BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA LAHAN MARJINAL DI KABUPATEN PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
|
|
- Indra Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 49 Budidaya ikan patin pada lahan marjinal... (Puji Widodo) BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA LAHAN MARJINAL DI KABUPATEN PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK Puji Widodo, Akmal, dan Syafrudin Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin Jl. Tahura Sultan Adam Km. 14 Kab.Mandiangin, Kab. Banjarbaru, Kalimantan Selatan Indonesia sesungguhnya merupakan negara dengan kawasan gambut tropika terluas di dunia, yaitu antara 13,5 26,5 juta ha (rata-rata 20 juta ha). Jika luas gambut Indonesia adalah 20 juta ha, maka sekitar 50% gambut tropika dunia yang luasnya sekitar 40 juta ha berada di Indonesia. Lahan gambut merupakan lahan marjinal yang perlu dikelola dan dimanfaatkan. Untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lahan gambut dalam bidang budidaya perikanan, maka dilakukan suatu percontohan budidaya ikan patin di lahan gambut. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan ikan Patin yang dipelihara dalam kolam di lahan gambut, sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah didapatkan sintasan ikan mencapai 80% dengan bobot rerata gram/ekor serta diperoleh informasi teknologi pembesaran ikan patin di kolam pada lahan gambut. Pemeliharaan benih dilakukan dalam kolam selama 9 bulan dengan padat penebaran A (4 ekor/m 2 ), B (7 ekor/m 2 ), dan C (10 ekor/m 2 ) dengan 3 kali ulangan. Pemberian pakan dengan pelet apung sebanyak 3%-5% per hari. Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan padat tebar 4, 7, dan 10 ekor/m 2 menghasilkan pertumbuhan bobot ikan patin yang tidak jauh berbeda dengan bobot akhir rerata A (605 g), B (660 g), dan C (613,3 g) serta SR perlakuan A (91,9 %), B (95,2 %), dan C (95,5 %), namun perlakuan B (7 ekor/m 2 ) memberikan hasil pertumbuhan bobot akhir rerata yang lebih baik sebesar 660 g dan SR 95,2%. KATA KUNCI: pembesaran, ikan patin, lahan gambut, Kalimantan Tengah PENDAHULUAN Lahan rawa merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai fungsi hidrologi dan fungsi ekologi lain yang penting bagi kehidupan seluruh makhluk hidup. Indonesia sesungguhnya merupakan negara dengan kawasan gambut tropika terluas di dunia, yaitu antara 13,5 26,5 juta ha (rata-rata 20 juta ha). Jika luas gambut Indonesia adalah 20 juta ha, maka sekitar 50% gambut tropika dunia yang luasnya sekitar 40 juta ha berada di Indonesia (Najiyati et al., 2005). Selanjutnya dikatakan bahwa hal yang perlu digarisbawahi adalah kerancuan pengertian antara gambut, lahan gambut, dengan lahan bergambut. Gambut adalah tanah yang mengandung bahan organik lebih dari 30%, sedangkan lahan gambut adalah lahan yang ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm. Lahan yang ketebalan gambutnya kurang dari 50 cm disebut lahan bergambut. Gambut terbentuk dari hasil dekomposisi bahan bahan organik seperti daun, ranting, semak belukar yang berlangsung dengan kecepatan lambat dan dalam suasana anaerob. Perkembangan budidaya ikan air tawar di Provinsi Kalimantan Tengah masih didominasi oleh budidaya kolam yang menggunakan air dengan sistem pasang surut yang mengandalkan naik turunnya permukaan air sungai hal ini seringkali terkendala dengan datangnya air asam dengan ph yang rendah (±3) sehingga dapat menyebabkan kematian ikan. Berdasarkan informasi dari pembudidaya ikan patin yang ditemui pada saat survei, faktor nilai ph itulah yang juga menjadi kendala bagi pengembangan budidaya ikan di sungai Provinsi Kalimantan Tengah. Ikan patin merupakan salah satu spesies ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan potensial untuk dikembangkan serta menjadi ikan yang disukai masyarakat Kalimantan. Harga ikan patin di pasar mencapai kisaran Rp ,- sampai Rp ,- per kilogram. Selain itu, ikan patin cenderung lebih tahan terhadap kondisi oksigen terlarut yang rendah dan ph yang asam. Lokasi lahan gambut yang saat ini dikembangkan terletak di Kalimantan Tengah tepatnya di Desa Garung Kecamatan Jabiren Raya Kabupaten Pulang Pisau merupakan daerah yang cukup strategis dan terjangkau transportasi darat karena dilintasi oleh jalan raya trans Kalimantan (Kalsel-Kalteng),
2 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur kawasan ini terletak 71 km ke arah barat dari Kota Palangkaraya dan ke arah Timur sekitar 22 km dari ibukota Kabupaten Pulang Pisau dari posisinya areal perkolaman di bagian sebelah barat merupakan kawasan lahan gambut yang cukup luas, sedangkan sungai Kahayan terletak di bagian timur berada sekitar 1 kilometer sehingga pengaruh pasang surut sungai bisa dikatakan tidak berpengaruh terhadap kolam. Sumber air untuk kolam adalah rembesan air dalam tanah yang keluar dari bawah maupun dinding kolam. Secara umum hasil pengukuran kualitas air menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan ph air yang lebih tinggi pada kolam/air tergenang dibandingkan dengan saluran air/ sungai. Kondisi ini menjadi sangat penting untuk kemungkinan pengembangan ikan patin di lahan marjinal tersebut. Sekitar 1,8 juta ha atau sekitar 50% dari lahan rawa di Kalimantan Tengah digunakan untuk usaha perikanan (Kartamihardja, 2002). Dengan demikian, dilihat dari tipe dan tata guna lahan tersebut, sektor perikanan khususnya perikanan air tawar dapat dijadikan sebagai penunjang utama ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi lahan yang tersedia. Untuk mengembangkan dan memanfaatkan potensi lahan gambut dalam bidang budidaya perikanan serta untuk menarik minat masyarakat dalam mengembangkan budidaya ikan Patin maka diperlukan suatu percontohan budidaya ikan Patin di lahan gambut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi dan memenuhi kebutuhan ikan konsumsi untuk masyarakat serta untuk menciptakan peluang usaha untuk kesejahteraan masyarakat maka kegiatan ini perlu dilakukan. Kegiatan budidaya ikan Patin di kolam lahan gambut diharapkan dapat menarik minat masyarakat sehingga dapat menciptakan peluang usaha bagi masyarakat sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan (SR) ikan Patin yang dipelihara dalam kolam di lahan gambut. Sasaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah didapatkan sintasan (SR) 80 % dengan kisaran bobot rerata g/ekor dan diperoleh informasi teknologi pembesaran ikan patin yang dipelihara dalam kolam di lahan gambut. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Kegiatan ini dilaksanakan di Instalasi Budidaya Ikan Lahan gambut yang terletak di Desa Garung Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. Benih ikan patin yang digunakan berukuran 3 inci. Wadah pemeliharaan berupa kolam pasang surut yang telah buat sebanyak 9 buah dengan ukuran 20 m x 30 m dan kedalaman kolam ± 3 meter. Sebelum dilakukan penebaran benih terlebih dahulu dilakukan pengolahan lahan meliputi pengolahan air tanah. Sedangkan sumber air berasal dari pasang surut (rembesan) air dan tidak ada saluran pemasukan air. Cara Kerja Persiapan Kolam Tahap persiapan kolam terlebih dahulu dilakukan pembersihan kolam mulai dari pematang sampai dengan bagian dalam sekeliling kolam termasuk saluran karena merupakan bekas hutan gambut maka kotoran yang ada merupakan bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tumbuhan (potongan kayu dan akar-akar tanaman), selain itu rumput liar yang mengganggu sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan mesin pemotong rumput atau parang untuk menghindari bersarangnya hama seperti ular, katak, dan lain sebagainya yang dapat mengganggu organisme yang dipelihara serta memudahkan dalam pengolahan kolam selanjutnya, selain itu, pada permukaan air biasanya terdapat potongan-potongan kayu atau akar pohon yang telah lapuk dan mengapung di atas air sebaiknya dibersihkan menggunakan serok dan dikumpulkan jika telah kering kemudian dibakar. Secara umum dalam pengolahan kolam terlebih dahulu dilakukan pengeringan dan pengolahan tanah namun pada kolam yang ada dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penyedotan air menggunakan pompa dan tanpa penyedotan hal ini dilakukan mengingat kolam cenderung sulit untuk kering karena air merembes secara terus-menerus dari luar kolam. Penyedotan dilakukan dengan membuang seluruh air yang ada sampai kelihatan dasar kolam.
3 51 Budidaya ikan patin pada lahan marjinal... (Puji Widodo) Pengapuran Jika air kolam telah dibuang, selanjutnya dilakukan pengapuran dengan kapur tohor, dengan tujuan membasmi hama/penyakit, memperbaiki struktur tanah dan menaikkan ph. Kapur disebarkan secara merata di permukaan dasar kolam dan dinding kolam dengan dosis kapur gram/m 2. Pemupukan Kegiatan pemupukan dilakukan sekitar 3-5 hari setelah pengapuran untuk memberikan waktu agar kapur yang ditebar dapat bereaksi dengan tanah maupun air kolam. Pupuk kandang diberikan dengan dosis 200 gram/m 2 dengan menebarkannya pada kolam atau dapat pula dengan membenamkan pupuk kandang yang dikemas dalam karung plastik ke dalam kolam, dengan tujuan untuk menambah unsur hara sehingga plankton dapat tumbuh dan diharapkan terjadi kenaikan ph air. Sehari setelah pemberian pupuk kandang selanjutnya ditambahkan pupuk UREA dan NPK masingmasing dengan dosis 20 g/m 2 dan 10 g/m 2 yang juga ditebarkan secara merata di permukaan air, dengan tujuan untuk menambah kesuburan kolam. Kolam didiamkan tanpa ada perlakuan sampai beberapa hari (paling lama 15 hari). Setelah pengapuran dan pemupukan kontrol ph terus dilakukan setiap 2 (dua) hari sekali. Apabila ph air telah mencapai 5 6 kemudian dilakukan penebaran benih ikan. Penebaran Benih Ikan Sebelum penebaran benih terlebih dahulu dilakukan pengukuran kualitas air terutama ph air. Bila ph minimal telah mencapai 5 baru kemudian dilakukan penebaran benih ikan patin siam, papuyu, dan lele. Disiapkan hapa sebagai tempat penampungan sementara benih ikan dengan tujuan untuk penyesuaian pada lingkungan baru, melihat kondisi ikan, cara, dan kemampuan makan, serta ukuran ikan. Lama penyesuaian ini berkisar antara 1-2 minggu. Setelah itu, benih ikan dilepaskan ke kolam. Jumlah benih ikan patin siam yang ditebar berkisar 4 10 ekor/m 2 ukuran 3 inchi. Untuk mengetahui padat penebaran yang optimal maka dilakukan pengkajian padat penebaran dalam bentuk perlakuan dengan masing-masing 3 kali ulangan. Perlakuan A = 4 ekor/m 2 atau 2400 ekor/kolam; kolam P1, P4, dan P6 Perlakuan B = 7 ekor/m 2 atau 4200 ekor/kolam; kolam P3, P5, dan P9 Perlakuan C = 10 ekor/m 2 atau 6000 ekor/kolam; kolam P2, P7, dan P10 Pemeliharaan Ikan Secara berkala dilakukan pengukuran ph air, jika ph rendah (di bawah 5) maka dilakukan pengapuran dengan kapur dolomit sebanyak g/m 2. Pakan yang diberikan berupa pelet yang dengan dosis 3% 5% dari bobot total per hari, dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Pemberian pakan dengan cara sedikit demi sedikit agar jangan sampai ada pakan yang tidak termakan. Pemberian pakan dihentikan apabila ikan patin yang dipelihara terlihat sudah mulai berhenti makan atau tidak mau makan lagi walaupun pakan yang diberikan masih belum sampai 5%. Untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan ikan patin serta jumlah pakan yang akan diberikan maka dilakukan sampling panjang dan bobot ikan setiap 1 bulan sekali. Untuk menghindari ikan patin menjadi stres maka sampling dilakukan dengan hati-hati dan cukup diambil beberapa ekor sampel ikan atau 1% 2% dari jumlah padat tebar per kolam. Selama masa pemeliharaan dilakukan penghitungan jumlah ikan yang mati. Masa pemeliharaan ikan patin diperkirakan selama 8 9 bulan. Pemantauan Kualitas Air Selama pemeliharaan secara periodik dilakukan pemantauan kualitas air (suhu, DO, kecerahan, ph, amoniak, Fe, dan warna air) dan kesehatan ikan setiap satu bulan sekali sampai menjelang
4 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur panen. Pemantauan kualitas air dilakukan dengan memeriksa secara langsung kondisi kualitas air di areal perkolaman dan mengambil sampel air untuk dianalisis di laboratorium. Pemeriksaan kesehatan ikan dilakukan dengan mengambil sampel ikan pada saat sampling dan diamati kondisi tubuhnya apakah terlihat gejala terserang penyakit atau tidak. Panen Setelah masa pemeliharaan selama 8 9 bulan, diharapkan ikan patin mencapai ukuran bobot rataan g/ekor sehingga siap untuk dipanen. Proses panen cukup sederhana dan dilakukan secara parsial (sebagian) dan total disesuaikan dengan kemampuan tim panen. Peralatan panen cukup sederhana terdiri dari: lunta, jaring geser, keranjang, timbangan, dan wadah penampungan tempat menampung ikan berupa hapa. Parameter yang Diamati a. Pertumbuhan mutlak individu, yang dinyatakan dalam pertambahan bobot rata-rata (g) dan pertambahan panjang baku rata-rata (cm) b. Pertumbuhan relatif bobot Pertumbumbuhan relatif bobot dirumuskan sebagai persentase pertumbuhan setiap interval waktu. H = Wt - W W o o x 100% di mana: H = Kecepatan pertumbuhan relatif (%) Wt = Bobot akhir interval (gram) Wo = Bobot awal interval (gram) c. Sintasan (SR) Sintasan ikan patin selama pemeliharaan adalah merupakan persentase dari jumlah tebar sampai panen yang hidup. SR benih = Σ Σ panen tebar x 100% d. Konversi makanan (FCR) Konversi makanan merupakan nilai ubah dari jumlah makanan yang diberikan selama pengamatan dihitung menurut Effendi (1978), yaitu: Konversi makanan = F ( Wt - D) - Wo di mana: F = Jumlah makanan yang diberikan (g) W 0 = Bobot rerata awal (g) W t = Bobot rerata akhir (g) D = Jumlah bobot ikan yang mati (g) e. Kualitas Air Kualitas air yang diamati dalam kegiatan ini meliputi suhu, DO, amonia, dan ph yang dilakukan setiap 2 hari sekali atau setelah turun hujan. f. Analisis Usaha Suatu analisis untuk mengetahui untung dan rugi serta layak tidaknya suatu usaha pembesaran ikan Patin di kolam lahan gambut dilakukan.
5 53 Budidaya ikan patin pada lahan marjinal... (Puji Widodo) HASIL DAN BAHASAN Dari hasil kegiatan budidaya ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dalam kolam di lahan gambut diperoleh data pertumbuhan mutlak individu yang meliputi pertambahan panjang dan bobot ratarata, pertumbuhan relatif bobot, sintasan (SR), konversi pakan (FCR), dan kualitas air sebagai data pendukung serta data penunjang yaitu perhitungan analisis usaha. Pertumbuhan Mutlak Individu Dari hasil kegiatan diperoleh data pertambahan panjang dan bobot rata-rata ikan patin (Pangasius hypophthalmus) yang dipelihara di kolam lahan gambut selama 9 bulan (bulan Maret Desember). Secara lengkap data pertambahan panjang dapat dilihat pada Tabel 1. Pertumbuhan Panjang Mutlak Individu Tabel 1. Pertambahan panjang rerata ikan patin (Pangasius hypophthalmus) selama pemeliharaan dalam kolam di lahan gambut Perlakuan Ulang Panjang awal (cm) Panjang akhir (cm) Pertambahan panjang (cm) Masa pemeliharaan (bln) A 1 7,2 26,1 18, ,2 35,6 28, ,8 19,6 6 X 7,2 29,5 22,3 7,3 B 1 7,2 38,3 31, ,2 36,5 29, ,2 34, X 7,2 36,3 29,1 9 C 1 7,2 36, ,2 32,5 25, , ,8 9 X 7,2 34,6 27,4 9 Dari Tabel 1 diketahui bahwa pertumbuhan mutlak individu ikan patin dengan perlakuan padat tebar A (4 ekor/m 2 ) mencapai ukuran panjang akhir 29,5 cm/ekor, sedangkan perlakuan padat tebar B (7 ekor/m 2 ) mencapai ukuran panjang yang lebih besar dari perlakuan A yaitu sebesar 36,3 cm/ekor dan perlakuan padat tebar C (10 ekor/m 2 ) dengan panjang akhir sebesar 34,6 cm. Dari rata-rata pertambahan panjang ikan patin selama pemeliharaan dapat dilihat bahwa perlakuan A dengan pertambahan panjang rerata sebesar 22,3 cm lebih kecil dari perlakuan B dengan pertambahan panjang rerata 29,1 cm serta perlakuan C dengan pertambahan panjang rerata sebesar 27,4 cm. Pertambahan panjang rerata yang tertinggi diperoleh perlakuan B sebesar 29,1 cm. Pertumbuhan Bobot Mutlak Individu Dari Tabel 2 diketahui bahwa pertumbuhan mutlak individu ikan patin dengan perlakuan padat tebar A (4 ekor/m 2 ) mencapai ukuran bobot akhir 441,13 g/ekor, sedangkan perlakuan padat tebar B (7 ekor/m 2 ) mencapai ukuran bobot akhir yang lebih besar dari perlakuan A yaitu sebesar 660 g/ekor dan perlakuan padat tebar C (10 ekor/m 2 ) dengan bobot akhir sebesar 613,3 g. Dari rata-rata pertambahan bobot ikan patin selama pemeliharaan dapat dilihat bahwa perlakuan A dengan pertambahan bobot rerata sebesar 433,73 g lebih kecil dari perlakuan B dengan pertambahan bobot sebesar 652,6 g serta perlakuan C dengan pertambahan bobot rerata 605,9 g. Walaupun perlakuan B dan C memberikan hasil pertumbuhan yang lebih besar dari perlakuan A namun hasil pertumbuhan ketiga perlakuan ini masih belum maksimal karena masa pemeliharaan yang relatif lama yaitu 9
6 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Tabel 2. Pertambahan bobot rerata ikan patin (Pangasius hypopthalmus) selama pemeliharaan dalam kolam di lahan gambut Perlakuan Ulang Bobot awal (g) Bobot akhir (g) Pertambahan bobot (g) Masa pemeliharaan (bln) A 1 7,4 343,3 335, , , ,4 375,1 367,7 6 X 7,4 441,13 433,73 7,3 B 1 7, , ,4 662,5 655, , ,6 9 X 7, ,6 9 C 1 7,4 647,3 669, ,4 577,5 540, , ,6 9 X 7,4 613,3 605,9 9 bulan dengan hasil bobot akhir rerata A (605 g), B (660 g), dan C (613,3 g). Hasil ini termasuk rendah apabila dibandingkan dengan hasil kegiatan pembesaran patin yang biasa dilakukan di kolam yang mencapai ukuran bobot 1 kg dalam waktu 6 8 bulan. Hal ini diduga karena besarnya pengaruh lingkungan di lokasi kolam lahan gambut terhadap kondisi ikan patin di mana kegiatan ini dimulai dari musim hujan sampai musim kemarau sehingga terjadi perubahan musim dan kualitas air pada saat musim kemarau mengalami penurunan di antaranya adalah ph dan volume air. Hal ini mengakibatkan respons ikan terhadap pakan yang diberikan menurun sehingga pemberian pakan dikurangi yang mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi rendah. Selain itu, karena kondisi benih saat tebar memerlukan waktu dalam beradaptasi terhadap lingkungan yang baru (gambut) sehingga energi yang diperoleh ikan lebih banyak digunakan untuk pergerakan dan memulihkan organ tubuh yang rusak dibandingkan untuk pertumbuhan ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asmawi (1986), bahwa kecepatan pertumbuhan sangat tergantung kepada jumlah makanan yang diberikan, ruang, suhu, kedalaman air, kandungan oksigen dalam air, dan parameter kualitas air lainnya. Makanan yang didapat oleh ikan terutama dimanfaatkan untuk pergerakan, memulihkan organ tubuh yang rusak, setelah itu kelebihan makanan yang didapatkan digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan Relatif Bobot Dari hasil kegiatan diperoleh data pertumbuhan relatif bobot ikan patin yang dipelihara dalam kolam di lahan gambut selama 9 bulan. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 diketahui bahwa pertumbuhan relatif bobot ikan patin pada perlakuan A sebesar 8187,67%, sedangkan perlakuan B menghasilkan pertumbuhan relatif bobot yang lebih besar dari perlakuan A yaitu sebesar 8821,17% dan perlakuan C sebesar 8187,84%. Walaupun perlakuan B memberikan hasil pertumbuhan relatif bobot yang lebih besar dari perlakuan A dan C namun hasil pertumbuhan kedua perlakuan ini tidak jauh berbeda. Untuk melihat peningkatan pertumbuhan relatif bobot dari awal sampai akhir pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 diketahui bahwa pertumbuhan ikan patin pada ketiga perlakuan tidak berbeda sampai bulan April. Hal ini diduga karena ikan dalam proses adaptasi terhadap lingkungan yang baru (gambut) sehingga pengaruh perlakuan yang diberikan belum terlihat nyata terhadap pertumbuhan ikan. Perbedaan pola pertumbuhan ketiga perlakuan terlihat pada bulan Juni sampai bulan Desember, di mana pertumbuhan ikan dengan perlakuan B lebih cepat dari pertumbuhan ikan pada perlakuan A dan C, namun pertumbuhan ikan dari ketiga perlakuan tidak jauh berbeda.
7 55 Budidaya ikan patin pada lahan marjinal... (Puji Widodo) Tabel 3. Pertumbuhan relatif bobot (%) ikan patin (Pangasius hypopthalmus) selama pemeliharaan di kolam lahan gambut Perlakuan Ulangan Pertumbuhan relatif bobot (%) Bulan ke A 1 479, , , , , ,05 694, , , , , , , , ,33 833, , , , , X 415,88 752, , , , , , , ,67 B 1 710, , , , , , , , , ,37 821, , , , , , , , ,74 886, , , , , , , ,24 X 434, , , , , , , , ,17 C 1 647, , , , , , , , , ,42 886, , , , , , , , ,00 833, , , , , , , ,81 X 455,55 933, , , , , , , ,84
8 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Pertumbuhan relatif bobot (%) A (4 ekor/m2) B (7 ekor/m2) C (10 ekor/m2) April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des Bulan Gambar 1. Pertumbuhan relatif bobot (%) ikan patin selama masa pemeliharaan di kolam lahan gambut Sintasan (SR) Dari hasil kegiatan diperoleh data sintasan benih ikan patin selama pemeliharaan dalam kolam di lahan gambut. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sintasan (SR) rata-rata ikan patin (Pangasius hypophthalmus) selama pemeliharaan di kolam lahan gambut Perlakuan Ulangan Jumlah awal (ekor) Jumlah akhir (ekor) Sintasan (%) A , X ,9 B , , ,8 X ,2 C , , ,3 X ,5 Dari hasil pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sintasan (SR) rata-rata pemeliharaan ikan patin pada ketiga perlakuan tergolong baik di atas 90%. Namun sintasan pada kedua perlakuan B dan C tidak jauh berbeda. Nilai sintasan yang tinggi ini diduga disebabkan ikan patin yang dipelihara mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan dapat memanfaatkan pakan yang diberikan untuk mendukung sintasannya.
9 57 Budidaya ikan patin pada lahan marjinal... (Puji Widodo) Konversi Makanan (FCR) Dari hasil kegiatan diperoleh data konversi makanan (FCR) yang meliputi jumlah pelet yang digunakan serta jumlah bobot ikan yang dihasilkan saat panen. Secara lengkap konversi makanan (FCR) dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Konversi pakan (FCR) ikan patin (Pangasius hypophthalmus) selama pemeliharaan di kolam lahan gambut Perlakuan Ulangan Jumlah total pakan yang digunakan (kg) Total bobot ikan akhir (kg) Konversi pakan (FCR) (A) P P ,3 1,0 P X ,3 1,0 (B) P ,2 1,1 P ,8 1,4 P ,8 1,5 X ,6 1,3 (C) P ,7 1,2 P ,1 1,1 P ,9 1,3 X 4.169, ,6 1,2 Dari hasil pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai konversi pakan (FCR) dari perlakuan A sebesar 1,0 lebih kecil dibandingkan nilai konversi pakan (FCR) dari perlakuan B sebesar 1,3 dan perlakuan C sebesar 1,2. Hal ini diduga dikarenakan pada perlakuan A pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan ikan dengan optimal. Selain itu juga, pada perlakuan A hanya terdapat 1 ulangan saja sampai akhir masa pemeliharaan sehingga nilai FCR cenderung kecil. Walaupun demikian nilai konversi pakan (FCR) dari ketiga perlakuan masih tergolong baik. Nilai FCR ini diduga disebabkan adanya pengurangan jumlah pakan yang diberikan karena pada saat musim kemarau volume air kolam menjadi berkurang sehingga ikan menjadi kurang merespons pakan sehingga pakan yang diberikan dikurangi, sedangkan pada saat musim hujan volume air bertambah dan ph menjadi turun menyebabkan ikan menjadi kurang merespons pakan sehingga pakan yang diberikan dikurangi. Kualitas Air Dari hasil pengamatan parameter kualitas air di media pemeliharaan diperoleh data kualitas air yang meliputi suhu, ph dan ketinggian air yang diukur pada pagi dan siang hari selama kegiatan pemeliharaan dalam kolam di lahan gambut. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 6. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa kisaran parameter kualitas air pada media pemeliharaan ikan patin di kolam lahan gambut masih tergolong layak dan mendukung pertumbuhan dan sintasan ikan patin yang dipelihara di kolam lahan gambut. Analisis Usaha Analisis usaha kegiatan pembesaran ikan patin di kolam lahan gambut bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha yang dilakukan berdasarkan perhitungan ekonomi serta untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam melakukan usaha budidaya. Untuk memperoleh keuntungan yang besar dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menaikkan harga jual. Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk melakukan proses produksi usaha budidaya mulai persiapan awal sampai akhir pemeliharaan (panen). Biaya produksi ini terdiri atas 2 macam yaitu
10 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur Tabel 6. Parameter kualitas air selama pemeliharaan ikan patin (Pangasius hypophthalmus) di kolam lahan gambut Perlakuan A B C Parameter Kisaran kualitas air media pemeliharaan Kisaran yang layak (Pustaka) Suhu ( o C) (Kordi, 2004) ph (Asmawi, 1984) Ketinggian air (m) 1,5 2,7 - Suhu ( o C) (Kordi, 2004) ph (Asmawi, 1984) Ketinggian air (m) 1,5 2,7 - Suhu ( o C) (Kordi, 2004) ph (Asmawi, 1984) Ketinggian air (m) 1,5 2,75 - biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang digunakan tidak habis dalam satu periode/siklus produksi, biasanya meliputi biaya penyusutan investasi dan bunga investasi. Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam satu periode/siklus produksi, biasanya meliputi biaya pakan, benih dan upah pekerja. Untuk perhitungan analisis biaya yang dilakukan meliputi Break Event Point (BEP), Return of Investment (ROI), dan Benefit Cost Ratio (BCR). Perhitungan analisis usaha pembesaran ikan patin dalam kolam lahan gambut secara lengkap dapat dilihat sebagai berikut: 1. Biaya Investasi - Pembuatan kolam 1 unit ukuran 30x20x3 m Rp ,- Jumlah Investasi Rp ,- 2. Biaya Operasional a. Biaya tetap - Bunga investasi 20% Rp ,- - Penyusutan investasi per tahun 10% Rp ,- Jumlah Rp ,- b. Biaya variabel - Benih ukuran 5-8 cm sebanyak Rp 700,- Rp ,- - Pakan kg (FCR Rp 8.000,- Rp ,- - Upah pekerja 1 orang selama 9 Rp ,- Rp ,- Jumlah Rp ,- Total biaya operasional (a + b) Rp ,- 3. Pendapatan - Benih ekor SR 90% ukuran 600 g/ekor - Harga jual Rp ,-/kg - Pendapatan per siklus (9 bulan) = 90% x x 600 g x Rp ,- = Rp ,-
11 59 Budidaya ikan patin pada lahan marjinal... (Puji Widodo) 4. Keuntungan bersih = Pendapatan Total Biaya Operasional = Rp ,- - Rp ,- = Rp ,- - Pendapatan bersih per bulan Rp ,- per kolam 5. Cash flow = Laba bersih + penyusutan investasi = Rp ,- + Rp ,- = Rp ,- 6. Konversi pakan (FCR) = Bobot pakan yang digunakan (kg) : Bobot ikan yang dipanen (kg) = : = 1,23 7. Biaya produksi per kg daging ikan = Biaya operasional : Jumlah ikan x bobot ikan = Rp ,- : x 600 g = Rp 12,793,-/g atau Rp ,-/kg 7. Break Event Point (BEP) = Biaya Investasi : {1 (Biaya operasional : Pendapatan)} = Rp ,- : {1 (Rp ,- : Rp ,-)} = Rp ,- Artinya titik impas akan tercapai dengan hasil pendapatan Rp ,- di mana pembudidaya tidak mendapat untung namun modal telah kembali. 8. Return of Investment (ROI) = (Keuntungan : Biaya operasional) x 100% = (Rp ,- : Rp ,-) x 100% = 0,1724 atau 17,24% Artinya dengan modal Rp. 100,- akan menghasilkan keuntungan Rp. 17,2,- 9. Benefit Cost Ratio (BCR) = Pendapatan : Biaya Operasional = Rp ,- : Rp ,- = 1,17 > 1 Artinya nilai BCR lebih dari 1 berarti usaha ini layak untuk dilakukan, jadi semakin besar nilai BCR maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. 10. Payback periode = Biaya operasional : Keuntungan = Rp ,- : Rp ,- = 5,8 Artinya masa pengembalian modal akan tercapai setelah 5,8 kali siklus produksi atau sekitar 4,35 tahun.
12 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil kegiatan pembesaran ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dalam kolam di lahan gambut dapat disimpulkan: 1. Pembesaran ikan Patin di kolam lahan gambut dengan padat tebar 4, 7, dan 10 ekor/m 2 menghasilkan pertumbuhan ikan dan SR yang tidak jauh berbeda. 2. Hasil pertumbuhan ikan Patin selama masa pemeliharaan 9 bulan di Kolam lahan gambut dengan perlakuan A (4 ekor/m 2 ) mencapai bobot rerata 605 g/ekor, perlakuan B (7 ekor/m 2 ) mencapai bobot rerata 660 g/ekor dan perlakuan C (10 ekor/m 2 ) mencapai bobot rerata 613,3 g/ekor. 3. Sintasan (SR) rata-rata ikan Patin dengan perlakuan A (4 ekor/m 2 ) sebesar 91,9%, perlakuan B (7 ekor/m 2 ) sebesar 95,2% dan perlakuan C (10 ekor/m 2 ) sebesar 95,5% dan hasil ini sudah mencapai sasaran SR sebesar 80%. 4. Dilihat dari analisis usaha maka kegiatan ini masih layak untuk dilakukan dengan keuntungan perkolam lahan gambut persiklus pemeliharaan (9 bulan) sebesar Rp ,-. Saran 1. Perlu dilakukan percobaan yang sama dengan waktu pemeliharaan yang lebih lama atau dengan ukuran tebar benih yang lebih besar agar didapatkan hasil panen dengan keuntungan yang lebih besar. 2. Perlu dilakukan percobaan yang sama dengan padat tebar lebih ditingkatkan lagi agar diketahui padat tebar yang optimal untuk pertumbuhan ikan patin. 3. Perlu dilakukan percobaan yang sama dengan jenis ikan yang berbeda sehingga diketahui jenis ikan yang tepat untuk dibudidayakan di kolam lahan gambut. 4. Perlu dilakukan percobaan dengan menggunakan pakan (pelet) buatan sendiri untuk mengurangi biaya produksi mengingat pembesaran ikan patin memerlukan biaya pakan yang cukup besar. DAFTAR ACUAN Asmawi, S Pemeliharaan ikan dalam karamba. Gramedia. Jakarta, 82 hlm. Kartamihardja, E.S Pembukaan lahan gambut di Kalimantan Tengah: Mega Proyek Pemusnahan Sumber Daya Perikanan?. Makalah Falsafah Sains (Pps 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. Kordi, K.M.G Penanggulangan hama dan penyakit ikan. Cetakan Pertama. Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta, 194 hlm. Najiyati, S., Muslihat, L., & Suryadiputra, I N.N Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia. Wetlands International Indonesia Programme dan Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan
Lebih terperinciPENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA
825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya Perikanan Bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian teknologi budidaya sepenuhnya meggunakan pakan komersil pada kolam air tenang (teknologi 1) dan teknlogi budidaya menggunakan pakan pengganti berupa
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011, di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor. Analisis kualitas
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6483.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock) DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1
Lebih terperinciProduksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar
Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan Penelitian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Universitas
Lebih terperinciPENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH
Media Akuakultur Volume 7 Nomor 1 Tahun 2012 PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto *), Evi Tahapari **), dan
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,
Lebih terperinciVII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kolam Budidaya Ikan Ciburial, Sumedang selama kurang lebih dua bulan, yaitu sejak April - Juni 2011. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Wadah
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki
Lebih terperinciPENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL
PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar
SNI : 01-6483.4-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar DAFTAR ISI Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1
Lebih terperincike dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :
ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus : DT = Dimana : DT = detention time atau waktu tinggal (menit) V = volume wadah (liter) Q = debit air (liter/detik)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 26 Maret - 25 April 2012 di Laboratorium Basah Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Lebih terperinciProduksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam
Standar Nasional Indonesia Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009. Perlakuan dan pemeliharaan dilaksanakan di Cibanteng Farm, pengambilan data penunjang dilaksanakan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar
SNI : 01-6133 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar
SNI : 01-6137 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1 3 Definisi...1
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2
11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014, di Laboratorium Budidaya Perikanan bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Lebih terperinciMANAJEMEN BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KAMPUNG LELE, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH
Manajemen budidaya lele dumbo di Kampung Lele... (Willy Nofian Muhammad) MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI KAMPUNG LELE, KABUPATEN BOYOLALI, JAWA TENGAH Willy Nofian Muhammad dan
Lebih terperinciMETODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij
II. METODOLOGI 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT), Kecamatan Mempaya, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Waktu penelitian dimulai dari April
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan
Lebih terperinciNo Keterangan Jumlah Satuan
LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Sarana dan prasarana No Keterangan Jumlah Satuan 1 Potensi Lahan 40.000 m 2 2 Kolam induk 300 m 2 2 unit 3 Kolam pemijahan 400 m 2 3 unit 4 Kolam pendederan I 400 m 2 12 unit 5
Lebih terperinciVII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengembangan Produksi Benih Ikan Air Tawar ( BBPBAT ) Singaparna Tasikmalaya unit Ceungceum. Penelitian
Lebih terperinciVII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI
VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI Tingkat efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal (NPM)
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Analisis proksimat
Lebih terperinciGambar 3. Kolam yang diperguanak untuk Percontohan
PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBESARAN IKAN PATIN SESUAI DENGAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) DALAM KEGIATAN APLIKASI TEKNOLOGI PERCONTOHAN/PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN PENYULUH PERIKANAN DI KABUPATEN KUANTAN
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tiga perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan yaitu : 1) Perlakuan A dengan pergantian air
Lebih terperinciSebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.
PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya
Lebih terperinciII. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus
II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciKisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial
Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi
Lebih terperinciBab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung
Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hanya ada 3 tambak yang menerapkan system silvofishery yang dilaksanakan di Desa Dabung, yaitu 2 tambak
Lebih terperinciEfektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)
Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dian Puspitasari Program studi Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas Asahan Email: di_dianri@yahoo.com
Lebih terperinciProduksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang
Standar Nasional Indonesia Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang ICS 65.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang
Lebih terperinciBUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK. drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com
BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK drh. Adil Harahap dokadil.wordpress.com BUDIDAYA LELE DENGAN SISTEM BIOFLOK WADAH BENIH AIR PERLAKUAN BIOFLOK PAKAN BOBOT WADAH / KOLAM WADAH / KOLAM Syarat wadah: Tidak
Lebih terperinciBAB 4. METODE PENELITIAN
BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan Maret sampai September 2014 di Laboratorium UPT Kolam Pembenihan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset Ikan Hias Depok. Penelitian berlangsung pada tanggal 15 Agustus hingga 5 Oktober 2012. Penelitian diawali
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH RUMAH MAKAN UNTUK PAKAN IKAN LELE DI UPR MITRA CAMBAI PRABUMULIH
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH MAKAN UNTUK PAKAN IKAN LELE DI UPR MITRA CAMBAI PRABUMULIH Ferdinand H. Taqwa*, Yulisman, A. D Sasanti, M. Fitrani, Muslim, D. Apriadi PS Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian-Universitas
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.
12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,
Lebih terperinciPERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA
e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 1 Oktober 2015 ISSN: 2302-3600 PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17 Maret 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan
Lebih terperinciBUDIDAYA IKAN LELE. Oleh: YULFIPERIUS FORCE. Community Empowerment Organizations Pembenihan Ikan, Pembesaran Ikan & Teknologi Pengolahan Ikan
BUDIDAYA IKAN LELE Oleh: YULFIPERIUS FORCE Community Empowerment Organizations Pembenihan Ikan, Pembesaran Ikan & Teknologi Pengolahan Ikan Contact Person HP: 081317454565 e-mail: f.333.ry@gmail.com Villa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli hingga Agustus 2011 yang bertempat di Balai Benih Ikan Hias (BBIH) Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April - Juni 2014. 3.2. Alat dan Bahan 3.2.1.
Lebih terperinciBUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)
9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.
Lebih terperinci1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas
Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :
Lebih terperinciIkan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk
Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk Badan Standardisasi Nasional SNI 6484.3:2014 BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA TUGAS PENGENALAN KOMPUTER ZURRIYATUN THOYIBAH E1A012065 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2014 di Laboratarium Budidaya. Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
13 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2014 di Laboratarium Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sumber daya alam di Indonesia cukup melimpah dan luas termasuk dalam bidang kelautan dan perikanan, namun dalam pemanfaatan dan pengelolaan yang kurang optimal mengakibatkan
Lebih terperinciVI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN
VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.
Lebih terperinciTUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS
TUGAS AHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Di Susun Oleh: NAMA : ELIZON FEBRIANTO NIM : 11.01.2829 KELAS : 11-D3TI-01 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012 Abstraksi dengan meningkatnya kebutuhan akan protein hewani
Lebih terperinciIkan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam
Standar Nasional Indonesia Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6484.3-2000 Standar Nasional Indonesia Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar produksi induk ikan lele dumbo kelas induk
Lebih terperinciBAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara
BAWANG MERAH Bawang merah (Allium ascalonicum) merupakan tanaman hortikultura musiman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bawang merah tumbuh optimal di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0-400
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen
Lebih terperinciPEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp) YANG DIPELIHARA DALAM HAPPA. Elrifadah. Abstract
EnviroScienteae 9 (2013) 67-71 ISSN 1978-8096 PEMBERIAN PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp) YANG DIPELIHARA DALAM HAPPA Elrifadah Program Studi Budi Daya Perairan Jurusan
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01-6135 - 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup... 1 2
Lebih terperinciIV. HASIL DA PEMBAHASA
IV. HASIL DA PEMBAHASA 4.1 Hasil 4.1.1 Pertumbuhan 4.1.1.1 Bobot Bobot rata-rata ikan patin pada akhir pemeliharaan cenderung bertambah pada setiap perlakuan dan berkisar antara 6,52±0,53 8,41±0,40 gram
Lebih terperinciKONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR
Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang
Lebih terperinciPENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)
PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM USAHA. Tabel 4. Penggunaan Lahan Pada Kecamatan Bekasi Utara Pada Tahun 2010
V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Gambaran Umum Wilayah 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Bekasi Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara Kota Bekasi dengan luas wilayah sekitar
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013
18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 bertempat di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE Penelitian tentang budidaya sinodontis dengan densitas yang berbeda ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 yang bertempat Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur,
Lebih terperinciBAB 4. METODE PENELITIAN
BAB 4. METODE PENELITIAN Tujuan dan luaran pada penelitian ini dapat dicapai dengan melakukan serangkaian tahapan penelitian selama 3 tahun. Pada tahun pertama telah dilakukan budidaya ikan selais dengan
Lebih terperinciREKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor
REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Purwodadi Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik RT 01 RW 01 selama 28 hari pada bulan Desember 2016 Januari 2017
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan
Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Maya Ekaningtyas dan Ardiansyah Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di
15 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2013 bertempat di Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50 hari di Laboratorium Nutrisi dan Pakan Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang
V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01 6131 1999 Standar Nasional Indonesia Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1
Lebih terperinciBisnis Budidaya Ikan Bawal
Bisnis Budidaya Ikan Bawal Nama : Anung Aninditha Nim : 10.11.3944 Kelas : S1.TI.2F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAK Ikan bawal merupakan jenis ikan yang cukup poluper di pasar ikan konsumsi. Selain
Lebih terperinci3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.
17 3. METODE Rangkaian penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian. Seluruh kegiatan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (d/h Loka Riset
Lebih terperinciVIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI
VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 8.1. Analisis Biaya Usaha Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama
Lebih terperinciPENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA
41 Pentokolan udang windu siste hapa... (Erfan Andi Hendrajat) PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA ABSTRAK Erfan Andi Hendrajat dan Brata Pantjara Balai Penelitian
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1. Persiapan Wadah dan Media Budidaya Persiapan wadah dimulai dengan pembuatan wadah dan pemasangan sistem.wadah budidaya yang digunakan adalah ember dengan ketinggian 17 cm dan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan
Lebih terperinciSNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar
SNI : 02-6730.3-2002 Standar Nasional Indonesia Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar Prakata Standar produksi benih kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar
Lebih terperinciVII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL
VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif
Lebih terperinci