RENCANA STRATEGIS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI TAHUN"

Transkripsi

1 RENCANA STRATEGIS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI TAHUN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENPASAR 2014

2 K A T A P E N G A N T A R Dengan mengucapkan puji syukur angayu bagia kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, Rencana Stategis Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali Tahun , telah dapat disusun sebagai penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali. Rencana Strategis ini disusun berpedoman pada Undang Undang Nomor : 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Strategis ini merupakan Dokumen Perencanaan di Bidang Penanaman Modal yang menjadi pedoman dan acuan dalam menyusun Rencana Strategis Tahunan serta Akuntabilitas Kinerja Badan Penanaman Modal dan Perizinan Povinsi Bali. Semoga Rencana Strategis ini dapat dilaksanakan dan dijabarkan sebagaimana mestinya Denpasar, Januari 2014 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI IDA BAGUS MADE PARWATA, SE, M.Si Pembina Utama Muda NIP

3 D A F T A R I S I Kata Pengantar Daftar Isi Halaman i ii Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Landasan Hukum D. Hubungan Renstra dengan Dokumen Lainnya E. Sistematika Penulisan Bab II GAMBARAN UMUM PELAYANAN BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI 1. Struktur Organisasi dan Tupoksi 2. Capaian Kinerja Saat ini 3. Permasalahan dan Kendala Bab III ISU ISU STRATEGIS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI 3.1. Isu isu Strategis 3.2. Analisis Lingkungan Internal Eksternal (SWOT) Bab IV VISI DAN MISI BADAN PENANAMAN MODAL PROVINSI BALI A. Review Terhadap Visi dan Misi Daerah B. Rumusan Visi dan Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali

4 1. Visi 2. Misi C. Tujuan, Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja 1. Tujuan 2. Sasaran Strategis 3. Indikator kinerja D. Strategi dan Arah Kebijakan Bab V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan 5.2. Pagu Pendanaan Indikatif Bab VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN 50 Bab VII PENUTUP 54 Lampiran-Lampiran

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu instrumen dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Perkembangan penanaman modal sangat terkait dengan berbagai faktor yang turut mempengaruhi peningkatan penanaman modal diantaranya adalah potensi sumber daya alam, infrastruktur penunjang maupun iklim penanaman modal yang kondusif. Iklim penanaman modal sangat terkait dengan kebijakan di bidang penanaman modal, baik peraturan dibidang penanaman modal, maupun peraturan pelaksanaannya yang akan berdampak pada sistem dan prosedur pelayanan kepada investor. Salah satu faktor yang menghambat peningkatan penanaman modal di Indonesia adalah iklim penanaman modal yang tidak kondusif yang menyebabkan lemahnya daya saing daerah dalam menarik penanaman modal terutama penanam modal asing. Hal ini disebabkan karena lemahnya penegakan peraturan di bidang penanaman modal yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam pelayanan penanaman modal kepada investor. Kondisi ini kurang mendukung program pemerintah dalam rangka peningkatan penanaman modal yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Selama ini kendala dalam pemberian pelayanan kepada investor, selain tidak ditunjang oleh perangkat peraturan yang mendukung pelaksanaan program peningkatan penanaman modal, juga tidak diimbangi dengan tersedianya sarana prasarana pendukung serta kualitas aparat pelayanan penanaman modal yang belum sepenuhnya menguasai peraturan di bidang penanaman modal. Selain itu juga pelayanan penanaman modal kepada investor juga

6 sangat terkait dengan belum adanya kesamaan persepsi diantara instansi yang terkait dengan pelayanan penanaman modal dalam memandang keberadaan investor yang akan menanamkan modalnya. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali merupakan unsur pendukung tugas Gubernur, dipimpin oleh Kepala Badan berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanaman modal dan perizinan. Pemberian tugas ini merupakan wujud dari komitmen Pemerintah Daerah untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam memberi pelayanan dan kepastian berusaha bagi investor. Kebijakan ini didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam pelaksanaan pembangunan di Provinsi Bali, Pemerintah Provinsi Bali telah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali tahun , salah satu misinya adalah mewujudkan Bali yang sejahtera, sukerta lahir dan bathin. Tujuan dari misi tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat hidup dalam suasana sejahtera, sehat lahir dan bathin. Dalam upaya mewujudkan misi tersebut maka disusunlah Rencana Strategi (Renstra) Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali tahun Pengertian Renstra adalah merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu lima tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang mungkin timbul. Renstra Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali tahun , merupakan dokumen

7 perencanaan strategis yang merupakan uraian dari rencana strategis pelaksanaan arah kebijakan yang tercantum dalam RPJMD Provinsi Bali. Renstra Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali menjadi tolak ukur kinerja pada setiap akhir tahun anggaran. 2. Ruang Lingkup a. Tinjauan dari aspek sumber dana Renstra Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali mencakup semua program/kegiatan Badan yang dibiayai dari APBD Pemerintah Provinsi Bali. b. Tinjauan dari aspek waktu Renstra Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali disusun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun yaitu dari tahun 2013 sampai dengan 2018 sesuai dengan kurun waktu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali tahun B. Maksud Dan Tujuan Maksud disusunnya Renstra Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali Tahun adalah : 1. Sebagai acuan dalam pelaksanaan program/kegiatan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali. 2. Sebagai tolok ukur dan evaluasi atas pelaksanaan program/kegiatan. 3. Menggambarkan tentang kondisi penanaman modal di daerah secara umum serta Pelayanan Perizinan, sekaligus memahami arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali.

8 Tujuan disusunnya Renstra Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali Tahun adalah : 1. Untuk memudahkan pencapaian hasil atas pelaksanaan program/kegiatan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali. 2. Untuk memudahkan dalam memahami dan menilai arah kebijakan dan program serta kegiatan operasional tahunan dalam rentang waktu 5 (lima) tahun. 3. Sebagai penjabaran/implementasi dari pernyataan Visi dan Misi. C. Landasan Hukum Renstra Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali disusun mengacu kepada Peraturan Perundang-undangan, sebagai berikut : 1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan; 3. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 15 tahun 2004 tentang Pertanggungjawaban Keuangan Negara; 4. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN); 5. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah; 6. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 7. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 17 tahun 2007 tentang RPJPN Tahun ; 8. Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal;

9 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Presiden Nomor : 5 Tahun 2010 Tentang RPJM Nasional Tahun ; 12. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 6 Tahun 2009 tentang RPJP Provinsi Bali Tahun ; 13. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 16 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Bali; 14. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali; D. Hubungan Renstra Dengan Dokumen Lainnya Berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor : 17 tahun 2007 tentang RPJPN Tahun , dokumen perencanaan terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Kerja Pembangunan (RKP), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Strategi Kementerian-Lembaga (Renstra K-L), Rencana Kerja Kementrian-Lembaga (Renja K-L), dan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renja SKPD).

10 Hubungan Renstra dengan Dokumen Perencanaan digambarkan sebagai berikut : RPJP RPJM RKP RENSTRA K - L RENJA K - L RPJPD RPJMD RKPD RENSTRA BPMP RENJA SKPD E. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan Renstra Badan Penanam Modal Dan Perizinan Provinsi Bali Tahun adalah sebagai berikut : Bab. I Pendahuluan A. Latar Belakang, B. Maksud dan Tujuan, C. Landasan Hukum, D. Hubungan Renstra dengan Dokumentasi Perencanaan lainnya dan, E. Sistematika Penulisan. Bab. II Gambaran Pelayanan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali 1. Struktur Organisasi dan Tupoksi. 2. Capaian Kinerja Saat Ini. 3. Permasalahan dan Kendala.

11 Bab. III Isu isu strategis Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali 3.1. Isu isu Strategis Analisis Lingkungan Internal Eksternal (SWOT). Bab. IV Visi dan Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali A. Review Terhadap Visi dan Misi Daerah. B. Rumusan Visi dan Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali. C. Tujuan, Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja. D. Strategi dan Arah Kebijakan. Bab. V Rencana Program, Kegiatan dan Pendanaan Indikatif 5.1. Program dan Kegiatan 5.2. Pendanaan Indikatif Bab. VI Indikator Kinerja Yang Mengacu Pada Tujuan Dan Sasaran Bab. VII Penutup

12 BAB II GAMBARAN UMUM PELAYANAN BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI Kondisi Pelayanan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali. Kondisi pelayanan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali dapat digambarkan mulai dari Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi), Capaian Indikator Pelayanan, serta Kendala dan Permasalahan yang ada saat ini, yaitu : 1. Struktur Organisasi dan Tupoksi. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali merupakan unsur pendukung tugas Gubernur, dipimpin seorang Kepala Badan, berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 4 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi Bali, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali mempunyai tugas Melaksanakan Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Daerah di Bidang Penanaman Modal dan Perizinan. Sesuai dengan Peraturan Daerah tersebut maka Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali terdiri atas : a. Kepala Badan b. Sekretaris, membawahi : - Sub Bagian Kepegawaian; - Sub Bagian Keuangan dan Penyusunan Program; - Sub Bagian Umum. c. Bidang Pengkajian dan Pengembangan Penanaman Modal, membawahi : - Sub Bidang Pengkajian; - Sub Bidang Pengembangan;

13 d. Bidang Promosi dan Kerjasama, membawahi : - Sub Bidang Promosi; - Sub Bidang Kerjasama. e. Bidang Pengendalian Pelaksanaan, membawahi : - Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi; - Sub Bidang Pembinaan dan Pelaporan; f. Bidang Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan Satu Pintu. - Tim Teknis Secara keseluruhan, struktur organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali terlihat pada bagan berikut ini : STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN SEKRETARIS KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEU DAN SUNPROG. SUB BAGIAN UMUM BIDANG PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL BIDANG PROMOSI DAN KERJASAMA BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN BIDANG PELAYANAN PERIZINAN DAN NON PERIZINAN SATU PINTU SUB BIDANG PENGKAJIAN SUB BIDANG PROMOSI SUB BIDANG MONITORING DAN EVALUASI TIM TEKNIS SUB BIDANG PENGEMBANGAN SUB BIDANG KERJASAMA SUB BIDANG PEMBINAAN DAN PELAPORAN

14 Susunan Kepegawaian pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali, antara lain terdiri dari 1 (satu) orang Pejabat Eselon II A, 5 (lima) orang Pejabat Eselon III A, 9 (sembilan) orang Pejabat Eselon IV A, 1 orang Staf Golongan IV, 32 (tiga puluh dua) orang Staf Golongan III, 12 (dua belas) orang Staf Golongan II, 1 (satu) orang Staf Golongan I, dan 10 (sepuluh) orang Tenaga Kontrak. Sedangkan mengenai Tugas Pokok dan Fungsi, sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor : 4 Tahun 2011, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali mempunyai tugas Melaksanakan Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Daerah di Bidang Penanaman Modal, yang lebih lanjut dijabarkan melalui fungsi : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang penanaman modal dan Perizinan, b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan Perizinan; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang penanaman modal dan Perizinan; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2. Capaian Kinerja Saat Ini. Capaian Kinerja yang direncanakan dalam Renstra Lima Tahun diukur dari beberapa indikator yaitu : Tingkat Realisasi PMA dan PMDN terhadap Rencana, Kontribusi PMA dan PMDN terhadap total investasi Daerah Bali, Realisasi PMA dan PMDN dilihat dari Lokasi dan Sektor serta Jumlah Tenaga Kerja Terserap atas pelaksanaan PMA dan PMDN.

15 a. Pencapaian Rencana dan Realisasi PMA dan PMDN. Kegiatan Penanaman Modal dan Perizinan merupakan salah satu kegiatan strategis untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan investasi yang besar. Investasi yang besar memerlukan mobilitas sumber - sumber pembiayaan investasi secara terencana dan terpadu. Memperhatikan kemampuan Pemerintah Provinsi Bali dalam membiayai pembangunan sangat terbatas, maka pemerintah daerah memberikan kesempatan kepada masyarakat dan swasta untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembangunan ekonomi melalui kegiatan investasi. Selama kurun waktu tahun penanaman modal di Provinsi Bali mengalami peningkatan seperti yang disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Perkembangan Rencana dan Realisasi PMA dan PMDN Di Provinsi Bali Tahun Rencana Realisasi No. Tahun P PMDN PMA PMDN PMA Nilai Investasi (Juta Rp.) P Nilai Investasi ( Juta Rp.) P Nilai Investasi (Juta Rp.) P Nilai Investasi (Juta Rp.) Jumlah Sumber : BPMP Provinsi Bali Dalam periode 2008 sampai dengan 2013, total Rencana proyek PMA mencapai proyek dengan nilai investasi Rp ,- sedangkan jumlah Rencana proyek PMDN mencapai proyek dengan nilai investasi Rp ,-. dan Realisasi proyek PMA sebanyak Buah dengan nilai investasi sebesar Rp ,- atau

16 65,90 % dari rencana investasi, sedangkan Realisasi proyek PMDN sebanyak Rp Buah dengan nilai investasi sebesar Rp ,- atau 69,57 % dari rencana investasi. Dalam lima tahun kedepan ( ) kondisi ini diharapkan akan menjadi lebih baik. Atas dasar trend pertumbuhan selama lima tahun sebelumnya, maka rata-rata pertumbuhan investasi dalam lima tahun kedepan ( ) diprediksi rata-rata mencapai Rp 12,21 triliun per tahun, dengan asumsi semua indikator penentu investasi berjalan normal. b. Kontribusi PMA dan PMDN Terhadap Total Investasi Daerah Peranan PMA dan PMDN terhadap total investasi Daerah Bali tahun mencapai 34,83 persen atau sebesar Rp ,- dari Total Investasi Daerah Bali yang mencapai Rp ,- seperti ditunjukkan pada tabel 2.2. s/d 2.4. dibawah ini : Tabel 2.2. Kontribusi PMA Terhadap Total Investasi Daerah Bali Tahun NO TAHUN TOTAL INVESTASI BALI TOTAL REALISASI PMA % REALISASI PMA THD INVESTASI BALI , , , , , ,55 Jumlah ,13

17 Tabel 2.3. Kontribusi PMDN Terhadap Total Investasi Daerah Bali Tahun NO TAHUN TOTAL INVESTASI BALI TOTAL REALISASI PMDN % REALISASI PMDN THD INVESTASI BALI , , , , , ,62 Jumlah ,70 Sumber : BPS & BPMP Provinsi Bali Tabel 2.4. Kontribusi PMDN dan PMA Terhadap Total Investasi Daerah Bali Tahun NO TAHUN TOTAL INVESTASI BALI TOTAL REALISASI PMDN-PMA % REALISASI PMDN THD INVESTASI BALI , , , , , ,18 Jumlah ,83 Sumber : BPS & BPMP Provinsi Bali Kedepan ( ) kontribusi PMA dan PMDN terhadap Total Investasi daerah diharapkan terus mengalami peningkatan. c. Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN Dilihat dari Lokasi. Usaha-usaha untuk pemerataan pertumbuhan investasi antar wilayah sudah mulai menunjukkan hasil, tahun 2003 s/d 2007 yang lalu secara keseluruhan realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Bali masih terpusat di Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten

18 Gianyar, Sedangkan tahun 2008 s/d 2013 investasi sudah mulai tumbuh di Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan, sebagaimana tertuang pada tabel 2.5. s/d 2.7. dibawah ini : Tabel 2.5. Perkembangan Realisasi PMA Dilihat dari Lokasi Tahun NO LOKASI p NILAI INVESTASI PMA (Rp) % 1 Badung ,32 2 Denpasar ,22 3 Buleleng ,92 4 Tabanan ,45 5 Gianyar ,90 6 Karangasem ,49 7 Klungkung ,02 8 Jembrana ,08 9 Bangli ,01 Total PMA ,44 Total PMA / PMDN Tabel 2.6. Perkembangan Realisasi PMDN Dilihat dari Lokasi Tahun NO LOKASI p NILAI INVESTASI PMDN (Rp) % 1 Badung ,97 2 Denpasar ,05 3 Buleleng ,15 4 Tabanan ,89 5 Gianyar ,35 6 Karangasem ,63 7 Klungkung ,14 8 Jembrana ,09 9 Bangli ,24 Total PMDN ,55 Total PMA / PMDN

19 Tabel 2.7. Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN Dilihat dari Lokasi NO LOKASI p NILAI INVESTASI PMA / PMDN (Rp) % 1 Kabupaten Badung ,30 2 Kota Denpasar ,27 3 Kabupaten Buleleng ,07 4 Kabupaten Tabanan ,35 5 Kabupaten Gianyar ,25 6 Kabupaten Karangasem ,12 7 Kabupaten Klungkung ,16 8 Kabupaten Jembrana ,17 9 Kabupaten Bangli ,25 Total (Provinsi Bali) Sumber : BPMP Provinsi Bali Dilihat dari negara asal investasi dalam lima tahun terakhir 10 besar negara yang merealisasikan investasinya berturut-turut sesuai dengan besar investasi adalah gabungan negara, British Virgin island, Singapura, Inggris, Korea selatan, Belanda, Prancis, Australia, Jepang dan Amerika Serikat sebagaimana tertuang pada tabel 2.8 di bawah ini. Tabel 2.8. Perkembangan Realisasi PMA Dilihat dari Negara Asal Investasi ( 10 Besar ) NO NEGARA NILAI INVESTASI (Rp) 1 Gabungan Negara British Virgin Island Singapura Inggris Korea Selatan Belanda Perancis Australia Jepang USA Sumber : BPMP Provinsi Bali

20 Dengan adanya krisis finansial global yang dialami negaranegara besar, maka kedepan strategi promosi investasi lebih diarahkan pada negara-negara yang tidak terkena krisis. d. Perkembangan Investasi Dilihat dari Sektor. Tampak Penanaman Modal banyak yang bergerak di sektor tersier khususnya pada Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Jasa Lainnya meliputi Jasa Wisata Tirta, Jasa Konsultansi di Bidang Manajemen dan Biro Perjalanan Wisata, seperti tampak pada tabel 2.9. s/d 3.2. dibawah ini : Tabel 2.9. Perkembangan Realisasi PMA Dilihat dari Sektor Tahun NO SEKTOR P NILAI INVESTASI PMA (Rp) % 1 PRIMER ,17 2 SEKUNDER ,14 3 TERSIER ,12 Total PMA ,44 Total PMA /PMDN

21 Tabel 3.1. Perkembangan Realisasi PMDN Dilihat dari Sektor Tahun NO SEKTOR p NILAI INVESTASI PMDN (Rp) % 1 PRIMER ,21 2 SEKUNDER ,12 3 TERSIER ,21 Total PMDN ,55 Total PMA /PMDN Sumber : BPMP Provinsi Bali Tabel 3.2. Perkembangan Realisasai PMA dan PMDN Berdasarkan Sektor Tahun No. SEKTOR/ BID.USAHA NILAI INVESTASI (Dlm Rp.) P PMA (Rp.) P PMDN (Rp.) Jumlah % 1. PRIMER ,39 2. SEKUNDER ,26 3. TERSIER ,33 TOTAL Sumber : BPMP Provinsi Bali e. Jumlah Tenaga Kerja Terserap Dalam PMA dan PMDN. Jumlah rencana penggunaan tenaga kerja (TKI -TKA) sebanyak orang dengan realisasi pemanfaatan (TKI -TKA) sebanyak orang atau sebesar 93,62 persen dari total rencana. Jumlah tersebut terdiri dari realisasi penggunaan Tenaga Kerja Indonesia sebanyak orang atau sebesar 99,09 persen dan Tenaga Kerja Asing sebanyak orang atau sebesar 0,90 persen, seperti ditunjukkan pada table 3.3. dibawah ini :

22 Tabel 3.3. Rencana dan Realisasi penggunaan Tenaga Kerja PMA & PMDN Tahun NO TAHUN RENCANA REALISASI TKI TKA TKI TKA JUMLAH Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan Tenaga Kerja Indonesia atau Tenaga Kerja Lokal yang digunakan pada kegiatan penanaman modal di Bali baik PMA maupun PMDN adalah cukup tinggi dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja asing yang hanya mencapai 0,90 persen. 3. Permasalahan dan Kendala Permasalahan yang dihadapi dalam rangka Pelaksanaan Penanaman Modal adalah : a. Belum terwujudnya pemerataan investasi antar kabupaten/kota dan antar sektor. b. Terbatasnya dana/anggaran yang dialokasikan dalam pelaksanaan promosi baik di dalam maupun di luar negeri. c. Kurangnya Informasi Tentang potensi dan peluang pengembangan investasi. d. Kurangnya kesadaran investor untuk memenuhi kewajiban dalam mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

23 e. Kesulitan untuk memantau perkembangan perusahaan disebabkan karena masih adanya investor yang tidak memenuhi kewajibannya untuk melaporkan kegiatan perusahaannya. 4. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari kendala-kendala seperti: a. Kendala Dibidang Infrastruktur. - Akses Jalan Kondisi geomorfhologi Bali yang terdiri dari kawasan pegunungan dibagian tengah, daerah pantai yang sempit dibagian utara dan timur laut telah memberi ciri terhadap jaringan jalan arteri yang berhubungan dengan kota-kota utama di Bali melalui jalur utara selatan menyebrangi gunung dan jalur melingkar menyusuri pantai. Kawasan pegunungan dan perbukitan di Bali hampir menguasai 80 % dari seluruh daratan pulau. Kondisi ini mengakibatkan tidak seluruh jaringan jalan bisa dilalui oleh kendaraan muatan berat. Keterbatasan itu menjadikan sebagaian besar muatan eksport Bali dikirim ke Surabaya untuk dikapalkan. - Pelabuhan, Sarana dan Fasilitasnya. Pelabuhan Benoa memiliki kapasitas terbatas dalam melayani produk untuk eksport. Kapasitas pelabuhan kontainernya dan ketersediaan fasilitas pergudangan masih terbatas. Pelabuhan Benoa mengalami sedimentasi terus menerus, sehingga meningkatkan beban pemeliharaan. Pelabuhan Celukan Bawang (Buleleng) saat ini digunakan terbatas untuk pengangkutan bahan konsumsi antar pulau dan pelabuhan bongkar muat barang. Fasilitasnya masih terbatas dibandingkan dengan Pelabuhan Benoa dan belum memiliki sarana untuk kegiatan eksport. Meskipun lokasinya strategis pada jalur pelayaran internasional di utara laut Jawa, Pelabuhan Celukan

24 Bawang relatif lebih jauh dicapai dari sentra produksi Bali yang umumnya berada dibagian selatan. - Air Minum Tidak seluruh kawasan di Bali memiliki akses kesumber air baku, termasuk kawasan Pulau Nusa Penida. Hanya sumber baku dari air tanah yang kemungkinan bisa dikembangkan untuk daerah tersebut. Kawasan yang lebih berkembang dibagian daratan dan lereng dibarat daya dan tengah memiliki sumber air yang memadai dari banyak sungai yang mengalir sepanjang jalan. Apabila kebijakan pemerintah untuk mengembangkan industri ke daerah-daerah yang kurang sesuai dengan budidaya pertanian, maka sumber baku air untuk komsumsi perlu dikembangkan. b. Kendala Dalam Pengembangan Industri. - Ketersediaan Lahan Total luas areal Bali relatif kecil (5.632 km2) untuk menampung jumlah penduduk + 3,9 juta jiwa, dengan sebagian adalah kawasan marginal dan kawasan yang dilindungi. Ketersediaan lahan yang luas untuk industri besar atau hutan tanaman industri, relatif sulit, karena sebagian besar terbagi dalam lahanlahan kecil milik masyarakat. Kondisi ini menimbulkan hambatan yang cukup berarti dalam mengembangkan investasi yang membutuhkan lahan luas; - Bahan Baku Dengan wilayah yang terbatas, Provinsi Bali juga memiliki sumber daya alam yang terbatas. Oleh karenanya hampir seluruh bahan baku untuk kebutuhan industri pengolahan di Provinsi Bali, di datangkan dari luar Provinsi Bali.

25 c. Hambatan Lain. - Regulasi dan Undang-undang Kurang konsistennya kebijakan Pusat, banyak memunculkan ketidak jelasan di kalangan investor, sekaligus memunculkan ketidak pastian hukum di dalam melakukan investasi; - Database / Informasi Kurang lengkapnya informasi tentang potensi dan peluang pengembangan investasi. Kurangnya informasi / database aktual tentang kondisi sosial ekonomi dan penggunaan lahan, kondisi tanah dan rencana tata guna lahan yang tidak konsisten. Peta dan data yang ada belum diupdate dan kurang realistis, termasuk dalam hal ini peta dan data tentang rencana pemanfaatan ruang dan aktualisasinya. - Insentif Pemerintah Provinsi / Kabupaten belum menyediakan insentif khusus untuk investor, untuk sementara masih mengikuti petunjuk dan insentif yang diberikan pusat. - Pungutan / Retribusi Dengan adanya kewenangan Otonomi Daerah, maka setiap Kabupaten / Kota punya dorongan kuat untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Orientasi jangka pendek tersebut mengakibatkan ekonomi biaya tinggi dan lemahnya daya saing daerah Bali untuk menarik minat investor.

26 BAB III ISU ISU STRATEGIS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI 3.1. Isu isu Strategis. Isu-isu utama yang berkembang dalam pembangunan investasi di Provinsi Bali pada umumnya sama dan dipengaruhi oleh Isu-isu Strategis Nasional. Isu-isu Strategis dimaksud adalah : 1. Belum meratanya sebaran investasi antar wilayah dan antar sektor. 2. Belum optimalnya kegiatan promosi investasi secara terpadu antar Kabupaten/Kota. 3. Belum memadainya informasi potensi investasi di masingmasing Kabupaten/Kota Analisis Lingkungan Internal Eksternal (SWOT) Untuk menentukan Strategi Organisasi perlu memperhatikan faktor-faktor Internal dan Eksternal yang berpengaruh terhadap kinerja dari suatu Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal. 1. Lingkungan Internal Faktor-faktor Lingkungan Internal terdiri dari faktor-faktor strategis dari dalam organisasi itu sendiri : a. Kekuatan (Strength) Faktor-faktor Strategis Internal yang dapat menjadi sumber kekuatan antara lain : - Adanya dukungan dan komitmen pimpinan untuk meningkatkan penanaman modal. - Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai.

27 - Adanya Peraturan Perundang undangan yang mendukung kegiatan Penanaman Modal dan Perizinan. - Adanya Struktur Organisasi yang jelas. b. Kelemahan ( Weakneses) Disamping Kekuatan sebagaimana tersebut diatas, Badan Penanaman Modal Provinsi Bali juga memiliki kelemahankelemahan internal yaitu : - Terbatasnya jumlah dan kompetensi pegawai. - Belum memadainya pemahaman Visi dan Misi oleh pegawai. - Budaya Kerja yang masih output oriented, belum kepada out come oriented. - Terbatasnya dukungan dana dari APBD dan APBN. 2. Lingkungan Eksternal Sebagai Destinasi Wisata yang didukung oleh Kebudayaan yang unik dengan Sumber Daya Alam yang cukup memadai, Provinsi Bali masih dianggap layak untuk sebuah iklim Investasi. Beberapa fakta pendukung menunjukkan bahwa Bali merupakan daerah yang cukup aman, dengan pertumbuhan ekonomi yang senantiasa meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun, begitu pula Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang semakin membaik dan berada diatas rata-rata IPM Nasional, sumber daya manusia dan ketersediaan tenaga kerja yang cukup dengan tingkat ketrampilan yang relatif tinggi. Begitu pula penyebaran industri kecil dan menengah di berbagai Kabupaten/Kota semakin menguatkan Provinsi Bali merupakan Provinsi yang prosfektif sebagai daerah tujuan investasi. Namun demikian berfluktuasinya investasi di Bali tidak terlepas dari pengaruh Lingkungan ekternal yang di identifikasi menjadi Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) yaitu :

28 a. Peluang (Opportunities) - Infrastruktur wilayah yang cukup memadai, sebagai salah satu destinasi wisata, Bali memiliki Infrastruktur wilayah yang cukup memadai, dibidang prasarana transportasi darat, laut dan udara. - Terkenalnya nama Bali (sebagai Brand Name), sebagai daerah tujuan wisata Bali telah berfungsi sebagai jendela dunia bagi Indonesia, kondisi ini menjadikan Bali sebagai tempat transaksi jual beli hasil produksi. - Perilaku masyarakat Bali yang kooperatif, yang tidak diskriminatif terhadap orang lain dengan tidak melihat perbedaan suku, agama dan asal negara. - Pelaksanaan Otonomi Daerah, memberikan kewenangan kepada daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik termasuk dunia usaha secara porfesional. - Globalisasi Perdagangan Bebas, merupakan peluang yang sangat besar bagi rakyat Bali untuk bisa mengisi pasar sekaligus sebagai peluang untuk meningkatkan lapangan kerja. - Mobilitas Teknologi Informasi, merupakan sarana yang ampuh untuk membuka cakrawala yang seluas-luasnya. b. Ancaman/Tantangan (Threats). - Penerapan Otonomi Daerah, ternyata tidak selalu memberikan keuntungan bagi daerah. Peraturan yang dibuat secara parsial oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, ternyata menimbulkan adanya ketidak pastian hukum berinvestasi. - Insentif Investasi yang tidak Kompetitif, untuk meningkatkan investasi, Bali sampai saat ini belum memberikan Insentif kepada para Investor. - Pembangunan wilayah yang tidak seimbang, Ketidak seimbangan Pembangunan, antar Kabupaten/Kota di Bali

29 berpotensi menimbulkan berbagai masalah sosial dan kerusakan lingkungan Bali. - Terbatasnya Lahan, Total Area Bali yang relatif Kecil (5.632 KM2) dengan jumlah penduduk 3,4 juta jiwa serta sebagian besar Kawasan adalah Kawasan Marjinal Kesuburannya dan Kawasan yang di lindungi. - Tingkat Persaingan antar Provinsi, pelimpahan Kewenangan yang lebih luas dari Pemerintah Pusat, memberikan harapan bagi Pemerintah Daerah untuk menggali secara lebih besar sumber sumber pendapatan. Hal ini tidak menutup Kemungkinan akan terjadinya persaingan antar daerah. 3. Strategi SWOT Dari identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal tersebut diatas maka strategi yang dilakukan dalam jangka menengah adalah strategi diversifikasi konsentris, artinya meskipun menghadapi berbagai ancaman, Provinsi Bali masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi Diversifikasi Konsentris, adalah strategi dengan meningkatkan kekuatan yang dimiliki dalam rangka mengatasi ancaman yang muncul. Strategi ini dapat dimiliki oleh daerah yang memiliki kondisi Competitive Position sangat kuat seperti Bali, dengan gambaran asumsi sebagai berikut : 1. Dengan dukungan dan komitmen pimpinan untuk meningkatkan investasi daerah yang didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang handal, tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai serta dukungan mobilitas teknologi informasi dengan landasan hukum yang kuat maka Visi dan Misi Organisasi akan dapat dicapai. 2. Dengan pelaksanaan otonomi daerah serta ditunjang pelayanan birokrasi yang baik dengan semangat kerja dan tingkat

30 profesionalisme tinggi, infrastruktur wilayah yang memadai ditunjang oleh prilaku masyarakat Bali yang tidak diskriminatif terhadap pendatang, akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas Penanaman Modal di Provinsi Bali. 3. Dengan Otonomi Daerah, insentif investasi yang bersaing serta didukung oleh profesionalisme staf yang memadai, pembangunan infrastruktur wilayah yang dilakukan secara seimbang yang disertai dukungan komitmen pimpinan, akan dapat meningkatkan minat dan peluang penanaman modal secara merata antar wilayah dan sektor. 4. Dengan pelayanan birokrasi yang baik, serta didukung kemampuan pegawai yang handal, mobilitas teknologi informasi serta regulasi perizinan yang konsisten di tambah oleh adanya pemahaman staf terhadap Visi dan Misi lembaga akan dapat dicapai adanya peningkatan pelayanan terhadap publik.

31 BAB IV VISI DAN MISI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN PROVINSI BALI A. Review Terhadap Visi dan Misi Daerah Review terhadap Visi dan Misi Daerah dimaksudkan, agar dalam menetapkan Visi dan Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali dapat mendukung terlaksananya Visi dan Misi Provinsi Bali di bidang penanaman modal dan Perizinan. Visi dan Misi Provinsi Bali Tahun Visi : Terwujudnya Bali yang Maju, Aman, Damai dan Sejahtera. Misi : 1. Mewujudkan Bali yang Berbudaya, Metaksu, Dinamis, Maju dan Modern. 2. Mewujudkan Bali yang Aman, Damai, Tertib, Harmonis, serta Bebas dari berbagai Ancaman. 3. Mewujudkan Bali yang Sejahtera dan Sukerta Lahir dan Bathin. B. Rumusan Visi dan Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali 1. Visi Visi adalah suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan instansi pemerintah. Dengan mengacu visi Povinsi Bali Tahun serta potensi, kondisi objektif daerah, peluang investasi serta permasalahan yang berkembang, maka dirumuskan Visi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali sebagai berikut :

32 TERWUJUDNYA PENINGKATAN PENANAMAN MODAL YANG BERKELANJUTAN DAN PELAYANAN PERIZINAN YANG BERKUALITAS MENUJU BALI YANG MAJU, AMAN, DAMAI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN TRI HITA KARANA Konsep Tri Hita Karana telah menjadi landasan bagi rakyat Bali dalam pelaksanaan Kehidupan Sosial Kemasyarakatan di Bali, dalam wadah Desa Pekraman. Implementasi Desa Pekraman di Bali telah mampu menjadikan manusia Bali hidup secara utuh, dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan lingkungannya. Secara Fisik penataan ruang, Desa Pekraman menetapkan konsep apa yang disebut dengan Tri Mandala yaitu utama mandala yang diimplementasi sebagai ruang dan tempat bagi anggota masyarakat dalam berhubungan dengan Tuhan, Madya mandala yang diimplementasikan sebagai ruang dan tempat bagi anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan Nista mandala yaitu diimplementasikan sebagai ruang dan tempat bagi anggota masyarakat dalam hubungannya dengan lingkungan hidup. Dalam tatanan berpikir dan bertindak, Tri Hita Karana telah menjadi prinsip dasar bagi masyarakat Bali, oleh karena itu, dalam hidup bernegara dan bermasyarakat, Tri Hita Karana termanifestasi dalam bentuk materiil dan inmateriil. Demikian juga, dalam pelaksanaan pembangunan, Konsep Tri Hita Karana merupakan landasan inti dari semua sektor pembangunan di Bali termasuk pembangunan Penanaman Modal. Konsekuensi logis dari konsep ini adalah bahwa setiap bentuk investasi di Bali tetap menjaga nilai-nilai dan hubungan transendental dengan Sang Pencipta, mendatangkan manfaat

33 ekonomi bagi peningkatan ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat dan akrab dengan lingkungan. Sejalan dengan hal tersebut maka kebijakan yang mesti dilaksanakan adalah bahwa Penanaman Modal idealnya diabdikan pada kepentingan ekonomi rakyat, yakni segala atribut yang menyertai Penanaman Modal seperti penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen, sedemikian rupa harus dimanfaatkan bagi pemberdayaan ekonomi rakyat. 2. Misi Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dari isu isu strategis tersebut diatas, maka Misi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali Tahun adalah : a. Mendorong minat dan peluang penanaman modal secara merata antar wilayah dan antar sektor. b. Membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing. c. Mewujudkan pelayanan publik cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. Misi Pertama menunjukkan adanya suatu keinginan untuk meningkatkan Investasi yang melibatkan sebesar-besarnya peran aktif masyarakat setempat sehingga mampu memberikan kontribusi bukan hanya dalam konteks nilai ekonomis namun juga sosial, budaya dan spiritual. Dalam hal ini akan terwujud pemberdayaan masyarakat dengan segala kompetensi yang dimiliki dan juga mampu meningkatkan nilai tambah potensi

34 Sumber Daya Alam yang dimiliki dengan tetap memperhatikan kesinambungan. Misi kedua, menunjukkan adanya suatu keinginan untuk meningkatkan investasi dengan melakukan promosi dan kerjasama investasi yang sebanyak-banyaknya baik skala nasional maupun internasional sehingga jumlah investasi akan semakin meningkat. Misi ketiga, menunjukkan adanya suatu keinginan untuk meningkatkan pelayanan kepada investor yang akan menanamkan modalnya didaerah dengan mengacu kepada prinsip pelayanan yang cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. Tabel 4.1. Keterkaitan Visi dan Misi BPMP Provinsi Bali Visi Misi TERWUJUDNYA PENINGKATAN PENANAMAN MODAL YANG BERKELANJUTAN DAN PELAYANAN PERIZINAN YANG BERKUALITAS MENUJU BALI YANG MAJU, AMAN, DAMAI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN TRI HITA KARANA 1. Mendorong minat dan peluang penanaman modal secara merata antar wilayah dan antar sektor. 2. Membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing. 3. Mewujudkan pelayanan publik cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. C. Tujuan, Sasaran Strategi dan Indikator Kinerja

35 1. Tujuan. Tujuan adalah sesuatu (apa) yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima tahun. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi BPMP Provinsi Bali serta didasarkan pada visi, misi dan isu isu strategis yang ada, maka ditetapkan tujuan yang hendak dicapai dalam kurun waktu lima tahun sebagai berikut : a. Terwujudnya daya tarik dan daya saing investasi di Provinsi bali b. Terwujudnya kepatuhan para investor terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku c. Terwujudnya pelayanan perizinan dan nonperizinan yang cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. Tabel 4.2. Keterkaitan Misi dan Tujuan BPMP Provinsi Bali Misi 1. Mendorong minat dan peluang penanaman modal secara merata antar wilayah dan antar sektor. Tujuan 1. Terwujudnya daya tarik dan daya saing investasi di Provinsi bali 1. Membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing. 2. Mewujudkan pelayanan publik cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. 2. Terwujudnya kepatuhan para investor terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku 3. Terwujudnya pelayanan perizinan dan nonperizinan yang cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. 2. Sasaran Strategis. Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh instansi pemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik,

36 terukur dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan maka sasaran ditetapkan sebagai berikut : a. Meningkatnya nilai investasi di Provinsi Bali baik PMA maupun PMDN; b. Meningkatnya inovasi dan strategi promosi yang informatif berorientasi pada efektifitas, efesiensi dan kualitas serta menciptakan pelayanan prima guna peningkatan investasi c. Meningkatnya jumlah investor yang memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku. d. Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan dan non perizinan yang cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. 3. Indikator Kinerja. Dalam sasaran disertakan pula indikator kinerja sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang akan diwujudkan, berdasarkan hal tersebut dirumuskan Indikator kinerja sasaran sebagai berikut : a. Persentase peningkatan nilai investasi; b. Persentase hasil pemetaan potensi investasi yang ditindaklanjuti oleh Kabupaten/Kota; c. Persentase peningkatan investor yang mengajukan permohonan penanaman modal di Provinsi Bali; d. Persentase Penurunan kasus pelanggaran oleh investor; e. Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM); f. Persentase dokumen perizinan dan Non Perizinan yang diselesaikan tepat waktu. g. Peta Potensi investasi di Provinsi Bali h. Data perkembangan penanaman modal di Provinsi Bali i. Jumlah Investor yang mengajukan permohonan penanaman modal di Provinsi Bali j. Laporan hasil promosi investasi

37 k. Jumlah kerjasama antara usaha mikro,kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dengan perusahaan sedang dan besar (PMA dan PMDN) l. Laporan hasil pemantauan m. Persentase LKPM yang disampaikan tepat waktu. n. Jumlah SDM yang mendapat Bimtek o. Jumlah pengaduan/keluhan masyarakat p. Laporan evaluasi perizinan dan non perizinan q. Persentase penyelesaian program administrasi perkantoran dan program peningkatan sarana dan prasarana yang tepat waktu dan tepat guna r. Persentase penyelesaian administrasi kepegawaian yang tepat waktu s. Persentase penyelesaian administrasi keuangan yang tepat waktu t. Nilai evaluasi akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah(AKIP) u. Persentase temuan hasil pemeriksaan internal/eksternal yang ditindaklanjuti Tabel 4.3. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran BPMP Provinsi Bali Visi BPMP Provinsi Bali : TERWUJUDNYA PENINGKATAN PENANAMAN MODAL YANG BERKELANJUTAN DAN PELAYANAN PERIZINAN YANG BERKUALITAS MENUJU BALI YANG MAJU, AMAN, DAMAI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN TRI HITA KARANA Misi Tujuan Sasaran Indikator Sasaran 1. Terwujudnya 1.1 Persentase daya tarik dan daya peningkatan Nilai saing investasi di investasi. Provinsi Bali 1. Mendorong minat dan peluang penanaman modal secara merata antar wilayah dan antar sektor. 1.1 Meningkatnya nilai investasi di Provinsi Bali baik PMA maupun PMDN. 1.2 Meningkatnya inovasi dan 1.2.Persentase hasil pemetaan potensi investasi yang ditindaklanjuti oleh

38 strategi promosi yang informatif berorientasi pada efektifitas, efesiensi dan kualitas serta menciptakan pelayanan prima guna peningkatan investasi Kabupaten/Kota 1.3. Persentase peningkatan investor yang mengajukan permohonan penanaman modal di Provinsi Bali Peta potensi investasi di Provinsi Bali 1.5 Data perkembangan penanaman modal di Provinsi Bali 1.6. Jumlah Investor yang mengajukan permohonan penanaman modal di Provinsi Bali 1.7. Laporan hasil promosi Investasi 1.8 Jumlah kerjasama antara usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKMK) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) dengan perusahaan sedang dan besar (PMA dan PMDN) 2. Membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing 2. Terwujudnya kepatuhan para investor terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku 2. Meningkatnya jumlah investor yang memahami peraturan perundangundangan 2.1.Persentase penurunan kasus pelanggaran oleh investor 2.2.Laporan hasil pemantauan

39 yang berlaku. 2.3.Persentase LKPM yang disampaikan tepat waktu 3. Mewujudkan pelayanan publik cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. 3. Terwujudnya pelayanan perizinan dan nonperizinan yang cepat, 3. Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan dan non perizinan 3.1 Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) efektif, efesien, transparan dan akuntabel. yang cepat, efektif, efisien, tranparan dan akuntabel 3.2 Persentase dokumen perizinan dan Non Perizinan yang diselesaikan tepat waktu 3.3 Jumlah SDM yang mendapat Bimtek 3.4 Jumlah pengaduan/keluhan masyarakat 3.5 Laporan evaluasi perizinan dan non perizinan 3.6 Persentase penyelesaian program administrasi perkantoran dan program peningkatan sarana dan prasarana yang tepat waktu dan tepat guna 3.7 Persentase penyelesaian administrasi kepegawaian yang tepat waktu 3.8 Persentase penyelesaian administrasi keuangan yang tepat waktu 3.9 Nilai evaluasi

40 D. Strategi dan Arah Kebijakan Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya pencapaiannya kemudian dijabarkan secara lebih sistematis melalui perumusan strategi dan arah kebijakan. Strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi terpilih seperti tertuang dalam tabel berikut ini : Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) 3.10 Persentase temuan hasil pemeriksaan internal/eksternal yang ditindaklanjuti Tabel 4.4. Keterkaitan Strategi dan Arah Kebijakan BPMP Provinsi Misi I : Bali Mendorong minat dan peluang penanaman modal secara merata antar wilayah dan antar sektor. Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Terwujudnya daya 1.1 Meningkatnya nilai Mendorong tarik dan daya saing investasi di Provinsi Bali investasi di Provinsi Bali baik PMA maupun PMDN. 1.2 Meningkatnya peningkatan nilai investasi di Provinsi Bali. inovasi dan strategi promosi yang informatif berorientasi pada efektifitas, efesiensi dan kualitas serta menciptakan pelayanan prima guna peningkatan investasi Sinergitas lintas sektor dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif dan pemerataan investasi pada wilayah-wilayah yang masih mengalami kelambatan pertumbuhan ekonomi. Misi II : Membangun iklim penanaman modal yang berdaya

41 saing. Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Terwujudnya Meningkatnya jumlah Peningkatan daya Memacu kepatuhan para investor yang saing dan daya pertumbuhan investor terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku memahami peraturan perundang-undangan yang berlaku. tarik investasi. investor untuk berinvestasi. Misi III : Mewujudkan pelayanan publik cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatnya kualitas Peningkatan pelayanan perizinan sistem pelayanan dan non perizinan perizinan dan non yang cepat, efektif, perizinan. efisien, tranparan dan akuntabel Terwujudnya pelayanan perizinan dan nonperizinan yang cepat, efektif, efesien, transparan dan akuntabel. Mendorong persentase jumlah perizinan dan non perizinan yang diselesaikan tepat waktu.

42 BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Dalam mewujudkan capaian keberhasilan pembangunan, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali menetapkan rangkaian program dan kegiatan sesuai dengan Urusan Wajib dan Urusan Pilihan yang dilaksanakan oleh SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali. Penetapan program dan kegiatan yang disesuaikan dengan misi Renstra BPMP Provinsi Bali seperti tertuang dalam tabel berikut ini :

43 Tabel 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Misi I : Mendorong minat dan peluang penanaman modal secara merata antar wilayah dan antar sektor. Tujuan Sasaran Indikator Sasaran Strategi Arah Kebijakan Terwujudnya daya tarik dan daya saing investasi di Provinsi Bali 1.3 Meningkatnya nilai investasi di Provinsi Bali baik PMA maupun PMDN. 1.1 Persentase peningkatan Nilai investasi. 1.2.Persentase hasil pemetaan potensi investasi yang ditindaklanjuti oleh Kabupaten/Kota 1.3. Peta potensi investasi di Provinsi Bali 1.4 Data 0perkembangan penanaman modal di Provinsi Bali Sinergitas lintas sektor dalam rangka menciptakan iklim investasi yang kondusif dan pemerataan investasi pada wilayah-wilayah yang masih mengalami kelambatan pertumbuhan ekonomi. Mendorong peningkatan nilai investasi di Provinsi Bali. Program 1. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi. 2. Pengkajian dan perencanaan penanaman modal. Kegiatan - Penyusunan sistem informasi penanaman modal di daerah. - Pengkajian dan perencanaan penanaman modal. 1.2Meningkatnya inovasi dan strategi promosi yang 1.5 Persentase peningkatan investor yang mengajukan

Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan

Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya Kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance and Clean Government ) merupakan prasyarat bagi setiap Pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

STRATEGI JANGKA MENENGAH DPMPTSP KABUPATEN BUOL RENSTRA BAB IV TAHUN

STRATEGI JANGKA MENENGAH DPMPTSP KABUPATEN BUOL RENSTRA BAB IV TAHUN STRATEGI JANGKA MENENGAH DPMPTSP KABUPATEN BUOL RENSTRA BAB IV TAHUN 2017-2022 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1 VISI dan MISI Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021

KATA PENGANTAR. i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021 i Renstra Bapenda Kota Denpasar 2016 ~ 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-nya, sehingga Badan Pendapatan

Lebih terperinci

Rencana Kerja (RENJA ) 2015

Rencana Kerja (RENJA ) 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang - Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU-SPPN) yang telah dijabarkan secara teknis dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-nya, kami dapat menyelesaikan Rencana Kerja (RENJA) Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERTAMA RENCANA STRATEGIS

PERUBAHAN PERTAMA RENCANA STRATEGIS PERUBAHAN PERTAMA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS Review 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH SEMESTA BERENCANA KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016

RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016 RENCANA KERJA KECAMATAN ANGSANA TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU KECAMATAN ANGSANA DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iii Daftar Bagan... iv Daftar Singkatan... v BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI RENCANA STRATEGIS TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI BALI RENCANA STRATEGIS TAHUN PEMERINTAH PROVINSI BALI RENCANA STRATEGIS TAHUN 2013-2018 BIRO KEUANGAN SETDA PROVINSI BALI 2015 i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Maksud dan Tujuan..

Lebih terperinci

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dinamika dan perkembangan sistem pemerintahan mengalami perubahan yang sangat pesat sejalan dengan perubahan paradigma yang berkembang di masyarakat. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB III ISU-ISU STRATEGIS.

DAFTAR ISI BAB III ISU-ISU STRATEGIS. BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan 1.3. Landasan Hukum 1.4. Hubungan Hubungan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.5.

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BATAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB.I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi sebagai salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang selama ini dicapai menunjukkan angka yang cukup menggembirakan. Namun jika

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL BAB I PENDAHULUAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode lima (5) tahun, yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA JL. RAYA SOREANG KM. 17 SOREANG TELP. (022) 5897432 2012 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puja Pangastuti Angayubagia Kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG BAGIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai tindak lanjut instruksi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kabupaten yang baru berusia 17 tahun, sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk mengisi pembangunan, dapat dilihat akses-akses masyarakat yang terpenuhi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii

Kata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan rangkaian kegiatan dari dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama dengan Pemerintah Daerah dalam seluruh aspek kehidupan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sebagai perwujudan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang memberikan landasan bagi berbagai bentuk perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN ANGGARAN

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN ANGGARAN RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENSTRA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2010-2015 DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN MUSI RAWAS KATA PENGANTAR B erdasarkan Pasal 5 Ayat 2 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 9 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011-2015

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan

BAB I. PENDAHULUAN. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang,

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i

Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i Renstra Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng i KATA PENGANTAR Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Soppeng disingkat Diskominfo adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terbentuk

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

[salinan] KABUPATEN BIMA NOMOR 2 TAHUN PERATURAN DAERAH [2016] RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN

[salinan] KABUPATEN BIMA NOMOR 2 TAHUN PERATURAN DAERAH [2016] RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN [2016] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 2 TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2016-2021 [salinan] Pemerintah Kabupaten Bima Bagian Hukum Setda. Bima BUPATI BIMA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN

RENCANA STRATEGIS TAHUN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014 2019 BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN GARUT KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun Latar Belakang

Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BAPPEDA I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BAPPEDA I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), diamanatkan bahwa daerah harus menyusun rencana

Lebih terperinci

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 P e m e r i n t a h K a b u p a t e n B i m a [ J. S o e k a r n o - H a t t a R a b a - B i m a ] Tentang [Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah] [ T

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) KECAMATAN JURAI TAHUN 2018 KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Salido, 2017 Rencana Kerja Kecamatan IV Jurai Tahun 2018 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN MALANG TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah

Lebih terperinci

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi BPTPM Kota Serang Dengan semangat otonomi daerah serta memperhatikan tugas dan fungsi yang diemban oleh Badan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Strategis adalah Dokumen Perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) Tahun yang disusun berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

RENJA TAHUN 2017 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2018

RENJA TAHUN 2017 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2018 RENJA TAHUN 2017 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2018 Organisasi/SUB SKPD : 2.12.01.01 - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu KODE Urusan/Bidang Urusan Pemerintah Daerah dan Program/Kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarapura, 30 Maret 2016 Kepala Bappeda Kabupaten Klungkung, I Wayan Wasta, SE, M.Si Pembina Tk. I (IV/b) NIP

KATA PENGANTAR. Semarapura, 30 Maret 2016 Kepala Bappeda Kabupaten Klungkung, I Wayan Wasta, SE, M.Si Pembina Tk. I (IV/b) NIP KATA PENGANTAR Sesantih Angayubagya kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Bappeda Kabupaten Klungkung dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA 2.1 RENCANA STRATEGIS Perencanaan Strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1 BAB I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sisten Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) bahwa Pemerintah maupun Pemerintah Daerah setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai dengan tahun 2036. RUPM berfungsi untuk mensinergikan & mengoperasionalisasikan

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG

BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG LAMPIRAN NOMOR TANGGAL TENTANG : : : : PERATURAN DAERAH 4 TAHUN 2012 20 April 2012 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2011-2016 BAB I PENDAHULUAN Perencanaan adalah

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN 2012-2017 PEMERINTAH PROVINSI BANTEN TAHUN 2012 7 KATA PENGANTAR Bismillahhrahmaniff ahim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perhubungan Provinsi NTT Tahun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasarana, yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia dalam membentuk jaringan prasarana

Lebih terperinci