Agus Sutanto, Dwi Nugraheni dan Kendriyanto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Agus Sutanto, Dwi Nugraheni dan Kendriyanto"

Transkripsi

1 ALTERNATIF TEKNOLOGI PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN JAGUNG Agus Sutanto, Dwi Nugraheni dan Kendriyanto I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pangan merupakan bagian strategis dari pembangunan nasional. Pemantapan ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan pembangunan sektor pertanian, karena menyangkut unsur ketersediaan pangan yang merupakan hasil dan usaha peningkatan produksi pertanian. Upaya ini pernah tercapai dengan program swa sembada pangan nasional. Kebutuhan akan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk. Pada perkembangan selanjutnya kebutuhan pangan juga dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita, perubahan pola konsumsi masyarakat dalam globalisasi situasi pangan dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa diversifikasi pangan sangat diperlukan untuk mendukung pemantapan swasembada pangan. Dari kondisi ini maka harus dapat dipenuhi dua hal, yaitu penyediaan bahan pangan dan diversifikasi olahan pangan (Saenong dkk, 2002). Agroindustri dengan bahan baku jagung saat ini sudah banyak beredar secara luas, seperti minyak jagung, sirup jagung dan gula jagung, dan lain-lain. Namun semua produk tersebut masih berbau luar negeri, sehingga harganya menyesuaikan pada orang yang lebih mempunyai kelebihan penghasilan. Dengan demikian semakin jelas bahwa makanan dari bahan jagung bukan lagi menjadi bahan pangan yang inferior lagi saat ini. Bahkan dengan slogan yang semakin menjanjikan bahwa makanan dari jagung tersebut dapat menurunkan kadar gula darah dan non kolesterol (Corputty, 1977), maka produk tersebut semakin banyak dicari dan dikonsumsi banyak orang. Sayangnya, produk produk industri dari bahan jagung di atas masih menggunakan teknologi tinggi, sehingga masih belum terjangkau dengan teknologi yang ada di petani atau masyarakat umum. Produk olahan tradisional dari bahan jagung, seperti marning, grits, emping, tepung jagung dan kue kue dari bahan jagung, masih banyak diproduksi oleh masyarakat Jawa Tengah pada umumnya. Maka dengan meminjam slogan tentang keunggulan bahan jagung yang dapat menurunkan kadar gula dan non kolesterol ini, sepantasnya makanan

2 tradisional tersebut dapat diperbaiki cara pengolahan dan penampilan, sehingga dapat menarik daya beli banyak orang. Cara pengolahannya harus lebih hygienis dan nilai gizinya masih tetap dipertahanka, dengan penanganan pasca panen dan pengolahan atau prosesing yang tepat. Komoditi jagung mempunyai potensi besar sebagai bahan baku industri makanan, minuman, minyak dan pakan ternak. Kandungan protein jagung lebih tinggi dari pada beras, sehingga cocok sebagai bahan makanan yang bergizi. Hasil analisa yang dilakukan oleh Balai Penelitian Jagung dan Serealia adalah kandungan protein dari 100 g bahan tepung jagung, sorgum dan terigu berturut turut sebanyak 9.2 g, 11.0 g dan 11.5 g yang lebih tinggi dibanding dengan tepung beras yang hanya mengandung protein sebanyak 7.0 g (Suarni, 2002). Berbagai produk olahan tradisional dari jagung mempunyai beragam nama dan aneka olahan, diantaranya adalah marning, nasi jagung, kerupuk jagung, gempol, dan lain-lain. Bila dalam cara pengolahannya dilakukan dengan benar, hal ini akan mempunyai nilai gizi yang lebih baik. Dalam kegiatan yang dilaporkan ini dilakukan pembinaan kepada petani koopertor sampai mampu berproduksi dengan baik. Untuk mengetahui tingkat perubahan dan kemajuan pengkajian perlu dilakukan pengukuran pengukuran indikator teknis, sosial dan ekonomi. Pengukuran ini dilakukan pada setiap pembinaan, sehingga setiap ada perubahan introduksi teknologi dapat diperbaiki dengan segera. Kegiatan ini juga diharapkan mampu untuk memotivasi petani dalam meningkatkan pendapatan usahatani melalui kegiatan home industri. 1.2 Sumber Teknologi 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah 2 Balai Penelitian Serealia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3 Balai Besar Pasca Panen, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan Teknologi Tujuan : 1. Penerapan teknologi alat dan mesin pemipil dan penepung jagung 2. Penerapan teknologi diversifikasi pengolahan aneka makanan dari bahan jagung untuk peningkatan pendapatan petani.

3 Manfaat : 1. Petani mampu menerapkan cara pengelolaan pasca panen jagung untuk menekan kehilangan hasil produk dan kualitasnya. 2. Tersosialisasinya teknologi pasca panen jagung melalui partisipasi aktif petani dalam kegiatan di lapangan. 3. Peningkatan produktivitas usahatani lahan kering berbasis jagung serta tumbuh dan berkembangnya aneka produk olahan jagung 4. Peningkatan pendapatan usahatani melalui penanganan pasca panen dan pengolahan produk jagung II. PENGERTIAN BEBERAPA ISTILAH Pemanenan : penentuan waktu panen, pemungutan hasil, pengumpulan dan pengangkutan ke tempat proses selanjutnya Pengupasan : pelepasan kulit, pemisahan kulit, pemisahan jagung tongkol muda dan rusak. Pengeringan : proses pengeringan, pengangkutan, dan proses selanjutnya Pemipilan : melepas biji dari tongkol, memisahkan tongkol, memisahkan kotoran dan mengangkut jagung pipilan. Penyimpanan : mempertahankan kondisi bahan agar tidak susut dan turun mutunya sebelum diproses lebih lanjut. Grading dan standarisasi : memisahkan produk berdasarkan klas/ kriterianya sebelum dilakukan pengemasan. Peningkatan daya guna jagung : pembuatan beras jagung, tepung jagung, sirup jagung, gula jagung, dan lain-lain. Menurut Thahir dkk. (1989), kegiatan butir 1 sampai 5 umumnya dilakukan oleh petani. Kegiatan grading dan standarisasi dilakukan oleh BULOG dan KUD, sedangkan pendayagunaan hasil umumnya banyak dilakukan oleh sektor industri. III. LOKASI PENGKAJIAN DAN DAERAH REKOMENDASI Lokasi Pengkajian : Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Pelaksanaan pengkajian dilakukan pada T.A

4 Daerah Rekomendasi : Daerah rekomendasi adalah daerah pada lahan kering dataran rendah ataupun dataran tinggi yang mempunyai komoditi pertanaman tanaman jagung. Daerah daerah tersebut misalnya di Kabupaten Temanggung, Grobogan, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar, Batang, Tegal, Pemalang, Pekalongan. IV. LANGKAH OPERASIONAL PENERAPAN TEKNOLOGI 1 Pemipilan jagung Untuk meningkatkan efisiensi waktu dan menekan biaya, maka dilakukan pemipilan jagung dengan menggunakan alat pemipil jagung. Alat yang digunakan bisa secara manual maupun dengan mesin penggerak. Alat pemipil jagung tanpa menggunakan mesin penggerak motor yang digunakan antara lain : pemipil engkol (dengan tangan), dan pemipil pedal threser (dengan kaki). Jagung yang akan dipipil harus dalam kondisi kering benar dengan kadar air + 14 %, hal ini untuk menghindari kerusakan yang terjadi akibat gesekan ataupun pukulan alatnya. Gb. 1. Alat pemipil jagung tipe pedal (pedal threser) 2 Pemberasan dan penepungan jagung Jagung yang akan diproses menjadi bahan makanan perlu dilakukan proses lanjutan, dengan membuat beras dan tepung jagung. Secara tradisional pemberasan dan penepungan jagung dapat dilakukan dengan ditumbuk biasa. Namun untuk mempercepat proses pemberasan dan penepungan dapat

5 digunakan Alsin pemberas dan penepungan. Alsin pemberas dan penepung ini sudah banyak diusahakan orang dengan cara upahan per kg hasil, melalui usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA). Gb. 2. Alsin pemberas jagung Gb. 3. Alsin penepung jagung Perlakuan pemberasan jagung dimaksudkan untuk menghilangkan kulit ari dan sekaligus memperkecil ukuran jagung. Hal ini akan memudahkan untuk proses penepungan selanjutnya. Sebelum dilakukan atau dimasukkan dalam Alsin penepung, beras jagung harus direndam selama + 24 jam untuk memudahkan dalam penepungan. 3 Peningkatan daya guna jagung Manfaat jagung sebagai subsititusi bahan pangan sangat banyak perannya. Beberapa produk bahan makanan dari jagung yang sudah biasa ditemui di Jawa Tengah adalah nasi jagung dan marning. Namun apabila digali lebih banyak, manfaat jagung ini sangat banyak sekali, diantaranya dibuat menjadi kerupuk jagung, aneka kue kering, tortilla, grits, dan sebagainya. Sebagai alternatif pembuatan olahan dari bahan jagung yang telah berhasil

6 dicoba dan dikembangkan adalah pembuatan kerupuk jagung sebagai usaha industri rumah tangga petani. Selain itu juga dapat diolah menjadi kue kering (kue semprit). a. Pembuatan kerupuk jagung : Pembuatan kerupuk jagung ini dapat dilakukan dalam bentuk bahan kerupuk jagung (kerupuk jagung mentah) maupun kerupuk jagung yang siap saji (kerupuk jagung matang). Urutan proses pembuatan kerupuk jagung adalah dari jagung pipilan kering kemudian digiling menjadi beras jagung dengan polysher. Beras jagung dimasukkan dalam air (direndam) selama 24 jam, lalu digiling halus dengan alsin penepung sehingga diperoleh tepung jagung. Dari tepung jagung diolah menjadi nasi jagung dengan cara dikukus. Pengukusan nasi jagung dilakukan sebanyak sekali saja dan pada waktu pengukusan ini juga dimasukkan bumbu bumbu, seperti : garam dan bawang putih. Kemudian nasi jagung ditumbuk dalam lumpang sebentar, tidak sampai lembut. Dari tumbukan ini kemudian dicetak tipis tipis, dengan alat penggiling mie. Potongan kerupak jagung dengan ukuran 2 x 3 cm, dijemur sampai kering pada panas matahari. Seperti telah disampaikan di depan, dari kerupuk jagung mentah tersebut bisa langsung dikemas dan dijual d pasar ataupun dari bahan kerupuk jagung mentah ini lalu digoreng dan dikemas sebagai produk siap saji. b. Pembuatan kue semprit : Kue ini menggunakan bahan dari tepung jagung atau maizena yang banyak dijual di pasaran. Tepung maizena dapat sebagai bahan utama maupun sebagai bahan substitusi, karena resep aslinya adalah menggunakan tepung terigu. Kue semprit maizena biasa disebut sebagai kue semprit karena dibuat dengan cara ditekan atau disemprotkan. Umumnya kue kering semprit dibuat dengan creaming methode, maksudnya adalah mentega/margarin dikocok bersama gula.

7 V. HASIL KERAGAAN TEKNOLOGI 1. Alat Pemipil Jagung Ada beberapa tipe/ jenis alat yang dapat dipergunakan untuk memipil jagung tongkol, antara lain mesin pemipil, pemipil pedal, pemipil tangan dan pemipil tradisional (seperti parutan). Masing masing alat menghasilkan kapasitas dan mutu yang tidak sama. Dari hasil kajian ditunjukan bahwa pemipil jagung tipe pedal mempunyai kapasitas lebih besar dibanding dengan pemipil tangan/ engkol. Alsin pemipil jagung tipe engkol (hand sheller) banyak dijual di pasar bebas, merupakan produk pabrikan yang sudah baku dan mudah ditemukan di toko alat / mesin pertanian (Gambar 4). Sedangkan tipe pedal (Pedal threser) adalah alat pemipil jagung hasil pengembangan prototipe PJ 1 dari Balai Penelitian Kacang dan Umbi-umbian. Dalam pembuatannya, tipe pedal mengalami modifikasi dari bengkel pembuatnya, yaitu adanya tempat duduk dan roda untuk memindahkan alat (Gambar 1). Dari kajian tiga cara pemipilan jagung diperoleh keragaan performans (unjuk kerja) masing masing alat dilihat dari aspek teknis kapasitas alat, efisiensi dan daya tumbuhnya, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Kapasitas efektif alat pemipil tipe engkol lebih kecil dibandingkan dengan tipe pedal, namun masih lebih besar dibanding dengan cara tradisional. Alat pemipil tipe engkol bentuknya lebih kecil, mempunyai lubang intake jagung yang bisa diatur. Lubang intake gunanya untuk memasukkan jagung yang akan dipipil. Lubang ini bisa diatur besar dan kecilnya sesuai diameter tongkol jagung yang dimasukkan. Bila tongkol jagung besar, maka intake harus besar pula, karena bila intake kecil menyebabkan tongkol tidak masuk dan tidak dipipil. Pada keadaan sebaliknya, jagung kecil dimasukkan pada intake yang besar, jagung tidak terpipil atau terpipil sedikit, karena tidak ada gesekan pada baris jagung dengan baik.

8 Tabel 1. Kapasitas rata rata hasil pipilan jagung dari 4 jenis alat pipil jagung No Alat pipil K.e (kg/jam) E.p (%) K.p. (%) D.t. (%) 1 Pedal (Pedal threser) Engkol (Hand sheller) Tradisional Power threser PJ-M Keterangan : K.e. = kapasitas efektif alat pemipil jagung ( kg/jam ) E.p. = efisiensi pemipilan jagung ( % ) K.p. = kerusakan hasil pipilan jagung ( % ) D.t. = daya tumbuh hasil pipilan jagung ( % ) Gb. 4. Hand sheller, banyak dijual di toko Alsintan 2. Penyimpanan Kerusakan butir jagung juga dapat menyebabkan daya tumbuhnya menjadi rendah. Dari hasil pipilan dengan dengan persentase kerusakan hampir sama, setelah diuji daya tumbuhnya menunjukkan bahwa perlakuan pemipilan jagung cara tradisional mempunyai persentase daya tumbuh tertinggi ( 67,3 % ). Kemudian disusul masing masing alat pipil tipe pedal mempunyai daya tumbuh 63,3 % dan tipe engkol mempunyai daya tumbuh 61,3 %. Terhadap cara tradisional (kontrol) mempunyai daya tumbuh tertinggi (67,3 %) dan berbeda nyata dibanding dengan kedua alat pemipil yang diperkenalkan. Sedangkan untuk penggunaan alat pemipil jagung tidak mempunyai beda nyata pada efek daya tumbuh hasil pipilannya.

9 Biasanya untuk memperoleh benih jagung hanya memerlukan jumlah yang sedikit saja. Untuk itu pemipilan jagung dengan tujuan sebagai bibit jagung disarankan untuk dipipil dengan cara tradisional. Namun apabila pemipilan jagung untuk memperoleh benih yang baik dan jumlah banyak atau untuk tujuan komersial, maka penggunaan alat pemipil sangat diperlukan untuk digunakan. Alat pemipil yang digunakan bisa alat pemipil tipe pedal maupun tipe engkol, karena hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Apabila petani ingin mencukupi kebutuhan benihnya sendiri, maka lebih baik dilakukan pemipilan dengan cara tradisional. Hal ini selain dapat memilih langsung bagian biji yang baik, juga dapat menseleksi biji yang baik dan hasil kerusakan biji paling sedikit. 3. Alat Pemberas dan Penepung Penggunaan alsin pemberas jagung dapat membantu pengolahan bahan pangan jagung dipedesaan. Alat tradisional untuk pemberasan jagung ini adalah dengan ditumbuk menggunakan alu. Proses pemberasan jagung ini secara bahasa setempat disebut sebagai gecrok. Untuk pekerjaan gecrok secara tradisional memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang melelahkan. Sedangkan menggunakan alsin pemberas, yang fungsinya sebagai pengganti gecrok, sangat efektif dan efisien dalam prosesnya. Dari uji coba proses pemberasan pada beberapa varietas jagung adalah sebagaimana pada Tabel 2. Tabel 2. Rerata keragaan unjuk kerja alsin pemberas jagung No Varietas Jagung Kapasitas (kg/jam) Rendemen (%) 1 MS Bisi P Srikandi Putih Lokal Rata - rata Dari Tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa kapasitas alsin dalam memproses menjadi beras jagung rata rata 391 kg/jam. Kapasitas terbesar diperoleh pada jagung lokal sebesar 450 kg/jam, sedangkan kapasitas lebih kecil

10 pada jagung varietas P 11. Hal ini menunjukkan bahwa varietas lokal lebih mudah diproses menjadi beras jagung (digecrok) dari pada varietas hibrida (Bisi 2 dan P11). Namun demikian rendemen yang diperoleh dari hasil gecrok berbanding terbalik. Rendemen hasil beras jagung tertinggi diperoleh pada jagung varietas Bisi 2 sebesar 82 %, yang artinya bahwa dari jagung pipilan sebanyak 100 kg, akan diperoleh sebanyak 82 kg beras jagung. Sedangkan rata rata rendemen untuk beberapa varietas jagung adalah 70 % beras jagung. Pemberasan jagung mempunyai tujuan untuk menghilangkan lembaga dan sekaligus mengupas kulit arinya. Lembaga jagung mempunyai kandungan lemak lebih tinggi (Winarno, 1989), sehingga apabila dicampurkan dalam penepungan selain sulit dibuat tepung juga menyebabkan kandungan lemaknya dapat menyebabkan mudah mengalami pembusukan. Sedangkan kulit ari jagung sangat sulit dibuat tepung karena strukturnya terdiri dari bahan / unsur yang sulit dipecahkan. Dalam masakan pun akan terlihat warna yang lebih mengkilat. Atau bila dimakan akan terasa kasar bila melewati tenggorokan, sehingga mengurangi kualitas masakan jagung. Pembuatan tepung jagung cara basah adalah yang biasa dilakukan petani, yaitu sebelum digiling perlu perendaman beras jagung selama minimal 1 hari. Penggilingan dalam keadaan basah dilakukan berulang ulang karena untuk memberikan hasil tepung yang lebih lembut. Hal ini mempengaruhi kapasitas alatnya menjadi lebih kecil dibandingkan dengan pembuatan beras jagung. Kapasitas penepungan dalam pengamatan kajian ini diperoleh sebesar 37,5 kg/jam atau 2,6 jam/kw. Rendemen 100 % Beras jagung 120 % Direndam, 24 jam 120 % Digiling 100 % Tepung jagung Gb. 5. Diagram alir proses penggilingan jagung dan rendemennya

11 4. Peningkatan Daya Guna Jagung Suatu produk dari bahan dasar jagung sudah banyak dibuat diantaranya : marning, nasi jagung, dan lain-lain. Selain itu juga dibuat menjadi kerupuk jagung yang telah dijucoba di Kabupaten Temanggung sejak tahun Tahapan proses pembuatan kerupuk jagung adalah sebagaimana pada diagram berikut : + Air, bumbu Tepung jagung Dikukus Nasi jagung Digiling tipis Dipotong kecil dan dijemur Kerupuk mentah Digoreng Kerupuk matang + Bumbu dan aroma Dikemas Dijual Gb. 6. Diagram pengolahan kerupuk jagung

12 Bahan utama dalam pembuatan kue semprit ini adalah tepung, bisa dari tepung terigu, tepung tapioka, tepung maizena, tepung beras, ataupun tepung ketan. Tepung tepung ini bisa saling menggantikan atau dikombinasikan, tergantung dari rasa kue yang diinginkan. Cara cara atau resep pembuatan kue semprit adalah sebagai berikut : Bahan : Mentega / margarin 150 gr Gula halus 200 gr Telur 2 butir Tepung maizena 250 gr Tepung terigu 250 gr Soda kue ½ sdt Kayu manis bubuk ½ sdt Cara membuat : - Kocok gula dan mentega sampai halus, masukkan telur dan kocok sampai tercampur rata - Masukkan campuran tepung dan aduk dengan garpu atau sendok kayu sampai rata benar - Semprotkan pada loyang yang telah diolesi dengan mentega - Panggang atau oven dengan api yang sedang sampai matang VI. KELAYAKAN FINANSIAL 1. Analisa ekonomi penggunaan alat pemipil pedal Investasi untuk pembelian alat pemipil pedal lebih tinggi dibanding dengan alat pemipil engkol. Namun alat pemipil pedal mempunyai keunggulan dalam kemampuan dan kapasitas produksi lebih besar. Dari Tabel 1 diperoleh angka kapasitas alat pemipil pedal sebesar kg/jam atau 6.06 jam/ton jagung pipilan. Hal ini berarti bahwa untuk menyelasaikan dan memperoleh jagung pipilan sebanyak 1 ton akan diperlukan waktu selama 6.06 jam dalam pengoperasian alat pemipil tipe pedal. Permasalahan dalam analisa ekonomi ini adalah besarnya biaya yang harus ditanggung untuk pengoperasian alat dengan kapasitas seperti tersebut di atas. Biaya ini biasa disebut sebagai Biaya Pokok. Biaya pokok secara ekonomi dapat

13 dihitung per satuan unit produk atau per satuan waktu. Skenario perhitungan dalam analisis dimulai dari umur alat pemipil jagung (umur 4 dan 5 tahun) dan upah operator per hari ( Rp ,- dan Rp ,-). Sedangkan umur alat pemipil diambil dari daftar referensi yang ada. Biaya tetap dalam pengoperasian alat pemipil jagung pedal terdiri dari biaya penyusutan per tahun dan bunga modal. Biaya penyusutan alat diperhitungkan untuk menilai alat setelah digunakan. Bunga modal diperhitungkan dari nilai investasi awal, dalam tahun 2004 ini, besarnya diasumsikan 12 %. Sedang biaya tidak tetap terdiri dari biaya perawatan dan perbaikan / RAM (repair and maintenance) dan biaya operator. RAM mengacu pada pedoman alat dan mesin pertanian secara umum, yaitu sebesar 2 % dari selisih harga awal dan akhir setiap 100 jam kerja pelayanan ( Sarjono, 2000). Tabel 3. Skenario analisa ekonomi penggunaan alsin pemipil jagung tipe pedal, Kab. Temanggung, 2004 No Uraian 1 Biaya tetap : Biaya penyusutan (Rp/thn) Bunga modal 12%(Rp/thn) 2 Biaya tidak tetap Biaya perawatan dan perbaikan (Rp/jam) Upah operator (Rp/jam) Rp / hari (A) Rp / hari (B) Σ biaya tidak tetap, pada : - upah A - upah B 3 Biaya pokok, pada : - A - B 4 Biaya pokok + laba 20%, - A - B 6 Break even point (t / thn), pada : - A - B Umur Alat 5 th ( I ) 4 th ( II ) ,5 82,5

14 Biaya operator termasuk dalam biaya variabel ( VC ). Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa besarnya biaya variabel dipengaruhi oleh besarnya upah operator. Semakin besar upah operator semakin besar pula biaya variabelnya. Efek selanjutnya adalah semakin besar pula biaya tidak tetap (VC), menyebabkan semakin tinggi biaya pokok yang harus dibayar oleh pemakai alat pemipil tersebut. Dalam Tabel tersebut untuk biaya upah operator per hari = Rp ,- (P) mengakibatkan biaya pokok sebesar Rp ,- dan Rp ,- (untuk umur pemakaian 5 dan 4 tahun). Sedangkan bila harga upah Rp ,- meningkatkan biaya pokok menjadi Rp ,- dan Rp ,- untuk usia pemakaian 5 dan 4 tahun. Biaya pokok tersebut di atas belum termasuk keuntungan yang diterima oleh pengelola. Dalam perhitungan ini bila diambil keuntungan 20%, maka biaya pokok yang harus dibayar menjadi biaya sewa sebesar masing masing Rp ,- (IP), Rp ,- (IQ), Rp ,- (IIP) dan Rp ,- (IIQ). Jadi apabila kelompok tani sebagai pengelola alsin untuk menjual jasa dapat memberikan pelayanan kepada anggota kelompok tani dan petani lain di sekitarnya dengan jasa sewa sebesar Rp ,-/ton (skenario IP) atau Rp ,-/ton (skenario IQ). Namun apabila pihak penyewa tidak menggunakan operator alat, artinya hanya menyewa alat saja, maka harus membayar uang sewa alat sebesar Rp ,- per ton jagung pipilan atau Rp ,- per hari. Dan harga sewa ini apabila dibulatkan bisa menjadi Rp ,- per hari. Dengan biaya sewa sebesar Rp ,- (dengan operator) atau Rp ,- per hari, maka pihak pengelola harus dapat mencari nasabah penyewa alat pipil jagung sampai 66 ton per tahun. Hal ini dimaksudkan pada tahun ke 5 nanti, pihak pengelola dapat menambah alat atau memperbaharui alat pemipil jagung lagi. Dalam hitungan yang sama apabila pengelola menghendaki penambahan alat atau memperbaharui alat dalam jangka waktu 4 tahun, maka pengelola harus dapat mencari nasabah penyewa alat pipil jagung sampai 82.5 ton per tahun. 2. Analisa ekonomi alat pemipil tipe engkol Pengalokasian dana untuk alat pemipil engkol lebih kecil dibanding dengan tipe pedal. Sebaiknya setiap pengelola jasa pemipil jagung ini mempersiapkan alat pemipil yang mempunyai kapasitas kecil, selain mempunyai pemipil kapasitas

15 besar. Investasi modal alat pemipil engkol ini sebesar Rp / alat. Alat pemipil engkol ini mempunyai kapasitas sebesar 47.3 kg / jam, lebih kecil dibanding tipe pedal. Alat pemipil tipe engkol ini dioperasikan oleh satu orang saja, sehingga mengurangi komponen biaya variabelnya. Struktur analisa ekonomi masih sama dengan Tabel 4, sehingga perhitungan untuk memperoleh biaya pokok menggunakan cara yang sama. Dari Tabel 3 diperoleh Gambaran bahwa untuk memipil jagung 1 ton memerlukan biaya pokok sebesar Rp ,- (skenario IP) atau Rp ,- (skenario IQ). Apabila dilihat dari kapasitas alat pemipil engkol sebesar 47.3 kg/jam atau 21.1 jam / ton, maka bisa dihitung bahwa untuk memipil 1 ton jagung memerlukan waktu 21.1 jam. Kalau dalam sehari biasa kerja selama 7 jam, berarti untuk memipil jagung 1 ton memerlukan waktu selama 3 hari. Kaitan dengan biaya pokok di atas berarti untuk memipil 1 ton jagung memerlukan biaya sebesar Rp ,- (skenario IP) atau Rp ,- (skenario IQ), meskipun harus menunggu selesai sampai 3 (tiga) hari. Namun apabila hanya menggunakan alat pemipilnya saja, pemilik jagung hanya menyewa alatnya saja, maka biaya pokok untuk sewa alat bisa dihitung sebesar Rp ,- atau apabila dibulatkan menjadi Rp ,- per hari. Dengan menggunakan perhitungan secara matematis biasa, maka apabila pengelola jasa alat pemipil tipe engkol ingin memperbaharui atau menambah alat lagi dalam jangka waktu 3 tahun (skenario I), maka pihak pengelola harus dapat mencari nasabah penyewa alat untuk melayani pemipilan sebanyak 23.7 ton / tahun. Atau bila dikonversi dalam hari, harus disewa oleh petani selama 2 bulan 15 hari. Tapi bila pihak pengelola ingin lebih pendek titik impasnya selama 2 tahun (skenario II), harus bisa melayani pemipilan jagung sebanyak 35.5 ton / tahun atau dalam konversi hari sebanyak 3 bulan 18 hari.

16 Tabel 4. Skenario analisa ekonomi penggunaan alsin pemipil jagung tipe engkol, Kab. Temanggung, No Uraian 1 Biaya tetap : Biaya penyusutan (Rp/thn) Bunga modal 12%(Rp/thn) 2 Biaya tidak tetap Biaya perawatan dan perbaikan (Rp/jam) Upah operator (Rp/jam) Rp / hari (A) Rp / hari (B) Σ biaya tidak tetap, pada : - upah A - upah B 3 Biaya pokok, pada : - A - B 4 Biaya pokok + laba 20%, - A - B 6 Break even point (t / thn), pada : - A - B Umur Alat 3 th ( I ) 2 th ( II ) ,7 23, ,5 35,5 3. Analisa ekonomi alat pemberas dan penepung jagung Alsin pemberas jagung memerlukan operator antara 1 2 orang, dalam perhitungan ini menggunakan operator 2 (dua) orang sehingga dapat ditangani dengan lancar. Kapasitas alsin pemberas jagung adalah 391 kg/jam atau jam/ton beras jagung. Bila umur mesin diasumsikan mencapai 4 (empat) tahun, maka perhitungan kelayakan ekonomi dapat dilihat pada Tabel berikut. Biaya tetap = Rp ,- per tahun dan biaya tidak tetap = Rp per jam, sehingga Biaya pokok operasional alat tiap ton memerlukan biaya sebesar Rp ,-. Bila pemberasan ini tarip harganya Rp 200,-/kg, maka break event point (BEP) diperoleh = 38,5 ton per tahun. Sedangkan pada alsin penepung jagung mempunyai nilai akhir adalah 10 % dari harga awal (Sarjono, 2000) atau sebesar Rp ,-. Bila diasumsikan bahwa umur alsin selama 4 thn dan bunga modal sebesar 12 %, maka diperoleh biaya tetap sebesar Rp ,-. Sedangkan biaya tidak tetap merupakan biaya operasional pada waktu alat tersebut dijalankan, terdiri

17 dari biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perawatan dan perbaikan, dan upah operator yang menjalankan alsin tersebut. Baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap dalam perhitungan ini adalah sama persis dengan alsin pemberasan, karena menggunakan alat yang sama. Yang membedakan adalah saringan dan prosesnya, sehingga diperoleh kapasitas yang berbeda. Tabel 5. Perhitungan kelayakan ekonomi alsin pemberas jagung No Uraian Jumlah 1 Biaya Tetap Harga alat pemberas Nilai akhir alat Perkiraan umur alat Biaya penyusutan Bunga modal 12 % Jumlah biaya tetap (FC) / thn 2 Biaya tidak tetap per jam Bahan bakar Pelumas Biaya perawatan dan perbaikan (2%/thn) Upah operator (2 Rp /hr) Jumlah biaya tidak tetap Rp Rp thn Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp Rp Rp Rp Rp Biaya pokok alat per ton Rp Break event point (ton/thn) 38,5 Kapasitas alsin penepung diperoleh 2.6 jam/kw tepung jagung, maka akan diperoleh biaya pokok alsin sebesar Rp ,- tiap kuintal pembuatan tepung. Sedangkan bila tarip penepungan sebesar Rp. 500,- per kg jagung, maka diperoleh biaya pulang pokok (break event point) sebesar 191 kw/tahun. Hasil ini bisa dilihat pada Tabel berikut.

18 Tabel 6. Perhitungan kelayakan ekonomi alsin penepung jagung No Uraian Jumlah 1 Biaya Tetap Harga alat penepung Nilai akhir alat Perkiraan umur alat Biaya penyusutan Bunga modal 12 % Jumlah biaya tetap (FC) / thn 2 Biaya tidak tetap per jam Bahan bakar Pelumas Biaya perawatan dan perbaikan (2%/thn) Upah operator (1 Rp /hr) Jumlah biaya tidak tetap Rp Rp thn Rp ,- Rp ,- Rp ,- Rp Rp Rp. 486 Rp Rp Biaya pokok alat per kwintal Rp Break event point (kw/thn) 191 VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Alat dan mesin pemberas maupun penepung jagung sangat membantu petani dalam pasca panen dan pengolahan jagung di pedesaan. Alsin pemberas jagung dengan daya 12 PK, mempunyai kapasitas kinerja sebesar 391 kg/ jam beras jagung. Sedangkan alsin penepung jagung mempunyai kapasitas kinerja sebesar 37,5 kg/jam 2. Secara ekonomis, pengoperasian alsin pemberas jagung memerlukan biaya pokok sebesar Rp pada setiap ton pengolahan jagung menjadi jagung pipil. Biaya ini belum termasuk keuntungan bagi pengusaha jasa alsintan. Sedangkan BEP (break event point) atau titik pulang pengembalian modal alsintan sebesar 38.5 ton per tahun, apabila umur ekonomis alsin selama 4 tahun. 3. Alsin penepung jagung mempunyai kapasitas 37.5 kg / jam. Dengan asumsi pada kondisi yang normal, maka biaya pokok untuk

19 mengoperasionalkan alsin penepung jagung ini adalah sebesar Rp ,- per kuintal. 4. Kesiapan bengkel pembuat alsintan belum banyak berkembang, sehingga keperluan alsintan yang tidak ada di pasaran harus di pesan ke daerah lain. Namun demikian untuk bengkel perbaikan alat (servis), rata rata bengkel setempat sudah mampu mengerjakannya. 5. Pengoperasian alsin penepung jagung dapat juga dilakukan oleh kaum wanita tani, sebagai mata pencaharian atau pendapatan keluarga. Hal ini perlu ditumbuhkan upaya upaya positif dalam pengembangan tenaga kerja di pedesaan. Dalam penanganan pasca panen dan pengolahan hasil dapat diwujudkan dan didorong ke arah home industri, untuk memperoleh nilai tambah dan penghasilan keluarga. B. SARAN Adanya tanggapan positif dari hasil penjaringan umpan balik teknologi pada acara temu lapang, beberapa kendala yang disampaikan oleh produsen makanan dan petani pada umumnya adalah kemampuan petani yang masih terbatas. Keterbatasan ini tidak hanya dari modal saja, namun juga kemampuan dalam memasarkan produk hasil olahannya ke pasaran. Oleh karena itu masih memerlukan bimbingan dan arahan dari para pembina dan pemerintah daerah setempat. DAFTAR PUSTAKA Makarim, A.K. dan S. Partohardjono, Analisis sistem sebagai alat bantu penyusunan strategi peningkatan produksi, pendapatan petani dan pengembangan usahatani palawija. Prosiding seminar nasional inovasi Teknologi Palawija. Buku 2 hasil penelitian dan pengkajian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Munarso, S.J., BAS Santosa, Djoko S.D., Struktur, komposisi dan nilai gizi jagung. Dalam buku Paket Informasi Jagung. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian. Depatan, Jakarta Saenong, S., Firdaus K., Wasmo K., Imam U.F. dan Akil, Inovasi teknologi jagung. Menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Sarjono, Analisa ekonomi penggunaan alat dan mesin pertanian. Balai Besar Pengembangan Alat dan Mesin Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Deptan. Serpong

20 Suarni, Teknologi pengolahan jagung sebagai bahan pangan. Prosiding seminar nasional inovasi Teknologi Palawija. Buku 2 hasil penelitian dan pengkajian. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Sutanto, A., Djoko P., Kendriyanto, Hendro K., Kajian pasca panen dan pengolahan produk jagung putih untuk bahan pangan. Laporan Kegiatan. BPTP Jawa Tengah Wariyah, C., Optimasi waktu perendaman dan pemasakan dalam otoklaf pada pengolahan jagung goreng. Laporan Penelitian. Unwama, Yogyakarta, Wariyah, C., Optimasi kadar air biji jagung selama perendaman dan pengolahan jagung goreng. Laporan Penelitian. Unwama, Yogyakarta, Wariyah, C., Kinetika penyerapan air selama perendaman biji jagung. Dalam Agromedia, vol. 23, No. 2, hal STIP Farming, Semarang. Winarno, F.G., Teknologi Pengolahan Jagung. Risalah seminar hasil penelitian tanaman pangan. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN Agus Sutanto PENDAHULUAN Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan pola konsumsi

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PEMBUATAN EMPING JAGUNG DARI TIGA VARIETAS DENGAN DUA TEKNIK PEMBUATAN

PENGKAJIAN PEMBUATAN EMPING JAGUNG DARI TIGA VARIETAS DENGAN DUA TEKNIK PEMBUATAN PENGKAJIAN PEMBUATAN EMPING JAGUNG DARI TIGA VARIETAS DENGAN DUA TEKNIK PEMBUATAN SS. Antarlina dan Amik Krismawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Emping jagung merupakan produk

Lebih terperinci

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung memiliki nutrisi yang lebih komplek dibandingkan dengan beras. Jagung sangat

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Tuesday, 22 September 2009 21:05 Last Updated Tuesday, 22 September 2009 21:14 Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran Berbagai macam hidangan disajikan di Hari Raya Lebaran, tidak ketinggalan

Lebih terperinci

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g. SOSIS IKAN Sosis adalah salah satu produk olahan dari bahan hewani. Secara umum sosis diartikan sebagai makanan yang dibuat dari daging yang telah dicincang, dihaluskan, dan diberi bumbubumbu, dimasukkan

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul

RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul RINGKASAN Upaya Diversifikasi Konsumsi Pangan Berbasis Bahan Pangan Lokal Di Desa Salam, Patuk, Gunung Kidul Abstrak Lili Sugiyarto, Siti Umniyatie, Paramita C.K. lili_sugiyarto@uny.ac.id Program pengabdian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes

PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes PENGENALAN DKBM (TKPI) & UKURAN RUMAH TANGGA (URT) Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id DKBM: 2 Daftar Komposisi Bahan Makanan dimulai tahun 1964 dengan beberapa penerbit. Digabung tahun 2005

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA

ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA EMBRYO VOL. 7 NO. 1 JUNI 2010 ISSN 0216-0188 ANALISIS PROSES PEMBUATAN PATI JAGUNG (MAIZENA) BERBASIS NERACA MASSA Iffan Maflahah Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU Andi Ishak, Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri. Berdasarkan data dari Wardhana (2013) dalam Majalah Tempo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat konsumsi mi di Indonesia cukup tinggi. Kurniawati (2006) mengatakan bahwa Indonesia merupakan negara ke dua terbesar di dunia dalam tingkat konsumsi mi gandum

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,

Lebih terperinci

Resep Kue. Resep kue nastar

Resep Kue. Resep kue nastar Resep kue nastar Resep kue nastar memang paling banyak dicari dan dipraktekan pada hari raya idul fitri. Pada lebaran tahun 2012 ini admin masakanmama.com pun tidak ketinggalan untuk membuat kue nastar

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Susy Lesmayati 1 dan Retno Endrasari 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan 2 Balai

Lebih terperinci

Resep Kastengel Bawang Merah

Resep Kastengel Bawang Merah MEMBUAT RANCANGAN DAN KARYA TEKNOLOGI DIVERSIVIKASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN BERBASIS BAWANG MERAH YANG TIDAK DIPATENKAN; TINGKAT INTERNASIONAL Resep Kastengel Bawang Merah Bahan Adonan: 1 kg Tepung

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jewawut, pencampuran bahan-bahan, mencetak/membentuk choco chip,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jewawut, pencampuran bahan-bahan, mencetak/membentuk choco chip, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Hasil.1.1 Proses pembuatan choco chip jewawut Pembuatan Choco chip jewawut diawali dengan pembuatan tepung jewawut, pencampuran bahan-bahan, mencetak/membentuk choco chip,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN UBI KAYU. Kue Pohong Keju

PENGOLAHAN UBI KAYU. Kue Pohong Keju PENGOLAHAN UBI KAYU Ubi kayu segar adalah bahan pangan yang mudah rusak, oleh sebab itu setelah pemanenan petani segera menjual atau mengolah ubikayu segar sebelum menjadi rusak dan busuk. Ubikayu dapat

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar Tip's Memasak Tip's Memasak tips: Kaldu Udang Mendapatkan kaldu udang yang gurih, sangrai atau panggang kulit, dan kepala udang hingga kering dan harum. Angkat lalu rebus dengan air secukupnya di atas

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG

PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG PEMBUATAN TEPUNG JAGUNG Qanytah Tepung jagung merupakan butiran-butiran halus yang berasal dari jagung kering yang dihancurkan. Pengolahan jagung menjadi bentuk tepung lebih dianjurkan dibanding produk

Lebih terperinci

Oatmeal Cheese Cookies

Oatmeal Cheese Cookies Variasi lain dari kaastengels yang membahana itu. Tambahkan oatmeal di dalamnya, maka jadilah ia krenyes plus kempus-kempus. Oatmeal Cheese Cookies Bahan A: 250 gr mentega 1 sdt garam 25 gr gula halus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija sebagai tanaman produksi. Di Indonesia kacang tanah merupakan tanaman yang memiliki sumber protein nabati yang cukup penting

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung dituntut harus selalu ambil bagian dan tanggap dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tepung Terigu 2.1.1 Pengertian Tepung Terigu Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari penggilingan biji gandum. Gandum merupakan salah satu tanaman biji-bijian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melakukan beberapa pengamatan dan pengujian maka peneliti menghasilkan satu produk baru dengan melakukan inovasi terhadap jajanan pasar Indonesia yaitu lemper,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN

RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN RANCANG BANGUN ALAT MESIN HAMMER MILL UNTUK PENGOLAHAN JAGUNG PAKAN Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Email: zulnadiujeng@gmail.com ABSTRAK Dalam rangka mempertahankan usaha peternak ayam di Kabupaten

Lebih terperinci

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani Tim PPM Jurusan Pendidikan Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 1 TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT Dr. Sri Handayani

Lebih terperinci

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan Kerupuk merupakan salah satu makanan ringan yang banyak diburu para konsumen. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang sangat renyah, menjadikan kerupuk sebagai

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan PRODUK HORTIKULTURA SPESIFIK KALIMANTAN SELATAN

Teknologi Pengolahan PRODUK HORTIKULTURA SPESIFIK KALIMANTAN SELATAN SPESIFIK KALIMANTAN SELATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian

Lebih terperinci

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Komoditi TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012 Produksi Penyediaan Kebutuhan Konsumsi per kapita Faktor Konversi +/- (ton) (ton) (ton) (ton) (kg/kap/th) (100-angka susut)

Lebih terperinci

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN Untuk mengurangi ketergantungan terhadap terigu dan pengembangan pangan yang berbasis

Lebih terperinci

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA 19 SERI BACAAN ORANG TUA JAGUNG Bahan Pangan Alternatif Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. C. Prasyarat Modul 42

BAB I PENDAHULUAN. C. Prasyarat Modul 42 BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Pada umumnya baso tahu adalah makanan yang sudah dikenal oleh masyarakat di Indonesia, baso tahu dijadikan sebagai wirausaha oleh masyarakat karena rasanya yg sudah tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Produk Kue cubit ubi jalar ungu adalah salah satu produk diversifikasi dari makanan tradisional kue cubit.kue berukuran kecil ini berdiameter sekitar 4cm. Kue cubit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. Negara Indonesia ini mempunyai kekayaan alam yang melimpah terutama pada jenis tanaman pangan lokal

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan September 2012 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian serta Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI

UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI UJI GLUKOSA DAN ORGANOLEPTIK KUE BOLU DARI PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DAN BEKATUL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Disusun oleh: ANTRI

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS

PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS BAB III PENCAPAIAN TARGET SWASEMBADA JAGUNG BERKELANJUTAN PADA 2014 DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIS Uning Budiharti, Putu Wigena I.G, Hendriadi A, Yulistiana E.Ui, Sri Nuryanti, dan Puji Astuti Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Jalan Pemuda I, Rawamangun-Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN. : Jalan Pemuda I, Rawamangun-Jakarta Timur 1 BAB I PENDAHULUAN Nama Perusahaan Bidang Usaha Jenis Produk Alamat Perusahaan Nomor Telepon : Corp. : Produk Makanan : Nugget Tahu : Jalan Pemuda I, Rawamangun-Jakarta Timur : 083895161xxx A. Identifikasi

Lebih terperinci

Resep kue lapis lengkap

Resep kue lapis lengkap Resep kue lapis lengkap Resep kue lapis kali ini komplit banget dari kue basah sampai kue kering. Kue lapis bisa dibilang jajanan pasar tradisional sampai jajanan mall. Kue lapis yang sering dijumpai sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM

KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah: Kinerja Prototipe Mesin Sosoh. KINERJA PROTOTIPE MESIN SOSOH TIPE ABRASIF PSA-M3 PADA PROSES PENYOSOHAN SORGUM I.U. Firmansyah Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Sorgum (Sorghum

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN TEPUNG CASSAVA UNTUK WIRAUSAHA

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN TEPUNG CASSAVA UNTUK WIRAUSAHA PENGEMBANGAN PENGOLAHAN TEPUNG CASSAVA UNTUK WIRAUSAHA Oleh: Rizqie Auliana Disampaikan dalam kegiatan pelatihan kewirausahaan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Masyarakat Yogyakarta, 10 September 2013

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Salah satu tantangan terbesar yang dimiliki oleh Indonesia adalah ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan nasional adalah masalah sensitif yang selalu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JAGUNG DALAM PEMBUATAN ANEKA MACAM OLAHAN UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN

PEMANFAATAN JAGUNG DALAM PEMBUATAN ANEKA MACAM OLAHAN UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN Seminar Nasional Serealia, 2013 PEMANFAATAN JAGUNG DALAM PEMBUATAN ANEKA MACAM OLAHAN UNTUK MEMPERKUAT KETAHANAN PANGAN Masniah 1) dan Syamsuddin 2) 1 ) Peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BERBISNIS DENGAN PISANG NAMA : ERMA WIDIYANTI NIM : 11.01.2948 STMIK Amikom Yogyakarta Jl. Ring Road Utara. Condong Catur, Sleman, Yogyakarta Indonesia Telp: (0274)884201-207

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh : PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI Oleh : PRAPTI AKHIRININGSIH NPM : 0533010001 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Tepung Tapioka Skala Rakyat Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan prospek pengembangan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan Pelatihan Kewirausahaan untuk Pemula olahan dengan memperhatikan nilai gizi dan memperpanjang umur simpan atau keawetan produk. Untuk meningkatkan keawetan produk dapat dilakukan dengan cara : (1) Alami

Lebih terperinci

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA JAW A TENGAH 1996-2011 ISSN : 0854-6932 No. Publikasi : 33531.1204 Katalog BPS : 5203007.33 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : 245 halaman Naskah : Bidang Statistik

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industry pangan yang ditunjang oleh teknologi budidaya

Lebih terperinci

T E M P E 1. PENDAHULUAN

T E M P E 1. PENDAHULUAN T E M P E 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

sampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan

sampai matang 10. Tuang kembali adonan hijau sampai separuh adonan Aneka Olahan Kue Tepung Kasava Tepung singkong dapat digunakan dalam pembuatan tepung campuran (composite flour), yakni tepung campuran antara tepung singkong dan tepung terigu. Tepung campuran tersebut

Lebih terperinci

RESEP KUE TALAM BESERTA TIPS dan VARIASINYA

RESEP KUE TALAM BESERTA TIPS dan VARIASINYA RESEP KUE TALAM BESERTA TIPS dan VARIASINYA Kue talam memang biasanya diolah dari bahan ubi. Namun sebenarnya tidak harus seperti itu. Banyak sekali bahan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kue talam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Lebih terperinci

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017 DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017 NUGGET SINGKONG, BAKSO SINGKONG OLEH MAHASISWA : NUTRISI DAN TEKNOLOGI KULINER FAKULTAS TEKONOLOGI PANGAN UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU Oleh: Gusti Setiavani, S.TP, M.P Staff Pengajar di STPP Medan Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 1. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L) Pangan menjadi kebutuhan pokok bagi manusia dimanapun. Kebutuhan akan pangan harus tercukupi

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang I PENDAHULUAN Cookies merupakan salah satu produk yang banyak menggunakan tepung. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang dihasilkan. Tepung kacang koro dan tepung

Lebih terperinci

MENU MAKAN PAGI. Talas dan ubi yang sudah digiling halus. Di aduk kemudian ditambahkan santan dan garam

MENU MAKAN PAGI. Talas dan ubi yang sudah digiling halus. Di aduk kemudian ditambahkan santan dan garam MENU MAKAN PAGI KETUPAT JALA TALAS KETUPAT JALA TALAS Bahan 225 gr Talas 100 gr Talas 100 gr Ubi 50 gr Ubi 200 gr Santan 60 gr Santan 5 gr Garam 5 gr Garam 3 gr Gula KETUPAT Talas dan ubi yang sudah digiling

Lebih terperinci

PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH PENELITIAN POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH Rachman Djamal, dkk Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Tengah Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang Telp.

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan. MODUL 5 PIZZA IKAN Standar Unit Kompetensi: Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu membuat pizza ikan yang enak, bertekstur lembut dan rasa yang lezat. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR

23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR Kararnel Susu, Yoghurt Olahan Tepung Ubi Jalac Ebi (udang kering). Keju 23. HASlL OLAHAN TEPUNG UBI JALAR Tepung ubi jalar dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuatan kue dan roti gandum. Adapun proses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN terdiri dari : Tahapan-tahapan proses pengolahan stick singkong di UKM Flamboyan 4.1 Persiapan Bahan Baku Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli tropis Ethiopia, Afrika Timur, dan dataran tinggi Ethiopia dianggap sebagai pusat utama domestikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bulat, beruas-ruas dan tingginya antara cm. Jagung merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bulat, beruas-ruas dan tingginya antara cm. Jagung merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang mempunyai batang bebentuk bulat, beruas-ruas dan tingginya antara 60 300 cm. Jagung merupakan komoditas vital dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu

Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu 1. Pemanenan Kedelai* 2. Perontokan Biji Kedelai** 3. Pencucian Kedelai 4. Pengupasan Kulit Ari Kedelai 5. Kedelai Setelah Dicuci 6. Penggilingan Kedelai

Lebih terperinci

Tepung Pisang dan Had Olahannya. Sayur Asin. Pengawetan Telur Segar, Selai dan Jelly, Brem Cair

Tepung Pisang dan Had Olahannya. Sayur Asin. Pengawetan Telur Segar, Selai dan Jelly, Brem Cair Tepung Pisang dan Had Olahannya. Sayur Asin. Pengawetan Telur Segar, Selai dan Jelly, Brem Cair 6. TEPUNG PISANG DAN HASlL OLAHANNYA Peningkatan produksi pisang mengakibatkan adanya suaplus atau kelebihan

Lebih terperinci

: Laila Wahyu R NIM :

: Laila Wahyu R NIM : Nama : Laila Wahyu R NIM : 11.11.568 Kelas : 11-S1TI-15 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 211/212 I. ABSTRAKSI Produk olahan krupuk ikan tenggiri merupakan produk pangan yang dapat digunakan sebagai makanan ringan

Lebih terperinci

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN Kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN Tinjauan Pustaka Menurut Tharir (2008), penggilingan padi merupakan industri padi tertua dan tergolong paling besar di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biskuit merupakan makanan kecil (snack) yang termasuk ke dalam kue kering dengan kadar air rendah, berukuran kecil, dan manis. Dalam pembuatan biskuit digunakan bahan

Lebih terperinci