BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurnal karya Reed Wood tahun 2014 dengan judul Aiding Labor: Foreign Aid and
|
|
- Sukarno Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka pertama yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari jurnal karya Reed Wood tahun 2014 dengan judul Aiding Labor: Foreign Aid and the Promotion of Labor Rights in LDCs. Menurut Wood, hubungan antara bantuan luar negeri dengan organisasi ketenagakerjaan (labor organizations) telah ada sejak masa Perang Dingin. Disamping itu, sejak berakhirnya Perang Dingin, negaranegara pendonor Barat secara signifikan meningkatkan anggaran negaranya untuk program-program bantuan yang ditujukan kepada negara-negara kurang berkembang (Less Developed Countries/LDCs). Selain ditujukan kepada negara penerima (recipient), bantuan yang diberikan juga ditujukan langsung untuk mendukung program-program yang dijalankan oleh masyarakat sipil dan NGO, khususnya pada program yang berorientasi mempromosikan hak asasi manusia. Wood menjelaskan bahwa program-program yang memperoleh dukungan bantuan luar negeri tersebut berfokus pada masalah ketenagakerjaan seperti, masalah pekerja anak, diskriminasi di tempat kerja, pekerja paksa, hak untuk berasosiasi dan berkumpul, dan lain sebagainya. Bantuan luar negeri yang diberikan diharapkan berpengaruh terhadap peningkatan standar ketenagakerjaan di negaranegara kurang berkembang tersebut. Bantuan yang ditujukan langsung pada masyarakat sipil dan NGO diharapkan mampu meningkatkan kekuatan tawar 7
2 8 pekerja (bargaining power) dengan jalan meningkatkan kapasitas pekerja, meningkatkan solidaritas pekerja, memperkuat persatuan pekerja, aktivis hak asasi manusia, serta mengembangkan jaringan antara organisasi pekerja domestik dan internasional. Menurut Wood, dengan meningkatkan kekuatan tawar pekerja akan membuat asosiasi pekerja memiliki kapasitas untuk mempengaruhi pemerintah atau pembuat kebijakan untuk mengimplementasikan dan menegakkan peraturan ketenagakerjaan yang sesuai dengan standar internasional. Persamaan penelitian Wood dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan bantuan luar negeri, khususnya bantuan yang bersifat humanitarian development sebagai kerangka konseptual untuk menganalisis topik bahasan yang diangkat. Namun penelitian Wood memfokuskan pada pengaruh bantuan luar negeri yang diberikan untuk meningkatkan kapasitas pekerja di negara kurang berkembang, sehingga meningkatkan kekuatan tawar pekerja. Hal ini diharapkan agar pemerintah menetapkan legislasi ketenagakerjaan nasional yang sejalan dengan standar internasional, sehingga hak-hak pekerja akan dapat terpenuhi. Sedangkan penelitian ini akan mengkaji bantuan luar negeri sebagai upaya organisasi internasional (ILO), berkolaborasi dengan pemerintah Ghana, NGO-NGO serta komunitas-komunitas lokal untuk mengeliminasi dan mencegah masalah pekerja anak di Ghana. Meskipun demikian, pemaparan Wood tentang bantuan luar negeri yang diberikan oleh negara-negara pendonor atau organisasi internasional akan membantu penelitian ini dalam memetakan fokus bahasan penelitian. Wood menjelaskan motif pemberian bantuan luar negeri begitu beragam, seperti motif
3 9 ekonomi, keamanan, kemanusiaan dan lain sebagainya. Penelitian ini, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk dikaji dari beragam perspektif, akan memfokuskan bahasan pada bantuan luar negeri dalam menangani masalah kemanusiaan (humaniter) yang menyangkut pelanggaran terhadap hak anak. Kajian pustaka kedua dalam penelitian ini diambil dari bab kesepuluh dalam buku Hazardous Child Labour in Latin America, karya G.K Lieten (2010). Bab sepuluh pada buku tersebut berjudul Children on Bolivian Sugar Cane Plantations karya Laura Baas. Bab tersebut dipilih sebagai kajian pustaka karena sama-sama mengkaji persoalan pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya di sektor agrikultur. Meskipun berbeda dalam sektor agrikultur yang diambil (perkebunan tebu dengan kakao) dan fokus negara (Bolivia dengan Ghana), namun skema pembahasan masalah pekerja anak dari Baas hampir mirip dengan penelitian ini. Upaya untuk mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebuan tebu di Bolivia dilakukan oleh beragam aktor, baik organisasi internasional seperti ILO, UNICEF, dan beberapa NGO seperti LABOR dan OASI dengan program intervensinya masing-masing. Aktor-aktor tersebut dalam melakukan program intervensi juga berkoordinasi dengan pemerintah nasional. Oleh karena itu penelitian Baas dan penelitian ini memiliki kesamaan dalam mengkaji upaya aktor internasional melalui pemberian bantuan luar negeri dalam bentuk programprogram intervensi untuk mengeliminasi dan mencegah pekerja anak yang bekerja pada kondisi berbahaya. Penelitian Baas cukup membantu penelitian ini untuk melihat masalah pekerja anak yang terjadi di berbagai belahan dunia memiliki pola yang hampir
4 10 serupa. Misalnya faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pekerja anak baik di Bolivia dan Ghana disebabkan karena faktor kemiskinan dan minimnya fasilitas pendidikan. Meskipun penyebab-penyebab tersebut telah diidentifikasi, menemukan solusi yang tepat dan memiliki prospek keberhasilan yang tinggi adalah persoalan lain yang tidak mudah. Pekerja anak yang dipandang sebagai pekerjaan yang lumrah dan telah mengakar sejak lama, memiliki tantangan tersendiri bagi pihak-pihak yang menginisiasi bantuan luar negeri untuk menangani permasalahan tersebut. Disamping itu, pandangan Baas yang relevan dengan penelitian ini bahwasanya keterlibatan serta kerjasama dengan pemerintah nasional dan komunitas lokal sangat penting dalam upaya menanggulangi isu pekerja anak. Penelitan Baas memang menjelaskan keterlibatan pemerintah Bolivia, khususnya Kementerian Tenaga Kerja dan aktor-aktor internasional lainnya. Meskipun demikian, upaya yang dilakukan masing-masing aktor internasional melalui program intervensinya merupakan kegiatan yang saling terpisah. Baas sendiri menyebutkan dalam penelitiannya, strategi intervensi yang dilakukan masing-masing aktor memang memberikan dampak pada eliminasi pekerja anak, namun belum signifikan. Intervensi yang akan memberikan hasil lebih baik adalah kombinasi intervensi dari kolaborasi aktor-aktor internasional dan pemerintah nasional. Pada penelitian ini hal tersebutlah yang akan lebih ditekankan, yaitu kerjasama ILO-IPEC dengan pemerintah Ghana, NGO dan komunitas lokal dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana.
5 Kerangka Pemikiran Penelitian ini menggunakan teori bantuan luar negeri (theory of foreign aid) dengan dua konsep turunannya yang akan digunakan untuk menganalisis upaya ILO-IPEC dalam mengeliminasi dan mencegah masalah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana. Dua konsep tersebut yaitu: bantuan pembangunan humaniter (humanitarian development aid) dan technical assistance of foreign aid Bantuan Luar Negeri Bantuan internasional atau bantuan luar negeri menurut Goldstein (2003) merupakan bantuan berupa dana atau dalam bentuk lainnya yang ditujukan untuk negara-negara dunia ketiga dalam rangka membantu mereka meningkatkan pembangunan ekonomi atau berkaitan dengan misi kemanusiaan/humaniter. Selain untuk membantu negara bersangkutan, bantuan internasional juga ditujukan untuk meningkatkan hubungan antara negara, organisasi atau agen multilateral yang memberikan bantuan (pendonor) dengan negara penerima (recipient) baik dalam hal politik, kultural maupun ekonomi. Goldstein juga mengungkapkan bahwa bantuan luar negeri juga merupakan bentuk kekuasaan (power) dari pihak pendonor untuk mempengaruhi pihak penerima, atau bantuan luar negeri juga dapat merupakan bentuk dari interdependence antara donor dan recipient. Menurut General Assembly Security Council (2014), terdapat lima prinsip umum dalam pemberian bantuan luar negeri/internasional, diantaranya: 1. Menjamin Kepemilikan Nasional (Ensure National Ownership) Hal yang dimaksud disini adalah aktor-aktor nasional biasanya lebih mengetahui kondisi dalam negerinya. Oleh karena itu mereka adalah aktor yang paling tepat
6 12 untuk mengidentifikasi masalah serta resiko dari masalah tersebut, sehingga dapat mengembangkan strategi intervensi yang efektif untuk memitigasi permasalahan, bersama dengan aktor-aktor internasional lainnya. Upaya untuk mencegah atau merespon masalah tersebut hanya akan berhasil jika upaya yang direncanakan merupakan hasil dari proses inklusif yang selain melibatkan aktor-aktor internasional, juga melibatkan pemerintah nasional dan lokal, masyarakat sipil, organisasi HAM, hingga pemimpin-pemimpin tradisional/desa. 2. Membangun Komitmen Bersama (Build Mutual Commitment) Keberhasilan upaya suatu negara dalam upaya pencegahan terhadap masalah humaniter bergantung pada komitmen aktor-aktor nasional. Ketika tidak adanya keinginan yang kuat atau persetujuan dari pemerintah nasional terhadap bantuan internasional yang hendak dilakukan, potensi aktor-aktor luar untuk memberikan bantuan tersebut akan menjadi upaya yang sangat terbatas dalam implementasinya. Disaat yang sama, aktor-aktor internasional juga harus memikirkan cara untuk menyediakan bantuan yang koheren dan terkoordinasi, yang dapat mendukung upaya aktor nasional, serta berkomitmen untuk membantu upaya tersebut secara berkelanjutan (sustainability). 3. Bantuan yang Dilakukan Tidak Membahayakan (Do No Harm) Bantuan internasional yang dirancang secara tidak matang akan memperburuk masalah yang hendak ditangani dan justru berpotensi mengakibatkan perpecahan sosial. Bantuan internasional atau saran teknis yang harus dihindari adalah yang dapat berkontribusi pada diskriminasi atau perpecahan dan menyebabkan kelompok-kelompok dalam negara bersaing memperebutkan
7 13 sumber pendapatan. Maka dari itu, aktor-aktor internasional harus membuat upaya yang dilakukan tidak mengarah pada hal-hal yang dapat memperburuk keadaan. Hal ini dapat dilakukan dengan melengkapi upaya pencegahan dengan melakukan penilaian (assessment), perencanaan (planning) dan proses monitoring (monitoring process), yang mana akan memandu aktor-aktor tersebut dalam memberikan bantuan yang lebih efektif. 4. Memprioritaskan Pencegahan (Prioritize Prevention) Paragraf 139 dalam hasil World Summit berisikan tentang komitmen komunitas internasional untuk membantu negara yang mengalami kesulitan melindungi rakyatnya dari masalah kemanusiaan atau berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Menanggapinya dengan pencegahan (tindakan lebih awal) tidak hanya mengurangi eskalasi masalah menjadi beresiko laten tapi juga akan menghemat biaya yang dikeluarkan. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya komunitas internasional seringkali baru menanggapi masalah tersebut dan melakukan aksi pencegahan saat masalah telah terjadi dan menarik perhatian masyarakat global. 5. Mempertahankan Fleksibilitas (Retain Flexibility) Resiko masalah pelanggaran hak asasi manusia atau masalah kemanusiaan bisa bervariasi dan berubah seiring berjalannya waktu. Maka dari itu bantuan internasional harus dirancang untuk dapat menanggapi masalah yang sedang berlangsung dan juga dapat menyesuaikan terhadap kebutuhan yang terus berkembang. Fleksibilitas dalam pemberian bantuan memerlukan kesediaan aktor-aktor untuk menyesuaikan program-program yang dijalankan agar berkesinambungan dan mampu memberikan dampak yang ingin dicapai, serta untuk meninjau keefektifan bantuan selama bantuan tersebut disediakan.
8 Bantuan Pembangunan Humaniter (Humanitarian Development Aid) Bantuan pembangunan humaniter merupakan bantuan yang diberikan kepada negara yang memerlukan (recipient) oleh pemberi bantuan (donor) untuk mencapai tujuan kemanusian. Dengan kata lain, maksud dari pemberian bantuan pembangunan humaniter tidak untuk mencapai kepentingan politik pendonor, namun untuk memenuhi kebutuhan humaniter negara recipient. Bantuan tersebut diberikan dengan jalan mengimplementasikan beberapa program yang menunjang misi pemberian bantuan (Tisch dan Wallace, 1994). Program tersebut misalnya menyediakan pelatihan-pelatihan bagi komunitas mengenai peningkatan kapasitas, menyediakan fasilitas perlindungan sosial, melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran mengenai masalah pekerja anak, dan lain sebagainya. Bantuan luar negeri dapat berupa bantuan bilateral atau multilateral. Menurut Tisch dan Wallace (1994) bantuan pembangunan humaniter diberikan oleh agen multilateral yang terdiri dari beberapa aktor, seperti negara, organisasi internasional, NGO yang mengusung tujuan jangka panjang dalam ranah pembangunan ekonomi dan perubahan sosial. Tujuan tersebut berkaitan dengan aspek yang akan dibahas dalam penelitian ini. Pertama, menyangkut tujuan kemanusiaan yang mengarah pada masalah pelanggaran terhadap hak anak. Kedua, yaitu tujuan yang berkaitan dengan mengeliminasi dan mencegah pekerja anak dan meningkatkan taraf hidup keluarga mereka. Menurut General Assembly Security Council (2014), dukungan/bantuan yang diberikan oleh pendonor bisa terdiri atas tiga bentuk, yaitu: dorongan (encouragement), pengembangan kapasitas (capacity-building) dan bantuan
9 15 perlindungan (protection assistance). Jika bantuan tersebut disusun dan dijalankan dengan konsisten, maka akan mampu membantu negara bersangkutan dalam menangani masalah yang dihadapi. Dalam pemberian bantuan internasional, begitu pula dengan humanitarian development aid, pendonor harus mendapatkan izin dari pihak otoritas negara penerima untuk beroperasi di negara tersebut. Hal ini berkaitan dengan prinsip kedaulatan negara, yang mana pemerintah nasional berhak mengontrol distribusi bantuan serta kehadiran pihak asing di teritori negara tersebut (Goldstein, 2003). Meskipun kehadiran pihak asing atau pelaksanaan program intervensi (bantuan humaniter) tidak dapat mempengaruhi kedaulatan negara, konvensi internasional terkait hak asasi manusia yang telah diratifikasi negara bersangkutanlah yang dapat mempengaruhi kedaulatan negara tersebut (Barkin, 2006). Maka dari itu, jika suatu negara melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, negara tersebut harus bersedia bekerjasama dengan pihak pemberi bantuan untuk menangani masalah pelanggaran terhadap hak asasi manusia tersebut. Keberhasilan dari memberian humanitarian development aid ini tidak hanya ditentukan oleh program-program intervensi yang diusung pihak pendonor dan implementator, namun juga dengan aktor-aktor lain yang bekerjasama dengan pendonor dalam menjalankan program dengan misi humaniter tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang dipaparkan oleh Tisch dan Wallace (1994) bahwasanya: Even though humanitarian aid is less ideological than politically motivated aid, its success often depends on friendly relations between non-governmental implementors and host country government agencies.
10 16 Maka dari itu ILO-IPEC pun dalam mengimplementasikan WACAP tidak hanya bergerak sendiri, namun juga melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak yang akan memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan program, seperti pemerintah Ghana dan beberapa NGO lokal dan internasional Technical Assistance of Foreign Aid Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tipe bantuan internasional/luar negeri ada dua jenis; bilateral dan multilateral. Menurut Radelet (2006), dalam pemberian bantuan luar negeri yang bersifat multilateral (pendonor berasal dari beberapa agen seperti negara-negara, PBB atau organisasi dibawah naungan PBB), salah satu bantuan yang diberikan adalah berupa technical assistance (bantuan teknis). Technical assistance berkaitan dengan pembentukan technical cooperation (kerjasama teknis) antara pendonor dan negara penerima. Kerjasama bantuan teknis merupakan bantuan yang melibatkan para ahli dalam merancang dan mengimplementasikan program-program intervensi yang bertujuan untuk menangani masalah di lapangan, serta bertujuan untuk meningkatkan atau mempromosikan pembangunan. Program-program technical assistance atau technical cooperation, selain sebagai bantuan atau alat untuk merespon masalah humaniter dan sosial-ekonomi, arah program-program yang dirancang juga berkaitan dengan advokasi pembentukan atau peningkatan pelaksanaan kebijakan terkait pendidikan, regulasi keamanan untuk pekerja, hasil produksi dan lain sebagainya (Van der Veen, 2011). Sejalan dengan penjelasan tersebut, konsep technical assistance of foreign aid dipandang relevan digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan bantuan dari ILO-IPEC melalui
11 17 WACAP, yang dalam pelaksanaannya juga bekerjasama dengan pemerintah Ghana dan agen-agen lainnya, berisi serangkaian program intervensi yang dirancang oleh tim ahli untuk mengeliminasi dan mencegah masalah pekerja anak. Goldstein (2003) juga menambahkan bahwa program kerjasama teknis oleh agen multilateral juga mencangkup ranah multi-sektor. Berkaitan dengan hal tersebut ILO-IPEC dalam upayanya untuk mengeliminasi dan mencegah masalah pekerja anak memerlukan intervensi yang meliputi beragam sektor seperti peningkatan kesadaran, peningkatan kapasitas, pengumpulan data dan monitoring. Selain keterlibatan para ahli, pelaksanaan program intervensi juga melibatkan kolaborasi dengan pemerintah nasional dan lokal dari negara dimana bantuan tersebut diberikan. Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Berkontribusi Terhadap Eliminasi dan Penurunan Tingkat Pekerja Anak Elimination or decreases in child labour Interventions stimulated or carried out by ILO-IPEC Interventions of partners and others coordinated in some way with ILO-IPEC Full range of intervention Sumber: diolah dari Burt Perrin & Peter Wichmand, Evaluating Complex Strategic Development Interventions: The challenge of child labour. Dalam Kim Forss, Marra Mita dan Robert Schwartz (Eds). Evaluating the Complex: Attribution, contribution and beyond (2011), hal.253. Skema diatas menunjukkan bahwa eliminasi atau penurunan tingkat pekerja anak dapat dihasilkan atau dicapai melalui kombinasi intervensi (the full range of intervention), yaitu berbagai macam intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pekerja anak oleh ILO-IPEC atau aktor-aktor lainnya yang bekerjasama atau
12 18 terkoordinir dalam pengawasan ILO-IPEC (Perrin & Wichmand, 2011). Aktor-aktor lain tersebut seperti pemerintah nasional, NGO, komunitas-komunitas lokal dan pihakpihak terkait lainnya. Intervensi melalui program bantuan kerjasama teknis terdiri dari dua jenis intervensi yang harus mendapat porsi pelaksanaan yang seimbang agar memperoleh pencapaian yang maksimal. Pertama, intervensi jangka pendek yang bertujuan untuk mengeliminasi atau menarik sebanyak-banyaknya pekerja anak dari kondisi pekerjaan yang berbahaya atau bersifat eksploitatif dan memberikan rehabilitasi atau perlindungan sosial setelahnya. Kedua, intervensi yang dirancang untuk mempengaruhi faktor-faktor ekonomi dan sosio-kultural yang menyebabkan peningkatan masalah pekerja anak. Intervensi yang kedua ini diperoleh dari pembentukan legislasi atau kebijakan terkait atau upaya lainnya untuk meningkatkan kapasitas nasional yang akan memberikan pengaruh jangka panjang terhadap upaya menanggulangi pekerja anak (ILO, 1997). Intervensi jenis ini lebih mengarah pada pencegahan (prevention) agar pekerja anak yang telah ditarik tidak kembali bekerja sebagai pekerja anak. Secara garis besar, technical assistance yang dilakukan ILO-IPEC melalui WACAP mencangkup program intervensi yang berkaitan dengan: 1) social awareness, 2) capacity building, 3) social protection, 4) child labour monitoring system dan 5) knowledge base and information (ILO, 2005). Lima program intervensi ini akan dielaborasi lebih lanjut dalam bab pembahasan sebagai bentuk upaya ILO-IPEC dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak di Ghana.
BAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pekerja anak di perkebunan kakao Afrika Barat mulai menarik perhatian publik pada pertengahan tahun 2000. Pada saat itu salah satu stasiun televisi Inggris
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciRESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak
RESUME Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak seperti tingginya angka kematian anak, perawatan kesehatan yang buruk,terbatasnya kesempatan
Lebih terperinciDeklarasi Dhaka tentang
Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi
Lebih terperinciOleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact
Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komitmen Negara Republik
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kriminalitas namun perdagangan anak juga menyangkut tentang pelanggaran terhadap
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Eksploitasi seksual komersial anak merupakan sebuah bentuk pelanggaran HAM yang terjadi pada anak. Salah satu contoh eksploitasi seksual komersial anak tersebut adalah perdagangan
Lebih terperinciK182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK
K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. ini melibatkan aktor lain seperti organisasi internasional untuk mengatasi
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kelaparan di Korea Utara merupakan permasalahan domestik yang telah lama terjadi semenjak 1990 yang masih belum terselesaikan oleh pemerintah. Hal ini melibatkan aktor lain
Lebih terperinciK143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975
K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang
Lebih terperinciSecara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:
PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan
Lebih terperinci1. Mengelola penyampaian bantuan
KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang
Lebih terperinciBAB IV. Bantuan Pembangunan Humaniter dan Bantuan Teknis Organisasi Buruh. Internasional Untuk Mengatasi Pekerja Anak di Pantai Gading
BAB IV Bantuan Pembangunan Humaniter dan Bantuan Teknis Organisasi Buruh Internasional Untuk Mengatasi Pekerja Anak di Pantai Gading Kerjasama internasional di dunia sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iii. DAFTAR GAMBAR... iv. DAFTAR SINGKATAN... vi. ABSTRAK... viii. ABSTRACT... ix BAB I...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR SINGKATAN... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix BAB I... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan Masalah...
Lebih terperinciMencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan
Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan Simposium Kepatuhan Strategis di Indonesia melalui Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan Nancy Leppink Ketua Administrasi Ketenagakerjaan / Pengawasan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Goodluck Ebele Jonathan sebagai rencana pembangunan pertanian nasional yang akan
BAB V PENUTUP 5. 1. Kesimpulan Sejak diluncurkan pada tahun 2011, ATA telah ditetapkan oleh Presiden Goodluck Ebele Jonathan sebagai rencana pembangunan pertanian nasional yang akan menerapkan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan terjadi bencana alam. Bencana gempa bumi dan Tsunami Aceh pada tahun 2004 merupakan salah satu bencana terbesar yang terjadi di Indonesia.
Lebih terperinciDefinisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.
Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri
BAB V KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kondisi human trafficking di Indonesia yang berkedok dengan menjadi TKI di luar negeri masih banyak terjadi, walaupun dengan
Lebih terperinciK187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciPeta Jalan untuk Mencapai Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (BPTA) pada tahun 2016
Peta Jalan untuk Mencapai Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (BPTA) pada tahun 2016 Illustratie Dick Bruna copyright Mercis bv, 1997 Dokumen Hasil Konferensi Global Pekerja Anak Den
Lebih terperinciMinistry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia
Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional
Lebih terperinci23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
23 Oktober 2017 Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Setelah mengikuti siklus ketiga Tinjauan Periodik Universal (Universal Periodic Review - UPR) Indonesia, saya menyambut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG
BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG 2010 NO: 27 SERI: E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 27 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK DI KABUPATEN KARAWANG
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN
Lebih terperinciPerlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016
Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016 Struktur presentasi Apa itu perlindungan sosial? Perlindungan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Meskipun dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kekurangan informasi terkait permasalahan pengungsi karena keterbatasan peneliti dalam menemukan data-data yang terkait
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu
BAB IV KESIMPULAN IV.1. Kesimpulan Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu HIV/AIDS, Acquired Immunodeficiency Syndrome yang pertama kali dikenal dan disadari keberadaannya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)
4.1 Sasaran dan Arahan Tahapan Pencapaian. Bab empat (IV) ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman tahun 2012-2016 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak negatif bagi generasi penerus bangsa. terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, sehingga sudah seharusnya setiap manusia baik dewasa maupun anak-anak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNICEF melihat kondisi yang berkembang terhadap kehidupan anak-anak di India sangat memperhatinkan sekali. Di satu sisi anak-anak dipaksakan oleh keluarganya untuk
Lebih terperinciPerspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim
Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari 2018 Agenda Presentasi RPP Perubahan Iklim sebagai Instrumen Pelaksana UU 16/2016 Good Governance dalam RPP Perubahan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan
BAB V PENUTUP 4.1. Kesimpulan Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan masyarakat di Asia Tenggara meluas mencangkup persolan-persoalan yang tidak terbatas pada
Lebih terperinciLAMPIRAN I MATRIKS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI. No. Arah Kebijakan Kemenlu Strategi Kemenlu Strategi Perwakilan
LAMPIRAN I MATRIKS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI No. Arah Kebijakan Kemenlu Strategi Kemenlu Strategi Perwakilan 1. Peningkatan peran Memperkuat postur Meningkatkan hubungan pengaruh Indonesia diplomasi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY
Lebih terperinciMENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.56/M.PPN/HK/03/2015 TENTANG RENCANA PEMANFAATAN HIBAH TAHUN 2015-2019 MENTERI PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN
BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN A. Dasar Pemikiran Pilar utama Perkumpulan adalah kemitraan dengan multi pihak yang tidak bersinggungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung atau belum
Lebih terperinci15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional
Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG
Lebih terperinciBAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE. CARE sebagai Non-Government Organization. Pembahasan tentang sejarah baik dari
BAB II ISU BURUH MIGRAN DAN MIGRANT CARE Bab ini akan menjelaskan tentang awal mula munculnya isu buruh migran di Indonesia, pada bab ini penulis akan mencoba memaparkan tentang kondisi buruh migran dan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciMobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita
Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development
BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara
Lebih terperinciMENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
BRIEF NOTE AMERTA Social Consulting & Resourcing Jl. Pulo Asem Utara Raya A20 Rawamangun, Jakarta 132 13220 Email: amerta.association@gmail.com Fax: 62-21-4719005 MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN
IMPLEMENTASI SDGs DALAM MEWUJUDKAN KETERPADUAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA BERKELANJUTAN Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE Bali, 4 November 2016 Outline Konsep dan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan Perbandingan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI
KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengaruh NGO dalam pelestarian lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable Development:
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara
BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 24, Krisis Sosial: Sebuah Pengantar
Brief Note Edisi 24, 2016 Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Krisis Sosial: Sebuah Pengantar Riza Primahendra Salah satu tujuan dari dilaksanakannya CSR adalah menghindari krisis sosial yang berdampak pada
Lebih terperinciK111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN
K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik perhatian masyarakat Indonesia yang notabene negara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri dunia paling mengglobal saat ini adalah migrasi internasional. Hal ini disebabkan pengangguran pada saat sekarang sudah sangat banyak, dan banyak orang
Lebih terperinciKEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA
KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciKonvensi ILO No. 189 & Rekomendasi No. 201
Konvensi ILO No. 189 & Rekomendasi No. 201 KERJA LAYAK bagi PEKERJA RUMAH TANGGA Irham Ali Saifuddin Capacity Building Specialist ILO Jakarta PROMOTE Project 1 DASAR PEMIKIRAN Pengakuan nilai sosial dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memberi perlindungan dan mencari solusi jangka panjang bagi pengungsi, UNHCR telah menempuh upaya-upaya khususnya:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagai satu-satunya organisasi internasional yang diberi mandat untuk memberi perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan
Lebih terperinciMAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M
INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan Oleh: Antarini
Lebih terperinciPenyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk Kebijakan Perlindungan Sosial
Ringkasan terjemahan laporan Persons with Disabilities in Indonesia: Empirical Facts and Implications for Social Protection Policies (Penyandang Disabilitas di Indonesia: Fakta Empiris dan Implikasi untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA
BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan
Brief Note Edisi 22, 2016 Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan Riza Primahendra Pengantar Salah satu indikator utama dalam melaksanakan CSR atapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Pusat Statistik (BPS) dalam mengukur kemiskinan menggunakan konsep kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini
Lebih terperinciInternational IDEA, Strömsborg, Stockholm, Sweden Phone , Fax: Web:
Extracted from Democratic Accountability in Service Delivery: A practical guide to identify improvements through assessment (Bahasa Indonesia) International Institute for Democracy and Electoral Assistance
Lebih terperinciK189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011
K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi
Lebih terperinciPost Conflict Need Assessment (PCNA)
Post Conflict Need Assessment (PCNA) ABDUL CHARIS Direktorat Penanganan Daerah Paska Konflik Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Yogyakarta, 20 Juli 2017 Pengantar Penanganan
Lebih terperinciMENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL
MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.
KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Lebih terperinciinternasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan
BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu
Lebih terperinciK122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja
K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja 1 K 122 - Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan
Lebih terperinci15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional
Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN
Lebih terperinciKerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia
Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya
Lebih terperinciBackground Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN
Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN Pendahuluan Bakground Paper ini disusun sebagai informasi awal untuk memberikan gambaran mengenai posisi diskursus pembiayaan pembangunan saat ini. Diharapkan
Lebih terperinciMenanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan
International Labour Organization Menanggulangi Permasalahan Pekerja Anak Melalui Pendidikan Laporan Rapat Bersama Para Mitra yang Diselenggarakan di ILO Jakarta 23 Januari 2013 DECENT WORK A better world
Lebih terperinciPeran DPR RI dalam Agenda. Hj. Siti Masrifah Anggota Komisi IX DPR RI Panitia Kerja SDGs BKSAP DPR RI
Peran DPR RI dalam Agenda 2030 melalui Panja SDGs Hj. Siti Masrifah Anggota Komisi IX DPR RI Panitia Kerja SDGs BKSAP DPR RI Dasar Keterlibatan DPR dalam SDGs UUD 1945 dengan Perubahannya DPR memegang
Lebih terperinciLatar Belakang KLA. Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan
Latar Belakang KLA 1. Definisi dan Tujuan KLA Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) adalah suatu pembangunan kabupaten/kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
Lebih terperinciAIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM
AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS
Lebih terperinciKebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012
Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi
Lebih terperinci2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.144, 2015 HAM. Rencana Aksi. Nasional. Tahun 2015-2019. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN
Lebih terperinciR201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011
R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak
Lebih terperinciDisampaikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Menuju Perlindungan Indonesia, diselenggarakan oleh PUSHAM UII, bekerjasama dengan Noewegian Centre
Penguatan Status Legal Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya dalam Konstitusi dan Sistem Hukum Nasional: Potensi dan Tantangan Oleh : Rafendi Djamin Koordinator HRWG (Human Rights Working Group) hrwg@cbn.net.id
Lebih terperinciPROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL. Oleh: Al Araf
PROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL Oleh: Al Araf WHAT IS SECURITY? 1. Security = Securus (Latin) = terbebas dari bahaya, terbebas dari ketakutan, terbebas dari ancaman. 2. Dua Pendekatan: a) Traditional
Lebih terperinciDEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA
DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden
Lebih terperinciMeninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan
Meninjau Kerjasama Pembangunan bagi Pembiayaan Kesejahteraan Mickael B. Hoelman choki.nainggolan@gmail.com Twitter: @ChokiHoelman Naskah disampaikan pada Konferensi PRAKARSA 2014 Akselerasi Transformasi
Lebih terperinciPERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER
PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015
PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciCapacity Building & Capacity Development. Bambang Purwoko JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
Capacity Building & Capacity Development Bambang Purwoko JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA Proses untuk meningkatkan kemampuan individu, kelompok,
Lebih terperinciBrief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan
Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua
Lebih terperinciPemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth
Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan
Lebih terperincipenduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global saat ini, sistem internasional telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Era globalisasi yang muncul bukan hanya memudarkan batas-batas negara
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
1 PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada tanggal 25 Mei 2000 Negara-negara Pihak
Lebih terperinciR-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997
R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas
Lebih terperinciSTRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1
STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 Handoko Soetomo 2 Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan
Lebih terperinci