BAB I PENGANTAR. Pemahaman atas aktivitas bisnis klien dilakukan auditor dengan mengembangkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. Pemahaman atas aktivitas bisnis klien dilakukan auditor dengan mengembangkan"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Pemahaman atas aktivitas bisnis klien dilakukan auditor dengan mengembangkan suatu perspektif holistik dalam pengauditan berbasis risiko (risk-based audit) untuk menentukan risiko bisnis klien (Bell dkk., 2002). Prosedur analitis merupakan komponen mandatori dari suatu audit (Biggs, Mock dan Watkins, 1998) dan memunyai peran penting dalam pengauditan berbasis risiko (Bell dkk., 1997; Eilifsen, Knechel dan Wallage, 2001). AICPA guidance (2008) menyatakan bahwa penentuan ekspektasi atas klien adalah fase penting dalam prosedur analitis. Penentuan hipotesis awal untuk mengidentifikasi penyebab fluktuasi data keuangan klien dilakukan dalam prosedur analitis tahap perencanaan (Koonce, 1993). Ketidakakuratan pertimbangan pada tahap akhir disebabkan oleh kegagalan auditor menyusun hipotesis awal (Bedard dan Biggs, 1991a). Penyebab utama ketidaakuratan hipotesis awal dan pertimbangan akhir adalah ambiguitas data yang meliputi kecukupan dan kompleksitas data (Luippold dan Kida, 2012). Kecukupan data terkait dengan kelengkapan informasi sedangkan kompleksitas data terkait dengan jumlah informasi yang tersedia (Hogarth dan Einhorn, 1992). Data yang kompleks dan cukup menyebabkan pertimbangan profesional auditor lebih akurat (Luippold dan Kida, 2012). Data yang kompleks memerlukan pemrosesan kognitif yang lebih dalam sehingga mengeliminasi ketidakakuratan penentuan hipotesis awal. Data yang kompleks merupakan informasi menyeluruh 1

2 atau informasi dengan skopa holistik. Penilaian atas data yang disajikan secara holistik dilakukan untuk mendapatkan pemahaman bisnis atas klien. Penggunaan perspektif holistik dalam penilaian strategik bermanfaat untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mengancam model bisnis klien (Eilifsen, Knechel dan Wallage, 2001; Fukukawa dan Mock, 2011; Ballou, Earley dan Rich, 2004). Data yang disajikan secara menyeluruh (holistik) pada satu sisi dapat meningkatkan akurasi pertimbangan profesional auditor (Luippold dan Kida, 2012), namun studi bidang psikologi menunjukkan penilaian suatu objek yang disajikan secara holistik berpotensi menyebabkan munculnya efek halo (Murphy, Jako dan Anhalt, 1993). Riset di bidang pengauditan menunjukkan bahwa efek halo berdampak pada ketidakakuratan penentuan risiko salah saji dalam prosedur analitis oleh auditor (O Donnel dan Schultz, 2005), maupun dalam penilaian pengendalian pengganti (Grammling, O Donnel dan Vandervalde, 2010). Ketidakuratan penentuan risiko salah saji material akibat efek halo perlu dimitigasi supaya tidak memengaruhi pertimbangan akhir yang ditentukan auditor (Grammling, O Donnel dan Vandervalde, 2010). Riset ini menguji pengaruh skopa informasi holistik terhadap efek halo dan dampaknya pada penentuan risiko salah saji material dan mengusulkan strategi mitigasi efek halo agar pertimbangan profesional auditor lebih akurat. Efek halo merupakan salah satu bias individu dalam melakukan penilaian atas seseorang atau suatu objek dengan menggeneralisir penilaian satu atribut untuk melakukan penilaian atas atribut yang lain (Schultz dan Schultz, 2010:122). Penilaian pertama didasarkan pada impresi awal atas informasi yang diperoleh 2

3 pertama kali sehingga berdampak signifikan terhadap pertimbangan atas informasi yang disajikan berikutnya (Tetlock, 1983). Dampak yang ditimbulkan oleh pendekatan holistik atas penilaian suatu objek adalah terdistorsinya keputusan atas penilaian atribut objek secara rinci, misalnya dalam penentuan risiko atas informasi analitis (Finucane dkk., 2000), risiko atas analisis keuangan (Moreno, Kida dan Smith, 2002). Wilks (2002) memberikan temuan empiris bahwa selama evaluasi going-concern, auditor yang mengetahui penilaian partner sebelum penugasan dijalankan akan cenderung untuk mendistorsi penilaian pada bukti rinci yang sesuai dengan penilaian partner tersebut. Efek halo terjadi ketika pengetahuan evaluasi menyeluruh pengambil keputusan memengaruhi objektivitas dalam evaluasi bukti rinci berikutnya (Slovic dkk., 2002; Peecher, 1996), dan ketika pengambilan keputusan atas suatu bukti akhir akan cenderung konsisten dengan bukti awal (Nisbett dan Wilson, 1977; Cooper, 1981a; Balzer dan Slusky, 1992; Murphy, Jako dan Anhalt, 1993). Efek halo disebut sebagai positive halo error (Fisicaro, 1988). Penilaian positif atas karakteristik tertentu dari suatu objek menyebabkan penilaian karakteristik lain pada objek tersebut juga positif. Studi efek halo memfokuskan pada penyajian informasi yang menimbulkan kesan meyakinkan dan hal tersebut merupakan proses konfirmatori (Tan dan Jamal, 2001). Literatur bidang psikologi menjelaskan kondisi tersebut sebagai bias konfirmasi (confirmation bias), yaitu cenderung mengkonfirmasi penilaian bukti akhir sehingga sesuai dengan penilaian bukti awal (Balzer dan Sluzky, 1992; Ballou, Earley dan Rich, 2004). 3

4 Studi efek halo pada konteks audit ditunjukkan O Donnel dan Schultz (2005) serta Grammling, O Donnel dan Vandervalde (2010). Hasil eksperimen O Donnel dan Schultz (2005) menunjukkan bahwa penilaian risiko yang dilakukan oleh auditor dengan penilaian strategik menjadi kurang sensitif terhadap fluktuasi akun yang tidak konsisten daripada penilaian risiko yang dilakukan oleh auditor yang tidak melakukan penilaian strategik. Hasil lain menunjukkan bahwa auditor yang memberi nilai risiko bisnis rendah menjadi kurang sensitif terhadap inkonsistensi fluktuasi akun daripada auditor yang memberi nilai risiko bisnis tinggi. Grammling, O Donnel dan Vandervalde memberikan bukti empiris yang memperkuat temuan efek halo pada lingkungan audit, bahwa pengetahuan global tentang risiko salah saji material material atas suatu pengendalian internal menyebabkan pertimbangan profesional auditor memberikan penilaian yang tinggi untuk pengendalian pengganti. Riset menunjukkan bahwa pemicu efek halo adalah impresi meyakinkan dari objek yang dinilai sehingga mendistorsi keputusan yang diberikan (Fisicaro, 1988; Nisbet dan Wilson, 1977). Objek penilaian audit adalah informasi klien dalam bentuk laporan keuangan maupun informasi pendukung lainnya. Impresi meyakinkan dari objek yang dinilai dapat disebabkan oleh media penyampaian informasi maupun metoda penyajian informasi. Boritz (1985), Richhiute (1984), Schultz dan Reckers (1981) menunjukkan bahwa media penyampaian informasi dalam bentuk visual (hasil review dari dokumentasi kertas kerja audit), auditory (percakapan face-to-face atau telepon antara auditor pelaksana dengan supervisor) atau kombinasi visual dengan 4

5 auditory memengaruhi pengambilan keputusan auditor. Media penyampaian informasi yang berbeda menyebabkan proses kognitif dalam mencerna informasi juga berbeda (Ricchiute, 1984). Metoda penyajian informasi dalam bentuk urutan informasi juga menimbulkan bias dalam pengambilan keputusan (Hogarth dan Einhorn, 1992; Pinsker 2007, 2011; Tuttle, Coller dan Burton, 1997; Libby dan Tan 1999, Trotman dan Wright, 1996). Efek primasi terjadi ketika individu cenderung membobot lebih besar informasi yang disajikan pada urutan awal dalam membuat keputusan. Individu yang cenderung membobot informasi lebih besar yang disajikan pada urutan akhir untuk membuat keputusan merupakan kondisi yang disebut efek kekinian (recency effect). Model ini disebut sebagai model revisi keyakinan (belief adjustment model) (Hogarth dan Einhorn, 1992). Grcic (2008) berpendapat bahwa efek halo dapat dijelaskan dengan efek primasi karena impresi awal positif pada objek yang dinilai memengaruhi pengambil keputusan dalam menilai positif atribut lain dari objek tersebut. Impresi meyakinkan atas klien yang memicu efek halo juga dari skopa informasi yang disajikan. Informasi bisa disajikan dalam skopa 1 menyeluruh (holistik) maupun spesifik. Dalam konteks akuntansi managerial, Booker, Draker dan Heitger (2007) membedakan presisi penyajian informasi dalam informasi kos spesifik dan informasi kos relatif. Informasi kos spesifik yang digunakan untuk pengambilan keputusan memunyai presisi yang pasti (exact) (misalnya angka atau kalimat yang terperinci), sedangkan sebagai lawan dari informasi kos spesifik adalah informasi kos relatif memunyai makna relatif (lebih besar atau lebih kecil, 1 Skopa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna bidang suatu kegiatan, lapangan, jangkauan, ruang lingkup, cakupan. Dalam penelitian ini skopa berarti ruang lingkup atau cakupan. 5

6 baik berupa kalimat maupun angka). Informasi kos spesifik menghasilkan keputusan yang lebih akurat dibandingkan informasi kos relatif. Informasi berskopa holistik maupun spesifik yang digunakan auditor dalam prosedur analitis adalah informasi keuangan maupun informasi non keuangan berupa hasil wawancara dengan pihak managemen klien. Ekspektasi auditor atas klien dalam prosedur analitis tidak hanya dipengaruhi oleh informasi nonfinansial tetapi juga oleh informasi finansial (Brazel, Jones dan Prawitt, 2012). Perspektif holistik dalam prosedur analitis dipengaruhi oleh penilaian strategik yang dikembangkan (O Donnel dan Schultz, 2002; 2005) sehingga penilaian risiko pada tahap awal lebih tepat (Knechel dkk., 2010). Arens, Elder dan Beasley (2012) menjelaskan bahwa hasil wawancara dengan pihak managemen klien dilakukan pada tahap pemahaman bisnis dan industri klien. Hasil dari wawancara tersebut diberikan kepada tim audit yang ditugaskan. Oleh karena hasil wawancara merupakan informasi penting bagi tim audit untuk melakukan prosedur analitis tingkat awal, maka cara penyajian informasi dalam skopa holistik atau spesifik akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pada tahap perencanaan ketika melakukan ekspektasi atas klien. Messier, Simon dan Smith (2013) menegaskan bahwa peluang riset dalam prosedur analitis pada fase pengembangan ekspektasi atas klien perlu dikembangkan lebih lanjut. Isu yang ingin diteliti adalah apakah skopa informasi holistik menimbulkan efek halo yang memengaruhi pengambilan keputusan audit dan bagaimana strategi mitigasi bias tersebut. Untuk menjawab isu tersebut, dalam penelitian ini menggunakan manipulasi penyajian informasi dalam skopa spesifik 6

7 dan skopa umum (holistik). Pemilihan istilah skopa holistik sebagai pembanding skopa spesifik didasari makna holistik adalah utuh dan menyeluruh sebagai suatu bagian, sedangkan makna spesifik adalah bersifat khusus atau khas. 2 Penelitian ini menduga bahwa auditor yang menerima informasi dengan skopa holistik berpotensi terhadap munculnya efek halo yang ditunjukkan dengan penentuan risiko salah saji material yang tidak akurat oleh auditor. Auditor yang menghadapi klien dengan impresi positif, cenderung memberi penilaian awal yang positif pada satu atribut klien, dan ketika menghadapi informasi berskopa holistik memerlukan upaya kognitif lebih besar dalam membuat keputusan. Kondisi ini menunjukkan adanya distorsi kognitif yang menggunakan penilaian awal sebagai dasar penilaian karakteristik yang lain. Akibatnya, pengambilan keputusan akan mengandalkan heuristika keterwakilan yaitu pengambilan keputusan secara cepat karena sudah ada penilaian awal yang dianggap mewakili atribut lain yang dinilai. Kondisi sebaliknya terjadi pada auditor berskopa spesifik. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori kognitif (Bazerman, 1994) bahwa individu memiliki keterbatasan kognitif dalam mengolah informasi. Keterbatasan individu dalam memproses informasi, tidak lepas dari peran memori dalam dirinya. Keputusan yang dipengaruhi memori tergantung dari tata cara suatu tugas distrukturkan, tanda-tanda (cues) yang diseleksi baik dari lingkungan maupun memori individu, aturan untuk memproses informasi, serta interpretasi dan pengkodingan hasil dari penilaian (Hogarth, 1987). Klien cenderung menyajikan informasi yang baik dan meyakinkan agar kondisinya 2 Sumber KBBI 7

8 dinilai baik oleh auditor. Informasi yang disajikan klien secara holistik yaitu secara menyeluruh tetapi tidak rinci, membentuk representasi mental pada auditor bahwa kondisi klien pada atribut yang lain juga baik. Auditor sebagai individu memunyai keterbatasan dalam memproses informasi maka keputusan yang diambil berdasarkan strategi heuristik (Bazerman, 1994). Penggunaan pertimbangan berdasarkan kejadian yang dinilai dengan tingkat kesamaannya dengan suatu kelompok kejadian merupakan bias keterwakilan (Hogarth, 1987). Bias tersebut menjelaskan efek halo yang muncul akibat penggeneralisiran bukti audit (informasi rinci) berikutnya berdasarkan informasi umum yang diterimanya sehingga memengaruhi pertimbangan profesional yang diambil auditor. Pertimbangan profesional pada tahap perencanaan yang terpengaruh efek halo berdampak pada tahap pengujian dan opini audit. Penilaian awal yang baik atas klien karena efek halo menyebabkan luas dan lingkup pengujian tidak tepat. Dampak dari pengujian audit yang tidak tepat adalah pemberian opini yang tidak sesuai dengan kondisi klien senyatanya. Pemberian opini yang tidak tepat akan merugikan pemakai opini audit. Kondisi tersebut juga dapat membawa auditor pada sanksi dari lembaga profesi atau pemerintah. Dalam konteks Indonesia, sanksi dapat berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana yang diatur dalam Undang-Undang No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Berkaitan dengan risiko yang dihadapi auditor tersebut, prosedur awal pada tahap perencanaan audit yaitu pemahaman bisnis dan industri klien dengan pendekatan holistik menjadi semakin penting. Efek halo yang timbul akibat evaluasi secara holistik dalam penilaian strategik perlu diantisipasi dan dimitigasi. Hasil penelitian O Donnel dan Schultz (2005) seharusnya tidak dimaknai bahwa penilaian strategik tidak 8

9 penting untuk meningkatkan efektivitas audit. Tahap penilaian strategik seharusnya bisa dikelola untuk menghindari konsekuensi bias auditor sebagai individu. Grammling, O Donnel dan Vandervalde (2010) dalam kesimpulannya menegaskan bahwa riset yang akan datang perlu mengidentifikasi alat yang bermanfaat untuk memitigasi efek halo. Cooper (1981b) menyatakan bahwa terdapat beberapa pendekatan untuk memitigasi efek halo, misalnya pengendalian statistik, pelatihan, peningkatan familiaritas dengan peringkat, pengelompokan peringkat, pengelompokan kategori yang tidak relevan dan pemeringkatan setelah observasi dan review. Dari berbagai metoda tersebut, metoda yang sesuai dalam konteks pengauditan adalah pelatihan. Pada auditor pemula, adanya pelatihan dimaksudkan untuk memeroleh keahlian analitis yang kompleks (Earley, 2001). Hal tersebut juga sesuai dengan standar umum auditing pertama yang menyatakan pelatihan audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. Metoda pelatihan menurut Earley (2001) disebut sebagai metoda akusisi pengetahuan. Auditor dapat mengandalkan pada pengetahuan prosedural (procedural knowledge) untuk memperoleh keahlian yang diperlukan (Bonner dan Walker, 1994). Dalam penelitiannya, Bonner dan Walker (1994) menjelaskan bahwa kombinasi instruksi atasan kepada bawahan dan balikan eksplanatori terkait dengan bagaimana menentukan jawaban yang benar membantu auditor pemula memperoleh keahlian prosedural. Namun demikian, intervensi pelatihan dengan balikan eksplanatori adalah mahal, karena memerlukan keterlibatan pelatih 9

10 (trainer) yang pada umumnya adalah auditor senior untuk menyiapkan contoh kasus dan penyelesaiannya. Auditor pemula mempelajari keahlian prosedural melalui pengalaman pribadi atau melalui observasi dengan auditor lain yang lebih berpengalaman (Earley, 2001). Earley (2001) memperluas penelitian Bonner dan Walker (1994) dengan melakukan pengujian efektivitas dua metoda akuisisi pengetahuan yaitu swa-eksplanasi (self-explanation) dan balikan eksplanatori (explanatory feedback 3 ). Swa-eksplanasi merupakan metoda akuisisi pengetahuan dengan memberikan kesempatan bagi individu untuk menjelaskan pada diri mereka sendiri rasionalisasi jawaban yang mereka pilih atas beberapa kasus yang diberikan. Balikan eksplanatori merupakan metoda akuisisi pengetahuan dengan menggunakan satu contoh penyelesaian suatu kasus untuk memecahkan kasus baru. Earley (2001) menjelaskan bahwa auditor pemula (novice auditors) yang mempelajari penentuan kelayakan ukuran dari klien dalam penilaian estat real memunyai performa yang lebih baik pada purnauji ketika mereka diberikan umpan balik penjelas terkait dengan tanda-tanda informasi yang disediakan. Kombinasi swa-eksplanasi dan balikan eksplanatori membuat kualitas pertimbangan lebih baik dibandingkan jika digunakan salah satu, namun kombinasi metoda pelatihan tersebut menjadi mahal dan waktu pelatihan menjadi semakin lama (Earley, 2001). Earley (2003) memperluas eksperimen sebelumnya (Earley, 2001) dengan memberikan waktu pemberian munculan balikan (feedback outcome) untuk 3 Feedback diterjemahkan sebagai balikan atau umpan balik (KBBI). 10

11 menentukan level penalaran dalam swa-eksplanasi sehingga memengaruhi kinerja. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa subjek yang menerima munculan balikan pada awal penugasan mempunai level penalaran yang lebih baik dalam swaeksplanasi dibandingkan subjek yang menerima munculan balikan di akhir penugasan. Dalam kesimpulannya, Earley (2003) menyatakan bahwa metoda akuisisi pengetahuan swa-eksplanasi bukan merupakan metoda yang efektif untuk semua situasi yang dihadapi auditor, balikan eksplanatori dapat menjadi metoda lain dalam meningkatkan pertimbangan profesional auditor. Penelitian ini memiliki dua isu yaitu fenomena efek halo yang memengaruhi ketidakakuratan pertimbangan profesional auditor dan strategi mitigasi yang dapat mengurangi pengaruh efek halo dalam pertimbangan profesional. Skopa informasi yang diterima auditor berpotensi terhadap munculnya efek halo sehingga berpengaruh pada pertimbangan profesional pada tahap perencanaan audit dan tahap pengujian berikutnya. Upaya mitigasi diperlukan untuk mengurangi pengaruh efek halo terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Sarana untuk memitigasi efek halo adalah dengan pelatihan yang bertujuan meningkatkan kualitas pertimbangan profesional yaitu dalam penentuan risiko salah saji material saldo akun pada tahap perencanaan. Metoda akusisi pengetahuan swa-eksplanasi dan balikan eksplanatori merupakan metoda yang efektif untuk meningkatkan pertimbangan profesional auditor (Earley, 2001; 2003). Dengan menggunakan metoda tersebut diharapkan efek halo dapat dimitigasi. 11

12 Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk menjawab pertanyaan: (1) apakah skopa informasi menyebabkan munculnya efek halo yang memengaruhi penentuan risiko salah saji material? (2) apakah metoda akuisisi pengetahuan swa-eksplanasi dapat menjadi strategi mitigasi efek halo pada auditor dalam penentuan risiko salah saji material? (3) apakah metoda akuisisi pengetahuan balikan eksplanatori dapat menjadi strategi mitigasi efek halo pada auditor dalam penentuan risiko salah saji material? Tujuan penelitian ini adalah memberikan bukti empiris adanya hubungan sebab akibat antara skopa informasi yang menimbulkan efek halo dengan penentuan risiko salah saji material saldo akun, serta hubungan antara strategi mitigasi efek halo dengan risiko salah saji material saldo akun. Desain yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian tersebut adalah metoda eksperimen laboratorium. Metoda eksperimen laboratorium untuk menguji teori yang menerangkan hubungan sebab akibat (Shadish, Cook dan Campbell, 2002). Kekuatan metoda eksperimen adalah kemampuan peneliti dalam memanipulasi variabel independen dan mengontrol variabel lain yang berpotensi memengaruhi variabel dependen lain namun tak relevan dengan tujuan penelitian (Nahartyo, 2012). Metoda eksperimen dalam penelitian ini tergolong eksperimen tulen dan pengujian hipotesis pertama dengan alternative-treatment design with pretestposttest. Pengujian hipotesis dua dan tiga dengan pretest-posttest control group design atau desain grup kontrol dengan purwauji (pretest) dan purnauji (posttest). Disertasi ini terdiri dari beberapa bagian yaitu bab satu memaparkan latar belakang penelitian, kontribusi dan tujuan penelitian. Pembahasan pada bab dua 12

13 menjelaskan teori, konsep dan pengembangan hipotesis penelitian. Bab tiga menjelaskan disain metoda eksperimen yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Bab empat menyajikan hasil pengujian, pembahasan dan analisis tambahan. Disertasi ini diakhiri dengan kesimpulan, implikasi teoritis dan implikasi praktis pada bab lima. Lampiran berupa materi eksperimen yang meliputi data subjek penelitian, instrumen penelitian, data internalisasi materi eksperimen, booklet perusahaan untuk manipulasi dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan seminar. 1.2 Motivasi Penelitian Penelitian ini dimotivasi adanya fenomena bias halo pada konteks pengauditan dan hasil riset terdahulu (O Donnel dan Schultz, 2005; Grammling, O Donnel dan Vandervalde, 2010) memunculkan peluang untuk dikembangkan. Secara terperinci, motivasi penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penentuan hipotesis awal pada prosedur analitis tahap perencanaan memerlukan informasi yang cukup dan kompleks agar pertimbangan profesional menjadi akurat (Luippold dan Kida, 2012). Informasi yang kompleks menyajikan data klien secara holistik. Riset di bidang psikologi menunjukkan bahwa penyajian objek secara holistik berpotensi terhadap munculnya efek halo (Nisbet dan Wilson, 1977; Murphy, Jako dan Anhalt, 1993). Riset di bidang pengauditan menunjukkan bahwa auditor dapat mengalami efek halo dalam prosedur analitis ketika informasi disajikan secara holistik (O Donnel dan Schultz, 2005) dan pengetahuan global juga menyebabkan efek halo dalam penilaian pengendalian pengganti 13

14 (Grammling, O Donnel dan Vandervalde, 2010). Riset terdahulu (Luippold dan Kida, 2012; O Donnel dan Schultz, 2005; Grammling, O Donnel dan Vandervalde, 2010) menunjukkan adanya kesenjangan penelitian bahwa penyajian informasi secara kompleks menyebabkan pertimbangan profesional menjadi akurat, namun di satu pihak penyajian secara holistik dapat menimbulkan efek halo dan menyebabkan pertimbangan profesional menjadi tidak akurat. Hal ini yang memotivasi riset ini dilakukan sehingga perlu adanya pengujian atas penyajian skopa informasi terhadap efek halo dan dampaknya terhadap pertimbangan profesional auditor. 2. Penugasan yang diberikan kepada subjek dalam penelitian terdahulu (O Donnel dan Schultz, 2005) adalah melakukan penilaian strategik (risiko bisnis klien) dan penilaian risiko salah saji material. Dalam perencanaan audit, auditor pelaksana (yunior, senior, manager) tidak melakukan penilaian risiko bisnis. Tugas tersebut lebih tepat dilakukan oleh partner ketika melakukan pemahaman bisnis dan industri klien dan hasil dari penilaian tersebut dikomunikasikan kepada tim audit (auditor yunior, senior, manager). Penelitian ini melakukan ekstensi atas penugasan subjek dalam riset terdahulu (O Donnel dan Schultz, 2005). Auditor sebagai subjek dalam penelitian ini tidak diminta menentukan risiko bisnis klien melainkan diminta menentukan risiko salah saji material pada saldo akun penjualan berdasarkan informasi yang diterima dari partner dalam skopa holistik atau skopa spesifik. 3. Pengukuran efek halo dalam riset terdahulu (O Donnel dan Schultz, 2005) menggunakan illusory halo yaitu menggunakan korelasi antara penilaian 14

15 pada satu atribut dengan penilaian pada atribut yang lain. Penelitian ini selain menggunakan illusory halo juga mengembangkan pengukuran yang terdiri dari beberapa pertanyaan atas kondisi klien sebelum subjek mendapatkan informasi rinci atas klien tersebut. Pengukuran tersebut merupakan cara pendeteksian efek halo. Subjek diminta menilai kondisi klien yang tampak meyakinkan padahal sebenarnya mengandung salah saji material. Tampilan meyakinkan klien didukung media audiovisual (video) dan booklet yang pada riset terdahulu (O Donnel dan Schultz, 2005) hanya menggunakan kalimat saja untuk memberi gambaran kondisi klien. Pengukuran efek halo berdasarkan beberapa pertanyaan sekaligus merupakan metoda untuk mengontrol bias yang lain (misalnya bias resensi) sehingga meningkatkan validitas internal. 4. Riset terdahulu tentang efek halo (O Donnel dan Schultz, 2005; Grammling, O Donnel dan Vandervalde, 2010) belum memberikan solusi bagaimana cara mengurangi efek halo sehingga pertimbangan profesional yang diberikan auditor tidak diragukan akurasinya. Penelitian ini mengusulkan strategi mitigasi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat bias tersebut. Upaya mitigasi efek halo dalam penugasan auditor diperlukan agar pertimbangan profesional yang diukur dengan penentuan risiko salah saji material menjadi lebih akurat. Cooper (1981b) mengusulkan pelatihan sebagai metoda yang dapat mengurangi efek halo. Metoda pelatihan dalam konteks audit yang didukung secara empiris dapat meningkatkan pertimbangan profesional adalah swa-eksplanasi dan balikan eksplanatori (Earley, 2001; 2003). Penelitian ini mengusulkan metoda swa-eksplanasi dan balikan 15

16 eksplanatori sebagai upaya mitigasi efek halo dalam penentuan risiko salah saji material. 1.3 Kontribusi Penelitian Penelitian investigasi dan strategi mitigasi efek halo dalam penugasan audit, memunyai kontribusi teoritis, metodologis dan kebijakan. Kontribusi teoritis riset ini adalah memberikan penjelasan bahwa efek halo tidak hanya terjadi dalam konteks personaliti atau tampilan luar secara fisik, namun juga disebabkan oleh skopa informasi. Kontribusi teoritis lain adalah menyusun model mitigasi efek halo dalam pengujian audit dengan menggunakan metoda akuisisi pengetahuan yang semula digunakan untuk meningkatkan kinerja auditor, menjadi sarana untuk memitigasi efek halo. Metoda akuisi pengetahuan swa-eksplanasi dan balikan eksplanatori dalam riset terdahulu (Earley, 2001;2003) digunakan untuk meningkatkan pertimbangan profesional auditor tanpa dikaitkan dengan bias. Dalam penelitian ini, metoda akuisisi pengetahuan tersebut digunakan untuk memitigasi bias. Temuan adanya efek halo dan model mitigasinya diharapkan dapat memicu penelitian-penelitian selanjutnya di bidang akuntansi keperilakuan di Indonesia, baik dalam konteks pengauditan maupun bidang akuntansi lain yang melibatkan pengambilan keputusan. Kontribusi metodologis dalam penelitian ini adalah dalam pengukuran efek halo. Riset terdahulu (O Donnel dan Schultz, 2005; Grammling, O Donnel dan Vandervalde, 2010) menggunakan eksperimen dan menguji efek halo dengan korelasi antara penilaian strategik dengan risiko salah saji material. Pengukuran efek halo tersebut disebut sebagai illusory halo yaitu menggunakan korelasi antara 16

17 penilaian pada tahap pertama dengan penilaian pada tahap kedua. Penelitian ini mengembangkan pengukuran tambahan selain illusory halo yaitu pengukuran indikasi efek halo dengan seperangkat pertanyaan penilaian awal kondisi klien berdasarkan tayangan video dan booklet profil perusahaan. Pengukuran menggunakan illusory halo menggunakan korelasi antara pertimbangan profesional sebelum diberikan manipulasi skopa informasi dengan pertimbangan profesional setelah diberikan manipulasi skopa informasi. Kontribusi metodologis ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian-penelitian berikutnya. Kontribusi kebijakan dari hasil penelitian ini adalah bagi pemerintah dan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) serta bagi Kantor Akuntan Publik (KAP). Bagi pemerintah dan IAPI, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penentuan kebijakan pengelolaan auditor khususnya dalam penetapan standar pengendalian mutu audit. Selain mempertimbangkan standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, dalam standar pengendalian mutu perlu memasukkan aspek pentingnya pengelolaan auditor dengan pelatihan dan berbagai metoda pelatihan yang bisa diterapkan dalam pemberian materi pelatihan. Bagi KAP, hasil penelitian ini memberikan usulan dalam hal penataan auditor dengan memperhatikan aspek keperilakuan auditor sebagai individu yang memiliki keterbatasan kognitif. Keterbasan kognitif yang menimbulkan efek halo dan berdampak pada ketidakakuratan pertimbangan profesional pada auditor perlu diantisipasi dan dimitigasi. KAP dapat memberikan pelatihan sebagai bentuk akuisisi pengetahuan kepada auditor dengan memperhatikan skopa informasi yang diberikan agar sesuai dengan typa penugasan dan level auditornya. KAP juga 17

18 perlu memperhatikan metoda akuisisi pengetahuan yang sesuai dengan level auditornya. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini memunyai tujuan sebagai berikut. 1. Menguji pengaruh skopa informasi terhadap efek halo yang berdampak pada ketidakakuratan penentuan risiko salah saji material tingkat saldo akun. 2. Menguji metoda akuisisi pengetahuan swa-eksplanasi sebagai strategi mitigasi efek halo dalam menentukan risiko salah saji material tingkat saldo akun. 3. Menguji metoda akuisisi pengetahuan balikan eksplanatori sebagai strategi mitigasi efek halo dalam menentukan risiko salah saji material tingkat saldo akun. 1.5 Kerangka Penelitian Secara skematis, kerangka penelitian dapat dilihat pada tampilan 1.1 berikut ini. 18

19 Penyajian informasi yang cukup dan kompleks (menyeluruh/holistik) menyebabkan pertimbangan profesional auditor lebih akurat (Luippold dan Kida, 2012) Isu Riset Penilaian atas suatu objek yang menyeluruh (holistik) berdampak pada efek halo (Slovic, dkk., 2002; Murphy dk, 1993, Nisbet & Wilson, 1977). Efek halo menyebabkan pertimbangan profesional auditor tidak akurat (O Donnel & Schultz, 2005) Isu Riset 1. Penyajian informasi dengan skopa holistik berpotensi terhadap efek halo 2. Efek halo menyebabkan pertimbangan auditor tidak akurat sehingga perlu dimitigasi Masalah Penelitian 1 Skopa informasi holistik berpotensi terhadap efek halo sehingga pertimbangan profesional tidak akurat Masalah Penelitian 1 Strategi mitigasi efek halo yang dapat digunakan pada prosedur analitis tahap perencanaan. Tampilan 1. 1 Kerangka Penelitian 19

BAB V PENUTUP. praktis, keterbatasan dan saran untuk penelitian yang akan datang. Bagian

BAB V PENUTUP. praktis, keterbatasan dan saran untuk penelitian yang akan datang. Bagian BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan hasil penelitian, implikasi teoritis dan implikasi praktis, keterbatasan dan saran untuk penelitian yang akan datang. Bagian pertama memaparkan simpulan atas hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uraian pada bab ini diawali dengan latar belakang masalah yang menguraikan tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. Uraian pada bab ini diawali dengan latar belakang masalah yang menguraikan tentang hasil BAB I PENDAHULUAN Uraian pada bab ini diawali dengan latar belakang masalah yang menguraikan tentang hasil penelitian kinerja judgment auditor dari perspektif keperilakuan dan kognitif. Selanjutnya, bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan semakin jelas terlihat dalam era modern saat ini. Perspektif tradisional

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan semakin jelas terlihat dalam era modern saat ini. Perspektif tradisional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah Pergeseran perspektif mengenai peran akuntan manajemen dalam suatu perusahaan semakin jelas terlihat dalam era modern saat ini. Perspektif tradisional

Lebih terperinci

EFEK HALO DAN KEPUTUSAN AUDIT: STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN BENTUK DAN CARA PENYAJIAN INFORMASI

EFEK HALO DAN KEPUTUSAN AUDIT: STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN BENTUK DAN CARA PENYAJIAN INFORMASI EFEK HALO DAN KEPUTUSAN AUDIT: STUDI EKSPERIMENTAL PENGUJIAN BENTUK DAN CARA PENYAJIAN INFORMASI Nico Octavian 1 Intiyas Utami 2 1 Alumni Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2 Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Bab ini menjelaskan latar belakang dan tujuan penelitian. Bagian A

BAB I PENGANTAR. Bab ini menjelaskan latar belakang dan tujuan penelitian. Bagian A BAB I PENGANTAR Bab ini menjelaskan latar belakang dan tujuan penelitian. Bagian A menjelaskan latar belakang yang meliputi pendahuluan, motivasi, dan kontribusi penelitian. Bagian B menjelaskan tujuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP I. SIMPULAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran konteks kerja dan kekhawatiran auditor

BAB V PENUTUP I. SIMPULAN. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran konteks kerja dan kekhawatiran auditor BAB V PENUTUP I. SIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran konteks kerja dan kekhawatiran auditor mendapat sanksi profesional dalam rerangka teori kognitif sosial untuk menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konflik organisasi dapat muncul ketika suatu inisiatif baru mulai diperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. konflik organisasi dapat muncul ketika suatu inisiatif baru mulai diperkenalkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan yang dinamis menuntut organisasi untuk dapat melakukan penyesuaian dengan cepat. Salah satu penyesuaian yang dapat dilakukan adalah dengan memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Balanced Scorecard Konsep BSC dikembangkan oleh (Kaplan dan Norton 1990) yang berawal dari studi tentang pengukuran kinerja di sektor bisnis. BSCmenerjemahkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerintahkan bawahannya untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. memerintahkan bawahannya untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan keuangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa skandal akuntansi menunjukkan keterlibatan figur berotoritas yang memerintahkan bawahannya untuk terlibat dalam kecurangan pelaporan keuangan. CFO WorldCom,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Harjanto (1999, dalam Santosa, 2015), perkembangan dunia usaha dan globalisasi perekonomian Indonesia menyebabkan kebutuhan terhadap jasa akuntan publik dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Auditing merupakan proses pengumpulan data dan evaluasi bukti dari informasi perusahaan untuk menentukan tingkat kesesuaian antara informasi yang dimiliki oleh perusahaan

Lebih terperinci

STANDAR PERIKATAN AUDIT

STANDAR PERIKATAN AUDIT EXPOSURE DRAFT EXPOSURE DRAFT STANDAR PERIKATAN AUDIT ( SPA ) 300 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Exposure draft ini diterbitkan oleh Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku profesional akuntan publik salah satunya diwujudkan dalam bentuk menghindari perilaku menyimpang dalam audit (dysfunctional audit behavior). Perilaku

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBATASAN DALAM PROSES AUDIT TERHADAP PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KELANGSUNGAN USAHA KLIEN

DAMPAK PEMBATASAN DALAM PROSES AUDIT TERHADAP PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KELANGSUNGAN USAHA KLIEN DAMPAK PEMBATASAN DALAM PROSES AUDIT TERHADAP PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KELANGSUNGAN USAHA KLIEN TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh derajat S-2 Magister Sains Akuntansi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN. akuntan yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam Standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam bidang auditing, jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik (AP) adalah melakukan audit terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat (opini)

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN Desain Eksperimen Metoda yang dipilih untuk menjawab pertanyaan penelitian ini adalah metoda eksperimen laboratorium. Metoda eksperimen laboratorium untuk menguji teori yang menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang auditor atau akuntan biasanya memberikan judgment dalam proses pengauditan berdasarkan data-data keuangan perusahaan. Hal ini berkaitan dengan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat tentang kewajaran penyajian laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntan atau auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau

Lebih terperinci

Standar audit Sa 500. Bukti audit

Standar audit Sa 500. Bukti audit Standar audit Sa 500 Bukti audit SA paket 500.indb 1 Standar Audit Standar audit 500 BuKti audit (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (SAK). Opini tersebut menunjukkan kualitas atas laporan keuangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah audit atas laporan keuangan sebuah entitas dengan memberikan opini atau pendapatnya atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak semata mata bekerja untuk. dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009. 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang cukup besar. Akan tetapi, fluktuasi tersebut juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang cukup besar. Akan tetapi, fluktuasi tersebut juga memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal memiliki peran penting sebagai alternative bagi pendanaan dan sarana berinvestasi. Pergerakan indeks dan fluktuasi pergerakan harga saham memberikan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia. dengan pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia. dengan pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengkombinasikan pendekatan yang rasional dan judgmental, yang prosesnya tidak dapat diformulasikan secara lengkap. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa pelayanan yang dilakukan oleh seorang auditor yang bekerja dalam Kantor Akuntan Publik (KAP). Auditor dituntut untuk profesional dan independen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pada perusahaan tersebut. Akuntan publik atau auditor berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. keputusan pada perusahaan tersebut. Akuntan publik atau auditor berfungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan publik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aktivitas dan kinerja perusahaan. Laporan akuntan publik atas aktivitas dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal membutuhkan informasi terkait bisnis, dan

BAB I PENDAHULUAN. baik internal maupun eksternal membutuhkan informasi terkait bisnis, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi Akuntan Publik adalah profesi yang saat ini dibutuhkan dalam masalah perekonomian. Negara yang perekonomiannya berkembang pesat akan merasakan masalah ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas informasi dalam laporan keuangan merupakan salah satu hal yang diperhatikan manajemen dalam pelaporan laporan keuangan. Kualitas informasi dalam laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan, baik besar maupun kecil pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kode etik profesi. Snoeyenbos et al. (1983) telah menggambarkan ini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kode etik profesi. Snoeyenbos et al. (1983) telah menggambarkan ini sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesionalitas seorang akuntan publik ditandai dengan keahlian mereka yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, komitmen untuk belajar seumur hidup, pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap

Lebih terperinci

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan berinvestasi di negara-negara yang maju karena Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan berinvestasi di negara-negara yang maju karena Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berhasil menunjukkan bahwa investasi saham menjadi sangat menguntungkan. Oleh karena itu, hal ini merupakan peluang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Auditing Sebelum mempelajari auditing dan profesi akuntan dengan mendalam, sebaiknya kita perlu mengetahui definisi auditing terlebih dahulu.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AUDITOR BERPENGALAMAN DENGAN TIDAK BERPENGALAMAN: STUDI PERANAN FEEDBACK TERHADAP KINERJA PENUGASAN PENGENDALIAN INTEREN

PERBANDINGAN AUDITOR BERPENGALAMAN DENGAN TIDAK BERPENGALAMAN: STUDI PERANAN FEEDBACK TERHADAP KINERJA PENUGASAN PENGENDALIAN INTEREN PERBANDINGAN AUDITOR BERPENGALAMAN DENGAN TIDAK BERPENGALAMAN: STUDI PERANAN FEEDBACK TERHADAP KINERJA PENUGASAN PENGENDALIAN INTEREN Yavida Nurim Universitas Janabadra Abstract Internal control task has

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Audit merupakan proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sampai

Lebih terperinci

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

Standar Audit SA 500. Bukti Audit SA 00 Bukti Audit SA paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 BUKTI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya persaingan yang terjadi antar entitas dalam berbagai sektor industri. Entitas bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung

BAB I PENDAHULUAN. Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit laporan keuangan berperan untuk mengurangi risiko informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Risiko informasi yang dimaksud ialah kemungkinan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran atas bukti dan informasi yang diberikan oleh klien. SPAP (Standar

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran atas bukti dan informasi yang diberikan oleh klien. SPAP (Standar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seorang auditor profesional dituntut memiliki skeptisisme profesional (professional skepticism) untuk menentukan sejauh mana tingkat keakuratan dan kebenaran

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. diperluas melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam praktik audit. Untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengaruh Pengalaman Terhadap Kekeliruan Pengaruh pengalaman dan pengetahuan sangat penting diperlukan dalam rangka kewajiban seorang pemeriksa terhadap

Lebih terperinci

PENGARUH DISKUSI PADA REVIEW PROSES PENGAUDITAN TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA AUDITOR DI JAWA TENGAH DAN DIY

PENGARUH DISKUSI PADA REVIEW PROSES PENGAUDITAN TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA AUDITOR DI JAWA TENGAH DAN DIY PENGARUH DISKUSI PADA REVIEW PROSES PENGAUDITAN TERHADAP MOTIVASI DAN KINERJA AUDITOR DI JAWA TENGAH DAN DIY TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh derajat S-2 Magister Sains Akuntansi Diajukan

Lebih terperinci

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005

Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 Metodologi Penelitian Sofia Retnowati Fakultas Psikologi UGM 2005 PENDEKATAN SAINS MODERN PENDEKATAN SAINS Pendekatan terhadap fenomena dengan menyederhanakan kompleksitas fenomena dan mengisolasi fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan terbentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, persaingan dunia usaha akan semakin ketat karena arus perdagangan barang dan jasa semakin luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya agar dapat menghasilkan produk audit yang dapat diandalkan bagi pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan bisnis saat ini telah menciptakan suatu kompetisi antar perusahaan atau organisasi. Perusahaan atau organisasi yang dapat bertahan di

Lebih terperinci

PERANAN FEEDBACK DALAM MENGOPTIMALKAN PELATIHAN PENUGASAN REVIEW PENGENDALIAN INTERN: EKSPERIMEN DENGAN KERANGKA TEORI KOGNITIF

PERANAN FEEDBACK DALAM MENGOPTIMALKAN PELATIHAN PENUGASAN REVIEW PENGENDALIAN INTERN: EKSPERIMEN DENGAN KERANGKA TEORI KOGNITIF 55 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2015, Vol. 12, No. 1, hal 55-74 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 12 Nomor 1, Juni 2015 PERANAN FEEDBACK DALAM MENGOPTIMALKAN PELATIHAN PENUGASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang tinggi diantara pelaku bisnis. Para pengelola perusahaan berusaha untuk meningkatkan pendapatan, salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah pemeriksa keuangan. independen sektor publik di Indonesia yang dapat melaksanakan tiga jenis

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah pemeriksa keuangan. independen sektor publik di Indonesia yang dapat melaksanakan tiga jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah pemeriksa keuangan independen sektor publik di Indonesia yang dapat melaksanakan tiga jenis pemeriksaan, yaitu Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntan (auditor) merupakan suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. A. Latar Belakang Masalah Akuntan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Literatur akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen telah mengakui

BAB I PENDAHULUAN. Literatur akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen telah mengakui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Literatur akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen telah mengakui pentingnya penilaian kinerja sebagai bagian utama sistem pengendalian manajemen sebab memberikan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN ATAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Keberadaan entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan ekonomi, yang dalam jangka panjang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengauditan didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi-ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Pada pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pemerintahan sekarang mengharuskan adanya transparansi laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan mengharapkan adanya laporan keuangan yang benar, dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peran utama dari auditor independen adalah untuk menjembatani kepentingan antara pihak manajemen dan para pemangku kepentingan, terutama para pemegang saham.

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

EFEK RISENSI DALAM KEPUTUSAN AUDIT : DISKUSI KELOMPOK SEBAGAI UPAYA MITIGASI

EFEK RISENSI DALAM KEPUTUSAN AUDIT : DISKUSI KELOMPOK SEBAGAI UPAYA MITIGASI EFEK RISENSI DALAM KEPUTUSAN AUDIT : DISKUSI KELOMPOK SEBAGAI UPAYA MITIGASI LATAR BELAKANG Gibbins (1984) memberi bukti empiris bahwa terjadi efek risensi keyakinan auditor dalam pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. budaya organisasi, etos kerja, independensi auditor serta kinerja auditor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. budaya organisasi, etos kerja, independensi auditor serta kinerja auditor. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menguraikan pengertian integritas auditor, gaya kepemimpinan, tingkat pendidikan, pengalaman auditor, komitmen organisasi, budaya organisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi perkembangan dunia usaha yang sangat pesat para pelaku bisnis dituntut untuk lebih transparan dalam mengolah laporan keuangan usahanya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan informasi tentang posisi keuangan perusahaan dan kinerja dari perusahaan tersebut. Hal ini dibuat sebagaimana untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sebagai auditor eksternal (Kurniawanda, 2013). laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas Negara, kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat dipercaya tidak dapat dielakkan lagi. Eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dipercayai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dipercayai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang dipercayai oleh masyarakat. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan untuk pemakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal dari pemilik tetapi modal dari masyarakat. Perusahaan yang membutuhkan modal dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di jaman yang modern ini, semakin banyak perusahaan yang semakin berkembang dan bahkan go public sehingga semakin banyak juga perusahaan yang membutuhkan peran

Lebih terperinci

pula kepercayaan publik terhadap auditor eksternal. dilakukan oleh beberapa KAP bahkan salah satu KAP berstatus big five

pula kepercayaan publik terhadap auditor eksternal. dilakukan oleh beberapa KAP bahkan salah satu KAP berstatus big five BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang berguna untuk pengambilan keputusan oleh berbagai pihak. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi akuntansi merupakan kebutuhan yang paling mendasar untuk pengambilan keputusan bagi investor di pasar modal. Informasi akuntansi tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi yang diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Sudah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori Keagenan (Agency Theory) menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen dengan

Lebih terperinci

Self-Review Sebagai Metode Mitigasi Efek Resensi Pada Informasi Audit Seri Panjang

Self-Review Sebagai Metode Mitigasi Efek Resensi Pada Informasi Audit Seri Panjang Self-Review Sebagai Metode Mitigasi Efek Resensi Pada Informasi Audit Seri Panjang Abstract The purpose of this study is to observe the order effect and the presentation of long series information and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, semakin banyak kebutuhan akan auditor independen yang kompeten dan dapat dipercaya publik. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertimbangan yang dibuat auditor dalam menanggapi setiap bukti dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertimbangan yang dibuat auditor dalam menanggapi setiap bukti dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan yang handal dan relevan dibutuhkan oleh berbagai pihak seperti investor, kreditor, pemegang saham, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan perusahaan di Indonesia semakin pesat tiap tahunnya, sehingga hal ini membuat perusahaan berpikir keras untuk mendapatkan dana yang relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran BAB I PENDAHULUAN Bab pertama dari skripsi adalah pendahuluan yang mencakup gambaran umum dalam penyusunan sesuai dengan judul. Penulis menyusun pembabakan dari ringkasan setiap isi dari bab per bab yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemberantasan tindakan korupsi saat ini semakin menunjukkan titik terang, untuk mendorong perubahan dalam tata kelola pemerintahan yang baik dan mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menyebutkan bahwa informasi asimetri mempunyai dua tipe. Tipe pertama

BAB I PENDAHULUAN. (2006) menyebutkan bahwa informasi asimetri mempunyai dua tipe. Tipe pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para pemilik perusahaan memberikan kewenangan kepada manajer untuk mengelola perusahaanya dan sebagai bentuk pertanggungjawaban manajer membuat laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.

BAB I PENDAHULUAN. (Weningtyas dkk. 2006:2). Kasus Enron merupakan salah satu bukti kegagalan. pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran laporan keuangan perusahaan yang diaudit (Silaban,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (negatif) dan teori Y (positif) (Robbins, 2008:225). Individu yang bertipe X BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori motivasi X dan Y McGregor McGregor mengemukakan dua pandangan mengenai manusia yaitu teori X (negatif) dan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/ menyebutkan. bahwa perusahaan yang go public diwajibkan menyampaikan laporan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor Kep-306/BEI/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan yang go public diwajibkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. yang akuntabel dan transparan ditandai dengan diterbitkannya Peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era reformasi ini, pengguna laporan keuangan pemerintah daerah menuntut adanya transparansi atas penggunaan dana dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang

BABl PENDAHULUAN. Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang 1 BABl PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang dijalankan di dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi sistem pengendalian intern

Lebih terperinci

BAB II KUALITAS AUDIT, AKUNTABILITAS DAN PENGETAHUAN. dan standar pengendalian mutu.

BAB II KUALITAS AUDIT, AKUNTABILITAS DAN PENGETAHUAN. dan standar pengendalian mutu. BAB II KUALITAS AUDIT, AKUNTABILITAS DAN PENGETAHUAN 2.1. Kualias Audit Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan

BAB I PENDAHULUAN. suatu organisasi. Profesi ini dikenal masyarakat melalui jasa audit yang disediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik merupakan profesi yang berlandaskan kepercayaan dari masyarakat yang berperan penting dalam melakukan audit laporan keuangan suatu organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan juga akan berkualitas tinggi. etik profesi. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) guna BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dunia usaha semakin ketat, termasuk persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik. Untuk dapat bertahan di tengah persaingan yang ketat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menjadi sumber informasi dan bentuk akuntanbilitas perusahaan kepada stakeholder. Laporan keuangan tersebut mencerminkan kondisi sebuah entitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku bisnis maupun bagi para kalangan masyarakat yang bukan pelaku bisnis. Dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama dua dekade ini, kecurangan pelaporan keuangan menjadi isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Selama dua dekade ini, kecurangan pelaporan keuangan menjadi isu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama dua dekade ini, kecurangan pelaporan keuangan menjadi isu yang penting karena telah menyebabkan kerugian finansial dan non finansial seperti permasalahan

Lebih terperinci