PENDAHULUAN. dengan semakin kompleksnya keinginan dan tujuannya, manusia berpikir mengenai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. dengan semakin kompleksnya keinginan dan tujuannya, manusia berpikir mengenai"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan dalam hidupnya. Lalu dengan semakin kompleksnya keinginan dan tujuannya, manusia berpikir mengenai konsep untuk mengubah gagasan-gagasan mereka. Proses berpikir tersebut menghasilkan suatu hal, yang disebut organisasi (Schein, 1991). Menurut Robbins (1990), organisasi adalah kesatuan sosial yang terkoordinasi secara sadar dengan memiliki batasan tertentu serta berfungsi secara terus menerus untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Schein (1991) mendefinisikan organisasi dengan lebih detil, yaitu sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan bersama melalui pembagian tugas dan fungsi serta melalui serangkaian wewenang dan tanggung jawab. Organisasi dapat dikelompokkan dengan menggunakan beberapa kriteria. Daft (1986) membaginya berdasarkan tujuh kriteria. Pertama, berdasarkan jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan, kedua, berdasarkan lalu lintas kekuasaan. Selanjutnya berdasarkan sifat hubungan personal. Keempat, berdasarkan tujuan, profit atau non profit. Kelima, berdasarkan kehidupan dalam masyarakat. Lalu berdasarkan fungsi dan tujuan yang dilayani. Terakhir, berdasarkan pihak yang memakai manfaat. Pada penelitian ini, konteks organisasi yang dimaksud adalah organisasi yang bertujuan profit dan bergerak dalam dunia usaha gan kata lain sebuah perusahaan. Saat seseorang memutuskan untuk memiliki suatu organisasi, maka sewajarnya, orang tersebut harus membuat suatu perencanaan dalam membangun organisasi. Perencanaan tersebut adalah perencanaan bisnis (business plan). Menurut Ferrel, Hirt & Ferrel (2008), pengertian dari perencanaan bisinis adalah dokumen tertulis yang menggambarkan seluruh elemen internal dan eksternal serta strategi untuk memulai suatu usaha. Memang, perencanaan bisnis tidak menjamin usaha

2 tersebut akan berhasil. Namun ketiadaan perencanaan bisnis menimbulkan risiko kegagalan bisnis yang sangat besar (Ferrel, Hirt & Ferrel, 2008). Setiap organisasi, apa pun bentuk dan tujuannya, haruslah dibuat dengan perencanaan yang baik. Bila tidak, maka organisasi tersebut akan mengalami banyak hambatan pada perjalanannya. CV. X merupakan sebuah contoh organisasi yang dibangun dengan perencanaan yang buruk. CV. X merupakan sebuah perusahaan yang berbentuk rekanan dan bergerak pada bidang jasa pelatihan outbond. Pada perkembangannya, CV. X menemui banyak permasalahan, terutama konflik internal para pemilik. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini berusaha menjawab hal-hal sebagai berikut : 1. Apa gambaran konflik internal yang terjadi pada CV. X? 2. Mengapa timbul permasalahan utama pada CV. X? 3. Bagaimana proses timbulnya permasalahan utama pada CV. X? 4. Rancangan usulan solusi yang bagaimanakah, yang sekiranya tepat untuk menyelesaikan permasalahan pada CV. X? LANDASAN TEORI organisasi Banyak tokoh yang telah menjelaskan apa organisasi itu. Tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip. Diantaranya adalah, Barnard, Mooney, Dimock, Schein dan Robbins. Namun dari perbandingan pengertian dari banyak tokoh tersebut, penlis menyimpulkan bahwa Schein memiliki suatu rumusan organisasi yang paling mewakili dari rumusan lainnya. Menurut Schein (1991) organisasi adalah sejumlah kegiatan manusia yang direncanakan untuk mencapai suatu maksud atau tujuan

3 bersama melalui pembagian tugas dan fungsi yang terintegrasi. Selanjutnya Schein (1991) menjelaskan inti dari konsep organisasi itu terdiri dari Tujuan Bersama, Koordinasi, Pembagian Kerja dan Integrasi. Lalu dalam setiap organisasi terdapat prinsip-proinsip yang harus dimiliki. Prinsip-prinsip tersebut juga telah banyak dikemukan oleh para ahli. Salah satunya adalah Williams (1965), yang menjelaskan bahwa terdapat 12 macam prinsip-prinsip organisasi, yaitu Organisasi Harus Mempunyai Tujuan yang Jelas, Prinsip Skala Hirarkhi, Prinsip Kesatuan Perintah, Prinsip Pendelegasian Wewenang, Prinsip Pertanggungjawaban, Prinsip Pembagian Pekerjaan, Prinsip Rentang Pengendalian, Prinsip Fungsional, Prinsip Pemisahan, Prinsip Keseimbangan, Prinsip Fleksibilitas dan Prinsip Kepemimpinan. Menurut Mangundjaya (2002), organisasi akan dapat berjalan secara efektif, bila berpegang pada prinsip-prinsip organisasi. Dengan kata lain, dengan memenuhi prinsip-prinsip tersebut, organisasi akan dapat berjalan dengan baik. PERENCANAAN BISNIS Merujuk pada konsep organisasi dari Schein (1991), yang memiliki tujuan bersama, koordinasi, pembagian kerja dan integrasi, maka dibutuhkan suatu perencanaan bisnis, yang dibuat oleh pengusaha atau pemilik perusahaan. Perencanaan bisnis bertujuan untuk merancang semua hal tersebut. Menurut Ferrel, Hirt & Ferrel (2008), pengertian dari perencanaan bisinis adalah dokumen tertulis yang menggambarkan seluruh elemen internal dan eksternal serta strategi untuk memulai suatu usaha. Ketiadaan perencanaan bisnis menimbulkan risiko kegagalan bisnis sangat besar. Tingkat kedalaman dan kerincian perencanaan bisnis bergantung dari ukuran dan cakupan usaha yang akan dibuat. Semakin besar atau kompleks usaha tersebut,

4 semakin rinci juga perencanaan bisnis harus dibuat. Menurt Ferrel, Hirt & Ferrel (2008), hal-hal yang dituliskan dalam perencanaan bisnis adalah : Halaman Pengantar, Penjelasan Umum, Analisa Industri dan Lingkungan, Deskripsi Perusahaan, Perencanaan Produksi atau Operasional, Perencanaan Pasar, Perencanaan Organisasi, Pengujian Risiko, Perencanaan Keuangan dan Appendix. Menurut banyak pihak, salah satunya Ferrel, Hirt dan Ferrel (2008), organisasi dapat dimiliki dalam beberapa bentuk, yaitu : Pemilik Tunggal (sole propiertorship), Rekanan (partnership) dan Korporasi (corporation). Saat seseorang memutuskan melakukan rekanan, harus dimiliki sebuah dokumen kemitraan. Yakni sebuah dokumen yang menentukan perjanjian dasar diantara rekan. Tidak hanya berupa uang dan aset, namun juga termasuk peran manajemen, tugas, pembagian keuntungan, kerugian dan klausul meninggalkan rekan. KONFLIK Konflik adalah suatu situasi dimana terdapat ketidaksesuaian tujuan, pikiran atau emosi di dalam atau diantara individu maupun kelompok (Janasz, Dowd & Schneider, 2002). Sedangkan menurut Pace dan Fawles (1993), konflik merupakan suatu perjuangan yang diekspresikan antara dua pihak atau lebih yang saling bergantung, yang mempersepsi tujuan-tujuan yang tidak sepadan, imbalan yang langka dan gangguan dari pihak lain dalam mencapai tujuan mereka. Masih menurut Janasz, Dowd dan Schneider (2002), konflik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : Sumber Daya Terbatas, Perbedaan Tujuan, Miskomunikasi, Perbedaan Sikap, Nilai dan Persepsi serta Perbedaan Kepribadian. Strategi manajemen konflik itu sendiri merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik (Navastara, 2007). Menurut Ross (dalam Navastara, 2007), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang

5 diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu. Hasil tersebut mengarahkan pada kemungkinan menghasilkan penyelesaian konflik, ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Sedangkan proses negosiasi itu sendiri merupakan sebuah proses yang melibatkan dua pihak atau lebih, dimana masing-masing memiliki sesuatu yang diinginkan dari pihak lain dan mencoba untuk mendapatkannya melalui perjanjian dengan proses penawaran (Janasz, Dowd & Schneider, 2002). Sementara Hellriegel, Slocum dan Woodman (2001) mendefinisikan negosiasi sebagai sebuah proses dimana dua atau lebih individu atau kelompok, memiliki kesamaan tujuan yang terhambat, menyatakan dan mendiskusikan rancangan yang spesifik untuk menghasilkan perjanjian yang memungkinkan untuk disetujui. Lalu Kreitner dan Kinicki (2008) menjelaskan bahwa negosiasi merupakan proses memberi dan menerima diantara pihak-pihak yang berkonflik. Setelah melihat pengertian dari konflik, strategi manajemen konflik dan negosiasi, maka terdapat keterkaitan diantara ketiga hal tersebut. Dapat disimpulkan bahwa negosiasi memiliki peranan penting dalam menyelesaikan konflik. Sebab, bila merujuk pada arti dari konflik, dimana terdapat ketidaksesuaian dalam beberapa hal, maka negosiasi berperan untuk menciptakan kesesuaian tersebut. Sedangkan strategi manajemen konflik dilakukan untuk menyelesaikan konflik secara efektif dan efisien. Strategi manajemen konflik ini terdiri dari lima bentuk. Terdapat satu perbedaan istilah yaitu kompetisi, menurut Janasz, Dowd dan Schneider (2002) dan memaksa, menurut Hellriegel, Shocum & Woodman (2001). Namun semua pengertian dari kedua sumber tersebut sama. Bentuk-bentuk tersebut adalah : Menghindar, Akomodasi, Kompromi, Kompetisi dan Kolaborasi.

6 Bila negosiasi menemui jalan buntu, dapat dilakukan dengan cara lain, yaitu dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga dapat berasal dari luar dan dalam organisasi.. Menurut Janasz, Dowd dan Schneider (2002) serta Hellriegel, Slocum dan Woodman (2001), pihak ketiga yang berasal dari luar organisasi dapat berperan sebagai mediator, arbitrator, konsiliator dan konsultan. Sedangkan pihak ketiga yang berasal dari dalam organisasi itu sendiri dapat berperan sebagai fasilitator, ombudsman dan panel rekan kerja (Kreitner dan Kinicki, 2008). METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan alternatif pemecahan masalah konflik internal yang terjadi pada CV. X. Oleh karena itu, pendekatan yang dianggap paling tepat adalah melalui metode studi kasus deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada sudi kasus ini, peneliti menggunakan pendekatan studi kasus kelompok manajemen, maka sampel penelitian ini adalah kelompok, yaitu pemilik CV. X, yang terdiri dari tiga orang yang bertindak sebagai informan dalam penelitian ini. HASIL 1. Pelaksanaan Prinsip Organisasi pada CV. X Secara umum, CV. X telah memenuhi prinsip organisasi. Hanya saja, hampir pada seluruh prinsip-prinsip organisasi, masih perlu diperbaiki. Pada prinsip yang berhubungan dengan pembagian kerja, seperti prinsip pendelegasian wewenang, pembagian pekerjaan dan fungsional masih perlu dilakukan formalisasi secara tertulis. Bahkan pada prinsip pemisahan, belum dapat terlaksana. Sedangkan pada prinsip yang berhubungan dengan kepemimpinan dan kekuasaan, seperti kesatuan perintah, rentang pengendalian dan kepemimpinan belum terpenuhi.

7 Melihat pada data-data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prinsipprinsip yang belum terpenuhi secara utuh, menyebabkan pertumbuhan organisasi yang lambat. Belum terpenuhinya prinsip-prinsip yang berhubungan dengan kepemimpinan, mengakibatkan koodrinasi pembagian kerja menjadi tidak berjalan dengan baik. 2. Pengelompokkan Jenis Organisasi Perbedaan Pengelompokkan Jenis Organisasi Perencanaan Awal Dengan Kondisi Aktual Mengacu pada perencanaan bisnis, maka bentuk organisasi merupakan salah satu hal yang harus direncanakan pada topik perencanaan organisasi. Oleh karena itu, tabel hasil observasi mengenai bentuk organisasi juga melihat bentuk organisasi yang direncanakan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi bentuk organisasi, dapat dikatakan bahwa CV. X merupakan organisasi bisnis yang berorientasi profit dan bergerak pada bidang jasa. Selain itu, CV. X merupakan organisasi yang berbadan hukum, sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia. CV. X juga bukan organisasi yang bergerak pada bidang kehidupan sosial bermasyarakat. Namun juga terdapat perbedaan dalam hal perencanaan awal dan kondisi aktual saat ini. Perbedaan tersebut terjadi dalam hal jumlah orang yang memegang pucuk pimpinan dan lalu lintas kekuasaan. Pada perencanaan awal, para pemilik akan bertindak menjadi pemimpin, sesuai dengan struktur yang telah disepakati. Namun pada kondisi aktual, hanya pemimpin tertinggi, yaitu pemilik modal terbesar, yang efektif menjalani fungsinya. Dua pemimpin lainnya, yang juga pemilik, tidak berfungsi dengan baik. Selain itu, dalam hal lalu lintas kekuasaan, juga terdapat perbedaan antara perencanan awal dengan kondisi aktual di lapangan. Melihat pada struktur organisasi

8 yang ada, pucuk pimpinan tidak dapat mengontrol setiap lini secara langsung. Sebab setiap lini tidak bertanggung jawab secara langsung kepada pucuk pimpinan. Namun pada observasi di lapangan, pimpinan tertinggi dapat mengontrol setiap lini secara langsung dan setiap lini tersebut juga bertanggung jawab secara langsung pada pimpinan tertinggi. Hal ini disebabkan oleh tidak berfungsinya dua pemimpin lainnya. 3. Hasil Wawancara I Latar Belakang Pendirian Usaha. Berdasarkan hasil wawancara pada ketiga pemilik, dapat terlihat adanya beberapa kesamaan. Pertama, dalam hal tujuan mendirikan perusahaan, yaitu memiliki usaha mandiri. Kedua, dalam hal memilih bidang usaha, mereka juga samasama melihat bahwa bidang usaha outbond memiliki prospek yang bagus. Ketiga, sumber modal merupakan dari pribadi masing-masing pemilik. Namun dari hasil wawancara tersebut juga terlihat, bahwa pendirian perusahaan tidak dilakukan dengan perencanaan yang baik. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya perencanaan bisnis, keuangan, organisasi dan pasar. Perjanjian kemitraan pun tidak ada. Mereka juga belum memiliki pengalaman dalam mendirikan usaha. A memang memiliki pengalaman tersebut. Namun, berdasarkan obrolan biasa dengan D, perusahaan yang dahulu didirikan oleh A tidak berjalan dengan baik. Terdapat satu perusahaan yang telah tutup dan tiga perusahaan lainnya telah berganti kepemilikan. Bahkan tiga perusahaan tersebut telah berkembang dengan baik, sejak berganti kepemilikan dari A ke pihak lain. 4. Hasil Wawancara II Kondisi Perusahaan Saat Ini. Berdasarkan dari hasil wawancara tahap kedua, terlihat bahwa kondisi perusahaan saat ini tidak berjalan sesuai keinginan semua pihak. A, B dan C mengakui bahwa walaupun perusahaan tetap berjalan, namun terdapat permasalahan di antara mereka. Hubungan antara B dan C tetap baik, tidak ada masalah. Namun

9 hubungan keduanya dengan A, sedang tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada bagian perasaan terhadap rekan yang lain. Selain itu, B dan C memiliki beberapa kesamaan pandangan dalam melihat suatu hal. Seperti hal yang membuat mereka puas dan kecewa, serta memandang sumber utama permasalahan. Baik B dan C juga mengeluhkan sikap A, yang menurut mereka telah bertindak arogan. Sedangkan A selalu mengeluhkan akan rasa tanggung jawab B dan C terhadap pekerjaan mereka. PEMBAHASAN 1. Gambaran Konflik Internal yang Terjadi Pada CV. X Melihat pada hasil penelitian, konflik yang terjadi adalah konflik internal pada kelompok pemilik CV. X. Pada pihak pegawai tidak terjadi konflik, namun justru terkena dampak dari konflik pemilik tersebut. Sesuai dengan teori dari Janasz, Dowd dan Schneider (2002), yang dikaitkan dengan kondisi aktual, maka konflik yang terjadi disebabkan oleh empat faktor. Faktor tersebut adalah sumber daya terbatas, miskomunikasi, perbedaan persepsi dan perbedaan kepribadian. Para pemilik jelas memiliki sumber daya yang terbatas. Antara lain waktu yang terbatas pada B dan C. Keduanya bertugas secara paruh waktu. Sedangkan uang yang dimiliki oleh mereka pun terbatas. Selain itu dalam situasi ini, para pemilik jarang sekali mengklarifikasi suatu informasi dengan jelas. Hal ini mengakibatkan terjadinya miskomunikasi diantara mereka bertiga. Mengingat bahwa D yang merupakan sahabat lama A, telah membuka masa lalu pribadi A yang kurang baik, maka B dan C pun akhirnya memiliki persepsi yang berbeda dengan A. Sehingga muncul persepsi bahwa A bertindak arogan dan menjadi penguasa tunggal. Perbedaan persepsi ini juga diperparah dengan perbedaan

10 kepribadian diantara mereka bertiga. Pribadi A yang cenderung dominan dan terbuka terlihat menekan pribadi B dan C yang lebih tertutup. Konflik diantara pemilik ini, berimbas pada perusahaan. A seringkali melanggar hierarki struktural yang telah ditetapkan. Sehingga A, B dan C seringkali saling memberikan instruksi yang berbeda kepada para pegawai. Sehingga pegawai merasa bingung akan tugas utamanya. Para pemilik pun juga tidak jarang melimpahkan tugas pada pegawai, padahal tugas tersebut bukan tanggung jawab pegawai yang bersangkutan. Semua hal tersebut mengakibatkan tidak adanya figur pemimpin yang dijadikan panutan oleh para pegawai. 2. Sebab Timbulnya Permasalahan Utama Pada CV. X Merujuk pada konsep membuat perusahaan dari Ferrel, Hirt dan Ferrel (2008) yang dikaitkan dengan situasi yang terjadi, maka jelas terlihat, bahwa CV. X tidak membuat perencanaan bisnis. Perencanaan bisinis adalah dokumen tertulis yang menggambarkan seluruh elemen internal dan eksternal serta strategi untuk memulai suatu usaha Ferrel, Hirt dan Ferrel (2008). Ketiadaan perencanaan bisnis menimbulkan risiko kegagalan bisnis sangat besar. Hal tersebut menjelaskan bahwa para pemilik CV. X tidak mengetahui langkah-langkah penting atau strategi yang seharusnya dilakukan. Hal yang paling mendasar adalah mengenai kepemilikan perusahaan. CV. X merupakan kepemilikan dengan bentuk rekanan. Dalam membuat kepemilikan bentuk rekanan, maka yang harus dilakukan adalah membuat dokumen kemitraan dari para pemilik usaha (Ferrel, Hirt & Ferrel, 2008). Yakni sebuah dokumen yang menentukan perjanjian dasar diantara rekan. Tidak hanya berupa uang dan aset, namun juga termasuk peran manajemen, tugas, pembagian keuntungan, kerugian dan klausul meninggalkan rekan.

11 Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa sumber dari permasalahan yang terjadi adalah tidak dibuatnya perencanaan bisnis. Namun hal ini dapat dicegah dengan adanya dokumen kemitraan. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa permasalahan utama yang menimpa CV. X adalah karena ketiadaan dokumen kemitraan. 3. Proses Timbulnya Permasalahan Utama Pada CV. X Berdasarkan pada uraian hasil penelitian, maka dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa masalah yang terjadi pada CV. X. Buruknya perencanaan dalam memulai perusahaan, merupakan awal dari segala permasalahan yang muncul. Kondisi perencanaan tersebut membuat CV. X tidak mengetahui, hal-hal apa saja yang harus dilakukan. Hal yang bersifat motivasi mendirikan perusahaan, hanyalah pada kepemililikan usaha sendiri. Tidak ada motivasi untuk membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain, pengembangan diri, bahkan motivasi untuk memimpin pasar usaha outbond saja tidak ada. Oleh karena itu, ketika perusahaan sudah berdiri, sepertinya mereka sudah mendapatkan kepuasan. Padahal itu merupakan awal untuk berusaha lebih keras. Tidak bisa berkembang secara otomatis. Ketiadaan pengalaman dalam membangun usaha juga memberikan pengaruh atas masalah yang ada. Yaitu, membangun usaha tidak bisa dilakukan dengan melakukan perencanaan yang seadanya, informal dan hanya bermodalkan semangat tinggi saja. Perencanaan harus dibuat detil dan diwujudkan dalam sebuah dokumen yang disebut perencanaan bisnis. Berdasarkan perencanaan bisnis ini, maka akan diketahui dengan lebih spesifik, apa saja yang harus dilakukan dalam memulai suatu usaha baru. Terlebih bentuk kepemilikan perusahaan adalah rekanan, dimana ketersediaan dokumen kemitraan merupakan hal yang sangat penting dalam mengatur hubungan diantara para pemilik.

12 Tidak adanya perencanaan bisnis pada CV. X, membuat perusahaan berjalan dengan tidak optimal. Prinsip-prinsip organisasi tidak diterapkan dengan baik. Bahkan faktor kepemimpinan masih belum kuat. Para pemilik seakan-akan berusaha merebut pengaruh pada pegawai. Hal ini mengakibatkan tidak ada kesatuan perintah, kesamaan pandangan dalam menjalani usaha ini. Para pemilik juga tidak saling mengklarifikasi informasi yang ada. Mereka akhirnya saling memiliki prasangka terhadap lainnya. Keadaan ini juga ditambah dengan administrasi pegawai yang belum sepenuhnya baku, khususnya masalah yang berhubungan dengan tugas kerja. Seperti pembagian kerja dan deskripsi kerja. Pada akhirnya, hal ini membuat pegawai bingung mengenai tugas pasti yang harus dikerjakan dan kepada siapa mereka harus bertanggung jawab. Merujuk pada faktor penyebab konflik dari Janasz, Dowd dan Schneider (2002), maka konflik yang terjadi disebabkan oleh miskomunikasi, perbedaan sikap dan perbedaan kepribadian. Para pemilik tidak ingin membuka arus komunikasi dengan baik. Mereka lebih baik untuk berprasangka. Lalu masing-masing dari mereka pun memiliki sikap, cara pandang yang berbeda dalam melihat suatu masalah. Sedangkan kepribadian mereka yang berbeda, A yang cenderung ekstrovert dan dominan, dan B serta C yang cenderung untuk lebih introvert, sering menyebabkan pertentangan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut maka penulis mengambil kesimpulan mengenai permasalahan utama yang terjadi pada CV. X adalah tidak adanya dokumen kemitraan. Memang, semua hal bersumber dari tidak adanya perencanaan bisnis. Namun dampak dari ketiadaan perencanaan bisnis tersebut dapat diminimalisir dengan adanya dokumen kemitraan. Tidak adanya dokumen kemitraan membuat para

13 pemilik tidak memiliki aturan main dalam mennjalankan manajemen. Konflik-konflik yang terjadi merupakan dampak lanjutan dari hal tersebut. 4. Rancangan Usulan Solusi yang Sesuai Pada CV. X Menurut Janasz, Dowd dan Schneider (2002) serta Hellriegel, Slocum dan Woodman (2001), dalam menyelesaikan konflik dapat menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga dapat berperan sebagai mediator, arbitrator, konsiliator dan konsultan. Pada penelitian ini, penulis dapat berperan sebagai konsultan. Sebab penulis berperan dalam menyimak pendapat pihak-pihak yang bersengketa, menyarankan perencanaan dan strategi, membantu mengidentifikasi permasalahan dan membantu membuat perjanjian yang memuaskan bagi pihak-pihak yang bersengketa. Pada kondisi aktual, konflik yang terjadi sudah meluas pada hal yang bersifat pribadi. Seperti prasangka buruk dan ketidaknyamanan. Bukan lagi pada hal yang bersifat pekerjaan, seperti pelaksanaan tanggung jawab dan wewenang. Dengan kata lain, konflik yang terjadi, merupakan perluasan dari sumber permasalahan utama. Oleh karena itu, rancangan intervensi yang sekiranya tepat pada CV. X adalah kegiatan yang bertujuan menyelesaikan konflik terlebih dahulu. Membuka arus komunikasi, pandangan dan menyadari perbedaan kepribadian yang dimiliki. Setelah konflik sudah dapat diselesaikan atau berkurang, maka intervensi selanjutya adalah mengatasi permasalahan utama. Yaitu dengan mengajukan rancangan dokumen kemitraan yang akan disepakati oleh kedua pihak. Ferrel, Hirt dan Ferrel (2008) menjelaskan, bahwa bentuk kepemilikan rekanan, sangat disarankan untuk memiliki sebuah dokumen kemitraan. Yakni sebuah dokumen yang menentukan perjanjian dasar diantara rekan. Tidak hanya berupa uang dan aset, namun juga termasuk peran manajemen, tugas, pembagian keuntungan, kerugian dan klausul meninggalkan rekan.

14 KESIMPULAN Berdasarkan hasil telaah kasus yang dikaitkan dengan teori, maka sumber utama permasalahan yang terjadi pada CV. X adalah ketiadaan dokumen kemitraan. Memang, tidak dibuatnya perencanaan bisnis merupakaan awal dari munculnya permasalahan. Namun hal tersebut dapat dihindari atau diminimalisir dengan adanya dokumen kemitraan. Rancangan solusi yang ditawarkan berupa program penyelesaian konflik diantara para pemilik terlebih dahulu. Untuk membuka arus komunikasi yang terhambat. Kemudian ditawarkan berupa rancangan isi dari dokumen kemitraan. Untuk mengatur mengenai tugas, hak dan tanggung jawab diantara pemilik CV. X. Rancangan Intervensi Rancangan proses pengklarifikasian informasi berupa suatu pertemuan yang terdiri dari enam sesi. Yaitu, sesi pengantar dari penulis, sesi mengungkapkan perasaan, sesi pemberian tanggapan, sesi perenungan, sesi identifikasi diri dan masalah serta sesi penutup berupa kesepakatan bersama. Rancangan selanjutnya adalah konsep dokumen kemitraan yang diajukan terdiri dalam dua bentuk. A, B dan C yang akan memutuskan mengenai rancangan dokumen kemitraan mana yang akan digunakan. Pertimbangan dalam pembuatan keputusan, sepenuhnya dilakukan oleh A, B dan C. Penulis tidak memberikan masukan dalam pemilihan salah satu rancangan tersebut. Perjanjian sepenuhnya dibuat, dikonsultasikan dan disaksikan oleh notaris. Bentuk pertama, berupa perjanjian yang berisi pembagian hak, tanggung jawab dan wewenang secara jelas diantara A, B dan C. Hal tersebut dicantumkan secara rinci, agar dapat dilakukan pengukuran atau pengevaluasiam dalam

15 menjalankan perjanjian tersebut. Peran dalam manajemen diperjelas, sehingga rentang hierarki dalam struktur dapat berjalan dengan semestinya. Selain itu juga dicantumkan mengenai sanksi dari kelalaian dalam menjalankan perjanjian. Bentuk kedua, adalah perjanjian dimana mereka melepaskan diri dari peran manajemen di dalam perusahaan itu. Lalu, hal yang dilakukan adalah merekrut seorang manajer umum yang berpengalaman dalam usaha ini. Sehingga A, B dan C tidak perlu mengurusi kegiatan operasional perusahaan. Dalam perjanjian ini, tetap diatur mengenai hak, tanggung jawab dan wewenang diantara mereka. Intervensi yang dapat dilakukan, kondisi yang mengijinkan intervensi tersebut dapat dilakukan dan persetujuan pelaksanaan intervensi, harus dicantumkan. Selain itu, apabila bentuk ini dipilih oleh A, B dan C, maka mereka juga harus membuat seuatu perjanjian dengan manajer umum tersebut. Dokumen Kemitraan tersebut harus dikonsultasikan, dibuat dan ditandatangani di depan pejabat yang berwenang, dalam hal ini adalah notaris. Format dan bentuk baku dokumen, diserahkan sepenuhnya oleh notaris. Namun secara umum, dokumen kemitraan berisikan topik sebagai berikut (Ferrel, Hirt & Ferrel, 2008) : 1. Identitas, tujuan pembuatan perjanjian dan lokasi. 2. Jangka waktu perjanjian. 3. Kewenangan dan tanggung jawab setiap rekan. 4. Karakter rekan (umum atau terbatas, aktif atau pasif). 5. Jumlah modal dari setiap rekan. 6. Pembagian keuntungan atau kerugian. 7. Gaji dari rekan. 8. Jumlah penarikan modal yang diijinkan. 9. Kematian rekan.

16 10. Penjualan saham rekan. 11. Penyelesaian konflik. 12. Tindakan yang diperbolehkan dan yang dilarang. 13. Kemangkiran dan ketidakmampuan. 14. Perjanjian jual dan beli. Saat suatu pihak hendak membuat suatu perusahaan, maka pihak tersebut harus membuat suatu perencanaan bisnis terlebih dahulu. Menurut Ferrel, Hirt & Ferrel (2008), perencanaan bisinis adalah dokumen tertulis yang menggambarkan seluruh elemen internal dan eksternal serta strategi untuk memulai suatu usaha. Ketiadaan perencanaan bisnis akan menimbulkan risiko kegagalan bisnis sangat besar. Kepemilikan perusahaan merupakan salah satu hal yang termasuk dalam perencanaan bisnis tersebut. Apabila perusahaan dimiliki oleh rekanan, maka harus dibuat suatu dokumen yang disebut dokumen kemitraan. Yakni sebuah dokumen yang menentukan perjanjian dasar diantara rekan (Ferrel, Hirt dan Ferrel, 2008).

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone

2013, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indone No.421, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Sengketa Lingkungan Hidup. Penyelesaian. Pedoman. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Penjelasan Menimbang : Mengingat : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. MANAJEMEN KONFLIK Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. Konflik: percekcokan; perselisihan; pertentangan (KBBI) Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok,

Lebih terperinci

Perilaku Keorganisasian IT

Perilaku Keorganisasian IT Perilaku Keorganisasian IT-021251 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK Pengertian Kelompok Kelompok? Perilaku kelompok? Dua karakteristik pokok dari kelompok,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular 1 Kamar Kecil Merokok Agenda Telepon selular 2 Menjelaskan manfaat dari negosiasi yang efektif. Menjelaskan lima tahap negosiasi. Menekankan persiapan dan negosiasi berbasiskepentingan Menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik Kerja 1. Pengertian Konflik Kerja Dalam setiap organisasi, agar setiap organisasi berfungsi secara efektif, maka individu dan kelompok yang saling bergantungan harus

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEDOMAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Umum... 1 1.2 Pengertian Isilah... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 3 III. PRINSIP DASAR, KEBIJAKAN DAN ETIKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain didalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi memiliki

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis P R E P A R E D B Y : I R M A M. N A W A N G W U L A N, M B A M G T 4 0 1 - H U K U M B I S N I S S E M E S T E R G A N J I L 2 0 1 4 U N I V E R S

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK)

KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK) KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK) UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2006 PETUNJUK: Dengan mempergunakan skala 1 5 berikut, mohon dituliskan nomor sesuai

Lebih terperinci

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

2017, No Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1035, 2017 OMBUDSMAN. Laporan. Penerimaan, Pemeriksaan, dan Penyelesaian. Pencabutan. PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DAN INOVASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen proyek adalah suatu perencanaan dan pengendalian proyek yang telah ditekankan pada pola kepemimpinan, pembinaan kerja sama, serta mendasarkan

Lebih terperinci

SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK

SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK Rosemarie Sutjiati Apa itu Konflik Saat mendengar kata konflik, banyak orang memiliki pandangan bahwa itu merupakan suatu hal yang bersifat negatif, tidak baik, bahkan dianggap

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONFLIK? BEBERAPA PENGERTIAN : *Konflik adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau

Lebih terperinci

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut.

organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut. 14 BUDAYA ORGANISASI organisasi tersebut berasal, dan apakah budaya organisasi tersebut dapat diatur, kesemuanya akan dibicarakan pada halaman berikut. Setiap individu memiliki kepribadian, begitu pula

Lebih terperinci

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI. Maya Dewi Savitri, MSi.

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI. Maya Dewi Savitri, MSi. PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI Maya Dewi Savitri, MSi. 1 Pertemuan 12 Organisasi dan Kelompok Kerja 2 Materi 1. Pengertian organisasi 2. Prinsip organisasi 3. Bentuk organisasi 4. Proses pengorganisasian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen & Bisnis

Pengantar Manajemen & Bisnis Modul ke: 08Fakultas Ariefah Ilmu Komputer Pengantar Manajemen & Bisnis Mengorganisasikan Perusahaan Bisnis Rachmawati Program Studi Sistem Informasi Bagian Isi 1. Elemen-elemen yang mempengaruhi struktur

Lebih terperinci

KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI

KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI Week-13 By Ida Nurnida DEFINISI KONFLIK Perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain Prosesnya dimulai jika satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 BAB I STRUKTUR ORGANISASI Pasal 1 Komisi Paripurna (1) Komisi Paripurna dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua. (2) Sidang

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Modul ke: Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas) LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua

Lebih terperinci

Def e i f n i i n s i i s Pe P ng n o g r o g r a g ni n s i asia i n

Def e i f n i i n s i i s Pe P ng n o g r o g r a g ni n s i asia i n PengertianOrganisasi Organisasiadalahsekelompokorangyang bekerjasama dalam struktur dan kordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu.(griffin,2002) Sekumpulan orang atau kelompok yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2017 2 BUPATI

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan perekonomian dan juga sumber daya manusia. Proses perekonomian yang terjadi

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI Disampaikan dalam Acara: Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah Pekanbaru, 27 Maret 30 Maret 2012 oleh: Asisten

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan

Lebih terperinci

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial http://deden08m.com 1 Tujuan Serikat Pekerja (Mondy 2008) Menjamin dan meningkatkan standar hidup dan status ekonomi dari para anggotanya. Meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 511/KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

Lebih terperinci

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI

MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI MASALAH SENGKETA DALAM PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI Mukhamad Afif Salim, Agus Bambang Siswanto Program Studi Teknik Sipil Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Email : afifsalim@untagsmg.ac.id 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari berbagai elemen sumber daya yang terdiri dari bahan baku, peralatan, metode (cara kerja),

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI

STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI Elemen struktur organisasi Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain: 1. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk menjamin

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG STANDAR KOMPETENSI JABATAN MANAJERIAL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Nama : Burhanudin Indra NIM :

Nama : Burhanudin Indra NIM : Nama : Burhanudin Indra NIM : 14122030 1. Pengertian Organisasi Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi

Lebih terperinci

Suatu proses dimana satu pihak menganggap pihak lain secara negatif, merugikan dan perlu dihindari. Pandangan mengenai konflik:

Suatu proses dimana satu pihak menganggap pihak lain secara negatif, merugikan dan perlu dihindari. Pandangan mengenai konflik: Konflik Suatu proses dimana satu pihak menganggap pihak lain secara negatif, merugikan dan perlu dihindari. Pandangan mengenai konflik: 1. Pandangan tradisional, semua konflik membahayakan & harus dihindari

Lebih terperinci

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 Beratus-ratus tahun yang lalu dalam sistem pemerintahan monarki para raja atau ratu memiliki semua kekuasaan absolut, sedangkan hamba sahaya tidak memiliki kuasa apapun. Kedudukan seorang raja atau ratu

Lebih terperinci

By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan ke - 13

By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan ke - 13 By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan ke - 13 TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa dapat memahami pengertian dan peranan Manajemen. Mahasiswa dapat memahami latar belakang sejarah manajemen. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

MANAJEMEN UMUM. BAB 5 Wewenang, Delegasi dan Desentralisasi

MANAJEMEN UMUM. BAB 5 Wewenang, Delegasi dan Desentralisasi Stevianus SE MM MANAJEMEN UMUM BAB 5 Wewenang, Delegasi dan Desentralisasi A. Pengertian Wewenang, Kekuasaan dan Pengaruh D. Delegasi Wewenang B. Struktur Lini dan Staf E. Sentralisasi Versus Desentralisasi

Lebih terperinci

KOMPENSASI / IMBALAN

KOMPENSASI / IMBALAN KOMPENSASI / IMBALAN Pengertian Banyak pengertian kompensasi yang telah diberikan. Namun tidak ada satu pengertian pun yang pasati dan diterima secara umum. Pemberian kompensasi merupakan salah satu tugas

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37/POJK.04/2014 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF PENYERTAAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENGELOLA KONFLIK ORGANISASI MATERI 12

MENGELOLA KONFLIK ORGANISASI MATERI 12 MENGELOLA KONFLIK ORGANISASI MATERI 12 LATIHAN Ê KERJAKAN PER KELOMPOK Ê MENGGUNAKAN FORMAT MS. POWER POINT Ê KIRIM KE EMAIL asta_p80@yahoo.com SEBELUM JAM 24.00 WIB Ê KOORDINATOR KELOMPOK à KOORDINATOR

Lebih terperinci

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.215, 2012 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA

DAFTAR ISI PERATURAN ARBITRASE SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE. Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Arbitrase Proses Acara Cepat KLRCA Bagian I PERATURAN ARBITRASE PROSES Acara Cepat KLRCA Bagian II SKEMA IMBALAN DAN BIAYA ADMINISTRASI Bagian III PEDOMAN UNTUK PERATURAN ARBITRASE

Lebih terperinci

RANGKUMAN BAB 15. Konflik

RANGKUMAN BAB 15. Konflik RANGKUMAN BAB 15 Konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa

Lebih terperinci

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KESEPAKA TAN KERJASAMA

KESEPAKA TAN KERJASAMA KESEPAKA TAN KERJASAMA An tar a PROJECT IMPLEMENTATION UNIT (PIU) CCDP-IFAD KABUPATEN GORONTALO UTARA Dengan KOPERASI PERIKANAN PADU ALAM LAUT Tentang PENGELOLAAN USAHA COLD STORAGE MINI 10 TON & MESIN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan andal sebagai usaha

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2014 KEUANGAN. OJK. Sengketa. Penyelesaian. Alternatif. Lembaga. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5499) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 11 Materi Minggu 3 Pengambilan Keputusan dalam Organisasi 3.1 Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dibutuhkan ketika kita memiliki masalah

Lebih terperinci

Fungsi PENGORGANISASIAN. Eni Widiastuti

Fungsi PENGORGANISASIAN. Eni Widiastuti Fungsi PENGORGANISASIAN Eni Widiastuti PENGERTIAN Pengorganisasian :langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan pendelegasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi sangatlah penting didalam kehidupan masyarakat, yang mana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi sangatlah penting didalam kehidupan masyarakat, yang mana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi sangatlah penting didalam kehidupan masyarakat, yang mana artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan suatu kelompok, organisasi untuk saling berinteraksi.

Lebih terperinci

7. STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI

7. STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI 7. STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI Elemen struktur organisasi Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain: 1. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh

Lebih terperinci

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1997 TENTANG KEMITRAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mempercepat perwujudan perekonomian nasional yang mandiri dan

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07PRT/M/2017 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PENGADUAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan

BAB. I PENDAHULUAN. dapat berprestasi sebaik mungkin demi mencapai tujuan organisasi. Karyawan 1 BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi dituntut untuk dapat mengoptimalkan sumber daya manusia dan bagaimana sumber daya manusia dikelola. Pengelolaan sumber daya manusia tidak

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEKERJA DENGAN KEPUASAN KERJA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEKERJA DENGAN KEPUASAN KERJA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEKERJA DENGAN KEPUASAN KERJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se No.547, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Kode Etik. Kode Perilaku Pegawai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 07/PRT/M/2017 TENTANG KODE ETIK DAN KODE

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 )

BAB II LANDASAN TEORI. atupun mata uang lainnya yang meliputi seluruh kegiatan untuk jangka waktu. Definisi anggaran menurut M. Nafirin ( 2000:9 ) BAB II LANDASAN TEORI A. Anggaran 1. Definisi Anggaran Rencana yang dapat disebut dengan anggaran adalah rencana yang terorganisir dan menyeluruh, yang dinyatakan dalam bentuk angka rupiah, dollar, atupun

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 511 /KMK.06/2002 TENTANG INVESTASI DANA PENSIUN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa dalam rangka menunjang keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 DISIPLIN ORGANISASI

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 DISIPLIN ORGANISASI DISIPLIN ORGANISASI Disiplin adalah tindakan para manajer untuk menegakkan standar organisasi, yang apabila para pekerja tidak mengetahui dan memahami standar tersebut, maka perilaku mereka akan tidak

Lebih terperinci