KAJIAN APLIKASI RADIOGRAFI Ir 192 DAN Se 75 UNTUK INSPEKSI PIPA KETEL UAP PEMBANGKIT LISTRIK PLTU BATU BARA
|
|
- Indra Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KAJIAN APLIKASI RADIOGRAFI Ir 192 DAN Se 75 UNTUK INSPEKSI PIPA KETEL UAP PEMBANGKIT LISTRIK PLTU BATU BARA Soedardjo PUSAT TEKNOLOGI REAKTOR DAN KESELAMATAN NUKLIR BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL ABSTRAK KAJIAN APLIKASI RADIOGRAFI Ir 192 DAN Se 75 UNTUK INSPEKSI PIPA KETEL UAP PEMBANGKIT LISTRIK PLTU BATU BARA. Telah dilakukan kajian aplikasi radiografi Ir 192 dan Se 75, unstuk inspeksi pipa ketel uap industri PLTU batu bara. Kajian difokuskan kepada aspek penumbra, pemilihan pemakaian Ir 192 dan Se 75 oleh para jasa inspeksi dan keinginan pemilik industri, baik dari segi keselamatan, parameter ketebalan pipa, umur paro sumber radiasi, energi sumber radiasi, produktifitas pemakaian sumber radiasi di industri. Hasil kajian menunjukkan bahwa masalah penumbra sangat penting untuk diperhatikan, dari segi keselamatan pemakaian kedua sumber radiasi tersebut ada kelemahannya pada alat engkol dan kunci kamera Gamma. Dari segi parameter ketebalan pipa, Ir 192 dapat digunakan untuk ketebalan bahan dari 20 hingga 80 mm, produktifitas pemakaian kamera Gamma Ir 192 relatif jelek karena kemera Gamma Ir 192 relatif berat jika digunakan untuk inspeksi pipa yang tipis dengan elevasi geometri pipa yang cukup tinggi. Untuk sumber Se 75 dapat digunakan untuk ketebalan bahan dari 10 hingga 40 mm, umur paro Se 75 adalah 120 hari atau hampir dua kali umur paro Ir 192, produktifitas pemakaian kamera Gamma Se 75 yang relatif ringan adalah baik jika digunakan untuk inspeksi pipa yang tipis dengan elevasi geometri pipa yang cukup tinggi. ABSTRACT ASSESSMENT OF Ir 192 AND Se 75 RADIOGRAPHY APPLICATIONS ON INSPECTION OF COAL FIRED ELECTRICAL POWER BOILER PIPE. The assessment of Ir 192 and Se 75 radiography applications on inspection of coal fired electrical power industry boiler pipe has been carried out. The assessment are focused on unsharpness geometry aspect, the election Ir 192 and Se 75 source by inspection agency and industry owner especially from safety feature, pipe thickness parameter, radiation source half life, radiation source energy, industrial application productivity. The assessment result is the unsharpnenss geometry should be concerned, from the safety feature that both radiation sources have weakness link on crank cable and Gamma camera key lock. From pipe material tested thick nesses that Ir 192 is applicable from 20 up to 80 mm, the application Gamma camera of Ir 192 productivity if applied for thin pipe inspection with the high geometry elevation is bad due to Gamma camera Ir 192 is heavy. Radiation source Se 75 is possible for 10 up to 40 mm pipe material thickness, with half life about 120 days or almost double time of Ir 192 half life, the application Gamma camera of Se 75 productivity if applied for thin pipe inspection with the high geometry elevation is good due to Gamma camera Se 75 is light. 692
2 PENDAHULUAN Akhir akhir ini penggunaan kamera Gamma dengan menggunakan sumber Ir (Iridium) 192 dan Se (Selenium) 75 bersaing ketat. Masing masing industri pengguna dapat memilih alat yang mana menguntungkan atau berugikan. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dalam pemilihan sumber radiasi Ir 192 atau Se 75, maka dilakukan suatu kajian aplikasi radiografi Ir 192 dan Se 75 untuk inspeksi pipa ketel uap pada industri PLTU batu bara. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa jasa inspeksi dan pemilik PLTU batubara akhir akhir ini memilih menggunakan sumber Se 75 daripada Ir 192. Untuk mengetahui penyebabnya, maka dilakukan pengkajian untung rugi penggunaan dua sumber tersebut. Kajian difokuskan kepada pemilihan pemakaian Ir 192 dan Se 75 oleh para jasa inspeksi dan keinginan pemilik industri, baik dari segi keselamatan pemakaian sumber Ir 192 dan Se 75, parameter ketebalan pipa, keuntungan secara ekonomis yang berkaitan dengan umur paro sumber radiasi, energi sumber radiasi, produktifitas pemakaian sumber radiasi di industri serta perhitungan jarak sumber ke film (SFD, Source to Film Distance) yang digunakan untuk menguji pipa tersebut. TEORI, BAHAN DAN METODE Bayangan yang terbentuk dalam film radiografi akan diperbesar dan membentuk penumbra (Unsharpness geometry, Ug). Besarnya penumbra ini dipengaruhi oleh dimensi sumber radiasi, tebal bahan, dan besarnya SFD (Source to Film Distance) atau jarak tataletak sumber radiasi Ir 192 atau Se 75 ke film yang digunakan untuk pengujian. Dalam standar ASME besarnya penumbra maksimum untuk tebal tertentu dari benda yang akan diuji telah ditetapkan, seperti ditunjukkan pada Tabel 1 [1]. Tabel 1. Hubungan tebal bahan dengan penumbra Tebal bahan (in) Penumbra maksimum (in) t < t < t t > Sumber radiasi yang dipilih pada kajian ini merupakan parameter jenis dan tebal material yang berkaitan dengan kemampuan atau daya tembus dari energi dan jenis sumber radiasi Ir 192 dan Se 75. Penghitungan SFD dengan tujuan agar gambar radiografi yang dihasilkan cukup tajam yang bergantung pada besarnya penumbra (Ug, unsharpness) maksimum yang 693
3 diijinkan. Nilai SFD minimum, jika harga penumbra maksimum dan kondisi film menempel pada bahan yang akan diradiasi telah ditetapkannya dapat ditentukan dengan persamaan: SFD minimum = [(t x d)/ Ug maksimum ] + t (1) dengan SFD minimum = jarak sumber ke film minimum (mm), t = tebal material (mm), Ug maksimum = penumbra maksimum (mm), d = dimensi sumber (mm) Persamaan (2) menunjukkan semakin besar aktifitas sumber yang digunakan maka waktu penyinaran semakin cepat. Waktu penyinaran (Wp) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Wp = [ SFD aktual / SFD grafik ] 2 x A (2) dengan SFD aktual = SFD yang digunakan, SFD grafik = SFD standard exposure chart, A = harga aktifitas (Ci) x waktu penyinaran (menit) pada SFD grafik. Untuk tebal material dengan korelasi penggunaan sumber radioaktif untuk Ir 192 dan Se 75, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rentang daerah kerja sumber sumber radiasi [2] Sumber Waktu paro Rentang daerah kerja Rentang tenaga radiasi pada tebal baja (mm) gamma Co 60 5 tahun ,17 MeV 1,33 MeV Ir hari Ke 612 KeV Se hari KeV Yb hari KeV Tm hari KeV Gd hari KeV BAHAN DAN METODA Teknik penyinaran yang digunakan pada penelitian ini adalah single wall viewing (Single Wall Single Image, SWSI). Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara 694
4 lain monitor personil (Film badge / TLD badge, dosimeter saku), surveimeter, tandatanda radiasi, tali kuning, kamera Gamma dan sumber Ir 192 (22,1 Ci, focal spot efektif 3 mm adalah diameter dari sumber Ir 192), kamera Gamma Se 75 (16 Ci, Ci, focal spot efektif 2 mm adalah diameter dari sumber Se 75), kabel krank atau kabel engkol, kabel pengarah sumber, sigmat, penetrameter, fasilitas ruang gelap. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain film radiografi (AGFA D7 250 mm x 100 mm), larutan developer, stop bath, fixer dan air, benda uji (specimen) Perhitungan nilai SFD minimum didasarkan pada harga Ug maksimum yang ada pada referensi [1]. Benda uji yang digunakan adalah lasan dengan tebal dari capping ke root sekitar 13 mm. Berdasarkan referensi [1], maka nilai Ug maksimum untuk ketebalan itu adalah 0,5 mm. Dengan memasukkan harga harga yang ada maka nilai SFD minimum dapat dihitung berdasarkan rumus (1) dan didapat sebesar 91 mm. Untuk itu pada penelitian ini akan digunakan SFD dengan variasi 100mm, 150mm, dan 200mm. Metode perbandingan pada makalah ini, difokuskan ke masalah berat alat, kemacetan pengoperasian alat dan pemilihan alat yang sebanding dengan tepat pipa yang diinspeksi. Uji radiografi yang dievaluasi pada makalah ini dilakukan berdasarkan standar ASME 5, dengan menggunakan sumber Se 75 dengan aktivitas 16 Curie dengan waktu 5 menit, dan Ir 192 dengan aktivitas 22,1 Curie, dengan waktu penyinaran 19,5 detik. Wall tube yang diteliti pada makalah ini adalah pipa pipa yang terpasang diantara bagian steam drum dan cross tubes serta merupakan komponen yang penting dari suatu ketel uap. Dengan diketahuinya kondisi struktur bahan dan penyebab kerusakan dari wall tube, maka dapat dilakukan usaha usaha pencegahan maupun penanggulangan terhadap adanya kerusakan [3 6]. Metode pengujian dengan cara menempelkan film Agfa D4 pada pipa ketel uap yang telah di shutdown dan mengalami pendinginan sekitar sebulan agar suhunya tidak lebih dari 40 C, sehingga operator yang melakukan pengujian dapat bekerja dengan enak dan selamat. Sumber radiasi diletakkan sedemikian rupa, sehingga diperoleh penumbra yang sempit atau kecil agar sensitifitas gambar yang dihasilkan tampak baik untuk dianalisis. Pengujian dilakukan sepanjang pipa ketel uap, dari level 0 meter hingga 66,1 meter, dengan jarak sekitar 5 meter atau jarak tertentu untuk tempat kritis, seperti pipa lengung atau titik las sambungan pipa. Film yang telah disinari, harus diproses atau dicuci agar gambar laten yang terdapat pada film tersebut dapat terlihat oleh mata dengan menggunakan alat viewer. Proses pencucian sangat penting, karena kesalahan pada proses ini akan membuat film 695
5 tersebut tak berguna lagi. Sebelum proses dimulai, larutan larutan dengan konsentrasi yang sesuai harus dipersiapkan sesuai dengan rekomendasi dari pabrik. HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas hasil pengujian dengan sumber radiasi Ir 192 Pada exposure chart digunakan SFD sebesar 620 mm. Dengan mengacu pada grafik tersebut maka harga A (Aktifitas kali waktu ) untuk ketebalan benda uji sebesar 13 mm didapat sebesar 69 Ci menit. Nilai tersebut diperlukan untuk menghasilkan nilai kehitaman sebesar 2 sesuai persyaratan ASME V [1]. Dengan menggunakan SFD sebesar 100 mm, 150 mm, dan 200 mm, maka dapat dihitung Wp untuk masing masing SFD. Untuk SFD sebesar 100 mm, maka: Wp = [100/620] 2 x 69 Ci menit = 1,795 Ci menit /22,1 Ci menit x 60 detik = 4,873 detik Untuk SFD sebesar 150 mm, maka: Wp = [150/620] 2 x 69 Ci menit = 4,039 Ci menit /22,1 Ci menit x 60 detik = 10,97 detik Untuk SFD sebesar 200 mm, maka: Wp = [200/620] 2 x 69 Ci menit = 7,18 Ci menit /22,1 Ci menit x 60 detik = 19,5 detik Dengan menggunakan rumus (1), maka untuk nilai SFD sebesar 100 mm, akan terbentuk nilai Ug sebesar adalah 0,45 mm. Untuk nilai SFD 150 mm, maka nilai Ug yang terbentuk adalah 0,28 mm. Sedangkan pada penggunaan nilai SFD sebesar 200 mm maka akan terbentuk Ug sebesar 0,21 mm. Dari hasil perhitungan tersebut terlihat jelas bahwa semakin besar SFD yang digunakan akan menghasilkan Ug yang semakin kecil yang berarti pula film yang dihasilkan lebih tajam. Kendala penggunaan kamera Gamma Se 75 adalah biasanya digunakan untuk material yang tipis, sedang kamera Gamma Ir 192 dapat digunakan untuk material yang tebal. Hal ini disebabkan untuk mendapatkan gambar yang baik, yang berkaitan dengan penumbra Ug atau unsharpness geometry dan penetrasi sumber radiasi tergantung pada besar masing masing energinya. Dalam hal ini penumbra juga merupakan fungsi dari tebal bahan. Sumber radiasi yang akan digunakan dipilih berdasarkan kepada jenis dan tebal material yang akan diperiksa. Hal ini disebabkan karena kemampuan atau daya tembus dari masing masing sumber berbeda, yang tergantung kepada energi dan jenis radiasi yang dipancarkan. Kondisi penampang lintang wall tube ketel uap saat dilakukan pemotongan, seperti pada Gambar 1 menggunakan Sumber radiasi Ir 192. Wall tube setebal 12 mm tersebut mengalami korosi untuk kasus ketel uap PLTU Suralaya. Pada Gambar 2 adalah 696
6 wall tube setebal 12 mm yang rusak akibat kemacetat mekanisasi peralatan sootblower di PLTU ASAM ASAM yang menggunakan sumber radiasi Se 75. Gambar 1. Kerusakan wall tube pada bagian dalam yang berupa lapisan oksida di iradiasi dengan Ir 192. Gambar 2. Wall tube PLTU ASAM ASAM di radiografi dengan Se 75. Hasil uji radiografi diperlihatkan pada Gambar 1. Pengujian radiografi dilakukan porositas untuk mengetahui kondisi bagian dalam dari pipa. Indikasi cacat porositas yang ditemukan pada pengujian dye penetrant diperdalam dengan uji radiografi untuk mengetahui ukuran/dimensi cacat tersebut. Dari hasil uji radiografi diketahui bahwa cacat porositas yang perlu dianalisis adalah pada bagian paling atas sesuai dengan tanda panah pada Gambar 3 dan Gambar 4, karena hanya cacat ini yang terdeteksi di film radiografi. Gambar 3. Uji radiografi dengan menggunakan kamera Gamma Ir
7 Dari Gambar 3, terlihat bagian yang terkorosi kurang jelas terlihat, karena sumber Ir 192 dengan aktivitas kecil sekitar 22,1 Curie, dengan waktu penyinaran sekitar 19,5 detik, dan menggunakan film jenis AGFA D7 ukuran 250 mm x 100 mm yang mempunyai sensitivitas dan kerapatan pixel bahan film lebih tinggi dibanding film jenis D4. Pengujian ini menggunakan aktivitas yang rendah, karena keterbatasan dana untuk pembelian sumber radioaktif Ir 192, sehingga terpaksa memanfaatkan aktivitas radiasi yang oleh sebagaian industri digolongkan kepada sumber radiasi golongan limbah radioaktif. Gambar yang tidak jelas dapat disebabkan karena aktivitas yang relatif kecil dari sumber radiasi Ir 129 yang digunakan untuk pengujian saat itu, pengaturan SFD yang kurang tepat, kualitas film yang sudah kadaluarsa. Film hasil radiografi dikatakan mempunyai kualitas yang baik bila film tersebut dapat mendeteksi cacat yang dimensinya tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Pemilihan film radiografi ditentukan oleh sensitivitas gambar yang diharapkan. Dalam teknik radiografi diharapkan bahwa film yang dihasilkan mempunyai sensitivitas yang cukup tinggi. Bila diinginkan agar cacat yang halus terekam pada film maka film dengan kontras tinggi harus dipilih. Penggunaan sumber radiasi Ir 192 pada ketel uap Pupuk Kujang setebal 10 mm, seperti terlihat pada Gambar 4 dan 5. Gambar 4. Pipa U ketel uap Pupuk Kujang, menggunakan sumber radiasi Ir 192. Dimensi cacat porositas pada bagian permukaan luar pipa adalah 2 mm dan berdasarkan Standar ASME Section VIII Appendix 4, bahwa batas yang diizinkan untuk pipa dengan ketebalan dibawah 3/8 in (0,32 in) adalah 3,175 mm, sehingga cacat masih dalam batas toleransi atau masih diizinkan. 698
8 Gambar 5. Uji radiografi Pipa U, ketel uap Pupuk Kujang dengan menggunakan Ir 192 Keuntungan dan kerugian pemakaian sumber Radiasi Ir 192 dan Se 75 Pemakaian kamera Gamma yang berat seperti untuk sumber Ir 192 yang menggunakan shielding Depleted Uranium (DU) sekitar 25 kg, akan menghambat transportasi atau pemindahan alat. Sehingga perolehan titik pengujian radiografi memerlukan waktu relatif lama, atau akan menghabiskan uang yang banyak, karena produktifitas penyelesaian pekerjaan lebih lama dibanding jika menggunakan kamera Gamma yang relatif lebih ringan. Beberapa industri menginginkan pemakaian kamera Gamma yang lebih ringan seperti Se 75, yang beratnya sekitar 15 kg, sehingga pengujian dalam sehari dapat dilakukan pada banyak titik pengujian. Untuk pengujian pipa ketel uap PLTU batu bara Suralaya Unit II menggunakan kamera Gamma Ir 192 jika digunakan prinsip full radiography for lethal services yang dipersyaratkan oleh ASME IX, maka akan memerlukan waktu sekitar 30 hari. Biaya yang akan dikeluarkan oleh PLTU Suralaya unit II dengan tidak beroperasi dalam sehari, adalah sekitar 1 (satu) Milyard pada tahun Pada pipa boiler PLTU Suralaya Unit II yang tingginya dari titik dasar tungku pembakaran batu bara atau dari level 0 mm hingga 66,1 meter, maka akan sangat berat jika digunakan kamera Gamma Ir 192 yang beratnya 25 kg. Hal tersebut akan lebih menguntungkan jika menggunakan kamera Gamma Se 75 yang lebih ringan. Perbedaan berat yang cukup besar tadi dikarenakan kamera Gamma untuk Ir 192 biasanya dirancang untuk maksimum sekitar 120 Ci dan kamera Gamma untuk Se 75 dirancang untuk maksimum 80 Ci. Khusus untuk kamera Gamma Se 75, berat depleted 699
9 uranium untuk bahan penahan radiasi 7,7 kg, sehingga berat kameranya sendiri hanya sekitar 7,3 kg. Penggunaan sumber Se 75 akhir akhir ini digemari oleh jasa inspeksi dan pemilik industri dibandingkan sumber radiasi Ir 192, terutama untuk inspeksi bahan baja yang ketebalannya sekitar 5 hingga 30 mm. Se 75 mempunyai spektrum paparan Gamma yang lebih halus dan sensitif dibanding dengan sumber radiasi Gamma Ir 192. Karena umur paro Se 75 hampir 2 (dua) kali lipat umur paro Ir 192, maka penggunaan sumber Se 75, sangat disenangi untuk digunakan pada industri lepas pantai (off shore), karena tidak perlu berkali kali ke darat untuk mengganti sumber radiasi yang cepat habis dan dengan harga yang relatif mahal. Dengan alasan bahwa sumber radiasi Ir 192 mempunyai focal spot 3 mm dan sumber radiasi Se 75 mempunyai focal spot hanya 2 mm, maka banyak yang memilih menggunakan sumber Se 75, karena dengan focal spot yang relatif kecil, akan dihasilkan gambar yang lebih bagus, sensitif dan mudah dianalisis, serta dapat mendeteksi cacat yang relatif lebih akurat, jika dibandingkan dengan menggunakan sumber Ir 192. Aspek keselamatan penggunaan Sumber radiasi Ir 192 dan Se 75. Kedua kamera Gamma tersebut dalam pemakaian di lapangan sering mengalami kemacetan, antara lain pada bagian kunci kamera Gamma dan alat engkol untuk mengeluarkan sumber radiasi. Khusus untuk wall tube yang digunakan pada dinding ketel uap PLTU batubara baik di PLTU Suralaya dan PLTU Asam Asam Kalimantan Selatan Tengah, kerusakan yang sering terjadi adalah porositas karena berinteraksi dengan uap air panas yang bersuhu 1100 C. Wall tube juga sering mengalami penipisan, karena proses pembersihan kerak dengan menggunakan mesin yang disebut pembersih jelaga hasil pembakaran batubara (sootblower), yang macet mekanisasinya, sehingga pembersihan yang setempat mengakibatkan pipa cepat menipis. Aspek Keselamatan Aspek keselamatan yang perlu dikemukakan adalah untuk pemakaian sumber radiasi Se 75. Sumber radiasi tersebut mudah menguap (volatile) pada suhu sekitar 800 C. Jika terjadi kecelakaan, misalnya sumber radiasi terlepas dari kendali dan jatuh pada tungku batubara yang suhunya lebih dari 1100 C, maka sumber radiasi Se 75 tersebut akan menguap dan mencemari lingkungan. Sumber radiasi Se 75, dengan wadahnya yang terbuat dari Vanadium dan Titanium, mudah terkorosi, sehingga sering menyebabkan kemacetan saat kamera 700
10 Gamma Se 75 digunakan. Dengan alasan sumber Se 75 mudah terkorosi, maka beberapa negara ada yang menolak menggunakan sumber Se 75 tersebut. Kerugian pemakaian Se 75, yaitu banyak dilakukan pengelasan di sana sini untuk membuat wadah penahan radiasi dari sumber radiasi Se 75. Sifat suatu titik laslasan merupakan titik kritis kegagalan suatu komponen akibat heterogenitas bahan las dan bahan yang di las, maka pemakaian sumber Se 75 yang relatif banyak menggunakan titik las pada wadah penahan radiasinya dibandingkan dengan wadah penahan radiasi Ir 192, maka sebagian jasa inspeksi masih memilih menggunakan sumber Ir 192 dari aspek keselamatnnya. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa bila diinginkan untuk mendapatkan panjang film efektif sepanjang x mm, maka SFD yang harus digunakan adalah sekitar 2 x mm. Disamping itu juga dapat disimpulkan bahwa penambahan waktu penyinaran untuk SFD yang berbeda, dengan prosentase yang sama terhadap hasil perhitungan waktu penyinaran, tidak akan menghasilkan kehitaman yang sama. Peralatan Ir 192 lebih menguntungkan untuk digunakan pada pipa pipa yang tebal dan peralatan Se 75 untuk pipa pipa yang tipis. Untuk kamera Gamma Ir 192 adalah baik untuk material dengan ketebalan dari 20 hingga 80 mm dan untuk kamera Gamma Se 75 adalah 10 mm hingga 40 mm. Kerugian pemakaian dari kamera Gamma Ir 192 adalah beratnya sekitar 25 kg, sedang kamera Gamma Se 75 lebih ringan dan beratnya sekitar 15 kg. Kedua duanya mempunyai kendala berupa kemacetan saat mengeluarkan sumber dari dalam kameranya. Dari aspek keselamatan, sumber Se 75 mudah menguap pada suhu tinggi, mudah terkorosi, masih banyak menggunakan sambungan las. Masalah yang terjadi di ketel uap PLTU batubara, dengan susunan pipa yang relatif tinggi sekitar 66,1 meter mengakibatkan pengangkutan kamera Ir 192 yang relatif berat sekitar 25 kg akan menyulitkan kerja para operator radiografi sehingga para operator tersebut lebih senang menggunakan peralatan yang relatif ringan seperti Se 75 dengan berat sekitar 15 kg. Dengan kamera Gamma yang ringan, akan lebih cepat digunakan untuk menguji beberapa titik uji, sehingga akan dapat menekan dana yang dibutuhkan. 701
11 DAFTAR PUSTAKA 1. ANONYMOUS, ASME Boiler and Pressure Vessel Committee, ASME Boiler and Pressure Vessel Section V Nondestructive Examination, The American Society of Mechanical Engineers, New York, MARK G SHILTON et al. Advanced, Second Generation Selenium 75 Gamma Radiography Sources, IAEA Technology QSA, B329, Harwell, Didcot Oxon, OX11 0RA, UK, Paper presented at the 15th World Conference on Non Destructive Testing, Rome, Italy, October 2000, Revised and amended AUgust M. NATSIR, dkk, Analisis keutuhan struktur bahan superheater PLTU Suralaya, Prosiding Presentasi Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir VI, P2TKN BATAN, ISSN ,Serpong 29 Maret M. NATSIR, dkk, Analisis kerusakan wall tube boiler, Prosiding Presentasi Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir VII, P2TKN BATAN, ISSN ,Serpong 14 Pebruari M. NATSIR, dkk, Analisis kerusakan pipa boiler industri, Prosiding Presentasi Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir V, P2TKN BATAN, ISSN , Serpong 28 Juni SOEDARDJO dkk, Laporan terbatas tentang Inspeksi Predictive Maintenance Economizer dan Superheater PLTU ASAM ASAM UNIT I, Mei 2003, tidak untuk diterbitkan. 7. SOEDARDJO, Analisis Kemacetan Komponen Lingkaran Pengunci kamera Gamma Co 60 Model 680 Amersham, Tech Ops, Prosiding Presentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan VII, Jakarta, halaman 4, ISSN Agustus
12 DISKUSI DAN TANYA JAWAB Penanya: Warodi ( PT Indah Kiat Pulp & Paper Serang Mill ) Pertanyaan: a.denger Mill Crack tebal 30 cm apa dapat dideteksi dengan alat tersebut? Jawaban: a.dapat. Penanya: Bagiyono ( Pusdiklat BATAN ) Saran: Korelasi Tabel 1, tebal bahan satuannya tertulis mm seharusnya inch, Penumbra maksimum tertulis m seharusnya cm. Mohon di cek lagi ke ASME V arti ke II. 703
BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN
BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN 4.1 Hasil pengujian Berdasarkan penelitian dan inspeksi dilapangan yang telah dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur pengerjaan Nondestructive Test. Pengujian ini dilakukan
Lebih terperinciRADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN. Djoli Soembogo Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN ABSTRAK ABSTRACT
Majalah Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi ISSN 2087-5665 BETA GAMMA TAHUN 2014 Vol. 5 No. 1 Februari 2014 RADIOGRAFI PADA LAS MANHOLE BEJANA TEKAN Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN Email : djoli@batan.go.id
Lebih terperinciPEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK
PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK Namad Sianta, Djoli Soembogo dan R. Hardjawidjaja Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN E-mail : djoli@batan.go.id ABSTRAK
Lebih terperinciINSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA PIPA STEAM GENERATOR MENGGUNAKAN METODE RADIOGRAPHY TEKNIK PANORAMIC (STUDI KASUS DI PT. TACHI JINO)
INSPEKSI SAMBUNGAN LAS PADA PIPA STEAM GENERATOR MENGGUNAKAN METODE RADIOGRAPHY TEKNIK PANORAMIC (STUDI KASUS DI PT TACHI JINO) Muhammad Zaky 1, Syukran 2, Azwar 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik
Lebih terperinciRADIOGRAFI CO-60 PADA KUBUS CORAN TIMAH HITAM
RADIOGRAFI CO-60 PADA KUBUS CORAN TIMAH HITAM Djoli Soembogo, Harun Al Rasyid R., Namad Sianta Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi-BATAN, Jalan Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta 12440. E-mail : djoli@batan.go.id
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi literature dan pengumpulan bahan Pengolahan dan analisa Mempersiapkan Alat dan Bahan Prosedur pengujian Non Destructive Test Pengujian
Lebih terperinciRADIOGRAFI Co-60 PADA CORAN KOMPONEN ALAT BERAT
RADIOGRAFI Co-60 PADA CORAN KOMPONEN ALAT BERAT Djoli Soembogo, Harun Al Rasyid R dan Namad Sianta Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN. Jalan Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta 12440. email: djoli@batan.go.id
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *
RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA Riswanda 1*, Lenny Iryani 2 1,2 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012 *E-mail
Lebih terperinciRADIOGRAFI SINAR-X PADA TERUMBU KARANG
RADIOGRAFI SINAR-X PADA TERUMBU KARANG Djoli Soembogo Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN Jalan Lebak Bulus Raya No. 49, Jakarta 12440. email: djoli@batan.go.id ABSTRAK RADIOGRAFI SINAR-X PADA TERUMBU
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan proses terdegradasinya suatu material karena pengaruh lingkungan. Sebagai contoh adalah baja yang akan habis karena berkarat saat dibiarkan
Lebih terperinci08/01/2012. Pengujian Visual Las. Pengujian Dye Penetrant. Pengujian Serbuk Magnet PENGUJIAN TIDAK MERUSAK. Pengujian Ultrasonik. Pengujian Arus Eddy
MATERI KE - III Pengujian tidak merusak (NDT) Pengujian Visual Las Pengujian Dye Penetrant penyusun: Heri Wibowo, MT Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2011 1 PENGUJIAN TIDAK MERUSAK Fakultas
Lebih terperinciSuparno, Anda Sanusi - PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADlOGRAFllr-192 MENGGUNAKAN PERSAMAAN DOSIS RADIASI
Suparno, Anda Sanusi - PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADlOGRAFllr-192 PENENTUAN WAKTU PENYINARAN RADIOGRAFI Ir-192 Suparno, Anda Sanusi Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN, parnomrj@batan.go.id ABSTRAK PENENTUAN
Lebih terperinciBAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL
BAB II PENGUJIAN-PENGUJIAN PADA MATERIAL Kekerasan Sifat kekerasan sulit untuk didefinisikan kecuali dalam hubungan dengan uji tertentu yang digunakan untuk menentukan harganya. Harap diperhatikan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin meningkat di masyarakat dan semakin tingginya kebutuhan listrik saat ini yang belum sebanding dengan ketersediaan
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bukit Asam adalah perusahaan penghasil batu bara terbesar di Indonesia yang bertempat di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Indonesia. PT. Bukit Asam menggunakan pembangkit
Lebih terperinciSTANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR
STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR Pusat Standardisasi dan Jaminan Mutu Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional Januari 2007 Pengantar Sejak tahun 2000 BATAN telah ditunjuk oleh Badan Standardisasi
Lebih terperinciKonversi Paparan pada Perubahan kv Pesawat Sinar- X Rigaku-RF-250EGM
Suparno, Konversi Paparan pad a Perubahan KV Pesawat Sinar-X Rigaku-RF-250EGM Konversi Paparan pada Perubahan kv Pesawat Sinar- X Rigaku-RF-250EGM Suparno, Anda, Sutrasno Pusdiklat - Badan Tenaga Nuklir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu
Lebih terperinciWidyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN
Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: 22-27 ISSN 1410-5357 Fasilitas Sumber Terbungkus Iridium-192untuk Radiografi Industri Storage Facility of Iridium-192 Sealed Source for Industrial Radiography
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN
Lebih terperinciPRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir
ABSTRAK PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir Suhartono, Suparno, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PRARANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON
STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON Muh Alfatih Hendrawan 1 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU
BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan
Lebih terperinciPERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE
PERHITUNGAN SPESIFIKASI PENYAMBUNGAN PIPA GAS DAN INSTALASI PIPELINE GAS PADA PIPELINE PROJECT BOJONEGARA - CIKANDE Oleh Nama : Roby Pratomo NPM : 26409806 Fakultas : Teknologi Industri Jurusan : Teknik
Lebih terperinciSuparno, Makmur Rangkuty-PEMBUATAN KURVA PENYINARAN RADIOGRAFI IR-I92 MENGGUNAKAN PERSAMAAN DOSIS
Suparno, Makmur Rangkuty-PEMBUATAN KURVA PENYINARAN RADIOGRAFI IR-I92 PEMBUAIAN KURVA PENYINARAN RADIOGRAFI IR-l92 Suparno, Makmur Rangkuty Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN, parnomrj@batan.go.id ABSTRAK
Lebih terperinciEVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO
EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO Ruminta Ginting, Ratih Kusuma Putri Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN ABSTRAK EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL
Lebih terperinciEVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM
No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN
Lebih terperinciAKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA
AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA SRI NITISWATI, ROZIQ HIMAWAN Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310,
Lebih terperinciUJI TIDAK MERUSAK PADA PIPA-PIPA KETEL UAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP
216 ISSN 0216-3128 Soedardjo, dkk. UJI TIDAK MERUSAK PADA PIPA-PIPA KETEL UAP PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP Soedardjo, Andryansyah Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir - BATAN ABSTRAK UJI TIDAK
Lebih terperinciPengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication
Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication Panel Bangunan Atas Kapal 4108 100 066 Jurusan Teknik Perkapalan
Lebih terperinciEfisiensi PLTU batubara
Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU
Lebih terperinciPERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60
PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar PRPN BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, Gedung 71, Tangerang Selatan, 15310 ABSTRAK. PERANCANGAN
Lebih terperinciPengujian Tak Merusak Penetrant Testing
Pengujian Tak Merusak Penetrant Testing Disusun oleh : Ariseno Adhi Saputra (3331121968) Kelas A JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2014 Latar belakang
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI PINHOLE DAN MULTIHOLE UNTUK PENGUKURAN DIMENSI FOCAL SPOT PESAWAT SINAR-X
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UJI PINHOLE DAN MULTIHOLE UNTUK PENGUKURAN DIMENSI FOCAL SPOT PESAWAT SINAR-X Djoko Marjanto 1, Sigit Purnomo, Etiko Puspo Rini STTN-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB
Lebih terperinciDengan klasifikasi tersebut maka konsumen dapat memilih mana yang tepat untuk
Services 1. Radiation Sources Radiasi gamma dalam energinya dianggap cukup tinggi untuk hanya memecah molekul dan mengionisasi atom, namun tidak cukup tinggi untuk mengubah struktur dari inti atom (menghindari
Lebih terperinciTUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )
1. Jelaskan tahapan kerja dari las titik (spot welding). Serta jelaskan mengapa pelelehan terjadi pada bagian tengah kedua pelat yang disambung Tahapan kerja dari las titik (spot welding) ialah : Dua lembaran
Lebih terperinciEVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI
No.04 / Tahun II Oktober 2009 ISSN 1979-2409 EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK EVALUASI
Lebih terperinciBAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI
BAB III DATA DESAIN DAN HASIL INSPEKSI III. 1 DATA DESAIN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah merupakan data dari sebuah offshore platform yang terletak pada perairan Laut Jawa, di utara Propinsi
Lebih terperinciFerdy Ramdani 1, Wing Hendroprasetyo Akbar Putra 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan, 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
ANALISA PENGARUH NONCONDUCTIVE COATING TERHADAP PANJANG PENDETEKSIAN CACAT PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMERIKSAAN MAGNETIK PARTIKEL (MPI) PADA SAMBUNGAN LAS CRANE DI KAPAL Ferdy Ramdani, Wing
Lebih terperinciBAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
IV-1 BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN Prosedur pengujian kualifikasi reparasi pengelasan pada proses pembuatan pipa dilakukan berdasarkan kriteria penerimaan dalam API 5L edisi ke 43 tahun
Lebih terperinciRADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin
RADIOKALORIMETRI Rohadi Awaludin Pusat Pengembangan Radioisotop dan Radiofarmaka (P2RR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314, Telp/fax (021) 7563141 1. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. panas. Karena panas yang diperlukan untuk membuat uap air ini didapat dari hasil
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Teori Dasar Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat atau bejana yang disusun untuk mengubah air menjadi uap dengan jalan pemanasan, dimana energi kimia diubah menjadi energi panas.
Lebih terperinciPERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60
PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60 Kristiyanti, Budi Santoso, Abdul Jalil, Sukandar Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir (PRPN) BATAN E-mail : kristiyantiwst@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI
PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu dan teknologi nuklir yang pesat di zaman sekarang ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi nuklir yang pesat di zaman sekarang ini salah satunya berkaitan dengan radiasi nuklir. Radiasi nuklir seperti radiasi gamma, telah banyak
Lebih terperinciOLEH: RIZKY HIJRAH PERMANA DOSEN PEMBIMBING : Ir. Witantyo. M.Eng. Sc
OLEH: RIZKY HIJRAH PERMANA 2107100074 DOSEN PEMBIMBING : Ir. Witantyo. M.Eng. Sc Pentingnya boiler sebagai penghasil produksi uap untuk kebutuhan Utilities dan Process Train dalam pabrik Beberapa kali
Lebih terperinciANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM
ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM Kristiyanti, Abdul Jalil Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan Puspiptek Serpong 15314 Abstrak ANALISIS
Lebih terperinciPERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR
YOGYAKARTA, 3OKTOBER 0 PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR Kristiyanti, Ferry Suyatno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir-BATAN Gd 7 Kawasan Puspiptek Serpong Email untuk korespondensi
Lebih terperinciPENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun ISSN 0852-2979 PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. ABSTRAK Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
Lebih terperinciPENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER
PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER Wisma Soedarmadji*), Febi Rahmadianto**) ABSTRAK Tungsten Innert Gas adalah proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Umum Ketel Uap Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciPENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012
Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun 202 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 202 Heri Witono, Ahmad Nurjana
Lebih terperinciLINGKUP KESELAMATAN NUKLIR DI SUATU NEGARA YANG MEMILIKI FASILITAS NUKLIR
LINGKUP KESELAMATAN NUKLIR DI SUATU NEGARA YANG MEMILIKI FASILITAS NUKLIR RINGKASAN Inspeksi keselamatan pada fasilitas nuklir termasuk regulasi yang dilakukan oleh Komisi Keselamatan Tenaga Nuklir adalah
Lebih terperinciUJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA
UJI TANPA RUSAK PADA SAMBUNGAN LASAN LINER KOLAM IRADIATOR GAMMA Petrus Zacharias, Harno Garnito, Tri Wahono Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir- BATAN Gedung 71, Kawasan PUSPIPTEK Serpong,Tangerang Selatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri pembuatan peralatan dengan material benda padat baik secara otomatis menggunakan mesin maupun yang masih menggunakan tenaga manusia, tidak bisa
Lebih terperinciSTUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 10, No.4, Oktober 2007 hal. 187-192 STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN Nanang Suriansyah
Lebih terperinciANALISIS CACAT PADA PLAT CARBON STEEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ISEE UNTUK HASIL FILM IMAGING PLATE(IP)
ANALISIS CACAT PADA PLAT CARBON STEEL MENGGUNAKAN SOFTWARE ISEE UNTUK HASIL FILM IMAGING PLATE(IP) 1 Fitri Suryaningsih, 2 Harun Al Rasyid 1) Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir - BATAN Gedung 71 Kawasan PUSPIPTEK
Lebih terperinciWaste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016)
Waste Acceptance Criteria (Per 26 Feb 2016) No Jenis Karakteristik Pewadahan Keterangan 1. cair aktivitas total radionuklida pemancar gamma: 10-6 Ci/m 3 2.10-2 Ci/m 3 (3,7.10 4 Bq/m 3 7,14.10 8 Bq/m 3
Lebih terperinciPRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF
PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF Husen Zamroni, R. Sumarbagiono, Subiarto, Wasito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN SISTEM
Lebih terperinciKAJIAN DAMPAK PENERAPAN BSS-115 DI FASILITAS RADIOTERAPI DAN INDUSTRI DI INDONESIA
KAJIAN DAMPAK PENERAPAN BSS-115 DI FASILITAS RADIOTERAPI DAN INDUSTRI DI INDONESIA Oleh : Veronika Tuka *), Yus Rusdian Akhmad *), Endang Murniaty **) Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET UNTUK KAPASITAS 1,5g U-235
PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET UNTUK KAPASITAS 1,5g U-235 Suhardyo, Purwanta Pusat Teknologi Bahan Bahan Nuklir ABSTRAK PEMBUATAN KOMPONEN INNER TUBE LEU FOIL TARGET 1,5g U-235. Telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi nuklir yang semakin berkembang dewasa ini telah banyak digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit energi, industri, pertanian,
Lebih terperinciKEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN LEDAKAN
Lebih terperinciMahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive test dengan beberapa metoda pengujian.
Penetrant Test NAMA : Mulyadi Rahayu NIM : 101211086 KET : link download( http://arekteknik.com/penetrant-test.html) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN 1.1.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan pengujian Non-destructive
Lebih terperinciGambar 1.1 Konstruksi Boiler
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Boiler adalah suatu alat yang berfungsi memanaskan air, dimana panas dari pembakaran bahan bakar disalurkan untuk memanaskan air sehingga terjadi perubahan air menjadi
Lebih terperinciKONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES
KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES 1. Umum Subagyo Rencana dan Evaluasi Produksi, PT. Kertas Leces Leces-Probolinggo, Jawa Timur e-mail: ptkl@idola.net.id Abstrak Biaya energi di PT. Kertas Leces (PTKL)
Lebih terperinciKEBUTUHAN SDM UJI TAK RUSAK UNTUK INSPEKSI PRE- SERVICE PADA PEMBANGUNAN PLTN PERTAMA DI INDONESIA
KEBUTUHAN SDM UJI TAK RUSAK UNTUK INSPEKSI PRE- SERVICE PADA PEMBANGUNAN PLTN PERTAMA DI INDONESIA Sri Nitiswati Pusat Teknologi Reaktor Keselamatan Nuklir BATAN Puspiptek, Gedung No. 80, Setu - Tangerang
Lebih terperinciOleh : Nurcahyo Irawan Priambodo Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng
Oleh : Nurcahyo Irawan Priambodo 4104.100.024 Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng Latar Belakang CuNiFe merupakan material yang banyak diaplikaskan dalam dunia maritim sebagai bahan yang baik ketahanannya
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X
STUDI PENGARUH VARIASI VOLUMETRIK GAS ARGON DAN PARAMETER PROSES PENGELASAN SPOT WELDING TERHADAP KUALITAS SAMBUNGAN PADA PADUAN ALUMINIUM Muhammad Alfatih Hendrawan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timbal atau timah hitam, merupakan jenis logam yang banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan berbagai jenis perangkat logam, hal ini sudah diketahui oleh
Lebih terperinciPENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI
PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI Wijono, Pujadi, dan Gatot Wurdiyanto Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN ABSTRAK PENGUNGKUNGAN 85 Kr, 133 Xe,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Peneletian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menguji komposisi kimia pelat baja karbon rendah A 516 g 70 Pemberian simbol dan pembuatan batang uji standar baja karbon rendah A 516 g 70 Dicatat
Lebih terperinciPOST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002
Page 1 of 7 SUB-VENDOR POST WELD HEAT TREATMENT SV-DOC-TECH-002 22 Juni 2016 00 Untuk Dipublikasikan SVDR N/A N/A N/A Tanggal Revisi Deskripsi Tahap Revisi Disusun Diperiksa Disahkan Page 2 of 7 Riwayat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih
BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Lebih terperinciANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA
ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA Febi Rahmadianto. 1) 1) Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional Malang Jl. Bendungan Sigura-gura 2 Malang
Lebih terperinciBAB III PENELITIAN DAN ANALISA
BAB III PENELITIAN DAN ANALISA 3.1 Dimensi Benda Uji Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Benda uji dibuat dengan ukuran Diameter pipa x Panjang (12 x 1350
Lebih terperinciJOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS
JOB SHEET DAN LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PRAKTIKUM METALURGI LAS PENYUSUN : HERI WIBOWO, MT. PENYUSUN LAPORAN : NAMA... NIM... KELOMPOK/ KELAS... JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi merupakan wilayah laut. Di dalamnya terkandung berbagai sumber daya alam yang sangat besar dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Lebih terperinciTUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)
TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul
Lebih terperinciPERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF
PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF Leli Yuniarsari, Kristiyanti, Bang Rozali, Beny Syawaludin Pusat Rekayasa Perangkat
Lebih terperinciOleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS
Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan manusia saat ini, hampir semua aktifitas manusia berhubungan dengan energi listrik.
Lebih terperinciB.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN
Evaluasi Hasil Pengujian Keselamatan Kamera Radiografi Gamma Industri Jenis Portabel di Laboratorium PTKMR - BATAN Tahun 2012-2013 Safety Testing Evaluation of Industrial Radiography Gamma Camera of Type
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW
PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW Azwinur 1, Saifuddin A. Jalil 2, Asmaul Husna 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan
Lebih terperinciRANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI
No. 08/ Tahun IV. Oktober 2011 ISSN 1979-2409 RANCANG BANGUN AUTOCLAVE MINI UNTUK UJI KOROSI Yatno Dwi Agus Susanto, Ahmad Paid Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK RANCANG BANGUN AUTOCLAVE
Lebih terperinciCONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA
LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA - 2 - CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok
Lebih terperinciOPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR
OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR Grata Patisarana 1, Mulfi Hazwi 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Non-destructive Testing (NDT) adalah teknik non-invasif untuk menentukan integritas bahan, komponen, struktur atau kuantitatif karakteristik dari sebuah objek tanpa
Lebih terperinciUJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA
UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA Sukidi, Suhartono -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail : skd_5633@yahoo.co.id ABSTRAK UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA. Telah dilakukan uji vakum 2 bejana nitridasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini penulis meneliti tentang pengaruh penahanan waktu pemanasan (holding time) terhadap kekerasan baja karbon rendah pada proses karburasi dengan menggunakan media
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini telah dilakukan dengan membuat simulasi AHR menggunakan software MCNPX. Analisis hasil dilakukan berdasarkan perhitungan terhadap nilai kritikalitas (k eff )
Lebih terperinciKUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS
KUALIFIKASI WELDING PROCEDURE SPECIFICATION (WPS) DAN JURU LAS (WELDER) BERDASARKAN ASME SECTION IX DI INDUSTRI MIGAS Ikhsan Kholis *) ABSTRAK Untuk peningkatan kompetensi seorang Inspektur Migas atau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut: 1. Pembuatan kampuh dan proses pengelasan dilakukan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung, 2.
Lebih terperinci3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN
44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri
Lebih terperinci