PEDOMAN PERANAN GURU TIK DAN KKPI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PERANAN GURU TIK DAN KKPI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013"

Transkripsi

1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ATAU KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PEDOMAN PERANAN GURU TIK DAN KKPI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 A. Latar Belakang Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan secara penuh mulai tahun ajaran 2014/2015 memenuhi kedua dimensi tersebut. Implikasi dari pernyataan tersebut adalah bahwa penyusunan dan pelaksanaan Kurikulum 2013 oleh satuanpendidkan harus memperhatikan kebutuhan, karakteristik dan potensi satuan pendidikan (internal) serta lingkungan di daerah setempat. Sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembelajaran, Kurikulum 2013 memuat komponen-komponen yang berkaitan dengan pembelajaran. Salah satu dari komponen tersebut adalah struktur dan muatan Kurikulum. Muatan Kurikulum 2013 meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik, muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri pada satuan pendidikan. 1

2 Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut: 1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama; 2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakatlingkungan alam, sumber/media lainnya); 3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet); 4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains); 5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim); 6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia; 7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik; 8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan 9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pemberlakuan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk mengakomodasi satuan pendidikan dalam mencapai SNP mengingat adanya disparitas situasi, potensi serta kebutuhan peserta didik maupun lingkungan atau daerah. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi kita. Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar 2

3 kompetensi lulusan, standar pendidikdan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatifdan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapatterlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-PacificEconomic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area(AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Dengan demikian sesuai amanat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dan untuk mewujudkan suasana pembelajaran dan proses pembelajaran aktif diharapkan guru memanfaatkan berbagai sumber belajar agar potensi peserta 3

4 didik dapat dikembangkan secara maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Dalam rangka untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang mendukung potensi peserta didik dalam pelaksanaan kurikulum pembelajaran di sekolah perlu didukung dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat mengekplorasi sumber belajar secara efektif dan efisien dengan memaksimalkan peran guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) di sekolah. B. Tujuan Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk memberikan acuan bagi guru TIK atau KKPI dan satuan pendidikan dalam merancang program layanan teknologi informasi bagi peserta didik, guru mata pelajaran dan sekolah serta pengembangan muatan lokal TIK di semua jenjang dan muatan peminatan lainnya pada jenjang SMA/SMK sesuai ketentuan dan mekanisme yang telah ditetapkan, agar hasilnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan, dan dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas layanan teknologi informasi, muatan lokal TIK serta muatan peminatan lainnya sesuai dengan kaidah yang benar. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi: a. Analisis kebutuhan program layanan teknologi informasi, muatan lokal TIK serta muatan peminatan; b. Pembuatan program kerja layanan teknologi informasi, muatan lokal TIK serta muatan peminatan; c. Pelaksanaan program layanan teknologi informasi, muatan lokal TIK serta muatan peminatan; d. Evaluasi pelaksanaan kegiatan layanan teknologi informasi, muatan lokal TIK serta muatan peminatan; 4

5 D. Unsur yang Terlibat 1. Kepala Sekolah dan/atau Yayasan; 2. Wakil kepala sekolah; 3. Guru TIK atau KKPI; 4. Wali kelas; 5. Guru Mata Pelajaran; 6. Tenaga Kependidikan lainnya. E. Referensi 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6, Pasal 3, Pasal 4 ayat 4, Pasal 12 Ayat 1b, Pasal 36 dan Pasal 37 Ayat Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional PendidikanPasal 2Ayat 3, Pasal 5, Pasal 5A, Pasal 5B, Pasal 19 Ayat 1 dan 3, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 43 Ayat 1, Pasal 77A Ayat 2, Pasal 77B Ayat 6, 7 dan 9, Pasal 77I ayat 1j, Pasal 77J Ayat 1j, Pasal 77K Ayat 1, 2j, 4d, 5d dan 5h, Pasal 77N, Pasal 77P Ayat 3 Ayat 4, Ayat 5 dan Ayat 6 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan. 7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru. 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses. 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian. 10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI. 11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun

6 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs. 12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA. 13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK. 14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81a tentang Implementasi Kurikulum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor Xxxx tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi Dan Komunikasi atau Keterampilan Komputer Dan Pengelolaan Informasi Dalam Implementasi Kurikulum 2013 F. Pengertian dan Konsep 1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 Ayat (1)). 2. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik (UU Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 1 Ayat (1)). 3. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. 4. Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disingkat Guru TIK atau Guru Keterampilan Komputer Pengelolaan Informasi yang selanjutnya disingkat Guru KKPI adalah guru yang memiliki kualifikasi akademik S1/D-IV bidang teknologi informasi atau serumpun yang telah memiliki sertifikat pendidik bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Keterampilan Komputer Pengelolaan Informasi. 5. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. 6. Kualifikasi akademik S1/D-IV bidang teknologi informasi atau serumpun yang dimaksud pada poin nomor 4 diatas adalah jenjang pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh Guru TIK atau KKPI (Permendiknas Nomor 6

7 16 Tahun 2007). 7. Guru pada satuan pendidikan jalur formal yang tidak memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dalam bidang teknologi informasi tetapi memiliki sertifikat pendidik dalam bidang TIK atau KKPI dapat menjadi guru TIK atau KKPI dengan mengikuti diklat penyetaraan yang dilaksanakan lembaga yang ditunjuk oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan. 8. Penyesuaian kualifikasi akademik ini juga bisa dilakukan dengan melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan dilakukan melalui pengakuan pengalaman kerja dan hasil belajar guru untuk percepatan penyelesaian capaian kualifikasi akademik Sarjana/Diploma IV bagi guru dalam jabatan dalam bentuk diklat sesuai dengan sertifikat pendidiknya. Penyesuaian kualifikasi akademik tersebut yang ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Biaya yang ditimbulkan akibat penyesuaian kualifikasi akademik tersebut ditanggung oleh negara dan/atau masyarakat. (PP 74 Pasal 5 Ayat 4). 9. Pengakuan pengalaman kerja yang dimaksud pada poin 8 adalah pengalaman mengajar dengan masa kerja minimal 5 tahun dalam bidang teknologi informasi yang dibuktikan dengan bukti yang sah yang dibuat oleh kepala sekolahdan diketahui oleh kepala dinas pendidikan. 10. Guru TIK atau KKPI pada satuan pendidikan jalur formal harus memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dalam bidang teknologi informasi dan memiliki sertifikat pendidik bidang TIK atau KKPI. 11. Guru pada satuan pendidikan jalur formal yang memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) bukan bidang teknologi informasi tetapi memiliki sertifikat pendidik dalam bidang TIK atau KKPI dapat menjadi guru TIK atau KKPI dengan mengikuti diklat penyetaraan yang dilaksanakan lembaga yang ditunjuk oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan. 12. Guru pada satuan pendidikan jalur formal yang memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) yang bukan bidang teknologi informasi dan belum memiliki sertifikat pendidik dalam bidang TIK atau KKPI, dapat menjadi guru TIK atau KKPI dengan ketentuan: a. Mengikuti pendidikan sesuai kualifikasi akademik bidang Teknologi informasi atau; b. Mengajar sesuai latar belakang kualifikasi akademiknya. 7

8 13. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 14. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 15. Teknologi Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disingkat TIK atau Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi yang selanjutnya disingkat KKPI adalah teknologi yang digunakan untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. 16. Program layanan teknologi informasi merupakan upaya yang dilakukan oleh guru TIK atau KKPI yang difasilitasi oleh sekolah dalam hal memberikan bimbingan dan memfasilitasi warga sekolah dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi yang digunakan untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran. 17. Ruang lingkup layanan teknologi informasi yang terdiri atas : kegiatan terprogram dan kegiatan tidak terprogram. a. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh warga sekolah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi satuan pendidikan. Layanan teknologi informasi, meliputi: 1) membimbing peserta didik pada SD/MI,SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK untuk mencapai standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah; 2) memfasilitasi sesama pendidik pada SD/MI,SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK dalam menggunakan TIK untuk persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah; 3) memfasilitasi tenaga kependidikan pada SD/MI,SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK dalam mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis teknologi informasi. b. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh guru TIK atau KKPI berupa kegiatan spontan seperti memberikan bantuan teknis terhadap kendala-kendala yang dihadapi oleh warga sekolah dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan teknologi informasi. 8

9 18. Program Muatan Lokal TIK atau KKPI merupakan upaya yang dilakukan oleh guru TIK atau KKPI yang difasilitasi oleh sekolah dalam hal memberikan bimbingan langsung kepada siswa secara kelompok atau klasikal khususnya pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK dalam penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi yang digunakan untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. (PP 32 Tahun 2013). 19. Program Muatan Lokal TIK atau KKPI pada poin 18 tersebut di atas dan akan dilaksanakan oleh satuan pendidikan atau sekolah, harus mendapatkan persetujuan dan payung hukum dalam bentuk Surat Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota atau Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi, Kabupaten/Kota. 20. Muatan peminatan akademik SMA/MA atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada PP 32 tahun 2013 pasal 77Kayat (4d) yang berisi: a. matematika dan ilmu pengetahuan alam; b. ilmu pengetahuan sosial; c. bahasa dan budaya; atau d. peminatan lainnya. 21. Peminatan lainnya yang dimaksud pada poin 20d antara lain TIK, olah raga prestasi, kebumian, astronomi dan keagamaan. 22. Muatan peminatan akademik SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada PP 32 tahun 2013 pasal 77K ayat (5h) yang berisi: a. teknologi dan rekayasa; b. kesehatan; c. seni, kerajinan, dan pariwisata; d. teknologi informasi dan komunikasi; e. agribisnis dan agroteknologi; f. bisnis dan manajemen; g. perikanan dan kelautan; atau h. peminatan lain yang diperlukan masyarakat. 23. Peminatan lain yang diperlukan masyarakat yang dimaksud pada poin 22h diatas antara lain KKPI, olah raga prestasi, keagamaan, bahasa asing. 24. TIK atau KKPI yang dimaksud pada poin 20 dan 22 adalah Teknologi 9

10 Informasi dan Komunikasi yang selanjutnya disingkat TIK atau Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi yang selanjutnya disingkat KKPI adalah teknologi yang digunakan untuk mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam berbagai cara untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. 25. Guru TIK atau KKPI memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pembimbingan dan pelayanan teknologi informasi terhadap peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan. 26. Guru TIK atau KKPI melaksanakan layanan bimbingan teknologi informasi kepada peserta didik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK dalam rangka: a. mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, menyebarkan data dan informasi dalam rangka untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran. b. pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana untuk mengeksplorasi sumber belajar. 27. Guru TIK atau KKPI melaksanakan layanan teknologi informasi kepada sesama guru pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK dalam rangka: a. pengembangan sumber belajar dan media pembelajaran; b. persiapan pembelajaran; c. proses pembelajaran; d. penilaian pembelajaran; dan e. pelaporan hasil belajar. 28. Guru TIK atau KKPI memfasilitasi tenaga kependidikansmp/mts, SMA/MA, dan SMK/MAK dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem manajemen sekolah. 29. Uraian tugas guru TIK atau KKPI sebagai berikut: a. menyusun rancangan pelaksanaan layanan teknologi informasi dan bimbingan TIK atau KKPI; b. melaksanakan layanan teknologi informasi dan bimbingan TIK atau KKPI per semester; c. menyusun alat ukur/lembar kerja program layanan teknologi informasi dan bimbingan TIK atau KKPI; 10

11 d. mengevaluasi proses dan hasil layanan teknologi informasi dan bimbingan TIK atau KKPI; e. menganalisis hasil layanan teknologi informasi dan bimbingan TIK atau KKPI; f. melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi dengan memperbaiki layanan teknologi informasi dan bimbingan TIK atau KKPI; g. menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; h. mengembangkan sistem informasi manajemen sekolah berbasis teknologi informasi; i. membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler berbasis teknologi informasi ; j. memfasilitasi pendidik dalam penggunaan teknologi informasi; k. memfasilitasi tenaga kependidikan dalam penggunaan teknologi informasi; l. melaksanakan pengembangan diri; m. melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau membuat karya inovatif; n. membimbing dan melaksanakan program muatan lokal TIK atau KKPI untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK; o. membimbing dan melaksanakan muatan peminatan (lintas minat) TIK atau KKPI untuk jenjang SMA/MA dan SMK/MAK. 30. Beban kerja guru TIK atau KKPI : a. Layanan Teknologi Informasi : 1) Membimbing peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan pada jenjang yang sama dan/atau lintas jenjang paling sedikit 150 (seratus lima puluh) dan paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) setara 24 jam tatap muka dan atau 2) Memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan: a) untuk jenjang SD/MI paling sedikit 60 setara 24 jam tatap muka, b) untuk jenjang SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK paling sedikit 40 setara 24 jam tatap muka 3) Bimbingan dan fasilitasi sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan secaraklasikal atau kelompok belajar, dan/atau individual. b. Muatan Lokal Teknologi Informasi dalam struktur kurikulum 2 jam pelajaran tatap muka per minggu; 11

12 c. Muatan Peminatan Lainnya untuk jenjang SMA/MA terdiri atas beberapa mata pelajaran, yang didalamnya terdapat mata pelajaran TIK: 1) kelas X sebanyak 3 jam pelajaran tatap muka setiap minggu 2) kelas XI dan XII sebanyak 4 jam pelajaran tatap muka setiap minggu d. Muatan peminatan lain yang diperlukan masyarakat untuk jenjang SMK/MAK terdiri atas beberapa mata pelajaran, yang didalamnya terdapat mata pelajaran KKPI : 1) kelas X sebanyak 3 jam pelajaran tatap muka setiap minggu 2) kelas XI dan XII sebanyak 4 jam pelajaran tatap muka setiap minggu 31. Tugas tambahan guru TIK atau KKPI : a. Menjadi Kepala laboratorium komputer di satuan pendidikan setara dengan 12 jam tatap muka b. Menjadi Kepala Pusat Teknologi Sekolah di satuan pendidikan setara dengan 12 jam tatap muka c. Menjadi Kepala Unit Produksi di satuan pendidikan setara dengan 12 jam tatap muka d. Menjadi Kepala Pusat Sumber Belajar di satuan pendidikan setara dengan 12 jam tatap muka G. Uraian Prosedur Kerja 1. Kepala sekolah : a. Jenjang SD/MI menugaskan guru TIK untuk : 1) Melakukan analisis kebutuhan program layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK; 2) Membuat program kerja layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK; 3) Melaksanakan program layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK; 4) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK; b. Jenjang SMP/MTs menugaskan guru TIK melalui wakasek kurikulum untuk : 1) Melakukan analisis kebutuhan program layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK; 2) Membuat program kerja layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK; 12

13 3) Melaksanakan program layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK; 4) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK; c. Jenjang SMA/MA atau SMK/MAK menugaskan guru TIK atau KKPI melalui wakasek kurikulum untuk : 1) Melakukan analisis kebutuhan program layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK dan/atau muatan peminatan; 2) Membuat program kerja layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK dan/atau muatan peminatan; 3) Melaksanakan program layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK dan/atau muatan peminatan; 4) Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan layanan Teknologi Informasi dan/atau muatan lokal TIK dan/atau muatan peminatan; 2. Guru TIK atau KKPI menyusun program layanan teknologi informasi (kepada peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan) yang memuat: a. Pendahuluan yang terdiri atas: latar belakang, tujuan dan jenis kegiatan layanan teknologi informasi, b. Kegiatan layanan teknologi informasi yang terdiri atas: 1) Tahap perencanaan. Program layanan teknologi informasi direncanakan secara tertulis dengan menentukan waktu, tempat, memuat sasaran, tujuan, materi, metode dan rencana penilaian sesuai kebutuhan peserta didik, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. 2) Tahap pelaksanaan Layanan teknologi informasi dilaksanakan sesuai dengan rencana dan didokumentasikan. 3) Tahap Evaluasi Melakukan evaluasi terhadap kegiatan layanan teknologi informasi sesuai kebutuhan peserta didik, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. 4) Tahap analisis hasil evaluasi Hasil evaluasi dianalisis untuk mengetahui aspek-aspek yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut. 13

14 5) Tahap tindak lanjut Hasil kegiatan ditindaklanjuti berdasarkan hasil analisis evaluasi c. Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran 3. Guru TIK atau KKPI menyusun program muatan lokal TIK atau KKPI sebagai mata pelajaran, meliputi : a. Perencanaan 1) Penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 2) Penyusunan Silabus 3) Penyusunan Buku Teks untuk siswa dan guru 4) Penyusunan RPP b. Pelaksanaan 1) Kegiatan Pendahuluan 2) Kegiatan inti : Pendekatan Saintifik, Aspek proses pembelajaran: Kognitif, Afektif, Psikomotor, dan Action 3) Kegiatan Penutup. c. Penilaian Penilaian Autentik yang mengutamakan: Unjuk kerja, Produk, Portofolio. 4. Guru TIK atau KKPI menyusun program muatan peminatan (lintas minat) TIK atau KKPI, meliputi : a. Perencanaan 1) Penyusunan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 2) Penyusunan Silabus 3) Penyusunan Buku Teks untuk siswa dan guru 4) Penyusunan RPP b. Pelaksanaan 1) Kegiatan Pendahuluan 2) Kegiatan inti : Pendekatan Saintifik, Aspek proses pembelajaran: Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan. 3) Kegiatan Penutup. c. Penilaian Penilaian Autentik, meliputi : 1) penilaian sikap (observasi guru, jurnal, penilaian diri, penilaian 14

15 antar teman). 2) penilaian pengetahuan (tes tulis, tes lisan dan penugasan). 3) keterampilan (tes praktek/ unjuk kerja, proyek dan portofolio). 15

16 LAMPIRAN 1: ALUR GURU TIK SD/MI DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

17 LAMPIRAN: 2 ALUR GURU TIK SD/MIDALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

18 LAMPIRAN: 3 ALUR GURU TIK SMP/MTsDALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

19 LAMPIRAN : 4 ALUR GURU TIK SMP/MTs DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

20 LAMPIRAN ALUR : 5 GURU TIK SMA/MA, SMK/MAK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM

21 LAMPIRAN ALUR :6 GURU TIK SMA/MA, SMK/MAK DALAM 2013 IMPLEMENTASI KURIKULUM 21

22 CONTOH PERHITUNGAN BEBAN KERJA GURU TIK ATAU KKPI JENJANG SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK A. Jenjang SMA/MA dan SMK/MAK Kasus1 : Pada Sekolah SMA XXX terdapat 3 orang gurutik pada jenjang SMA dengan latar belakang akademik bidang teknologi informasi dan telah tersertifikasi di bidang TIK. Di sekolah tersebut terdiri dari 420 peserta didik, dengan sebaran kelas X=140 (4 rombel), XI=175 (5 rombel), XII=105 (3 rombel), dan terdiri dari 40 orang pendidik, 8 orang tenaga kependidikan. Pada sekolah ini membuka muatan peminatan yang terdiri dari: kelas X (42 peserta didik) dan kelas XI (32 peserta didik). serta 40 orang guru dan 8 orang tendik (dengan distribusi = 48 orang, 48 orang dibagi 3 guru = 16 orang guru/tendik) Maka untuk menghitung beban kerja jabatan guru pada tahun tersebut digunakan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut Skenario penyelesaian : Guru A : Fathur Rachim, S.Kom, M.Pd Dapat memenuhi beban kerja dalam : 1. Layanan Teknologi Informasi a. Membimbing kelas X jumlah peserta didik 140 orang 140 = x 24 = 22,4 jam (ekuivalen 22 jam Tatap Muka) 150 b. Memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 16 orang (14 orang guru dan 2 orang tendik) 16 = x 24 = 9,6 jam (ekuivalen 9 jam Tatap Muka) 40 22

23 Beban Kerja Guru : Fathur Rachim, S.Kom, M.Pd sebanyak 22+9 = 31 Jadi, Fathur Rachim, S.Kom, M.Pd telah memenuhi kewajiban pemenuhan jam tatap muka sebanyak 31 jam per minggu. Guru B : Siti Khodijah Dewi Utari, ST, M.Pd Dapat memenuhi beban kerja dalam : 1. Layanan Teknologi Informasi a. Membimbing kelas XI jumlah peserta didik 175 orang 175 = x 24 = 28 jam (ekuivalen 28 jam Tatap Muka) 150 b. Memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 16 orang (14 orang guru dan 2 orang tendik) 16 = x 24 = 9,6 jam (ekuivalen 9 jam Tatap Muka) 40 Beban Kerja Guru :Siti Khodijah Dewi Utari, ST, M.Pd sebanyak 28+9 = 37 Jadi, Siti Khodijah Dewi Utari, ST, M.Pd telah memenuhi kewajiban pemenuhan jam tatap muka sebanyak 37 jam per minggu. Guru C : Firman Oktora, S.Si, M.Pd Dapat memenuhi beban kerja dalam : 1. Layanan Teknologi Informasi a. Membimbing kelas XII jumlah peserta didik 105 orang 105 = x 24 = 16,8 jam (ekuivalen 16jam Tatap Muka)

24 b. Memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 16 orang (14 orang guru dan 2 orang tendik) 16 = x 24 = 9,6 jam (ekuivalen 9 jam Tatap Muka) 40 Beban Kerja Guru :Firman Oktora, S.Si, M.Pd sebanyak 16+9 = 25 Jadi, Firman Oktora, S.Si, M.Pdtelah memenuhi kewajiban pemenuhan jam tatap muka sebanyak 25 jam per minggu. Catatan : Ada pun kekurangan lintas peminatan pada level kelas XI yang belum di isi oleh guru TIK yang ada dengan perhitungan : = 4 jam TM * 1 rombel = 4 jam Tatap Muka Jumlah jam yang belum diambil dapat diberikan kepada guru TIK yang jumlah jam per minggu paling sedikit, dalam hal ini guru atas nama Firman Oktora, S.Si, M.Pd sehingga jumlah jam yang diperoleh guru tersebut menjadi :25+4 = 29 jam tatap muka per minggu. Kasus2 : Pada Sebuah Sekolah SMK XXX terdapat 3 orang gurukkpipada jenjang SMK dengan latar belakang akademik bidang teknologi informasi juga berlatar belakang kualifikasi akademik lainnya dan telah tersertifikasi di bidang KKPI. Di sekolah yang bersangkutan terdapat 3 orang guru KKPI, dengan jumlah peserta didik 27orang dengan jumlah sebaran kelas X=27 (2 rombel), XI=120 (4 rombel), XII= 60 (3 rombel), 25 orang pendidik, 5 orang tenaga kependidikan dan terdapat mata pelajaran muatan Lokal KKPI 9 rombel. Maka untuk menghitung beban kerja jabatan guru pada tahun tersebut digunakan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut 24

25 Skenario penyelesaian : Pada kelas X terdapat 2 rombel dengan jumlah peserta didik 27 orang, tenaga pendidik dan kependidikan total 30 dibagi untuk 3 orang guru. Dengan masing-masing guru mendapat 10 orang. Guru A : Langgeng Hadi Prasetyo, ST, M.Pd Dapat memenuhi beban kerja dalam : 1. Layanan Teknologi Informasi a. Membimbing kelas X jumlah peserta didik 27 orang 27 = x 24 = 4,32 jam (ekuivalen 4 jam Tatap Muka) 150 b. Memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 14 orang 10 = x 24 = 6 jam (ekuivalen 6 jam Tatap Muka) 40 Beban Kerja Guru : Langgeng Hadi Purwanto, STP, M.Pd sebanyak 4+6 = 10 Jadi, Langgeng Hadi Purwanto, STP, M.Pdbelum memenuhi kewajiban pemenuhan jam tatap muka sebanyak 10 jam per minggu. Oleh karena itu perlu dilakukan pemenuhan jam bimbingan dengan melakukan muatan lokal. 2. Muatan Lokal Jumlah rombel 9, dengan perhitungan dibagi untuk 3 guru = 2 rombel kls X * 2 Jam Tatap Muka = 4 jam Tatap Muka = 2 rombel kls XI * 2 Jam Tatap Muka = 4 Jam Tatap Muka 25

26 Jadi beban kerja yang di dapat oleh Langgeng Hadi purwanto, STP, M.Pd setelah mendapatkan beban membimbing di muatan lokal menjadi 8 jam Tatap Muka per minggu 3. Program Peminatan KKPI Untuk Kelas X, dengan perhitungan sebagai berikut : = 3 Jam Tatap Muka * 2 rombel = 6 jam Tatap Muka Maka beban yang di dapat setelah mendapatkan beban kerja pada program peminatan KKPI menjadi 24 Jam Tatap Muka per minggu.dan berdasarkan jumlah kerja minimal guru tersebut belum memenuhi untuk mendapatkan tunjungan fungsional guru. Guru B : Drs. Suwito, M.Pd Dapat memenuhi beban kerja dalam : 1. Layanan Teknologi Informasi a. Membimbing kelas XI jumlah peserta didik 120 orang (4 rombel) 120 = x 24 = 19,2 jam (ekuivalen 19 jam Tatap Muka) 150 b. Memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 14 orang 10 = x 24 = 6 jam (ekuivalen 6 jam Tatap Muka) 40 Beban Kerja Guru :Drs. Suwito, M.Pd sebanyak 19+6 = 25 Jadi, Drs. Suwito, M.Pd telah memenuhi kewajiban pemenuhan jam tatap muka sebanyak25 jam per minggu. 26

27 Guru C : Drs. Rochmat, M.Pd Dapat memenuhi beban kerja dalam : 1. Layanan Teknologi Informasi a. Membimbing kelas XII jumlah peserta didik 60 orang (3 rombel) 60 = x 24 = 9,6 jam (ekuivalen 9jam Tatap Muka) 150 b. Memfasilitasi pendidik dan tenaga kependidikan sebanyak 10 orang 10 = x 24 = 6 jam (ekuivalen 6 jam Tatap Muka) Muatan Lokal Jumlah rombel 3, dengan perhitungan dibagi untuk 3 guru = 3 rombel kls XII * 2 Jam Tatap Muka = 6 jam Tatap Muka = 2 rombel kls XI * 2 Jam Tatap Muka = 4 Jam Tatap Muka Jadi beban kerja yang di dapat oleh Langgeng Hadi purwanto, STP, M.Pd setelah mendapatkan beban membimbing di muatan lokal menjadi 25 jam Tatap Muka per minggu. B. Jenjang SD/MI atau SMP/MTs Kasus3 : Pada Sekolah SD XXX terdapat 2 orang gurutik dengan latar belakang akademik bidang teknologi informasi dan telah tersertifikasi di bidang TIK. Di sekolah tersebut terdiri dari 250 peserta didik, dengan sebaran kelasiv=90 peserta didik (3 rombel), kelas V=90 peserta didik (3 rombel), kelas VI=70 peserta didik (2 rombel), dan terdiri dari 24 orang pendidik. Pada sekolah ini membuka muatan lokal TIK pada kelas IV, V 27

28 dan VI. Dengan asumsi setiap level kelas terdiri dari 3 rombel dari kelas 1 sampai dengan kelas 3 Maka untuk menghitung beban kerja jabatan guru pada tahun tersebut digunakan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut Skenario penyelesaian : Guru A :Wijaya Kusumah,M.Pd Dapat memenuhi beban kerja dalam : 1. Layanan Teknologi Informasi a. Membimbing kelas IV (90 peserta didik) 90 = x 24 = 14,4 jam (ekuivalen 14 jam Tatap Muka) 150 b. Memfasilitasi pendidik sebanyak 12 orang pendidik 12 = x 24 = 4,8 jam (ekuivalen 4 jam Tatap Muka) Muatan Lokal TIK Mengajar muatan lokal TIK kelas V (3 rombel) dan VI (2 rombel) = 2 Jam TM x 5 rombel = 10 jam Tatap Muka Beban Kerja Guru :Wijaya Kusuma, M.Pd sebanyak = 28 28

29 Jadi, Wijaya Kusuma, muka sebanyak 28 jam per minggu. M.Pdtelah memenuhi kewajiban pemenuhan jam tatap Guru B :Iwan Setiawan,ST Dapat memenuhi beban kerja dalam : 1. Layanan Teknologi Informasi a. Membimbing kelas V (3 rombel) dan VI (2 rombel) jumlah peserta didik 160 orang 160 = x 24 = 25,6 jam (ekuivalen 25 jam Tatap Muka) 150 b. Memfasilitasi pendidik sebanyak 12orang pendidik 12 = x 24 = 4,8 jam (ekuivalen 4 jam Tatap Muka) Muatan Lokal TIK Mengajar muatan lokal TIK kelas IV (3 rombel) = 2 Jam TM x 3 rombel = 6 jam Tatap Muka Beban Kerja Guru :Iwan Setiawan, STsebanyak = 35 Jadi, Iwan Setiawan, ST telah memenuhi kewajiban pemenuhan jam tatap muka sebanyak 35 jam per minggu. 29

PERANGKAT PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG

PERANGKAT PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG PERANGKAT PEMBELAJARAN BIMBINGAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP MUHAMMADIYAH 1 JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Guru Pembimbing TIK : Nama : Retno Kusumawati, S Kom. NUPTK : 0252756657300063

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK DAN KKPI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 KATA PENGANTAR Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN 2014 TENTANG PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ATAU KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DALAM IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN GURU KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI

Lebih terperinci

, No.1905 Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

, No.1905 Komputer dan Pengelolaan Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1905, 2015 KEMENDIKBUD. Guru TIK. Guru Komputer dan Pengelolaan Informasi. Kurikulum 2013. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS GURU TIK & KKPI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 PENGGUNAAN TIK 1. Pencarian informasi 2. Mengakses jejaring sosial 3. Mengakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

Lebih terperinci

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013

BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 1 BAB I MENGENAL PENILAIAN KURIKULUM 2013 A. Sekilas Tentang Kurikulum 2013 Sebelum membahas mengenai penilaian dalam Kurikulum 2013, sebaiknya kita pahami dulu tentang latar belakang, arah, dan tujuan

Lebih terperinci

jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global. Kehidupan global akan melahirkan kebudayaan global dalam

jawab untuk memberikan jawaban yang tepat terhadap tantangan dan peluang kehidupan global. Kehidupan global akan melahirkan kebudayaan global dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013

LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013 LAPORAN ANALISIS KURIKULUM 2013 DASAR HUKUM, RASIONAL PENGEMBANGAN SERTA ELEMEN PERUBAHAN TENTANG KOMPETENSI PEMBELAJARAN, PENILAIAN PEMBELAJARAN DAN RANCANGAN KURIKULUM 2013 Oleh : Intan Mustika Noor

Lebih terperinci

TJETJEP RONY BUDIMAN

TJETJEP RONY BUDIMAN TJETJEP RONY BUDIMAN tjetjeprb@gmail.com 06-03-2014 TJETJEP RONY BUDIMAN - 2014 2 Pengertian KURIKULUM UU No. 20 Tahun 2003 - SPN seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan formal mempunyai proses bimbingan yang terencana dan sistematis mengacu pada kurikulum. Kurikulum merupakan unsur yang siknifikan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1 IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PENGERTIAN KURIKULUM (Pasal 1 UU No. 0 Tahun 00) Seperangkat rencana & pengaturan SNP Tujuan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Sekolah Sejak 30 Juli 1966 SMP Negeri 61 berdiri sebagai sekolah pemerintah. Pada awalnya SMP Negeri 61 beralamat di Jalan Palmerah Utara. Bangunan yang digunakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK UU SISDIKNAS NO 20 TH 2003 BAB IX STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Pasal 35 (1) dan (2): (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Departemen Pendidikan Nasional Materi 2 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Sosialisasi KTSP LINGKUP SNP 1. Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya

BAB II LANDASAN TEORI. kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kurikulum 2013 2.1.1 Definisi Kurikulum Kurikulum sangat penting untuk dunia pendidikan karena merupakan kunci utama mencapai sukses dalam dunia pendidikan. Secara etimologis,

Lebih terperinci

ABDUL ROHMAN, 2015 KORELASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FISIKA DAN KIMIA TERHADAP PENGUASAAN TEORI MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF

ABDUL ROHMAN, 2015 KORELASI HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN FISIKA DAN KIMIA TERHADAP PENGUASAAN TEORI MATA PELAJARAN TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdirinya organisasi antar bangsa seperti World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia- Pacific Economic Cooperation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Faiq Mu tasim Billah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Faiq Mu tasim Billah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengalami perkembangan yang begitu pesat. Perkembangan tersebut memiliki dampak yang tidak dapat dihindari tentunya.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 ` DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 41 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 911 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN DASAR KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU ~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR Draf 03 12 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

RASIONAL KURIKULUM 2013

RASIONAL KURIKULUM 2013 RASIONAL KURIKULUM 2013 PPT - 1.1 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kurikulum menurut Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.1a RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013 2 Kurikulum 2013 Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN, PENINGKATAN PROFESIONALISME, DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN GURU, KEPALA SEKOLAH/MADRASAH, DAN PENGAWAS DI KAWASAN

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013

ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013 PPT - 1.2 BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Elemen Perubahan Standar

Lebih terperinci

Jurnal Elementary ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal A. LATAR BELAKANG

Jurnal Elementary ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal A. LATAR BELAKANG Jurnal Elementary ISSN 2614-5596 FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 Januari 2018, Hal. 11-15 ANALISIS PENCAPAIAN 8 KOMPONEN STANDAR AKREDITASI SD/MI DI KOTA MATARAM Haifaturrahmah Dosen PGSD Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENYUSUN. Drs. Nurhadi, M.Pd., M.Si. PEMBAHAS. Dr. M. Jacky, S.Sos., M.Si.

PENYUSUN. Drs. Nurhadi, M.Pd., M.Si. PEMBAHAS. Dr. M. Jacky, S.Sos., M.Si. PENYUSUN Dra. Hj. Sri Suntari, M.Si. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Susvi Tantoro, S.Sos. ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Istiqomah, S.Sos., M.Pd ( PPPPTK PKn DAN IPS ) Lilik Tahmidaten, S.Sos., M.A. ( PPPPTK PKn DAN IPS

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN TENTANG 1 GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 16 TAHUN 20172016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS, SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, SEKOLAH MENENGAH ATAS

Lebih terperinci

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 BAB II JUDUL BAB II... 4 A. Pengertian Peminatan,

Lebih terperinci

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le No.174, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. SMK Kehutanan Negeri Pendidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.11/Menhut-II/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.11/Menhut-II/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM PEDOMAN PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL I. PENDAHULUAN Muatan lokal, sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN JARAK JAUH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3)

Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3) Elemen Perubahan dari Kurikulum 2006 ke Kurikulum 2013 Pergeseran Komponen Kurikulum 2013 Komponen Silabus: (1) Identitas satuan pendidikan dan mata pelajaran, (2) tingkat kelas, (3) kompetensi inti, (4)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018 SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018 1 Pendahuluan 2 Pengertian beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam menerima pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pada bab VI tentang jalur jenjang dan jenis pendidikan, pasal 13 ayat ( 1 ) dinyatakan bahwa proses

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG PEMINATAN PADA PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) 1 1. Pengertian KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masingmasing satuan pendidikan 2 2. Landasan Pengembangan KTSP

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika SD

Pembelajaran Matematika SD Pembelajaran Matematika SD Yasin Yusuf, S.Pd Kurikulum 2013 1 Perkembangan Penduduk sebagai Modal SDM Usia Produktif (2020-2035) Melimpah Kompeten Tidak Kompeten Modal Pembangunan Transformasi melalui

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang

Lebih terperinci

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa agar

Lebih terperinci

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP.

2. KTSP dikembangkan oleh program keahlian dengan melibatkan berbagai pihak sesuai dengan tahapan penyusunan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK

BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK 55 BAB III ANALISIS KURIKULUM SMK Tujuan Pembelajaran Khusus: Peserta diklat mampu: 1. menyebutkan tujuan kurikulum SMK program keahlian teknik audio video atau teknik transmisi; 2. menyebutkan/menjelaskan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI BAGIAN KE TIGA JENIS PENDIDIKAN TINGGI 1. Pendidikan Akademik 2. Pendidikan Vokasi 3. Pendidikan Profesi Pendidikan Akademik

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting untuk mewujudkan kemajuan suatu bangsa. Dengan adanya pendidikan yang bermutu, akan diperoleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

Lebih terperinci

Tenaga Kependidikan ISI Proses Sarana & Prasarana Kompetensi Lulusan Penilaian Pendidikan Pengelolaan Pembiayaan STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Tenaga Kependidikan ISI Proses Sarana & Prasarana Standar Kompetensi

Lebih terperinci

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan. 1. UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 50 ayat (3) 2. PP no 19 tahun 2005 (Pasal 61 ayat 1), 3. Renstra Diknas 2005-2009 4. Bervariasinya penyelenggaraan 5. Rekomendasi kajian profil SBI tahun 2006 6. Buku Pedoman

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional 1 SEKOLAH INTERNASIONAL DASAR HUKUM: 1. PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Drs., M.Pd. - - FIP - UPI Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan No Drs., M.Pd. - - FIP - UPI Perkembangan Jumlah Guru Sumber: Balitbang 2004 Jenjang Pendidikan Tahun 2000/2001 2001/2002 2002/2003 1 TK 102,503

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan keagamaan

Lebih terperinci

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Astrada, 2014 Studi pelaksanaan standar proses di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 terpadu Ngabang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Astrada, 2014 Studi pelaksanaan standar proses di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 terpadu Ngabang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar proses adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan. Standar proses bertujuan untuk

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR KURIKULUM DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

KERANGKA DASAR KURIKULUM DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH KERANGKA DASAR KURIKULUM DAN STRUKTUR KURIKULUM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional 1 LANDASAN KONSEPTUAL Definisi Umum: SBI adalah sekolah/madrasah yang

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 049 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 049 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 049 TAHUN 2017 TENTANG PROSEDUR PENDIRIAN, PENGGABUNGAN, PERUBAHAN, DAN PENUTUPAN SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG a WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.42/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci