PENYUSUN. Drs. Nurhadi, M.Pd., M.Si. PEMBAHAS. Dr. M. Jacky, S.Sos., M.Si.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYUSUN. Drs. Nurhadi, M.Pd., M.Si. PEMBAHAS. Dr. M. Jacky, S.Sos., M.Si."

Transkripsi

1 PENYUSUN Dra. Hj. Sri Suntari, M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Susvi Tantoro, S.Sos. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Istiqomah, S.Sos., M.Pd ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Lilik Tahmidaten, S.Sos., M.A. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Drs. Nurhadi, M.Pd., M.Si. ( Universitas Negeri Malang ) PEMBAHAS Dr. M. Jacky, S.Sos., M.Si. ( Universitas Negeri Surabaya ) IPS SMP 1

2 MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN MATA PELAJARAN SOSIOLOGI SMA KELOMPOK KOMPETENSI 1 PENYUSUN Dra. Hj. Sri Suntari, M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Susvi Tantoro, S.Sos. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Istiqomah, S.Sos., M.Pd ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Lilik Tahmidaten, S.Sos., M.A. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Drs. Nurhadi, M.Pd., M.Si. ( Universitas Negeri Malang ) PEMBAHAS Dr. M. Jacky, S.Sos., M.Si. ( Universitas Negeri Surabaya ) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PPPPTK PKn DAN IPS 2015 Sosiologi SMA K - 1 i

3 PENGANTAR Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah peningkatan kompetensi guru. Hal ini menjadi prioritas baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sejalan dengan hal tersebut, peran guru yang profesional dalam proses pembelajaran di kelas menjadi sangat penting sebagai penentu kunci keberhasilan belajar siswa. Disisi lain, Guru diharapkan mampu untuk membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) diperuntukkan bagi semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi baik Kompetensi Pedagogik maupun Kompetensi Profesional sangat dibutuhkan bagi Guru. Informasi, tentang peta kompetensi tersebut diwujudkan dalam buku modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dari berbagai mata pelajaran. PPPPTK PKn dan IPS merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, mendapat tugas untuk menyusun Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), khususnya modul PKB untuk mata pelajaran PPKn SMP, IPS SMP, PPKn SMA/SMK, Sejarah SMA/SMK, Geografi SMA, Ekonomi SMA, Sosiologi SMA, dan Antropologi SMA. Masing-masing modul Mata Pelajaran disusun dalam Kelompok Kompetensi 1 sampai dengan 10. Dengan adanya modul diharapkan semua kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang dilaksan dengan pola tatap muka maupun on-line bisa mengacu dari modul-modul yang telah disusun ini. Semoga modul ini bisa dipergunakan untuk menjadi acuan dan pengembangan proses pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran PKn dan IPS. ini, Jakarta, Desember 2015 Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Sumarna Surapranata, Ph.D NIP Sosiologi SMA K - 1 ii

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... I Ii Iii v vi PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 2 B. Tujuan... 2 C. Peta Kompetensi... 2 D. Ruang Lingkup... 2 E. Saran Cara Penggunaan Modul.. 3 KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: Kurikulum A. Tujuan... 4 B. Indikator Pencapaian Kompetensi 4 C. Uraian Materi... 4 D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/Kasus/Tugas.. 20 F. Rangkuman G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut. 23 H. Kunci Jawaban 23 I. Daftar Pustaka KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: Rencana Pelaksanaan 27 Pembelajaran (RPP) A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/ Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban 43 I. Daftar Pustaka KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: Penilaian Hasil Pembelajaran 44 A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/ Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban 63 I. Daftar Pustaka Sosiologi SMA K - 1 iii

5 KEGIATAN PEMBELAJARAN 4: Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/ Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban 97 I. Daftar Pustaka KEGIATAN PEMBELAJARAN 5 : Teori Sosiologi Makro-Mikro 99 A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Daftar Pustaka KEGIATAN PEMBELAJARAN 6: Interaksi Sosial 112 A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/ Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban 143 I. Daftar Pustaka KEGIATAN PEMBELAJARAN 7: Ciri-Ciri Perubahan Sosial 145 A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/ Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban 154 I. Daftar Pustaka Sosiologi SMA K - 1 iv

6 KEGIATAN PEMBELAJARAN 8: Ketimpangan Sosial (Social Inequality) A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/ Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut H. Daftar Pustaka. 177 KEGIATAN PEMBELAJARAN 9: Jenis Metode Penelitian 178 Sosial A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/ Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban 191 I. Daftar Pustaka KEGIATAN PEMBELAJARAN 10: Pengembangan 194 Keprofesian Berkelanjutan (PKB) A. Tujuan B. Indikator Pencapaian Kompetensi C. Uraian Materi D. Aktivitas Pembelajaran E. Latihan/ Kasus/Tugas F. Rangkuman G. Umpan Balik Dan Tindak Lanjut H. Kunci Jawaban 208 I. Daftar Pustaka Sosiologi SMA K - 1 v

7 DAFTAR TABEL 1. Jenjang kognitif dan kata kerja Kemampuan berfikir dan deskripsi Tingkat kopetensi dan tingkat kelas Kemampuan belajar dan deskripsi Pembelajaran Ringkasan pemikiran teori sosiologi Persyaratan angka kredit minim guru yang naik pangkat Sosiologi SMA K - 1 vi

8 DAFTAR GAMBAR 1. Ketimpangan atau kewajaran Mencari akar ketimpangan sosial Elemen inti pemikiran Karl Marx tentang perjuangan kelas dan kapitalisme Tatanan dalam masyarakat menurut Max Weber Teori pembentukan stratifikasi sosial menurut davis Model bourdiev untuk menjelaskan teori reproduksi sosial tentang ketimpangan sosial Elemen dasar pengembangan teori Neo Klasik tentang keimpangan Efek dari ekonomi privat ganda dan pendapatan Sosiologi SMA K - 1 vii

9 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan gurudan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikanmampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkankompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK, salah satunya adalah di PPPPTK PKn dan IPS. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul tersebut merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat PKB Guru Sosiologi SMA.Modul ini berisi materi, metode, batasan-batasan, tugas dan latihan serta petunjukcara penggunaannya yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Dasar hukum dari penulisan modul ini adalah : 1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun ) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru; 3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 4) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Sosiologi SMA K - 1 1

10 5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja PPPPTK. B. Tujuan a. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai Standar Kompetensi yang ditetapkan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. b. Memenuhi kebutuhan guru dalam peningkatan kompetensi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. C. Peta Kompetensi Melalui modul PKB diharapkan peserta diklat dapat meningkatkan kompetensi antara lain : 1. Memahami Kurikulum Memahami Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Memahami Penilaian Hasil Pembelajaran 4. Menjelaskan Sosiologi Sebagai Ilmu dan Metode 5. Menjelaskan Teori Sosiologi Makro-Mikro 6. Menjelaskan Interaksi Sosial 7. Mengidentifikasi Ciri-Ciri Perubahan Sosial 8. Menjelaskan Ketimpangan Sosial (Social Inequality) 9. Mengidentifikasi Jenis Metode Penelitian Sosial 10. Memahami Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) D. Ruang Lingkup 1. Kurikulum Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3. Penilaian Hasil Pembelajaran 4. Sosiologi Sebagai Ilmu dan Metode 5. Teori Sosiologi Makro-Mikro 6. Interaksi Sosial 7. Ciri-Ciri Perubahan Sosial 8. Ketimpangan Sosial (Social Inequality) Sosiologi SMA K - 1 2

11 9. Jenis Metode Penelitian Sosial 10. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) E. Saran Cara Penggunaan Modul 1. Bacalah modul dengan seksama sehingga bisa dipahami 2. Kerjakan latihan tugas 3. Selesaikan kasus/permasalahan pada kegiatan belajar kemudian buatlah kesimpulkan 4. Lakukan refleksi Sosiologi SMA K - 1 3

12 Kegiatan Pembelajaran 1 KURIKULUM 2013 A. Tujuan Dengan berdiskusi, membaca modul, mengerjakan tugas, guru melaksanakan Kurikulum 2013 mampu B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan rasional pengembangan Kurikulum Menjelaskna landasan yuridis pelaksanaan Kurikulum Mengidentifikasi karakteristik mata pelajaran sosiologi dalam Kurikulum 2013 C. Uraian Materi 1. Rasional pengembangan Kurikulum 2013 a. Tantangan Internal Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari pada usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Sosiologi SMA K - 1 4

13 b. Tantangan Eksternal Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat pada World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia- Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. c. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: 1) Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya belajarnya (learning style) untuk memiliki kompetensi yang sama ; 2) Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didikmasyarakat-format Pengolahan Capaian KompetensiKeterampilan lingkungan alam, sumber/media lainnya); 3) Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); 4) Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktifmencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik); 5) Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim); 6) Penguatan pembelajaran berbasis multimedia; Sosiologi SMA K - 1 5

14 7) Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; 8) Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan 9) Penguatan pola pembelajaran kritis. d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut. 1) Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif; 2) Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan 3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran. e. Penguatan Materi Penguatan materi dilakukan dengan cara pengurangan materi yang tidak relevan serta pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. 2. Landasan yuridis pelaksanaan Kurikulum 2013 Serangkaian peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah ditetapkan untuk legalitas dan kejelasan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang meliputi: a) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang secara garis besarnya memuat tentang : 1) Kurikulum pada sekolah menengah atas/madrasah aliyah yang telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2013/2014 disebut Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah 2) Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri datas : a. Kerangka Dasar Kurikulum; b. Struktur Kurikulum; c. Silabus; d. Pedoman Mata Pelajaran. Sosiologi SMA K - 1 6

15 3) Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar 4) Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada setiap tingkat kelas, yang terdiri atas (a) Kompetensi Inti sikap spiritual; (b) Kompetensi Inti sikap sosial; (c) Kompetensi Inti pengetahuan; dan (d) Kompetensi Inti keterampilan 5) Kerangka Dasar Kurikulum dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri. 6) Mata pelajaran umum Kelompok A merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mata pelajaran umum Kelompok A meliputi : (a) Pendidikan Agama dan Budi Pekerti; (b) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; (c) Bahasa Indonesia; (d) Matematika; (e) Sejarah Indonesia; dan (f) Bahasa Inggris Mata pelajaran umum Kelompok B merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni. Mata pelajaran umum Kelompok B meliputi : (a) Seni Budaya (b) Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan; dan (c) Prakarya dan Kewirausahaan Sosiologi SMA K - 1 7

16 Mata pelajaran umum Kelompok dapat ditambah dengan mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri. Mata pelajaran peminatan akademik Kelompok C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik dalam berbagai pilihan disiplin keilmuan. Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C meliputi : a. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; b. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial; dan c. Peminatan Bahasa dan Budaya. Mata pelajaran pada Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas: (a) Matematika; (b) Biologi; (c) Fisika; dan (d) Kimia. Mata pelajaran pada Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas: (a) Geografi; (b) Sejarah; (c) Sosiologi; dan (d) Ekonomi. Mata pelajaran pada Peminatan Bahasa dan Budaya terdiri atas: (a) Bahasa dan Sastra Indonesia; (b) Bahasa dan Sastra Inggris; (c) Bahasa dan Sastra Asing lainnya; dan (d) Antropologi. Antar muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok A dengan muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran peminatan Kelompok C bersifat nasional dan dikembangkan oleh Pemerintah. Muatan dan acuan pembelajaran mata pelajaran umum Kelompok B bersifat nasional dan Sosiologi SMA K - 1 8

17 dikembangkan oleh Pemerintah dan dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan. 7) Beban belajar merupakan keseluruhan muatan dan pengalaman belajar yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester, dan satu tahun pelajaran. Beban belajar di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri atas: (a) kegiatan tatap muka; (b) kegiatan terstruktur; dan (c) kegiatan mandiri. Beban belajar kegiatan tatap muka dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per minggu, dengan durasi setiap satu jam pelajaran adalah 45 (empat puluh lima) menit; beban belajar kegiatan terstruktur dan beban belajar kegiatan mandiri sebagaimana paling banyak 60% (enam puluh persen) dari waktu kegiatan tatap muka yang bersangkutan. Beban belajar satu minggu untuk: (a) Kelas X adalah 42 (empat puluh dua) jam pelajaran; (b) Kelas XI adalah 44 (empat puluh empat) jam pelajaran; dan (c) Kelas XII adalah 44 (empat puluh empat) jam pelajaran. Beban belajar satu semester di Kelas X dan Kelas XI masing-masing paling sedikit 18 (delapan belas) minggu efektif. Beban belajar di kelas XII semester ganjil paling sedikit 18 (delapan belas) minggu efektif dan semester genap paling sedikit 14 (empat belas) minggu efektif. 8) Silabus sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat (2) huruf c merupakan rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran yang mencakup Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Aliyah/Madrasah Aliyah dikelompokkan atas: (a) silabus mata pelajaran umum Kelompok A; (b) silabus mata pelajaran umum Kelompok B; dan (c) silabus mata pelajaran peminatan Kelompok C. Sosiologi SMA K - 1 9

18 Silabus matapelajaran umum Kelompok A dikembangkan oleh Pemerintah.Silabus mata pelajaran umum Kelompok B dikembangkan oleh Pemerintah dan dapat diperkaya dengan muatan lokal oleh pemerintah daerah. Silabus mata pelajaran peminatan Kelompok C dikembangkan oleh Pemerintah. Silabus digunakan oleh pendidik sebagai acuan dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri. 9) Pedoman Mata Pelajaran merupakan profil utuh mata pelajaran yang memuat latar belakang, karakteristik mata pelajaran, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar mata pelajaran, desain pembelajaran, model pembelajaran, penilaian, media dan sumber belajar, dan peran guru sebagai pengembang budaya sekolah. Pedoman Mata Pelajaran dikembangkan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.digunakan oleh pendidik untuk: (a) Memahami secara utuh mata pelajaran sesuai dengan karakteristik Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah; (b) Acuan dalam penyusunan dan penerapan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku b) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nonor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah. Pembahasan ini khusus peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial mata pelajaran Sosiologi SMA/MA. 1) Peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan. Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang Sosiologi SMA K

19 disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok mata pelajaran keilmuan. Lintas Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi perluasan pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasaan kelompok mata pelajaran keilmuan di luar pilihan minat. Pendalaman Minat adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pendalaman pilihan minat akademik peserta didik dengan orientasi pendalaman kelompok mata pelajaran keilmuan dalam lingkup pilihan minat. 2) Peminatan pada SMA/MA memiliki tujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan. 3) SMA wajib menyelenggarakan ketiga kelompok peminatan akademik. MA wajib menyelenggarakan ketiga kelompok peminatan akademik dan Peminatan Keagamaan. 4) Peserta didik mengambil semua mata pelajaran yang tersedia dalam peminatan tertentu mulai awal semester 1 (satu) sampai dengan lulus. Peserta didik dapat mengambil 3 (tiga) mata pelajaran dari 4 (empat) mata pelajaran yang tersedia setelah mendapat rekomendasi dari Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor. Mata pelajaran pada setiap peminatan yang tidak diambil beban belajarnya dialihkan ke mata pelajaran lintas minat dan/atau pendalaman minat. 5) Pemilihan kelompok peminatan dilakukan sejak peserta didik mendaftar ke SMA/MA sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik. Pemilihan kelompok peminatan didasarkan pada: (a) nilai Rapor SMP/MTs atau yang sederajat; (b) nilai Ujian Nasional SMP/MTs atau yang sederajat; dan (c) rekomendasi guru Bimbingan dan Konseling/Konselor di SMP/MTs atau yang sederajat. 6) Mata pelajaran lintas minat di SMA/MA diambil dari luar kelompok peminatan akademiknya, kecuali untuk kelompok Peminatan Bahasa dan Budaya dapat diambil dari luar dan/atau dari dalam kelompok peminatan akademiknya pada Sosiologi SMA K

20 satuan pendidikan yang sama. Mata pelajaran lintas minat dan/atau pendalaman minat diambil sesuai dengan beban belajar minimal yang diperlukan. 7) Peserta didik dapat mengambil pendalaman minat dengan ketentuan: (a) memiliki indeks prestasi paling rendah 3,66; dan (b) memiliki kecerdasan istimewa, dengan dibuktikan tes IQ paling rendah 130. Pendalaman minat diselenggarakan oleh satuan pendidikan melalui kerjasama dengan perguruan tinggi yang memiliki bidang keilmuan yang sesuai. Perguruan tinggi tersebut harus menyediakan sumber daya pendidikan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembelajaran pendalaman minat. Kerjasama dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman. 8) Peserta didik SMA/MA dapat pindah antarkelompok peminatan akademik dalam satuan pendidikan yang sama paling lambat pada akhir semester 1 (satu). Perpindahan kelompok peminatan akademik didasarkan pada hasil pembelajaran pada semester berjalan dan rekomendasi guru Bimbingan dan Konseling/Konselor. Peserta didik yang pindah kelompok peminatan akademik harus mengikuti program matrikulasi. c) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang lain berkaitan dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 selain peraturan di atas, yang berkaitan dengan mata pelajaran sosiologi SMA/MA adalah sebagai berikut: 1) Permendikbud No. 34 Tahun 2014 tentang Pembelian Buku Kurikulum 2013 oleh Sekolah 2) Permendikbud No. 53 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Pembelian Buku Kurikulum 2013 oleh Sekolah 3) Permendikbud No. 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 4) Permendikbud No. 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 5) Permendikbud No. 63 Tahun 2014 tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Sosiologi SMA K

21 6) Permendikbud No. 65 Tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah yang Memenuhi Syarat Kelayakan untuk Digunakan dalam Pembelajaran 7) Permendikbud No. 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum ) Permendikbud No. 78 Tahun 2014 tentang Tatacara Pembayaran Buku Kurikulum 2013 Oleh Sekolah yang Dibiayai Dana Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Sosial Buku 9) Permendikbud No. 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum ) Permendikbud No. 98 Tahun 2014 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Penilik 11) Permendikbud No. 100 Tahun 2014 tentang Penyediaan Buku Kurikulum 2013 Semester II Tahun Ajaran 2014/ ) Permendikbud No. 103Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Dikdasmen 13) Permendikbud No. 104Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 14) Permendikbud No. 105 Tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 15) Permendikbud No. 107 Tahun 2014 tentang Konversi Nilai Hasil Belajar dan Matrikulasi Mata Pelajaran Bagi Peserta Didik dari Sistem Pendidikan Negara Lain atau Sistem Pendidikan Internasional ke dalam Sistem Pendidikan Nasional pada Jenjang Dikdasmen 16) Permendikbud No. 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan pada Dikdasmen 17) Permendikbud No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum Elemen- elemen perubahan Kurikulum 2013 Berdasarkan modul Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 tahun 2015 untuk guru Sosiologi SMA, elemen perubahan Kurikulum 2013 adalah : Sosiologi SMA K

22 Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, standar penilaian pendidikan (UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Di dalam kerangka pengembangan kurikulum 2013, dari 8 standar nasional pendidikan seperti yang tertuang di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, hanya 4 standar yang mengalami perubahan yang signifikan, seperti yang tertuang di dalam matriks berikut ini. Elemen Perubahan Standar Kompetensi Lulusan Standar Proses Elemen Perubahan Standar Isi Standar Penilaian Standar Kompetensi Lulusan: a) Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. b) Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan c) Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah Standar Penilaian : Secara keseluruhan penilaian pembelajaran diatur dalam Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 2 Sosiologi SMA K

23 a) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran; b) Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya; c) Ketuntasan Belajar merupakan tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar; d) Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB). e) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilaksanakan dalam bentuk penilaian Autentik dan non-autentik. f) Penilaian Autentik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pendekatan utama dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik. g) Bentuk penilaian Autentik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup penilaian berdasarkan pengamatan, tugas ke lapangan, portofolio, projek, produk, jurnal, kerja laboratorium, dan unjuk kerja, serta penilaian diri. h) Penilaian Diri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. i) Bentuk penilaian non-autentik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup tes, ulangan, dan ujian. j) Pendidik dapat menggunakan penilaian teman sebaya untuk memperkuat Penilaian Autentik dan non-autentik sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Sosiologi SMA K

24 k) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. l) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian. m) Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. n) Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik terhadap kompetensi sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tingkatan sikap: menerima, menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan nilai spiritual dan nilai sosial. o) Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik terhadap kompetensi pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tingkatan kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. p) Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik terhadap kompetensi keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup keterampilan abstrak dan keterampilan konkrit. q) Keterampilan abstrak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan kemampuan belajar yang meliputi: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan r) Keterampilan konkrit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan kemampuan belajar yang meliputi: meniru, melakukan, menguraikan, merangkai, memodifikasi, dan mencipta. s) Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilakukan terhadap penguasaan tingkat kompetensi sebagai capaian pembelajaran. t) Tingkat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan batas minimal pencapaian kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Standar Proses : Sosiologi SMA K

25 Proses pembelajaran untuk pelaksanaan Kurikulum 2013 didukung oleh Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang sebagian isinya antara lain: a) Pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif, serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan berperadaban dunia b) Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip sebagai berikut: 1) Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; 2) Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3) Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; 4) Pembelajaran berbasis kompetensi; 5) Pembelajaran terpadu; 6) Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi; 7) Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif; 8) Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills; 9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat; 10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani), 11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; 13) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan 14) Suasana belajar menyenangkan dan menantang. c) Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat Sosiologi SMA K

26 menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, projectbased learning, problem-based learning, inquiry learning. d) Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect). e) Pembelajaran tidak langsung adalah pembelajaran yang terjadi selama proses pembelajaran langsung yang dikondisikan menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap Standar Isi : a) Secara keseluruhan, substansi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dituliskan dalam Lampiran 1 Permendikbud Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SMA/MA Sosiologi SMA K

27 b) Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. c) Tingkat kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan. d) Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap tingkat kelas dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan e) Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan Pengembangan Kompetensi dasar. f) Kompetensi Inti dimaksud pada mencakup: sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan Pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan. g) Kompetensi Dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan Pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada Kompetensi inti. h) Kompetensi Dasar dikembangkan dalam konteks muatan Pembelajaran, pengalaman belajar, mata pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan Kompetensi inti. 4. Karakteristik mata pelajaran sosiologi dalam Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut. a. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat; b. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; Sosiologi SMA K

28 c. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan; d. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran; e. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti; f. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). D. Aktivitas Pembelajaran 1. Memperhatikan penjelasan fasilitator 2. Memperhatikan petunjuk kegiatan di modul 3. Pelajari isi modul dengan seksama 4. Mengerjakan latihan/kasus/tugas 5. Laksanakan umpan balik dan tindak lanjut. Jika perolehan nilai < 70 harap belajar lagi. E. Latihan/ Kasus /Tugas 1. Jelaskan tantangan internal dalam rasinal pengembangan Kurikulum Jelaskan tantangan eksternal dalam rasional pengembangan Kurikulum Penyempurnaan pola pikir yang bagaimanakah yang sesuai dengan Kurikulum 2013? 4. Kurikulum 2013 sesuai dengan Permendiknas nomor 59 tahun 2014 terdiri dari apa saja? 5. Jelaskan mata pelajaran peminatan kelompok C! 6. Jelaskan mata pelajaran peminatan IPS! 7. Jelaskan yang dimaksud dengan program peminatan sesuai dengan Permendikbud RI Nonor 64 Tahun 2014! Sosiologi SMA K

29 8. Jelaskan elemen perubahan Strandar Nasional Pendidikan yang mengalami perubahan secara signifikan dalam Kurikulum Jelaskan modus yang digunakan dalam Kurikulum Jelaskan prinsip pengembangan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2015 F. Rangkuman 1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013 a. Tantangan internal pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah : Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan dan terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif b. Tantangan eksternal Arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. 2 Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, interaktif, secara jejaring, peserta aktif-mencari, mengembangkan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim), berbasis multimedia; berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan pola pembelajaran kritis. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri datas : Sosiologi SMA K

30 a. Kerangka Dasar Kurikulum; b. Struktur Kurikulum; c. Silabus; d. Pedoman Mata Pelajaran 3 Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C meliputi : a. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; b. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial; dan c. Peminatan Bahasa dan Budaya Mata pelajaran pada Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas: a. Geografi; b. Sejarah; c. Sosiologi; dan d. Ekonomi. a. Sesuai dengan Permendikbud RI Nonor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah, peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan. Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok mata pelajaran keilmuan b. Elemen perubahan Strandar Nasional Pendidikan yang mengalami perubahan secara signifikan dalam Kurikulum 2013 meliputi : a. Standar Kompetensi Lulusan b. Standar Proses c. Standar Isi d. Standar Penilaian c. Prinsip pengembangan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar: Sosiologi SMA K

31 Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti; Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 1. Tulislah materi yang telah dipelajari dari bahan di atas, secara esensialnya. 2. Setelah mempelajari materi Kurikulum 2013 ingin mempelajari materi Kurikulum 2013 yang bagian mana? H. Kunci Jawaban 1. Tantangan internal pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah : a. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. b. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif 2. Tantangan eksternal a. Arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. b. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) Sosiologi SMA K

32 c. Pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. 3. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, interaktif, secara jejaring peserta aktif-mencari mengembangkan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim), berbasis multimedia; berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan pola pembelajaran kritis. 4. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri datas : a. Kerangka Dasar Kurikulum; b. Struktur Kurikulum; c. Silabus; d. Pedoman Mata Pelajaran 5. Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C meliputi : a. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; b. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial; dan c. Peminatan Bahasa dan Budaya 6. Mata pelajaran pada Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial terdiri atas: a. Geografi; b. Sejarah; c. Sosiologi; dan d. Ekonomi. 7. Sesuai dengan Permendikbud RI Nonor 64 Tahun 2014 tentang Peminatan pada Pendidikan Menengah, peminatan adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, bakat dan/atau kemampuan peserta didik dengan orientasi pemusatan, perluasan, dan/atau pendalaman mata pelajaran dan/atau muatan kejuruan. Peminatan Akademik adalah program kurikuler yang disediakan untuk mengakomodasi pilihan minat, Sosiologi SMA K

33 bakat dan/atau kemampuan akademik peserta didik dengan orientasi penguasan kelompok mata pelajaran keilmuan 8. Elemen perubahan Strandar Nasional Pendidikan yang mengalami perubahan secara signifikan dalam Kurikulum 2013 meliputi : a. Standar Kompetensi Lulusan b. Standar Proses c. Standar Isi d. Standar Penilaian 9. Kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect). 10. Prinsip pengembangan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar: a. Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti; b. Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Sosiologi SMA K

34 DAFTAR PUSTAKA Kemendikbud, Modul Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015 Jenjang SMA/SMK Mata Pelajaran Sosiologi Kemendikbud, Permendikbud Nomor 59 tahun 2014 tentang Kurikulum SMA Kemendikbud, 2013, Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMA Kemendikbud, Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Kemendikbud, Power Point Elemen Perubahan Kurikulum 2013 Sosiologi SMA K

35 Kegiatan Belajar 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Tujuan Tujuan pembelajaran ini, peserta diklat mampu: 1. menjelaskan karakteristik RPP 2. mengidentifikasi perencanaan pembelajaran B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. mendifinisikan karakteristik RPP 2. mendifinisikan perencanaan pembelajaran 3. menjelaskan prinsip penyusunan RPP 4. menjelaskan pelaksanaan pembelajaran C. Uraian Materi 1. Karakteristik Pembelajaran Pada setiap satuan pendidikan karakteristik pembelajaran terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan Sosiologi SMA K

36 tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dari tingkat rendah sampai tinggi sebagai berikut: Sikap Pengetahuan Keterampilan Menerima Menjalankan Menghargai Menghayati, Mengamalkan - Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi Mengamati Menanya Mencoba Menalar Menyaji Mencipta Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Misalnya, pembelajaran tematik terpadu di SD/MI/SDLB/Paket A disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS. Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan. Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sosiologi SMA K

37 Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. 2. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan. a. Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus jenjang SMA paling sedikit memuat: 1) Identitas mata pelajaran 2) Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas; 3) Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran; 4) kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran; 5) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi; 6) pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; 7) penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik; Sosiologi SMA K

38 8) alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan 9) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan. Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. RPP sebagaimana dimaksud pada permendikbud No. 103 tahun 2014 pasal 3 paling sedikit harus memuat : a. Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester, dan alokasi waktu; b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator pencapaian kompetensi; c. Materi pembelajaran; yang meliputi materi pembelajaran reguler, materi remedial, dan materi pengayaan. d. Kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup; e. Penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan; dan f. Media, alat, bahan, dan sumber belajar. Secara lengkap komponen RPP seperti yang tercantum dalam Permendikbud No. 103 tahun 2014 terdiri atas: Sosiologi SMA K

39 1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester; 4) materi pokok; 5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; 6) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; 7) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 8) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; 9) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; 10) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; 11) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; 12) penilaian hasil pembelajaran. Penjelasan atas komponen tersebut adalah: a. Identitas mata pelajaran, meliputi: Sekolah, Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu b. Kompetensi Inti : Merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti terdiri atas: Sosiologi SMA K

40 a. Kompetensi Inti sikap spiritual; b. Kompetensi Inti sikap sosial; c. Kompetensi Inti pengetahuan; dan d. Kompetensi Inti keterampilan. Kedudukan dari Kompetensi Inti (KI) adalah sebagai pengikat seluruh mata pelajaran. Maksudnya disini adalah bahwa apapun nama mata pelajaran jika itu berada pada kelas yang sama maka Kompetensi Inti (KI) nya sama. Sebagai contoh: di kelas X untuk mata pelajaran Sejarah, Matematika, Biologi, Meskipun KI dimasing-masing kelas adalah sama, namun yang membedakan antar mata pelajaran adalah penjabaran pada Kompetensi Dasar (KD). c. Kompetensi Dasar: Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi Dasar berisi kemampuan dan muatan pembelajaran untuk suatu mata pelajaran pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah yang mengacu pada Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas: a. Kompetensi Dasar Sikap Spiritual; b. Kompetensi Dasar Sikap Sosial; c. Kompetensi Dasar Pengetahuan; dan d. Kompetensi Dasar Keterampilan. Adapun keterkaitan diantara Kompetensi Dasar (KD) dari KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4 adalah bahwa ketika dalam pembelajaran selalu dimulai dari pengetahuan apa yang akan dipelajari. Pengetahuan tersebut berada pada KD dari KI 3 yang berisi tentang materi-materi yang akan dipelajari. Melalui materi-materi itulah diharapkan peserta didik memiliki keterampilan yang diharapkan seperti yang menjadi tuntutan pada KD di KI 4. Dengan demikian hubungannya sangat erat antara KD di KI 3 dan KI 4. KD dari KI 4 hanya bisa dicapai jika dilakukan melalui pembelajaran KD dari KI 3, sehingga kedudukan KD di KI 3 adalah menjadi sarana untuk mencapai keterampilan yang pada KD di KI 4. Pembelajaran pada KD di KI 3 dan KI 4 dilakukan di dalam pembelajaran sehingga menghasilkan dampak pembelajaran (instructional effect). Sementara pada KD dari KI 1 dan KI 2 terkait dengan (disebut sebagai) pembelajaran yang tidak langsung. Dengan demikian, melalui pembelajaran KD dari KI 3 dan KI 4 diharapkan dapat memberi Sosiologi SMA K

41 dampak pada sikap dan perilaku peserta didik atau disebut sebagai dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Dalam implementasi pembelajarannya KD dari KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4 kemudian diikat oleh materi pokok yang sama. d. Indikator pencapaian kompetensi: Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Secara khusus dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Kemampuan yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2; dan b. Kemampuan yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti 3 dan Kompetensi Inti 4. Berikut ini contoh kata kerja operasional dari enam tingkatan berfikir Bloom (Anderson dalam Ana Ratna Wulan, 2010): Sosiologi SMA K

42 JENJANG KOGNITIF C1 MENGINGAT/REMEMBERING Siswa dapat mengingat, menyatakan kembali, dan mengingat informasi yang dipelajari mengenali (recognising) mendaftar/mengurutkan (listing) menggambarkan (describing) mengidentifikasi (identifying) mengambil (retrieving) menamakan (naming) menempatkan/menunjukkan tempat (locating) menemukan (finding) KATA KERJA OPERASIONAL membuat daftar/mengurutkan (list) mengahafal (memorise) menghubungkan (relate) menunjukkan (show) menempatkan/menunjukkan tempat (locate) membedakan (distinguish) memberikan contoh (give example) memproduksi/menghasilkan (reproduce) mengutip (quote) mengulangi (repeat) memberi label (label mengingatkembali (recall) mengetahui (know) mengelompokkan (group) membaca (read) menulis (write) membuat garis besar (outline) mendengarkan (listen) memilih (choose) mengucapkan (recite) merevisi (review) mengutip (quote) merekam (record) menjodohkan (match) menggarisbawahi (underline) menguitip (cite) memilah/menyortir (sort) C2 MEMAHAMI/UNDERSTANDIN G Siswa memahami makna suatu informasi dengan menginterpretasikan dan menterjemahkan dari apa yang telah dipelajari menginterpretasi (interpreting) mencontohkan (exemplifying) meringkas (summarising) menyimpulkan (inferring) memfrase (paraphrasing) mengklasifikasi (classifying) membandingkan (comparing) menjelaskan (explaining) menyatakan kembali (restate) mengidentifikasi (identify) mendiskusikan (discuss) menceritakan kembali (retell) meneliti (research) menganotasi (annotate) menterjemahkan (translate) memberikan contoh (give examples of) memfrase (paraphrase) mengatur kembali (reorganise) mengasosiasi (associate) menggambarkan (describe) melaporkan (report) mengenali (recognise) mereview (review) mengamati (observe) membuat garis besar(outline) menghitung (account for) menginterpretasi (interpret) memberikan ide utama (give mainidea) memperkirakan (estimate) mendefinisikan (define) Sosiologi SMA K

43 JENJANG KOGNITIF C3 MENERAPKAN/APPLYING Siswa memanfaatkan informasi dalam konteks yang berbeda dari sesuatu yang telah dipelajari. Mengimplementasikan (Implementing) Melaksanakan/ menyelenggarakan (Carrying out) Menggunakan (Using) Mengeksekusi (Executing) C4 MENGANALISIS/ANALYSING Siswa membagi iinformasi yang telah dipelajari menjadi beberapa bagian agar mudah dipahami membandingkan (comparing) mengatur/mengorganisir (organising) mengkonstruk kembali (deconstructing) memberikan atribut (attributing) membuat garis besar (outlining) menemukan (finding) membuat struktur (structuring) mengintegrasikan (integrating) KATA KERJA OPERASIONAL menterjemahkan (translate) memanipulasi (manipulate) memamerkan (exhibit) mengilustrasikan (illustrate) mengkalkulasi /menghitung (calculate) menginterpretasi (interpret) membuat (make) berlatih (practice) menerapkan/mengaplikasikan (apply)( mengoperasikan (operate) mewawancara (interview) melukis (paint) mengubah (change) menghitung(compute) mengurutkan (sequence) menunjukkan ( show) memecahkan/mengatasi (solve) mengumpulkan (collect) mendemonstrasikan (demonstrate) mendramatisir (dramatise) membangun (construct) menggunakan (use) mengadaptasi (adapt) menggambar (draw) membedakan (distinguish) menanyakan/bertanya (question) menilai (appraise) melakukan percobaan (experiment) memeriksa (inspect) menguji (examine) probe memisahkan (separate) menanyakan (yg sifatnya terus menerus) (inquire) menyusun/menata (arrange) menemukan/berusaha mencari jawaban (investigate) menyaring (sift) meneliti (research) mengkalkulasi/menghitung (calculate) mengkritisi (criticize) membandingkan (compare) mengkontraskan (contrast) menyurvei (survey) mendeteksi (detect) mengelompokkan (group) mengurutkan scr alfabetis (order) mengurutkan prasyarat (sequence) mengetes (test) berdebat (debate) Sosiologi SMA K

44 menganalisis (analyse) membuat diagram (diagram) menghubungkan (relate) membedah (dissect) mengkatagorikan (categorise) mendeskriminasikan/membedakan (discriminate) JENJANG KOGNITIF C5 MENGEVALUASI/EVALUATING Siswa membuat keputusan berdasarkan refleksi yang mendalam, mengkritisi dan penilaian. mengecek (checking) membuat hipotesa (hypothesising) mengkritisi (critiquing) melakukan percobaan (experimenting) menilai (judging) mengetes (testing) mendeteksi (detecting) memantau (monitoring) KATA KERJA OPERASIONAL menilai (judge) membuat tingkatan (rate) memvalidasi (validate) memperkirakan (predict) menilai (assess) menyekor (score) merevisi (revise) menyimpulkan (infer) menentukan (determine) membuat prioritas (prioritise) menjelaskan alasan (tell why) membandingkan (compare) mengevaluasi (evaluate) membela/mempertahankan (defend) menyeleksi (select) mengukur (measure) memilih (choose) menyimpulkan (conclude) menyimpulkan (deduce) berdebat (debate) membenarkan/memutuskan (justify) merekomendasikan (recommend) mendeskriminasikan/membedakan (discriminate) menilai (appraise) menilai (value) probe berargumen (argue) memutuskan (decide) mengkritisi (criticise) meranking (rank) menolak (reject) JENJANG KOGNITIF C6 MENCIPTA/CREATING Siswa menciptakan ide baru dan menggunakan informasi yang telah dipelajari sebelumnya. mendesain/merancang (designing) KATA KERJA OPERASIONAL menulis (compose) merakit (assemble) mengorganisir/mengatur (organise) menemukan (invent) mengkompilasi (compile) Sosiologi SMA K

45 mengkonstruk/membangun (constructing) merencanakan (planning) memproduksi/menghasilkan (producing)( menemukan (inventing) merancang (devising) membuat (making) meramalkan (forecast) merancang (devise) mengusulkan (propose) mengkonstruk (construct) merencanakan (plan) mempersiapkan (prepare) mengembangkan (develop) originate membayangkan (imagine) membuat sesuatu menjadi umum (generate) merumuskan/memformulasikan (formulate) meningkatkan (improve) bertindak (act) memperkirakan (predict) memproduksi/menghasilkan (produce) mencampur (blend) memasang/mengatur (set up) devise concoct mengkompilasi/menggabungkan/ mengumpulkan (compile) Tabel 1. Jenjang kognitif dan kata kerja operasional e. Materi ajar: Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. Materi ajar terdiri atas materi reguler, materi remedial dan materi pengayaan. f. Alokasi waktu: Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. g. Kegiatan pembelajaran: 1) Pendahuluan Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. 2) Inti Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, Sosiologi SMA K

46 menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. 3) Penutup Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. h. Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian, yang memuat : 1) Teknik Penilaian. 2) Instrumen Penilaian 3) Pembelajaran Remedial dan Pengayaan i. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. 3. Prinsip Penyusunan RPP Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. b. Partisipasi aktif peserta didik. c. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. Sosiologi SMA K

47 d. Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. e. Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. f. Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. g. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. h. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 4. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup: 1). Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan. 2). Kegiatan Inti Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik Sosiologi SMA K

48 dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. a. Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut. b. Pengetahuan Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). c. Keterampilan Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topic dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan proses pengamatan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learning) dan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Sosiologi SMA K

49 3). Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi: a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. D. Aktifitas Pembelajaran : Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta diklat menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 1. Aktivitas individu, meliputi : a. Memahami dan mencermati materi diklat b. Mengerjakan latihan/tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar; dan menyimpulkan c. Melakukan refleksi 2. Aktivitas kelompok, meliputi : a. mendiskusikan materi pelatihan b. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan c. penyelesaian masalah /kasus D. Latihan/Kasus/tugas 1. Kegiatan apa yang tertuang dalam kegiatan pendahuluan dalam proses pembelajaran? 2. Bagaimana pembuatan indikator pencapaian kompetensi? Sosiologi SMA K

50 E. Rangkuman RPP disusun untuk satu kali pertemuan atau beberapa kali pertemuan. Komponen RPP terdiri atas: 1) identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan 2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) kelas/semester; 4) materi pokok; 5) alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; 6) kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; 7) materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 8) metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai; 9) media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; 10) sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; 11) langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; 12) penilaian hasil pembelajaran. F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran, Anda dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini: 1. Apa yang Anda pahami setelah mempelajari materi konsep RPP? 2. Pengalaman penting apa yang Anda peroleh setelah mempelajari materi konsep RPP? 3. Apa manfaat materi konsep RPP terhadap tugas Anda? Sosiologi SMA K

51 4. Apa rencana tindak lanjut yang Anda lakukan setelah kegiatan pelatihan ini? G. Kunci Jawaban 1. Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2. Indikator disusun dengan rumus kata kerja operasional diikuti materi. DAFTAR PUSTAKA Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001) dalam Ana Ratna Wulan Taksonomi Bloom Revisi. FPMIPA UPI WULAN/taksonomi_Bloom_revisi.pdf Kemdikbud Permendikbud 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud Permendikbud 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud Permendikbud 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Permendikbud 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kemdikbud Permendikbud. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Sosiologi SMA K

52 Kegiatan Pembelajaran 3 PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN A. Tujuan Dengan berdiskusi, membaca modul, mengerjakan tugas, guru mampu menyimpulkan penilaian pembelajaran dalam melaksanakan Kurikulum 2013 B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian penilaian 2. Menjelaskan Objek dan Subjek Penilaian 3. Menjelaskan Fungsi Penilaian 4. Menjelaskan Prinsip Penilaian 5. Mengidentifikasi Karakteristik Penilaian 6. Mengidentifikasi Ruang Lingkup Penilaian 7. Mengidentifikasi Mekanisme Penilaian C. Uraian Materi 1. Pengertian Penilaian Hasil Belajar Permendiknas Nomor 204 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menyebutkan : Pelaksanaan penilaian hasil belajar oleh pendidik merupakan wujud pelaksanaan tugas profesional pendidik sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Penilaian hasil belajar oleh pendidik tidak terlepas dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar oleh pendidik menunjukkan kemampuan guru sebagai pendidik profesional. Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), kurikulum berdasarkan kompetensi (competency-based curriculum), dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) penilaian proses dan hasil belajar merupakan parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu Sosiologi SMA K

53 dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid.(permendiknas Nomor 104 tahun 2014). Pernyataan di atas berimplikasi untuk guru untuk mensinergikan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning) dan penilaian autentik (authentic assesment). Penilaian dalam proses pendidikan merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dari komponen lainnya khususnya pembelajaran. Penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penegasan tersebut termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memiliki peran antara lain untuk membantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran (learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan peserta didik dapat diperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar. Sedangkan penilaian menurut para ahli, ada beberapa pengertian sebagai berikut : a. Menurut Suharsini Arikunto (1995), penilaian pendidikan dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut: Sosiologi SMA K

54 Input Proses Output Umpan Balik Keterangan: Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi (calon peserta didik yang baru). Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Unsur-unsur transformasi : 1) pendidik dan personal lainnya; 2) Bahan pelajaran; 3) Metode mengajar dan sistem evaluasi; 4) Sarana penunjang; dan 5) Sistem administrasi. Umpan balik (feed back) adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi, yang diperlukan untuk memperbaiki input maupun transformasi. b. Soetopo ( :4) mengatakan bahwa tindakan penilaian pendidik yang diharapkan terjadi perubahan pada diri peserta berawal dari penentukan tujuan pembelajaran, penentuan metode pembelajaran, penyampaian materi didik. Sebagai umpan balik dilaksanakan penilaian agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan serta latar belakang kesulitan belajar. c. Menurut Subiyanto (1988:2), mengistilahkan tiga mata jangkar terhadap: 1) Tujuan. 2) Metode, bahan pelajaran, media, dan pengalaman belajar atau latihan; serta. 3) Penilaian terhadap keberhasilan peserta didik dan sebagai umpan balik. Sehingga penilaian adalah umpan balik untuk mengetahui keberhasilan belajar mengajar. Sosiologi SMA K

55 Dalam konteks pendidikan berdasarkan standar (standard-based education), kurikulum berdasarkan kompetensi (competency-based curriculum), dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning) penilaian proses dan hasil belajar merupakan parameter tingkat pencapaian kompetensi minimal. Untuk itu, berbagai pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran perlu dikembangkan untuk memfasilitasi peserta didik agar mudah dalam belajar dan mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Kurikulum 2013 mempersyaratkan penggunaan penilaian autentik (authentic assesment). Secara paradigmatik penilaian autentik memerlukan perwujudan pembelajaran autentik (authentic instruction) dan belajar autentik (authentic learning). Hal ini diyakini bahwa penilaian autentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan peserta didik secara holistik dan valid. Pengertian dari beberapa istilah yang terdapat dalam pedoman Permendikbud Nomor 14 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, sebagai berikut: a. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, selama dan setelah proses pembelajaran. b. Pendekatan Penilaian adalah proses atau jalan yang ditempuh dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. c. Bentuk Penilaian adalah cara yang dilakukan dalam menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: penilaian unjuk kerja, penilaian projek, dan penilaian tertulis. d. Instrumen Penilaian adalah alat yang digunakan untuk menilai capaian pembelajaran peserta didik, misalnya: tes dan skala sikap e. Ketuntasan Belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. f. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang Sosiologi SMA K

56 diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. g. Penilaian Diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif. h. Penilaian Tugas adalah penilaian atas proses dan hasil pengerjaan tugas yang dilakukan secara mandiri dan/atau kelompok. i. Penilaian Projek adalah penilaian terhadap suatu tugas berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pengolahan data, sampai pelaporan. j. Penilaian berdasarkan Pengamatan adalah penilaian terhadap kegiatan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran. k. Ulangan Harian adalah penilaian yang dilakukan setiap menyelesaikan satu muatan pembelajaran. l. Ulangan Tengah Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam paruh pertama semester. m. Ulangan Akhir Semester adalah penilaian yang dilakukan untuk semua muatan pembelajaran yang diselesaikan dalam satu semester. n. Nilai modus adalah nilai terbanyak capaian pembelajaran pada ranah sikap. o. Nilai rerata adalah nilai rerata capaian pembelajaran pada ranah pengetahuan. p. Nilai optimum adalah nilai tertinggi capaian pembelajaran pada ranah keterampilan. 2. Tujuan Penilaian Secara garis besar tujuan penilaian sebagai berikut: a. Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. b. Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. c. Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelamahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. d. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. Sosiologi SMA K

57 Permendikbud Nomor 14 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, tujuan penilaian sebagai berikut : a. Mengetahui tingkat penguasaan kompetensi dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah dan belum dikuasai seorang/sekelompok peserta didik untuk ditingkatkan dalam pembelajaran remedial dan program pengayaan. b. Menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi belajar peserta didik dalam kurun waktu tertentu, yaitu harian, tengah semesteran, satu semesteran, satu tahunan, dan masa studi satuan pendidikan. c. Menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi bagi mereka yang diidentifikasi sebagai peserta didik yang lambat atau cepat dalam belajar dan pencapaian hasil belajar. d. Memperbaiki proses pembelajaran pada pertemuan semester berikutnya. 3. Objek dan Subjek Penilaian. a. Objek penilaian Sasaran keputusan pendidikan dibuat oleh seorang guru tidak hanya peserta didik saja, tetapi juga guru, materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, kurikulum, situasi belajar mengajar juga sebagai objek pembuatan keputusan penilaian. Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh, sehingga objek penilaian adalah peserta didik itu sendiri dan secara keseluruhan hal-hal yang berkaitan dengan objek tersebut seperti yang telah dijelaskan di atas. Untuk menilai peserta didik dengan menggunakan prinsip menyeluruh, maka secara keseluruhan kinerja peserta didik dihimpun data untuk penilaiannya, baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotornya. b. Subjek penilaian Sudaryono(2012) mengutip Suharsini (2004) menyatakan yang dimaksud subjek penilaian adalah orang yang melakukan penilaian itu sendiri. Siapa yang disebut subjek penilaian sudah ada aturan atau pembagian tugas sebagai berikut: a. Untuk penilaian prestasi belajar peserta didik maka subjeknya adalah guru mata pelajaran sosiologi sendiri. Sosiologi SMA K

58 b. Untuk menilai sikap menggunakan skala sikap yang subjeknya guru itu sendiri dan dapat meminta informasi dari guru sejawat, peserta didik sebagai teman, atau bahkan orang tua. Bahkan dapat meminta pendapat peserta didik itu sendiri yang disebut dengan penilaian diri sendiri (self assessmant). c. Untuk penilaian kepribadian seorang peserta didik menggunakan sebuah alat ukur yang sudah distandarisasikan, dan subjeknya seorang ahli psikologi. 4. Fungsi Penilaian Secara umum, penilaian berfungsi : a. Sebagai umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya. b. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi keperluan akademik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya. c. Memberikan masukan pada pendidik untuk memperbaiki program pembelajarannya. d. Memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda. e. Memberikan motivasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. Sedangkan fungsi penilaian sesuai dengan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah, adalah : Penilaian Hasil Belajar oleh pendidik memiliki fungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Berdasarkan fungsinya Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi: a. Formatif yaitu memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester, sesuai dengan prinsip Kurikulum 2013 agar peserta didik tahu, mampu dan mau. Hasil dari kajian terhadap Sosiologi SMA K

59 kekurangan peserta didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan berikutnya; dan b. Sumatif yaitu menentukan keberhasilan belajar peserta didik pada akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran, atau masa pendidikan di satuan pendidikan. Hasil dari penentuan keberhasilan ini digunakan untuk menentukan nilai rapor, kenaikan kelas dan keberhasilan belajar satuan pendidikan seorang peserta didik. 5. Karakteristik Penilaian a. Proses penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not a part from instruction). b. Penilaian mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems) bukan masalah dunia sekolah (school work-kind of problems). c. Penilaian hendaknya menggunakan bermacam-macam instrumen pengukuran, metode dan tehnik penilaian. d. Penilaian hendaknya ipsative (tes yang membandingkan prestasi peserta didik saat ini dengan prestasinya yang lalu). Tidak membandingkan peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. e. Penilaian hendaknya bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik). Jadi, dengan melakukan penilaian authentik berbasis kelas akan memberikan informasi yang komprehensif, holistik, kontinyu dengan berbagai instrumen tes dan non tes/rubrik sehingga mencerminkan kinerja proses dan hasil belajar peserta didik. 6. Prinsip Penilaian Prinsip penilaian dalam Permendikbud Nomor 14 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menyebutkan: Sosiologi SMA K

60 Prinsip Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik meliputi prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah sebagai berikut. a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. d. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. f. Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik. g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. h. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya. i. Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan peserta didik dalam belajar. Prinsip khusus dalam Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berisikan prinsipprinsip Penilaian Autentik sebagai berikut : a. Materi penilaian dikembangkan dari kurikulum. b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. c. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. d. Berbasis kinerja peserta didik. e. Memotivasi belajar peserta didik. f. Menekankan pada kegiatan dan pengalaman belajar peserta didik. g. Memberi kebebasan peserta didik untuk mengkonstruksi responnya. h. Menekankan keterpaduan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sosiologi SMA K

61 i. Mengembangkan kemampuan berpikir divergen. j. Menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran. k. Menghendaki balikan yang segera dan terus menerus. l. Menekankan konteks yang mencerminkan dunia nyata. m. Terkait dengan dunia kerja. n. Menggunakan data yang diperoleh langsung dari dunia nyata. o. Menggunakan berbagai cara dan instrumen. 7. Lingkup penilaian Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud No. 104 Tahun 2014). Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan adalah sebagai berikut. a. Sikap (Spiritual dan Sosial) Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial adalah pada beberapa tingkatan sikap yakni: menerima nilai, menanggapi nilai. menghargai nilai, menghayati nilai, mengamalkan nilai. b. Pengetahuan Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada kemampuan berpikir adalah kemampuan berpikir mengingat, memahami, menerapkan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada dimensi pengetahuan adalah dimensi pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif c. Keterampilan Sasaran Penilaian Hasil Belajar pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan. Sasaran penilaian hasil belajar pada keterampilan kongkret adalah keterampilan persepsi (perception), kesiapan (set), meniru (guided response), membiasakan gerakan (mechanism), mahir (complex or overt response), menjadi gerakan alami (adaptation), menjadi tindakan orisinal (origination) Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Sosiologi SMA K

62 Sikap (Spiritual dan Sosial) Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada ranah sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai berikut. Tingkatan Menerima Sikap nilai Menanggapi nilai Menghargai nilai Deskripsi Kesediaan menerima suatu nilai dan memberikan perhatian terhadap nilai tersebut Kesediaan menjawab suatu nilai dan ada rasa puas dalam membicarakan nilai tersebut Menganggap nilai tersebut baik; menyukai nilai tersebut; dan komitmen terhadap nilai tersebut Menghayati nilai Mengamalkan nilai Memasukkan nilai tersebut sebagai bagian dari sistem nilai dirinya Mengembangkan nilai tersebut sebagai ciri dirinya dalam berpikir, berkata, berkomunikasi, dan bertindak (karakter) (sumber: Olahan Krathwohl dkk.,1964 dalam Permendikbud Nomor 14 Tahun 2014) Pengetahuan Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada kemampuan berpikir adalah sebagai berikut. Kemampuan Berpikir Mengingat: mengemukakan kembali apa yang sudah dipelajari dari guru, buku, sumber lainnya sebagaimana aslinya, tanpa Deskripsi Pengetahuan hafalan: ketepatan, kecepatan, kebenaran pengetahuan yang diingat dan digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang fakta, definisi konsep, prosedur, hukum, teori dari apa yang sudah dipelajari di kelas tanpa diubah/berubah. melakukan perubahan Memahami: Sudah ada proses pengolahan dari bentuk Kemampuan mengolah pengetahuan yang dipelajari menjadi sesuatu yang baru seperti menggantikan suatu kata/istilah dengan Sosiologi SMA K

63 aslinya tetapi arti dari kata, istilah, tulisan, grafik, tabel, gambar, foto tidak berubah. dengan konsep, antara argumentasi dengan kesimpulan, benang merah pemikiran antara satu karya dengan karya lainnya Mengevaluasi: Menentukan nilai suatu benda atau informasi berdasarkan suatu criteria kata/istilah lain yang sama maknanya; menulis kembali suatu kalimat/paragraf/tulisan dengan kalimat/paragraf/tulisan sendiri dengan tanpa mengubah artinya informasi aslinya; mengubah bentuk komunikasi dari bentuk kalimat ke bentuk grafik/tabel/visual atau sebaliknya; memberi tafsir suatu kalimat/paragraf/tulisan/data sesuai dengan kemampuan peserta didik; memperkirakan kemungkinan yang terjadi dari suatu informasi yang terkandung dalam suatu kalimat/paragraf/tulisan/data. Kemampuan menilai apakah informasi yang diberikan berguna, apakah suatu informasi/benda menarik/menyenangkan bagi dirinya, adakah penyimpangan dari kriteria suatu pekerjaan/keputusan/ peraturan, memberikan pertimbangan alternatif mana yang harus dipilih berdasarkan kriteria, menilai benar/salah/bagus/jelek dan sebagainya suatu hasil kerja berdasarkan kriteria. Sosiologi SMA K

64 Mencipta: Membuat sesuatu yang baru dari apa yang sudah ada sehingga hasil tersebut merupakan satu kesatuan utuh dan berbeda dari komponen yang digunakan untuk membentuknya Kemampuan membuat suatu cerita/tulisan dari berbagai sumber yang dibacanya, membuat suatu benda dari bahan yang tersedia, mengembangkan fungsi baru dari suatu benda, mengembangkan berbagai bentuk kreativitas lainnya. Tabel 2. Kemampuan berfikir dan deskripsi (sumber: Olahan Anderson, dkk dalam Permendikbud nomor 104 tahun 2014). Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada dimensi pengetahuan adalah sebagai berikut: Dimensi Pengetahuan Faktual Konseptual Prosedural Deskripsi Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal-hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran. Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterkaitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum kausalita, definisi, teori. Pengetahuan tentang prosedur dan proses khusus dari suatu mata pelajaran seperti algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk menentukan ketepatan penggunaan suatu prosedur. Metakognitif Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan pengetahuan yang penting dan tidak penting (strategic knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan konteks tertentu, dan pengetahuan diri (selfknowledge). (Sumber: Olahan dari Andersen, dkk., 2001) Sosiologi SMA K

65 Keterampilan Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar adalah sebagai berikut. Kemampuan Belajar Mengamati Menanya Mengumpulkan informasi/ mencoba Menalar/mengasosiasi Deskripsi Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesisdan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber. Mengomunikasikan (Sumber: Olahan Dyers) Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain. Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan kongkret adalah sebagai berikut. Keterampilan kongkret Deskripsi Persepsi (perception) Menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan Kesiapan (set) mental dan fisik untuk melakukan Sosiologi SMA K

66 suatu gerakan Meniru (guided response) Meniru gerakan secara terbimbing Membiasakan gerakan Melakukan gerakan mekanistik (mechanism) Mahir (complex or overt response) Melakukan gerakan kompleks Menunjukan kesiapan dan termodifikasi Menjadi gerakan alami Menjadi gerakan alami yang diciptakan (adaptation) sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya Menjadi tindakan orisinal Menjadi gerakan baru yang orisinal dan (origination) sukar ditiru oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya (Sumber: Olahan dari kategori Simpson dalam Permendikbud NO. 104 tahun 2014 ) Sasaran penilaian digunakan sesuai dengan karakteristik muatan pelajaran. a. Mekanisme Penilaian b. Tingkat Kompetensi Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pencapaian kompetensi sikap dinyatakan dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaian kompetensi pengetahuan dinyatakan dalam skor tertentu untuk kemampuan berpikir dan dimensi pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi keterampilan dinyatakan dalam deskripsi kemahiran dan/atau skor tertentu. Pencapaian tingkat kompetensi dinyatakan dalam bentuk deskripsi kemampuan dan/atau skor yang dipersyaratkan pada tingkat tertentu. Tingkat pencapaian KI dan KD berbeda untuk setiap satuan tingkat pendidikan mulai dari SD/MI kelas awal (I III) dan kelas atas (IV VI), SMP/MTs kelas VII - IX, dan SMA/SMK/MA kelas X - XII. Tingkat pencapaian kompetensi ditentukan sebagai berikut. Sosiologi SMA K

67 Tingkat Kompetensi Tingkat Kelas Tingkat 0 Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat Kompetensi TK/RA Kelas I SD/MI/SDLB/PAKET A Kelas II SD/MI/SDLB/PAKET A Kelas III SD/MI/SDLB/PAKET A Kelas IV SD/MI/SDLB/PAKET A Kelas V SD/MI/SDLB/PAKET A Tabel 3. Tingkat kompetensi dan tingkat kelas Tingkat Kelas Kelas VI SD/MI/SDLB/PAKET A Tingkat 4 Kelas VII SMP/MTs/SMPLB/PAKET B Kelas VIII SMP/MTs/SMPLB/PAKET B Tingkat 4A Kelas IX SMP/MTs/SMPLB/ PAKET B Tingkat 5 Kelas X SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKET C/PAKET C KEJURUAN Kelas XI SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKET C/PAKET C KEJURUAN Tingkat 6 Kelas XII SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/ PAKET C/PAKET C KEJURUAN Sosiologi SMA K

68 Keterampilan kongkret Persepsi (perception) Kesiapan (set) Deskripsi Menunjukan perhatian untuk melakukan suatu gerakan Menunjukan kesiapan mental dan fisik untuk Meniru response) Membiasakan (guided melakukan suatu gerakan Meniru gerakan secara terbimbing Melakukan gerakan mekanistik gerakan (mechanism) Mahir (complex or overt response) Menjadi gerakan alami (adaptation) Melakukan gerakan kompleks dan termodifikasi Menjadi gerakan alami yang diciptakan sendiri atas dasar gerakan yang sudah dikuasai sebelumnya Menjadi tindakan Menjadi gerakan baru yang orisinal dan sukar ditiru orisinal (origination) oleh orang lain dan menjadi ciri khasnya (Sumber: Olahan dari kategori Simpson dalam Permendikbud no. 104 tahun 2014) D. Aktivitas Pembelajaran 1. Memperhatikan penjelasan fasilitator 2. Memperhatikan petunjuk kegiatan di modul 3. Pelajari hand out dengan seksama 4. Mengerjakan latihan/kasus/tugas E. Latihan/ Kasus /Tugas 1. Jelaskan hubungan antara calon peserta didik, proses pembelajaran dan hasil pendidikan, ditinjau dari penilaian pendidikan. 2. Jelaskan yang dimaksud penilaian Autentik sesuai Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah 3. Jelaskan yang dimaksud Checking-up yang merupakan salah satu tujuan penilaian pendidikan 4. Jelaskan fungsi penilaian pembelajaran. Sosiologi SMA K

69 5. Jelaskan prinsip penilaian yang bersifat Holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik 6. Jelaskan sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar 7. Jelaskan yang dimaksud dengan tingkat kompetensi dalam penilaian Kurikulum 2013 F. Rangkuman Menurut Suharsini Arikunto hubungan antara calon peserta didik, proses pembelajaran dan hasil pendidikan, ditinjau dari penilaian pendidikan dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut: Input Proses Output Umpan Balik Keterangan: Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi (calon peserta didik yang baru). Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Unsur-unsur transformasi : Pendidik dan personal lainnya; Bahan pelajaran; Metode mengajar dan sistem evaluasi; Sarana penunjang; dan Sistem administrasi. Umpan balik (feed back) adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi, yang diperlukan untuk memperbaiki input maupun transformasi. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. Sosiologi SMA K

70 Secara garis besar tujuan penilaian sebagai berikut: a. Keeping track, yaitu untuk menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana. b. Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. c. Finding-out, yaitu untuk mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelamahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran. d. Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. Secara umum, penilaian berfungsi : a. Sebagai umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya. b. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi keperluan akademik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya. c. Memberikan masukan pada pendidik untuk memperbaiki program pembelajarannya. d. Memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda. e. Memberikan motivasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. Prinsip penilaian holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pencapaian kompetensi sikap dinyatakan dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaian kompetensi pengetahuan dinyatakan dalam skor tertentu untuk Sosiologi SMA K

71 kemampuan berpikir dan dimensi pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi keterampilan dinyatakan dalam deskripsi kemahiran dan/atau skor tertentu. Pencapaian tingkat kompetensi dinyatakan dalam bentuk deskripsi kemampuan dan/atau skor yang dipersyaratkan pada tingkat tertentu G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 1. Tulislah materi yang telah dipelajari dari bahan di atas, secara esensialnya. 2. Setelah mempelajari materi penilaian pembelajaran, ingin mempelajari materi penilaian apa lagi? H. Kunci Jawaban 1. Menurut Suharsini Arikunto hubungan antara calon peserta didik, proses pembelajaran dan hasil pendidikan, ditinjau dari penilaian pendidikan dapat digambarkan dalam bentuk sebagai berikut: Input Proses Output Umpan Balik Keterangan: Input adalah bahan mentah yang dimasukkan ke dalam transformasi (calon peserta didik yang baru). Output adalah bahan jadi yang dihasilkan oleh transformasi. Transformasi adalah mesin yang bertugas mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Unsur-unsur transformasi : pendidik dan personal lainnya; Bahan pelajaran; Metode mengajar dan sistem evaluasi; Sosiologi SMA K

72 Sarana penunjang; dan Sistem administrasi. 2. Umpan balik (feed back) adalah segala informasi baik yang menyangkut output maupun transformasi, yang diperlukan untuk memperbaiki input maupun transformasi. 3. Penilaian Autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya. 4. Salah satu tujuan penilaian adalah Checking-up, yaitu untuk mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran. 5. Secara umum, penilaian berfungsi : a. Sebagai umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan kekurangan sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya. b. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi keperluan akademik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya. c. Memberikan masukan pada pendidik untuk memperbaiki program pembelajarannya. d. Memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda. e. Memberikan motivasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan. 6. Prinsip penilaian holistik dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dan dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik 7. Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada keterampilan abstrak berupa kemampuan belajar adalah sebagai berikut. Sosiologi SMA K

73 Kemampuan Belajar Mengamati Deskripsi Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) Mengumpulkan informasi/mencoba Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Menalar/meng- asosiasi Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antarberbagai jenis fakta/konsep/teori/ pendapat; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/ konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber. Mengomunikasikan Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain. Tabel 4. Kemampuan belajar dan deskripsi Sosiologi SMA K

74 8. Tingkat kompetensi merupakan batas minimal pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pencapaian kompetensi sikap dinyatakan dalam deskripsi kualitas tertentu, sedangkan pencapaian kompetensi pengetahuan dinyatakan dalam skor tertentu untuk kemampuan berpikir dan dimensi pengetahuannya, sedangkan untuk kompetensi keterampilan dinyatakan dalam deskripsi kemahiran dan/atau skor tertentu. Pencapaian tingkat kompetensi dinyatakan dalam bentuk deskripsi kemampuan dan/atau skor yang dipersyaratkan pada tingkat tertentu. DAFTAR PUSTAKA Ali Lukman dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud Balai Pustaka. Arikunto, Suharsini Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Budimansyah, Dasim Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: PT. Ganesindo. BERMUTU PROGRAM, BBM Suplemen /Penilaian Hasil Belajar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2014, Permendikbud nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Gafur, Abdul, dkk Pedoman Umum Pola Induk Siswa Pengujian Hasil KBM Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Dit. PMU, Ditjen Dikdasmen, Depdiknas. Hayati, Sri Bahan Pelatihan PS-S2 Penilaian Pembelajaran Pengetahuan Sosial Bahan Pelatihan Terintegrasi Guru SMP. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Puskur Penilaian Berbasis Kelas. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Siswanto,dkk Penilaian sosiologi dan PPKn. Bahan Sajian Untuk Penataran Instruktur. Malang: Proyek PPPG IPS dan PMP Malang. Siswanto, dkk Penilaian Ilmu Pengetahuan Sosial. Edisi review. Malang: Proyek PPPG IPS dan PMP Malang. Soetopo, Penilaian Sejarah SMA, Malang: Proyek PPPG IPS dan PMP Malang. Sosiologi SMA K

75 Subiyanto Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan, Ditjen Dikti, Depdikbud. Subiyanto Beberapa Masalah Evaluasi Pendidikan. Malang: PPPG IPS dan PMP, Ditjen Dikdasmen, Depdikbud. Sudaryono,2012. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Graha Ilmu. Sosiologi SMA K

76 Kegiatan Pembelajaran 4 SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU DAN METODE A. Tujuan Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, peserta diklat mampu memahami sosiologi sebagai ilmu dan metode sehingga mampu merancang pembelajaran interaktif yang mampu menumbuhkan imajinasi sosiologi pada siswa. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menguraikan sosiologi yang dijelaskan berdasakan sejarah perkembangannya 2. Menguraikan sosiologi yang dijelaskan berdasarkan Pandangan tokoh pendahulunya 3. Menguraikan sosiologi yang dijelaskan berdasarkan fokus kajian dan manfaatnya 4. Menguraikan sosiologi yang dijelaskan berdasarkan berdasarkan ilmu dan metode 5. Menyusun rancangan pembelajaran dengan materi sosiologi sebagai ilmu dan metode yang interaktif dan kontekstual C. Uraian Materi 1. Sejarah Perkembangan dan Pengertian Sosiologi Sosiologi lahir untuk memuaskan rasa keingintahuan tentang keadaan masyarakat di Eropa Barat yang mengalami Revolusi Industri (di Inggris) dan Revolusi Sosial (di Perancis). Di satu pihak, perubahan-perubahan yang terjadi secara cepat menjanjikan kelahiran masyarakat yang lebih modern, lebih maju, dan lebih sejahtera. Namun di pihak lain, kenyataan menunjukkan bahwa kedua revolusi tersebut justru menimbulkan berbagai kekacauan dan terkikisnya keakraban dalam hubungan antarwarga masyarakat. dengan kata lain, perubaha besar di Eropa Barat menimbulkan kesenjangan diantara das sollen (apa yang seharusnya terjadi) dan das sein (apa yang ada). Lahirnya suatu ilmu Sosiologi SMA K

77 pengetahuan ternyata tidak dapat dilepaskan dari kondisi masyarakat pada waktu ilmu itu lahir. Demikian juga sosiologi, yang jika ditelusuri lewat sejarah kelahirannya paling tidak dapat dicatat adanya dua kelompok kekuatan pemacu kelahiran sosiologi: pertama, kekuatan atau pergolakan sosial yang meliputi: revolusi politik, revolusi industri, pertumbuhan kapitalisme, pertumbuhan sosialisme, urbanisasi, perubahan religius, dan pertumbuhan ilmu pengetahuan; kedua, kekuatan atau pergolakan intelektual yang beriringan dengan munculnya zaman pencerahan dan penemuan sosiologi di Perancis, perkembangan sosiologi di Jerman, kemurnian sosiologi di Inggris, sosiologi Itali, serta abad peralihan perkembangan Marxisme di Eropa. Berkat bimbingan dan pengalaman bersama Saint Simon, Auguste Comte, berhasil menemukan dan menampilkan sebuah ilmu yang bersasaran masyarakat yang dikenal sebagai sosiologi. Dengan ditampilkannya sosiologi ini ia berharap dapat mengetahui masyarakat, menjelaskan, meramalkan serta mengontrol masyarakat, yang secara singkat merupakan suatu studi ilmiah tentang masyarakat. Melalui harapan dan tujuan itu menjadi terasa bahwa sasaran sosiologi sangatlah luas, sebab Comte (Siahaan, 1986) menempatkan sosiologi sebagai A General Social Science, suatu ilmu pengetahuan kemasyarakatan yang bersifat umum. Sejalan dengan pandangan tersebut, muncul pendapat bahwa mempelajari sosiologi berarti mempelajari masyarakat, kelompok, maupun kolektivitas secara utuh. Sedemikian luasnya cakupan sosiologi sehingga belum ada definisi yang tepat untuk sosiologi. Apakah sosiologi dapat dimengerti sekedar sebagai ilmu tentang masyarakat? Apabila diingat bahwa masyarakat adalah konsep yang mengandung arti luas dan tidak jelas, maka untuk lebih memahaminya masih dibutuhkan beberapa batasan lagi. Berikut ini adalah beberapa batasan sosiologi dari beberapa sarjana yang terangkum dalam Raharjo (2004 : 9-10): 1. Pitirim Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kebudayaan dari sudut umum, mempelajari sifat esensial gejala tersebut, serta hubungan antara gejala itu yang amat banyak. 2. Cuber mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang hubungan timbal balik antara manusia. Sosiologi SMA K

78 3. Mac Iver dan Page berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu yang berkaitan dengan hubungan sosial dan dengan seluruh jaringan hubungan itu yang disebut masyarakat. 4. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. 5. Babbie berpendapat bahwa sosiologi adalah telaah tentang kehidupan sosial, terentang dari interaksi tatap muka antara dua individu sampai pada hubungan global antara bangsa-bangsa. Definisi yang singkat tidak memberi gambaran yang tepat, sedangkan definisi yang panjang tidak praktis dan sulit diterapkan. Namun, sebentuk definisi tetap diperlukan dan sosiologi sering didefinisikan sebagai ilmu yang menelaah tentang hubungan sosial manusia dalam masyarakat dalam segala aspeknya dan tentang produk hubungan dari hubungan sosial tersebut. 2. Pandangan Tokoh Pendahulu Kelahiran sosiologi lazimnya dihubungkan dengan seorang ilmuwan Perancis bernama Auguste Comte, yang dengan kreatif telah menyusun sintesa berbagai macam aliran pemikiran, kemudian mengusulkan mendirikan ilmu tentang masyarakat dengan dasar filsafat empirik yang kuat. Auguste Comte selanjutnya dikenal sebagai bapak sosiologi. Pikiran-pikiran cerdas yang disampaikan oleh Auguste Comte telah memperoleh banyak kritik, dan dalam perkembangannya kemudian apa yang disampaikan menjadi salah satu saja di antara perspektifperspektif yang tumbuh dan berkembang dalam sosiologi. Auguste Comte sebenarnya tidak merumuskan definisi atau bidang kajian sosiologi dengan rinci. Comte hanya membagi sosiologi ke dalam dua aspek besar, yaitu apa yang disebutkan dengan statika sosial dan dinamika sosial. Aspek statika sosial melihat struktur atau bentuk, sedangkan aspek dinamika sosial melihat perubahan. Keyakinan yang melekat dalam diri Comte adalah bahwa semua msyarakat bergerak melalui tahap perkembangan tertentu secara pasti dari kondisi yang sederhana menuju ke arah yang lebih kompleks. Pemikir lain yang dalam upayanya merumuskan bidang studi sosiologi mirip dengan Auguste Comte adalah Herbert Spencer. Sebagaimana Auguste Comte, Sosiologi SMA K

79 dalam membacafenomena sosial, spencer jugamenganut prinsip organis (ada hubungan timbal balik antara bagian-bagian masyarakat) dan perkembangan yang evolusioner (bagian-bagian masyarakat yang terus menerus berubah). Tetapi berbeda dengan Auguste Comte, Herbert Spencer tidak melihat adanya perkembangan konsepsi. Herbert Spencer lebih menekankan pada perkembangan dunia nyata. Auguste Comte memfokuskan perhatiannya pada apa yang lazim disebut dengan istilah filiation of ideas, sedangkan Spencer memfokuskan perhatiannya pada filiation of things. Auguste Comte lebih memperhatikan pada hal-hal yang bersifat subjektif, sebaliknya Herbert Spencer lebih memperhatikan pada hal-hal yang bersifat objektif. 3. Fokus Kajian dan Manfaat Sosiologi Berdasarkan ajaran-ajaran utama yang dirumuskan oleh para tokoh sosiologi dan kegiatan penelitian yang dilakukan, maka kajian sosiologi dapat dipilah ke dalam beberapa perspektif utama, yaitu : 1. Perspektif demografis dan ekologis, mencakup penjelasan mengenai keteraturan serta variasi perilaku organisme manusia yang terjadi dalam lingkungan fisik dan biologis. Perspektif ini menjelaskan fenomena di masyarakat dengan pendekatan kependudukan dan ruang pemukimannya, seperti kuantitas penduduk, kualitas penduduk (SDM), migrasi, dan lingkungan hidup. 2. Perspektif psikologi sosial, menjelaskan pentingnya organisme manusia yang dianggap sebagai suatu kepribadian yang utuh. Sistem kepribadian mencakup motif, pemahaman, ketrampilan, sikap sosial, dan identitas. Para psikolog sosial meneliti ruang lingkup yang sangat luas antara lain mencakup pola interaksi dan kelompok kecil, terbentuknya sikap, hubungan antara masyarakat dengan kepribadian dalam sosialisasi dan pembentukan kepercayaan dalam perilaku kolektif. 3. Perspektif kolektif, meneliti kehidupan bersama manusia dalam kelompok atau organisasi dengan tujuan yang sama. Para sosiolog selain mengambil bahan kajian berupa kelompok, asosiasi, organisasi, maupun masyarakat secara menyeluruh, juga mempelajari kelompok sebagai unit mandiri terlepas dari perilaku anggotanya, misalnya penelitian tentang konflik SARA, parpol, serta gerakan massa. Sosiologi SMA K

80 4. Perspektif hubungan struktural, mempelajari tentang konsep peranan yang berhubungan dengan struktur sosial, misalnya peranan suami dan istri dalam sebuah keluarga, peranan pemimpin dan anggotanya, peranan pengusaha dan karyawan, peranan produsen dan konsumen, dan seterusnya. Konsep struktur sosial mengacu pada pola-pola peranan yang berkisar pada pemenuhan beberapa fungsi sosial, seperti kepercayaan, pendidikan, politik, dan ekonomi. 5. Perspektif kebudayaan, menelaah berbagai aspek kebudayaan yang mengatur, membenarkan, dan memberikan arti tertentu pada perilaku sosial. Kaidah-kaidah berupa nilai, norma, baik hukum maupun peraturan perundangan termasuk kebijakan, merupakan unsur kebudayaan sebagai acuan untuk memberikan landasan pembenaran bagi relasi-relasi sosial. Hal-hal di atas merupakan kecenderungan para sosiolog dalam mengkaji suatu fenomena berdasarkan sudut pandang sesuai dengan bidang kajian sosiologi yang akan diteliti. Selanjutnya akan diuraikan bidang kajian atau pokok bahasan sosiologi yang umum dipakai para sosiolog. Apakah yang menjadi pokok bahasan atau bidang kajian dalam sosiologi? Para tokoh sosiologi, baik klasik maupun modern mempunyai pandangan yang berbeda terhadap apa yang menjadi bidang kajian sosiologi (Sunarto, 2000, 13-18). Auguste Comte membagi sosiologi ke dalam dua besaran, yakni statika sosial dan dinamika sosial. Emile Durkheim melihat kajian sosiologi berupa fakta sosial. C Wright Mills menyatakan bahwa pokok bahasan sosiologi adalah konsep-konsep tentang masalah dan isu sosial. Sedangkan Peter L. berger lebih melihat kajian sosiologi adalah menyangkut pemahaman terhadap interaksi sosial. Selain pendapat di tersebut, di kalangan para ahli sosiologi masa kini pun dijumpai kebiasaan untuk mengklasifikasikan bidang kajian sosiologi ke dalam dua atau tiga bagian ( dalam Sunarto, 2000: 18) 1. Alex Inkeles melihat sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas, yaitu hubungan sosial, institusi, dan masyarakat; 2. Jack Douglas membedakan antara perspektif makrososial (macrosocial perspective) dan perspektif mikrososial (microsocial perspective); 3. Broom dan Selznick membagi sosiologi dengan tatanan makro (macro-order) dan tatanan mikro (micro-order); Sosiologi SMA K

81 4. Doyle Paul Johnson membedakan antara jenjang makro dan jenjang mikro; 5. Randall Collins membedakan antara sosiologi makro (macrosociology) dengan sosiologi mikro (microsociology); 6. Gerhard Lenski membagi sosiologi menjadi tiga jenjang analisis: sosiologi mikro, sosiologi meso, dan sosiologi makro. Apa yang dimaksud dengan sosiologi mikro adalah bidang kajian sosiologi mengenai apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan manusia dalam waktu sesaat, difokuskan pada seseorang atau kelompok kecil Analisa sosiologi mikro misalnya, menyoroti masalah interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas, persaingan antarsiswa untuk memperoleh prestasi, atau kerjasama antara sekolah dengan orang tua siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Sosiologi makro lebih diarahkan pada kelompok yang lebih besar seperti, organisasi massa, komunitas, dan masyarakat teritorial. Sosiologi makro juga melibatkan analisis proses sosial berskala besar dan berjangka panjang. Misalnya, dalam bidang pendidikan, sosiologi makro mempelajari pokok bahasan: hubungan antara faktor sosial (kelas sosial, kelompok etnik, tempat tinggal, jenis kelamin) dengan tingkat pendidikan. Sedangkan sosiologi meso menurut Lenski (Sunarto, 2000: 19-20) mempelajari pokok bahasan sosiologi yang lebih luas dari sosiologi mikro, tetapi lebih sempit dari sosiologi makro. Sosiologi meso paling sering mengkaji suatu lembaga, organisasi, atau kelompok yang khas dalam masyarakat. Dari segi dimensi waktu, pokok bahasan sosiologi meso tentunya relatif terbatas dibanding sosiologi makro. Klasifikasi pokok bahasan sosiologi oleh para tokoh sosiologi klasik hingga kini masih tetap berpengaruh. Pembedaan antara kajian terhadap struktur sosial dan proses sosial yang dilakukan banyak ahli sosiologi masa kini, mencerminkan pengaruh klasifikasi dari Auguste Comte, yaitu statika sosial dan dinamika sosial. 4. Objek Kajian Sosiologi Sebagai Ilmu Pertanyaan berikutnya yang muncul adalah Apakah Sosiologi betul-betul merupakan suatu ilmu pengetahuan (science)? Pertanyaan itu sebenarnya telah muncul sejak awal lahirnya Sosiologi. Oleh karena itu, untuk menjawabnya maka terkebih dulu perlu dijelaskan apakah yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan itu? Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan (knowledge) yang disusun secara Sosiologi SMA K

82 sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) secara kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Meskipun pengertian tersebut jauh dari memadai, namun yang paling penting adalah pengertian tersebut sudah mencakup beberapa unsur/elemen pokok ilmu pengetahuan. Unsur/elemen yang merupakan bagianbagian yang tercakup dalam suatu ilmu pengetahuan, adalah: 1. pengetahuan (knowledge) 2. tersusun secara sistematis 3. menggunakan pemikiran 4. dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum (obyektif) Pengetahuan adalah kesan di dalam fikiran manusia sebagai hasill pengideraan yang berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstitions) dan penjelasan yang salah (misinformations). Untuk diketahui, bahwa pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideas), oleh karena itu tidak semua buah pikiran adalah pengetahuan. Tidak semua buah pikiran memerlukan pembuktian akan kebenarannya atau ketidakbenarannya, karena ada buah pikiran yang hanya merupakan angan-angan belaka. Meskipun, buah pikiran dan angan-angan acapkali menjadi bahan-bahan yang berharga bagi seorang ilmiawan untuk melaksanakan usaha-usahanya. Ilmu pengetahuan tersebut harus dapat diekspos, diketahui umum sehingga dapat dikaji dan dikontrol oleh umum yang mungkin berbeda pendapat/paham dengan ilmu pengetahuan yang kita kemukakan. Jadi sebenarnya dalam ilmu pengetahuan, orang tidak boleh merahasiakan segala sesuatunya. Seorang ilmiawan (scientist), selalu harus menjelaskan dengan jujur segala pengetahuannya, proses penyusunannya. Meskipun demikian, ada juga hasil-hasil ilmu pengetahuan dirahasiakan, tetapi bukanlah karena kemauan dari para ilmiawan, melainkan demi kepentingan negara atau pemerintahnya. 5. Apakah Sosiologi Merupakan Ilmu Pengetahuan? Sebelum membahas tentang Sosiologi sebagai ilmu, maka perlu dijelaskan Apa itu Sosiologi? Beberapa Definisi Sosiologi: 1. August Comte secara sederhana mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat. Sosiologi berupaya memahami kehidupan bersama Sosiologi SMA K

83 manusia, sejauh kehidupan itu dapat ditinjau atau diamati melalui metode empiris. Sosiologi memandang, masyarakat sebagai unit dasar analisis, sementara varian lainnya seperti keluarga, politik, ekonomi, keagamaan, dan interaksinya merupakan subanalisis. Fokus perhatian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam konteks sosial. 2. Pitirim Sorokin, mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari: hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misal: gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dsb) hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misal geografis, biologis dsb) ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial 3. McGee (1977) menjelaskan sosiologi: Sebagai studi tentang kelompok-kelompok manusia dan pengaruh mereka terhadap perilaku individu Sebagai studi tentang tatanan sosial dan perubahan sosial Sebagai pencarian sebab-sebab sosial dari hal-hal, cara-cara dimana fenomena sosial mempengaruhi perilaku manusia Bersifat empiris, yaitu ilmu pengetahuan tersebut didasari pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak spekulatif Bersifat teoritis, artinya berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasilhasil observas. Abstraksi tersebut merupakan proses menteorikan berbagai pengetahuan yang diperoleh melalui observasi. Bersifat komulatif, artinya teori-teori sosiologi dibentuk atas dasar teoriteori yang sudah ada., artiny memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori lama Bersifat monetis yaitu aspek yang dipersoalkan bukanlah baik buruknya fakta tertentu, tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan fakta tersebut 4. Roucek and Warren mengemukakan bahwa sosiologiadalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok Sosiologi SMA K

84 5. William F Ogburn and Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu organisasi sosial. 6. J.A.A van Doorn en C.J Lammers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil 7. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, berpendapat bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial) lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal antara pelbagai segi kehidupan bersama. Seperti pengaruh timbal balik antara kehidupan ekonomi dan kehidupan politik, kehidupan hukum dan agama, dan sebagainya. Salah satu proses sosial yang bersifat tersendiri adalah terjadinya perubahan-perubahan dalam struktur sosial. 8. YBAF Mayor Polak, mengemukakan sosiologi adalah Ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material baik statis maupun dinamis Sosiologi bukanlah mempelajari apa yang diharuskan atau apa yang diharapkan, tetapi apa yang ada, maka dengan sendirinya pengetahuan tentang apa yang ada, selanjutnya menjadi bahan untuk bertindak dan berusaha. Pada saat ini, hampir tidak ada satu bidang pun yang tidak menggunakan dan menerapkan hasil yang dikumpulkan sosiologi (hasil penelitian Sosiologi), baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam kehidupan masyarakat, seperti misalnya dalam bidang ekonomi, politik, manajemen dsb. 9. Hassan Shadily; dalam buku Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, menyebutkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang menguasai kehidupan Sosiologi SMA K

85 10. Soerjono Soekanto, mempersingkat definisi sosiologi adalah ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris serta bersifat umum. Sosiologi dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan karena dapat dibuktikan telah memenuhi beberapa syarat sebagai ilmu pengetahuan. Harry M. Johnson (dalam Soerjono Soekanto, 1982) mengemukakan ciri-ciri utama sebagai berikut: 1. Sosiologi bersifat empiris. Berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif 2. Sosiologi bersifat teoritis. Yaitu ilmu pengetahuan tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori. 3. Sosiologi bersifat kumulatif. Berarti bahawa teori-teori Sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada, dalam arti memperbaiki, memperluas, serta memperhalus teori-teori yang lama. 4. Bersifat non-etis yakni yang dipersoalkan bukan baik buruknya fakta tertentu, tetapi tujuannya untuk menjelaskan fakta tersebut secara analitis. Untuk mengetahui bukti-bukti Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan Ilmiah, dapat dilihat penjelasan Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi (1964), sebagai berikut: 1. Sosiologi adalah suatu ilmu sosial, dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian. Pembedaan tersebut bukanlah pembedaan mengenai metode, tetapi juga menyangkiut pembedaan isinya. 2. Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu yang normatif, tetapi suatu disiplin yang kategoris; artinya sosiologi membatasi pada apa yang terjadi dewasa ini, dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi. 3. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science), dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan (applied science). Tujuan sosiologi adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya Sosiologi SMA K

86 tentang masyarakat dan bukan untuk mempergunakan pengetahuan tersebut terhadap masyarakat. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mendapatkan fakta masyarakat yang mungkin dapat dipergunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat, tetapi sosiologi sendiri bukanlah suatu applied science. 4. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang konkrit, artinya, bahwa yang diperhatikan adalah bentuk dan pola peristiwa dalam masyarakat, tetapi bukan wujudnya yang konkrit. 5. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsipprinsip atau hukum-hukum umum interaksi antarmanusia serta sifat hakekat, bentuk isi dan struktur masyarakat manusia 6. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Ciri ini menyangkut metode yang digunakannya. 7. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan ilmu pengetahuan yang khusus. Artinya, sosiologi mempelajari gejala yang umum, yang ada pada setiap interaksi antarmanusia. Pusat perhatian sosiologi dapat bersifat khusus sebagaimana halnya setiap ilmu pengetahuan tetapi lapangan penyelidikannya bersifat umum yaitu kehidupan bersama manusia. Dengan demikian sosiologi dapat disebut sebagai ilmu, karena memenuhi unsurunsur sifat sebagai ilmu pengetahuan yaitu empiris, teoritis, kumulatif dan nonetis. 6. Membedakan Sosiologi dengan Ilmu Sosial yang Lain Menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membedakan sosiologi dengan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang tergabung pula dalam ilmu-ilmu sosial. Mengenai persoalan tersebut masih banyak kesimpangsiuran oleh karena pembedaannya tidak tegas dan bukan hanya menyangkut perbedaan dalam isi atau objek penyelidikan, akan tetapi juga menyangkut perbedaan tekanan pada unsur-unsur objek yang sama atau dengan kata lain pendekatan yang berbeda terhadap objek yang sama. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa sosiologi Sosiologi SMA K

87 mempelajari masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang yang dalam masyarakat tadi. Masyarakat yang menjadi obyek ilmu-ilmu sosial, dapat dilihat terdiri dari beberapa segi, ada segi ekonomi yang antara lain bersangkut paut dengan produksi, distribusi, dan penggunaan barang-barang dan jasa-jasa, ada pula segi kehidupan politik yang antara lain berhubungan dengan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat, dan lain-lain segi kehidupan. Segi ekonomi dipelajari oleh ilmu ekonomi yang pada hakikatnya mempelajari usaha-usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan materiilnya dari bahan-bahan yang terbatas tersedianya. Ilmu ekonomi berusaha memecahkan persoalan yang timbul karena tidak seimbangnya persediaan pangan dibandingkan dengan jumlah penduduk, ilmu ekonomi juga mempelajari usaha-usaha apa yang harus dilakukan menaikkan produksi bahan sandang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan lain-lainnya. Hanya segi ekonomi saja yang dipelajari oleh ekonomi, sedangkan sosiologi mempelajari unsur-unsur kemasyarakatan secara keseluruhan. Ilmu politik, mempelajari suatu segi khusus pula dari kehidupan masyarakat, yaitu yang berakaitan dengan kekuasaan. Yang dipelajari oleh ilmu politik adalah misalnya upaya untuk memperoleh kekuasaan, usaha mempertahankan kekuasaan, penggunaan kekuasaan tersebut dan juga bagaimana menghambat penggunaan kekuasaan dan lain sebagainya Sosiologi memusatkan perhatiannya pada aspek masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum daripadanya. Misalnya soal upaya untuk mendapatkan kekuasaan, digambarkan oleh sosiologi sebagai salah satu bentuk persaingan (competition) atau bahkan pertikaian (conflict). Psikologi sosial, merupakan cabang psikologi yang pada hakikatnya meneliti perilaku manusia sebagai individu. Psikologi juga menyelidiki tingkat kepandaian seseorang, kemampuan-kemampuannya, daya ingatannya, cita-cita dan perasaan kecewanya, keberesan psikis dan sebagainya. Psikologi sosial juga memusatkan perhatiannya pada individu, akan tetapi tekanannya diletakkan pada perilaku individu dalam kehidupan bersama, bagaimana pergaulannya, bagaimana pembentukan kepribadiannya dalam suatu lingkungan dan sebagainya. Maka dapatlah dikatakan bahwa psikologi sosial adalah suatu ilmu Sosiologi SMA K

88 pengetahuan yang mempelajari pengalaman dan tingkah laku individu sebagaimana telah dipengaruhi atau ditimbulkan oleh situasi-situasi sosial. Antropologi, khususnya antropologi sosial, agak sulit untuk dibedakan dengan sosiologi. Di beberapa perguruan tinggi dan lembaga-lembaga ilmiah, antropologi, dan sosiologi merupakan dua spesialisasi yang seringkali digabungkan dalam satu bagian. Antropologi pada dasarnya mempunyai lima lapangan penyelidikan, yaitu : 1. masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai makhluk biologis. 2. masalah sejarah terjadinya aneka-warna bahasa-bahasa yang diucapkan oleh manusia di seluruh dunia. 3. masalah persebaran dan terjadinya aneka warna bahasa-bahasa yang diucapkan oleh manusia diseluruh dunia 4. masalah perkembangan, persebaran dan terjadinya aneka warna dari kebudayaan manusia di seluruh dunia. 5. masalah mengenai dasar-dasar kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat dari suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi, zaman sekarang ini. Apabila diperhatikan lapangan penyelidikan yang keempat dan kelima sukar sekali untuk mengadakan pembatasan yang tegas dengan sosiologi. Ada yang berpendapat bahwa antropologi memusatkan perhatiannya pada masyarakatmasyarakat yang masih sederhana taraf kebuadayaannya, sedangkan sosiologi menyelidiki masyarakat-masyarakat modern yang sudah kompleks. Lalu apa perbedaannya dengan sejarah (sosial)? Keduanya merupakan ilmu sosial yang menelaah kejadian-kejadian dan hubungan-hubungan yang dialami masyarakat manusia. Sejarah terutama memperhatikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa silam. Seorang ahli sejarah akan berusaha untuk menggambarkan dengan seteliti-telitinya apa yang dialami oleh manusia selama hidupnya di dunia, terutama sejak manusia mengenal peradaban, dan berusaha untuk mendapatkan gambaran yang teliti mengenai peristiwa-peristiwa tadi yang kemudian dihubunghubungkan satu dengan lainnya untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dari masa-masa silam. Selain itu, ahli sejarah juga ingin menemukan sebabsebab terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut untuk mendapatkan pengetahuan Sosiologi SMA K

89 yang mendalam tentang kejadian-kejadian itu dan terutama mengapa sampai kejadian tersebut terjadi. Dengan demikian, sejarah menaruh perhatian khusus pada peristiwa-peristiwa masa silam tersebut, serta sifat uniknya peristiwaperistiwa tadi. Sementara seorang sosiolog juga memperhatikan masa-masa silam, akan tetapi dia hanya memperhatikan peristiwa-peristiwa yang merupakan proses-proses kemasyarakatan yang timbul dari hubungan antar manusia dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. 7. Sifat Hakekat Sosiologi Apabila ditelaah dari segi hakekatnya, maka ada beberapa hal yang memberi petunjuk yang dapat membantu kita untuk menetapkan hakekat sosiologi, yaitu: 1. merupakan ilmu sosial (bukan ilmu alam atau kerohanian) 2. bersifat kategoris (bukan normatif) 3. merupakan ilmu murni (bukan terapan) 4. ilmu yang abstrak (bukan konkret) 5. bertujuan untuk mendapatkan pola-pola interaksi 6. merupakan ilmu pengetahuan empiris rasional 7. merupakan ilmu pengetahuan yang umum (bukan khusus) Auguste Comte, mengemukakan bahwa Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu pengetahuan, oleh karena sosiologi didasarkan pada kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu pengetahuanyang lainnya. Lebih lanjut Comte, menjelaskan bahwa sosiologi harus dibentuk berasarkan pengamatan dan tidak ada spekulasi-spekulasi tentang keadaan masyarakat, Hasil-hasil observasi tersebut harus disusun secara sistematis dan metodologis. Sejak Herbert Spencer mengembangkan suatu sistematika penelitian masyarakat dalam buku Principles of Sociology setengah abad kemudian, maka istilah sosiologi semakin berkembang dengan pesat terutama pada abad ke- 20 di Perancis, Jerman dan Amerika Serikat. 8. Perkembangan Sosiologi Di antara ilmu-ilmu sosial yang dikenal, maka Sosiologi termasuk ilmu yang paling muda. Menurut sejarah lahirnya sosiologi berkaitan dengan terjadinya Sosiologi SMA K

90 perubahan sosial masyarakat di Eropa Barat, yaitu revolusi industri (Inggris) dan revolusi sosial (Perancis) yang terjadi sepanjang abad 19 yang menimbulkan kekhawatiran, kecemasan sekaligus perhatian dari para pemikir mengenai dampak yang ditimbulkan dari perubahan dasar di bidang politik dan ekonomi kapitalistik pada saat itu. Selain disebabkan oleh kedua revolusi tersebut, lahirnya sosiologi menurut Laeyendecker (1983:11-43) juga terkait dengan serangkaian perubahan jangka panjang yang terjadi di Eropa Barat di abad pertengahan : (1). Tumbuhnya kapitalisme pada akhir abad kelima belas, (2). perubahan di bidang sosial dan politik, (3). perubahan berkenaan dengan reformasi Martin Luther, (4). meningkatnya individualisme (5). Lahirnya ilmu pengetahuan modern, dan (6). Berkembangnya kepercayaan pada diri sendiri. Ritzer (1992: 6-9) mengemukakan bahwa pendorong tumbuhnya sosiologi adalah : (1). Revolusi Politik, (2). Revolusi industri dan munculnya kapitalisme, (3). Munculnya sosialisme, (4). Urbanisasi, dan (5). Perubahan keagamaan, dan (6). Pertumbuhan ilmu. Tokoh yang dianggap sebagai Bapak Sosiologi adalah August Comte, seorang ahli filsafat dari Perancis yang lahir pada tahun Dialah yang mencetuskan nama sosiologi pertama kali dalam bukunya Positive Philosophy yang terbit pada tahun Istilah Sosiologi berasal dari kata Socius (latin) yang berarti kawan, dan kata Logos (Yunani) yang berarti kata atau berbicara. Dengan demikian Sosiologi berarti berbicara mengenai masyarakat. Secara hirarki menurut August Comte, sosiologi menempati urutan teratas, diatas astronomi, fisika, kimia, dan biologi (Coster, 1977). Pandangan Comte waktu itu sosiologi harus didasarkan pada observasi dan klasifikasi yang sistematis, bukan pada kekuasaan serta spekulasi. Istilah Sosiologi menjadi populer berkat jasa Herbert Spencer, yaitu seorang ilmuwan Inggris yang menulis buku Principles Of Sociology (1876). Spencer menerapkan teori revolusi organik pada masyarakat manusia dan mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas. Sejak awal kelahirannya, sosiologi banyak dipengaruhi oleh filsafat sosial. Tetapi, berbeda dengan filsafat sosial yang banyak dipengaruhi oleh ilmu alam dan memandang masyarakat sebagai mekanisme yang dikuasai hukumhukum mekanis, sosiologi lebih menempatkan warga masyarakat sebagai individu yang relatif bebas. Para filsuf sosial, seperti Plato dan Aristoteles, Sosiologi SMA K

91 umumnya berkeyakinan bahwa seluruh tertib dan keteraturan yang adi manusiawi, abadi, tidak terubahkan, dan ahistoris. Sementara sosiologi justru mempertanyakan keyakinan lama dari para filsuf itu, dan sebagai gantinya muncullah keyakinan baru yang dipandang lebih mencerminkan realitas sosial yang sebenarnya. Para ahli Sosiologi telah menyadari bahwa bentuk kehidupan bersama adalah ciptaan manusia itu sendiri. Bentuk-bentuk masyarakat, gejala pelapisan sosial, dan pola-pola interaksi yang berbeda, sekarang lebih dilihat sebagai hasil inisiatif atau hasil kesepakatan manusia itu sendiri. Sekitar abad ke 19, sosiologi baru mendapatkan bentuk dan eksistensinya diakui, akan tetapi bukan berarti baru pada saat itu orang memperoleh pengetahuan tentang bagaimana masyarakat dan interaksi sosial. Sebelum Comte memperkenalkan sosiologi orang-orang telah memperoleh pengetahuan tentang kehidupan yang diperoleh dari pengalaman, akan tetapi karena belum terumus mengikuti metode-metode yang mantap maka pengetahuan itu disebut pengetahuan sosial bukan ilmu pengetahuan atau ilmu. Perkembangan sosiologi semakin mantap pada tahun 1985, ketika Emile Durkheim, ilmuwan dari Perancis menerbitkan karyanya yang berjudul Rule Of Sociological Method. Durkheim yang namanya semakin dikenal menguraikan pentingnya metodologi imiah di dalam sosiologi untuk meneliti fakta sosial, oleh karena itu Durkheim diakui banyak pihak sebagai Bapak Metodologi Sosiologi, bahkan Reiss (1968) menyebut Emili Durkheim sebagai penyumbang utama kemunculan sosiologi. Durkheim bukan hanya mengembangkan sosiologi di Perancis, tetapi juga berhasil mempertegas eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan ilmiah yang terciri, terukur, dapat diuji dan objektif. Tugas sosiologi menurut Durkheim adalah mempelajari fakta-fakta sosial, yakni sebuah kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal tetapi mampu mempengaruhi perilaku individu. Dengan kata lain, fakta sosial merupakan caracara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan mempunyai kekuatan memaksa yang mengendalikannya. Yang dimaksud fakta sosial di sini tidak hanya yang bersifat materiil, tetapi juga nonmateriil, seperti kultur, agama, atau institusi sosial. Max Weber, sebagai salah satu pendiri Sosiologi, mempunyai pendekatan yang berbeda dengan Durkheim. Weber, menjelaskan bahwa sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat dan perubahan- Sosiologi SMA K

92 perubahan yang terjadi di dalamnya, Sosiologi tidak berkecimpung pada soal pengukuran yang bersifat kuantittaif dan mengakji pengaruh faktor eksternal, tetapi yang lebih penting sosiologi berupaya memahami di tingkat makna, dan mencari penjelasan pada faktor internal yang ada dalam masyarakat. Weber mengajak para sosiolog keluar dari pemikiran ortodok yang menekankan obyektivitas dan kebenaran eksklusif, dan mengajak untuk mengetahui relativitas interpretasi. Secara substansial, pendekatan Weber berbeda dengan Durkheim, oleh karena itulah sosiologi tidak pernah stagnan, dan selalu berkembang. Perkembangan sosiologi semakin variatif sejak memasuki abad 20. Dengan dipelopori tokoh kontemporer seperti Anthony Giddens, fokus sosiologi bergeser dari structures ke agency, dari masyarakat yang dipahami terutama sebagai seperangkat batasan eksternal yang membatasi bidang pilihan yang bersedia untuk anggota-anggota masyarakat tersebut, dan dalam beberapa hal menentukan perilaku mereka, menuju ke era baru; memahami latar belakang sosial sebagai kumpulan sumber daya yang diambil oleh aktor-aktor untuk mengejar kepentingan mereka sendiri. Bahkan, pada saat ini sosiologi telah menerima pandangan hermeneutika, yang menekankan bahwa realitas secara intrinsik adalah bermakna (diberi makna oleh yang memproduksinya), dan untuk memahami realitas tersebut, maka seseorang harus mengkonstruksi makna yang diberikan aktor tersebut (Bauman, dalam Kuper, Ensiklopedi Ilmu-ilmu Sosial, 2000:1030). Sejak tahun 2000-an, sosiologi berkembang semakin mantap, bahkan kehadirannya telah diakui oleh berbagai pihak memberikan sumbangan yang sangat penting bagi pembangunan dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Bidang kajian sosiologi pun semakin bervariasi dan memasuki batas-batas disiplin ilmu yang lain. Horton dan Hunt (1987), telah menunjukkan adanya perkembangan kajian sosiologi, seperti sosiologi terapan, sosiologi budaya, perilaku kelompok, perilaku menyimpang, sosiologi industri, sosiologi kesehatan, metodologi dan statistik, soiologi hukum, sosiologi politik, sosiologi militer, sosiologi pendidikan, perubahan sosial, sosologi pedesaan, sosioloi perkotaan, sosiologi agama, sosiologi gender dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks, menuntut perkembangan sosiologi untuk semakin beragam kajiannya serta makin penting. Sosiologi SMA K

93 Para ahli mencoba merumuskan fokus kajian Sosiologi secara berbeda-beda: a. Peter L. Berger (1978) Sosiologi bertujuan memahami masyarakat, khususnya secara teoritis, hanya untuk memahami. Untuk mencapai tujuan ini harus menggunakan prinsip-prinsip metode keilmuan (kaidah metodologi penelitan) dan bersikap rasional, obyektif, berdasar pada fakta empirik dan bebas nilai (free values). Seorang ahli sosiologi harus mampu mengungkap dan membongkar fakta dan atau realitas sosial acapkali tampak baik, gemerlap dan moralis, namun sesungguhnya justru sebaliknya. Orang tampak alim dan dermawan, padahal uangnya diperoleh dari korupsi, penggelapan pajak dan riba. Fenomena seperti inilah yang oleh Berger maksudkan dengan seeing through the facades, oleh karena realitasnya yang sering muncul adalah things are not what they seem. Seorang sosiolog karenanya perlu motivasi kuat untuk membongkar kepalsuan sosial melalui apa yang disebut Berger dengan debunking motive agar terbuka kedok (unmasking) penutup wajahnya. Seorang yang mengerti dan memahami sosiologi, lebih-lebih bila dia seorang ahli sosiologi (sosiolog) adalah mereka yang mempunyai sejumlah citra : a. Suka bekerja dengan orang lain b. Cenderung senang menolong orang lain c. Melakukan sesuatu untuk orang lain d. Seorang teoritikus di bidang pekerja sosial e. Seorang reformasi (pembaru sosial, as social engineer) f. Seorang peneliti sosial, khususnya tentang perilaku sosial g. Seorang yang mencurahkan perhatiannya pada pengembangan metode ilmiah (scientific method), sehingga seringkali kajian utamanya tentang kehidupan sosial terabaikan h. Seorang pengamat (sosial) yang acapkali memiliki jarak (manipulator) dengan manusia b. August Comte ( ) Social Physics Hukum kemajuan manusia, yakni hukum tiga jenjang : teologis (adikodrati), metafisik (kekuatan abstrak), dan sains. Metode positif (positivisme) : jelas, cermat, dan berkepastian Sosiologi SMA K

94 Sociology is king of social science. c. Emile Durkheim ( ) Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fakta sosial, bukan fakta individual. Fakta sosial adalah sesuatu hal yang berada di luar individu (eksternal), yang mempunyai kekuatan memaksa dan mengontrol perilaku individu. Fakta sosial yang bersifat eksternal ini tak lain adalah institusi sosial (social institutions) yang terekspresi dan mewujud dalam cara bertindak, cara berpikir, dan cara berperasaan yang umumnya mampu memaksa dan mengendalikan perilaku individu. Ada kekuatan eksternal yang cukup kuat mengontrol individu sehingga individu tidak kuasa menghindar. d. Max Webber Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tindakan sosial (social action) melalui penafsiran (interpretasi) agar memperoleh suatu penjelasan kausal mengenai tujuan dan akibatnya. e. Schaefer and Lamm Sociology is the systematic study of social behaviour and human groups. Pengertian ini memfokuskan pada pengaruh relasi sosial (social relationship) terhadap sikap dan perilaku orang dan bagaimana masyarakat dipertahankan dan berubah. Dalam konteks ini, kajian sosiologi boleh disebut sangat luas misalnya keluarga (family), perusahaan (bussines firm), geng (gangs). Partai olitik (political parties), sekolah, agama (religion), serikat buruh (labor union), dst. Semuanya itu berhubungan dengan kemiskinan (poverty), kesesuaian (conformity), diskriminasi (discrimanation), rasa cinta (love), rasa sakit (illnes), keterasingan (alienation), kepadatan penduduk (over population), dan komunitas (community). Kajian sosiologi seringkali juga dibedakan ke dalam dua bagian yang bersifat biner. f. Broon Selznick (1977) Membedakan antara tatanan makro (macro order) dan tatanan mikro (micro order) Sosiologi SMA K

95 g. Jack Douglas (1973) Membedakan atara perspektif makro sosial dan perspektif mikro sosial. Dia juga menyebut adanya sosiologi kehidupan sehari-hari (the sociology of everyday life situations) dan sosiologi struktur sosial (the sociology of social structure), yang pertama mengindikasikan kajian yang berskala mikro (apa yang terjadi pada hubungan antar individu, bagaimana mereka berkomunikasi, besikap, dan bertindak), sedang sosiologi berskala makro, pada tataran struktur dan ber perspektif makro sosial memandang masyarakat secara keseluruhan (makro), di luar individu-individu dan tidak sekedar kumpulan individu-individu kelompoknya. h. Doyle Paul Johnson (1981) Membedakan antara jenjang makro dan jenjang mikro. i. Rendall Collins (1981) Membedakan antara sosiologi makro (macro sociology) dan sosiologi mikro (micro sociology). Sosiologi mikro menganalisis apa yang dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang temporal, sedang sosiologi makro menganalisis proses-proses sosial berskala luas dan berjangka panjang. Disini faktor ruang dan waktu menjadi penting untuk diperhatikan, pada tataran ruang, pokok bahasan sosiologi antara lain meliputi tingkat personal (individual), kelompok kecil, kerumunan, organisasi, komunitas, sampai masyarakat toritorial. Pada tataran waktu, pokok bahasan sosiologi dapat berkisar pada peristiwa fenomenal dalam suatu detik, menit, jam..., sampai abad atau lebih. Pada pokok kajian sosiologi mikro menurut Collins umumnya memperlajari fenomena sosial (peristiwa) yang terjadi dalam waktu pendek (aktual, fenomenal, sesaat) sedangkan sosiologi makro lebih pada fenomena sosial berjangka panjang. j. Gerhard Lenski (1985) Membedakan analisis sosiologi ke dalam tiga jenjang, yaitu mikro, meso, dan makro. Analisis pada jenjang mikro (psikologi sosial) mempelajari dampak sistem sosial dan kelompok primer terhadap individu. Analisis pada tataran meso mempelajari institusi-institusi khas dalam masyarakat, sedangkan analisis makro mempelajari masyarakat secara keeluruhan dan sistem masyarakat global. Sosiologi SMA K

96 Misalnya, analisis sosiologi makro ingin mengetahui pengaruh faktor sosial terhadap kesempatan pendidikan dasar di Indonesia. Termasuk ke dalam faktor sosial di sini misalnya adalah jenis kelamin, kelas (strata sosial), etinitas, dst. Dengan kata lain, seorang sosiolog ingin mempelajari (melalui suatu penelitian ilmiah) tentang pengaruh latar belakan kelas (strata) sosial, perbedaan anak lakilaki dan perempuan dan etnis terhadap kesempatan pendidikan. Dari hasil studi ditemukan, misalnya bahwa (ternyata) kesempatan pendidikan dasar lebih banyak dinikmati oleh kaum pria,etnis tertentu, dan orang-orang kelas menengah atas. Dibandingkan dengan analisis makro (sebagaimana dicontohkan di atas), analisis sosiologi meso, baik dari tataran ruang dan waktu adalah lebih terbatas. Artinya seorang sosiolog akan lebihmembatasi dan mengkhususkan pokok kajiannya pada ruang yang lebih terbatas daripada masyarakat namun lebih luas daripada perorangan atau kelompok. Misalnya, bagaimana pola hubungan atantara birokrasi Diknas dan kepala-kepala SD di Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan analisis sosiologi mikro lebih memfokuskan pada tingkat individu terutama perilaku individu sebagai hasil pemaknaan, interpretasi, dan reaksi sosialnya terhadap stimulus orang lain dan atau lingkungan sosial-budaya sekitarnya. Misalnya, bagaimana individu-individu para guru memahami kebijakan Kepala Sekolahnya. Ekspresi dan perilaku guru adalah merupakan hasil dari pemahaman, pemaknaanm dan interpretasinya atas kebijakan kepala sekolahnya. Determinasi subjek (guru) dalam analisis sosiologi mikro adalah khas dan menjadi dasar analisis. k. Alex Inkeles (1965) Membedakan analisis sosiologi ke dalam tiga pokok kajian atau bahasan, yaitu : hubungan (interaksi) sosial dan tindakan sosial, institusi dan masyarakat. Menurutnya, sosiologi akan memperlajari masyarakat (society) secara menyeluruh. Di dalam masyarakat itu sendiri, terdiri atas unsur-unsur utama, dua diantaranya adalah hubungan sosial (social interaction) dan intitusi sosial (social institution). Kedua konsep tersebut merupakan konsep utama yang khas sosiologi. Bahkan interaksi sosial oleh Inkeles dinilai sebagai molekul kehidupan sosial. Masalah dasar yang dipelajari sosiologi adalah tatanan sosial dan Sosiologi SMA K

97 ketidakteraturan sosial, suatu masalah yang sejal Thomas Hobbes hingga sekarang terlalu problematik. l. Zanden (1979) Kekhasan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sangat menarik sekaligus problematik, karena dalam upaya mencari pengetahuannya secara objektif senantiasa dihadapkan pada ketegangan, pergulatan, bahkan pertentangan antara tatanan faktual (empiris) dan tatanan nilai normatif serta moral (perbedaan antara nilai /moral, dan data empris). Untuk itu Gouldner (1973) menjelaskan bahwa seorang ahli sosiologi harus berupaya mengenali nilai diri dan kemudian menyisihkannya (untuk sementara waktu) selama studi sehingga nilai-nilai subjektif yang ada pada dirinya tidak mempengaruhi proses penelitiannya atas fenomena empris yang sedang diteliti. Secara ringkas, Sosiologi adalah adalah 1. Sebagai lmu yang mengkaji interaksi manusia dan manusia lain 2. dalam kelompok (seperti kleuarga, kelas sosial atau masyarakat ); dan 3. produk-produk yang timbul dari interaksi tersebut, seperti nilai, norma serta kebiasaan-kebiasaan yang dianut oleh kelompok atau masyarakat. Dengan deikian, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Sementara masyarakat, menurut: Mac Iver dan Page, menjelaskan masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata-cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan manusia. Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial. Ralph Linton, masyarakat merupakan kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Selo Soemardjan, mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Sosiologi SMA K

98 Meskipun definisi tersebut berbeda-beda, namun pada dasarnya isinya sama, bahwa masyarakat memiliki unsur-unsur: 1. Manusia yang hidup bersama 2. Bercampur untuk waktu yang cukup lama 3. Mereka sadar sebagai suatu kesatuan 4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama melahirkan kebudayaan, sehingga setiap anggota kelompok terikat satu dengan yang lain. 9. Sosiologi Sebagai Metode Dalam perkembangannya sosiologi bukanlah semata-mata sebagai ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, akan tetapi sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi (Horton dan Hunt, 1987 : 41). Seorang ahli sosiologi yang melakukan penelitian tentang tekanan ekonomi atau masalah kemiskinan yang dialami keluarga buruh tani misalnya, maka dia adalah seorang ilmuwan murni. Jika peneliti tersebut kemudian melanjutkannya dengan studi mengenai bagaimana cara meningkatkan taraf kehidupan keluarga buruh tani maka dalam hal ini sosiologi menjadi ilmu terapan. Sosiolog yang bekerja di dunia praksis tidak hanya meneliti masalah sosial untuk membangun proposisi dan teori tetapi sosiologi bukanlah seperangkat doktrin yang kaku dan selalu menekan apa yang seharusnya terjadi tetapi sebagai sudut pandang atau ilmu atau ilmu yang selalu mencoba mengupas realitas guna mengungkap fakta realitas yang tersembunyi dibalik realitas yang tampak. Sosiologi selalu tidak percaya pada apa yang tampak sekilas dan selalu mencoba menguak serta membongkar apa yang tersembunyi (latent) di balik realitas nyata (manifes) karena sosiologi berpendapat bahwa dunia bukanlah sebagaimana yang tampak tetapi dunia yang sesungguhnya baru bisa dipahami jika dikaji secara mendalam dan diinterpretasikan (Berger dan Kellner, 1985 : 5). Sosiologi SMA K

99 10. Metode dalam Sosiologi Setelah mendapatkan gambaran tentang obyek kajian sosiologi serta hubungannya dengan ilmu-ilmu sosial yang lain, perlu dijelaskan cara-cara sosiologi mempelajari obyeknya, yaitu masyarakat. Untuk kepentingan itu sosiologi mempunyai cara kerja atau metode (method) yang juga dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif menggunakan bahan yang sukar diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang eksak, walaupun bahan-bahan tersebut terdapat dengan nyata di dalam masyarakat. Di dalam metode kualitatif termasuk metode historis dan metode komparatif yang keduanya dikombinasikan menjadi historiskomparatif. Metode historis mempergunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Seorang sosiolog ingin menyelidiki akibat-akibat revolusi (secara umum), dan mempergunakan bahan-bahan sejarah untuk meneliti revolusi-revolusi penting yang terjadi dalam masa yang silam. Metode komparatif mementingkan perbandingan antara bermacam-macam masyarakat serta bidang-bidangnya, untuk memperoleh perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan. Perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku masyarakat pada masa masa silam dan masa sekarang, dan juga mengenai masyarakatmasyarakat yang mempunyai tingkat peradaban yang berbeda atau yang sama. Metode case study bertujuan untuk mempelajari sedalam-dalamnya salah satu gejala nyata dalam kehidupan masyarakat. Case study dapat dipergunakan untuk menelaah suatu keadaan, kelompok, masyarakat setempat (community), lembaga-lembaga maupun individu-individu. Alat-alat yang dipergunakan dalam metode case study adalah wawancara (interview), daftar pertanyaan (questionnaire), participant observation technique dan lain-lain. Teknik wawancara seringkali dipakai apabila diperlukan data penting dari masyarakat lain. Teknik wawancara dapat dilaksanakan secara tidak terstruktur dan secara terstruktur. Pada yang pertama, penyelidik menyerahkan pembicaraan kepada orang yang diajak wawancara, sedangkan pada yang terakhir, penyelidik yang memimpin pembicaraan. Dalam mempergunakan teknik tersebut, penyelidik Sosiologi SMA K

100 harus sadar bahwa apa yang dikemukakan oleh yang diajak wawancara, sedikit banyak terpengaruh oleh kehadirannya. Pada teknik questionnaire, telah dibuatkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Teknik tersebut dilakukan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Dalam participant observation technique, penyelidik ikut serta dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok sosial yang sedang diselidikinya. Dalam hal ini penyelidik akan berusaha sedapat mungkin tidak mempengaruhi pola-pola kehidupan masyarakat yang sedang diselidikinya. Metode kualitatif semacam ini dalam bahasa Jerman sering dinamakan dengan istilah metode berdasarkan verstehen (artinya pengertian). Metode kuantitatif mengutamakan data dalam bentuk angka, sehingga gejala yang ditelitinya dapat diukur dengan mempergunakan skala, index, tabel-tabel dan bentuk yang menggunakan statistik. Di samping metode-metode di atas, sosiologi juga menggunakan metode induktif yang mempelajari suatu gejala yang khusus, untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam lapangan yang lebih luas, dan metode deduktif yang mempergunakan proses sebaliknya yaitu mulai dengan kaidahkaidah yang berlaku umum, untuk kemudian dipelajari dalam keadaan yang khusus. Penggolongan yang lain metode yang digunakan dalam sosiologi adalah jenis metode empiris yang menyandarkan diri pada keadaan-keadaan yang dengan nyata didapat dalam masyarakat, dan jenis metode rationalistis yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan pikiran sehat, untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan. Metode empiris dalam sosiologi modern diwujudkan dengan research atau penelitian, yaitu cara untuk mempelajari suatu masalah secara sistematis dan intensif, untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dari masalah tersebut. Research dapat bersifat basic atau applied. Basic research adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak dari ilmu pengetahuan, sedangkan applied research ditujukan pada penggunaan ilmu pengetahuan secara praktis. Metode rationalistis banyak dipergunakan dahulu sekarang masih juga oleh para sarjana sosiologi di Eropa. Metode-metode sosiologi tersebut di atas bersifat saling melengkapi dan para ahli sosiologi seringkali mempergunakan lebih dari satu metode unuk menyelidiki obyeknya. Sosiologi SMA K

101 11. Tujuan dan Kegunaan Mempelajari Sosiologi Apakah tujuan dan kegunaan mempelajari sosiologi bagi siswa/mahasiswa sosiologi? Apakah sosiologi memiliki kegunaan yang kuat dan khas bagi profesiprofesi di luar sosiolog? Apa guna sosiolgi bagi yang tidak mencintai sosiologi sebagai disiplin?. Selama ini, tujuan-tujuan pembelajaran sosiologi selalu dirumuskan secara praktis melalui jalur atau cara di luar disiplin sosiologi. Rumusan tujuan-tujuan itu bersifat umum dan tidak menunjukkan kekhasan yang membedakan sosiologi dengan disiplin lainnya. Banyak orang, misalnya, yang secara sederhana menjelaskan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat dan fakta sosial. Rumusan ini memiliki dua kesalahan yakni: bahwa di satu sisi ia terlampau umum dan tidak bisa secara jernih dan spesifik membedakan sosiologi misalnya dengan etnografi yang sama-sama mempelajari masyarakat. Di saat yang sama rumusan itu juga terlalu sempit ketika menyebut sosiologi mempelajari fakta sosial mengingat ada banyak pemikir sosiologi dari klasik hingga kontemporer yang sama sekali membantah bahwa fakta sosial adalah subject matter sosiologi. Marx misalnya lebih menekankan formasi sosial dan mode produksi masyarakat, sementara Weber misalnya lebih menekankan tindakan sosial yang dimaknai sebagai subject matter sosiologi. Di sini, tujuan pembelajaran sosiologi mestinya dirumuskan di dalam sosiologi tapi sekaligus dengan melampaui perbedaan mazhab serta variasi paradigmatis dari para pemikir sosiologi yang beragam. Dalam praktik, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi pembelajaran sosiologi bahkan sering dilakukan dalam kekaburan yang menunjukkan keraguan bahkan dari guru dan dosen terhadap substansi, disiplin dan kegunaan pelajaran itu. Hal ini nampak dari fakta bahwa guru dan dosen biasanya sering mencampur-aduk antara subject matter sosiologi dengan tujuan pembelajaran sosiologi; antara obyek pikiran dalam sosiologi dengan kualitas berfikir yang hendak dicapai oleh pembelajaran sosiologi. Ketika guru misalnya mengatakan bahwa sosiologi mempelajari masyarakat, maka hampir pasti guru akan kesulitan menjawab pertanyaan berikut: apa pentingnya, apa gunanya mempelajari masyarakat? Kesulitan muncul pertama persis karena bisa saja guru juga tidak yakin bahwa mempelajari masyarakat itu penting. Kedua, karena banyak kita memang sedari awal telah salah paham karena menempatkan mempelajari masyarkat sebagai tujuan sekaligus subject mattersosiologi. Mempelajari Sosiologi SMA K

102 masyarakat untuk satu perspektif memang adalah materi utama sosiologi, tapi ia bukan tujuan dari pembelajaran yang khas sosiologi. Dalam banyak percakapan pengantar antara guru dengan murid di kelas, topik ini yang lebih banyak diungkap sementara apa dan bagaimana tujuan mempelajari sosiologi tidak pernah diungkap secara benar dan tepat. Akibatnya, selama bertahun-tahun siswa juga memandang sosiologi sebagai pelajaran yang penuh kekaburan, abstrak, umum dan kurang penting, kurang berguna. Dengan kekaburan macam itu, efek epistemic mengenai guna pengetahuan sosiologi bagi kualitas pikiran siswa secara subyektif-memang menjadi tidak terjelaskan. Pada matematika atau bahasa Inggris aspek estetis dan efek epistemic terasa jelas; setelah belajar matematik bisa menghitung dan memecahkan rumus; setelah belajar bahasa Inggris bisa mendapat kosa kata baru, sementara pada sosiologi setelah belajar Parsons saya bisa apa? Apa yang berubah pada saya kalau saya mengetahui atau hafal semua teori itu? Pertanyaan-pertanyaan ini terus menggantung, sementara kita hanya menjawab dengan bulak-balik menyodorkan masyarakat, masyarakat dan masyarakat. Untuk itu penelusuran epsitemis diperlukan untuk bisa menemukan tujuan pembelajaran sosiologi yang jelas dan khas sosiologi sekaligus merangkum semua pendirian dalam berbagai teori sosiologi yang terus muncul dan berkembang hingga saat ini. Untuk itu, dalam diskusi ini, saya hendak mengajukankembali konsep lama yang dikemukakan oleh sosiolog Amerika C Wright Mills mengenai Imajinasi Sosiologis. Saya ingin menekankan bahwa dengan mengikuti Mills, selayaknya tujuan pembelajaran sosiologi mesti dirumuskan sebagai upaya untuk membangun/membentuk/memberdayakan imajinasi sosiologis. Imajinasi sosiologis di sini dimengerti sebagai kualitas pikiran atau kapasitas intelek tertentu yang memungkinkan orang (siswa) memahami diri, sejarah serta dunia atau struktur masyarakat secara simultan. Imjinasi sosilogis sebagai kemampuan untuk mentransformasikan perkara atau soal-soal yang semula polos menjadi soal-soal kepublikan yang mengundang perhatian. Sosiologi SMA K

103 12. Imajinasi Sosiologis Sebagai Tujuan Pembelajaran Sosiologi Pada tahun 1959, tokoh sosiologi kenamaan Amerika Serikat C. Wright Mills mengukuhkan suatu pandangan yang untuk konteks Amerika- baru dan progresif mengenai fungsi sosiologi dalam kehidupan akademis dan publik. Mills menyebutnya dengan istilah Imajinasi Sosiologis. Seperti mengantisipasi pemikiran sosiologi kontemporer mengenai kesatuan agen-struktur sebagaimana disajikan oleh sosiolog seperti Giddens dan Bourdieu, Mills mengungkapkan apa yang dimaksud dengan Imajinasi Sosiologis sebagai berikut: The sociological imagination enables its possessor to understand the larger historical scene in terms of its meaning for the inner life and external career of a variety of individuals. It enables him to take into account how individuals, in the welter of the daily experience, often become falsely conscious of their social positions. Within that welter, the framework of modern society is sought, and within that framework the psychologies of variety of men and women are formulated. By such means the personal uneasiness of individuals is focused upon explicit troubles and the indifference of publics is transformed into involvement with public issues. (Mills, 1959, hlm. 12) Imajinasi Sosiologis merupakan kemampuan epistemik yang memungkinkan orang memahami khasanah kesejarahan yang luas dalam pengertian makna kehidupan dalam dan ekspresi eksternal berbagai kehidupan individu. Imajinasi Sosiologi memungkinkan orang memahami pengalaman individual dalam kaitannya dengan struktur dan relasi masyarakat yang lebih luas. Menurut Mills, untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai masalah yang dialami oleh individu, maka individu itu mesti dilihat dalam suatu kerangka situasional periodic dan dalam historisitasnya, serta membangun tautan antara kehidupan privatnya dengan kebijakan sosial dalam masyarakat di mana dia hidup. D. Aktivitas Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta diklat menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, Sosiologi SMA K

104 menyenamgkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 3. Aktivitas individu, meliputi : d. Memahmai dan mencermati materi diklat e. Mengerjakan latihan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar, menyimpulkan f. Melakukan refleksi 4. Aktivitas kelompok, meliputi : d. mendiskusikan materi pelathan e. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan penyelesaian masalah /kasus f. melaksanakan refleksi E. Latihan/ Kasus /Tugas Uraikan pemahaman anda mengenai imajinasi sosiologi sebagai tujuan pembelajaran sosiologi! F. Rangkuman Objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Dalam perkembangannya sosiologi bukanlah semata-mata sebagai ilmu murni (pure science) yang hanya mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak demi peningkatan kualitas ilmu itu sendiri, akan tetapi sosiologi bisa juga menjadi ilmu terapan (applied science) yang menyajikan cara-cara untuk mempergunakan pengetahuan ilmiahnya guna memecahkan masalah praktis atau masalah sosial yang perlu ditanggulangi. Sosiologi mempunyai cara kerja atau metode (method) yang juga dipergunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Pada dasarnya terdapat dua jenis cara kerja atau metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pada tahun 1959, tokoh sosiologi kenamaan Amerika Serikat C. Wright Mills mengukuhkan suatu pandangan yang untuk konteks Amerikabaru dan progresif mengenai fungsi sosiologi dalam kehidupan akademis dan publik. Mills menyebutnya dengan istilah Imajinasi Sosiologis. Imajinasi Sosiologi SMA K

105 Sosiologis merupakan kemampuan epistemik yang memungkinkan orang memahami khasanah kesejarahan yang luas dalam pengertian makna kehidupan dalam dan ekspresi eksternal berbagai kehidupan individu. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran, anda dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 1. Apa yang anda pahami setelah mempelajari materi sosiologi sebagai ilmu dan metode? 2. Pengalaman penting apa yang anda peroleh setelah mempelajari materi sosiologi sebagai ilmu dan metode? 3. Apa manfaat materi sosiologi sebagai ilmu dan metode terhadap tugas anda? 4. Apa rencana tindak lanjut anda setelah kegiatan pelatihan ini? H. Kunci Jawaban Imajinasi Sosiologis merupakan kemampuan epistemik yang memungkinkan orang memahami khasanah kesejarahan yang luas dalam pengertian makna kehidupan dalam dan ekspresi eksternal berbagai kehidupan individu. Imajinasi Sosiologi memungkinkan orang memahami pengalaman individual dalam kaitannya dengan struktur dan relasi masyarakat yang lebih luas. Menurut Mills, untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai masalah yang dialami oleh individu, maka individu itu mesti dilihat dalam suatu kerangka situasional periodic dan dalam historisitasnya, serta membangun tautan antara kehidupan privatnya dengan kebijakan sosial dalam masyarakat di mana dia hidup. Sosiologi SMA K

106 DAFTAR PUSTAKA Horton, Paul B dan Chester L. Hunt; Sosiologi Jilid I dan II, Erlangga, Jakarta, 1990 Johnson, Doyle Paul; Teori Sosiologi Klasik dan Modern, jilid I (Terjemahan Robert M.Z. Lawang), Gramedia, Jakarta, 1994 Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong (ed); Sosiologi, Teks Pengantar dan Terapan, Edisi II, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006 Roucek and Warren; Sociology an Introduction, Paterso New Jersey, Littlefield, Adam &Co Polak, J.B.A.F Mayor; Sosiologi, Suatu Buku Pengantar Ringkas, Balai Buku Ikhtiar, Jakarta, 1996 Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi; Setangkai Bunga Sosiologi, Edisi I, Badan Penerbitan FE-UI, Jakarta, 1964 Soerjono, Soekanto; Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 2002 Sunarto, Kamanto; Pengantar Sosiologi, Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta, 1993 KEGIATAN PEMBELAJARAN 5: Sosiologi SMA K

107 TEORI SOSIOLOGI MAKRO-MIKRO A. TUJUAN Setelah menyelesaikan Kegiatan Pembelajaran 4 ini, peserta diklat mampu memahami teori sosiologi makro-mikro berdasarkan pendapat para tokoh sosiologi dengan baik B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI 1. Menjelaskan fungsi teori 2. Menjelaskan pentingnya studi teori sosiologi 3. Mengidentifikasi klasifikasi teori sosiologi C. URAIAN MATERI 1.Pengantar Kata teori sering kali memberikan arti yang berbeda-beda kepada setiap orang. Ada yang menghubungkan teori dengan hal-hal yang tidak realistis dan jauh dari kenyataan. Ada juga orang yang menganggap teori tidak sejalan dengan hal-hal praktis. Mereka berpikir apa gunanya teori kalau fakta sudah diketahui?. Teori merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan, Mengapa? Mengapa begini dan mengapa begitu? Tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan teori yang masuk akal dan dapat dipercaya. Hanya dengan berteori, pertanyaan-pertanyaan fundamental mengenai situasi sosial dapat dijawab. Karena itu, sebelum berbicara tentang teori-teori sosiologi, maka ada baiknya diuraikan secara singkat tentang apa itu teori, fungsi teori, pentingnya studi teori sosiologi, serta pengklasifikasian teori sosiologi. 2.Definisi dan Fungsi Teori Sosiologi SMA K

108 Apa yang dimaksud teori? Turner dan Kornblum (Sunarto, 2000: 225) menjelaskan hal-hal yang terkait dengan teori. Menurut Turner teori merupakan proses mental untuk membangun ide sehingga ilmuwan dapat menjelaskan mengapa peristiwa itu terjadi. Sedangkan Kornblum mengemukakan bahwa teori merupakan seperangkat jalinan konsep untuk mencari sebab terjadinya gejala yang diamati. Dalam proses pencarian sebab ini, para ilmuwan membedakan antara faktor yang dijelaskan dengan faktor penyebab. Menurut Soekanto (2000: 27), suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut caracara tertentu. Fakta merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Oleh sebab itu dalam bentuk yang paling sederhana, teori merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya. Bagi seseorang yang belajar sosiologi, teori mempunyai kegunaan antara lain untuk (Zamroni, 1992: 4): 1. sistematisasi pengetahuan; 2. menjelaskan, meramalkan, dan melakukan kontrol sosial 3. mengembangkan hipotesa 3.Pentingnya Studi Teori Sosiologi Studi tentang teori-teori sosiologi tidak dimulai di ruang-ruang kelas. Teori bisa lahir dari kehidupan sehari-hari. Sadar atau tidak, dalam kehidupan keseharian, semua orang berteori, yakni dengan memberikan interpretasi atas kenyataan-kenyataan tertentu. Kita sebagai pengkaji sosiologi berkesempatan untuk mengamati realitas sosial masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Suatu aktivitas yang mesti dilakukan, hal ini sebagai landasan kegiatan yang lain, untuk dapat melakukan analisis secara baik (social observer). Sosiologi SMA K

109 Hasil pengamatan yang teratur digunakan sebagai alat analisis atas peristiwa, situasi tertentu yang terjadi di sekitar kita maupun yang ada di luar sana. Pada kesempatan ini seorang pengkaji sosiologi melakukan analisa berdasarkan perspektif-perspektif yang dipilihnya, bahkan sampai pada teori yang dibangunnya (social analitical). Setelah kegiatan analisis barulah ditingkatkan pada kegiatan kritik. Maksudnya pengkaji sosiologi dapat mengkritik realitas kemasyarakatan berdasarkan hasil pengamatan dan analisisnya. Kritik ini tentu diarahkan kepada suatu situasi atau keadaan masyarakat yang dicita-citakan untuk kebaikan bersama (social critical). Untuk mempercepat terwujudnya realitas masyarakat yang dicitacitakan inilah diperlukan rekayasa sosial (social engeneering). Dalam rekayasa sosial ini seorang pengkaji sosiologi membutuhkan power, kekuatan dan kekuasaan untuk mengajak baik secara persuasif maupun rekayasa. 4.Klasifikasi Teori Sosiologi Dalam sosiologi ditempuh berbagai cara untuk mengklasifikasikan teori. Ritzer dalam buku Teori Sosiologi Modern Edisi ke-6 (2006) meskipun tidak menyebutkan secara eksplisit, namun dalam karyanya itu dapat dilihat klasifikasi berdasarkan pada urutan waktu lahirnya teori sosiologi. Klasifikasi yang hampir sama juga dilakukan oleh Doyle Paul Johnson (1986) dalam bukunya Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Ritzer dalam bukunya membagi sebagai berikut: a. Teori Sosiologi Klasik (Sosiologi Tahun-Tahun Awal) Periode ini ditandai oleh munculnya aliran Sosiologi Perancis dengan tokoh-tokoh: Saint-Simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim. Sosiologi Jerman dengan tokoh-tokoh: Karl Marx, Max Weber, dan Georg Simmel. Sosiologi Inggris yang dipelopori oleh Herbert Spencer. Serta Sosiologi Italia dengan tokoh Vilfredo Pareto. Teori Sosiologi Modern. Teori-teori ini merupakan pengembangan dari aliran-aliran Sosiologi Klasik. Aliran-aliran utama dalam teori sosiologi modern ini Sosiologi SMA K

110 meliputi: Sosiologi Amerika, Fungsionalisme, Teori Konflik, Teori Neo- Marxis, Teori Sistem, Interaksionisme Simbolik, Etnometodologi, Fenomenologi, Teori Pertukaran, Teori Jaringan, Teori Pilihan Rasional, Teori Feminis Modern, Teori Modernitas Kontemporer, Strukturalisme, dan Post-Strukturalisme b. Teori Sosial Post-Modern. Aliran teori ini merupakan kritik atas masyarakat modern yang dianggap gagal membawa kemajuan dan harapan bagi masa depan. Para teoritisi yang tergabung dalam aliran ini antara lain: Michael Foucoult, Jean Baudrillard, Jacques Derrida, Jean Francois Lyotard, Jacques Lacan, Gilles Deleuze, Felix Guattari, Paul Virilio, Anthony Giddens, Ulrich Beck, Jurgen Habermas, Zygmunt Bauman, David Harvey, Daniel Niel Bell, Fredric Jameson. Klasifikasi lain juga dikemukakan Ritzer (1992) dalam karyanya Sociology: A Multiple Paradigm Science (Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda). Di dalamnya teori sosiologi diklasifikasikan berdasarkan paradigma. Paradigma adalah sebagai suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan. Menurut Ritzer, sosiologi dibagi menjadi 3 paradigma, yaitu: 1. Paradigma Fakta Sosial, meliputi Teori Fungsionalisme Struktural, Teori Konflik, Teori Sistem, dan Teori Sosiogi Makro; 2. Paradigma Definisi Sosial, meliputi Teori Aksi, Teori Interaksionisme Simbolik, dan Fenomenologi; 3. Paradigma Perilaku Sosial, meliputi Teori Pertukaran Sosial dan Teori Sosiologi Perilaku. Klasifikasi berbeda juga dilakukan oleh Collins (Sunarto, 2000: 227) dengan mengacu pada pemikiran sosiologi seabad lalu yang diidentifikasi berdasarkan luas ruang lingkup pokok bahasan, yaitu: Sosiologi SMA K

111 1. Teori Sosiologi Makro, yaitu teori-teori yang difokuskan pada analisis proses sosial berskala besar dan jangka panjang, meliputi teori tentang: evolusionisme, sistem, konflik, perubahan sosial, dan stratifikasi 2. Teori Sosiologi Mikro, yaitu teori yang diarahkan untuk analisis rinci tentang apa yang dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam pengalaman sesaat, mencakup teori tentang interaksi, diri, pikiran, peran sosial, definisi situasi, konstruksi sosial terhadap realitas, strukturalisme, dan pertukaran sosial. 3. Teori Sosiologi Meso, mencakup teori tentang hubungan makro-mikro, jaringan, dan organisasi. Hal serupa juga dilakukan oleh para sosiolog, seperti Jack Douglas (1973), Broom dan Selznick (1977), Doyle Paul Johnson (1981), yang membagi teori sosiologi menjadi dua kelompok besar yakni Sosiologi Makro dan Sosiologi Mikro (Sunarto, 2007: 18). m. Jack Douglas (1973) Membedakan atara perspektif makro sosial dan perspektif mikro sosial. Dia juga menyebut adanya sosiologi kehidupan sehari-hari (the sociology of everyday life situations) dan sosiologi struktur sosial (the sociology of social structure), yang pertama mengindikasikan kajian yang berskala mikro (apa yang terjadi pada hubungan antar individu, bagaimana mereka berkomunikasi, bersikap, dan bertindak), sedang sosiologi berskala makro, pada tataran struktur dan berperspektif makro sosial memandang masyarakat secara keseluruhan (makro), di luar individu-individu dan tidak sekedar kumpulan individu-individu kelompoknya n. Doyle Paul Johnson (1981) Membedakan antara jenjang makro dan jenjang mikro. o. Rendall Collins (1981) Membedakan antara sosiologi makro (macro sociology) dan sosiologi mikro (micro sociology). Sosiologi mikro menganalisis apa yang dilakukan, Sosiologi SMA K

112 dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang temporal, sedang sosiologi makro menganalisis proses-proses sosial berskala luas dan berjangka panjang. Disini faktor ruang dan waktu menjadi penting untuk diperhatikan, pada tataran ruang, pokok bahasan sosiologi antara lain meliputi tingkat personal (individual), kelompok kecil, kerumunan, organisasi, komunitas, sampai masyarakat toritorial. Pada tataran waktu, pokok bahasan sosiologi dapat berkisar pada peristiwa fenomenal dalam suatu detik, menit, jam..., sampai abad atau lebih. Pada pokok kajian sosiologi mikro menurut Collins umumnya memperlajari fenomena sosial (peristiwa) yang terjadi dalam waktu pendek (aktual, fenomenal, sesaat) sedangkan sosiologi makro lebih pada fenomena sosial berjangka panjang. p. Gerhard Lenski (1985) Membedakan analisis sosiologi ke dalam tiga jenjang, yaitu mikro, meso, dan makro. Analisis pada jenjang mikro (psikologi sosial) mempelajari dampak sistem sosial dan kelompok primer terhadap individu. Analisis pada tataran meso mempelajari institusi-institusi khas dalam masyarakat, sedangkan analisis makro mempelajari masyarakat secara keseluruhan dan sistem masyarakat global. Misalnya, analisis sosiologi makro ingin mengetahui pengaruh faktor sosial terhadap kesempatan pendidikan dasar di Indonesia. Termasuk ke dalam faktor sosial di sini misalnya adalah jenis kelamin, kelas (strata sosial), etinisitas, dan seterusnya. Dengan kata lain, seorang sosiolog ingin mempelajari (melalui suatu penelitian ilmiah) tentang pengaruh latar belakang kelas (strata) sosial, perbedaan anak laki-laki dan perempuan (perempuan) dan etnis terhadap kesempatan pendidikan. Dari hasil studi ditemukan, misalnya bahwa (ternyata) kesempatan pendidikan dasar lebih banyak dinikmati oleh kaum pria, etnis tertentu, dan orang-orang kelas menengah atas. Dibandingkan dengan analisis makro (sebagaimana dicontohkan di atas), analisis sosiologi meso, baik dari tataran ruang dan waktu adalah lebih terbatas. Artinya seorang sosiolog akan lebih membatasi dan mengkhususkan pokok kajiannya pada ruang yang lebih terbatas daripada Sosiologi SMA K

113 masyarakat namun lebih luas daripada perorangan atau kelompok. Misalnya, bagaimana pola hubungan atantara birokrasi Diknas dan kepala-kepala SD di Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan analisis sosiologi mikro lebih memfokuskan pada tingkat individu terutama perilaku individu sebagai hasil pemaknaan, interpretasi, dan reaksi sosialnya terhadap stimulus orang lain dan atau lingkungan sosialbudaya sekitarnya. Misalnya, bagaimana individu-individu para guru memahami kebijakan Kepala Sekolahnya. Ekspresi dan perilaku guru adalah merupakan hasil dari pemahaman, pemaknaanm dan interpretasinya atas kebijakan kepala sekolahnya. Determinasi subjek (guru) dalam analisis sosiologi mikro adalah khas dan menjadi dasar analisis. Kelompok teori mikro-makro berkembang di AS, sedangkan agensistruktur di kalangan sosiolog di daratan Eropa. Perkembangan ini merupakan respon dari konflik antara teori mikro ekstrem dan makro ekstrem. Disadari bahwa polarisasi ini secara ekstrem cenderung merugikan sumbangan sosiologi pada dunia sosial. Untuk itu, perlu ada perdamaian, dan bahkan lebih jauh integrasi dari dua kutub ini. Kita mengenal, di sisi makro adalah fungsional struktural dan teori konflik, sedangkan di sisi mikro adalah interaksionisme simbolik, etnometodologi, teori pertukaran, dan teori pilihan rasional. 5.Menuju Integrasi Mikro-Makro Mulai di tahun 1980-an tumbuh perkembangan baru tentang mikromakro dari analisis sosiologi. Beberapa teoritisi memusatkan perhatian untuk mengintegrasikan teori mikro-makro, sedangkan teoritisi lain memusatkan perhatian untuk membangun sebuah teori yang membahas hubungan antara tingkat mikro dan makro dari analisis sosial. Ada perbedaan penting antara upaya untuk mengintegrasikan teori makro dan teori mikro dan upaya untuk membangun sebuah teori yang dapat menjelaskan hubungan antara analisis sosial tingkat mikro dan analisis sosial tingkat makro. Meskipun ini adalah gelombang pemikiran baru, namun hal ini dapat disebut sebuah upaya kembali ke awal. Sosiologi SMA K

114 Sosiologi klasik sebenarnya disusun dalam bentuk terintegrasi. Ada dua bentuk integrasi mikro-makro. Yang pertama berupaya mengintegrasikan berbagai teori mikro dan makro, sedangkan yang kedua menciptakan teori yang diharapkan mampu mengkombinasikan kedua level analisis tersebut sekaligus. Dalam bab 13 Ritzer menyebut ada empat bentuk pendekatan dalam upaya mengintegrasikan mikro-makro, yakni berupa perumusan paradigma sosiologi terpadu, sosiologi dengan paradigma yang multi dimensi, pengembangan satu model dari mikro ke makro, dan integrasi melalui basis mikro untuk memahami sisi makro. Pada pendekatan paradigma sosiologi terpadu, George Ritzer telah berupaya melalui dua aspek berbeda, yakni dari level mikro dan makro, dan yang kedua dari sisi objektif dan subjektif. Kedua aspek ini melahirkan empat dimensi yaitu makro-objektif, makro-subjektif, mikro-objektif, dan mikrosubjektif. Satu hal, meskipun terlihat sebagai dikotomi, namun Ritzer ingin kita lebih melihatnya sebagai kontinum. Dalam analisis, keempatnya mesti dlihat secara sekaligus. Keempatnya mesti diberi perhatian secara seimbang pula. Menurut Ritzer, seluruh fenomena sosial mikro dan makro adalah juga fenomena objektif atau subjektif. Ritzer menggunakan gagasan Wright Mills tentang hubungan antara persoalan personal tingkat mikro dan publik tingkat makro untuk menganalisis dunia sosial. Ritzer tidak memprioritaskan salah satu tingkat, namun menegaskan perlunya dipelajari hubungan dialektika di antara keempat dimensi tersebut. Pada bentuk kedua, sosiologi multidimensi, J. Alexander menggunakan cara berfikir Ritzer namun tidak meniru analisisnya. Bukannya memberi penekanan pada mikro-makro, Alexander mendekatinya dari pandangan keteraturan. Levelnya bukan mikro atau makro, tapi individual dan kolektif. Ia memfokuskan pada tindakan (action) yang bergerak dari materialis ke idealis. Kedua pemikir ini berbeda dalam pendekatan yang digunakan dalam upaya memadukan level mikro dan makro, meskipun Alexander tampaknya lebih menekankan di level makro. Ia merasa bahwa fenomena kolektif tak dapat diterangkan melalui penjelasan bagaimana di level mikro. Sosiologi SMA K

115 Lalu, pada model mikro ke makro, tersebutlah James Coleman yang telah berupaya mengaplikasikan teori pilihan rasional yang berada di level mikro ke fenomena makro. Namun, disebutkan oleh Ritzer bahwa upaya Colemen ini kurang memuaskan, karena kurang berhasil memperlihatkan koneksi dari mikro ke makro. Dengan berbasiskan teori Max Weber tentang Etika Protestan, Coleman membangun sebuah model integratif. Menurutnya, kedua level ini berhubungan secara kausalitas. Pendekatan lain, sebagaimana disebut Ritzer sebagai landasan mikro sosiologi makro, tersebutlah Randall Collins. Ia memfokuskan pada interaksi dalam rantai, yang berkait satu sama lain dan menghasilkan suatu skala yang yang lebih besar. Berbeda dengan Alexander yang lebih kuat berada di sisi makro, Collins berada di sisi mikro. Satu hal yang mungkin dilupakan orang, sesungguhnya semenjak di awal abad ke-20, atau 60 tahun sebelum permasalahan integrasi ini ramai; sesorang sosiolog Eropa, Norbert Elias, telah berupaya mengintegrasikan analisis sosiologi. Ia mengusung konsep figuration dalam upayanya menghindari dikotomi dalam level analisis. Figurasi merupakan proses sosial yang terjadi pada kesalinghubungan antara manusia, yang secara bersamaan adalah juga menciptakan keterhubungan (interrelationships). Ini bukan merupakan hal yang statis. Dalam konsep ini manusia dipandang sebagai makhluk yang aktif yang mencipta dan merubah-rubah relasi kekuasaan dan kesalingtergantungan. Figurasi sosial ini dapat diterapkan baik di tingkat mikro maupun makro. Figurasi adalah proses sosial yang menyebabkan terbentuknya jalinan hubungan antara individu. Figurasi bukanlah sebuah struktur yang berada di luar dan memaksa relasi antara indvidu; namun figurasi adalah antar hubungan itu sendiri. Individu dipandang sebagai terbuka dan saling tergantung. Kekuasaan merupakan hal penting dalam figurasi sosial, dan karena itu, berada dalam keadaan terus-menerus berubah. Ia bertolak dari kesadaran bahwa individu bersifat saling berrelasi dengan individu lain. Sosiologi SMA K

116 6. Integrasi Agensi-Struktur Pada hakekatnya, agensi-struktur juga merefer pada mikro-makro. Pada level mikro adalah aktor manusia, yang mana tindakannya dapat merefleksikan pada tindakan kolektif. Sebaliknya, struktur yang berada di level makro, juga dapat merefleksikan kondisi mikro. Dengan melihat struktur, kita bisa paham pula bagaimana tindakan individual dalam masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu. Satu teori yang paling banyak dibicarakan adalah Teori Strukturasi dari Anthony Giddens. Ia berpendapat bahwa struktur dan agensi adalah dua hal berbeda namun merupakan kesatuan (dualitas), dimana kita tidak dapat mempelajarinya terpisah satu sama lain. Manusia melalui aktivitasnya dapat menciptakan kesadaran sekaligus kondisi terstruktur (the structural conditions) sehingga aktivitas semua orang dapat berlangsung. Tidak mungkin terjadi agensi tanpa struktur, demikian pula sebaliknya, tidak akan tercipta struktur yang saling tergantung jika tidak diciptakan individu. Konsep pokok dari teori strukturasi terletak pada pemikiran tentang struktur sistem, dan sifat rangkap dari struktur. Struktur bukanlah realitas yang berada di luar pelaku, namun ia adalah aturan dan sumber daya (rules and resources) yang mewujud pada saat diaktifkan oleh pelaku dalam suatu praktik sosial. Dengan demikian, struktur tidak hanya mengekang (constraining) atau membatasi apa yang dapat dijalankan pelaku, melainkan juga memberi kemungkinan (enabling) terjadinya praktik sosial. Jika Giddesn melihat agensi dan struktur sebagai dualitas, Margaret Archer lebih melihatnya sebagai dualisme. Archer merasa bahwa kedua hal ini mesti dilihat secara bebas (independent). Hanya dengan itulah maka analisis keduanya dapat dilakukan secara memuaskan. Archer memberi perhatian pada morphogenesis, yakni proses kesalingpergantian (interchanges) yang kompleks yang akan menghasilkan perubahan di struktur dan juga pada produk-produk struktural. Jadi, ada pemisahan antara interaksi sosial dengan tindakan dan interaksi yang memproduksinya. Teori morfogenetis ini fokus pada bagaimana kondisi struktural mempengaruhi interkasi sosial, dan selanjutnya, bagaimana interaksi sosial tadi Sosiologi SMA K

117 mempngaruhi pembentukan struktural (structural elaboration). Ia memberi perhatian pada fenomena non material dari kultur serta ide-ide. Piere Bourdieu dalam konteks agen-struktur memberi perhatian terhadap hubungan antara habitus dan bidang atau lapangan (field). Ia melihat adanya jembatan antara subjektif pada diri individual dengan objektif pada masyarakat. Ia menggunakan perspektif yang disebut dengan constructiviststructuralism. Ia melihat pada bagaimana struktur objektif berupa bahasa dan kultur membentuk tindakan manusia. Di dalamnya secara detail adalah tentang bagaimana persepsi, fikiran, dan tindakan. Bagaimana manusia memahami dan mengkonstruk dunia mereka, tanpa mengabaikan bagaimana persepsi dan konstruk yang terbangun tadi sekaligus juga merupakan penghalang (constrained). Manusia adalah makhluk sosial yang aktif yang mengembangkan struktur untuk kehidupan rutin mereka. Pada hakekatnya, habitus adalah suatu struktur mental sebagai jembatan yang menghubungkan individu dengan dunia sosial mereka. Selanjutnya, teori Kolonialisasi Dunia Kehidupan dari Jurgen Habermas mengambarkan teori tindakan dan teori sistem sekaligus. Pandangan utama Habermas adalah bahwa komunikasi yang bebas dan terbuka tidak akan digeser (impinged) oleh rasional formal dari sistem. Ia merasa melalui cara inilah dapat memahami solusi untuk dilema kolektivitas dari rasional substantif. Terakhir, dari kedua perspektif ini (mikro-makro dan agensi-strutkur), Ritzer menyebutkan bahwa ada kaitan di antara keduanya. Satu perbedaan pokok antar mikro-makro dan agensi-struktur adalah gambaran mereka masingmasing tentang diri si aktor. Kelompok teori mikro-makro menuju pada orientasi behaviorist, sedangkan agensi-struktur menempatkan aktor yang diyakini selalu memiliki tindakan yang kreatif dan sadar. Perbedaan lain, adalah bahwa mikro-makro melukiskan permasalahan ini dari dalam dan cenderung statis, hirarkis, dan ahistorik; sedangkan agensi-struktur lebih kuat pada kerangka dinamis historisnya. Sosiologi SMA K

118 D. Aktivitas Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta diklat menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenangkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 5. Aktivitas individu, meliputi : g. Memahami dan mencermati materi diklat h. Mengerjakan latihan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar, i. Menyimpulkan j. Melakukan refleksi 6. Aktivitas kelompok, meliputi : g. Mendiskusikan materi pelathan h. Bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan penyelesaian masalah/ kasus i. Melaksanakan refleksi Sosiologi SMA K

119 Daftar Pustaka Horton, Paul B dan Chester L. Hunt Sosiologi Jilid I dan II. Jakarta: Erlangga. Johnson, Doyle Paul Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid I. Terjemahan Robert M.Z. Lawang. Jakarta: Gramedia. Narwoko, Dwi dan Suyanto, Bagong (ed) Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Edisi II. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Polak, J.B.A.F Mayor Sosiologi. Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: Balai Buku Ikhtiar Ritzer, George Sociological Theory. Edisi keempat. Mc-Graw Hill Publication International. Roucek and Warren Sociology an Introduction. Paterso New Jersey: Littlefield Adam & Co. Sanderson, Stephen K Makrososiologi (edisi kedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada, (cet. ke-6). Hal Soemardjan, Selo dan Soelaeman Soemardi Setangkai Bunga Sosiologi, Edisi I. Jakarta: Badan Penerbitan FE-UI. Soerjono, Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Sunarto, Kamanto Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI. Sosiologi SMA K

120 Kegiatan Pembelajaran 6 INTERAKSI SOSIAL A. Tujuan Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran 1, peserta diklat mampu memahami konsep dasar sosiologi dengan benar sehingga mampu merancang pembelajaran sosiologi yang menumbuhkan imajinasi sosiologi pada siswa. B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan interaksi sosial yang diuraikan berdasarkan teori sosiologi 2. Menyusun rancangan pembelajaran kontekstual dengan materi interaksi sosial C. Uraian Materi 1. Pendahuluan Materi interaksi sosial tidak ditemukan dalam kompetensi dasar maupun silabus dalam kurikulum 2013 yang ada saat ini, akan tetapi merupakan bagian dalam kompetensi dasar konsep dasar sosiologi. Pentingnya pembelajaran interaksi sosial kepada siswa adalah melalui kegiatan pembelajaran interaksi sosial siswa akan mengetahui, dan memahami konsep interaksi sosial dan penerapannya dalam kehidupan masyarakat dimanapun mereka tinggal. Sosiologi merupakan bagian dari ilmu-ilmu sosial dan tujuan akhirnya adalah membekali siswa agar bisa hidup dengan baik dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Tujuan ini tentu tidak bisa tercapai jika sosiologi dibelajarkan dengan cara mempelajari pengertian tentang konsep-konsep semata, dalam hal ini pengertian dan konsep-konsep tentang interaksi sosial semata atau bahkan sekedar mencari contoh-contoh secara parsial semata. Memahami konsep dan pengertian sebuah materi memang sangat diperlukan dalam Sosiologi SMA K

121 kegiatan pembelajaran, akan tetapi guru sosiologi janganlah terjebak memberikan pembelajaran dikelas hanya tentang pengertian dan konsepkonsep dari buku-buku pelajaran. Pembelajaran kontekstual yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata siswa menjadi sangat penting, apalagi jika dikaitkan dengan pendekatan saintifik maka pembelajaran guru tidak lagi membelajarkan pengertian dan konsep semata. Tahapan-tahapan saintifik dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan akan mendaji kurang tepat ketika guru tidak menyajikan pembelajaran kontekstual ataupun pembelajaran yang mengambil contoh faktual dihadirkan dalam pembelajaran di kelas. Siswa diharapkan mengetahui dan memahami pengertian dan konsep-konsep nilai dan norma sosial secara mandiri baik sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung ataupun ketika pembelajaran berlangsung, akan tetapi guru menyajikan pembelajaran di kelas sudah langsung bagaimana menerapkan pengertian dan konsep interaksi sosial tersebut. Dalam kehidupan manusia tentu akan selalu ada hubungan antar manusia atau dikenal dengan relasi, sebab manusia ditakdirkan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencukupi segala kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya. Untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut, manusia tidak mungkin mampu memenuhinya sendiri, sehingga manusia membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu menjalin hubungan atau perlu berinteraksi dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan orang lain, mulai dari rumah, di jalan, di lingkungan kerja atau disekolah, dimanapun berada kita akan berhubungan dengan orang lain, baik itu dengan orang yang memang sudah kita kenal sebelumnnya maupun dengan orang yang kita tidak kenal sama sekali sebelumnya atau hanya bertemu di saat itu saja. Ketika orang saling berhubungan dengan bertatap muka, berbincang-bincang, maka mereka saling mengutarakan maksud dan tujuan satu sama lain. Hubungan Sosiologi SMA K

122 timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok inilah yang dinamakan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena tanpa interaksi sosial tak mungkin ada kehidupan bersama. Dalam kehidupan bersama tidak akan lepas dari munculnya pergaulan hidup antar manusia. Pada kehidupan tersebut manusia terdorong untuk melakukan kerjasama, saling bicara dan sebagainya, baik untuk mencapai tujuan bersama maupun mengadakan persaingan, pertikaian dan sebagainya. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial pada hakikatnya telah dimulai saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin bertengkar atau berkelahi. Bagi kebanyakan orang atau orang awam, interaksi sosial seperti itu mungkin menjadi hal yang tidak menarik atau menjadi hal-hal yang tidak dipersoalkan lagi atau menjadi hal yang telah demikian adanya. Namun seorang sosiolog akan menarik untuk memperhatikan peristiwaperistiwa interaksi yang muncul, bertahan atau berubahnya suatu interaksi sosial akan diperhatikan dan dicari jawabnya secara sistematis dan konseptual. Secara umum dapat disimpulkan bahwa fokus perhatian sosiologi adalah sistem interaksi sosial,lalu apakah bedanya interaksi sosial dengan sistem interaksi sosial? Sebagai ilustrasi dapat di lihat pada kehidupan sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan dua orang anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari sang ayah hampir dipastikan berinteraksi dengan sang Ibu atau istrinya dan juga dengan kedua orang anaknya baik itu secara langsung ataupun melalui telepon, , dan sebagainya, begitu juga sebaliknya dengan Ibu dan anak-anaknya. Dalam kehidupan keluarga tersebut pasti terjadi saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain. Hubungan timbal balik yang terjadi antar anggota keluarga tersebut disebut interaksi sosial, sedangkan jalinan hubungan timbal balik atau jalinan interaksi yang terbentuk dalam keluarga tersebut disebut sistem interaksi sosial. Ilustrasi ini juga bisa untuk menggambarkan kehidupan yang lebih luas seperti perusahaan, pemerintahan, hingga jaringan atau sistem interaksi antar Sosiologi SMA K

123 Negara. Jadi sistem interaksi sosial adalah jaringan yang tersusun dari berbagai jalinan interaksi sosial. Dalam pembahasan kita selanjutnya lebih memfokuskan pada interaksi sosial secara mikro. Interaksi sosial merupakan kajian sosiologi dari sudut pandang mikro. Dalam sosiologi terdapat 2 penggolongan teori untuk menerangkan fenomena sosial yang berkembang dalam masyarakat, yaitu pertama, teori makro sosiologi yaitu teori yang menekankan sudut pandang struktur sosial. Dan yang kedua, teori mikro sosiologi yang menggunakan sudut pandang pada level individu atau interaksi, melihat pernyataan-pernyataan subjektif sebagai hasil berhubungan dengan orang lain yang pada akhirnya berpengaruh pada lingkungan sosial. Melalui level interaksi inilah sosiologi mikro menerangkan sebuah fenomena sosial. 2. Pengertian Interaksi Sosial, Proses Sosial, dan Relasi Sosial Sebelum membahas interaksi sosial, maka perlu diketahui berbagai tindakan yang dilakukan manusia. Tindakan sosial merupakan unsur utama interaksi sosial. Seorang tokoh sosiologi yang memberi perhatian khusus pada tindakan sosial adalah Max Weber. Menurut Weber tindakan sosial merupakan tindakan yang bermakna, yaitu tindakan yang dilakukan seseorang dalam memperhitingkan keberadaan orang lain. Jadi hanya tindakan yang berpengaruh pada orang lainlah yang disebut tindakan sosial. Terdapat empat tipe utama tindakan sosial, yaitu: a. Tindakan Sosial Rasional Instrumental Tindakan ini dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai dengan didasari tujuan yang telah matang dipertimbangkan. (catatan: referensi lain menyebutkan tindakan sosial instrumental adalah tindakan rasional). Contoh tindakan instrumental atau tindakan rasional adalah ketika seseorang melakukan pilihan tindakan membeli beras untuk dimakan sekeluarga dari pada untuk membeli bunga kesayangannya. Karena beras adalah makanan yang dibutuhkan tidak saja oleh diri sendiri, tetapi oleh seluruh keluarga. Sosiologi SMA K

124 Keperluan penyediaan beras merupakan keperluan primer karena merupakan bahan makanan pokok utamanya bagi bangsa Indonesia secara umum. Pedagang beras mempunyai bermacam-macam beras dengan tingkatan harga yang berbeda-beda sesuai dengan kualitas masintg-masing. Tetapi beras yang dibeli harganya sesuai dengan uang yang tersedia, sehingga tidak membeli beras yang berkualitas nomor satu tetapi jenis beras nomor 2 (dua) karena disesuaikan dengan persediaan uang yang ada. b. Tindakan Sosial Rasional Berorientasi Nilai Tindakan ini dilakukan dengan memperhitungkan baik atau buruk tindakan yang dilakukan, manfaat dan tujuan yang ingin dicapai tidak terlalu dipertimbangkan. Pertimbangan utama adalah nilai-nilai baik atau buruk yang berkembang dalam masyarakat disekitarnya. Contoh tindakan sosial berorientasi nilai adalah bersama-sama membersihkan goronggorong sungai yang buntu agar tidak mengakibatkan banjir. c. Tindakan Sosial Tradisional Tindakan ini termasuk kebiasaan yang berlaku selama ini dalam masyarakat. Dalam melakukan tindakan tradisional tidak pernah dipertentangkan dengan perkembangan/perubahan jaman. Sebagai contoh, setiap akan meninggalkan rumah, anggota keluarga berpamitan dan saling bersalaman. d. Tindakan Afektif Dalam tindakan ini sebagian besar tindakan dikuasai oleh perasaan atau emosi tanpa perhitungan atau pertimbangan yang matang.tindakan afektif berkaitan juga dengan suka dan tidak, mau dan tidak mau. Semua berkaitan dengan suasana hati. Sebagai contoh, seorang pria memberi sekuntum bunga kepada seorang gadis yang dicintai. Pembahasan interaksi sosial diawali dari tinjauan secara etimologi. Lukman Ali dkk. (1985 : 383) menyebutkan interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara orang perorangan, antara perseorangan dengan Sosiologi SMA K

125 kelompok. Jadi kata kuncinya adalah hubungan sosial yang dinamis. Bagian mana saja hubungan yang dinamis antara seorang dengan orang lain atau seorang dengan kelompok?. Untuk lebih memudahkan menggambarkannya apabila seseorang dengan orang lain atau seseorang dengan sekelompok orang mengadakan kontak sosial misal berkomunikasi/ berbincang-bincang bukan isi perbincangan itu yang menjadi kajian interaksi sosial. Akan tetapi dinamika hubungan orang dengan orang lain atau kelompok lainya itu yang menjadi kajianya. Begitu juga bila seseorang dengan orang lain atau seseorang dengan kelompok mengadakan kontak sosial misal adanya sentuhan tubuh seperti jabat tangan dilanjutkan perbincangan, maka seluruh proses tersebut menjadi indikator telah terjadinya interaksi sosial. Soerjono Soekanto (2002 : 61) menyebutkan pengertian interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat menegur, berjabat tangan atau cara salam lainnya (cium pipi), atau bahkan saling melirik, tersinggung yang mengakibatkan orang lain mengumpat lalu terjadilah adu mulut. Bahkan tidak jarang orang sebelumnya tidak kenal, karena merasa diperhatikan dengan sinis, tanpa say hello langsung memukul, maka terjadilah perkelahian. Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam sebuah interaksi sosial terjadi hubungan timbal balik yang melibatkan aspek sosial dan kemanusiaan di kedua belah pihak seperti emosi, fisik dan kepentingan. Selain itu di dalam sebuah interaksi sosial salah satu pihak memberikan stimulus atau aksi dan pihak lain memberikan respon atau reaksi. Tidak akan terjadi sebuah interaksi jika salah satu pihak tidak melakukan perubahan atau reaksi atas aksi yang dilakukan oleh pihak lain. Misal ketika pelajaran di dalam kelas seorang siswa melempar kertas sementara siswa lain yang ada dalam ruang kelas tidak bereaksi dan tetap fokus pada pelajaran, maka di kelas tersebut tidak ada interaksi antara siswa pelempar kertas dengan sekelompok siswa lainnya. Untuk itulah maka ada sejumlah ciri sebuah hubungan disebut dengan interaksi sosial. Charles P. Loomis mengemukakan cirri-ciri interaksi sosial sebagai berikut: Sosiologi SMA K

126 - Jumlah pelaku dua orang atau lebih - Adanya komunikasi antara pelaku dengan menggunakan simbol atau lambang - Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang - Adanya tujuan yang hendak dicapai sebagai hasil dari interaksi Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial yang ditandai adanya hubungan timbal balik antara bidang-bidang kehidupan dalam masyarakat, melalui interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, antar warga masyarakat atau kelompok. Dengan demikian syarat utama terjadinya aktivitas sosial adalah adanya interaksi sosial. Interaksi sosial akan terwujud apabila ada aksi dari seseorang atau kelompok dan direspon (ada reaksi) dari orang lain atau kelompok lain. Walaupun ada aksi dari seseorang terhadap orang lain misal menyapanya, tetapi tidak ada reaksi dari yang disapa maka tidak akan terjadi interaksi sosial. Lebih lanjut dapat di telusuri bahwa interaksi sosial tidak sekedar adanya aksi yang ditindaklanjuti dengan reaksi dari orang dengan orang lain atau orang dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, tetapi juga aksi dan reaksi tersebut merupakan alur komunikasi yang nyambung. Jika ada aksi dan reaksi tetapi tidak dalam bentuk komunikasi yang nyambung itupun tidak akan terjadi interaksi sosial. Seiring dengan istilah interaksi sosial adalah adanya proses sosial, J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2004) mengartikan proses sosial sebagai sikap interaksi sosial yang berlangsung dalam suatu jangka waktu, sedemikian rupa, sehingga menunjukkan pola-pola pengulangan hubungan perilaku dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan Soerjono Soekanto (2002) menyebutkan proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perseorangan dengan orang lain atau orang perorang dengan kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan atau apa yang terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya pola kehidupan yang telah ada. Dengan perkataan lain proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Sosiologi SMA K

127 Bertolak dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa proses sosial dalam masyarakat selalu terjadi proses saling mempengaruhi(interaksi sosial), dan dalam interaksi tersebut terjadi proses saling menyesuaikan (adaptasi). Proses sosial terjadi apabila interaksi sosial berlangsung sedemikian rupa, secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama sehingga telah mempola dalam bentuk perilaku tertentu, tindakan yang dilakukan terstruktur dan berpola. Kemudian apa yang dimaksud dengan relasi sosial? Relasi sosial adalah interaksisosial yang berlangsung berulang-ulang yang memperlihatkan adanya suatu pola dan kemantapan tertentu. Relasi sosial terbentuk dari serangkaian interaksi sosial, dimana terjadi saling mempengaruhi diantara kedua belah pihak dan terjadi pengulangan dalam interaksi tersebut. Contoh relasi sosial adalah relasi orang tua dan anak, relasi atasan dengan bawahan, relasi teman sekolah. a. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat untuk terjadinya sebuah interaksi sosial yaitu: 1) Adanya kontak sosial (sosial contact) Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Dengan demikian arti kontak secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadinya hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena dewasa ini dengan adanya perkembangan teknologi, orang dapat melakukan kontak sosial dengan berbagai pihak tanpa menyentuhnya misal kontak sosial dengan facebook, teleconference, Skypac dll. Sehingga Kingsley Davis (dalam Soekanto, 2004) menjelaskan bahwa hubungan badaniah bukanlah syarat utama untuk terjadinya suatu kontak. Selanjutnya, kontak sosial memliki sifat-sifat sebagai berikut: - Kontak sosial bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau konflik. - Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan Sosiologi SMA K

128 muka. Kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubunganhubungan yang sekunder tersebut dapat dilakukan melalui alat-alat telepon, telegraf, radio, internet dan lain sebagainya. Lebih lanjut Soekanto (2004) menguraikan bahwa kontak sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu: 1) Adanya orang perorangan Bentuk Kontak sosial ini adalah apabila anak kecil mempelajari kebiasaan dalam keluarganya. Proses demikian terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari normanorma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. 2) Ada orang perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya Bentuk kontak sosial ini misalnya adalah seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat atau apabila suatu partai politik memaksa anggota-anggotanya menyesuaikan diri dengan ideologi dan programnya. 3) Antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya. Bentuk kontak sosial ini umpamanya adalah dua partai politik mengadakan kerja sama untuk mengalahkan parpol yang ketiga di pemilihan umum. Interaksi sosial merupakan salah satu konsep sosiologi yang sangat penting. Paling tidak ada 2 (dua) paradigma yang bisa dipergunakan untuk menjelaskan dan menganalisis interaksi sosial, yakni paradigma makro (social fact atau naturalis) dan paradigma mikro (social definition). Paradigma pertama melihat terjadinya interaksi (perilaku) sosial sebagai produk dari kekuatan struktur eksternal objektif; sedang paradigma kedua melihat interaksi sosial sebagai hasil pemaknaan subjektif personal terhadap stimulus sosial. Uraian singkat berikut hanya akan menjelaskan secara singkat fenomena interaksi sosial berdasarkan paradigma sosiologi mikro meski tetap menyinggung paradigma makro, setidaknya dalam penjelasannya. Sosiologi SMA K

129 Paling tidak, ada tiga konsep yang berkaitan dengan konsep interaksi sosial, yakni: kontak, komunikasi, dan proses sosial. Agar bisa memahami pengertian interaksi dengan baik, kiranya perlu mengerti dan memahami pengertian ketiga konsep lain tersebut. Secara harfiah kontak adalah bersama-sama menyentuh: bisa Secara fisik (badan) maupun non-fisik. Kontak terjadi ketika dua orang atau lebih saling berhadapan, meski di antara mereka saling menyadari akan kehadiran masing-masing, namun di antara mereka tidak dapat saling memahami. Komunikasi terjadi jika antara dua orang atau lebih selain saling menyadari kehadiran masingmasing (baik langsung atau tidak langsung), juga ditandai oleh adanya saling memahami terhadap simbol-simbol yang digunakan. Masingmasing pihak (aktor) saling bisa mengerti pesan-pesan yang disampaikan lewat simbol-simbol yang dipergunakan. Simbol yang paling lazim dipergunakan dalam komunikasi tak lain adalah bahasa. Hubungan antar dua orang atau lebih dikatakan komunikatif kalau masing-masing pihak telah bisa saling mengerti dan memahami pesan-pesan simbolik yang disampaikan. Jadi sifatnya masih terbatas pada saling mengerti dan memahami, tidak lebih dari itu. Dalam komunikasi, yang ditafsirkan adalah stimulus-stimulus simbolik dari pihak lain baik mengenai pembicaraannya, gerak-gerik, sikap, mau pun perasaan-perasaannya yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Jika kondisi saling mengerti dan memahami itu kemudian mengakibatkan terjadinya kondisi ke arah saling mereaksi dan kemudian saling mempengaruhi, maka itulah yang disebut interaksi sosial. Simbol berbeda dengan tanda. Ciri suatu tanda (sign) ialah pemaknaannya diiedentikkan dengan bentuk fisiknya (Ernest Becker, 1962). Menurut Leslie White, dengan menggunakan simbol, manusia dapat memberikan maupun menerima pesan, sebaliknya tanda (sign) binatang hanya bisa menerima. Makna suatu objek ditentukan berdasarkan penggunaannya dan atau tergantung dari definisinya sebagai suatu objek. Di dalam interaksi sosial aktor akan selalu terjadi proses pemaknaan terhadap simbol-simbol bahasa (tulis, lisan maupun bahasa gerak) yang dipergunakan. Proses pemaknaan dalam interaksi sosial tersebut meski selain tidak bisa lepas Sosiologi SMA K

130 begitu saja dari konteks sosio-kultur masyarakatnya, juga sangat subjektif. Sebab individu-individu secara aktif mengaktualisasikan dirinya melalui pemaknaan simbolik terhadap stimulus simbolik yang dipergunakan dalam interaksi. Proses demikian ini di kalangan teoritisi mikro di pandang sebagai suatu proses sosial dinamis dalam masyarakat yang pada gilirannya bisa menyebabkan terjadinya perubahan sosial. Ada dua ciri perilaku simbolis. Pertama, melalui perilaku simbolis seseorang sesungguhnya sedang berproses membebaskan diri dari pembatasan-pembatasan oleh ruang dan waktu. Hal ini dimungkinkan setelah orang berhasil melakukan konseptualisasi (simbol berupa kata dan bahasa) dari objek benda yang ada. Kemampuan manusia membangun simbol-simbol inilah yang memungkinkan manusia bisa melakukan revolusi kebudayaan dan perdabannya. Seolah-olah semua isi dunia cukup terekam dalam pikiran dan atau kepala manusia. Kedua, melalui penggunaan simbol manusia tidak hanya dapat melangkah ke luar dari lingkungan fisik tertentu tempat manusia berada, tetapi, yang lebih penting lagi, manusia dapat melangkah ke luar dari diri manusia itu sendiri. Kita dapat memandang diri kita sendiri dari sudut orang lain. Banyak teori-teori Sosiologi Mikro berbicara persoalan interaksi sosial dalam konteks ini, misalnya Charles Horton Cooley (Looking Glass-Self Theory, Teori Kaca Diri), George Simmel (Teori Duaan dan Tigaan Dyad and Triad), Peter Blau dan George Homans (Teori Pertukaran Perilaku Sosial), Erving Goffman (Dramaturgi), Herbert Blummer (Teori Simbolik), Thomas (Teori Definisi Situasi), Herbert Mead (Play, Games and Generalized Other), dst. Atas dasar kenyataan seperti itulah mengapa ada sosiolog yang menyatakan bahwa kontak dan komunikasi sebagai prasyarat terjadinya interaksi sosial. Tidak akan ada interaksi sosial kecuali didahului oleh terjadinya kontak dan komunikasi. Dengan demikian, yang disebut interaksi (sosial) itu adalah proses dimana individu-individu yang tengah berkomunikasi saling mempengaruhi baik dalam pikiran maupun tindakan. Pelaku komunikasi di sini tidak harus antar individu, melainkan bisa antara individu dengan kelompok, antara Sosiologi SMA K

131 kelompok satu dengan kelompok lain, antar komunitas masyarakat. mapun antar Dalam interaksi sosial selalu terjadi proses saling mempengaruhi. Kalau demikian, dalam interaksi sosial pun juga berlangsung proses saling menyesuaikan (adaptasi). Jika dalam proses adaptasi itu, salah satu pihak berusaha menghindari pengaruh yang datang dan sebaliknya, berusaha mengubah pengaruh yang datang itu agar sesuai dengan keinginan yang ia kehendaki, maka usaha penyesuaian yang demikian ini disebut usaha yang bersifat alloplastis. Tetapi, jika individu yang bersangkutan ikut lebur dengan pengaruh yang datang, maka sifat penyesuaian seperti ini disebut autoplastis. Proses sosial terjadi jika interaksi sosial telah berlangsung sedemikian rupa secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama sehingga interaksi sosial itu telah memola dalam bentuk perilaku tertentu. Jadi proses sosial itu tak lain adalah merupakan perilaku atau tindakan yang terpola dan karenanya juga terstruktur. Dalam setiap interaksi (proses sosial), menurut Georg Simmel, akan selalu membawa 2 (dua) konsekuensi interaksi sosial: (1) kerja sama (assosiatif) dan (2) persaingan/konflik (dissosiatif). Ada beberapa bentuk proses sosial assosiatif: 1. Kooperasi, kerja sama antara beberapa kelompok sosial yang ada sebagai upaya mencapai tujuan bersama. Dalam kenyataannya, ada beberapa usaha yang dilakukan agar kerjasama ini bisa dilakukan; yakni: a. Tawar menawar (bargainning) kerjasama yang ada sebagai hasil kesepakatan tawar menawar antara kedua belah pihak b. Kooptasi (Cooptation) melalui kesepatan penunjukkan pimpinan yang akan mengendalikan kerja sama c. Koalisi (Coalition) kerja sama antar kelompok untuk mencapai tujuan bersama meskipun di antara mereka terjadi perbedaanperbedaan struktural d. Patungan (Joint-Venture) usaha bersama untuk melakukan suatu kegiatan, demi keuntungan bersama yang kelak dibagi secara Sosiologi SMA K

132 merata secara proporsional dengan cara kekurangan masing-masing partner. saling mengisi 2. Akomodasi Adalah suatu proses ke arah tercapainya kesepakatan di antara kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Kesepatan itu bisa bersifat darurat (sementara) yang gunanya mengurangi ketegangan di antara kedua belah pihak. Ada beberapa bentuk akomodasi a) Pemaksaan (coercion) b) Kompromi (compromise) c) Penggunaan jasa perantara (mediation)penggunaan jasa menengah (arbitrase) d) Peradilan (adjudication) e) Penenggangan (Toleration) f) Stalemate 3. Asimilasi Merupakan proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masingmasing pihak merasakan adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama. Asimilasi akan terjadi apabila (1) ada perbedaan kebudayaan antara kedua belah pihak; (2) ada interaksi intensif antara kedua pihak; (3) ada proses saling menyesuaikan. Ada beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya assimilasi: a) Sikap dan kesediaan saling menenggang (toleransi) b) Sikap dalam menghadapi orang asing dan kebudayaannya c) Adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang d) Keterbukaan golongan penguasa e) Adanya kesamaan dalam berbagai unsur budaya f) Perkawinan campuran g) Adanya musuh bersama dari luar Selain beberapa faktor yang mempermudah terjadinya asimilasi; ada pula faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi; yaitu: a) Ada isolasi kebudayaan dari salah satu kebudayaan Sosiologi SMA K

133 b) kelompokminimnya pengetahuan dari salah satu kelompok atas c) kebudayaan kelompok lain d) Ketakutan atas kekuatan kebudayaan kelompok lain e) Perasaan superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu f) Adanya perbedaan ciri-ciri badaniah g) Adanya perasan "in-group" yang kuat h) Adanya deskriminasi i) Adanya perbedaan kepentingan antar kelompok Sementara itu, proses sosial dissosiatif terdiri atas beberapa bentuk; yaitu: 1). Kompetisi 2) Konflik (baik laten maupun manifes) 3. Teori Sosiologi Mikro Yang Menjelaskan Interaksi Sosial a. George C. Homans Homans menyatakan bahwa ada prasyarat tertentu untuk menjelaskan teori tentang interaksi sosial. Pertama, determinan analisis berdasar pada faktor individu (sebagai agen). Kedua, masyarakat selalu teroganisasi dalam sistem yang dimulai dari kelompok paling kecil. Meneliti kelompok kecil akan bisa memahami kelompok yang lebih besar beserta peradabannya (civilazation). Sebab, menurut Homans, hukum-hukum perkembangan, struktur serta fungsi peradaban identik dengan hukum-hukum yang berkembang pada kelompok kecil. Ketiga, dalam setiap analisis kelompok akan ditemukan 2 hal :sistem internal (individu-individu anggota kelompok) dan sistem eksternal (yakni kondisi lingkungan atau lay out atau arsitek yang mempengaruhi perilaku anggota kelompok). Penjelasan-penjelasan perilaku sosial (yang didalamnya melibatkan interaksi sosial) tidak hanya bisa melalui status dan peranan dalam mata rantai perilaku dalam struktur sosial, melainkan juga bisa dipahami dengan preposisi Skinnerian: Sosiologi SMA K

134 1) Preposisi Sukses: perilaku yang berganjaran, akan cenderung diulangi 2) Preposisi Stimulus: jika pengalaman stimulus didapatkan ganjaran, orang akan cenderung mengulangi pengalaman yang menguntungkan itu 3) Preposisi Nilai: Kian tinggi nilai suatu tindakan, semakin senang mengulanginya 4) Presposisi Deprivasi-Satiasi: orang kurang tertarik melakukan sesuatu yang bisa menjanjikan nilai oleh karena ada nilai lain yang lebih bernilai dan langka. 5) Preposisi Restu-Agresi: perilaku tak dapat ganjaran sebagaimana diharapkan, dan menerima hukuman yang tak diinginkan, maka ia akan sangat agresif. Masyarakat dan lembaga-lembaga sosial ada dan mewujud karena berlangsungnya proses pertukaran sosial, yang bisa dilihat dari kelima preposisi di atas. Dalam interaksi sosial mestinya berjalan secara simetris, namun acapkali juga bersifat asimetris. Kekuasan dan kewenangan muncul apabila seseorang memiliki kapasitas yang lebih besar memberi ganjaran ketimbang yang mampu diberikan orang kepadanya. Dalam organisasi formal hubungan asimetris dapat dipertahankan dengan model kekuasan memaksa (coercieve), yakni pertukaran yang tidak seimbang. Asumsi-asumsi utama Teori Homans tentang Interaksi Sosial: Pertama dikembangkan George C. Homans, dan kemudian dikembangkan oleh Peter M. Blau. Teori Pertukaran Sosial, didasarkan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer: orang menyediakan barang dan jasa dengan imbalan akan mendapatkan barang atau jasa yang diinginkannya-perilaku orang cenderung memperoleh ganjaran dan menghindari hukuman. Orang bekerja tidak hanya untuk mendapatkan ganjaran ekstriksik (materi), tetapi juga ganjaran intrinsik (psikologis: kepuasan, persahabatan dan gengsi). Jadi, orang bekerja berarti juga memperbesar keuntungan dan memperkecil biaya. Pertukaran sosial tidak harus selalu berupa uang, melainkan bisa jasa, barang atau barangbarang yang nyata dan tidak nyata. Ilmu ekonomi menggambarkan hubungan pertukaran, sosiologi menggambarkan struktur sosial dimana pertukaran itu terjadi dan psikologi (perilaku: Behavioralisme Skinner) kuncinya. Sosiologi SMA K

135 b. George Simmel Pemikiran Simmel merupakan pengaruh intelektual dari pemikiran para pendahulunya, yakni August Comte, Herbert Spencer dan Immanuel Kant. Meski Simmel menolak model masyarakat organik (seperti Comte di Prancis dan Spencer di Inggris), namun ia tetap terpengaruhi oleh konsep evolusi sosialnya Spencer yang melihat masyarakat terus berubah dari struktur sederhana ke bentuk yang lebih kompleks, berheterogenitas tinggi dan differensiatif ketika ia menjelaskan tentang dasar-dasar pembentukan kelompok dan keterlibatan sosial individu. Immanuel Kant: perspektif filosofis yang didasarkan pada pembedaan antara persepsi mengenai gejala dan hakekat dasar dari benda-benda seperti mereka dalam dirinya sendiri. Orang tidak akan pernah bisa melihat benda (seperti dirinya yang juga benda) kecuali melalui kategori-kategori (konsep?) kesadaran dan pikiran. Pandangan ini berkaitan dengan pertentangan kaum empiris (pengetahuan didasarkan pada inderawi sedang pikiran ibarat kertas kosong tempat mencatat) dan rasionalis (ada pengetahuan-pengetahuan subjektif yang tidak empiris). Sehubungan dengan itu, Simmel mengemukakan bahwa perkembangan (studi) sosiologi tidak hanya sekedar mencatat hukum-hukum universal yang berwujud data empiris, tetapi pikiran manusia (secara otonom?) juga berperan melakukan seleksi dan mengorganisasi ketika lakukan interpretasi data. Pengaruh Kant ini terlihat ketika Simmel membedakan antara bentuk dan isi, sama halnya Kant membedakan antara katagori pikiran yang a priori dan benda-benda empiris. Hegel: konsep dialektika, digunakannya menganalisis mengenai sejumlah paradoks dan kontradiksi-kontradiksi dalam kehidupan sosial. Kontradiksi-kontradiksi dalam kehidupan sosial (objektif-subjektif, proletar-borjuis, individu-masyarakat) sebagai bentuk konflik dialektik antara bentuk-bentuk sosial yang sudah mapan (terinstitusi dan terpola) yang berlangsung terus menerus sehingga akan menghasilkan bentuk baru sebagai hasilnya. Masyarakat terdiri atas jaringan yang banyak liku-likunya dari suatu hubungan yang bersifat ganda di antara individu-individu di dalam interaksi yang bersifat konstan. Sosiologi SMA K

136 Masyarakat tak lebih hanya sebuah nama untuk sejumlah individu-individu yang dihubungkan oleh interaksi. Masyarakat (struktur yang berskala makro seperti keluarga, klan, kota, negara) hanyalah kristalisasi dari interaksi seperti itu, tidak memiliki wujud nyata (hanya nama: konsep); meski diakui masyarakat mempunyai otonomi dan kemapanan serta kekuatan menghadapi individu. Itulah sebabnya mengapa yang dipelajari Sosiologi adalah Sociation (vergesellscaftung), yakni polapola dan bentuk-bentuk khusus dalam mana manusia melakukan asosiasi dan berinteraksi satu sama lain (proses dimana masyarakat itu terjadi karena di dalamnya ada interaksi timbal-balik). Dengan sosiasi semua individu yang terlibat interaksi di dalamnya secara bersama-sama memenuhi kebutuhan, tujuan dan kepuasan bersama. Tingkat sociatalisasi tergantung dari kebutuhan ketergantungan antar individu. Masalah pokok yang dipelajari sosiologi adalah deskripsi dan analisis bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial manusia dan kristalisasinya di dalam kelompok dengan karakteristiknya masing-masing. Apa yang terjadi pada orang-orang dan peraturan-peraturan apa yang mengikat mereka dan mereka miliki; dan bukannya tentang eksistensi manusia dalam totalitasnya. Tetapi hanya sejauh mana mereka membentuk kelompok dan bagaimana eksistensi mereka dibatasi oleh kelompok tersebut karena dan akibat interaksi. Meski tingkah laku terdriri atas individu-individu, namun (interaksi sosial) itu hanya bisa dijelaskan melalui afilisasi individuindividu terhadap kelompoknya. Menurut Simmel, dalam setiap hubungan sosial tidak pernah bersifat murni dan akan selalu ditandai oleh adanya ambivalensi (sikap mendua): konflik dan harmoni. Setiap fenomena sosial selalu merupakan fenomena formal yang bersifat ganda: antara kerjasama dan konflik, antara superordinasi dan subordinasi, antara intimacy dan jarak sosial yang semuanya itu terjadi dalam hubungan sosial yang teratur dan kurang lebih birokratis. Setiap hubungan sosial tidak pernah terjadi dalam bentuknya yang benar-benar murni. Artinya, tidak ada konflik yang benar-benar konflik, pun juga tak ada kerjasama yang benar-benar kerjasama. Bagi Simmel, konflik Sosiologi SMA K

137 merupakan sesuatu yang esensial dan tidak dapat dihilangkan dalam kehidupan sosial. Sosiologi menurut Simmel haruslah melakukan deskripsi, klasifikasi, analisis dan penyelidikan tentang bentuk-bentuk interaksi sosial, seperti dominasi, subordinasi, kompetisi, imitasi, pembagian kerja, pembentukan kelompok dan hubungan-hubungan sosial lain yang kesemuanya selalu terdapat dalam kesatuan-kesatuan sosial seperti kesatuan agama, kesatuan keluarga, kesatuan organisasi pedagang, sekolah, dst. Selain deskripsi, Simmel juga menggunakan pendekatan dialektis dalam mengembangkan sosiologinya, yakni yang mengaitkan interaksi sosial yang dinamis dan interaksi sosial di dalam konflik-konflik. Ada ketegangan antara individu (sebagai produk masyarakat?) dan masyarakat (yang membentuk individu). Masyarakat lebih dari sekedar kumpulan indivdidu-individu dengan pola perilakunya meskipun masyarakat tetap tidak bebas dari pengaruh individuindividu pembentuknya. Masyarakat lebih menunjuk pada pola-pola perilaku interaksi timbal-balik antar individu. Isi dan Bentuk Interaksi: bentuk interaksi dapat dibedakan dari isi kepentingan, tujuan atau maksud tertentu yang sedang dikejar dengan interaksi itu. Simmel berobsesi mengenai geometri kehidupan sosial dengan menigdentifikasi bentuk-bentuk interaksi yang dapat diabstraksikan dan bisa berlangsung terus lepas dari isinya. Isi interaksi adalah hal-hal yang mendorong individu (untuk berinteraksi) dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Pencapaian kebutuhan itu hanya bisa terjadi manakala setiap orang telah membangun interaksi sosial Munculnya masyarakat melalui Interaksi Timbal-Balik: Bentuk Versus Isi dari Proses Interaksi 1) Superordinasi dan Subordinasi: meliputi Subordinasi di bawah Individu; Subordinasi dibawah Beberapa Individu; Subordinasi di bawah Prinisp Ideal: Hukum; dan Subordinasi dan Kebebasan Individu. 2) Konflik dan Kekompakan/Integrasi Sosiologi SMA K

138 Konflik sebagai salah satu bentuk dasar interaksi: adalah abnormal. Mengabaikan konflik dalam proses sosial: selain semangat untuk bersatu sekaligus semangat berkonflik. Setiap persatuan akan diikuti elemen konflik, dan setiap konflik selalu diikuti elemen yang mempersatukan. Bentuk-bentuk konflik alternatif dan akibat sosialnya, seperti konflik antagonistik, konflik hukum, konflik prinsip-prinsip dasar. Konflik yang bersifat umum dimungkinkan bersatu karena ada prinsip-prinsip aturan yang mengatur konflik itu ada. Konflik dengan teman intim (pengkhianatan) cenderung lebih keras dan sengit dari pada yang kurang akrab. Konflik dan Hubungan antar In-group dan Out-group: Konflik dengan kelompok lain akan memperkuat integrasi kelompok dan atau memperendah konflik dalam kelompok, sebab kepentingan dan egoisme individu ditekan demi konflik dengan kelompok lain. Lemahnya oposisi, kuatnya toleransi dan heteroginitas akan melemahkan sekte atau kelompok minoritas. Pemecahan Konflik: kompromi, melalui pertukaran, sepekat untuk tidak sepakat (agree to disegree). Pengaruh Jumlah Pada Bentuk Sosial: Pentingnya jumlah terhadap hubungan sosial dan organisasi sosial: Jika ada perubahan jumlah orang yang terlibat interaksi maka interaksi itu akan berubah dan predictable. Bentuk duaan (dyad) dan tigaan (triad): berdua = pasangan; bertiga = kerumunan. Peran alternatif Pihak Ketiga, mediator, wasit (Tertius Gaudens) pihak ketiga yang menyenangkan dan orang yang memecah belah dan menaklukkan (Divider and conqueror): Misalnya anak merupakan kekuatan (peran) alternatif memperkuat integrasi keluarga, tetapi juga bisa jadi pihak ketiga (anak) memanfaatkan konflik orang tuanya untuk kepentingannya sendiri. Kelompok yang kian besar membawa konsekuensi pada pengaturan (mekanisme), sehingga tak terjadi perpecahan segmental: melalui differensiasi (Pembagian kerja). Kata Simmel, pembagian kerja yang kompleks menghasilkan interdependency sehingga mempersatukan antar bagian, namun tetap dibantu hukum. Dalam kondisi kelompok ber-hukum, posisi individu diposisikan berhadapan dengan kekuatan objektif; namun Sosiologi SMA K

139 pada kelompok duaan, konfontasi terjadai antar individu. Berdasar itu, maka birokrasi merupakan ekspresi dan manifestasi ukuran kelompok. c. Peter Blau Pemikiran Blau banyak menerima pengaruh dari Psikologi Perilaku Homans, namun tetap mempunyai perbedaan dengan Homans. Teori Homans cenderung reduksionisme psikologis: penjelasan perilaku individu juga berarti penjelasan perilaku kelompok. Cara seperti ini, kata Blau harus diwaspadai karena mengabaikan properti sosial dan struktural. Cara berpikir Blau seperti ini oleh Peter Ekeh (1974) dikatagorikan sebagai collectivist structuralis thesis (tesis yang bersifat kolektifitas strukturalis). Sedang Homans individualistic behaviorist theory. Asumsi dasar Pemikiran Blau: a. Tidak bisa digeneralisasi realitas sosial mikro b. Menyadarai terjadinya proses-proses dinamis yang kuat sehingga membentuk struktur. Dalam struktur sosial ditemukan adaptasi-adaptasi (parenni al adjustment atau counter adjusment yang terungkap dalam pola-pola perubahan sosial yang dialektis: dilema, differensiasi, dinamika dan proses dialektis. c. Struktur mikro terdiri atas individu-individu yang berinteraksi, sedangka makro saling berhubungan. Meski keduanya ada kesamaan, namun perbedaannya lebih besar d. Kelompok mikro bisa dikontrol lewat himbauan sosial dan kewajiban personal, namun tidak bisa untuk kelompok berskala makro, seperti negara. e. Pertukatan sosial memang penting, tetapi yang lebih menarik adalah memahami berfungsinya organisasi-organisasi kompleks. f. Mengapa orang tertarik berasosiasi? Tertarik karena berharap ganjaran baik intrinsik maupun ekstrinsik, dengan syarat: perilaku harus berorientasi bertujuan dan hanya bisa dipenuhi dengan interaksi dengan orang lain dan perilaku itu harus ditujukan memperoleh sarana pencapaian tujuan (intrinsik / ekstrinsik). Sosiologi SMA K

140 g. Perilaku dengan prinsip pertukaran sosial mendasari pembentukan struktur dan lembaga-lembaga sosial. h. Teori Blau: perubahan dalam proses sosial dari yang simple ke kompleks dan munculnya kekuatan baru akibat difrensiasi nilai. i. Pada kelompok yang kian kompleks prinsip pertukaran sosial semakin tergeser oleh hubungan kekuasaan, yang kemudian berakibat pada perubahan pemberian metode dan jenis sanksi (hukuman) ketika ada penyimpangan. Itulah sebabnya, mengapa j. Blau mengatakan hukum formal (kontrol sosial impersonal) lebih baik untuk masyarakat modern. k. Kekuasaan (seperti Weber): kemampuan orang/kelompok memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Bedakan antara kekuasaan dan otoritas. l. Apakah kekuasaan akan mendapatkan keabsahan atau perlawanan sebagian tergantung pada apakah nilai/ukuran yang mengatur hubungan dengan kelompok itu bersifat khusus (atribut-atribut yang melekat pada ingroup) ataukah umum (atribut yang biasanya dinilai oleh orang yang memiliki kekayaan dan kompetensi. m. Prinsip teori Blau: the emergence principle, keanggotan kelompok bertumpu pada nilai-nilai dan norma yang disepakati bersama dan ini berfungsi sebagai media transaksi sosial bagi organisasi serta kelompokkelompok sosial. Paling tidak ada 4 nilai yang berfungsi sebagai media transasksi sosial tersebut: 1). Nilai-nilai khusus berfungsi sebagai media kohesi dan solidaritas sosial 2). Tolok ukur tentang pencapaian dan bantuan sosial bersifat umum yang kemudian melahirkan stratifikasi sosial. 3). Nilai-nilai sebagai media pelaksanaan wewenang untuk tujuan kolektif legitimatif. 4). Gagasan-gagasan oposisi sebagai media reorganisasi dan perubahan Kompleksitas sosial dengan dasar nilai kolektif akan melembaga dan lembaga ini akan survive bila: terorganisasi secara formal sehingga jelas batas misi pribadi dan tugas formal, Kelompok dominan harus merujuk pada nilai bersama dan berkewajiban mendukung pemasyarakatan nilai bersama Sosiologi SMA K

141 tersebut. Kekuasan: Jumlah dan atau besaran sumbangan nilai kolektif akan menentukan posisi orang dalam strata sosial. Atau, besaran kemampuan orang menyediakan (sebagai penyedia) sesuatu merupakan determinasi posisi orang dalam struktur: kekuasaan. Jika ia hendak mempertahankan kekuasaannya (posisi stratanya) maka kemucnculan penyedia-penyedia baru harus dibatasi/dihalangi. Selanjutnya, agar terjadi keseimbangan sosial, dalam arti tidak berkembang pembangkangan dan penentang-penentang terhadap kekuasaan, maka pemegang kekuasaan harus membangun sikap bijak: tidak terlalu mengedepankan dimensi kekuasan dalam berhubungan dengan orang lain. Hanya kekuasaan yang sah (sebut otoritas) yang dipatuhi masyarakat. Ini berarti kekuasaan dan otoritas sebagai pengikat. Sebab, keberadaan otoritas berdasarkan nilai dan kaidah sosial yang merupakan referensi perilaku kolektif masyarakat. Sebagaimana diketahui kaidah sosial itu mengatur hak dan kewajiban semua anggota masyarakat. (Ingat fungsi kaidah sosial sebagai menciptakan social conformity yang antara lain dilakukan melalui sosialisasi dan kontrol sosial). Hal ini menunjukkan bagaimana posisi individu yang begitu pasip menerima tatanan sosial yang sudah standar. Ada dilema kepemimpinan: antara proses mendapatkan kekuasaan dan legitimasi. Di satu sisi seseorang ingin mendapatkan kekuasaan dengan merujuk pada ketentuan-ketentuan yang berlaku, namun problematik legitimasinya; dan sebaliknya. Artinya, meski kepemimpinan didapat secara syah namun apabila kurang memperhatikan legitimasi masyarakat juga tidak akan efektif; sebaliknya, kepemimpinan yang terlalu mengedepankan penerimaan sosial akan mengakibatkan kepemimpinannya tidak tegas dan tak berpendirian. Yang banyak terjadi adalah seseorang yang menjadi penguasa akan menggunakan (mobilisasi) kekuasaannya agar ditermia masyarakat Legitimasi (tidaknya) kekuasaan kata Blau ditentukan oleh apakah ukuran/nilai yang mengatur hubungan sosial dengan kelompok itu bersifat umum (menjadi standart dan atau orientasi masyarakat luas) ataukah khusus (menjadi Sosiologi SMA K

142 orientasi internal kelompoknya). Walaupun pertukaran berfungsi sebagai dasar terjadinya interaksi personal yang sangat mendasar, namun nilai-nilai kolektif juga berfungsi sebagai media transaksi sosial bagi organisasi serta kelompok-kelompok sosial. Empat Tipe Nilai Perantara: 1). Nilai yang bersifat khusus berfungsi sebagai sumber kohesi dan solidaritas sosial 2). Tolok ukur tentang pencapaian tujuan dan bantuan sosial yang bersifat umum melahirkan sistem stratifikasi sosial 3). Nilai-nilai bersama merupakan media pelaksanaan wewenang dan organisasi usaha-usaha sosial berskala besar dalam rangkan mencapai tujuan-tujuan bersama 4). Gagasan-gagasan oposisi adalah media reorganisasi dan perubahan, sebab hal ini menumbuhkan dukungan bagi gerakan oposisi dan memberikan legitimasi terhadap kepemimpinan yang ada. Kompleksitas kehidupan sosial yang dijembatani nilai-nilai bersama akan melembaga, apabila dipenuhi 3 persyaratan: 1). Prinsip-prinsp yang diorganisasi haruslah bersifat formal dan mempunyai dunia sendiri sehingga aktifitasnya tidak tergantung pada kehadiran seseorang tertentu 2). Nilai-nilai sosial sumber legitimasi institusi harus disosialisasikan ke generasi penerus 3). Kelompok dominan harus mengikuti nilai-nilai bersama dan harus menggunakan kekuasannya untuk tugas sosialisasi tersebut d. Dewey dan James Dewey dan James adalah dua sarjana Amerika yang terpengaruh aliran sosiologi subjektif. Aliran Chicago tentang Pluralisme of Selves (Kemajemukan diri). Dewey melihat pentingnya sosialisasi sebagai media tentang bagaimana anak belajar menjadi anggota kebudayaannya. Sementara itu perhatian James diarahkan pada proses dengan mana anggota masyarakat belajar kesadaran sosial (social consciousness). Ia juga mengemukakan bahwa pemilikan diri sosial (social-self) sebagai hasil dari sosialisasi. Dalam hal kemajemukan diri, ia mengatakan bahwa seseorang Sosiologi SMA K

143 mempunyai "diri-sosial" sebanyak individu yang mengenalnya dan kemudian membawa citra tentang dirinya di dalam pikirannya. Namun ia juga mempunyai aneka ragam 'diri-sosial' sebanyak kelompok-kelompok orang yang pendapatnya ia perhatikan. Ia umumnya menunjukkan sisi-sisi berbeda dari dirinya kepada kelompok-kelompok yang berbeda". Jadi dengan kepemilikan "diri-sosial", "kesdaran diri" dinilai bergantung dari berbagai reaksi dari berbagai individu. Dalam hal demikian, untuk kali pertama "diri" dipandang sebagai "objek sosial" dan karenanya juga disebut sebagai "fakta sosial". e. Charles Horton Cooley Charles Horton Cooley mengembangkan teori Teori Kaca Diri (The Lookong-glass Self Theory) adalah salah satu penentang aliran positivis, terutama tentang konsep fakta sosial (social fact) dari Emile Durkheim. a) Looking Glass-Self Theory (Teori Kaca Diri), pada pokoknya mengemukakan bahwa konsep (definisi) diri berkembang dalam interaksinya dengan orang lain dan berlangsung seumur hidup. Artinya, seseorang hanya akan tahu (siapa) diri-nya berdasar atas bantuan orang lain --lewat interaksi dan proses sosial. Misalnya, seorang guru mengatakan kepada salah satu muruidnya, sebut saja misalnya Aminah, sebagai murid yang rajin dan pandai. Kalau perkataan ini sering diulangi secara konsisten, dan kemudian diikuti oleh guru lain dan teman-teman Aminah, maka si Aminah akan bertindak sebagaimana halnya anak yang pandai. Jadi "Diri" si Aminah ditemukan melalui tanggapan dari orang lain, yang disebut Cooley dengan istilah "Diri cerminan orang lain". Maksudnya adalah perilaku seseorang banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh konsep b) Generalized Other (Generalisasi Orang lain) dari George Herbert Mead (1934). Gambaran terhadap peran "orang lain" yang diidolakan sehingga mendorong dirinya untuk meniru perannya. Hal ì ini bisa terlihat kalau seseorang membayangkan bahwa "Setiap orang mengharapkan saya untuk... ". Konsep ini sering dipergunakan melalui pengambilan peran (role taking) orang lain. Artinya, seseorang berupaya untuk memainkan perilaku yang diharapkan dari seorang Sosiologi SMA K

144 áyang benar-benar memegang peranan yang diharapkan (role playing). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku seseorang merupakan pengambilan peran (role taking) --dengan bentuk bermain peran pura-pura-- dari perilaku orang yang ádiperankan ì sesungguhnya (role playing). Kalau peran orang lain itu sangat disenangi, disetujui dan dijadikan referensi baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak, maka konsep itu oleh Mead disebutnya sebagai ásignifi cant Other. Misalnya, seorang guru yang karena keistemewaannya banyak disenangi dan dikagumi ámurid-muridnya sehingga si murid selalu menjadikan guru tersebut sebagai referensi dirinya. Dengan cara pengambilan peran seperti itulah yang kemudian mempengaruhi perkembangan konsep diri para murid. c) Baik Mead maupun Cooley di atas adalah Sosiolog yang melihat arti pentingnya interaksi dalam perkembangan kepribadian áseseorang. Menurut kedua Sosiolog tersebut, kepribadian hanya akan berkembang melalui interaksi sosial dengan orang lain (masyarakat). Bagi Cooley, keselarasan antara "diri" dan "masyarakat" adalah penting untuk menumbuh-kembangkan kepribadian yang kuat. Eksistensi antara "diri" dan "masyarakat" saling tergantung: tidak ada "diri" tanpa masyarakat; pun sebaliknya, tak ada masyarakat tanpa "diri" (baca: individu-individu anggota masyarakat). Singkatnya, keduanya berkaitan secara fungsional dan interdependency. Keduanya merupakan dua segi dari suatu persoalan yang sama. Sebagaimana dikemukakan di muka bahwa perilaku seseorang banyak dipengaruhi oleh konsep (gambaran) tentang diri-nya. Pentingnya gambaran tentang "diri" (Self) ini antara lain telah diuji melalui penelitian yang dilakukan oleh Campbell, (1981) tentang Persamaan Kesempatan Pendidikan yang dilakukan di Amerika Serikat. Ia menyimpulkan bahwa ciriciri kepribadian terpenting yang berkaitan dengan pelajaran sekolah adalah konsep diri murid dan rasa penguasaan terhadap lingkungan. Maksudnya penguasaan terhadap lingkungan di sini adalah bahwa usahanya akan menghasilkan "perbedaan". Artinya, ia merasa yakin bahwa kalau ia berusaha akan menghasilkan prestasi lebih dari teman murid-murid lain. Dari Sosiologi SMA K

145 sini kita dapat mengambil ásatu tesis (postulasi) bahwa pendidikan yang efektif di sekolah (atau di mana saja) terletak kepada kemampuannya dalam membangun dan mengembangkan kepercayaan diri anak didik. Ketidakmampuan sekolah dalam membangun dan mengembangkan kepercayaan diri murid-muridnya, selain mengakibatkan ketidakberhasilan pendidikan, juga banyak mengakibatkan anak-anak menjadi nakal. 4. Perkembangan Interaksi dan Komunikasi Abad ke- 21 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di abad ke-21 saat ini semakin pesat. Media konvensional yang dulu menjadi salah satu alat informasi dan komunikasi masyarakat kini telah mulai beralih ke media digital yang menawarkan berbagai kemudahan dalam mendapatkan informasi serta memperlancar komunikasi antar masyarakat. New Media merupakan tonggak peralihan dari media konvensional ke media digital. Kata New Media tentu tidak asing lagi bagi masyarakat secara umum khususnya para intelektual muda. Contohnya saja Blog, Facebook, Twitter, website dan masih banyak lagi new media lainnya. Salah seorang pakar komunikasi, Crosbie (2002), ada tiga bentuk media komunikasi baru dalam berinteraksi. Pertama media interpersonal yang disebut one to one. Media ini memungkinkan seseorang saling komunikasi atau tukar informasi dengan seseorang lainnya. Kedua dikenal sebagai mass media. Media ini digunakan sebagai sarana menyebarluaskan informasi dari satu orang ke banyak orang (one to many). Media komunikasi terakhir disebut new media. Media ini merupakan percepatan sekaligus penyempurnaan dari dua media sebelumnya. Lebih jauh media ini digunakan untuk mengkomunikasi ide maupun informasi dari banyak orang ke banyak orang lainnya (many to many). Melihat dari pernyataan Crosbie tersebut dapat disimpulkan bahwa New Media merupakan sarana atau media komunikasi yang bisa memudahkan penggunanya dalam mendapatkan informasi ataupun berinterksi/bersosialisasi dengan banyak orang di manapun mereka berada. Contoh salah satu perangkat digital sebagai sarana komunikasi dan Interaksi New Media yang paling dekat dengan masyarakat adalah Mobile Phone. Mobile Phone yang kini dilengkapi dengan berbagai fitur canggih tidak hanya Sosiologi SMA K

146 digunakan untuk telepon dan layanan pesan singkat atau Short Message Services (SMS), kini pengguna mobile phone sudah bisa mengakses internet dengan mudah. Pengguna internet mudah mendapatkan informasi yang up to date dan berinteraksi dengan orang di belahan dunia manapun dengan tersedianya berbagai situs jejaring sosial ataupun online forum di internet. Pergeseran cara interaksi sosial antar manusiapun mulai berbeda sejak kemunculan New Media. Orang kini cenderung menghabiskan waktunya untuk berinteraksi dengan orang-orang di internet. Masyarakat lebih sering menggunakan mobile phone (Perangkat media digital) baik untuk menelpon, SMS, browsing, cek , dan lain-lain ketimbang melakukan interaksi langsung dengan orang-orang di sekitarnya. Interaksi sosial dalam New Media tidak terbatas, kini seorang Idola bisa dengan mudah berinteraksi dengan fansnya, juga pejabat kini dapat berinteraksi melalui New Media dengan masyarakatnya. Dengan berbagai situs internet yang tersedia, new mediapun kini telah menjadi sarana utama masyarakat dalam berinteraksi baik itu untuk mendapatkan informasi maupun dalam kepentingan lainnya. Interaksi sosial di new Mediapun juga berbeda-beda sesuai kebutuhan pengguna New Media tersebut. Fungsi New Media sebagai Public Sphere membuat seseorang menjadikan New Media sebagai alat pergerakan sosial, contoh yang paling konkrit terjadi di Mesir ketika jatuhnya Rezim Husni Mubarok. Masyarakat Mesir saat itu menggunakan New Media sebagai sarana untuk mendesak pemerintah dan jatuhnya rezim Husni Mubarok. New media membuat interaksi sosial beralih dari media konvensional ke media digital. Setiap orang dapat menjadi author, publisher, sekaligus audience di new media. Dilihat dari perannya tersebut, New Media menjadi alat media independen sehingga menumbuhkan Citizen Journalism dimana setiap orang dapat berpartisipasi dalam memberi informasi dan berita. Setiap orang tak mesti harus jadi wartawan dulu baru dapat menulis berita karena asyarakat luas dapat melakukannya melalui New Media. Orang tak mutlak harus dapat berita dari penerbit surat kabar dan televisi tertentu karena New Media tentu siap memberi informasi dan berita kapanpun dan dimanapun kita berada. Sosiologi SMA K

147 Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki, New Media tentu juga mempunyai kelemahan-kelemahan yang disebabkan karena pengawasan yang kurang terhadap konten atau fungsinya. Pengawasan yang kurang tersebut mengakibatkan validasi informasi yang ada di New Media mesti dipertanyakan. Contoh yang paling baru ketika beredarnya berita hoax tentang kematian Pak Habibi juga Bimbim Slank, tidak dapat dibantah bahwa New Media juga dapat dijadikan sarana empuk melakukan provokasi, menyampaikan hoax (berita bohong), bahkan dapat terjadi illegal access pada account seseorang yang berujung pada pembunuhan karakter orang tersebut atau orang lain. Hal lain yang menjadi kelemahan karena kurangnya pengawasan itu adalah sulitnya memberikan sanksi kepada mereka yang melakukan penyalahgunaan terhadap New Media. Jadi bisa dilihat bahwa New Media mengubah paradigma masyarakat dalam melakukan hubungan sosial manusia dengan manusia yang lainnya. Interaksi social semakin mudah dengan adanya perangkat digital untuk mengakses New Media. Tapi disisi lain, tidak bisa dipungkiri Interaksi sosial secara langsung masih menjadi bagian terpenting dalam hubungan sosial. New Media tentu belum bisa menggantikan peran interaksi sosial secara audio visual, sehingga walaupun New Media semakin berkembang pesat Interaksi sosial secara langsung tetap tidak bisa digantikan. Pengamatan yang hampir sama tentang perkembangan sosiologi informasi adalah pandangan dari Manuel Castells, seorang Sosiolog kelahiran Spanyol tahun Ia sekarang menjadi professor di Universitas Calfornia Amerika Serikat. Castells (Usman, 2009) melihat bahwa dalam kehidupan abad 21 ini yang terjadi adalah terpusatnya aktivitas ekonomi, sosial dan kultural pada sistem informasi dan jaringan global. Menurutnya, restrukturisasi fundamental terhadap sistem kapitalis yang memunculkan apa yang disebut kapitalisme informasional dan Masyarakat Jejaring (NETWORK SOCIETY) yang didasarkan pada "informasionalisme" di mana sumber utama produksi terletak pada kapasitas dalam penggunaan dan pengoptimalan faktor produksi berdasarkan informasi dan pengetahuan. Castells melihat bahwa akses pada internet sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup segala lapisan Sosiologi SMA K

148 masyarakat. Jumlah blogger terus meningkat. Mereka pergi dan berinteraksi dalam dunia maya dengan berbagai kepentingan: bisnis, mobilisasi massa, menebarkan ideologi politik, chatting, browsing literature, menelusuri lowongan kerja, mencari teman kencan, dan sebagainya. Relasi-relasi sosial yang tumbuh di dunia maya semakin kompleks, dan terus menemukan bentuk-bentuk baru, ketika memperoleh dukungan teknologi hardware yang semakin canggih, dan software yang semakin bervariasi. 5. Penutup Kajian tentang interaksi sosial kini telah bergeser ke arah interaksi tidak langsung (sekunder) seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di mana interaksi sosial berlangsung di dunia maya. Dalam sudut pandang sosiologi, kehidupan masyarakat maya tersebut antara lain dapat diidentifikasi dari segi relasi-relasi sosial mereka, atau lebih spesifik dapat dilihat jejaring-jejaring (networks) yang terendap di dalam kehidupan masyarakat tersebut. Jejaring-jejaring tersebut menciptakan stimulan, respon, dan tindakan-tindakan kolektif yang dibingkai oleh norma, nilai-nilai, dan sangsi sosial. Pakar-pakar sosiologi di negara-negara Barat sebenarnya sudah banyak yang melakukan kajian kehidupan masyarakat maya. Hasilhasil penelitian mereka banyak tersebar di berbagai jurnal penelitian. Bagaimana di Indonesia? Belum banyak pakar sosiologi yang tertarik studi masalah ini. Karena itu mudah dimengerti apabila fenomena masyarakat maya belum banyak mewarnai silabus pengajaran sosiologi di Indonesia. Implikasinya adalah perbendaharaan pengetahuan struktur dan kultur masyarakat maya di Indonesia masih belum banyak diketahui. Komunikasi memiliki arti penting ketika seseorang memberikan tafsiran terhadap perilaku yang bisa berbentuk ucapan, gerak fisik dan tingkah laku atau sikap serta perasaan-perasaan yang ingin disampaikan orang lain pada orang tersebut. Dalam komunikasi sering muncul pelbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya perbedaan konteks sosialnya. Karakteristik khusus dari komunikasi yang dilakukan oleh manusia adalah mereka tidak hanya terbatas melakukan komunikasi dengan menggunakan isyarat fisik saja, melainkan Sosiologi SMA K

149 bisa menggunakan kata-kata, yaitu simbol-simbol suara yang mengandung arti bersama dan memiliki standar arti. Komunikasi diawali oleh pemberian isyarat dari seseorang kepada orang lain. Pemberian isyarat atau pesan ini disebut kontak sosial. Setelah kontak sosial diterima oleh pihak lain dibalas berlangsunglah komunikasi. Dengan kata lain kontak sosial merupakan dasar berlangsungnya komunikasi. D. Aktivitas Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan andragogi lebih mengutamakan pengungkapan kembali pengalaman peserta diklat menganalisis, menyimpulkan dalam suasana yang aktif, inovatif dan kreatif, menyenamgkan dan bermakna. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi ini mencakup : 7. Aktivitas individu, meliputi : k. Memahmai dan mencermati materi diklat l. Mengerjakan latihan tugas, menyelesaikan masalah/kasus pada setiap kegiatan belajar, menyimpulkan m. Melakukan refleksi 8. Aktivitas kelompok, meliputi : j. mendiskusikan materi pelathan k. bertukar pengalaman dalam melakukan pelatihan penyelesaian masalah /kasus l. melaksanakan refleksi E. Latihan/ Kasus /Tugas Buatlah skenario pembelajaran materi interaksi sosial F. Rangkuman Sebagai makhluk pribadi, manusia berusaha mencukupi segala kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya. Untuk memenuhi segala kebutuhannya tersebut, manusia tidak mungkin mampu memenuhinya sendiri, sehingga manusia membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia perlu menjalin hubungan atau perlu berinteraksi dengan orang lain sebagai makhluk sosial. Sosiologi SMA K

150 Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial oleh karena tanpa interaksi sosial tak mungkin ada kehidupan bersama. Dalam kehidupan bersama tidak akan lepas dari munculnya pergaulan hidup antar manusia. Dari uraian tersebut terlihat bahwa dalam sebuah interaksi sosial terjadi hubungan timbal balik yang melibatkan aspek sosial dan kemanusaian di kedua belah pihak seperti emosi, fisik dan kepentingan. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah kegiatan pembelajaran, Bapak/ Ibu dapat melakukan umpan balik dengan menjawab pertanyaan berikut ini : 5. Apa yang anda pahami setelah mempelajari materi konsep dasar sosiologi? 6. Pengalaman penting apa yang anda peroleh setelah mempelajari materi konsep dasar sosiologi? 7. Apa manfaat materi konsep dasar sosiologi terhadap tugas anda? 8. Apa rencana tindak lanjut anda setelah kegiatan pelatihan ini? H. Kunci Jawaban Kompetensi Dasar 3.2 Menerapkan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami hubungan sosial antar individu, antara individu dan kelompok serta antar kelompok 4.2 Melakukan kajian, diskusi, dan menyimpulkan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami hubungan sosial antar individu, antara individu dan kelompok serta antar kelompok Topik /Tema Sub topik Tujuan Pembelajaran Interaksi sosial, nilai dan norma social Interaksi sosial di lingkungan sekolah 1. Melalui kegiatan diskusi siswa mampu merumuskan bentuk-bentuk interaksi antara individu dengan individu, individu dengan Sosiologi SMA K

151 Alokasi Waktu mengamati kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang ada di lingkungan sekolah 2. Melalui kegiatan diskusi dan wawancara dengan berbagai sumber siswa mampu mengidentifikasi nilai-nilai dan norma sosial yang terdapat di lingkungan sekolah 3. Melalui kegiatan diskusi dan wawancara dengan berbagai sumber siswa dapat mengidentifikasi ada tidaknya perubahan nilai dan norma yang ada di sekolah 3x45 menit Siswa mendapat pengarahan dari guru untuk melakukan pengamatan terkait interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sekolah menanya Siswa dengan dibantu rangsangan oleh guru seputar materi interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sekolah menanya hal-hal menarik terkait pengamatan dengan materi pada pertemuan tersebut mengumpulkan informasi/ eksperimen Secara berkelompok 4-5 siswa, Siswa menemukan 1. macam-macam interaksi yang ditemukan 2. nilai dan norma yang ada di lingkungan sekolah 3. adakah perubahan nilai dan norma yang ada di sekolah? 4. Siswa mengumpulkan data melalui pengamatan dan wawancara dengan teman, guru, pegawai Sosiologi SMA K

152 administrasi, penjaga kantin, petugas kebersihan dan orang-orang yang berada di sekolah mengasosiasi/ mengolah informasi setiap kelompok mendiskusikan data yang diperoleh dan mengolah data tersebut menjadi laporan tertulis. Mengkomunikasikan DAFTAR PUSTAKA Setiap kelompok siswa secara bergantian mempresentasikan hasil laporan pengamatannya Tabel 5. Pembelajaran Cohen, Bruce J Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rineka Cipta Roucek and Warren Sociology an Introduction, New Jersey: Littlefield Polak, J.B.A.F Mayor Sosiologi, Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta: Terapan. Edisi II. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Soerjono, Soekanto Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Sunarto, Kamanto Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI. Kegiatan Pembelajaran 7 CIRI-CIRI PERUBAHAN SOSIAL A. Tujuan Sosiologi SMA K

153 Dengan berdiskusi, membaca modul, mengerjakan tugas, guru menyimpulkan ciri-ciri perubahan sosial mampu B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian perubahan sosial 2. Menjelaskan dimensi-dimensi perubahan sosial 3. Mengidentifikasi ciri-ciri perubahan sosial C. Uraian Materi 1. Pengertian Perubahan Sosial a. Secara etimologi, perubahan sosial berarti perubahan pada berbagai lembaga kemasyarakatan, yang mempengaruhi sistem sosial masyarakat, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, pola, perilaku diantara kelompok dalam masyarakat. (Lukman Ali dkk,1995: halaman 1094) b. Pengertian perubahan sosial menurut beberapa ahli : Sztompka menguraikan perubahan sosial dapat dibayangkan sebagai perubahan yang terjadi di dalam atau mencakup sistem sosial, dengan penjelasan adanya perbedaan antara keadaan sistem tertentu dalam waktu yang berlainan. (Nanang Martono 2011) Konsep dasar tentang perubahan sosial berkaitan dengan tiga kriteria meliputi : 1) Studi tentang perbedaan, dalam arti dapat melihat adanya perbedaan atau perubahan kondisi objek yang menjadi fokus studi. Studi tersebut harus dilakukan dalam waktu yang berbeda, dalam arti dilakukan studi komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda. 2) Pengamatan pada sistem sosial yang sama, dalam arti objek yang menjadi studi komparasi tersebut haruslah objek yang sama. Sehingga pembahasan perubahan sosial selalu terkait dengan dimensi ruang dan waktu. 3) Dimensi ruang menunjuk pada wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang melingkupinya. Tentunya dimensi ini tidak terlepas dari aspek historis yang terjadi pada wilayah tersebut. Dimensi waktu dalam arti perubahan sosial melihat dari masa lampau (past), sekarang (present), dan Sosiologi SMA K

154 masa depan (future). Dari masa ke masa akan dibandingkan sehingga dapat diketemukan perubahan sosial yang terjadi. 4) Kingsley Davis mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. 5) Mac Iver berpendapat perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan. 6) Gillin dan Gillin dianggap sebagai suatu variasi cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, maupun karena adanya difusi dan penemuanpenemuan dalam masyarakat. 7) Koenig mendefinisikan perubahan sosial sebagai modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan masyarakat. 8) Hawley, perubahan sosial merupakan setiap perubahan yang tidak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan. 9) Munandar mendedinisikan perubahan sosial sebagai perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi dari bentuk-bentuk masyarakat. 10) Soemardjan menyatakan perubahan sosial meliputi segala perubahanperubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilakudiantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. 11) Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial, yaitu pola-pola perilaku dan interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat. 12) Macionis perubahan sosial merupakan transformasi dalam organisasi masyarakat dalam pola pikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu. 13) Ritzer perubahan sosial melihatnya dengan mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu. 14) Lauer, perubahan sosial dimaknai sebagai perubahan fenomena sosial diberbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari tingkat individu-individu sampai tingkat dunia. Sosiologi SMA K

155 15) Harper, perubahan sosial didefinisikan sebagai pergantian (perubahan) yang signifikan mengenai struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. perubahan dalam struktur ini mengandung beberapa tipe yang meliputi: a) Perubahan dalam personal, yang berhubungan dengan perubahanperubahan peran dan individu-individu baru dalam sejarah kehidupan manusia yang berkaitan dengan keberadaan struktur. Perubahan dalam tipe ini bersifat gradual (bertahap) dan tidak terlalu banyak unsur-unsur baru maupun unsur-unsur yang hilang. Contohnya dapat dilihat dari peran dan fungsi perempuan dalam masyarakat. Jika sebelumnya perempuan diposisikan sebagai subjek yang memegang peran dan fungsi diwilayah domestik (di dalam rumah), namun dapat dilihat dalam masyarakat modern, perempuan sudah mulai ikut berperan serta dalam wilayah publik yang sebelumnya hanya diduduki laki-laki. tentu saja perubahan ini membawa berbagai konsekuensi, seperti masalah dalam pengasuhan anak, harmonisasi keluarga, dan sebagainya. b) Perubahan dalam cara bagian-bagian struktur sosial berhubungan. Contoh perubahan alur kerja birokrasi dalam lembaga pemerintahan. Bila pada masa lalu cara kerja aparat pemerintahan masih manual (menggunakan tenaga manusia), maka sekarang hampir semua lembaga pemerintah menggunakan teknologi canggih, sehingga segala sesuatu menjadi serba online. Hal ini mempengaruhi perubahan cara kerja aparat pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada publik. c) Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur, berkaitan dengan apa yang dilakukan masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut melakukanya. Pada masyarakat tradisional keluarga memegang peranan penting dalam menjalankan fungsi pendidikan karena pada masa itu pendidikan masih berkutat pada transfer nilai antara orang tua dengan anak. Seiring dengan perkembangan jaman, peran untuk memberikan pendidikan telah tergantikan dengan lembaga pendidikan di luar keluarga, yaitu sekolah. Sekolah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat modern. d) Perubahan dalam hubungan struktur yang berbeda. Lembaga pendidikan dalam masyarakat industri memiliki fungsi menyiapkan tenaga kerja untuk kepentingan industri. Hal ini mengakibatkan saling Sosiologi SMA K

156 berkaitan antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha, substansi (muatan) pendidikan pada saat sekarang lebih diarahkan untuk menyesuaikan kondisi atau kebutuhan dunia kerja. e) Kemunculan struktur baru, untuk menggantikan struktur sebelumnya. Perubahan dalam hal ini misalnya muncul KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Pemberantasan korupsi mulanya menjadi tugas kepolisian, namun dengan terbentuknya KPK, peran kepolisian dalam melakukan penyelidikan masalah korupsi untuk kasus pada kelas tertentu menjadi tergantikan. (Nanang Martono 2011: 2-12) Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial adalah perubahan sistem, dan struktur sosial, kultur sosial serta fungsi masyarakat yang terikat dengan tempat peristiwa sosial terjadi dan kurun waktu yang menyangkut masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Perubahan sosial selalu terjadi dalam kehidupan masyarakat guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat itu sendiri. 2. Dimensi- dimensi Perubahan Sosial Menrut Himes dan Moore, perubahan sosial mempunyai tiga dimensi yaitu: a. Dimensi struktural, mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut peranan, munculnya peranan baru, perubahan dalam kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial. Perubahan tersebut meliputi: bertambah dan berkurangnya kadar peranan, menyangkut aspek perilaku dan kekuasaan, adanya peningkatan atau penurunan sejumlah peranan atau pengkategorisasian peranan, terjadinya modifikasi saluarn komunikasi diantara peranan-peranan atau kategori peranan, dan terjadinya perubahan dari sejumlah tipe dan daya guna fungsi sebagai akibat dari struktur. b. Dimensi kultural, mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat. Perubahan ini meliputi: 1) Inovasi kebudayaan. Inovasi kebudayaan merupakan komponen internal yang memunculkan perubahan sosial dalam suatu masyarakat. Inovasi kebudayaan yang paling mudah ditemukan adanya teknologi baru. Kebutuhan masyarakat yang semakin Sosiologi SMA K

157 kompleks memaksa individu untuk berfikir kreatif dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup. 2) Difusi, merupakan komponen eksternal yang mampu menggerakan terjadinya perubahan sosial. Sebuah kebudayaan mendapat pengaruh dari budaya lain, yang kemudian memicu terjadinya perubahan kebudayaan dalam masyarakat yang mau menerima unsur-unsur kebudayaan tersebut. 3) Integrasi, merupakan wujud perubahan budaya yang relatif lebih halus. Hal ini disebabkan dalam proses ini terjadi penyatuan unsur-unsur kebudayaan yang saling bertemu untuk kemudian memunculkan kebudayaan baru sebagai hasil penyatuan berbagai unsur-unsur budaya tersebut. c. Dimensi interaksional: mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam masyarakat. Dimensi ini meliputi: 1) Perubahan dalam frekuensi. Perkembangan teknologi telah menyebabkan berkurangnya frekuensi individu untuk saling bertatap muka, karena semua kebutuhan dipenuhi dengan menggunakan teknologi. 2) Perubahan dalam jarak sosial, perubahan teknologi informasi telah menggeser fungsi tatap muka dalam proses interaksi. Individu tidak harus tatap muka dalam melakukan komunikasi dan interaksi secara langsung. 3) Perubahan perantara, mekanisme kerja individu dalam masyarakat modern banyak bersifat serba online menyebabakan individu tidak membutuhkan orang laindalam proses pengiriman informasi. 4) Perubahan dalam aturan atau pola-pola, banyak aturan atau pola-pola hubungan yang mengalami perubahan seiring perkembangan masyarakat. Emansipasi perempuan dalam dunia kerja misalnya, telah mengubah cara pandang masyarakat dalam menyikapi perempuan yang pulang malam, yang tidak selalu dikonotasikan sebagai perempuan nakal karena tidak semua perempuan yang pulang malam adalah perempuan nakal tetapi banyak juga karena pulang kerja sebagai perempuan yang berkarier. Sosiologi SMA K

158 5) Perubahan dalam bentuk interaksi, interaksi antar individu tidak sekaku masa lalu ketika harus dilakukan secara tatap muka. Interaksi dapat dialkukan kapan saja, melalui Telepon, Handphone, , Chatting, Facebook, Yahoo messenger, Twitter dan berbagai alat teknologi canggih lainya. 3. Ciri-ciri Perubahan Sosial Soekanto menjelaskan ciri-ciri perubahan sosial sebagai berikut: a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembanganya karena setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat laun mapun cepat. b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh perubahan pada lembaga-lembaga lain. c. Perubahan yang berlangsung sangat cepat, biasanya mengakibatkan disorganisasi karena dalam masyarakat ada proses penyesuaian diri/adaptasi. Disorganisasi yang diikuti oleh proses reorganisasi akan menghasilkan pemantapan kaidah-kaidah dan nilai yang baru. d. Suatu perubahan tidak dapat dibatasi pada aspek kebendaan atau spiritual saja, karena keduanya mempunyai kaitan timbal balik yang kuat. (Nanang Martono 2011) 4. Type-tipe Perubahan Sosial Secara tipologis, perubahan sosial dapat dikategorisasikan sebagai berikut: a. Proses sosial yang menyangkut sirkulasi atau rotasi ganjaran fasilitasfasilitas dan individu yang menempati posisi tertentu pada suatu strukttur. b. Segmentasi, yaitu keberadaan unit-unit secara struktural tidak berbeda secara kualitatif dari keberadaan masing-masing unit tersebut. c. Perubahan struktural, yaitu munculnya kompleksitas baru secara kualitatif mengenai peranan-peranan dan organisasi. d. Perubahan dalam struktur kelompok yaitu perubahan dalam komposisi kelompok, tingkat kesadaran kelompok, dan hubungan-hubungan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Sosiologi SMA K

159 Bentuk proses sosial yang dipilih sosiolog dan telah menjadi sasaran perhatian dalam kajian perubahan sosial selama beberapa dekade ini meliputi: a. Perkembangan sosial yang melukiskan proses berkembangnya potensi yang terkandung dalam sistem sosial. Konsep perkembangan sosial ini juga memuat tiga ciri tambahan yang meliputi : 1) Menuju kearah tertentu dalam arti keadaan sistem tak terulang sendiri di setiap tingkatan. 2) Keadaan sistem berikutnya mencerminkan tingkat lebih tinggi dari semula. (misalnya terjadi peningkatan diferensiasi struktur, kenaikan output ekonomi, pertambahan penduduk), atau di setiap saat dan kemudiaan keadaan sistem semakin mendekati ciri-ciri umum (misalnya masyarakat semakin mendekati keadilan sosial, atau demokratis). 3) Perkembangan ini dipicu oleh kecenderungan yang berasal dari dalam sistem (misal pertambahan penduduk yang diikuti oleh peningkatan kepadatan penduduk, penanggulangan kontradiksi internal dengan menciptakan bentuk kehidupan baru yang lebih baik, menyalurkan kreativitas bawaan ke arah inovasi yang lebih berarti). Pemikiran tentang perkembangan sosial ini berdasarkan asumsi bahwa: proses yang dilukiskan itu bersifat niscaya, tak terelakan, dan tak dapat dibalikkan. Asumsi ini mudah berubah menjadi pandangan fatalistik dan mekanistik dalam arti memandang perubahan sosial terlepas dari tindakan manusia. b. Peredaran sosial. Proses sosial ini tidak lagi menuju arah tertentu, tetapi juga tidak serampangan. Peredaran sosial ditandai dua ciri meliputi: 1) Mengikuti pola edaran. Keadaan sistem pada waktu tertentu kemungkinan besar muncul kembali pada waktu yang akan datang yang merupakan replika dari apa yang telah terjadi dimasa lalu. 2) Perulangan ini disebabkan kecenderungan permanen di dalam sistem karena sifatnya berkembang dengan cara bergerak kesana kemari. Sehingga walaupun dalam jangka pendek terjadi perubahan, tetapi dalam jangka panjang perubahan tidak terjadi karena sistem kembali ke keadaan semula. Sosiologi SMA K

160 Kemajuan sosial (sosial progress). Pemikiran ini menambahkan dimensi penilaian kategori yang lebih objektif dan lebih netral terhadap aspek kehidupan normatif. Pada dasarnya yang dimaksud kemajuan sosial (sosial progress), adalah: a) Proses menjurus kearah yang lebih baik. b) Terus menerus membawa sistem sosial semakin mendekati keadaan lebih baik atau lebih menguntungkan.(sztompka: 2010) D. Aktivitas Pembelajaran 1. Bacalah modul dengan tekun, jika ada yang belum jelas dapat didiskusikan dengan teman sejawat. 2. Memperhatikan petunjuk kegiatan di modul 3. Mengerjakan latihan/kasus/tugas E. Latihan/ Kasus /Tugas 1. Isilah kolom di bawah ini Perubahan sosial menurut Kingsley Davis Perubahan sosial menurut Mac Iver Perubahan sosial menurut Koenig Esensi perbedaanya 2. Jelaskan tiga kriteria perubahan sosial menurut Sztompka 3. Harper berpendapat bahwa perubahan sosial didefinisikan sebagai pergantian (perubahan) yang signifikan mengenai struktur sosial dalam kurun waktu tertentu. Jelaskan tipe perubahan sosial menurutnya. 4. Jelaskan dimensi-dimensi perubahansosial 5. Jelaskan ciri-ciri perubahan sosial F. Rangkuman Sosiologi SMA K

161 1. Beberapa tokoh sosiologi telah membuat definisi perubahan sosial sesuai dengan konsentrasi kajian masing-masing. 2. Dimensi-dimensi perubahan sosial : a. Dimensi struktural, mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut dalam peranan munculnya peranan baru, perubahan dalam kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial. b. Dimensi kultural, mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat. Perubahan ini meliputi: Inovasi kebudayaan, difusi dan integrasi c. Dimensi interaksional: mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam masyarakat 3. Ciri-ciri perubahan sosial sebagai berikut: a. perubahan selalu terjadi, baik secara lambat laun mapun cepat. b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh perubahan pada lembaga-lembaga lain. c. Perubahan yang berlangsung sangat cepat, biasanya mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat, dan ada proses penyesuaian diri/adaptasi. d. Suatu perubahan tidak dapat dibatasi pada aspek kebendaan atau spiritual saja, karena keduanya mempunyai kaitan timbal balik yang kuat. G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut 1. Tulislah materi yang telah dipelajari dari bahan di atas, secara esensialnya. 2. Setelah mempelajari materi ciri-ciri perubahan sosial, ingin mempelajari materi perubahan sosial yang bagian mana? H. Kunci Jawaban Sosiologi SMA K

162 1. Perbedaan pendapat tentang perubahan sosial Kingsley Davis perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat Mac Iver perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial atau sebagai perubahan terhadap keseimbangan. Koenig Perubahan sosial sebagai modifikasimodifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan masyarakat Esensi perbedaanya Ada perbedaan pusat kajiannya. Kingsley fokus pada struktur dan fungsi masyarakat, mac Iver pada perubahan keseimbanga n sosial, sedang Koenig menitik beratkan pada modifikasi hubungan dalam kehidupan masyarakat. pola 2. Tiga kriteria perubahan sosial menurut Sztompka a. Studi tentang perbedaan, dalam arti dapat melihat adanya perbedaan atau perubahan kondisi objek yang menjadi fokus studi. Studi tersebut harus dilakukan dalam waktu yang berbeda, dalam arti dilakukan studi komparatif dalam dimensi waktu yang berbeda. b. Pengamatan pada sistem sosial yang sama, dalam arti objek yang menjadi studi komparasi tersebut haruslah objek yang sama. c. Dimensi ruang menunjuk pada wilayah terjadinya perubahan sosial serta kondisi yang melingkupinya, dan tidak terlepas dari aspek historis yang terjadi pada wilayah tersebut. 3. Tipe perubahan sosial menurut Harper: a. Perubahan dalam personal, yang berhubungan dengan perubahanperubahan peran dan individu-individu baru dalam sejarah kehidupan manusia yang berkaitan dengan keberadaan struktur. Contohnya dapat Sosiologi SMA K

163 dilihat dari peran dan fungsi perempuan dalam masyarakat. Jika sebelumnya perempuan diposisikan sebagai subjek yang memegang peran dan fungsi diwilayah domestik (di dalam rumah), namun dapat dilihat dalam masyarakat modern, perempuan sudah mulai ikut berperan serta dalam wilayah publik yang sebelumnya hanya diduduki laki-laki. b. Perubahan dalam cara bagian-bagian struktur sosial berhubungan. Contoh perubahan alur kerja birokrasi dalam lembaga pemerintahan. Bila pada masa lulu cara kerja aparat pemerintahan masih manual (menggunakan tenaga manusia), maka sekarang hampir semua lembaga pemerintah menggunakan teknologi canggih, sehingga segala sesuatu menjadi serba online. Hal ini mempengaruhi perubahan cara kerja aparat pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada publik. c. Perubahan dalam fungsi-fungsi struktur, berkaitan dengan apa yang dilakukan masyarakat dan bagaimana masyarakat tersebut melakukanya. Pada masyarakat tradisional keluarga memegang peranan penting dalam menjalankan fungsi pendidikan karena pada masa itu pendidikan masih berkutat pada transfer nilai antara orang tua dengan anak. d. Perubahan dalam hubungan struktur yang berbeda. Lembaga pendidikan dalam masyarakat industri memiliki fungsi menyiapkan tenaga kerja untuk kepentingan industri. Hal ini mengakibatkan saling berkaitan antara lembaga pendidikan dengan dunia usaha, substansi (muatan) pendidikan pada saat sekarang lebih diarahkan untuk menyesuaikan kondisi atau kebutuhan dunia kerja. e. Kemunculan struktur baru, untuk menggantikan struktur sebelumnya. Perubahan dalam hal ini misalnya muncul KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). 4. Dimensi-dimensi perubahan sosial : a. Dimensi struktural, mengacu pada perubahan-perubahan dalam bentuk struktur masyarakat, menyangkut dalam peranan munculnya peranan baru, perubahan dalam kelas sosial, dan perubahan dalam lembaga sosial. Sosiologi SMA K

164 b. Dimensi kultural, mengacu pada perubahan kebudayaan dalam masyarakat. Perubahan ini meliputi: Inovasi kebudayaan, difusi dan integrasi c. Dimensi interaksional: mengacu pada adanya perubahan hubungan sosial dalam masyarakat 5. Ciri-ciri perubahan sosial sebagai berikut: a. perubahan selalu terjadi, baik secara lambat laun mapun cepat. b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti oleh perubahan pada lembaga-lembaga lain. c. Perubahan yang berlangsung sangat cepat, biasanya mengakibatkan disorganisasi dalam masyarakat, dan ada proses penyesuaian diri/adaptasi. d. Suatu perubahan tidak dapat dibatasi pada aspek kebendaan atau spiritual saja, karena keduanya mempunyai kaitan timbal balik yang kuat. DAFTAR PUSTAKA A.Fatchan,2004. Teori-teori Perubahan Sosial Dalam Kajian Perspektif dan Empiris Pada Proses Pembangunan Pertanian, Yayasan Kampusina. Afif Farhan 2012.Selaras Dengan Alam Ala Suku Baduy Dalam, dimuat dalam Google, - detiktravel,senin, 23/04/ :38:00 WIB, di download tanggal 2 Juni 2012 Anton 2011, Pembangunan Gedung Bertingkat dalam Google download tanggal 7 Juni 2012 Azzans Djuli el-asyi, 2011, Tamu Wajib Lapor 1 X 24 Jam, dalam Google jam_09.html#ixzz1zihw7mwf, download tanggal 5 Juli 2012 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia of The Republic Indonesia), Tabel Hasil Sensus Penduduk 2010Population Census 2010 (Penduduk Menurut Kelompok Umur/Population by Age Group and Sex) dalam Google Sosiologi SMA K

165 : download tanggal 11 Juni 2012 Denny Lee, Wow Keren. Foto Lady GaGa Luncurkan Born This Way Foundation Copyright Media Info All Rights Reserved. Dalam Google Edukasi.net Karakteristik Masyarakat Multikultural, Copyright 2010 All rights reserved Google kok/view&id=281&uniq=2719 Harrison Lawrence E dan Huntington P Samuel,2006. Kebangkitan Peran Budaya Bagaimana Nilai-nilai Membentuk Kemajuan Manusia. Jakarta: LP3ES Harun arun Rochayat dan Ardianto Elvinaro,2011. Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial Perspektif Dominan Kaji Ulang dan Teori Kritis, Jakarta : Rajawali Press Imam Murtagi, Teori-teori Perubahan Sosial, dalam Google download 12 Mei 2012 Ita Lismawati F. Malau, Permadi dalam Viva News, Pesawat Sukhoi Jatuh di Gunung Salak. Dalam Google download 12 Mei 2012 Johnson di Indonesiakan Lawang Robert M.Z.,1990. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT Gramedia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kopertis Perguruan Tinggi Wilayah XII dalam kompas 3 Maret 2011, Peringkat Pendidikan di Indonesia Menurun dalam Google Martono Nanang, Sosiologi Perubahan Sosial. Perspektif Klasik, Modern, Pos Modern dan Poskolonial,Jakarta: Rajawali Pers. Narwoko Dwi dan Suyanto Bagong,2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Kreasindo Fajar Interpratama Offset Sosiologi SMA K

166 Permendiknas no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Reza Fahlevi,2011. Afganistan, Medan Perang Tak Berujung dalam Google berujung.html Sosio Blogspot 2012 Dampak Perubahan Sosial. Dalam Googel download 15 Mei 2012 Sztompka Piottr alih bahasa Alimandan, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Soekarno, dalam Google download tanggal 4 Juli 2012 Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, Daftar Wakil Presiden Indonesia, dalam Google tanggal 4 Juli 2012 Wordpress,2011. Dampak Perubahan Sosial Dalam Kehidupan Bermasyarakat, dalam Google, download 10 Mei 2012 Sosiologi SMA K

167 Kegiatan Belajar 8 KETIMPANGAN SOSIAL (SOCIAL INEQUALITY) A. TUJUAN Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat memahami pengertian dan teori-teori tentang ketimpangan sosial atau ketidaksetaraan sosial. B. INDIKATOR 1. Menjelaskan pengertian tentang ketimpangan sosial atau ketidaksetaraan sosial; 2. Menjelaskan teori sosiologi klasik tentang penyebab ketimpangan sosial atau ketidaksetaraan sosial; 3. Menjelaskan teori sosiologi modern tentang penyebab ketimpangan sosial atau ketidaksetaraan sosial. C. URAIAN MATERI 1. PENGERTIAN Sebelum memahami tentang ketimpangan atau ketidaksetaraan sosial, perlu juga untuk mendalami penggunaan pilihan istilah. Dalam bahasa Inggris, ketimpangan atau ketidaksetaraan sosial ini diwakili dengan kata Social Inequality. Kata yang digunakan adalah inequality. Dalam bahasa Inggris, hal itu menunjukkan kondisi atau kualitas ketidaksamaan atau ketidaksetaraan (unequal), bisa juga diartikan ada kesejangan (disparity). Inequality n, pl -ties 1. the state or quality of being unequal; disparity 2. an instance of disparity 3. lack of smoothness or regularity 4. social or economic disparity (diakses dari Sosiologi SMA K

168 Bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka seharusnya kata yang mudah adalah ketidaksamaan. Kata sama bisa juga digantikan dengan kata setara bila digunakan dalam kemasyarakatan. Dengan demikian, social inequality bisa diterjemahkan sebagai ketidaksetaraan atau ketidaksejajaran. setara/se ta ra/ n 1. sejajar (sama tingginya dan sebagainya) 2. sama tingkatnya (kedudukannya dan sebagainya); sebanding. 3. sepadan; seimbang (diakses Namun demikian, lazimnya orang lebih suka menggunakan kata ketimpangan sosial daripada ketidaksetaraan sosial. Penggunaan kata ini sebenarnya lebih memberi penekanan bahwa gejala tersebut seharusnya tidak boleh hadir di dalam negara berkesejahteraan (welfare state). Di dalam negara berkesejahteraan, setiap orang memiliki hak hidup dengan layak dan seterusnya. Di Indonesia, hal itu dituangkan pada pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4,.. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.. Penggunaan kata ketimpangan sosial menunjukkan kondisi masyarakat yang tidak sehat atau cacat sebagai arti timpang yang merupakan kata dasar dari ketimpangan. ketimpangan/ke tim pang an/ n 1. kepincangan: 2. cacat; cela; 3. hal yang tidak sebagaimana mestinya (seperti tidak adil, tidak beres) (diakses dari Pada kenyataannya, ketimpangan sosial merupakan gejala yang selalu hadir. Ketimpangan sosial merupakan konsekuensi dari pelapisan sosial (social stratification). Sistem pelapisan sosial terbentuk oleh tatanan nilai. Melalui tatanan nilai, seseorang memperoleh status dan perannya. Dengan statusnya, Sosiologi SMA K

169 orang diletakkan dalam posisi tertentu di masyarakatnya. Posisi itu tidak saja berisi orang dengan status tertentu, tetapi sekumpulan orang dengan status yang setara. Bisa dibayangkan seperti kue lapis, setiap lapis itu berisi sekumpulan orang dengan posisi tertentu. Sebagai contoh, melalui pendidikan seseorang menjadi guru. Orang tersebut menjalankan perannya sebagai guru, mulai mengajar, menilai dari seterusnya. Karena proses menjadi guru yang sulit, pekerjaan yang bernilai dan jumlahnya tidak besar, maka orang tersebut didudukan dalam posisi tertentu. Ada orang yang memiliki pekerjaan yang setara dengan guru, maka orang itu dimasukkan posisi yang kurang lebih sama dengan guru. Kesetaraan itu bisa dilihat dari proses pencapaian, peran hingga pada pendapatan yang dihasilkan. Pendapatan merupakan salah penghargaan masyarakat terhadap peran yang dijalankan. Seorang guru akan menerima gaji dan tunjangan profesinya, begitu pula dengan profesi lainnya. Dalam perspektif struktural fungsional, pemberian pendapatan dan berikut hak-hak istimewa lainnya (priviledge) merupakan hal yang wajar. Selain sebagai penghargaan, dengan pendapatan itu, seseorang tetap berperan sesuai dengan kehendak masyarakat. Dengan peran yang dijalankan, seluruh sistem akan berfungsi dan tetap lestari (survive). Tidak demikian menurut perspektif Marxian, dalam stratifikasi sosial, kelas sosial atas jauh lebih diuntungkan daripada kelas sosial bawah. Celakanya, jumlah individu dalam kelas sosial atas jauh lebih sedikit daripada kelas sosial bawah. Orang yang dalam jumlah sedikit ini menikmati hasil dari kelas sosial bawah. Untuk hidup saja, kelas sosial bawah harus berjuang setengah mati (lihat gambar 1). Sosiologi SMA K

170 Gambar 1. Ketimpangan atau Kewajaran (Wright, 1979: xxv) Gambar 1 menggambarkan ada seseorang dengan pendidikan yang tinggi, ternyata digaji dan bekerja seperti buruh. Pendapatannya tidak naik secara signifikan dari tahun ke tahun, bahkan harus berjuang untuk memperoleh kenaikan upahnya. Orang kedua sebagai kelas menengah dengan pendidikan tinggi harus berjuang lebih keras dengan mendapat yang naik secara signifikan. Berbeda orang yang ketiga, kadang-kadang tanpa harus berpendidikan tinggi, cukup hanya SD, SMP atau SMA, tetapi telah berhasil dan tidak perlu bekerja keras dapat menikmati hidup. Setiap orang, termasuk Saudara, pasti akan bertanya bagaimana bisa terjadi demikian. Di sekitar kita, di dalam kehidupan sehari-hari ada hal-hal itu terasa nyata. Seolah-olah ada ketidakadilan Ketika menunjuk hal itu tidak adil, maka orang lebih suka menggunakan istilah ketimpangan daripada ketidaksetaraan. Sosiologi SMA K

171 ? EKSLUSI SOSIAL/ MARJINALISASI DISTRIBUSI ATAU PEMBAGIAN : 1. NILAI 2. STATUS PELAPISAN SOSIAL KETIDAKSETARAAN/ KETIMPANGAN SOSIAL DISKRIMINASI SOSIAL Gambar 2 Mencari akar Ketimpangan Sosial Singkat kata, ketimpangan sosial merupakan konsekuensi merupakan konsekuensi dari stratifikasi sosial. Ketimpangan Sosial atau Ketidaksetaraan Sosial merupakan satu konsep tentang posisi seseorang atau sekelompok orang yang tidak sama dibandingkan seseorang atau sekolompok orang lainnya. Ketimpangan sosial ini lebih terlembagakan (institutionalized inequality) daripada bersifat individual. Bentuknya bisa ketidasetaraan yang terstruktur antara kategori individu yang diciptakan secara sistematis, direproduksi, dilegitimasi oleh seperangkat ide dan relatif bersifat stabil (Hurst, 2010: 4). Di dalam perspektif sosiologi, ketimpangan sosial tidak dilihat dari individu per individu, seperti: kisah Bill Gates pendiri Microsoft atau Mark Zuckerberg dari Facebook, tetapi bagaimana satu lapisan sosial dengan jumlah sedikit dan tidak proporsional menentukan nasib orang yang lebih banyak. Permasalahan ketimpangan sosial ini menjadi menarik karena tidak hanya berhenti pada persoalan ketidaksamaan distribusi, tetapi dua hal yang mengikuti kemudian, yaitu diskriminasi sosial dan eksklusi sosial. Ketimpangan sosial akan memberikan prasangka sosial (social prejudice) pada kelompok yang kurang beruntung. Akibatnya, mereka memperoleh perlakuan yang berbeda. Perlakuan yang berbeda ini disebut diskriminasi sosial. Perlakuan yang berbeda Sosiologi SMA K

172 akan menyebabkan seseorang atau sekelompok orang mengalami blocking atas segala akses yang seharusnya didapat. Mereka dikelompokan atau dipaksa dikelompokkan (social exclusion), kemudian mengalami proses peminggiran (marginalization). Kondisi yang demikian ini, oleh sejumlah ahli, dianggap sebagai bentuk dari ketidakadilan sosial (social injustice). 2. PENJELASAN TEORI-TEORI SOSIOLOGI KLASIK Bagaimana hal itu bisa terjadi. Dalam pemikiran Karl Marx ( ), ketimpangan itu terjadi karena persoalan distribusi yang tidak merata di dalam masyarakat. Persoalan distribusi ini terkait dengan model produksi (mode of production) dan hubungan produksi (relation of production). Pada masyarakat industri di Eropa pada abad ke-19, masyarakat senyatanya terbagi dua, yaitu sekelompok orang yang memiliki alat produksi dan sekelompok orang yang hanya mengandalkan tenaganya (kelompok pekerja) dalam sistem industri. Jumlah orang yang memiliki alat produksi jauh dan jauh lebih kecil dibandingkan kelompok pekerja. Kelompok pemilik alat produksi (bourguise)mengatur mode produksi dan hubungan produksi. Untuk memperoleh keuntungan yang besar, dalam menjalankan industri mereka menggunakan mesin. Mesin adalah faktor yang tidak bisa diminimalisir secara biaya. Sementara itu, manusia sebagai tenaga ini bisa di- atur, termasuk pengupahannya. Mereka yang mengandalkan tenaganya dibayar, meski tidak sesuai. Keuntungan dari hubungan produksi antara pekerja dan pemilik ini dikatakan Marx sebagai bentuk eksploitasi. Keuntungan menjadi berlipat ganda ketika barang yang dihasilkan dinilai lebih dari biaya produksi. Barang menjadi komoditi mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Para pemilik ini menjaga terus keuntungannya dengan berbagai cara, mulai dari pengaturan hukum dan ideologi, pemerintah hingga kaum agamawan. Pekerja diminta patuh bekerja dengan rajin sebagai pengabdian terhadap negara dan agama (lihat Hurst, 2010: ). Sosiologi SMA K

173 Gambar 3 Elemen inti Pemikiran Karl Marx tentang Perjuangan Kelas dan Kapitalisme (Hurst, 2010: 190) Sementara itu, mereka mengalami produksi berlebih (over production) di tengah-tengah kemampuan daya beli yang rendah. Kemampuan daya beli yang rendah terbentuk karena masyarakat yang juga sebagai pekerja industri dibayar dengan murah. Akibatnya terjadi kehancuran perusahaan-perusahaan kecil. Pada gilirannya, kehancuran perusahaan tersebut menghasilkan konsentrasi modal dan seterusnya sebagaimana ditunjukkan dalam alur gambar 3. Pemikiran Karl Marx tentang masyarakat industri dan ketimpangan sosial ini turut berpengaruh pada Max Weber ( ). Ada perbedaan dari Karl Marx, Max Weber mencermati hal itu sebagai konsekuensi dari rasionalitas Sosiologi SMA K

174 masyarakat. Ada 4 (empat) rasionalitas menurut pemikirannya, yaitu: (1) rasionalitas nilai, (2) rasionalitas instrumental, (3) afeksi dan (4) tradisi. Dalam rasionalitas nilai, nilai menjadi dasar tindakan sosial, seperti orang berbuat baik karena takut dosa. Hal itu berbeda dengan rasinalitas instrumental yang mempertimbangkan antara nilai dan cara yang akan untuk mencapai tujuan sebagaimana diharapkan oleh nilai tersebut. Selain kedua hal itu, ada tindakan yang didasarkan perasaan, seperti seseorang memilih tindakan tertentu karena memilih hubungan emosional. Ada pula yang bertindak berdasarkan tradisi yang pernah dilakukan oleh leluhurnya. Pada masayrakat modern, orang bertindak dengan memperhitungkan antara cara dan tujuan yang hendak dicapai. Gambar 4. Tatanan dalam Masyarakat menurut Max Weber (Hurst, 2010: 194) Rasionalitas tindakan ini akan menghasilkan kelembagaan/tatanan dan kekuasaan untuk mengatur distribusi dalam kelembagaan tersebut. Kekuasaan yang diartikan sebagai kesempatan seseorang atau sejumlah orang merealisasikan keinginan dalam tindakan bersama untuk melawan resistensi orang lain yang berpartisipasi dalam tindakan tersebut (Hurst, 2010: 194; kutip dari Gerth and Mills 1962: 180). Ada tiga tatanan dalam masyarakat, yaitu tatanan sosial, tatanan ekonomi dan tatanan politik. Di dalam tatanan sosial, kekuasaan direpresentasikan pada status sosial. Di dalam status sosial, ada kehormatan sosial yang dimiliki seseorang. Di dalam ekonomi, ada kelas yang memungkinkan untuk Sosiologi SMA K

175 melakukan distribusi barang dan pelayanan. Terakhir, di dalam politik keanggotaan partai akan memberikan pengaruh pada pengambilan keputusan masyarakat (lihat gambar 4). Ketimpangan lahir dari didistribusikan kekuasaan yang tidak sama pada ketiga tatanan ini. Ketika seseorang tidak memiliki modal, maka orang tidak memiliki kekuasaan dalam mengatur distribusi barang. Mereka tergolong orang yang bukan pemilik barang dan jasa. Mereka menjadi pekerja biasa yang diatur oleh pemilik modal. Demikian pula, bila seseorang hanya seroang anggota partai atau tidak sama sekali, maka tidak memiliki kekuasaan sosial untuk mempengaruhi kebijakan publik. Di dalam masyarakat, orang juga tidak memiliki kehormatan. Emile Durkheim ( ) ini adalah seorang tokoh sosiolog yang mengembangkan struktural fungsional. Menurutnya, masyarakat sebenarnya tidak ketimpangan sosial apabila memahami benar tentang hak dan kewajibannya. Setiap orang memiliki kesempatan untuk menduduki posisi sesuai dengan kemampuannya. Seandainya hal-hal yang demikian, maka bentuk yang tidak umum dari pembagian kerja yang berkembang. Mereka menjalankan fungsi bukan atas dasar nilai dan keyakinannya, tetapi sepenuhnya menggunakan privasi pemilik. Ketidakadilan terjadi akibat nilai yang diterapkan tidak sesuai dengan bakat, kepentingan dan fungsi kerjanya. Di dalam kondisi demikian, tidak bisa disalahkan bila terjadi benturan kelas sosial (Hurst, 2010: ). Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Herbert Spencer ( ). Hebert Spencer ini mendapat pengaruh sangat kuat dari teori-teori evolusi yang dikembangkan oleh ahli senegaranya, yaitu Charles Darwin. Menurutnya, pada dasarnya masyarakat berkembang (evolusi) dari satu tingkat ke tingkat lain. Evolusi fisik manusia telah menciptakan laki-laki sebagai the rulling class dan perempuan sebagai the subjects class. Perang telah menghasilkan tuan dan budak, hingga seterusnya. Struktur kelas dibentuk atas dasar kemampuan dan kebiasaan dari kelas yang tanggap. Kelas tersebut akan mengontrol dan mendominasi. Ia juga mengakui bahwa ada persaingan di antara kelas. Baginya, dikatakan kelas pemenang kalau ada yang dikalahkan. Kompetisi ini meng- Sosiologi SMA K

176 hasilkan apa yang diistilahkan oleh Darwin sebagai the survival of the fittest (kelestarian bagi pihak yang bisa menyesuaikan. Kebebasan (freedom) memberikan kesempatan pada individu-individu untuk mengembangkan kemampuan adaptasinya. Kemampuan adaptasi ini penting tidak saja untuk dirinya, tetapi untuk generasi berikutnya. Individu yang lemah tidak memiliki kemampuan untuk tetap survival. Ketergantungannya pada bantuan negara akan menjadi kejahatan, karena bentuk dan kondisi yang tidak adaptif. Negara harus mengurangi perannya, cukup melindungi hak-hak pribadi, seperti: masalah perkawinan yang menjamin kesetaraan antara wanita dan laki-laki. Program kesejahteraan tidak boleh diberikan secara gratis agar tidak terlalu tergantung (Hurst, 2010: ). Tabel 6. Ringkasan Pemikiran Teori-teori Sosiologi Klasik tentang Ketimpangan Sosial (Hurst, 2010: 210) 3. PENJELASAN TEORI-TEORI SOSIOLOGI MODERN Dari perspektif struktural fungsional, pemikiran modern tentang stratifikasi dan ketimpangan sosial dijelaskan oleh Kingsley Davis ( ) dan Wilbert Moore ( ). Pada tahun 1945, di dalam paper yang berjudul Some principles of Stratification, keduanya bersepakat bahwa stratifikasi sosial merupakan keharusan universal masyarakat agar tetap lestari. Posisi secara Sosiologi SMA K

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2014 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PENDIDIK PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR KURIKULUM DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

KERANGKA DASAR KURIKULUM DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH KERANGKA DASAR KURIKULUM DAN STRUKTUR KURIKULUM

Lebih terperinci

TJETJEP RONY BUDIMAN

TJETJEP RONY BUDIMAN TJETJEP RONY BUDIMAN tjetjeprb@gmail.com 06-03-2014 TJETJEP RONY BUDIMAN - 2014 2 Pengertian KURIKULUM UU No. 20 Tahun 2003 - SPN seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013

LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013 LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013 DASAR HUKUM, RASIONAL PENGEMBANGAN SERTA ELEMEN PERUBAHAN TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN, PENILAIAN PEMBELAJARAN DAN RANCANGAN KURIKULUM 2013 Oleh : Intan Mustika Noor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tah

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1507, 2014 KEMENDIKBUD. Hasil Belajar. Pendidik. Pendidikan Dasar. Pendidikan Menengah. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 1 BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 A. Sekilas Tentang Kurikulum 2013 Sebelum membahas mengenai penilaian dalam Kurikulum 2013, sebaiknya kita pahami dulu tentang latar belakang, arah, dan tujuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PENDIDIK PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PEDOMAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2014 TENTANG PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Sekolah Sejak 30 Juli 1966 SMP Negeri 61 berdiri sebagai sekolah pemerintah. Pada awalnya SMP Negeri 61 beralamat di Jalan Palmerah Utara. Bangunan yang digunakan

Lebih terperinci

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 BAB II JUDUL BAB II... 4 A. Pengertian Peminatan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1506, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Dasar. Menengah. Pendidikan. Pembelajaran. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/ MADRASAH ALIYAH KEJURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style PP 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Permendikbud

Lebih terperinci

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM BAB III STANDAR KOMPETENSI LULUSAN STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN ( SKL) 1. Pengertian Standar kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan mencakup

Lebih terperinci

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA 2015,Direktorat Pembinaan SMA i Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah

Lebih terperinci

PERANGKAT PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG

PERANGKAT PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG PERANGKAT PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Guru Pembimbing TIK : Nama : Retno Kusumawati, S Kom. NUPTK : 0252756657300063

Lebih terperinci

PEDOMAN PERANAN GURU TIK DAN KKPI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

PEDOMAN PERANAN GURU TIK DAN KKPI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ATAU KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DALAM

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

ABDUL ROHMAN, 2015 KORELASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FISIKA DAN KIMIA TERHADAP PENGUASAAN TEORI MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF

ABDUL ROHMAN, 2015 KORELASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FISIKA DAN KIMIA TERHADAP PENGUASAAN TEORI MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdirinya organisasi antar bangsa seperti World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia- Pacific Economic Cooperation

Lebih terperinci

2 Menetapkan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Pemerintah

2 Menetapkan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 3. Peraturan Pemerintah No.954, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Kurikulum. Sekolah Menengah Pertama. Madrasah Tsanawiyah. Pencabutan. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3a PENDEKATAN SAINTIFIK 2 PENGERTIAN (1/2) Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik

Lebih terperinci

jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global. Kehidupan global akan melahirkan kebudayaan global dalam

jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global. Kehidupan global akan melahirkan kebudayaan global dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH

Lebih terperinci

RINGKASAN PETA KOMPETENSI DI SEMUA SATDIK SESUAI KURIKULUM

RINGKASAN PETA KOMPETENSI DI SEMUA SATDIK SESUAI KURIKULUM I. PENDAHULUAN RINGKASAN PETA KOMPETENSI DI SEMUA SATDIK SESUAI KURIKULUM 2013 Disarikan dari Permendikbud yang relevan Oleh: Setyo Hartanto, S.Pd. M.Kom (Pembantu Pimpinan LPPKS/Intruktur Nasional KTSP

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PENDIDIKANDASAR DAN MENENGAH BAB I PENDAHULUAN

STANDAR PROSES PENDIDIKANDASAR DAN MENENGAH BAB I PENDAHULUAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH STANDAR PROSES PENDIDIKANDASAR DAN MENENGAH BAB

Lebih terperinci

Model Peminatan dan Lintas Minat

Model Peminatan dan Lintas Minat SAMBUTAN Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan KebuKurikulum 2013 dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR KURIKULUM

BAB II STRUKTUR KURIKULUM BAB II STRUKTUR KURIKULUM A. Kompetensi Inti Kompetensi Inti (KI) kurikulum adalah pengikat berbagai kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata pelajaran serta berfungsi sebagai

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VIII PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya

BAB II LANDASAN TEORI. kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kurikulum 2013 2.1.1 Definisi Kurikulum Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan karena merupakan kunci utama mencapai sukses dalam dunia pendidikan. Secara etimologis,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014 Nama : Siti Nur Aeni M. NIM : 1302123 Kelas : Pendidikan Biologi A Mata Kuliah : Kurikulum Pembelajaran Tugas : Analisis Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 103 tahun 2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK

STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

Struktur Kurikulum Disampaikan Oleh: Dra. Titik Sugiarti, M.Pd

Struktur Kurikulum Disampaikan Oleh: Dra. Titik Sugiarti, M.Pd Struktur Kurikulum 2013 Disampaikan Oleh: Dra. Titik Sugiarti, M.Pd KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 1 FUNGSI DAN TUJUAN (PP 32 Tahun 2013 ): 1/2 Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013 KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016DAFTAR ISI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016DAFTAR ISI SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN EKONOMI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016DAFTAR ISI DAFTAR ISI i I. PENDAHULUAN 1 A. Rational 1 B.

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG MATA PELAJARAN PEDAGOGI

SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG MATA PELAJARAN PEDAGOGI SUMBER BELAJAR CALON PESERTA PROGRAM PLPG MATA PELAJARAN PEDAGOGI Kurikulum 13 Penulis: Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si Penelaah: Prof. Dr. rer. nat. Sadjidan, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VII PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22.TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22.TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22.TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau SMA Negeri 3 Batam Jl. Hang Nadim, Kel. Belian, Kec. Batam Kota W eb : sm an tib a tam. co.id T

Lebih terperinci

Instructional Design

Instructional Design TUGAS INDIVIDU Instructional Design Dosen Pembimbing: Drs. SUHANTO KASTAREDJA, M.Pd. Oleh : Dicky Putri Diharja (12-530-0009) E class/ 2012 FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION ENGLISH DEPARTMENT

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB IV KURIKULUM 2013 Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

KOMPETENSI DASAR. Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KOMPETENSI DASAR Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2013 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi

Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Perbedaan antara KBK, KTSP dan kurikulum 2013 KBK 2004: Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari Standar Isi Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Pemisahan antara mata

Lebih terperinci

Doc. Abdi Madrasah (www.abdimadrasah.com)

Doc. Abdi Madrasah (www.abdimadrasah.com) LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 165 TAHUN 014 TENTANG KURIKULUM 013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB PADA MADRASAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerangka

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, dan keterbatasan produk yang dikembangkan.

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PUSAT PENGEMBANGAN PROFESI PENDIDIK 2015 1 PPT-1.3C

Lebih terperinci

RASIONAL KURIKULUM 2013

RASIONAL KURIKULUM 2013 RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT - 1.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kurikulum menurut Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR TAHUN 006 TANGGAL 3 MEI 006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

Pelaksanaan pembelajaran KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT P2TK PENDIDIKAN DASAR

Pelaksanaan pembelajaran KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT P2TK PENDIDIKAN DASAR Pelaksanaan pembelajaran KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT P2TK PENDIDIKAN DASAR Tujuan Setelah mengikuti kegiatan bimtek, diharapkan para peserta mampu:

Lebih terperinci

BAB II KESIAPAN GURU SEJARAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan

BAB II KESIAPAN GURU SEJARAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan BAB II KESIAPAN GURU SEJARAH DALAM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013 A. Kurikulum 2013 Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

Panduan e-rapor SMK DAFTAR ISI

Panduan e-rapor SMK DAFTAR ISI Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 3 A. PENILAIAN KURIKULUM

Lebih terperinci

RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013

RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 1 A. Pengertian Kurikulum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

Lebih terperinci

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 PPT - 1.2 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Elemen Perubahan Standar

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 o untuk mengetahui kondisi sekolah terkait dengan pemenuhan Standar Nasional Pendidikan sehingga diharapkan

Lebih terperinci

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan pendidikan pengelolaan kurikulum 2013 1. Pengambilan Keputusan Dalam Perumusan Visi-Misi dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1. Kurikulum dan Perkembangannya Istilah kurikulum (curriculum) berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu), dan

Lebih terperinci

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH

SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH SUPLEMEN KEPALA SEKOLAH SUPLEMEN MATERI PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI PENGAWAS SEKOLAH DASAR Diterbitkan oleh: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Kelompok Materi: Pokok

Kelompok Materi: Pokok Silabus Pelatihan Silabus Pelatihan Kelompok Materi: Pokok 119 Materi Pelatihan Alokasi Waktu : 2.3.a. Praktik Pembelajaran dan Penilaian : 6 JP ( 270 menit) No Kompetensi Uraian Materi Kegiatan dan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk menciptakan pembelajaran kimia yang diharapkan dapat memenuhi standar pendidikan Nasional maka diperlukan laboratorium yang mendukung terciptanya pembelajaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuka batas antar negara. Persaingan hidup pun semakin ketat. Hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

KONSEP KURIKULUM 2013

KONSEP KURIKULUM 2013 Oleh : Pratiwi Pujiastuti pratiwi@uny.ac.id KONSEP KURIKULUM 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan formal mempunyai proses bimbingan yang terencana dan sistematis mengacu pada kurikulum. Kurikulum merupakan unsur yang siknifikan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi persaingan antar bangsa di dunia. Bangsa yang mampu menguasai sejumlah pengetahuan, teknologi, dan keterampilan akan menjadi

Lebih terperinci

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H DIREKTORRAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Kurikulum 2013 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kurikulum 2013 MANAJEMEN PEMBELAJARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ELEMEN PERUBAHAN Standar Kompetensi Lulusan Standar Proses Elemen Perubahan Standar Isi Standar Penilaian 8/30/2016 DRAFT 2 ELEMEN

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran Matematika SD Yasin Yusuf, S.Pd Kurikulum 2013 1 Perkembangan Penduduk sebagai Modal SDM Usia Produktif (2020-2035) Melimpah Kompeten Tidak Kompeten Modal Pembangunan Transformasi melalui

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pedoman, Panduan, Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Pengawas Olahraga SD

KATA PENGANTAR. Pedoman, Panduan, Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 bagi Pengawas Olahraga SD Buku Pedoman, Panduan, Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Bagi Pengawas Olahraga Sekolah Dasar Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 158 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB IV STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PJOK DR. IMRAN AKHMAD, M.PD KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR:..TAHUN 2013

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR:..TAHUN 2013 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR:..TAHUN 2013 TENTANG KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH ATAS BERKAT RAHMAT ALLAH SWT DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi.

1. STANDAR ISI. 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. 1. STANDAR ISI 1. Guru mengembangkan perangkat pembelajaran pada kompetensi sikap spiritual siswa sesuai dengan tingkat kompetensi. E. 91%-100% guru mengembangkan perangkat pembelajaran sesuai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan. Majunya suatu bangsa dapat dilihat dari tingginya tingkat pendidikan di suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Istanto Wahju Djatmiko

Oleh: Dr. Istanto Wahju Djatmiko Disampaikan dalam rangka Workshop Penguasaan Teknologi Informasi dan Pengembangan Kurikulum 2013 Pada tanggal 10 Mei 2014 di SMK Muhammadiyah Prambanan, Yogyakarta Oleh: Dr. Istanto Wahju Djatmiko Makalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya adalah bertujuan untuk membentuk karakter. Orang-orang terdidik adalah orang yang berkarakter yaitu orang yang bertindak mulia. Tindakan

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum.

Lebih terperinci