ASESMEN MANAJEMEN RISIKO BERBASIS ISO 31000:2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASESMEN MANAJEMEN RISIKO BERBASIS ISO 31000:2009"

Transkripsi

1 ASESMEN MANAJEMEN RISIKO BERBASIS ISO 31000:2009 Disampaikan pada kuliah online : Kedua (kuliah ke-6) Mata kuliah : IKK Manajemen Risiko dan Pencegahan Kerugian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantor Perburuhan Internasional (ILO) pada tahun 2005 memperkirakan bahwa diseluruh dunia setiap tahun 2.2 juta orang meninggal karena kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja. dan diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan-kecelakaan yang akibat kerja, dan 160 juta penyakit-penyakit baru akibat kerja. Untuk itu berbagai pendekatan dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau perusahaan, seperti Framework Qualiti (ISO 9001), AS NZS Occupational Health and Safety Management, EMS ( ISO 14001) dan Manajemen Risiko ISO 31000:2009 menggunakan prinsip PDCA atau Plan Do Check Action, untuk perbaikan berkelanjutan (continual improvement) sebagai basis framework dan proses manajemen risiko. PDCA ini digambarkan secara jelas pada gambar di bawah. Salah satu pendekatan sering dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau perusahaan salah satunya yaitu menerapkan konsep manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori Accident Model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan keseselamtan dan kesehatan keja. Tujuan dari manajemen risiko adalah minimalisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun accident. The International Organization for Standardization (ISO) 31000: 2009 Risk Management Principles and Guidelines merupakan sebuah standar internasional yang disusun dengan tujuan memberikan prinsip dan panduan generik untuk penerapan manajemen risiko. Standar internasional yang diterbitkan pada 13 November 2009 ini dapat digunakan oleh segala jenis organisasi dalam menghadapi berbagai risiko yang melekat pada aktivitas mereka. Walau ISO 31000: 2009 menyediakan panduan generik, standar ini tidak ditujukan untuk menyeragamkan manajemen risiko lintas organisasi, tetapi ditujukan untuk memberikan standar pendukung penerapan manajemen risiko dalam usaha memberikan jaminan terhadap pencapaian sasaran organisasi. ISO 31000: 2009 menyediakan prinsip,

2 kerangka kerja, dan proses manajemen risiko yang dapat digunakan sebagai arsitektur manajemen risiko dalam usaha menjamin penerapan manajemen risiko yang efektif Ruang Lingkup Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari: a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya b. Identifikasi risiko, c. Analisis risiko, d. Evaluasi risiko, e. Pengendalian risiko, f. Pemantauan dan telaah ulang, g. Koordinasi dan komunikasi. Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan Pengertian : Manajemen Risiko didefinisikan 1. Menurut Smith (1990 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan

3 penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut. 2. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian. 3. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi. 4. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian. Beberapa definisi tentang risiko, sebagai berikut:: 1. Risk is the change of loss, risiko diartikan sebagai kemungkinan akan terjadinya kerugian, 2. Risk is the possibility of loss, risiko adalah kemungkinan kerugian, 3. Risk is Uncertainty, risiko adalah ketidakpastian, 4. Risk is the dispersion of actual from expected result, risiko merupakan penyebaran hasil actual dari hasil yang diharapkan, 5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected, risiko adalah probabilitas atas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan. 6. Risiko, Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran. Ini diukur dengan hukum sebab akibat. Variabel yang diukur biasanya probabilitas, konsekuensi dan juga pemajanan. 7. Penerimaan Risiko (acceptable risk), Keputusan untuk menerima konsekuensi dan kemungkinan risiko tertentu. 8. Analisis risiko. Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang didapat untuk menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut. 9. Penilaian risiko, Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara keseluruhan. 10. Penghindaran risiko, Keputusan yang diberitahukan tidak menjadi terlibat dalam situasi risiko. 11. Pengendalian risiko, Bagian dari manajemen risiko yang melibatkan penerapan kebijakan, standar, prosedur perubahan fisik untuk menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.

4 12. Evaluasi risiko, Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat risiko dan kriteria lainnya. 13. Identifikasi Risiko, Proses menentukan apa yang dapat terjadi, mengapa dan bagaimana. 14. Pengurangan Risiko, Penggunaan/ penerapan prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang tepat secara selektif, dalam rangka mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau konsekuensinya, atau keduanya. 15. Pemindahan Risiko (risk transfer), Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian ke suatu kelompok/ bagian lain melalui jalur hukum, perjanjian/ kontrak, asuransi, dan lain-lain. Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik dan bagiannya ke tempat lain. 16. Konsekuensi ; Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan berhubungan dengan suatu kejadian. 17. Kejadian ; Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada tempat tertentu selama interval waktu tertentu. 18. Analisis Urutan Kejadian ; Suatu teknik yang menggambarkan rentangan kemungkinan dan rangkaian akibat yang bisa timbul dari proses suatu kejadian. 19. Analisis Urutan Kesalaha ; Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi yang logis dari berbagai keadaan sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin bisa berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian puncak). 20. Frekuensi ; Ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang dinyatakan sebagai jumlah peristiwa suatu kejadian dalam waktu tertentu. Terlihat juga seperti kemungkinan dan peluang. 21. Bahaya (hazard); Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian. 22. Monitoring/ Pemantauan ; Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau Pencatatan kemajuan dari suatu kegiatan, tindakan, atau sistem untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi. 23. Probabilitas ; Digunakan sebagai gambaran kualitatif dari peluang atau frekuensi.kemungkinan dari kejadian atau hasil yang spesifik, diukur dengan rasio dari kejadian atau hasil yang spesifik terhadap jumlah kemungkinan kejadian atau hasil. Probabilitas dilambangkan dengan angka dari 0 dan 1, dengan

5 0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko dapat diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi. a. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil 1. Komitmen Manajemen. Organisasi harus dapat memastikan bahwa: a. Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar b. Hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan. 2. Tanggung jawab dan kewenangan Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai berikut: a. Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko. b. Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat diterima. c. Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko. d. Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan. e. Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada. f. Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal. 3. Sumber Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya. b. Elemen Utama Manjemen Riseko Elemen utama dari proses manajemen risiko, meliputi: a. Penetapan tujuan Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan. b. Identifkasi risiko

6 Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut. c. Analisis risiko Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi). d. Evaluasi risiko Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian. e. Pengendalian risiko Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain. f. Monitor dan Review Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan. g. Komunikasi dan konsultasi Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan. II. ASESMEN MANAJEMEN RISIKO BERBASIS ISO 31000: Pengantar Asesmen manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009 yang agaknya menjadi trending topic di beberapa perusahaan saat ini dan ISO dianggap bisa mewakili standar manajemen risiko pada beberapa perusahaan di Indonesia. Sebelum membahas mengenai asesmen manajemen risiko, ada beberapa hal yang perlu dibedah dari ISO 31000:2009. Organisasi yang telah mengimplementasikan AS/NZS 4360:2004 Risk Management Standard (standar manajemen risiko dari Australia) akan langsung melihat kemiripan antara proses manajemen risiko yang diperkenalkan ISO 31000:2009 di atas dengan proses manajemen risiko menurut AS/NZS 4360:2004. Memang demikian karena ISO mengadopsi proses manajemen risiko AS/NZS 4360:2004 untuk mendukung kerangka kerja yang dikembangkannya Organisasi yang berminat menerapkan manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009 perlu memperhatikan tiga aspek penting yang ditekankan dalam standar ini yakni, pertama, penerapan manajemen risiko harus disertai komitmen yang tinggi dari pengurus organisasi (corporate boards), dalam perusahaan berarti Direksi dan Komisaris; kedua, manajemen risiko harus diintegrasikan ke dalam seluruh proses organisasi dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari core responsibilities para pemilik/penanggung jawab proses (dalam perusahaan adalah para manajer dan staf di setiap departemen), dan manajemen risiko harus merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan baik pada tingkat governance maupun manajerial

7 Gbr- 01, Ketidakpastian Defenisi Perlu dipahami terlebih dahulu mengenai definisi risiko dan manajemen risiko menurut ISO 31000:2009. Definisi risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap pencapaian obyektif. Dampak menurut ISO adalah deviasi dari apa yang diharapkan, bisa bersifat positif dan/atau negatif. Definisi manajemen risiko adalah aktivitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan sebuah organisasi dalam menangani risiko Definisi memberikan kita pemahaman awal bagaimana ISO memberikan arti mengenai keluasan dan kedalaman sebuah risiko yang menjadi obyek sebuah asesmen Prinsip Pengelolaan Risiko Menurut ISO 31000:2009, manajemen risiko suatu organisasi harus mengikuti 11 prinsip dasar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut penjabaran prinsip-prinsip tersebut. 1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah (creates value) Manajemen risiko berkontribusi terhadap pencapaian nyata objektif dan peningkatan, antara lain, kesehatan dan keselamatan manusia, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, penerimaan publik, perlindungan lingkungan, kinerja keuangan, kualitas produk, efisiensi operasi, serta tata kelola dan reputasi perusahaan. 2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an integral part of organizational processes) Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan merupakan suatu bagian integral dalam proses normal organisasi seperti juga merupakan bagian dari seluruh proses proyek dan manajemen perubahan. Manajemen risiko bukanlah merupakan aktivitas yang berdiri sendiri yang terpisah dari aktivitas-aktivitas utama dan proses dalam organisasi. 3. Manajemen risiko adalah bagian dari pengambilan keputusan (part of decision making)

8 Manajemen risiko membantu pengambil keputusan mengambil keputusan dengan informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat membantu memprioritaskan tindakan dan membedakan berbagai pilihan alternatif tindakan. Pada akhirnya, manajemen risiko dapat membantu memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah suatu penanganan risiko telah memadai dan efektif. 4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly addresses uncertainty) Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam pengambilan keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan bagaimana menanganinya. 5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu (systematic, structured and timely) Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap manajemen risiko memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang konsisten, dapat dibandingkan, serta andal. 6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on the best available information) Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber informasi seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan pertimbangan pakar. Meskipun demikian, pengambil keputusan harus terinformasi dan harus mempertimbangkan segala keterbatasan data atau model yang digunakan atau kemungkinan perbedaan pendapat antar pakar. 7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored) Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal organisasi serta profil risikonya. 8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes human and cultural factors into account) Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan tujuan pihak- pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau malah menghambat pencapaian tujuan organisasi. 9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and inclusive) Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil keputusan, dengan sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan organisasi, memastikan manajemen risiko tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Pelibatan ini juga memungkinkan pemangku kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan sudut pandangnya dalam menentukan kriteria risiko. 10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap perubahan (dynamic, iterative and responsive to change) Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal, perubahan konteks dan pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan dan peninjauan, risiko-risiko baru bermunculan, sedangkan yang ada bisa berubah atau hilang. Karenanya, suatu organisasi harus memastikan bahwa manajemen risiko terus menerus memantau dan menanggapi perubahan. 11. Manajemen risiko memfasilitasi perbaikan dan pengembangan berkelanjutan organisasi (facilitates continual improvement and enhancement of the organization) Organisasi harus mengembangkan dan mengimplementasikan strategi untuk memperbaiki kematangan manajemen risiko mereka bersama aspek-aspek lain dalam organisasi mereka.

9 2.3. Pola Kerja Manajemen Risiko ISO : 2009 Pemahaman mengenai pendekatan yang disajikan dalam ISO terhadap pengelolaan risiko di dalam sebuah organisasi melalui gambaran relasi antara prinsip, kerangka kerja, dan proses pengelolaan risiko Sumber: ISO 31000: 2009 Risk Management Principles and Guidelines Gbr-02, Framework (Pola kerja ) Manajemen Risiko ISO 31000:2009 Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 4 (lihat gambar 03 di bawah) Mandat (pemberian wewenang) dan komitmen (amanah) di klausul Rancangan Pola kerja untuk mengelola risiko di klausul Penerapan manajemen risiko di klausul Pemantauan dan review terhadap framework di klausul Perbaikan framework berkelanjutan di klausul 4.2.

10 Gbr-03, Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 4 Setelah pemberian mandat dan komitmen, kerangka kerja ISO 31000: 2009 dilanjutkan dengan kerangka implementasi Plan, Do, Check, Act, yaitu dengan melakukan: (1) perencanaan kerangka kerja manajemen risiko; (2) penerapan manajemen risiko; (3) monitoring dan review terhadap kerangka kerja manajemen risiko; (4) perbaikan kerangka kerja manajemen risiko secara berkelanjutan Plan mendefinisikan dan analisis suatu masalah serta mengidentifikasi akar masalahnya Mengkomunikasikan dan melatih. Rencana komunikasi dan pelaporan. Strategi training. Jaringan manajemen risiko.

11 Gbr 04, kerangka implementasi Plan, Do, Check, Act, Do melaksanakan solusi, membuat rencana kerja secara terinci dan menarapkannya secara sistematis. Yang masuk dalam Do ini antara lain : Mengelola dan mengalokasikan Komite manajemen risiko komisaris/dewan pengawas. Komite manajemen risiko eksekutif /direksi. Manajer manajemen risiko. RM Champions. Risiko, pengendaliannya, ownernya. Penyedia asuransi/penjaminannya. Check Memeriksa hasil kerja dibandingkan dengan rencananya dan mengidentifikasi penyimpangannya serta masalah-masalahnya. Yang masuk dalam Check ini antara lain : Mengukur dan mengkaji. Mengendalikan asuransi/penjaminannya. Kemajuan rencana manajemen risiko. Pelaporan taka kelola. Benchmarking / study banding. Kriteria unjuk kerja. Act Menstandarisasi solusi. Mengkaji ulang dan mendefinisikan masalah-masalah yang akan datang. Yang masuk dalam Act ini antara lain : Komitmen dan Mandat dari atasan kepada bawahannya, mulai dari pemegang saham, Komisaris, Direksi, sampai dengan karyawan level terendah dalam masalah manajemen risiko. Pernyataan kebijakan manajemen risiko.

12 Rencana manajemen risiko. Rencana Asuransi. Standar-standar manajemen risiko. Prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja. Secara lebih detail klausul 4 dengan PDCA nya digambarkan dengan gambar 05,berikut ini : Gbr 05, detail klausul 4 dengan PDCA Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 5 (lihat gambar 06 di bawah) terdiri atas Kerangka kerja manajemen risiko ISO 31000: 2009 Risk Management Principles and Guidelines dimulai dengan pemberian mandat dan komitmen. Pemberian mandat dan komitmen merupakan hal yang sangat penting karena menentukan akuntabilitas, kewenangan, dan kapabilitas dari pelaku manajemen risiko.hal-hal penting yang harus dilakukan pada pemberian mandat dan komitmen adalah: Membuat dan menyetujui kebijakan manajemen risiko; Menyesuaikan indikator kinerja manajemen risiko dengan indikator kinerja perusahaan; Menyesuaikan kultur organisasi dengan nilai-nilai manajemen risiko; Menyesuaikan sasaran manajemen risiko dengan sasaran strategis perusahaan; Memberikan kejelasan peran dan tanggung jawab; Menyesuaikan kerangka kerja manajemen risiko dengan kebutuhan organisasi. Gambar. Komponen-komponen Kerangka Kerja Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 5

13 Sumber: Broadleaf Capital International. Strategic, Enterprise and Project Risk Management. Gbr -06, Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul Kerangka Kerja Implementasi Manajemen Risiko Risk Management Framework Based on ISO Perencanaan kerangka kerja manajemen risiko mencakup pemahaman mengenai organisasi dan konteksnya, menetapkan kebijakan manajemen risiko, menetapkan akuntabilitas manajemen risiko, mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis organisasi, alokasi sumber daya manajemen risiko, dan menetapkan mekanisme komunikasi internal dan eksternal. Setelah melakukan perencanaan kerangka kerja, maka dilakukan penerapan proses manajemen risiko. Dalam penerapan manajemen risiko, perlu dilakukan monitoring dan review terhadap kerangka kerja manajemen risiko. Setelah itu, kerangka kerja manajemen risiko perlu diperbaiki secara berkelanjutan untuk memfasilitasi perubahan yang terjadi pada konteks internal dan eksternal organisasi. Prosesproses tersebut kemudian berulang kembali untuk memastikan adanya kerangka kerja manajemen risiko yang mengalami perbaikan berkesinambungan dan dapat menghasilkan penerapan manajemen risiko yang andal. ISO menyediakan kerangka kerja sebagai pedoman dalam implementasi manajemen risiko yang efektif. Tujuan dari kerangka kerja implementasi pengelolaan risiko antara lain: Pemastian bahwa informasi mengenai pengelolaan risiko yang dihasilkan dari proses pengelolaan risiko telah cukup dilaporkan dan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan Pemenuhan akuntabilitas pada setiap tingkatan organisasi yang relevan

14 2.5. Proses pengelolaan risiko Risk Management Process Based on ISO Proses pengelolaan risiko menurut ISO seharusnya merupakan bagian yang terintegrasi, melekat dalam budaya dan praktik manajemen, dan terkustomisasi menurut proses bisnis organisasi. Menurut ISO 31000, asesmen risiko merupakan bagian yang paling penting dan fundamental dalam proses pengelolaan risiko. Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan asesmen risiko yang benar agar memperoleh laporan profil risiko yang tepat sehingga organisasi dapat secara cermat mengelola risikonya. Sumber: Asesmen Risiko Berbasis ISO 31000: Diane Christina, Gbr -07, Risk Management Process Based on ISO Proses manajemen risiko merupakan kegiatan kritikal dalam manajemen risiko, karena merupakan penerapan dari pada prinsip dan kerangka kerja yang telah dibangun. Proses manajemen risiko terdiri dari tiga proses besar, yaitu: (1) Penetapan konteks (establishing the context) Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkapkan sasaran organisasi, lingkungan dimana sasaran hendak dicapai, stakeholders yang berkepentingan, dan keberagaman kriteria risiko, dimana hal-hal ini akan membantu mengungkapkan dan menilai sifat dan kompleksitas dari risiko. Terdapat empat konteks yang perlu ditentukan dalam penetapan konteks, yaitu konteks internal, konteks eksternal, konteks manajemen risiko, dan kriteria risiko.

15 (i) (ii) (iii) Konteks internal memperhatikan sisi internal organisasi yaitu struktur organisasi, kultur dalam organisasi, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Konteks eksternal mendefinisikan sisi eksternal organisasi yaitu pesaing, otoritas, perkembangan teknologi, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Konteks manajemen risiko memperhatikan bagaimana manajemen risiko diberlakukan dan bagaimana hal tersebut akan diterapkan di masa yang akan datang. (iv) Terakhir, dalam pembentukan manajemen risiko organisasi perlu mendefinisikan parameter yang disepakati bersama untuk digunakan sebagai kriteria risiko. (2) Penilaian risiko (risk assessment) Penilaian risiko terdiri dari: (i) Identifikasi risiko: mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. (ii) Analisis risiko: menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi. (iii) Evaluasi risiko: membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan bagaimana penanganan risiko yang akan diterapkan. (3) Penanganan risiko (risk treatment) Dalam menghadapi risiko terdapat empant penanganan yang dapat dilakukan oleh organisasi: (i) Menghindari risiko (risk avoidance); (ii) Mitigasi risiko (risk reduction), dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau dampak; (iii) Transfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing); (iv) Menerima risiko (risk acceptance). Ketiga proses besar tersebut didampingi oleh dua proses yaitu: (1) Komunikasi dan konsultasi Komunikasi dan konsultasi merupakan hal yang penting mengingat prinsip manajemen risiko yang kesembilan menuntut manajemen risiko yang transparan dan inklusif, dimana manajemen risiko harus dilakukan oleh seluruh bagian organisasi dan memperhitungkan kepentingan dari seluruh stakeholders organisasi. Adanya komunikasi dan konsultasi diharapkan dapat menciptakan dukungan yang memadai pada kegiatan manajemen risiko dan membuat kegiatan manajemen risiko menjadi tepat sasaran. (2) Monitoring dan review Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Hasil monitoring dan review juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan terhadap proses manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan proses esensial dalam organisasi untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap pencapaian tujuan organisasi. ISO 31000: 2009 Risk Management Principles and Guidelines merupakan standar yang dibuat untuk memberikan prinsip dan panduan generik dalam penerapan manajemen risiko. Standar ini menyediakan prinsip, kerangka kerja, dan proses manajemen risiko. Prinsip manajemen risiko merupakan fondasi dari kerangka kerja dan proses manajemen risiko, sedangkan kerangka kerja manajemen risiko merupakan struktur pembangun proses manajemen risiko. Proses manajemen risiko merupakan penerapan inti dari manajemen risiko, sehingga harus dijalankan secara komprehensif, konsisten, dan terus diperbaiki sesuai dengan keperluan. Implementasi manajemen risiko berbasis ISO 31000: 2009 secara mendetail

16 dan menyeluruh pada ketiga komponen tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas manajemen risiko organisasi. Setelah kita membedah ISO 31000, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana metodologi asesmen manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009. Sebagai seorang asesor independen atas sistem manajemen korporat, jawaban sederhana yang bisa saya bagi adalah asesor akan melakukan penilaian terhadap kerangka kerja implementasi pengelolaan risiko seperti yang telah dibedah di atas dengan unsur-unsur penilaian antara lain tanggung jawab, akuntabilitas, strategi, dan praktik manajemen risiko. Sistem manajemen risiko yang baik seharusnya dapat memberikan keyakinan bahwa dengan penerapan manajemen risiko, organisasi dapat mengurangi ketidakpastian yang membayangi dalam setiap pengambilan keputusan namun tetap dapat berinovasi sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009 Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009 digambarkan kembali secara lebih detail sebagaimana gambar di bawah ini. Proses pertama adalah Establishing The Context (Menetapkan Konteks). Gbr-08, Gambar detail Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009 Dalam proses manajemen risiko langkah awal yang sangat penting adalah Establishing The Context. Menetapkan konteks ini meliputi penetapan tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter-parameter lain yang berhubungan dengan proses pengelolaan risiko suatu organisasi..

17 Penetapan konteks ini menunjukkan hubungan antara masalah atau hal yang akan dikelola risikonya dengan lingkungan organisasi (eksternal & internal), proses manajemen risiko dan ukuran atau kriteria risiko yang dijadikan standar Kriteria risiko atau Risk Criteria adalah ukuran standar seberapa besar dampak atau konsekwensi yang mungkin akan terjadi dan seberapa besar kemungkinan atau frekeunsi atau likelihood risiko akan terjadi. Gambar di bawah semoga dapat dijadikan contoh kriteria risiko itu. Dalam penetapan konteks ini ditetapkan pula sumber daya, struktur organisasi (tanggung jawab dan wewenang) yang diperlukan dalam pengeloaan risiko. Dalam dokumen rencana risk manajemen (Risk Management Plan), penetapan konteks ini dapat dijadikan bab Latar Belakang Masalah, bab struktur organisasi pengeloaan risiko dan bab Kriteria Risiko. Gbr-09, Risk = Consequences x Likelihood). Proses kedua adalah Risk Identification atau identifikasi risiko, yaitu melakukan identifikasi risiko-risiko yang dapat terjadi di masa yang akan datang (yaitu : risiko apa, kapan, di mana, bagaimana, mengapa suatu risiko bisa terjadi). Identifikasi ini termasuk pengidentifikasian poses-proses/tugas-tugas/aktifitasaktifitas kritikal atau kunci, pengenalan area-area risiko dan katagorinya. Proses ketiga adalah Risk Analysis atau analisis risiko-risiko, yaitu proses menentukan berapa besar dampak (impact atau consequences) dan kemungkinan (frequency atau likelihood) risiko-risiko yang

18 akan terjadi, serta menghitung berapa besar level risikonya dengan mengalikan antara besar dampak dan besar kemungkinan (Risk = Consequences x Likelihood). Proses keempat adalah Risk Evaluation atau membandingkan risiko-risiko yang sudah dihitung diatas dengan Kriteria Risiko yang sudah distandarkan (menempatkan posisi risiko-risiko pada gambar kriteria risiko), apakah risiko-risiko itu acceptable/dapat diterima, menjadi issue/diwaspadai, atau unacceptable/tidak diterima, serta memprioritaskan mitigasi atau penangannya. Lihat gambar di bawah ini, risiko nomor 1 dan 5 terletak di daerah warna merah Unacceptable Risk dan menjadi prioritas untuk dilakukan penanganan atau mitigasinya. Gbr- 10, Risk Management Framework Proses kelima adalah Risk Treatment atau mitigasi risiko-risiko. Mitigasi risiko-risiko harus direncanakan sebaik-baiknya dan dipertimbangkan semua alternatif solusinya, sebelum dilaksanakan mitigasinya, agar mendapatkan hasil yang diharapkan ecara efektif dan efisien. Beberapa alternatif bisa dipertimbangkan untuk digunakan, seperti : membagi risiko, mengurangi likeliihood dan/atau mengurangi konsekwensi, menghindari risiko atau membatalkan aktifitas yg berisiko tinggi, menerima risiko.

19 Proses keenam adalah Monitor & Review (Pemantauan & Pengkajian Ulang). Pemantauan & Pengkajian Ulang dilaksanakan terhadap seluruh proses manajemen risiko termasuk konteksnya (lingkungan, proses, organisasi, strategi, stakeholder dsb.). Catatan-catatan hasil Pemantauan & Pengkajian Ulang disimpan sebagai bukti dan laporna bahwa aktifitas itu telah dilaksanakan dan sebagai masukan bagi Risk Management Framework yang telah disiapkan sebelumnya. Selama melaksanakan ke enam proses manajemen risiko itu Communication & Consultation (komunikasi dan konsultasi) selalu dilaksanakan kepada semua stakeholder, secara kontinyu dan iterative. Skema lain yang menambah kejelasan mengenai langkah-langkah penerapan proses manajemen risiko ISO 31000:2009 dapat dilihat pada gambar di bawah. Gbr -11, Skema langkah-langkah penerapan proses manajemen risiko Referensi : 1. COSO ERM Executive Summary ( ). 2. International Organization for Standardization (ISO). ISO 13000:2009 Risk Management: Principles and Guidelines. Geneva, ( 3. Kevin W Knight AM Applying ISO 31000:2009 in Regulatory Work. 4. Diane Christina Asesmen Manajemen Risiko berbasis COSO ERM. 5. Diane Christina Asesmen Manajemen Risiko berbasis ISO 31000:2009. ISO 31000:2009

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko

Kebijakan Manajemen Risiko Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN I MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 2 /PMK.09/2016 TENT ANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR

PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR PANDUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR RUMAH SAKIT VITA INSANI JL. MERDEKA NO. 329 PEMATANGSIANTAR DAFTAR ISI Daftar Isi... i Lembar Pengesahan... ii BAB I PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL MUKADIMAH Dalam melaksanakan fungsi audit internal yang efektif, Audit Internal berpedoman pada persyaratan dan tata cara sebagaimana diatur dalam Standar Pelaksanaan Fungsi Audit

Lebih terperinci

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS)

MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) PEDOMAN TEKNIS MONITORING KEAMANAN DAN KESELAMATAN FASILITAS RUMAH SAKIT (K3RS) RUMAH SAKIT MULIA INSANI TAHUN 2016 TIM K3RS/ TIM MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RUMAH SAKIT MULIA INSANI TANGERANG

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.348, 2014 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5626) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan Gedung Jamsostek Jl. Jend. Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan 12930 T (021) 520 7797 F (021) 520 2310 www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Lebih terperinci

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO 071116 PIAGAM UNIT MANAJEMEN RISIKO PT. PYRIDAM FARMA Tbk. PT. Pyridam Farma Tbk. tidak luput dari risiko usaha, baik dari sumber eksternal maupun internal sehubungan

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 900/KEP.964-INSPT/2016

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 900/KEP.964-INSPT/2016 PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 900/KEP.964-INSPT/2016 TUJUAN 1. Meningkatkan kemungkinan pencapaian tujuan dan peningkatan kinerja 2. Mendorong manajemen

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO crmsindonesia.org

MANAJEMEN RISIKO crmsindonesia.org S U R V E Y N A S I O N A L MANAJEMEN RISIKO 2016 crmsindonesia.org Daftar Pustaka 3 Indonesia 6 Potret 7 9 dan Kompetisi Regional dan Tren Manajemen Risiko di Indonesia Adopsi Manajemen Risiko di Indonesia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA PEDOMAN PENILAIAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP TATA KELOLA YANG BAIK LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA 1. Penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip tata kelola yang baik Lembaga Pembiayaan Ekspor

Lebih terperinci

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS 1 SNI Standar Nasional Indonesia Dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI SNI 19-14001 14001-1997: 1997: Sistem manajemen

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang akan datang. Risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian,

BAB II LANDASAN TEORI. yang akan datang. Risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Risiko Menurut Hanafi (2006:1), Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Risiko

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN

DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN DAFTAR ISI CHARTER SATUAN PENGAWASAN INTERN Halaman I. Pembukaan 1 II. Visi dan Misi SPI 2 III. Kebijakan Umum Pengendalian Internal Dan Audit Internal 3 IV. Kedudukan SPI 3 V. Peran SPI 3 VI. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Kebijakan ini berlaku sejak mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada bulan Mei 2018. Manajemen risiko merupakan suatu bagian yang esensial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko

Lebih terperinci

COSO ERM (Enterprise Risk Management)

COSO ERM (Enterprise Risk Management) Audit Internal (Pertemuan ke-4) Oleh: Bonny Adhisaputra & Herbayu Nugroho Sumber: Brink's Modern Internal Auditing 7 th Edition COSO ERM (Enterprise Risk Management) COSO Enterprise Risk Management adalah

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden

2017, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No.1675, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Manajemen Risiko. PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko - 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../ /POJK/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DEWAN KOMISIONER NOMOR../.../POJK/2015

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero) Jakarta, 17 Januari 2017 DAFTAR ISI Halaman A. PENDAHULUAN... 1 I. Latar Belakang... 1 II. Maksud dan Tujuan Charter Satuan Pengawasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

PRINSIP MANAJEMEN RISIKO DALAM ORGANISASI (RISK MANAGEMENT)

PRINSIP MANAJEMEN RISIKO DALAM ORGANISASI (RISK MANAGEMENT) PRINSIP MANAJEMEN RISIKO DALAM ORGANISASI (RISK MANAGEMENT) Ari Khusuma Sumber : http://videohive.net/item/risk-management-clip-art-on-transparent-screen Dalam kehidupan sehari-hari, istilah risiko mungkin

Lebih terperinci

Bank Danamon Laporan Tahunan Manajemen Risiko & Tata Kelola Perusahaan

Bank Danamon Laporan Tahunan Manajemen Risiko & Tata Kelola Perusahaan 54 Manajemen Risiko & Tata Kelola Perusahaan 55 Laporan Tahunan 2006 Bank Danamon Manajemen Risiko Risk architecture Bank Danamon telah terbukti efektif dalam masa-masa yang penuh tantangan. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan para pemegang saham (shareholder) saja dan juga menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lingkungan bisnis saat ini yang memiliki tingkat kompetisi semakin tinggi menyebabkan perubahan tuntutan dan paradigma suatu perusahaan untuk menjadi lebih

Lebih terperinci

Risk Management Framework. ISO 31000, ERM COSO, dan PMBOK AYU SM DIAN IS MRTI KELAS A

Risk Management Framework. ISO 31000, ERM COSO, dan PMBOK AYU SM DIAN IS MRTI KELAS A Risk Management Framework ISO 31000, ERM COSO, dan PMBOK AYU SM 5212100039 DIAN IS 5212100044 MRTI KELAS A Soal 1. What are activities in each process of risk management according to ISO 31000? List all

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO

PRAKTEK PENILAIAN RISIKO PRAKTEK PENILAIAN RISIKO 1; Pengantar Mengingat bahwa risiko adalah bagian integral dari pencapaian nilai strategis, maka perusahaan tidak berpikiran untuk menghilangkan risiko Sebaliknya, perusahaan ini

Lebih terperinci

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Tujuan Peraturan ini dibuat dengan tujuan menjalankan fungsi pengendalian internal terhadap kegiatan perusahaan dengan sasaran utama keandalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola perusahaannya secara lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan akan mengalami hambatan atau masalah yang dihadapi dalam persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks seiring berjalannya era globalisasi.

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang :

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 2013, No.233 6 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN ARSIP ELEKTRONIK BAB I PENDAHULUAN A. Umum Kemajuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik fisik, mental

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PENDEKATAN SISTIM MANAJEMEN MUTU BAGI ORGANISASI

PENDEKATAN SISTIM MANAJEMEN MUTU BAGI ORGANISASI PENDEKATAN SISTIM MANAJEMEN MUTU BAGI ORGANISASI Budiman Kusumah Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Krida Wacana Abstract: To achieve and organize the organization need guidance and evaluation which

Lebih terperinci

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO I. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan rangkaian kegiatan yang mengandung risiko karena menyangkut keselamatan tubuh dan nyawa seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dana pensiun dapat dilihat dari tingkat pencapaian tujuan nya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dana pensiun merupakan suatu hal yang sangat diinginkan oleh para pekerja dan keluarganya sebagai jaminan di masa pensiun nanti. Setiap dana pensiun secara

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis

KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis KEWIRAUSAHAAN Manajemen Resiko Bisnis Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Manajemen Resiko Bisnis Manajemen Resiko Manajemen risiko

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Praktik manajemen risiko di BDI masih belum dilakukan dengan efektif,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Praktik manajemen risiko di BDI masih belum dilakukan dengan efektif, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Praktik manajemen risiko di BDI masih belum dilakukan dengan efektif,

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO AS / NZ 4360:2004

MANAJEMEN RISIKO AS / NZ 4360:2004 MANAJEMEN AS / NZ 4360:2004 Forum Mutu Pelayanan Kesehatan 2006 Implementasi Patient Safety di Indonesia Kuta, Bali (20 Juli 2006) PT. SURVEYOR INDONESIA Agenda 1. 1. Definisi dan Metrik Risiko 2. 2. Kerangka

Lebih terperinci

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.. /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN EMISI EFEK DAN PERANTARA PEDAGANG

Lebih terperinci

Memadukan Balanced Scorecard (BSC) dan Enterprise Risk Management (ERM)

Memadukan Balanced Scorecard (BSC) dan Enterprise Risk Management (ERM) Memadukan Balanced Scorecard (BSC) dan Enterprise Risk Management (ERM) Oleh: Antonius Alijoyo July 2011 Latar Belakang Dalam berbagai kesempatan, penulis dihadapkan pada pertanyaan sejauh apa diperlukan

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT DAFTAR ISI Executive Summary BAB I Tujuan Umum... 3 BAB II Organisasi... 4 1. Struktur... 4 2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang... 4 3. Hubungan Kerja dengan Dewan Komisaris,

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT PT Wintermar Offshore Marine Tbk ( Perseroan ) PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT Pasal 1 Tujuan 1. Komite Audit dibentuk berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.1.5 dengan merujuk pada Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA

Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP. Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA Implementasi Manajemen Risiko dalam kerangka SPIP Tri Wibowo, Msi, CA, CPMA Dasar Hukum UU no 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara PP nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP PROSES PENINGKATAN NILAI TAMBAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

Framework Penyusunan Tata Kelola TI

Framework Penyusunan Tata Kelola TI Bab IV Framework Penyusunan Tata Kelola TI Dalam bab ini akan dibahas tahapan-tahapan dalam penyusunan tata kelola TI Pemerintah Kabupaten Bengkalis. Terdapat beberapa tahapan dalam penyusunan tata kelola

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Setelah membuat metode penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang dilakukan pada RSUD kota Salatiga. 4.1 Analisis Maturity Level

Lebih terperinci

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL

PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PIAGAM UNIT AUDIT INTERNAL PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk memandang pemeriksaan internal yang dilaksanakan oleh Unit Audit Internal sebagai fungsi penilai independen dalam memeriksa dan mengevaluasi

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL

PIAGAM AUDIT INTERNAL PIAGAM AUDIT INTERNAL (INTERNAL AUDIT CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 1.1 Umum... 3 1.2 Visi, Misi, Dan Tujuan... 3 1.2.1 Visi Fungsi Audit Internal...

Lebih terperinci

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS JAKARTA 2017 PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko

Lebih terperinci

Internal Audit Charter

Internal Audit Charter SK No. 004/SK-BMD/ tgl. 26 Januari Pendahuluan Revisi --- 1 Internal Audit Charter Latar Belakang IAC (Internal Audit Charter) atau Piagam Internal Audit adalah sebuah kriteria atau landasan pelaksanaan

Lebih terperinci

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA 1 DAFTAR ISI I. DEFINISI...3 II. VISI DAN MISI...4 III. TUJUAN PENYUSUNAN PIAGAM KOMITE AUDIT...4 IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB...4 V.

Lebih terperinci

MENJADI RISK & CONTROL EXPERT : MEMELIHARA PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PENGAWAS INTERN. Oleh : Slamet Susanto, Ak., CRMP.

MENJADI RISK & CONTROL EXPERT : MEMELIHARA PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PENGAWAS INTERN. Oleh : Slamet Susanto, Ak., CRMP. MENJADI RISK & CONTROL EXPERT : MEMELIHARA PROFESIONALISME DAN KOMPETENSI PENGAWAS INTERN Oleh : Slamet Susanto, Ak., CRMP Abstract Auditor Internal dituntut untuk mampu melaksanakan perannya memberikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO BAGI SPI PTN

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO BAGI SPI PTN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BAGI SPI PTN Dalam menghadapi risiko atas Peraturan yang berubahubah dan Peraturan antar Kementerian yang tidak sinkron Disampaikan oleh: Ernadhi Sudarmanto Deputi Kepala BPKP Bidang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Audit Internal PIAGAM AUDIT INTERNAL PT LIPPO KARAWACI TBK I. LANDASAN HUKUM Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Nomor IX.I.7, Lampiran Keputusan

Lebih terperinci

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK.

PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. I. Landasan Hukum Landasan pembentukan Internal Audit berdasarkan kepada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 56/POJK.04/2015 tanggal 23 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengeluaran rutin pemerintah dibiayai oleh sumber utama penerimaan pemerintah yaitu pajak. Proses pengenaan dan pemungutan pajak ini memerlukan adanya administrasi

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan Apa itu SML? Suatu sistem untuk mengevaluasi resiko lingkungan sehingga dapat dikelola dengan cara yang konsisten. Prosesnya sistematis dan komprehensif, meliputi

Lebih terperinci

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA DALAM PEMBERIAN REMUNERASI BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci

SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM

SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM Pendahuluan Tahun 2017 ini merupakan Tahun pertama pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL

PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL PT INDO KORDSA Tbk. PIAGAM AUDIT INTERNAL Halaman 1 dari 5 1. TUJUAN Tujuan utama dari Piagam Audit Internal ( Piagam ) ini adalah untuk menguraikan kewenangan dan cakupan dari fungsi Audit Internal di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci