KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA"

Transkripsi

1 KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S1) Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Wilhelmus Dawa NIM: PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6 KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan rahmat-nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-I) program Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas akhir ini. 1. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang penuh perhatian dan kesabaran dalam membimbing, mengarahkan, dan menyemangati sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan lancar. 2. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah membantu memberikan masukan, bimbingan, dan arahan dalam penyusunan tugas akhir ini. 3. Segenap dosen Program Studi Sastra Indonesia USD: Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. (selaku dosen pembimbing akademik penulis), S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dr. Y. Yapi Taum, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. F.X. Santoso, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. 4. Segenap staf Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma atas berbagai pelayanan dalam urusan akademik. vi

7 5. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah membantu menyediakan buku-buku yang penulis perlukan. 6. Kedua orang yang saya kasihi dan cintai, Ayahanda Ndara Tondo, S.H dan Ibunda Stefania M.G. Kaka. Mereka tidak pernah lelah mendoakan, mengingatkan, membimbing, menasehati, dan selalu sabar menemani dalam proses belajar hingga saat ini. Untuk kakak Alfian Dawa, S.T., adik Delsiana Dawa, kakak ipar Jeni Leko, S.Pt., ponakan Alfariel Dawa, dan sepupu Guido Fredi Kaka yang selalu menyemangati, dan mendoakan hingga saat ini. 7. Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia angkatan 2012 yang telah bersamasama berjuang hingga saat ini. 8. Keluarga Mahasiswa Katolik Sumba (KMKS) yang sejak awal menerima, berbagi, berjuang bersama, dan saling mendoakan. Semoga kita tetap menjadi keluarga teguh dan kukuh dalam segala perjuangan hidup. 9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyusun tugas akhir ini yang tidak disebutkan namanya satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak mengandung kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun perbaikan karya dari berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca. Yogyakarta, 11 Mei 2016 Wilhelmus Dawa vii

8 Satu-satunya cara melakukan pekerjaan yang luar biasa adalah dengan mencintai apa yang saat ini tengah Anda kerjakan (Steve Jobs) Karya sederhana ini kupersembahkan kepada : Bapak Ndara Tondo, S.H dan Ibu Stefania M.G. Kaka Program Studi Sastra Indonesia Segenap pembaca skripsi ini viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL... ABSTRAK... ABSTARCT... ii iii iv v vi viii x xiii iv v xvi xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Hasil Penelitian Tinjauan Pustaka Landasan Teori ix

10 1.6.1 Poses Morfologis Jenis-jenis Kependekan Singkatan Akronim Penggalan Lambang Huruf Kontraksi Referen Metode dan Teknik Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Metode Penyajian Hasil Analisis Data Sistematika Penyajian BAB II POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA Pengantar Pola Singkatan Pola Akronim Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata Pengakalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Suku Pertama Kata II Pengekalan Dua Bunyi Pertama kata I dan Tiga Bunyi Pertama Kata II Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, x

11 dan Bunyi.Pertama Kata III Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama... Kata III Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga... Bunyi Pertama Kata IV Pengekalan Suku Pertama Kata I dan Suku Terakhir Kata II, Kata III Pengekalan Suku Terakhir Kata dari Setiap Kata Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Pertama... Bentuk Dasar Kata II, dan Suku Pertama Kata III Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I dan Bunyi...Pertama Kata II, Kata III, Kata IV Pola Kombinasi Akronim dan Singkatan Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Suku Kedua...Bentuk Dasar Kata II dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Bentuk Dasar Kata II...dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV Pengekalan Suku Pertama Kata I, Bunyi Pertama Kata II, Suku...Pertama Kata III, dan Bunyi Pertama Kata V, Kata VI Pola Kombinasi Akronim dan Akronim Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi...Awal Kata II, Kata III dan Empat Bunyi Pertama Kata VI Pengekalan Tiga Bunyi Awal Setiap.Kata Pola Penggalan Pengekalan Suku Pertama Setiap Kata Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata Pengekalan Empat Bunyi Pertama dari Setiap Kata xi

12 BAB III REFEREN YANG DITUNJUK OLEH KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA Pengantar Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk Kependekan yang Menujuk Referen Wilayah Batas Kependekan yang Menunjuk Referen Orang Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah BAB III PENUTUP KESIMPULAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards... 4 Gambar 2: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah... 4 Gambar 3: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan... 5 Gambar 4: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards Gambar 5: Segi Tiga Semantis dari Lyons Gambar 6: Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan Gambar 7: Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat Gambar 8: Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung Gambar 9: Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan Gambar 10: Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk Gambar 11: Kependekan yang Menunjuk Referen Wilayah Batas Gambar 12: Kependekan yang Menunjuk Referen Orang Gambar 13: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan Gambar 14: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah xiii

14 DAFTAR BAGAN Bagan 1: Proses Morfologis Pemendekan Bagan 2: Proses Pembentukan Singkatan Berasal dari Dua Kata, Tiga Kata,...dan Empat Kata Bagan 3: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata dan Empat Kata Bagan 4: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata Bagan 5: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata Bagan 6: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata Bagan 7: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata Bagan 8: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata Bagan 9: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata Bagan 10: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata Bagan 11: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata Bagan 12: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata Bagan 13: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata Bagan 14: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan...Berasal dari Empat Kata Bagan 15: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan...Berasal dari Empat Kata Bagan :16 Proses Pembentukan Akronim + Singkatan...Berasal dari Enam Kata Bagan 17: Proses Pembentukan Akronim + Akronim...Berasal dari Enam Kata Bagan 18: Proses Pembentukan Akronim + Akronim... Berasal dari Empat Kata Bagan 19: Proses Pembentukan Penggalan Berasal dari Satu Kata Bagan 20: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Satu Kata Bagan 21: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Satu Kata xiv

15 DAFTAR TABEL Tabel 1. Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia Tabel 2. Akronim dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia Tabel 3. Kombinasi Akronim dan Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia Tabel 4. Kombinasi Akronim dan Akronim dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia Tabel 5. Penggalan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia Tabel 6. Referen yang Ditunjuk Oleh Kependekan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia xv

16 ABSTARK Dawa, Wilhelmus Kependekan dalam Lingkungan Militer dan...kepolisian di Indonesia. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi...Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi, lambang huruf. Ada dua masalah yang dibahas dalam penelitian, yakni (i) pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, dan (ii) referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Objek penelitian yang berupa kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia berada dalam data yang merupakan bentuk panjang. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak kependekan yang digunakan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dan dilanjutkan dengan teknik catat. Untuk menjawab kedua permasalahan, (i) peneliti menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan dilanjutkan menggunakan teknik lesap. Permasalahan, (ii) diterapkan metode padan dilanjutkan dengan metode padan referensial. Hasil analisis data disajikan dengan dua teknik yaitu, (i) teknik informal menggunakan kata-kata biasa, (ii) teknik formal digunakan gambar, bagan, tabel, dan lambang fonetis. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan satu pola pembentukan singkatan, yaitu pengekalan bunyi pertama setiap kata. Pola pembentukan akronim ditemukan 11 pola akronim yakni, (i) pengekalan bunyi pertama setiap kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II, (iii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II, (iv) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata (x), pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV. Pola pembentukan kombinasi akronim dan singkatan ditemukan tiga pola yakni, (i) pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata Kata III, kata IV, (ii) pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata III, kata IV, (iii) pengekalan suku pertama kata I, bunyi pertama kata II, suku pertama kata III, dan bunyi pertama kata, V, kata VI. Pola pembentukan kombinasi akronim dan akronim ditemukan dua pengekalan, yaitu (i) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi awal kata II, kata IV dan empat bunyi pertama kata V, (ii) pengekalan tiga bunyi awal dari setiap kata. Pembentukan penggalan ditemukan tiga pola, yakni xvi

17 (i) pengekalan suku pertama setiap kata, (ii) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (iii) pengekalan empat bunyi pertama setiap kata. Peneliti menemukan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, yaitu (i) jabatan, (ii) pangkat, (iii) gedung, (iv) kegiatan, (v) petunjuk, (vi) wilayah batas, (vii) orang, (viii) satuan, dan (ix) sekolah. Kata Kunci: Kependekan; singkatan, akronim, penggalan, referen. xvii

18 ABSTRACT Dawa, Wilhelmus Abbreviation Forms in Military and Police Field in...indonesian. An Undergraduate Thesis. Indonesian Letter...Study Program, the Faculty of Letters, Sanata Dharma...University This study discussed the abbreviation in military and police field in Indonesian. Abbreviation is divided into five types which are shortness, acronyms, fragments, contractions, and emblem letters. There are two problems in this research which are (i) the pattern formation of the abbreviation in military and police field in Indonesian, and (ii) the referent of the abbreviation in military and police field in Indonesian. This research aims to describe the pattern formations and the referents abbreviation in military and police field in Indonesian. The object of this research is in the form of abbreviation in military and police field in Indonesia, is in the data which is a long form. In collecting the data, the researcher uses simak method that is finding the abbreviation in military and police field in Indonesian. Then, it is followed by catat method. To solved the first, the researcher applies agih method with Bagi Unsur Langsung (BUL) technique and is followed by lesap technique. To solved second problems the researcher uses padan method that is followed padan referensial method. The analized result is presented in two techniques which are, (i) informal technique using ordinary words, (ii) formal technique using pictures, charts, tables, and phonetic symbols. Based on the results of the study, the researcher found one pattern formation of the shortness that is perpetuation of the first sound. In the pattern formation of Acronym, the researcher found 11 acronym patterns which are (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the twofirst sound of word I and the first syllable of the word II, (iii) the perpetuation of two- first sound of word I and the three- first sound of word II, (iv) the perpetuation of three- first sound of each word, (v) the perpetuation of the first syllable of word I, word II, and the first sound of word III, (vi) the perpetuation of the first syllable of word I, word II, and the three-first sounds of word III, (vii) the perpetuation of the first syllable of word I, the two-first syllables of word II and three - first sounds of word IV, (viii) the perpetuation of the first syllable of word I and the last syllable of word II and III, (ix) the perpetuation of the last syllable of every words, (x) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I, the three first sounds of the basic word of word II, and the first syllable of word III, (xi) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I and the first sound of word II, III, and IV. For the pattern of generation in the acronym and shortness form combination, the researcher found three patterns namely: (i) perpetuation of the first syllable + the last sound of word I, the second syllable of the basic word of word II and the first sound of word III and IV, (ii) the perpetuation of the first syllable + the last sound of word I, the second syllable of the basic word of word I and the first sound of word III and IV, (iii) the perpetuation of the first syllable of word I + the first sound of word II, the first syllable of word III, and the first sound of word V and VI. For the pattern of xviii

19 generation in the acronym and acronym combination the researcher found two patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I, three-first sounds of word II and word III and the four-first sound of word VI, (ii) the perpetuation of the three first sounds of every words. Last but not the least, for the pattern of generation in the fragment the researcher found three patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the three first sounds of every words, (iii) the perpetuation of the four first sounds of every words The researcher found that the referents that had been referred to in the short forms within the Indonesian military and police field namely: (i) position, (ii) grade, (iii) building, (iv) activity, (v) guide, (vi) border area, (vii) person, (viii) unit, and (ix) school. Keywords: Abbreviation, shortness, acronym, fragment, referent xix

20 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek penelitian dalam skripsi ini adalah kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan adalah hasil proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata (Kridalaksana 1989: 159). Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi dan lambang huruf (Kridalaksana, ibid). Dua organisasi yang banyak menggunakan kependekan dalam berkomunikasi adalah militer dan kepolisian. Militer adalah sebuah organisasi yang diberi otoritas oleh organisasi di atasnya (negara) untuk menggunakan kekuatan yang mematikan (lethal force) agar membela dan mempertahankan negara dari ancaman aktual ataupun hal-hal yang dianggap ancaman (Sugono, dkk., eds., 2008: 1091). Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat (Sugono, dkk., eds., 2008: 915). Pada awalnya, Kepolisian Republik Indonesia adalah bagian dari ABRI (Angkatan Bersenja Republik Indonesia). Namun sejak dikeluarkan Undang-undang Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002, status Kepolisian Republik Indonesia sudah tidak menjadi bagian dari ABRI. Hal ini dikarenakan adanya perubahan paradigma dalam 1

21 2 sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan lembaga TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing (Anonim, 2015: 2). Dalam lingkungan militer dan kepolisian, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dan berinteraksi, baik dalam situasi yang formal maupun tidak formal. Penggunaan bahasa yang sesuai dengan pemakaiannya di ragam militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat tegas. Untuk keperluan itu digunakan berbagai kependekan. Orang dari luar militer dan kepolisian sering sukar memahami singkatan dan akronim itu, tetapi kalangan..militer..dan..kepolisian..dapat..memahaminya..( co.id/ragam-bahasa). Dalam bahasa, kependekan selaras dengan prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan meruduksi pesan. Teks yang singkat dengan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan tenaga dalam pemahamannya. Sebagai wacana yang terbatasi oleh ruang, wacana jurnalistik dikontruksi tidak melanggar prinsip itu (bdk. Baryadi 2002:50) Kependekan itu misalnya : (1) AAL (2) Bareskrim (3) Kapt Kependekan dalam contoh (1) merupakan singkatan. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih (Pedoman Umum Ejaan yang

22 3 Disempurnakan, 2009:18). Singkatan dieja huruf demi huruf (lihat Hara, 2013). Singkatan AAL merupakan kependekan Akademi Angkatan Laut Kependekan contoh (2) merupakan akronim. Akronim ialah kependekan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata (Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan, 2009: 19). Contoh (2) di atas merupakan kata yang dapat digunakan dalam kalimat. Bareskrim merupakan kependekan dari Badan Reserse dan Kriminal. Akronim Bareskrim dapat disebut sebagai kata karena mengandung makna dan konsep yang jelas (Chaer, 1990:32). Kependekan dalam contoh (3) Kapt merupakan penggalan dari kata utuh Kapten. Kependekan tersebut biasanya digunakan dalam ragam tulis, misalnya untuk menulis nama: Kapt. Joko. Kependekan tersebut memperlihatkan bahwa ada setidaknya tiga pola pembentukan singkatan dan akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Hal Kedua yang akan dibahas adalah referen yang diacu oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Kata atau leksem mengandung makna atau konsep. Makna atau konsep bersifat umum; sesuatu yang dirujuk, yang berada di luar dunia bahasa, bersifat tertentu. Hubungan antara kata dengan maknanya bersifat arbiter. Artinya tidak ada hubungan wajib antara deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya. Namun, hubungannya bersifat konvensional (Chaer, 1990: 32) Menurut Odgen dan Ricards (dikutip Baryadi 2007:4) hubungan antara bahasa, pikiran dan realitas dapat dijelaskan melalui segi tiga semantis. Perhatikan gambar berikut.

23 4 Thought or Reference Symbol Referent Stands for (an imputed relation) *TRUE Gambar 1: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards Gambar di atas memperlihatkan bahwa simbol melambangkan pikiran (dapat dibaca bahasa) dan karena itu di antara keduanya terdapat hubungan kausal. Di antara simbol dan pikiran terdapat hubungan langsung yang ditunjukan dengan garis lurus. Pikiran menunjuk referen dan karena itu di antara keduanya terdapat hubungan kausal juga. Antara simbol dan referen terdapat hubungan tidak langsung yang ditunjukan dengan garis putus-putus, tetapi hubungan antara simbol dan referen merupakan hubungan yang benar. Hubungan antara simbol dan referen harus melalui pikiran atau referensi. Contoh kependekan yang menunjuk pada referen dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Sekolah AAL sekolah

24 5 Gambar 2: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah Contoh AAL (Akademi Angkatan Laut) menunjuk simbol dan mengacu pada referen sekolah dengan perantara konsep sekolah. Dalam hal ini AAL tidak memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen sekolah harus melalui konsep dalam pikiran yaitu sekolah Satuan Bareskrim satuan Gambar 3: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan Pada contoh Bareskrim (Badan Reserse dan Kriminal) menunjukan simbol dan mengacu pada referen satuan dengan perantara konsep satuan dalam kepolisian. Dalam hal ini Bareskrim tidak memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen satuan harus melalui konsep dalam pikiran yaitu jenis satuan. Kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dipilih menjadi objek penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia banyak menggunakan pola pemendekan yang unik dan beragam. Ada yang berupa singkatan, akronim, dan penggalan. Kedua, dari hasil pemendekan yang berupa singkatan, akronim, penggalan

25 6 ditemukan referen yang ditunjuk. Ketiga, dunia militer dan kepolisan di Indonesia memiliki hubungan yang menyatu dengan masyarakat sehingga komunikasi tersebut penting diteliti. Kempat, sejauh penelusuran yang dilakukan peneliti, apalagi setelah keluarnya UU No. 2 Tahun 2002, belum ada peneliti yang mengkaji topik ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan dalam latar belakang, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebgai berikut Apa saja pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia? Apa saja referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan.kepolisian di Indonesia 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola-pola pembentukan kependekan dan menentukan jenis referennya dalam lingkungan militer dan kepolisian. Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: Mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia Mendeskripsikan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia

26 7 1.4 Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berupa deskripsi kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian ini memberikan sumbangan teoretis bagi cabang linguistik yaitu, morfologi. Dalam morfologi menyumbang proses pembentukan kependekan, yaitu dari bentuk panjuang menjadi bentuk pendek. Bidang semantik, yaitu kependekan tersebut ternyata memiliki referen juga. Bidang sosiolinguistik, yaitu bahasa berupa kependekan digunakan dalam komunitas tertentu dalam hal ini militer dan kepolisian di Indonesia. Hasil penelitian ini juga memberikan sumbangan praktis bagi para jurnalistik yang akan menggunakan kependekan dalam tulisannya dan komunikasi praktis yang berhubungan dengan militer dan kepolisian di Indonesia. 1.5 Tinjauan Pustaka Jalu dalam skripsinya yang berjudul Pola Pembentukan dan Jenis Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah (2015), membahas tentang pola slogan kota dan jenis referennya. Tentang pola slogan, ditemukan dua pola pembentukan, yaitu kata dan kalimat. Kata memiliki dua jenis yakni kata ulang dan akronim. Untuk akronim ditemukan 14 pola pembentukan. Adapun tentang referen yang diacu oleh slogan kota dan Kabupaten di Jawa Tengah, ditemukan 12 jenis referen. Hara dalam skripsinya yang berjudul Penggalan dan Kontraksi dalam Tuturan Berbahasa Indonesia Anak Muda di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (2013), membahas tentang pola-pola pembentukan penggalan dan pola pembentukan

27 8 kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Untuk penggalan ditemukan tujuh pola pembentukan, yakni (i) penggalan yang berupa pengekalan silabel pertama dari suatu kata, (ii) penggalan berupa pengekalan silabel terakhir dari suatu kata, (iii) penggalan yang berupa penggalan fonem terakhir dari suatu kata, (iv) penggalan yang berupa fonem pertama dari suatu kata, (v) penggalan yang berupa penganggalan silabel terakhir suatu kata, (vi) penggalan yang berupa pengekalan silabel tengah dan terakhir dari suatu kata, (vii) penggalan yang berupa pengekalan penanggalan dua fonem terakhir dalam suatu kata. Adapun tentang kontraksi ditemukan lima pola pembentukan, yakni (i) kontraksi dengan meringkas diftong dalam suatu kata, (ii) kontraksi dengan meringkas vokal tinggi menjadi vokal rendah dari suatu kata, (iii) kontraksi dengan meringkas dua silabel pertama dalam suatu kata, (iv) kontraksi dengan meringkas silabel pertama dalam suatu kata, (v) kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu kata. Suratmi (1997) dalam hasil penelitiannya yang berjudul Akronim Bahasa Indonesia dalam surat kabar karian Kompas menjelaskan bahwa akronim dalam surat kabar harian kompas dapat diteliti atas pola pembentukannya. Pola pembentukan itu terbagai atas tujuh pola, yaitu (i) akronim berunsur bunyi pertama kata utama; (ii) akronim berunsur suku kata kata utama; (iii) akronim berunsur gabungan antara bunyi pertama kata utama dengan suku kata utama: (iv) akronim berunsur gabungan antara bunyi pertama kata utama dengan bagian lain kata utama; (v) akronim berunsur gabungan antara suku kata utama dengan bagian lain kata uatama; (vi) akronim berunsur bagian bagian lain kata uatama; (vii) akronim berunsur bunyi pertama, dan bagian lain kata utama.

28 9 Topik tentang kependekan juga pernah diteliti oleh Permana (2006) dalam skripsinya yang berjudul Kependekan dalam Wacana Rubrik Operator Menjawab di Surat Kabar Suara Pembaruan. Hasil dari penelitian ini ditemukan pola-pola 15 pola pembentukan singkatan, yaitu (i) pengekalan konsonan huruf pertama dari setiap suku kata, (ii) pengekalan konsonan huruf pertama setiap kata, (iii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata, (iv) pengekalan dua huruf pertama dari suatu kata, (v) pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata, (vi) pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata. Selanjutnya, (vii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan penggalan suku-suku terakhir suatu kata, (viii) pengekalan konsonan huruf pertama tiap kata dan sufiks-nya, (ix) penggunaan monoftong pada suku kata kedua dari suatu kata, (x) persamaan huruf dalam penggunaan singkatan, (xi) penggunan prefiks didan pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata, (xii) penggunaan monoftong dari suku kata pertama dari suatu kata, (xiii) pengekalan konsonan huruf pertama suku terakhir dari suatu kata, (xiv) pengekalan konsonan huruf pertama, suku kata pertama dan huruf pertama suku kata kedua dan penggalan suku-suku terakhir dan sufiks-nya dari suatu kata, (xv) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan monoftong suku kata kedua. Dalam hal pembentukan akronim ditemukan dua pola pembentukan, yakni (i) pengekalan tiga huruf pertama dari kata pertama dan pengekalan dua huruf pertama kata ketiga, (ii) pengekalan suku kata terakhir kata pertama dan huruf pertama kata

29 10 kedua. Penggalan ditemukan sembilan pola pembentukan, yaitu (i) penggalan suku kata pertama dari suatu kata, (ii) penggalan suku kata terakhir dari suatu kata, (iii) penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata, (iv) pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata, (v) pengekalan konsonan huruf pertama dari suku kata pertama dan pengekalan suku-suku terakhir dari suatu kata, (vi) pengekelan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan kedua dan penggalan suku-suku kata terakhir dari suatu kata, (vii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan kedua dan penggalan suku-suku terakhir dan sufiks-nya, (viii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata kedua dan huruf pertama suku kata ketiga, (ix) pengekalan konsonan huruf pertama dan terakhir dan suku kata kedua dan penggalan kata selanjutnya. Lambang huruf ditemukan satu pola pembentukan, yakni lambang huruf yang menandai mata uang. Dari tinjauan pustaka tersebut, dapat disimpulkan dalam dua hal. Pertama, kependekan banyak dijumpai dalam berbagai bidang terutama dalam lingkungan militer dan kepolisian. Kedua, peneliti yang mengkaji tentang kependekan dalam militer dan kepolisian di Indonesia serta menentukan referen belum pernah dilakukan. Atas dasar tinjauan pustaka itulah, penelitian ini layak dilakukan. 1.6 Landasan Teori Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori tentang morfologi dan semantik. Dalam cabang ilmu morfologi meliputi proses morfologis yang menghasilkan bentuk kependekan, yaitu singkatan, akronim, penggalan, lambang huruf, dan kontraksi. Dalam cabang ilmu semantik yaitu referen.

30 Proses Morfologis Proses morfologis adalah proses pengubahan bentuk panjang menjadi bentuk kependekan. Ada tiga komponen yang terlibat dalam proses morfologis, yaitu (i) masukan, (ii) proses dan (iii) hasil. Masukan adalah bentuk panjang, proses merupakan cara pengubahan bentuk panjang, hasil berkaitan dengan kependekan (Baryadi, 2011: 25). Proses morfologis tersebut dapat ditunjukkan dengan bagan tersebut. Masukan Proses Hasil Bentuk Panjang Proses Morfologis Kependekan Bagan 1: Proses Morfologis Pemendekan Jenis-jenis Kependekan Kependekan terdiri dari penyingkatan, pengakroniman, pemenggalan, pengkotraksian, dan pelambangan huruf. Kelima jenis pemendekan tersebut menghasilkan lima jenis kependekan, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi, dan lambang huruf (Kridalaksana 1989: 161:163) Singkatan Singkatan adalah hasil pemendekan yang berupa huruf demi huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun tidak dieja huruf demi huruf (Kridalaksana, 1989 : 162). Berikut ini dikemukakan contohnya. (4) DIY ( Daerah Istimewa Yogyakarta) (5) SPP (Sumbangan Penyelanggara Pendidikan)

31 12 (6) TNI ( Tentara Nasioanl Indonesia) Yang tidak dieja huruf demi huruf; (7) dll. (dan lain-lain) (8) dng (dengan) (9) dst. (dan seterusmya) Dari beberapa contoh singkatan yang dieja dan tidak dieja di atas, dapat dijelaskan proses pemendekan menurut pola pembentukannya. Contoh (4) DIY merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, (5) SPP merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yakni Sumbangan Penyelenggara Pendidikan, dan contoh (6) TNI merupakan kependekan dari empat kata, yaitu Tentara Nasional Indonesia merupakan proses pemendekan dengan pengekalan bunyi pertama dari setiap kata Akronim Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau bagian lain dari bentuk dasar dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik dalam bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya : (10) ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) (11) Gakopad (Gabungan Koperasi Angkatan Darat) (12) ASI (Air Susu Ibu)

32 13 Pada contoh (10) ABRI merupakan kependekan yang berasal dari empat kata yaitu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, bunyi [a] berasal dari kata angkatan, bunyi [be] secara ortografis ditulis hurf B berasal dari kata bersenjata, bunyi [er] secara ortografis ditulis huruf R berasal dari kata republik, dan bunyi [i] berasal dari kata Indonesia. Pemendekannya adalah pengekalan bunyi pertama dari setiap kata. Contoh (11) Gakopad merupakan kependekan yang berasal dari empat kata Gabungan Koperasi Angkatan Darat, bunyi [ga] berasal dari gabungan, bunyi [kop] berasal dari kata koperasi, bunyi [a] berasal dari kata angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis di tulis huruf D berasal dari kata darat. Pemendekannya adalah pengekalannya pada suku pertama kata I, tiga bunyi pertama kata II, dan bunyi pertama kata III, kata IV. Contoh (12) ASI merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yaitu Air Susu Ibu, bunyi [a] berasal dari kata air, bunyi [es] secara ortografis ditulis huruf S berasal dari kata susu, dan bunyi [i] berasal dari kata ibu. proses pemendekannya adalah pengekalan bunyi pertama setiap kata Penggalan Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari kata (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya. (13) Purn (purnawirawan) (14) Bu (ibu) (15) Pak (bapak)

33 14 Pembentukan penggalan di atas dilakukan dengan cara menanggalkan bentuk dasar. Contoh (13) Purn merupakan kependekan berasal dari satu kata yaitu Purnawirawan. Penggalan Purn merupakan hasil kependekan dengan cara mengekalkan empat bunyi pertama. Contoh (14) Bu merupakan kependekan dari kata Ibu. Penggalan bu merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan suku kata terakhir Bu dari kata Ibu. Contoh (15) Pak merupakan kependekan yang berasal dari kata Bapak. Penggalan Pak merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan suku kata terakhir Pak dari kata Bapak Lambang Huruf Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang mengambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, dan unsur (Kridalaksana, 1989: 162). Perhatikan contohnya. (16) G (gram) (17) Cm (centi meter) (18) Rp (rupiah) Contoh (16) G merupakan kemendekan dengan cara menanggalkan satu huruf dan menjadi lambang huruf yang menandai satuan dasar ukuran berat berasal dari kata Gram, contoh (17) Cm merupakan kemendekan dengan cara menanggalkan dua huruf dan menjadi lambang huruf yang menandai satuan ukuran panjang berasal dari kata centi meter, dan contoh (18) Rp merupakan kemendekan dengan cara menanggalkan dua huruf berasal dari kata Rupiah dan menjadi lambang huruf yang menandai mata uang negara Indonesia.

34 Kontraksi Kontraksi adalah kependekan yang dihasilkan dengan meringkas bentuk dasar (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya. (19) Tak (tidak) (20) Takkan (tidak akan) Contoh (19) tak merupakan kependekan yang dihasilkan dengan cara meringkas tiga huruf dari kata tidak dan contoh (20) takkan merupakan kependekan yang dihasilkan dengan meringkas lima huruf dari kata tidak akan Referen Rerefen adalah benda atau orang yang diacu oleh kata atau untaian kata di kalimat atau konteks tertentu. Referen merupakan konsep yang lazimnya berhubungan dengan suatu hal yang berada di luar bahasa (Wijana, 2008:4). Bentuk kebahasan memiliki konsep dalam pikiran manusia yang disebut (thought), dan konsep ini lazim berhubungan dengan sesuatu atau hal yang ada di luar bahasa yang disebut referen (referent). Disebut lazim karena tidak semua kata yang memiliki makna memiliki referen. Makna bersifat umum dan tidak tertentu, sedangkan referen bersifat tertentu. Referen adalah sesuatu yang diacu oleh konsep bentuk bahasa yang bersangkutan. Bentuk bahasa berhubungan secara langsung dengan konsep pikiran (makna) (Chaer,1990: 31). Menurut Odgen dan Ricards dikutip (Baryadi, 2007:4-6) hubungan antara bahasa, pikiran dan realitas dapat dijelaskan melalui segi tiga semantis. Perhatikan gambar berikut.

35 16 Thought or Reference Symbol Referent Stands for (an imputed relation) *TRUE Gambar 4: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards Gambar 4 di atas menunjukan bahwa simbol mengacu kepada sesuatu referen dengan perantara konsep. Dalam hal ini hubungan antara symbol dan referen tidak memiliki hubungan yang langsung (yang ditunjukkan dengan garis putus-putus), akan tetapi hubungan kedua hal tersebut harus melaui thougt or reference. Sesuai perkembangan semiotika, oleh Lyons setiap unsur dari segitiga Odgen dan Rhicards itu diganti dengan nama lain. Istilah symbol diganti dengan sign, thought diganti dengan concept, dan referent diganti dengan significatum. Perhatikan gambar berikut. Concept Sign Significatum Gambar 5: Segi Tiga Semantis dari Lyons Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa sign mengacu kepada sesuatu significatum dengan perantara concept anatara sign dan significatum tidak memiliki

36 17 hubungan langsung ditunjukan dengan garis putus-putus, tetapi harus melalui concept. 1.7 Metode dan Teknik Penelitian Penelitian ini dilakukan tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini Metode Pengumpulan Data Objek penelitian ini adalah kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Objek ini berada dalam data yang berupa bentuk panjang. Data diperoleh dari sumber sumber online. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik sadap dan teknik catat. Metode simak dilaksanakan dengan menyimak penggunaan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Penerapan lebih lanjut menggunakan teknik catat dan sadap. Teknik catat adalah teknik yang digunakan dengan pencatatan dan teknik sadap dilanjuti dengan mencermati data-data yang berupa bentuk panjang dengan mengklasifikasi atau mengelompokkan pola pembentukan singkatan, akronim, penggalan (Sudaryanto, 1993; 135). Contoh data yang digunakan sebagai berikut (21) AKP (Ajun Komisaris Polisi) (22) ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) (23) MAYJEN (Mayor Jendral)

37 Metode Analisis Data Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data diklasifikasi, kemudian dianalisis dengan metode agih dan padan. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam bahasa dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Teknik dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian (Sudaryanto, 1993:31). Misalnya, AMN memiliki unsur /A/M/N/. Bunyi [a] berasal dari kata akademi, bunyi [m] berasal dari kata militer, dan bunyi [n] berasal dari kata nasional. Untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama digunakan teknik lanjutan, yaitu teknik lesap. Teknik lesap adalah teknik analisis data dengan cara melesapkan, mengilangkan, menghapuskan, mengurangi satauan kebahasaan yang tidak dikekalkan. Kegunaan teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian yang dianilisis (Sudaryanto, 1993: 37 ). (24) AMN ( Akademi Militer Nasional) (25) ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) (26) Let (Letnan) Kependekan dalam contoh (24) di atas merupakan singkatan. Singkatan AMN merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata yaitu Akademi Militer Nasional. Bunyi [a] berasal dari kata Akademi, bunyi [m] berasal dari kata Militer, dan bunyi [n] dari kata Nasional. Kependekan dalam contoh (25) Akronim ALRI merupakan kependekan yang berasal dari empat kata yaitu Angkatan Laut Republik Indonesia. Bunyi [a] berasal dari kata Angkatan, bunyi [l] berasal dari kata Laut, bunyi [r]

38 19 berasal dari kata Republik, dan bunyi [i] berasal dari kata Indonesia. Contoh (26) merupakan penggalan. Penggalan Let merupakan kependekan yang berasal dari kata Letnan. Bunyi [let] berasal dari kata Letnan. Dalam menganalisis rumusan masalah yang kedua, peneliti menggunakan metode padan. Metode padan ini alat penentunya di luar bahasa, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Teknik dasar yang dipakai dalam metode ini teknik pilah unsur penentu atau PUP. Teknik lanjutannya digunakan metode padan referensial untuk menentukan identitas satuan kebahahasaan menurut referen yang ditunjuk (Sudaryanto, 1993;145). Misalnya seperti berikut: (26) EKKT (Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas) (27) Kasad (Kepala Staf Angkatan Darat) (29) Jen (Jendral) Singkatan EKKT dalam contoh (27) memiliki kepanjangan Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas, mempunyai konsep yang berada dalam pikiran aktivitas atau pekerjaan dan menunjuk referen kegiatan. Akronim Kasad dalam contoh (28) memiliki kepanjangan Kepala Staf Angkatan Darat mempunyai konsep yang berada dalam pikiran struktur organisai dan menunjuk referen jabatan. Kasad adalah pemimpin tertinggi di lembaga TNI AD. Kependekan Jen dalam contoh (29) memiliki kepanjangan Jendral mempunyai konsep yang berada dalam pikiran dan menunjuk referen pangkat. Jendral adalah jenis pangkat perwira tertinggi dalam militer.

39 Metode Penyajian Hasil Analisis Data Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal dan metode formal. Penyajian asil analisis data dengan metode informal mengunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, ). Penyajian hasil analisis data dengan menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan, bagan, gambar, tabel dan lambang fonetis (Sudaryanto, ibid). 1.8 Sistematika Penyajian Secara garis besar laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penelitian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalahmasalah yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan tujuan peneltian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahas tentang singkatan, akronim, dan penggalan. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Metode penelitian merincikan teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyampain hasil analisisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini.

40 21 Pada BAB II berisi uraian pola-pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Bab III referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Pada Bab IV berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data dan saran untuk peneliti selanjutnya mengenai hal-hal yang dikaji dalam penelitian ini.

41 22 BAB II POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA 2.1 Pengantar Kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia terdiri dari singkatan, akronim, dan penggalan. Jenis-jenis kependekan tersebut memiliki polapola dan proses pembentukan kependekan. 2.2 Pola Singkatan Singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia meliputi singkatan yang berasal dari dua kata, tiga kata, dan empat kata. Berikut ini beberapa contoh. (30) AD (Angkatan Darat) (31) AL (Angkatan Laut) (32) AU (Angkatan Udara (33) TNI (Tentara Nasional Indonesia) (34) AKP (Ajun Komisaris Polisi) (35) AAU (Akademi Angkatan Udara) (36) KKAD (Kesatuan Komando Angkatan Darat) (37) AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi) 22

42 23 Kependekan yang berasal baik dari dua kata, tiga kata, empat kata dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama dari setiap kata. Contoh (30) AD merupakan kependekan dari Angkatan Darat. Bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan dan bunyi [de] secara ortografis ditulis huruf D berasal dari kata Darat. Contoh (31) AL merupakan kependekan dari Angkatan Laut. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [el] yang secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut. Pada contoh (32) AU merupakan kependekan dari Angkatan Udara. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [u] yang secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara. Contoh (33) TNI yang berasal dari bentuk panjang Tentara Nasional Indonesia. Bunyi [te] yang secara ortografis ditulis dalam huruf T dari kata Tentara, bunyi [en] yang secara ortografis ditulis huruf N dari kata Nasional, dan bunyi [i] yang secara ortografis ditulis dalam huruf I dari kata Indonesia. Singkatan TNI merupakan hasil pengekalan bunyi pertama dari setiap kata Tentara Nasional Indonesia. Pada contoh (34) terdapat singkatan AKP merupakan kependekan dari Ajun Komisaris Polisi. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Ajun, bunyi [ka] yang secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Komisaris, dan bunyi [pe] yang secara otografis ditulis huruf P berasal dari kata Polisi. Contoh (35) terdapat singkatan AAU merupakan kependekan dari Akademi Angkatan Udara. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Akademi, bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [u] yang secara otografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara.

43 24 Pada contoh (36) KKAD merupakan kependekan dari Komando Kesatuan Angkatan Darat. Bunyi [ka] secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Komando, bunyi [ka] secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Kesatuan, bunyi [a] ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] ditulis huruf D berasal dari kata Darat. Contoh (37) AKBP merupakan kependekan dari Ajun Komisaris Besar Polisi. Bunyi [a] berasal dari kata Ajun, bunyi [ka] secara ortografis ditulis hurf K berasal dari kata Komisaris, bunyi [be] secara ortografis ditulis huruf B berasal dari kata Besar, dan bunyi [pe] secara ortografis ditulis huruf P berasal dari kata Polisi. Hasil analisis data singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut. Tabel 1. Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia No Bentuk Panjang Proses Hasil 1 Angkatan Darat Pengekalan Bunyi AD 2 Angkatan Laut Pertama dari Setiap AL Kata 3 Angkatan Udara AU 4 Tentara Nasional Indonesia TNI 5 Ajun Komisaris Polisi AKP 6 Akademi Angkatan Udara AAU 7 Kesatuan Komando Angkatan KKAD Darat 8 Ajun Komisaris Besar Polisi AKBP

44 25 Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut. Masukan Proses Hasil Bentuk Panjang (2 kata, 3 kata, 4 kata) Pengekalan Bunyi Pertama Setiap Kata Singkatan Bagan 2: Proses Pembentukan Singkatan Berasal dari Dua Kata, Tiga Kata, dan Empat Kata 2.3 Pola Akronim Pola pembentukan akronim ditemukan 11 pola akronim yakni, (i) pengekalan bunyi pertama setiap kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II, (iii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II, (iv) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata (x), pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV.

45 Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang berasal dari tiga kata dan empat kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya. (38) DOM (Daerah Operasai Militer) (39) BIN (Badan Intelejen Negara) (40) AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) (41) ALRI (Angkatan Laut Rebuplik Indonesia) Kependekan yang berasal baik dari tiga kata dan empat kata dihasilkan dengan pengekalan bunyi pertama setiap kata Contoh (38) DOM merupakan kependekan Daerah Operasi Militer. Bunyi [de] yang secara ortografis ditulis huruf D berasal dari kata Daerah, bunyi [o] yang secara ortografis ditulis huruf O berasal dari kata Operasi, dan bunyi [em] yang secara ortografis ditulis huruf M berasal dari kata Militer. Akronim DOM merupakan bentuk pengekalan bunyi pertama dari setiap kata Dareah Operasi Militer. Contoh (39) BIN merupakan kependekan dari Badan Intelejen Negara. Bunyi [be] secara ortografis ditulis huruf B berasal dari kata Badan, bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I berasal dari kata Itelejen, bunyi [n] secara ortografis ditulis huruf N berasal dari kata Negara. Pada contoh (40) AURI merupakan kependekan dari Angkatan Udara Republik Indonesia. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [u] secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara, bunyi [er] secara ortografis ditulis huruf R dari kata Republik, dan bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I berasal dari kata Indonesia. Contoh (41) terdapat akronim

POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA

POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA Wilhelmus Dawa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma ABSTRAK Artikel ini membahas kependekan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE)

FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) FAKTOR-FAKTOR PENENTU PEMILIHAN BENTUK ORTOGRAFIS DALAM BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SKRIPSI Oleh Indah Sri Wulandari NIM 030110201028 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kosakata bahasa Indonesia tidak terlepas dari proses pembentukan kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari di masyarakat

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

KAJIAN SINGKATAN DAN AKRONIM PADA SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT EDISI MEI 2012 DAN SARAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

KAJIAN SINGKATAN DAN AKRONIM PADA SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT EDISI MEI 2012 DAN SARAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP 1 KAJIAN SINGKATAN DAN AKRONIM PADA SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT EDISI MEI 2012 DAN SARAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT

KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) ABSTRACT KEAMBIGUITASAN MAKNA DALAM BERITA PENDIDIKAN DI SURAT KABAR PADANG EKSPRES (KAJIAN SEMANTIK) Doretha Amaya Dhori 1, Wahyudi Rahmat², Ria Satini² 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013 BAB I PENDAHULUAN Pada bab I akan dipaparkan latar belakang, masalah penelitian yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang

Lebih terperinci

PROSES PENYERAPAN KATA DALAM BAHASA INDONESIA DARI BAHASA INGGRIS PADA RUBRIK POLITIK DAN HUKUM, SURAT KABAR SATELITPOST EDISI AGUSTUS 2016

PROSES PENYERAPAN KATA DALAM BAHASA INDONESIA DARI BAHASA INGGRIS PADA RUBRIK POLITIK DAN HUKUM, SURAT KABAR SATELITPOST EDISI AGUSTUS 2016 PROSES PENYERAPAN KATA DALAM BAHASA INDONESIA DARI BAHASA INGGRIS PADA RUBRIK POLITIK DAN HUKUM, SURAT KABAR SATELITPOST EDISI AGUSTUS 2016 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber informasi, televisi sangat membantu masyarakat untuk mendapatkan berita dan hiburan yang setiap saat selalu bisa di-update. Televisi merupakan media

Lebih terperinci

ABREVIASI BAHASA INDONESIADALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT

ABREVIASI BAHASA INDONESIADALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT Abreviasi Bahasa Indonesia... (Oktaviani Icha K. W) 63 ABREVIASI BAHASA INDONESIADALAM SURAT KABAR HARIAN KEDAULATAN RAKYAT INDONESIAN ABBREVIATION IN DAILY NEWSPAPER KEDAULATAN RAKYAT Oleh: oktaviani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, maka kehidupan manusia akan kacau. Sebab dengan bahasalah manusia

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbahasa merupakan salah satu kegiatan sehari-hari manusia dalam berkomunikasi, yang artinya dengan berbahasalah manusia saling berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Disusun oleh: ISTI JABAHTUL MAULIA

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) Disusun oleh: ISTI JABAHTUL MAULIA ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PADA TUTURAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KELAS XI JURUSAN BAHASA DI SMA ISLAM TA ALLUMUL HUDA BUMIAYU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh. Evie Tristianasari

ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI. Oleh. Evie Tristianasari ABREVIASI BAHASA INDONESIA PADA BAHASA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) SISWA SMA DI KABUPATEN BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Evie Tristianasari 070210402100 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku)

ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku) ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN

JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN JARGON DALAM FORUM KASKUS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF MATERI PEMBELAJARAN PENULISAN SLOGAN SKRIPSI Oleh: Winda Astutik NIM 090210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pada masa kini, penggunaan HP (handphone) semakin marak. HP tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat komunikasi dari zaman ke zaman mengalami perkembangan pesat sehingga informasi didapat dengan mudah dan cepat. Seiring dengan kemajuan teknologi pada masa

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LINTAS GENERASI PADA SINGKATAN SMS

PEMAHAMAN MAKNA LINTAS GENERASI PADA SINGKATAN SMS PEMAHAMAN MAKNA LINTAS GENERASI PADA SINGKATAN SMS NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah DEWI AYU SETIYOWATI

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS POLA KALIMAT DALAM TULISAN MAHASISWA BIPA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA REVINA INELDA NIVIRAWATI

SKRIPSI ANALISIS POLA KALIMAT DALAM TULISAN MAHASISWA BIPA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA REVINA INELDA NIVIRAWATI SKRIPSI ANALISIS POLA KALIMAT DALAM TULISAN MAHASISWA BIPA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA, UNIVERSITAS UDAYANA REVINA INELDA NIVIRAWATI 1101105010 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

VARIASI STRUKTUR TEKS RESENSI DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

VARIASI STRUKTUR TEKS RESENSI DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS VARIASI STRUKTUR TEKS RESENSI DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Diajukan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik

PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik PEMAKAIAN BAHASA DALAM JUAL BELI HANDPHONE DAN AKSESORIS HANDPHONE DI SURAKARTA: Suatu Pendekatan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam menganalisis data. Konsep-konsep yang dijelaskan dalam bab ini meliputi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam menganalisis data. Konsep-konsep yang dijelaskan dalam bab ini meliputi, BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini dikemukakan pendapat para ahli yang digunakan sebagai acuan dalam menganalisis data. Konsep-konsep yang dijelaskan dalam bab ini meliputi, huruf, kata, suku kata, diftong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA PADA RUBRIK POJOK NUWUN SEWU

PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA PADA RUBRIK POJOK NUWUN SEWU PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA PADA RUBRIK POJOK NUWUN SEWU DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS EDISI DESEMBER 2016 DAN IMPLIKASI TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA Skripsi Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kompas edisi Senin bulan Februari Data itu diambil dari rubrik politik dan hukum, opini, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data 1. Data Data dalam penelitian ini yaitu singkatan dan akronim yang terdapat dalam surat kabar Kompas edisi Senin bulan Februari 2011. Data itu diambil

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN DESKRIPTIF SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI I CEPOGO BOYOLALI DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR

ANALISIS KESALAHAN BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN DESKRIPTIF SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI I CEPOGO BOYOLALI DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR ANALISIS KESALAHAN BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN DESKRIPTIF SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI I CEPOGO BOYOLALI DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR Tesis Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA PADA TRANSAKSI JUAL BELI DI TOKO ONLINE: Tinjauan Sosiolinguistik

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA PADA TRANSAKSI JUAL BELI DI TOKO ONLINE: Tinjauan Sosiolinguistik KARAKTERISTIK PENGGUNAAN BAHASA PADA TRANSAKSI JUAL BELI DI TOKO ONLINE: Tinjauan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR SISWA KELAS I SD NEGERI 2 CABEANKUNTI CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR SISWA KELAS I SD NEGERI 2 CABEANKUNTI CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA LANCAR SISWA KELAS I SD NEGERI 2 CABEANKUNTI CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 OLEH : SUHARINI NIM. X7110041 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Sarjana S-1 UMI SHOLIKATI A

Sarjana S-1 UMI SHOLIKATI A PENGGUNAAN AKRONIM PADA RUBRIK POLITIK DAN HUKUM DALAM SURAT KABAR KOMPAS EDISII AGUSTUS-NOVEMBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang dipakai oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari peritiwa komunikasi.dalam berkomunikasi, manusia memerlukan bahasa.bahasa mempunyai peran penting dalam

Lebih terperinci

ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat.

ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. ANALISIS RAGAM BAHASA PADA PESAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TENGARAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah UTAMI RAHAYU

Lebih terperinci

DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DEIKSIS PADA BERITA HALAMAN UTAMA SURAT KABAR KOMPAS DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN MENULIS BERITA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : Wisnu Suharto Catur Wijaya K1212074 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna

Lebih terperinci

ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku)

ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku) ISOGLOS DIALEK BAHASA JAWA DI PERBATASAN JAWA TENGAH-JAWA TIMUR (Studi Kasus di Kecamatan Giriwoyo, Punung, dan Pringkuku) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Bahasa akan selalu berhubungan dengan masyarakat penutur begitu pula sebaliknya, masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI

ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI ANALISIS PENANDA HUBUNGAN KONJUNGSI SUBORDINATIF PADA KARANGAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 SAMBI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KALIMAT INTEROGATIF BAHASA INDONESIA DI PERSIDANGAN PENGADILAN NEGERI JEMBER

JENIS-JENIS KALIMAT INTEROGATIF BAHASA INDONESIA DI PERSIDANGAN PENGADILAN NEGERI JEMBER JENIS-JENIS KALIMAT INTEROGATIF BAHASA INDONESIA DI PERSIDANGAN PENGADILAN NEGERI JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Sastra

Lebih terperinci

ASIMILASI AKRONIM BAHASA INDONESIA: STUDI KASUS PELAFALAN AKRONIM MAHASISWA SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ASIMILASI AKRONIM BAHASA INDONESIA: STUDI KASUS PELAFALAN AKRONIM MAHASISWA SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ASIMILASI AKRONIM BAHASA INDONESIA: STUDI KASUS PELAFALAN AKRONIM MAHASISWA SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar

Lebih terperinci

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Skripsi Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BENTUK DEIKSIS SOSIAL DALAM WACANA RUBRIK KHAZANAH PADA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2015

BENTUK DEIKSIS SOSIAL DALAM WACANA RUBRIK KHAZANAH PADA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2015 BENTUK DEIKSIS SOSIAL DALAM WACANA RUBRIK KHAZANAH PADA SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI DESEMBER 2015 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) oleh: NURUL APRIL LIANI

Lebih terperinci

PEMENDEKAN KATA DALAM BAHASA SMS PADA RUBRIK HALO JOGJA DI HARIAN JOGJA

PEMENDEKAN KATA DALAM BAHASA SMS PADA RUBRIK HALO JOGJA DI HARIAN JOGJA PEMENDEKAN KATA DALAM BAHASA SMS PADA RUBRIK HALO JOGJA DI HARIAN JOGJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

PANGALEM BAHASA MADURA DI BONDOWOSO ( SEBUAH KAJIAN SOSIOPRAGMATIK) SKRIPSI. Oleh Rahmat Hidayat NIM

PANGALEM BAHASA MADURA DI BONDOWOSO ( SEBUAH KAJIAN SOSIOPRAGMATIK) SKRIPSI. Oleh Rahmat Hidayat NIM PANGALEM BAHASA MADURA DI BONDOWOSO ( SEBUAH KAJIAN SOSIOPRAGMATIK) SKRIPSI Oleh Rahmat Hidayat NIM 080110201061 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2013 i PANGALEM BAHASA MADURA

Lebih terperinci

KAJIAN PRAGMATIK PADA WACANA POJOK HARIAN BALI POST : Sebuah Tinjauan Pragmatik

KAJIAN PRAGMATIK PADA WACANA POJOK HARIAN BALI POST : Sebuah Tinjauan Pragmatik KAJIAN PRAGMATIK PADA WACANA POJOK HARIAN BALI POST : Sebuah Tinjauan Pragmatik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA

ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA ANALISIS TEKS INFORMASI LALU LINTAS DI WILAYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi persyaratan guna mencapai derajat sarajan S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah S U T A N T I A 310 040 085

Lebih terperinci

POLA PEMBENTUKAN RYAKUGO (PEMENDEKAN) BAHASA JEPANG : SUATU TINJAUAN MORFOLOGI STRUKTURAL TESIS OLEH KHAIRA SEANTY DARLAN /LNG

POLA PEMBENTUKAN RYAKUGO (PEMENDEKAN) BAHASA JEPANG : SUATU TINJAUAN MORFOLOGI STRUKTURAL TESIS OLEH KHAIRA SEANTY DARLAN /LNG POLA PEMBENTUKAN RYAKUGO (PEMENDEKAN) BAHASA JEPANG : SUATU TINJAUAN MORFOLOGI STRUKTURAL TESIS OLEH KHAIRA SEANTY DARLAN 117009038/LNG SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 POLA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

REGISTER PERDAGANGAN DI JEJARING SOSIAL BUKALAPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK

REGISTER PERDAGANGAN DI JEJARING SOSIAL BUKALAPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK REGISTER PERDAGANGAN DI JEJARING SOSIAL BUKALAPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Diajukan Oleh : HayuAnggari

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR LEGI JATINOM KLATEN: Tinjauan Sosiolinguistik

PEMAKAIAN BAHASA TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR LEGI JATINOM KLATEN: Tinjauan Sosiolinguistik PEMAKAIAN BAHASA TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR LEGI JATINOM KLATEN: Tinjauan Sosiolinguistik SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS BAHASA INDONESIA Modul ke: KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id A. Pengertian Bahasa 1. Bloch & Trager Bahasa adalah

Lebih terperinci

ANALISIS KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA

ANALISIS KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA ANALISIS KATA BERSUFIKS PADA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA MUHAMMADIYAH 2 GEMOLONG Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan judul Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Gaul pada Tabloid Edisi Tahun 2012, oleh Riana

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Penelitian dengan judul Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Gaul pada Tabloid Edisi Tahun 2012, oleh Riana 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Proses Pembentukan Kata dalam Bahasa Gaul pada Tabloid Edisi 15-21 Tahun 2012, oleh Riana Penelitian tersebut bertujuan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA Himawatul Azmi Nur dan Prembayun Miji Lestari Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa, FBS, Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA PARIKAN DALAM ACARA GUYON MATON RADIO SWIBA (Swara Intan Pari Membangun) KARANGANYAR

KAJIAN STILISTIKA PARIKAN DALAM ACARA GUYON MATON RADIO SWIBA (Swara Intan Pari Membangun) KARANGANYAR KAJIAN STILISTIKA PARIKAN DALAM ACARA GUYON MATON RADIO SWIBA (Swara Intan Pari Membangun) KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi

Lebih terperinci

ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI

ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI ANALISIS KONJUNGSI KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF PADA LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS XII IPS 3 SMA NEGERI 1 SUMBERLAWANG SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI. Oleh:

KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI. Oleh: KARAKTERISTIK RAGAM BAHASA DALAM STATUS DAN KOMENTAR MAHASISWA PBSI PADA APLIKASI BBM (BLACKBERRY MESSENGER) SKRIPSI Oleh: Maya Dwi Jayanti NIM 100210402024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN SEMANTIK NAMA JAJANAN PASAR DI WILAYAH PURWOKERTO

KAJIAN SEMANTIK NAMA JAJANAN PASAR DI WILAYAH PURWOKERTO KAJIAN SEMANTIK NAMA JAJANAN PASAR DI WILAYAH PURWOKERTO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh NABILLAH SEAN FIA 1301040035 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Tesis Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

KAJIAN DIALEK DALAM CAMPUR KODE TUTURAN MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

KAJIAN DIALEK DALAM CAMPUR KODE TUTURAN MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) 1 KAJIAN DIALEK DALAM CAMPUR KODE TUTURAN MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI

WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI Oleh Winarti NIM 070210402096 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Pendidikan. Disusun oleh: PRIYANTO

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Pendidikan. Disusun oleh: PRIYANTO 1 JENIS PERUBAHAN MAKNA DAN FAKTOR-FAKTOR PERUBAHAN MAKNA NAMA JULUKAN KLUB SEPAKBOLA DI LIGA SUPER INDONESIA DAN DIVISI UTAMA LIGA INDONESIA MUSIM KOMPETISI 2013-2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM SURAT PEMBACA? DALAM HARIAN SUARA MERDEKA

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM SURAT PEMBACA? DALAM HARIAN SUARA MERDEKA INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM SURAT PEMBACA? DALAM HARIAN SUARA MERDEKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONEN MAKNA KATA DAN FRASA BAHASA ASING DALAM IKLAN ELEKTRONIK PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA EDISI MARET 2012

ANALISIS KOMPONEN MAKNA KATA DAN FRASA BAHASA ASING DALAM IKLAN ELEKTRONIK PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA EDISI MARET 2012 ANALISIS KOMPONEN MAKNA KATA DAN FRASA BAHASA ASING DALAM IKLAN ELEKTRONIK PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA EDISI MARET 2012 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar juga dapat memperluas wawasan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar juga dapat memperluas wawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi, berbagi pengalaman, ilmu, dan pengetahuan. Berkomunikasi dengan bahasa lisan dan tulisan, selain dapat meningkatkan

Lebih terperinci

GAYA BAHASA SINDIRAN DALAM RUBRIK KOMIK CEMPLUK PADA TABLOID CEMPAKA EDISI JANUARI-MARET 2017

GAYA BAHASA SINDIRAN DALAM RUBRIK KOMIK CEMPLUK PADA TABLOID CEMPAKA EDISI JANUARI-MARET 2017 GAYA BAHASA SINDIRAN DALAM RUBRIK KOMIK CEMPLUK PADA TABLOID CEMPAKA EDISI JANUARI-MARET 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) oleh :

Lebih terperinci

PROSES PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM TUTURAN SISWA PAUD AR-ROCHMAH KARANG BANJAR, PURBALINGGA PADA SEMESTER SATU TAHUN PELAJARN

PROSES PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM TUTURAN SISWA PAUD AR-ROCHMAH KARANG BANJAR, PURBALINGGA PADA SEMESTER SATU TAHUN PELAJARN 1 PROSES PERUBAHAN BENTUK KATA DALAM TUTURAN SISWA PAUD AR-ROCHMAH KARANG BANJAR, PURBALINGGA PADA SEMESTER SATU TAHUN PELAJARN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mencapai gelar

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA SURAT LAMARAN KERJA DI CV SINDUNATA KARTASURA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Dan Daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering

BAB 1 PENDAHULUAN. Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kependekan kata dalam tindak komunikasi sehari-hari semakin sering ditemukan. Menurut Harimurti Kridalaksana (2007: 159), kependekan merupakan hasil dari proses pemendekan

Lebih terperinci

KAJIAN SEMANTIK NAMA PANGGILAN UNIK DAN MENARIK PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GUMIWANG KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PELAJARAN

KAJIAN SEMANTIK NAMA PANGGILAN UNIK DAN MENARIK PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GUMIWANG KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 1 KAJIAN SEMANTIK NAMA PANGGILAN UNIK DAN MENARIK PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 GUMIWANG KABUPATEN WONOSOBO TAHUN PELAJARAN 2016-2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagaian Syarat Mencapai Gelar

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik)

IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) IMPLIKATUR PERCAKAPAN SEBAGAI UNSUR PENGUNGKAPAN HUMOR DALAM KOMEDI OKB DI TRANS 7 (Sebuah Tinjauan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK 2.1 Teori-Teori Yang Relevan Dengan Variabel Yang Diteliti 2.1.1 Pengertian Semantik Semantik ialah bidang linguistik yang mengkaji hubungan antara tanda-tanda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS BERITA POLITIK KOLOM POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR KOMPAS

MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS BERITA POLITIK KOLOM POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR KOMPAS MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF PADA TEKS BERITA POLITIK KOLOM POLITIK DAN HUKUM SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2017 DAN IMPLEMENTASINYA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP KELAS VIII SKRIPSI

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN AKADEMIK THESIS

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN AKADEMIK THESIS STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN AKADEMIK (Studi Situs : di AKBID CITRA MEDIKA SURAKARTA) THESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

INTERFERENSI MORFOLOGIS BAHASA INDONESIA DALAM PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA

INTERFERENSI MORFOLOGIS BAHASA INDONESIA DALAM PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA INTERFERENSI MORFOLOGIS BAHASA INDONESIA DALAM PENGGUNAAN BAHASA JAWA PADA UPACARA PERNIKAHAN ADAT JAWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

DISFEMISME DALAM BERITA KRIMINAL PADA JATENG POS EDISI SEPTEMBER-DESEMBER 2015

DISFEMISME DALAM BERITA KRIMINAL PADA JATENG POS EDISI SEPTEMBER-DESEMBER 2015 DISFEMISME DALAM BERITA KRIMINAL PADA JATENG POS EDISI SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul

BAB II LANDASAN TEORI. jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul 13 BAB II LANDASAN TEORI Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini mengemukakan jenis kependekan dan proses pembentukan kependekan yang terdapat dalam judul acara televisi. Selain itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EUFEMISME DALAM RUBRIK PROBLEMATIKA PADA MAJALAH KARTINI EDISI TAHUN 2013

KAJIAN EUFEMISME DALAM RUBRIK PROBLEMATIKA PADA MAJALAH KARTINI EDISI TAHUN 2013 1 KAJIAN EUFEMISME DALAM RUBRIK PROBLEMATIKA PADA MAJALAH KARTINI EDISI TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) oleh: TRI ASTUTI 0901040092 PROGRAM

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS DI POLRESTABES SEMARANG) SKRIPSI

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS DI POLRESTABES SEMARANG) SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS DI POLRESTABES SEMARANG) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Ilmu Hukum DISUSUN OLEH:

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN PERAN SEMANTIS DALAM KALIMAT IMPERATIF PADA SPANDUK DAN BALIHO DI PURWOKERTO TAHUN 2016

POLA HUBUNGAN PERAN SEMANTIS DALAM KALIMAT IMPERATIF PADA SPANDUK DAN BALIHO DI PURWOKERTO TAHUN 2016 1 POLA HUBUNGAN PERAN SEMANTIS DALAM KALIMAT IMPERATIF PADA SPANDUK DAN BALIHO DI PURWOKERTO TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan oleh: AMRAN TAFTAZAKI

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP KARAKTERISTIK PEMAKAIAN BAHASA JAWA DALAM NASKAH DRAMA LENG DAN TUK KARYA BAMBANG WIDOYO SP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Lebih terperinci

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI

VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI VARIASI BAHASA PADA SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) DALAM SURAT KABAR PADANG EKSPRES: TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Jurusan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA

PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA PELESAPAN ARGUMEN PADA PENGGABUNGAN KLAUSA BAHASA INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Lebih terperinci

UNGKAPAN METAFORIS TENTANG CINTA DALAM ARTIKEL PADA LAMAN HIPWEE.COM

UNGKAPAN METAFORIS TENTANG CINTA DALAM ARTIKEL PADA LAMAN HIPWEE.COM UNGKAPAN METAFORIS TENTANG CINTA DALAM ARTIKEL PADA LAMAN HIPWEE.COM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS SINGKATAN DAN AKRONIM PLESETANSERTA FUNGSI KEBAHASAANNYA PADA BLACKBERRY MESSENGER, FACEBOOK, INSTAGRAM DAN TWITTER

ANALISIS SINGKATAN DAN AKRONIM PLESETANSERTA FUNGSI KEBAHASAANNYA PADA BLACKBERRY MESSENGER, FACEBOOK, INSTAGRAM DAN TWITTER ANALISIS SINGKATAN DAN AKRONIM PLESETANSERTA FUNGSI KEBAHASAANNYA PADA BLACKBERRY MESSENGER, FACEBOOK, INSTAGRAM DAN TWITTER SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dapat berupa tanda dan lambang, seperti rambu-rambu lalu lintas,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dapat berupa tanda dan lambang, seperti rambu-rambu lalu lintas, BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi merupakan suatu unsur yang penting dalam menyampaikan informasi untuk mengembangkan berbagai aspek kehidupan. Dalam komunikasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh: Faefsi Maelani

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Disusun oleh: Faefsi Maelani PERBEDAAN DIALEK PEMALANG DESA PULOSARI DENGAN DIALEK BANYUMAS DESA SERANG -PURBALINGGA TAHUN 2016 (KAJIAN PROSES MORFOLOGIS DAN STRUKTUR LEKSIKAL SEMANTIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS PENULISAN TANDA BACA, HURUF KAPITAL, DAN KATA TIDAK BAKU PADA KARANGAN SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci