasi anggaran yang berbasis kas. Akun perantara ini secara filosofi membentuk ekuitas tetapi pada teknis pelaksanaannya tidak akan pernah tersaji nilainya di neraca pemerintah daerah, karena sudah keburu ditutup semua (sekaligus menutup saldo akun realisasi anggaran) pada waktu menyajikan LRA, khususnya LRA SKPD. Penjurnalan Akuntansi Anggaran Berdasarkan pemikiran dan inovasi tersebutlah maka akun-akun anggaran diletakan di pos akun ekuitas pada PUSAP. Penggunaan akun-akun tersebut juga tidak diurai sebagaimana contoh teknik jurnal akuntansi anggaran diatas, tetapi digabung kedalam pos akun besar dalam rangka kemudahan. Ilustrasi penggunaan jurnal atas akun-akun tersebut disajikan berikut ini : Anggaran Pendapatan jika dijurnal dengan teknik akuntansi anggaran Estimasi PAD Rp ,- Estimasi Dana Perimbangan Rp ,- Estimasi lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp ,- Surplus/(Defisit) yang dianggarkan Rp ,- Anggaran Pendapatan jika dijurnal dengan menggunakan PUSAP 312 Ekuitas SAL - Estimasi Pendapatan Rp ,- 312 Ekuitas SAL - Estimasi Perubahan SAL Rp ,- Anggaran Belanja jika dijurnal dengan teknik akuntansi anggaran Surplus/(Defisit) yang dianggarkan Rp ,- Apropriasi Belanja Pegawai Rp ,- Apropriasi Belanja Barang Rp ,- Apropriasi Belanja Modal Rp ,- Apropriasi Belanja Tak Terduga Rp ,- Anggaran Belanja jika dijurnal dengan menggunakan PUSAP 312 Ekuitas SAL Estimasi Perubahan SAL Rp ,- 312 Ekuitas SAL - Apropriasi Belanja Rp ,- Anggaran Penerimaan Pembiayaan jika dijurnal dengan teknik akuntansi anggaran

10 10 Estimasi Penggunaan SAL Rp ,- Estimasi Penerimaan Pinjaman Daerah Rp ,- Pembiayaan Netto yang dianggarkan Rp ,- Anggaran Penerimaan Pembiayaan jika dijurnal dengan menggunakan PUSAP 312 Ekuitas SAL - Estimasi Penerimaan Rp ,- Pembiayaan 312 Ekuitas SAL - Estimasi Perubahan SAL Rp ,- Anggaran Pengeluaran Pembiayaan jika dijurnal dengan teknik akuntansi anggaran Pembiayaan Netto yang dianggarkan Rp ,- Apropriasi Pembayaran Pokok Pinjaman Rp ,- Apropriasi Penyertaan Modal Daerah Rp ,- Anggaran Pengeluaran Pembiayaan jika dijurnal dengan menggunakan PUSAP 312 Ekuitas SAL Estimasi Perubahan SAL Rp ,- 312 Ekuitas SAL - Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan Rp ,- Dengan teknik seperti yang ditunjukan tersebut, maka PUSAP sebenarnya tidak menggunakan teknik akuntansi anggaran, melainkan hanya melakukan akuntansi untuk akun anggaran saja, oleh sebab itu akun yang digunakan hanya akun ekuitas Persamaan akuntansi anggaran Berikutnya mari kita lebih dalam mengenal akun Estimasi Perubahan SAL terutama kedalam mekanisme persamaan akuntansinya. Penjelasan akun Estimasi Perubahan SAL dijelaskan dengan diawali dari penyusunan laporan keuangan SKPD yang dimulai dari penjelasan untuk menyusun Laporan Operasional atau LO. Untuk menyusun LO perlu dipahami persamaan akuntansi berbasis akrual untuk mencatat jurnalnya. Persamaan akuntansi akrual terkait penyusunan LO adalah sebagai berikut : Berdasarkan persamaan akuntansi diatas dapat dipahami bahwa ekuitas dibentuk dari penambahan aset dan dapat berkurang karena adanya penambahan hutang. Sebaliknya ekuitas juga dapat berkurang karena adanya pengurangan aset dan dapat bertambah karena pengurangan hutang. Persamaan

11 11 akuntansi akrual tersebut diatas dipengaruhi oleh aktivitas yang dicerminkan melalui pergerakan pendapatan dan beban pada suatu periode. Hubungan antara pergerakan pendapatan dan beban dengan persamaan akuntansi akrual tersebut diatas digambarkan sebagai berikut : Berdasarkan persamaan akuntansi diatas dapat dipahami bahwa ekuitas dapat bertambah karena adanya penambahan pendapatan yang berasal dari penambahan kas atau piutang dan dapat berkurang karena adanya penambahan beban yang berasal dari penambahan hutang atau pengurangan kas atau piutang atau bisa juga beban. Misalkan terdapat pemda yang pada suatu tahun anggaran menerima kas dari pajak senilai Rp 50. Transaksi tersebut dapat digambarkan melalui persamaan akuntansi akrual sebagai berikut: Selain menyusun LO yang berbasis akrual, pemda juga menyusun Laporan Realisasi Anggaran atau LRA berbasis kas karena pada umumnya APBD masih disusun dengan basis kas. APBD ini secara akuntansi juga memiliki persamaan akuntansi tersendiri agar dengan siklus akuntansi dapat menyusun LRA. Persamaan akuntansi APBD atau persamaan akuntansi anggaran ditunjukan sebagai berikut : Berdasarkan persamaan akuntansi anggaran tersebut diatas, dapat dipahami bahwa Estimasi Perubahan SAL dibentuk dari penambahan Estimasi Pendapatan dan Estimasi Pembiayaan dan dapat berkurang Es ti ma si Pe ruba ha n SAL : Akun Penti ng Pa da Akun ta nsi Ak rua l Pemda

12 12 karena adanya penambahan Apropriasi Belanja dan Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan. Persamaan akuntansi APBD inilah yang menjadi dasar munculnya akun-akun ekuitas SAL di PUSAP. Yang mungkin menjadi pertanyaan disini adalah, mengapa akun estimasi perubahan SAL menjadi penyeimbang bagi akun-akun anggaran. Kenapa bukan akun surplus/(defisit) yang dianggarkan? kenapa bukan akun pembiayaan netto yang dianggarkan? Kenapa bukan SilPA Tahun Anggaran Berkenaan yang dianggarkan? Sebagaimana contoh-contoh teknik akuntansi anggaran yang ditunjukan sebelumnya. Penciptaan akun Estimasi Perubahan SAL sebenarnya merupakan penyederhanaan istilah karena baik akun surplus/(defisit) yang dianggarkan, pembiayaan netto yang dianggarkan dan SilPA Tahun Anggaran Berkenaan, sebetulnya semua digunakan untuk menentukan apakah SAL itu akan bertambah atau berkurang. Jika kita menciptakan nama akunnya adalah Estimasi Penambahan/Pengurangan SAL dipandang terlalu panjang, maka terciptalah nama akun Estimasi Perubahan SAL. Pembentukan SAL Selain untuk penyederhanaan istilah, akun Estimasi Perubahan SAL ini merupakan jalan pintas pelaksanaan akuntansi anggaran. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, jurnal-jurnal menuju pembentukan SAL dilakukan melalui beberapa tahap yaitu : 1. jurnal penutup yang menutup akun-akun temporer termasuk akun anggaran untuk menghasilkan realisasi surplus/(defisit) dan pembiayaan netto; 2. jurnal penutup realisasi surplus/(defisit) dan pembiayaan netto untuk menghasilkan SiLPA Tahun Berkenaan; 3. jurnal penutup SiLPA Tahun Berkenaan untuk menghasilkan SAL. Ini pun juga tidak tepat karena yang dihasilkan sebenarnya penambah SAL bukan SAL itu sendiri. Kita lihat bersama ada 3 tahap untuk menutup akun temporer supaya terbentuk penambahan/pengurangan SAL. Dengan menggunakan akun estimasi perubahan SAL maka, 3 tahap jurnal penutup ini dapat diringkas menjadi hanya 1 tahap yaitu jurnal penutup yang menutup akun-akun temporer termasuk akun anggaran dan menutup akun Estimasi Perubahan SAL itu sendiri. Nah jadi bagaimana SAL bisa terbentuk? Teknik akuntansi anggaran yang diperkenalkan pada banyak tulisan termasuk yang disajikan di awal tulisan ini disusun dengan asumsi 1 entitas, padahal pemerintah daerah terdiri dari 2 entitas yaitu entitas pelaporan (pemda yang diwakili PPKD) dan entitas akuntansi (SKPD). Dengan demikian proses jurnal akan banyak dilakukan di entitas-entitas tersebut, bukan di entitas besarnya yaitu pemda. Jadi SAL tidak dibentuk dari jurnal tetapi dibentuk dari pelaporan perubahan SAL yang merupakan turunan dari LRA Pemda, dimana LRA Pemda berasal dari konsolidasi LRA-LRA SKPD. Dengan demikian perjalanan estimasi perubahan SAL sebenarnya sudah berhenti pada penyusunan LRA SKPD. Seperti halnya persamaan akuntansi untuk menyusun LO, persamaan akuntansi anggaran ini juga dipengaruhi oleh pergerakan pendapatan dan belanja pada suatu periode. Hubungan antara pergerakan pendapatan dan belanja dengan persamaan akuntansi anggaran tersebut diatas digambarkan sebagai berikut :

13 13 Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa perjalanan SAL sudah berhenti pada saat penyusunan LRA SKPD. Namun sejatinya LRA Pemda dan Laporan Perubahan SAL Pemda sebenarnya terbentuk dari adanya anggaran dan adanya realisasi anggaran yang semuanya mengkerucut pada pembentukan SAL. Untuk kepentingan pencatatan (dalam rangka membentuk SAL) baik saat penganggaran maupun realisasi anggaran digunakanlah akun estimasi perubahan SAL (sebagai akun jalan pintas). Realisasi dari anggaran secara logika pasti akan membentuk SAL baru, namun SAL ini baru terbentuk setelah LRA Pemda tersusun yang kemudian membentuk SAL di Laporan Perubahan SAL, dengan demikian SAL ini tidak perlu kodefikasi akun. Pemikiran-pemikiran inilah yang akhirnya mendasari lahirnya persamaan akuntansi anggaran di atas. Agar semakin memahami apa itu akun estimasi perubahan SAL mari kita lihat contoh-contoh transaksi berikut ini. Misalkan terdapat pemda yang pada suatu tahun anggaran menetapkan anggaran pendapatan sebesar Rp 100 dan anggaran belanja sebesar Rp 40. Transaksi tersebut dapat digambarkan melalui persamaan akuntansi anggaran sebagai berikut : Sekilas kita lihat pada persamaan diatas ini berarti terjadi surplus yang dianggarkan sebesar Rp 60. Atas dasar prinsip penyederhanaan istilah dan jalan pintas maka surplus yang dianggarkan sebesar Rp 60 tersebut digolongkan dalam akun Estimasi Perubahan SAL. Es ti ma si Pe ruba ha n SAL : Akun Penti ng Pa da Akun ta nsi Ak rua l Pemda

14 14 Misalkan pada suatu tahun anggaran, pemerintah daerah menerima realisasi pendapatan sebesar Rp 20, maka persamaan akuntansi menjadi sebagai berikut : Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Nilai Estimasi Perubahan SAL yang semula Rp 40 menjadi berkurang Rp 20 karena adanya realisasi pendapatan senilai Rp 20. Di sisi lain posisi nilai Estimasi Pendapatan tetap Rp 100 dan nilai Apropriasi Belanja juga tetap Rp 60. Jika persamaan akuntansi ini dijurnal maka akan tersaji sebagai berikut : 312 Ekuitas SAL Estimasi Perubahan SAL Rp 20,- 400 Pendapatan-LRA Rp 20,- Jika melihat jurnal diatas maka terlihat akun Estimasi Perubahan SAL justru memiliki sifat menyerupai kas dimana pada transaksi diatas posisinya ada di debet yang berarti bertambah. Bahkan jika dipertimbangkan lebih jauh posisi akun Estimasi Perubahan SAL juga menyerupai SAL karena jika kas bertambah maka SAL juga bertambah. Namun penciptaan sekaligus penggunaan akun SAL tidak dipilih karena realisasi transaksi (ditunjukkan dengan akun pendapatan-lra, Belanja, Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan) menjadi tidak terkoneksi dengan anggarannya (ditunjukkan dengan akun akun pendapatan-lra, Belanja, Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan). Padahal keberadaan anggaran sebagai suatu karakteristik khusus pada sistem keuangan pemerintah daerah perlu diakomodir keberadaannya, karena terkait sekali dengan legalisasi pelaksanaan aktivitas-aktivitas pemerintah daerah yang sebenarnya adalah kata lain dari perealisasian dari anggaran yang sudah disahkan sebelumnya. Oleh karena itulah maka keberadaan akun Estimasi Perubahan SAL ini menjadi penting pada sistem akuntansi pemerintah daerah, sejajar dengan keberadaan Ekuitas. Penjelasan yang sama dapat dipahami juga pada contoh transaksi, misalkan melanjutkan transaksi sebelumnya pada suatu tahun anggaran yang sama, pemerintah daerah melakukan belanja gaji senilai Rp 10. Transaksi tersebut dapat digambarkan melalui persamaan akuntansi sebagai berikut :

15 15 Pada persamaan akuntansi diatas dapat dijelaskan bahwa, jika belanja bertambah Rp 10 maka itu sebenarnya mengurangi SAL sebesar Rp 10. Tapi karena belanja ini telah dianggarkan terlebih dahulu pada apropriasi belanja senilai Rp 60, maka kita tidak bisa langsung mempengaruhi SAL. Yang dapat dilakukan adalah melakukan up date data anggaran dimana pergerakan anggaran pendapatan dan anggaran belanja secara sekaligus tercermin dalam Estimasi Perubahan SAL. Karena alasan tidak menggunakan teknik akuntansi anggaran, alasan penyederhanaan istilah dan alasan jalan pintas maka kita juga tidak atau tepatnya belum mempengaruhi data apropriasi belanja senilai Rp 60 tersebut, melainkan melakukan update pada Estimasi Perubahan SAL yang secara tidak langsung sebenarnya melakukan up date terhadap apropriasi belanja sekaligus SAL, dimana kedua pos tersebut akan terlihat update-nya pada saat jurnal penutupan. Pemahaman ini juga berlaku untuk contoh transaksi pendapatan sebelumnya. Berdasarkan persamaan akuntansi akrual dan persamaan akuntansi anggaran yang telah dijelaskan sebelumnya maka persamaan akuntansi pemerintah daerah secara lengkap baik untuk penyusunan LO dan Neraca yang berbasis akrual maupun untuk penyusunan LRA yang berbasis kas dapat disusun sebagai berikut : Es ti ma si Pe ruba ha n SAL : Akun Penti ng Pa da Akun ta nsi Ak rua l Pemda

16 16 Dengan persamaan akuntansi Pemda tersebut diatas, maka baik untuk penyusunan LRA yang berbasis Kas dan penyusunan LO yang berbasis akrual menggunakan mekanisme pada 1 wadah sistem yang komprehensif tidak terpisah-pisah sehingga teruji pengendalian hukum akuntansinya karena persamaan debet dan kreditnya dapat dijaga. Misalkan pada suatu tahun anggaran, pemda melakukan pembelian makanan dan minuman sebesar Rp ,- maka persamaan akuntansi pemda yang lengkap menjadi sebagai berikut : Berdasarkan uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Estimasi Perubahan SAL : 1. Merupakan akun penyederhana istilah akun surplus/(defisit) yang dianggarkan, pembiayaan netto yang dianggarkan dan SiLPA Tahun Anggaran Berkenaan agar langsung mengarah ke pembentukan SAL. Ini disebabkan PUSAP mengarahkan untuk Es ti ma si Pe ruba ha n SAL : Akun Penti ng Pa da Akun ta nsi Ak rua l Pemda

17 17 tidak menggunakan teknik akuntansi anggaran, tetapi hanya menjalankan akuntansi untuk mencatat anggaran. 2. Merupakan akun untuk jalan pintas jurnal penutup dalam membentuk laporanlaporan keuangan khususnya dalam menyusun LRA SKPD. 3. Merupakan akun penyangga persamaan akuntansi yang komprehensif baik untuk pelaporan basis kas maupun basis akrual agar pengendalian hukum akuntansi tetap terjaga sekaligus juga menjadi penghubung antara akun anggaran dan akun realisasinya. Demikianlah penjelasan mendalam tentang Estimasi Perubahan SAL, mudah-mudahan dapat dipahami dan dapat digunakan dalam melaksanakan akuntansi pemerintah daerah yang berbasis akrual.

BAGAN AKUN STANDAR (BAS)

BAGAN AKUN STANDAR (BAS) BAGAN AKUN STANDAR (BAS) Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah Direktorat Wilayah III DASAR HUKUM Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DASAR HUKUM Psl 1 UU17/2003 Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih Belanja

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 15 LAPORAN KONSOLIDASIAN

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 15 LAPORAN KONSOLIDASIAN LAMPIRAN XV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 19 TAHUN 2014 TANGGAL: : 30 MEI 2014 SISTEM AKUNTANSI NOMOR 15 LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan

Lebih terperinci

Pada awal 2015, PPKD Pemerintah Kota Gemah Ripah mempunyai data posisi keuangan sebagai berikut:

Pada awal 2015, PPKD Pemerintah Kota Gemah Ripah mempunyai data posisi keuangan sebagai berikut: B. SIMULASI AKUNTANSI PPKD Pada awal, PPKD Pemerintah Kota Gemah Ripah mempunyai data posisi keuangan sebagai berikut: Pemerintah Kota Gemah Ripah PPKD NERACA Per 1 Januari Aktiva Kas di Kas Daerah 800.000.000

Lebih terperinci

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Kementerian Pariwisata Tahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH PANDUAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI

KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH 6 PILAR TEKNIK AKUNTANSI PMDN64/2013 1. PP 71/2010 PMDN 64/2013

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RALAT MODUL Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca

RALAT MODUL Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca RALAT MODUL 3 1. Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca mor Kode Rekening Uraian Debit Kredit 14-07-15 ta Kredit

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN

KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH PENDAHULUAN Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyebutnya dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran Laporan Keuangan BNPB Tahun Anggaran 2012 BA : 103 (Audited) I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

Struktur HOBO Persamaan Akuntansi Proses Akuntansi Bagan Akun Standar BAS tedi last 01/17

Struktur HOBO Persamaan Akuntansi Proses Akuntansi Bagan Akun Standar BAS tedi last 01/17 Struktur HOBO Persamaan Akuntansi Proses Akuntansi Bagan Akun Standar BAS tedi last 01/17 STRUKTUR HOBO Struktur hubungan entitas dalam akuntansi yang diimplementasikan di Pemda adalah : Struktur HOBO

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT YANG BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2014 SERI : PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 4 A TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI PAPUA Lampiran : 3 (tiga). DENGAN

Lebih terperinci

STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015

STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015 KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015 oleh: DIREKTUR PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan HewanTahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR PADA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH SEBAGAIMANA DIATUR DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2013 www.inilah.com I. PENDAHULUAN Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL 1 BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi

HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI. Standar Akuntansi HUBUNGAN STANDAR DAN SISTEM AKUNTANSI Standar Akuntansi Input Process Output Transaksi - Keuangan - Kekayaan - Kewajiban Proses Akuntansi - Analisa Transaksi - Jurnal / Entries - Posting Lap. Keuangan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN RUANG LINGKUP DAN MANFAAT PSAP No. 02 PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH GAMBARAN UMUM MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH 6 PILAR TEKNIK AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL 1. PP 71/2010 PMDN 64/2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI & SISTEM AKUNTANSI

Lebih terperinci

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur LAMPIRAN C.3 : PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR : 3 Tahun 2010 TANGGAL: 6 Januari 2010 Laporan Keuangan Deskripsi Prosedur Laporan Keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan

Lebih terperinci

: : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3)

: : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (3) *v BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL. Dasar Hukum LATAR BELAKANG 08/08/2014 DAFTAR ISI

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL. Dasar Hukum LATAR BELAKANG 08/08/2014 DAFTAR ISI 08/08/04 DAFTAR ISI GAMBARAN UMUM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL Latar Belakang Manfaat Akuntansi Akrual Produk Hukum Daerah Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual Kebijakan Akuntansi

Lebih terperinci

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran Laporan Keuangan BNPB Tahun Anggaran 2012 BA : 103 (Audited) I. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun 1 2 IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA KEUANGAN 2.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Realisasi Pencapaian Target Kinerja Keuangan Dinas Komunikasi Dan Informatika adalah sebesar Rp5.996.443.797

Lebih terperinci

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN A. UMUM 1. Definisi Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, dikenal 2 istilah pendapatan, yakni Pendapatan-LO dan Pendapatan-LRA. Pendapatan- LO adalah hak

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi Keuangan Pemerintahan sekarang memasuki Era Desentralisasi, maka pelaksanaan akuntansi pemerintahan itu ada di daerah-daerah (Provinsi ataupun Kabupaten),

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN BERBASIS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i)

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN BAGAN AKUN STANDAR PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN B.II : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal

Lebih terperinci

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016. RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Tahunan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Klaten Tahun Anggaran 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AKUNTANSI DAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL UNTUK SKPD DAN PPKD PADA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN -----------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

Sesuai dengan Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 7, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dapat diterangkan sebagai berikut:

Sesuai dengan Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 7, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dapat diterangkan sebagai berikut: Laporan Keuangan SKPKD Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan. kepala SKPKD yang mempunyai

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2016 Audited

Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun Anggaran 2016 Audited RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Sesi 1 Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. Arah dan cakupan Anggaran Sektor Publik Learning

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 238/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : bahwa berdasarkan Ketentuan Pasal 6 ayat

Lebih terperinci

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana. 2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana

Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana. 2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana Setelah membaca bab ini, diharapkan pembaca mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian dana umum dan ekuitas dana. 2. Menjelaskan fungsi ekuitas dana dalam akuntansi pemerintahan. 3. Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) Oleh : Nathasia dan Susanti

LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) Oleh : Nathasia dan Susanti LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA) Oleh : Nathasia dan Susanti RUANG LINGKUP & MANFAAT Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun dan disajikan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAGAIMANA. Set up chart of account sesuai dengan ketentuan baru

BAGAIMANA. Set up chart of account sesuai dengan ketentuan baru BAGAIMANA Set up chart of account sesuai dengan ketentuan baru akun LO Tentukan proses yang akan dijalankan sesuaikan sisdur Kemendagri Set up sistem pencatatan sederhanakan dengan sistem komputer sehingga

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Kementerian Pertanian Tahun 2015 (Audited) ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 A. NERACA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 Uraian Reff 2015 2014 ASET G.5.1.1 ASET LANCAR G.5.1.1.1 Kas di Kas Daerah G.5.1.1.1.1 135.348.133.135,77 93.099.242.994,09 Kas di Bendahara Pengeluaran G.5.1.1.1.2

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi pemerintahan merupakan salah satu bidang akuntansi yang berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki karakteristik khusus diantaranya

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN Konsep Laporan Keuangan Konsolidasi Kertas Kerja (Worksheet) Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi tedi last 04/17 Pengertian : KONSEP DASAR 1. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi keuangan negara pada tahap pertama telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED)

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED) LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED) JUNI 2017 PEMERINTAH KOTA SERANG DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Jl. Jendral Sudirman No. 5 Serang-Banten

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 2014

LAPORAN KEUANGAN 2014 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (dalam rupiah) Uraian

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN Laporan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Wonogiri Periode 31 Desember Tahun 2016 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Lebih terperinci

BUPATI PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG BUPATI PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI PESAWARAN NOMOR 9.B TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN PESAWARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN, Menimbang :

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 04 AKUNTANSI PEMBIAYAAN

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 04 AKUNTANSI PEMBIAYAAN LAMPIRAN IV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 9 TAHUN 24 TANGGAL : 3 MEI 24 SISTEM AKUNTANSI NOMOR 4 AKUNTANSI PEMBIAYAAN A. UMUM. Definisi Berdasarkan Peraturan Pemerintah 7 Tahun 2 PSAP

Lebih terperinci

AKUNTANSI BASIS AKRUAL SATUAN PERANGKAT KERJA DAERAH

AKUNTANSI BASIS AKRUAL SATUAN PERANGKAT KERJA DAERAH 1 AKUNTANSI BASIS AKRUAL SATUAN PERANGKAT KERJA DAERAH KASUS : Berikut ini diberikan data anggaran yang ada SKPD- Dinas Kesehatan di Pemda SUKAMULYA yang ditetapkan tanggal 1 Januari 2015. KETERANGAN Anggaran

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang :

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN IV PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 02 LAPORAN REALISASI ANGGARAN Paragraf-paragraf yang ditulis dengan

Lebih terperinci

Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan

Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan A. Akuntansi Pendapatan Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah. Seperti diuraikan di atas bahwa penerimaan pendapatan dapat dilakukan

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

B U P A T I K U N I N G A N

B U P A T I K U N I N G A N B U P A T I K U N I N G A N PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan Pasal 6 ayat

Lebih terperinci

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00. RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. No.1818, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2015 TENTANG PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp) LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 REALISASI 2015 LEBIH/ (KURANG)

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL

BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL A. UMUM Pada tahun 2010, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB XIV AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN

BAB XIV AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN BAB XIV AKUNTANSI KOREKSI KESALAHAN A. UMUM 1. Definisi Koreksi merupakan tindakan pembetulan secara akuntansi agar akun/pos yang tersaji dalam laporan keuangan entitas menjadi sesuai dengan yang seharusnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah mengarahkan Pemerintah Indonesia menuju gerbang kemandirian dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik atau sering disebut dengan Good

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN REALISASI ANGGARAN www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PPKD

SISTEM AKUNTANSI PPKD LAMPIRAN III PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA PASURUAN SISTEM AKUNTANSI PPKD A. PENGERTIAN Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB BAB 1 P E N D A H U L U A N Latar Belakang Maksud dan Tujuan Dasar Penyusunan Metode Penyusunan PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pemerintah Daerah dihadapkan pada suatu keadaan dimana pelaksanaan penyelenggaraan

Lebih terperinci

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH SALINAN draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI 6/11/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 PERMENDAGRI NO. 64/ 2013 TENTANG PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH 6/11/2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN HIBAH DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH, DAN PENYERTAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa guna untuk menyediakan

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD LAMPIRAN IV : PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TANGGAL : 8 MARET 2012 SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD I. SISTEM AKUNTANSI SKPD A. Prosedur Akuntansi

Lebih terperinci

Jurnal Korolari dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan

Jurnal Korolari dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Jurnal Korolari dalam Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (Oleh: Jamason Sinaga, Ak., MAP.*) Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005,

Lebih terperinci