PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : FEBBY LESTARI A PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

3 Aku telah belajar untuk bersabar menunggu kehendaknya terwujud, karena Dia memiliki banyak karunia yang tersembunyi Karya ini kupersembahkan Untuk Mama dan Papa

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Manfaat... 3 TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Lanskap... 4 Konsep Pemeliharaan... 6 Pemeliharaan Ideal... 8 Pemeliharaan Fisik... 9 Penyiraman... 9 Pemangkasan Pemupukan Pengendalian Gulma Pendangiran atau Penggemburan Tanah Pengendalian Hama dan Penyakit Perumahan Lanskap Permukiman METODOLOGI Tempat dan Waktu Metode Studi Kerangka Kerja Magang Batasan Studi KONDISI UMUM Sejarah Perkembangan Proyek Perumahan Graha Raya Rencana Pembangunan Perumahan Graha Raya Letak, Luas dan Aksesibilitas Graha Raya... 21

5 Iklim Jenis Tanah Vegetasi dan Satwa Fasilitas Permukiman Keadaan Sosial dan Ekonomi KONSEP PENGEMBANGAN LANSKAP PERUMAHAN GRAHA RAYA Konsep Dasar Konsep Sirkulasi Konsep Tata Hijau Konsep Utilitas ORGANISASI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA Kelembagaan Struktur Organisasi Perusahaan PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA Konsep Pengelolaan Graha Raya Sistem Pemeliharaan Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan Fisik Pembagian Zona Pemeliharaan Jadwal Pemeliharaan Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Pemeliharaan Sistem Pengelolaan Tenaga Kerja Pengelolaan Peralatan dan Bahan Pemeliharaan Fisik terhadap Hardscape Penyapuan Pengangkutan Sampah Pemeliharaan Saluran Drainase Pemeliharaan Fisik terhadap Tanaman Penyiraman... 48

6 Pemangkasan (pruning) Pemupukan Pendangiran tanah dan penyiangan gulma Pengendalian hama dan penyakit PEMBAHASAN Pengelolaan Perumahan Graha raya Konsep Pengelolaan Graha Raya Organisasi Pengelolaan Graha Raya Sistem Pemeliharaan Pembagian Zona Pemeliharaan Jadwal Pemeliharaan Hasil Evaluasi Kuisioner Pengelolaan Tenaga Kerja Pengelolaan Peralatan dan Bahan Anggaran Biaya pemeliharaan Teknis Pemeliharaan Fisik Pemeliharaan Fisik terhadap Hardscape Penyapuan Pengangkutan Sampah Pemeliharaan Saluran Drainase Pemeliharaan Fisik terhadap Tanaman Penyiraman Pemangkasan (pruning) Pemupukan Pendangiran tanah dan penyiangan gulma Pengendalian hama dan penyakit Pelaksanaan perbaikan penampilan taman KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 70

7 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Jenis, bentuk, sumber dan cara pengambilan data Data fasilitas Graha Raya Pembagian wilayah pemeliharaan perumahan Graha Raya Jadwal kegiatan pemeliharaan di Graha Raya Kapasitas kerja berdasarkan hasil pengamatan Alat-alat pemeliharaan lanskap... 45

8 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Peta lokasi magang Peta pencapaian lokasi Bagan alur kerja magang Pos polisi Masjid di cluster Anggrek Loka Taman bermain Kolam renang Pedagang tanaman hias Gerbang masuk cluster Jalan Boulevard Raya Jalan kolektor Jalan sub kolektor Peletakan tanaman peneduh di sepanjang jalan utama Peletakan tanaman di jalan kolektor Kegiatan penyapuan jalan Kegiatan pengangkutan puing-puing bangunan Polder Saluran drainase di tepi jalan Kegiatan pemangkasan rumput Kegiatan penyiangan gulma Diagram Taman Graha Bunga awal Taman Graha Bunga re-design Taman Graha Bunga setelah perbaikan... 66

9 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Struktur Organisasi Graha Raya Struktur Organisasi Pengelolaan Graha Raya Form check list perawatan lingkungan SPK infrastruktur listrik SPK bangunan SPK infrastruktur jalan SPK infrastruktur landscape SPK infrastruktur Standar penampilan pekerjaan perawatan kebersihan lingkungan dan angkutan sampah Form opname pekerjaan (teknis) Daftar jenis tanaman di Graha Raya Daftar nama dan tipe rumah Contoh rencana upah kerja borong Contoh rencana upah kerja borong Contoh rencana upah kerja borong Site plan Graha Raya Form kuisioner magang Peta zonasi kawasan

10 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan hidup penduduk yang paling mendasar adalah kebutuhan akan tempat tinggal. Pemenuhan kebutuhan ini dapat diwujudkan dalam bentuk kawasan pemukiman yang perkembangannya sudah cukup pesat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, sehingga menuntut adanya perluasan tempat tinggal. Terbatasnya ketersediaan lahan di kota-kota besar secara tidak langsung menimbulkan masalah sosial bagi masyarakat dan berpengaruh pula terhadap penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak aktivitas manusia, maka salah satu jalan keluarnya adalah mengembangkan daerah pemukiman di daerah pinggiran kota. Kota yang dijadikan sebagai tempat tinggal oleh masyarakat seharusnya merupakan kota yang memiliki suasana pemukiman yang aman dan nyaman. Menurut Simonds (1983) pemukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open space), dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua keluarga dalam suatu aktivitas tetapi cukup besar untuk menampung fasilitas umum seperti tempat belanja, lapangan bermain (play field) dan daerah penyangga (buffer). Berkaitan dengan masalah perkotaan, kebutuhan akan perumahan dan fasilitas pendukungnya seperti area rekreasi, sarana niaga, sekolah, tempat ibadah dan lain-lain selalu menjadi masalah yang harus segera dipecahkan. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia sekaligus meningkatkan mutu lingkungan seperti diungkapkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tentang arah dan kebijaksanaan pembangunan perumahan dan pemukiman. Sehubungan dengan program pembangunan yang berwawasan lingkungan, pengisian rencana tata ruang kota sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 perlu diterapkan dengan seksama, termasuk juga penerapan penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Daerah perumahan dan pemukiman yang ideal merupakan daerah yang nyaman dengan taman-taman, ruang terbuka dan kavling yang cukup memadai.

11 2 Pengembangan tapak dititikberatkan pada pelestarian lingkungan dan perlindungan terhadap keindahan alami tapak. Untuk mendukung konsep tersebut diperlukan perhatian yang mendalam pada aspek pengelolaan. Sternloff dan Warren (1984) mengemukakan bahwa pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik dan sedapat mungkin mempertahankan keadaan yang sesuai dengan rancangan semula. Magang adalah salah satu cara untuk penyelesaian studi akhir agar memperoleh gelar sarjana sekaligus untuk mendapatkan pengalaman kerja. Kegiatan kerja langsung di lapangan atau di luar kampus dan menjadikan mahasiswa sebagai bagian integral dalam sistem kerja di suatu lembaga adalah pengertian magang. Lembaga magang merupakan sarana untuk memperoleh wawasan keprofesian dan keahlian dalam bidang teknik, pengelolaan dan kebijaksanaan lainnya di bidang arsitektur lanskap. Pelaksanaan kegiatan magang ini dikhususkan pada bidang pengelolaan pemeliharaan lanskap di Kawasan Perumahan Graha Raya Kecamatan Serpong dan Pondok Aren. Dengan diciptakannya pusat kegiatan baru di wilayah Serpong dan Pondok Aren maka diharapakan mampu mengurangi beban kota Jakarta. Pusat kegiatan baru ini kelak akan memecah konsentrasi pembangunan yang dirasakan terpusat di ibukota dan sekitarnya saja. Salah satunya adalah pengembangan kota satelit Bintaro Jaya yang secara bertahap dirancang untuk cakupan wilayah seluas hektar. Dari wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa unit (bagian) termasuk diantaranya Unit Graha Raya. Setiap unit memiliki bagian-bagian yaitu: marketing, proyek dan pengelolaan. Pengelolaan lanskap merupakan bagian yang terpenting dalam proses pembangunan suatu perumahan. Untuk itu diperlukan pembelajaran dan pemahaman yang mendalam mengenai pengelolaan lanskap khususnya lanskap perumahan, yang ditempuh melalui pemahaman kegiatan administrasi dan kegiatan teknis di lapangan.

12 3 Tujuan Tujuan umum kegiatan magang ini adalah untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman kerja dan meningkatkan wawasan keprofesian serta keahlian dalam menunjang profesionalisme kerja. Secara khusus kegiatan magang bertujuan untuk : 1. Mempelajari sistem organisasi dan pengelolaan lanskap di Graha Raya. 2. Meningkatkan keterampilan dalam mengerjakan pekerjaan lapangan dan studio. 3. Mempelajari dan menganalisis permasalahan pada aspek pengelolaan lanskap perumahan dan mencapai alternatif penyelesaian masalah. Manfaat Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan magang ini adalah : 1. Merupakan wadah pertukaran informasi, ilmu dan teknologi antara mahasiswa magang dan pihak pengelola di kawasan Perumahan Graha Raya. 2. Memberikan masukan kepada pihak pengelola dalam pengelolaan lanskap kawasan perumahan yang efektif dan efisien.

13 4 TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan lanskap Menurut Stoner dan Freeman (1992), pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading) dan mengendalikan (controlling) anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 1. Merencanakan (Planning) Planning merupakan proses menetapkan sasaran dan tindakan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, menetapkan kebijaksanaan dan tata cara pelaksanaan, dan merumuskan rencana jangka pendek maupun rencana jangka panjang. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. 2. Mengorganisasikan (Organizing) Organizing merupakan proses mengatur dan mengalokasikan pekerjaan, wewenang, dan sumber daya di antara anggota organisasi, sehingga dapat tercapai sasaran organisasi. Pengorganisasian menghasilkan struktur hubungan dalam sebuah organisasi, dan lewat hubungan terstruktur ini rencana masa depan akan tercapai. 3. Memimpin (Leading) Leading merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. 4. Mengendalikan (Controlling) Controlling merupakan proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dikerjakan sesuai dengan aktivitas yang direncanakan. Fungsi ini mencakup pengawasan terhadap standar kerja dan metode pelaksanaan yang dilakukan, juga mengawasi apakah semua berjalan sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah ditetapkan. Fungsi Controlling juga mencakup pelaporan, evaluasi yang berkelanjutan serta pengambilan

14 5 langkah-langkah yang tepat dalam melakukan perbaikan atau antisipasi program jika diperlukan. Menurut Arifin dan Nurhayati (2000), organisasi yang baik menghasilkan efisiensi dan efektivitas penggunaan tenaga kerja, peralatan, bahan dan waktu. Sistem organisasi dalam pemeliharaan taman senantiasa dilakukan oleh pemelihara taman skala besar, seperti pengelolaan taman perumahan real-estate, taman perkantoran, taman umum milik pemerintah, dan taman rekreasi. Selanjutnya Arifin dan Nurhayati (2000) menjelaskan bahwa pihak pengelola seharusnya dapat merencanakan program pemeliharaan dengan pengorganisasian yang baik, yaitu : 1. Fasilitas dan peralatan taman yang harus dipelihara perlu diinventariasi dan diidentifikasi. 2. Dibuat perencanaan pemeliharaan rutin yang mencakup : Penyusunan standar pemeliharaan fasilitas dan peralatan taman, Pengidetifikasian dan pembuatan daftar kebutuhan tugas pemeliharaan rutin secara spesifik untuk mencapai standar pemeliharaan, Penjelasan prosedur metode yang paling efisien untuk menyelesaikan tugas pemeliharaan rutin, Penentuan frekuensi tugas pemeliharaan pada setiap jenis pekerjaan, Penentuan kebutuhan tenaga kerja untuk menyelesaikan tugas tersebut, Penentuan kebutuhan bahan dan peralatan yang digunakan untuk setiap tugas tersebut, Penetapan perkiraan waktu pelaksanaan tugas yang tepat. 3. Direncanakan alat-alat yang digunakan untuk pemeliharaan tidak rutin atau yang bersifat insidentil. 4. Direncanakan jadwal dan cara pemeliharaan pencegahan untuk mengatasi keadaan yang mungkin mempercepat kerusakan taman.

15 6 5. Dibuat jadwal tanggung jawab penugasan untuk setiap pekerjaan. Hal ini meliputi penugasan perorangan, kelompok, atau penyerahan tugas kepada kontraktor. 6. Dilakukan pengawasan terhadap sistem pekerjaan perencanaan dan perancangan, ketepatan jadwal pekerjaan pemeliharaan, serta kapasitas pekerjaan. 7. Dibuat sistem analisis biaya pemeliharaan. Menurut Stoner dan Freman (1992), efisiensi adalah kemampuan untuk melakukan pekerjaan dengan benar sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat. Selanjutnya dijelaskan bahwa efektivitas tidak kalah penting daripada efisiensi, karena efisiensi berapapun besarnya tidak dapat mengkompensasi kekurangan efektivitas. Masalahnya disini adalah bukan bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar, tetapi bagaimana caranya menemukan pekerjaan yang benar untuk dilakukan, dan memusatkan sumberdaya dan upaya padanya. Efektivitas pekerjaan pegawai pemeliharaan taman menurut Arifin dan Nurhayati (2000) sangat ditentukan oleh; motivasi kerja dan keterampilan pegawai; sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan; ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, tingkat pengawasan kerja di lapang dan kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para mandor serta antara mandor dengan pegawai pemeliharaan taman di lapang. Konsep Pemeliharaan Menurut Sternloff & Warren (1984) pemeliharaan merupakan upaya untuk menjaga atau mempertahankan taman beserta fasilitas yang ada di dalamnya agar tetap berada dalam kondisi yang sama dengan aslinya atau mendekati aslinya. Pekerjaan pemeliharaan meliputi pekerjaan rutin, tidak rutin, pekerjaan perbaikan kecil maupun besar dan pekerjaan konstuksi kecil. Menurut Sternloff dan Warren (1984), pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang sesuai dengan

16 7 rancangan atau disain semula. Dalam pemeliharaan taman, perlu dibuat pula suatu jadwal pemeliharaan agar pekerjaan yang benar dapat dilakukan pada saat yang tepat dan dapat dibuat anggaran pemeliharaan untuk daerah yang bersangkutan (Carpenter, et al, 1975). Pembuatan rencana jadwal pemeliharaan harus menjadi perhatian utama bagi pihak pengelola agar kegiatan pemeliharaan dapat berjalan efektif dan efisien, seperti yang diungkapkan Sternloff dan Warren (1984) bahwa penyusunan suatu rencana harus dibuat pendek dan mudah dimengerti. Terdapat 3 hal penting yang harus diperhatikan oleh pihak pengelola untuk mencapai hasil yang diinginkan, yaitu : 1. Menetapkan prinsip-prinsip operasi. 2. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan. 3. Memelihara fasilitas berdasarkan standar pemeliharaan yang telah ditetapkan. Sternloff dan Warren (1984) menjelaskan bahwa untuk mencapai efektivitas didalam pemeliharaan, hendaknya diperhatikan beberapa hal prinsip dalam pemeliharaan taman, antara lain : 1. Penetapan tujuan dan standar pemeliharaan; 2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis baik waktu, tenaga kerja, peralatan dan bahan; 3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana pemeliharaan tertulis yang logis; 4. Jadwal pemeliharaan taman harus didasarkan pada rencana pemeliharaan tertulis yang logis; 5. Pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan; 6. Pengelola pemeliharaan taman harus terorganisir dengan baik; 7. Sumber dana yang cukup perlu untuk mendukung program pemeliharaan yang telah ditetapkan; 8. Penyediaan tenaga kerja yang cukup penting untuk melaksanakan fungsifungsi pemeliharaan; 9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami;

17 8 10. Pengelola pemeliharaan taman harus bertanggung jawab terhadap keamanan umum dan operator pemelihara taman; 11. Pemeliharaan dijadikan pertimbangan utama dalam perancangan dan pembangunan taman; 12. Para tenaga kerja pemeliharaan bertanggung jawab kepada pihak pengelola. Bila dilihat dari segi penanggung jawab pekerjaan pemeliharaan menurut Sternloff dan Warren (1984) terdapat 3 sistem/metode pemeliharaan yaitu : 1. Sistem Pemeliharaan Unit, yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada unit-unit taman yang ada sehingga setiap unit taman mempunyai tim pemelihara sendiri. 2. Sistem Tim Pemeliharaan Khusus, yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, dan pegawai ini dapat berpindah dari satu unit ke unit lain. 3. Sistem Pemeliharaan Secara Kontrak, yaitu seluruh pekerjaan pemeliharaan diserahkan dan dikerjakan oleh kontraktor. Pemeliharaan Ideal Menurut Arifin dan Nurhayati (2000) pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula, karenanya pada periode waktu tertentu diadakan suatu evaluasi. Selanjutnya dijelaskan bahwa pemeliharaan ideal akan berjalan baik bila didukung oleh upaya-upaya berikut : 1. Perencanaan dan perancangan taman dengan pola yang sederhana sehingga memudahkan pemeliharaan fisik. 2. Penggunaan elemen taman, baik elemen keras maupun elemen tanaman hendaknya yang tidak sulit dicari agar tidak menyulitkan dalam penggantian atau penyulaman tanaman. 3. Pemeliharaan sistem struktur yang kuat dan awet serta pemilihan bahanbahan perkerasan yang sesuai. 4. Pembuatan pola sirkulasi yang jelas dan rasional sehingga akhir kegiatan didalam taman selalu lancar.

18 9 5. Perlengkapan taman yang memadai, meliputi penerangan lampu pada malam hari, jaringan utilitas yang ada di bawah tanah direncanakan dengan baik terutama pipa sehingga tidak terjadi bongkar pasang pada permukaan tanah. Menurut Sulistyantara (2002) pemeliharaan ideal mendukung pengembangan desain untuk meningkatkan kualitas taman. Didalamnya tercakup upaya pengembangan sikap positif dari para pemakai taman (penghuni dan non penghuni), misalnya timbul rasa sayang terhadap taman, kebersihan dan rasa bangga memilikinya. Adanya sikap positif dapat mencegah perusakan taman. Oleh karena itu pemeliharaan ideal perlu mendapat perhatian. Pemeliharaan Fisik Menurut Sternloff dan Warren (1984) terdapat dua sistem pemeliharaan fisik yaitu pemeliharaan korektif dan pemeliharaan preventif. Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan yang menitikberatkan pada penyelesaian masalah yang sedang terjadi, sedangkan pemeliharaan preventif menitikberatkan pada penyelesaian masalah yang mungkin terjadi. Arifin dan Nurhayati (2000) menjelaskan bahwa pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan untuk mengimbangi pemeliharaan secara ideal sehingga taman tetap indah, asri dan nyaman serta aman. Pemeliharaan fisik ini meliputi pemeliharaan terhadap elemen keras maupun elemen lunak (tanaman). Secara umum, pemeliharaan elemen keras atau bangunan tama n merupakan pemeliharaan pencegahan, yaitu pembersihan terhadap lumut dan karat, pengecatan, serta penggantian atau perbaikan elemen yang rusak. Pemeliharaan elemen lunak meliputi penyiraman, pemangkasan, penyiangan gulma, pemupukan, penggemburan tanah, pengendalian hama dan penyakit, penyulaman dan pemindahan tanaman. Penyiraman Carpenter et al. (1975) mengemukakan beberapa faktor penting dalam penyiraman, yaitu :

19 10 1. Memberikan air yang cukup untuk merendam tanah pada kedalaman 15 cm atau lebih; 2. Memberikan air dengan kecepatan yang meminimalkan aliran permukaan; 3. Melakukan penyiraman yang rutin pada tanaman yang baru ditanam; 4. Tidak mengabaikan kebutuhan penguapan dalam pertumbuhan tanaman; 5. Tidak memberikan air yang berlebihan pada tanaman. Menurut Arifin dan Nurhayati (2000) penyiraman dapat memudahkan perakaran tanaman menyerap larutan hara yang tersedia di dalam tanah dan meningkatkan kelembaban tanah untuk mencegah kelayuan tanaman akibat proses evapotranspirasi. Di dalam penyiraman perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas air yang digunakan. Air yang digunakan sebaiknya air bersih, bebas segala bahan organik, zat kimia atau bahan-bahan lainnya yang dapat mengganggu dan merusak pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Sedangkan menurut Sulistyantara (2002) penyiraman dilakukan dengan memperhatikan musim dan cuaca. Pada musim penghujan mungkin tidak perlu dilakukan penyiraman, sedangkan pada musim kemarau mungkin perlu dilakukan dua kali penyiraman per hari. Angin yang kencang akan meningkatkan penguapan sehingga frekuensi penyiraman perlu ditambah. Pemangkasan Waktu dilakukannya pemangkasan untuk setiap bagian tanaman adalah tergantung alasan dilakukannya pemangkasan, tetapi banyak sekali ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan praktis. Pertimbangan-pertimbangan khusus yang harus diperhatikan untuk pemangkasan yaitu : penguapan yang berlebihan, kenyamanan, dan penyebaran penyakit. Sulistyantara (2002) menjelaskan bahwa pemangkasan sangat berpengaruh terhadap kualitas pertumbuhan tanaman. Pemangkasan ini bertujuan untuk : Memperbaiki lingkungan pertumbuhan tanaman, yaitu mengatur penerimaan sinar matahari, temperatur dan kelembaban.

20 11 Memelihara atau mengurangi ukuran tanaman sebagai upaya mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak teratur serta mendapat bentuk baru yang sesuai dengan keragaman (desain). Membuang cabang dan ranting yang rusak/mati dan mengganggu fasilitas. Merangsang pertumbuhan tunas, bunga dan buah. Pemupukan Carpenter et al. (1975) mengemukakan bahwa pupuk bukan pengganti cahaya matahari dan air, tapi merupakan salah satu faktor lingkungan yang harus seimbang untuk menciptakan tanaman yang sangat potensial. Sedangkan menurut Arifin (2000) pemupukan yang efektif haruslah diserap oleh perakaran pohon yaitu akar rambut yang sebagian besar berada disekitar tajuk pohon. Pemupukan tanaman mempunyai prinsip menyuplai hara tambahan yang dibutuhkan tanaman sehingga tanaman tidak kekurangan makanan, pupuk yang diberikan dapat berupa pupuk organik maupun pupuk anorganik (Arifin dan Nurhayati, 2000). Tanah yang baik adalah tanah yang mempunyai cukup unsur hara, strukturnya gembur dan remah sehingga udara dan air tanah berjalan lancar, temperaturnya stabil yang dapat memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Pengendalian Gulma Secara sederhana gulma didefinisikan sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki di pertanaman. Arifin dan Nurhayati (2000) mengemukakan bahwa kehadiran gulma ini dinilai merugikan karena secara estetika akan mengganggu keindahan taman dan secara fungsi akan mengurangi hara, pemanfaatan sinar matahari, air tanah, dan tempat tumbuh yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman utama. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual, yaitu dicabut dengan menggunakan alat seperti kored dan cangkul. Hal ini bisa dilakukan apabila ukuran taman tidak terlalu luas.

21 12 Pendangiran atau Penggemburan Tanah Sternloff dan Warren (1984) mengemukaan bahwa tujuan dari pendangiran atau penggemburan tanah adalah untuk menyediakan udara bagi akar tanaman. Sedangkan menurut Sulistyantara (2002) penggemburan bertujuan untuk memperbaiki keadaan tanah sehingga keadaan granulasi, udara tanah, dan air tanah tetap baik. Arifin dan Nurhayati (2000) menjelaskan bahwa pengolahan tanah yang baik dan dilakukan penggemburan dengan frekuensi tertentu, selain memberikan aerasi tanah yang baik juga dapat membunuh hama dan lundi-lundi yang ada di dalam tanah. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit yang menyerang tanaman dapat menimbulkan gangguan dan kerusakan pada tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap hama dan penyakit tersebut. Menurut Arifin dan Nurhayati (2000) pengendalian terhadap gangguan hama yang efektif dapat dilakukan dengan cara mengenal jenis hama yang biasa menyerang tanaman taman. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara karantina, mekanis dan fisik, teknik budidaya, biologi, serta kimiawi dengan menggunakan pestisida. Pengendalian hama dan penyakit bukan hanya pemberantasan secara langsung, tetapi juga mencakup tindakan pencegahan terhadapnya. Pencegahan hama dapat dilakukan dengan menjaga lingkungan taman agar tetap bersih dan sehat. Lingkungan yang kotor, lembab, dan kurangnya sinar matahari, sangat baik bagi pertumbuhan hama dan penyakit tanaman (Sulistyantara, 2002). Perumahan Menurut Soemardjan (1992) hakekat rumah (perumahan) dapat diungkapkan lebih baik apabila rumah dikaitkan dengan manusia yang menempatinya. Rumah merupakan pengenjawantahan diri pribadi manusia dan pusat realisasi kehidupan manusia. Manusia bukanlah makhluk hidup yang sudah lengkap dan sempurna tetapi merupakan potensi berbagai bakat dan kemampuannya. Potensi itu pada dasarnya diaktualisasikan dalam lingkungan rumah; dalam rumah manusia dididik, dibentuk dan dapat berkembang menjadi

22 13 seorang pribadi.wiradisuria (1992) menyatakan bahwa rumah dan perumahan seyogyanya dipandang sebagai bagian dari lingkungan pemukiman dan lingkungan pemukiman dipandang sebagai bagian dari lingkungan hidup. Nurisyah dan Pramukanto (1995) menyatakan bahwa diantara berbagai kemajuan mengenai perencanaan pemukiman, walaupun ditemukan beberapa keragaman bentuk perumahan, tetapi umumnya cenderung menuju pada suatu bentuk pertamanan dalam komplek perumahan (park housing complex). Model kawasan pemukiman seperti ini dinilai dapat merupakan suatu tempat dan lingkungan hunian yang akan memberikan pada setiap warganya suatu lingkungan kehidupan yang baik dalam arti memuaskan, menyamankan, dan menyenangkan. Lingkungan seperti ini akan dapat menunjang tiap individu yang bermukim di dalamnya untuk mengkreasikan seluruh aktivitas kehidupannya secara maksimum baik aktivitas jasmani maupun rohani. Lanskap pe mukiman Tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar manusia yang terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah membangun berbagai sarana pemukiman yang layak bagi masyarakat. Menurut Simonds (1983) pemukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki bersama ruang terbuka dan merupakan kelompok yang cukup kecil untuk melibatkan semua anggota keluarga dalam suatu aktivitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain dan daerah penyangga. Lingkungan pemukiman yang ideal adalah dengan terdapatnya fasilitasfasilitas lokal yang tersusun rapi dalam suatu kelompok hunian yang berada pada pusat pemukiman, adanya hubungan antar rumah dengan hadirnya pedestrian untuk pejalan kaki, taman yang tersebar secara radial, sedangkan hubungannya dengan lingkungan luar, dan terdapatnya akses lalu lintas yang mudah (Eckbo, 1964). Tujuh karakteristik yang harus diperhatikan dalam perencanaan kawasan pemukiman agar layak huni menurut Chiara dan Koppelman (1990), yaitu : 1. Kondisi tanah dan lapisan tanah; 2. Air tanah dan drainase; 3. Bebas-tidaknya dari bahaya banjir permukaan;

23 14 4. Bebas-tidaknya dari bahaya-bahaya topografi; 5. Pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas; 6. Potensi untuk pengembangan ruang terbuka; 7. Bebas tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk.

24 15 METODOLOGI Tempat dan Waktu Tempat pelaksanaan kegiatan magang adalah di PT Jaya Real Property Tbk. bagian Pengelolaan dan Perawatan yang terletak di Jalan Boulevard Raya, Blok. N1 No. 01 A, Paku Jaya Serpong Tangerang. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan Maret 2006 sampai dengan Juni 2006 dengan jam kerja mulai hari Senin sampai hari Jumat dari pukul WIB. Peta indeks Gambar 1.Peta Lokasi Magang

25 16

26 17 Metode Metode kerja yang dilakukan adalah survey lapangan dengan partisipasi aktif dalam pekerjaan di lapangan pada aspek pengelolaan lanskap. Analisis terhadap data hasil kerja dilakukan secara deskriptif, baik kuantitatif maupun kualitatif. Data diperoleh dari data primer dengan melakukan pengamatan langsung di lapang dan wawancara dengan karyawan PT Jaya Real Property Tbk Unit Pengelolaan dan Perawatan Graha Raya Kecamatan Serpong dan Pondok Aren, kontraktor serta warga di daerah perumahan Graha Raya sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur. Yaitu yang berasal dari buku-buku, brosur dan sumber pustaka lainnya. Aspek, jenis, bentuk, sumber dan cara pengambilan data magang dapat dilihat pada Tabel 1. Pada kegiatan magang ini, aspek pemeliharaan dan pengelolaan pemeliharaan pada lanskap pemukiman, menjadi kasus yang diminati secara khusus untuk dipelajari dan dibahas. Sedangkan kegiatan-kegiatan lain di studio dan di lapangan juga tetap diikuti sebagai kegiatan partisipasi yang merupakan bagian dari kegiatan magang secara keseluruhan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman kerja praktis, dan dikaitkan dengan aspek pemeliharaan. Tabel 1. Jenis, Bentuk, Sumber dan Cara Pengambilan Data Magang No Aspek Jenis Data Sumber Cara 1. FISIK/BIOFISIK Letak, luas, dan aksesibilitas permukiman Iklim, jenis tanah, curah hujan, kelembaban udara, dan kecepatan angina Perumahan Graha Raya Badan Meteorologi dan Geofisika Pengambilan Survei lapangan, wawancara, dan studi pustaka Survei lapangan dan studi pustaka Vegetasi dan satwa Sirkulasi, utilitas, dan fasilitas Perumahan Graha Raya Perumahan Survei dan studi pustaka Survei,

27 18 2. SOSIAL Sosial ekonomi penghuni kawasan 3. PEMELIHARAAN Pemeliharaan fisik tanaman Pengelolaan lembaga Tenaga kerja (efektivitas) Graha Raya Perumahan Graha Raya Lapangan Perumahan Graha Raya Perumahan Graha Raya wawancara dan studi pustaka Wawancara dan studi pustaka Survei, wawancara Wawancara, studi pustaka Survei lapangan dan studi pustaka Kerangka Kerja Magang Kegiatan ini dikelompokkan kedalam tiga kegiatan utama yaitu kegiatan sebelum magang, selama magang, dan setelah magang (Gambar 2). Kegiatan sebelum magang merupakan kegiatan persiapan yang meliputi penentuan lokasi, survey awal lokasi, pembuatan proposal, perizinan, dan kolokium. Kegiatan selama magang meliputi aktivitas rutin setiap hari seperti pengumpulan data, proyek lapang yaitu mengawasi dan mengikuti pelaksanaan pemeliharaan kawasan yang dilakukan tenaga kerja serta mempelajari administrasi perusahaan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, pengelolaan tenaga kerja dan biaya pemeliharaan. Kegiatan setelah magang adalah pembuatan laporan yang mengambil data hasil kompilasi dari kegiatan lapang, kegiatan studio, dan kegiatan administrasi. Batasan Studi Ruang lingkup dari kegiatan magang ini yaitu pengelolaan pemeliharaan pada lanskap Perumahan Graha Raya Kecamatan Serpong dan Pondok Aren.

28 19 Studi Pustaka Kunjungan awal ke lokasi Persiapan : - proposal dan perizinan kegiatan magang Sebelum magang Pengenalan lapang : - Perkenalan dengan staf - Mempelajari kondisi lapang - - Selama magang Aktivitas Lapang : - Pengumpulan data - Terlibat dalam proses pemeliharaan Kegiatan lapang : Mengawasi dan mengikuti pelaksanaan pemeliharaan lanskap Kegiatan administrasi : Mempelajari sejarah dan struktur organisasi perusahaan, pengelolaan tenaga kerja dan biaya pemeliharaan Analisis dan Sintesis Data Evaluasi kegiatan magang Rekomendasi Sesudah magang Gambar 3. Bagan Alur Kerja Magang Di Perumahan Graha Raya

29 20 KONDISI UMUM LOKASI Sejarah Perkembangan Proyek Perumahan Graha Raya Bisnis inti PT Jaya Real Property, Tbk adalah pengembangan kota satelit Bintaro Jaya yang secara bertahap dirancang untuk cakupan wilayah seluas hektar. Dari wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa unit (bagian) diantaranya Bintaro sektor satu, Bintaro sektor dua, Bintaro sektor tiga, sampai Bintaro sektor sembilan dan Unit Graha Raya. Konsep pengembangan lanskap di Bintaro berbentuk memanjang dari sektor satu sampai sektor sembilan tetapi untuk Graha Raya pengembangannya per cluster. Pada awalnya perumahan Graha Raya merupakan perumahan yang dikembangkan oleh PT Kebayoran Regency, pembebasan tanahnya dilakukan oleh PT Panca Muara Jaya dan PT Paku Jaya Perkasa. Proyek perumahan ini terletak di Desa Paku Jaya, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang. Sistem yang dilaksanakan oleh pengembang adalah membangun terlebih dahulu baru dipasarkan ke masyarakat luas, oleh karena itu banyak rumah yang kosong karena belum terjual. Penyebabnya adalah karena sulitnya akses untuk menuju Graha Raya yang hanya melalui jalan Raya Ciledug. Pada akhir tahun 1995 PT Jaya Real Property membeli perumahan tersebut dan serah terima dilakukan pada tahun Selanjutnya dilakukan pembukaan akses dari dan menuju Bintaro Jaya untuk memudahkan dalam pemasaran rumahrumah tersebut. Graha Raya merupakan salah satu unit yang pengelolaannya dipegang oleh kantor pusat Bintaro Jaya. Hal ini menjadi kurang efektif karena kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh para pegawai dikarenakan jarak yang terlalu jauh, sehingga pengelolaan kurang memuaskan. Barulah pada tanggal 1 Januari 2004 bagian pengelolaan memisahkan diri. Pemisahan merupakan hasil Raker pada tahun 2002 berupa pencanangan dan dipertegas pada tahun 2003 bahwa Graha Raya merupakan unit tersendiri baik pengelolaan maupun marketingnya. Pihak Jaya Real Property membangun kantor pengelolaan di Graha Raya sehingga diharapkan pemeliharaan dan pengelolaan menjadi lebih efektif dan efisien. Pada akhir tahun 2003 dilakukan pengurusan angkot ke Organda Tangerang sebagai salah satu syarat agar orang-orang dapat lebih mudah dalam

30 21 hal aksesibilitas, dan dibukalah jalur angkot D09. Untuk saat ini akses menuju Graha Raya dapat ditempuh dari Ciledug, Serpong dan Bintaro Jaya. Rencana Pembangunan Perumahan Graha Raya Perumahan Graha Raya yang terletak di Kecamatan Serpong dan Pondok Aren, merupakan daerah berpotensi baik untuk dikembangkan menjadi kawasan pemukiman yang nyaman dan berkualitas. Graha Raya memiliki lokasi yang strategis yaitu terletak di dekat BSD (Bumi Serpong Damai), Perumahan Alam Sutera, Villa Melati Mas Regency sehingga aksesibilitas dari dan menuju ke Graha Raya sangat mudah. Segmentasi pasar dari pembangunan Graha Raya pada awalnya adalah middle low (masyarakat menengah ke bawah) tetapi rencana ke depannya juga akan ditujukan bagi middle up (masyarakat menengah ke atas). Sebagai pemukiman kota yang berskala besar, di kawasan ini direncanakan akan dibangun berbagai macam sarana dan prasarana guna memenuhi berbagai macam kebutuhan penghuni. Fasilitas yang bersifat pelayanan untuk penghuni diantaranya adalah sarana untuk berbagai kegiatan sosial dan umum, termasuk tempat rekreasi dan olahraga yang akan dibangun dan dikelola oleh pelaku usaha kegiatan yang bersangkutan. Letak, Luas dan Aksesibilitas Graha Raya Secara administratif, Perumahan Graha Raya termasuk kedalam wilayah Desa Paku Jaya, Kecamatan Serpong, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten. Graha Raya terletak di segitiga emas antara Ciledug, Tangerang dan Cipondoh. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bojong, sebelah timur berbatasan dengan Cipondoh dan Sudimara Pinang, sebelah selatan berbatasan dengan Bintaro Jaya, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Paku Jaya. Perumahan Graha Raya memp unyai lahan seluas ± 250 ha dimana ± 200 ha telah dibangun dan ± 50 ha masih berupa lahan kosong. Lahan-lahan yang masih kosong yang berada di pinggir jalan disewakan kepada para pedagang tanaman hias ataupun masyarakat sekitar untuk dimanfaatkan bagi pembukaan usaha yang bersifat sementara.

31 22 Jalan utama yang menghubungkan permukiman Graha Raya dengan kota Jakarta atau sekitarnya adalah Jalan Tol TB Simatupang. Graha Raya dapat ditempuh melalui beberapa jalan alternatif yaitu dari arah Bintaro, dari arah Serpong, dari arah Sudimara Pinang, dan dari arah Cipondoh. Jaringan jalan di dalam kawasan ini meliputi meliputi tiga kelas, yaitu jalan utama (jalan arteri), jalan lingkungan (jalan kolektor) dan jalan sub kolektor. Jalan utama terdiri atas dua jalur dimana kedua jalan tersebut dipisahkan oleh jalur hijau. Jalan kolektor menghubungkan fasilitas-fasilitas penunjang jalan utama di dalam cluster. Jalan kolektor ini dilengkapi dengan sistem utilitas, misalnya jaringan air minum, air limbah, aliran air hujan dan sistem penerangan jalan. Jalan sub kolektor merupakan jalan yang menghubungkan blok antar rumah di dalam kawasan perumahan. Iklim Berdasarkan data iklim yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika stasiun Klimatologi Pondok Betung tahun , diketahui bahwa suhu rata-rata bulanan di Graha Raya adalah 27,4 o C dengan suhu maksimum 28 o C pada bulan Nopember dan suhu minimum 26,5 o C pada bulan Januari. Data curah hujan kawasan perumahan Graha Raya menunjukkan bahwa jumlah curah hujan rata-rata adalah 2169 mm/tahun, tertinggi pada bulan Februari sebesar 332 mm dan terendah pada bulan Agustus sebesar 58 mm. Kelembaban udara rata-rata adalah 79 %. Kelembaban bulanan maksimum terjadi pada bulan Februari sebesar 84 % dan kelembaban bulanan minimum terjadi pada bulan September sebesar 72 %. Persentase rata-rata dari lamanya penyinaran matahari bulanan adalah 54 % dengan lama penyinaran matahari bulan tertinggi yaitu pada bulan Agustus sebesar 71 % dan terendah pada bulan Februari sebesar 35 %. Kecepatan angin berkisar antara 3,5 km/jam-5,2 km/jam. Jenis Tanah Tanah sebagai media tumbuh bagi tanaman sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman. Pengaruh tersebut meliputi banyak hal, bukan saja

32 23 kesuburannya tetapi menyangkut derajat kemasaman (ph), struktur, tekstur, air tanah, maupun mikroba yang ada dalam tanah. Tanah di Perumahan Graha Raya termasuk kedalam jenis tanah asosiasi latosol merah yaitu jenis tanah yang memiliki tekstur halus, drainasenya sedang sampai agak terhambat, dan terdiri dari bahan induk tuf volkan intermediat. Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, bersifat gembur dan agak masam dengan ph (4,5 6,6). Tanah latosol merah mempunyai daya serap air yang tinggi, sehingga pada kondisi basah tanah akan lengket dan pada kondisi kering akan berbongkah-bongkah. Fisiografi bentuk wilayahnya adalah kipas volkan datar agak berombak. Vegetasi dan Satwa Jenis vegetasi dan satwa yang ada di Graha Raya ada bermacam-macam. Vegetasi yang banyak ditemui di sepanjang jalan merupakan jenis pohon besar yang berfungsi sebagai tanaman peneduh. Tanaman tersebut antara lain Pterocarpus indicus, Cerbera mangkas, Pinus merkusii, Polyalthia longifolia, Wodyetia bifurcata, dan sebagainya. Untuk jalur hijau di sepanjang jalan berupa groundcover (Rhoeo discolor, Zephyranthes sp, Aranchis pitoi, Chlorophytum comosum, Widelia biflora, Portulaca grandiflora, Cuphea sp.) semak diantaranya Agave americana, Acalypha godseffiana, Aresine herbstii, Russelia equisetiformis, Bougainvillea spectabilis dan pohon seperti Cerbera mangkas, Ficus lyrata, Araucaria heterophylla. Vegetasi penyusun tata hijau di kawasan Graha Raya memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai pembentuk ruang, pengontrol kebisingan, pengontrol visual, pengarah, estetika, habitat satwa, serta fungsi-fungsi pendukung lainnya. Peletakan tanaman pada tiap-tiap lokasi disesuaikan dengan fungsi yang dibutuhkan pada lokasi tersebut. Secara rinci jenis tanaman tersebut dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan satwa yang terdapat di Kawasan Perumahan Graha Raya antara lain adalah dari jenis burung seperti burung gereja (Orthotomus sp), burung layang-layang (Collocalia esculenta), dari jenis mamalia seperti kambing (Capra hircus), kucing (Felis domesticus), dari jenis reptil seperti kadal (Mabuya multifasciata), cecak (Hemidactylus frenatus), biawak (Varamus salvator).

33 24 Fasilitas Permukiman Fasilitas yang ada di Graha Raya terdiri dari fasilitas umum, fasilitas khusus dan fasilitas sosial. Semua fasilitas tersebar pada tapak permukiman sehingga mudah dicapai oleh seluruh penghuninya. Tabel 2. Data Fasilitas Graha Raya No Jenis Fasilitas Jumlah Unit Luas/Unit 1. Pos Polisi m 2 2. Taman kanak-kanak m 2 3. Mesjid m 2 4. Mushola m 2 5. Sport centre m 2 6. Taman bermain/lapangan olahraga m 2 7. Taman m 2 Fasilitas umum ditempatkan pada lokasi yang mudah dicapai oleh penghuni dari segala arah. Fasilitas masjid dan TK diletakkan pada tapak yang mempunyai aksesibilitas tinggi. Fasilitas komersil seperti ruko atau mini market juga disediakan di Graha Raya. Letaknya berada di dekat jalan raya sehingga mudah dicapai. Fasilitas pelayanan yang diberikan pihak pengelola kawasan adalah pelayanan keamanan 24 jam, sehingga penghuni merasa aman dan nyaman. Gambar 4. Pos polisi Gambar 5. Masjid di Cluster Anggrek Loka

34 25 Fasilitas khusus seperti taman bermain/lapangan olahraga ditempatkan menyebar pada seluruh tapak pemukiman yang bertujuan untuk mempermudah pengguna taman bermain tersebut. Biasanya untuk tiap cluster memiliki taman bermain/lapangan olahraga sendiri sehingga tidak mengganggu penghuni cluster lain. Sedangkan untuk sport centre ditempatkan pada satu lokasi yang mempunyai area luas dan strategis. Penghuni yang ingin berenang atau berolahraga dapat mengunjungi tempat ini dan membayar biaya masuk dengan harga yang telah ditentukan. Warga di luar Graha Raya juga dapat berolahraga di tempat ini dan dikenakan biaya masuk. Gambar 6. Taman bermain Gambar 7. Kolam renang Keadaan Sosial dan Ekonomi Berdasarkan data yang diperoleh dari pihak pengelola, kawasan perumahan Graha Raya dihuni oleh 3500 kepala keluarga yang terdiri atas karyawan berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta serta masyarakat umum. Masyarakat sekitar kawasan perumahan Graha Raya pada umumnya berasal dari masyarakat golongan menengah kebawah dengan tingkat pendidikan relatif rendah. Sebagian besar masyarakat sekitar bekerja dalam bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, industri kecil, jasa dan perdagangan. Warga yang tinggal di Graha Raya dan sekitarnya kebanyakan menganut agama Islam, sebagian kecil beragama Katolik, Protestan dan Budha. Adanya kawasan pemukiman ini merupakan lapangan pekerjaan yang potensial bagi masyarakat sekitar kawasan tersebut. Salah satu usaha yang dikembangkan yaitu penjualan tanaman hias. Biasanya penduduk sekitar

35 26 menyewa lahan kosong yang ada di Graha Raya untuk jangka waktu yang telah disepakati kedua belah pihak dan bersifat sementara. Gambar 8. Pedagang tanaman hias

36 27 KONSEP PENGEMBANGAN LANSKAP PERUMAHAN GRAHA RAYA Konsep Dasar Konsep dasar pengembangan lanskap di perumahan Graha Raya adalah pemanfaatan potensi alam secara optimal yang disesuaikan dengan land bank, permintaan konsumen, dan kebutuhan konsumen yang nantinya diwujudkan pada pengembangan tiap cluster. Konsep yang diterapkan adalah Graha Raya Lokasi Strategis karena letaknya yang berdekatan dengan BSD dan Alam Sutera sehingga akses sangat mudah dan ditunjang dengan fasilitas yang lengkap..biasanya lahan-lahan kosong yang berada dipinggiran kawasan terlebih dahulu dikembangkan untuk pembangunan, barulah setelah itu yang berada di tengah kawasan dan letaknya strategis dikembangkan karena nilai jualnya yang lebih tinggi. Bangunan yang ditampilkan di Graha Raya adalah bergaya modern minimalis, biasanya gerbang masuk ke tiap cluster dibuat menarik yang dilengkapi dengan pos satpam.calon konsumen biasanya menginginkan suatu desain rumah yang sesuai dengan keinginannya sehingga permintaan (demand) sangat mempengaruhi perkembangan lanskap di Graha Raya. Pihak Pengembang biasanya melaksanakan pembangunan dalam jumlah yang banyak untuk tiap cluster agar efisien dalam pembiayaan. Biasanya rumah yang belum terjual pada cluster tersebut akan menjadi rumah stok. Pengembangan lanskapnya juga disesuaikan dengan kebutuhan, biasanya pihak pengembang melakukan pembangunan untuk hunian dan komersil. Lahan-lahan yang berada di dekat jalan raya biasanya dikembangkan untuk wilayah komersil. Gambar 9a. Gerbang masuk cluster Gambar 9b. Gerbang masuk cluster

37 28 Konsep Sirkulasi Sirkulasi merupakan hal yang terpenting dalam pengembangan suatu perumahan, sehingga diperlukan pengelolaan yang efektif. Sirkulasi jalan utama dibagi dua jalur untuk menjamin keamanan pengguna jalan, karena kecepatan rata-rata kendaraan yang melintas jalan utama relatif tinggi yaitu 70 km/jam. Jaringan jalan yang ada di dalam kawasan ini meliputi tiga kelas, yaitu 1. Jalan utama (jalan arteri) yang terdiri dari dua tipe yaitu: a. Jalan arteri dua jalur, masing-masing selebar 10 m dan 12 m dengan median jalur hijau 2,5 m dan bahu jalan sebesar 2,5 m b. Jalan arteri satu jalur dengan dua arah berlawanan selebar 12 m dengan bahu jalan 2,5 m. 2. Jalan lingkungan (jalan kolektor), yaitu jalan yang menghubungkan antara jalan utama dengan jalan masuk ke setiap lingkungan pemukiman. 3. Jalan sub kolektor, yaitu jalan yang melintasi setiap cluster di sebuah lingkungan pemukiman. Jalan arteri dan jalan kolektor dihubungkan dengan daerah persimpangan yaitu berupa pertigaan jalan, perempatan jalan, bundaran jalan. Persimpangan ditata sesuai aspek fungsional maupun estetika, sehingga dapat memberikan rasa aman, menunjukkan identitas dan orientasi tempat, serta menarik perhatian pengguna jalan. Jalan kolektor menghubungkan fasilitas-fasilitas penunjang jalan utama di dalam cluster. Jalan kolektor ini dilengkapi dengan sistem utilitas, misalnya jaringan air minum, air limbah, aliran air hujan dan sistem penerangan jalan. Jalan sub kolektor merupakan jalan yang menghubungkan blok antar rumah di dalam kawasan perumahan. Gambar 10a. Jalan Boulevard Raya Gambar 10b. Jalan Boulevard Raya

38 29 Gambar 11. Jalan Kolektor Gambar12. Jalan Sub Kolektor Konsep Tata Hijau Vegetasi penyusun tata hijau di kawasan Graha Raya memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai pembentuk ruang, pengontrol kebisingan, pengontrol visual, pengarah, estetika, habitat satwa, serta fungsi-fungsi pendukung lainnya. Tanaman bintaro merupakan tanaman yang menjadi ciri khas di kawasan ini karena merupakan satu kesatuan wilayah dengan Bintaro Jaya namun letaknya disesuaikan dengan fungsi yang dibutuhkan pada lokasi tersebut, begitu juga untuk tanaman yang lain. Untuk tanaman di sepanjang jalan utama biasanya dihadirkan dengan pemb uatan pola penanaman secara berkelompok di sepanjang kiri dan kanan jalan sebagai tanaman peneduh serta median jalan sebagai pengarah. Tanaman sebagai pengontrol kebisingan ditempatkan terutama yang dekat dengan lokasi perkantoran, perumahan dan bangunan-bangunan lainnya mengingat kecepatan rata-rata dan intensitas kendaraan yang cukup tinggi dan sebagai penambah nilai estetika. Tanaman yang ditanam antara lain adalah Pterocarpus indicus, Cerbera mangkas, Pinus merkusii, Polyalthia longifolia, Wodyetia bifurcata, dan sebagainya. Jenis pohon yang ditanam di Perumahan Graha Raya adalah yang berumur panjang (tahunan). Untuk semak dipilih tanaman kategori tanaman berbunga cerah dan untuk rumput dipilih kategori yang tahan kekurangan air pada musim kemarau.

39 30 Gambar 13. Peletakan tanaman peneduh di sepanjang jalan utama Pada jalan kolektor dan sub kolektor lebih banyak difungsikan sebagai pengontrol visual, karena kendaraan cenderung berjalan dengan kecepatan rendah dan intensitasnya relatif sedikit. Tanaman yang ditampilkan adalah Hibiscus rosasinensis, Cerbera mangkas, Cordyline terminalis, Nerium oleander, Iresine herbstii, dan sebagainya. Tanaman pengontrol visual juga digunakan untuk menghalangi pemandangan yang kurang baik, misalnya bambu (Bambusa multiplex) yang ditanam secara berkelompok. Tiap rumah di Graha Raya ditanami 1 tanaman peneduh di depan rumahnya. Pada tempat-tempat yang strategis seperti taman gerbang, taman lingkungan digunakan tanaman berdaun cerah baik tanaman individual maupun kelompok yang menambah nilai estetika. Tanaman tersebut antara lain Bougainvillea spectabilis, Cuphea sp, Pandanus sp, dan sebagainya. Gambar 14. Peletakan tanaman di jalan kolektor

40 31 Konsep Utilitas Menurut Koestoer (1995) utilitas umum merupakan bangunan-bangunan yang dibutuhkan dalam sistem pelayanan lingkungan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pembangunan swasta, seperti penyediaan yang menyangkut jaringan air bersih, listrik, pembuangan sampah, telepon dan gas. Konsep utilitas yang dikembangkan adalah sistem jaringan yang memberikan keamanan, kenyamanan dan keindahan lanskap di Graha Raya. Jaringan utilitas yang ada di Graha Raya terdiri atas : 1. Jaringan listrik Graha Raya memiliki dua jenis pemasangan jaringan kabel-kabel listrik yaitu jaringan yang berada di atas permukaaan tanah dan yang berada/tertanam di dalam tanah (Under Ground Power Supply). Jaringan bawah tanah digunakan pada penerangan jalan utama atau regional sedangkan pada tiap cluster ada yang menggunakan jaringan dalam tanah dan ada juga yang menggunakan jaringan di atas permukaan tanah. Jaringan kabel yang dipasang didalam tanah memberi kebebasan pada tanaman untuk tumbuh tanpa harus dipangkas pada ketinggian tertentu. Sedangkan kekurangan pada sistem ini adalah kesulitan untuk mencari sumber kerusakan apabila ada listrik yang tidak berfungsi dan biayanya yang mahal. Jaringan kabel yang dipasang di atas permukaan tanah akan mudah diperbaiki jika ada kerusakan pada salah satu jaringannya tetapi mengurangi nilai keindahan di lingkungan tersebut karena adanya kabel-kabel yang melintasi rumah-rumah. Daya listrik untuk tiap rumah sebesar 1300 watt yang bersumber dari PLN cabang Tangerang. 2. Jaringan Telepon Sistem pemasangan jaringan telepon yaitu menggunakan jaringan yang berada di atas permukaan tanah. Fasilitas telepon umum hanya disediakan di beberapa lokasi di kawasan Graha Raya seperti di dekat Sport Centre dan ruko.

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERUMAHAN GRAHA RAYA KECAMATAN SERPONG DAN PONDOK AREN FEBBY LESTARI A 34202006 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan atau pengorganisasian suatu kegiatan pemeliharaan bergantung pada berbagai faktor yang terdapat pada lokasi seperti pengunjung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permukiman Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 merumuskan pengertian dasar terhadap perumahan dan permukiman. Perumahan merupakan tempat untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap adalah suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang 12 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu Magang Kegiatan magang berlangsung sekitar tiga bulan (Tabel 1) dimulai pada bulan Februari dan berakhir pada bulan Mei Tabel 1 Kegiatan dan Alokasi Waktu Magang Jenis Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Administratif Kawasan permukiman skala besar Bumi Serpong Damai (BSD City) secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Serpong

Lebih terperinci

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya. Pemeliharaan direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan disain

Lebih terperinci

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN

MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN MG XIV PRINSIP PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN Dr KASWANTO M.K. PENGELOLAAN LANSKAP BERKELANJUTAN (ARL 521) DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN - INSTITUT PERTANIAN BOGOR Senin, 23 Mei 2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

ANALISIS DAN SINTESIS

ANALISIS DAN SINTESIS 55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran manusia makin meningkat dalam mencapai suatu prestasi yang tinggi, maka negara-negara yang

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap dan Lanskap Kota Lanskap merupakan suatu bagian dari muka bumi dengan berbagai karakter lahan/tapak dan dengan segala sesuatu yang ada di atasnya baik bersifat alami maupun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK BAB IV ANALISA TAPAK 4.1 Deskripsi Proyek 1. Nama proyek : Garuda Bandung Arena 2. Lokasi proyek : Jln Cikutra - Bandung 3. Luas lahan : 2,5 Ha 4. Peraturan daerah : KDB (50%), KLB (2) 5. Batas wilayah

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di Provinsi Lampung. Padang Golf Sukarame didirikan oleh Perkumpulan Golf Lampung (PGL).

Lebih terperinci

Pemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management)

Pemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management) Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) Pemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management) Siti Nurul Rofiqo Irwan, SP. MAgr, PhD. Tujuan Memahami dasar pemeliharaan dan pengelolaan lanskap Mengaplikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap Pengelolaan lanskap merupakan sebuah upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pemeliharaan Lanskap Stoner dan Freeman (1984) menyatakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian anggota organisasi

Lebih terperinci

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK HANDOUT PERKULIAHAN MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU PROF. Dr. H. MAMAN HILMAN, MPd, MT. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

REKOMENDASI Peredam Kebisingan

REKOMENDASI Peredam Kebisingan 83 REKOMENDASI Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan penilaian, maka telah disimpulkan bahwa keragaman vegetasi di cluster BGH memiliki fungsi ekologis yang berbeda-beda berdasarkan keragaman kriteria

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Lalu Lintas Taman Lalu Lintas merupakan wadah atau tempat bermain dan belajar berlalu lintas, baik untuk anak-anak maupun siapa saja yang peduli dan ingin mempelajari

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA

VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA VI. PERENCANAAN HUTAN KOTA 6.1. Konsep Hutan Kota Perencanaan hutan kota ini didasarkan pada konsep hutan kota yang mengakomodasi kebutuhan masyarakat kota Banjarmasin terhadap ruang publik. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota identik dengan adanya bangunan-bangunan yang dibuat manusia. Bangunan perumahan, perkantoran, serta sarana umum dibangun demi kepentingan manusia (Nazaruddin,

Lebih terperinci

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004)

VII. RENCANA TAPAK. Tabel 15. Matriks Rencana Pembagian Ruang, Jenis Aktivitas dan Fasilitas (Chiara dan Koppelman, 1990 dan Akmal, 2004) VII. RENCANA TAPAK Tahap perencanaan ini adalah pengembangan dari konsep menjadi rencana yang dapat mengakomodasi aktivitas, fungsi, dan fasilitas bagi pengguna dan juga makhluk hidup yang lain (vegetasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas

TINJAUAN PUSTAKA. Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansekap Secara spesifik lansekap adalah suatu areal lahan atau daratan yang memiliki kualitas visual bentukan lahan, formasi batuan, elemen air, dan pola tanaman yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (a)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (a) 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai ini dilakukan di tiga lokasi lapangan bola yang dipakai dalam Kompetisi Liga Super (Gambar 10) yaitu Stadion Singaperbangsa yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada tanggal 1 Juli 2010 hingga tanggal 20 Agustus 2010. Lokasi penelitian terletak di Padang Golf Sukarame. JL. H. Endro Suratmin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN PERTAMANAN KOTA DI KOTA BANDUNG

PEMELIHARAAN PERTAMANAN KOTA DI KOTA BANDUNG PEMELIHARAAN PERTAMANAN KOTA DI KOTA BANDUNG Oleh: Anti Sulistiastuti A02497008 JURUSAN BUDIDA YA PERTANIAN FAKULTASPERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001 r " Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT. Oleh: RIZKA FITRIYANI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT. Oleh: RIZKA FITRIYANI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN VILA KOTA BUNGA PUNCAK, CIPANAS, JAWA BARAT Oleh: RIZKA FITRIYANI A44051893 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT. Instructional Designer Rehulina Apriyanti, ST., MT. Lia Rosmala S., ST.,MT. Multimedia

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Pe rancangan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Perencanaan adalah suatu alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS

BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS BAB II LANGKAH PERTAMA KE NIAS Langkah kami setelah mencari tahu dan segala informasi tentang Pulau Nias adalah survey langsung ke lokasi site untuk Tugas Akhir ini. Alangkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini menunjukkan kualitas estetika pohon-pohon dengan tekstur tertentu pada lanskap jalan dan rekreasi yang bervariasi. Perhitungan berbagai nilai perlakuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB VI R E K O M E N D A S I

BAB VI R E K O M E N D A S I BAB VI R E K O M E N D A S I 6.1. Rekomendasi Umum Kerangka pemikiran rekomendasi dalam perencanaan untuk mengoptimalkan fungsi jalur hijau jalan Tol Jagorawi sebagai pereduksi polusi, peredam kebisingan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 19 Tahun 2013 SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENGHIJAUAN KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR Oleh : Ririn Dina Mutfianti, MT Desain Arsitektur Jurusan Arsitektur-Universitas Widya Kartika Kenapa harus menganalisis Site? Karena : 1. Sebagian besar bangunan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A

PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR. Oleh : Hendy Satrio Aji A PEMBANGUNAN LANSKAP CLUSTER PADMA NIRWANA DAN ORCHARD WALK PADA KAWASAN PERMUKIMAN BOGOR NIRWANA RESIDENCE, BOGOR Oleh : Hendy Satrio Aji A34204030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB V DATA DAN ANALISIS

BAB V DATA DAN ANALISIS 37 BAB V DATA DAN ANALISIS 5.1 Kondisi Umum Pine Forest Pine Forest merupakan salah satu kluster di Sentul City yang lokasinya di bagian barat Sentul City. Salah satu konsep pembangunan kluster ini adalah

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB III ANALISA. Lokasi masjid BAB III ANALISA 3.1. Analisa Tapak 3.1.1. Lokasi Lokasi : Berada dalam kawasan sivitas akademika Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang KDB : 20% KLB : 0.8 GSB : 10 m Tinggi Bangunan : 3 lantai

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB III: DATA DAN ANALISA BAB III: DATA DAN ANALISA 3.1. Data Fisik dan Non Fisik 2.1.1. Data Fisik Lokasi Luas Lahan Kategori Proyek Pemilik RTH Sifat Proyek KLB KDB RTH Ketinggian Maks Fasilitas : Jl. Stasiun Lama No. 1 Kelurahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

pagar dengan hand shears Pemangkasan tanaman

pagar dengan hand shears Pemangkasan tanaman BAB VI RENCANA PENGELOLAAN 6.1. Efektifitas Kerja Menurut Sternloff dan Warren (1984), peralatan, anggaran, dan fasilitas akan bermakna kecil seandainya kecakapan manusia dan tenaga kerjanya tidak memadai.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D 300 377 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 12 2016 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENYERAHAN PRASARANA,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci