BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tujuan akhir penelitian ini adalah mengembangkan model peer guidance

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tujuan akhir penelitian ini adalah mengembangkan model peer guidance"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Desain Penelitian Tujuan akhir penelitian ini adalah mengembangkan model peer guidance untuk meningkatkan self efficacy siswa SMP yang disusun melalui Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) yang merupakan salah satu bentuk dari tahapan model peer guidance yang telah dibentuk. Model ini dilaksanakan melalui layanan informasi bidang bimbingan pribadi dan sosial yang memberikan pemahaman dan pengembangan mengenai sikap bersahabat/komunikatif, kreatif, dan peduli sosial. Dengan demikian, dirancangnya model peer guidance ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pribadi dan sosial siswa sehingga diharapkan siswa memiliki keyakinan diri yang kuat dalam mengatasi permasalahan pribadi dan teman sebaya lainnya. Langkah-langkah dalam penyusunan rancangan model layanan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan self efficacy siswa adalah sebagai berikut: (1) Identifikasi dan penetapan masalah, dalam pengumpulan data menggunakan wawancara untuk memperoleh gambaran tentang layanan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan self efficacy siswa dan meyebarkan skala self efficacy untuk melihat potensi masalah mengenai kayakinan diri siswa di SMP Negeri 2 Salatiga. (2) Pengumpulan informasi, yaitu dilakukan melalui wawancara dengan guru BK tentang potensi teman sebaya dalam membantu 34

2 meningkatkan keyakinan diri siswa. (3) Perancangan desain model layanan peer guidance dalam meningkatkan self efficacy siswa, dibuat dengan menggunakan Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) Bimbingan dan Konseling. (4) Melakukan validasi dengan ahli yaitu dosen program studi Bimbingan dan Konseling dan praktisi yaitu anggota ABKIN dan sekaligus menjadi guru BK di sekolah. (5) Melakukan perbaikan berdasarkan hasil validasi ahli dan praktisi. (6) Melakukan uji lapangan di kelas VIII H SMP Negeri 2 Salatiga. (7) Melakukan perbaikan berdasarkan hasil feedback dari uji coba lapangan guna menyesuaikan produk yang telah dibuat dengan pengguna produk 4.2 Deskripsi hasil penelitian tentang pelaksanaan layanan bimbingan teman sebaya Layanan bimbingan teman sebaya belum dilaksanakan secara optimal sesuai dengan strategi implementasi program BK di sekolah berdasarkan rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Layanan bimbingan dan konseling yang sering diberikan oleh guru pembimbing ialah layanan bimbingan klasikal, konseling individual, pelayanan pengumpulan data, alih tangan kasus, kolaborasi dengan guru, orang tua, dan pihak-pihak terkait di luar sekolah, serta layanan konsultasi. Belum terlaksananya layanan bimbingan teman sebaya adalah karena belum tersedianya model layanan bimbingan teman sebaya di sekolah. 35

3 Layanan bimbingan teman sebaya ini penting, karena mengingat perbandingan antara guru BK dengan siswa yang tidak seimbang. Selain itu juga siswa SMP yang sedang berada pada masa remaja, yaitu memiliki sifat cenderung lebih percaya dan tertarik kepada teman sebayanya. Siswa yang memiliki potensi dapat diberdayakan untuk dapat menolong teman sebaya untuk meningkatkan keyakinan diri siswa yang lain. Adapun tahap pengembangan sebagai berikut: Identifikasi dan Penetapan Masalah Kegiatan prapengembangan mencakup identifikasi dan penetapan masalah yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang perlu tidaknya pengembangan model layanan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan self efficacy siswa. Kegiatan ini dilakukan wawancara dengan guru BK. Hasil wawancara dengan guru BK menyatakan bahwa kegiatan tersebut sangat perlu dan bermanfaat bagi guru BK guna mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah Deskripsi Umum Pengembangan Produk yang dihasilkan dalam pengembangan ini adalah model bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan keyakinan diri siswa. Produk ini disusun dengan menggunakan prosedur pengembangan yang dikemukakan Sugiyono (2011). Penyusunanan model bimbingan disajikan dalam rencana pelaksanaan layanan (RPL). Aspek yang dikembangkan dalam penyusunan 36

4 RPL mengacu pada materi mengenai pembimbing sebaya dan dimensi self efficacy menurut Bandura, yaitu: Tabel 4.1 Pengembangan aspek rencana pelaksanaan layanan (RPL) No Aspek yang dikembangkan Kompetensi Dasar 1 Membangun minat menjadi pembimbing Pembimbing sebaya. 2 sebaya Menerapkan tugas sebagai pembimbing sebaya yang baik. 3 Besar Menganalis pilihan pengharapan perilaku yang mampu untuk dilakukan. 4 Luas pengharapan 5 Kemantapan pengharapan Membuktikan keyakinan/kemantapan dalam menjalankan tugas. Bertahan dalam menghadapi tugas dan tantangan pekerjaan sebagai siswa. Topik Pembimbing sebaya Siap menjadi pembimbing sebaya Saya pasti bisa Impossible is nothing Pantang menyerah Hasil Uji Validasi Model Layanan Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Tujuan uji validasi model yang diselenggarakan untuk memperoleh masukan dari berbagai pihak sehingga model peer guidance yang telah disusun layak untuk diimplementasikan melalui uji lapangan di SMP Negeri 2 Salatiga. 37

5 Uji validasi model dilakukan dengan cara meninjau ulang rencana pelaksanaan layanan (RPL). Tabel 4.2 hasil uji validasi model Penguji Ahli Saran Uji Ahli Revisi Ahli I: - Berdasarkan pengembangan kurikulum terbaru (2013), satlan diubah menjadi Rencana - Satlan diubah menjadi RPL Pelaksanaan Layanan (RPL). - Hindari metode ceramah - Tidak memakai metode ceramah. - Dalam uraian kegiatan, lebih diperinci lagi. - Dalam penilaian segera, sebaiknya memakai UCA - Dalam laijapen dan laijapang, tentukan kapan - Uraian kegiatan menjadi lebih terperinci. - Penilaian segera disusun berdasarkan UCA - Ditetapkan waktu dalam laijapen dan laijapang. waktunya. - Perlu dicantumkan sumber dan biaya dalam RPL - Mencantumkan sumber dan biaya dalam RPL. 38

6 - Apabila tidak ada catatan khusus, lebih baik dihilangkan saja. Ahli II Penilaian proses harus lebih rinci dan disesuaikan. - Tidak mencantumkan catatan khusus dalam RPL. Penilaian proses telah lebih rinci dan disesuaikan. 4.3 Model Layanan Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan Self Efficacy Siswa Model bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan self efficacy siswa disajikan dalam bentuk rencana pelaksanaan layanan (RPL) sebagai berikut (terlampir): Tabel 4.3 No Judul RPL 1 Pembimbing sebaya 2 Siap menjadi pembimbing sebaya 3 Saya pasti bias 4 Impossible is nothing 5 Pantang menyerah 39

7 Tahapan dalam model bimbingan teman sebaya yang disusun berdasarkan kerangka berpikir Sunarti (2010) yaitu sebagai berikut: 1. Pembentukan Pembimbing Sebaya Pembimbing sebaya dipilih berdasarkan atas kriteria sebagai berikut: hasil skala self efficacy (siswa dengan kategori self efficacy sangat tinggi dan tinggi), prestasi (siswa yang masuk dalam peringkat 10 besar), memiliki kemampuan sosialisasi dan kepribadian yang baik. Peran guru BK adalah menyeleksi siswa yang layak menjadi pembimbing sebaya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 2. Pelatihan Pembimbing Sebaya Siswa yang telah terpilih sebagai calon pembimbing sebaya diberikan pelatihan mengenai materi bimbingan teman sebaya dan self efficacy yang telah disusun dalam bentuk rencana pelaksanaan layanan (RPL). Pelatihan dilaksanakan setelah selesai sekolah dan hari libur. Dalam proses pelatihan, pembimbing sebaya merasakan bahwa dirinya adalah yang dibimbing, setelah itu pembimbing sebaya merancang atau menggambarkan bentuk pertolongan dalam menolong teman sebaya yang memiliki masalah keyakinan diri. Peran guru BK adalah memberikan pelatihan kepada calon pembimbing sebaya yang terpilih menggunakan materi layanan yang telah disusun. 3. Pelaksanaan Kegiatan Dalam kegiatan ini, peneliti memberikan serangkaian tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa yang menjadi pembimbing sebaya, yaitu: 40

8 a. Mencatat dan melaporkan mengenai siapa saja teman yang memiliki masalah keyakinan diri. b. Melakukan pendekatan pada teman-teman yang memiliki masalah keyakinan diri dan memberikan informasi agar terhindar dan keluar dari permasalahan yang dihadapi. c. Melakukan pencatatan terhadap siswa yang konsultasi atau curhat. d. Melaporkan siswa-siswa yang memerlukan penanganan khusus oleh guru Bimbingan dan Konseling. e. Menjadi sumber informasi bagi guru Bimbingan dan Konseling. Peran guru pembimbing adalah memantau kegiatan pembimbing sebaya dan memberikan pelayanan kepada siswa yang memerlukan penanganan khusus oleh guru pembimbing. 4. Evaluasi Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui sejauh mana pembimbing sebaya dapat melaksanakan peran dan fungsinya seperti yang telah dirumuskan dan dijelaskan dalam tahap awal kegiatan. Peran guru BK adalah mengevaluasi dan merancang kegiatan selanjutnya berdasarkan hasil kegiatan layanan bimbingan teman sebaya yang telah dilaksanakan. 5. Tindak lanjut Setelah mengevaluasi pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan teman sebaya, guru BK menindaklanjuti hasil rancangan kegiatan layanan bimbingan teman sebaya yang telah disusun. Tindak lanjut bisa berupa pelatihan kembali kepada 41

9 pembimbing sebaya yang belum menjalankan tugasnya secara optimal, maupun menindak lanjuti hasil laporan dari pembimbing sebaya mengenai siswa yang memerlukan penanganan khusus oleh guru BK. Gambar 4.4. Tahapan model peer guidance Pembentukan Pembimbing Sebaya Pelatihan Pembimbing Sebaya Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Tindak lanjut Tahap-tahap dalam pemberian layanan kepada pembimbing sebaya adalah sebagai berikut: 1. Tahap pertama Kegiatan awal a. Membuka kegiatan dengan melakukan rapport b. Melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari. 2. Tahap kedua Kegiatan inti a. Eksplorasi: Peneliti menyampaikan materi melalui kisah cerita (renungan). 42

10 b. Elaborasi: 1. Siswa melakukan permainan. 2. Siswa melakukan simulasi mengenai makna cerita. 3. Siswa berdiskusi untuk merancang kegiatan dalam rangka menolong teman yang memiliki masalah tentang keyakinan diri. c. Konfirmasi: 1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan terhadap keberhasilan pembimbing sebaya. 2. Meminta siswa untuk mempraktikannya kepada teman sebaya yang membutuhkan pertolongan. 3. Tahap ketiga Penutup a. Peneliti bersama pembimbing sebaya menyimpulkan makna dari kegiatan yang telah dilaksanakan. b. Memberikan penilaian segera dengan menggunakan format yang sudah disediakan. c. Merencanakan tindak lanjut kegiatan/menyampaikan rencana kegiatan layanan lanjutan. Berdasarkan penerapan 5 keterampilan pembimbing sebaya dalam rencana pelaksanaan layanan (RPL) model bimbingan sebaya untuk meningkatkan self efficacy siswa diperoleh indikator keberhasilan pada masing-masing aspek, sebagai berikut: 43

11 1. Pada penerapan RPL pertama, aspek pembimbing sebaya I telah dikuasai oleh subyek penelitian (4 orang siswa kelas VIII H) yang dibuktikan dengan siswa mampu menjelaskan peran seorang pembimbing sebaya, yakin dan tertarik untuk menjadi seorang pembimbing sebaya. 2. Penerapan RPL kedua pada aspek pembimbing sebaya II juga telah dikuasai siswa, dibuktikan dengan kemampuan siswa dalam menjelaskan sikap yang baik dalam menolong teman sebayanya, menjelaskan cara menjadi pembimbing sebaya yang baik, dan keyakinan untuk dapat menerapkan tugas sebagai pembimbing sebaya yang baik. 3. Aspek besar pengharapan pada RPL ketiga telah dikuasai oleh siswa yang dibuktikan dengan siswa mampu menjelaskan tidak ada gunanya menghalangi diri sendiri untuk maju, memiliki keyakinan untuk mencoba, dan mempunyai gambaran untuk menolong teman sebaya agar berani mencoba. 4. Siswa dapat menguasai aspek luas pengharapan pada RPL keempat, yaitu siswa dapat membuktikan bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya, dapat meyakinkan teman sebaya lainnya bahwa kemungkinan itu ada dan mampu merancang strategi dalam membantu teman sebayanya untuk yakin terhadap kemampuan dirinya. 5. Pada RPL kelima tentang aspek kemantapan pengharapan, telah dikuasai oleh siswa. Dibuktikan dengan siswa dapat menyadari dan menunjukkan bahwa dengan ketekunan dirinya dapat sukses, serta mampu melatih dirinya dalam membantu teman sebayanya membangun ketekunan. 44

12 Dengan demikian, tujuan kelima rancangan pelaksanaan layanan (RPL) model bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan self efficacy siswa telah tercapai. Oleh karena itu, dapat ditegaskan bahwa model bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan self efficacy berguna bagi siswa SMP Pembahasan Gambar 4.5. Tahapan model peer guidance oleh Sunarti (2010) Pembentukan Pembimbing Sebaya Pelatihan Pembimbing Sebaya Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Gambar 4.6. Tahapan model pengembangan peer guidance oleh peneliti Pembentukan Pembimbing Sebaya Pelatihan Pembimbing Sebaya Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Tindak lanjut Selain dari segi tahapan yang sedikit berbeda, dalam proses setiap tahapan peneliti juga tidak menggunakan seluruh isi dari proses yang telah dikembangkan oleh Sunarti (2010). Peneliti menyesuaikan isi proses dengan variabel terikat yang peneliti pakai, yaitu self efficacy. 45

13 Dari hasil penelitian terhadap siswa kelas VIII H yang masih berada pada masa remaja, terbukti bahwa seorang pembimbing sebaya dalam kelompok sebayanya memiliki pengaruh yang besar dalam bagaimana ia berperilaku, kebanyakan dari remaja (siswa) lebih nyaman dan lebih sering menceritakan masalahnya kepada teman sebayanya dari pada kepada orang yang lebih dewasa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Buhrmester (dalam Santrock, 2004) menunjukkan bahwa pada masa remaja kedekatan hubungan dengan teman sebaya meningkat secara drastis, dan disaat yang sama kedekatan hubungan remaja remaja dengan orang tua menurun secara drastis. Hasil penelitian Buhrmester didukung oleh temuan Nickerson & Nagle (Suwarjo, 2008) bahwa pada masa remaja komunikasi dan kepercayaan terhadap orang tua berkurang, dan beralih kepada teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan akan kelekatan (attachment). 46

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2011), penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bimbingan literasi media televisi melalui iklan untuk siswa SMP yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bimbingan literasi media televisi melalui iklan untuk siswa SMP yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk menghasilkan model bimbingan literasi media televisi melalui iklan untuk siswa SMP yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang

BAB I PENDAHULUAN. dari perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia bertindak dalam suatu situasi bergantung pada hubungan timbal balik dari perilaku, lingkungan, dan kondisi kognitif, terutama faktor-faktor kognitif yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara Konsep Diri dengan Pilihan Karier Realistik pada siswa kelas XI SMK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dilakukan seorang remaja. Menurut Havighurst (dalam

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki beberapa masa perkembangan dalam hidupnya. Salah satu masa perkembangan yang dialami yaitu masa remaja. Mengenai masa remaja, Zulkifli (2009)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. informasi berbantuan media powerpoint presentation tentang kehamilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. informasi berbantuan media powerpoint presentation tentang kehamilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Tujuan akhir penelitian ini adalah mengembangkan model layanan informasi berbantuan media powerpoint presentation tentang kehamilan tidak diinginkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEER GUIDANCE UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 2 SALATIGA SKRIPSI

PENGEMBANGAN MODEL PEER GUIDANCE UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 2 SALATIGA SKRIPSI PENGEMBANGAN MODEL PEER GUIDANCE UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 2 SALATIGA SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling Untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat

Lebih terperinci

Oleh: Yomi Raditiana

Oleh: Yomi Raditiana 1 Oleh Yomi Raditiana KATA PENGANTAR Modul bimbingan teman sebaya disusun sebagai salah satu rujukan bagi guru, dosen, maupun bagi maha bimbingan dan konseling dalam mengoptimalkan layanan bimbingan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan orang lain, untuk

Lebih terperinci

INSTRUMEN KEBIASAAN BELAJAR

INSTRUMEN KEBIASAAN BELAJAR LAMPIRAN 48 INSTRUMEN KEBIASAAN BELAJAR IDENTITAS Nama : Kelas : No Absen : PETUNJUK 1. Angket ini terdiri atas 31 item pertanyaan dengan 4 alternatif jawaban yaitu: Hampir Tidak Pernah (HTP) Kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam. pendidikan formal, penyelenggaraan pendidikan tidak terlepas dari tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Dalam setiap bidang kehidupan di masyarakat terdapat proses pendidikan, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

Kata kunci : modul pelatihan; konseling teman sebaya

Kata kunci : modul pelatihan; konseling teman sebaya PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK ANGGOTA PMR DI SMP NEGERI 1 BANJARMASIN Nina Permata Sari Universitas Lambung Mangkurat E-mail: ninapermatasari1980@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN KELOMPOK KONSELOR SEBAYA DI KOTA BATU

PENDAMPINGAN KELOMPOK KONSELOR SEBAYA DI KOTA BATU PENDAMPINGAN KELOMPOK KONSELOR SEBAYA DI KOTA BATU Muhammad Shohib 1, Ari Firmanto 2, Wahyu Andhyka Kusuma 3, Gita Indah Martasari 4 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang 3,4 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Hampir setengah dari siswa kelas XI IS di SMA Negeri 1 Tasikmalaya memiliki self-efficacy

Lebih terperinci

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

93 Suci Nurul Fitriani, 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN SELF-EFFICACY Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini mendeskripsikan keseluruhan bab dari hasil penelitian yang telah didapatkan, dalam bentuk simpulan serta rekomendasi bagi berbagai pihak serta keterbatasan

Lebih terperinci

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa manusia lain. Sebagai makhluk sosial, manusia memiki keinginan untuk berkelompok. Keinginan

Lebih terperinci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan jalur pendidikan formal yang berfungsi untuk mendidik, mengajar dan melatih siswa mempersiapkan dirinya di masa yang akan datang. Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Belajar Matematika merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara

Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara L A M P I R A N Lampiran 1: Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara Berikut ini kisi-kisi instrumen pedoman wawancara tentang Kompetensi Konselor Guru BK, yang diajukan kepada 3 ( tiga ) guru BK di SMA Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia dapat dikatakan cukup rendah. Data laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan United Nation Development Programme

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA

2016 HUBUNGAN ATTACHMENT ANAK TERHADAP ORANGTUA DAN PEER PRESSURE DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMAN 1 SUKATANI PURWAKARTA BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dari skripsi ini akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat/signifikansi penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus di SMP Pembangunan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus di SMP Pembangunan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Agustus di SMP Pembangunan Kalianda tahun pelajaran 2015/2016. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam uji coba ini

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERKARAKTER PADA MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA: KENDALA DAN SOLUSINYA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERKARAKTER PADA MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA: KENDALA DAN SOLUSINYA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERKARAKTER PADA MATAPELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SD MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA: KENDALA DAN SOLUSINYA Fitri Puji Rahmawati, S.Pd., M.Hum, Magrifiani Utami, dan Malika Dian Ayu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 berada pada kategori tinggi. 2. Secara umum kebiasaan belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kegagalan di masa sekarang merupakan prediktor keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kegagalan di masa sekarang merupakan prediktor keberhasilan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki masa remaja yaitu pada usia 13-21 tahun (Desmita, 2009:190) individu mulai menganggap penting sebuah pencapaian prestasi dan menganggapnya sebuah hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan program pendidikan tidak lepas dari adanya kurikulum. Pada saat ini kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah KTSP namun sebagian sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini menguraikan inti dari penelitian yang mencakup latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini dipaparkan hal-hal yang berkenaan dengan simpulan dan rekomendasi penelitian. Simpulan penelitian dikemukakan secara sistematis sesuai dengan pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari waktu ke waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi makin pesat mengikuti arus globalisasi yang semakin hebat. Akibat dari fenomena ini antara lain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk menghasilkan model bimbingan belajar berdasarkan analisis kebiasaan belajar siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga. Bidang bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

DAFTAR SISWA ASUH SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA. Guru Pembimbing : Drs. Bandono, MM.

DAFTAR SISWA ASUH SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA. Guru Pembimbing : Drs. Bandono, MM. Lampiran: 8 DAFTAR SISWA ASUH Tahun Pelajaran : 2006-2007 Kelas : I - A : No. urut No.Buku Pokok No. Kode *) Nama Siswa Asuh Keterangan *) Nomor Kode siswa membuat tahun pelajaran (2002), kelas I-A, dan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Ramtia Darma Putri, Universitas PGRI Palembang email: tyadhuarrma27@gmail.com Erfan Ramadhani, Universitas PGRI Palembang email: erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

BENTUK PENILAIAN DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN OLEH GURU BK DI SMA PGRI 1 PADANG JURNAL. Asmaneli

BENTUK PENILAIAN DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN OLEH GURU BK DI SMA PGRI 1 PADANG JURNAL. Asmaneli BENTUK PENILAIAN DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN OLEH GURU BK DI SMA PGRI 1 PADANG JURNAL Asmaneli 09060001 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKALA SELF EFFICACY KARIR

SKALA SELF EFFICACY KARIR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Nama : Kelas : SKALA SELF EFFICACY KARIR PETUNJUK PENGISIAN SKALA Pada skala ini terdapat 25 pernyataan. Baca dan pahamilah baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU BK/KONSELOR NO TUGAS UTAMA DAN INDIKATOR KINERJA GURU BK/KONSELOR HASIL ANALISIS KAJIAN ATAU KESIMPULAN DARI DATA/BUKTI-BUKTI/DOKUMEN DAN/ATAU CATATAN HASIL PENGAMATAN

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL

PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 349 TANJUNG KAPA MANDAILING NATAL Heddi Dongoran Guru di SD Negeri 349 Tanjung Kapa Mandailing Natal Surel

Lebih terperinci

Nama : Jenis Kelamin : Sekolah : Kelas dan Usia:

Nama : Jenis Kelamin : Sekolah : Kelas dan Usia: Nama : Jenis Kelamin : Sekolah : Kelas dan Usia: SKALA SIKAP BUDI PEKERTI Di bawah ini ada beberapa pernyataan tentang diri anda sehari-hari. Keterangan : SS: Sangat Setuju S: Setuju TS: Tidak Setuju STS:

Lebih terperinci

PANITIA PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

PANITIA PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) N1 FORM ADMINISTRASI PENGELOLAAN SEKOLAH Amatilah keadaan sekolah praktikan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai lingkungan fisik dan sosial sekolah dengan cara observasi secara langsung, wawancara

Lebih terperinci

Kelompok Materi : Materi Pokok

Kelompok Materi : Materi Pokok Silabus Pelatihan Silabus Pelatihan Kelompok Materi : Materi Pokok 67 Materi Pelatihan Alokasi Waktu : 2.2. Perancangan Pembelajaran dan Penilaian 2.2. b. Psiko Edukatif : 2 JP (90 menit) No Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

A. Standar Kompetensi 1. Memahami kebebasan berorganisasi.

A. Standar Kompetensi 1. Memahami kebebasan berorganisasi. Pengertiannya masih organisasi K,a, e Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Model Connected Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Pokok Bahasan/Tema : Organisasi Kelas / Semester

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2012 hingga 9

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2012 hingga 9 BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2012 hingga 9 Desember 2012 di Kabupaten Gianyar, Bali. Jumlah responden sebanyak 60 penari Bali remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan (Kartono, 2007). Pendidikan di Indonesia diatur dengan jelas pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Manusia sebagai makhluk sosial dalam bertingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil dalam belajar.untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #6 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id School guidance curriculum Individual student planning Responsive servise System support proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli penyiapan pengalaman terstruktur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tipe-tipe kesalahan Penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Suhertin (dalam Lisca, 2012) dikarenakan siswa tidak menguasai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk 1 BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) Nama Sekolah : SMP Negeri 21 Purworejo Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas/Semester : IX/2 Standar Kompetensi : 3. Memahami dampak globalisasi

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut Piaget, remaja usia 11-20 tahun berada dalam tahap pemikiran formal operasional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG. Disusun Oleh : : Imam Bukhori NIM : Program Studi : Teknologi Pendidikan

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG. Disusun Oleh : : Imam Bukhori NIM : Program Studi : Teknologi Pendidikan LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 5 SEMARANG Disusun Oleh : Nama : Imam Bukhori NIM : 1102409024 Program Studi : Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bangsa yang unggul adalah bangsa yang dapat memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dengan baik bagi kesejahteraan rakyatnya serta memiliki sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Landasan Pengembangan Diri UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3 tentang tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JENJANG STRATA 1 (SARJANA : S1 )

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JENJANG STRATA 1 (SARJANA : S1 ) JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JENJANG STRATA 1 (SARJANA : S1 ) PANDUAN PRAKTIK LAPANGAN KONSLING PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLKP-LS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia bukan hanya merupakan negara yang sedang berkembang melainkan juga negara yang sedang membangun. Dalam usaha untuk membangun itu dibutuhkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT IZIN HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN 1 SURAT IZIN HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 1 SURAT IZIN HASIL PENELITIAN LAMPIRAN 2 MASTER DATA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 1 1 2 2 3 4 3 3 3 2 1 2 3 3 3 3 1 2 1 4 3 2 3 2 1 2 3 3 65 2 3 2 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006 dalam standar isi menegaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar membentuk

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi mengenai hasilhasil

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi mengenai hasilhasil BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi mengenai hasilhasil yang didapat dalam penelitian serta beberapa saran oleh peneliti untuk dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pendidikan menurut UU no. 20 tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal A. Aktivitas Pembelajaran Ekonomi Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan, siswa cenderung pasif kurang termotivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang masalah; tujuan penelitian dan pengembangan; spesifikasi produk; pentingnya penelitian dan pengembangan; asumsi dan keterbatasan penelitian dan

Lebih terperinci

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A Tema/Topik : Kedisiplinan B Judul : Tata tertib C Bidang Bimbingan : Belajar D Kompetensi Perkembangan : Landasan perilaku etis E Sub Kompetensi : Bertindak

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Standar Kompetensi** 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Standar Kompetensi** 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas : V (Lima) Semester : I (Satu) Alokasi Waktu : x 35 menit ( pertemuan). Standar Kompetensi**.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan formal, warga negara juga diharapkan

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN QUESTIONS STUDENT HAVE DENGAN METODE KONVENSIONAL PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2007/2008 Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk 28 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam

Lebih terperinci

Kurikulum Australia L E M B A R A N I N F O R M A S I

Kurikulum Australia L E M B A R A N I N F O R M A S I Bagaimana caranya untuk memberikan umpan balik atas rancangan Kurikulum Australia K-10?Australia? Rancangan Kurikulum Australia K-10 untuk bahasa Inggris, matematika, sains dan sejarah akan tersedia untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

Penyusunan Program BK berdasar KTSP

Penyusunan Program BK berdasar KTSP By: Asroful Kadafi Penyusunan Program BK berdasar KTSP 1. Rambu-rambu penyusunan program BK berdasarkan KTSP a. Perencanaan Kegiatan 1)Perencanaan kegiatan pelayanan BK mengacu pada program tahunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Adanya kebutuhan tersebut dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil yang tepat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 08 Salatiga. Subyek yang menjadi fokus penelitian adalah siswa kelas 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja, berkesinambungan dan berencana dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan dewasa, oleh karena itu perlu adanya persiapan saat seseorang berada pada usia remaja yaitu, terkait dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 04 POASIA JURNAL PENELITIAN

ANALISIS KESESUAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 04 POASIA JURNAL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPA DI SD NEGERI 04 POASIA JURNAL PENELITIAN OLEH NURNIHATI G2J1 15 001 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Topik : Menyelesaikan Masalah 2. Kompetensi : Kematangan Intelektual 3. Sub Kompetensi : Mengetahui perlunya menyelesaikan masalah dan resiko yang mungkin timbul 4. Indikator : 1. Mengetahui langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, bcrbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah berdasarkan kurikulum yang disusun oleh lembaga pendidikan. Menurut undang-undang sistem pendidikan

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci