IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya disebut BRI ) didirikan pada tanggal 18 Desember 1968 berdasarkan undang-undang No. 21 Tahun 1968 dan pada tanggal 29 April 1992, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah) No. 21 Tahun 1992 bentuk badan hukum BRI diubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). BRI adalah salah satu bank umum terbesar di Indonesia yang memiliki prestasi yang sangat baik. Menurut Majalah SWA (April 2011) BRI adalah bank yang mencetak laba terbesar untuk tahun 2010 yakni Rp 11,4 triliun atau naik sebesar 56,98% dibandingkan perolehan tahun sebelumnya yaitu Rp 7,3 triliun. BRI berhasil mempertahankan predikat bank dengan pencapaian laba terbesar sejak tahun Visi Misi Perusahaan Visi Bank menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan. BRI telah menetapkan tiga misi untuk mencapai visi perseroan,yaitu: 1. Melakukan praktik perbankan terbaik dengan prioritas pada layanan tersebut, Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk mendukung ekonomi rakyat. 2. Menyediakan pelanggan dengan layanan terbaik disampaikan melalui jaringan yang luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, sekaligus taat pada praktik Tata Kelola Perusahaan (TKP). 3. Menciptakan nilai yang optimal dan manfaat bagi para stakeholder Fokus Bisnis Sejak awal berdiri yaitu pada tahun 1968, BRI memiliki komitmen untuk fokus pada layanan perbankan di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Komitmen ini tercermin dalam alokasi kredit untuk sektor yang mempengaruhi mata pencaharian

2 24 penduduk dan jasa keuangan lainnya bahwa Bank menawarkan kepada masyarakat Jaringan Pada September 2011, BRI melayaninya pelanggan melalui lebih dari outlet menyebar di seluruh Indonesia: 1. 1 Kantor Pusat Kantor Wilayah Kantor Audit Daerah Kantor Cabang (termasuk 1 unit khusus dan 3 kantor di luar negeri) Kantor Cabang Pembantu BRI Unit (Micro Outlet) Kas Counters Teras BRI Sejak 2009, seluruh outlet BRI di atas yang terhubung secara real time online dengan BRINETS. BRI juga menyediakan akses ke layanan perbankan melalui saluran elektronik; ATM terkait dengan ATM Bersama, ATM Prima, ATM Link, Cirrus, dan Maestro Electronic Data Captures (EDC) Mesin Setoran Tunai (CDM) BRI juga didukung oleh sejumlah besar karyawan yang handal dan kompeten/profesional/berpengalaman. Saat ini mempekerjakan lebih dari orang Produk dan Jasa BRI Adapun produk dan jasa-jasa keuangan serta layanan yang ditawarkan oleh Bank Rakyat Indonesia antara lain: 1. Produk Simpanan Produk simpanan yang ditawarkan BRI antara lain adalah giro, tabungan dan deposito. Untuk lebih rinci akan dijelaskan mengenai masing-masing produk simpanan sebagai berikut:

3 25 a. BritAma Tabungan BRItAma merupakan produk unggulan untuk merebut pasar dana pihak ketiga di perkotaan yang menginginkan kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi perbankan. Tabungan BritAma tersedia dalam mata uang rupiah dan mata uang asing. b. Giro BRI (GiroBRI) Giro BRI terdiri dari dua jenis, yaitu Giro BRI rupiah dan Giro BRI valas. Giro BRI Rupiah merupakan simpanan pihak ketiga dalam mata uang rupiah, yang penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, dengan menggunakan warkat cek atau bilyet giro, surat perintah penarikan lainnya atau pemindahbukuan (overbooking). Nasabah giro dapat berasal dari nasabah perorangan maupun nonperorangan, seperti badan usaha (CV/PT/PMA), yayasan dan institusi atau badan usaha lainnya. Giro BRI Valas merupakan simpanan pihak ketiga dalam valuta asing pada BRI yang setiap saat dapat diambil alih oleh pemegang rekening yang bersangkutan. Rekening Giro BRI Valas dibuka dalam mata uang selain rupiah seperti US Dollar, terbatas pada Euro, SGD dan Poundsterling, dimana terlebih dahulu harus disertakan surat izin untuk pembukaan rekening giro dengan mata uang tersebut. Untuk Giro BRI Valas tidak diperkenankan untuk mengeluarkan cek dan bilyet giro. Penarikan Giro BRI Valas dapat dilakukan dengan cara masuk ke rekening rupiah atau diambil tunai dengan kurs beli devisa, ditransfer ke rekening di bank dengan dikenakan biaya provinsi.

4 26 c. Simpedes Simpedes merupakan simpanan pihak ketiga untuk segmen mikro. Target pasar utama dari produk ini adalah kalangan menengah ke bawah di wilayah pedesaan dan sub-urban. Tabungan simpedes telah diakui dunia sebagai pelopor tabungan di sektor microfinance. d. DepoBRI DepoBRI adalah simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Jangka waktu yang ditawarkan produk ini mulai dari 1 (satu) sampai 24 bulan. Keunggulan DepoBRI diantaranya adalah suku bunga yang kompetitif, tersedia dalam berbagai jenis pilihan mata uang, dapat dicairkan diseluruh unit kerja BRI dan dapat dijadikan sebagai agunan kredit (cash colateral). e. Tabungan Haji Tabungan haji adalah produk tabungan khusus bagi nasabah yang ingin melaksanakan ibadah haji. Produk ini membantu nasabah dalam mempersiapkan biaya penyelenggarakan ibadah haji (BPIH), baik BPIH biasa maupun BPIH khusus/haji plus. f. BritAma Junio BritAma Junio adalah tabungan yang memiliki tagret pasar khusus anak-anak yang berusia 17 tahun ke bawah, namun seiring dengan meningkatnya permintaan akan BritAma Junio, nasabah yang berusia di atas 17 tahun juga dapat memiliki produk ini. Tujuan dari tabungan ini adalah untuk memperkenalkan perbankan sejak dini dan menanamkan rasa gemar menabung kepada anak. 2. Produk Pinjaman a. Kredit Mikro, produk pinjaman mikro BRI terdiri kupedes dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) mikro. Kupedes adalah

5 27 kredit mikro BRI dengan plafon pinjaman sampai dengan Rp 100 Juta yang dilayani BRI unit dan Teras BRI. Sedangkan KUR mikro adalah kredit komersial yang diberikan kepada mereka yang memiliki kelayakan usaha (feasible) namun mempunyai keterbatasan dalam memenuhi persyaratan yang ditetapkan perbankan atau belum bankable. b. Kredit Kecil/Ritel Kredit ritel komersil yang dipasarkan oleh BRI berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pelaku bisnis usaha kecil di semua sektor ekonomi. Selain produk kredit investasi dan kredit modal kerja, BRI memiliki alternatif skema kredit sesuai kebutuhan dan karakteristik usaha nasabah. c. Kredit Konsumer BRI membangun jaringan kerja operasional yang fokus melayani kredit konsumer melalui sentra kredit konsumer (SKK) dan Point of Sales (POS). d. Kredit Program Kredit Program BRI dibedakan menjadi Kredit Program Komersial (Commercial Program Loan), Kredit Program Bersubsidi (Subsidized Program Loan), dan Kredit Kelolaan (Channeling Loan), Kredit program komersil dan kredit program bersubsidi dicatat secara on-balance sheet, sedangkan kredit channeling dicatat secara off-balance sheet karena BRI hanya memberikan jasa sebagai penyalur kredit yang bersumber dari dana pemerintah dan tidak memiliki risiko kredit. Kredit program komersial ditujukan untuk debitur usaha mikro, kecil, dan koperasi yang layak dibiayai namun tidak bisa mendapatkan pembiayaan skema program bersubsidi atau komersial (belum bankable). Salah satu kredit program komersial adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang

6 28 mengalami perubahan sangat pesat sejak pertama kali diluncurkan pada November e. Kredit Menengah/Korporasi Sasaran kredit ini adalah perusahaan swasta atau non-bumn (Badan Usaha Milik Pemerintah) dengan besar pinjaman diatas Rp 50 miliar sampai dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BPMK). Kredit ini terbagi dalam dua segmen utama yaitu Kredit Agribisnis dan Kredit Bisnis Umum (Non Agribisnis). 3. Jasa Perbankan a. BRI Priority Banking BRI prioritas merupakan kegiatan pelayanan dan jasa perbankan yang diberikan secara eksklusif kepada nasabah kalangan affluent dan high net worth individual, meliputi pelayanan dan jasa perbankan umum, jasa konsultasi perencanaan keuangan dan investasi, asuransi, maupun perencanaan pensiun. b. Cash Management System Semakin ketatnya persaingan di perbankan dan semakin pesatnya perkembangan dunia bisnis menuntut BRI untuk selalu dapat menyediakan fitur-fitur cash management yang relevan dan menjadi solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi nasabah. Fitur-fitur Cash Management System BRI meliputi: 1) Account Information 2) Reporting 3) Transfer Antar Rekening BRI 4) Mass Fund Transfer 5) Payroll 6) Transfer Antar Bank 7) Bill Payment

7 29 8) Liquidity Management System (Pooling). Fitur transfer otomasits pada beberapa rekening milik client antara lain terdiri dari fitur Fixed Balance Account, Fitur Range Balance Account, Fitur Fill Defisit, Fitur Value Based Pooling, dan Fitur Target Balance Account. c. Salary Crediting Pembayaran gaji adalah fasilitas pengkreditan gaji secara otomatis dari rekening individu atau perusahaan ke rekening simpanan karyawan sesuai tanggal yang telah disepakati. d. Layanan Treasury Aktivitas Treasury di BRI merupakan salah satu fungsi yang sangat strategis dalam pengelolaan aset dan kewajiban bank. e. Layanan Internasional BRI menyediakan berbagai macam produk dan layanan untuk dapat memenuhi kebutuhan nasabah termasuk produk dan layanan trade finance. Trade Finance memberikan kontribusi terhadap bisnis BRI termasuk Fee-Based Income yang sangat mendukung upaya peningkatan pendapatan non bunga Struktur Modal BRI Struktur modal BRI mengalami perubahan sejak tanggal 3 Oktober 2003 berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB). Pemegang saham BRI memutuskan hal-hal sebagai berikut: 1. Restrukturisasi modal BRI per 30 Juni 2003 yang timbul dari dana rekapitalisasi senilai Rp untuk meningkatkan modal ditempatkan dan disetor penuh oleh Negara Republik Indonesia dari Rp yang terdiri dari lembar saham dengan nilai nominal Rp per lembar saham, menjadi Rp yang terdiri dari lembar saham dengan nilai nominal yang sama per lembar sahamnya, serta sisa sebesar Rp menjadi tambahan modal disetor.

8 30 2. Saham dibagi dengan perubahan nilai nominal saham dari Rp menjadi Rp 500, Peningkatan modal dasar BRI dari Rp 5 triliun, terbagi saham dengan nilai nominal Rp per saham, menjadi Rp 15 triliun yang terbagi saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah penuh) per saham. 4. Pemanfaatan cadangan umum dan khusus pada tangal 30 Juni 2003 sebesar Rp untuk menutupi akumulasi kerugian per tanggal 30 Juni Rencana kuasi-reorganisasi BRI pada tanggal 30 Juni 2003 untuk menghilangkan akumulasi kerugian sebesar Rp terhadap tambahan modal disetor. 6. Tindak lanjut atas perubahan Anggaran Dasar : a. Menyetujui perubahan status BRI menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas Terbuka, yang setelah itu nama BRI akan diubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. b. Menyetujui untuk mengubah semua ketentuan dalam anggaran dasar BRI dengan revisi sesuai denganuu No 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal dan ketentuan-ketentuan lainnya. 7. Berdasarkan surat dari Ketua Bapepam Mo S-2646/PM/2003 tanggal 31 Oktober 2003, pernyataan pendaftaran disampaikan oleh BRI sehubungan dengan IPO saham BRI dari Seri B saham biasa yang terdiri dari saham seri B yang umum dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan seri B baru saham biasa diterbitkan dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh) per saham dan harga penawaran awal Rp 875 (rupiah penuh) setiap saham kepada masyarakat yang berlaku efektif pada tanggal 31 Oktober Dengan ini, secara bersamaan seluruh saham BRI telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia Keadaan Struktur Modal BRI PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk mengelola sumbersumber dana dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sumber dana

9 31 yang menyusun struktur modal tersebut terdiri dari ekuitas dan hutang. Puspopranoto (2004) menjelaskan bahwa bank mempunyai karakterikstik tertentu yang memberikan warna pada kegiatan operasionalnya, dan karena itu mudah dibedakan dari jenis usaha lainnya. karakteristik dari usaha bank adalah sebagai berikut: a. Modal yang relatif sangat kecil, ini berarti rasio modal/aktiva total bank sangat rendah. Pada kenyataannya, kredit yang diberikan bank bersumber dari dana milik pihaklain (masyarakat). Pada umumnya rasio modal/aktiva dibawah indikator perbankan global (10%). Dengan rasio tersebut, berarti jika bankir menanamkan seluruh dananya pada obligasi dan harganya merosot 10% atau mengalokasikannya dalam bentuk kredit dan hanya 90% yang dibayar kembali, maka bank akan bangkrut, karena itu manajemen bank terkenal konservatif karena kekeliruan dalam membuat langkah/kebijakan usaha akan berisiko besar. b. Sebagian besar pasiva berupa kewajiban yang mudah dicairkan. Dana pihak lain ini sebagian besar bersifat jangka pendek. Ini berimplikasi bahwa pada setiap hari kerja sejumlah deposan bank bisa datang dan menarik semua uang miliknya atau mentransfer ke bank lain. Jadi, bank tidak hanya meminjamkan dana milik orang lain, tetapi juga memberikan kesempatan kepada orangorang tersebut menarik kembali dananya pada setiap saat. Kedua aspek tersebut di atas membawa implikasi bahwa masalah sentral dari manajemen bank adalah bagaimana merekonsiliasi sasaran bank yang dapat saling berbenturan, yaitu solvabilitas, likuiditas dan profitabilitas. Dengan solvabel berarti tidak bangkrut dan ini merupakan masalah yang akut karena kecilnya modal. Dengan likuid berarti bank mampu membayar apa yang diminta para deposan. Tentu saja karena bank adalah perusahaan bisnis, ia harus memperoleh keuntungan untuk kepentingan pihak pemegang saham.

10 32 Perkembangan keadaan struktur modal BRI pada periode dapat dilihat pada Gambar 4. Triliun Rp Ekuitas Hutang DPK Kredit Gambar 4. Perkembangan Struktur Modal BRI Terlihat pada grafik tersebut, jumlah ekuitas yang dimiliki BRI pada periode bila dibandingkan dengan jumlah hutang maka nilai ekuitas sangat kecil, hal ini sesuai dengan pendapat Puspopranoto yang telah dijelaskan diatas, bahwa bank memiliki karakteristik unik dalam struktur modalnya. Perbandingan antara rata-rata jumlah ekuitas dengan rata-rata jumlah hutang pada periode ini adalah 9,63% untuk komposisi ekuitas dan 90,37% untuk komposisi hutang yang digunakan oleh BRI dari total pasiva. Jumlah hutang yang sangat besar dikarenakan oleh kegiatan bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat atau disebut penghimpun dana pihak ketiga (DPK) yang kemudian dianggap hutang oleh bank. Penyaluran kredit yang merupakan bisnis utama BRI selalu mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Perkembangan penyaluran kredit ini menunjukkan BRI berupaya untuk melakukan ekspansi kredit. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan profitabilitas. Keuntungan dari kegiatan ini diperoleh dari hasil selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan yang diberikan oleh bank kepada nasabah, setelah dikurangi dengan beban-beban dari kegiatan operasional bank. Pada periode 2006-

11 , jumlah kredit yang disalurkan mengalami peningkatan terbesar di tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 41.36% dari tahun 2007 dimana jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 161,11 triliun dan pada akhir periode yaitu tahun 2011 jumlahnya mencapai Rp 285,41 triliun. Peningkatan penyaluran kredit sejalan dengan peningkatan penghimpunan dana pada BRI selama periode Kedua kegiatan ini menunjukkan bahwa BRI setiap tahunnya berusaha meningkatkan fungsi intermediasi yang merupakan fungsi penting perbankan dalam menciptakan kestabilan perekonomian negara. BRI mengelola struktur modal dari berbagai sumber dana untuk memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang dihimpun dari dana pihak ketiga terdiri dari tabungan, deposito dan giro yang kemudian disalurkan kembali dalam bentuk pinjaman untuk konsumsi atau untuk usaha mikro, koperasi dan ritel. Pada periode BRI menyalurkan kredit per tahun rata-rata sebesar 79.37% dari total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan dengan jumlah dana yang dihimpun per tahunnya dan rasio kredit macet atau NPL dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Jumlah Penyaluran Dana dengan Jumlah Penghimpunan Dana dan Nilai NPL BRI Tahun Kredit terhadap DPK (%) NPL (%) Rata-Rata Sumber: Annual Report BRI, Diolah Berdasarkan nilai kredit terhadap dana pihak ketiga dapat dilihat tingkat keefektifan dalam menjalankan fungsi intermediasi perbankan. BRI cenderung memiliki penurunan keefektifan penyaluran kredit terhadap jumlah dana yang dihimpun. Nilai NPL

12 34 sebagai rasio kredit macet dikelola BRI sehingga pada periode nilai NPL tidak melebihi standar yang diberlakukan BI yaitu 5%. Menurut Dendawijaya (2005) yang termasuk kategori kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan. Proporsi rata-rata jumlah ekuitas yang terdiri dari modal saham, laba ditahan, dan sumber modal lainnya seperti agio saham dan cadangan-cadangan, serta jumlah hutang yang terdiri dari DPK dan kewajiban lainnya seperti pinjaman subordinasi, pinjaman antar bank, kewajiban derivatif dan lain-lain yang dimiliki BRI pada periode dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Rata-rata Proporsi Struktur Modal (Miliar Rp) Deskripsi Jumlah Rata-Rata Proporsi Ekuitas Modal Saham % Laba Ditahan % Modal Lainnya % Hutang Total DPK % Kewajiban Lain % Sumber: Annual Report BRI, Diolah Jumlah unsur inti struktur modal sepanjang periode mengalami perubahan, namun komposisinya tetap yaitu dengan jumlah hutang yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah ekuitas. Jumlah hutang didominasi oleh total jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh BRI dengan kontribusi rata-rata adalah sebesar 79% dari total struktur modal. Jumlah rata-rata proporsi struktur modal dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 5. 2% 7% 1% 11% Modal Saham laba ditahan 79% Modal lainnya Total DPK kewajiban lainnya Gambar 5. Grafik jumlah rata-rata proporsi struktur modal

13 35 Tiap unsur struktur modal masing-masing memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap jumlah total struktur modal. Kontribusi terkecil dalam struktur modal adalah modal lainnya yang terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan modal rata-rata sebesar 1 persen. Peningkatan ekuitas pada setiap tahunnya didominasi oleh jumlah laba ditahan yang kontribusinya rata-rata sebesar 7 persen yang diputuskan oleh BRI agar mampu menjaga kondisi ketahanan dan keamanan dalam risiko penyaluran kredit. Selanjutnya untuk lebih menggambarkan keadaan struktur modal BRI akan dilihat dari nilai-nilai parameter strutur modal dan didukung oleh beberapa rasio keuangan Capital Ratio (CR) Capital Ratio digunakan untuk menggambarkan kemampuan struktur modal bank dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit yang disalurkan. Berikut ini adalah hasil perhitungan nilai CR BRI pada periode Tabel 4. Perhitungan Nilai Capital Ratio BRI (Miliar Rp) Deskripsi Total Kredit yang diberikan Penghapusan kerugian kredit yang diberikan Ekuitas CR (%) Sumber : Annual Report BRI , diolah. Nilai CR yang dimiliki BRI pada periode cenderung menurun dan kembali meningkat pada tahun 2010 dan Secara umum, penurunan rasio disebabkan karena peningkatan pemberian kredit tidak sebanding dengan kenaikan ekuitas dan penghapusan kerugian kredit. Penurunan ini dapat diartikan bahwa kemampuan struktur modal BRI dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit menurun pada periode , namun kembali meningkat pada tahun 2010 dan Perkembangan nilai CR yang dimiliki BRI pada periode dapat dilihat pada Gambar 6.

14 CR (%) CR (%) Gambar 6. Grafik Perkembangan Nilai CR BRI Pada periode penurunan yang terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan nilai CR yaitu sebesar persen sedangkan pada tahun 2007 BRI memiliki nilai CR sebesar persen. Penurunan ini disebabkan oleh nilai pada komponen kredit yang diberikan sedang mengalami kenaikan terbesar pada periode , dimana pada tahun 2007 nilai kredit yang diberikan sebesar Rp 113,97 triliun meningkat menjadi Rp 161,11 triliun pada akhir tahun 2008 atau mengalami peningkatan sebesar persen. sedangkan pada tahun tersebut kenaikan ekuitas yang terjadi hanya sebesar persen dengan nilai Rp 19,44 triliun pada tahun 2007 menjadi Rp 22,35 triliun pada tahun Capital Adequancy Ratio (CAR) CAR merupakan rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko. CAR juga sering disebut sebagai rasio kecukupan modal yang harus dipenuhi oleh bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yaitu PBI No. 5/12/PBI/2003 tanggal 17 Juli 2003 dengan perbaharuan yaitu Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 yang berisikan mengenai bank dengan kriteria khusus tertentu harus memasukkan risiko pasar dalam perhitungan CAR dengan memasukkan komponen modal pelengkap tambahan. Risiko pasar merupakan risiko kerugian yang timbul karena adanya pergerakan faktor pasar yang meliputi suku bunga dan nilai

15 37 tukar yang berlawanan dengan posisi yang dimiliki BRI baik posisi yang ada di neraca. Instrumen keuangan yang berbasis suku bunga memiliki risiko karena terdapat potensi perubahan suku bunga yang akan membawa dampak ke arus kas di masa depan. Risiko nilai tukar merupakan risiko yang timbul karena adanya gap posisi valuta asing yang dimiliki BRI yang tercermin dalam Posisi Devisa Neto (PDN) BRI. Secara umum, nilai CAR BRI telah memenuhi standar kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia yaitu memiliki nilai CAR minimal 8 persen. Dengan memiliki nilai CAR diatas 8 persen, dapat diartikan bahwa BRI sudah berada dalam kategori bank yang sehat selama periode Perhitungan CAR pada periode pun telah memasukkan nilai risiko pasar sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yang baru. Perhitungan CAR yang dimiliki BRI pada periode dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut Grafik perkembangan dan perbandingan Nilai CAR yang dimiliki BRI dan Nilai CAR yang dimiliki sektor Perbankan Indonesia dapat dilihat pada Gambar CAR BRI (%) CAR Sektor Perbankan (%) Nilai Minimum (%) Gambar 7. Perbandingan Nilai CAR BRI dengan Perbankan BRI memiliki nilai CAR yang berfluktuatif pada periode Cenderung menurun pada tahun dengan nilai masingmasing yaitu persen, persen, persen dan kemudian mengalami peningkatan pada tahun yaitu dari persen kemudian 13,76 persen dan menjadi persen. Bila dibandingkan

16 38 dengan nilai CAR perbankan yang dapat dilihat pada grafik diatas, BRI memiliki pola kecenderungan yang sama dengan industri perbankan secara keseluruhan. Tetapi pada tahun 2010 nilai CAR pada industri perbankan menurun yaitu dari persen pada tahun 2009 menjadi persen pada tahun 2010, sedangkan nilai CAR BRI meningkat dari persen pada tahun 2009 menjadi persen. Peningkatan tersebut disebabkan oleh penurunan nilai rasio pembayaran deviden pada tahun 2009 sebesar 35 persen yang ditentukan oleh manajemen BRI serta didukung juga oleh adanya strategi manajemen untuk memperluas kredit berisiko rendah Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA) Rasio ini akan melihat persentase modal terhadap aktiva produktif yang digunakan bank. Rasio ini cenderung menurun pada periode , namun meningkat pada 2010 dan Aktiva produktif terdiri dari penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, sekuritas, obligasi rekapitalisasi pemerintah, kredit, piutang, dan investasi dalam saham. Perhitungan nilai REA yang dimiliki oleh BRI pada periode dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perhitungan nilai REA BRI (Miliar Rp) Deskripsi Total Ekuitas 16,879 19,438 22,357 27,257 36,673 49,820 Aktiva Produktif 139, , , , , ,647 REA 12.14% 11.50% 9.77% 9.11% 9.66% 11.52% Sumber : Annual Report BRI , Diolah. Penurunan nilai REA terbesar terjadi pada tahun 2008 dengan nilai persen pada tahun 2007 menjadi 9.72 persen pada tahun Perkembangan nilai REA akan digambarkan pada Gambar 8. Peningkatan nilai aktiva produktif pada tahun 2008 menjadi salah satu faktor yang menyebabkan nilai REA menurun. Aktiva produktif meningkat persen pada 2008 menjadi Rp. 228,8 triliun dari Rp 169,1 triliun pada tahun Total pinjaman BRI yang meliputi pembiayaan syariah memberikan kontribusi terbesar untuk aktiva produktif.

17 REA (%) Gambar 8. Perkembangan Nilai REA BRI Penurunan nilai rasio REA diartikan bahwa ekuitas yang dimiliki BRI mampu lebih efektif dalam menghasilkan aktiva produktif Rasio Likuiditas Rasio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. Rasio ini memperhatikan jumlah dana harian yang tersedia utuk mengantisipasi penarikan dana yang dilakukan nasabah. Nilai Assets to Loan Ratio (ALR) BRI dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Perhitungan nilai Assets to Loan Ratio BRI (miliar Rp) Deskripsi Total Kredit Total Aset ALR (%) Sumber : Annual Report BRI , Diolah. Berdasarkan tabel di atas, jumlah total aset, total kredit dan nilai assets to loan ratio dapat diperjelas dalam bentuk diagram, pada Gambar 9. Hasil dari perhitungan Assets to Loan Ratio ini menunjukkan angka yang berfluktuatif, perubahan terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu meningkat dari persen menjadi persen.

18 % 64.0% 62.0% 60.0% 58.0% 56.0% 54.0% 52.0% 50.0% Total Kredit Total Aset ALR Gambar 9. Diagram Assets to Loan Ratio Peningkatan pada tahun 2008 ini menandakan bahwa tingkat likuiditas BRI lebih rendah dari tahun sebelumnya. Nilai kredit yang meningkat sangat tinggi pada tahun 2008 menyebabkan likuiditas BRI merendah karena tidak diimbangi dengan kenaikan total aset. Pengelolaan tingkat likuiditas bertujuan untuk memastikan kecukupan dana harian dalam memenuhi kewajiban pada kondisi normal maupun kondisi krisis secara tepat waktu. Menurut Annual Report BRI 2010, BRI melakukan monitoring secara harian atas kemungkinan besarnya penarikan dana yang dilakukan oleh nasabah, melakukan monitoring aset dan kewajiban yang akan jatuh tempo, serta menjaga aset likuid yang cukup untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo Rasio Solvabilitas Rasio ini akan mengukur apakah permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total aset masih dapat ditutupi oleh capital equity atau untuk melihat kemampuan struktur modal bank dalam mencegah kebangkrutan. Nilai Primary Capital yang dimiliki BRI dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perhitungan nilai Primary Ratio BRI (Miliar Rp) Deskripsi Ekuitas Total Aset PR 10.91% 9.54% 9.09% 8.60% 9.07% 10.60% Sumber : Annual Report BRI , Diolah

19 41 Nilai Primary Ratio menunjukkan kecenderungan yang sama dengan Capital Ratio dan REA yakni, menurun pada periode dan kembali naik pada tahun 2010 dan Namun pada rasio ini penurunan terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu dengan nilai persen pada tahun 2006 menjadi 9.54 persen pada tahun Hal ini berarti ekuitas jika dibandingkan dengan total asset yang dimiliki mengalami kenaikan yang tidak seimbang secara signifikan terjadi pada tahun Profitabilitas BRI Rasio rentabilitas yang akan digunakan adalah Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA). ROE akan mengukur kinerja manajemen dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba bersih. Semakin besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai. ROA akan mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total aset yang dimiliki. Semakin besar ROA, semakin efisien pihak manajemen memanfaatkan aktivitasnya dalam kegiatan operasional. Nilai ROE dan ROA yang dimiliki BRI pada periode dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perkembangan nilai ROA dan ROE BRI periode Rasio ROA(%) ROE(%) Sumber : Annual Report , Diolah Nilai ROE pada periode terus mengalami peningkatan dan sedikit mengalami penurunan pada tahun Pada periode nilai terendah untuk ROE yang dimiliki BRI adalah sebesar persen pada tahun 2007, hal ini menandakan bahwa kinerja BRI pada sangat baik karena nilai ROE yang dimiliki BRI masih berada di atas standar BI yaitu sebesar 12,5 persen. Mempertahankan pertumbuhan pendapatan bunga bersih, menjaga kualitas aktiva produktif dan meningkatkan efisiensi biaya operasional menjadi kontribusi kenaikan laba bersih di setiap

20 42 tahunnya, sedangkan kenaikan modal disebabkan untuk mengimbangi kenaikan jumlah kredit yang disalurkan bank agar menjaga tingkat keamanan dan kesehatan bank. Meningkatkan nilai laba ditahan pada tahun sebelumnya dapat menjadi alternatif untuk menaikkan nilai modal. Perkembangan nilai ROE dan ROA yang dimiliki oleh BRI periode akan digambarkan oleh grafik pada Gambar ROA ROE Gambar 10. Perkembangan Nilai ROA dan ROE BRI Nilai ROA mengalami penurunan pada peroide dan kembali meningkat pada tahun 2010 dan BRI memiliki nilai laba sebelum pajak terus meningkat, namun peningkatan total aset yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan nilai kredit mengalami peningkatan yang lebih besar, sehingga nilai ROA menurun. Meskipun nilai ROA BRI menurun pada periode dengan nilai terendah yang pernah dimiliki BRI yaitu 3.12 persen pada tahun 2009, nilai ini tetap berada diatas standar BI yaitu 1,25 persen untuk nilai ROA, sehingga dapat dikatakan keadaan profitabilitas BRI tergoleng sangat baik Analisis Korelasi antara Struktur Modal dengan Profitabilitas Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar dua peubah. Hipotesis yang digunakan untuk menguji korelasi adalah: H 0 : ρ = 0 : Tidak ada korelasi antara peubah yang diteliti. H 1 : ρ 0 : Ada korelasi antara peubah yang diteliti.

21 43 Daerah penolakan H 0 adalah p-value < α (Iriawan dan Astuti, 2006). Analisis ini memperoleh nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah terikat. Nilai korelasi antara peubah bebas dan peubah terikat dapat melihat apakah ada hubungan yang signifikan antara keduanya. Adapun nilai korelasi dapat ditingkatkan menjadi beberapa kelas, yakni: Tabel 9. Interpretasi Nilai Korelasi Nilai Korelasi 0 0,01-0,25 0,25-0,5 0,5-0,75 0,75-0,99 1 Interpretasi Tidak berkorelasi Korelasi sangat rendah Cukup Kuat Sangat kuat Korelasi sempurna Analisis korelasi Pearson dilakukan dengan menggunakan software MINITAB 16. Hasil dari analisis korelasi ini dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10 dibawah ini menunjukkan nilai korelasi antar peubah struktur modal dengan peubah profitabilitas. Peubah yang akan dilihat tingkat keeratannya adalah laba bersih sebagai peubah terikat serta modal saham, laba ditahan, modal lainnya, jumlah dana pihak ketiga (DPK) dan hutang lainnya sebagai peubah bebas. Tabel 10. Nilai korelasi dan p-value antar peubah Peubah Laba Bersih Modal Saham Laba ditahan Modal Lainnya DPK Modal Nilai Korelasi Saham p-value Laba Nilai Korelasi Ditahan p-value Modal Nilai Korelasi Lainnya p-value DPK Nilai Korelasi p-value Hutang Nilai Korelasi Lain p-value Sumber: Hasil output MINITAB 16

22 44 Berdasarkan hasil perhitungan korelasi yang ditunjukkan pada Tabel 10, nilai korelasi dan p-value antara unsur ekuitas yaitu modal saham, laba ditahan dan modal lainnya terhadap laba bersih masing-masing sebesar dan untuk modal saham, dan untuk jumlah laba ditahan serta dan untuk modal lainnya, sedangkan nilai korelasi dan p-value antara unsur hutang yaitu jumlah dana pihak ketiga dan hutang lainnya terhadap laba bersih adalah 0,050 dan untuk jumlah DPK serta dan untuk hutang lainnya. Nilai korelasi kelima peubah terhadap laba bersih menunjukkan tanda positif yang artinya bila terjadi peningkatan pada peubah bebas, maka peubah terikat akan meningkat pula dan apabila peubah bebas menurun maka jumlah peubah terikat akan menurun juga Hubungan Modal Saham dengan Laba Bersih Berdasarkan nilai korelasi yang dimiliki modal saham sebesar menujukkan tingkat korelasi yang kuat dan positif, artinya modal saham memiliki hubungan searah dengan laba bersih, meningkatnya modal saham, maka laba bersih akan meningkat pula, namun karena nilai p-value yang dimiliki modal saham yaitu sebesar atau lebih besar dari α, maka dapat ditarik kesimpulan hubungan korelasi yang dimiliki oleh modal saham dengan laba bersih tidak signifikan atau tidak nyata hubungannya. Saham BRI terdiri dari seri B saham biasa pada 2003 dengan pembagian saham seri B yang umum dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan seri B baru saham biasa diterbitkan dengan nilai nominal Rp 500 per lembar saham dan harga penawaran awal Rp 875 per lembar saham yang ditawarkan kepada masyarakat berlaku sejak tanggal 31 Oktober Modal saham merupakan modal inti yang dimiliki BRI. Nilai dari modal saham BRI pada periode mengalami peningkatan dengan rata-rata jumlah modal saham sebesar Rp 6,2 triliun.

23 45 Pada tahun 2010, para pemegang saham BRI menyetujui rencana kepemilikan saham oleh pekerja dan manajemen melalui Program Penjatahan Saham (Employee Stock Allocation (ESA)) dan pemberian opsi pembelian saham kepada manajemen (Management Stock Option Plan (MSOP)) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB). Program kepemilikan saham oleh pekerja (ESA) terdiri dari program pemberian saham bonus (Bonus Share Plan), program penjatahan saham dengan diskon (Share Purchase at Discount) dan program penjatahan saham tambahan (Additional Share Grant), sedangkan program kepemilikan saham oleh manajemen (MSOP) ditujukan untuk direksi dan pekerja pada posisi atau jabatan tertentu. Biaya dan diskon atas program ESA dan MSOP menjadi tanggungan BRI yang bebannya bersumber dari cadangan yang telah dibentuk. Biaya kompensasi MSOP diakui sebagai opsi saham bagian dari ekuitas Hubungan Laba Ditahan dengan Laba Bersih Laba ditahan adalah laba milik para pemegang saham yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk tidak dibagikan sebagai deviden, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk menunjang kegiatan operasional bank. Laba ini merupakan unsur struktur modal yang mendominasi jumlah ekuitas yang dimiliki BRI, artinya dalam usaha menambah nilai ekuitas untuk meningkatkan keamanan, ketahanan, serta kesehatan bank, BRI mengandalkan jumlah laba ditahan yang selalu ditingkatkan setiap tahunnya. Nilai korelasi yang dimiliki oleh laba ditahan dengan laba bersih adalah senilai menunjukkan tingkat korelasi yang sangat kuat dan positif, artinya jika jumlah laba ditahan meningkat maka jumlah laba bersih juga akan meningkat. P-value yang dimiliki antara laba ditahan dengan laba bersih adalah sebesar atau lebih kecil dari α senilai 0.05, artinya hubungan yang sangat kuat antara laba

24 46 ditahan dengan laba bersih signifikan atau nyata hubungannya pada taraf nyata 5 persen Hubungan Modal Lainnya dengan Laba Bersih Modal lainnya terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan. Agio saham merupakan selisih dari jumlah uang yang dibayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham sedangkan cadangan-cadangan merupakan sebagian laba yang disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari. Kontribusi nilai modal lainnya pada total jumlah struktur modal termasuk nilai yang paling kecil yaitu sebesar 1 persen. Nilai korelasi yang dimiliki oleh modal lainnya dengan laba bersih adalah sebesar dengan p-value sebesar 0.137, artinya antara modal lainnya dengan laba bersih memiliki korelasi yang kuat dan positif sehingga apabila jumlah modal lainnya meningkat, maka jumlah laba bersih akan meningkat juga, namun hubungan korelasi tidak signifikan karena p-value lebih besar dari α sebesar Hubungan DPK dengan Laba Bersih Dana pihak ketiga merupakan dana yang berhasil dihimpun oleh bank dalam bentuk giro, tabungan ataupun deposito. Sumber dana ini merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Pada periode BRI memiliki rata-rata jumlah dana pihak ketiga sebesar 79 persen dari total struktur modal yang memberikan kontribusi terbesar pada struktur modal BRI. Dana pihak ketiga merupakan kewajiban yang mudah dicairkan dan bersifat jangka pendek. Pengelolaan dana pihak ketiga ini sebaiknya memperhatikan kemungkinan sejumlah nasabah bank bisa datang dan menarik semua uang miliknya atau mentransfer ke bank lain, sehingga dana ini tidak hanya digunakan untuk penyaluran kredit, tetapi juga memberikan kesempatan kepada nasabah menarik kembali uangnya setiap saat.

25 47 Peningkatan jumlah dana pihak ketiga akan digunakan untuk ekspansi penyaluran kredit dan kegiatan lainnya. Seiring dengan berkembangnya penyaluran kredit, profitabilitas BRI juga akan meningkat. Kegiatan penyaluran dana selain mendatangkan keuntungan juga memiliki potensi risiko, oleh karena itu Bank Indonesia menetapkan peraturan mengenai kehati-hatian dalam pemberian kredit, yaitu harus dilakukan setinggi-tingginya sebesar Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Nilai korelasi antara DPK dengan laba bersih adalah sebesar Nilai ini menunjukkan tingkat korelasi yang sangat kuat dan positif, artinya jika DPK meningkat, maka laba bersih juga akan meningkat dan jika DPK menurun, maka laba bersih yang dihasilkan oleh BRI juga akan menurun. P-value sebesar atau lebih kecil dari α yaitu senilai 0.05 menyatakan bahwa hubungan yang sangat kuat antara DPK dengan laba bersih signifikan atau berhubungan nyata pada taraf nyata 5 persen Hubungan Hutang Lainnya dengan Laba Bersih Nilai hutang lainnya terdiri dari pinjaman subordinasi, pinjaman antar bank, kewajiban derivatif dan lain-lain. Sumber dana dari hutang lainnya ini adalah dana pihak kedua yang merupakan dana pinjaman dari pihak luar. Sifat dari hutang lainnya ini adalah kewajiban jangka menengah dan kewajiban jangka panjang. Kontribusi jumlah hutang lainnya pada total struktur modal adalah sebesar 12 persen. Nilai korelasi antara hutang lainnya dengan laba bersih adalah sebesar menunjukkan tingkat korelasi yang kuat dan positif, artinya jika nilai hutang lainnya meningkat maka laba bersih akan meningkat, namun p-value yang dimiliki oleh hutang lainnya dengan laba bersih sebesar atau lebih besar dari α yaitu 0.05, sehingga hubungan keeratan yang kuat antara hutang lainnya dengan laba bersih tidak signifikan atau tidak nyata pada taraf nyata 5 persen.

26 Unsur Inti Struktur Modal yang Memiliki Hubungan Paling Kuat dengan Laba Bersih Unsur inti struktur modal yang memiliki hubungan signifikan dengan taraf nyata 5 persen hanya laba ditahan dan jumlah DPK dengan nilai korelasi masing-masing adalah sebesar dan Nilai korelasi yang paling besar menunjukkan tingkat keeratan yang lebih kuat, sehingga jumlah laba ditahan menjadi unsur inti yang paling kuat hubungan keeratannya dengan laba bersih yaitu sebesar 99.7 persen. Usaha peningkatan profitabilitas dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah laba ditahan disetiap tahunnya, selain itu jumlah laba ditahan yang akan meningkatkan jumlah ekuitas yang dimiliki BRI juga akan menyebabkan meningkatnya ketahanan BRI dalam menghadapi risiko-risiko yang ada Analisis Trend terhadap Sturktur Modal dan Profitabilitas Berikut ini adalah hasil dari analisis trend akun neraca dan laporan laba rugi dengan tahun dasar Pada analisis trend terdapat 4 jenis model, yaitu trend linear, trend quadratic, trend eksponential growth, dan trend S-curve. Dalam menetapkan model mana yang akan digunakan untuk melihat nilai proyeksi dapat dilihat dengan cara memilih model yang memiliki nilai MAPE,MAD,dan MSD terkecil. Nilai MAPE, MAD, MSD adalah nilai yang menandakan tingkat kesalahan, oleh karena itu semakin kecil nilainya, semakin kecil juga tingkat kesalahan dari analisis trend. Nilai perbandingan nilai MAPE, MAD, dan MSD yang dimiliki masingmasing model dapat dilihat pada Lampiran Trend dan Proyeksi Modal Saham Dibawah ini adalah proyeksi nilai modal saham BRI untuk tahun Model yang digunakan untuk analisis trend terhadap nilai modal saham BRI adalah model S-Curve karena memiliki nilai MAPE, MAD, dan MSD paling kecil. Dapat dilihat pada Gambar 11 di bawah ini,

27 Trend Analysis Plot for Modal Saham S-Curve Trend Model Yt = (10**5) / ( *( **t)) Variable Actual Fits Forecasts Modal Saham Curve Parameters Intercept Asymptote Asym. Rate 0.48 Accuracy Measures MAPE MAD MSD Year Gambar 11. Analisis Trend dan Proyeksi Jumlah Hutang Dilihat dari hasil analisis trend ini nilai modal saham mengalami kecenderungan meningkat dari tahun dan cenderung tetap pada tahun Nilai modal saham yang dimiliki BRI menunjukkan proyeksi yang tetap hingga tahun 2014 dengan nilai proyeksi untuk tahun adalah sebesar Rp 6,17 triliun Trend dan Proyeksi Laba Ditahan Analisis trend yang dilakukan terhadap unsur ekuitas BRI yaitu laba ditahan menggunakan model trend quadratic untuk melihat nilai proyeksinya. Gambar 12 menunjukkan trend untuk nilai laba ditahan yang dimiliki BRI. Berdasarkan analisis hubungan yang telah dilakukan sebelumnya, peningkatan nilai laba ditahan juga akan menyebabkan peningkatan pada nilai laba bersih atau dengan kata lain BRI akan mengalami peningkatan profitabilitas. Oleh karena itu, manajemen BRI selalu berupaya untuk terus meningkatkan jumlah laba ditahan yang dimilikinya.

28 50 Trend Analysis Plot for Laba ditahan Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Laba ditahan Variable Actual Fits Forecasts Accuracy Measures MAPE 6 MAD 779 MSD Year Gambar 12. Analisis Trend dan Proyeksi Jumlah Laba Ditahan Laba ditahan yang dimiliki BRI menunjukkan kecenderungan meningkat disetiap tahunnya pada periode Kontribusi nilai laba ditahan yang besar terhadap komposisi ekuitas menyebabkan peningkatan nilai laba ditahan menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan jumlah ekuitas. Nilai laba ditahan BRI diproyeksikan akan mengalami peningkatan pada tahun Dengan nilai proyeksi untuk tahun 2012 sebesar Rp 53,76 triliun, tahun 2013 sebesar Rp 70,81 triliun dan untuk tahun 2014 sebesar Rp 90,56 triliun. Perkembangan jumlah laba ditahan ini menunjukkan BRI terus akan berupaya meningkatkan nilai ekuitas untuk mengimbangi kenaikan jumlah kredit yang diberikan agar bank tetap dipercaya memiliki tingkat keamanan yang tinggi Trend dan Proyeksi Modal Lainnya Analisis trend pada nilai modal lainnya menggunakan model trend quadratic untuk melihat pola kecenderungan dan nilai proyeksinya hingga tahun Hasil analisis trend nilai modal lainnya dapat dilihat pada Gambar 13.

29 Trend Analysis Plot for Modal Lainnya Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Variable Actual Fits Forecasts Modal Lainnya Accuracy Measures MAPE 3.0 MAD 95.1 MSD Year Gambar 13. Analisis Trend dan Proyeksi Jumlah Modal Lainnya Modal lainnya memiliki pola kecenderungan yang berfluktuasi, khususnya pada tahun 2008 nilai modal lainnya mengalami penurunan yang cukup jauh. Proyeksi nilai modal lainnya memiliki pola kecenderungan yang meningkat dengan nilai proyeksi Rp 4,1 triliun pada tahun 2012, Rp 4,66 triliun pada tahun 2013, dan Rp 53,43 triliun pada tahun Peningkatan nilai modal lainnya yang terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan akan membuat BRI memiliki ketahanan dalam menghadapai risiko yang akan terjadi Trend dan Proyeksi Dana Pihak Ketiga Analisis trend pada nilai dana pihak ketiga menggunakan model trend quadratic untuk melihat pola kecenderungan dan nilai proyeksinya hingga tahun Hasil analisis trend nilai dana pihak ketiga dapat dilihat pada Gambar 14. Dana pihak ketiga merupakan dana yang berhasil dihimpun oleh bank dalam bentuk tabungan, giro dan deposito. Nilai dana pihak ketiga memiliki pola kecenderungan yang selalu meningkat disetiap tahunnya pada periode dan diproyeksikan meningkat hingga tahun Hal ini menunjukkan BRI menjalankan fungsi penghimpunan dana yang lebih baik setiap tahunnya.

30 Trend Analysis Plot for DPK Quadratic Trend Model Yt = *t + 271*t**2 Variable Actual Fits Forecasts DPK Accuracy Measures MAPE 4 MAD 8120 MSD Year Gambar 14. Analisis Trend dan Proyeksi Jumlah Dana Pihak Ketiga Nilai proyeksi untuk jumlah dana pihak ketiga adalah sebesar Rp 436,46 triliun pada tahun 2012, Rp 494,72 triliun pada tahun 2013 dan Rp 553,52 triliun pada tahun Berdasarkan analisis hubungan yang sebelumnya dilakukan, apabila nilai dana pihak ketiga meningkat, maka laba bersih sebagai tingkat profitabilitas juga akan meningkat. Oleh karena itu peningkatan jumlah dana pihak ketiga menjadi perhatian penting bagi manajemen BRI Trend dan Proyeksi Hutang Lainnya Analisis trend pada nilai hutang lainnya akan melihat proyeksi jumlah hutang lainnya yang terdiri dari pinjaman subordinasi, pinjaman antar bank, kewajiban derivatif dan lain-lain yang dimiliki BRI dengan menggunakan model trend quadratic. Dapat dilihat pada Gambar 15. Kontribusi nilai hutang lain terhadap total struktur modal pada periode rata-rata sebesar 11 persen. Fasilitas pinjaman ini digunakan untuk membiayai kegiatan umum BRI yang dikenakan bunga dalam jangka waktu menengah dan jangka panjang.

31 Trend Analysis Plot for Hutang lainnya Quadratic Trend Model Yt = *t *t**2 Variable Actual Fits Forecasts Hutang lainnya Accuracy Measures MAPE 17 MAD 4538 MSD Year Gambar 15. Analsiis Trend dan Proyeksi Jumlah Hutang Lainnya Nilai hutang lainnya memiliki pola yang berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat pada periode Proyeksi untuk tahun yang juga memiliki pola kecenderungan yang meningkat. Nilai proyeksi untuk hutang lainnya yang dimiliki BRI adalah sebesar Rp 67,47 triliun untuk tahun 2012, Rp 93,42 triliun untuk tahun 2013, dan Rp 125,41 triliun untuk tahun Peningkatan nilai hutang lainnya akan mendukung kegiatan perkembangan bisnis BRI, sehingga diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas BRI Trend dan Proyeksi Laba Bersih Analisis trend pada nilai laba bersih akan melihat proyeksi profitabilitas BRI dalam menjalankan bisnisnya dengan menggunakan model trend quadratic. Dapat dilihat pada Gambar 16 dibawah ini, nilai laba bersih diproyeksikan akan mengalami peningkatan pada periode Dengan nilai proyeksi untuk tahun masing-masing sebesar Rp 20,25 triliun, Rp 26,32 triliun, dan Rp 33,35 triliun.

32 54 Trend Analysis Plot for Laba Bersih Quadratic Trend Model Yt = *t *t** Variable Actual Fits Forecasts Laba Bersih Accuracy Measures MAPE 4 MAD 279 MSD Year Gambar 16. Analisis Trend dan proyeksi jumlah Laba Bersih Salah satu alternatif upaya untuk meningkatkan nilai laba bersih dari sisi pengelolaan struktur modal berdasarkan analisis hubungan yang dilakukan sebelumnya adalah dengan meningkatkan nilai laba ditahan dan jumlah DPK. Peningkatan pada proyeksi laba ditahan dan DPK memiliki hubungan signifikan terhadap proyeksi peningkatan nilai profitabilitas yaitu nilai laba bersih Rekapitulasi Hasil Pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk mengetahui keadaan struktur modal dan profitabilitas yang ada pada PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Keadaan struktur modal digambarkan oleh parameter struktur modal bank dan rasio-rasio keuangan bank yang terkait yaitu Capital Ratio (CR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif (REA), Primary Ratio (PR), dan Assets to Loan Ratio (ALR). Sedangkan keadaan profitabilitas digambarkan oleh rasio rentabilitas yaitu Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA). Analisis korelasi dan analisis trend pada penelitian ini menggunakan bantuan program Minitab 16. Analisis korelasi ini digunakan untuk

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode

Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode LAMPIRAN 61 62 Lampiran 1. Perhitungan Nilai CAR BRI periode 2006-2011 NO Deskripsi 2006 2007 2008 2009 2010 2011 I Komponen Modal A. Modal Inti 13,104,120 15,448,235 17,795,610 21,137,919 27,673,231 38,214,079

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bank

TINJAUAN PUSTAKA Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dalam usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini menggunakan dua peneliti terdahulu sebagai rujukan. Rujukan yang pertama menggunakan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini Pudji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Ibnu Fariz (2012) Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Sofan Hariati (2012) Peneliti membahas mengenai Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank-Bank Umum Yang Go Public. Masalah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank Danamon Indonesia, Tbk didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat memprihatinkan karena telah mengakibatkan sendi-sendi dan potensi ekonomi mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS MUNGNIYATI STIE TRISAKTI mungniyati@stietrisakti.ac.id PENDAHULUAN K esehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada dua penelitian sebelumnya yaitu : 1. Sofan Hariati (2012) Peneliti terdahulu yang dijadikan rujukan oleh penulis adalah peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut undang undang republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian mengunakan dua peneliti terdahulu sebagai bahan acuan. Penelitian yang pertama yaitu Tri Yulianina Wulandari (2013) dengan topik Pengaruh

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI :

CAKUPAN DATA. AKSES DATA Data Antar Bank Aktiva dapat di akses dalam website BI : 1 Nama Data : Antar Bank Aktiva BPR Semua jenis simpanan/tagihan BPR Pelapor dalam rupiah kepada bank lain di Indonesia. Simpanan/tagihan kepada bank lain di Indonesia dengan jenis giro, tabungan, deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang. mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang. mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank 2.1.1. Pengertian Bank Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang mempertemukan pihak yang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA BANK

ANALISIS KINERJA BANK ANALISIS LAPORAN KEU. PERBANKAN KARTIKA SARI. UniversitasGunadarma. ANALISIS KINERJA BANK TUJUAN MATERI : 1. Menjelaskan pengertian analisis rasio likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas. 2. Menyebutkan

Lebih terperinci

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 30 SEPTEMBER 2007 DAN 2006 (Dalam Jutaan Rupiah) NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN KONSOLIDASI NO. POSPOS Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 Per 30 Sept 2007 Per 30 Sept 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS

NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 (Dalam Jutaan Rupiah) NO POS - POS NERACA PER 31 MARET 2005 & 2004 NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 68.597 55.437 2 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 1.410.533 982.799 b. Sertifikat Bank Indonesia 743.202 800.000 c. Lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang semakin meningkat tiap tahunnya. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat telah kembali

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

RINGKASAN EKSEKUTIF : : : DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 (a). Ringkasan Eksekutif - Rencana dan Langkah-Langkah Strategis (b). Ringkasan Eksekutif - Indikator Keuangan BPR dengan modal inti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Penelitian sebelumnya yang digunakan penulis sebagai referensi adalah: 1. Dewi Dharma Irawan Willy Nahak ( 2012 ) Penelitian yang berjudul Pengaruh Risiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan kinerja keuangan, diantaranya sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan kinerja keuangan, diantaranya sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menyangkut perbandingan kinerja keuangan, diantaranya sebagai berikut: 1. Fitri Yuliana (2012) Permasalahan

Lebih terperinci

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah)

NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 (Dalam Jutaan Rupiah) NERACA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN PER 31 MARET 2007 KONSOLIDASI NO. POS-POS 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 31 Mar. 2007 31 Mar. 2006 (Tidak Diaudit) (Tidak Audit) (Tidak Diaudit)

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK A. Analisis Rasio Likuiditas Analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi kewajibankewajiban jangka pendek atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Rasio

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI

PERKEMBANGAN TERKINI PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. PERKEMBANGAN TERKINI KINERJA OPERASIONAL PERSEROAN Perbandingan Periode Sembilan bulan yang Berakhir pada tanggal 30 September 2011 dan 30 September 2012 Pendapatan

Lebih terperinci

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 08 & 09 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada tiga penelitian sebelumnya yang sangat bermanfaat bagi penulis sebagai bahan acuan, yaitu dilakukan oleh : 1. Riski Yudi Prasetyo 2012 Penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan Indonesia semakin menghadapi banyak tantangan, terutama menghadapi pasar global. Di dalam melaksanakan bisnis, perbankan Indonesia akan dihadapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Berikut ini adalah beberapa penjelasan dari hasil penelitian terdahulu. Dimana peneliti menganggap bahwa penjelasan dari penelitian terdahulu memiliki keterkaitan

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN 2008-2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena banyak sekali menimbulkan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Salah satu permasalahan yang

Lebih terperinci

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA NO POS - POS AKTIVA 1 Kas 62.396 50.624 2 3 4 5 6 7 Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 999.551 989.589 b. Sertifikat Bank Indonesia - 354.232

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi penulis khususnya sebagai acuan dalam penulisan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Loan to Deposit Ratio (LDR) 2.1.1 Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) Pengertian Loan to Deposit Ratio menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 Tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, PR, Dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO, PR, Dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian terdahulu yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh: 1. Ibnu Fariz (2012) Penelitian terdahulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Fungsi Kredit Menurut Dahlan Siamat (2005 : 349), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya, serta perusahaan industri dan retail. Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Otoritas Jasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penilitian pertama yang dijadikan rujukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) dengan topik mengenai Pengaruh LDR, IPR,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti selama dekade 80-an sampai sekarang. Hampir semua negara Asia melakukan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan( NPL), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia perbankan mengalami pertumbuhan atau perkembangan yang cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan yang berkaitan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Definisi Bank Kata bank berasal dari bahasa latin yaitu Banca yang berarti meja, meja yang dimaksud adalah meja yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dinda Yani Kusuma (2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dinda Yani Kusuma (2011) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tinjauan dari dua penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi atau rujukan dalam penelitian, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang kekurangan dana dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang kekurangan dana dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank memiliki peranan yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia. Peranan bank dalam membangun perekonomian Indonesia diwujudkan dalam fungsi utamanya sebagai mediator

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di babbab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. DAFTAR ISI i. II. PENJELASAN ii. III. DAFTAR SINGKATAN iv. IV. DAFTAR ISTILAH v. V. DAFTAR RASIO vi. VI.

DAFTAR ISI. I. DAFTAR ISI i. II. PENJELASAN ii. III. DAFTAR SINGKATAN iv. IV. DAFTAR ISTILAH v. V. DAFTAR RASIO vi. VI. DAFTAR ISI I. DAFTAR ISI i II. PENJELASAN ii III. DAFTAR SINGKATAN iv IV. DAFTAR ISTILAH v V. DAFTAR RASIO vi VI. DAFTAR TABEL viii VII. KONDISI UMUM 1 VIII. DATA 5 i PENJELASAN 1. Data yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian saat ini adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Persamaan dan perbedaan antara kedua penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 sebagai berikut

Lebih terperinci

Diskusi dan Analisis Manajemen

Diskusi dan Analisis Manajemen Diskusi dan Analisis Manajemen Data Keuangan Konsolidasi Hasil Usaha Pendapatan Bunga Bersih 4.603 5.645 7.136 26% Pendapatan Imbal Jasa 1.080 1.358 1.741 28% Pendapatan Operasional 5.683 7.003 8.877 27%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada tiga penelitian sebelumnya yang sangat bermanfaat bagi penulis sebagai bahan acuan, yaitu dilakukan oleh : 1. Danang Setyawan (2012) Masalah yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Bank 2.1.1 Pengertian Bank Para ahli dalam bidang perbankan memberikan definisi mengenai bank yang berbeda-beda, tetapi mempunyai tujuan yang sama. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

Lebih terperinci

9. Publikasi buku Data Perbankan Indonesia juga dilakukan melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id).

9. Publikasi buku Data Perbankan Indonesia juga dilakukan melalui website Bank Indonesia (www.bi.go.id). PENJELASAN 1. Data yang digunakan dalam buku Data Perbankan Indonesia bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) yang dilaporkan oleh Bank Umum kepada Bank Indonesia, kecuali dinyatakan lain. 2. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan regional atau nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian global pada tahun 2009 hingga saat ini menunjukkan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh krisis ekonomi global. Krisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan masyarakat, tempat untuk meminjam, menukar, memindahkan dan menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN 3.1. Alur Pikir Penelitian Tingkat kesehatan bank merupakan cerminan dari kondisi suatu bank yang dilihat dari laporan keuangan. Bank yang sudah go public wajib menerbitkan laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi yang dapat berperan dalam mendukung kegiatan perekonomian salah satunya adalah Dunia perbankan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya

Lebih terperinci

N E R A C A Per 30 September 2009 Dan 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Pos - Pos

N E R A C A Per 30 September 2009 Dan 2008 (Dalam Jutaan Rupiah) Pos - Pos N E R A C A A K T I V A 1. K a s 22,951 21,458 2. Penempatan pada Bank Indonesia a. Giro Bank Indonesia 117,863 165,135 b. Sertifikat Bank Indonesia 154,903 89,736 c. Lainnya - - 3. Giro pada bank lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009

Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009 Laporan Keuangan Triwulanan 30 September 2009 Bangkok Bank Public Company Limited Jakarta Branch NERACA BANGKOK BANK PCL Per 30 September 2009 dan 2008 (dlm.jutaan rupiah) No. POS - POS 30 September 2009

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi sangat bergantung pada keberadaan sektor perbankan yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dari peran semakin meningkatnya sektor usaha mikro, kecil dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 70 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis LDR dan NPL pada PT Bank Rakyat Indonesia 4.1.1 Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, diantaranya: 1) Bambang Sudiyatno dan Jati Suroso (2010), permasalahan yang diangkat pada penelitian

Lebih terperinci