EKSPLORASI ARSITEKTUR KALIMANTAN EDISI : RUMAH MELAYU KALIMANTAN BARAT
|
|
- Doddy Setiawan
- 3 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EKSPLORASI ARSITEKTUR KALIMANTAN EDISI : RUMAH MELAYU KALIMANTAN BARAT Penyusun/Kontributor: Ir. Agus Sarwono, MM. Rachmat Pramudji, SST, MT Uma Meriah Siregar, ST Razakiko Harkani Lubis, S.Sos Anikmah Ridho Pasaribu, A.Md Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 1
2 EKSPLORASI ARSITEKTUR KALIMANTAN EDISI: RUMAH MELAYU KALIMANTAN BARAT Tim Lapangan: Rachmat Pramudji, SST, MT Uma Meriah Siregar, ST Anikmah Ridho Pasaribu, A.Md Asnah Rumiawati, ST, MSi. Marlina Irene Hutagalung, S.Sos. Razakiko Harkani Lubis, S.Sos Penyusun/Kontributor: Ir. Agus Sarwono, MM. Rachmat Pramudji, SST, MT Uma Meriah Siregar, ST Razakiko Harkani Lubis, S.Sos Anikmah Ridho Pasaribu, A.Md Redaksi: Razakiko Harkani Lubis, S.Sos Editor: Dr. Cut Nuraini ST, MT Tim Gambar: Uma Meriah Siregar, ST Penerbit: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Alamat Redaksi: Balai Litbang Perumahan Wilayah 1 Medan Jalan Suluh No. 99-A Kel. Sidorejo Hilir, Kec. Medan Tembung, Medan, Sumatera Utara. Kode POS Telp. (061) Faks. (061) lokamedan@puskim.pu.go.id/ lokamedan@yahoo.co.id 2 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
3 KATA PENGANTAR KEPALA PUSLITBANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Arsitektur tradisional menjadi saksi bahwa arsitektur sebagai bagian dari ilmu tertua di dunia dan dunia mengakui adanya potensi yang besar yang tersimpan didalam arsitektur tradisional Indonesia. Arsitektur tradisional merupakan bentuk kearifan lokal yang menjadi kekayaan khasanah arsitektur Indonesia dan terbentuk melalui akumulasi waktu yang cukup panjang sehingga terbukti mampu beradaptasi dan tanggap terhadap bencana alam, iklim dan lain sebagainya. Penelitian mengenai arsitektur rumah tradisional ini berangkat dari upaya untuk mengenali nilai-nilai yang melekat dalam arsitektur rumah adat maupun lingkungan adat. Upaya untuk mengidentifikasi bukanlah kegiatan yang sifatnya teknis semata, tetapi upaya untuk memahami system kehidupan yang tumbuh di daerah yang lingkungannya masih mengedepankan adat leluhur diselaraskan dengan perkembangan jaman mengenai ilmu arsitektur. Buku Eksplorasi Arsitektur Kalimantan Edisi: Rumah Melayu Kalimantan Barat ini berisikan informasi dan pengetahuan sekilas mengenai arsitektur tradisional Rumah Melayu Kalimantan Barat dalam rangka mengenal dan menggali kekayaan rumah tradisional Kalimantan. Dengan penerbitan buku ini diharapkan masyarakat, pemerintah, pemerhati arsitektur tradisional dapat memiliki kepedulian dalam rangka pelestarian rumah tradisional Melayu Kalimantan Barat melalui pengembangan teknologi rumah tradisional agar dapat diwariskan pada anak cucu kita sebagai peninggalan budaya leluhur yang tercermin dalam wujud arsitektur. Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan penelitian tentang perumahan dan permukiman tradisional khususnya wilayah Sumatera dan Kalimantan sudah selayaknya memulai membangun database tentang arsitektur tradisional guna pengembangan permukiman ke depan melalui teknologi permukiman yang berbasis kondisi lokal, perkembangan teknologi dengan tetap mempertimbangkan warisan budaya luhur bangsa. Saya mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, yang telah berupaya menuliskan buku ini sebagai sarana publikasi hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan. Sebagai bagian dari Puslitbang Perumahan Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 3
4 dan Permukiman, Balitbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang wilayah kerjanya meliputi Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan yang berpusat di Medan sudah berjalan sesuai dengan kegiatan identifikasi arsitektur tradisional. Beberapa permukiman tradisional yang sudah dikaji antara lain: Provinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat dan Jambi yang terdiri dari: Etnis Batak, Etnis Melayu Sumatera Utara, Etnis Melayu Riau dan Kepulauan Riau, Etnis Minangkabau serta Etnis Melayu Jambi (Orang Bathin). Puslitbang Perumahan dan Permukiman melalui Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan akan meneruskan penulisan buku ini, dengan topik atau edisi selanjutnya yang merupakan hasil penelitian pada rumah tradisional yang telah dilakukan dalam bentuk yang lebih baik dan menarik. Penulisan buku seperti ini diharapkan dapat menjadi wahana pembelajaran bagi para pejabat fungsional peneliti dan perekayasa yang dituntut untuk dapat melakukan publikasi ilmiah nasional maupun internasional, salah satunya dengan penulisan buku. Akhirnya dengan menyadari bahwa buku ini masih merupakan inisiasi penulisan bagi tim penulis Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, maka dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan buku ini dan buku selanjutnya. Kepala Puslitbang Perumahan dan Permukiman. Prof (R). Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES. 4 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
5 KATA PENGANTAR PENULIS Segala puji dan syukur kembali tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga tim dapat menyelesaikan penyusunan buku tentang Eksplorasi Arsitektur Kalimantan Edisi: Rumah Melayu Kalimantan Barat ini dengan baik. Buku ini merupakan hasil penelitian dari kegiatan Balai Litbang Perumahan Wilayah 1 Medan pada Tahun 2017, yaitu Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional Melayu di di Pulau Bangka Belitung dan Kalimantan Barat., dan merupakan seri pertama dari buku Eksplorasi Arsitektur Kalimantan. Pada kesempatan ini tim penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kepala Puslitbang Perumahan dan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada tim penulis untuk menyusun buku ini. Seterusnya ucapan terimakasih kepada tim pelaksana kegiatan tahun anggaran 2017, Ka Satker, PPK, editor serta kepada semua pihak yang berkonstribusi dalam proses penulisan buku ini hingga selesai. Semoga kehadiran buku ini dapat memberikan informasi terkini mengenai arsitektur Rumah Melayu Kalimantan Barat, khususnya Rumah Potong Limas, Rumah Potong Gudang, dan Rumah Potong Kawat dan bermanfaat bagi kita semua. Tim penulis tentu menyadari bahwa buku ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati tim penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan buku ini Medan, Oktober 2018 Tim Penulis Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 5
6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KEPALA PUSLITBANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN...3 KATA PENGANTAR PENULIS...5 DAFTAR ISI... 6 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Manfaat Ruang Lingkup Kajian Pustaka Arsitektur Tradisional dan Vernakular Tipologi dalam Arsiterktur Melayu di Kalimantan Barat Pola Permukiman Tipe Potong Godang Pola Permukiman Tipe Potong Limas Pola Permukiman Tipe Potong Kawat...18 BAB II. PENGENALAN TERHADAP SUKU MELAYU DI KALIMANTAN BARAT Letak Geografis Kosmologis dan Asal Muasal Sistem Kekerabatan Sistem Mata pencaharian Penduduk Setempat Pengetahuan Lokal dalam Membangun Rumah Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
7 BAB III ARSITEKTUR RUMAH MELAYU KALIMANTAN BARAT Tipe Potong Godang Tampak Rumah Tipe Potong Godang Tinjauan Bagian-Bagian Rumah Tipe Potong Godang...32 Tinjauan Bagian Bawah Rumah Tipe Potong Godang...32 Tinjauan Bagian Tengah Rumah Tipe Potong Godang...33 Tinjauan Bagian Atas Rumah Tipe Potong Godang Bahan Bangunan Rumah Potong Godang Ornamen Pada Rumah Tipe Godang Sarana dan Prasarana Perubahan Teknologi Bangunan Tipe Potong Limas Tampak Rumah Tipe Potong Limas Tinjauan Bagian-Bagian Rumah Potong Limas...43 Tinjauan Bagian Bawah Rumah Potong Limas...43 Tinjauan Bagian Tengah Rumah Potong Limas...44 Tinjauan Bagian Atas Rumah Potong Limas Bahan Bangunan Rumah Potong Limas Ornamen Pada Rumah Type Potong Limas Sarana dan Prasana Perubahan Teknologi Bangunan Tipe Potong Kawat Tampak Rumah Tipe Potong Kawat Tinjauan Bagian-Bagian Rumah Tipe Potong Kawat...52 Tinjauan Bagian Bawah Rumah Tipe Potong Kawat...52 Tinjauan Bagian Tengah Rumah Potong Kawat...52 Tinjauan Bagian Atas Rumah Potong Kawat...56 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 7
8 Bahan Bangunan Rumah Potong Kawat Ornamen Pada Rumah Tipe Potong Kawat Sarana dan Prasarana Perubahan Teknologi Bangunan...58 BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA GLOSSARY BIODATA PENULIS Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
9 BAB I - PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki berbagai macam keanekaragaman budaya, adat istiadat, kepercayaan dan juga kekayaan intelektual. Semuanya melebur menjadi satu dalam setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat. Sebagai negara majemuk yang memiliki berbagai macam etnis, Indonesia memiliki arsitektur tradisional yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Arsitektur tersebut menjadi perlambang dan ciri khas dari masing-masing etnis di tiap daerah. Menurut Soeroto (2003) arsitektur tradisional merupakan identitas budaya suatu suku bangsa, karena di dalamnya terkandung segenap peri kehidupan masyarakatnya. Jadi, setiap perubahan bentuk kehidupan masyarakat tradisional akan mempengaruhi arsitekturnya. Kehadiran arsitektur dalam kehidupan manusia memberikan kontribusi positif yakni sebagai tempat manusia untuk bertahan hidup juga sebagai sarana manusia untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Perkembangan zaman kemudian mempengaruhi upaya mereka dalam membangun. Bangunan merupakan salah satu bentuk respon dari manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990), bangunan diartikan sebagai yang didirikan, yang dibangun (seperti: rumah, gedung, jembatan). Bangunan tradisional yang beragam merupakan salah satu bentuk kearifan lokal. Bangunan-bangunan tradisional di Indonesia sangat beranekaragam jenisnya, mulai dari rumah tinggal, tempat/pertemuan, sampai kepada bangunan ibadah dan bangunan monumental lainnya, seperti: istana, masjid, gereja, candi, dan wihara. Indonesia dilalui oleh dua lempeng benua dan 2 jalur gunung api. Hal ini menyebabkan Indonesia rawan bencana gempa bumi. Oleh karena itu, bangunan-bangunan tradisional Indonesia dapat beradaptasi dengan bencana gempa bumi yang waktunya tidak dapat diprediksi. Arsitektur tradisional sebagai hasil karya suku bangsa di Indonesia telah membentuk dan mengembangkan adat tradisi sesuai dengan kebutuhan mereka. Adat tradisi merupakan bagian budaya yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri untuk memfasilitasi aktivitas keseharian. Begitu juga dengan arsitektur rumah Melayu tradisional di Kalimantan Barat yang merupakan bagian dari kebudayaan nusantara yang mempunyai struktur dan tahapan konstruksi yang memberikan karakteristik sendiri. Sebagai salah satu Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 9
10 bagian esensial dan salah satu khazanah serta warisan yang perlu digali secara mendalam. Kemajuan teknologi, tingkat pendidikan dan wawasan, tingkat sosial-ekonomi berpengaruh terhadap konsep, selera dan kebutuhan orang Melayu tentang rumah, sekaligus bentuk dan fungsi rumah Melayu. Arsitektur rumah tradisional Melayu di Kalimantan Barat adalah salah satu bentuk rumah tradisional yang mempunyai karakter yang khas. Karakter tersebut tercermin dari kearifan lokal yang melekat pada bentuk hunian, sistem struktur, pola ruang dan material bangunan tradisional. Pengaruh Arsitektur melayu dan pola sebaran yang berbeda pada tiap-tiap daerah di Kalimantan Barat merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diidentifikasi. Menurut hasil penelitian tim Arsitektur Tradisional Kalimantan Barat (1986) dalam Zain (2003:2) menjelaskan bahwa berdasarkan bentuk atapnya rumah Melayu terbagi menjadi tiga macam, yaitu: Potong Godang, Potong Kawat dan Potong Limas. Tulisan ini melakukan eksplorasi terhadap satu kasus rumah Melayu tradisional yang dijadikan sebagai kasus penelitian. Eksplorasi obyek penelitian Rumah Potong Godang milik keluarga ibu Asniah Tan Djufri yang berada di di Jalan Istana Desa Dalam Kaum Nomor 203/11, Kecamatan Sambas, Rumah Potong Limas milik Keluarga Bapak M. Efendi yang berada di Kampung Kauman Melayu Kecamatan Benua Kayong, dan Rumah Potong Kawat milik keluarga Tengku Rukiyah (generasi ke-9 dari Tengku Muhammad) yang terletak di Dusun Sukadama, Desa Sutra, Kecamatan sukadana, Kabupaten Kayung Utara. Eksplorasi pada obyek penelitian ini juga memberikan pengamatan yang intensif pada bagian bawah rumah, seperti: pondasi, tiang, sambungan balok dan kolom, bagian tengah rumah, seperti: dinding dan lantai, dan bagian atas rumah yaitu atap. Penelitian terhadap bangunan tradisional adalah salah satu upaya untuk mempelajari karakteristik dan kearifan lokal pada arsitektur bangunan tradisional, mengidentifikasi perubahan, serta merumuskan teknologi bangunan yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan rumah dan permukiman yang berkonteks lokal yang mampu beradaptasi dan arif dalam pemanfaatan sumber daya alam. Masih sangat jarang dilakukan identifikasi dalam menggali kearifan lokal dalam aspek sebab-akibat secara ilmiah dan terukur. Karena itu, kajian teknologi bangunan tradisional yang dilakukan tidak semata-mata untuk pelestarian, namun merupakan upaya perekaman dan kajian ilmiah dari sisi fisik/teknis bangunan, dengan aspek non fisik sebagai faktor terbentuknya aspek fisik. Kegiatan identifikasi arsitektur dalam kajian teknologi rumah tradisional sangat penting dilakukan untuk mendapatkan 10 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
11 gambaran menyeluruh mengenai tipologi arsitektur rumah tradisional yang mencakup pemetaan pola sebaran rumah tradisional dan tipologi yang mencakup pola lansekap, bentuk bangunan, pola ruang dalam, fungsi ruang, langgam arsitektur, material bangunan dan sistem struktur yang digunakan Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran kegiatan ini ialah untuk mengidentifikasi pola sebaran dan tipologi rumah tradisional Melayu di Kalimantan Barat; 1. Mengidentifikasi arsitektur rumah tradisional Melayu di Kalimantan Barat, serta faktor-faktor yang mempengaruhi bentukannya. 2. Menghasilkan kajian substitusi dan transformasi berupa rekomendasi teknis penggunaan material pengganti pada rumah tradisional Manfaat Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini antara lain: 1. Sebagai basis data yang dapat menjadi referensi penelitian lanjutan. praktisi, pemerhati arsitektur tradisional, dan masyarakat pengguna rumah tradisional. 3. Referensi penelitian lanjutan serta upaya aplikasi teknologi bangunan berkonteks lokal. 4. Menunjang pelestarian ilmu kearifan lokal (local wisdom) rumah tradisional Melayu di Kalimantan Barat Ruang Lingkup Lingkup materi kegiatan penelitian ini adalah kajian identifikasi perumahan tradisional Melayu di Kalimantan Barat yang dilihat dari perspektif teknologis. Pola sebaran tidak akan dikaji secara mendalam, namun merupakan bagian dari proses identifikasi tipologi bangunan tradisional berdasarkan sebaran lokasinya, yang diperoleh melalui studi literatur (data sekunder). Sedangkan kajian secara mendalam akan dilakukan terhadap tipologi perumahan tradisional yang meliputi: Struktur dan fungsi ruang luar, Fungsi dan klasifikasi bangunan (rumah rakyat dan rumah bangsawan), Pola ruang dalam bangunan, Komponen bangunan (pintu, jendela, ventilasi), Elemen bangunan (lantai, dinding, dan atap), Sistem struktur bangunan, Material bangunan, dan Ornamen/ ragam hias. 2. Dapat menjadi Historical File upaya pelestarian dan pembelajaran arsitektur/rumah tradisional Melayu di Kalimantan Barat dari aspek teknis bagi akademisi, Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 11
12 1.5. Kajian Pustaka Arsitektur Tradisional dan Vernakular Studi arsitektur dapat dikelompokkan menjadi: tradisional, klasik, dan modern. Ketiga kelompok tersebut dibedakan dalam konsep dan sudut pandang dalam proses pembentukan sebuah bangunan atau komplek bangunan. Tradisi adalah bagian dari budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi di dalam sebuah masyarakat. Arsitektur tradisional merupakan hasil interaksi antara manusia dalam satu kelompok dengan alam, dalam hal ini termasuk lokasi, iklim, topografi dan faktor lingkungan di mana kelompok orang hidup (Wasilah dkk, 2011). Arsitektur vernakular sebagai istilah memiliki banyak interpretasi. Dalam pengertian yang paling umum, menurut Bernard Rudolfsky, berarti metode membangun di mana tersedia secara lokal bahan dan pengalaman tradisional yang digunakan (Jovanovic- Popovic, 2012). Istilah Vernakular berasal dari asal Latin vernaculus kata yang digunakan dalam mendefinisikan karakteristik khusus lokasi. Dalam bidang akademik juga digunakan dalam arti yang lebih luas seperti lanskap vernakular, bangunan vernakular (Danaci, 2013). Oliver (1997) dalam Mentayani (2012), menyatakan bahwa unsur-unsur kunci yang menunjukkan indikasi sebuah arsitektur vernakular adalah : 1. Bangunan yang traditional self-built atau community-built; 2. Bangunan tipe awal (earlier building types); 3. Arsitektur dengan konteks lingkungan dan budaya di sekitarnya; 4. Kondisi lingkungan, bahan material bangunan, sistem struktur, dan teknologi yang ada telah terkandung dalam bentuk arsitekturalnya; 5. Banyak aspek terkait struktur sosial, sistem kepercayaan, pola perilaku yang memberi pengaruh kuat terhadap tipe bangunan, fungsi dan filosofinya; 12 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
13 6. Rumah atau bangunan lainnya; 7. Terkait dengan konteks lingkungan dan sumber daya yang tersedia; 8. Menggunakan teknologi tradisional; dan 9. Arsitektur tradisional dibangun untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik, mengakomodasi nilai dan wawasan dari suatu budaya. Arsitektur Vernakular adalah istilah yang digunakan untuk mengkatagorikan metode kontruksi yang menggunakan sumber daya orisinal lokal untuk memenuhi kebutuhan lokal. Arsitektur vernakular berkembang setiap waktu, merefleksikan lingkungan, budaya dan sejarah dari daerah di mana karya arsitektur tersebut muncul dan berada atau eksis. Dengan demikian, bangunan vernakular memiliki kesesuaian dengan lingkungan setempat dan memiliki skala manusia atau skala rakyat biasa, bukan skala keagungan istana kerajaan ataupun skala bangunan keagamaan yang megah. Kemudian apabila seluruh konsepsi dan hasil karya tersebut diakui secara aklamasi dan hasilnya sangat teruji dalam kurun waktu yang relatif panjang dan sangat lama hingga mendarah daging, karya vernakular ini masuk dalam klasifikasi karya arsitektur tradisional (Suharjanto, 2011). Rapoport dalam buku klasiknya House Form and Culture, membagi bangunan menjadi grand-tradition (tradisi megah) dan folktradition (tradisi rakyat). Kemegahan Istana dan bangunan keagamaan digolongkan ke dalam grand-tradition. Sementara architecture without architects digolongkan sebagai bangunan folk-tradition. Pada klasifikasi folk-tradition ia menempatkan dua kelompok: arsitektur primitif dan arsitektur vernakular. Rapoport kemudian mengidentifikasi lebih lanjut bahwa jenis arsitektur vernakular yang ada dapat dipisahkan sebagai vernakular-tradisional dan vernakular-modern (Salura, 2008 dalam Suharjanto, 2011) Tipologi dalam Arsiterktur Melayu di Kalimantan Barat Wahyudin (2014) menjelaskan bahwa rumah tradisional Melayu Kalimantan Barat disebut rumah panggung terdiri atas 3 (tiga) jenis, yaitu Rumah Potong Limas, Rumah Potong Godang/Gudang, dan Rumah Potong Kawat. Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 13
14 (Sumber : Wahyudin, 2014) Gambar 1. 1 Tipe Rumah Melayu di Kalbar Rumah Potong Limas merupakan rumah pendukung atau perangkat Kesultanan atau Keraton di berbagai daerah. Rumah ini biasanya diberikan oleh Sultan untuk para pendukungnya yang berasal dari berbagai daerah, dimana dalam kesehariannya mereka membantu Sultan di istana. Rumah Potong Godang atau gudang biasanya rumah yang dimiliki oleh para pedagang atau alim ulama, dan rumah potong kawat merupakan rumah rakyat biasa atau kebanyakan. 14 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
15 Wahyudin (2014) juga menjabarkan bahwa bagian-bagian ruang dari rumah tradisional Kalimantan Barat terdiri dari: Teras atau disebut anjung atau beranda Ruang tamu atau serambi depan. Biasa digunakan untuk tempat duduk para tamu yang dihormati, tempat bermufakat, dan sebagainya. Ruang tengah atau ambin atau ruang keluarga. Digunakan untuk tempat duduk para ibu dan wanita. Ruang tidur atau bilik atau lintok Ruang tidur biasanya terdapat di samping ruang keluarga. Letaknya berhadap-hadapan dengan perantara ruang tamu atau ruang keluarga, atau juga berada hanya pada salah satu sisi. Ruang tidur digunakan untuk tempat tidur para orang tua, anak perempuan atau tamu yang datang berkunjung ke rumah tersebut. Sedang anak laki-laki biasanya tidur di ruang tamu. Loteng atau para Loteng atau para biasanya terdapat pada salah satu sisi atas pada ruang tidur atau ruang keluarga. Akses menuju loteng menggunakan tangga yang berjumlah ganjil. Dahulu loteng sering digunakan untuk tempat anak gadis yang sedang di Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat pingit. Dalam masa pingitan tersebut sang gadis tidak boleh melihat langsung pemuda yang akan melamarnya. Jika sang gadis ingin melihat pemuda dari lubang lubang kecil yang terdapat di loteng yang disiasati dengan ornamen. Ruang Dapur atau Pedapuran atau dapok atau sayu Bentuk dapur biasanya memanjang dan horizontal. Dahulu pada masing-masing rumah tradisional hanya terdapat 1 buah dapur meskipun di rumah tersebut terdapat beberapa keluarga yang mendiami. Namun saat ini masing-masing keluarga yang ada di rumah tersebut memiliki dapur atau perapian masing-masing yang disesuaikan dengan jumlah keluarga yang ada di rumah tersebut. Jika hari-hari besar atau ada kemalangan masing-masing keluarga di rumah tersebut saling membantu dengan cara patungan. Dahulu dapur masih menggunakan perapian, namun saat ini sudah menggunakan kompor gas dan lainnya. Selanjutnya, Wahyudin (2014) menjelaskan bahwa dalam rumah Melayu juga dikenal rumah ibu dan rumah anak. Rumah ibu atau rumah induk terdiri dari teras, ruang keluarga, dan ruang tidur. Sedang rumah anak terdiri dari dapur atau dalam bahasa lokalnya Pendapuran, Dapo, atau Sayu. Pada rumah tradisional juga terdapat rumah pendukung yang terdiri dari : Pelantaran digunakan sebagai ruang alternatif untuk 15
16 akses masuk ke rumah anak atau dapur atau sebaliknya. Pelantaran biasanya memiliki atap dan dinding, namun ada juga yang hanya memiliki dinding atau atap saja. Sumur atau perigi pada rumah tradisional terletak di depan atau samping rumah. Digunakan untuk membasuh tangan dan kaki sebelum masuk kedalam rumah atau untuk berwudhu. Jumlahnya ada yang 1 atau 2 yang bertujuan untuk memisahkan tempat wudhu laki-laki dan perempuan. Jalur penghubung (gertak) atau jalan penghubung terbuat dari kayu atau semen seperti saat ini. Biasanya jalur penghubung digunakan antar rumah, antar jalan alternatif, dan sebagainya. Pagar pada rumah tradisional biasanya terbuat dari pohonpohon kutat, kayu nibung dan kayu belian. Gudang terdapat di dalam dan di luar rumah atau juga di kolong rumah. Biasanya gudang digunakan untuk tempat menyimpan barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi. Tinggi kolong rumah dahulu disesuaikan dengan orang yang sedang menumbuk padi, namun seiring perubahan yang terjadi maka tinggi kolong juga saat ini tinggal setengah dari tinggi semula. Denah rumah tradisional Melayu di Kalimantan Barat cenderung berbentuk persegi simetris maupun asimetris antara bagian kanan dan kiri. Orientasi rumah menghadap ke arah sungai/parit, ke arah matahari atau ke arah kiblat. Orientasi ruang biasanya menghadap ruang keluarga. Dimana diyakini ruang keluarga merupakan pusat aktivitas dan tempat berkumpulnya anggota keluarga. Di ruang keluarga juga tempat ditanamkan Tiang Seri atau tiang yang tidak memiliki sambungan yang terdiri dari 1-4 tiang (Wahyudin: 2014). (Sumber: Wayudin, 2014) Gambar 1. 2 Tipe Pola Ruang Rumah Tradisional Melayu Kalbar 16 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
17 Pola Permukiman Tipe Potong Godang Pola permukiman daerah Sambas ini adalah suatu pola sederhana dengan peletakan unit-unit permukiman (rumah, fasum, fasos dan sebagainya) secara terus menerus pada jalan dan tepi sungai. (Sumber: Penggambaran Ulang, 2018) Gambar 1. 3 Pola Permukiman Rumah Tipe Potong Godang Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 17
18 Pola Permukiman Tipe Potong Limas Pola permukiman daerah Sambas ini adalah suatu pola sederhana dengan peletakan unit-unit permukiman (rumah, fasum, fasos dan sebagainya) secara terus menerus pada jalan. (Sumber: Penggambaran Ulang, 2018) Gambar 1.4 Pola Permukiman Rumah Tipe Potong Limas Pola Permukiman Tipe Potong Kawat Pola permukiman daerah Sambas ini adalah suatu pola sederhana dengan peletakan unit-unit permukiman (rumah, fasum, fasos dan sebagainya) secara terus menerus pada jalan. 18 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
19 BAB II - PENGENALAN TERHADAP SUKU MELAYU DI KALIMANTAN BARAT Suku Melayu yang ada di Kalimantan Barat sangat beragam. Umumnya mereka terdiri dari pendatang Melayu dari luar Kalimantan dan orang-orang Melayu setempat. Melayu masa kini adalah orang-orang Melayu yang berasal seluruh kawasan Melayu di Sumatera, Kepulauan Riau, Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur (Serawak dan Sabah) serta Brunai Darussalam. Melayu asli Kalimantan (Kalimantan Barat) yang sejak lama berasal dari pulau ini, mempunyai pertalian erat dengan orang-orang Dayak. Kebanyakan hubungan antar mereka berdasarkan hubungan kekerabatan melalui perkawinan campur. Orang Dayak yang sudah masuk Islam akan menyebut dirinya sebagai Orang Melayu (Ahyat: 2012). Lebih lanjut Ahyat (2012) menjelaskan bahwa suku Melayu dikenal dengan masyarakat yang beragama Islam, dengan pusatpusat kebudayaan Melayu terletak di kesultanan-kesultanan di Kalimantan Barat. Suku Melayu di Kalimantan Barat antara lain ialah: Melayu Pontianak, Melayu Singkawang, Melayu Mempawah, Melayu Sambas, Melayu Bengkayang, Melayu Sanggau, Melayu Sekadau, Melayu Sintang, Melayu Kapuas Hulu, Melayu Kubu, Melayu Sukadana dan Melayu Ketapang. Peninggalan sejarah dan budaya Melayu di Kalimantan Barat tercermin pada peninggalan Keraton yang terdapat di seluruh kabupaten/kota. Adat dan tradisi masih dilestarikan secara turun-temurun oleh generasi penerusnya. Menurut Ibrahim (2010) ada beberapa hal yang turut andil dalam pembentukan identitas Melayu di Kalimantan Bara, yaitu: pertama; keberadaan manusia purba di Gua Niah dan migrasi dari Proto-Melayo-Polynesian, kedua; pengaruh kebudayaan Melayu Sumatera (Pagaruyung, Minangkabau) yang masuk bersama pengaruh kerajaan Sriwijaya dengan tradisi merantau dan berlayarnya, ketiga; kebudayaan Hindu-Budha yang melekat pada kebudayaan Jawa yang terlihat pada sistem religi dan kepercayaan, pola dan sikap hidup, dan yang keempat; kebudayaan Islam melalui pengaruh Joho, Malaka, para pedagang Arab dan Bugis. Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 19
20 Sejarah Migrasi Manusia di Asia Tenggara dan Hubungannya dengan Kebudayaan Melayu Robert Van Heine Gelden (dalam Munandar 2009) mengungkap bahwa kawasan Asia Tenggara pada masa protosejarah sebenarnya merupakan wilayah yang dinamis dalam perkembangan kebudayaannya. Wilayah tersebut merupakan terminal migrasi bangsa yang datang dari arah Asia Kontinental. Dalam upaya menempati wilayah yang baru saja dihuni, manusia migran dari daratan Asia mengembangkan kebudayaannya yang akan menjadi dasar perkembangan kebudayaan Asia Tenggara hingga kini. Setelah beberapa ratus abad bermukim di dataran Asia Tenggara, orang-orang yang kemudian mengembangkan kebudayaan Austronesia tersebut, sebagian ada yang melanjutkan perjalanan migrasinya ke wilayah kepulauan, menyebar ke arah kepulauan Nusantara dan juga Filipina, bahkan terus berlanjut ke arah pulau-pulau di Sumatera Pasifik. Selanjutnya, Robert Van Heine Gelden (1932 and 1936; Soejono 1984 : dalam Munandar 2009) juga menjelaskan bahwa migrasi ke arah wilayah kepulauan terjadi dalam dua tahap, yaitu : 1. Tahap pertama, berlangsung dalam kurun waktu antara SM 2. Tahap Kedua, berlangsung dalam kurun waktu yang lebih muda, antara SM Kesimpulan tersebut didasarkan pada pelbagai penemuan arkeologi, antara lain monumen-monumen dari tradisi megalitik yang tersebar di pelbagai wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kajian megalitik menunjukkan bahwa di masa silam terjadi dua gelombang migrasi dari Asia Tenggara daratan sekaligus membawa hasil-hasil kebudayaan megalitiknya. Gelombagn pertama menghasilkan kebudayaan megalitik tua dengan cirinya selalu menggunakan batu-batu alami besar, sedikit pengejaan pada batu, dan minimnya ornamen. Dalam gelombang kedua migrasi, dihasilkan kebudayaan megalitik muda yang mempunyai ciri, batu-batu tidak selalu berukuran besar, telah banyak pengerjaan pada batu, dan juga telah banyak digunakan ornamen dengan beragam bentuknya. Megalitik muda itu telah menempatkan nenek moyang bangsa-bangsa Asia Tenggara dalam era proto-sejarah. Bersamaan dengan berkembangnya kebudayaan megalitik muda, kemahiran mengolah bijih logam telah maju, sehingga masa itu juga dihasilkan bendabenda dari perunggu dan besi. Sejalan dengan hipotesis Robert Van Heine Gelden (dalam Munandar 2009), Jumsai (1988) juga menjabarkan sejarah migrasi manusia sejak jaman es yang pada awalnya menunjukkan bahwa kawasan China dan Asia tenggara masih bergabung menjadi satu 20 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
21 kesatuan pulau besar dan mulai terpisah-pisah ketika terjadi banjir besar akibat mencairnya es di kutub. Saat terbentuknya pulaupulau (termasuk kepulauan di Indonesia, manusia juga mengalami migrasi. Migrasibesar-besaran di masa itu, juga diikuti dengan migrasi kebudayaan, termasuk kebudayaan Melayu. Berdasarkan sejarah migrasi menurut Jumsai (1988), kebudayaan Melayu pertama kali ditemukan di Thailand, lalu dikembangkan di Malaysia. Selanjutnya dari Malaysia, budaya melayu dikembangkan ke pulau Sumatera, yang bermula di Pekan Baru kemudian turun ke Sumatera Utara dan Langkat. Selanjutnya, kebudayaan Melayu dari Sumatera Utara dikembangkan ke pulau Kalimantan. Dengan demikian, adanya sejarah migrasi manusia dan kebudayaan Melayu di Indonesia memiliki keterkaitan dengan budaya Melayu di Malaysia dan Thailand. Hal ini tentu juga terkait dengan arsitekturnya. Namun, fakta ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut Letak Geografis Propinsi Kalimantan Barat terletak di antara garis 2 o 08 LU serta LS serta di antara 108 o 0 BT dan 114 o 10 BT. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah Kalimantan Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa (garis lintang 0 o ) tepatnya di atas Kota Pontianak. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah km². Adapun batas-batas administratifnya ialah sebagai berikut (Provinsi Kalimantan Barat Dalam Angka 2017): Sebalah Utara : Sarawak (Malaysia) Sebelah Selatan : Laut Jawa & Kalteng Sebelah Timur : Kalimantan Timur Sebelah Barat : Laut Natuna dan Selat Karimata Suku Melayu di Kalimantan Barat tersebar luas hampir di semua kabupaten dan kota. Setiap suku memiliki nama dan karakteristik yang berbeda. Suku Melayu di Kalimantan Barat antara lain: Melayu Pontianak, Melayu Singkawang, Melayu Mempawah, Melayu Sambas, Melayu Bengkayang, Melayu Sanggau, Melayu Sekadau, Melayu Sintang, Melayu Kapuas Hulu, Melayu Kubu, Melayu Sukadana dan Melayu Ketapang. Begitu juga dengan rumah-rumah Melayu ada tersebar di seluruh kabupaten/ kota yang ada. Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 21
22 (Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia BIG Permendagri No 56 Tahun 2015) Gambar 2. 1 Pola Sebaran Rumah Tradisional Melayu di Kalimantan Barat Suku Melayu di Kalimantan Barat secara umum pola letak bangunan cenderung menghadap ke arah sungai. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan, seperti: Sungai Kapuas (1.086 Km), Sungai Sekadau (117 Km), Sungai Sambas (233 Km), dan Sungai Landak (178 Km). Bagi masyarakat yang bermukim di wilayah darat, pola letak bangunan rumahnya mengarah ke arah matahari terbit. Hal ini terjadi pada masa lalu, namun sekarang lebih mengikuti dimana terdapat akses jalan (Wahyudin: 2014). 22 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
23 2.2. Kosmologis dan Asal Muasal Suku Melayu yang ada di Kalimantan Barat beragam, umumnya mereka terdiri dari pendatang Melayu dari luar Kalimantan (Kalimantan Barat) atau Melayu masa kini (contemporary Malays) dan orang-orang Melayu setempat atau Melayu asli atau biasa disebut Melayu pribumi (indegeneous Malays). Melayu masa kini adalah orang-orang Melayu yang berasal seluruh kawasan Melayu di Sumatera, Kepulauan Riau, Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur (Serawak dan Sabah) serta Brunai Darussalam. Melayu asli Kalimantan (Kalimantan Barat) yang sejak lama berasal dari pulau ini, mempunyai pertalian erat dengan orang-orang Dayak. Kebanyakan hubungan antar mereka berdasarkan baik hubungan mengembang secara sejajar (horizontal) dan hubungan kekerabatan,maupun secara tegak lurus (vertical) melalui perkawinan campur (intermarriage) beranak pinak. Dalam konteks ini, Melayu dan Dayak dianggap bersaudara, karena Dayak yang masuk Islam menyebut dirinya orang Melayu. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan Suku Melayu Kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat a seperti bahasa Melayu Baku (Ahyat: 2012). Salah satu faktor pendorong timbulnya Masyarakat Melayu ialah migrasi Orang Melayu ke Kalimantan Barat. Adapun Orang Melayu yang bermigrasi ke daerah Kalimantan Barat tersebut berasal dari Sumatera dan dari Tanah Senanjung Malaka. Orang Melayu yang datang dari Minangkabau ini merujuk kepada pedagang yang dari Kerajan Melayu yang berkembang pada abad ke-14. Kerajaan tersebut dengan ibukota dan pelabuhannya di Muara Jambi telah mengambil alih kedudukan utama Kerajaan Sriwijaya pada 1082, dan tentu saja mengambil alih pula sebagian dari peran perdagangannya. Orang-oramg tersebut tinggal di Pulau Kalimantan yang mendesak Orang Dayak yang merupakan penduduk asli Kalimantan sehingga mereka tinggal di pedalaman Kalimantan (Agustiar: 1998). Pendapat lain mengemukakan bahwa asal-usul Orang Melayu diduga berasal dari migrasi kelompok besar dari Asia Daratan ini memulai gelombang perpindahan mereka ke arah Timur melalui Cina. Pada saat mencapai dataran Cina bagian tengah yang luas mereka terpecah ke dalam dua kelompok. Salah satu kelompok tersebut bermigrasi mengikuti sungai-sungai yang mengalir ke Selatan menuju Laut Cina Selatan dan akhirnya menyeberang ke Selatan memasuki kawasan Nusantara. Mereka bermigrasi melalui beberapa gelombang. Kelompok ini ada yang sudah sampai di Pulau Kalimantan diperkirakan sekitar tahun SM. Para migran gelombang pertama dari kelompok kedua ini disebut Proto Melayu dan tinggal di berbagai kawasan sepanjang pantai, selat, sungai Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 23
24 dan anak sungai dan danau. Sebagian pendatang pada gelombang ini singgah atau berhenti diberbagai tempat sepanjang perjalanan mereka seperti di Vietnam, Kamboja, Myanmar, Thailand, Philipina, Malaysia dan Sumatera. Pada gelombang berikutnya terdapat Beberapa kelompok migran yang melanjutkan perjalanan ke Kalimantan, dari kawasan persinggahan mereka dalam perjalanan sebelumnya. Ini terjadi dalam periode ratusan ribuan tahun setelah perjalanan kelompok pertama di atas. Dua kelompok pendatang gabungan dari pendatang gelombang kedua ini disebut Durto Melayu dan dianggap sebagai penduduk asli Kalimantan (aboriginal population of Borneo) (Agustiar: 1998). Migrasi manusia ke Kalimantan Barat bergerak terus, apalagi jika ditelusuri dalam perkembangan sejarah di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat seperti halnya Indonesia mengalami perjalanan sejarah, yaitu sejarah pulau Kalimantan. Sejarah pulau Kalimantan dapat dibagi dalam beberapa masa sesuai peristiwa sejarah yang penting, misalnya masa prasejarah, masa Pengaruh India (agama Hindu-Budha), masa Islam (Kesultanan), masa Pengaruh VOC, masa Pemerintahan Hindia Belanda, masa Pemerintahan Jepang, masa Kebangkitan Nasional, masa Revolusi, masa Kemerdekaan, masa Pembangunan Nasional dan masa reformasi. Dalam konteks budaya, orang Melayu di Kalimantan Barat dapat dibagi menjadi dua komuniti besar, yaitu komuniti pesisir dan komuniti pedalaman. Orang Melayu pesisir meliputi: Melayu Sambas, Mempawah, Landak, Pontianak, Sukadana dan Matan/Ketapang. Sedangkan orang Melayu komuniti Pedalaman meliputi: Melayu Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu/ Ulu Kapuas. Perbedaan orang Melayu di Kalimantan Barat, antara lain dapat diketahui dari dialek bahasa yang pakai dalam percakapan sehari-hari, cerita lisan rakyat, adat-istiadat dan upacara perkawinan, upacara pengobatan atau ilmu perdukunan, penyebutan nama panggilan, nama-nama hantu, serta sistem kepemimpinan pemerintahan tradisional (Ahyat: 2012). Dengan perkembangan kesultanan di Kalimantan Barat pada abad 16-18, kesultanan menjadi pusat penyebaran agama Islam dan menjadi pusat budaya Melayu, sehingga orang Melayu dikenal dengan masyarakat yang beragama Islam. Sampai saat ini Melayu dengan budayanya terus berkembang menghadapi budaya-budaya lain yang ada di sekitarnya, yang dalam menyerap unsur-unsur budaya baru yang lebih moderen yang berasal dari luar, beberapa unsur budaya lama yang tidak berkonflik dengan nilai-nilai budaya baru masih tetap dipertahankan, sehingga terjadi percampuran budaya. Meskipun dalam perkembangannya unsur-unsur Islam telah menjadi hal utama budaya Melayu, tetapi pada kenyataannya perkembangan budaya Melayu di Kalimantan Barat masih banyak memperlihatkan percampuran dengan unsur-unsur Hindu dan animisme (Ahyat: 2012). 24 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
25 2.3. Sistem Kekerabatan Sistem kekerabatan di lingkungan masyarkat Melayu Kalimantan Barat ialah pola patrilineal, mengikuti garis keturunan ayah. Mereka juga mengenal keluarga luas dan keluarga batih. Hubungan kekeluargaan sangat erat, sekalipun banyak anggota keluarga yang sudah merantau di daerah lain, namun keterikatan terhadap hubungan kekerabatan masih terasa kental di kalangan mereka yang sudah merantau ke daerah lain (Natsir: 2012) Sistem Mata Pencaharian Penduduk Setempat Adapun matapencaharian masyarakat Melayu di Kalimantan Barat sangat beragam. Hal ini sesuai dengan lokasi tempat mereka bermukim. Pada umumnya pada sektor pertanian dan perkebunan. Namun bagi bermukim di daerah pinggiran sungai dan laut seperti Kabupaten Sambas dan Singkawang biasanya dalam kesehariannya mereka bekerja sebagai nelayan. Akan tetapi masing-masing memiliki matapencaharian pokok atau utama dan matapencaharian tambahan untuk dapat menghidupi keluarganya. Di wilayah perkotaannya banyak yang bermatapencaharian sebagai pedagang, pegawai, pengusaha dan beberapa aktifitas lain. Dalam beberapa hal juga banyak tenaga kerja di daerah ini yang mencari pekerjaan di negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam (Wawancara dengan Natsir, 25 Juli 2017) Pengetahuan Lokal dalam Membangun Rumah Berkaitan dengan prosesi mendirikan rumah, ada beberapa tahap yang harus dilakukan dengan pelaksanaan upacara adat. Upacara tersebut dimulai sejak memilih lokasi hingga saat menempati rumah. Pemilihan lokasi diupayakan untuk bertanya kepada orang pintar terkait lokasi tanah, kapan waktu baik untuk menancapkan tiang pertama, dsb. Dengan demikian diharapkan keselamatan dalam proses pengerjaan rumah tersebut. Pada saat mendirikan tiang utama atau tiang seri biasa dilakukan tradisi tepung tawar atau bepapas dengan tujuan memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan. Setelah rumah atau bangunan yang telah didirikan rampung dan rumah tersebut akan ditempati dilakukan pula upacara menaiki rumah baru dimana suami isteri pemilik rumah dipapas oleh tetua kampung di hadapan tamu (Wawancara dengan Natsir, 25 Juli 2017). Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 25
26 Menurut Zain (2014) dalam mendirikan sebuah bangunan rumah ada beberapa hal yang harus dilakukan dari mulai persiapan hingga rumah itu siap untuk ditempati. Berikut adalah beberapa tahapan umum dalam proses pembangunan rumah tradisional Melayu Kalimantan Barat. 1. Tahap Persiapan Beberapa hal yang dilakukan pada saat tahap persiapan, yaitu: menentukan lokasi untuk mendirikan bangunan rumah, bahanbahan yang akan dipergunakan, teknik mendirikan bangunan, tenaga kerja dan hal-hal lainnya. Pemilihan lokasi diupayakan untuk bertanya kepada orang pintar terkait. Dengan demikian diharapkan keselamatan dalam proses pengerjaan rumah tersebut. 2. Letak Bangunan Pada masyarakat Melayu secara umum, apabila ia bermukim di wilayah pesisir, maka pola letak bangunan cenderung menghadap ke arah sungai, sedangkan bagi masyarakat yang bermukim di wilayah darat, pola letak bangunan rumahnya mengarah ke arah matahari terbit. Adapun lokasi yang dipilih untuk mendirikan bangunan rumah tersebut memiliki makna filosofis bahwa sungai dan matahari adalah sumber rezeki. Kepercayaan akan adanya pengaruh tata letak terhadap kehidupan orang-orang yang akan menempati sebuah bangunan sangat kuat sekali. Hal ini terjadi pada masa lalu, namun sekarang lebih mengikuti dimana terdapat akses jalan. 3. Pengadaan Bahan Pada masa dahulu belum dikenal bahan semen, sehingga bahan bangunan utama rumah Melayu Kalimantan Barat terbuat dari kayu. Bahan-bahan tersebut diperoleh penduduk dari hutan sekitar tempat tinggal mereka. Misalnya untuk daerah Sambas bangunan berupa kayu banyak terdapat di Sajingan Besar. Pulau Kalimantan ini merupakan daerah yang kaya akan sumberdaya alam berupa kayu sebagai bahan dasar mendirikan bangunan,pada saat pengambilan tersebut penduduk selalu memperhitungkan akan waktuwaktu yang baik dan memilihnya dengan hati-hati yang mempunyai kwalitas yang baik agar tidak lekas rusak. Dalam mempersiapkan bahan-bahan tersebut membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga terkumpul. Sementara semen dan kaca diperkirakan diperoleh karena adanya hubungan dagang dengan Singapura. 26 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
27 4. Teknik dan Cara Pembuatan Teknologi yang digunakan dalam pembangunan rumah tradisional Melayu Kalimantan Barat masih sederhana. Tekologi tradisional yang dipadukan dengan modern. Misalnya seperti menyatukan satu bagian kayu dengan bagian kayu lainnya. Untuk menghubungkan satu kayu dengan kayu lainnya dengan cara menggabungkan pada bagian ujung kayu yang telah dibentuk sedemikian rupa sehingga kedua bagian itu dapat tersambung dan untuk kekuatannya dipergunakan pasak yang terbuat dari kayu belian. Kayukayu yang telah tersambung kemudian dilubangi dua atau empat bagian. Lubang-lubang kayu yang telah tersambung kemudian dipasang dengan pasak sehingga kayu-kayu tersebut dapat berdiri menjadi tiang-tiang rumah. Tiang tersebut dirangkai satu per satu sehingga terbentuk kerangka rumah. Selanjutnya dilakukan pembuatan dinding. Dalam membuat dinding ada yang menggunakan kayu atau semen. Posisi dinding diapit tiang-tiang kayu dan dilapisi oleh bingkai kayu untuk menambah keasrian bentuk dinding tersebut. Pintu dan jendela terbuat dari kayu belian namun beberapa ada yang telah menggunakan kaca. Hal ini berguna sebagai pencahayaan ruangan (Obesrvasi Lapangan, 2017). Lantai merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah bangunan. Lantai rumah Melayu Kalimantan Barat umumnya terbuat dari papan belian yang banyak terdapat di daerah Sajingan Besar (Hulu Kapuas). Kayu tersebut harus berusia cukup tua. Sebelum membuat lantai terlebih dipasang gelagar untuk tempat meletakkan papan dan memaku papan lantai tersebut. Ukuran gelagar dan jumlahnya menentukan kekuatannya. Proses pembuatan lantainya adalah dengan membuat lidah pada bagian pinggir papan dan di sisi yang lain dibuat lubang sehingga dalam meletakkannya tampak lebih rapat susunannya. Setelah papan rapat kemudian dipaku pada sisi kiri dan kanannya serta sisi panjangnya. Pemasangan papan menggunakan penomoran angka ganjil untuk menyusun papan lantai. Adapun tangga untuk naik ke rumah terbuat dari papan belian dengan susunan bertingkat dengan hitungan ganjil (Obesrvasi Lapangan, 2017). Pada bagian atas bangunan terdapat atap. Atap yang digunakan adalah atap sirap yang terbuat dari papan belian yang dibentuk sedemikian rupa dengan ukuran tertentu seprti panjang, lebar, dan ukuran ketebalannya. Untuk menutup kerangka bangunan dengan atap terlebih dahulu dibuat dengan kayu-kayu belian dalam ukuran kecil atau disebut kayu ring. Kayu ring disusun sesuai dengan Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 27
28 peletakannya. Pada bagian yang yang dekat dengan tiang bangunan menggunakan kayu yang lebih besar dan kemudian akan diletakkan kembali dengan arah berlawanan, baik horizontal maupun vertikal tergantung pada susunan ring sebelumnya. Apabila susunan tersebut suda pas kemudian dipaku sehingga bisa diletakkan atap sirap. Atap sirap menjadi suatu ciri khas dari rumah Kalimantan Barat, baik pada rumah dengan atap model atap berbentuk limas, gudang, maupun kawat. Selain itu di beberapa rumah terdapat loteng (para) yang juga berfungsi sebangai plafon atau langit-langit (Wawancara dengan Hamdi Pemda Singkawang, 10 September 2018). 28 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
29 BAB III - ARSITEKTUR RUMAH MELAYU KALIMANTAN BARAT Di Provinsi Kalimantan Barat Etnis Melayu terdapat di pinggiran sungai (pesisir) bagian hulu dan hilir. Secara umum rumah tradisional Melayu di Kalimantara Barat tersebar di tiap Kota Pontianak, Mempawah, Sambas, Landak, Sanggau, Sakadau, Sintang, Tayan, Ketapang dan Sukadana. Hal ini terlihat dengan masih ditemukannya istana/keraton kesultanan Melayu hampir pada tiap kota/kabupaten. Rumah-rumah tradisional Melayu di bagian hilir dipengaruhi oleh kondisi pesisir, sedang dibagian hulu dipengaruhi oleh etnis Dayak. Melayu Kalimantan Barat disebut rumah panggung terdiri atas 3 jenis, yaitu: Rumah Potong Limas merupakan rumah pendukung atau perangkat Kesultanan atau Keraton di berbagai daerah. Rumah ini biasanya diberikan oleh Sultan untuk para pendukungnya yang berasal dari berbagai daerah, dimana mereka dalam kesehariannya membantu Sultan di istana. Rumah Potong Godang atau gudang biasanya rumah yang dimiliki oleh para pedagang atau alim ulama, dan Rumah Potong Kawat merupakan rumah rakyat biasa atau kebanyakan (Survei lapangan, 2017) Tipe Potong Godang Rumah tradisional Melayu Potong Godang yang ada di Kalimantan Barat tersebar di beberapa kabupaten yang ada, seperti: di Kabupaten Mempawah yaitu di Jalan Gusti Muhammad Taufik No. 261, Desa Terusan, Kec. Mempawah Timur; di Kabupaten Sambas yaitu di Jalan Istana Desa Dalam Kaum Nomor 203/11, Kecamatan Sambas; dan di Kabupaten Ketapang yaitu di Desa Mulia Kerta dan Kampung Arab, Kecamatan Benua Kayang. Secara umum rumah tradisional di daerah-daerah tersebut berfungsi sebagai tempat tinggal, namun untuk rumah yang ada di Kabupaten Mempawah sudah tidak ditempati lagi dan beralihfungsi menjadi sekretariat Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kabupaten Mempawah. Buku ini lebih difokuskan untuk memberikan gambaran mengenai rumah tipe potong godang milik keluarga ibu Asniah Tan Djufri yang ada di Kabupaten Sambas (Survei lapangan, 2017). Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 29
30 (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar 3. 1 Variasi Rumah Tipe Potong Godang Tampak Rumah Tipe Potong Godang Rumah Tipe Potong Godang sama seperti rumah tradisional Melayu umumnya yang ada di Kalimantan Barat dimana dibangun dengan orientasi menghadap sungai, namun saat ini rumah-rumah sudah menghadap ke jalan besar semenjak adanya pembangunan jalan. Rumah-rumah tersebut merupakan rumah panggung dengan kolong di bawahnya. Adapun tinggi panggung rumah tersebut sangat bervariasi mulai dari 0.75 cm sampai 1.5 cm dari muka tanah. Ciri khas dari rumah tipe potong godang ini adalah atapnya yang berbentuk pelana yang terbuat dari sirap. Di bagian depan rumah terdapat sebuah pintu utama dan empat jendela. Untuk dapat masuk ke dalam rumah tersebut harus menggunakan tangga dimana jumlah anak tangganya berjumlah ganjil. Di bagian sisi samping kiri dan kanan rumah hanya terdapat lima buah jendela. Sementara pada bagian belakang rumah terdapat penambahan ruang yang berfungsi sebagai dapur dan kamar mandi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. 30 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
31 (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar 3. 2 Tampak Depan Rumah Tipe Potong Godang (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar 3. 3 Tampak Samping Rumah Tipe Potong Godang Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 31
32 (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar 3. 4 Tampak Belakang Rumah Tipe Potong Godang Tinjauan Bagian-Bagian Rumah Tipe Potong Godang Tinjauan Bagian Bawah Tipe Potong Godang Karakteristik struktur yang ada pada rumah Melayu tradisional di Kota Sambas mempunyai kestabilan struktur yang kuat dan menjamin ketahanan rumah sehingga dapat bertahan hingga ratusan tahun. Struktur bangunan rumah potong godang pada umumnya menggunakan konstruksi kayu, seperti: rangka kolom dan balok. Dinding hanya sebagai pengisi. Tiang kolom menerus dari tanah sampai ke atap. Sedangkan jenis sambungan tiang balok-kolom saling berkait dan diperkuat oleh pin/pasak kayu. Detail struktur dapat dilihat pada gambar dibawah ini: 32 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
33 (Sumber: Penggambaran Ulang Tim Peneliti, 2018) (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) Gambar 3. 5 Sistem Struktur Rumah Tipe Potong Godang Gambar 3. 6 Sistem Struktur Rumah Tipe Potong Godang Bangunan rumah tradisional tipe potong godang jumlah tiangnya selalu ganjil, tidak boleh genap karena jumlah tiang genap dinilai kurang baik dan menurut mereka orang yang tinggal di dalam rumah tersebut akan kurang beruntung. Jarak antara tiang ke tiang sekitar 1 meter sampai 1.5 meter. Tiang pada rumah terdiri dari dua jenis, yaitu ting tongkat yang ditancapkan ke dalam tanah dan kayu ini tingginya hanya sampai batas lantai, dan tiang kayu yang satunya lagi yaitu kayu yang berdiri diatas kip dan menerus ke atas. Tiang pertama yang didirikan ialah tiang tongkat dengan dimensi 15 cm x 15 cm. Terdapat bantalan yang dipasang sebagai pengikat untuk menghubungkan antara tiang tongkat yang satu dengan tiang tongkat lainnya. Terdapat kip yang berada pada bagian atas bantalan (melintang). Tinjauan Bagian Tengah Rumah Potong Godang Lantai yang ada di Rumah Potong Godang terbuat dari papan belian berusia cukup tua. Adapun ketebalan 2 3 cm. Papan lantai tersebut dipasang dengan cara dipaku di atas gelagar. Gelegar berfungsi sebagai penghubung anatara kip dan bantalan. Adapun dimensi dari gelegar tersebut adalah 5 cm x 10 cm. Ukuran gelagar dan jumlahnya menentukan kekuatannya. Proses pembuatan lantai ialah dengan membuat lidah pada bagian pinggir papan dan di sisi yang lain dibuat lubang sehingga dalam meletakkannya Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 33
34 tampak lebih rapat susunannya. Setelah papan rapat kemudian dipaku pada sisi kiri dan kanannya serta sisi panjangnya. Pemasangan papan harus dalam jumlah yang ganjil. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) Gambar 3. 7 Lantai Rumah Tipe Potong Godang Pola ruang rumah tipe potong godang cenderung berbentuk persegi/simetris antara bagian kanan dan kiri. Pola ruang di dalam bangunan utama masih sesuai dengan aslinya. Ruangan pada rumah Melayu Sambas terdiri dari: teras (serambi/ambin), kemudian ruang tamu yang digunakan untuk menerima tamu atau untuk acara-acara adat. Pada acara-acara adat ruang tamu digunakan untuk tempat duduk orang yang dihormati atau kaum bapak yang dituakan. Ruang keluarga biasanya digunakan untuk tempat duduk atau berkumpulnya anggota keluarga atau jika ada acara digunakan untuk tempat duduk ibu-ibu atau anak gadis. Rumah ini memiliki tiga buah kamar tidur (satu kamar dekat ruang tamu dan dua kamar lagi berda di area belakang). Pada bagian belakang rumah terdapat 34 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
35 ruang makan dan dapur yang memanjang. Tempat pencucian dan kamar mandi yang bersebelahan dengan WC yang terdapat di luar rumah, tetapi masih menempel pada rumah. Pada pintu keluar terdapat pelantaran sebagai penghubung dapur dengan halaman depan. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) Gambar 3. 8 Lantai Rumah Tipe Potong Godang Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 35
36 Dinding rumah tipe potong godang terbuat dari papan kayu, posisi dinding diapit tiang-tiang kayu dan dilapisi oleh bingkai kayu untuk menambah keasrian bentuk dinding tersebut. Ada dua teknik pemasangan papan didinding, yaitu dengan cara tegak lurus (vertical) dan rebah (horizontal). (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) Gambar 3. 9 Pemasangan Papan Dinding Vertikal dan Horizontal Pintu dan jendela terbuat dari kayu belian namun beberapa ada yang telah menggunakan kaca. Hal ini berguna sebagai pencahayaan ruangan. Rumah yang menjadi sampel memiliki 12 buah pintu, satu untuk akses utama yang berada pada bagian sisi depan rumah, dua pintu samping akses keluar dari dapur, tiga buah pintu kamar, empat buah pintu transisi setiap ruangan, dua buah pintu kamar mandi dan. Jendela pada rumah ini terdapat 15 buah jendela dengan dimensi yang bervariasi 36 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
37 (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) Gambar Pintu dan Jendela Rumah Tipe Potong Godang Tinjauan Bagian Atas Rumah Potong Godang Pada bagian atas bangunan rumah tradisional Melayu Tipe Godang ini terdapat atap. Penutup atap pada saat ini belum mengalami perubahan bentuk dan bahan, yaitu bentuk pelana dan dari bahan sirap. Atap sirap terbuat dari papan belian yang dibentuk sedemikian rupa dengan ukuran tertentu. Susunan atap sirap tersebut ditata di atas kayu ring sebelum dipaku. Kayu ring disusun sesuai dengan peletakannya dimana pada bagian yang yang dekat dengan tiang bangunan menggunakan kayu yang lebih besar dan kemudian akan diletakkan kembali dengan arah berlawanan, baik horizontal maupun vertikal tergantung pada susunan ring sebelumnya. Apabila susunan tersebut suda pas kemudian dipaku sehingga bisa diletakkan atap sirap. Untuk plafon rumah ini menggunakan rangka kayu 5/7. Di atas rumah ini terdapat ruangan yang dulu berfungsi sebagai penyimpanan barang, namun sekarang loteng tersebut tidak dimanfaatkan lagi. Untuk pencahayaannya terdapat dua buah jendela di bagian depan rumah. Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 37
38 (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) Gambar Atap dan Loteng Rumah Tipe Potong Godang 38 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
39 Bahan Bangunan Rumah Potong Godang Material pada rumah potong godang dominan menggunakan kayu mulai dari bagian pondasi, tiang balok, lantai dinding dan asbes, sedangkan untuk penutup masih menggunakan sirap. Secara rinci, jenis bahan bangunan yang digunakan pada rumah tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. 1 Material Rumah Tipe Potong Godang Komponen Bangunan Jenis Bahan Bangunan Atap Dinding Lantai Tangga Pintu Jendela Sirap Papan kayu Papan kayu Kayu Kayu Kayu Struktur Bangunan (Sumber: Pengolahan Data Berdasarkan Survey 2017) Struktur utama menggunakan kayu, pondasi/ umpak menggunakan batu, tapak bangunan menggunakan cor an batu Ornamen Pada Rumah Tipe Godang Rumah tradisional Melayu potong godang di Sambas hanya sedikit memiliki ornamen, yaitu dibagian pediment, yakni bentuk segi tiga berisi relife dinding berbentuk segi tiga atau setengah lingkaran diletakkan di atas pintu dan jendela berfungsi sebagai hiasan. Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 39
40 (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) Gambar Ornamen Rumah Tipe Potong Godang Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di rumah tradisional Melayu Tipe Potong Godang di Sambas terdiri dari satu buah kamar mandi dengan kontruksi semi permanen. Pembuangan dari kamar mandi dialirkan ke lubang cubluk. Sampah yang dihasilkan di rumah ini kebanyakan jenis organik yakni daun-daunan yang dibakar di halaman samping atau belakang rumah. Sumber air bersih di rumah tradisional Sambas ini berasal dari PDAM dan penampungan air hujan (PAH). Sumber energi yang digunakan adalah listrik (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) Gambar Sarana dan Prasarana Rumah Tipe Potong Godang 40 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
41 Perubahan Teknologi Bangunan Secara umum, rumah potong godang di daerah Sambas yang dijadikan sampel ini tidak banyak mengalami perubahan teknologi bangunan. Penutup atap pada rumah tradisional Melayu saat ini belum mengalami perubahan bentuk dan bahan yaitu bentuk pelana dan dari bahan sirap. Dinding luar dan sekat ruangan bentuknya tetap dan bahannya dari bahan kayu Belian. Bagian luar dinding dilapis dengan GRC dan triplek pada tahun 1980an. Bagian struktur bawah seperti tiang pondasi, rangka kolom dan balok terbuat dari Kayu Belian atau kayu Besi dan sampai saat ini belum ada perubahan pada bentuk dan bahannya. Demikian juga pintu dan jendela terbuat dari kayu Belian dan belum ada penggantian pada bentuk dan bahan Tipe Potong Limas Salah satu Rumah Melayu Tipe Potong Limas terletak di Kecamatan Benua Kayong yaitu di Kampung Kauman Melayu dan Kampung Arab. Rumah-rumah tradisional tersebut diperkirakan sudah berusia kurang lebih 100 tahun. Rumah-rumah tersebut sebagian besar masih terlihat asli meskipun beberapa rumah sudah ada yang mengalami perubahan pada material bahan bangunan. Rumah -rumah tradisional ini merupakan rumah bangsawan atau kerabat kesultanan. Secara umum rumah tradisional di Ketapang berfungsi sebagai tempat tinggal. Perubahan-perubahan pada rumah tradisional di Ketapang banyak ditemui, terutama pada material bahan bangunan maupun pola ruang. Adapun rumah yang menjadi sampel dalam tulisan ini ialah rumah milik keluarga Bapak M. Efendi, rumah tersebut dihuni oleh 2 Kepala Keluarga (kk) dengan jumlah penghuni sebanyak 7 orang. Karakteristik rumah Potong Limas, memiliki fasad dan susunan ruang yang melintang mengikuti arah hadap orientasinya dengan bentuk atap 4 (empat) penjuru angin yakni Barat, Utara, Timur, dan Selatan menuju 1 (satu) titik tulang bumbungan dan bentuk rumah segi empat. Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 41
42 Tampak Rumah Tipe Potong Limas Ciri khas dari rumah tipe potong limas ini adalah atapnya yang berbentuk limas (rabung lima) yang terbuat dari sirap dan seng. Rumah Melayu Tipe Potong Limas ialah rumah panggung dengan bentuk memanjang ke belakang, rumah ini memiliki anak tangga yang jumlahnya ganjil sebagai jalur utama untuk masuk ke dalam rumah. Rumah tersebut juga telah memiliki bangunan tambahan di bagian belakang. Adapun detail bangunannya adalah sebagai berikut. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Tampak Depan dan Samping Rumah Tipe Potong Limas 42 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
43 Tinjauan Bagian-Bagian Rumah Potong Limas Tinjauan Bagian Bawah Rumah Potong Limas Struktur bangunan rumah Potong Limas terdiri dari rangka kolom dan balok yang terbuat dari kayu besi/borneo yang tahan terhadap air dan kelembaban. Pada bagian tengah rumah terdapat kolom induk yang terbuat dari kayu belian dengan ukuran 12 x 12 cm. Dasar pondasi sudah dilakukan pengecoran sebelum bangunan itu berdiri. Tiang pada rumah terdiri dari dua jenis, yaitu tiang tongkat yang ditancapkan ke dalam tanah sampai batas lantai, dan tiang kayu yang yang berdiri diatas kip dan menerus ke atas. Antara satu tiang kayu dengan tiang kayu lainnya dihubungkan dengan cara menggabungkan pada bagian ujung kayu yang telah dibentuk sedemikian rupa sehingga kedua bagian itu dapat tersambung dan untuk kekuatannya dipergunakan pasak yang terbuat dari kayu belian. Kayu-kayu yang telah tersambung kemudian dilubangi dua atau empat bagian. Lubang-lubang kayu yang telah tersambung kemudian dipasang dengan pasak sehingga kayu-kayu tersebut dapat berdiri menjadi tiang-tiang rumah. Tiang tersebut dirangkai satu per satu sehingga terbentuk kerangka rumah. Detail struktur dapat dilihat pada gambar dibawah ini. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Sistem Struktur Rumah Potong Limas Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 43
44 Tinjauan Bagian Tengah Rumah Potong Limas Lantai yang ada di Rumah Potong Limas terbuat dari papan belian berusia cukup tua. Adapun ketebelen papan tersebut adalah 2 3 cm, lantai tersebut dipasang dengan cara dipaku di atas gelagar. Gelegar berfungsi sebagai penghubung anatara kip dan bantalan. Adapun dimensi dari gelegar tersebut adalah 5 cm x 10 cm. Ukuran gelagar dan jumlahnya menentukan kekuatannya. Proses pembuatan lantai ialah dengan membuat lidah pada bagian pinggir papan dan di sisi yang lain dibuat lubang sehingga dalam meletakkannya tampak lebih rapat susunannya. Setelah papan rapat kemudian dipaku pada sisi kiri dan kanannya serta sisi panjangnya. Pemasangan papan harus dalam jumlah yang ganjil. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Lantai Rumah Potong Limas 44 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
45 Dinding luar dan sekat ruangan masih menggunakan bahan papan kayu belian. Papan kayu tersebut dipasang secara vertical atau tegak lurus dan horizontal atau rebah. Posisi dinding diapit tiang-tiang kayu dan dilapisi oleh bingkai kayu untuk menambah keasrian bentuk dinding tersebut. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Pemasangan Dinding Rumah Potong Limas Pintu dan jendela rumah ini terbuat dari kayu Belian dan belum ada penggantian pada bentuk dan bahan. Rumah ini memiliki 14 buah jendela dan dan 12 pintu. Dengan banyak jendela sehingga menyebabkan kenyamanan suhu di dalam rumah ini sejuk sementara Kalimantan ialah salah satu wilayah yang dilewati oleh garis khatulistiwa. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Jendela dan Pintu Rumah Potong Limas Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 45
46 Pola ruangan pada rumah tradisional Melayu di Desa Mulia Kerta, Kabupaten Ketapang yang dijadikan sampel penggambaran ulang berbentuk persegi/simetris, pola ruang di dalam bangunan utama masih sesuai dengan aslinya. Pola pembagian ruang tersebut terdiri dari: teras (serambi/ambin), ruang tamu, ruang keluarga/ ruang tengah, kamar, dapur dan kamar mandi. Ruang tidur difungsikan selain untuk tidur juga untuk menyimpan peralatan yang penting. Ruang tengah selain digunakan untuk tempat berkumpulnya keluarga dekat juga digunakan untuk meja makan. Dapur ada yang menyatu dengan ruang tengah dan untuk mencuci piring. Kamar mandi ada yang diluar dan ada juga yang berada didalam. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Denah Rumah Potong Limas di Kabupaten Ketapang 46 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
47 Tinjauan Bagian Atas Rumah Potong Limas Pada bagian atas bangunan rumah tradisional Melayu Tipe Limas ini terdapat atap. Atap rumah ini terbuat dari sirap dan seng. Penutup atap rumah ini belum mengalami perubahan bentuk dan bahan. Atap sirapnya terbuat dari papan kayu belian yang dibentuk dan disusun sedemikian rupa. Sementara untuk kayu yang digunakan pada rangka atap biasanya menggunakan jenis kayu empedu karena kayu ini banyak kandungan getah sehingga dapat menjadi anti rayap. Adapun untuk plafond menggunakan kayu yang sama dengan dinding, rumah ini tidak memiliki ruangan di bagian lotengnya. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Atap dan Plafond Rumah Tipe Potong Limas Bahan Bangunan Rumah Potong Limas Material pada rumah Melayu Potong Limas di Desa Mulia Kerta, Kabupaten Ketapang dominan menggunakan kayu mulai dari bagian tiang balok, lantai dinding dan asbes, sedangkan untuk penutup masih menggunakan sirap dan seng. Secara rinci, jenis bahan bangunan yang digunakan pada rumah tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut dibawah ini: Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 47
48 Tabel 3. 2 Material Rumah Melayu Potong Limas Komponen Bangunan Atap Dinding Lantai Tangga Pintu Jendela Jenis Bahan Bangunan Sirap dan Seng Papan kayu Papan kayu Kayu Kayu Kayu Struktur Bangunan (Sumber: Pengolahan Data Berdasarkan Survey 2017) Struktur utama menggunakan kayu, pondasi/ umpak menggunakan batu, tapak bangunan menggunakan cor an batu Ornamen Pada Rumah Tipe Potong Limas Rumah tradisional Melayu di Desa Mulia Kerta, Kabupaten Ketapang hanya sedikit ornamen yang terdapat pada dinding rumah bagian dalam. Terdiri dari flora yang digunakan sebagai lubang angin. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Ornamen Rumah Potong Limas 48 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
49 Sarana dan Prasana Sarana dan prasarana di rumah tradisional Melayu di Desa Mulia Kerta, Kabupaten terdiri dari 2 dua buah kamar mandi dengan kontruksi semi permanen. Sampah yang dihasilkan di rumah ini kebanyakan jenis organik yakni daun-daunan yang dibakar di halaman samping atau belakang rumah. Sumber air bersih di rumah tradisional Sambas ini berasal dari PDAM dan penampungan air hujan (PAH). Sumber energi yang digunakan adalah listrik (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Sarana dan Prasarana Rumah Melayu di Kabupaten Ketapang Perubahan Teknologi Bangunan Secara umum, rumah Desa Mulia Kerta, Kabupaten yang dijadi sampel ini tidak terlalu banyak mengalami perubahan teknologi bangunan. Penutup atap pada rumah tradisional Melayu saat ini belum mengalami perubahan bentuk dan bahan yaitu bentuk limas dari bahan sirap dan seng. Dinding luar dan dalam masih menggunakan kayu di susun dengan cara vetrikal. Demikian juga pintu dan jendela terbuat dari kayu belum ada penggantian pada bentuk dan bahan Tipe Potong Kawat Rumah-rumah tradisional Melayu di Kabupaten Kayung Utara sudah sulit ditemukan keberadaanya. Rumah tradisional Melayu yang sudah berusia cukup tua. Sudah banyak rumah yang direnovasi menggunakan bahan material rumah baru. Secara administrasi rumah tradisional Melayu di Kabupaten Kayung Utara terdapat di Dusun Sukadama, Desa Sutra, Kecamatan Sukadana. Rumah Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 49
50 tradisional yang masih tersisa ini merupakan rumah potong kawat, Panambahan ruang terakhir yang dibangun pada tahun Kategori rumah termasuk rumah bangsawan (tengku). Rumah ini dibangun oleh Tengku Muhammad. Saat ini dihuni oleh keturunannya yang ke 9 (sembilan) yaitu ibu Tengku Rukiyah Tampak Rumah Tipe Potong Kawat Rumah Melayu di Sukadana, Kabupaten Kayung Utara yang menjadi sampel penggambaran ulang, bentuknya mewakili Rumah Melayu tipe potong kawat. Bentuk rumah ini simetris antara kiri dan kanan dimana terdapat kamar di keuda sisi rumah dengan pintu dan jendela di tengahnya. Rumah ini memiliki anak tangga yang jumlahnya ganjil dan sebuah papan sebagai sebagai jalur utama untuk masuk ke dalam rumah. Rumah tersebut juga telah memiliki bangunan tambahan di bagian belakang. Adapun detail bangunannya adalah sebagai berikut: (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Tampak Depan Rumah Melayu Tipe Potong Kawat 50 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
51 (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Tampak Samping Rumah Melayu Tipe Potong Kawat (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Tampak Belakang Rumah Melayu Tipe Potong Kawat Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 51
52 Tinjauan Bagian-Bagian Rumah Tipe Potong Kawat Tinjauan Bagian Bawah Rumah Tipe Potong Kawat Struktur bangunan rumah Tipe Potong Kawat pada umumnya menggunakan konstruksi kayu, dengan rangka kolom dan baloknya kayu dimana dinding hanya sebagai pengisi.tiang kolom menerus dari tanah sampai ke atap. Sedangkan jenis sambungan tiang balok-kolom saling bertakik, yang diperkuat oleh pin/pasak kayu. Detail struktur dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Sistem Struktur Rumah Potong Kawat Tinjauan Bagian Tengah Rumah Potong Kawat Pemasangan dinding dengan teknik horizontal dimana dinding hanya sebagai pengisi. Lantai yang ada di Rumah Potong Limas terbuat dari papan belian berusia cukup tua. Adapun ketebalan papan tersebut adalah 2 3 cm. Papan lantai tersebut dipasang dengan cara dipaku di atas gelagar. Gelegar berfungsi sebagai penghubung anatara kip dan bantalan. Adapun dimensi dari gelegar tersebut 52 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
53 adalah 5 cm x 10 cm. Ukuran gelagar dan jumlahnya menentukan kekuatannya. Proses pembuatan lantai ialah dengan membuat lidah pada bagian pinggir papan dan di sisi yang lain dibuat lubang sehingga dalam meletakkannya tampak lebih rapat susunannya. Setelah papan rapat kemudian dipaku pada sisi kiri dan kanannya serta sisi panjangnya. Pemasangan papan harus dalam jumlah yang ganjil. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Pemasangan Dinding dan Lantai Rumah Potong Kawat Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 53
54 Rumah yang menjadi sampel memiliki 10 (sepuluh) buah jendela dan dan 12 (dua belas) buah pintu. Dengan banyak jendela sehingga menyebabkan kenyamanan suhu di dalam rumah ini sejuk sementara Kalimantan ialah salah satu wilayah yang dilewati oleh garis khatulistiwa. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Pemasangan Dinding dan Lantai Rumah Potong Kawat Pola ruangan pada rumah tradisional Melayu di Desa Sukadana, Kabupaten Kayung Utara yang dijadikan sampel cenderung berbentuk persegi/simetris anatara bagian kiri dan kanan, pola ruang di dalam bangunan utama masih sesuai dengan aslinya. terdiri dari: teras (serambi/ambin), kemudian ruang tamu /keluarga yang digunakan untuk menerima tamu atau untuk tempat berkumpul keluarga ketika ada acara ataupun hari haraya, kamar, dapur dan kamar mandi. Ruang tidur/kamar pada saat ini telah mengalami 54 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
55 perubahan fungsi, dimana setiap kamar tidur terdapat tempat memasak dikarena rumah ini dihuni beberapa anggota keluarga yang sudah berkeluarga. Jadi fungsi dari kamar selain tempat tidur juga difungsikan untuk memasak dan menyimpan peralatan rumah tangga. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Pola Ruang Rumah Potong Kawat Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 55
56 Tinjauan Bagian Atas Rumah Potong Kawat Penutup atap pada rumah tradisional Melayu saat ini atapnya maih menggunakan material sirap walaupun sudah pernah diganti Atap sirap terbuat dari papan belian yang dibentuk sedemikian rupa dengan ukuran tertentu. Susunan atap sirap tersebut ditata di atas kayu ring sebelum dipaku. Kayu ring disusun sesuai dengan peletakannya dima pada bagian yang yang dekat dengan tiang bangunan menggunakan kayu yang lebih besar dan kemudian akan diletakkan kembali dengan arah berlawanan, baik horizontal maupun vertikal tergantung pada susunan ring sebelumnya. Apabila susunan tersebut suda pas kemudian dipaku sehingga bisa diletakkan atap sirap. (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Bentuk Atap Rumah Potong Kawat Bahan Bangunan Rumah Potong Kawat Material pada rumah Melayu di Desa Sukadana, Kabupaten Kayung Utara dominan menggunakan kayu mulai dari bagian tiang balok, lantai dinding dan asbes, sedangkan untuk penutup masih menggunakan sirap. Secara rinci, jenis bahan bangunan yang digunakan pada rumah tersebut dapat dilihat pada Tabel 56 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
57 Tabel 3. 3 Material Rumah Potong Kawat Komponen Bangunan Jenis Bahan Bangunan Atap Dinding Lantai Tangga Pintu Jendela Struktur Bangunan Sirap Papan kayu Papan kayu Kayu Kayu Kayu Struktur utama menggunakan kayu (Sumber: Pengolahan Data Berdasarkan Survey 2017) Ornamen Pada Rumah Tipe Potong Kawat Rumah tradisional Melayu di Desa Sukadana, Kabupaten Kayung Utara tidak memiliki ornamen Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana di rumah tradisional Melayu di Sukadana, Kabupaten Kayung Utara terdiri dari satu buah kamar mandi. Sumber air bersih di rumah tradisional Sambas ini berasal dari PDAM dan penampungan air hujan (PAH). Sumber energi yang digunakan adalah listrik. Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 57
58 (Sumber: Dokumentasi Tim Peneliti, 2017) Gambar Sarana dan Prasarana Rumah Potong Kawat Perubahan Teknologi Bangunan Secara umum, rumah Desa Sukadana, Kabupaten Kayung Utara yang dijadi sampel ini tidak terlalu banyak mengalami perubahan teknologi bangunan. Penutup atap pada rumah tradisional Melayu saat ini belum mengalami perubahan bentuk dan bahan. Dinding luar dan dalam masih menggunakan kayu di susun dngan cara horizontal. Demikian juga pintu dan jendela terbuat dari kayu belum ada penggantian pada bentuk dan bahan. 58 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
59 BAB IV - PENUTUP Suku Melayu yang ada di Kalimantan Barat sangat beragam,, yang pada umumnya mereka terdiri dari pendatang Melayu dari luar Kalimantan dan orang-orang Melayu setempat. Melayu masa kini adalah orang-orang Melayu yang berasal seluruh kawasan Melayu di Sumatera, Kepulauan Riau, Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur (Serawak dan Sabah) serta Brunai Darussalam. Melayu asli Kalimantan (Kalimantan Barat) yang sejak lama berasal dari pulau ini, mempunyai pertalian erat dengan orang-orang Dayak. Kebanyakan hubungan antar mereka berdasarkan hubungan kekerabatan melalui perkawinan campur. Orang Dayak yang sudah masuk Islam akan menyebut dirinya sebagai Orang Melayu. Dalam konteks budaya, orang Melayu di Kalimantan Barat dapat dibagi menjadi dua komunitas besar, yaitu komunitas pesisir dan komuniti pedalaman. Orang Melayu pesisir meliputi: Melayu Sambas, Mempawah, Landak, Pontianak, Sukadana dan Matan/ Ketapang. Sedangkan orang Melayu komuniti pedalaman meliputi: Melayu Sanggau, Sekadau, Sintang, Melawi, dan Kapuas Hulu/ Ulu Kapuas.Peninggalan sejarah dan budaya Melayu di Kalimantan Barat tercermin pada peninggalan Keraton yang terdapat di seluruh kabupaten/kota. Adat dan tradisi masih dilestarikan secara turun-temurun oleh generasi penerusnya. Berkaitan dengan prosesi mendirikan rumah, ada beberapa tahap yang harus dilakukan dengan pelaksanaan upacara adat. Upacara tersebut dimulai sejak memilih lokasi hingga saat menempati rumah. Pemilihan lokasi diupayakan untuk bertanya kepada orang pintar terkait lokasi tanah, kapan waktu baik untuk menancapkan tiang pertama, dsb. Dengan demikian diharapkan keselamatan dalam proses pengerjaan rumah tersebut. Pada saat mendirikan tiang utama atau tiang seri biasa dilakukan tradisi tepung tawar atau bepapas dengan tujuan memohon keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan. Setelah rumah atau bangunan yang telah didirikan rampung dan rumah tersebut akan ditempati dilakukan pula upacara menaiki rumah baru dimana suami isteri pemilik rumah dipapas oleh tetua kampung di hadapan tamu. Bentuk Rumah Melayu Kalimantan Barat terdiri dari tiga tipologi (Potong Godang, Potong Limas dan Potong Kawat). Pola ruang dalam rumah tradisional Melayu di Kalimantan Barat tediri dari cenderung berbentuk persegi/simetris antara bagian kanan Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 59
60 dan kiri. Secara umum sejak dulunya rumah tradisional berfungsi sebagai tempat tinggal dan pola ruang dalam. Pola ruang di Rumah Melayu Kalimantan Barat terdiri dari: Teras (anjung/beranda), ruang tamu/serambi depan, ruang tengah (ambin), ruang tidur (bilik/ lintok), loteng (para), ruang dapur (pedapuran/dapok/sayu). Dalam rumah Melayu juga dikenal rumah ibu dan rumah anak. Rumah ibu atau rumah induk terdiri dari: teras, ruang keluarga, dan ruang idur. Sedang rumah anak terdiri dari: dapur atau dalam bahasa lokalnya pendapuran, dapo, atau sayu. Pada rumah tradisional juga terdapat rumah pendukung yang terdiri dari : pelantaran digunakan sebagai ruang alternatif untuk akses masuk ke rumah anak atau dapur atau sebaliknya, sumur atau perigi, dan gertak atau jalur penghubung antar rumah yang terbuat dari kayu atau semen. Keberadaan rumah tradisional di Kalimantan Barat sudah sulit ditemui, karena rumah-rumah tradisional tidak dirawat oleh pemiliknya sehingga rumah banyak yang tidak dihuni lagi dan pada akhinya rumah tersebut dibiarkan terlantar, sebab material kayu untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada bangunan tersebut sudah sulit ditemukan dan harganya sangat mahal sehingga masyarakat lebih memilih untuk menggunakan material yang tersedia saat ini. Material bangunan rumah tradisional Melayu Kalimantan Barat pada umumnya dominan masih menggunakan kayu dan atapnya terbuat dari sirap, seng dan genteng. Sistem struktur rumah tradisional mengikuti perkembangan teknologi. Konstruksi pada bangunan rumah tradisional Melayu Kalimantan Barat banyak terjadi pada perubahan bahan bangunan yang digunakan dan terkait pola pemanfaatan ruang. Dari hasil penelitian di atas bahwa perlu adanya penelitian lanjutan yang berkaitan dengan rumah tradisional Melayu di Kalimantan Barat, seperti: kajian kehandalan struktur, kajian termal, kajian penyehatan lingkungan permukiman dan bahan bangunan lokal sebagai subsitusi pengganti material bahan bangunan. Untuk itu dibutuhkan pembuatan research design yang lebih matang dan terencana dengan baik, sehingga penelitian objek dan lokasi penelitian lebih tepat dan terarah. 60 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
61 DAFTAR PUSTAKA Abdillah, Abi Siapakah yang disebut Melayu?. Andi, Fery Uray Sejarah Pekrmbangan Arsitektur Istana Kesultanan Melayu di Kalimantan Barat. Disertasi Institut Teknologi Bandung. Aripin. Dalam Laporan interim Loka Teknologi Medan Identifikasi dan Pola Sebaran Perumahan Tradisional. Cahyani, Tapha Kurnia Sejarah Kalimantan Barat. Collins, J.T., (2011) Contesting Straints-Malayness: The Fact of Borneo. Journal of Southeast Asian Studies, 23 (3), Enthoven, J.J. 2013: Sjarah dan Geografi Daerah Sungai Kapuas Kalimantan Barat., Terjemahan Bijdragen Tot De Geographie van Borneo s Wester-Afdeeling (P.O.C. Yeri, Ed) (1 st ed), Pontianak, Institut Dayakologi. Ibrahim, M, 2010: Tradisi dan Komunikasi Orang Melayu, Pontianak, STAIN Pontianak Press. Rab, T. (1985). Kepribadian Melayu, Makalah Seminar Masyarakat Melayu Riau dan Kebudayaannya, Tanjung Pinang, Riau Rapoport, A. (1969). House, Form and Culture, New York: Prentic-Hall, IN Suharjanto, Gatot Membandingkan Istilah Arsitektur Tradisional Versus Arsitektur Vernakular: Studi Kasus Bangunan Minangkabau Dan Bangunan Bali. Comtech Vol.2 No. 2 Tahun 2011, Hal Uray Feri Andi Sejarah Perkembangan Arsitektur Istana Kesultanan Melayu di Kalimantan Barat, Institut Teknologi Bandung. Wahyudin Ciptadi Perubahan Pola Ruang Rumah tinggal Tradisional Melayu Pontianak Tipe Potong Limas Disekitar Komplek Kraton Kadriyah Pontianak. Program Studi rsitektur Paska Sarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 61
62 GLOSSARY Ambin Anjung/beranda Bilik/lintok Gelegar Gertak Kayu ring Para : Ruang tengah atau ruang keluarga : Teras : Ruang Tidur :Papan kayu berfungsi sebagai penghubung anatara kip dan bantalan sebelum dipakukan papan lantai. : Jalan penghubung antar rumah yang terbuat dari kayu atau semen : Susunan kayu tempat menata atap sirap : Loteng Pedapuran/dapok /sayu : Ruang Dapur Pelantaran Sirap : Ruang alternatif untuk akses masuk ke rumah anak atau dapur atau sebaliknya : Atap yang terbuat dari papan belian yang dibentuk sedemikian rupa dengan ukuran tertentu seprti panjang, lebar, dan ketebalannya. 62 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
63 BIODATA PENULIS Agus Sarwono, Lahir di Jakarta tanggal 09 Oktober Pendidikan S1 Jurusan Teknik Mesin ISTN Jakarta 1990, dan S2 pada Universitas Winaya Mukti Bandung Program Pendidikan Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM). Sejak tahun 2016 Kepala Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Jabatan fungsional Perekayasa Madya sejak 29 Juni Karya Tulis Ilmiah: Audit Energi Gedung Blok B1 Departemen Pekerjaan Umum Sebagai Implementasi Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi (Oktober 2009), Konsep Model Penyertaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Resiko Kebakaran Melalui Pemberdayaan Balakar (Satlakar) dan Faktor-Faktor Pendukungnya (Oktober 2010), Kriteria Kelayakan Penerapan Fire Safety Management (FSM) pada Bangunan Gedung dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi (April 2011), Peningkatan Layanan Institusi Pemadam Kebakaran Melalui Penerapan Rencana Induk Kebakaran (RIK) Studi Kasus Kota Pontianak Kalimantan Barat (Agustus 2011). Pembicara: Sertifikasi Layak Fungsi Guna Menjamin Bangunan Gedung Temu Wicara Regional VI Jabar Banten Forum Komunikasi Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Pendidikan Indonesia Bandung 25 Juli 2008, Fire Proofing in Regulation Seminar Fire Proofing Asosiasi Coating Indonesia Jakarta 11 Maret 2010, Standar Mendukung Pemberlakuan Green Building di Indonesia Badan Standarisasi Nasional (BSN) Jakarta 7 Desember Penanggung jawab: Kegiatan Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional Melayu di Jambi dan Sumatera Selatan (2016), Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional Melayu di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat (2017). Rachmat Pramudji, SST, MT, sebagai Koordinator penulisan Buku Eksplorasi Arsitektur Kalimantan Edisi Etnis Melayu di Kalimantan Barat Lahir di Bandung tanggal 03 Juli Pendidikan D3 Jurusan Teknik Sipil, D4 Jurusan Teknik Sipil dan S2 pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bekerja sebagai PNS sejak tahun 1994 dikantor Pusat Litbang Permukiman Bandung, Kepala Loka Teknologi Permukiman Cilacap ( ), Kasi Layanan Balai Litbang Perumahan Wilayah I Medan (2016-sekarang). Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 63
64 Uma Meriah Siregar, Lahir di Medan tanggal 21 Juni Meraih gelar Sarjana Arsitektur dari Universitas Medan Area pada tahun Mulai bekerja pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun Kemudian aktif lagi pada tahun 2015 sebagai pembantu Lapangan, terlibat dalam kegiatan penelitian rumah tradisional yang meliputi Identifikasi Arsitektur Rumah Tradisional Nias dan Melayu (2011), Identifikasi Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Riau dan Kepulauan Riau (2012), Kajian Kinerja Termal Bangunan Rumah Tradisional Melayu (2015). Serta sebagai ketua tim dalam kegiatan penelitian rumah tradisional yang meliputi Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional melayu di Jambi dan Sumatera Selatan (2016).Dan saat ini terlibat sebagai ketua tim kegiatan Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional Melayu di Bangka Belitung dan Kalimantan Barat. Anikmah Ridho Pasaribu, Lahir di Janjimartahan (Samosir) tanggal 8 Mei Meraih gelar sarjana A.Md dari Institut Pertanian Bogor di Bidang Teknik dan Manajemen Lingkungan pada tahun Diterima sebagai PNS pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 2010 dan mulai aktif bekerja di Balai Litbang Perumahan Wilayah 1 Medan sejak Februari Terlibat dalam kegiatan penelitian rumah tradisional yang meliputi: Identifikasi Arsitektur Rumah Tradisional Nias dan Melayu (2011), Identifikasi Arsitektur Rumah Tradisional Melayu Riau dan Kepulauan Riau (2012), Identifikasi Pola Sebaran dan Tipologi Perumahan Tradisional Minangkabau (2014). Kajian Kinerja Termal Bangunan Rumah Tradisional Melayu Lontik dan Godang di Provinsi Riau (2013), serta Kajian Kinerja Termal Rumah Tradisional Minangkabau (2015). Kegiatan penelitian lainnya adalah Pengolahan Air Bersih dengan Metode Filtrasi di Kabupaten Deli Serdang (2012), Penerapam Taman Atap (Roof Garden) pada Bangunan Atap Seng dan Atap Beton (2014), Pemetaan Karakteristik Pengolahan Air Bersih Masyarakat Tepi Danau Sumatera (2016), Penerapan Model Sistem Pengelolaan Air Bersih di Danau Toba (2017), dan Penerapan Model Sistem Pengelolaan Air Bersih di Danau Maninjau (2018). 64 Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat
65 Razakiko Harkani Lubis, lahir di Kota Bukittinggi tanggal 21 April Merupakan anak ke-dua dari lima bersaudara. Meraih gelar Sarjana Sosial dari jurusan Antropologi Universitas Sumatera Utara pada tahun Mulai bekerja pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun Selama berkarier di Balai Litbang Perumahan Wilayah-1 Medan telah terlibat dalam berbagai kegiatan penelitian, diantaranya ialah: Pemetaan Karakteristik Sistem Sanitasi Permukiman Tepi Danau di Sumatera (2016), Identifikasi Sebaran dan Tipologi Rumah Tradisional Melayu Bangka Belitung dan Kalimantan Barat (2017), Model Rancangan Penanganan Perumahan Kampung Masyarakat Anak Dalam (Orang Rimba) di Jambi (2017), dan Kegiatan Kajian Kehandalan Bangunan Rumah Tradisional Nias (2018). Eksplorasi Arsitektur Kalimantan - Edisi : Rumah Melayu Kalimantan Barat 65
BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti
Lebih terperinciCiri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal
Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Existensi proyek Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki keistimewaan. Dikatakan istimewa, karena kota ini adalah salah satu dari beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami
Lebih terperinciIDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG Wienty Triyuly (1), Sri Desfita Yona (2), Ade Tria Juliandini (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA
4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan
Lebih terperinciBAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15
Lebih terperinciA. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta
A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute
Lebih terperinciBAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai
BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi
Lebih terperinciBAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN
BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Karakteristik Bangunan Asli (Periode 1) Rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang dikelompokkan dalam permukiman warga Cina (Chinese Kamp) di depan Benteng Marlborough mempunyai dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga
Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya
Lebih terperinciINTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA
INTRODUCTION: INTERNATIONAL RELATIONS IN SOUTHEAST ASIA by: Dewi Triwahyuni INTERNATIONAL RELATIONS DEPARTMENT COMPUTER UNIVERSITY OF INDONESIA (UNIKOM) BANDUNG 2013 1 SOUTHEAST ASIA (SEA) 2 POSISI GEOGRAFIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat, yang juga merupakan ekspresi yang besifat universal seperti halnya bahasa. Bagaimana
Lebih terperinciAkulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Desain Premis... BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gempa Bumi di Indonesia... 1
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan.. Catatan Dosen Pembimbing... Halaman Pernyataan Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Gambar... Daftar Tabel... Ucapan Terima Kasih... Abstrak Desain Premis... i ii Iii iv v
Lebih terperinciTradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional, Tidore Kepulauan Sherly Asriany Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun. Abstrak Kebudayaan membangun dalam arsitektur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu sistem yang membentuk tatanan kehidupan dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh individu dengan individu lainnya atau antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara samudera pasifik dan
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sambas dengan luas wilayah 6.395,70 km 2 atau 639.570 Ha (4,36% dari luas wilayah propinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah kabupaten
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat
Lebih terperinciII. UNSUR GEOGRAFI DAN PENDUDUK DI KAWASAN ASIA TENGGARA
II. UNSUR GEOGRAFI DAN PENDUDUK DI KAWASAN ASIA TENGGARA A. Pengertian Interprestasi Peta Unsur geografis adalah keadaan alam di muka bumi yang membentuk lingkungan geografis adalah bentang alam, letak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, berbatasan dengan Sabah serta Serawak Malaysia di sebelah utara, di sebelah
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT
DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 7/DPD RI/I/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN TAYAN SEBAGAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya
Lebih terperinciIndonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar
Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang Bahasa resmi Lagu kebangsaan Agama Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar Ibukota Bentuk Pemerintahan Mata uang
Lebih terperinciMELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA. Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang)
MELAYU SEBAGAI AKAR TRADISI NUSANTARA Strategi Politik dalam Menciptakan Budaya Melayu Palembang Emas 2018 Harnojoyo. S.sos (Plt. Walikota Palembang) Elok budaya karena agama, Tegak Melayu karena budayanya,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SUKU BANJAR
GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Dayak atau Daya adalah kumpulan berbagai sub etnis Austronesia yang dianggap sebagai penduduk asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan
Lebih terperinciSistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk
Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang
Lebih terperinciBAB III KOTA PALEMBANG
BAB III KOTA PALEMBANG 3.1. Secara Fisik 3.1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Palembang merupakan ibukota Provinsi Sumatera Selatan dan sekaligus sebagai kota terbesar serta pusat kegiatan sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di
Lebih terperinciSTS 1032 TEKNOLOGI PEMBINAAN 1
STS 1032 TEKNOLOGI PEMBINAAN 1 TOPIK 1 1.1 Sejarah Perkembangan Pembinaan Malaysia Program Sijil Teknologi Senibina Kolej Komuniti Kementerian Pendidikan Tinggi BANGUNAN WARISAN Sejarah Penempatan Orang
Lebih terperinciPenelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia (2)
Matakuliah : R077 Arsitektur Tradisional Tahun : Sept - 009 Penelaahan deskriptif dan grafis rumah tradisional di pemukiman etnik tertentu di Indonesia () Pertemuan 4 PENGENALAN RUMAH TRADISIONAL SUKU-SUKU
Lebih terperinciKONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus
30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciRUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH
RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah
Lebih terperinciElemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinciPola pemukiman berdasarkan kultur penduduk
Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan
Lebih terperinciPOLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG
POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAMPUNG ASSEGAF PALEMBANG Wienty Triyuly Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih km 32 Indralaya OI 30662 Email
Lebih terperinciWinda Setya M. / Najwa Ilham K. /
Winda Setya M. / 14148128 Najwa Ilham K. /14148157 Masyarakat Nias dianggap berasal dari sekelompok keturunan suku birma dan assam, tapi berbeda dengan asal usul orang batak. Ada banyak teori tentang asal
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian tentang arsitektur rumah tradisional di Desa Pinggirpapas, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: 1. Arsitketur tradisional Madura
Lebih terperinciTIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi
ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ternyata tidak semata-mata mengakibatkan permusuhan antar satu kelompok dengan kelompok lainnya, melainkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, )
ABSTRAK KAJIAN AKULTURATIF INTERIOR ISTANA MAIMUN DI MEDAN-SUMATERA UTARA (Periode Sultan Makmun Alrasyid Perkasa Alamsyah, 1873-1924) Oleh NOVALINDA NIM : 27105006 Istana Maimun merupakan salah satu peninggalan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG
KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Lebih terperinciD. Dinamika Kependudukan Indonesia
D. Dinamika Kependudukan Indonesia Indonesia adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar. Jumlah penduduk yang tinggal di Indonesia mencapai 256 juta jiwa (Worl Population
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang
Lebih terperinciPOLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA
POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA Yazid Dwi Putra Noerhadi 1, Antariksa 2, dan Abraham Mohammad Ridjal 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4. Yunani. Cina. Vietnam. Yunan. Teluk Tonkin
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 2. INDONESIA MASA PRA AKSARALatihan Soal 2.4 1. Berdasarkan kesamaan artefak yang ditemukan menurut Prof. H.C Kern nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari wilayah...
Lebih terperinciMarkas Komando Daerah Militer di Pontianak BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari ribuan pulau yang terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi silang yang sangat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN 5.1. Karakteristik Fisik Lingkungan Perumahan Pahandut Seberang
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan sejarah awal keberadaannya, Perumahan Pahandut Seberang merupakan perpaduan dari dua tipe kronologis. Tipe kronologis pertama dengan kedatangan kelompok etnis Dayak sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.
Lebih terperinciArsitektur Dayak Kenyah
Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia dikenal masyarakat Internasional.
Lebih terperinciULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM
ULANGAN HARIAN I Mata Pelajaran Kelas Materi : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL : IX : Potensi SDA dan SDM I. Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d dalam
Lebih terperinci: Kampung Sampireun. Atap dilapisi ijuk
: Kampung Sampireun Atap dilapisi ijuk Atap dilapisi ijuk Kolom terbuat dari batang bambu Kolom terbuat dari batang bambu Konsep bentuk massa secara global yakni mengambil bentuk dari rumah tradisional
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun
Lebih terperinci1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No
1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Pontianak sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat memiliki karakter kota yang sangat unik dan jarang sekali dijumpai pada kota-kota lain. Kota yang mendapat
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota Balikpapan di pulau Kalimantan Timur Sumber: RTRW Kota Balikpapan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balikpapan merupakan salah satu kota yang terletak di pulau Kalimantan, tepatnya di provinsi Kalimantan Timur. Balikpapan terdiri dari 5 kecamatan, diantaranya kecamatan
Lebih terperinci