ANALISA SOLUSI PERSAMAAN BEDA LINIER SKRIPSI
|
|
- Liana Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISA SOLUSI PERSAMAAN BEDA LINIER SKRIPSI VARIAN LUTHFAN PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012
2 ANALISA SOLUSI PERSAMAAN BEDA LINIER SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Bidang Matematika Pada Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Airlangga Disetujui oleh Pembimbing I Pembimbing II Dr. Moh. Imam Utoyo, M.Si. NIP Cicik Alfiniyah, S.Si., M.Si. NIP ii
3 LEMBAR PENGESAHAN NASKAH SKRIPSI Judul : Analisa Solusi Persamaan Beda Linier Penyusun : Varian Luthfan Nomor Induk : Tanggal Ujian : 22 September 2012 Disetujui oleh: Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Moh. Imam Utoyo, M.Si. NIP Cicik Alfiniyah, S.Si., M.Si. NIP Mengetahui: Ketua Program Studi S-1 Matematika Departemen Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Dr. Miswanto, M.Si. NIP iii
4 PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI Skripsi ini tidak dipublikasikan, namun tersedia di perpustakaan dalam lingkungan Universitas Airlangga, diperkenankan untuk dipakai sebagai referensi kepustakaan, tetapi pengutipan harus seizin penyusun dan harus menyebutkan sumbernya sesuai kebiasaan ilmiah. Dokumen skripsi ini merupakan milik Universitas Airlangga. iv
5 KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil aalamiin. Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Analisa Solusi Persamaan Beda Linier. Materi di dalam skripsi ini bukanlah sesuatu yang baru, tetapi penulis hanya mengkaji (bedah buku) tentang solusi persamaan beda linier pada buku Difference Equations (Kelley dan Peterson, 2001), yang belum diperoleh mahasiswa S-1 Matematika. Penulis kemudian memaparkan kembali bukti dari teorema-teorema yang dikaji secara lebih detail dengan bahasa sendiri dan melengkapinya dengan contoh yang memenuhi agar lebih mudah dipahami oleh pembaca. Adanya contoh kasus sistem penggajian pegawai adalah bukti penerapan persamaan beda linier dalam kehidupan sehari-hari. Penulis bukanlah orang yang cukup hebat sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini seorang diri. Penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT, Tuhan yang telah mengaruniakan ilmu yang bermanfaat dan selalu membimbing penulis dalam setiap langkah penulis. 2. Almarhum ayah, Fatchoer Rozy, ibu tercinta, Setianing, dan adik-adikku tersayang, Edwin dan Noval, yang telah memberikan kasih sayang, semangat yang begitu besar, dukungan dan doa yang terus-menerus agar penulis dapat menyelesaikan studi S-1 dengan baik. 3. Dr. Moh. Imam Utoyo, M.Si. selaku pembimbing I dan Cicik Alfiniyah, S.Si., M.Si. selaku pembimbing II, yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dan perhatian dengan baik dan penuh kesabaran, serta senantiasa memberikan nasehat dan arahan kepada penulis yang telah banyak melakukan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. v
6 4. Dr. Eridani, M.Si. dan Nenik Estuningsih, M.Si. selaku dosen dan penguji skripsi ini yang telah memberikan banyak koreksi penting dan masukan yang sangat berarti. 5. Dr. Miswanto, M.Si. selaku Kepala Departemen Matematika yang telah memberikan banyak masukan, pikiran, dan semangat. 6. Untuk Jatu Herlina yang telah setia menjadi seorang teman, sahabat, pemberi motivasi serta semangat yang tak pernah henti. Terima kasih atas segala do a dan perhatiannya selama ini. 7. Teman-teman Matematika UNAIR angkatan 2008, Putu, Abi, Harun, Safik, Rizal, Lefko, Zuda, Adis, Annas, Yani, Andri, Bambang, Athok, Kiky, Hadi, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas setiap kritik, saran, masukan, dan motivasi yang kalian berikan kepada penulis. Semoga melalui tulisan ini, pembaca dapat memperoleh manfaat serta perlindungan dari Allah SWT, Amiin Yaa Rabbal aalamiin. Surabaya, Juli 2012 Penulis Varian Luthfan vi
7 Varian Luthfan Analisa Solusi Persamaan Beda Linier. Skripsi ini di bawah bimbingan Dr. Moh. Imam Utoyo, M.Si dan Cicik Alfiniyah, S.Si., M.Si. Departemen Matematika. Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. ABSTRAK Menyelesaikan sebuah persamaan beda linier berarti menemukan semua fungsi yang jika disubstitusikan ke persamaan beda tersebut akan bernilai benar. Fungsi tersebut disebut sebagai solusi dari persamaan beda. Namun, tidak semua persamaan beda mempunyai solusi. Persamaan beda linier orde mempunyai solusi tunggal jika terdapat nilai awal yang ditentukan. Pada skripsi ini persamaan beda linier dibatasi hanya untuk persamaan beda linier dengan koefisien konstan. Beberapa metode dapat digunakan untuk menentukan solusi umum dari persamaan beda linier dengan koefisien konstan, diantaranya adalah metode akar dari persamaan karakteristik untuk persamaan beda linier homogen, metode annihilator untuk persamaan beda linier tak homogen, dan metode variasi parameter untuk persamaan beda linier homogen dan tak homogen. Dalam penerapan persamaan beda, tidak hanya solusi yang menjadi kebutuhan utama dari persamaan beda, tetapi juga perilaku dari solusi tersebut di sekitar titik kesetimbangan. Menentukan kestabilan solusi persamaan beda linier orde satu diperoleh dengan mencari titik kesetimbangan dari persamaan beda linier orde satu, kemudian menentukan solusinya dan limit dari solusi tersebut terhadap titik kesetimbangannya. Untuk persamaan beda linier orde lebih dari satu, kestabilan solusinya dilakukan dengan mencari nilai eigen, kemudian mencari jari-jari spektral, dan jika jari-jari spektralnya kurang dari satu, maka solusi persamaan beda linier orde lebih dari satu dikatakan stabil asimtotik. Adanya contoh kasus sistem penggajian pegawai adalah bukti penerapan persamaan beda linier dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci: Persamaan Beda Linier, Metode Akar Persamaan Karakteristik, Metode Annihilator, Metode Variasi Parameter, Kestabilan Solusi. vii
8 Varian Luthfan.. Analisa Solusi Persamaan Beda Linier. This skripsi in under the guidance by Dr. Moh. Imam Utoyo, M.Si. and Cicik Alfiniyah, S.Si., M.Si. Mathematics Department of Science and Technology Faculty. Airlangga University. ABSTRACT Solving a linear difference equation means finding all the functions which, if substituted into that difference equation has true value. The function is called a solution of difference equation. But, not all difference equation has solution. The -order linear difference equation has unique solution if there are prescribed initial values. In this skripsi linear difference equation is limited for linear difference equation with constant coefficients. Several methods can be used to determine the general solution of linear difference equations with constant coefficients, including the roots of the characteristic equation method for homogeneous linear difference equations, annihilator method for nonhomogeneous linear difference equations, and variation of parameters method for homogeneous and nonhomogeneous linear difference equations. In application of difference equation, not only the solution that becomes central parts of difference equation, but also behavior of the solution around the equilibrium point. Determine the stability of solutions of first-order linear difference equation is obtained by finding the equilibrium point of first-order linear difference equation, and then define the solution and the limit of such solutions to the equilibrium point. For the higher-order linear difference equation, the stability of the solutions is done by finding the eigenvalues, then find the spectral radius and if the spectral radius less than one, then the solutions of higher-order linear difference equation is said to be asymptotically stable. Existence of employee payroll system is evidence of linear difference equations application in daily life. Keywords: Linear Difference Equation, Roots of Characteristic Equation Method, Annihilator Method, Variation of Parameters Method, Stability of Solutions. viii
9 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN SKRIPSI... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kalkulus Beda Persamaan Beda Linier Kestabilan Solusi BAB III METODE PENULISAN BAB IV PEMBAHASAN Penentuan Syarat Suatu Persamaan Beda Memiliki Solusi Penentuan Solusi Persamaan Beda Linier Metode Akar Persamaan Karakteristik Metode Annihilator Metode Variasi Parameter Kestabilan Solusi Persamaan Beda Linier Kestabilan Solusi Orde Satu Kestabilan Solusi Orde Lebih Dari Satu ix
10 4.4. Contoh Kasus Persamaan Beda Linier BAB V KESIMPULAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA x
11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persamaan beda muncul sebagai gambaran alami dari fenomena perubahan yang teramati dengan variabel waktu diskrit. Penerapan teori persamaan beda berkembang pesat dalam berbagai bidang, seperti analisis numerik, teori kontrol, matematika hingga, dan ilmu komputer (Lakshmikantham dan Trigiante, 2002). Persamaan beda seringkali digunakan sebagai alternatif penyelesaian persamaan diferensial, karena tidak semua persamaan diferensial dapat diselesaikan secara analitik (Penna, 2005). Secara umum, persamaan beda dengan orde didefinisikan sebagai [ ] dengan dan berturut-turut didefinisikan sebagai dan [ ], serta dan adalah fungsi yang belum diketahui sedangkan adalah variabel bebasnya. Dalam kasus tertentu seperti penerapannya pada bilangan Fibonacci dan masalah menara Hanoi, pada skripsi ini, nilai interval beda yang digunakan adalah. Jika fungsi linier, maka persamaan disebut persamaan beda linier. Jika fungsi tak linier, yang berarti dalam fungsi tersebut terdapat variabel yang berderajat lebih/kurang dari satu, maka persamaan disebut persamaan beda tak linier (Lakshmikantham dan Trigiante, 2002). 1
12 2 Konsep persamaan beda linier dinilai penting untuk sejumlah alasan. Penerapan matematika dalam kehidupan seringkali menggunakan konsep persamaan beda linier, seperti pada bilangan Fibonacci dan masalah menara Hanoi (Kelley dan Peterson, 2001). Selain itu, linierisasi digunakan pada persamaan beda tak linier untuk menganalisis kestabilan dari solusinya. Oleh karena itu, persamaan beda linier merupakan salah satu bahasan yang penting. Persamaan beda linear adalah persamaan beda yang memiliki bentuk dengan definisi awal bahwa, maka persamaan dapat dibentuk menjadi Persamaan ( ) disebut juga persamaan beda linear tak homogen orde. Jika, maka persamaan adalah persamaan beda linier homogen orde (Kelley dan Peterson, 2001). Selain homogen dan tak homogen, adanya solusi persamaan beda menunjukkan persamaan tersebut adalah pernyataan yang benar. Menyelesaikan persamaan beda berarti menemukan semua fungsi yang apabila disubstitusikan ke persamaan beda akan bernilai benar. Fungsi tersebut disebut sebagai solusi dari persamaan beda. Namun, tidak semua persamaan beda mempunyai solusi, sebagai contoh, persamaan beda yang didefinisikan sebagai [ ] [ ] tidak punya solusi, sebab tidak ada fungsi bernilai real yang memenuhi persamaan tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian terhadap syarat suatu persamaan beda mempunyai solusi.
13 3 Solusi persamaan beda dapat dicari dengan berbagai cara. Persamaan beda dapat diselesaikan dengan proses yang sederhana, tetapi seringkali diperlukan substitusi-substitusi tertentu pada persamaan tersebut sedemikian hingga persamaan dapat berubah menjadi suatu bentuk yang lebih sederhana. Disamping itu, dalam penerapan persamaan beda, tidak hanya solusi yang menjadi kebutuhan utama dari persamaan beda, tetapi juga perilaku dari solusi tersebut di sekitar titik kesetimbangan. Berdasarkan uraian di atas dalam penulisan ini penulis tertarik untuk membahas bagaimana syarat agar persamaan beda mempunyai solusi. Apabila persamaan tersebut mempunyai solusi, bagaimana menentukan solusi dari persamaan beda tersebut. Selain itu, penentuan perilaku dari solusi yang dihasilkan dengan/tanpa mencari solusinya juga menjadi bagian penting dari penulisan ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah syarat yang diperlukan agar suatu persamaan beda memiliki solusi? 2. Bagaimana cara menyelesaikan persamaan beda pada kasus homogen dan tak homogen? 3. Apakah syarat yang diperlukan untuk menentukan kestabilan solusi persamaan beda?
14 4 4. Bagaimana cara menentukan kestabilan solusi persamaan beda tanpa mencari solusinya terlebih dahulu? 5. Bagaimana mengkonstruksi dan menyelesaikan persamaan beda linier dalam permasalahan sehari-hari? 1.3 Tujuan Tujuan dari skripsi ini adalah: 1. Mengetahui syarat yang diperlukan agar suatu persamaan beda memiliki solusi. 2. Mengetahui cara menyelesaikan persamaan beda pada kasus homogen dan tak homogen. 3. Mengetahui syarat yang diperlukan untuk menentukan kestabilan solusi persamaan beda. 4. Mengetahui cara menentukan kestabilan solusi persamaan beda tanpa mencari solusinya terlebih dahulu. 5. Mengetahui cara mengkonstruksi dan menyelesaikan persamaan beda linier dalam permasalahan sehari-hari. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu referensi yang terkait dengan solusi dari persamaan beda linier. 2. Menerapkan dan mengembangkan konsep persamaan beda dalam kehidupan sehari-hari.
15 5 1.5 Batasan Masalah Mengacu pada rumusan masalah yang telah disebutkan, maka yang dimaksud dengan persamaan beda dalam penulisan skripsi ini adalah persamaan beda linier orde dan mempunyai solusi tunggal.
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, akan diberikan definisi maupun teorema yang akan digunakan dalam pembahasan, diantaranya adalah kalkulus beda, yang berguna untuk mempermudah dan mengkaji syarat-syarat yang diperlukan dalam penyelesaian persamaan beda, dan persamaan beda linier, konsep yang mendukung penulisan ini, serta kestabilan solusi, yang menjadi bagian penting dalam penentuan kestabilan solusi. 2.1 Kalkulus Beda Bagian dari kalkulus beda yang digunakan dalam penulisan ini antara lain operator beda beserta sifat-sifatnya yang merupakan komponen dasar dari perhitungan yang melibatkan beda hingga, operator geser yang merupakan bentuk sederhana dari operator beda, jumlah tak tentu yang merupakan operator kebalikan dari operator beda, serta fungsi faktorial yang merupakan konsep yang mendukung dalam penyelesaian persamaan beda. Definisi (Operator Beda) Misalkan sebuah fungsi dengan variabel bilangan real atau bilangan kompleks. Sebuah operator beda, didefinisikan sebagai Sebagian besar, domain dari adalah himpunan bilangan bulat berurutan, seperti bilangan asli (Kelley dan Peterson, hal 13-14, 2001) 6
17 7 Operator beda orde kedua ditulis sebagai [ ] [ ] [ ] [ ] Secara umum, operator beda orde ke- didefinisikan sebagai Operator dasar yang sering digunakan bersama dengan operator beda adalah operator geser. Definisi (Operator Geser) Diberikan sebuah fungsi. Operator geser didefinisikan sebagai (Kelley dan Peterson, hal 14, 2001) Dengan menerapkan operator geser dua kali akan didapatkan [ ] [ ] Jika diartikan sebagai operator identitas, yaitu maka hal ini berarti bahwa atau
18 8 Jika sebarang bilangan asli, maka operator geser memiliki bentuk umum yang didefinisikan sebagai [ ] Pada operator beda berlaku sifat-sifat dasar operator beda. Teorema berikut ini adalah sifat-sifat dasar dari operator beda. Teorema (Sifat Operator Beda) Misalkan konstanta, sehingga [ ] untuk semua bilangan bulat positif dan. 7. [ ]. 8. [ ], dengan konstanta. 9. [ ] 10. * +. (Kelley dan Peterson, hal 15, 2001)
19 9 Bukti: [ ] [ ] 7. [ ] [ ] [ ] [ ] 8. [ ] [ ] 9. [ ],. 10. * + [ ] [ ]
20 10 Definisi Jumlah tak tentu (atau anti beda) dari, dinotasikan, adalah sebarang fungsi sedemikian hingga * + untuk setiap dalam domain dari. (Kelley dan Peterson, hal 20, 2001) Pada jumlah tak tentu berlaku pula sifat-sifat dasar jumlah tak tentu. Teorema berikut ini adalah sifat-sifat dasar dari jumlah tak tentu. Teorema Diberikan sebuah konstanta. 1. Untuk, [ ] 7., dengan konstanta. 8. [ ] 9. [ ] (Kelley dan Peterson, hal 22, 2001) Bukti:
21 * + 3. [ ] 4. [ ] 5. [ ] 6. [ ] [ ] [ ] 9. [ ] [ ] Definisi (Fungsi Faktorial) Fungsi faktorial adalah fungsi yang didefinisikan sebagai yang berisi faktor. (Spiegel, hal 5-6, 1971) Nama faktorial muncul karena dalam sebuah kasus khusus saat menyebabkan, yaitu faktorial. Jika maka Untuk bilangan bulat negatif, persamaan menjadi
22 12 kemudian untuk selain bilangan bulat, didefinisikan sebagai dengan. Selain itu, dengan menggunakan operator beda untuk semua bilangan bulat, berlaku [ ] sehingga dapat dituliskan sebagai 2.2 Persamaan Beda Linier Persamaan beda linier terbentuk dari beberapa fungsi yang membentuk sebuah persamaan linier yang memiliki bentuk khusus dan dapat memiliki penyelesaian yang memenuhi persamaan tersebut. Definisi (Persamaan Beda Linier Orde Pertama) Diberikan dan adalah fungsi dengan untuk setiap. Persamaan beda linier orde pertama didefinisikan sebagai (Kelley dan Peterson, hal 43, 2001) Persamaan dikatakan orde pertama karena terdapat yang hanya bernilai saat dan, seperti pada yang merupakan operator beda orde pertama. Jika untuk setiap, maka persamaan dapat ditulis sebagai.
23 13 Definisi (Persamaan Beda Linier) Persamaan beda linier orde adalah persamaan beda yang memiliki bentuk dengan, dan fungsi dari dan untuk setiap. (Kelley dan Peterson, hal 50, 2001) Persamaan disebut juga persamaan beda linier tak homogen dengan orde. Jika, maka persamaan merupakan persamaan yang homogen. Dan jika konstanta, maka persamaan dapat dikatakan sebagai persamaan beda linier tak homogen berorde dengan koefisien konstanta. Persamaan ini dapat juga dituliskan sebagai dengan. [ ] 2.3 Kestabilan Solusi Pengujian kestabilan solusi yang dihasilkan dari sebuah persamaan akan menentukan perilaku dari sebuah solusi. Titik kesetimbangan, matriks sekawan serta definisi nilai eigen menjadi bagian penting dalam penentuan kestabilan. Definisi (Titik Kesetimbangan) Diberikan persamaan beda orde satu [ ] dengan adalah fungsi dalam. Sebuah titik di dalam domain dari dikatakan titik kesetimbangan dari persamaan jika titik tersebut adalah titik tetap dari, yaitu titik yang memenuhi [ ]. (Elaydi, hal 9, 2005)
24 14 Sebagai contoh, diberikan persamaan beda, dengan [ ] Untuk mencari titik kesetimbangannya, dimisalkan [ ] atau. Sehingga dihasilkan titik kesetimbangan. Definisi (Matriks Sekawan) Pandang persamaan. Persamaan tersebut akan dibentuk menjadi sebuah sistem persamaan orde satu. Misalkan Dengan [ ], maka Dalam notasi vektor, sistem ini dapat dituliskan sebagai dengan
25 15 dengan adalah matriks sekawan dari persamaan. (Kelley dan Peterson, hal , 2001) Teorema (Syarat Awal) Untuk setiap dan setiap -vektor, persamaan mempunyai solusi tunggal yang didefinisikan untuk, sedemikian hingga. (Kelley dan Peterson, hal 126, 2001) Bukti: Pandang persamaan Misalkan, akan dilakukan iterasi dari. Secara induksi, dapat ditentukan bahwa dengan { Dari persamaan terbukti bahwa.
26 16 Andaikan bebas terhadap (yaitu semua koefisien dari sistem adalah konstanta) dan. Solusi dari yang memenuhi syarat awal, adalah. Definisi (Nilai Eigen dan Vektor Eigen) Misalkan adalah matriks sekawan yang dibentuk dari koefisien pada persamaan. Jika mempunyai solusi tak trivial untuk beberapa, maka dinamakan nilai eigen dari dan dinamakan vektor eigen yang bersesuaian dengan. Nilai eigen dari memenuhi persamaan karakteristik dengan adalah matriks identitas. (Kelley dan Peterson, hal 127, 2001) Definisi (Spectrum) Spectrum dari, dinotasikan, adalah himpunan nilai eigen dari. (Kelley dan Peterson, hal 127, 2001) Definisi (Jari-jari Spektral) Jari-jari spektral dari, yaitu, didefinisikan sebagai (Kelley dan Peterson, hal 127, 2001)
27 BAB III METODE PENULISAN Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan dalam penulisan ini adalah: 1. Mengkaji dan menunjukkan syarat-syarat yang diperlukan agar persamaan beda memiliki solusi beserta contoh. 2. Mendefinisikan persamaan beda linier dan merumuskan penyelesaian pada kasus homogen dan tak homogen. i. Mendefinisikan konsep bebas linier dan matriks casorati. ii. Mengkaji metode akar persamaan karakteristik beserta contoh. iii. Mengkaji metode annihilator beserta contoh. iv. Mengkaji metode variasi parameter beserta contoh. 3. Mengkaji dan menunjukkan syarat-syarat yang diperlukan untuk menentukan kestabilan solusi persamaan beda orde satu beserta contoh. 4. Mengkaji kestabilan solusi dari persamaan beda tanpa mencari solusi dari persamaan beda linier orde lebih dari satu beserta contoh. 5. Mengkaji contoh kasus persamaan beda linier. 17
28 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini memuat pembahasan tentang analisa solusi persamaan beda linier, yaitu bagaimana syarat agar persamaan beda memiliki solusi, bagaimana menentukan solusinya, serta bagaimana menentukan kestabilan solusinya. Subbab pertama membahas syarat yang diperlukan agar suatu persamaan beda memiliki solusi. Kemudian subbab kedua membahas tentang penentuan solusi persamaan beda linier. Pada subbab ketiga membahas tentang kestabilan solusi persamaan beda. 4.1 Penentuan Syarat Suatu Persamaan Beda Memiliki Solusi Berdasarkan bentuk solusi yang dihasilkan dari suatu persamaan beda, solusi persamaan beda terdiri atas dua macam, yaitu solusi umum dan solusi khusus. Solusi khusus adalah solusi yang diperoleh dengan mensubstitusikan nilai awal yang telah ditentukan sebelumnya, sedangkan solusi umum adalah solusi yang didalamnya terdapat sebarang konstanta, misalkan. Pada skripsi ini, terlebih dahulu dibahas tentang syarat adanya solusi, terutama solusi khusus. Tidak semua persamaan beda memiliki solusi umum maupun khusus, sehingga pemeriksaan syarat perlu ditinjau sebelumnya untuk mengetahui adanya solusi dari persamaan beda. Menyelesaikan persamaan beda linier berarti menemukan semua fungsi yang jika disubstitusikan ke persamaan beda tersebut akan bernilai benar. Fungsi tersebut disebut sebagai solusi dari persamaan beda. Namun karena beberapa 18
29 19 persamaan beda mempunyai banyak solusi dan terkadang tidak mempunyai solusi, sangat penting untuk mengetahui bahwa untuk persamaan beda linier, selalu dapat ditemukan paling sedikit satu solusi dan dalam kondisi tertentu, hanya satu solusi. Kondisi tertentu yang dimaksud adalah kondisi saat persamaan beda memiliki nilai awal yang telah ditentukan sebelumnya (Goldberg, 1958). Sebelum membuktikan teorema ketunggalan dan eksistensi solusi khusus untuk persamaan beda linier dengan orde, pertama akan dibahas untuk kasus khusus orde dua. Persamaan beda linier orde dua mempunyai bentuk dengan untuk setiap. Untuk, persamaan menjadi Dengan hanya mengetahui satu nilai dari,, atau, tidak dapat digunakan untuk menemukan dua solusi lainnya. Namun jika diketahui dua nilai berurutan dari tiga solusi di atas, misalkan dan ( ), maka dapat ditemukan nilai yang lainnya, yaitu ( ). Sehingga dan karena, maka kedua ruas pada persamaan dapat dibagi oleh, sehingga diperoleh Selanjutnya digunakan pasangan dan untuk menemukan. Dengan, persamaan menjadi
30 20 Seperti sebelumnya, dengan pembagian oleh maka didapatkan ( ) yang tunggal. Dengan nilai yang telah didapatkan sebelumnya, maka juga akan memuat dan. Sehingga solusi dari persamaan orde dua memuat dua nilai dan. Setiap pasangan lain dari nilai-nilai yang berurutan penggunaannya serupa dengan yang dijelaskan sebelumnya untuk menentukan sebuah solusi yang tunggal. Sehingga, jika dan ditentukan, sebagai contoh, maka dapat digunakan persamaan beda secara berturut-turut untuk mendapatkan,,,, dan begitu juga dengan,,. Eksistensi dan ketunggalan solusi khusus orde ke diberikan dalam Teorema berikut ini. Teorema Diberikan persamaan beda linier orde sebagai berikut Jika dan merupakan fungsi yang terdefinisi untuk dan untuk setiap, dan, maka untuk sebarang * + dan sebarang bilangan terdapat hanya satu yang memenuhi persamaan untuk dan untuk (Kelley dan Peterson, hal 50, 2001) Bukti: Diketahui nilai awal, dengan * +. Diketahui pula dan merupakan fungsi yang
31 21 terdefinisi untuk dan untuk setiap,. Berdasarkan persamaan ( ) diperoleh ada dengan tunggal. Kemudian akan dibuktikan bahwa terdapat dengan tunggal nilai untuk dan. Pembuktian untuk dilakukan dengan induksi matematik, yaitu untuk setiap, terdapat dengan tunggal. Untuk, misalkan, maka Karena terdapat nilai awal, dan, maka ( ) ada dengan tunggal. Misalkan untuk, nilai ada dengan tunggal. Akan dibuktikan bahwa untuk nilainya ada. Misalkan, maka Karena terdapat nilai awal, dan, maka ( ) ada dengan tunggal. Kemudian, untuk, dengan dengan bilangan bulat non negatif. Pembuktian dilakukan dengan menentukan nilai dari ( ). Untuk, maka
32 22 Karena terdapat nilai awal, dan, maka ada dengan tunggal. Untuk, maka Karena terdapat nilai awal, dan, maka ada dengan tunggal. Dengan cara yang sama, dapat dibuktikan dengan tunggal untuk, yaitu Karena terdapat nilai awal, dan, maka ada dengan tunggal. Dengan demikian, penyelesaian saat dapat ditentukan. Contoh Diberikan persamaan beda dengan Misalkan, dengan dan untuk Berdasarkan persamaan ( ) diperoleh Penyelesaian untuk dilakukan dengan iterasi, yaitu untuk mendapatkan nilai dari dan seterusnya, serta akan dibuktikan nilai untuk yaitu. Untuk, dengan dan ( ) ada dengan tunggal, diperoleh nilai
33 23 ada dengan tunggal. Kemudian untuk, dengan dan ada dengan tunggal, diperoleh nilai, - ada dengan tunggal. Untuk nilai diperoleh dengan tunggal menggunakan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selanjutnya nilai untuk, yaitu dan, akan dibuktikan ada dengan tunggal. Saat, dengan dan ada dengan tunggal, diperoleh nilai ada dengan tunggal. Saat, dengan dan ada dengan tunggal, diperoleh nilai ada dengan tunggal. Saat, dengan dan ada dengan tunggal, diperoleh nilai, - ada dengan tunggal. Dengan demikian, nilai untuk setiap ada dan tunggal.
34 Penentuan Solusi Persamaan Beda Linier Sebelumnya, pada subbab pertama telah dibahas syarat suatu persamaan beda memiliki solusi yang tunggal. Kemudian dari hasil yang didapatkan akan digunakan untuk menentukan solusinya. Namun, pola/formula solusi khususnya tidak dapat ditentukan melalui Teorema. Oleh karena itu, diperlukan metode khusus untuk menentukan solusi umum dari persamaan beda tersebut. Beberapa metode dapat digunakan untuk menentukan solusi umum dari persamaan, diantaranya adalah metode akar dari persamaan karakteristik, metode annihilator, serta metode variasi parameter. Sebelum membahas masing-masing metode dalam menentukan solusi, terlebih dahulu dikaji beberapa definisi dan teorema yang digunakan untuk menunjang metode-metode tersebut. Misalkan persamaan beda linier homogen orde didefinisikan sebagai berikut. Teorema (Sifat Dasar Solusi) a. Jika dan solusi dari persamaan, maka juga solusi dengan sebarang konstanta dan. b. Jika solusi dari persamaan dan solusi dari persamaan, maka solusi dari persamaan. c. Jika dan solusi dari persamaan, maka solusi dari persamaan. (Kelley dan Peterson, hal 51, 2001) Bukti:
35 25 a. Misalkan dan solusi dari persamaan, yaitu memenuhi dan Berdasarkan dua persamaan tersebut, diperoleh, -, -, -, -, - Hal ini berarti bahwa juga solusi dari persamaan dengan sebarang konstanta dan b. Misalkan dan berturut-turut solusi dari persamaan dan, yaitu memenuhi dan Berdasarkan dua persamaan tersebut, diperoleh
36 26, -, -, - Hal ini berarti bahwa solusi dari persamaan. c. Misalkan dan solusi dari persamaan, yaitu memenuhi dan Berdasarkan dua persamaan tersebut, diperoleh, -, -, -, -
37 27 Hal ini berarti bahwa solusi dari persamaan. Akibat Jika adalah solusi dari persamaan, maka setiap solusi dari persamaan membentuk dengan merupakan beberapa solusi dari persamaan. (Kelley dan Peterson, hal 51, 2001) Bukti: Misalkan dan berturut-turut adalah solusi dari persamaan dan ( ), yaitu memenuhi dan Berdasarkan dua persamaan tersebut, diperoleh, -, -, -
38 28 Hal ini berarti bahwa solusi dari persamaan. Berdasarkan Akibat permasalahan untuk menemukan semua solusi dari persamaan ( ) dapat disederhanakan menjadi dua masalah. a. Menemukan semua solusi dari persamaan. b. Menemukan sebuah solusi dari persamaan. Definisi-definisi berikut ini dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah pertama. Definisi (Bergantung Linier) Himpunan fungsi { } disebut bergantung linier pada himpunan jika terdapat konstanta tidak semuanya nol, sedemikian hingga untuk Jika tidak, maka himpunan tersebut bebas linier. (Kelley dan Peterson, hal 51, 2001) Kemudian didefinisikan sebuah matriks yang sangat berguna dalam persamaan linier. Definisi (Matriks Casorati) Matriks casorati didefinisikan sebagai ( ) dengan adalah fungsi yang telah diberikan. Determinan dari dinamakan casoratian.
39 29 (Kelley dan Peterson, hal 52, 2001) Teorema Diketahui solusi dari persamaan untuk Himpunan { } bergantung linier untuk jika dan hanya jika untuk beberapa. (Kelley dan Peterson, hal 52, 2001) Bukti: Misalkan bergantung linier. Maka terdapat konstanta, tidak semua nol, sedemikian hingga untuk Karena sistem persamaan beda linier homogen ini mempunyai suatu solusi nontrivial, determinan dari matriks koefisien adalah nol untuk Sebaliknya, misalkan diambil sebarang * +, dengan, dan. Berdasarkan Teorema, maka adalah solusi dari persamaan, sehingga berlaku ( ) ( ) Karena maka
40 30 Berdasarkan Teorema, maka untuk setiap. Akibatnya terdapat konstanta, tidak semua nol, sedemikian hingga himpunan * + bergantung linier. Pentingnya himpunan solusi yang bebas linier dari persamaan ( ) adalah konsekuensi dari teorema berikutnya. Teorema Misalkan adalah solusi dari persamaan. Jika * + bebas linier, maka setiap solusi dari persamaan dapat dituliskan dalam bentuk dengan beberapa konstanta. (Kelley dan Peterson, hal 53, 2001) Bukti: Misalkan solusi dari persamaan dan * + bebas linier. Berdasarkan Teorema, diperoleh untuk semua. Akibatnya, untuk Sehingga sistem dari persamaan mempunyai solusi tunggal. Karena tunggal, maka tunggal. Berdasarkan Teorema, solusi dari persamaan secara tunggal ditentukan oleh nilai-nilai pada, sehingga didapatkan
41 31 untuk setiap Metode Akar Persamaan Karakteristik Metode akar persamaan karakteristik digunakan untuk menyelesaikan persamaan beda linier homogen dengan koefisien konstan. Karena, maka dapat digunakan untuk membagi kedua ruas dari persamaan dengan dan menuliskan kembali persamaan ( ) menjadi dengan konstanta dan. Definisi (Akar Persamaan Karakteristik) a. Polinomial dinamakan polinomial karakteristik dari persamaan. b. Persamaan adalah persamaan karakteristik dari persamaan. c. Solusi dari persamaan karakteristik adalah akar-akar karakteristik. d. Solusi mempunyai kelipatan, dengan, jika terdapat faktor pada persamaan karakteristik dari persamaan. (Kelley dan Peterson, hal 54, 2001) Contoh Diberikan persamaan beda orde tiga Pertama akan dibentuk menjadi persamaan ( ) dan diubah menjadi bentuk operator geser, sehingga
42 32 ( * ( * Persamaan karakteristiknya adalah ( * dengan dan. Fungsi. /, ( ), dan ( ) adalah solusi dari persamaan sebab jika disubstitusikan ke persamaan, yaitu untuk. /, maka ( * ( * ( * ( * ( * ( * dan untuk ( ), maka ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) memenuhi persamaan. Kemudian untuk ( ), maka ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
43 33 juga memenuhi persamaan ( ). Karena ( * ( ) ( ) ( * ( ) ( ) ( ( * ( ) ( ) ) ( * ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( * ( ) ( ) ( ) ( * ( ) ( ) ( ) berdasarkan Teorema, * + bebas linier, sehingga berdasarkan Teorema solusi umum dari persamaan ( ) adalah ( * ( ) ( ) Diketahui bahwa, dengan dan. Maka dapat dituliskan sebagai ( *. /. / dengan dan sebarang konstanta. Teorema Jika persamaan mempunyai akar karakteristik dengan kelipatan yang berurutan, maka persamaan
44 34 mempunyai himpunan solusi yang bebas linier * +. (Kelley dan Peterson, hal 55, 2001) Bukti: Persamaan ( ) dapat dituliskan dalam bentuk operator geser atau dengan dan orde dari faktornya diabaikan. Karena, maka setiap akar karakteristiknya tidak nol. Misalkan didefinisikan Setiap solusi dari persamaan ( ) juga merupakan solusi dari persamaan. Jika, maka persamaan menjadi, yang mempunyai solusi. Jika, misalkan merupakan solusi dari persamaan ( ), maka. /. /. /
45 35 Misalkan, akan dibuktikan bahwa tidak ada fungsi yang memenuhi, kecuali. Misalkan dengan. Jika dan, maka diperoleh, -, - Akibatnya persamaan mempunyai solusi dan berdasarkan definisi, diperoleh himpunan solusi * + bebas linier. Dengan menerapkan pada setiap faktor dari persamaan ( ), didapatkan solusi dari persamaan ( ) yang bebas linier Metode Annihilator Pada subbab 4.2.1, metode akar persamaan karakteristik digunakan untuk memperoleh solusi dari persamaan ( ) yang homogen dengan koefisien konstan. Pada subbab ini, akan dibahas metode untuk memperoleh solusi dari persamaan ( ) yang tak homogen dengan koefisien konstan. Didefinisikan persamaan beda orde dengan koefisien konstan Persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan metode annihilator jika adalah sebuah solusi persamaan beda homogen dengan koefisien konstan. Teorema (Metode Annihilator) Jika solusi dari persamaan, yaitu,
46 36 dan yang memenuhi maka memenuhi (Kelley dan Peterson, hal 57, 2001) Bukti: Misalkan solusi dari persamaan. Persamaan dapat dituliskan dalam bentuk operator geser Pembuktian dilakukan dengan menerapkan operator geser pada kedua ruas kepada persamaan ( ) yang telah diubah menjadi operator geser. Sehingga, Karena, maka memenuhi persamaan. Contoh Diberikan persamaan beda orde tiga Persamaan ( ) dapat dituliskan dalam bentuk operator geser, ( * ( * Karena memenuhi persamaan homogen
47 37 maka berdasarkan Teorema dan Teorema, memenuhi ( * (Disini ( ) adalah annihilator, yang mengeliminasi fungsi tak nol pada ruas kanan dari persamaan.) Berdasarkan definisi, diperoleh ( * ( * Langkah selanjutnya adalah mensubstitusikan persamaan di atas ke persamaan untuk menentukan koefisiennya. Diketahui bahwa. /. / memenuhi bagian homogen dari persamaan, sehingga cukup dengan mensubstitusikan ke persamaan, yaitu Kemudian diperoleh sehingga dan. Oleh karena itu,
48 38 ( * ( * adalah solusi dari persamaan Metode Variasi Parameter Metode variasi parameter adalah metode umum yang digunakan untuk menentukan solusi dari persamaan ( ) dengan mengetahui semua solusi dari persamaan ( ) terlebih dahulu. Teorema (Metode Variasi Parameter) Jika * + himpunan solusi yang bebas linier dari persamaan ( ), maka adalah solusi dari persamaan, dengan yang memenuhi sistem persamaan dari matriks [ ] [ ] (Kelley dan Peterson, hal 61, 2001) Bukti: Misalkan * + himpunan solusi yang bebas linier dari persamaan ( ). Pada subbab 4.2 telah dijelaskan bahwa setelah menemukan semua solusi dari persamaan ( ), akan dicari solusi yang memenuhi persamaan. Misalkan memiliki bentuk, dengan yang akan ditentukan. Pembuktian dilakukan dengan iterasi untuk.
49 39 Kemudian dieliminasi kondisi yang memiliki dari ekspresi terakhir dengan memilih sedemikian hingga Kemudian dilakukan iterasi menggunakan persamaan yang telah diketahui sebelumnya. Untuk iterasi kedua, akan digunakan. Sama seperti sebelumnya, akan dieliminasi beberapa ekspresi terakhir, yaitu Untuk iterasi ketiga diperoleh Sama seperti sebelumnya, akan dieliminasi beberapa ekspresi terakhir, yaitu Kemudian akan dibuktikan untuk, yaitu
50 40 Sekarang akan disubstitusikan ekspresi-ekspresi yang telah ditentukan ke persamaan ( ) dan mengumpulkan kondisi yang meliputi, kondisi, hingga kondisi yang meliputi untuk mendapatkan, -, -, -, -, -, -, -, - Karena memenuhi persamaan, selain ekspresi terakhir akan bernilai nol. Sehingga diperoleh, - Karena, maka
51 41 Singkatnya, adalah solusi dari Persamaan jika memenuhi persamaan linier hingga. Untuk mendapatkan yang tunggal, maka persamaan linier hingga dibentuk menjadi sistem persamaan linier [ ] [ ] Sehingga memiliki solusi yang tunggal karena matriks memiliki determinan tak nol berdasarkan Teorema. Contoh Diberikan persamaan beda orde dua tak homogen Dua solusi yang diperoleh dari bentuk homogen dari persamaan ( ) adalah dan. Persamaan harus memenuhi sistem persamaan dari matriks dengan solusi ( * ( * Kemudian ( * ( *
52 42 * ( * ( * + ( * ( * * ( * ( * + ( * ( * ( * ( * ( * * ( * ( * ( * ( * + ( * ( * *( * ( * ( * ( * + ( * ( * ( * Secara keseluruhan, * ( * ( * ( * + * ( * ( * ( * + ( * ( * 4.3 Kestabilan Solusi Persamaan Beda Linier Setelah mengetahui bagaimana menentukan solusi dari persamaan beda, pada subbab ini akan dibahas kestabilan solusi persamaan beda linier. Dalam
53 43 pembahasannya akan memanfaatkan definisi titik kesetimbangan, matriks sekawan serta definisi nilai eigen yang telah dibahas pada subbab. Dalam penerapan persamaan beda, tidak hanya solusi yang menjadi kebutuhan utama dari persamaan beda, tetapi juga perilaku dari solusi tersebut di sekitar titik kesetimbangan. Solusi yang berada di sekitar titik kesetimbangan menunjukkan bahwa solusi tersebut tidak berubah-ubah seiring dengan waktu yang lama. Dalam aplikasinya, baik ilmu ekonomi maupun yang lain, perilaku dari solusi sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi pada waktu yang akan datang Kestabilan Solusi Orde Satu Untuk menentukan kestabilan solusi orde satu, digunakan definisi titik kesetimbangan pada subbab dan definisi kestabilan berikut ini. Definisi (Kestabilan Solusi Orde Satu) a. Titik kesetimbangan stabil jika diberikan terdapat sedemikian hingga yang mengakibatkan. Jika tidak, maka dikatakan tidak stabil. b. Titik dikatakan stabil asimtotik jika terdapat sedemikian hingga yang mengakibatkan. (Elaydi, hal 11, 2005) Menentukan kestabilan orde satu dilakukan dengan mencari titik kesetimbangan dari persamaan beda orde satu dan memeriksa kestabilannya, apakah stabil atau tidak, dengan definisi yang telah diberikan. Contoh Diberikan persamaan beda orde satu
54 44 dengan terdefinisi untuk tak tentu, solusi dari persamaan ( ) adalah Dengan menggunakan definisi jumlah Untuk menentukan kestabilannya, maka akan ditunjukkan bahwa ada. Oleh karena, [ ] dan agar ada maka deret harus konvergen. Dengan demikian harus diberikan syarat awal bahwa deret harus konvergen agar solusi dari persamaan ( ) stabil Kestabilan Solusi Orde Lebih Satu Untuk kestabilan solusi dengan orde lebih dari satu, digunakan definisi matriks sekawan, nilai eigen dan vektor eigen, serta jari-jari spektral yang terdapat pada subbab. Selain itu juga digunakan teorema kestabilan orde lebih dari satu berikut ini. Teorema (Kestabilan Solusi Orde Lebih Dari Satu) Pandang persamaan. Jika sebuah matriks dengan maka memenuhi. Hal ini menyebabkan solusi dari persamaan tersebut stabil asimtotik. (Kelley dan Peterson, hal 134, 2001)
55 45 Bukti: Pertama, akan dilakukan substitusi nilai pada persamaan. Misalkan. /, maka, - Misalkan dan adalah eigen dari A dan ( * dan ( * adalah vektor eigen dari A. Maka ( *. Kemudian akan dicari invers dari. ( *
56 46 Dengan. / adalah baris ke-1 dari dan. / adalah baris ke-2 dari. Diketahui. Karena banyaknya nilai eigen dari adalah 2, maka nilai. ( * ( * ( * ( * Misalkan dan, maka ( * ( * ( * ( * [ ( * ( * ( * ( *] [( * ( * ( * ( *] [( ) ( )] [( )]
57 47 ( * [ ( )] ( * ( * [ ( )] [( * ( * ( )] ( * ( * Kemudian akan ditentukan apakah. Karena maka. Adapun langkah yang harus dilakukan yaitu membentuk persamaan beda linier menjadi sistem persamaan beda linier terlebih dahulu dan mencari nilai eigen dari sistem persamaan beda tersebut. Selanjutnya diperiksa apakah nilai
58 48 eigennya memenuhi definisi jari-jari spektral. Setelah itu, berdasarkan Teorema yang menjelaskan bahwa jika jari-jari spektral kurang dari satu, maka solusi dari persamaan beda tersebut stabil asimtotik. Contoh Diberikan persamaan beda orde tiga Dari persamaan tersebut dapat dibentuk menjadi sistem persamaan beda sebagai berikut, misalkan dan Akibatnya, sehingga, Dari persamaan, dan diperoleh ( ) ( ) ( ) dengan ( ) dan. Sehingga dapat dituliskan menjadi
59 49 Nilai eigen λ adalah nilai yang bersesuaian dengan matriks. Dengan kata lain, nilai eigen dari diperoleh jika terdapat vektor tak nol ( ) dengan ( ) ( ) Jika, maka ( ) ( ) Matriks di atas dapat ditulis dalam bentuk sistem persamaan beda sebagai berikut: { atau { ( * Dengan substitusi didapat [ ] [ ] ( *
60 50 ( * Berdasarkan definisi nilai eigen yang menyatakan bahwa vektor tak nol, maka nilai, sehingga. /. Sehingga didapat Misalkan dan adalah akar dari persamaaan. Diketahui bahwa jika * * ++, maka solusi dari persamaan beda stabil asimtotik. Dalam hal ini, penentuan nilai terbagi dalam dua kasus,yaitu a. Nilai eigen, yang di dalamnya terdapat nilai yang sama atau semua berbeda. Jika maka syarat yang diperlukan agar memenuhi adalah atau. Jika, maka syarat yang diperlukan adalah atau. Dengan cara yang sama, jika, maka syarat yang diperlukan adalah atau. b. Nilai eigen, yang didalamnya juga terdapat nilai yang sama atau berbeda. Misalkan dengan. Diketahui. Jika maka syarat yang diperlukan agar memenuhi adalah atau. Jika maka syarat yang diperlukan adalah atau. Dengan cara yang sama, jika, maka syarat yang diperlukan adalah atau.
61 51 Dengan demikian, agar solusi persamaan ( ) stabil asimtotik, maka syarat yang diperlukan adalah dan. Contoh Diberikan sistem persamaan beda linier tak homogen Sebelum menentukan kestabilan solusi dari sistem persamaan ( dahulu akan diselesaikan secara homogen. Misalkan ), terlebih, maka sistem tersebut menjadi Kemudian akan dibentuk sebuah matriks yang didefinisikan sebagai dengan. /. / dan. /. Selanjutnya akan dicari nilai eigen dari. Jika. /, maka. / ( ) ( ) { { Dengan substitusi, didapat
62 52 [ ] [ ] Karena, maka 0 1. Sehingga diperoleh Jika, maka syarat yang dipenuhi agar solusi yang dihasilkan stabil asimtotik adalah Sedangkan untuk, syaratnya adalah Dengan demikian, agar solusi sistem persamaan ( ) stabil asimtotik, maka syarat yang diperlukan adalah dan.
63 53 Selanjutnya, untuk sistem persamaan beda linier tak homogen, tahap pengerjaannya adalah menghomogenkan terlebih dahulu kemudian menentukan kestabilan menggunakan cara yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga menjadi Kemudian dicari solusinya menggunakan metode cramer. Misalkan ( * ( * dan ( * ( * maka,
64 54 [ ( *] [ ( *] dan [ ( *] [ ( *] Kemudian disederhanakan menjadi ( * ( * dan ( * ( * Setelah itu menggunakan cara yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian, solusi sistem persamaan ( ) dapat ditentukan kestabilan asimtotiknya. Solusi dikatakan stabil atau tidak stabil menunjukkan bagaimana solusi di sekitar titik kesetimbangan. Sehingga setelah solusi dikatakan stabil atau tidak stabil, secara tidak langsung, solusi yang dihasilkan dapat diprediksi apakah berada di sekitar atau menjauhi titik kesetimbangan pada waktu yang akan datang. 4.4 Contoh Kasus Persamaan Beda Linier Saat ini, banyak perusahaan yang kurang transparan terhadap pegawainya dalam hal pemberian gaji bulanan. Walaupun ada yang acuh tak acuh terhadap jumlah gaji yang mereka terima, namun tidak sedikit yang ingin mengetahui rincian dari gaji yang mereka peroleh. Beberapa hal yang menjadi poin penting dalam menentukan jumlah gaji yang diterima yaitu gaji pokok yang sesuai dengan
65 55 jabatan mereka, tunjangan untuk keluarga, serta upah tambahan yang berasal dari kerja lembur. Berdasarkan ketentuan tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur diatur dalam Undang Undang no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 78 ayat (2), (4), pasal 85 dan lebih lengkapnya diatur dalam kepmenakertrans no.102/men/vi/2004 mengenai waktu dan upah kerja lembur, diasumsikan seorang pegawai mempunyai sistem penggajian bulanan berdasarkan gaji pokok, upah kerja lembur, serta tunjangan keluarga, yang dapat ditulis sebagai dengan diukur dalam bulan dan dalam rupiah. Sedangkan dan didefinisikan sebagai Gaji pokok, Upah kerja lembur, Tunjangan keluarga. Asumsi yang sesuai dengan model di atas adalah sebagai berikut a. Gaji pokok sebanding dengan gaji yang diterima bulan lalu saat bulan sebelumnya, sehingga dengan adalah prosentase gaji pokok yang diterima. b. Upah lembur sebanding dengan lama waktu lembur yang dikerjakan dan gaji yang diterima bulan lalu, sehingga dengan adalah lama waktu lembur dalam jam.
66 56 c. Tunjangan keluarga sebanding dengan gaji yang diterima bulan lalu, sehingga dengan adalah prosentase tunjangan yang diterima. Dari asumsi yang telah dijelaskan, dihasilkan persamaan beda linier orde satu ( * Untuk mendapatkan solusi dari persamaan ( ), metode yang digunakan adalah metode akar persamaan karakteristik yang telah dijelaskan pada subbab. Persamaan ( ) diubah dalam bentuk operator geser menjadi [ ( *] Persamaan karakteristik dari persamaan di atas adalah ( * sehingga ( * adalah akar persamaan karakteristik dari persamaan. Fungsi. / adalah solusi dari persamaan, sebab jika disubstitusikan ke persamaan ( ), yaitu
67 57 ( * ( * ( * ( * maka memenuhi persamaan ( ). Karena ( * berdasarkan Teorema, * + bebas linier, sehingga berdasarkan Teorema solusi umum dari persamaan ( ) adalah ( * dengan sebarang konstanta.
68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada Bab IV diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Persamaan beda linier mempunyai solusi khusus jika memenuhi persamaan beda linier dengan nilai awal yang telah ditentukan. 2. Penyelesaian persamaan beda linier dengan koefisien konstan dapat dilakukan dengan tiga metode. Metode pertama adalah metode akar persamaan karakteristik yang digunakan untuk persamaan beda linier homogen. Metode kedua adalah metode annihilator untuk persamaan beda linier tak homogen. Metode ketiga adalah metode variasi parameter sebagai metode untuk menyelesaikan bentuk umum persamaan beda linier. 3. Solusi persamaan beda linier dikatakan stabil jika limit tak hingga dari solusinya ada. Sedangkan solusi dikatakan stabil asimtotik jika limit tak hingga dari solusinya menuju ke titik kesetimbangannya. 4. Menentukan kestabilan solusi persamaan beda linier orde lebih dari satu dapat dilakukan tanpa mencari solusinya terlebih dahulu, yaitu dengan mengubah persamaan beda linier tersebut menjadi sebuah sistem persamaan beda linier. Kemudian mencari nilai eigen dari sistem persamaan beda tersebut dan memeriksa jari-jari spektralnya. Jika jari-jari spektralnya kurang dari satu, maka solusi dari persamaan beda tersebut stabil asimtotik. 58
69 59 5. Berdasarkan asumsi gaji pokok, upah kerja lembur, serta tunjangan keluarga, model sistem penggajian pegawai adalah Solusi persamaan beda linier tersebut adalah dengan adalah prosentase gaji pokok yang diterima, adalah lama waktu lembur dalam jam, dan adalah prosentase tunjangan yang diterima. 5.2 Saran Mengingat bahwa pada skripsi ini, persamaan beda linier yang dibahas adalah persamaan beda linier dengan koefisien konstan, penulis menyarankan mengembangkan pembahasan untuk metode penyelesaian persamaan beda linier homogen dan tak homogen dengan koefisien variabel. Selain itu, tidak menutup kemungkinan untuk menindak-lanjuti analisa kestabilan untuk persamaan beda tak linier beserta penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
70 DAFTAR PUSTAKA 1. Elaydi, Saber., 2005, An Introduction to Difference Equations, Springer Science+Business Media, Inc., USA hal Goldberg, Samuel., 1958, Introduction to Difference Equations, John Wiley & Sons, Inc., USA hal Kelley, Walter G. dan Peterson, Allan C., 2001, Difference Equations, Academic Press, San Diego hal 13-15, 20-22, 43, 50-61, , Kwakernaak, Huibert. dan Sivan, Raphael., 1972, Linear Optimal Control Systems, John Wiley & Sons, Inc., USA 5. Lakshmikantham, V. dan Trigiante, Donato., 2002, Theory of Difference Equations:Numerical Methods and Applications, Marcel Dekker,Inc., USA hal iii, Penna, Michael., 2005, Differential vs. Difference Equations, Brooks/Cole:A division of Thomson Learning, Inc., Indianapolis hal 1 7. Spiegel, Murray R. Ph.D., 1971, Calculus of Finite Differences and Difference Equations, McGraw-Hill, Inc., USA hal Diakses tanggal: 23 Juli Diakses tanggal: 23 Juli
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH
SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI Sebagai
Lebih terperinciPERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI
PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI oleh AMELIA FEBRIYANTI RESKA M0109008 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciMETODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL
METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL FRAKSIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH STURM-LIOUVILLE FRAKSIONAL oleh ASRI SEJATI M0110009 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Linear Definisi 2.1.1 Matriks Matriks A adalah susunan persegi panjang yang terdiri dari skalar-skalar yang biasanya dinyatakan dalam bentuk berikut: [ ] Definisi 2.1.2
Lebih terperinciMENENTUKAN PERPANGKATAN MATRIKS TANPA MENGGUNAKAN EIGENVALUE
MENENTUKAN PERPANGKATAN MATRIKS TANPA MENGGUNAKAN EIGENVALUE Rini Pratiwi 1*, Rolan Pane 2, Asli Sirait 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciREDUKSI ORDE MODEL PADA SISTEM LINEAR WAKTU KONTINU DENGAN PENDEKATAN TRANSFORMASI RESIPROKAL SKRIPSI
REDUKSI ORDE MODEL PADA SISTEM LINEAR WAKTU KONTINU DENGAN PENDEKATAN TRANSFORMASI RESIPROKAL SKRIPSI ANISSA ITTAQULLAH PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciPENERAPAN METODE DERET PANGKAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDEDUA KHUSUS SKRIPSI
PENERAPAN METODE DERET PANGKAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR ORDEDUA KHUSUS SKRIPSI Oleh: SAMSIATI NUR HASANAH NIM: 11321432 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN INFEKSI KODE MALICIOUS PADA JARINGAN KOMPUTER SKRIPSI
ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN INFEKSI KODE MALICIOUS PADA JARINGAN KOMPUTER SKRIPSI ROKHANA ETHA DAMAYANTI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciSOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG
Jurnal LOG!K@, Jilid 6, No. 1, 2016, Hal. 11-22 ISSN 1978 8568 SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Afo Rakaiwa dan Suma inna Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Lebih terperinciBAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU
BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU Sistem persamaan linear orde/ tingkat satu memiliki bentuk standard : = = = = = = = = = + + + + + + + + + + Diasumsikan koefisien = dan fungsi adalah menerus
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN MODEL MUTUALISME DUA SPESIES SKRIPSI
ANALISIS KESTABILAN MODEL MUTUALISME DUA SPESIES SKRIPSI HERLINDA AYUNITA PROGRAM STUDI MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 ANALISIS KESTABILAN
Lebih terperinciMembangun Fungsi Green dari Persamaan Difrensial Linear Non Homogen Tingkat - n
Jurnal Matematika Integratif ISSN : 1412-6184 Volume 11 No 2, Oktober 2015, pp 119-126 Membangun Fungsi Green dari Persamaan Difrensial Linear Non Homogen Tingkat - n Eddy Djauhari Program Studi S1 Matematika
Lebih terperinciFORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT
FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU Syofia Deswita 1, Syamsudhuha 2, Agusni 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA PENYEBARAN VIRUS WORM PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL SKRIPSI
MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN VIRUS WORM PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL SKRIPSI RADIFA AFIDAH SYAHLANI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini, akan dijelaskan landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung dan memperkuat tujuan penelitian. Landasan teori yang dimaksud
Lebih terperinciBeberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert
Vol 12, No 2, 153-159, Januari 2016 Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert Firman Abstrak Misalkan adalah operator linier dengan adalah ruang Hilbert Pada operator linier dikenal istilah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persamaan Diferensial Differential Equation Fungsi mendeskripsikan bahwa nilai variabel y ditentukan oleh nilai variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi
Lebih terperinciBAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :
BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Bentuk Persamaan Linear Tingkat Tinggi : ( ) Diasumsikan adalah kontinu (menerus) pada interval I. Persamaan linear tingkat tinggi
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE
PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA NONLINIER ORDE DUA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari banyak permasalahan yang muncul di lingkungan sekitar. Hal tersebut dapat dikembangkan melalui pemodelan matematika. Sehingga dengan
Lebih terperinciMETODE ITERASI VARIASIONAL PADA MASALAH STURM-LIOUVILLE
METODE ITERASI VARIASIONAL PADA MASALAH STURM-LIOUVILLE oleh HILDA ANGGRIYANA M0109035 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika JURUSAN
Lebih terperinciSOLUSI POLINOMIAL TAYLOR PERSAMAAN DIFERENSIAL-BEDA LINEAR DENGAN KOEFISIEN VARIABEL ABSTRACT
SOLUSI POLINOMIAL TAYLOR PERSAMAAN DIFERENSIAL-BEDA LINEAR DENGAN KOEFISIEN VARIABEL Siti Nurjanah 1, Musraini M 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciDIMENSI METRIK LOKAL, DIMENSI METRIK KETETANGGAAN, DAN DIMENSI METRIK KETETANGGAAN LOKAL GRAF PIRAMIDA SKRIPSI
DIMENSI METRIK LOKAL, DIMENSI METRIK KETETANGGAAN, DAN DIMENSI METRIK KETETANGGAAN LOKAL GRAF PIRAMIDA SKRIPSI PANGGIH PERMONO PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciFUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)
INTEGRAL, Vol. 1 No. 1, Maret 5 FUNGSI DELTA DIRAC Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi ) 1) Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Lebih terperinciPENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA
PENYELESAIAN MASALAH STURM-LIOUVILLE DARI PERSAMAAN GELOMBANG SUARA DI BAWAH AIR DENGAN METODE BEDA HINGGA oleh FIQIH SOFIANA M0109030 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Lebih terperinciANALISIS MODEL MATEMATIKA PENGARUH MEDIA KAMPANYE PADA PROSES PENGHENTIAN MEROKOK SKRIPSI
ANALISIS MODEL MATEMATIKA PENGARUH MEDIA KAMPANYE PADA PROSES PENGHENTIAN MEROKOK SKRIPSI FITRI INDAH WULANDARI PROGRAM STUDI MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciABSTRAK 1 PENDAHULUAN
EKSISTENSI SOLUSI LOKAL DAN KETUNGGALAN SOLUSI MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDAAN Muhammad Abdulloh Mahin Manuharawati Matematika, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Matematika, Universitas Negeri
Lebih terperinciANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI
ANALISIS MODEL FRAKSIONAL PENYEBARAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA SKRIPSI SELVA PUTRI ARISWANA PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 ANALISIS
Lebih terperinciI. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)
I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 () I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde (Review) November 0 / 6 Teori Umum Bentuk umum sistem persamaan diferensial linier orde satu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang digunakan sebagai landasan pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan beberapa kajian matematika,
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK
ISBN : 978-979-7763-3- ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) Oleh Ahmadin Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan
BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan teorema-teorema yang akan menjadi landasan untuk pembahasan pada Bab III nanti, diantaranya: fungsi komposisi,
Lebih terperinciSolusi Problem Dirichlet pada Daerah Persegi dengan Metode Pemisahan Variabel
Vol.14, No., 180-186, Januari 018 Solusi Problem Dirichlet pada Daerah Persegi Metode Pemisahan Variabel M. Saleh AF Abstrak Dalam keadaan distribusi temperatur setimbang (tidak tergantung pada waktu)
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik
LANDASAN TEORI Model Mangsa Pemangsa Lotka Volterra Bagian ini membahas model mangsa pemangsa klasik Lotka Volterra. Model Lotka Volterra menggambarkan laju perubahan populasi dua spesies yang saling berinteraksi.
Lebih terperinciPENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3
PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3 Tornados P. Silaban 1, Faiz Ahyaningsih 2 1) FMIPA, UNIMED, Medan, Indonesia email: tornados.p_silaban@yahoo.com 2)
Lebih terperinciFAMILI METODE ITERASI DENGAN KEKONVERGENAN ORDE TIGA. Rahmawati ABSTRACT
FAMILI METODE ITERASI DENGAN KEKONVERGENAN ORDE TIGA Rahmawati Mahasiswa Program Studi S Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan beberapa teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta teorema-teorema
Lebih terperinciKESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE
Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 3 No. Desember 009: 51-59 KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE Dewi Purnamasari, Faisal, Aisjah Juliani Noor Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat
Lebih terperinciPerluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks
Vol. 8, No.1, 1-11, Juli 2011 Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks Nur Erawati, Azmimy Basis Panrita Abstrak Teorema Cayley-Hamilton menyatakan bahwa setiap matriks bujur sangkar memenuhi persamaan
Lebih terperinciStaff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, FT-Universitas Sebelas Maret Surakarta
DESAIN OPTIMASI UNGSI TAK LINIER MENGGUNAKAN METODE PENYELIDIKAN IBONACCI Yemi Kuswardi Nurul Muhayat Abstract: optimum design is an action to design the best product based on the problem. Theoretically,
Lebih terperinciKAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT
KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT Nama Mahasiswa : Aprilliantiwi NRP : 1207100064 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : 1 Soleha, SSi, MSi 2 Dian Winda Setyawati,
Lebih terperinciPenyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace
Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace M. Nizam Muhaijir 1, Wartono 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Banyak sekali masalah terapan dalam ilmu teknik, ilmu fisika, biologi, dan lain-lain yang telah dirumuskan dengan model matematika dalam bentuk pesamaan
Lebih terperinciANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA POPULASI PENDERITA DIABETES SKRIPSI
ANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA POPULASI PENDERITA DIABETES SKRIPSI KARTIKA DAMAYANTI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA
Lebih terperinciMETODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI
METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI Yuni Yulida Program Studi Matematika FMIPA Unlam Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km. 36
Lebih terperinciPENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A
PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1 By : Suthami A MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK Matematika sebagai ilmu dasar yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah di bidang keteknikan
Lebih terperinciPENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA
PENERAPAN ALJABAR MAKS-PLUS PADA PENJADWALAN SISTEM PRODUKSI HARIAN UMUM SOLOPOS DI PT. SOLO GRAFIKA UTAMA oleh ARIF MUNTOHAR M0111012 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
Lebih terperinciPENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE
PENERAPAN METODE ELEMEN HINGGA UNTUK SOLUSI PERSAMAAN STURM-LIOUVILLE Viska Noviantri Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,
Lebih terperinciMODEL NON LINEAR PENYAKIT DIABETES. Aminah Ekawati 1 dan Lina Aryati 2 ABSTRAK ABSTRACT
MODEL NON LINEAR PENYAKIT DIABETES Aminah Ekawati 1 dan Lina Aryati 2 1 Kopertis Wilayah XI 2 Program Studi Matematika FMIPA UGM ABSTRAK Model matematika penyakit diabetes yang dibentuk berupa persamaan
Lebih terperinciSISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
1 SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Abstrak Dalam artikel ini, konsep sistem dinamik linear disajikan dengan sistem
Lebih terperinciPertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL
Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu
Lebih terperinciMETODE TRANSFORMASI ELZAKI DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DENGAN KOEFISIEN VARIABEL ABSTRACT
METODE TRANSFORMASI ELZAKI DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DENGAN KOEFISIEN VARIABEL Marpipon Haryandi 1, Asmara Karma 2, Musraini M 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika
Lebih terperinciDERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL
DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL SKRIPSI Oleh : ANI NURHAYATI J2A 006 001 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010
Lebih terperinciPENERAPAN MATRIKS HOUSEHOLDER PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN SKRIPSI
PENERAPAN MATRIKS HOUSEHOLDER PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana (S1) Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciMODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN
Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 96 103 ISSN : 303 910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN SUCI RAHMA NURA, MAHDHIVAN SYAFWAN Program
Lebih terperinciKONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL
KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai
Lebih terperinciMETODE BERTIPE STEFFENSEN SATU LANGKAH DENGAN KONVERGENSI SUPER KUBIK UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Neng Ipa Patimatuzzaroh 1 ABSTRACT
METODE BERTIPE STEFFENSEN SATU LANGKAH DENGAN KONVERGENSI SUPER KUBIK UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Neng Ipa Patimatuzzaroh Mahasiswa Program Studi S Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciMATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT. Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya
MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINIER WAKTU DISKRIT Soleha, Dian Winda Setyawati Jurusan Matematika, FMIPA Institut Teknologi Surabaya Abstract. Matrix is diagonalizable (similar with matrix
Lebih terperinciSebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :
Persamaan Linear Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk : a x + a y = b Persamaan jenis ini disebut sebuah persamaan linear dalam peubah x dan y. Definisi
Lebih terperinciSyarat Cukup Osilasi Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Dengan Redaman
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 T - 10 Syarat Cukup Osilasi Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Dengan Redaman Maulana Malik, Sri Mardiyati Departemen Matematika
Lebih terperinciPENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS
PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS oleh GALIH GUSTI SURYANING AKBAR M0111039 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciAKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO
AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO Saropah Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: haforas@rocketmail.com ABSTRAK Salah satu
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN
Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 2 Hal. 50 55 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN AIDA BETARIA Program
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada ( ) ( ) ( )
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Turunan Turunan fungsi f adalah fungsi lain f (dibaca f aksen ) yang nilainya pada sebarang bilangan c adalah asalkan limit ini ada. Jika limit ini memang ada, maka dikatakan
Lebih terperinciPerbandingan Skema Numerik Metode Finite Difference dan Spectral
Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agustus 2016 ISSN: 0852-730X Perbandingan Skema Numerik Metode Finite Difference dan Spectral Lukman Hakim 1, Azwar Riza Habibi 2 STMIK
Lebih terperinciFUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) DENGAN KONSTANTA SEBELAH KANAN BERBENTUK BILANGAN FUZZY DAN BERBENTUK TRAPEZOIDAL SKRIPSI DEWI YANNI FRANSISKA SAMOSIR
FUZZY LINEAR PROGRAMMING (FLP) DENGAN KONSTANTA SEBELAH KANAN BERBENTUK BILANGAN FUZZY DAN BERBENTUK TRAPEZOIDAL SKRIPSI DEWI YANNI FRANSISKA SAMOSIR 070803046 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciAPLIKASI FUNGSI GREEN MENGGUNAKAN ALGORITMA MONTE CARLO DALAM PERSAMAAN DIFERENSIAL SEMILINEAR
APLIKASI FUNGSI GREEN MENGGUNAKAN ALGORITMA MONTE CARLO DALAM PERSAMAAN DIFERENSIAL SEMILINEAR SKRIPSI Oleh TILSA ARYENI 110803058 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al.,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Dinamik Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al., 2002). Salah satu tujuan utama dari sistem dinamik adalah mempelajari perilaku dari
Lebih terperinciModel Linear Kuadratik untuk Sistem Deskriptor Berindeks Satu dengan Factor Discount dan Output Feedback
Model Linear Kuadratik untuk Sistem Deskriptor Berindeks Satu dengan Factor Discount dan Output Feedback Nilwan Andiraja 1, Julia Sasmita Maiza 2 1, 2 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi,
Lebih terperinciSOLUSI NUMERIK UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL KUADRAT NONLINEAR. Eka Parmila Sari 1, Agusni 2 ABSTRACT
SOLUSI NUMERIK UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL KUADRAT NONLINEAR Eka Parmila Sari 1, Agusni 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai landasan teori yang akan digunakan pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan matematika, teorema Taylor, nilai eigen,
Lebih terperinciPERBANDINGAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN NONLINEAR MENGGUNAKAN METODE NEWTON- RAPHSON DAN METODE JACOBIAN
E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.2, Mei 2013, 11-17 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN NONLINEAR MENGGUNAKAN METODE NEWTON- RAPHSON DAN METODE JACOBIAN NANDA NINGTYAS RAMADHANI UTAMI 1,
Lebih terperinciPENCARIAN AKAR-AKAR PERSAMAAN NONLINIER SATU VARIABEL DENGAN METODE ITERASI BARU HASIL DARI EKSPANSI TAYLOR
Jurnal Matematika UNAND Vol. 4 No. 1 Hal. 93 98 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENCARIAN AKAR-AKAR PERSAMAAN NONLINIER SATU VARIABEL DENGAN METODE ITERASI BARU HASIL DARI EKSPANSI TAYLOR
Lebih terperinciPenerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami
Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti Nida Sri Utami Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UMS Lina Aryati Jurusan Matematika FMIPA UGM ABSTRAK
Lebih terperinciKETERBATASAN OPERATOR BESSEL-RIESZ DI RUANG LEBESGUE SKRIPSI
KETERBATASAN OPERATOR BESSEL-RIESZ DI RUANG LEBESGUE SKRIPSI MOCHAMMAD FANDI ANSORI PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 KETERBATASAN
Lebih terperinciANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT INFLUENZA H1N1 SKRIPSI
ANALISIS DAN KONTROL OPTIMAL MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT INFLUENZA H1N1 SKRIPSI DWI VENI YUNITA SARI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan diferensial Persamaan diferensial merupakan persamaan yang melibatkan turunanturunan dari fungsi yang tidak diketahui (Waluya, 2006). Contoh 2.1 : Diberikan persamaan
Lebih terperinciFUNGSI GREEN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
FUNGSI GREEN PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika diajukan oleh Slamet Mugiyono 05610038 Kepada PROGRAM STUDI
Lebih terperinciPENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 3 (2015), hal 415-422 PENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV Iyut Riani, Nilamsari
Lebih terperinciTITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111
TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111 Abstract. In this paper was discussed about Nadlr fixed
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang beberapa teori dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab III. Beberapa teori dasar yang dibahas, diantaranya teori umum tentang persamaan
Lebih terperinciTEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT
TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Koko Saputra 1, Supriadi Putra 2, Zulkarnain 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika
Lebih terperinciPertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT
Pertemuan Ke SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST,MT Pendahuluan Suatu sistem persamaan linier (atau himpunan persaman linier simultan) adalah satu set persamaan dari sejumlah unsur yang tak diketahui
Lebih terperinciAplikasi Fungsi Diferensial Riccati Pada Sistem Dinamik Dua Kendali Waktu Berhingga
Aplikasi Fungsi Diferensial Riccati Pada Sistem Dinamik Dua Kendali Waktu Berhingga Nilwan Andiraja 1, Fiki Rakasiwi 2 1,2 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau
Lebih terperinciMisal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO PENYELESAIAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA 2012/2013 Mata Ujian : Analisis Real 1 Tipe Soal : Reguler Dosen : Dr. Julan HERNADI Waktu : 90 menit
Lebih terperinciTEOREMA TITIK TETAP DALAM RUANG 2-METRIK SEMI QUASI
TEOREMA TITIK TETAP DALAM RUANG 2-METRIK SEMI QUASI Oleh : SHOFWATUR ROHMAN J2A 006 049 Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Fakultas
Lebih terperinciPOLINOMIAL PEMBANGUN DARI IDEAL DAN KODE SIKLIK SKRIPSI
POLINOMIAL PEMBANGUN DARI IDEAL DAN KODE SIKLIK SKRIPSI TUHFATUL JANAN PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2016 POLINOMIAL PEMBANGUN DARI
Lebih terperinciMENENTUKAN INVERS DRAZIN DARI MATRIKS SINGULAR
MENENTUKAN INVERS DRAZIN DARI MATRIKS SINGULAR SKRIPSI Oleh : Liniswatil Khasanah J2A006031 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciHimpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal
Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit
Lebih terperinciPenyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks
Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks Dewi Erla Mahmudah 1, Ratna Dwi Christyanti 2, Moh. Khoridatul Huda 3,
Lebih terperinciMetode Chebyshev-τ untuk Menghitung Nilai Eigen pada Masalah Kestabilan Hidrodinamika
Metode Chebyshev-τ untuk Menghitung Nilai Eigen pada Masalah Kestabilan Hidrodinamika Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Syarat Penyelesaian Tugas Akhir Program Studi Sarjana Matematika Oleh: Raden Ahnaf
Lebih terperinciPenyelesaian Sistem Persamaan Linear Fully Fuzzy Menggunakan Metode Iterasi Jacobi
Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Fully Fuzzy Menggunakan Metode Iterasi Jacobi Corry Corazon Marzuki 1, Herawati 2 Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau Jl.
Lebih terperinciBAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan
BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan Pada bagian A ini pembahasan dibagi menjadi dua bagian, yang pertama membahas mengenai transformasi
Lebih terperinciMENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MENGGUNAKAN ANALISIS SVD SKRIPSI. Oleh : Irdam Haidir Ahmad J2A
MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MENGGUNAKAN ANALISIS SVD SKRIPSI Oleh : Irdam Haidir Ahmad J2A 005 023 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciAPLIKASI METODE PANGKAT DALAM MENGAPROKSIMASI NILAI EIGEN KOMPLEKS PADA MATRIKS
Jurnal UJMC, Volume, Nomor, Hal 36-40 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X APLIKASI METODE PANGKAT DALAM MENGAPROKSIMASI NILAI EIGEN KOMPLEKS PADA MATRIKS Novita Eka Chandra dan Wiwin Kusniati Universitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini, khususnya yang diperlukan dalam Bab 3. Teori yang dibahas adalah teori yang mendukung pembentukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. iterasi Picard di dalam persamaan diferensial orde pertama, perlu diketahui
II. TINJAUAN PUSTAKA Untuk menuju ketahap pembahasan mengenai keberadaan dan ketunggalan dari iterasi Picard di dalam persamaan diferensial orde pertama, perlu diketahui beberapa bagian dari persamaaan
Lebih terperinciMatriks Simplektik dan Hubungannya Pada Sistem Linier Hamiltonian. Simplectic Matrix and It Relations to Linear Hamiltonian System
Matriks Simplektik dan Hubungannya Pada Sistem Linier Hamiltonian 1 Artmo Dihartomo Laweangi, 2 Jullia Titaley, 3 Mans Lumiu Mananohas 1 Program Studi Matematika, FMIPA, UNSRAT, artmodihartomolaweangi@yahoo.com
Lebih terperinciCreated By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk memeriksa kelakuan sistem dinamik kompleks, biasanya dengan menggunakan persamaan diferensial
Lebih terperinci