VI. PERENCANAAN LANSKAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. PERENCANAAN LANSKAP"

Transkripsi

1 99 VI. PERENCANAAN LANSKAP 6.1. Rencana Ruang Wisata Rencana ruang yang berdasarkan konsep ruang wisata akan dibagi dalam lima ruang. Pembagian ruang tersebut berdasarkan fungsi dan kebutuhan dalam aktivitas wisata pada kawasan (Tabel 19 dan Gambar 48), yaitu : 1. Ruang objek wisata utama/inti merupakan ruang yang utama dalam rencana ruang ini. Karena di dalamnya terdapat objek wisata sejarah yang dalam konsep pelestarian termasuk dalam ruang mintakat inti. Oleh karena itu penentuan ruang ini harus diperhatikan secara seksama karena berhubungan dengan keberadaan objek sejarah yang harus dilestarikan. Adapun objek wisata yang terdapat dalam ruang inti ini adalah Rumah Kalang, Pasar Gede, Gardu Listrik Tua, Komplek Makam Raja-Raja Mataram, Masjid Besar Mataram, komplek pemandian (sendang), Situs Watu Gilang dan Watu Gatheng, Cepuri, Gang Rukunan, reruntuhan rumah Prof. Kahar Muzakkir dan Langgar Tertua. Adapun aktivitas wisata yang dapat dilakukan pada ruang ini adalah melihat, mengamati, mempelajari objek, menginterpretasikan objek, ziarah, ibadah, foto, belanja, dan kegiatan lainnya yang tidak mengganggu ataupun merusak keberadaan objek tersebut. Luas ruang ini adalah sekitar 19,22 ha atau 9,2% dari luas seluruh KCB Kotagede ini. 2. Ruang objek wisata pendukung, pada kawasan ini berupa pemukiman penduduk setempat juga lokasi terdapatnya objek wisata. Ruang ini mengelilingi kawasan dan berada pada lapisan paling luar dari KCB Kotagede. Untuk ruang objek wisata pendukung 1 direncanakan dalam pengembangannya agak dibaatasi, yaitu fasade maupun gaya arsitektur bangunannya tidak terlepas dari konsep Kerajaan Mataram Islam yang memadukan gaya Jawa-Hindu-Islam. Sedangkan untuk ruang objek wisata pendukung 2 dalam rencana pengembangannya tidak terlalu dibatasi, fasade maupun gaya arsitektur bangunannya dapat mengalami modifikasi. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan dalam ruang ini adalah melihat

2 100 beberapa rumah Joglo yang berada dalam komplek pemukiman penduduk, juga dapat mengamati keseharian hidup masyarakat setempat. Luas ruang penyangga ini sekitar 122,71 ha atau 58,7% dari luas keseluruhan KCB Kotegede. 3. Ruang transisi merupakan ruang yang mengarahkan ke objek wisata berada. Ruang ini berada antara ruang inti dengan ruang penerimaan, tepatnya pada tempat-tempat sebelum objek wisata yang akan dikunjungi. Pada ruang ini wisatawan dapat beristirahat sejenak, melihat, foto, mengamati bangunan sekitar, dan kegiatan lainnya yang dapat dilakukan wisatawan selama tidak mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Adapun luas dari ruang transisi ini adalah 15,9% dari luas KCB Kotagede atau sekitar 33,15 ha. 4. Ruang fasilitas dan pelayanan wisata yang terletak pada mintakat pengembangan ini di dalamnya memiliki beberapa fasilitas yang dapat menunjang aktivitas wisatawan yang berupa musholla, toilet, kios makan, pos pelayanan umum, pos jaga. Dalam ruang ini wisatawan dapat melakukan aktivitas yang berupa makan, ibadah, istirahat, belanja, dan kegiatan lainnya yang masih dapat ditunjang oleh fasilitas yang telah disediakan. Luas ruang ini sekitar 20,13 ha atau 9,6% dari luas KCB Kotagede. 5. Ruang penerimaan (welcome area) yang berada sebelah barat dari kawasan merupakan pintu masuk utama ke dalam kawasan. Dalam ruang ini terdapat fasilitas gerbang masuk, area parkir, terminal becak dan andong, papan informasi dan interpretasi utama, pos pelayanan umum, dan sebagainya. Luas ruang ini sekitar 13,79 ha atau sekitar 6,6% dari luas KCB Kotagede.

3 101 Tabel 19 Rencana Ruang, Aktivitas, dan Fasilitas Wisata Ruang Pelestarian Mintakat Inti Ruang Pelestarian Mintakat Penyangga Mintakat Pengembangan Ruang Wisata Ruang Objek Utama/Inti Ruang Wisata Ruang objek wisata pendukung Ruang Transisi Ruang Pelayanan Ruang Transisi Ruang Penerimaan Fungsi Aktivitas Fasilitas Pelestarian dan Wisata Interpretasi, ziarah, ibadah, melihat objek, mengamati objek, foto-foto Papan informasi, pusat informasi, fasilitas interpretasi, bangku, toilet Fungsi Aktivitas Fasilitas Pelindung ruang inti, wisata, dan pelestarian Pengarah ke ruang inti Menyediakan pelayanan dan fasilitas bagi wisatawan Pengarah ke ruang inti Menyambut wisatawan Melihat objek, mengamati objek, foto-foto, berinteraksi dengan masyarakat setempat Istirahat, fotofoto, berjalan, melihat-lihat, merasakan suasana. Istirahat, makan, belanja, jalanjalan, mendapatkan informasi dan layanan Istirahat, fotofoto, berjalan, melihat-lihat, merasakan suasana. Mendapatkan informasi, memarkirkan kendaraan, menaiki becak atau andong Papan informasi, jalan, shelter, bangku, jalur sirkulasi Bangku, shelter, papan informasi, jalan, main sign, name sign Pos jaga, kios makan, toko cinderamata, musholla, toilet Bangku, shelter, papan informasi, jalan, main sign, name sign Papan informasi dan interpretasi, pos pelayanan umum, area parkir, terminal becak dan andong

4 Gambar 48 Rencana Ruang KCB Kotagede 102

5 Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi yang akan diterapkan pada KCB Kotagede merupakan penyesuaian dari hasil sintesis, yaitu konsep sirkulasi. Sebagaimana telah diterangkan bahwa konsep sirkulasi yang digunakan berpola loop. Jalur sirkulasi yang direncanakan merupakan penghubung antar ruang maupun setiap ruang secara keseluruhan (Gambar 49). Jalur sirkulasi yang direncanakan terdapat dalam tiga jenis, yaitu jalur sirkulasi primer, jalur sirkulasi sekunder, dan jalur sirkulasi tersier. Jalur primer merupakan jalur yang dibuat pada ruang penerimaan, khusus untuk wisatawan yang baru memasuki kawasan. Jalur sirkulasi ini dibuat mulai dari gerbang masuk kawasan hingga ruang transisi, yaitu sepanjang Jalan Tegalgendu hingga jembatan Sungai Gajah Wong dan berbatasan dengan Jalan Mondorokan. Selain itu jalur primer ini juga berlaku pada ruang penerimaan pendukung yaitu pada Jalan Kemasan akses masuk dari Jalan Gedong Kuning dan Jalan Karanglo akses masuk dari Ring Road Timur. Jalur ini direncanakan dapat digunakan oleh alat transportasi dalam berbagai ukuran. Jalur sekunder adalah jalur yang menghubungkan tiap ruang dalam kawasan dan sesuai dengan jalur interpretasi yang direncanakan. Pada urutan pertama jalur ini dimulai dari Jalan Mondorokan-Jalan Canteng-Kampung Dalem- Kampung Alun-Alun-Gang Prof. Kahar Muzakkir-Jalan Karanglo-Jalan Kemasan-Jalan Nyi Pembayun. Jalur tersebut akan mengarahkan wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata secara berurutan tentang perkembangan KCB Kotagede hingga saat ini. Jalur ini dapat digunakan oleh pengguna kendaraan roda empat. Jenis jalur terakhir merupakan jalur pelengkap, yaitu jalur tersier. Jalur ini dibuat bagi wisatawan yang menginginkan melakukan aktivitas secara bebas, tidak mengikuti arahan dalam jalur interpretasi. Jalur ini merupakan jalur pintas yang dapat digunakan wisatawan untuk menuju objek yang ingin mereka yang ingin mempersingkat kegiatan wisatanya. Jalur ini hanya dapat digunakan bagi pejalan kaki dan kendaraan roda dua, karena jalur ini berupa gang-gang kecil. Rencana jalur sirkulasi ini hanya memanfaatkan jalan/gang eksisting pada kawasan yang memang sudah tidak memungkinkan untuk menciptakan jalur baru

6 104 ataupun memperlebar jalan. Hal ini terjadi dikarenakan kawasan sudah terlalu padat oleh pemukiman penduduk dan sepanjang pinggir jalan yang terdapat bangunan bersejarah dan telah dimanfaatkan sebagai pertokoan.

7 Gambar 49 Rencana Sirkulasi KCB Kotagede 105

8 Rencana Jalur Interpretasi Rencana interpretasi yang dibuat dalam bentuk jalur dan sarana interpretasi yang dapat membantu wisatawan untuk mengetahui ataupun memahami mengenai perkembangan KCB Kotagede dari jaman Kerajaan Mataram Islam hingga terbentuknya KCB Kotagede sebagai pusat penghasil kerajinan perak (Tabel 20). Jalur interpretasi telah disesuaikan dengan rencana jalur sirkulasi yang telah direncanakan. Jalur interpretasi dimulai dari ruang penerimaan yang memiliki beberapa Rumah Kalang yang telah dirubah menjadi toko kerajinan perak maupun restaurant. Pada ruang ini wisatawan diajak berkenalan terlebih dahulu terhadap karakter bangunan yang sebagaian besar terdapat dalam kawasan. Selanjutnya adalah jalur Jalan Mondorokan yang pada permulaannya memiliki beberapa Rumah Kalang. Wisatawan dapat melihat gaya khas arsitektur Rumah Kalang ini yang berupa campuran antara gaya Eropa dan Jawa. Orang Kalang merupakan orang khusus yang ditunjuk dari pihak kerajaan dan dipercaya untuk mengabdi kepada kerajaan sebagai ahli kayu dalam lingkungan kraton. Sampai ujung Jalan Mondorokan ini wisatawan dapat mengunjungi Pasar Gede yang merupakan pusat ekonomi masyarakat sejak jaman Kerajaan Mataram Islam. Kemudian sepanjang Jalan Canteng wisatawan juga dapat mengunjungi Komplek Makam Raja-Raja Mataram yang merupakan objek utama dalam kawasan ini. Pada komplek ini pun terdapat Mesjid Besar Mataram dan komplek pemandian (sendang), setelah itu sebelum mengunjungi situs Watu Gilang dan Watu Gatheng, wisatawan akan menemukan cepuri terlebih dahulu yang merupakan benteng dalam kraton pada masa lalunya. Sampai di Kampung Dalem wisatawan dapat melihat situs Watu Gilang dan Watu Gatheng. Pada lokasi inilah dahulu tempat berdirinya keraton kerajaan. Selain berupa papan informasi, media interpretasi yang disediakan adalah berupa maket yang memberikan informasi kawasan kerajaan pada masanya, sehingga pengunjung dapat membayangkan kondisi kawasan tersebut pada zaman dulunya. Di sebelah selatan kampung juga terdapat cepuri yang telah di rekonstruki oleh pihak BP3. Untuk menginterpretasikan luas kawasan keraton pada masa lalu maka di sepanjang lokasi yang dulunya merupakan cepuri akan ditanami tanaman khas kraton, seperti pohon kepel (Stelechocarpus burahol). Begitu juga untuk

9 107 penginterpretasian luasan kerajaan, penanaman tanaman khas keraton akan dilakukan pada sepanjang jalur baluwarti pada masa lalunya. dengan demikian pengunjung dapat membayangkan luas kawasan kerajaan pada masa lalunya hanya dengan melihat patokan penanaman tanaman tersebut. Setelah dari kampung Dalem wisatawan diarahkan ke lokasi Gang Rukunan yang merupakan ciri khas komplek pemukiman dalam kawasan. Gang Rukunan ini berada pada kawasan kampung Alun-Alun yang dahulunya merupakan sebuah alun-alun kerajaan. Saat ini bukti sejarah alun-alun hanya tinggal namanya saja, karena telah berubah menjadi kampung yang padat pemukiman penduduk lokal. Adapun untuk memperlihatkan batas kawasan alunalun pada masa lalu akan ditempatkan empat buah tugu pada setiap sudutnya (Gambar 50). Hal ini dilakukan untuk membantu interpretasi pengunjung untuk membayangkan lokasi dan luas alun-alun. Sampai objek ini interpretasi yang diberikan kepada wisatawan adalah pada periode jaman Kerajaan Mataram Islam. Gambar 50 Ilustrasi tugu batas alun-alun Kemudian perjalanan dilanjutkan memasuki Gang Prof. Kahar Muzakkir yang di dalamnya terdapat rumah Prof. Kahar Muzakkir yang merupakan tokoh utama Muhammadiyah pada jamannya, yaitu jaman penjajahan Belanda. Dekat dari rumah tersebut terdapat Langgar Tertua yang masih milik saudara dari Prof. Kahar Muzakkir. Keluar dari gang tersebut, kemudian wisatawan akan melewati Jalan Karanglo dimana sepanjang jalannya terdapat pertokoan, dan langsung wisatawan

10 108 akan diarahakan ke Jalan Kemasan yang merupakan pusat toko kerajinan perak. Sebelum ke pertokoan perak tersebut pengunjung dapat terlebih dahulu mengunjungi pusat home industry handycraft yang berada pemukiman penduduk di belakang pusat pertokoan perak. Hal ini menunjukkan kondisi KCB Kotagede saat ini yang terkenal dengan penghasil kerajinan peraknya, yaitu setelah Kemerdekaan RI. Jalur interpretasi terakhir merupakan Jalan Nyi Pembayun yang sepanjang jalannya terdapat pusat penjual makanan khas Kotagede, seperti kipo, yangko, sate karang, dan lainnya. Selain dapat menikmati makanan khas, wisatawan pun dapat menikmati pertunjukkan kesenian tradisional masyarakat Kotagede yang berlokasi di Panggung Kesenian Kotagede. Tabel 20 Rencana Interpretasi KCB Kotagede No Lokasi Rencana Interpretasi Media Interpretasi 1 Rumah Kalang, Pasar Gede, Komplek Makam Raja-Raja Mataram, Situs Watu Gilang dan Watu Gatheng, Cepuri Representasi Kotagede ketika masa Kerajaan Mataram Islam Papan interpretasi, jalur sirkulasi, buklet kisah perkembangan Kerajaan Mataram Islam dan arti dari keberadaan masing-masing 2 Langgar Tua dan Rumah Prof. Kahar Muzakkir Representasi Kotegede ketika jaman penjajahan Belanda objek. Papan interpretasi, jalur sirkulasi, buklet kisah kehidupan Prof. Kahar Muzakkir semasa hidupnya. No Lokasi Rencana Interpretasi Media Interpretasi 3 Pusat toko kerajinan perak dan home industry handycraft Representasi Kotagede setelah kemerdekaan RI Papan interpretasi, jalur sirkulasi, tempat untuk menunjukkan proses pembuatan kerajinan perak, alat untuk membuat kerajinan perak. Selain dari pintu masuk Jalan Tegal Gendu, kegiatan wisata dapat juga dimulai dari Jalan Kemasan. Pintu gerbang dari jalan ini merupakan penanda gerbang masuk pada masa kerajaan dan bentuk pintu gerbangnya dibuat dengan gaya arsitektur Jawa-Hindu-Islam. Jalan masuk ini merupakan jalur wisata alternatif, dimana urutan jalur interpretasinya dibalik, yaitu dengan rute Jalan Kemasan-Jalan Karanglo-Gang Prof. Kahar Muzakkir-Jalan Canteng-Jalan Mondorokan-Jalan Nyi Pembayun-Jalan Kemasan. Interpretasi yang dimulai dari pusat toko kerajinan perak dan diakhiri dengan mengunjungi Rumah Kalang (Tabel 21 dan Gambar 51).

11 109 Terutama untuk penambahan suasana dan kesan ciri khas kraton dalam perjalanan interpretasi pada jaman Kerajaan Mataram Islam, sepanjang jalur akan dilakukan penambahan fasilitas dan utilitas dengan desain khas kraton jawa. Untuk bangunan yang berada disepanjang jalur interpretasi (fasade) akan dilakukan penambahan furniture bangunan yang memberikan ciri khas kraton jawa. Adapun untuk contoh media interpretasi dapat berupa papan informasi dimana di dalamnya diterangkan tentang sejarah objek juga dilengkapi dengan foto jaman dulu dan sekarang. Pada elemen-elemen sejarah yang telah mengalami kerusakan ataupun sudah tidak utuh lagi akan dilakukan rekonstruksi dan restorasi. Adapun kegiatan rekonstruksi dan restorasi tersebut akan mengacu pada Peraturan Gubernur DI Yogyakarta Nomor 75 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengelolaan dan Pembinaan Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya dan Benda Cagar Budaya Bab IX (Pemugaran dan Perawatan BCB) Pasal 15 yang mengatakan bahwa dalam upaya rehabilitasi BCB mempunyai ketentuan sebagai berikut: a. Bangunan dilarang dibongkar b. Apabila kondisi fisik bangunan rusak, roboh, terbakar atau tidak layak berdiri dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengna aslinya c. Pemugaran bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan (fasade), atap dan warna, serta dengan mempertahankan ornamen bangunan yang penting d. Untuk rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan atau ruang dalam asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan e. Dalam persil atau lahan bangunan dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama.

12 110 Tabel 21 Paket Perjalanan Wisata Paket Rute Objek Aktivitas 1 Jalan Tegalgendu-Jalan Rumah Kalang Wisata sejarah dan foto Mondorokan-Jalan Pasar Gede Wisata belanja Canteng-Gang Prof. Kahar Muzakkir-Jalan Komplek Makam Raja-Raja Mataram Interpretasi dan wisata sejarah Karanglo-Jalan Kemasan-Jalan Nyi Situs Watu Gilang dan Watu Gatheng Interpretasi Pembayun-Jalan Cepuri Interpretasi dan foto Tegalgendu Gang Rukunan Wisata budaya Langgar tua dan Reruntuhan Wisata sejarah rumah Prof. Kahar Muzakkir Home industry handycraft Wisata Budaya Pusat toko kerajinan perak Wisata belanja Pusat makanan khas Wisata kuliner Panggung Kesenian Wisata budaya 2 Jalan Kemasan-Jalan Pusat toko kerajinan perak Wisata belanja Karanglo-Gang Prof. Home industry handycraft Wisata Budaya Kahar Muzakkir-Jalan Langgar tua dan reruntuhan Wisata sejarah Canteng-Jalan Mondorokan-Jalan Nyi rumah Prof. Kahar Muzakkir Gang Rukunan Wisata budaya Pembayun-Jalan Cepuri Interpretasi dan foto Kemasan Situs Watu Gilang dan Watu Interpretasi Gatheng Komplek Makam Raja-Raja Mataram Interpretasi dan wisata sejarah Pasar Gede Wisata belanja Rumah Kalang Wisata sejarah dan foto Panggung Kesenian Wisata budaya Pusat makanan khas Wisata kuliner

13 Gambar 51Rencana Interpretasi KCB 111

14 Rencana Fasilitas 1. Gerbang Pintu masuk yang berupa gerbang ini merupakan pembatas KCB Kotagede dengan kawasan luar. Pintu gerbang ini akan dibuat dua macam, yaitu pintu gerbang utama dan pintu gerbang pendukung. Untuk pintu gerbang utama akan ditempatkan pada ruang penerimaan yang berada di Jalan Tegalgendu. Sedangkan untuk pintu gerbang pendukung akan ditempatkan di Jalan Kemasan dan Jalan Karanglo. Desain pintu gerbang yang akan digunakan berupa gaya arsitektur Jawa-Hindu-Islam yang bertujuan untuk memberi kesan terhadap wisatawan tentang suasana kawasan yang akan mereka masuki (Gambar 52). Gambar 52 Ilustrasi gerbang masuk kawasan 2. Area parkir Penyediaan area parkir akan dilakukan pada setiap ruang, kareana seperti yang telah diketahui jarak antar ruang yang terdapat objek wisata lumayan jauh. Maka dengan begitu ketika wisatawan mengunjungi salah satu objek dapat menggunakan kendaraan mereka ataupun alat transportasi yang biasa tersedia dalam kawasan juga dapat memarkirkan kendaraan mereka selama mereka melakukan aktivitas wisata pada objek yang mereka kunjungi. Area parkir yang dibuat dapat menampung berbagai jenis kendaraan, mulai dari sepeda, sepeda motor, becak, andong, mobil, bis, dan lain-lain. Untuk masingmasing jenis kendaraan akan dibuat area parkir tersendiri (Gambar 53).

15 113 Gambar 53 Ilustrasi area parkir 3. Pusat informasi dan pelayanan wisata Pusat informasi merupakan fasilitas yang bertujuan memberi informasi kepada wisatawan tentang perjalanan wisata yang akan mereka lakukan. Pusat informasi ini akan ditempatkan pada ruang penerimaan agar wisatawan sebelum memasuki kawasan wisatawan akan mendapat gambaran mengenai objek wisata yang terdapt dalm kawasan dan aktivitas apa saja yang dapt dilakukan. 4. Papan informasi Keberadaan papan informasi dalam kawasan sangatlah penting dalam setiap ruangnya. Papan informasi ini berfungsi sebagai penunjang dalam kegiatan aktivitas wisata. Papan informasi dapat berisi tentang peta kawasan secara keseluruhan, penunjuk arah jalan menuju objek wisata, interpretasi objek wisata, dan sebagainya (Gambar 54). Dengan adanya papan informasi ini diharapkan wisatawan dapat melakukan aktivitas wisata secara mandiri juga dapat mengetahui makna dari keberadaan objek wisata dalam kawasan. Gambar 54 Ilustrasi Papan Informasi

16 Panggung kesenian Panggung kesenian berfungsi sebagai tempat atraksi kebudayaan lokal dipertunjukkan. Pada panggung kesenian ini wisatawan dapat menyaksikan berbagai macam kesenian yang dipertunjukkan oleh masyarakat setempat. Disini juga wisatawan dapat mencoba memainkan alat musik ataupun belajar tarian yang ada (Gambar 55). Dengan begitu, selain dapat mengetahui atraksi kesenian yang terdapat pada kawasan wisatawan juga dapat menambah pegalaman dengan mencoba atrkasi kesenian tersebut. Gambar 55 Ilustrasi panggung kesenian 6. Toko cinderamata dan kios makanan Toko cinderamata dan kios makanan ini akan ditempatkan dalam satu lokasi yaitu di kawasan Jalan Nyi Pembayun. Karena di lokasi ini terdapat pusat penjual makanan khas Kotagede. Jadi, selain dapat membeli cinderamata, wisatawan juga dapat beristirahat sambil menikmati makanan khsa Kotagede. Desain kios maupun gazebo disesuaikan dengan gaya arsitektur khas kawasan, yaitu Jawa-Hindu-Islam (Gambar 56). Gambar 56 Ilustrasi restaurant

17 Musholla dan Toilet Penyediaan musholla dan toilet juga penting dalam kawasan. Musholla akan ditempatkan dekat dengan kios cinderamata dan makanan, yang merupakan area istirahat. Jika toilet akan dibuat beberapa dalam kawasan, diusahakan dalam tiap ruang toilet tersedia. Hal ini dilakukan untuk kenyamanan wisatawan dalam melakukan aktivitasnya dan dapat dengan santai melanjutkan perjalanan wisatanya kembali. 8. Pos keamanan Pos keamanan akan disediakan di sudut pada setiap ujung jalan. Jadi setiap nama jalan akan memiliki pos keamanan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kriminalitas dalam kawasan dan juga untuk memberi rasa aman sehingga kenyamanan wisatawan akan meningkat. Selain untuk keamanan, pos ini juga berfungsi sebagai tempat wisatawan untuk bertanya kepada petugas yang berjaga jika mereka kebingungan ketika berada dalam kawasan. 9. Site furniture (lampu, bangku, sign, tempat sampah, shelter) Fasilitas pelengkap lainnya adalah site furniture. Penempatannya akan dilakukan pada setiap ruang dan disesuaikan dengan jenis site furniture yang dibutuhkan dalam ruang tersebut. Desainnya pun akan diharmonikan dengan suasana maupun gaya arsitektur dimana site furniture tersebut ditempatkan (Gambar 57a dan 57b). (a) (b) Gambar 57 Ilustrasi site furniture (a) shelter, (b) bangku

18 Terminal becak dan andong Terminal ini akan ditempatkan pada ruang penerimaan. Keberadaan terminal becak dan andong ini bertujuan untuk membantu wisatawan yang mengunjungi kawasan dengan angkutan umum/tidak membawa kendaraan pribadi (Gambar 58). Dengan menaiki becak ataupun andong, interpretasi wisatawan tentang KCB Kotagede ini akan lebih berkesan. Angkutan ini juga dapat dinikmati oleh para wisatawan yang membawa kendaraan pribadi dan kendaraan mereka dapat diparkirkan di area parkir ruang penerimaan. Gambar 58 Ilustrasi terminal becak dan andong 6.5. Rencana Tata Hijau Rencana tata hijau pada KCB Kotagede disesuaikan dengan konsep tata hijau yang berorientasi pada fungsi tanaman tersebut terhadap aktivitas wisatawan dalam setiap ruangnya (Tabel 22). Dalam ruang objek utama tanaman yang digunakan sebagai penguat identitas adalah Beringin (Ficus benjamina L), Kelapa gading (Cocos nucifera), Kepel (Stelechocarpus burahol), Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), Sirih merah (Piper Betle L. Var rubrum) dan Pohon gayam (Inocarpus edulis). Jika masih terdapat ruang objek utama yang belum memiliki pohon ini maka akan dilakukan penanaman. Untuk tanaman estetika pada ruang ini akan menggunakan pohon Sawo kecik (Manilkara kauki Dup), untuk semaknya bunga sepatu (Hibiscus sp) yang akan ditanam sekitar ruang objek utama. Penggunaan tanaman teh-tehan (Acalypha macrophylla) sebagai tanaman pembatas pada ruang ini akan menambah kenyamanan wisatawan juga membatasi aktivitas wisatawan agar tidak terlalu mengganggu objek.

19 117 Pada ruang penyangga tanaman yang digunakan sebagai penguat identitas adalah pohon cempaka (Michelia champaca L), Kepel (Stelechocarpus burahol), Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dan Sirih merah (Piper Betle L. Var rubrum). Sedangkan untuk tanaman estetika akan menggunakan puring (Codiaeum sp) dan melati (Jasminum sp). Sebagai pembatas tanaman yang akan digunakan adalah tanaman Soka (Ixora sp). Pohon tanjung (Mimusoph elengi L) dan pohon mangga (Mangifera indica L) akan digunakan sebagai tanaman peneduh pada ruang ini. Untuk pohon penyerap polusi akan digunakan pohon asam (Tamarindus indica L). Semua tanaman tersebut akan ditanam pada seluruh kawasan ruang penyangga ini, khusus pada lokasi yang memang masih membutuhkan tanaman untuk memberi kenyamanan kepada wisatawan maupun masyarakat setempat. Ruang transisi merupakan jalur yang mengarahkan ke lokasi objek wisata berada. Tanaman penguat identitas yang akan digunakan adalah cempaka (Michelia champaca L) dan Pohon gayam (Inocarpus edulis) sedangkan untuk estetika yang digunakan pada ruang ini disamakan dengan tanaman yang ada pada ruang objek utama, yaitu sawo kecik (Manilkara kauki Dup) dan kembang sepatu (Hibiscus sp). Tanaman yang akan digunakan sebagai peneduh adalah tanjung (Mimusoph elengi L) dan yang dijadikan sebagai pembatas adalah tanaman bugenvil (Bougainvillea sp). Untuk tanaman pembatas ini akan ditanam pada planter box di sepanjang jalur. Penggunaan tanaman sesuai fungsinya pada ruang pelayanan dan ruang penerimaan akan disamakan. Tanaman yang digunakan sebagai penguat identitas adalah beringin (Ficus benjamina L), cempaka (Michelia champaca L), Kelapa gading (Cocos nucifera), Kepel (Stelechocarpus burahol) dan Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa). Sedangkan untuk pembatas akan digunakan beberapa tanaman, yaitu teh-tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp), dan bugenvil (Bougainvillea sp) untuk menambah kenyamanan wisatawan dalam melakukan aktivitasnya. Tanaman puring (Codiaeum sp), melati (Jasminum sp), mangkokan (Nothopanax scutellarium), ceplok piring (Gardenia jasminoides) dan sri rejeki (Aglaonema sp) akan digunakan sebagai penambah estetika pada kedua ruang ini. Dan untuk tanaman yang akan digunakan sebagai penyerap polusi pada kedua

20 118 ruang ini adalah pohon asam (Tamarindus indica L), nangka (Arthocarpus integra), dan jambu biji (Psidium guajava). Tanaman penyerap polusi tersebut akan ditempatkan pada area parkir. Tabel 22 Fungsi dan Alternatif Tanaman Fungsi Inti Penyangga Pengembangan Objek utama Transisi Penyangga Pelayanan Penerimaan Penguat Beringin Cempaka Cempaka Beringin (Ficus Beringin (Ficus identitas (Ficus (Michelia (Michelia benjamina L), benjamina L), benjamina L), champaca L), champaca L), cempaka cempaka ), Kelapa Kepel Kepel (Michelia (Michelia gading (Cocos (Stelechocarp (Stelechocarpus champaca L), champaca L), nucifera), us burahol) burahol), Kelapa gading Kelapa gading Kepel Mahkota dewa (Cocos (Cocos (Stelechocarpu (Phaleria nucifera), nucifera), s burahol), macrocarpa), Kepel Kepel Mahkota dewa Sirih merah (Stelechocarpus (Stelechocarpu (Phaleria (Piper Betle L. burahol), s burahol), macrocarpa), Var rubrum) Mahkota dewa Mahkota dewa Sirih merah (Phaleria (Phaleria (Piper Betle L. macrocarpa) macrocarpa) Var rubrum), Pohon gayam (Inocarpus edulis) Estetika Sawo kecik Sawo kecik puring puring puring (Manilkara (Manilkara (Codiaeum sp), (Codiaeum sp), (Codiaeum sp), kauki Dup), kauki Dup), melati melati melati kembang kembang (Jasminum sp) (Jasminum sp), (Jasminum sp), sepatu (Hibiscus sp) sepatu (Hibiscus sp) mangkokan (Nothopanax scutellarium), mangkokan (Nothopanax scutellarium), ceplok piring ceplok piring (Gardenia jasminoides), (Gardenia jasminoides), sri rejeki sri rejeki (Aglaonema sp) (Aglaonema Pembatas teh-tehan (Acalypha macrophylla) Peneduh bugenvil (Bougainvillea sp) tanjung (Mimusoph elengi L) Soka (Ixora sp) teh-tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp), bugenvil (Bougainvillea sp) tanjung (Mimusoph elengi L), Beringin (Ficus benjamina L), cempaka sp) teh-tehan (Acalypha macrophylla), soka (Ixora sp), bugenvil (Bougainvillea sp) Beringin (Ficus benjamina L), cempaka

21 119 Penyerap polusi mangga (Mangifera indica L) Asam (Tamarindus indica L) (Michelia champaca L) (Michelia champaca L) Asam (Tamarindus Asam (Tamarindus indica L), indica L), nangka nangka (Arthocarpus (Arthocarpus integra), jambu integra), jambu biji (Psidium biji (Psidium guajava). guajava) Rencana Lanskap Wisata Kawasan Cagar Budaya Kotagede Untuk mendapatkan pengembangan konsep sehingga menghasilkan sebuah rencana lanskap maka hasil dari pengembangan konsep dari aspek-aspek rencana, yaitu rencana ruang, rencana sirkulasi, rencana jalur interpretasi, rencana fasilitas dan rencana tata hijau dioverlay dan didapatlah sebuah blockplan (Gambar 59). Produk akhir dari kegiatan penelitian tentang perencanaan lanskap wisata pada KCB Kotagede ini adalah gambar rencana lanskap. Gambar ini merupakan pengembangan dari block plan yang di dalamnya terdapat pengembangan rencana tata ruang, rencana sirkulasi, rencana jalur interpretasi, rencana fasilitas, dan rencana tata hijau (Gambar 60). Masing-masing rencana yang dikembangkan tersebut saling melengkapi satu sama lain sehingga terbentuklah suatu lanskap wisata.

22 Gambar 59 Block Plan perencanaan lanskap KCB 120

23 121 Tabel 23 Program Wisata dan Pelestarian Program Tujuan Pelaksana Sasaran Pelestarian Implementasi peraturan perlindungan kawasan cagar budaya Penyuluhan dan sosialisasi tentang pelestarian kawasan Restorasi dan rekonstruksi situs maupun bangunan sejarah pada kawasan Wisata Promosi dan informasi tentang wisata pada kawasan Penyuluhan dan pelatihan tentang peluang ekonomi dari aktivitas wisata pada kawasan Pelatihan pemandu wisata Menertibkan segala aktivitas pelestarian kawasan dengan peraturan dan kebijakan yang ada Masyarakat setempat dan wisatawan dapat menyadari pentingnya dari keberadaan kawasan Melestarikan situs maupun bangunan sejarah yang telah rusak untuk menambah nilai interpretasi Menarik minat dan kunjungan wisatawan yang banyak dengan menginformasikan nilai keberadaan kawasan dan aktivitas wisata yang dapat dilakukan Pemahaman masyarakat setempat tentang peluang ekonomi dalam aktivitas wisata pada kawasan yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka Menambah kualitas aktivitas wisatawan selama berada dalam kawasan serta menambah peluang pekerjaan bagi masyarakat setempat Pemprov setempat Seluruh pengguna kawasan dan para stake holder Pemprov dan yayasan pengelola Masyarakat setempat dan wisatawan Pemprov setempat Objek sejarah dan budaya Dinas pariwisata, yayasan pengelola, dan masyarakat setempat Dinas pariwisata dan yayasan pengelola Dinas pariwisata dan yayasan pengelola Wisatawan lokal dan mancanegara Masyarakat setempat Masyarakat setempat

24 122 Gambar 60 Site Plan

25 123 Gambar 61 Detail Spot

26 124 Gambar 62 Ilustrasi pada objek wisata cepuri Gambar 63 Ilustrasi pada objek wisata pemandian (sendang)

27 125 Gambar 64 Ilustrasi pada Jalan Kemasan Gambar 65 Ilustrasi area parkir

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah, BAB I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam membangun sumber daya diberbagai bidang pembangunan. Peran remaja pada usia produktif sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN LANSKAP

BAB VI PERENCANAAN LANSKAP 90 BAB VI PERENCANAAN LANSKAP 6.1. Rencana Ruang Wisata Rencana tata ruang berdasarkan pada konsep ruang wisata yang direncanakan. Pembagian ruang berdasarkan pada fungsi dan aktivitas wisata yaitu : 1.

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Kesimpulan dari konsep ruang terbuka hijau pada kawasan pusat kota Ponorogo adalah : 1. Adanya kebutuhan masyarakat pada kawasan pusat kota Ponorogo akan ruang

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. misalnya Kotabaru yang memiliki citra sebagai kawasan pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. misalnya Kotabaru yang memiliki citra sebagai kawasan pendidikan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu Kawasan pasti memiliki identitas atau citra kawasan yang berbedabeda, misalnya Kotabaru yang memiliki citra sebagai kawasan pendidikan, Ngampilan sebagai kawasan

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN

BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN BAB VI KESIMPULAN dan ARAHAN PENATAAN 6.1 Potensi Wisata yang dapat ditemukan di Kampung Wisata Batik Kauman Dari hasil penelitian dan analisis terhadap Kampung Wisata Batik Kauman didapatkan kesimpulan

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA

RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI CILIWUNG, JAKARTA RENANA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA DI KORIDOR SUNGAI ILIWUNG, JAKARTA Konsep Rencana Pengembangan Lanskap Ekowisata Dalam mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan ekowisata diperlukan konsep sebagai

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN. WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui BAB I PENDAHULUAN 1.1.Deskripsi Untuk mendapatkan gambaran tentang pengertian DESAIN KAWASAN WISATA PUSAT KERAJINAN PERAK, KAB. BANTUL, perlu diketahui tentang : Desain : Kerangka bentuk atau rancangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN BAB V ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN 5.1 Analisis Sektor Kawasan 5.1.1 Analisis Sarana dan Prasarana 1. Analisis jaringan jalan Sarana transportasi merupakan sarana umum yang sangat penting untuk masyarakat.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi

PERENCANAAN LANSKAP. Sub Ruang Fungsi Aktivitas Fasiltas Luas (m 2 ) Membeli tiket Memperoleh informasi 72 PERENCANAAN LANSKAP Perencananaan lanskap merupakan pengembangan dari konsep menjadi rencana di dalam tapak. Pada tahap ini, konsep yang telah ditetapkan kemudian dikembangkan dalam bentuk perencanaan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan luas 1.910.931 km, Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,

Lebih terperinci

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1) ; (2) (3)

Gambar 23. Ilustrasi Konsep (Image reference) Sumber : (1)  ; (2)  (3) 48 PERENCANAAN LANSKAP Konsep dan Pengembangannya Konsep dasar pada perencanaan lanskap bantaran KBT ini adalah menjadikan bantaran yang memiliki fungsi untuk : (1) upaya perlindungan fungsi kanal dan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Analogy pergerakan air laut, dimana tema BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Perancangan Pengembangan Kawasan Wisata Pantai Boom Di Kabupaten Tuban ini memakai konsep Sequence (pergerakan dari satu tempat ketempat lain sepanjang

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch. Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari Menggunakan Teori Kevin Lynch Berdasarkan hasil analisa dari data dan hasil survey wawancara yang dilakukan di kawasan Petak Sembilan, masih banyak yang perlu

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA PADA KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTAGEDE, YOGYAKARTA YUMI NURSYAMSIATI RAHMI

PERENCANAAN LANSKAP WISATA PADA KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTAGEDE, YOGYAKARTA YUMI NURSYAMSIATI RAHMI i PERENCANAAN LANSKAP WISATA PADA KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTAGEDE, YOGYAKARTA YUMI NURSYAMSIATI RAHMI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan

BAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan didapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut: a. Kesimpulan Bentuk Implementasi Fisik Program Pengembangan Wisata Ziarah di

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism)

Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) LAMPIRAN 115 116 Lampiran 1. Program pengembangan ruang wisata budaya (culture tourism) 1. Mesjid Laweyan Cikal bakal budaya dan sejarah laweyan dan Surakarta Sejarah Kerajaan Pajang yang penting bagi

Lebih terperinci

REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN LUAR BATANG

REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN LUAR BATANG BAB II TINJAUAN PROYEK 1 2.1 TINJAUAN UMUM PROYEK Judul : Revitalisasi Kawasan Pasar Ikan Luar Batang Lokasi : Jl. Pasar Ikan Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara Luas Tapak : 27. 749 m 2 KDB : 50% KLB

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data LAMPIRAN 0 1 0 Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian LAMPIRAN No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni 1 3 4 1 3 4 1 3 3 1 3 4 1 3 4 1. Penyusunan Proposal. Persiapan 3. Inventarisasi Data 4. Analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Sri Aliah Ekawati Prodi Pembangunan Wilayah dan Kota, Fakultas

Lebih terperinci

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN 5.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENGEMBANGAN Maksud dan Tujuan pengembangan dikawasan Ekowisata Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ialah menggali potensi-potensi wisata unik yang ada dikawasan

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) PASAR WISATA PERBELANJAAN TRADISIONAL BAKALAN KRAPYAK DI KUDUS

TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) PASAR WISATA PERBELANJAAN TRADISIONAL BAKALAN KRAPYAK DI KUDUS TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) PASAR WISATA PERBELANJAAN TRADISIONAL BAKALAN KRAPYAK DI KUDUS Diajukan Sebagai Pelengkap Dan Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

6.1 Peruntukkan Kawasan

6.1 Peruntukkan Kawasan 6.1 Peruntukkan Kawasan BAB VI RBAN DESIGN GIDELINES Peruntukan kawasan di Sempadan Sungai Jajar ditentukan dengan dasar : 1. Hasil analisis zoning 2. Karakteristik penggunaan lahan Peruntukkan kawasan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede

BAB I PENDAHULUAN. Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang. sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kotagede merupakan daerah penghasil kerajinan perak yang sangat terkenal di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan utama di Kotagede berjajar toko-toko kerajinan perak,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai 98 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisis yang dijabarkan sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pertama, di Kawasan Candi Cetho masih terdapat berbagai potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF

PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PUSAT KAWASAN SENTRA KERAJINAN KOTAGEDE SEBAGAI KAWASAN PEMASARAN DAN WISATA YANG REKREATIF Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kota besar yang memiliki banyak potensi untuk dikembangkan adalah kota Yogyakarta. Dengan jumlah penduduk yang cukup padat dan banyaknya aset wisata yang

Lebih terperinci

DESAIN PREMIS. Dalam merancang Taman Budaya ini menggunakan sebuah metode transformasi perancangan yaitu metode preseden. Metode preseden merupakan

DESAIN PREMIS. Dalam merancang Taman Budaya ini menggunakan sebuah metode transformasi perancangan yaitu metode preseden. Metode preseden merupakan DESAIN PREMIS Alun-alun Kapuas merupakan sebuah taman kota yang terletak di pinggir sungai Kapuas yang menghadap ke seberang sungai yang bersebrangan dengan Kraton Kadariyah. Letak alun-alun yang strategis

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan. 23 1. Potensi Wisata Gunung Sulah Potensi wisata merupakan segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata baik alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 4.1. Deskripsi Lokasi Perumahan Taman Nirwana terletak di pinggir kota Klaten. Untuk mencapai lokasi dapat dilalui dengan kendaraan bermotor sedang,

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agrowisata Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga membentuk objek wisata yang menarik. Menurut

Lebih terperinci

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang BAB 5 KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara subyektif (oleh peneliti) dan obyektif (pendapat responden) maka elemen identitas fisik yang membentuk dan memperkuat karakter (ciri

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN... 0 1.1 PENGERTIAN JUDUL... 0 1.2 LATAR BELAKANG... 0 1.2.1 Kawasan Betawi Condet... 0 1.2.2 Program Pemerintah Terkait Kawasan Betawi Condet... 1 1.2.4 Kawasan Wisata

Lebih terperinci

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan.

Gambar 26. Material Bangunan dan Pelengkap Jalan. KONSEP Konsep Dasar Street furniture berfungsi sebagai pemberi informasi tentang fasilitas kampus, rambu-rambu jalan, dan pelayanan kepada pengguna kampus. Bentuk street furniture ditampilkan memberikan

Lebih terperinci

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA

DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA DESA WISATA DI KAWASAN RAWA PENING DENGAN PENEKANAN DESAIN EKOWISATA Oleh : Ayu Agung Hastuti, Titien Woro Murtini, R. Siti Rukayah Rawapening yang menjadi salah satu sektor pariwisata terbesar di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udkhiyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor prioritas yang memiliki peran penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara. Bahkan sektor pariwisata melebihi sektor migas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta)

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 5 Kawasan Menteng pada tahun 1930 (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta) 11 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Sejarah Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan tak lepas dari aspek kesejarahan yang mewarnai berbagai lokasi di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMEDASI Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil analisis, selanjutnya terdapat rekomendasi yang diberikan berdasarkan hasil dari kesimpulan tersebut.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. BAB VI HASIL PERANCANGAN Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini berlandaskan pada konsep simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. Nilai-nilai Islam yang terkandung

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data di lapangan dan kuesioner masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen yang menjadi identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sustainable tourism development, village tourism, ecotourism, merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rencana Strategis Daerah Kab. TTU hal. 97 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sesuai dengan Rencana Pemerintah Daerah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dalam rangka pengembangan Kecamatan Insana Utara (Wini) sebagai Kota Satelit (program khusus)

Lebih terperinci

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN VI.1. Konsep Desain Lanskap Tepian Sungai Martapura Kota Banjarmasin menitikberatkan kepada sungai sebagai pusat perhatian dan pemandangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Lokasi Solo baru adalah daerah bagian selatan dan sebelah utara kota Surakarta jawa tengah untuk daerah ini bertepatan dengan kabupaten Sukoharjo daerah ini dulunya

Lebih terperinci

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan

Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Kriteria Khusus Untuk Perancangan Kampung Wisata Berwawasan Lingkungan Di Daerah Perbatasan Peningkatan kualitas lingkungan (prinsip pembangunan berwawasan lingkungan) Pelayanan Terhadap Masyarakat (perbaikan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAWASAN KERAJINAN GERABAH KASONGAN V.1 Strategi Karena batasan luas yang besar maka pengembangan kawasan kerajinan gerabah membutuhkan pembagian pengembangan menjadi

Lebih terperinci

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 46 VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 7.1. Perencanaan Alokasi Ruang Konsep ruang diterjemahkan ke tapak dalam ruang-ruang yang lebih sempit (Tabel 3). Kemudian, ruang-ruang tersebut dialokasikan ke dalam

Lebih terperinci